Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN SAAT PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL

DISUSUN OLEH

NURUNNISA ‘ILHUMAIROH

C1019088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2023
SKRIPSI

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN SAAT PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL

DISUSUN OLEH

NURUNNISA ‘ILHUMAIROH

C1019088

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Di Universitas Bhamada Slawi

2023

i
PERSETUJUAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa hasil skripsi yang berjudul :

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN SAAT PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh :


NURUNNISA ‘ILHUMAIROH
C1019088

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan dihadapan
penguji skripsi

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dwi Budi Prastiani, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.Kom Arif Rakhman, S.Kep.,Ns.,MAN


NIPY. 1974.05.10.97.008 NIPY. 1988.11.03.13.076

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN SAAT PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL

Dipersiapkan dan disusun oleh


NURUNNISA ‘ILHUMAIROH
C1019088

Penguji I

Agus Budianto, M.Kep


NIPY : 1971.07.09.98.012

Penguji II

Dwi Budi Prastiani, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.Kom


NIPY : 1974.05.10.97.008

Penguji III

Arif Rakhman, S.Kep.,Ns.,MAN


NIPY : 1988.11.03.13.076

iii
PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN SAAT PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL
Nurunnisa ‘Ilhumairoh1), Dwi Budi Prastiani2), Arif Rakhman3)
1)
Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Bhamada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
2) 3)
Dosen Universitas Bhamada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
Email : nurunnisailhumairoh@gmail.com

ABSTRAK

Hospitalisasi yang terjadi pada anak usia prasekolah seringkali menimbulkan


ketegangan dan ketakutan yang dapat memicu gangguan kecemasan pada anak,
terutama pada saat dilakukannya prosedur injeksi pada anak. Kecemasan bisa
diurai dengan melakukan terapi menggunakan kegiatan yang menyenangkan pada
anak misalnya terapi bermain mewarnai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan saat prosedur
injeksi pada anak usia pra sekolah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan rancangan pre-eksperimen dan pendekatan post test only with control
group. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah
(3-6 tahun) yang baru dirawat di RSUD Kardinah Tegal. Penelitian ini
menggunakan 24 responden dengan metode pengambilan sampel menggunakan
teknik sampling insidental yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan Uji Mann Whitney
didapatkan nilai P-Value sebesar 0,037 (< 0,05), hal ini menunjukkan bahwa terapi
bermain mewarnai memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan saat prosedur
injeksi dilakukan pada anak usia prasekolah. Terapi bermain mewarnai dapat
dijadikan alat alternatif sebagai proses asuhan keperawatan untuk meminimalkan
rasa cemas yang dirasakan ketika dilakukan prosedur injeksi.

Kata Kunci : Terapi bermain mewarnai, Tingkat Kecemasan, Anak Usia


Prasekolah

iv
THE EFFECT OF COLORING PLAY THERAPY ON ANXIETY LEVELS
DURING INJECTION PROCEDURES IN PRE-SCHOOL AGE CHILDREN
AT KARDINAH HOSPITAL, TEGAL
Nurunnisa ‘Ilhumairoh1), Dwi Budi Prastiani2), Arif Rakhman3)
1)
Nursing and Nurse Science Study Program, Faculty Of Health Science,
Bhamada University Slawi 52416, Tegal, Indonesia
2)3)
Lecturers at Bhamada University Slawi 52416, Tegal, Indonesia
Email : nurunnisailhumairoh@gmail.com

ABSTRACT
Hospitalization that occurs in preschool-aged children often generates tension and
fear, which can trigger anxiety disorders in children, especially during procedures
such as injections. Anxiety can be alleviated through therapy involving enjoyable
activities for children, such as coloring play therapy. The purpose of this research
is to determine the effect of play therapy on anxiety levels during injection
procedures in preschool-aged children. This study is a quantitative research with a
pre-experimental design and a post-test only approach with a control group. The
population used in this research consists of preschool-aged children (3-6 years old)
who have recently been treated at RSUD Kardinah Tegal. This study involves 24
respondents, selected through incidental sampling technique, and divided into an
intervention group and a control group. Based on the data analysis using the Mann
Whitney Test, a P-Value of 0.037 (< 0.05) was obtained, indicating that coloring
play therapy has an influence on anxiety levels during injection procedures in
preschool-aged children. Coloring play therapy can be considered an alternative
tool in the nursing care process to minimize the anxiety felt during injection
procedures.

Keywords: Coloring Therapy, Anxiety Levels, Preschool-Aged Children.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi pada Anak Usia Prsekolah Di
RSUD Kardinah Tegal”. Sholawat serta salam tercurahkan pada Baginda
Rosulullah saw tauladan yang mengajarkan kita dalam menjalankan peran sebagai
abdillah dan khalifah di muka bumi. Dalam penulisan skripsi ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dwi Budi Prastiani,
M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom selaku pembimbing I dan Bapak Arif Rakhman,
S.Kep.,Ns.,MAN selaku pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini dari awal dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, selalu
memberikan semangat, serta memberikan masukan yang sangat bermanfaat demi
kelancaran dan hasil yang baik dalam penyusunan skripsi ini. Selama penyusunan
skripsi ini peneliti banyak mendapatkan arahan dan bimbingan dari semua pihak.
Oleh karena itu peneliti menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam kelancaran skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kedua orang tua saya Bapak Eko Susanto dan Ibu Rosa Mawaria serta Adik-
adik saya, Ibnu Aqil Al Faruq dan Khodijah Al Hanum yang telah memberikan
semangat, perhatian, dukungan moral maupun material serta doa yang tiada
hentinya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
2. Dr. Maufur, M.Pd selaku Rektor Universitas Bhamada Slawi
3. Natiqotul Fatkhiyah, S.SiT., Bdn., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Bhamada Slawi
4. Dwi Budi Prastiani, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom selaku Kaprodi Ilmu
Keperawatan dan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhamada Slawi
5. Dr. Wisnu Widyantoro, M.Kep selaku pembimbing akademik yang sudah
banyak memberi motivasi

vi
6. Seluruh dosen dan staff Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Bhamada Slawi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat
7. Divia Fenti Okta Ria dan Aprilialda Nurul Hikmah yang sudah bersedia
menjadi anumerator pada penelitian ini serta membantu dan memotivasi saya
untuk semangat menyusun skripsi ini
8. Teman seperjuangan dosen bimbingan Ibu Dwi Budi Prastiani,
M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom yang sudah saling membantu dan mengingatkan
dalam penyusunan skripsi ini
9. Teman-teman seperjuangan Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners Universitas
Bhamada Slawi Angkatan tahun 2019 yang telah memberikan motivasi,
dukungan, semangat dan memberikan warna pada masa perkuliahan selama 4
tahun ini
Semoga Allah swt membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari dari mereka berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan baik teknisi maupun materi,
mengingat akan kemampuan peneliti. Sehingga kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan dari pembaca.

Slawi, 2023
Peneliti

Nurunnisa ‘Ilhumairoh
NIM C1019088

vii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER DALAM ................................................................................................... i
PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................................. ...... ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ..............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar belakang ......................................................................................1
1.2 Tujuan penelitian..................................................................................7
1.3 Manfaat penelitian................................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................9
2.1 Konsep Kecemasan .............................................................................9
2.2 Konsep Terapi Bermain .....................................................................16
2.3 Keefektifan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat
Kecemasan Saat Akan Dilakukan Tindakan Injeksi Pada Anak Usia
Pra Sekolah ......................................................................................20
2.4 Kerangka Teori ..................................................................................23
2.5 Kerangka Konsep Penelitian ..............................................................24
2.6 Hipotesis Penelitian ...........................................................................24
BAB 3 METODE PENELITIAN.........................................................................25
3.1 Jenis dan rancangan penelitian ..........................................................25
3.2 Alat penelitian dan cara pengumpulan data .......................................26
3.3 Populasi dan sampel ..........................................................................29
3.4 Tempat dan waktu penelitian .............................................................30

viii
3.5 Definisi operasional ...........................................................................30
3.6 Teknik pengolahan data ....................................................................31
3.7 Analisa Data ......................................................................................32
3.8 Etika penelitian ..................................................................................33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................35
4.1 Hasil penelitian ..................................................................................35
4.2 Pembahasan .......................................................................................37
4.3 Keterbatasan penelitian......................................................................48
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................49
5.1 Simpulan ............................................................................................49
5.2 Saran ..................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................50
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi
Lampiran 2 Lembar Surat Ijin Pengambilan Data
Lampiran 3 Lembar Balasan Surat Pengambilan Data
Lampiran 4 Lembar Hasil Spss Analisa Univariat
Lampiran 5 Lembar Hasil Spss Analisa Bivariat
Lampiran 6 Lembar Data Responden
Lampiran 7 Lembar Jadwal Penelitian
Lampiran 8 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 9 Lembar Standar Prosedur Operasional
Lampiran 10 Lembar Informasi Penelitian
Lampiran 11 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 12 Lembar Persetujuan Penelitian
Lampiran 13 Lembar Konsultasi
Lampiran 14 Lembar Dokumentasi
CURRICULUM VITAE

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional dan skala pengukuran ................................................... 30
4.1 Distribusi frekuensi pada kelompok intervensi ................................................35
4.2 Distribusi frekuensi pada kelompok kontrol ....................................................36
4.3 Distribusi frekuensi pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap
tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah saat prosedur injeksi .....................37

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kerangka teori ..................................................................................................23
2.2 Kerangka konsep ..............................................................................................24
3.1 Bentuk rancangan penelitian ............................................................................25

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hospitalisasi merupakan suatu proses dimana anak berada di rumah sakit (RS)
untuk mendapatkan penangananan atau perawatan serta terapi sampai anak tersebut
bisa kembali lagi ke rumah. Hospitalisasi bisa mengakibatkan ketegangan,
ketakutan serta dapat memicu adanya gangguan emosi atau berubahan tingkah laku
pada anak dimana kejadian ini dapat mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan
penyakit pada anak selama menjalani perawatan di rumah sakit (Supartini, 2014).
Reaksi anak saat menjalani rawat inap dirumah sakit akan memberikan tekanan
pada lingkungan seperti prosedur perawatan kesehatan terutama penggunaan jarum
atau nyeri dan situasi seperti perlengkapan yang terlihat menakutkan (topi bedah,
masker, gaun), bau yang tidak familiar, suara bising ataupun suara anak lain yang
menangis (Kyle, 2019). Keadaan ini timbul dikarenakan anak melakukan usaha
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit yang dianggap baru dan
asing bagi anak tersebut, sehingga kondisi yang seperti ini bisa menjadi faktor
stressor oleh anak maupun orangtua anak tersebut (Supartini, 2014).

Data global pada tahun 2020 menyatakan bahwa tingkat prevalensi anak Indonesia
yang mendapatkan perawatan di rumah sakit setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Berdasarkan data pada tahun 2018 rata-rata tingkat prevalensi anak
yang menjalani perawatan di rumah sakit sekitar 3,49%, angka ini mengalami
peningkatan di tahun 2019 dimana angkanya naik menjadi 3,84%, dan di tahun
2020 angkanya mencapai 3,94%. Wilayah Jawa Tengah sendiri tingkat prevalensi
anak yang menjalani perawatan di rumah sakit sekitar 5,39%. Angka ini didapat
dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Nilai persentase pada anak yang sudah
pernah menjalani rawat inap di rumah sakit pada satu tahun terakhir menurut
karakteristiknya didapatkan data bahwa kelompok pasien usia 0 – 4 tahun yaitu
sebanyak 7,36%, kelompok dengan usia 5 – 9 tahun sebanyak 3,14%, pasien dengan
kelompok usia 10 – 14 tahun sebesar 2,07%, dan untuk kelompok usia 15 – 17 tahun

1
2

sebesar 2,27%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa anak yang berusia
lebih muda akan lebih mudah rentan mengalami sakit dan menjalani perawatan di
rumah sakit, termasuk pada anak usia prasekolah (BPS, 2020). Keadaan sakit pada
anak-anak memiliki kemungkinan yang tinggi untuk membutuhkan perawatan dan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Diperkirakan lebih dari 5 juta anak di Amerika
Serikat menjalani hospitalisasi dan lebih dari 50% diantaranya mengalami
kecemasan dan stress. Pada saat anak menjalani perawatan di rumah sakit, akan
muncul perasaan kecewa pada anak sehingga hal ini bisa mengakibatkan
peningkatan rasa cemas pada anak (Samiasih, 2014).

Respon yang anak alami ketika mengalami kecemasan bervariasi, hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti faktor usia perkembangan anak, jenis
kelamin, lamanya perawatan yang dilakukan, dan pengalaman anak sebelumnya
terhadap kondisi sakit (Dayani, Budiarti & Lestari, 2015). Anak yang mempunyai
pengalaman pernah dirawat, memberikan reaksi yang berbeda dengan anak cepat
beradaptasi dan kooperatif, dalam hal ini peran keluarga dan peran petugas
memberikan pengaruh kuat terhadap anak (Syafriani, 2018). Anak yang dirawat di
RS akan mengalami hilang kontrol terhadap kegiatan rutin terhadap perawatan diri
dan tugas serta bermain yang biasa dilakukan oleh anak-anak dirumah atau di
sekolah (Kyle, 2019).

Kartinawati, Haryani, dan Arif (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa anak
yang sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang memiliki tingkat kecemasan pada kategori cemas sedang yaitu sebanyak
12 anak (80%) dan sebanyak 3 anak termasuk cemas berat (20%). Berdasarkan
penelitian Rahmanita, Triana dan Supardi (2020) juga menunjukkan hasil yang
serupa yaitu terdapat kecemasan pada anak yang sedang di rawat di RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu penelitian ini menunjukkan kecemasan berat sebanyak 13 anak
atau sebesar (43.3 %) sedangkan sebagian anak dengan jumlah 17 orang atau
sebesar (56,7 %) mengalami perasaan cemas dengan kategori sedang. Kemampuan
3

koping anak tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat
perkembangan umur, pengalaman sakit sebelumnya, perpisahan dan, terdapatnya
support system atau dukungan dari lingkungan sekitar (Kartinawati,
Haryani, dan Arif, 2013). Anak yang sedang dirawat akan merasakan lingkungan
yang asing seperti anak harus beradaptasi dengan petugas yang terkait menjalani
program perawatan yang sedang dialami (Whaley, 2014).

Kecemasan atau rasa cemas yang dirasakan pada anak-anak merupakan akibat dari
rawat inap yang dialami pada anak hal ini dikarenakan anak tersebut sedang
menghadapi stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Perasaan cemas tersebut
muncul karena anak sedang menjalani sesuatu yang menurut anak situasi yang baru
dan belum pernah dialami sebelumnya dan merasakan rasa yang tidak nyaman
(Supartini, 2014). Pada saat anak mengalami perasaan cemas, secara otomatis pada
tubuh anak akan mengeluarkan sebuah hormon yang disebut hormon kortisol,
sehingga anak mengalami depresi atau terjadi penekanan sistem imunologi, dan
dapat memperlambat proses penyembuhan sakit pada anak (Aizah & Ernawati,
2014). Hal ini menyebabkan kondisi pada anak tersebut akan memburuk dan proses
penyembuhan pada anak-anak akan semakin lama (Amallia & Oktaria, 2018).

Program perawatan yang dilakukan petugas dalam perannya memberikan


pengasuhan keperawatan pada anak-anak khusus usia prasekolah, biasanya
membutuhkan sejumlah tindakan invasif seperti injeksi, dimana injeksi ini
merupakan salah satu stressor kuat yang mampu membuat anak-anak yang
menjalani perawatan di rumah sakit mengalami kecemasan. Perawat atau tenaga
medis biasanya akan melakukan penjelasan prosedur terhadap orangtua pasien dan
akan melakukan komunikasi terapeutik terhadap anak-anak sebelum perawat atau
tenaga medis melakukan prosedur tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan
kepanikan pada anak yang membuat anak akan melakukan perlawanan atau
melakukan penolakan untuk menjalani prosedur injeksi obat sehingga petugas
medis atau petugas kesehatan akan melakukan tindakan paksaan kepada anak yang
dapat menimbulkan trauma pada anak (Fatmawati, Syaiful, Ratnawati, 2019).
4

Pernyataan tersebut selaras dengan teori yang telah dikemukakan oleh Kozlowski,
Lori, dan Monitto (2013), yang menyatakan bahwa salah satu bentuk kecemasan
yang dapat dirasakan oleh pasien anak-anak pada saat anak tersebut disebabkan
karena mendapatkan perawatan atau penanganan medis di rumah sakit seperti
sebuah tindakan invasif contohnya pemberian obat injeksi yang dilakukan oleh tim
kesehatan atau tenaga medis. Tindakan invasif berupa pemberian obat injeksi, baik
itu menyakitkan maupun tidak, dapat berarti adanya suatu ancaman bagi anak-anak
pada usia prasekolah karena anak-anak tersebut menganggap bahwa tindakan
invasif yang dilakukan merupakan sumber kerusakan terhadap integritas tubuhnya
(Fatmawati, Syaiful, Ratnawati, 2019).

Penelitian Fatmawati, Syaiful, dan Ratnawati (2019), menunjukkan bahwa anak


usia prasekolah yang dirawat di Ruang Anak Rumah Sakit Semen Gresik
mengalami kecemasan saat prosedur injeksi yaitu anak yang mengalami kecemasan
ringan sebanyak 6 anak (21,4%), anak yang mengalami kecemasan sedang
sebanyak 2 anak (7,1%), anak yang mengalami kecemasan berat sebanyak 17 anak
(60,7%), dan panik sebanyak 1 anak (3,6%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian
besar anak yang dirawat di RS saat dilakukan prosedur injeksi mengalami
kecemasan berat. Kecemasan yang ditunjukkan pada anak berupa ketakutan yang
menunjukkan sebuah perilaku agresif seperti menggigit, menendang, bahkan berlari
keluar ruangan rawat.

Salah satu bentuk penatalaksanaan kecemasan dapat dilakukan dengan teknik terapi
bermain (Saputro dan Fazrin, 2017). Menurut Saputro et al., (2017), bermain
merupakan salah satu aspek yang dianggap penting oleh anak-anak, maka dari itu
terapi bermain yang dilakukan pada anak-anak adalah cara yang sangat efektif
dalam mengatasi kecemasan pada anak usia prasekolah. Oleh sebab itu anak-anak
perlu bermain agar dapat mengurangi kecemasan yang sedang mereka alami. Salah
satu terapi bermain yang tepat untuk menghadapi kecemasan pada anak di rumah
sakit yaitu dengan melakukan terapi bermain mewarnai.
5

Secara psikologis, terapi bermain mewarnai dapat membantu anak


mengekspresikan perasaan cemas, takut, sedih, depresi dan emosi (Arifin & Udin,
2019). Media terapi bermain mewarnai juga dapat digunakan untuk
mengungkapkan ekspresi atau perasaan yang mereka rasakan tanpa menggunakan
kata-kata, dimana dengan melakukan kegiatan atau aktivitas bermain seperti
menggambar dan mewarnai sangat memungkinkan seorang anak tidak menyadari
bahwa mereka sedang mengungkapkan perasaan sedih mereka, depresi, dan
membuatnya merasa bahagia kembali (Aizah & Ernawati, 2014).

Mewarnai merupakan permainan melalui buku gambar untuk mengembangkan


kreatifitas pada anak untuk meminimalisir tingkatan kecemasan anak serta
meningkatkan komunikasi terhadap anak (Supartini 2015, Rusmariana 2013 &
Winarsih, 2015). Kegiatan mewarnai gambar bisa memberikan rasa senang pada
anak-anak, hal ini karena anak usia prasekolah adalah usia dimana anak sedang
aktif-aktifnya dan juga imajinasi pada anak sedang mengalami perkembangan yang
pesat, selain itu anak-anak tersebut bisa tetap melanjutkan untuk mengembangkan
kemampuan motorik halus mereka dengan cara bermain mewarnai gambar
walaupun anak tersebut sedang dalam masa pengobatan dan perawatan atas rasa
sakit yang dirasakan anak-anak di rumah sakit (Wowiling, Ismanto, & Babakal,
2014).

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Katinawati, Haryani, dan Arif (2013)
menjelaskan bahwa sebelum diberikan terapi bermain mewarnai sebagian besar
anak mengalami kecemasan sedang 11 (73,33%) dan anak dengan cemas sedang
berat 4 (26,66%). Sedangkan anak yang telah diberikan teknik mewarnai
menunjukkan hasil cemas ringan 13 (86,6%) anak dan cemas sedang 2 (13,3%).

Berdasarkan studi pendahuluan penelitian di RSUD Kardinah Tegal didapatkan


data anak usia pra sekolah yang dirawat di tahun 2020 sebanyak 1.547 anak, tahun
2021 sebanyak 777 anak dan tahun 2022 sebanyak 923 anak. Sebagian besar
6

riwayat penyakitnya adalah febris dan diare. RSUD Kardinah Tegal mempunyai 2
bangsal yang digunakan untuk rawat inap pada anak-anak yaitu Ruang Wijaya
Kusuma Atas dan Ruang Cendana 3. Ruang Wijaya Kusuma Atas berjumlah 26
bed setiap ruangnya terdapat 2 bed dan terdapat gambar hewan berwarna warni pada
dinding setiap ruangannya, sedangkan pada Ruang Cendana 3 berjumlah 21 bed,
setiap dinding ruangannya berwarna polos, namun memiliki ruangan khusus anak
untuk melakukan permainan yang berisi mainan anak-anak. Namun ruangan
tersebut jarang digunakan oleh pasien dan rata-rata lama rawat inap yaitu 3-7 hari.
Perawat di Ruang Cendana 3 dan Ruang Wijaya Kusuma Atas tidak menerapkan
terapi bermain untuk anak seperti terapi bermain mewarnai gambar dikarenakan
jumlah tenaga yang kurang. Perawat Ruang Wijaya Kusuma Atas dan Ruang
Cendana 3 memberikan penanganan kecemasan pada pasien anak dengan
menganjurkan kepada orang tua untuk membawa permainan sendiri, melakukan
interaksi pada anak dengan cara berkenalan, bernyanyi dan menjual mainan baik di
Ruang Wijaya Kusuma Atas maupun di Ruang Cendana 3.

Survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 Desember 2022 di Ruang


Cendana 3 dan Wijaya Kusuma Atas RSUD Kardinah Tegal didapatkan terdapat 3
anak yang usianya masuk kedalam kategori prasekolah dan baru melakukan
perawatan di ruang Cendana 3 dan juga terdapat 3 pasien dengan usia prasekolah
yang juga baru dirawat diruang Wijaya Kusuma Atas. Hasil observasi pada 3 anak
pasien di Ruang Cendana 3 menunjukan anak mengalami tanda gejala kecemasan
seperti menangis, gelisah, tegang dan rewel. Sedangkan di Ruang Wijaya Kusuma
Atas berdasarkan hasil observasi pada 3 pasien anak juga menunjukan anak
mengalami kecemasan seperti tegang, gelisah, menangis, nafsu makan menurun,
dan rewel.

Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua pasien di Ruang Cendana 3 dan


Wijaya Kusuma Atas, ketika anak sedang mengalami kecemasan maka 2 orang tua
pasien di Ruang Wijaya Kusuma Atas membawakan mainan untuk anaknya, dan 1
orang tua pasien menggendong anaknya. Sedangkan, pada Ruang Cendana 3
7

terdapat 2 orangtua pasien anak memberikan handphone kepada anaknya yang


sedang mengalami kecemasan dan terdapat 1 orang tua pasien yang membawakan
anaknya mainan dari rumah. Meskipun orang tua pasien di RSUD Kardinah Tegal
sudah diberikan tindakan untuk mengurangi cemas berupa mainan, handphone, dan
digendong namun anak masih saja mengalami cemas, masih sering menangis, dan
masih rewel sehingga diperlukan tindakan yang melibatkan anak untuk melakukan
terapi bermain yaitu salah satunya dengan melakukan sebuah terapi dengan
penerapan bermain mewarnai gambar untuk anak usia prasekolah. Harapannya
dengan melakukan kegiatan atau aktivitas terapi bermain mewarnai pada anak ini
dapat mengalihkan perhatiannya pada warna-warna yang ada untuk mengurangi
kecemasan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dari itu peneliti
menginterpretasikan suatu masalah bahwa penerapan dalam terapi bermain
mewarnai di harapkan dapat berpengaruh dalam menurunkan level rasa cemas yang
dirasakan oleh anak-anak dengan usia prasekolah. Berdasarkan hal tersebut peneliti
merumuskan apakah ada pengaruh antara terapi bermain mewarnai terhadap tingkat
kecemasan saat prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah
Tegal.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum


Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi
bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan saat prosedur injeksi pada anak usia
pra sekolah di RSUD Kardinah Kota Tegal.

1.2.2 Tujuan Khusus


1.2.2.1 Mengetahui tingkat kecemasan anak usia prasekolah saat prosedur injeksi
pada kelompok intervensi.
8

1.2.2.2 Mengetahui tingkat kecemasan anak usia prasekolah saat prosedur injeksi
pada kelompok kontrol.
1.2.2.3 Menganalisa pengaruh terapi menggunakan metode bermain mewarnai
terhadap tingkat kecemasan saat prosedur injeksi pada anak yang usia prasekolah
di RSUD Kardinah Tegal.

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat Aplikatif Untuk Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan untuk memperoleh data terkait
pengaruh dari terapi menggunakan metode bermain mewarnai terhadap tingkat
kecemasan saat prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah
Tegal.

1.3.2 Manfaat Keilmuan


Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan sebuah masukan kepada
layanan kesehatan khususnya tenaga keperawatan terhadap anak-anak, sebagai
bentuk intervensi yang dilakukan untuk meminimalisir tingkat kecemasan saat akan
dilakukan injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah Tegal.

1.3.3 Manfaat Metodologi

Metode penelitian yang sudah digunakan dalam penelitian ini bisa menjadi bahan
pertimbangan dan refrensi untuk melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya,
khususnya untuk penelitian memperhatikan pemilihan sampel dalam penelitian.
Melatih pola pikir secara ilmiah dalam menentukan dan menganalisis suatu masalah
baik melalui sebuah teori maupun melalui suatu pengetahuan yang didapatkan
selain itu juga dapat menambahkan wawasan tentang ilmu pengetahuan khususnya
ilmu yang berhubungan dengan bidang keperawatan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan


2.1.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan merupakan pengalaman perasaan yang timbul dari reaksi ketegangan-
ketegangan dalam atau intern dari tubuh serta dikuasai oleh susunan urat saraf yang
otonom (Hayat, 2014). Menurut Gumantan et al., (2020) menyatakan bahwa
kecemasan atau ketakutan merupakan salah satu emosi negatif yang ditandai
dengan kekhawatiran dan kecemasan yang disertai dengan peningkatan perubahan
pada sistem jaringan tubuh. Kecemasan berasal dari persepsi individu terhadap
kejadian yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable), sehingga individu akan
fokus pada tindakan yang dikendalikan (Shin & Newman, 2019). Lingkungan
perawatan rumah sakit dapat menimbulkan rasa takut dan kecemasan pada anak.
Anak usia prasekolah biasanya mengalami separation anxiety atau kecemasan
perpisahan karena anak harus berpisah dengan lingkungan yang dirasakannya
aman, nyaman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan seperti lingkungan rumah,
permainan, dan teman sepermainannya (Dayani, Budiarti, & Lestari, 2015).

Menurut Vibriyanti, (2020) Kecemasan merupakan suatu reaksi terhadap situasi


tertentu yang mengancam sesuatu yang terjadi secara normal dan dapat diawali oleh
suatu situasi dengan stimulus (stressor) yang berbahaya. Pada tingkat kecemasan
tertentu, mudah membuat seseorang lebih waspada terhadap suatu ancaman, karena
jika ancaman tersebut tidak dianggap berbahaya, maka orang tersebut tidak akan
membela diri (self-deference). Akibat dalam jangka panjang yang disebabkan oleh
rasa kecemasan dan juga ketakutan yang tidak langsung ditangani akan membuat
anak-anak melakukan sebuah penolakan terhadap tindakan-tindakan perawatan dan
prosedur pengobatan yang diberikan sehingga akan berpengaruh terhadap lamanya
perawatan yang dilakukan di rumah sakit, dapat memperberat keadaan anak bahkan
bisa mengakibatkan kematian pada anak (Saputro dan Fazrin, 2017).

9
10

2.1.2 Tingkat Kecemasan

Menurut Aryani & Zaly (2021) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor
predisposisi kecemasan muncul karena adanya rasa sakit dan tidak adanya sebuah
penerimaan terhadap kondisi yang ada, kecemasan ini timbul karena
ketidakmampuan dari seseorang untuk mencapai sebuah keinginan. Tingkat rasa
kecemasan ada empat tingkatan yaitu: kecemasan dengan tingkat ringan,
kecemasan dengan tingkat sedang, kecemasan dengan tingkat berat, dan panik
(Saputro et al, 2017)
2.1.2.1 Kecemasan ringan
Level kecemasan dengan rentang ringan pada anak-anak yang berada di bawah
tekanan dapat dirasakan setiap hari sehingga dapat menyebabkan seseorang dapat
terbangun dan mampu memperluas bidang persepsi mereka. Beberapa orang akan
lebih reseptif serta positif terhadap peningkatan minat dan motivasi mereka.
Gejala-gejala dari kecemasan kategori ringan antara lain merasakan kegelisahan,
cepat marah dan tindakan-tindakan yang mencari perhatian.

2.1.2.2 Kecemasan sedang


Tingkat kecemasan sedang yang dialami oleh beberapa orang memungkin
seseorang untuk bisa fokus pada apa yang penting dan cenderung mengabaikan
orang lain atau hal yang lain, dampaknya orang tersebut mengalami perhatian
selektif, akan tetapi masih dapat melakukan hal-hal secara terarah dan terkendali.
Pada tingkat kecemasan sedang, seseorang akan terlihat serius dengan
memperhatikan suatu hal. Gejala-gejala yang dialami pada kecemasan sedang
antara lain suara yang bergetar, perubahan pada nada bicaranya, detak jantung
menjadi cepat, tremor, dan ketegangan otot yanng meningkat.

2.1.2.3 Kecemasan berat


Kecemasan berat yang dialami pada beberapa orang sangat mengganggu bidang
persepsi dalam diri orang tersebut sehingga penderita cenderung untuk memusatkan
perhatian pada detail dan spesifikasi serta tidak dapat memikirkan suatu hal yang
lain. Semua perilaku tersebut ditunjukkan guna mengurangi kecemasan dan fokus
11

pada aktivitas lainnya. Penderita tersebut membutuhkan banyak arahan untuk dapat
memusnahkan di area lain. Gejala-gejala yang dialami oleh penderita dengan
masalah kecemasan atau ketakutan dengan kategori berat yaitu berupa adanya
perasaan terancam, keteganggan yang berlebih pada otot, pernapasan yang
mengalami perubahan, perubahan pada gastrointestinal yang memicu mual,
muntah, rasa terbakar di ulu hati, anoreksia dan diare, dan selain itu juga adanya
perubahan pada kardiovaskular serta ketidakmampuan penderita untuk melakukan
konsentrasi.

2.1.2.4 Panik
Panik menyebabkan perubahan perilaku baik secara fisiologis maupun perubahan
secara kognitif. Secara fisiologis, ada tingkatan-tingkatan pada kelelahan yang
kemungkinan tidak dapat dengan mudah dikenali. Sedangkan untuk kemampuan
secara kognitif sendiri, sensorik dan perhatian akan berkurang yang akibatnya
hanya objek kecemasan yang mendapat perhatian, mekanisme koping sendiri
tidaklah begitu efektif, perilaku atau tindakan tersebut hanya berfokus pada bantuan
yang dilakukan, seperti berteriak, mengeluarkan air mata atau nangis, berdoa atau
melakukan pemukulan terhadap yang ada disekitarnya atau pada diri sendiri serta
tidak dapat melakukan konsentrasi dengan baik. Tidak bisa melakukan
pembelajaran untuk dapat memecahkan suatu masalah, membuat sebuah keputusan
dan menetapkan arah atu tujuan yang logis dan realistis, tidak bisa tanggap kepada
perintah yang telah diberikan kepada mereka dan juga bisa menjadi psikotik.

2.1.3 Kecemasan pada anak prasekolah yang sedang dirawat


Kecemasan atau ketakutan yang dialami pada anak-anak yang menjalani masa
rawat inap adalah suatu kondisi dimana anak-anak mengalami ketakutan atau
kecemasan yang mereka rasakan terhadap orang yang mereka anggap asing atau
baru dan lingkungan baru, hal ini ditunjukkan dengan perilaku anak yang menangis
atau tidak mau kooperatif atau bekerjasama pada saat mereka sedanng menjalani
pengobatan serta perawatan yang akan dilakukan kepada mereka (Noverita dan
Mulyadi, 2018).
12

Seorang anak dengan usia prasekolah menganggap bahwa rawat inap merupakan
salah satu pengalaman yang mengerikan sehingga anak tersebut akan terhambat
dalam bergerak dan melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan seperti bermain
dan dituntut supaya anak tersebut banyak istirahat agar mempercepat proses
penyembuhan. Hal ini menyebabkan anak merasakan kekecewaan yang dapat
meningkatkan rasa cemas dan takut pada anak (Eliyanti & Novega, 2021). Tingkat
penyebaran atau prevalensi kecemasan anak pada saat melakukan rawat inap
sebesar 75% (Ella Dayani et al., 2015).

2.1.3.1 Kecemasan Saat Prosedur Injeksi


Prosedur injeksi adalah salah satu tindakan invasif yang dapat menyebabkan rasa
cemas pada anak-anak. Anak yang sedang berada di usia prasekolah seringkali
menunjukkan sebuah tindakan yang tidak kooperatif seperti sering menangis,
marah-marah, tidak mau makan, rewel, mudah tersinggung, meminta pulang dari
rumah sakit, tidak mau melakukan interaksi dengan perawat atau tenaga medis
bahkan sampai melakukan sebuah penolakan pada saat akan dilakukan tindakan
medis atau pengobatan (Balqis dan Rofiqoh, 2022). Reaksi anak terhadap sakit
merupakan kecemasan karena perlukaan tubuh dan rasa nyeri saat tindakan injeksi.
Pada masa ini reaksi anak usia prasekolah terhadap tindakan invasif khususnya
pemberian obat injeksi adalah takut dan menangis sehingga berdampak buruk pada
proses pemulihan kesehatan anak (Oktiawati, Widyantoro, dan Fardlillah, 2020).

Prosedur injeksi ini mempunyai sebuah kelebihan dalam fungsinya yaitu untuk
memasukkan substansi obat ke dalam tubuh pasien sehingga anak yang dilakukan
tindakan tersebut akan merasakan rasa sakit dan akan menimbulkan nyeri dan
cenderung memperlihatkan reaksi-reaksi tindakan yang negatif seperti tindakan
yang lebih agresif, tidak bisa kooperatif, dan jika pada kondisi ini terus berlanjut
maka pasien akan mengalami gangguan pada tumbuh kembang pasien sehingga
akan mempersulit pelaksanaan dalam pemberian prosedur obat injeksi pada anak
(Sureskiarti dan Brutu, 2017).
13

2.1.3.2 Alat Ukur Kecemasan


Alat ukur kecemasan pada anak usia prasekolah dengan menggunakan lembar
kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur semua
tanda kecemasan, baik psikologis maupun somatik. Alat ukur ini digunakan untuk
mengukur tanda-tanda kecemasan pada anak usia prasekolah. Masing-masing
responden diberi penilaian angka (skore) antara 1-4, yang artinya nilai 1 = Tidak
ada gejala, 2=kadang-kadang, 3=sering, 4=selalu.

Penelitian pada alat ukur ini dilakukan melalui sebuah teknik wawancara yang
dilakukan secara langsung. Masing-masing nilai angka (skore) dari keenam belas
yang ada pada pertanyaan tersebut dijumlahkan dari hasil penjumlahan tersebut dan
bisa diketahui berapa derajat kecemasan pada seseorang, kuesioner ini nantinya
akan diisi oleh keluarga yang terdiri dari 11 pertanyaan dengan kriteria jawaban 1
= Tidak pernah, 2 = Kadang-kadang, 3 = Sering, 4 = Selalu dengan diberi score
pada tingkat kecemasan yaitu 11 = tidak cemas, 12-21 = ringan, 22-32 = sedang,
33-44 = berat.

2.1.4 Faktor yang berhubungan dengan kecemasan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan menurut (Ii et al., 2016) yaitu
2.1.4.1 Pengalaman
Penyebab rasa kecemasan bisa berasal dari berbagai kejadian atau peristiwa yang
ada dalam kehidupan dan juga diri seseorang, seperti jika pada orang tersebut
memiliki sebuah pengalaman terhadap suatu tindakan, wawasan yang minim juga
dapat menyebabkan kurangnya pengalaman baru pada orang tersebut.

2.1.4.2 Respon terhadap rangsangan


Kemampuan seseorang dalam menganalisa sebuah rangsangan atau banyaknya
rangsangan yang diterima orang tersebut bisa berpengaruh pada tingkat kecemasan
yang muncul pada diri seseorang.
14

2.1.4.3 Usia

Semakin menambah usia seseorang semakin banyak pula pengalaman yang telah
dilalui sehingga wawasannya akan bertambah hal ini disebabkan karena semakin
banyak pengetahuan seseorang maka seseorang tersebut akan lebih mudah untuk
mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi kecemasan atau masalah yang
muncul, sedangkan untuk usia anak-anak mudah rentan untuk mengalami suatu
kecemasan yang disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan sekitarnya.

2.1.4.4 Jenis Kelamin


Jenis kelamin ada kaitannya dengan rasa kecemasan, seseorang dengan jenis
kelamin laki-laki cenderung lebih aktif dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan yang cenderung lebih sensitif terhadap kecemasannya. Anak dengan
jenis kelamin laki-laki akan memilih sebuah permainan dengan karakteristik
permainannya membutuhkan energi yang lebih tinggi seperti berlari-lari, menaiki
tangga dan beberapa permainan kotor seperti mainan lumpur, tanah dan bermain
air. Keaktifan anak dalam suatu permainan ini menyebabkan penurunan imunitas
pada anak-anak dan dapat beresiko mengalami sakit (Harahap, 2019).

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Putri (2020) menunjukkan bahwa
tingkat kecemasan seseorang dalam merespon rawat inap lebih sering terjadi pada
anak dengan jenis kelamin laki-laki. Perkembangan berpikir dan realistis pada anak
laki-laki cenderung lebih cepat sehingga kecemasan pada anak laki-laki tergolong
dalam kecemasan ringan, sedangkan pada anak perempuan yang memiliki sifat
yang lebih sensitif dan lebih dramatis sehingga ketakutan dan juga kecemasan yang
dialami pada pasien akan lebih berat dalam merespon rawat inap tersebut.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulyanti dan Kusmana
(2018) yang menyatakan bahwa anak yang melakukan pengobatan di rumah sakit
akan mengalami kecemasan atau ketakutan merupakan respon yang wajar dengan
menunjukkan perilaku yang berbeda, emosional dan rasa takut yang wajar.
Kecemasan dengan kategori ringan didapat dan ditentukan dari karakteristik
15

masing-masing pasien anak-anak dimana pada sebuah penelitian yang paling


banyak ditemukan adalah anak yang berjenis kelamin laki-laki.

2.1.4.5 Kondisi medis


Kecemasan dapat dikaitkan dengan kondisi medis yang ditemukan, meskipun
prevalensi gangguan tersebut berbeda-beda untuk setiap kondisi medisnya (Ii et al,
2016).

2.1.5 Penatalaksanaan Kecemasan


Penatalaksanaan kecemasan telah banyak teknik yang dikembangkan untuk 2
menurunkan gejala kecemasan yaitu relaksasi nafas dalam, terapi tertawa, dan
terapi seni. Menurut Saputro dan Fazrin (2017) penatalaksanaan pada rasa cemas
yang terjadi pada seorang anak dengan usia prasekolah bisa dilaksanakan
menggunakan penerapan terapi farmakologi dan non farmakologi, Berikut adalah
penetalaksanaann kecemasan untuk menerapkan terapi farmakologi maupun
menggunakan terapi non farmakologi:

2.1.5.1 Penatalaksanaan Farmakologi


Pengobatan untuk mengatasi rasa cemas, yang utama adalah benzodiazepin, obat
ini berguna untuk mengatasi masalah pada rasa cemas dalam jangka pendek, namun
tidak dianjurkan untuk mengatasi masalah tersebut dalam jangka panjang, hal ini
disebabkan karena obat jenis ini dapat menimbulkan ketergantungan pada
penggunanya.

2.1.5.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi

Relaksasi dengan cara memijat tubuh bagian tertentu berulang kali dapat membuat
seseorang merasa tenang dan dengan mendengarkan musik yang menyenangkan
serta menulis catatan atau jurnal setiap harinya (Siahaan, 2013). Distraksi
merupakan salah satu cara agar dapat menghilangkan kecemasan, caran yang
digunakan yaitu dengan mengubah perhatian seseorang dari suatu hal yang lain
16

supaya pasien tersebut dapat melupakan kecemasan atau ketakutan yang sedang
dialaminya ( Dewi et al, 2013).

Humor adalah suatu keahlian untuk dapat menangkap hal-hal yang dianggap lucu
yang menghasilkan tawa sehingga dapat menghilangkan stres. Menurut asumsi atau
dugaan fisiologis mengungkapkan bahwa dengan tertawa bisa membuang endorfin
kedalam sirkulasi dan dapat menghilangkan rasa stres. Terapi yang melibatkankan
agama atau biasa disebut spiritual mempunyai dampak yang positif untuk dapat
mengurangi stres pada seseorang. Melakukan praktik seperti berdoa, bermeditasi
atau membaca literatur keagamaan atau spiritual bisa membantu meningkatkan
kemampuan untuk melakukan adaptasi. Aromaterapi merupakan salah satu jenis
terapi yang menggunakan minyak esensial yang dipercaya bisa meminimalisir
bahkan mengatasi gangguan psikis dan perasaan yang tidak nyaman pada
seseorang. Terapi dengan metode bermain dan mewarnai gambar merupakan salah
satu bentuk terapi yang bisa membantu perkembangan pada anak-anak seperti
perkembangan sensorik pada anak, perkembangan motorik, perkembangan kognitif
dan terapi ini memiliki mempunyai nilai yang bagus dan efektif untuk terapi
(Saputro dan Fazrin, 2017).

2.2 Konsep Terapi Bermain

2.2.1 Definisi Terapi Bermain


Bermain merupakan salah satu aspek penting yang ada didalam kehidupan anak-
anak serta sebagai sarana yang cukup tepat untuk meminimalkan tingkat stress yang
terjadi pada anak (Nurlaila et al, 2018). Terapi dengan menggunakan metode
bermain merupakan salah satu dari proses penyembuhan pada anak-anak yang
sedang mengalami masalah pada emosional mereka utamanya pada anak dengan
usia 3-6 tahun (Aryani & Zaly, 2021). Penerapan terapi bermain dirumah sakit
diharapkan kecemasan pada anak segera menurun, sehingga anak dapat mudah
berhubungan dengan petugas medis (Ella Dayani et al, 2015).
17

2.2.2 Prinsip Terapi Bermain

Pelaksanaan terapi bermain harus sesuai dengan prinsip anak usia prasekolah yang
dirawat di rumah sakit yaitu suatu permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dilakukan pada anak, sebuah permainan yang tidak
memerlukan banyak tenaga, singkat, sederhana dan juga harus memperhatikan
keselamatan anak (Karsi, 2013 dalam Kaluas, Ismanto, and Kundre, 2015).
Menurut (Gerungan, 2020), wujud dari permainan yang dikatakan cocok untuk
anak dengan usia prasekolah adalah dengan menggunakan permainan puzzle,
musik, memainkan peran, mendengarkan cerita-cerita anak (dongeng), melihat
buku bergambar, menggambar serta mewarnai gambar.

2.2.3 Fungsi Terapi Bermain


Fungsi terapi bermain mewarnai gambar yang dilakukan di rumah sakit menurut
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018) terdapat beberapa fungsi bermain pada
anak ketika di rumah sakit antara lain menyediakan fasilitas bagi anak agar bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang masih mereka anggap asing dan memberikan
sebuah kesempatan kepada mereka agar dapat mengambil sebuah keputusan dan
dapat melakukan kontrol diri mereka, memberikan kesempatan untuk belajar
tentang bagian tubuh dan fungsi peralatan dan prosedur medis, memberikan
distraksi dan relaksasi, membantu anak-anak merasa lebih aman dalam lingkungan
yang asing, menyediakan cara untuk mengurangi stres dan mengeksplorasi
perasaan, mendorong interaksi dan mengembangkan sikap asing yang positif
terhadap orang lain, menyediakan cara untuk mengekspresikan ide dan minat
kreatif, menyediakan cara untuk mencapai tujuan terapeutik .

2.2.4 Terapi Bermain Mewarnai


Mewarnai gambar adalah salah satu terapi bermain kreatif yang sangat terapeutik
serta memberikan kepada anak untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas,
sebagai cara berkomunikasi tanpa kata (Gerungan, 2020). Permainan yang cocok
untuk anak usia pra sekolah salah satunya adalah permainan mewarnai gambar,
18

permainan ini dirasa cocok karena anak dapat mulai menyukai dan mengenal warna
serta berbagai macam bentuk benda disekitarnya (Hidayat et al, 2021).

Kegiatan mewarnai menjadi suatu permainan yang memungkinkan anak-anak bisa


mengekspresikan diri dengan lebih leluasa dan kegiatan ini juga sangat efektif
sebagai media terapi. Anak-anak bisa mengungkapkan perasaan mereka dengan
cara menggambar atau mewarnai. Mewarnai bagi anak usia prasekolah adalah salah
satu cara yang digunakan sebagai alat berkomunikasi tanpa melibatkan kata, dengan
metode menggambar atau mewarnai gambar juga anak-anak bisa merasa senang
karena pada hakikatnya anak-anak yang memasuki usia prasekolah umumnya
sangat aktif bergerak dan juga memiliki imajinasi yang tinggi. Selain itu, anak-anak
tetap bisa mengembangkan keterampilan motorik halusnya walaupun sedan dirawat
di rumah sakit (Hidayat et al, 2021).

2.2.5 Tujuan Terapi Bermain Mewarnai


Terapi bermain mwarnai pada anak-anak usia prasekolah bertujuan agar anak-anak
yang sedang menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit dapat melupakan
kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan teknik mewarnai, dimana cara ini
merupakan salah satu cara agar anak dapat merasa senang karena anak pada usia
prasekolah sangatlah aktif dan imajinatif yang masih tetap dan juga mudah
adanyanya pengembangan keterampilan motorik halus pada anak melalui terapi
mewarnai walaupun anak tersebut masih dan sedang menjalani perawatan serta
pengobatannya di rumah sakit (Pricilia et al, 2013). Terapi bermain mewarnai
mudah membantu mengembangkan anak usia prasekolah dalam hal ketrampilan
sosial, menjadikan mereka sadar akan keberadaan orang lain disekitarnya serta
terhadap lingkungan sosialnya, dapat melakukan pengembangan dalam hal
keterampilan berbicara, meminimalisir perilaku yang dapat dikatakan sebuah
perilaku yang stereotip serta dapat mengendalikan keagresifan mereka (Hasdianah,
2013).
19

2.2.6 Manfaat Terapi Bermain Mewarnai


Manfaat yang dapat dirasakan dari terapi bermain dengan cara mewarnai gambar
untuk seseorang dengan rentang usia prasekolah adalah anak dapat dengan mudah
kenal pada warna yang berbeda-beda, membantu mengembangkan mental pada
anak, mengasah saraf motorik halus pada anak, melatih konsentrasi pada anak-anak,
melatih dan belajar ketekunan pada anak, serta melatih dan mengajarkan kesabaran
pada anak dalam mengenalkan banyak objek dalam bentuk gambar yang akan
mereka warnai serta mengasah imajinasi dan kreativitas pada anak (Adi, 2016).

Selain itu manfaat terapi bermain mewarnai mempunyai efek psikologis anak pada
warna berbeda dengan dengan efek sensoris atau efek inderawi hal ini disebabkan
karena warna merupakan selera dari masing-masing orang. Dampak sensoris atau
inderawi dari warna relatif sama untuk masing-masing orang, misalnya pada warna
jingga dan warna kuning yang bisa menyilaukan atau warna hijau yang dianggap
dapat membuat sejuk. Terapi warna ini dapat menjadi penyeimbang pada gangguan
fisik, mental serta spiritual seseorang. Masing-masing warna bergetar pada
frekuensi yang berbeda-beda, dan dapat menjadi alat penyembuhan spesifik. Warna
yang bisa digunakan untuk menenangkan pikiran seseorang serta menenangkan
psikologis pada seseorang adalah warna hijau dan biru. Warna biru sendiri memiliki
makna sebuah ketenangan dan sebuah kesedihan. Selain itu juga, warna biru juga
dapat digunakan untuk menangani masalah peradangan, menghentikan pendarahan,
menurunkan demam, mengatasi stres, membantu meredakan rasa nyeri serta
membantu menenangkan agresi dan histeria. Warna hijau sendiri dapat diartikan
sebagai obat penyembuh yang memiliki efek luar biasa. Warna hijau digunakan
sebagai penyeimbang dan penstabilisasi energi pada tubuh seseorang. Warna
kuning dapat digunakan untuk membantu merangsang konsentrasi. Warna kuning
digunakan sebagai media untuk meminimalisir keluhan penyakit yang berkaitan
dengan stres. Warna merah dimanfaatkan sebagai media penyembuhan pada pasien
yang menderita amarah (Hidayat et al, 2021).
20

2.3 Keefektifan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat


Kecemasan Saat Akan Dilakukan Tindakan Injeksi Pada Anak Usia Pra
Sekolah
Hasil penelitian Idris & Reza (2018) menunjukkan ketepatan atau efektifitas terapi
bermain dalam menurunkan tingkat kecemasan pada anak. Hasil dari uji hipotesis
menunjukkan bahwa hasil uji Paired T-test mempunyai nilai p value = 0.009 < α =
0.05(5%) dan menghasilkan nilai t hitung sebesar 3.006, dengan hasil tersebut maka
H0 dinyatakan ditolak menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik dapat
disimpulkan bahwa terapi bermain (mewarnai) memiliki efektifitas dalam
menurunkan tingkat kecemasan pada anak-anak yang diakibatkan dari hospitalisasi
pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang dirawat di ruang melati RSUD dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan sebesar 7


(46.7%) anak ada di tingkat kecemasan dengan kategori berat sebelum diberikannya
terapi bermain pada anak, namun setelah anak-anak tersebut diberikan sebuah terapi
bermain (mewarnai) anak yang sedang berada di tingkat kecemasan dengan
kategori berat sebanyak 3 (20%) anak, hal ini dapat dilihat melalui perilaku mereka
yang mau makan, minum obat dan tidak mengalami kecemasan atau ketakutak
ketika perawat memberikan penanganan atau tindakan medis. Setelah dilakukan
terapi bermain anak-anak menjadi lebih kooperatif dan mau berkomunikasi hal ini
berarti anak tersebut mau diajak untuk melakukan komunikasi dengan tenaga medis
atau perawat sesudah dilakukan terapi bermain pada anak tersebut. Perilaku tersebut
dilihat dari lembar observasi yang telah dilakukan yakni pada saat tenaga medis
mengajak berbicara, anak-anak tersebut tidak lagi diam dan langsung merespon apa
yang dikatakan oleh perawat .

Berdasarkan dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penurunan tingkat


kecemasan dengan kategori berat pada anak-anak yang sedang menginjak usia
prasekolah yang signifikan sebelum dilaksanakannya terapi bermain pada anak
sebesar 46,7% setelah dilakukan terapi bermain tersebut persentasenya turun
21

menjadi 20%. Namun, ada dua anak yang mengalami sebuah peningkatan pada
tingkat kecemasan anak-anak sesudah dilaksanakannya terapi bermain pada anak
hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kedua anak tersebut kurang kooperatif pada
saat melakukan terapi bermain tersebut. Oleh sebab itu, kita harus benar-benar
memastikan tingkat kerjasama orang tua dan anak saat dilakukannya informed
consent. Sebuah alat yang digunakan sebagai pengukur kecemasan yang digunakan
oleh peneliti juga bisa mempengaruhi peningkatan pada tingkat kecemasan anak
sesudah diberikan terapi bermain pada kedua anak tersebut.

Anak-anak akan merasa bahagia apabila mereka melakukan suatu permainan yang
mereka sukai. Namun, apabila anak tersebut tidak menyukai permainan tersebut
maka anak tidak dapat menikmati permainan yang sedang mereka lakukan. Selama
penelitian berlangsung, peneliti menemukan bahwa tidak semua anak-anak
mengalami penurunan nilai kecemasan hal ini mungkin disebabkan karena mereka
tidak menikmati atau tidak menyukai permainan yang mereka lakukan. Responden
yang nilai kecemasannya tidak mengalami penurunan pada tingkat kecemasannya
bisa disebabkan oleh kondisi fisik yang kurang fit pada anak akibat penyakit yang
mereka derita, pola asuh orang tua serta dukungan keluarga mereka yang dirasa
kurang. Anak-anak yang sudah terbiasa dimanjakan oleh orang tua mereka dan
jarang diajak bermain dengan teman sebayanya akan cenderung lebih sulit
melakukan sebuah sosialisasi dan menerima keberadaan orang lain disekitar
mereka. Sementara itu, anak-anak yang pada saat di rumah kurang mendapatkan
sebuah perhatian dari orang tua mereka cenderung akan banyak unuk mencari
perhatian dengan bersikap rewel dan cenderung untuk bertindak agresif pada saat
dirawat di rumah sakit (Kholisatun, 2013).

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat, Eliyanti,
Novega (2021) juga membahas tentang efektivitas terapi bermain mewarnai
terhadap kecemasan pada anak. Penelitian tersebut memperoleh hasil uji statistik
sebesar ρ = 0,0050 (ρ < α 0,05), hal tersebut menyatakan bahwa selama rawat inap
di ruang Melati RSUD Sobirin Kabupaten Musi Rawa terdapat korelasi antara
22

terapi bermain warna dengan kecemasan atau ketakutan anak. Berdasarkan hasil
penelitian Noncoloring Play Therapy, dari 48 orang sebanyak 40 orang atau sekitar
83,3% mengalami kecemasan yang disebabkan karena anak mengalami ketakutan
atau kecemasan di rumah sakit, hal ini dibuktikan dengan anak yang menangis,
membuat ulah, dan menolak atau memberontak untuk bekerjasama dengan orang
lain. Anak-anak yang sedang merasakan ketakutan atau kecemasan selama
dilakukannya perawatan dan pengobatan di rumah sakit membutuhkan media yang
dapat mengekspresikan emosi yang dialaminya agar dapat bekerjasama dengan
tenaga kesehatan untuk memastikan proses pengobatan dan perawatan berjalan
dengan optimal. Sarana yang paling efektif untuk memenuhi kebutuhan anak adalah
bermain. Sementara 8 orang lainnya atau sekitar 16,67% tidak merasa cemas atau
takut meskipun melakukan perawatan, namun anak tetap merasa nyaman karena
orangtua atau kerabat selalu mendampingi anak selama perawatan tersebut
sehingga kecemasan pada anak dapat diminimalisir dengan bermain ataupun
bercerita dengan orangtua serta keluarga pasien.

Terapi bermain mewarnai menunjukkan bahwa dari 38 orang ada sebanyak 13


orang atau sebesar 34,2% mengalami gangguan kecemasan, hal ini menunjukkan
bahwa anak dengan rentang usia prasekola yang sedang mengalami kecemasan
dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya pengalaman anak pada saat
mereka dirawat atau masuk rumah sakit. Anak-anak yang baaru pertama kali
menjalani perawatan di rumah sakit seringkali akan mengalami gangguan
kecemasan atau ketakutan yang berlebih daripada anak yang sudah pernah atau
beberapa kali menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan responden yang tidak
mengalami gangguan kecemasan ada sebanyak 25 orang atau sekitar 65,8%. Cara
mengatasi gangguan kecemasan yang dirasakan pada anak-anak adalah dengan
melibatkan peran orang tua hal ini bertujuan agar orang tua anak tersebut juga turut
berperan aktif dalam melakukan perawatan pada anak, memodifikasi atau
melakukan perubahan lingkungan rumah sakit supaya anak-anak tetap merasakan
kenyamanan dan tidak lagi merasa asing pada saat anak tersebut berada di
lingkungan yang menurut mereka baru, serta peran dari tenaga kesehatan atau
23

tenaga medis dan juga orangtua dengan anak yang melakukan sebuah ajakan pada
anak untuk bermain dengan menggambar dan mewarnai.
2.4 Kerangka Teori

Prosedur Injeksi

Faktor-faktor yang berhubungan


dengan kecemasan :
Kecemasan anak usia 1. Pengalaman
prasekolah 2. Respon terhadap rangsang
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Kondisi medis

Penatalaksanaan
Kecemasan

Farmakologi Non Farmakologi

Terapi
bermain Tingkat kecemasan :
mewarnai
1. Kecemasan ringan
2. Kecemasan sedang
3. Kecemasan berat
Lembar Kuesioner

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Saputro et al, (2017) , Ii et al, (2016) , Noverita & Mulyadi, (2018) ,
Balqis & Rofiqoh, (2022), Oktiawati, Widyantoro, dan Fardlillah, (2020),
Sureskiarti & Brutu, (2017), Aryani & Zaly, (2017))
24

2.5 Kerangka konsep penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Tingkat Kecemasan Saat


Terapi Bermain Mewarnai Prosedur Injeksi Pada Anak
Usia Prasekolah di RSUD
Kardinah Tegal

Gambar 2.2 Kerangka konsep penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian


Ho : Tidak ada pengaruh Terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan saat
prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah Tegal
Ha : Ada pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan saat
prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah Tegal
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pelaksanaan Penelitian


Penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
Desain pada penelitian ini menggunakan penelitian pre-eksperimen yaitu jenis
penelitian dimana peneliti melakukan pengamatan kepada suatu kelompok dan
dilakukannya intervensi selama penelitian berlangsung. Selain itu, pada penelitian
ini peneliti menggunakan rancangan penelitian post test only with control group,
rancangan penelitian ini merupakan dua jenis kelompok penelitian yaitu kelompok
kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini menekankan perbandingan dengan
perlakuan antara dua kelompok tersebut yang mana kelompok intervensi
merupakan kelompok yang diberikan perlakuan khusus (memberikan terapi
bermain mewarnai) sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak
diberikan perlakuan khusus (hanya dilakukan prosedur injeksi).
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Pre Post
Intervensi - X O1
Kontrol - - O2

Gambar 3.1 Bentuk Rancangan Penelitian post test only with control group
Keterangan :
O1 = Hasil pengukuran kelompok yang diberikan perlakuan terapi bermain
mewarnai (kelompok intervensi)
O2 = Hasil pengukuran kelompok yang tidak diberikan perlakuan terapi
bermain mewarnai hanya diberikan prosedur injeksi (Kelompok
kontrol)
X = Perlakuan (terapi bermain mewarnai)

25
26

3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.2.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kecemasan
anak yang diadobsi dari Rahayu (2017). Kuesioner ini terdiri dari 11 pertanyaan
tentang kecemasan dengan pilihan jawaban Tidak pernah = 1, Kadang-kadang = 2,
Sering = 3, Selalu = 4 , hasil pengukuran pada tingkat kecemasan anak yaitu 11=
tidak cemas, 12-21 = ringan, 22-32 = sedang, 33-44 = berat. Kuesioner ini sudah
dilakukan uji validitas dan reabilitas oleh Rahayu (2017) di RSI Siti Aisyah Kota
Madiun terhadap 32 responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang sudah
dilakukan yaitu nilai r hitung antara 0,4606 – 0,7448 lebih besar dari r tabel (0,444)
sehingga 11 pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Uji reabilitas pada kuesioner
kecemasan anak diperoleh dari nilai alpha untuk kecemasan yaitu 0,8898. Nilai
alpha tersebut lebih besar dari 0,600 sehingga kuesioner ini reliabel dan dapat
digunakan dalam penelitian.

3.2.2 Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
3.2.2.1 Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan pengajuan judul proposal
dimulai pada tanggal setelah itu peneliti melakukan penyusunan proposal dimulai
pada tanggal 13 November 2022. Selanjutnya pada saat penyusunan proposal
peneliti melakukan studi pendahuluan pada tanggal 29 Desember 2022 yang
bertempat di RSUD Kardinah Tegal. Data yang didapatkan pada studi pendahuluan
telah diperkuat dengan teori yang ada di buku, jurnal, dan internet. Setelah itu
peneliti melakukan penyusunan proposal hingga disetujui oleh dosen pembimbing,
setelah proposal disetujui peneliti mengajukan surat ijin penelitian pada Kaprodi
Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners. Pada tanggal 27 Juni 2023 peneliti
membawa surat ijin penelitian ke RSUD Kardinah Tegal. Peneliti mendapatkan
informasi dari TU pada tanggal 03 Juli 2023 bahwa ijin penelitian sudah turun dari
Direktur RSUD Kardinah Tegal, kemudian peneliti melakukan pembayaran biaya
penelitian di loket dan peneliti sudah mendapatkan surat ijin penelitian dari Direktur
27

RSUD Kardinah. Pada tanggal 04 Juli 2023 peneliti bertemu dengan kepala Ruang
Wijaya Kusuma Atas dan Cendana 3 untuk menjelaskan maksud dan tujuan
prosedur penelitian dan mendapatkan data calon responden yang akan diteliti. Lalu
peneliti baru di perbolehkan melakukan pengambilan data dengan dibantu 2 orang
enumerator yaitu Divia yang bertugas untuk mendokumentasikan hasil penelitian
dan April yang bertugas untuk membantu memberikan kuesioner pada orangtua
serta memberikan terapi bermain mewarnai pada responden anak.

3.2.2.2 Tahap Pelaksanaan


Pada tahap pelaksanaan peneliti akan menggunakan lembar kuisioner tingkat
kecemasan anak yang diberikan kepada orang tua untuk mengetahui hasil tingkat
kecemasan pada saat prosedur injeksi pada anak usia prasekolah. Responden di
Ruang Wijaya Kusuma Atas dijadikan kelompok intervensi sedangkan responden
di Ruang Cendana 3 dijadikan kelompok kontrol yang mana responden tersebut
tidak diberikan terapi bermain namun hanya diberikan lembar kuesioner untuk
mengetahui adanya perbandingan antara tingkat kecemasan pada responden di
kelompok kontrol maupun kelompok intervensi.

Penelitian ini akan dilakukan selama 5 hari yaitu pada tanggal 4-8 Juli 2023 yang
akan di pilih sesuai kriteria inklusi yaitu anak yang baru pertama kali dirawat untuk
mengetahui anak baru pertama kali dirawat atau tidaknya peneliti sebelum
mendatangi responden akan menanyakan terlebih dahulu kepada perawat ruangan,
anak yang sedang diinjeksi IV, dan anak yang berumur 5-6 tahun dan peneliti akan
melakukannya intervensi terapi bermain mewarnai pada responden di tempat tidur
masing-masing responden. Selanjutnya peneliti memasuki ruang bangsal anak, dan
mendatangi responden anak usia 5-6 tahun dan pengambilan data responden dari
kelompok kontrol yang berada di Ruang Cendana 3 dan kelompok intervensi yang
berada di Ruang Wijaya Kusuma Atas. Selanjutnya memberikan lembar infrom
consert serta melakukan penelitian dengan memberikan lembar kuesioner pada
orang tua responden untuk mengukur tingkat kecemasan anak pada saat prosedur
injeksi.
28

Pada kelompok kontrol di Ruang Cendana 3 peneliti akan memberikan kuesioner


kepada orang tua responden saat sedang dilakukan pemberian prosedur injeksi pada
responden untuk mengetahui tingkat kecemasan saat prosedur injeksi, sedangkan
pada kelompok intervensi di Ruang Wijaya Kusuma Atas oleh peneliti akan
memberikan kuesioner kepada orang tua responden lalu peneliti memberikan
perlakuan terapi bermain mewarnai kepada responden saat sedang dilakukan
prosedur injeksi, terapi bermain mewarnai dilakukan selama 15 menit dengan
memberikan kertas bergambar, pensil warna untuk mewarnai pada responden.
Peneliti menemani proses terapi bermain mewarnai berlangsung hingga semua
gambar terselesaikan.

Pada hari pertama pada tanggal 04 Juli 2023 penelitian didapatkan enam responden
yaitu tiga responden dari ruangan Wijaya Kusuma Atas, dan tiga responden dari
ruang cendana 3. Pada hari kedua pada tanggal 05 Juli 2023 didapatkan empat
responden yaitu satu responden dari ruangan Wijaya Kusama Atas, dan tiga dari
responden ruangan Cendana 3. Pada hari ketiga pada tanggal 06 Juli 2023
didapatkan empat responden yaitu dua responden dari ruang Wijaya Kusuma Atas
dan dua responden dari Ruang Cendana 3. Pada hari keempat pada tanggal 07 Juli
2023 didapatkan lima responden yaitu dua responden dari ruangan Wijaya Kusuma
Atas dan tiga responden dari ruangan cendana 3. Pada hari kelima pada tanggal 08
Juli 2023 didapatkan lima responden yaitu empat responden dari ruangan Wijaya
Kusuma Atas dan satu dari ruangan Cendana 3. Sehingga keseluruhan responden
yang diambil untuk penelitian ini diruang Wijaya Kusuma Atas dan Cendana 3
sebanyak 24 responden.

3.2.2.3 Tahap Penyelesaian


Pada tahap penyelesaian peneliti melakukan sebuah pengolahan data dan analisis
data hasil dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol kemudian
membandingkan hasil data antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
29

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang
memiliki besaran dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk
selanjutnya dipelajari dan kemudian ditarik sebuah kesimpulannya (Sugiono,
2019). Populasi yang ada pada penelitian ini adalah anak usia prasekolah 3-6 tahun
yang baru dirawat di RSUD Kardinah Tegal di Ruang Cendana 3 dan Wijaya
Kusuma Atas pada rentang waktu 04 Juli 2023 – 08 Juli 2023.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik populasi, jika populasinya besar
dan tidak mungkin peneliti mempelajari semua yang ada pada populasi (Sugiono,
2019). Sampel nantinya akan diambil dengan menggunakan metode nonprobability
sampling dengan teknik pengambilan sampelnya menggunakan sampling insidental
yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan secara kebetulan
bertemu atau juga bersedia sesuai dengan kriteria inklusi pada penelitian
berdasarkan dari lama waktu penelitian yang dilakukan yaitu selama 5 hari yaitu
pada tanggal 04 Juli 2023 – 08 Juli 2023.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak, yaitu setiap orang yang peneliti temui
secara kebetulan/insidental dapat digunakan untuk sampel penelitian jika orang
yang ditemui secra kebetulan tersebut memenuhi kriteria dan dianggap sebagai
sumber informasi yang sesuai. Sampel dikatakan cocok apabila dikatakan sesuai
dengan kriteria yaitu :

3.3.3 Kriteria Inklusi


Kriteria inklusi merupakan suatu karakteristik umum dari sebuah subyek penelitian
yang berasal dari suatu populasi yang menjadi sasaran dan juga terjangkau yang
selanjutnya akan diteliti (Hidayat & Hayati, 2019). Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah responden yang sedang di rawat minimal 1 hari, responden
yang diinjeksi melalui IV bolus, berusia 5-6 tahun, responden dalam keadaan sadar.
30

3.3.3 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek yang sudah memenuhi kriteria
inklusi pada penelitian (Hidayat & Hayati, 2019). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah pasien anak yang sudah dirawat berulangkali di ruang bangsal,
anak yang sedang mengalami kondisi kegawatan atau kritis.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 04 Juli 2023 - 08 Juli 2023 dan bertempat
di Ruang Wijaya Kusuma Atas dan Ruang Cendana 3 RSUD Kardinah Tegal.

3.5 Definisi Operasional Variable dan Skala Pengukuran


Menurut V. Wiratna Sujarweni (2022) Definisi Operasional merupakan variable
penelitian yang digunakan untuk memahami arti setaip variable penelitian sebelum
dilakukan analisis
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variable dan Skala Pengukuran
Variable Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variable bebas Suatu kegiatan
Terapi mewarnai
bermain gambar berupa
mewarnai gambar
binatang
menggunakan
pensil warna
yang sudah
disediakan
oleh peneliti
Variable Kekhawatiran Lembar 1. 11 : tidak Ordinal
terikat dan ketakutan kuisioner cemas
yang terjadi
31

Tingkat pada anak usia 2. 12-20 :


kecemasan prasekolah ringan
saat prosedur ketika sedang 3. 21-27 :
injeksi pada dilakukan sedang
anak usia tindakan 4. 28-44 :
prasekolah injeksi IV berat
bolus di Ruang
Cendana 3 dan
Ruang Wijaya
Kusuma Atas
RSUD
Kardinah Tegal

3.6 Teknik Pengolahan Data


3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dikumpulkan, baik yang diperoleh dari hasil
pengumpulan sendiri (data primer) maupun data yang diperoleh dari sumber lain
yang sudah jadi (data sekunder) memerlukan tahapan pengolahan data. Peneliti
pada tahap ini data primer diperoleh dari data responden pada berlangsungnya
penelitian dengan menggunakan lembar instrument dan lembar observasi tingkat
kecemasan, sedangkan data sekunder diperoleh dari Rekam Medik RSUD Kardinah
Tegal.
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

3.6.1.1 Editing (Pemeriksaan data)


Editing atau mengedit data bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan pengisian,
kesalahan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan untuk menguji
dari hasi penelitian. Peneliti memeriksa perlengkapan data dan perlengkapan isian
pada lembar kuesioner hal tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan
saat prosedur injeksi pada anak usia prasekolah.
32

3.6.1.2 Coding (Pemberian kode)


Peneliti melakukan pengkodean pada setiap responden yang bertujuan agar data
tidak tertukar dan dapat menjaga kerahasiaan responden. Kode yang digunakan
pada tingkat kecemasan yaitu tidak cemas = 1, ringan = 2, sedang = 3, berat = 4.

3.6.1.3 Entry Data


Entry data merupakan suatu proses dimana peneliti memasukan data kedalam
komputer yang selanjutnya dianalisis menggunakan analisa Paried t-tes. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data yang selanjutnya akan
dianalisis melalui SPSS 16.0 dan memasukkan hasil data kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.

3.6.1.4 Tabulating (Penyusunan data)


Merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar mudah untuk dijumlah,
disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis. Peneliti akan memasukkan data-
data hasil peneliti ke dalam tabel.

3.6.1.5 Scoring
Scoring dilakukannya pemberian skor pada masing-masing item.

3.6.1.6 Cleaning
Cleaning merupakan proses pengecekan ulang sebuah data yang sudah di entry
kedalam komputer dan selanjutnya akan dicek apakah ada kesalahan atau tidak pada
data tersebut, selanjutnya melakukan pembuangan data yang sudah tidak dipakai.

3.7 Analisa Data


3.7.1 Analisa Univariat
Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan menganalisis tiap variable
dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data
pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data berubah menjadi informasi
33

yang berguna dan hanya satu variable yang diproses, sehingga dinamakan univariat
(Sujarweni, 2022). Variable dependen dalam penelitian ini yaitu tingkat kecemasan
anak, variable independen berupa tingkat kecemasan anak yang diberikan terapi
bermain mewarnai dan tingkat kecemasan anak yang tidak diberikan terapi bermain
mewarnai. Variable penelitian tingkat kecemasan pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi di analisis menggunakan distribusi frekuensi.

3.7.2 Analisis Bivariat


Analisa bivariat dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh
antara variable dependent dan independen dalam penelitian ini yaitu pengaruh
terapi bermain mewarnai serta tingkat kecemasan saat prosedur injeksi pada anak
usia prasekolah. Untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya perbandingan antara
kelompok kontrol dengan kelompok intervensi maka dilakukan metode statistik non
parametik dengan uji Mann Witney Test merupakan metode non parametic yang
digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis dalam penelitian.
Penelitian ini menganalisis hasil pengamatan sampel yang berpasangan dari dua
data apakah ada perbedaan atau tidak. Mann Witney Test digunakan untuk tipe data
ordinal, interval atau rasio. Kesimpulan didapatkan hasil p value <0,05, maka
hipotesis tersebut dinyatakan terdapat pengaruh ( Ho ditolak dan Ha diterima ) dan
menggunakan rumus komputer spss.

3.8 Etika Penelitian


Peneliti diharapkan memperhatikan etika penelitian, prinsip etika penelitian
diterapkan dalam kegiatan penelitian yang dimulai dari penyusunan proposal
hingga penelitian ini dipublikasikan (Notoatmodjo, 2018). Melakukan suatu
penelitian mempunyai ada empat prinsip yang harus dilakukan yaitu:

3.8.1 Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti haruslah memperhatikan hak-hak
subjek penelitian untuk memperoleh infromasi yang sesuai dengan tujuan peneliti
melakukan penelitian tersebut. Disamping itu peneliti juga harus bisa memberikan
34

kebebasan kepada subjek untuk dapat memberikan informasi atau tidak


memberikan informasi atau melakukanpartisipasi dalam penelitian ini. Sebagai
ungkapan, peneliti menghomati martabat subjek penelitian dan menyiapkan
formulir persetujuan (infrom concent).

3.8.2 Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy
and confidentiality).
Privasi merupakan hak dari setiap orang atau individu, oleh karena itu peneliti harus
menjaga privasi dari responden dan juga harus memberikan kebebasan pada setiap
individu untuk memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak
memberikan apa yang tidak mereka ketahui oleh orang lain. Oleh sebab itu, peneliti
tidak boleh menampilkan informasi tentang kerahasiaan identitas.

3.8.3 Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for jutice an clusiviness)
Penelitian yang akan dilakukan harus bersikap adil kepada semua partisipan dan
tidak memandang agama, suku, gender, ras dan yang lainnya serta dapat
mempunyai sifat yang terbuka yang artinya peneliti harus jujur, teliti, tepat dan
berhati-hati dan bertindak kemanusiaan. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian
pada responden.

3.8.4 Memperhitungkan manfaat dan kegiatan yang ditimbulkan (balancing harms


and benefits)
Suatu penelitian harus bisa memberi kegunaan pada masyarakat pada umumnya dan
subjek penelitian pada khususnya dengan secara maksimal. Suatu penelitian
haruslah mengupakan agar supaya pengaruh yang dapat merugikan subjek
penelitian diminimalisirkan. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilaksanakan
harus bisa menanggulangi atau setidaknya meminimalisir rasa sakit, cedera, stres,
serta kematian pada subjek penelitian.
BAB 4

HASIL DAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Setelah dilakukan penelitian mengenai Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia Pra Sekolah di
RSUD Kardinah Tegal yang telah dilakukan pada tanggal 04 sampai 08 Juli 2023,
dan penelitian dilakukan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi
bermain mewarnai di Ruang Cendana 3 berjumlah 12 pasien, dan pada kelompok
intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai di Ruang Wijaya Kusuma Atas
berjumlah 12 pasien. Seluruh data yang telah terkumpul dan telah memenuhi syarat
selanjutnya akan dilakukan analisis dalam bentuk tabel dan narasi yang didasarkan
pada hasil analisis.
4.1.1 Tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada kelompok intervensi
Distribusi frekuensi tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada kelompok
intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada
kelompok intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai
Kelompok Intervensi Frekuensi (n) Presentase (%)
Tidak Cemas 0 0%
Ringan 10 83,3 %
Sedang 0 0%
Berat 2 16,7 %
Total 12 100,0 %

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa anak usia prasekolah pada kelompok
intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai saat prosedur injeksi dengan
tingkat kecemasan ringan ada 10 responden (83,3%) dan responden dengan tingkat
kecemasan berat ada 2 responden (16,7). Dari hasil pengukuran tingkat kecemasan
pada kelompok intervensi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak usia

35
36

prasekolah di Ruang Wijaya Kusuma Atas yang diberikan terapi bermain mewarnai
saat prosedur injeksi mengalami kecemasan ringan yaitu 10 responden (83,3%).

4.1.2 Tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada kelompok kontrol


Distribusi frekuensi tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada kelompok
kontrol ini yang tidak diberikan terapi bermain mewarnai disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada
kelompok kontrol
Kelompok Kontrol Frekuensi (n) Presentase (%)

Tidak cemas 0 0%

Ringan 5 41,7%

Sedang 6 50,0 %

Berat 1 8,3 %

Total 12 100,0%

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa anak usia prasekolah pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi bermain mewarnai berjumlah 12 responden.
Responden dengan tingkat kecemasan ringan ada 5 responden (41,5%), responden
dengan tingkat kecemasan sedang ada 6 (50,0%), responden dengan tingkat
kecemasan berat ada 1 responden (8,3%). Dari hasil pengukuran tingkat kecemasan
pada kelompok kontrol disimpulkan bahwa sebagian besar anak di Ruang Cendana
3 yang tidak diberikan terapi bermain mewarnai pada saat prosedur injeksi
mengalami kecemasan sedang yaitu 6 responden (50,0%).

4.1.3 Pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan saat


prosedur injeksi pada anak usia prasekolah
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann Whitney untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kelompok kontrol maupun kelompok
37

intervensi. Analisis Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat


Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD Kardinah
Tegal dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS yang hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah saat Prosedur Injeksi di RSUD Kardinah
Tegal
Tingkat Terapi Total U P-Value
Kecemasan Intervensi Kontrol
Tidak cemas 0 0 0 -2,089 0,037
Ringan 10 5 15
Sedang 0 6 6
Berat 2 1 3
Total 12 12 24

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil penelitian dari 24 responden dengan kelompok kontrol
sebanyak 12 responden dan kelompok intervensi sebanyak 12 responden
menggunakan uji Man Whitney dengan tingkat kesalahan 5% didapatkan nilai p-
value 0,037 (< 0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan saat
prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah Tegal.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada kelompok intervensi yang
diberikan terapi bermain mewarnai
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan anak usia prasekolah pada kelompok
intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai saat prosedur injeksi sebanyak
12 responden dan peneliti memberikan terapi bermain mewarnai dengan
menyediakan lima gambar hewan serta pensil warna untuk masing-masing
38

responden dan mendapatkan hasil pada distribusi frekuensi, dengan sebagian besar
anak usia prasekolah pada kelompok intervensi di Ruang Wijaya Kusuma Atas
RSUD Kardinah Tegal yang diberikan terapi bermain mewarnai mengalami tingkat
kecemasan ringan sebanyak 10 responden (83,3 %) ditandai dengan anak sesekali
meringis atau cemberut, mengeluh, banyak bicara. Analisis dari penelitian ini juga
menunjukkan anak yang mengalami tingkat kecemasan ringan sebagian besar anak
tidak memegangi lengan atau tangan orang tua saat prosedur injeksi, hal ini
ditunjukkan oleh orang tua responden no 2,4,5,7,8,9,10,11, dan 12 yang mempunyai
persamaan untuk menceklist pertanyaan kuesioner no 11.

Pada hasil distribusi frekuensi pada penelitian kelompok intervensi juga didapatkan
anak mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 2 responden (16,7 %) yang
ditandai dengan wajah anak terlihat ketakutan, tegang, sering menangis. Dalam
analisis dari penelitian ini juga menunjukkan anak mengalami tingkat kecemasan
berat diakibatkan anak selalu mengalami tidak selera makan ketika berada
diruangan, anak merasa tangannya dingin saat prosedur injeksi, anak terlihat sulit
berkonsentrasi saat dilakukan prosedur injeksi, hal ini ditunjukkan oleh orangtua
responden no 1 dan 6 dengan mempunyai persamaan menceklist pertanyaan pada
kuesioner no 5,6 dan 7.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwati (2017) di RSUD Kota Madiun
didapatkan hasil tingkat kecemasan ringan pada anak usia prasekolah sebanyak 15
responden (71,4 %) hal ini ditunjukkan dengan anak lebih kooperatif, lebih terbuka
dan wajah tampak rileks saat diberikan terapi bermain mewarnai. Hal ini didukung
oleh teori menurut Fadilah (2014) mendukung dari fakta tersebut dimana terapi
bermain mewarnai merupakan suatu kegiatan yang memberikan warna pada suatu
bidang yang memiliki bentuk seperti hewan dengan menggunakan pensil warna.
Menurut teori Adriana (2013) terapi bermain mewarnai dapat membantu proses
perawatan anak tanpa menimbulkan rasa takut sesuai tahapan tumbuh kembang
anak, selain itu melalui terapi mewarnai anak dalam kondisi cemas akan dapat lebih
39

santai sehingga perilaku negatif pada anak dapat terkontrol dalam proses perawatan
di rumah sakit.

Anak yang sedang sakit tetap membutuhkan adanya kegiatan bermain, melalui
kegiatan bermain anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainan dan akan
relaksasi melalui kesenangannya dengan melakukan permainan (Evism 2012,
dalam Sarti, 2017). Pelaksanaan terapi bermain harus sesuai dengan prinsip anak
usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit yaitu suatu permainan tidak boleh
bertentangan dengan pengobatan yang sedang dilakukan pada anak, sebuah
permainan yang tidak memerlukan banyak tenaga, singkat, sederhana dan juga
harus memperhatikan keselamatan anak (Karsi, 2013 dalam Kaluas, Ismanto, and
Kundre, 2015). Menurut (Gerungan, 2020), wujud dari permainan yang dikatakan
cocok untuk anak dengan usia prasekolah adalah dengan menggunakan permainan
puzzle, musik, memainkan peran, mendengarkan cerita-cerita anak (dongeng),
melihat buku bergambar, menggambar serta mewarnai gambar.

Fungsi terapi bermain mewarnai gambar yang dilakukan di rumah sakit menurut
penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018) terdapat beberapa fungsi bermain pada
anak ketika di rumah sakit antara lain menyediakan fasilitas bagi anak agar bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang masih mereka anggap asing dan memberikan
sebuah kesempatan kepada mereka agar dapat mengambil sebuah keputusan dan
dapat melakukan kontrol diri mereka, memberikan kesempatan untuk belajar
tentang bagian tubuh dan fungsi peralatan dan prosedur medis, memberikan
distraksi dan relaksasi, membantu anak-anak merasa lebih aman dalam lingkungan
yang asing, menyediakan cara untuk mengurangi stres dan mengeksplorasi
perasaan, mendorong interaksi dan mengembangkan sikap asing yang positif
terhadap orang lain, menyediakan cara untuk mengekspresikan ide dan minat
kreatif, menyediakan cara untuk mencapai tujuan terapeutik.

Terapi bermain mwarnai pada anak-anak usia prasekolah bertujuan agar anak-anak
yang sedang menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit dapat melupakan
40

kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan teknik mewarnai, dimana cara ini
merupakan salah satu cara agar anak dapat merasa senang karena anak pada usia
prasekolah sangatlah aktif dan imajinatif yang masih tetap dan juga mudah
adanyanya pengembangan keterampilan motorik halus pada anak melalui terapi
mewarnai walaupun anak tersebut masih dan sedang menjalani perawatan serta
pengobatannya di rumah sakit (Pricilia et al, 2013).

Manfaat yang dapat dirasakan dari terapi bermain dengan cara mewarnai gambar
untuk seseorang dengan rentang usia prasekolah adalah anak dapat dengan mudah
kenal pada warna yang berbeda-beda, membantu mengembangkan mental pada
anak, mengasah saraf motorik halus pada anak, melatih konsentrasi pada anak-anak,
melatih dan belajar ketekunan pada anak, serta melatih dan mengajarkan kesabaran
pada anak dalam mengenalkan banyak objek dalam bentuk gambar yang akan
mereka warnai serta mengasah imajinasi dan kreativitas pada anak (Adi, 2016).

Proses pelaksanaan intervensi terapi bermain mewarnai ini juga didukung oleh teori
dari Lestari (2015) dengan adanya proses terapi bermain mewarnai anak berusaha
berkonsentrasi dan fokus untuk mewarnai gambar meskipun banyak aktivitas yang
ada di sekelilingnya sehingga ketegangan anak akan berkurang dan anak akan
rileks, dan tubuh akan mengeluarkan hormon yang bersifat menenangkan sehingga
menimbulkan rasa senang.

Peneliti berpendapat bahwa terapi bermain mewarnai terhadap tingkat kecemasan


saat prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD Kardinah memiliki
pengaruh besar terhadap tingkat kecemasan responden, sebagian besar kelompok
intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai memiliki tingkat kecemasan
ringan yang ditandai dengan anak merasa rileks, wajah anak tidak tegang, lebih
kooperatif, dan anak mau berkomunikasi, hal ini menunjukkan anak mudah
berinteraksi dengan tenaga medis atau perawatnya sehingga membuat anak merasa
senang dan mulai menerima lingkungan sekitar.
41

4.2.2 Tingkat kecemasan anak usia prasekolah pada kelompok kontrol


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan anak usia prasekolah pada kelompok
kontrol di Ruang Cendana 3 RSUD Kardinah Tegal yang tidak diberikan terapi
bermain mewarnai saat prosedur injeksi mendapatkan hasil pada distribusi
frekuensi dengan sebagian besar mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu
sebanyak 6 responden (50,0%) yang ditandai dengan anak sering menangis dan
wajah terlihat tegang saat dilakukan prosedur injeksi. Analisis dari penelitian ini
menunjukkan anak yang mengalami tingkat kecemasan sedang pada kelompok
kontrol diakibatkan anak kadang-kadang takut ketika orang tua tidak disampingnya
saat perawat melakukan prosedur injeksi, dan kadang anak sulit untuk
berkonsentrasi saat dilakukan prosedur injeksi oleh perawat, hal ini ditunjukkan
oleh orang tua responden no 1,2,3,4,7, dan 12 mempunyai persamaan menceklist
pertanyaan pada kuesioner no 4 dan 7.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atqia (2019) di RSUD
Brebes didapatkan anak usia prasekolah mengalami kecemasan sedang sebanyak 1
responden (8,3 %) pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi bermain
mewarnai dan penelti menjelaskan kecemasan sedang dapat ditunjukkan dengan
adanya mulut kering, sering cemberut, kadang merengek, kadang menangis, badan
bergetar, sulit berkonsetrasi, ekspresi wajah ketakutan, tidak mampu rileks, posisi
badan sering berubah-ubah, dan banyak bicara dengan volume keras.

Pada hasil distribusi frekuensi pada penelitian kelompok kontrol juga didapatkan
anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Cendana 3 RSUD Kardinah Tegal yang
tidak diberikan terapi bermain mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 5
responden (41,7%) yang ditandai dengan anak sesekali meringis dan sesekali
cemberut. Analisis dari penelitian ini juga menunjukkan anak yang mengalami
tingkat kecemasan ringan sebagian besar dikarenakan anak kadang-kadang
memegangi lengan atau tangan orang tua saat prosedur injeksi, hal ini ditunjukkan
oleh orang tua responden no 5,6,8,10, dan 11 mempunyai persamaan menceklist
pertanyaan pada kuesioner no 10. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
42

dilakukan oleh Atqia (2019) di RSUD Brebes didapatkan anak usia prasekolah
mengalami kecemasan ringan yang ditunjukkan kadang anak mengalami rasa
berdebar-debar, sesekali meringis, mengeluh, tetapi perasaan dan sikapnya masih
terlihat aman dan tenang.

Pada hasil distribusi frekuensi pada penelitian kelompok kontrol juga didapatkan
anak usia prasekolah yang dirawat di Ruang Cendana 3 RSUD Kardinah Tegal
mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 1 responden (8,3 %) yang ditandai
dengan wajah anak terlihat ketakutan, tegang, sering menangis. Dalam analisis dari
penelitian ini juga menunjukkan anak mengalami tingkat kecemasan berat
diakibatkan anak sering mengalami ketakutan saat prosedur injeksi, anak takut jika
orang tua tidak ada disampingnya ketika perawat sedang melakukan prosedur
injeksi, anak merasa tangannya dingin saat prosedur injeksi, anak terlihat gugup
saat berbicara dengan perawat saat prosedur injeksi dan anak terlihat pucat saat
prosedur injeksi, hal ini ditunjukkan oleh orangtua responden no 9 dengan
menceklist pertanyaan pada kuesioner no 1,4,6,8, dan 11. Hal tersebut berjalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Atqia (2019) di RSUD Brebes dengan
didapatkan anak usia prasekolah mengalami kecemasan berat sebanyak 3 responden
(25,0 %) pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi bermain hal ini
ditunjukkan anak mengalami pusing, mudah menangis, rasa nyeri, volume suara
anak lebih keras dan wajah anak terlihat tegang.

Prosedur injeksi adalah salah satu tindakan invasif yang dapat menyebabkan rasa
cemas pada anak-anak. Anak yang sedang berada di usia prasekolah seringkali
menunjukkan sebuah tindakan yang tidak kooperatif seperti sering menangis,
marah-marah, tidak mau makan, rewel, mudah tersinggung, meminta pulang dari
rumah sakit, tidak mau melakukan interaksi dengan perawat atau tenaga medis
bahkan sampai melakukan sebuah penolakan pada saat akan dilakukan tindakan
medis atau pengobatan (Balqis dan Rofiqoh, 2022). Reaksi anak terhadap sakit
merupakan kecemasan karena perlukaan tubuh dan rasa nyeri saat tindakan injeksi.
Pada masa ini reaksi anak usia prasekolah terhadap tindakan invasif khususnya
43

pemberian obat injeksi adalah takut dan menangis sehingga berdampak buruk pada
proses pemulihan kesehatan anak (Oktiawati, Widyantoro, dan Fardlillah, 2020).

Prosedur injeksi ini mempunyai sebuah kelebihan dalam fungsinya yaitu untuk
memasukkan substansi obat ke dalam tubuh pasien sehingga anak yang dilakukan
tindakan tersebut akan merasakan rasa sakit dan akan menimbulkan nyeri dan
cenderung memperlihatkan reaksi-reaksi tindakan yang negatif seperti tindakan
yang lebih agresif, tidak bisa kooperatif, dan jika pada kondisi ini terus berlanjut
maka pasien akan mengalami gangguan pada tumbuh kembang pasien sehingga
akan mempersulit pelaksanaan dalam pemberian prosedur obat injeksi pada anak
(Sureskiarti dan Brutu, 2017).

Menurut teori Kozlowski, Lori, dan Monitto (2013) Prosedur injeksi dapat
menimbulkan kondisi nyeri pada anak yang berlangsung dengan periode waktu
sekitar 1 menit saat penusukan sehingga merupakan suatu ancaman bagi anak usia
prasekolah karena mereka menganggap sebagai sumber kerusakan terhadap
integritas tubuhnya. Tindakan keperawatan pada pasien anak umumnya
memerlukan tindakan invasif seperti injeksi, meskipun tindakan ini disarankan
untuk dihindari namun prosedur ini memiliki kelebihan dalam fungsinya yaitu
memasukan substansi tertentu kedalam tubuh pasien.

Anak yang sedang dilakukannya prosedur injeksi akan menunjukkan reaksi


perilaku negatif seperti agresif, tidak kooperatif, dan prosedur ini akan berlanjut
sehingga akan mengganggu proses tumbuh kembang pada anak (Sureskiarti &
Brutu, 2017). Dampak dari kecemasan yang yang tidak segera ditangani akan
membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan pengobatan
yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memperberat
kondisi anak dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada anak (Saputro &
Fazrin, 2017).
44

Peneliti berpendapat bahwa kecemasan anak yang tidak diberikan terapi bermain
mewarnai sebagian besar anak tidak mau ditinggal orangtuanya, anak takut saat
dilakukan prosedur injeksi sehingga tidak mau berpisah dengan orang yang
terdekat, anak juga akan melakukan sebuah penolakan saat dilakukan prosedur
injeksi sehingga anak tersebut rewel, nangis dan tidak mau melakukan interaksi
dengan perawat sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi sehingga anak
mengalami kecemasan.

4.2.3 Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Saat


Prosedur Injeksi pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Kardinah Tegal
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai P-Value 0,037 lebih kecil dari
nilai α =0,05. Dari analisis tersebut dapat diartikan bahwa ada pengaruh terapi
bermain mewarnai terhadap tingat kecemasan saat prosedur injeksi pada anak usia
prasekolah di RSUD Kardinah Tegal.

Berdasarkan hasil penelitian pada 24 responden menunjukkan bahwa tingkat


kecemasan anak dengan distribusi frekuensi mendapatkan hasil pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi bermain mewarnai saat prosedur injeksi dengan
sebagian besar respondennya mempunyai tingkat kecemasan sedang dengan
berjumlah enam responden yang ditandai dengan anak tidak mau ditinggal
orangtuanya, anak takut, dan tidak mau berpisah dengan orang yang terdekat hal
tersebut dapat mempengaruhi sehingga anak mengalami kecemasan. Sedangkan
responden pada kelompok intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai saat
prosedur injeksi menunjukkan tingkat kecemasan anak dengan distribusi frekuensi
didapatkan hasil sepuluh responden mengalami kecemasan ringan yang ditandai
dengan anak sesekali meringis, anak merasa tenang, dan suara anak tidak tinggi.
Namun pada kelompok intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai saat
prosedur injeksi ini terdapat dua responden yang memiliki tingkat kecemasan berat
hal ini dikarenakan responden masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan
lingkungan rumah sakit.
45

Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar anak usia prasekolah berusia 5 tahun
dengan sebanyak 14 responden, sedangan anak yang berusia 6 tahun sebanyak 10
responden. Penelitian sebelumnya yang dilakukan penelitian oleh Hermi (2013)
didapatkan sebagian besar responden 5 tahun (50%) dan anak usia 6 tahun (40%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Atqia (2019) di RSUD Brebes berpendapat
semakin muda usia anak maka akan sulit untuk menyesuaikan diri terhadap yang
baru dikenal seperti pengalaman rumah sakit, anak yang usianya lebih muda
mempunyai penguasaan ego yang belum matang sehingga lebih mudah mengalami
kecemasan dibandingkan anak yang berusia lebih tua.

Penelitian ini juga sebagian besar respondennya dengan berjenis kelamin


perempuan dengan sebanyak 15 responden, sedangkan yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 9 responden. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dayani (2015)
diketahui bahwa frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan hal
ini berdasarkan hasil pengukuran kecemasan didapatkan bahwa anak perempuan
cenderung memiliki kecemasan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ayib (2015) yang menyatakan bahwa
sebagian besar respondennya berjenis kelamin perempuan (60%).

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Junaidi (2013) menyatakan
bahwa ada pengaruh terapi bermain terhadap respon penerimaan pemberian obat
injeksi pada anak usia prasekolah di ruang anak (Asoka) RSUD H. Padjonga Dg.
Ngalle Takalar, dimana anak diberikan terapi bermain lebih bagus penerimaannya
dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan terapi bermain dengan respon
responden yang diberikan terapi bermain memberikan penerimaan positif sebanyak
86,7% dan respon responden pada kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi
bermain memberikan respon negatif sebanyak 93,3%.

Hasil keefektifan terapi bermain mewarnai didukung oleh penelitian Idris & Reza
(2018) yang menunjukkan penurunan tingkat kecemasan pada anak setelah
46

dilakukan terapi bermain. Hasil dari uji hipotesis menunjukkan bahwa hasil uji
Paired T-test mempunyai nilai p value = 0.009 < α = 0.05(5%) dan menghasilkan
nilai t hitung sebesar 3.006, dengan hasil tersebut maka H0 dinyatakan ditolak
menunjukkan bahwa secara perhitungan statistik dapat disimpulkan bahwa terapi
bermain (mewarnai) memiliki efektifitas dalam menurunkan tingkat kecemasan
pada anak-anak yang diakibatkan dari hospitalisasi pada anak usia pra sekolah (3-6
tahun) yang dirawat di ruang melati RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan sebesar
7 (46.7%) anak ada di tingkat kecemasan dengan kategori berat sebelum
diberikannya terapi bermain pada anak, namun setelah anak-anak tersebut diberikan
sebuah terapi bermain (mewarnai) anak yang sedang berada di tingkat kecemasan
dengan kategori berat sebanyak 3 (20%) anak yang dapat dilihat melalui perilaku
mereka yang mau makan, minum obat dan tidak mengalami kecemasan atau
ketakutak ketika perawat memberikan penanganan atau tindakan medis. Hal ini
menunjukkan bahwa penurunan tingkat kecemasan dengan kategori berat pada
anak-anak yang sedang menginjak usia prasekolah yang signifikan sebelum
dilaksanakannya terapi bermain pada anak sebesar 46,7% setelah dilakukan terapi
bermain tersebut persentasenya turun menjadi 20%.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Hidayat, Eliyanti, Novega (2021) juga
membahas tentang efektivitas terapi bermain mewarnai terhadap kecemasan pada
anak. Penelitian tersebut memperoleh hasil uji statistik sebesar ρ = 0,0050 (ρ < α
0,05), hal tersebut menyatakan bahwa selama rawat inap di ruang Melati RSUD
Sobirin Kabupaten Musi Rawa terdapat korelasi antara terapi bermain warna
dengan kecemasan atau ketakutan anak. Berdasarkan hasil penelitian Noncoloring
Play Therapy, dari 48 orang sebanyak 40 orang atau sekitar 83,3% mengalami
kecemasan yang disebabkan karena anak mengalami ketakutan atau kecemasan di
rumah sakit, hal ini dibuktikan dengan anak yang menangis, membuat ulah, dan
menolak atau memberontak untuk bekerjasama dengan orang lain. Sementara 8
orang lainnya atau sekitar 16,67% tidak merasa cemas atau takut meskipun
melakukan perawatan. Setelah diberikan terapi bermain mewarnai menunjukkan
47

bahwa dari 38 orang ada sebanyak 13 orang atau sebesar 34,2% mengalami
kecemasan, hal ini menunjukkan bahwa anak dengan rentang usia prasekola yang
sedang mengalami kecemasan dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya
pengalaman anak pada saat mereka dirawat atau masuk rumah sakit, sedangkan
responden yang tidak mengalami gangguan kecemasan ada sebanyak 25 orang atau
sekitar 65,8%.

Hal ini disebabkan adanya aktivitas bermain yang dilakukan pada anak dirumah
sakit akan memberikan keuntungan meningkatkan hubungan antara klien dengan
perawat dan juga tidak hanya memberikan rasa senang, tetapi juga membantu anak
untuk mengepresikan perasaan dan pikiran, cemas, takut, tegang, sedih dan nyeri
serta meningkatkan kemampuan anak mempunyai tingkah laku yang positif dalam
penerimaan pemberian obat injeksi.

Anak-anak dapat mengungkapkan suatu perasaan mereka dengan melakukan


permainan diantaranya dengan melakukan kegiatan mewarnai, kegiatan mewarnai
menjadi suatu kemungkinan anak untuk mengekspresikan dirinya dan sangat efektif
sebagai media terapi (Hidayat et al, 2021). Hal ini dilakukan bertujuan agar anak
menjalani perawatan dan pengobatan di rumah sakit dapat melupakan rasa
kecemasannya dikarenakan anak usia prasekolah sangatlah aktif dan mudah adanya
perkembangan ketrampilan motorik halus melalui terapi bermain mewarnai
(Pricilia et al, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka peneliti berpendapat bahwa dengan


adanya memberikan terapi bermain mewarnai pada anak yang sedang diberikan
prosedur injeksi maka anak tersebut perhatiannya akan beralih dan berfokus asik
dengan bermain mewarnai nya ditambah anak tersebut orangtuanya yang selalu
mendampingi dirinya. Hal ini ditunjukkan dengan hasil tingkat kecemasan pada
kelompok intervensi yang diberikan terapi bermain mewarnai lebih banyak anak
mengalami kecemasan ringan sebanyak 10 responden, sedangkan pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi bermain memberikan hasil tingkat kecemasan
48

sedang sebanyak 6 responden, hal ini dikarenakan responden pada kelompok


kontrol tersebut tidak adanya perlakuan terapi bermain mewarnai saat prosedur
injeksi sehingga anak tersebut masih berfokus pada area kegiatan yang
menyakitkan dirinya yang membuat anak menangis karena tidak ada peralihan
pengalihan perhatian. Sehingga pengaruh terapi bermain mewarnai terhadap
tingkat kecemasan saat prosedur injeksi pada anak usia prasekolah di RSUD
Kardinah Tegal, dengan hasil kelompok intervensi yang diberikan terapi bermain
mewarnai lebih diterima dengan baik oleh responden daripada hasil dari kelompok
kontrol yang tidak diberikan terapi bermain mewarnai. Hal ini didukung dengan
adanya perawat ruang yang melakukan pendekatan pada anak dengan memberikan
komunikasi yang baik, serta lingkungannya yang menyenangkan sehingga anak
tersebut tenang dalam proses perawatannya dirumah sakit.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti telah melakukan berbagai upaya untuk
memperoleh hasil yang optimal. Namun peneliti mempunyai beberapa
keterbatasan yaitu saat komunikasi dalam proses perijinan yang memerlukan waktu
lama sehingga membuat pelaksanaan penelitian agak terlambat, pengambilan data
dilakukan dilakukan pada saat anak usia prasekolah yang sedang dirawat dirumah
sakit baik di Ruang Cendana 3 dan Wijaya Kusuma Atas.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan
5.1.1 Sebagian besar anak usia prasekolah yang diberikan terapi bermain mewarnai
saat prosedur injeksi yang dirawat di Ruang Wijaya Kusuma Atas memiliki tingkat
kecemasan ringan.
5.1.2 Sebagian besar anak usia prasekolah saat prosedur injeksi yang dirawat di
Ruang Cendana 3 memiliki tingkat kecemasan sedang.
5.1.3 Ada Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Saat
Prosedur Injeksi pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Kardinah Tegal.

5.2 Saran
5.2.1 Institusi Rumah Sakit
Dari pihak rumah sakit khususnya tenaga perawat ruang untuk mempertimbangkan
pelaksanaannya kegiatan terapi bermain dengan menggunakan teknik mewarnai hal
ini menjadikan anak yang sedang dirawat di rumah sakit mempunyai keinginan
maupun imajinasi untuk dijadikan alat alternatif sebagai proses keperawatan untuk
meminimalkan rasa takut terhadap cidera tubuh dan rasa nyeri yang dirasakan
ketika saat dilakukan prosedur injeksi.

5.2.2 Institusi Pendidikan


Didalam pendidikan dapat meningkatkan mutu kualitas asuhan keperawatan anak
agar memberikan rasa saling nyaman dan aman bagi anak yang sedang dirawat
dirumah sakit dengan melibatkan terapi bermain sebagai salah satu proses
penyembuhan pada anak.

49
50

5.2.3 Peneliti Selanjutnya


Bagi penelitian keperawatan diharapkan dapat dilakukan perkembangan mengenai
pengaruh terapi bermain mewarnai saat prosedur injeksi dengan menggunakan
responden yang berjumlah lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Aizah, S., & Ernawati, S. E. (2014). Upaya Menurunkan Tingkat Stres Hospitalisasi
Dengan Aktifitas Mewarnai Gambar pada Anak Usia 4-6 Tahun di Ruang
Anggrek RSUD Gambiran Kediri. Journal EFEKTOR, 25(1), 6–10

Amallia & Oktaria, (2018). Pengaruh Terapi Bermain terhadap Kecemasan Anak

Usia Prasekolah selama Masa Hospitalisasi Universitas


LampungMajority|Volume7/Nomor2/Maret 2018

Adriana, (2013). Tumbuh Kembang dan Terapi bermain pada Anak. Salemba

Medika : Jakarta

Aryani, D., & Zaly, N. W. (2021). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar
terhadap Kecemasan Hospitaslisasi pada Anak Prasekolah. Jurnal
Akademika Baiturrahim Jambi, 10(1), 101.

Badan Pusat Statistik,(2020). Profil kesehatan ibu dan anak 2020. Jakarta : Badan
Pusat Statistik, 2020

Dayani, Budiarti, dan Lestari (2015).Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan

Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi di


RSUD Banjarbaru.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat. Email : elladayani53@gmail.com DK
Vol.3/No.2/September/2015

Ella Dayani, et al (2015) Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas


Lambung Mangkurat, P., Mikrobiologi dan Parasitologi Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat,
B., & Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran, B. (n.d.). Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan Pada
Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi di RSUD
Banjarbaru.

51
52

Eliyanti, M., & Novega, Y. (2021). The Relationship between Coloring Play
Therapy and Anxiety in Children during Hospitalization in the Melati
Room, Sobirin Hospital, Kabupaten Musi Rawas. Anjani Journal: Health
Sciences Study, 1(1), 25–32.

Gerungan, N. (2020). Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia


Prasekolah Yang Dirawat Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal
Skolastik Keperawatan, 6(2), 105–113

Gumantan, et al, (2020). Tingkat Kecemasan Seseorang Terhadap Pemberlakuan


New Normal Dan Pengetahuan Terhadap Imunitas Tubuh. Sport Science
and Education Journal, 1(2), 18–27.

Harahap, M. (2019). Hubungan Support System Keluarga Dengan Tingkat

Kecemasan Pada Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di RSU Imelda


Pekerja Indonesia Medan. Journal Of Nursing Update, 1, 22–29.

Hasdianah (2013). Autis pada anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Hayat, (2014). Kecemasan dan Metode Pengendalianya. Institut Agama Islam


Negeri Antasari Jalan Ahmad Yani km. 4.5 Banjarmasin. email:
abdulhayat@iain-antasari.ac.id. KHAZANAH: Vol. XII. No. 01 Januari
Juni 2014

Hidayat, R., & Hayati, H. (2019). Jurnal Ners Volume 3 Nomor 2 Tahun 2019
Halaman 84 - 96 JURNAL NERS Research & Learning in Nursing
Science http:// journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners Pengaruh
Pelaksanaan SOP Perawat Pelaksana Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
di Rawat Inap. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusa, 3(23), 274–282

Idris, M & Reza, M. (2018). Efektifitas Terapi Bermain (Mewarnai) terhadap


Penurunan Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah
(36 tahun) di Ruang Melati RSUD Kota Bekasi Jurnal Afiat, 4 (2) : 583
592
53

Ii, B., Pustaka, T., & Pustaka, A. T. (2016). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
1908, 1–235.

Junaidi, (2013). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Respon Penerimaan

Pemberian Obat Injeksi Pada Anak Pra Sekolah. Jurnal Skripsi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Makassar. http// e-liberary stikes nani hasanudin-
junaidi-203-artikel.

Kartinawati, Haryani, dan Arif (2013). Pengaruh terapi bermain dalam menurunkan

kecemasan pada anak usia praskekolah (3-5 tahun) yang mengalami


hospitalisasi di rumah sakit tugurejo semarang

Kozlowski, Lori, dan Monitto, (2013). The Oxford Handbook Of

Organizational Psychology, Volume I. Oxford University : Pers

Lestari. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Mulyanti, S., & Kusmana, T. (2018). Pengaruh Terapi Bermain terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi di RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal BIMTAS, 2 (1) : 20-26

Nurlaila, Utami, Cahyani. (2018). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta :

Leutikaprio

Noverita, Mulyadi, M. (2018). Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Pada

Anak Usia 3-5 tahun Yang Berobat Di Puskesmas. Jurnal Ilmu

Keperawatan, 5(2), 67-78

Putri, T. (2020). Gambaran Ketakutan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi.


Artikel Penelitian. JKA, 7, 13–17.
54

Samiasih, (2014). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman Rumah


Sakit Roemani Semarang, Jurnal Keperawatan., 1(1):35-44

Saputro, H., & Fazrin, I. (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. In
Sukarejo FORIKES

Saputro et al, (2017). Penurunan Tingkat Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi

dengan Penerapan Terapi Bermain. JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 3(1),


9–12.

Shin, K.E. & Newman, M.G.(2019). Self- And OtherPerceptions Of Interpersonal


Problems: Effects Of Generalized Anxiety, Social Anxiety, And
Depression. Anxiety Disord., 65, 1–10.

Sugiono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Sutopo (ed.)).


ALFABETA.

Supartini. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Supartini, Y. (2015). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Sureskiarti, E., & Brutu, M. M. N. K. (2017). Perbedaan Kecemasan Anak Usia

Prasekolah Pada Tindakan Injeksi Dengan Diterapkan dan Tanpa


Diterapkan Pemakaian Rompi Bergambar di Ruang Melati RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Ilmuah Manuntung, 3(1), 106-115.

Syafriani, K. F. (2018). Hubungan Peran Keluarga dengan Kecemasan Akibat


Hospitalisasi pada Anak Prasekolah. Golden Age. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 2

T. C. S. Kyle, Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2, vol. 2, Jakarta, 2019.

V. Wiratna Sujarweni, (2022). Metodelogi Penelitian. PUSTAKABARUPRESS

Vibriyanti, D. (2020). Kesehatan Mental Masyarakat: Mengelola Kecemasan Di


Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia, 2902, 69.
55

Whaley, W. &. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. (H. . Sutarna, A.,

Juniarti, N., & Kuncara, Ed.) (2 (6)). Jakarta: EGC.

Wowiling, F. E., Ismanto, A. Y., & Babakal, A. (2014). Pengaruh terapi bermain
mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat
hospitalisasi di ruangan Irina E RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E
Jurnal Keperawatan, 1-8.
Lampiran 1
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PERNYATAAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI KEASLIAN
SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini

1. Nama : Nurunnisa ‘Ilhumairoh


2. NIM : C1019088

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penyusunan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan karya tulis maupun penelitian orang lain


tanpa mengembangkan dan mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap karya tulis maupun
penelitian orang lain.
3. Tidak menyebutkan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber dan pemilik aslinya.
4. Tidak melakukan manipulasi atau pemalsuan data.
5. Mengerjakan karya ini sendiri, dan siap bertanggungjawab atas
karya ini.

Jika dikemudian hari ternyata ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melampirkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan, dan ternyata saya telah
melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang
berlaku di Universitas Bhamada Slawi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguh-sungguhnya.

Slawi, 2023
Peneliti

Nurunnisa ‘Ilhumairoh
NIM C1019088
Lampiran 2
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN SURAT IJIN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENGAMBILAN
DATA
Lampiran 3

PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR


FAKULTAS ILMU KESEHATAN BALASAN SURAT
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENGAMBILAN
DATA
Lampiran 4

PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR HASIL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN SPSS ANALISA

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI UNIVARIAT

Statistics

Kelompok_Intervensi Kelompok_Kontrol

N Valid 12 12

Missing 0 0
Mean 2,00 2,67
Std. Error of Mean ,302 ,188
Median 2,00 3,00
Mode 2 3
Std. Deviation 1,044 ,651
Variance 1,091 ,424
Range 3 2
Minimum 1 2
Maximum 4 4
Sum 24 32
Percentiles 25 1,00 2,00

50 2,00 3,00

75 2,00 3,00
Kelompok_Intervensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 10 83,3 83,3 83,3

Berat 2 16,7 16,7 100,0

Total 12 100,0 100,0 100,0

Kelompok_Kontrol

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 5 41,7 41,7 41,7

Sedang 6 50,0 50,0 91,7

Berat 1 8,3 8,3 100,0

Total 12 100,0 100,0


Lampiran 5

PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR HASIL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN SPSS ANALISA

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI BIVARIAT

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Intervensi dan Kontrol Kelompok Intervensi 12 9,67 116,00

Kelompok Kontrol 12 15,33 184,00

Total 24

Test Statisticsa

Intervensi dan
Kontrol

Mann-Whitney U 38,000
Wilcoxon W 116,000
Z -2,089
Asymp. Sig. (2-tailed) ,037
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,052b

a. Grouping Variable: Kelompok


b. Not corrected for ties.
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kelompok_Intervensi *
12 100,0% 0 0,0% 12 100,0%
Kelompok_Kontrol

INERVENSI * KONTROL Crosstabulation


KONTROL
RINGAN SEDANG BERAT Total
INERVENSI RINGAN Count 4 5 1 10

Expected Count 4,2 5,0 ,8 10,0


% within 40,0% 50,0% 10,0% 100,0%
INERVENSI

BERAT Count 1 1 0 2
Expected Count ,8 1,0 ,2 2,0

% within 50,0% 50,0% 0,0% 100,0%


INERVENSI
Total Count 5 6 1 12
Expected Count 5,0 6,0 1,0 12,0

% within 41,7% 50,0% 8,3% 100,0%


INERVENSI
Lampiran 6
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
DATA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
RESPONDEN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

KELOMPOK INTERVENSI
No "PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI Total Kode
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT
PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL"
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 1 36 Berat
2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 3 1 20 Ringan
3 2 1 2 2 3 1 3 2 1 2 1 20 Ringan
4 2 2 1 2 1 3 2 2 1 3 1 20 Ringan
5 1 2 1 1 1 2 3 4 1 2 1 19 Ringan
6 1 3 3 1 4 4 4 4 4 4 1 33 Berat
7 1 2 1 1 2 3 1 3 1 2 1 18 Ringan
8 2 3 1 1 3 1 1 1 2 1 1 17 ringan
9 2 4 1 1 2 1 3 1 1 2 1 19 ringan
10 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 1 19 ringan
11 2 1 2 3 1 2 2 2 1 1 1 18 ringan
12 2 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 19 ringan
KELOMPOK KONTROL
No "PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI Total Kode
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT
PROSEDUR INJEKSI PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL"
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 25 sedang
2 2 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 27 sedang
3 4 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 27 sedang
4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 27 sedang
5 2 1 3 2 1 1 2 3 1 2 1 19 ringan
6 1 2 2 1 2 2 3 3 1 2 1 20 ringan
7 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 26 sedang
8 1 1 1 2 3 1 3 1 2 2 1 18 ringan
9 4 3 2 4 3 4 3 4 1 3 4 35 berat
10 2 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 21 ringan
11 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 19 ringan
12 3 3 4 2 2 3 2 1 2 2 2 26 sedang
Lampiran 7
PRODI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI LEMBAR JADWAL PENELITIAN

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SAAT PROSEDUR INJEKSI
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUD KARDINAH TEGAL

No Jadwal Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Judul Skripsi
A. Bimbingan
Proposal
Skripsi
2. Bab 1
Pendahuluan
3. Bab 2 Tinjauan
Pustaka
4. Bab 3
Metodologi
Penelitian
5. Sidang Proposal
6. Revisi Proposal
7. Penelitian
8. Penulisan
Laporan
Penelitian
B. Bimbingan
Skripsi
9. Bab 4 Analisis
dan
Perkembangan
10. Bab 5 Simpulan
11. Sidang Skripsi
12. Revisi Skripsi
13. Pengumpulan
Skripsi
Lampiran 8
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN KUESIONER
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN

Lembar Profil Responden


Petunjuk pengisian : Isilah data dibawah ini dengan lengkap dan berilah tanda cek
(√) pada kotak pilihan yang tersedia.
1. Nama :
2. Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2. Perempuan

3. Umur :
4. Lama perawatan :
5. Pengalaman masuk rumah sakit :

Belum pernah Sudah pernah ( )sebutkan berapa kali

Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak


Petunjuk : Berilah tanda (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini
dengan kondisi dan situasi anak anda yang alami berhubungan selama prosedur
injeksi dilakukan.
Keterangan : TP : Tidak Pernah
KK : Kadang-kadang
SR : Sering
SL : Selalu
No Gejala Kecemasan TP KK SR SL
1 Saya melihat anak saya ketakutan ketika dilakukan
adanya prosedur injeksi
2 Anak saya sering menangis dan berteriak saat perawat
mendekatinya
3 Saya melihat anak saya tegang saat menghadapi perawat
yang sedang melakukan prosedur injeksi
4 Saya melihat anak saya takut saat saya tidak ada
disamping dia ketika perawat sedang melakukan prosedur
injeksi
5 Saya melihat anak saya tidak selera makan ketika berada
diruangan ini
6 Saya merasa tangan anak saya dingin saat sedang
dilakukan prosedur injeksi
7 Saya merasa anak saya sulit untuk berkonsentrasi saat
dilakukannya prosedur injeksi
8 Saya melihat anak saya gugup saat berbicara dengan
perawat yang akan melakukan prosedur injeksi pada
dirinya
9 Saya melihat anak saya sering berkeringat dingin selama
menjalani prosedur injeksi
10 Saya melihat anak saya memegangi lengan atau tangan
orang tua saat dilakukan prosedur injeksi
11 Saya melihat wajah anak saya pucat saat perawat
melakukan prosedur injeksi
Kuesioner oleh : Rahayu (2017) Total :
Lampiran 9
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN STANDAR
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TERAPI BERMAIN


MEWARNAI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
Pengertian : Terapi seni yang menggunakan media gambar dan alat gambar untuk
mengekspresikan diri dan dapat digunakan sebagai alat penyembuhan kecemasan.
1. Persiapan alat
a. Pensil warna
b. Kertas gambar
c. Jam tangan
d. Form persetujuan tindakan
e. Form lembar kuesioner 2 lembar
f. Kerta dan alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan tujuan prosedur yang akan dilakukan oleh peneliti
b. Jelaskan cara mengisi form lembar kuesioner
c. Atur posisi duduk pasen
d. Menjelaskan cara menggunakan pensil warna yang benar pada saat
akan memulai mewarnai pada kertas bergambar
3. Persiapan
Lingkungan : persiapkan lingkungan sekitar pasien dan pastikan tidak sedang
dilakukannya intervensi lain selama pasien melakukan terapi bermain mewarnai
4. Langkah-langkah
a. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur
b. Cek kondisi pasien dalam keadaan kondusif dan pasien dapat
diajak bekerja sama dengan peneliti
c. Peneliti sebelum dilakukan terapi bermain mewarnai, peneliti
memberikan lembar terlebih dahulu kepada orangtua responden
yang akan dilakukan terapi bermain mewarnai pada anak
d. Pasien mewarnai sesuai dengan kertas gambar yang sesuai
dengan keinginannya selama 15 menit
e. Setelah 15 menit, peneliti menannyakan lagi tingkat kelelahan
pada pasien
f. Peneliti memberikan kuesioner kembali kepada orangtua
responden
g. Mengevaluasi bersama pasien dan prosedur yang sudah
dilakukan
h. Dokumentasi hasil tindakan
i. Cuci tangan setelah melakukan prosedur
Lampiran 10
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN INFORMASI
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN


Saya Nurunnisa ‘Ilhumairoh, mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2019, yang
akan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia Prasekolah Di
RSUD Kardinah Tegal”. Saya meminta dengan hormat kepada seluruh orangtua
pasien anak usia prasekolah yang sedang dilakukan rawat inap di bangsal Wijaya
Kusuma Atas dan bangsal Cendana 3 RSUD Kardinah Tegal, untuk dijadikan
responden sebagai penelitian ini. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada
orangtua responden yang sudah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini yang akan
saya lakukan. Saya akan menjelaskan beberapa tahap penelitian ini :
1. Tujuan penelitian dan manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Pengaruh Terapi Bermain
Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia
Prasekolah Di RSUD Kardinah Tegal.
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Terapi
Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak
Usia Prasekolah Di RSUD Kardinah Tegal.
2. Pengisian lembar ceklis
Orangtua yang bersedia anaknya menjadi responden dalam penelitian ini, diminta
untuk mengisi lembar kuesioner yang terdiri dari nama responden, jenis kelamin,
dan usia. Selanjutnya orangtua responden mengisi lembar ceklis penelitian yang
terdiri 11 pertanyaan dari tidak pernah, kadang-kadang, sering, selalu. Dalam
pengisian lembar ceklis dan lembar kuesioner ini, orangtua responden wajib
mengisi dengan jujur tentang pertanyaan dilembar ceklis dan kuesioner penelitian
ini.
3. Etika penelitian
3.1 Penelitian ini tidak ada biaya yang dibebankan kepada responden.
3.2 Seluruh informasi tentang nama, jenis kelamin, usia responden dalam
penelitian ini bersifat rahasia, baik informasi mengenai identitas
responden maupun berupa foto atau yang lainnya.
3.3 Penelitian ini tidak menimbulkan resiko kerusakan fisik, karena dalam
penelitian ini hanya menggunakan alat lembar ceklis, dan lembar
kuesioner.
4. Apresiasi
Responden yang sedang dirawat inap di bangsal anak RSUD Kardinah Tegal yang
telah berpartisipasi dalam penelitian ini akan diberikan apresiasi dari peneliti. Jika
ada pertanyaan atau saran dalam penelitian ini, bisa menghubungi peneliti ke nomor
HP 082321252794 atau ke e-mail peneliti nurunnisailhumairoh@gmail.com. Jika
orangtua responden bersedia anaknya menjadi partisipan dalam penelitian ini,
dimohon untuk mengisi surat persetujuan yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

Nurunnisa ‘Ilhumairoh
NIM C1019088
Lampiran 11
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PERMOHONAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI MENJADI
RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada Yth.
Calon Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Bhamada Slawi
Nama : Nurunnisa ‘Ilhumairoh
NIM : C1019088
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur Injeksi Pada Anak Usia Prasekolah Di
RSUD Kardinah Tegal”. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian pada
responden penelitian, semua informasi yang diberikan bersifat rahasia dan akan
dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika terjadi hal-hal yang
merugikan selama penelitian ini, makan responden diperbolehlan mengundurkan
diri untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila menyetujui, maka saya
mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah
disediakan. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Peneliti

Nurunnisa ‘Ilhumairoh
NIM C1019088
Lampiran 12
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PERSETUJUAN
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

(Informed consend)

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama (inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tempat Kegiatan : Bangsal Anak di Ruang Cendana 3 dan Wijaya Kusuma


Atas RSUD Kardinah Tegal.

Menyatakan bahwa anak kami bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi
Program S1 Ilmu Keperawatan Universitas Bhamada Slawi yang berjudul
“Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Terhadap Tingkat Kecemasan Saat Prosedur
Injeksi Pada Anak Usia Prasekolah di RSUD Kardinah Tegal”. Dengan demikian,
secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, dan bersedia berperan
serta dalam penelitian ini.

Tegal, 2023
Responden

(Tanpa Nama Terang)


Lampiran 13
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
KONSULTASI
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI
Lampiran 14
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DOKUMENTASI
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

KELOMPOK INTERVENSI
KELOMPOK KONTROL
PRODI ILMU KEPERAWATAN LEMBAR
FAKULTAS ILMU KESEHATAN CURRICULUM
UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI VITAE

CURRICULUM VITAE

Nama : Nurunnisa ‘Ilhumairoh


Tempat dan tanggal lahir : Tegal, 04 Desember 20011
Jenis kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Blanak no 02 Rt 01/Rw 02, Kelurahan
Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal.
Nama orang tua : Bapak : H. Eko Susanto
Ibu : Hj. Rosa Mawaria
Pekerjaan orang tua : Bapak : DPRD Kota Tegal
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Riwayat pendidikan : TK Idata Tegal (2005-2007)
SDN Tegalsari 01 (2007-2013)
SMP N 3 Tegal (2013-2016)
SMA Syubbanul Wathon (2016-2019)

Anda mungkin juga menyukai