Skizofrenia
DESA
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Logede 10 5 6 6 8 5
Kuwayuhan 5 2 14 12 16 18
Kedawung 11 14 12 14 11 13
Pejagoan 7 9 17 9 10 10
Kebulusan 3 6 10 6 8 6
Aditirto 0 1 2 2 3 2
Karangpoh 4 2 7 4 6 4
Jemur 5 4 6 6 5 6
Kebagoran 1 3 8 6 7 4
Prigi 1 2 1 0 2 3
Pengaringan 1 0 1 0 1 0
Watulawang 1 1 2 0 2 2
Peniron 10 5 16 7 13 13
Jumlah 59 54 102 72 92 86
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari data yang didapatkapn pada poli
jiwa puskesmas pejagoan ditemukan pasien tertinggi di Desa Kedawung
dengan total pasien keseluruhan 75 orang kemudian diikuti desa kuwayuhan
dan peniron. Desa dengan pasien skizofrenia rendah pada daerah
pengaringan.
Skizofrenia
DESA
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Logede 10 5 6 6 8 5
Kuwayuhan 5 2 14 12 16 18
Kedawung 11 14 12 14 11 13
Pejagoan 7 9 17 9 10 10
Kebulusan 3 6 10 6 8 6
Aditirto 0 1 2 2 3 2
Karangpoh 4 2 7 4 6 4
Jemur 5 4 6 6 5 6
Kebagoran 1 3 8 6 7 4
Prigi 1 2 1 0 2 3
Pengaringan 1 0 1 0 1 0
Watulawang 1 1 2 0 2 2
Peniron 10 5 16 7 13 13
Jumlah 59 54 102 72 92 86
Keterangan :
U : Urgency (kemendesakan isu)
S : Seriousness (kegawatan isu)
G : Growth (berkembangnya isu)
Permasalahan Kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan posbindu rutin setiap desa
Solusi Dilakukan kegiatan diwaktu yang tepat sehingga sasaran seperti bapak-
bapak dan masyarakat usia produktif dapat berpartisi-pasi dalam kegiatan
posbindu
Pelaksana Perawat, bidan dan kader desa
Waktu Menyesuaikan
Tempat Menyesuaikan
Materi Edukasi mengenai Skizofrenia
Sasaran Masyarakat
Tujuan Meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga angka cakupan deteksi dini
Skizofrenia meningkat
Cara Dilakukan posbindu bersamaan dengan acara perkumpulan warga
(pengajian, acara RT/RW)
Petugas Kesehatan dan kader melakukan skinning deteksi dini
Skizofrenia dan melakukan penyuluhan berupa edukasi mengenai
Skizofrenia
Permasalahan Kurangnya pengetahuan dan peran kader tentang upaya promotif dan
preventif pengendalian Skizofrenia
Solusi Meningkatkan pengetahuan kader mengenai upaya promotif dan preventif
pengendalian Skizofrenia berupa media edukasi yang mudah untuk di
jangkau dan di mengerti setiap kader desa seperti pembuatan buku pedoman
kader
Pelaksana Dokter internsip Puskesmas Pejagoan
Waktu Bulan Juli 2023
Tempat Puskesmas Pejagoan
Materi Edukasi mengenai penyakit tidak menular
Sasaran Kader Desa diwilayah kerja Puskesmas Pejagoan
Tujuan Meningkatkan pengetahuan dan peran kader dalam upaya promotif dan
preventif pengendalian Skizofrenia di masyarakat
Cara Melakukan pemaparan materi di buku pedoman kader pada perwakilan
kader tiap desa
Membagikan buku panduan kader agar dapat menjadi pedoman kader
dalam edukasi mengenai Skizofrenia
A. Kesimpulan
.
1. Angka prevalensi Skizofrenia pasien tertinggi di Desa Kedawung dengan
total pasien keseluruhan 75 orang kemudian diikuti desa kuwayuhan dan
peniron. Desa dengan pasien skizofrenia rendah pada daerah pengaringan
2. Angka menunjukkan bahwa didapatkan data selama bulan januari hingga
juni 2023 di Puskesmas Pejagoan. Sehingga diperoleh angka prosentase
kepatuhan berobat/ minum obat pada skizofrenia sebesar 32,25%. Angka
kepatuhan tertinggi di Desa Kedawung dikarenakan penemuan
Skizofrenia paling banyak di Desa tersebut, diikuti Desa Peniron dan
Kuwayuhan. kepatuhan berobat tersebut masih rendah, bahkan belum
mencapai 50% dari jumlah pasien dengan diagnosis skizofrenia yang
ditemukan
3. Distribusi persebaran usia Skizofrenia pada tabel 4.3 menunjukkan
bahwa penderita Skizofrenia paling banyak pada usia 17 - 25 tahun
(remaja akhir) dan 26 - 35 tahun (dewasa awal) yaitu 30,56%.
Selanjutnya diikuti rentang usia 36 – 45 tahun (dewasa akhir) sebanyak
22,22%. Sedangkan semakin tua usia (lansia dan manula) semakin sedikit
angka kejadian Skizofrenia di wilayah Puskesmas Pejagoan yaitu 11,11%
(lansia awal) dan 2,78% (lansia akhir dan manula). Sehingga bisa
disimpulkan pasien skizofrenia di Puskesmas Pejagoan terjadi paling
banyak pada usia produktif.
B. Saran
1. Perlu adanya penyuluhan/ pemberian informasi oleh tenaga kesehatan
kepada masyarakat tentang gejala dan tanda, faktor risiko, terapi, serta
dukungan terhadap pasien dengan skizofrenia.
2. Perlu juga penyuluhan tentang kepatuhan berobat pasien dengan
skizofreania kepada keluarga pasien untuk meningkatkan keberhasilan
terapi, seperti melalui program Posyandu yang sudah ada di Puskesmas
Pejagoan, tinggal ditingkatkan lagi monitoring dan evaluasinya.
3. Perlu adanya dukungan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap
kepatuhan terapi pada pasien Skizofrenia
4. Optimalisasi lagi Pandu PTM yang ada di Puskesmas Pejagoan.
5. Harapan akan dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan berobat pasien Skizofrenia di
wilayah Puskesmas Pejagoan dengan memprioritaskan identifikasi
masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, Sunardi, Riksma, dan Euis. 2005. Pskiatri. Bandung: Refika Aditama.
Bhugra, D. 2005. The global prevalence of schizophrenia. PLoS Med. 2 (5): 151.
Kaplan, H.I., Sadock B.J., and Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri (Alih bahasa:
Widjaja Kusuma). Jakarta: Binarupa Aksara.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kementerin Kesehatan Republik Indonesia.
Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Pakpahan, dan Sri Hertika. 2012. Karakteristik Penderita Skizofrenia Rawat Inap
di Rumah Sakit Jiwa Medan Tahun 2001. Sumatera Utara: FK USU.
World Health Organization. 2017. Mental Health Atlas. Geneva: World Health
Organization.