Anda di halaman 1dari 36

UJIAN AKHIR SEMESTER

OLEH :
NAMA : YUYUN
STAMBUK : A1H120031
KELAS : A
DOSEN PENGAMPUH : DAMSIR D, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PG-PAUD


JURUSAN PG-PAUD
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
1. Rangkuman Bab 1-9 :

 Rangkuman Bab I

Hakikat Manusia dan Pengembangannya

Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu


peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiannya. Ciri
khas manusia membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari
apa yang disebut sifat hakekat manusia.

a. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Kemampuan untuk membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai


objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu. Kemampuan pada diri manusia
yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatannya sebagai
manusia. Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang
menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung
jawab. Merdeka adalah rasa bebas , tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat
manusia.

b. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia Serta Potensi, Keunikan Dan


Dinamikannya

1. Dimensi Keindividualan, Individu adalah sesuatu yang merupakan suatu


keutuhan yang tidak dapat dibagi (in devide). Karena adanya
individualitas, setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
2. Dimensi kesosialan setiap orang pasti dapat saling memberi dan
menerima. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri,
karena seorang akan dapat mengembangkan diri hanya dalam pergaulan
sosial.
3. Dimensi kesusilaan Susila berasal dari kata su dan sila yang berarti
kepantasan yang tinggi. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua
macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (persoalan
kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan).
4. Dimensi keberagamaan manusia pada hakikatnya adalah makhluk religius.
beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk
yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Dapat dikatan bahwa
agama menjadi sandaran vertikal manusia.

c. Pengembangan yang utuh

Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan


oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara
potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan
pelayanan atas perkembangannya. Keutuhan pengembangan dimensi hakikat
manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan secara terpadu.

Kesimpulan :

Kesimpulan dari bab di atas yautu dalam keseluruhan, pendidikan bukan


hanya tentang penyampaian informasi, tetapi juga tentang membentuk karakter
dan mengembangkan potensi penuh manusia. Pendidikan yang berkualitas akan
mencakup aspek-aspek hakikat manusia, memandang peserta didik sebagai
individu yang unik, sosial, moral, dan spiritual. Dengan demikian, pendidikan
diarahkan pada upaya pengembangan manusia secara menyeluruh, menciptakan
individu yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga berkarakter dan
bertanggung jawab dalam masyarakat

a.
 Rangkuman Bab II

Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur-Unsur Pendidikan

Perkembangan pemikiran manusia dalam memberikan batasan tentang


makna dan pengertian pendidikan, setiap saat selalu menunjukkan adanya
perubahan. Perubahan itu didasarkan atas berbagai temuan dan perubahan di
lapangan yang berkaitan dengan semakin bertambahnya komponen sistem
pendidikan yang ada. Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola
pendidikan dan pengamat pendidikan yang membuahkan teori-teori baru.
Kemajuan alat teknologi turut andil dalam mewarnai perubahan makna dan
pengertian pendidikan tersebut.

a. Pengertian pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam kajian dan
pemikiran tentang pendidikan, terlebih dahulu perlu di ketahui dua istilah
yang hampir sama bentuknya dan sering di pergunakan dalam dunia
pendidikan, yaitu pedagogi dan pedagoik.

b. Pengertian Ilmu Pendidikan

Ilmu Pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan
Pendidikan yang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa Ilmu
adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia terbitan Balai Pustaka menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal
dari kata dasar didik, yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran

Unsur-unsur pendidikan terdiri atas beberapa bagian, sebagaimana


dijelaskan berikut ini:

1. Peserta Didik Peserta didik berstatus sebagai subjek didik dalam suatu
pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang memiliki potensi fisik
dan psikis, seorang individu yang berkembang serta individu yang
membutuhkan bimbingan dan perlakuan manusiawi. Peserta didik juga
memiliki kemampuan untuk mandiri. Peserta didik juga tidak memandang
usia.
2. Pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik bisa berasal
dari lingkungan pendidikan yang berbeda, misalnya lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Kesimpulan:

Kesimpulan dari materi di atas adalah Perkembangan pemikiran manusia


mengenai makna dan pengertian pendidikan selalu mengalami perubahan seiring
waktu. Perubahan ini dipengaruhi oleh temuan baru, perubahan di lapangan, dan
perkembangan komponen sistem pendidikan. Pengertian pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara
aktif. Perkembangan ilmu pendidikan juga mencerminkan evolusi pola pikir
manusia. Ilmu pendidikan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu ilmu dan
pendidikan, yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Unsur-unsur
pendidikan melibatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang memiliki
potensi fisik dan psikis. Pendidik, sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap
pelaksanaan pendidikan, berasal dari berbagai lingkungan seperti keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
 Rangkuman Bab III

Landasan Dan Asas Pendidikan Serta Penerapannya


Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan
dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama
terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural,
yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan

1. Pengertian Landasan Filosofis

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat


pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan
tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih
baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini
adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan
Progresivisme dan Ekstensialisme.

2. Pengertian Landasan Sosiologis


Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2) Hubungan kemanusiaan.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.

3. Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab


kebudayaan dapat dilestarikan atau dikembangkan dengan jalur mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik
secara formal maupun informal.
4. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan
perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan
pendidikan. Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan
sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang
pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta
tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

5. Asas-Asas Pokok Pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar


atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara
asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat,
dan Asas Kemandirian dalam Belajar.

A. Penerapan asas-asas pendidikan

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau


tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama yang
sangat penting dalam pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah
bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Seperti
diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya dan sangat tergantung pada
orang lain (orang tuanya, terutama ibu) namun memiliki potensi yang hampir
tanpa batas untuk dikembangkan.

Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan


beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
1. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur dan jenjang pendidikan
yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam
masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.
2. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan
kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
3. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan
untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan
irama belajarnya.
4. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai
dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang
mandiri.
5. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang
memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri,
yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal.

Kesimpulan:

Kesimpulan dari bab di atas adalah Pendidikan sebagai usaha sadar dan
sistematis-sistemik memiliki landasan yang sangat penting untuk mendukung
tujuan perkembangan manusia dan masyarakat. Landasan ini melibatkan aspek
filosofis, sosiologis, kultural, dan psikologis, serta didukung oleh asas-asas pokok
pendidikan. Adapun landasan landasan terdiri dari landasan filosofis, landasan
fisiologis, landasan kulturan dan landasan psikologi. Penerapan asas-asas
pendidikan, seperti asas Tut Wuri Handayani, mengacu pada memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk memilih jalur dan jenis pendidikan yang
sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
 Rangkuman Bab IV

Perkiraan Dan Antisipasi Terhadap Masyarakat Masa Depan

A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan

Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan


kebudayaan tertentu. Demikian pula di Indonesia, pendidikan nasional
dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia.
Landasan sosio-kultural salah satu dasar utama dalam menentukan arah kepada
program-program pendidikan, baik program pendidikan baik program sekolah
maupun program pendidikan luar sekolah. Di dalam penjelasan UU No. 2 Tahun
1989 tentang Sistem pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Dalam kehidupan
suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin
perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.”
John Naisbitt seperti di kutip Deliar Noer dan Iskandar Alisyahbana
(1988:355) menyebut perubahan masa depan dengan sepuluh arah, yaitu:
1. Peralihn dari masyarakat industri kepada masyarakat informasi
2. Pearalihan dari teknologi yang dipaksakan kepada teknologi tinggi dan
sentuhan tinggi
3. Peralihan dari ekonomi nasional menuju ekonomi dunia
4. Peralihan dari perencanaan jangka pendek menuju perencanaan jangka
panjang
5. Dari sentralisasi menuju desentralisasi
6. Dari bantuan institusional menuju ke bantuan individual
7. Dari demokrasi perwakilan menuju ke demokrasi partisipatoris
8. Peralihan dari hierarki-hierarki menuju penjaringan (network)
9. Peralihan dari Utara menuju Selatan
10. Peralihan dari satu pilihan kepada pilihan majemuk.

Perkembangan masyarakat beserta kebudayaanya sekarang ini makin


mengalami percepatan serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
manusia. Perubahan yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum
yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan.
Diantaranya:
1. Kecenderungan Globasasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya,
utuhnya, kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan akan tanpa
tapal batas administrasi Negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling
ketergantungan antarbangsa di dunia semakin besar dengan kata lain menjadikan
dunia sebagai satu keutuhan, satu keutuhan.
Menurut Emil Salim(1990; 8-9) terhadap empat bidang kehutanan
gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni
bidang bidang iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan


salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Perkembangan iptek pada akhir
abad ke-20 ini sangat mengesankan, utamanya dalam bidang-bidang transportasi,
telekomunikasi dan informatika, genetika,biologi molekul serta bioteknologi dan
sebagainya.
Percepatan perkembagan iptek tersebut berkaitan dengan landasan
ontologism, epistemologis, dan aksiologis. Segi landasan ontologis, objek
telaahan ialah berupa pengalaman atau segenap ujud yang dijangkau lewat alat
indra telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya peranti
(device) yang membantu alat indra tersebut.

3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat


Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan
dengan informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi. Bentuk
komunikasi langsung (verbal ataupun non verbal) dikenal sebagai komunikasi
antar pribadi (interpersonal comunication), baik komunikasi antar dua orang
(dyadic communication), maupun komunikasi dalam kelompok kecil (small group
communication) dengan cirri pokok adanya dialog diantara pihak-pihak yang
berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi yang bercirikan monolog adalah
komunikasi public, yang dibedakan atas komunikasi pembicara-pendengar
(speaker-audience communication) dan sebagainya yang menyangkut penerima
yang sangat luas.

B. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan

Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan


kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya,
tentulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi tersebut.
Pengembangan pendidikan yang dalam masyarakat yang sedang berubah dengan
cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis dan
sistematik.

Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan,


seperti kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana prasarana, dan
lain-lain. Akhirnya pada lapis individual, penggarapan upaya pembaruan terkait
pada semua personal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa,
meliputi baik pengetahuan dan keterampilan maupun wawasan serta sikapnya.
Keberhasilan antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh
kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan.

1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia modern)

Tantangan yang akan dihadapi manusia masa depan, seperti:


kemampuan menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang globalisasi dalam
berbagai bidang wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang iptek,
kemampuan menyaring dan memanfaatkan arus informasi yang semakin padat
dan cepat, dan kemampuan bekerja efisien sebagai cikal bakal kemampuan
professional.
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan

Dalam penjelasan UU RI No 2 Tahun 1989 dikemukakan sebagai berikut:


dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan: pertama,
pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mandiri, dan kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan
nasional yang tangguh.

Kesimpulan :

Pendidikan akan menyiapkan peserta didik masyarakat di masa depan.


oleh karena itu karna keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan
seharusnya berorientasi ke masyarakat masa depan tersebut. Ciri masyarakat masa
depan itu antara lain yaitu globalisasi, utama nya dalam iptek, ekonomi,
lingkungan hidup, pendidikan dan peningkatan layanan propesional dalam
berbagai segi kehidupan manusia. Usus yang terakhir tersebut, perlu lebih di
mantap kan propesionalisasi tenaga pendidikan.

 Rangkuman Bab V

A. Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan

Pendidikan adalah pengalaman yang terjadi karena interaksi manusia


dengan lingkungannya , baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia
secara efisien dan efektif. Tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut
lingkungan pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta
didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan disekitarnya, utamanya
berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia , agar dapat dicapai tujuan
pendidikan yang optimal.
Pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yakni:
1. membimbing,berkaitan dengan pemantapan jati diri
2. mengajar, berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan.
3. melatihberkaitan dengan keterampilan dan kemahiran.
B. Tri pusat pendidikan

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup
di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.

1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari
sejumlah kecil orang karena berhubungan sedarah. Dalam undang –
undang di tegaskan bahwa pendidikan keluarga itu merupakan salah
satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman
seumur hidup.
Menurut ki hajar dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan
tempat sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual
maupun pendidikan sosial.

2. Sekolah

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk


melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin
penting peran sekolah. Oleh karena itu, sekolah sebaiknya menjadi
pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai
individu, warga Negara , dan warga dunia di masa depan. Salah satu
alternatife yang mungkin dilakukan sekolah antara lain:
a. Pengajaran yang mendidik.
b. Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program
bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
c. Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat
sumber belajar (PSB).
3. Masyarakat

Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika


anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga
dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti
pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Kaitan antara
masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.
b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan kelompok sosial
masyarakat.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik
yang di rancang maupun yang dimanfaatkan.

C. Pengaruh Timbal Balik antara Tripusat Pendidikan Terhadap

Perkembangan Peserta Didik.

Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh-kembang anak pada


umumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan, proses
perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat
pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun
secara bersama-sama.

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang


besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Kontribusi itu akan berada bukan hanya antar individu, tetapi juga faktor
pusat pendidikan itu sendiri yang bervariasi di seluruh wilayah Nusantara. Namun
kecenderungan umum, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi keluarga
pada aspek penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan makin mengecil
dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat.
Kesimpulan:

Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang


unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya
tergantung tentang bagaiamana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan
pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta
lingkungan masyarakat. Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan
yang lain yang disebut sebgaia tripusat. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri,
namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.

 Rangkuman Bab VI

Aliran-aliran Pendidikan

A. Pengertian Aliran-Aliran Pendidikan

Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa


pembaruan dunia pendidikan. Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu
berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran
terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir-pemikir
berikutnya, sehingga timbul pemikiran baru, dan juga seterusnya.

Aliran-aliran dalam pendidikan perlu dikuasai oleh para calon pendidik


karena pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang
bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik
(menyeluruh). Menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) aliran-aliran pendidikan telah
dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu
dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan
yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran
pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman
Yunani kuno sampai kini, dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran
(gerakan) baru.
B. Pengertian Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruhnya
Terhadap Pemikiran Pendidikan di Indonesia

Aliran klasik merupakan benang-benang merah yang menghubungkan


pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang.
Aliran-aliran tersebut meliputi aliran-aliran empirisme, nativisme, naturalisme,
dan kovergensi. Aliran-aliran itu mewakili berbagai variasi pendapat tentang
pendidikan, mulai dari yang paling pesimis sampai dengan yang paling optimis.
Aliran yang paling pesimis memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat,
bahkan mungkin merusak bakat yang telah dimiliki anak. Sedangkan sebaliknya,
aliran yang sangat optimis memandang anak seakan-akan tanah liat yang dapat
dibentuk sesuka hati. Banyak pemikiran yang berada diantara kedua kutub
tersebut, yang dapat dipandang sebagai variasi gagasan dan pemikiran dalam
pendidikan.

1. Aliran Empirisme

Empirisme berasal dari kata empire, artinya pengalaman empirisme


dipandang sebagai hal yang paling produktif, karena dalam dunia pendidikan
lingkunganlah yang berperan besar untuk membentuk potensi dan
pengetahuan peserta didik. Ada beberapa lingkungan yang berperan dalam
proses pendidikan, diantaranya adalah lingkungan sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Dalam proses ini inderawi sepenuhnya sangat berperan dalam
berlangsungnya proses pendidikan dan menjadi hal yang nyata dalam praktek
pendidikan.

2. Aliran Aliran Nativisme

Aliran nativisme berlawanan dengan aliran empirisme. Nativisme


berasal dari kata nativus yang berarti kelahiran atau native yang artinya asli
atau asal. Aliran nativisme mengesampingkan peranan lingkungan sosial,
pembinaan dan pendidikan. Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin
terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia dan aliran ini erat
kaitannya dengan aliran intuisme dalam penentuan baik dan buruk manusia.
Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peran
pembinaan dan

3. Aliran Naturalisme

Natur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir.
Aliran ini meiliki persamaan dengan aliran nativisme. Aliran Naturalisme
dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau. Ia mengatakan, “Segala sesuatu
adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek
manakala ia sudah berada di tangan manusia”. Seorang anak dapat tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus
diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan
yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut.

4. Aliran Konvergensi

Salah satu tokoh pendidikan bernama William Stern (1871-1939) telah


menggabungkan pandangan yang dikenal dengan teori atau aliran
konvergensi. Aliran ini ingin mengompromikan dua macam aliran yang
eksterm, yaitu aliran empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan
dan lingkungan sama pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap
hasil perkembangan anak didik. Stern berpendapat bahwa pembawaan dan
lingkungan merupakan dua garis yang menuju kepada suatu titik pertemuan
(garis pengumpul).

C. Pengaruh Aliran Klasik terhadap Pemikiran dan Praktik Pemikiran di


Indonesia

Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di Indonesia melalui


upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan dari penguasa penjajahan
Belanda yang disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang belajar di
negara Belanda pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan Indonesia, gagasan-
gagasan dalam aliran-aliran pendidikan itu masuk ke Indonesia melalu orang-
orang Indonesia yang belajar di berbagai negara.
D. Gerakan Baru dalam Pendidikan dan Pengaruhnya di Indonesia

Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk upaya


peningkata mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja.
Meskipun demikian, sebagai suatu sistem penanganan satu atau beberapa
komponen itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari
gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan
kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran
alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek dan
sebagainya:

a) Pengajaran Alam Sekitar


b) Pengajaran Pusat Perhatian
c) Sekolah Kerja
d) Pengajaran Proyek
e) Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan di Indonesia
Kesimpulan :

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang
terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran disebut aliran atau gerakan baru
dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh
dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Kajian tentang berbagai aliran/gerakan
pendidikan itu akan memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada
tenaga kependidikan. Hal itu sangat penting, agar para pendidik dapat memahami
dan pada gilirannya kelak dapat memberi konstribusi terhadap dinamika
pendidikan itu. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa dengan pengetahuan
dan wawasan historis tersebut, setiap tenaga kependidikan di harapkan memiliki
bekal yang memadai dalam meninjau berbagai masalah yang dihadapi, serta
pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan/tindakan sehari-hari.
 Rangkuman Bab VII

Permasalahan Pendidikan

A. Kualitas Pendidikan Di Indonesia

Kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah yakni berada pada urutan


ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data
yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki
daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia
hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi
heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan
nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya
keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa
hal yang mendasar.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah
masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih
menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan
khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
1. Rendahnya sarana fisik
2. Rendahnya kualitas guru
3. Rendahnya kesejahteraan guru
4. Rendahnya prestasi siswa
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

Mahalnya biaya pendidikan. Permasalahan-permasalahan yang tersebut


di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “Masalah
Pendidikan di Indonesia” ini.
B. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia

Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas


dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud
di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan
bangsa Indonesia. Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara
seperti melalui pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan
tinggi, melalui ceramah-ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan
beragama di asramaasrama, lewat mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di
televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya.

C. Kualitas Pendidikan di Indonesia

Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari


kualitas guru, sarana belajar, dan muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan
terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-
guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak
diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Sarana pembelajaran juga turut
menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi
penduduk di daerah terbelakang.
Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia Di bawah ini akan
diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara
umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik
(dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah.

2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia


Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan
dengan proses yang lebih murah. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih
baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa
melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita
lihat pendidikan di Indonesia.

3. Standardisasi Pendidikan
Di Indonesia Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita
ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan
diambil. Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh
masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di
dalam dunia modern dalam ere globalisasi.
4. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan
tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar
rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak
standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak
memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

Kesimpulan:

Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di


bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang
menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi
pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang
menjadi penyebabnya yaitu. Rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru,
rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan
pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
mahalnya biaya pendidikan. Adapun solusi yang dapat diberikan dari
permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta
prestasi siswa.
 Rangkuman Bab VIII

Sistem Pendidikan Nasional

A. Pendidikan Sebagai Sistem

Pendidikan Sebagai Sistem Dalam Bab ini I Pasal 1 UU SISDIKNAS no.


20 tahun 2003 disebutkan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Berangkat dari bunyi pasal ini dapat diketahui bahwa
pendidikan adalah sistem yang merupakan suatu totalitas struktur yang terdiri dari
komponen yang saling terkait dan secara bersama menuju kepada tercapainya
tujuan.

Gambaran Umum Sistem Pendidikan di Indonesia Dewasa Ini Gambaran


sistem pendidikan di Indonesia yang menganut Sistem Pendidikan Nasional
secara makro dapat dilihat dalam berbagai aspek antara lain sebagai berikut:

1. Pengelolaan Sistem Pendidan dikelola sacara sentralistik, berlaku diseluruh


tanah air. Tujuan pendidikan, materi ajar, metode pembelajaran, buku ajar,
tenaga kependidikan, baik siswa, guru maupun karyawan, mengenai
persyaratan penerimaannya, jenjang kenaikan pangkatnya bahkan sampai
penilaiannya diatur oleh pemerintah pusa dan berlaku untuk semuua sekolah
di seluruh pelosok tanah air.
2. Peran Pemerintah dan Masyarakat Pemerintah adalah pihak yang
mengendalikan dan mengelola sistem pendidikan secara nasional. Meskipun
dalam UU SISDIKNAS dikatakan bahwa masyarakat adalah mitra pemerintah
dalam menyelenggarakan pendidikan dan memiliki kesempatan yang seluas
untuk berperan serta dalam menyelenggarakan atau mengelola unit
pendidikan, dengan tetap pada ciri-ciri identitasnya. Peran masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan yang antara lain dimanifestasikan dalam
penyelenggaraan sekolah, keluarga, dan unit-unit pendidikan non-formal
lainnya, juga terasa kosong, formalis, tidak berjiwa, terpisah-pisah, dan lepas
dari sentuhan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai agama, budaya, dan nilai-
nilai keadaban lainnya. Seperti disebutkan di muka, sekolah adalah milik
masyarakat, bukan milik pemerintah, individu dan kelompok.
3. Materi Ajar Senada dengan strategi sistem pendidikan tersebut, maka orientasi
penyusunan materi ajar diarahkan untuk memenuhi kepentingan pemerintah
agar target pembangunan dapat mengejar pertumbuhan yang telah ditetapkan.
Padahal globalisasi menuntu agar agar materi ajar diorientasikan demi
kepentingan anak didik, pasar dan pembangunan IPTEK. Tentu saja semuanya
ini dalam perspektif demi kepentingan bangsa dan Negara.
4. Pendekatan dan Metodologi Pembelajaran Sistem Pendidikan Nasional masih
berpegang pada paradigma lama bahwa ilmu diperoleh dengan jalan diberikan
atau diajarkan oleh orang lebih pandai atau guru kepada murid. Pola guru
tahu-murid tidak tahu-guru memberi-murid menerima-guru aktif-murid pasif,
masih terus diparaktekkan. Tidak ada kritik atau koreksi terhadap pendapat
guru, yang adalah minta penjelasan kemudian menerima dan mengikutinya.
Paradigm itu jelas kehilangan tempat dalam konteks modern dimana ilmu itu
dicari.

Kesimpulan:

Kesimpulan dari uraian tentang sistem pendidikan di Indonesia antara


keinginan dan realita di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan di
Indonesia dewasa ini tampak ada kesenjangan antara kenginan dan realita. Secara
makro dapat dilihat dalam aspek pengelolaan, peran pemerintah dan masyarakat,
kurikulum atau materi ajar, pendekatan dan metodologi pembelajaran, sumber
daya manusia, lingkungan kampus atau sekolah, dana dan akreditasi. Kesenjangan
dalam sistem pendidikan tersebut disebabkan karena faktor politik, ekonomi, sial-
budaya dan sebagainya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan dan
perkembangan zaman.
.
 Rangkuman Bab XI

Pendidikan dan Pembagunan

A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya

Menurut paham umum kata pembangunan lazimnya diasosiasikan dengan


pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan
dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat
transportasi, komunikasi, dan sejenisnya. Seperti yang dinyatakan dalam GBHN,
hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir
pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah
dan rohaniah, sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius,
agar dengan demikian dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang
dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia,
berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi
kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya,
tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan
masing-masing dalam esensi pembangunan serta antar keduanya:

1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan


merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang
pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).

B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan

Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada


beberapa segi :
1. Segi sasaran
2. Segi lingkungan
3. Segi jenjang pendidikan
4. Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan

1. Segi Sasaran Pendidikan


Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.

2. Segi Lingkungan Pendidikan

Segi Lingkungan Pendidikan Terdiri dari :


1. Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang
baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kecekatan, kesopanan, dan moral.
2. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik
dibimbing, untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan
kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3. Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal), peserta didik
memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan.

3. Segi Jenjang Pendidikan

Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal


dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi
berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah
berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.

4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan


Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang
ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi,
pertanian, pertambangan, pertahanan dan lain-lain.
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional

Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal yaitu :

1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.


2. Wujud pembangunan sistem pendidikan

1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun


Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi
manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga
perlu disempurnakan. Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar
manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga
selalu disempurnakan. Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat
sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa
depan bangsa.

2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan


Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama
lain bertalian erat, yaitu :
1. Aspek filosofis dan keilmuan
2. Aspek yuridis atau perundang-undangan
3. Struktur
4. Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi

D. Pembangunan Nasional
1. Batasan
Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktur produksi
(pendapatan nasional) struktur penduduk dan mata pencaharian (lapangan
kerja) dan struktur lalu lintas barang, jasa dan modal dalam hubungan
internasional.
2. Tujuan (masyarakat masa depan)
Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan mencapai
negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
3. Strategi pelaksanaan
Strategi dasar pembangunan nasional Indonesia selama kurang lebih 30
tahun, baik jangka panjang maupun jangka pendek, bertumpu pada
pembangunan ekonomi yang terkait dengan pembangunan bidang-bidang
lainnya.
4. Karakteristik
Pembangunan nasional merupakan :
1. Bentuk pengamalan Pancasila
2. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya
3. Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap
dan berlanjut
E. Peranan pembangunan Nasional
1. Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah satu
pembatas lingkungan pembangunan pendidikan nasional, dan parameter atau
tolak ukur kontribusi keberhasilan fungsi pembangunan pendidikan nasional
terhadap pembangunan nasional.
2. Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional
berupa hasil-hasil pembangunan seperti informasi, energi (tenaga), bahan-
bahan
Kesimpulan:
Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Jika manusia memiliki jiwa
pembangunan sebagai hasil pendidikan, maka diharapkan lingkungannya akan
terbangun dengan baik. Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran
lingkungan fisik maupun yang bersasaran lingkungan sosial karena pembangunan
pendidikan adalah pembangunan manusia seutuhnya.
2. Jurnal 1-5

 Jurnal 1

Judul : Mengembangkan kreativitas dan karakter bangsa melalui


Kurikulum Merdeka di Madrasah.
Nama penulis : Muliardi
Tahun : 2023
Abstrak : Kajian ini membahas Kurikulum Merdeka sebagai solusi
pengembangan kreativitas dan karakter bangsa bagi siswa
Madrasah. Studi ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitik
dengan studi literatur dan sumber data yang beragam untuk
memperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang pengaruh
Kurikulum Merdeka di Madrasah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Kurikulum Merdeka dapat membantu mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif serta karakter
bangsa pada siswa Madrasah. Kurikulum Merdeka yang berbasis
pengalaman dan kebebasan dalam belajar memungkinkan siswa
untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka. Diharapkan kajian
ini dapat memberikan kontribusi dalam upaya pengembangan
pendidikan di Madrasah dan menjadi acuan bagi para pendidik dan
pembuat kebijakan dalam mengembangkan kurikulum yang fokus
pada pengembangan kreativitas dan karakter bangsa.

Kesimpiulan : Kreativitas dan karakter bangsa merupakan hal penting yang harus
dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia. Madrasah sebagai
lembaga pendidikan memiliki peran strategis dalam mewujudkan
visi ini guna membentuk generasi bangsa yang mampu berkiprah
pada dunia internasional dengan tetap menjadi pribadi yang
nasionalis. Terkait hal ini, Kurikulum Merdeka dengan berbagai
karakteristiknya merupakan salah satu opsi yang dapat diterapkan.
Pembelajaran inklusif yang mengakomodir karakteristik setiap
siswa diharapkan mampu mengasah kreativitas mereka saat
melihat berbagai fenomena kehidupan. Meski demikian, untuk
menghadapi tantangan yang ada, diperlukan dukungan dari
berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat, dan
dunia usaha, untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang
kreatif, berdaya saing, dan memiliki karakter yang kuat.
Berdasarkan temuan yang ada, kajian ini merekomendasikan
kepada para peneliti berikutnya untuk dapat mengkaji tentang
implementasi Kurikulum Merdeka terhadap peningkatan
kreativitas dan karakter bangsa melalui penelitian studi kasus.
Dengan demikian, kurikulum ini dapat dipotret dari berbagai sudut
pandang sehingga dapat dijadikan evaluasi dalam perkembangan
selanjutnya.

 Jurnal 2

Judul : Efektivitas Kemerdekaan Belajar Melalui Bermain Terhadap


Karakter Anak TK Baiturridha Kabupaten Padang Pariaman
Nama penulis : Serli Marlina, Zahratul Qalbi, & Rafhi Febryan Putera
Tahun : 2020
Abstrak : Pada umumnya anak-anak yang tidak diberikan kebebasan dalam
bermain, bukan anak yang menciptakan permainan dan anak harus
mengikuti permainan yang dirancang oleh guru. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektivitas kemerdekaan belajar melalui
bermain terhadap karakter anak. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan metode quasi experimental (eksperimen semu).
Sampel dari penelitian ini ditentukan berdasarkan Cluster
Sampling yakni kelompok B1 dengan jumlah anak 12 orang dan
B2 juga 12 orang. Instrument ini dianalisis dengan melakukan
validitas tes dan reliabilitas tes. Teknik penggumpulan data dengan
melakukan observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan
uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. Hipotesis
penelitian ini adalah terdapatnya efektivitas kemerdekaan belajar
melalui bermain terhadap karakter anak di TK Baiturridha
Kabupaten Padang Pariaman. Hasil penelitian diperoleh bahwa
thitung > ttabel, yaitu 9,037 > 2,073, maka dapat disimpulkan
bahwa kemerdekaan belajar melalui bermain di kelas eksperimen
lebih efektif dibandingkan dengan kelas kontrol yang bermain
secara klasikal. Dengan bermain dapat membangun karakter anak.
Nilai karakter diberikan melalui keteladanan, pembiasaan, dan
pengulangan dalam kehidupan sehari-hari yang diintegrasikan
melalui kegiatan bermain

Kesimpulan : Merdeka belajar melalui bermain lebih efektif untuk membangun


karakter anak, dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan
bermain tanpa tekanan kepada anak. Memberikan ruang bermain
bagi anak agar karakternya bisa ditanamkan dengan baik. Bermain
seraya belajar dan belajar seraya bermain merupakan prinsip
belajarnya anak usia dini. Bemain merupakan aspek penting untuk
menstimulasi semua perkembangan anak, yakni aspek
perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial
emosional, fisik motorik, dan seni. Dengan bermain dapat
membangun karakter anak. Nilai karakter diberikan melalui
keteladanan, pembiasaan, dan pengulangan dalam kehidupan
sehari-hari yang diintegrasikan melalui kegiatan bermain. Suasana
dan lingkungan yang aman dan nyaman, perlu diciptakan dalam
proses penanaman nilai-nilai karakter. Penanaman nilai karakter
pada anak bukan hanya sekadar mengharapkan kepatuhan, tetapi
harus disadari dan diyakini oleh anak sehingga mereka merasa
bahwa nilai tersebut memang benar dan bermanfaat untuk dirinya
dan lingkungannya.

 Jurnal 3

Judul : Merdeka Belajar dalam Pendidikan Seni untuk Meningkatkan


Kreativitas
Nama penulis : Rajendradewi Paramita.
Tahun : 2020
Abstrak : Merdeka Belajar adalah inovasi terbaru dalam dunia pendidikan
seni. Merdeka belajar memberikan institusi, pendidik dan peserta
didik kebebasan dalam mengelola kegiatan pembelajarannya,
khususnya dan pendidikan seni rupa di SMP. Terutama esensi
kemerdekaan berpikir ini harus ada pada pendidik. Sebelum
adanya kebijakan merdeka belajar masih ada upaya pengekangan
di sekolah, khususnya dalam pendidikan seni, Penulisan makalah
ini menggunakan metode penelitian pustaka yang berkaitan dengan
kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka namun pembahasan
pada makalah ini mengerucut pada merdeka belajar untuk
pendidikan seni budaya di sekolah menengah pertama. Hasil dari
telaah penulis adalah uraian tentang merdeka belajar di sekolah
yang berkorelasi dengan pendidikan seni, dan upaya peningkatan
kreativitas dalam pembelajaran seni rupa di SMP berdasarkan
keterkaitannya dengan merdeka belajar, sehingga dapat dikatakan
pembelajaran seni dapat memberikan ruang bebas bagi pendidik
dan siswa untuk lebih kreatif dalam pembelajaran.

Kesimpulan : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


(Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Nadiem Anwar Makarim
selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia
Maju. Merdeka belajar terinspirasi dari filsafat Ki Hajar Dewantara
mengenai dua aspek yaitu kemerdekaan dan kemandirian. Ki Hajar
Dewantara menekankan berulangkali mengenai kemerdekaan dalam
belajar. Merdeka belajar terinspirasi dari filsafat Ki Hajar
Dewantara mengenai dua aspek yaitu kemerdekaan dan
kemandirian. Ki Hajar Dewantara menekankan berulangkali
mengenai kemerdekaan dalam belajar. Menurut Ki Hajar Dewantara
kemerdekaan bersifat tiga macam yaitu berdiri sendiri, tidak
bergantun pada orang lain, dan mengatur diri sendiri. Dalam konsep
merdeka belajar antara guru dan murid merupakan subyek di dalam
sistem pembelajaran. Artinya guru bukan dijadikan sumber
kebenaran oleh siswa, namun guru dan siswa berkolaborasi
penggerak dan mencari kebenaran.

 Jurnal 4

Judul : Studi Literatur: Konsep Kurikulum Merdeka Pada Satuan


Pendidikan Anak Usia Dini
Nama penulis : Nur Azziatun Shalehah
Tahun : 2023
Abstrak : Kurikulum merupakan ruh dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran di satuan pendidikan, sehingga adalah hal yang wajar
jika terus terjadi perbaikan dan tranformasi pada sebuah
kurikulum. Saat ini, kurikulum merdeka dicetuskan sebagai bagian
solusi untuk memperbaiki pengajaran dan pembelajaran di
Indonesia. Kurikulum merdeka ini erat kaitannya dengan konsep
merdeka belajar yang memberikan keluwesan belajar pada peserta
didik. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana konsep
kurikulum merdeka, khususnya di jenjang PAUD. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi
kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa konsep kurikulum merdeka
memungkinkan peserta didik menjadi pusat pembelajaran yang
berkesempatan untuk mengeksplor lingkungan di sekitarnya
dengan tuntunan seorang pendidik. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung
konsep “merdeka belajar” pada peserta didik. Pofil pelajar
pancasila juga menjadi inovasi dalam kurikulum merdeka,
mencakup 6 dimensi. Penilaian dan hasil belajar pada kurikulum
merdeka mengacu pada standar acuan Standar Nasional Pendidikan
yang kemudian disebut sebagai capaian pembelajaran, mencakup
nilai-nilai agama dan karakter, identitas diri atau jati diri, serta
dasar-dasar literasi dan STEAM (sains, teknologi, teknik, seni dan
matematika).

Kesimpulan : Kurikulum merdeka dengan konsep merdeka belajar yang


didukung dengan pembelajaran berbasis proyek sangat relevan
untuk digunakan pada zaman ini. Konsep pembelajaran tersebut
dapat membantu menyiapkan pserta didik dalam menghadapi
perkembangan teknologi di era abad 21 ini. Konsep yang diusung
dengan pembelajaran berbasis proyek memberikan ruang dan
waktu kepada peserta didik untuk mengeksplor kemampuan serta
pengetahuannya dalam rangakaian kerja dalam sebuah proyek. Hal
tersebut akan menstimulasi bagaimana cara mereka berpikir kritis,
mandiri, kolaboratif, hingga pada kemampuan memecahkan
masalah, sehingga peserta didik akan lebih siap menghadapi
tantangan di zamannya dan kehidupan nyata di masyarakat.

 Jurnal 5

Judul : Kebijakan Kurikulum Merdeka dan Perubahan Sosial di Satuan


PAUD
Nama penulis : Syifauzakia
Tahun : 2023
Abstrak : Kebijakan Kurikulum paradigma baru merupakan salah satu
dampak dari perubahan sosial pasca pandemi covid-19 yang
disusun oleh Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi
(Kemendikbudristek). Tujuan penelitian pada artikel ini untuk
mencari tahu perubahan sosial yang terjadi di satuan PAUD atas
adanya kebijakan kurikulum merdeka. Metode penelitian ini
dengan cara kualitatif deskriptif, pengumpulan data mengunakan
teknik wawancara yang mendalam, dan data dianalisis dengan
analisis tematik. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kebijakan
kurikulum merdeka yang merupakan kurikulum baru
memunculkan perubahan sosial di satuan PAUD diantaranya:
pengelola dan guru harus menerima kurikulum baru dengan baik,
kurikulum baru membutuhkan penyesuaian atas perubahan, proses
belajar memahami kurikulum merdeka, dan proses merancang
kurikulum merdeka, 5) proses implementasi kurikulum merdeka.

Kesimpulan : Kebijakan kurikulum merdeka menimbulkan perubahan sosial di


satuan PAUD, adapun perubahan sosial yang terjadi adalah
penerimaan terhadap kebijakan Kurikulum Merdeka dan hendaknya
satuan PAUD menerima kurikulum baru dengan baik, selain itu
perubahan sosial yang kedua adalah melakukan penyesuaian atas
perubahan agar satuan PAUD dapat bertahan menghadapi tantangan
perubahan kurikulum ini. Perubahan sosial yang ketiga, pengelola
dan guru serta elemen sekolah yang lain hendaknya belajar
memahami kurikulum merdeka, sehingga setelah faham dapat
melanjutkan ke proses merancang kurikulum merdeka, dalam
merancang Kurikulum Merdeka dapat melibatkan kepala sekolah
dan guru atu membuat tim pengembang kurikulum dengan
mengajakan rapat kerja pengembangan kurikulum, jika sudah
selesai merancang kurikulum, perubahan sosial yang keempat yaitu
mengimplementasikan kurikulum merdeka sesuai dengan
kemampuan dan kondisi satuan PAUD.
3. Kekurangan dan kelebihan Paud di desa Toari

 Kelebihan PAUD di Desa Toari biasanya adalah:

1. Lingkungan yang lebih alami dan tenang, yang bisa memberikan suasana
belajar yang lebih nyaman bagi anak-anak.
2. Biasanya, ada hubungan yang lebih erat antara guru, anak-anak, dan orang
tua mereka karena komunitas yang lebih kecil dan lebih terjalin.
3. Anak-anak bisa belajar tentang budaya dan tradisi lokal mereka secara
langsung.
Contoh:
1. Pengalaman Belajar yang Lebih Dekat dengan Alam: Misalnya, anak-anak
di PAUD desa mungkin memiliki kesempatan untuk belajar di luar
ruangan lebih sering, seperti berkebun atau belajar tentang hewan dan
tumbuhan lokal. Ini bisa memberikan mereka pengalaman belajar yang
lebih praktis dan interaktif.
2. Komunitas yang Erat: Misalnya, karena ukuran desa yang lebih kecil,
orang tua mungkin lebih sering berinteraksi dengan guru dan staf PAUD.
Ini bisa menciptakan hubungan yang lebih kuat dan komunikasi yang lebih
baik tentang perkembangan anak.

 Kekurangan PAUD di Desa Toari biasanya adalah:

1. Fasilitas dan sumber daya mungkin lebih terbatas dibandingkan dengan


PAUD di kota.
2. Kurangnya akses ke teknologi dan metode pengajaran terkini.
3. Guru mungkin tidak memiliki pelatihan atau kualifikasi yang sama
dengan guru di kota.

Contoh:
1. Terbatasnya Fasilitas: Misalnya, PAUD di desa mungkin tidak memiliki
akses ke perpustakaan yang besar atau laboratorium komputer, yang bisa
membatasi sumber belajar bagi anak-anak.
2. Kurangnya Akses ke Teknologi: Misalnya, jika PAUD di desa tidak
memiliki akses internet yang baik, ini bisa membatasi kemampuan mereka
untuk menggunakan alat belajar digital atau mengikuti pelatihan dan
seminar online untuk guru.

Anda mungkin juga menyukai