Anda di halaman 1dari 5

Nama : YOHANES JENI, S.

Pd
LK : 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang telah Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kemampuan guru dalam Hasil Kajian Literatur Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
merancang dan 1. Menurut Anugraheni, (2017), menuturkan bahwa melalui perencanaan yang baik kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan metode
menerapkan metode
maka kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan perencanaan yang pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran masih
pembelajaran yang sesuai
dengan materi sudah disiapkan. Mencermati hal tersebut maka keberadaan guru adalah sebagai belum maksimal hal ini dikarenakan :
pembelajaran masih belum faktor penentu untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. 1. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang
maksimal.
2. Menurut Nugroho (2018) mengemukakan bahwa banyak guru belum mampu efektif dan efisien sesuai dengan perkembangan kurikulum
mengembangkan perangkat pembelajaran dengan baik. pembelajaran
3. Menurut Prasetyo dkk. (2015) Setiap pendidik dituntut untuk mampu merancang 2. Guru belum terbiasa melakukan variasi pembelajaran. Model
pembelajaran yang baik dengan pemilihan metode yang tepat sesuai dengan karakter pembelajaran yang sering digunakan masih konvensional.
materi 3. Guru malas melatih dan mengambangkan kemampuan yang ada
4. Menurut Kezia dan Debora (2020), Agar pembelajaran lebih efektif dan siswa tidak dengan tidak mau mengikuti pelatihan atau seminar-seminar
hanya mendengarkan saat ceramah dilakukan, namun siswa diberi kesempatan untuk yang bertemakan dunia pendidikan
mencatat poin-poin penting dari materi. Hal ini bertujuan agar siswa tidak 4. Keterbatasan ketersediaan sarana prasana yang dimiliki sekolah
mengantuk saat pelajaran, bosan, dan tidak melupakan materi yang sudah dijelaskan.
5. Menurut Salam,dkk (2020), Guru belum terbiasa melakukan variasi pembelajaran.
Model pembelajaran yang sering digunakan masih konvensional dengan lebih
banyak mengandalkan metode ceramah.
Sumber kutipan jurnal:
http//journal.iainkudus.ac.id/index.php/Thabiea
http//journal.uny.ac.id/index.php/hsjpi/article/view/4622/4502
 Hasil Wawancara
KEPALA SEKOLAH
WAKASEK KURIKULUM
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan kurang maksimalnya guru dalam merancang model pembelajaran antara
lain :
1. Guru kurang memahami metode-metode pembelajaran yang efektif
2. Guru malas melatih dan mengembangkan kemampuan yang ada dengan tidak mau
mengikuti pelatihan atau seminar-seminar yang bertemakan dunia pendidikan
3. Guru kurang memahami model-model pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
dengan perkembangan kurikulum pembelajaran
Saran perbaikan:
1) Perlu adanya kesadaran yang dibangun dalam diri seorang guru untuk
berbenah dan mencari tahu kekurang-kekurangan yang perlu dipersiapkan
untuk menghadapi tuntutan kurikulum
2) Perlu adanya kepedulian, kerja keras dan semangat integritas yang tinggi
dalam diri seorang guru untuk menggali dan mencari tahu model-model
pembelajaran yang inovatif, sehingga pada akhirnya dapat digunakan dan
diterapkan dalam proses pembelajaran dengan tepat dan efektif
3) Kepala sekolah perlu mengevaluasi seluruh rangkaian pembelajaran yang
terjadi di sekolahnya masing-masing guna mencari tahu kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki sebagaimana tuntutan kurikulum abad-
21
4) Guru perlu memiliki pemahaman terhadap model-model pembelajaran
yang inovatif sehingga mampuh mengembangkan secara efektif dengan
melihat karakteristik siswa dan potensi alam setempat.
5) Guru harus bisa memanfaatkan model-model pembelajaran inovatif untuk
menjawab tuntutan pembelajaran yang bermakna, berkarakter, dan
berorientasi pada keterampilan peserta didiknya masing-masing
2 Rendahnya kemampuan Hasil Kajian Literatur Dari hasil kajian literasi dan wawancara yang dilakukan penyebab
literasi dan numerasi yang rendahnya kemampuan literasi dan numerasi yang dimiliki siswa
dimiliki siswa 1. Menurut supiandi (2016), untuk membentuk budaya literasi Di kalangan sekolah,
yaitu :
dapat di lakukan dengan menerapkan program kata dengan implementasi program
1. Kurangnya minat baca dari setiap siswa.
E-pustaka, mentoring Mata Dan arisan kata
2. Kemampuan berbahasa indonesia yang belum maksimal
2. Menurut Hayat dan Yusuf (2006) lingkungan dan iklim belajar di sekolah
cenderung menggunakan bahasa daerah.
mempengaruhi variasi skor literasi siswa. Demikian juga keadaan infrastruktur
3. Kemampuan dasar matematis yang masih kurang
sekolah, sumber daya manusia sekolah dan tipe organisasi serta manajemen
4. Kemampuan bernalar masih rendah.
sekolah, sangat signifikan pengaruhnya terhadap prestasi literasi siswa
3. Menurut Penelitian oleh Charli (2017), yang menyatakan adanya kesulitan pada
indikator mengartikan lambang dan mengkonversi satuan. Menurut Charli, siswa
mengalami kesulitan dalam menuliskan simbol-simbol yang digunakan untuk
fisika.
4. Menurut Sumartati (2010), menyebutkan bahwa penyebab rendahnya literasi sains
siswa Indonesia disebabkan beberapa hal antara lain yaitu :
a) Pembelajaran yang bersifat terpusat pada guru ( Teacher contered )
b) Rendahnya sikap positif siswa dalam mempelajari sains
5. Menurut Pendapat Marantika (2007), yang menjelaskan bahwa dalam
pembelajaran fisika sering digambarkan dan dijelaskan oleh simbol dan formula
matematika. Oleh sebab itu, pemahaman konsep fisika juga sangat membutuhkan
adanya pemahaman mengenai konsep-konsep dasar matematika.

Sumber kutipan jurnal:


https:/ http//doi.org/10.29303/jipp.v5i2.122
https:/ http//ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD

 Hasil Wawancara
TEMAN SEJAWAT/ GURU:

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terdapat beberapa faktor yang


menyebabkan rendahnya kemampuan literasi dan numerasi: siswa antara lain :
1) Kurangnya minat baca dari setiap siswa.
2) Kemampuan berbahasa indonesia yang belum maksimal terlalu sering
menggunakan bahasa daerah.
3) Kemampuan dasar matematis atau dasar berhitung yang masih kurang

Saran perbaikan:
1) Meningkatkan kualitas guru
Sudah pasti guru adalah sosok yang menjadi pioner dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus secara sadar diri
terus melakukan peningkatan kualitasnya. Tak hanya bicara soal kualitas
mengajar pada mata pelajaran yang diampu, lebih dari itu, guru juga dituntut
berkualitas dalam aspek psikologi anak. Hal ini sangat penting demi
terwujudnya motivasi belajar siswa yang tinggi. Tentu saja guru bisa
melakukan peningkatan kualitas dengan mengikuti berbagai macam seminar
atau pelatihan.
2) Pilih metode pembelajaran yang tepat
Sebagai seorang guru memang harus pandai dalam memilih metode belajar
yang tepat. Pemilihan metode belajar ini bisa menjadi tolak ukur apakah siswa
merasa jenuh dalam kegiatan belajarnya atau bahkan merasa antusias dengan
metode yang guru terapkan. Guru bisa menerapkan metode belajar diskusi
secara langsung melalui aplikasi belajar atau membagi siswa dalam beberapa
kelompok guna memudahkan siswa dalam memahami materi.
3) Lakukan evaluasi pembelajaran
Evaluasi pada setiap kegiatan pembelajaran mutlak sangat perlu untuk
dilakukan. Hal ini bertujuan melihat efektivitas kegiatan belajar tersebut sudah
efektif atau belum. Evaluasi ini bisa dilakukan dengan menganalisis nilai yang
diperoleh siswa dari soal atau tugas yang guru berikan.

Anda mungkin juga menyukai