Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH PENGGUNAAN MIND MAPPING TERHADAP

WORKING MEMORY

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

MAULIDYA KHAIRIYAH

121301026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Terhadap Working Memory

Maulidya Khairiyah1 dan Dina Nazriani2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan mind mapping


terhadap working memory. Penelitian ini diikuti partisipan sebanyak 48 orang siswa
Sekolah Menengah Pertama yang diperoleh melalui sampling insidental. Partisipan
dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dengan menggunakan randomisasi. Kelompok eksperimen mendapatkan pelatihan
mind mapping selama 3 hari dan menggunakannya selama 7 hari, sedangkan
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan apapun. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Stroop Test yang diberikan sebelum dan setelah pemberian
perlakuan. Hasil analisa data yang diperoleh dari uji t sampel independen
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor working memory yang signifikan
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, artinya terdapat pengaruh
penggunaan mind mapping terhadap working memory. Mind mapping memberikan
pengaruh sedang terhadap working memory.

Kata Kunci: Working Memory, Remaja, Mind Mapping

1
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
2
Dosen Departemen Psikoloogi Umum dan Eksperimen Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara

ii

Universitas Sumatera Utara


Effect of Using Mind Mapping to Working Memory

Maulidya Khairiyah1 and Dina Nazriani2

ABSTRACT

This study aims to know about the effect of use of mind mapping to
working memory. This study was followed by 48 Junior High School students
which obtained through accidental sampling. The participants were divided into
two groups, experimental group and control group by using random assignment.
The experimental group received training mind mapping for 3 days and use it for 7
days, while the control group was not given any treatment. Measuring instrument
used in this study is the Stroop Test given before and after treatment. The results of
the analysis of data obtained from the test of independent sample t-test shows that
there are differences in working memory scores were significant between
experimental group and control group, that is to say there are significant effect of
use of mind mapping to working memory. Mind mapping gives medium effect on
working memory.

Keywords: Working Memory, Adolescent, Mind Mapping

1
Student of Faculty of Psychology, University of North Sumatera
2
Lecturer of Department of General and Experimentl Psychology, University of North Sumatera

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,

keselamatan, waktu, dan kesempatan kepada penyusun sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Mind Mapping

Terhadap Working Memory”.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta bantuan untuk

menyelesaikan penelitian ini, terutama kepada:

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA, psikolog selaku Wakil

Dekan I, bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku Wakil Dekan II, dan ibu Rika

Eliana, M.Psi, psikolog selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Kak Dina Nazriani, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah dengan sabar

membimbing peneliti dan senantiasa berbagi berbagai ilmu kepada peneliti

untuk menyelesaikan penelitian ini, terima kasih banyak atas perhatian dan

pengertian yang senantiasa tercurah kepada peneliti;

3. Dosen pembimbing akademik, Ibu Elvi Andriani Yusuf M.Psi, psikolog, yang

telah membimbing peneliti selama masa perkuliahan.

4. Para dosen di Departemen Psikologi Umun dan Eksperimen (Umeks) Ibu Etty

R., M.Si, Ibu Ika S.D., S.Psi, psikolog, Kak Rahmi P.R, M.Psi, dan Kak Amalia

Meutia, S.Psi., M.Psi. yang senantiasa memberikan masukan dan berbagai ilmu

iv

Universitas Sumatera Utara


kepada peneliti selama peneliti melakukan bimbingan di ruang departemen

Umeks;

5. Ibu Sri Supriyantini, S.Psi., M.Si. sebagai dosen penguji II yang telah

memberikan banyak kritik dan saran yang berharga untuk peneliti;

6. Kepala sekolah SMP Islam Terpadu, Buya Drs. Parlindungan Pane yang telah

memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah

tersebut;

7. Kepala sekolah SMA Islam Terpadu, Buya H.Abd. Wahab Sya’roni yang telah

membimbing dan member masukan kepada peneliti selama peneliti melakukan

penelitian;

8. Umi Nana Zunainah Siahaan, S.Pd beserta guru-guru SMP Islam Terpadu dan

SMA Islam Terpadu yang telah ikut serta memudahkan peneliti ketika

melakukan eksperimen.

9. Papa, mama, abang dan kakak ipar tercinta yang telah memberi dorongan moral

dan material kepada peneliti, terima kasih untuk tetap gagah walau lelah, terima

kasih juga untuk selalu sabar menunggu kelulusan peneliti, terima kasih untuk

segala do’a yang selalu tercurah pada peneliti.

10. Dika Lestari, teman seperjuangan yang selalu bersama peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini yang bahkan sidang kami dilakukan pada hari yang

sama, terima kasih untuk selalu mengingatkan ke jalan yang benar;

11. Rapidah Marpaung, S.Psi., Aan, Evri, Gesty, Indah, Ira, Ridwan, Iqbal, Putri

dan para eksperimenter lainnya yang telah dengan senang hati membantu

peneliti ketika melakukan eksperimen;

Universitas Sumatera Utara


12. M. Riwandy, M. Zandhio Fahly, S.P., Sela Pramita W.H., S.Ked dan Sofia

Rahma yang selalu bersedia menghibur dan menyemangati peneliti selama

masa penyelesaian penelitian ini;

13. Lucy G.H., S.Psi, Yosephine A.Y.S, S.Psi dan teman-teman seperjuangan lain

yang banyak memberikan bantuan semangat kepada peneliti.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti dengan lapang hati menerima setiap

kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki dan memperluas

pikiran dan wawasan penelitin agar lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Akhir kata, peneliti berserah diri seraya berdo’a semoga Allah SWT senantiasa

memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua. Amin.

Medan, Januari 2017

Peneliti,

Maulidya Khairiyah

NIM: 121301026

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ..........................................................................................iv


DAFTAR ISI .........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................8
E. Sistematika Penulisan ...............................................................................9
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................11
A. Perubahan Kognitif Remaja ......................................................................11

B. Working Memory.......................................................................................12
C. Lupa ..........................................................................................................17
D. Mind Mapping ...........................................................................................18
E. Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Terhadap Working Memory .........21
F. Hipotesis....................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................24
A. Jenis Penelitian..........................................................................................24

B. Identifikasi Variabel ..................................................................................24


C. Definisi Operasional .................................................................................25
D. Subjek Penelitian dan Metode Pengambilan Data ....................................27
E. Kontrol Variabel .......................................................................................30
F. Desain Penelitian.......................................................................................30

vii

Universitas Sumatera Utara


G. Prosedur Penelitian ...................................................................................31

H. Instrumen Penelitian .................................................................................35


I. Alat Ukur...................................................................................................36
J. Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur .........................................................38
K. Metode Analisis Data ................................................................................39
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................................42
A. Analisa Data ..............................................................................................42

B. Pembahasan ...............................................................................................49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................54
A. Kesimpulan ...............................................................................................54
B. Saran..........................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................56

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Proporsi Jumlah Subjek Penelitian pada Pretest dan Posttest antara
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen.....................................42
Tabel 2. Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ..................43
Tabel 3. Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol .........................43
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas ...............................................................................44

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas ............................................................................45


Tabel 6. Statistik Kelompok..................................................................................47
Tabel 7. Hasil Uji Independent Sample t-test .......................................................47
Tabel 8. Kategorisasi Nilai r Menurut Cohen .......................................................49

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ........................................................................................................ 57
Lampiran 1. Modul Eksperimen ......................................................................... 58
Lampiran 2. Slides Pelatihan Mind Mapping ...................................................... 85
Lampiran 3. Alat Ukur: Stroop Test.................................................................... 93

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur ............................... 94


Lampiran 5. Logbook / Catatan Kegiatan Penelitian .......................................... 95
Lampiran 6. Data Hasil Penelitian ...................................................................... 121
Lampiran 7. Hasil Uji Asumsi ............................................................................ 123
Lampiran 8. Hasil Independent Sample t-test ..................................................... 124
Lampiran 9. Form Survei .................................................................................... 125

Lampiran 10. Informed Consent ......................................................................... 128


Lampiran 11. Surat Pernyataan Kesediaan Berpartisipasi .................................. 130
Lampiran 12. Surat Keterangan Pengambilan Data ............................................ 131
Lampiran 13. Dokumentasi ................................................................................. 132

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses yang selalu dilakukan individu dalam

berbagai aspek kehidupan. Proses belajar menurut pendekatan pemrosesan

informasi merupakan proses individu dalam memproses informasi melalui

perhatian, pemikiran, dan memori (Santrock, 2011). Garrett (2003) mengatakan

bahwa belajar merupakan proses penyimpanan memori.

Memori adalah kemampuan individu untuk mengingat informasi

sepanjang waktu (Plotnik, 2005). Memori merupakan salah satu bagian penting

dalam hidup kita. Herrmann (2001) mengemukakan bahwa jika kita memiliki

memori yang lemah, maka akan berpengaruh buruk pada hidup kita. Misalnya,

seseorang yang lupa mencabut kunci sepeda bermotornya di parkiran, orang jahat

yang melihat hal ini akan memanfaatkannya untuk mencuri sepeda motor tersebut

dengan mudahnya.

Hal di atas sejalan dengan hasil survei peneliti terhadap pendapat 58 orang

remaja mengenai pentingnya memori dalam proses belajar. Hasil survei tersebut

menunjukkan seluruh siswa mengatakan bahwa memori penting dalam proses

belajar, namun alasan mereka berbeda-beda. Berikut ini merupakan alasan-alasan

yang dikemukakan mereka mengenai pentingnya memori dalam belajar. 44.83%

remaja mengatakan bahwa memori penting dalam proses belajar untuk mengingat

materi pelajaran, 32.76% remaja mengatakan bahwa memori penting dalam

Universitas Sumatera Utara


proses belajar untuk memudahkan mereka dalam menjawab soal yang diberikan

oleh guru, 18.97% remaja mengatakan bahwa memori penting dalam proses

belajar sebagai jaminan kesuksesan mereka di masa depan, dan 3.45% remaja

mengatakan bahwa memori penting dalam proses belajar namun tidak disertai

dengan alasan yang jelas. Dengan kata lain, memori berperan penting ketika

seseorang sedang belajar.

Atkinson dan Shiffrin mengemukakan tiga bentuk memori yang kita

gunakan dalam menyimpan informasi, yaitu sensory memory, short term memory

dan long term memory. sensory memory menyimpan informasi hanya dalam

beberapa detik saja, short term memory yang menyimpan informasi dalam jangka

waktu sekitar 30 detik, sedangkan long term memory dapat menyimpan informasi

dalam jangka waktu beberapa menit hingga bertahun-tahun (permanen) (Wade,

2008).

Informasi yang diperoleh akan masuk terlebih dahulu ke sensory memory,

lalu akan diproses pada short term memory melalui proses kontrol yang berupa

proses pengulangan dan pengkodean informasi, dan jika proses kontrol dilakukan

dengan baik, maka informasi akan masuk ke dalam long term memory yang

menyimpan informasi secara permanen (Reed, 2011).

Long term memory merupakan tujuan akhir dalam proses penyimpanan

informasi. Informasi yang tersimpan di dalam long term memory memungkinkan

kita untuk belajar dengan baik (Wade, 2008). Hal ini dikarenakan long term

memory dapat menyimpan informasi secara permanen.

Universitas Sumatera Utara


Namun, dalam proses penyimpanan informasi ada suatu bentuk memori

yang selalu berperan aktif, yaitu working memory. Working memory merupakan

suatu bentuk memori yang sangat diperlukan pada setiap hal yang dipelajari,

karena working memory bekerja untuk memanipulasi atau mengkode informasi,

berinteraksi dengan long term memory, dan menyimpan dan memproses informasi

simultan (Dehn, 2011).

Perkembangan working memory meningkat dua sampai tiga kali lipat di

usia 4 sampai 16 tahun, dengan peningkatan yang lebih bertahap setelah usia 8

tahun (Gathercole, 1999; Dehn, 2011). Usia tersebut merupakan usia normal di

tingkat pendidikan dasar, yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP). Sesuai dengan Peraturan Bersama antara Menteri Pendidikan

Nasional dan Menteri Agama Nomor 2/VII/PB/2014 Nomor 7 Tahun 2014 usia

untuk masuk Sekolah Dasar adalah 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun dan 5 tahun

atas rekomendasi dari psikolog, usia untuk masuk Sekolah Menengah Pertama

adalah maksimal 18 tahun dan telah lulus dari Sekolah Dasar atau sederajat.

Usia awal memasuki masa remaja adalah usia 11 atau 12 yang normalnya

merupakan usia pada tingkat pendidikan SMP. Masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang disebut sebagai storm

and stress (badai dan stres) yang membawa perubahan besar dalam ranah

perkembangan (Papalia, dkk., 2007). Perubahan yang terjadi terkait perubahan

fisik maupun psikis pada individu. Perubahan fisik seperti perkembangan

seksualitas sekunder, yang ditandai juga dengan pubertas. Pubertas mempengaruhi

sistem hormon di dalam tubuh yang dapat menyebabkan mood swings pada

Universitas Sumatera Utara


remaja. Mood swings pada remaja dapat menyebabkan konflik di lingkungan

sosial remaja, seperti keluarga, teman-teman, dan sebagainya. Konflik yang

terjadi dapat mengantarkan remaja pada stress (Santrock, 2009).

Stress dapat menurunkan kinerja memori individu. Ashby, dkk (1999)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa stres akan memperlambat waktu recall

memori sehingga berpengaruh pada proses mengingat. Me-recall informasi

merupakan salah satu tugas dari working memory (Dehn, 2011). Sejalan dengan

itu, Luethi, dkk (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh stress terhadap

working memory, explicit memory, dan implicit memory, penelitian tersebut

ditemukan bahwa stress dapat menyebabkan gangguan pada working memory.

Selain itu, peneliti melakukan perbincangan ringan terhadap orang-orang

yang paling dekat dengan fenomena sehari-hari remaja, yaitu kepala sekolah SMP

yang juga tempat para guru mengadu mengenai siswanya. Peneliti melakukan

perbincangan terhadap tiga kepala sekolah dari sekolah yang berbeda, kesimpulan

yang dapat peneliti ambil dari perbincangan tersebut adalah sama, yaitu sebagian

besar memori remaja dalam mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan

guru kurang. Sama halnya dengan hasil perbincangan ringan yang peneliti

lakukan terhadap salah seorang guru Bimbingan Konseling SMP yang telah

mengabdi selama 17 tahun di salah satu SMP yang ada di Medan, beliau berkata

bahwa daya ingat (memori) remaja menurun dari masa ke masa. Beliau juga

berkata memori remaja tidak hanya lemah dalam mengingat materi pelajaran,

namun dalam kehidupan sehari-hari remaja di sekolah, seperti sering lupa

Universitas Sumatera Utara


membawa buku PR (Pekerjaan Rumah) dan sering lupa mengerjakan instruksi

yang diberikan guru.

Solso (2008) menyatakan bahwa lupa disebabkan karena gagalnya

informasi masuk ke long term memory. Wade (2007) mengemukakan bahwa

kegagalan suatu informasi masuk ke long term memory disebabkan karena tidak

dilakukannya pengkodean dengan benar yang mana pengkodean informasi

merupakan salah satu tugas dari working memory.

Selain dari para kepala sekolah dan guru BK di atas, peneliti juga

melakukan survei terhadap 58 orang remaja mengenai hambatan apa saja yang

mereka alami dalam proses belajar dan hasilnya adalah 24.61% menyatakan sulit

konsentrasi, 29.23% menyatakan kelas yang tidak kondusif, 18.46% menyatakan

tidak memahami materi pelajaran, dan 27.7% menyatakan lupa. Menurut

Gathercole (2007) salah satu indikator individu yang memiliki working memory

yang rendah adalah memiliki rentang atensi/perhatian yang singkat dan juga

mudah terganggu/teralihkan. Hal ini terkait dengan salah satu fungsi working

memory bertanggung jawab dalam mengontrol atensi (Dehn, 2011). Dengan kata

lain, peran working memory sangat penting dalam proses belajar di kehidupan

sehari-hari remaja yang sebagian besar dihabiskan di sekolah.

Namun, dari hasil survei mengenai working memory yang peneliti lakukan

terhadap 115 orang remaja, menunjukkan bahwa kinerja working memory mereka

rata-rata masih dalam kategori sedang. Siswa dengan kategori kinerja working

memory baik sebanyak 21%, dengan kategori kinerja working memory sedang

67% dan dengan kategori kinerja working memory kurang baik sebanyak 12%.

Universitas Sumatera Utara


Dari pemaparan beberapa hasil survei yang peneliti lakukan di atas, dapat

dikatakan bahwa dibutuhkan suatu teknik untuk dapat meningkatkan kinerja

working memory remaja agar menjadi lebih baik lagi. Working memory yang

berfungsi dengan baik dapat memasukkan informasi ke dalam long term memory.

Sehingga, remaja dapat mengingat informasi dalam jangka waktu yang lebih lama

atau permanen. Hal ini dikarenakan fungsi working memory yang bekerja aktif

untuk mengkoding informasi agar dapat disimpan ke dalam long term memory.

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan working memory

adalah dengan penggunaan mnemonic. Hal ini dikarenakan mnemonic melibatkan

encoding dalam penggunaannya, encoding merupakan fungsi dari working

memory (Dehn, 2008).

Buzan (2002) menyatakan bahwa terdapat strategi mnemonic terbaru yaitu

mind mapping. Buzan (2013) menyatakan bahwa warna, gambar, dan

pengasosiasian akan lebih mudah diingat dan dimengerti. Indianto (2015)

menyatakan bahwa agar informasi yang kita peroleh lebih mudah untuk diingat,

sertakan gambar yang berhubungan dengan informasi tersebut. Hal ini dapat

diartikan bahwa stimulus visual dan pengasosiasian lebih berperan dalam

meningkatkan memori kita. Stimulus visual dan pengasosiasian merupakan unsur-

unsur yang terdapat di dalam penggunaan mnemonic yang juga diterapkan di

dalam strategi mencatat mind mapping.

Mind mapping merupakan metode mencatat kreatif yang dikembangkan

oleh Tony Buzan. Teknik mencatat Mind mapping yang merupakan teknik

mencatat yang diumpamakan Buzan seperti peta kota (Buzan, 2013). Artinya, jika

Universitas Sumatera Utara


kita melihat sebuah peta kota, kita dapat melihat kota tersebut secara keseluruhan

dengan satu pusat kotanya. Sama halnya dengan jika kita melihat sebuah mind

map, kita dapat melihat suatu materi secara keseluruhan. Selain itu, bentuk mind

map yang terpusat akan memudahkan dalam memusatkan perhatian.

Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Ester Ariesiani (2010) tentang

efektifitas mind mapping dalam meningkatkan ingatan terhadap materi pelajaran

IPA menghasilkan bahwa kelompok eksperimen yaitu kelompok yang diberikan

perlakuan penggunaan mind mapping lebih tinggi skor tesnya dibandingkan

dengan kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan perlakuan.

Artinya, mind mapping dapat meninggkatkan daya ingat melalui gabungan antara

teknik pengkodean visual, keyword, dan asosiasi. Pengkodean dan pengasosiasian

merupakan beberapa peran terbesar yang dilakukan oleh working memory dalam

proses memori.

Sekitar tahun 1960-an mind mapping ditemukan oleh Tony Buzan dan

mulai populer di tahun 1970-an. Seharusnya di Indonesia teknik mencatat ini

sudah sangat populer, namun hasil survei yang peneliti lakukan pada 115 orang

remaja, menunjukkan bahwa hanya 2.608% yang mengetahui tentang teknik mind

mapping ini. Artinya ada 97.392% dari 115 remaja yang mengikuti survei ini yang

tidak mengetahui mind mapping.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

pengaruh penggunaan mind mapping terhadap working memory remaja.

Penelitian ini dilakukan sekaligus memperkenalkan teknik mind mapping pada

para remaja. Mind map yang dibuat berisikan kegiatan sehari-hari yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara


oleh para remaja dari bangun tidur hingga tidur kembali. Sebagian besar kegiatan

sehari-hari remaja dilakukan di sekolah, sehingga untuk memudahkan peneliti

dalam memperoleh sampel penelitian dan kontrol dalam penelitian ini, peneliti

melakukan penelitian ini di sekolah, yaitu SMP Swasta Islam Terpadu Yayasan

PMDU Kisaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan

yang akan peneliti angkat adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan mind

mapping terhadap working memory remaja”.

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penggunaan mind

mapping terhadap working memory remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini akan memberikan tambahan informasi pada

pengembangan psikologi kognitif dalam konteks pembelajaran, khususnya

mengenai pengaruh penggunaan mind mapping terhadap working memory.

Universitas Sumatera Utara


2. Manfaat Praktis

Dari penelitian ini, dapat diperoleh informasi mengenai strategi untuk

meningkatkan working memory yang sesuai dengan remaja. Sehingga remaja

dapat dengan mudah mengingat berbagai informasi penting di dalam kehidupan

sehari-harinya.

E. Sistematika Penulisan

Berikut ini merupakan sistematika dari penulisan penelitian ini.

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan tentang latar belakang masalah yang peneliti

angkat, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang tinjauan pustaka terhadap teori

working memory, teori lupa dan mind mapping. Dalam bab ini juga

akan dijelaskan mengenai dinamika antar variabel dan hipotesa

penelitian.

Bab III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, identifikasi variabel,

definisi operasional, subjek penelitian dan metode pengambilan

data, kontrol variabel, desain penelitian, prosedur penelitian,

Universitas Sumatera Utara


instrumen penelitian, alat ukur, reliabilitas dan validitas alat ukur,

dan metode analisis data.

Bab IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian yang akan disajikan

dalam data-data pre-test dan post-test. Selain itu, dari hasil

penelitian tersebut akan dipaparkan pembahasan tentang pengaruh

penggunaan mind mapping terhadap working memory.

Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan mengenai hasil yang diperoleh

dari analisis data yang telah peneliti lakukan dan saran metodologis

untuk penelitian berikutnya serta saran praktis bagi para guru dan

siswa, maupun orang tua.

10

Universitas Sumatera Utara


11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perubahan Kognitif Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan

psikososial. Salah satu perubahan yang terpenting pada masa remaja adalah

perubahan kognitif. Perubahanan kognitif pada remaja terlihat dari perubahan

dalam pemrosesan informasinya, mencakup perubahan struktural dan perubahan

fungsional (Eccles, dkk, 2003; Papalia, 2009).

Perubahan struktural merupakan perubahan pada struktur kognitif yang

berkaitan dengan kapasitas pemrosesan informasi dan meningkatnya jumlah

pengetahuan yang disimpan dalam long term memory. Hal ini sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Mayer (Upton, 2012) bahwa kapasitas pemrosesan informasi

akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Adapun perubahan fungsional merupakan perubahan pada fungsi kognitif

meliputi cara mendapatkan, mengelola dan menyimpan informasi. Misalnya

belajar, mengingat, menalar, dan mengambil keputusan. Hal-hal yang terjadi

berkaitan dengan perubahan fungsional adalah kegiatan yang sering dialami

remaja dalam proses belajar.

Universitas Sumatera Utara


B. Working Memory

1. Definisi Working Memory

Working memory merupakan suatu sistem memori aktif yang bekerja

untuk penyimpanan temporer dan memproses informasi simultan (Byliss, dkk,

2005; Dehn, 2011). Working memory merupakan suatu bentuk memori yang

digunakan dalam penyimpanan temporer dan memproses informasi simultan pada

tugas kognitif. Stolefus, dkk menambahkan bahwa Working memory merupakan

suatu mental workspace untuk aktifitas manipulasi atau pengkodean pada long

term memory (Hulme & Mackenzie, 1992; Dehn, 2011).

Dehn (2011) mendefinisikan working memory sebagai memori yang

memanajemen, memanipulasi dan mentransformasi informasi yang terdapat di

dalam short term memory dan long term memory.

Dengan kata lain, working memory merupakan suatu memori yang aktif

bekerja dalam memanipulasi atau pengkodean informasi yang diperoleh secara

simultan (bersamaan) dan mentransformasi informasi yang terdapat di dalam

short term memory dan long term memory.

Dehn (2011) mengemukakan beberapa fungsi working memory, yaitu

mengkode informasi yang akan disimpan ke long term memory, mengasosiasikan

informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang telah tersimpan di long term

memory, mentransformasi informasi, misalnya mentransformasi informasi verbal

ke dalam bentuk visual, menyelesaikan langkah-langkah perhitungan, menahan

subproduk dalam tahap perhitungan sampai hasil akhir dari perhitungan,

mengarahkan pencarian informasi ke informasi yang tersimpan di dalam long

12

Universitas Sumatera Utara


term memory, membuat representasi memori baru, memecah informasi ke dalam

kelompok kategori yang berhubungan, melakukan prosedur dan strategi lain yang

melibatkan manipulasi atau rekombinasi informasi.

2. Komponen Working Memory

Working memory memiliki empat komponen menurut Baddeley, berikut

merupakan komponen-komponen tersebut (Dehn, 2011).

a. Phonological Loop

Phonological Loop berfungsi untuk mentransformasi stimulus ke dalam

bentuk phonological code yang termasuk suara, vocal, tempo, dan lainnya yang

termasuk di dalam stimulus verbal. Phonological code kemudian disesuaikan

dengan kode-kode yang telah tersimpan di dalam long term memory dan juga

dihubungkan dengan representasi makna.

b. Episodic Buffer

Episodic buffer merupakan komponen yang bekerja secara sadar yang

berhubungan langsung dengan long term memory (episodic dan semantic memory)

untuk membentuk representasi dari informasi baru. Episodic buffer menjadi

tempat penyimpanan sementara untuk mengumpulkan dan mengkombinasikan

informasi dari phonological loop, visuospatial sketchpad, dan long-term memory

(Matlin, 2005).

c. Visuospatial Skethcpad

Visuospatial skethcpad bertanggung jawab pada informasi dalam bentuk

spasial dan visual. Informasi visual bersifat statis, seperti bentuk atau warna suatu

13

Universitas Sumatera Utara


objek. Sedangkan informasi spasial bersifat dinamis, seperti pergerakan, arah,

ataupun letak suatu objek.

d. Central Executive

Central executive bertanggung jawab untuk mengontrol kerja dari ketiga

komponen di atas, phonological loop, visuospatial sketchpad, dan episodic buffer.

Fungsi dari central executive adalah a) selective attention, memfokuskan atensi

pada informasi yang relevan dan menghambat efek mengganggu dari informasi

yang tidak relevan; b) switching, bertanggung jawab untuk mengkoordinasi

aktifitas kognitif yang lebih dari satu secara simultan; c) menyeleksi rencana dan

strategi yang fleksibel; d) mengalokasikan informasi ke bagian-bagian dari

working memory; e) mengambil, menahan, dan memanipulasi sementara

informasi yang terdaat di dalam long term memory.

3. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Working Memory

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi working

memory menurut Gathercole dan Alloway (2007):

a. Usia

Usia mempengaruhi kapasitas dan fungsi working memory akan meningkat

pada masa kanak-kanak hingga masa remaja dan akan menurun di masa dewasa.

Kapasitas dan fungsi working memory meningkat tiga kali lipat di antara usia 4

tahun sampai 16 tahun (Dehn, 2011).

b. Gangguan (distraction)

Gangguan yang dimaksud adalah gangguan yang dapat mengalihkan

perhatian dari informasi-informasi yang penting (relevan). Misalnya, saat guru

14

Universitas Sumatera Utara


sedang menjelaskan suatu topik pembahasan di depan kelas, Dika sedang

mendengarkan dan memperhatikan yang sedang di sampaikan oleh guru, namun

Budi dan Tono yang duduk di depan Dika, sibuk bercerita tentang sebuah

permainan baru yang ada di ponsel pintar mereka, informasi yang diterima Dika

dari guru akan berkurang atau bahkan gagal diterima Dika karena terhalang oleh

keributan yang disebabkan Budi dan Tono.

c. Stress

Dehn (2011) menyatakan bahwa stress dapat mengurangi fungsi working

memory, hal ini dikarenakan ketika stress fokus perhatian akan terpusat pada

sumber stress sehingga tugas-tugas yang membutuhkan bantuan working memory

akan terganggu, seperti mengontrol atensi terhadap suatu informasi ataupun

mengeliminasi informasi-informasi yang tidak penting.

4. Karakteristik Individu dengan Working Memory yang Rendah

Gathercole dan Alloway (2007) mengemukakan beberapa karakteristik

individu dengan working memory yang rendah, antara lain: a) Cenderung pasif

dalam aktifitas kelompok, seperti jarang menjawab ataupun memberikan

pertanyaan di dalam kelompok; b) Melupakan sebagian atau seluruh instruksi

yang diberikan atau sulit untuk mengikuti instruksi yang diberikan; c) Sering

kesulitan dalam menyelesaikan tugas sulit dan pada akhirnya tugas-tugas tersebut

ditinggalkan; d) Rentang atensi/perhatian singkat dan mudah teralihkan/

terganggu.

15

Universitas Sumatera Utara


5. Intervensi untuk Meningkatkan kinerja Working Memory

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatan

kinerja working memory adalah dengan menggunakan mnemonics. Mnemonic

didasarkan pada prinsip bahwa cara encoding yang kita lakukan pada suatu

informasi akan menentukan pengambilan kembali (retrieval) informasi tersebut

(Mastropieri & Scruggs, 1998; Dehn, 2011). Jadi, jika informasi baru terkait

dengan sesuatu yang tersimpan di dalam long term memory, seperti gambar benda

sehari-hari, proses pengambilan kembali (retrieval) informasi tersebut akan lebih

cepat dan mudah.

Metode mnemonic meliputi pengkodean kembali atau transformasi

informasi, penambahan atau elaborasi dari materi, dan pengambilan (retrieval)

informasi yang tersistematis (Mastropieri, dkk, 1985; Dehn, 2011).

Karakteristik mnemonic adalah bermakna (meaningfulness),

pengorganisasian, pengasosiasian, visualisasi, dan menarik (interest). Mnemonic

bekerja dengan menghubungkan informasi-informasi yang berhubungan menjadi

coding yang unik. Semakin unik suatu coding yang dilakukan pada suatu

informasi akan semakin mudah untuk mengambil kembali (retrieval) informasi

tersebut (Dehn, 2011).

Dehn (2011) mengemukakan bahwa mnemonic tepat digunakan sebagai

intervensi untuk meningkatkan kinerja working memory. Hal ini disebabkan oleh

penggunaan mnemonic yang melibatkan encoding yang merupakan fungsi dari

working memory.

16

Universitas Sumatera Utara


C. Lupa

Berikut ini merupakan beberapa teori yang menjelaskan bagaimana kita

bisa mengalami lupa (kehilangan memori).

1. Decay Theory

Decay theory menyatakan bahwa lupa terjadi karena informasi yang telah

tersimpan tidak pernah diakses kembali. Dengan kata lain, informasi yang telah

tersimpan di dalam memori akan hilang jika tidak dilakukan pengulangan.

2. Interference

Teori ini menyatakan bahwa lupa terjadi karena adanya interfensi

(gangguan) di antara objek-objek yang terdapat di dalam suatu informasi memiliki

kemiripan, baik dalam proses penyimpanan maupun dalam proses pemanggilan

kembali. Hal ini menyebabkan kita mengalami kesulitan untuk membedakan

informasi yang mirip tersebut.

Misalnya, Anda baru berkenalan dengan seseorang yang bernama wanita

Dika dalam sebuah acara seminar nasional. Lalu beberapa saat kemuadia ada

seorang wanita yang mengajak Anda berkenalan yang bernama Dila. Lalu Anda

berbincang-bincang dengan orang lain setelah berkenalan dengan dua wanita

tersebut. Di akhir acara, Dika menegur Anda dan berpamitan untuk pergi terlebih

dahulu. Namun, Anda salah menyebut nama Dika menjadi Dila. Dalam hal ini,

nama wanita kedua telah menginterferensi nama wanita pertama.

3. Failure to Encode

Failure to encode merupakan teori yang menyatakan bahwa lupa terjadi

karena gagalnya pengkodean yang dilakukan terhadap suatu informasi. Kegagalan

17

Universitas Sumatera Utara


dalam pengkodean menyebabkan kegagalan dalam memasukkan informasi

tersebut ke dalam long term memory.

4. Cue Dependent Forgetting

Teori ini mengemukakan bahwa ketidakmampuan kita untuk mengingat

suatu informasi disebabkan karena tidak memadai petunjuk untuk mengingat

kembali informasi tersebut dalam memori. Dengan kata lain, suatu informasi

dapat dilupakan karena ketika melakukan proses memori, informasi tersebut tidak

dikoding dengan baik.

D. Mind Mapping

1. Definisi Mind mapping

Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan sederhana

yang lebih bisa diandalkan untuk mengingat informasi daripada catatan tradisional

(Buzan, 2013).

Swadarma (2013) mengartikan mind mapping sebagai teknik pemanfaatan

seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis untuk

membuat kesan kreatif dan menarik.

Buzan (2013) mengumpakan mind mapping seperti peta kota, yang

memiliki pusat kota, jalan-jalan utama, jalan-jalan sekunder, dan terdapat gambar-

gambar atau ikon-ikon atau simbol-simbol atau warna dan nama untuk menandai

daerah tertentu. Begitu juga dengan mind mapping yang memiliki tema utama

yang menjadi pusat dari mind mapping, cabang-cabang utama, cabang-cabang

18

Universitas Sumatera Utara


dari cabang utama, terdapat juga warna atau symbol atau gambar dan keyword di

setiap cabangnya.

Dengan kata lain, mind mapping merupakan teknik mencatat kreatif,

efektif, dan sederhana yang dapat mencakup secara keseluruhan dari topik

(materi). Dengan mind mapping, setiap informasi baru yang kita terima secara

otomatis dikaitkan dengan informasi yang sudah ada (Buzan, 2013).

2. Aspek-aspek Penyusun Mind mapping

a. Tema Utama

Tema utama merupakan pusat dari mind map. Tema utama adalah pokok

pembahasan atau ide pokok dari mind mapping. Misal kita ingin meringkas

tentang kingdom makhluk hidup, maka tema utamanya adalah “kingdom makhluk

hidup” atau juga bisa kita singkat dengan kata “kingdom” saja.

b. Sub Tema (Cabang Utama)

Sub tema merupakan cabang dari tema utama. Misalnya pada tema

kingdom di atas, sub tema atau cabang utamanya adalah kingdom monera,

kingdom protista, kingdom fungi, kingdom plantae, dan kingdom animalia.

c. Cabang

Cabang ini yang masih ada hubungannya dengan cabang utama. Misal

pada cabang dari kingdom animalia adalah porifera, vermes, arthrophoda,

chordata, dan sebagainya. Dari cabang yang ada ini, kita bisa membuat cabang

baru yang masih berhubungan dengan cabang yang ada, begitu seterusnya.

19

Universitas Sumatera Utara


d. Kata Kunci

Setiap cabang berisi satu kata kunci (keyword) yang ditulis di atas cabang.

Penggunaan satu keyword ini bertujuan agar setiap kata tersebut lebih bebas,

sehingga dapat memicu ide dan pikiran baru (Buzan, 2013).

e. Gambar

Gambar merupakan visualisasi dari keyword yang kita gunakan. Setiap

gambar bermakna seribu kata, jika dalam mind mapping yang kita buat terdapat

10 gambar sama artinya dengan kita mencatat 10.000 kata (Buzan, 2013). Selain

itu, gambar akan membuat mind mapping kita lebih menarik untuk dibaca.

f. Warna

Warna sama menariknya dengan gambar di atas, yang akan membuat mind

mapping kita lebih hidup dan menyenangkan untuk dibaca.

3. Manfaat Mind mapping

Buzan (2013), menyatakan bahwa mind mapping dapat membantu kita

dalam banyak hal, yaitu untuk: a) perencanaan, b) media komunikasi, c) sarana

menjadi lebih kreatif, d) penghematan waktu, e) penyelesaian masalah, f)

pemusatan perhatian, g) menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran (teori-teori),

h) mengingat dengan lebih baik, i) belajar lebih cepat dan efisien, j) memudahkan

dalam memahami materi secara keseluruhan, dan k) mendukung gerakan cinta

lingkungan, karena dalam membuat mind mapping hanya membutuhkan selembar

kertas saja.

Sedangkan Michael Michalko memaparkan bahwa mind mapping akan

(Buzan, 2013): a) mengaktifkat seluruh sel otak, b) memungkinkan kita untuk

20

Universitas Sumatera Utara


fokus pada satu pokok bahasan, c) membantu menunjukkan bagian dari informasi

yang saling terpisah, d) member gambaran yang jelas pada keseluruhan, e)

memungkinkan kita mengelompokkan konsep dan membantu kita dalam

membandingkannya, f) membantu kita untuk memindahkan informasi dari short

term memory ke long term memory.

E. Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Terhadap Working Memory

Remaja

Pada masa remaja, remaja mengalami peningkatan dalam perkembangan

kognitifnya, seperti meningkatnya jumlah pengetahuan yang disimpan dalam long

term memory, peningkatan cara mendapatkan, mengelola dan menyimpan

informasi. Pada masa remaja juga terjadi peningkatan kapasitas working memory

sekitar 3 kali lipat dan juga peningkatan performa working memory lebih baik dari

masa kanak-kanak (Dehn, 2011).

Working memory merupakan suatu memori yang aktif bekerja dalam

memanipulasi atau pengkodean informasi yang diperoleh secara simultan

(bersamaan) dan mentransformasi informasi yang terdapat di dalam short term

memory dan long term memory. Working memory juga bertanggung jawab dalam

melakukan kontrol terhadap atensi, menyeleksi antar informasi yang penting

(relevan) dengan informasi yang tidak penting (tidak relevan) (Dehn, 2011).

Jika dilihat pada perkembangan kognitifnya, remaja memiliki fungsi

working memory yang baik. Artinya kemampuan remaja dalam mengontrol

atensinya akan baik pula. Namun pada kenyataannya, remaja masih sering

21

Universitas Sumatera Utara


mengeluhkan kesulitan mereka untuk berkonsentrasi dan juga mudah terganggu

dengan gangguan yang ada di sekitar mereka, seperti kebisingan. Gathercole

(2007) mengemukakan bahwa salah satu indikator individu memiliki working

memory yang rendah adalah sulit untuk berkonsentrasi atau memusatkan

perhatian dan mudah terganggu/ teralihkan perhatiannya.

Ketika working memory tidak berfungsi dengan baik dalam menjalankan

tugas-tugasnya, seperti tidak mengkode secara baik informasi yang masuk, akan

menyebabkan informasi tersebut gagal untuk di-recall. Fenomena tersebut

merupakan salah satu bentuk lupa, yang dikemukakan oleh teori failure to encode

(Solso, 2008). Lupa juga merupakan keluhan yang sering dialami remaja.

Maka dari itu, dibutuhkan suatu cara agar working memory remaja dapat

berfungsi dengan baik, yaitu cara yang dapat membantu working memory dalam

melakukan encoding dan memusatkan perhatian. Penggunaan mnemonics dapat

meningkatkan fungsi working memory (Dehn, 2011). Hal ini dikarenakan

mnemonic memiliki unsur pengorganisasian, pengasosiasian, dan visualisasi yang

dapat memudahkan working memory dalam melakukan encoding untuk

memindahkan dan memanggil kembali informasi (recall) yang terdapat di long

term memory. Buzan (2002) mengemukakan bahwa salah satu bentuk mnemonic

adalah mind mapping.

Mind mapping adalah teknik mencatat yang memiliki tema utama sebagai

pusat catatan yang akan berhubungan dengan cabang-cabang yang hanya

menggunakan keyword saja pada setiap cabang dimana dalam pembuatannya akan

dilakukan pemberian warna, simbol dan gambar. Dalam membuat mind mapping

22

Universitas Sumatera Utara


antar tema utama akan berasosiasi dengan cabang utama, cabang utama akan

berasosiasi dengan cabang, begitu seterusnya. Selain itu bentuk mind map yang

terpusat pada satu tema dan juga melibatkan simbol dan warna akan memudahkan

working memory untuk memusatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan salah satu

manfaat mind mapping yang dikemukakan oleh Buzan (2013) bahwa mind

mapping dapat membantu dalam memusatkan perhatian.

Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Daghistan (2016) tentang

pengaruh mind mapping terhadap atensi menunjukkan bahwa mind mapping

memberikan pengaruh positif dalam pemusatan perhatian. Memusatkan perhatian

merupakan salah satu fungsi dari working memory.

Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan mind mapping

dapat membantu working memory dalam menjalankan peran utamanya, yaitu

encoding dan memusatkan perhatian (Kane & Engle, 2000; Dehn, 2011).

Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan mind mapping dapat memberikan

pengaruh terhadap working memory.

F. Hipotesis

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian (Azwar,

2013). Hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan pemaparan dinamika antar

variabel di atas adalah terdapat pengaruh penggunaan mind mapping terhadap

working memory.

23

Universitas Sumatera Utara


24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

eksperimental. Azwar (2013) menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif

menekankan pada analisis data yang bersifat angka yang diolah melalui metode

statistika. Penelitian ini juga merupakan penelitian inferensial, yaitu penelitian

yang dilakukan untuk menguji suatu hipotesis.

Desain penelitian yang digunakan adalah randomized pretest posttest two-

group design, yaitu penelitian yang terdiri dari dua kelompok yang masing-

masing anggota kelompoknya dipilih secara random dan dilakukan dua kali

pengukuran sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pada kedua kelompok setelah

pemberian perlakuan. Peneliti melakukan randomize assignment (randomisasi)

dalam penelitian ini, yaitu penyebaran sampel ke dalam kelompok secara random

dengan mengasumsikan bahwa setiap sampel memiliki karakteristik yang sama

(Myers, 2012). Hal ini dilakukan agar kedua kelompok, kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen, dapat diasumsikan memiliki karakteristik yang sama.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel Tergantung : Working Memory

2. Variabel Bebas : Mind mapping

Universitas Sumatera Utara


C. Definisi Operasional

1. Working Memory (Working Memory)

Working Memory adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian

terhadap informasi tugas yang diberikan dan kemampuan untuk menyeleksi

informasi-informasi yang berkaitan dan yang tidak berkaitan dengan tugas yang

diberikan yang akan diukur dengan Strooptest Test yang terdiri dari kartu W

(Word), kartu C (Color), dan kartu CW (Color Word). Skoring pada stroop test

dilakukan dengan pengurangan antara waktu pada kartu CW (Color Word) dengan

kartu C (Color) yang disebut dengan interference score. Semakin kecil

interference score, maka semakin baik pula working memory subjek. Pemberian

tes akan dilakukan sebelum pelatihan dan penggunaan mind mapping (pra-test)

dan setelah penggunaan mind mapping (post-test). Jika, interference score pada

pra-test sama dengan interference score pada post-test, maka perlakuan yang

diberikan tidak berpengaruh terhadap working memory remaja dan sebaliknya,

jika interference score pada post test lebih kecil dari interference score pada pra

test ataupun interference score pada post test lebih besar dari interference score

pada pra test, ini artinya perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap working

memory remaja. Sehingga, akan terlihat perbedaan working memory antara remaja

yang diberikan pelatihan penggunaan dan menggunakan mind mapping dengan

remaja yang tidak diberikan pelatihan penggunaan dan menggunakan mind

mapping.

25

Universitas Sumatera Utara


2. Mind Mapping

Mind mapping merupakan teknik mencatat yang memiliki tema utama

sebagai pusat catatan yang akan berhubungan dengan cabang-cabang yang hanya

menggunakan keyword saja pada setiap cabang dimana dalam pembuatannya akan

dilakukan pemberian warna, simbol dan gambar. Proses penggunaan mind

mapping dalam penelitian ini dilakukan pada kelompok ekperimen dengan cara

pemberian pelatihan selama tiga hari dan penerapan mind mapping selama tujuh

hari. Pelatihan hari pertama subjek diberikan pengetahuan dasar tentang mind

mapping, yaitu pengertian mind mapping, bagian-bagian mind mapping, manfaat

mind mapping, dan cara membuat mind mapping. Setelah diberikan pengetahuan

dasar, subjek diminta untuk melakukan latihan membuat mind mapping

berdasarkan materi yang telah diberikan. Pelatihan di hari kedua, review mind

map yang telah dibuat subjek di hari pertama, pemberian video cara membuat

mind map, dan diakhiri dengan latihan membuat mind mapping tentang diri

sendiri. Pelatihan di hari ketiga, review mind map tentang diri sendiri subjek dan

diakhiri dengan latihan membuat mind map tentang kehidupan sehari-hari.

Setelah diberikan pelatihan penggunaan mind mapping, subjek diminta untuk

membuat mind map tentang kegiatan sehari-hari subjek selama tujuh hari.

Pembuatan mind map akan dilakukan di ruang kelas VII SMPIT PMDU Kisaran

dibawah pengawasan para eksperimenter. Pembuatan mind mapping akan

dilakukan di pagi hari 40 menit sebelum pelajaran dimulai. Sedangkan pada

kelompok kontrol tidak melakukan kegiatan pelatihan dan pembuatan mind map

tersebut.

26

Universitas Sumatera Utara


D. Subjek Penelitian dan Metode Pengambilan Data

1. Subjek Penelitian

Suatu penelitian, perlu menetapkan target populaisnya, termasuk

penelitian eksperimen. Hal ini penting dilakukan guna menentukan dalam

lingkungan yang seperti apa dan bagaimana penelitian itu dapat diterapkan

(Latipun, 2011). Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti

dengan karakteristik yang sama. Populasi adalah kelompok subjek yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2013).

Penelitian eksperimen membutuhkan suatu keadaan populasi yang tingkat

variasinya rendah atau homogen. Hal ini guna memberikan kemudahan dalam

pengambilan sampel untuk diberikan intervensi (perlakuan) nantinya dan

kemudahan dalam melakukan penggeneralisasian. Latipun (2011) juga

menekankan bahwa homogenitas populasi ini sangat diutamakan dalam penelitian

eksperimen, karena jika homogenitas suatu populasi tercapai akan berpengaruh

dalam peningkatan validitas. Terdapat 3 upaya yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan homogenitas, yaitu dengan membatasi aspek tempat/geografis

(seperti kecamatan, kota, perusahaan, sekolah), aspek subjek itu sendiri (seperti

jenis kelamin, usia, suku, tingkat pendidikan, inteligensi), dan aspek sosial

(seperti kelas sosial, keluarga, dan lingkungan sosial) (Latipun, 2011).

Upaya untuk meningkatkan homogenitas populasi yang peneliti lakukan

adalah dengan membatasi aspek tempat dan aspek subjek. Aspek tempat yang

peneliti batasi adalah dengan menggunakan remaja yang bersekolah di SMP Islam

Terpadu Yayasan PMDU Yayasan PMDU Kisaran. Sedangkan aspek subjek

27

Universitas Sumatera Utara


yang peneliti batasi adalah rentang usia subjek, yaitu remaja awal yang berkisar

dari usia 11 sampai 16 tahun.

Selanjutnya terdapat sampel yang merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dapat merepresentasikan populasi

(Sugiyono, 2012). Dengan kata lain, sampel merupakan bagian dari populasi, di

mana sampel harus memiliki karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Islam Terpadu

Yayasan PMDU Kisaran.

2. Pengambilan Sampel

Peneliti menggunakan sampling insidental yaitu teknik penentuan sampel

dengan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti yang sesuai dengan kriteria subjek peneliti dan bersedia untuk

digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2012). Teknik pengambilan sampel secara

sampling insidental menjadikan peneliti tidak memiliki kontrol penuh terhadap

kerepresentatifan sampelnya (Myers, 2012). Dalam penelitian ini, pihak sekolah

menyediakan kelas VII untuk digunakan sebagai sampel penelitian.

3. Jumlah Sampel

Myers (2012) mengungkapkan bahwa jika pengaruh dari variabel bebas

kuat, maka jumlah subjek yang digunakan adalah 10-20 subjek per kelompok.

Jika pengaruhnya sedang, maka menggunakan 20-30 subjek per kelompok. Dan

jika pengaruhnya lemah, maka menggunakan >30 subjek per kelompok. Namun

demikian, Myers (2012) juga menyarankan untuk menggunakan minimal 20

subjek per kelompok.

28

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini menggunakan 30 subjek per kelompok. Hal ini peneliti

lakukan untuk berjaga-jaga jika terjadi mortalitas pada subjek. Selain itu, peneliti

juga belum menemukan penelitian yang menunjukkan bahwa pengaruh

penggunaan mind mapping kuat mempengaruhi working memory. Namun

penelitian yang menunjukkan pengaruh penggunaan mind mapping kuat dalam

mempengaruhi memori banyak.

4. Metode Pengambilan Data

Dari segi sumbernya, data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung

dari subjek penelitian melalui pengambilan data langsung atau dengan

menggunakan alat ukur. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh

tidak secara langsung dari subjek penelitian, yaitu yang diperoleh melalui pihak

lain (Azwar, 2013).

Sedangkan dari segi interpretasinya, data penelitian digolongkan menjadi

dua juga, yaitu data yang bersifat faktual dan non-faktual. Data yang bersifat

faktual adalah data yang diperoleh dari subjek penelitian dan dianggap sebagai

informasi yang benar oleh peneliti karena memang subjeklah yang lebih

mengetahui keadaan sebenarnya. Sedangkan data yang bersifat non faktual,

merupakan data yang diperoleh melalui pengukuran-pengukuran (tes atau skala)

untuk dapat mengetahui keadaan sebenarnya (Azwar, 2013). Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan data primer dan data non-faktual yang akan didapat melalui

tes working memory, yaitu Stroop Test.

29

Universitas Sumatera Utara


E. Kontrol Variabel

Kontrol variabel merupakan usaha yang dilakukan untuk menghilangkan

pengaruh variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi variabel tergantung

dalam penelitian (Sevilla dkk dalam Latipun, 2011). Hal ini dilakukan agar hanya

variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel tergantung.

Variabel-variabel yang mungkin mempengaruhi variabel tergantung

adalah usia subjek dan kondisi ruangan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

kontrol dengan cara memilih subjek yang berusia remaja, yaitu 11-16 tahun.

Selain itu, juga terdapat variabel lain yang mungkin mempengaruhi

variabel tergantung, yaitu kondisi ruangan. Peneliti melakukan konstansi, yaitu

menyamakan kondisi ruangan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan randomisasi, yaitu penyebaran

sampel ke dalam kelompok secara random dengan mengasumsikan bahwa setiap

sampel memiliki karakteristik yang sama (Myers, 2012). Jadi secara teoritis

variabilitas kedua kelompok penelitian, kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen terbagi secara seimbang (Latipun, 2011).

F. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan eksperimen dengan menggunakan randomized

pretest posttest two-group design. Perbedaan hasil pengukuran pada kedua

kelompok dianggap sebagai akibat dari diberikannya perlakuan (Latipun, 2011).

30

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini merupakan notasi dari rancangan penelitiannya:

R O! à X à O!

R O! à à O!

Keterangan:
R : melakukan randomisasi
O! : pretest
O! : posttest
X : treatment (penggunaan mind mapping)

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Mencari Fenomena

Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan berbagai fenomena

yang terkait dengan kajian yang akan peneliti teliti. Peneliti mengumpulkan

fenomena melalui beberapa penelitian terdahulu dan peneliti juga melakukan

survei terhadap kelompok subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan

subjek yang peneliti gunakan.

b. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk menegaskan batas-batas

permasalahan yang peneliti angkat, sehingga peneliti tidak keluar dari tujuan

penelitian. Identifikasi masalah dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membuat

latar belakang permasalahan dan merumuskan masalah (Azwar, 2013).

c. Menyusun Landasan Teori

Dalam menyusun landasan teori, peneliti menggunakan berbagai sumber

untuk memperoleh teori-teori yang berkaitan dengan working memory dan mind

31

Universitas Sumatera Utara


mapping. Hal ini peneliti lakukan guna menemukan teori yang paling sesuai untuk

peneliti gunakan dalam penelitian ini.

d. Menyusun Desain Penelitian

Peneliti menyusun desain penelitian yang paling sesuai dengan tujuan dari

penelitian yang akan peneliti lakukan. Hal ini dilakukan guna tercapainya tujuan

tersebut.

e. Mengurus Surat Ijin Penelitian

Setelah menyusun desain penelitian, peneliti mengurus surat ijin untuk

melakukan pengambilan data ke pihak Fakultas Psikologi USU tempat peneliti

melakukan studi strata satu yang akan ditujukan ke SMP Islam Terpadu Asahan

yang akan peneliti jadikan subjek penelitian.

f. Merancang Modul Eksperimen

Peneliti merancang modul eksperimen yang di dalamnya juga terdapat

modul pelatihan mind mapping, perangcangan modul ini peneliti lakukan untuk

mempermudah peneliti ketika akan melaksanakan eksperimen.

g. Membentuk Panitia Eksperimen

Panitia eksperimen ini dibentuk untuk membantu peneliti dalam

melaksanakan eksperimen. Panitia terdiri dari satu orang trainer untuk pelatihan

mind mapping dan delapan orang eksperimenter yang telah bersedia membantu

peneliti dalam melaksanakan eksperimen dari awal sampai akhir.

h. Uji Coba Modul Eksperimen

Sebelum eksperimen dilakukan, peneliti melakukan uji coba terhadap

modul tersebut terahadap lima orang subjek yang sesuai dengan subjek penelitian

32

Universitas Sumatera Utara


ini. Uji coba modul dilakukan dalam bentuk simulasi di ruang kelas yang akan

digunakan untuk eksperimen. Hal ini dilakukan guna mengetahui kekurangan dari

modul yang telah dibuat.

i. Melakukan Informed Consent Terhadap Seluruh Calon Partisipan Penelitian

Peneliti melakukan informed consent pada hari Sabtu tanggal 24

September 2016 terhadap calon partisipan penelitian, yaitu siswa kelas VII-A dan

VII-B. Sebelumnya peneliti meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan

informed consent pada hari dan tanggal tersebut. Peneliti memberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan eksperimen dilakukan kepada seluruh calon partisipan

penelitian di dalam masing-masing kelas. Peneliti juga memaparkan waktu dan

tempat akan dilakukannya penelitian. Peneliti memberikan lembar informed

consent dan surat pernyataan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian

kepada masing-masing calon partisipan.

j. Melakukan Randomisasi

Peneliti melakukan randomisasi untuk menempatkan subjek ke dalam

Kelompok Kontrol atau Kelompok Eksperimen. Sebelumnya peneliti telah

memasukkan nama-nama siswa yang bersedia untuk berpartisipasi ke dalam

Microsoft Excel 2007. Nama-nama tersebut peneliti urutkan sesuai abjad dan

telah diberikan nomor urut. Peneliti menulis nomor-nomor tersebut pada kertas-

kertas kecil yang telah digunting sama besar, lalu kertas-kertas tersebut dilipat

kecil sampai tidak terlihat angka yang telah ditulis, cara melipat masing-masing

kertasnya juga disamakan. Kertas-kertas yang telah dilipat kemudian dimasukkan

ke dalam sebuah wadah yang memungkinkan kertasnya teraduk. Lalu peneliti

33

Universitas Sumatera Utara


meminta bantuan salah seorang teman peneliti mengambil kertas-kertas tersebut

untuk dikelompokkan ke dalam kelompok kontrol ataupun kelompok eksperimen.

Wadah akan dikocok terlebih dahulu sebelum pengambilan tiap kertas, kertas

yang telah diambil akan ditaruh di kelompok kontrol ataupun eksperimen secara

bergantian.

2. Tahap Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada hari Senin tanggal 26 September 2016

sampai dengan hari Sabtu tanggal 8 Oktober 2016. Dalam pengambilan data,

terlebih dahulu diberikan pretest kepada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol pada hari Senin tanggal 26 September 2016. Setelah diberikan pretest,

diberikan pelatihan penggunaan mind mapping pada kelompok eksperimen,

sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apa-apa. Trainer dalam

pelatihan ini merupakan seorang yang sering menggunakan mind mapping untuk

membantunya dalam mengingat. Pelatihan tersebut dilakukan pada hari Selasa

tanggal 27 sampai dengan hari Kamis tanggal 29 September 2016.

Setelah diberikan pelatihan teknik mencatat mind mapping, kelompok

eksperimen dalam penelitian ini dapat diasumsikan telah dapat menggunakan

mind mapping dengan baik. Setelah subjek dianggap siap untuk menggunakan

teknik mencatat tersebut, yaitu dapat membuat mind mapping dengan baik dan

benar sesuai dengan teori yang telah disampaikan oleh trainer pada pelatihan

yang telah dilakukan, peneliti meminta subjek untuk menggunakan mind mapping

selama tujuh hari yang pelaksanaannya diawasi oleh para eksperimenter di setiap

harinya, yaitu dari hari Jumat tanggal 30 September 2016 sampai dengan hari

34

Universitas Sumatera Utara


Jumat tanggal 7 Oktober 2016. Setelah tujuh hari, masing-masing kelompok

diberikan posttest yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Oktober 2016.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh diinput ke dalam Microsoft Excel 2007. Hal ini

peneliti lakukan guna mempermudah peneliti dalam melihat data secara

keseluruhan. Setelah itu, peneliti akan melakukan analisis data dengan

menggunakan SPSS (Statistical Packages for Social Science) versi 17 agar

mempermudah peneliti dalam menganalisi data.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Survei

Lembar survei berisikan sejumlah pertanyaan seputar mind mapping.

Survei awal dilakukan kepada para siswa guna mengetahui pengetahuan mereka

terhadap mind mapping.

2. Lembar Informed Consent

Lembar ini berisikan penjelasan mengenai tujuan, peraturan, resiko,

waktu, dan tempat penelitian yang akan dilakukan. Hal-hal tersebut harus

disepakati oleh calon subjek penelitian jika bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian ini.

35

Universitas Sumatera Utara


3. Surat Pernyataan Kesediaan Berpartisipasi

Surat ini berisikan tentang pernyataan kesediaan calon subjek penelitian

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini yang disertai dengan tanda tangan calon

subjek tersebut.

4. Stroop Test Card

Stroop test card terdiri dari tiga kartu, yaitu Word card, Color card, dan

Color Word card. Stroop test card ini berukuran kertas HVS tipe A4 dan ketiga

kertasnya dilaminating untuk menghindari kerusakan pada kartu tersebut.

I. Alat Ukur

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur untuk mengukur

working memory, yaitu Stroop Test. Stroop test merupakan tes yang digunakan

untuk mengukur salah satu aspek dari working memory, yaitu central executive.

Central executive merupakan inti dari working memory (Baddeley, 2003b;

Torgesen, 1996; Dehn, 2011). Central executive bertanggung jawab untuk

mengendalikan tiga aspek working memory lainnya, mengatur dan

mengkoordinasikan semua proses kognitif yang terlibat dalam kinerja working

memory, seperti mengontrol atensi, memilih strategi, dan mengintegrasikan

informasi dari beberapa sumber yang berbeda. Perbedaan individual dalam

working memory terutama ditentukan oleh central executive (Dehn, 2011). Stroop

Test merupakan tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan

memusatkan perhatian (focus attention) dan menghambat overlearned responses

atau informasi yang irrelevant (Dehn, 2011). Stroop Test dapat mengukur

36

Universitas Sumatera Utara


kemampuan memusatkan perhatian terhadap informasi tugas yang diberikan dan

kemampuan untuk menyeleksi informasi-informasi yang berkaitan dan yang tidak

berkaitan dengan tugas yang diberikan, karena pada saat pemberiannya subjek

harus mendengarkan dengan seksama instruksi yang diberikan oleh tester, yaitu

baca warnanya, bukan tulisannya. Artinya, subjek harus fokus untuk melihat

warna dan menyebutkan warna yang terdapat pada kartu Stroop Test dengan cepat

dan mengabaikan tulisan warnanya. Stroop Test dapat digunakan pada individu

dengan usia 6 sampai 80 tahun (Killian, 1984).

Jensen (1966) menyatakan bahwa Stroop Test terdiri dari tiga kartu, yaitu:

1. Word Card (W)

Kartu pertama ini, terdiri dari 100 kata bertuliskan 5 macam warna: merah,

hijau, ungu, coklat dan biru yang dicetak dengan tinta hitam di atas kertas putih

dan disusun secara acak.

2. Colour Card (C)

Kartu kedua terdiri dari 100 kata bertuliskan 5 macam warna juga, yaitu

merah, hijau, ungu, coklat, dan biru yang dicetak dengan tinta warna sesuai

dengan katanya (kongruen) di atas kertas putih dan disusun secara acak. Jadi, kata

“merah” dicetak dengan tinta “merah”, kata “hijau” dicetak dengan tinta “hijau”,

kata “ungu” dicetak dengan tinta “ungu”, kata “coklat” dicetak dengan tinta

“coklat”, dan kata “biru” dicetak dengan tinta “biru”.

3. Colour-Word Card (CW)

Kartu yang terakhir terdiri atas 100 kata bertuliskan 5 macam warna, yaitu

merah, hijau, ungu, coklat, dan biru yang dicetak dengan tinta warna yang tidak

37

Universitas Sumatera Utara


sesuai dengan katanya (inkongruen), misal kata “merah” dicetak dengan tinta

“hijau”, kata “hijau” dicetak dengan tinta “ungu”, dan sebagainya. Kata-kata

tersebut dicetak di atas kertas putih dan disusun secara acak.

J. Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur

1. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas merupakan konsistensi suatu alat ukur dari waktu ke waktu,

sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2015).

Koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai dengan 1.00. Semakin mendekati

angka 1.00 nilai koefisien suatu alat ukur, maka semakin reliabel alat ukur

tersebut. Golden (1978) melakukan uji reliabilitas terhadap Stroop Test pada 450

orang sampel dan hasilnya menunjukkan bahwa Stroop Test merupakan alat ukur

yang reliable dengan koefisien reliabilitas Word Card sebesar .89, Color Card

sebesar .84 dan Color-Word Card sebesar .73 (Killian, 1984).

2. Validitas Alat Ukur

Validitas merupakan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa

yang ingin diukur (Field, 2009). Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki

validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menghasilkan data yang relevan dengan

tujuan pengukuran (Azwar, 2015). Azwar (2013) menyatakan bahwa koefisien

validitas yang memuaskan berkisar di angka .50 dan koefisian yang tidak

memadai adalah yang kurang dari angka .30.

Hasil uji validitas Stroop Test yang peneliti lakukan adalah Kartu W

(.700), Kartu C (.658), dan Kartu CW (.583). Pengujian dilakukan terhadap 40

38

Universitas Sumatera Utara


orang yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan subjek penelitian ini secara

individual. Artinya, ketiga kartu dari Stroop Test merupakan alat ukur yang valid.

Killian (1984) menyatakan bahwa Stroop Test merupakan alat yang sangat

reliabel dan termasuk ke dalam kategori tes objektif yang valid, tes ini relevan jika

digunakan untuk permasalahan klinis dan eksperimen psikopatologi.

K. Metode Analisis Data

1. Teknik Uji

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data

inferensial yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan dengan pengujian

hipotesis (Azwar, 2013). Eksperimen ini menguji hipotesa komparasi dengan

desain between subject two independent group, yaitu penelitian yang melibatkan

dua kelompok yang saling tidak berhubungan atau independen (Myers, 2012).

Sehingga, metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesa adalah

dengan menggunakan teknik analisis komparasi uji t sampel independen jika uji

asumsi terpenuhi (parametrik), dan dengan Mann-Whitney U, jika uji asumsi tidak

terpenuhi (non-parametrik).

Uji asumsi dilakukan dengan menguji normalitas dan homogenitas data.

Uji normalitas dilakukan guna mengetahui apakah data sampel sudah terdistribusi

secara normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan tes Shapiro-Wilk. Uji homogenitas dilakukan untuk

mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang homogen,

39

Universitas Sumatera Utara


yaitu berasal dari kelompok yang variannya sama. Suatu data dikatakan normal

dan homogen ketika p > α (.05).

Data yang diperoleh akan diinput ke program SPSS (Statistical Packages

for Social Science) versi 17 untuk dianalisis. Penggunaan SPSS ini dimaksud

untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data.

2. Rumusan Hipotesis Nol

Hipotesis nol merupakan hipotesis yang diuji, karena hipotesis nol

merupakan hipotesis yang tidak diharapkan peneliti untuk diterima (Sugiono,

2008). Hipotesis nol dalam penelitian ini adalah working memory kelompok

eksperimen, kelompok remaja yang mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan

menggunakannya selama tujuh hari sama dengan working memory kelompok

kontrol, kelompok remaja yang tidak mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan

tidak menggunakannya.

3. Tingkat Kepercayaan dan Kriteria Penolakan

Taraf signifikansi (α) yang digunakan peneliti dalam eksperimen ini

adalah 5%, atau dengan tingkat kepercayaannya adalah .05. Ho ditolak jika p < α

(.05). Menolak hipotesa secara statistik berarti megandung implikasi untuk

menerima adanya pegaruh dari penggunaan mind mapping yang diberikan dalam

eksperimen. Menolak hipotesa atas dasar taraf signifikansi 5% sama halnya

dengan menyatakan bahwa jika eksperimen-eksperimen sejenis dilakukan 100

kali, maka 95 eksperimen akan menunjukkan working memory kelompok

eksperimen, kelompok siswa yang mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan

menggunakannya selama tujuh hari lebih baik dari kelompok kontrol, kelompok

40

Universitas Sumatera Utara


siswa yang tidak mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan tidak

menggunakannya (Sugiono, 2008).

41

Universitas Sumatera Utara


42

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan diuraikan mengenai analisa data yang berisikan gambaran

subjek penelitian dan hasil penelitian dan pembahasan yang membahas mengenai

analisa dari data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.

A. Analisa Data

1. Gambaran Subjek Penelitian

Jumlah seluruh subjek dalam penelitian ini adalah 48 orang remaja yang

bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu Kisaran kelas VII A

dan VII B yang berusia antara 12 sampai 13 tahun. Partisipan disebar ke dalam

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol melalui random assignment.

Kelompok Eksperimen berjumlah 24 orang dan Kelompok Kontrol juga

berjumlah 24 orang. Pada hari pertama eksperimen, yaitu saat pemberian pretest

jumlah remaja di Kelompok Kontrol berjumlah 31 orang dan di Kelompok

Eksperimen 30 orang. Sedangkan pada hari terakhir eksperimen, yaitu saat

pemberian posttest jumlah remaja di Kelompok Kontrol tersisa 24 orang dan di

Kelompok Eksperimen tersisa 24 orang.

Tabel 1. Proporsi Jumlah Subjek Penelitian Pada Pretest dan Posttest antara
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Kelompok
(Pretest) (Pretest) (Posttest) (Posttest)
Kontrol 31 50.82% 24 50%

Eksperimen 30 49.18% 24 50%

Total 61 100% 48 100%

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 1. di atas dapat diketahui bahwa pada masing-masing

kelompok subjek, kontrol dan eksperimen mengalami kemortalan subjek. Pada

kelompok kontrol terdapat 7 orang subjek mortal dan pada kelompok eksperimen

terdapat 6 orang subjek mortal.

a. Gambaran Kelompok Eksperimen Berdasarkan Skor Working memory

Tabel 2. Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen


Min Max Mean SD
Pretest 51 296 112.83 48.285
Posttest 44 168 71.67 24.316

Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor working

memory kelompok eksperimen pada saat pretest adalah 112.83 detik dengan skor

tercepat adalah 51 detik dan skor terlama adalah 296 detik. Sedangkan pada saat

posttest rata-rata skor working memory kelompok eksperimen adalah 71.67 detik

dengan skor tercepat adalah 44 detik dan skor terlama adalah 168 detik.

b. Gambaran Kelompok Kontrol Berdasarkan Tingkat Working memory

Tabel 3. Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol


Min Max Mean SD
Pretest 56 146 100.38 25.124
Posttest 50 173 82.38 27.653

Berdasarkan tabel 3. di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor working

memory kelompok kontrol pada saat pretest adalah 100.83 detik dengan skor

tercepat adalah 56 detik dan skor terlama adalah 146 detik. Sedangkan pada saat

43

Universitas Sumatera Utara


posttest rata-rata skor working memory kelompok kontrol adalah 82.38 detik

dengan skor tercepat adalah 50 detik dan skor terlama adalah 173 detik.

2. Hasil Penelitian

a. Hasil Uji Asumsi Data Penelitian

Pengujian asumsi dilakukan guna mengetahui bagaimana distribusi data

penelitian, apakah terdistribusi secara normal dan apakah homogen. Pengujian

asumsi dilakukan guna mengetahui teknik analisis apa yang akan digunakan untuk

menganalisis data yang telah diperoleh, non parametrik atau parametrik. Teknik

uji parametrik dilakukan jika kedua asumsi (normalitas dan homogenitas) telah

terpenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka pengujian akan dilakukan secara non

parametrik.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data penelitian

terdistribusi secara normal. Data dikatakan terdistribusi normal apabila

signifikansi atau nilai p > α (.05). Pengujian normalitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan tes Shapiro-Wilk dan dengan bantuan aplikasi

SPSS versi 17. Hasil pengujian normalitas data kedua kelompok (eksperimen dan

kontrol) dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4. berikut.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas


Kelompok Nilai Signifikansi Keterangan
Eksperimen .075 Terdistribusi Normal
Kontrol .894 Terdistribusi Normal

44

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4. di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikasi pada

kelompok eksperimen adalah .075 > .05 yang artinya sebaran data tersebut

terdistribusi secara normal dan nilai signifikansi pada kelompok kontrol adalah

.894 > .05 artinya sebaran data kelompok kontrol juga terdistribusi secara normal.

Dengan demikian satu asumsi telah terpenuhi untuk dapat menggunakan uji

parametrik.

2) Uji Homogenitas Varians

Uji homogeitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel (eksperimen dan kontrol) berasal dari populasi yang memiliki

varians yang sama (Field, 2009). Dengan kata lain, uji homogenitas dilakukan

untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dalam penelitian ini bersifat

homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene

Test dan dibantu dengan aplikasi SPSS versi 17. Suatu data dikatakan homogen

ketika nilai signifikansi atau nilai p > .05. Berikut ini merupakan hasil uji

homogenitas data gain score stroop test yang telah peneliti proleh dalam

penelitian ini.

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas


Levene Statistic df1 df2 Nilai Signifikansi Keterangan
3.420 1 46 .071 Homogen

Berdasarkan tabel 5. di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi data

gain score stroop test adalah .071 > .05, artinya data tersebut bersifat homogen,

kedua kelompok sampel (eksperimen dan kontrol) berasal dari populasi yang

memiliki varians yang sama.

45

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji asumsi (uji normalitas dan uji homogenitas varians) yang telah

dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran data terdistribusi

secara normal dan kedua kelompok subjek penelitian (eksperimen dan kontrol)

berasal dari populasi yang memiliki varians yang bersifat homogen. Dengan

demikian, kedua asumsi telah terpenuhi untuk melakukan pengujian hipotesa

menggunakan analisis parametrik. Pengujian hipotesa dalam penelitian ini

menggunakan teknik analisis komparasi independent sample t-test.

b. Hasil Uji Hipotesa Penelitian

Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan perumusan

hipotesa statistik, yaitu:

1) H0: µ1 = µ2, artinya working memory kelompok eksperimen, kelompok

remaja yang mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan menggunakannya

selama tujuh hari sama dengan working memory kelompok kontrol, kelompok

remaja yang tidak mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan tidak

menggunakannya. H0 ditolak jika nilai signifikansi p < 0.05 dengan tarak

kepercayaan 95%.

2) Ha: µ1 ≠ µ2, artinya working memory kelompok eksperimen, kelompok

remaja yang mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan menggunakannya

selama tujuh hari tidak sama dengan (baik lebih cepat ataupun lebih lambat)

working memory kelompok kontrol, kelompok remaja yang tidak

mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan tidak menggunakannya.

Pengujian hipotesa penelitian dilakukan dengan menggunakan uji t sampel

independen. Peneliti membandingkan gain score kelompok eksperimen dengan

46

Universitas Sumatera Utara


gain score kelompok kontrol. Gain score merupakan perbedaan antara skor pada

saat pretest dan posttest masing-masing kelompok. Di bawah ini merupakan tabel

statistik kelompok dan hasil uji perbandingan gain score kedua kelompok.

Tabel 6. Statistik Kelompok


Std. Error
Kelompok N Mean
Mean
Eksperimen 24 41.17 6.182
Kontrol 24 18 3.992

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa kedua kelompok sama-sama mengalami

peningkatan skor working memory, namun jika dilihat lebih jauh lagi kelompok

eksperimen mengalami peningkatan skor working memory yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan hipotesa

penelitian, yaitu Ha: µ1 (41.17) ≠ µ2 (18). Dengan demikian hipotesa penelitian

ini diterima.

Tabel 7. Hasil Uji Independent Sample t-test


Signifikansi
t df
(2-tailed)
-3.148 46 .003

H0 ditolak jika nilai signifikansi p < .05, dari tabel 7. di atas dapat dilihat

bahwa nilai signifikansi p = .003 < .05, artinya H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan

bahwa working memory kelompok eksperimen, kelompok remaja yang

mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan menggunakannya selama tujuh hari

tidak sama dengan (baik lebih cepat ataupun lebih lambat) working memory

kelompok kontrol, kelompok remaja yang tidak mendapatkan pelatihan Mind

47

Universitas Sumatera Utara


Mapping dan tidak menggunakannya dengan rata-rata peningkatan pada

kelompok eksperimen adalah 41.17 dan rata-rata peningkatan pada kelompok

kontrol adalah 18.

c. Effect Size

Field (2008) menyatakan bahwa perhitungan effect size perlu dilakukan

guna mengetahui seberapa besar pengaruh perlakukan yang diberikan terhadap

variabel independen, karena nilai signifikansi tidak dapat menunjukkan hal

tersebut (Field, 2008). Penelitian ini menghitung seberapa besar pengaruh

penggunaan mind mapping yang dilakukan pada saat penelitian eksperimen

terhadap working memory. Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung effect

size.

𝑡!
𝑟=
𝑡 ! + 𝑑𝑓

Keterangan:

r: besarnya pengaruh

t: nilai t hitung yang didapat dari uji t sampel independen (lihat tabel 7.)

df: derajat kebebasan (lihat tabel 7.)

Berdasarkan rumus effect size di atas, berikut ini merupakan hasil

perhitungan effect size dalam penelitian ini.

−3.148!
𝑟=
−3.148! + 46

48

Universitas Sumatera Utara


9.909904
𝑟=
9.909904 + 46

9.909904
𝑟=
55.909904

𝑟 = . 177247738

𝑟 = .421

Nilai r yang didapat dari hasil perhitungan di atas adalah sebesar .421.

Cohen mengkategorisasikan nilai r ke dalam tiga kategori, yaitu kecil, sedang, dan

besar. Berikut ini merupakan tabel kategorisasi nilai r menurut Cohen (Field,

2009).

Tabel 8. Kategorisasi Nilai r Menurut Cohen


Nilai r Pengaruh Keterangan
.10 Kecil 1% dari total varians
.30 Sedang 9% dari total varians
.50 Besar 25% dari total varians

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa besarnya pengaruh penggunaan

mind mapping yang dilakukan pada saat penelitian eksperimen terhadap working

memory adalah sebesar . 421! × 100% = 17.72% dengan pengaruh sedang

terhadap populasi.

B. Pembahasan

Working memory berperan penting dalam kehidupan sehari-hari remaja,

yaitu bekerja untuk menyimpan dan memproses banyaknya informasi yang

49

Universitas Sumatera Utara


diperoleh secara simultan (bersamaan), seperti materi yang diberikan oleh guru,

kata-kata baru, mengasosiasikan dengan informasi yang telah tersimpan, instruksi

pengajar, dan sebagainya (Dehn, 2011). Untuk itu, diperlukan perhatian khusus

terhadap working memory, salah satunya adalah dengan menemukan intervensi

yang dapat meningkatkannya. Dalam penelitian ini, telah dilakukan analisa

pengaruh penggunaan mind mapping terhadap working memory. Mind mapping

dipilih sebagai treatment, karena mind mapping merupakan salah satu bentuk

dalam penggunaan mnemonic (Buzan, 2002). Mnemonic memiliki unsur encoding

dalam penggunaannya yang merupakan fungsi utama dari working memory

(Dehn, 2008).

Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan selama 12 hari (2 hari pretest

dan posttest, 3 hari pelatihan penggunaan mind mapping, dan 7 hari penggunaan

mind mapping) dengan partisipan sebanyak 48 orang menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan working memory yang signifikan antara kelompok eksperimen

yang menggunakan mind mapping dan kelompok kontrol yang tidak

menggunakan mind mapping ditinjau dari gain score kedua kelompok tersebut

dengan nilai p = .0015 < .05. Pengaruh penggunaan mind mapping yang terhadap

working memory adalah sedang dengan persentase sebesar 17.72%. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan mind mapping efektif dalam

meningkatkan working memory secara signifikan. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hipotesa peneliti, yaitu working memory kelompok eksperimen, kelompok

remaja yang mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan menggunakannya selama

50

Universitas Sumatera Utara


tujuh hari lebih baik dari kelompok kontrol, kelompok remaja yang tidak

mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan tidak menggunakannya.

Selain hasil uji hipotesa di atas, bukti lain yang dapat mendukung untuk

diterimanya hipotesa penelitian ini adalah dengan membandingkan nilai rata-rata

gain score dari kedua kelompok penelitian, yakni eksperimen dan kontrol pada

stroop test. Nilai rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh kelompok kontrol.

Perbandingan nilai rata-ratanya adalah kelompok ekperimen memperoleh nilai

rata-rata sebesar 41.17 dan kelompok kontrol dengan nilai rata-rata sebesar 18.00.

Hal ini menunjukkan bahwa working memory pada kelompok eksperimen,

kelompok yang mendapatkan pelatihan mind mapping dan menggunakan mind

mapping lebih baik dibandingkan dengan kemampuan kelompok kontrol yang

tidak mendapatkan pelatihan mind mapping dan tidak menggunakan mind

mapping.

Buzan (2013) mengemukakan bahwa prinsip kerja mind map seperti

sebuat peta kota yang memiliki pusat kota, jalan-jalan utama, jalan-jalan

sekunder, dan terdapat gambar-gambar atau ikon-ikon atau simbol-simbol atau

warna dan nama untuk menandai daerah tertentu. Sama halnya dengan mind

mapping yang memiliki tema utama yang menjadi pusat dari mind mapping,

cabang-cabang utama, cabang-cabang dari cabang utama, terdapat juga warna

atau simbol atau gambar dan keyword di setiap cabangnya. Dengan kata lain,

prinsip kerja mind map adalah mengasosiasikan informasi satu dengan informasi

lain melalui cabang-cabang, warna, keyword, dan gambar sehingga informasi

51

Universitas Sumatera Utara


tersebut dapat terorganisasi dengan baik. Warna, keyword, dan gambar merupakan

bentuk dari encoding suatu informasi untuk dapat disimpan ke dalam memori.

Prinsip kerja mind map yang demikian dapat memudahkan working memory

dalam menjalankan tugas utamanya, yaitu encoding dan mengasosiasikan

informasi yang diterima.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fougnie (2008) tentang

hubungan antara atensi dengan working memory menunjukkan bahwa terdapat

hubungan diantara keduanya. Pada penelitiannya, dikatakan bahwa dibutuhkan

pemusatan perhatian ketika working memory menjalankan tugasnya, yaitu pada

saat encoding, penyimpanan, and manipulasi. Sejalan dengan itu, penelitian yang

dilakukan oleh Jonides (2005) tentang Processes of Working Memory in Mind and

Brain menunjukkan bahwa ketika working memory bekerja membutuhkan

perhatian yang terpusat. Bentuk mind mapping yang terpusat, berwarna-warni,

dan bergambar akan memudahkan kita dalam memusatkan perhatian. Hal ini

sesuai dengan salah satu manfaat mind mapping yang dikemukakan oleh Buzan

(2013).

Berdasarkan penjelasan hasil penelitian dan penelitian yang

mendukungnya di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan mind mapping

berpengaruh terhadap working memory. Mind map memiliki prinsip kerja

mengkode dan mengasosiasikan informasi, yang dapat memudahkan working

memory dalam melaksanakan tugasnya dalam melakukan encoding terhadap

informasi. Ketika suatu informasi dapat di-encode dengan baik, maka akan

memudahkan kerja working memory untuk mengambil informasi tersebut kembali

52

Universitas Sumatera Utara


ketika dibutuhkan (retrieval). Selain itu, bentuk mind map yang terpusat pada satu

tema juga akan memudahkan tugas working memory dalam memusatkan

perhatian.

53

Universitas Sumatera Utara


54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data, pengujian data, dan penginterpretasian

data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh penggunaan mind mapping terhadap peningkatan working

memory. Working memory pada kelompok eksperimen, kelompok remaja yang

mendapatkan pelatihan Mind Mapping dan menggunakannya selama tujuh

hari tidak sama dengan kelompok kontrol, kelompok yang tidak mendapatkan

pelatihan Mind Mapping dan menggunakannya selama tujuh hari. Hal ini

dibuktikan melalui perbedaan rata-rata masing-masing kelompok penelitian,

yaitu kelompok ekperimen memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2. Hasil penelitian menunjukkan besarnya pengaruh penggunaan mind mapping

terhadap working memory adalah sedang/medium.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yang berguna bagi

perkembangan penelitian mengenai penggunaan mind mapping terhadap working

memory mencakup saran praktis dan saran metodologis.

Universitas Sumatera Utara


1. Saran Metodologis

a. Penambahan jumlah sampel agar dapat lebih terlihat pengaruh yang dihasilkan

oleh treatment dan sebagai bentuk strategi untuk menghindari kekurangan

sampel ketika terjadi mortalitas pada sampel.

b. Penelitian eksperimen tidak terlepas dari bantuan orang lain dalam

pelaksanaannya. Penelitian yang peneliti lakukan telah dibantu oleh beberapa

orang yang menjalankan masing-masing perannya, namun demikian alangkah

lebih baik lagi jika penambahan jumlah orang untuk membantu terlaksananya

penelitian eksperimen yang serupa. Seperti dalam penelitian ini, peneliti

merasa kekurangan jumlah tester.

c. Pada saat melakukan try out modul eksperimen, sebaiknya dilakukan dengan

sebenar-benarnya, agar pada saat pelaksanaan agar dapat memprediksi dengan

baik hal-hal yang mungkin akan terjadi, seperti waktu yang tidak sesuai

dengan yang tertera pada modul misalnya seperti dalam penelitian yang

peniliti lakukan.

2. Saran Praktis

Strategi mind mapping dapat digunakan sebagai strategi untuk

meningkatkan working memory yang sesuai dengan remaja. Sehingga remaja

dapat dengan mudah mengingat informasi-informasi penting dalam kehidupan

sehari-harinya.

55

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ariesiani, E. (2010). Efektivitas Mind Mapping dalam Meningkatkan Ingatan


Terhadap Materi Pelajaran IPA. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi,
Universitas Katolik Soegijapranata.
Ashby, F.G., Isen, A.M. dan Turken, U. (1999) A Neuropsychological Theory of
Positive Affect and Its Influence on Cognition. Psychological Review, 106,
No. 3 . 529-550.
Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan Validitas. (4 ed). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Buzan, T. (2002). Use Your Perfect Memory: Teknik Optimalisasi Daya Ingat.
Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Buzan, T. (2003). Use Both Sides of Your Brain: Teknik Pemetaan Kecerdasan
dan Kreativitas Pikiran, Temuan Terkini tentang Otak Manusia.
Yogyakarta: Ikon Teralitera.
Buzan, T. (2013). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Daghistan, B.I.A.M. (2016). Mind Maps to Modify Lack of Attention among


Saudi Kindergarten Children. International Education Studies; Vol. 9, No.
4. Kanada: Canadian Center of Science and Education.
Dehn, M.J. (2011). Working Memory and Academic Learning: Assessment and
Intervention. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Field, A. (2009). Discovering Statistics Using SPSS. (2!" ed.). London: Sage.
Field, A. & Hole, G. (2008). How to Design and Report Experiments. London:
Sage.
Fougnie, D. (2008). The Relationship between Attention and Working Memory.
In: New Research on Short-Term Memory, Chapter 1 Nova. Science
Publishers, Inc.
Garrett, B. (2003). Brain and Behavior. USA: Wadsworth Thomson Learning,
Inc.
Gathercole, S.E. & Alloway, T.P. (2007). Understanding Working Memory: A
Classroom Guide. UK: Harcourt Assessment.
Herrmann, D.J. (2001). Daya Ingat Super: Program Kilat Penyempurnaan Daya
Ingat. Jakarta: Delapratasa Publishing.

56

Universitas Sumatera Utara


Indianto, A. (2015). Kiat-Kiat Mempertajam Daya Ingat: Hafalan Pelajaran.
Yogyakarta: Diva Press.
Jensen, A.R, & Rohwer, W.D. (1966). The Stroop Color-Word Test: A Review.
Acta Psychologica, 25, 36-93.
Jonides, J., Lacey, S.C., dan Nee D.E. (2005). Processes of Working Memory in
Mind and Brain. American Psychological Society, 14, 1-4
Killian, G.A. (1984). Stroop Color and Word Test. Chicago, Illnois: Stoelting
Company.
King, L. A. (2012). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Latipun. (2011). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Matlin, M.W. (2005). Cognition. (6 ed.). USA: Jhon Wiley Sons, Inc.

Myers, A. & Hansen, C. (2012). Experimental Psychology. (7!! ed.). USA:


Wadsworth Cengage Learning.

Papalia, D, E., Olds, S, W., & Feldman, R, D. (2007). Human Development (10th
ed.). NY: McGraw Hill.

Plotnik, R. (2005). Introduction to Psychology. (7!! ed.). USA: Wadsworth


Thomson Learning, Inc.

Reed, S.K. (2011). Cognition Theory and Applications. (7!! ed.). Jakarta:
Salemba Humanika.
Santrock, J.W. (2011). Psikologi Pendidikan. (2 ed.). Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Santrock, J.W. (2009). Life-Span Development. (12!! ed). New York: McGraw-
Hill.
Solso, R.L., Maclin, O. H., & Maclin, M.K. (2007). Psikologi Kognitif. (8 ed.).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Swadarma, D. (2013). Penerapan Mind Mapping dalam Kurikulum
Pembelajaran. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Wade, C. & Tavris, C. (2007). Psikologi. (9 ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.

57

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai