Anda di halaman 1dari 98

KEEFEKTIFAN REMEDIAL TEACHING BERBASIS

ASESMEN DIAGNOSTIK PADA PENCAPAIAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA DALAM MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Akhmad Nur Rizki

4101412008

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016
ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat dan apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 14 April 2016

Akhmad Nur Rizki


4101412008

iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Keefektifan Remedial Teaching Berbasis Asesmen Diagnostik pada
Pencapaian Hasil Belajar Matematika Siswa dalam Model Pembelajaran
Inkuiri
disusun oleh
Akhmad Nur Rizki
4101412008
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada
tanggal 14 April 2016.

Panitia:
Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt Drs. Arief Agoestanto, M.Pd
NIP. 196412231988031001 NIP. 196807221993031005

Ketua Penguji

Drs. Amin Suyitno, M.Pd


NIP. 195206041976121001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/


Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Kartono, M.Si Drs. Suhito, M.Pd


NIP. 195602221980031002 NIP. 195311031976121001

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
2. Berusaha dengan hati yang ikhlas, berpikir dengan otak yang jernih, dan bekerja
dengan jiwa yang tangguh merupakan satu kesatuan proses menuju kesuksesan.

PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku peruntukkan kepada:
1. ALLAH SWT yang selalu memberikan Nikmat,
Rahmat dan Karunia-Nya dalam setiap langkah
hidup dan perjuanganku.
2. Kedua orang tua tercinta, Bapak Tohir dan Ibu
Juweriyah yang tidak pernah letih memberikan
doa, motivasi, dan semangat di setiap langkahku.
3. Uswatun Khasanah yang selalu memberikan
motivasi bantuan, dukungan, dan semangat.
4. Teman-teman seperjuangan Pendidikan
Matematika Angkatan 2012
5. Almamaterku.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat. rahmat, dan karunia-Nya

sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan Remedial

Teaching Berbasis Asesmen Diagnostik Pada Pencapaian Hasil Belajar Matematika

Siswa dalam Model Pembelajaran Inkuiri” tepat waktu.

Skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan karena dukungan, bantuan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Arief Agoestanto, M.Pd., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Prof. Hardi Suyitno M.Pd., Dosen Wali yang telah memberikan arahan dan

motivasi.

5. Prof. Kartono, M.Si., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Drs. Suhito, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan saran kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

7. Drs. Catonggo Sulistiyo., Kepala Sekolah sekaligus Guru Matematika SMP

Negeri 22 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu

terlaksananya penelitian ini.

vi
8. Drs. Agus Prambudi., Guru Matematika SMP Negeri 22 Semarang yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

9. Segenap guru, staf, dan karyawan SMP Negeri 22 Semarang yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

10. Siswa kelas VIII A, VIII B, VIII F, VIII G, dan VIII H SMP Negeri 22 Semarang

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

11. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang tiada ternilai

harganya selama belajar di FMIPA Universitas Negeri Semarang.

12. Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan saran perbaikan.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan, motivasi, dan doa kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Terima kasih.

Semarang, 14 April 2016

Penulis

vii
ABSTRAK

Rizki, Akhmad Nur. 2016. Kefektifan Remedial Teaching Berbasis Asesmen


Diagnostik Pada Pencapaian Hasil Belajar Matematika Siswa dalam Model
Pembelajaran Inkuiri. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahun Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Kartono,
M.Si dan Pembimbing Pendamping Drs. Suhito, M.Pd.

Kata Kunci : Remedial Teaching, Asesmen Diagnostik, Pemahaman Konsep,


Inkuiri

Hasil belajar matematika siswa secara umum masih tergolong rendah. Guru
masih menjadi pusat informasi dan siswa hanya sebagai pendengar. Akibatnya, hasil
belajar siswa berkembang dengan baik. Asesmen diagnostik merupakan asesmen
yang digunakan untuk mendeteksi kelemahan dan kesalahan yang dialami oleh siswa.
Model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang menuntut siswa dengan
bantuan guru menemukan sendiri konsep matematika. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keefektifan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik pada
pencapaian hasil belajar matematika siswa dalam model inkuiri, dalam hal ini ranah
hasil belajar yang diteliti adalah ranah kognitif.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP
Negeri 22 Semarang tahun pelajaran 2015/2016. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Dengan teknik tersebut
diperoleh empat kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII A dengan perlakuan
remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri,
kelas VIII B dengan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model
pembelajaran konvensional, kelas VIII G dengan model pembelajaran inkuiri tanpa
asesmen diagnostik, dan kelas VIII H dengan model pembelajaran konvensional
tanpa asesmen diagnostik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,
tes tertulis, dan wawancara. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji
proporsi, uji kesamaan rata-rata, uji anava desain faktorial dan uji lanjut scheffe.
Hasil analisis data akhir menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
matematika kelas eksperimen dengan perlakuan remedial teaching berbasis asesmen
diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri sebagai kelas eksperimen 1 lebih dari
75, proporsi siswa kelas eksperimen 1 yang mencapai KKM individual lebih dari
75%, rata-rata hasil belajar matematika pada remedial teaching berbasis asesmen
diagnostik lebih dari remedial teaching tidak berbasis asesmen diagnostik, rata-rata
hasil belajar matematika model pembelajaran inkuiri lebih dari model pembelajaran
kovensional, dan rata-rata kemampuan eksperimen 1 lebih dari rata-rata hasil belajar
matematika kelas eksperimen yang lain.
Pada penelitian ini disimpulkan bahwa perlakuan remedial teaching berbasis
asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri efektif terhadap hasil belajar
matematika siswa.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

PERNYATAAN .........................................................................................................iii

PENGESAHAN .........................................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................v

KATA PENGANTAR ...............................................................................................vi

ABSTRAK .................................................................................................................viii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................................9

1.3 Fokus Penelitian ...................................................................................................9

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................................10

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................................10

1.6 Manfaat Penelitian ...............................................................................................11

1.6.1 Manfaat Bagi Siswa .......................................................................................11

1.6.2 Manfaat Bagi Guru .........................................................................................11

1.6.3 Manfaat Bagi Sekolah ....................................................................................11

1.6.4 Manfaat Bagi Peneliti .....................................................................................12

ix
1.7 Penegasan Istilah ..................................................................................................12

1.7.1 Keefektifan .....................................................................................................12

1.7.2 Remedial Teaching .........................................................................................14

1.7.3 Asesmen Diagnostik ......................................................................................15

1.7.4 Hasil Belajar Matematika ...............................................................................15

1.7.5 Model Pembelajaran.......................................................................................16

1.7.6 Model Pembelajaran Inkuiri...........................................................................16

1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................................................17

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................18

2.1 Landasan Teori .....................................................................................................18

2.1.1 Asesmen Diagnostik ......................................................................................18

2.1.1.1 Pengertian Asesmen .......................................................................................18

2.1.1.2 Tujuan Asesmen .............................................................................................20

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Asesmen ................................................................................20

2.1.1.4 Pengertian Diagnostik ....................................................................................21

2.1.1.5 Pengertian Asesmen Diagnostik ....................................................................21

2.1.1.6 Langkah-langkah Penyusunan Tes Diagnostik ..............................................23

2.1.2 Remedial Teaching .........................................................................................27

2.1.3 Fungsi Pembelajaran Remedial (Remedial Teaching) ...................................30

2.1.4 Belajar dan Pembelajaran ...............................................................................31

2.1.4.1 Pengertian Belajar ..........................................................................................31

2.1.4.2 Unsur-unsur Belajar .......................................................................................32

2.1.4.3 Faktor Pendorong untuk Belajar ....................................................................33

x
2.1.4.4 Pengertian Belajar Tuntas ..............................................................................34

2.1.4.5 Prinsip-prinsip Belajar Tuntas........................................................................35

2.1.4.6 Kriteria Belajar Tuntas ...................................................................................35

2.1.4.7 Keunggulan dan Kelemahan Belajar Tuntas ..................................................36

2.1.4.8 Pengertian Pembelajaran ................................................................................37

2.1.4.9Tujuan Pembelajaran .......................................................................................38

2.1.5 Teori Belajar...................................................................................................39

2.1.5.1 Teori Belajar Piaget........................................................................................39

2.1.5.2 Teori Belajar Vigotsky ...................................................................................41

2.1.5.3 Teori Belajar Bruner ......................................................................................42

2.1.5.4 Teori Belajar James H Block .........................................................................44

2.1.5.5 Teori Belajar Van Hiele .................................................................................45

2.1.6 Hasil Belajar ...................................................................................................45

2.1.6.1 Pemahaman Konsep .......................................................................................46

2.1.6.2 Penalaran dan Komunikasi Matematis ...........................................................47

2.1.6.3 Pemecahan Masalah .......................................................................................47

2.1.7 Pembelajaran Matematika ..............................................................................48

2.1.8 Model Pembelajaran Inkuiri...........................................................................49

2.1.8.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri.........................................................49

2.1.8.2 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri ..............................................................52

2.1.8.3 Sistem Pendukung Model Pembelajari Inkuiri ..............................................54

2.1.8.4 Prinsip Reaksi (Principle of Reaction) Model Pembelajaran Inkuiri.............54

2.1.8.5 Sistem Sosial (Sosial System) Model Pembelajaran Inkuiri ..........................55

xi
2.1.8.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri ............................55

2.2 Kerangka Berpikir ................................................................................................56

2.3 Hipotesis...............................................................................................................60

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................61

3.1 Metode Penentuan Objek Penelitian ....................................................................61

3.1.1 Jenis Penelitian ...............................................................................................61

3.1.2 Populasi ..........................................................................................................61

3.1.3 Sampel ............................................................................................................62

3.2 Variabel Penelitian ...............................................................................................63

3.3 Desain Penelitian ..................................................................................................63

3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................67

3.4.1 Metode Dokumentasi .....................................................................................68

3.4.2 Metode Tes .....................................................................................................68

3.4.3 Metode Wawancara ........................................................................................69

3.5 Instrumen Penelitian.............................................................................................70

3.5.1 Validitas Tes...................................................................................................72

3.5.1.1 Validitas Logis ...............................................................................................72

3.5.1.2 Validitas Item .................................................................................................73

3.5.2 Reliabilitas Tes ...............................................................................................74

3.5.3 Daya Pembeda Tes .........................................................................................74

3.5.4 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes .................................................................75

3.6 Analisis Data Awal ..............................................................................................76

3.6.1 Uji Normalitas ................................................................................................76

xii
3.6.2 Uji Kesamaan Varians (Homogenitas) ..........................................................77

3.6.3 Uji Kesamaan Rata-rata (ANOVA) ...............................................................78

3.7 Analisis Data Akhir ..............................................................................................80

3.7.1 Uji Normalitas ................................................................................................80

3.7.2 Uji Kesamaan Varians (Homogenitas) ..........................................................81

3.7.3 Uji Rata-rata Satu Sampel ..............................................................................82

3.7.4 Uji Proporsi Satu Sampel ...............................................................................83

3.7.5 Uji Anava Desain Faktorial............................................................................84

3.7.6 Uji Lanjut Scheffe...........................................................................................89

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................91

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................................91

4.1.1 Proses Penelitian ............................................................................................91

4.1.2 Deskripsi Penelitian .......................................................................................93

4.2 Hasil Uji Coba Instrumen.....................................................................................95

4.2.1 Uji Validitas Instrumen ..................................................................................95

4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen ..............................................................................95

4.2.3 Uji Tingkat Kesukaran ...................................................................................96

4.2.4 Uji Daya Pembeda..........................................................................................96

4.3 Pengujian Data Awal............................................................................................98

4.3.1 Uji Normalitas Data Awal ..............................................................................98

4.3.2 Uji Homogenitas Data Awal ..........................................................................99

4.3.3 Uji Kesamaan Rata-rata ............................................................................... 100

4.4 Deskripsi Statistik .............................................................................................. 101

xiii
4.4.1 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa pada Remedial Teaching

Berbasis Asesmen Diagnostik dalam Model Pembelajaran Inkuiri ............. 101

4.4.2 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa pada Remedial Teaching

Berbasis Asesmen Diagnostik dalam Model Pembelajaran Konvensional.. 103

4.4.3 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa pada Remedial Teaching

Tidak Berbasis Asesmen Diagnostik dalam Model Pembelajaran Inkuiri... 105

4.4.4 Deskripsi Statistik Hasil Belajar Matematika Siswa pada Remedial Teaching

Tidak Berbasis Asesmen Diagnostik dalam Model Pembelajaran

Konvensional ............................................................................................... 107

4.5 Pengujian Pra Syarat Analisis ............................................................................ 109

4.5.1 Uji Normalitas .............................................................................................. 109

4.5.2 Uji Homogenitas .......................................................................................... 110

4.6 Pengujian Hipotesis ............................................................................................ 111

4.6.1 Uji Rata-rata Satu Sampel ............................................................................ 111

4.6.2 Uji Proporsi Kelas Eksperimen .................................................................... 116

4.6.3 Uji Anava Desain Faktorial.......................................................................... 120

4.6.4 Uji Lanjut Scheffe......................................................................................... 124

4.7 Pembahasan ........................................................................................................ 128

4.7.1 Pemberian Materi ......................................................................................... 129

4.7.2 Tes Diagnostik ............................................................................................. 130

4.7.3 Wawancara ................................................................................................... 132

4.7.4 Remedial Teaching ....................................................................................... 146

4.7.5 Tes Akhir Hasil Belajar Matematika ........................................................... 152

xiv
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 170

5.1 Simpulan ............................................................................................................ 170

5.2 Saran ................................................................................................................... 171

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 173

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1 Desain Penelitian Anava Desain Faktorial...........................................64

Tabel 3.3.2 Desain Penelitian Hasil Belajar Matematika .......................................64

Tabel 3.5.1 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Tes ...................................................76

Tabel 3.6.1 Tabel Ringkasan One Way Anova .......................................................80

Tabel 3.7.1 Ringkasan Anava Desain Faktorial ......................................................89

Tabel 4.2.1 Ringkasan Hasil Analisis Butir Soal Tes Hasil Belajar Matematika ......97

Tabel 4.3.1 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ...........................98

Tabel 4.3.2 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ........................99

Tabel 4.4.1 Deskripsi Statistik Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada

Kelompok Eksperimen 1 ..................................................................... 101

Tabel 4.4.2 Cumulative Frequency Data Hasil Belajar Matematika pada Kelas

Eksperimen 1 ....................................................................................... 102

Tabel 4.4.3 Deskripsi Statistik Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada

Kelompok Eksperimen 2 ..................................................................... 103

Tabel 4.4.4 Cumulative Frequency Data Hasil Belajar Matematika pada Kelas

Eksperimen 2 ....................................................................................... 104

Tabel 4.4.5 Deskripsi Statistik Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada

Kelompok Eksperimen 3 ..................................................................... 105

Tabel 4.4.6 Cumulative Frequency Data Hasil Belajar Matematika pada Kelas

Eksperimen 3 ....................................................................................... 106

xvi
Tabel 4.4.7 Deskripsi Statistik Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada

Kelompok Eksperimen 4 ..................................................................... 107

Tabel 4.4.8 Cumulative Frequency Data Hasil Belajar Matematika pada Kelas

Eksperimen 4 ....................................................................................... 108

Tabel 4.4.9 Deskripsi Statistik Data Hasil Belajar Matematika Siswa pada Seluruh

Kelompok Sampel ............................................................................... 109

Tabel 4.5.1 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika .............. 110

Tabel 4.5.2 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Matematika ............ 111

Tabel 4.6.1 Deskripsi Statistik Kelompok Eksperimen ........................................ 113

Tabel 4.6.2 Ringkasan Hasil Uji Rata-rata Satu Sampel Pihak Kiri Hasil Belajar

Matematika .......................................................................................... 115

Tabel 4.6.3 Proporsi Ketuntasan Kelas Eksperimen ............................................. 117

Tabel 4.6.4 Ringkasan Hasil Uji Proporsi Satu Sampel Pihak Kiri Hasil Belajar

Matematika .......................................................................................... 119

Tabel 4.6.5 Ringkasan Analisis Varians Desain Faktorial .................................... 122

Tabel 4.6.6 Ringkasan Rataan Antar Sel dan Rataan Marginal ............................ 124

Tabel 4.7.1 Rata-rata Hasil Tes Diagnostik atau Tes Formatif Kelompok

Eksperimen .......................................................................................... 131

Tabel 4.7.2 Hasil Uji Scheffe antara Kelompok Eksperimen 1 dengan Kelompok

Eksperimen yang Lain ......................................................................... 165

Tabel 4.7.3 Ringkasan Rata-rata Hasil Belajar Matematika ................................. 166

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Skema Desain Penelitian ...................................................................59

Gambar 4.7.1 Penggalan Pekerjaan Siswa A-18 Tes Diagnostik 3 ....................... 133

Gambar 4.7.2 Penggalan Pekerjaan Siswa B-13 Tes Diagnostik 2........................ 134

Gambar 4.7.3 Penggalan Pekerjaan Siswa A-13 Tes Diagnostik 3 ....................... 135

Gambar 4.7.4 Penggalan Pekerjaan Siswa A-14 Tes Diagnostik 3 ....................... 136

Gambar 4.7.5 Penggalan Pekerjaan Siswa B-27 Tes Diagnostik 3........................ 137

Gambar 4.7.6 Penggalan Pekerjaan Siswa A-4 Tes Diagnostik 3 ......................... 139

Gambar 4.7.7 Penggalan Pekerjaan Siswa A-15 Tes Diagnostik 3 ....................... 140

Gambar 4.7.8 Penggalan Pekerjaan Siswa A-31 Tes Diagnostik 3 ....................... 141

Gambar 4.7.9 Penggalan Pekerjaan Siswa B-3 Tes Diagnostik 3.......................... 142

Gambar 4.7.10 Penggalan Pekerjaan Siswa B-29 Tes Diagnostik 2....................... 144

Gambar 4.7.11 Penggalan Pekerjaan Siswa B-11 Tes Diagnostik 3....................... 145

Gambar 4.7.12 Penggalan Pekerjaan Siswa A-18 Tes pasca remedial ................... 147

Gambar 4.7.13 Penggalan Pekerjaan Siswa B-13 Tes pasca remedial ................... 148

Gambar 4.7.14 Penggalan Pekerjaan Siswa A-13 Tes pasca remedial ................... 148

Gambar 4.7.15 Penggalan Pekerjaan Siswa A-14 Tes pasca remedial ................... 149

Gambar 4.7.16 Penggalan Pekerjaan Siswa B-27 Tes pasca remedial ................... 149

Gambar 4.7.17 Penggalan Pekerjaan Siswa A-4 Tes pasca remedial ..................... 150

Gambar 4.7.18 Penggalan Pekerjaan Siswa A-31 Tes pasca remedial ................... 150

Gambar 4.7.19 Penggalan Pekerjaan Siswa B-3 Tes pasca remedial ..................... 151

xviii
Gambar 4.7.20 Penggalan Pekerjaan Siswa B-29 Tes pasca remedial ................... 151

Gambar 4.7.19 Penggalan Pekerjaan Siswa B-11 Tes pasca remedial ................... 152

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII ............................................................ 180

Lampiran 2. Daftar Nilai Akhir Semester Gasal SMP Negeri 22 Semarang Tahun

Ajaran 2015/2016 Kelas VIII ................................................................. 184

Lampiran 3. Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII A ............................................. 188

Lampiran 4. Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII B ............................................. 190

Lampiran 5. Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII G ............................................. 192

Lampiran 6. Uji Normalitas Data Awal Kelas VIII H ............................................. 194

Lampiran 7. Uji Homogenitas Data Awal................................................................ 196

Lampiran 8. Uji One Way Anava Data Awal Kelas VIII A, Kelas VIII B, Kelas VIII

G, dan Kelas VIII H ............................................................................... 198

Lampiran 9 Kisi-kisi Tes Uji Coba .......................................................................... 200

Lampiran 10. Soal Tes Uji Coba .............................................................................. 205

Lampiran 11. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Uji Coba Hasil Belajar

Matematika............................................................................................. 211

Lampiran 12. Daftar Nama Siswa Kelompok Uji Coba Tes Kelas VIII F .............. 221

Lampiran 13. Analisis Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika .............................. 222

Lampiran 14. Perhitungan Validitas Butir Soal Nomor 1 ........................................ 225

Lampiran 15. Perhitungan Reliabilitas Tes Uji Coba .............................................. 228

Lampiran 16. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal Nomor 1 ........................... 230

Lampiran 17. Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal Nomor 1 .............................. 232

Lampiran 18. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Matematika............................................. 235

xx
Lampiran 19. Tes Hasil Belajar Matematika ........................................................... 240

Lampiran 20. Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar Matematika .......................... 246

Lampiran 21. Nilai Hasil Tes Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen ... 256

Lampiran 22. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

1 .............................................................................................................. 260

Lampiran 23. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

2 .............................................................................................................. 263

Lampiran 24. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

3 .............................................................................................................. 266

Lampiran 25. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

4 .............................................................................................................. 269

Lampiran 26. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Matematika ............................. 272

Lampiran 27. Uji Rata-rata Satu Sampel Kelas Eksperimen 1 ................................ 274

Lampiran 28. Uji Rata-rata Satu Sampel Kelas Eksperimen 2 ................................ 276

Lampiran 29. Uji Rata-rata Satu Sampel Kelas Eksperimen 3 ................................ 278

Lampiran 30. Uji Rata-rata Satu Sampel Kelas Eksperimen 4 ................................ 280

Lampiran 31. Uji Proporsi Kelas Eksperimen 1 ...................................................... 282

Lampiran 32. Uji Proporsi Kelas Eksperimen 2 ...................................................... 284

Lampiran 33. Uji Proporsi Kelas Eksperimen 3 ...................................................... 286

Lampiran 34. Uji Proporsi Kelas Eksperimen 4 ...................................................... 288

Lampiran 35. Uji Anava Desain Faktorial ............................................................... 290

Lampiran 36. Uji Lanjut Scheffe ............................................................................. 297

Lampiran 37. Silabus Pembelajaran ......................................................................... 304

xxi
Lampiran 38. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Remedial Teaching

Berbasis Asesmen Diagnostik (Eksperimen 1) pertemuan 1 ................. 306

Lampiran 39. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional dengan Remedial

Teaching Berbasis Asesmen Diagnostik (Eksperimen 2) pertemuan 1 . 318

Lampiran 40. Kisi-kisi Tes Diagnostik 1 ................................................................. 330

Lampiran 41. Tes Pasca Remedial 1 ........................................................................ 332

Lampiran 42. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Pasca Remedial 1 ...... 333

Lampiran 43. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri (Eksperimen 3) pertemuan

1 .............................................................................................................. 334

Lampiran 44. Rencana Pelaksaan Pembelajaran Konvensional (Eksperimen 4)

pertemuan 1 ............................................................................................ 342

Lampiran 45. Kisi-kisi Tes Formatif 1 ..................................................................... 350

Lampiran 46. Lembar Kerja Peserta Didik 1 ........................................................... 352

Lampiran 47. Kunci Jawaban Lembar Jawab Peserta Didik 1................................. 357

Lampiran 48. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Remedial Teaching

Berbasis Asesmen Diagnostik (Eksperimen 1) pertemuan 2 dan 3 ....... 362

Lampiran 49. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional dengan Remedial

Teaching Berbasis Asesmen Diagnostik (Eksperimen 2) pertemuan 2 dan

3 .............................................................................................................. 380

Lampiran 50. Kisi-kisi Tes Diagnostik 2 ................................................................. 394

Lampiran 51. Tes Pasca Remedial 2 ........................................................................ 396

Lampiran 52. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Pasca Remedial 2 ...... 397

xxii
Lampiran 53. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri (Eksperimen 3) pertemuan

2 dan 3 .................................................................................................... 400

Lampiran 54. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional (Eksperimen 3)

pertemuan 2 dan 3 .................................................................................. 412

Lampiran 55. Kisi-kisi Tes Formatif 2 ..................................................................... 422

Lampiran 56. Lembar Kerja Peserta Didik 2 ........................................................... 424

Lampiran 57. Kunci Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik 2.................................. 427

Lampiran 58. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri dengan Remedial Teaching

Berbasis Asesmen Diagnostik (Eksperimen 1) pertemuan 4 dan 5 ....... 430

Lampiran 59. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional dengan Remedial

Teaching Berbasis Asesmen Diagnostik (Eksperimen 1) pertemuan 4 dan

5 .............................................................................................................. 451

Lampiran 60. Kisi-kisi Tes Diagnostik 3 ................................................................. 466

Lampiran 61. Tes Pasca Remedial 3 ........................................................................ 468

Lampiran 62. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Tes Pasca Remedial 3 ...... 470

Lampiran 63. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri (Eksperimen 3) pertemuan

4 dan 5 .................................................................................................... 473

Lampiran 64. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional (Eksperimen 3)

pertemuan 4 dan 5 .................................................................................. 486

Lampiran 65. Kisi-kisi Tes Formatif 3 ..................................................................... 497

Lampiran 66. Lembar Kerja Peserta Didik 3 ........................................................... 499

Lampiran 67. Kunci Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik 3 .................................. 503

Lampiran 68. Pedoman Wawancara ........................................................................ 507

xxiii
Lampiran 69. Wawancara ........................................................................................ 508

Lampiran 70. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 1 pertemuan 1

................................................................................................................ 525

Lampiran 71. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 1 pertemuan 2

................................................................................................................ 528

Lampiran 72. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 1 pertemuan 3

................................................................................................................ 530

Lampiran 73. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 1 pertemuan 4

................................................................................................................ 532

Lampiran 74. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 1 pertemuan 5

................................................................................................................ 534

Lampiran 75. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 2 pertemuan 1

................................................................................................................ 537

Lampiran 76. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 2 pertemuan 2

................................................................................................................ 540

Lampiran 77. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 2 pertemuan 3

................................................................................................................ 543

Lampiran 78. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 2 pertemuan 4

................................................................................................................ 545

Lampiran 79. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 2 pertemuan 5

................................................................................................................ 548

Lampiran 80. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 3 pertemuan 1

................................................................................................................ 551

xxiv
Lampiran 81. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 3 pertemuan 2

................................................................................................................ 553

Lampiran 82. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 3 pertemuan 3

................................................................................................................ 555

Lampiran 83. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 3 pertemuan 4

................................................................................................................ 557

Lampiran 84. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 3 pertemuan 5

................................................................................................................ 559

Lampiran 85. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 4 pertemuan 1

................................................................................................................ 561

Lampiran 86. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 4 pertemuan 2

................................................................................................................ 563

Lampiran 87. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 4 pertemuan 3

................................................................................................................ 566

Lampiran 88. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 4 pertemuan 4

................................................................................................................ 568

Lampiran 89. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Kelas Eksperimen 4 pertemuan 5

................................................................................................................ 571

Lampiran 90. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 1

pertemuan 1 ............................................................................................ 573

Lampiran 91. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 1

pertemuan 2 ............................................................................................ 575

xxv
Lampiran 92. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 1

pertemuan 3 ............................................................................................ 577

Lampiran 93. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 1

pertemuan 4 ............................................................................................ 579

Lampiran 94. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 1

pertemuan 5 ............................................................................................ 581

Lampiran 95. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 2

pertemuan 1 ............................................................................................ 584

Lampiran 96. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 2

pertemuan 2 ............................................................................................ 587

Lampiran 97. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 2

pertemuan 3 ............................................................................................ 589

Lampiran 98. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 2

pertemuan 4 ............................................................................................ 591

Lampiran 99. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 2

pertemuan 5 ............................................................................................ 593

Lampiran 100. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 3

pertemuan 1 ............................................................................................ 596

Lampiran 101. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 3

pertemuan 2 ............................................................................................ 598

Lampiran 102. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 3

pertemuan 3 ............................................................................................ 600

xxvi
Lampiran 103. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 3

pertemuan 4 ............................................................................................ 602

Lampiran 104. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 3

pertemuan 5 ............................................................................................ 604

Lampiran 105. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 4

pertemuan 1 ............................................................................................ 606

Lampiran 106. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 4

pertemuan 2 ............................................................................................ 609

Lampiran 107. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 4

pertemuan 3 ............................................................................................ 612

Lampiran 108. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 4

pertemuan 4 ............................................................................................ 614

Lampiran 109. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen 4

pertemuan 5 ............................................................................................ 617

Lampiran 110. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1

pertemuan 1 ............................................................................................ 619

Lampiran 111. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2

pertemuan 1 ............................................................................................ 622

Lampiran 112. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 3

pertemuan 1 ............................................................................................ 625

Lampiran 113. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 4

pertemuan 1 ............................................................................................ 628

xxvii
Lampiran 114. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1

pertemuan 2 dan 3 .................................................................................. 631

Lampiran 115. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2

pertemuan 2 dan 3 .................................................................................. 634

Lampiran 116. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 3

pertemuan 2 dan 3 .................................................................................. 637

Lampiran 117. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 4

pertemuan 2 dan 3 .................................................................................. 640

Lampiran 118. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1

pertemuan 4 dan 5 .................................................................................. 643

Lampiran 119. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2

pertemuan 4 dan 5 .................................................................................. 646

Lampiran 120. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 3

pertemuan 4 dan 5 .................................................................................. 649

Lampiran 121. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 4

pertemuan 4 dan 5 .................................................................................. 652

Lampiran 122. Lembar Validasi Lembar Kerja Peserta Didik 1 ............................. 655

Lampiran 123. Lembar Validasi Lembar Kerja Peserta Didik 2 ............................. 658

Lampiran 124. Lembar Validasi Lembar Kerja Peserta Didik 3 ............................. 661

Lampiran 125. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Guru Eksperimen 1 ............ 664

Lampiran 126. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Guru Eksperimen 2 ............ 667

Lampiran 127. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Guru Eksperimen 3 ............ 670

Lampiran 128. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Guru Eksperimen 4 ............ 673

xxviii
Lampiran 129. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Peserta Didik Eksperimen 1

................................................................................................................ 676

Lampiran 130. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Peserta Didik Eksperimen 2

................................................................................................................ 679

Lampiran 131. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Peserta Didik Eksperimen 3

................................................................................................................ 682

Lampiran 132. Lembar Validasi Lembar Pengamatan Peserta Didik Eksperimen 4

................................................................................................................ 685

Lampiran 133. Lembar Validasi Soal Tes Uji Coba Kemampuan Pemahaman Konsep

................................................................................................................ 688

Lampiran 134. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran .............................................. 691

Lampiran 135. Surat Usulan Dosen Pembimbing .................................................... 693

Lampiran 136. Surat Ketetapan Dosen Pembimbing ............................................... 694

Lampiran 137. Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 695

Lampiran 138. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .......................... 696

Lampiran 139. Lembar Jawab Peserta Didik ........................................................... 697

xxix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi terciptanya

kemajuan suatu bangsa. Dalam hal ini, pendidikan menjadi tolak ukur apakah suatu

negara tergolong negara berkembang atau negara maju. Sudah menjadi kewajiban

seseorang untuk menempuh suatu pendidikan minimal Sembilan (9) tahun jika tidak

ingin tertinggal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peseta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar isi Pendidikan

Dasar dan Menengah, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk

1
2

menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak dini.

Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar isi Pendidikan

Dasar dan Menengah, mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta

didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga dapat berkembang dengan pesat. Berbagai

macam disiplin ilmu mengaplikasikan matematika sebagai dasar dari perkembangan

ilmu tersebut. Matematika juga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan

daya pikir dan penalaran manusia. Peranan penting tersebut menjadikan matematika

sebagai ilmu yang wajib dipelajari sejak dini dalam rangka mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masa yang akan datang. Oleh

karena itu, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan

dalam semua jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar hingga

jenjang pendidikan tingkat atas.

Menurut Bruner sebagaimana dikutip oleh Bentina, et al. (2013:150), belajar

matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika

yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara

konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Oleh karena itu, dalam


3

mempelajari matematika, siswa diharuskan untuk memahami mulai dari konsep

matematika.

Hal ini sejalan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pembelajaran matematika bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5)

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Rifa’i (2012:69), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar terdapat tiga

ranah, yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik, dan ranah afektif. Hasil belajar pada

ranah kognitif mencakup aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta

pemecahan masalah. Hasil belajar merupakan tolak ukur suatu keberhasilan

pembelajaran. Namun faktanya hasil belajar matematika di Indonesia masih rendah,

terutama pada aspek kognitif. Ini dapat dilihat berdasarkan TIMSS dari Kementrian
4

Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan diperoleh data

bahwa Indonesia pada tahun 2003 menempati peringkat ke-35 dari 46 negara dengan

skor 411, pada tahun 2007 menempati urutan ke-36 dari 49 negara dengan skor 397,

dan pada tahun 2011 menempati peringkat ke-36 dari 40 negara. Ini membuktikan

bahwa matematika dianggap mata pelajaran yang sulit, baik oleh anak-anak maupun

orang dewasa sekalipun.

Selain di Indonesia, masalah numerisasi juga dialami oleh Negara Inggris

yang merupakan salah satu negara paling maju di dunia. Pada sejumlah studi yang

dilaksanakan oleh the Basic Skill Agency (Bynner dan Steedman, Bynner dan Parsons

dalam Muijs & David Reynolds, 2008:332), cukup banyak orang Inggris ditemukan

tidak memiliki keterampilan numerasi dasar, lebih besar daripada proporsi orang

dewasa yang buta huruf. Padahal matematika merupakan salah satu ilmu yang

mendasari perkembangan teknologi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khusunya dalam

penelitian ini yaitu pada ranah kognitif.

Salah satu pentingnya matematika juga telihat dari pernyataan yang

diungkapkan oleh The Times dalam Muijs & David Reynolds (2008:333) bahwa

orang dewasa dengan kualifikasi matematik setingkat sekolah menengah atas (tingkat

“A”) di England memiliki penghasilan 10 persen lebih tinggi dibanding orang-orang

yang tidak memiliki kualifikasi ini.

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMP Negeri 22

Semarang, hasil belajar matematika di sekolah tersebut masih rendah. Hasil ini juga

sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 64 siswa di kelas VIII
5

SMP Negeri 22 Semarang diperoleh rata-rata hanya 54. Ketuntasan secara klasikal

juga rendah, yaitu hanya 25% siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM). Ini membuktikan bahwa hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 22

Semarang khususnya di kelas VIII masih rendah.

Rendahnya hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor

dari dalam diri siswa maupun dari luar. Kemampuan guru dalam mengidentifikasi

kemampuan siswa menjadi peranan yang sangat penting dalam keberhasilan

pembelajaran yang dilakukan. Guru harus dapat menyelidiki kemampuan siswa

supaya dapat memodifikasi kegiatan pembelajaran yang cocok untuk siswa dalam

rangka meminimalisir hambatan siswa dalam memahami materi dalam pembelajaran

matematika. Metode dan aspek lain dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru,

bahan ajar, sumber belajar, dan lain sebagainya juga membantu memberikan

dorongan sehingga hambatan yang dialami oleh siswa dalam belajar matematika

dapat dipecahkan dengan baik. Dengan kata lain, ketepatan melihat atau merasakan

situasi, serta kemampuan guru untuk menyadari letak kesulitan siswa menjadi

langkah awal keberhasilan guru dalam mengevaluasi kemampuan siswa, yang berarti

juga merupakan keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep matematika.

Dalam hal ini, guru betugas untuk mendiagnosis ‘penyakit’ yang dialami oleh siswa,

dan kemudian menemukan obat yang tepat untuk menyembuhkan ‘penyakit’ tersebut.

Menurut Widdiharto (2008:5), hakikatnya pekerjaan guru sama dengan

pekerjaan dokter. Sebelum dokter mengobati pasien, tentunya ia akan berusaha

mencari penyebab sakit yang diderita pasien melalui pemeriksaan secara intensif.

Setelah penyebab sakitnya diketahui, dokter akan memberikan obat yang tepat untuk
6

penyembuhan pasien. Upaya dokter mencari penyebab sakit yang diderita pasien

melalui pemeriksaan secara intensif inilah yang dimaksud dengan diagnosis. Oleh

karena itu, peneliti memilih salah satu evaluasi pembelajaran siswa yaitu

menggunakan penilaian diagnostik yang dilanjutkan terapi yang disesuaikan dengan

kondisi siswa.

Asesmen/ penilaian diagnostik menurut Supriyadi (2003:12-13), digunakan

untuk mendeteksi kelemahan yang dimiliki siswa. Kelemahan ini dapat berupa materi

yang dapat dikuasai oleh siswa maupun kelemahan fisik dan psikologis dari siswa.

Dengan terdeteksinya adanya kelemahan yang ada, dengan sendirinya guru dengan

segera dapat memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan. Penggunaan tes

diagnostik diantaranya untuk menyelidiki pengetahuan yang merupakan prasyarat

siswa, memilih pengetahuan prasyarat, memilih program yang berimbang, memilih

hubungan antar tingkah laku, dan melihat kelemahan siswa. Sedangkan menurut

Suwarto (2013: 188), tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang

dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan asesmen diagnostik sebagai alat untuk mengetahui letak kesalahan

yang dimiliki oleh siswa dalam belajar matematika.

Menurut Widdiharto (2008:5), ada beberapa sumber atau faktor yang patut

diduga sebagai penyebab utama kesulitan belajar siswa. Sumber itu dapat berasal dari

dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Dari dalam diri siswa dapat

disebabkan oleh faktor biologis maupun psikologis. Dari luar diri siswa, kesulitan

belajar dapat bersumber dari keluarga (pendidikan orang tua, hubungan dengan

keluarga, keteladanan keluarga, dan sebagainya), keadaan lingkungan dan


7

masyarakat. Dalam hal ini, peneliti memilih asesmen diagnostik untuk melihat letak

kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mengerjakan soal. Dalam kata lain, peneliti

hanya akan membatasi proses diagnostik yang diberikan pada ranah kognitifnya.

Setelah terdeteksi letak kesalahan, peneliti akan memberikan suatu bantuan. Bantuan

yang diberikan oleh guru kepada siswa berupa remedial teaching. Pemberian

remedial teaching disesuaikan dengan letak kelemahan yang terdapat pada siswa.

Selain itu, faktor lemahnya kemampuan matematika siswa diantaranya adalah

model pembelajaran yang digunakan tidak membuat siswa aktif yang akhirnya siswa

berkembang kemampuan matematikanya. Hasil wawancara yang dilakukan kepada

guru matematika di SMP Negeri 22 Semarang dan dari hasil analisis RPP di sekolah

tersebut diperoleh bahwa pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan model

pembelajaran ekspositori. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru.

Guru sebagai sumber informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Sehingga

menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan tidak terlatih untuk

menemukan sendiri konsep yang akan diajarkan. Hal ini berpengaruh pada hasil

belajar siswa, karena siswa hanya menerima informasi dari guru.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pawestri, et al. (2013:5),

penyampaian materi oleh guru yang kurang menekankan pada pemahaman konsep

dapat menyebabkan terjadinya kesalahan konsep atau kesalahan penerapan konsep

karena lemahnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, perlu

adanya suatu model pembelajaran yang inovatif dan mampu mengaktifkan siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model

pembelajaran inkuiri. Menurut Suherman, Erman, et al. (2003: 214-215), dalam


8

model inkuiri, guru sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber

informasi data yang diperlukan. Siswa masih harus mengumpulkan informasi

tambahan, membuat hipotesis, dan mengujinya. Dengan demikian, dengan sendirinya

siswa akan memahami materi matematika yang akan dipelajari melalui model

pembelajaran tersebut. Ini disebabkan karena siswa menguji sendiri hipotesis yang

sebelumnya dirumuskan oleh siswa. Oleh karena itu, peneliti memilih model

pembelajaran inkuiri sebagai perlakuan yang diberikan kepada siswa untuk

meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam bidang matematika.

Sebagaimana asesmen diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi

kelemahan yang dimiliki oleh siswa, model pembelajaran inkuiri juga cocok untuk

mengembangkan kemampuan siswa. Baik remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik ataupun model pembelajaran inkuiri masing-masing memiliki kelemahan-

kelemahan tertentu dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti menyatukan

kedua perlakuan tersebut dalam suatu aktivitas pembelajaran guna meningkatkan

hasil belajar siswa SMP Negeri 22 Semarang. Sehingga, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “KEEFEKTIFAN REMEDIAL TEACHING

BERBASIS ASESMEN DIAGNOSTIK PADA PENCAPAIAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI”.


9

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan beberapa masalah

sebagai berikut.

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan

masalah matematika.

2. Kurang tepatnya tindak lanjut yang dilakukan oleh guru dengan letak kesalahan

dan kebutuhan yang dialami siswa.

3. Model pembelajaran yang digunakan kurang mengaktifkan dan melibatkan siswa.

1.3Fokus Penelitian

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini dikarenakan

keterbatasan waktu peneliti, fokus penelitian yang ingin dilakukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut.

1. Ruang lingkup atau materi pokok dalam penelitian ini adalah lingkaran.

2. Ranah yang akan diteliti letak kesulitannya hanya pada ranah kognitif, artinya

peneliti hanya akan meneliti letak kesalahan yang dialami oleh siswa pada

indikator tertentu.

3. Tipe soal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

matematika yang berbentuk uraian untuk tes diagnostik dan pilihan ganda untuk

tes akhir hasil belajar matematika siswa.

4. Model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran inkuiri terbimbing.


10

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut

1. Apakah pembelajaran dengan perlakuan remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri efektif terhadap hasil belajar

matematika siswa?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata antara pembelajaran dengan perlakuan

remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran

inkuiri, remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model

pembelajaran konvensional, model pembelajaran inkuiri tanpa asesmen

diagnostik, dan model pembelajaran konvensional tanpa asesmen diagnostik?

1.5Tujuan Penelitian

1. Mengetahui keefektifan dari pembelajaran dengan perlakuan remedial teaching

berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri efektif terhadap

hsail belajar matematika siswa?

2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata antara pembelajaran dengan

perlakuan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model

pembelajaran inkuiri, remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam

model pembelajaran konvensional, remedial teaching tidak berbasis asesmen

diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri, dan remedial teaching tidak

berbasis diagnostik dalam model pembelajaran konvensional.


11

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki arti bagi peningkatan hasil belajar

matematika siswa, sehingga akan membawa manfaat bagi pelaku dan objek

pendidikan antara lain sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat bagi siswa

a. Hasil belajar matematika siswa meningkat

b. Kesulitan siswa kaitannya dengan hasil belajar matematika siswa dalam

materi tertentu dapat teratasi.

c. Siswa mudah menangkap ilmu yang diberikan karena penanganan guru

terhadap siswa tepat berdasarkan kondisi siswa.

d. Siswa mendapatkan penguatan yang tepat

1.6.2 Manfaat bagi guru

a. Guru dapat memberikan suatu remedial teaching lebih efektif dan efisien,

karena model pembelajaran inkuiri menghasilkan persentase

ketidaktuntasan lebih sedikit

b. Guru dapat memberikan suatu remedial teaching yang sesuai dengan

kondisi siswa dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

c. Meningkatkan kemampuan guru dalam menganalisis kondisi siswa yang

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

1.6.3 Manfaat bagi sekolah

a. Menciptakan sekolah sebagai pusat Ilmu Pengetahuan.


12

b. Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan pedoman bagi sekolah dalam

mengevaluasi pembelajaran siswa.

c. Diharapkan melalui penelitian ini, sekolah dapat memperoleh rata-rata

belajar siswa yang lebih baik, sehingga dapat menimbulkan antusias

masyarakat untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.

1.6.4 Manfaat bagi peneliti

a. Mengetahui model dan asesmen pembelajaran yang efektif dalam

meningkatkan hasil belajar matematika siswa

b. Memperoleh cara mengatasi rendahnya hasil belajar matematika siswa

dengan tepat.

c. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian

dan dapat melatih diri untuk menerapkan asesmen diagnostik untuk

mengevaluasi hasil belajar matematika siswa.

1.7Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang perlu didefinisikan

meliputi berikut ini.

1.7.1 Keefektifan

Keefektifan pembelajaran dengan remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri adalah tercapainya tujuan belajar dan

hasil yang diharapkan sebagai akibat dari keberhasilan pembelajaran model tersebut
13

pada proses pembelajaran materi pokok lingkaran. Keefektifan berasal dari kata

efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:375), efektif berarti

dapat membawa hasil, berhasil guna, sedangkan keefektifan memiliki arti

keberhasilan. Mengacu pada pengertian tersebut, maka keefektifan dalam penelitian

ini adalah tercapainya keberhasilan penggunaan perlakuan remedial teaching berbasis

asesmen diagnostik dalam model prolem based learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa. Indikator keberhasilan pebelajaran menurut

Depdiknas (2008) adalah keberhasilan peserta didik menyelesakan serangkaian tes

mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60% dan tingkat ketercapaian kompetensi

ideal adalah 75%.

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dilihat dari beberapa

hal yaitu sebagai berikut.

a. Pembelajaran dengan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam

model pembelajaran inkuiri tuntas secara individual yaitu rata-rata memenuhi

ketuntasan belajar yaitu lebih dari atau sama dengan 75 yang disesuaikan dengan

kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh pihak SMP Negeri 22

Semarang.

b. Ketuntasan klasikal hasil belajar matematika siswa yang diberikan perlakuan

berupa remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran

inkuiri lebih dari 75%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masrukan (2014: 18)

bahwa ditetapkan kriteria sekurang-kurangnya 75% peserta didik yang mengikuti

pembelajaran mencapai kriteria tertentu (KKM), pembelajaran untuk kompetensi

berikutnya dilanjutkan. Batasan ini merupakan batasan minimal, dengan asumsi


14

bahwa ketidaktuntasan siswa melebihi 25% akan memberatkan guru dalam

melakukan pembelajaran remedial (remedial teaching) atau pembelajaran korektif

(corrective instruction).

c. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan perlakuan remedial teaching

berbasis asesmen diagnostik lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa

dengan perlakuan asesmen formatif

d. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan perlakuan model pembelajaran

inkuiri lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa dengan perlakuan

model pembelajaran konvensional

e. Rata-rata hasil belajar matematika siswa menggunakan perlakuan remedial

teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri lebih

tinggi daripada pembelajaran dengan menggunakan remedial teaching berbasis

asesmen diagnostik dalam model pembelajaran konvensional, model

pembelajaran inkuiri tanpa asesmen diagnostik, maupun model pembelajaran

konvensional tanpa asesmen diagnostik.

1.7.2 Remedial Teaching

Remedial teaching yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk

terapi pembelajaran yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil asesmen

diagnostik terhadap letak kesalahan yang dialami oleh siswa. Sehingga, remedial

yang diberikan kepada setiap siswa dapat berbeda tergantung pada kelemahan atau

kesulitan yang dialami oleh siswa. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sugiyanto

(125) mengenai pengajaran remedial yaitu suatu proses kegiatan pelaksanaan

program belajar mengajar khusus bersifat individual, diberikan kepada siswa yang
15

mengalami kesulitan belajar, yang bersifat mengoreksi (menyembuhkan) siswa yang

mengalami gangguan belajar tersebut sehingga dapat mengikuti proses belajar

mengajar secara klasikal kembali untuk mencapai prestasi optimal. Pada penelitian

ini, remedial teaching yang diberikan hanya akan menyembuhkan peserta didik

dalam ranah kognitifnya saja. Ini berarti bahwa peneliti hanya akan meneliti

kesalahan peserta didik dalam mengerjakan soal dengan indikator tertentu, dan

berusaha memberikann remedial teaching berupa penyembuhan terhadap indikator

tersebut.

1.7.3 Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk

evaluasi pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur/ mengetahui letak kesalahan

yang dihadapi oleh objek penelitian dalam hal ini adalah siswa SMP Negeri

Semarang dalam materi pokok lingkaran. Instrumen yang digunakan dalam asesmen

diagnostik pada penelitian ini yaitu pertanyaan dalam bentuk uraian.

1.7.4 Hasil Belajar Matematika

Menurut Rifa’i (2012:69), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar yang diukur

adalah nilai siswa pada materi pokok lingkaran, baik secara kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

Namun, dalam penelitian ini, peneliti membatasi pembahasan secara khusus

hanya pada ranah kognitif saja dengan penekanan pada bentuk tes tertulis. Dengan

demikian, istilah hasil belajar mengacu pada tes prestasi belajar pada ranah ukur

kognitif dalam bentuk tertulis.


16

1.7.5 Model Pembelajaran

Model Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan demikian aktivitas pembelajaran

benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Dalam

penelitian ini model pembelajaran digunakan untuk membuat suatu suasana belajar

dan proses pembelajaran dengan tujuan hasil belajar siswa meningkat dan mencapai

indikator pembelajaran yang ditetapkan. Model pembelajaran yang diteliti dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri.

1.7.6 Model Pembelajaran Inkuiri

Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang diteliti salah satunya adalah

model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran inkuiri yang digunakan

pada penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model ini dipilih

karena menurut pendapat dari Gormally, et al., sebagaimana dikutip oleh Ari, Ni Md,

et al. (2013), model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan arahan kepada

siswa yang belum siap mengatasi masalah inkuiri tanpa dukungan karena kurangnya

pengalaman dan pengetahuan atau belum mencapai tingkat perkembangan kognitif

yang diperlukan untuk berpikir abstrak.


17

1.8Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari bagian

awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.

1. Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman pengesahan,

halaman motto dan persembahan, prakata, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah,

dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, membahas teori yang melandasi permasalahan

skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan teoritis yang

diterapkan dalam skripsi, uraian materi pokok bahasan yang terkait

dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode Penelitian, meliputi metode penentuan objek penelitian,

metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis hasil uji

coba instrumen, dan analisis data penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian yang

dilakukan dan pembahasannya.

BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran- saran

yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.

3. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Landasan Teori

2.1.1 Asesmen Diagnostik

2.1.1.1 Pengertian Asesmen

Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris yaitu assement yang berarti

penilaian suatu keadaan (Haryanto, 2010:1). Sedangkan menurut Wahyudi (2010),

asesmen/ penilaian merupakan suatu proses pengambilan keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar

menggunakan instrumen tes maupun nontes. Asesmen atau penilaian menurut

Mardapi (2014:17) merupakan rangkaian kegiatan dalam melaksanakan pembelajaran

di pendidikan dasar dan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan menurut

Arends sebagaimana dikutip oleh Muijs & David Reynolds (2008:361), asesmen

mengacu pada semua informasi yang diperoleh guru tentang siswa di kelas

berdasarkan pengetesan formal, yaitu: esai dan pekerjaan rumah atau secara informal:

obervasi atau interaksi.

Menurut Mardapi (2014:17), ada empat istilah yang sering digunakan

berkaitan dengan kegiatan penilaian yaitu pengukuran, pengujian, penilaian, dan

evaluasi. Pertama adalah pengukuran, yaitu penetapan angka terhadap suatu objek

atau gejala dengan cara sistematik (Allen & Yen, 1979). Kedua adalah pengujian,

yaitu kegiatan untuk mengetahui pencapaian belajar atau kompetensi yang dicapai

18
19

peserta didik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tes yang terdiri atas

sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Ketiga adalah

penilaian, yaitu kegiatan mengumpulkan informasi tentang kualitas atau kuantitas

perubahan pada peserta didik. Penilaian juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan

data hasil pengukuran, misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek, dan

sebagainya. Penilaian berfokus pada individu sedang evaluasi berfokus pada

kelompok atau kelas. Keempat adalah evaluasi, yaitu merupakan salah satu rangkaian

kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktivitas suatu lembaga

dalam melaksanakan programnya. Kegiatan evaluasi sering menggunakan judgment

terhadap hasil suatu penilaian. Menurut Haryanto (2010:2), ada beberapa istilah lain

yang berkaitan dengan asesmen, yaitu pengujian (testing) dan diagnosa. Kedua istilah

ini memang berhubungan erat dengan istilah asesmen, tetapi bukan sinonim. Testing

adalah pemberian seperangkat pertanyaan kepada peserta dalam kondisi sangat

terstruktur. Respon yang diperoleh dari tes sedapat mungkin berupa data kuantitatif,

mungkin berupa angka, daftar ketrampilan yang telah dikuasai, dan sebagainya.

Testing hanya merupakan salah satu strategi dalam asesmen pendidikan untuk

mengumpulkan informasi tentang ALB. Diagnosa adalah proses penentuan penyebab

penyakit atau kelainan dan mendiskripsikan penyembuhan yang cocok. Jenis penyakit

atau kelainan dinyatakan dalam satu label, misalnya schizoid, dan label tersebut sudah

menunjukkan implikasi penyembuhan. Stecher, et al. dalam Syahrul (2010:249)

menyatakan bahwa ada tiga tujuan asesmen pendidikan dimana ketiganya relevan

dengan pendidikan teknologi dan kejuruan, yakni (a) untuk mengembangkan


20

pembelajaran dan pengajaran, (b) mensertifikasi kemampuan individu, dan (c)

mengevaluasi keberhasilan program.

2.1.1.2 Tujuan Asesmen

Asesmen pembelajaran memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses

(Herman, Aschbacher, and Winter dalam Rifa’I & Anni, 2012:219). Menurut

Achmad Rifa’I dan Catharina Tri Anni (2012:219), asesmen yang berkaitan dengan

tujuan isi digunakan untuk menentukan seberapa jauh peserta didik telah mempelajari

pengetahuan dan ketrampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus berfokus pada

hasil belajar peserta didik. Asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk

mendiagnosis kekuatan dan kelemahan peserta didik serta merencanakan

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Asesmen

Ada tujuh prinsip dalam menerapkan asesmen belajar menurut Achmad Rifa’I

dan Catharina Tri Anni (2012:221-223). Tujuh prinsip tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Tujuan utama asesmen adalah memperbaiki belajar peserta didik.

b. Asesmen bertujuan untuk mendukung belajar peserta didik.

c. Objektif bagi semua peserta didik.

d. Kolaborasi professional.

e. Partisipasi komite sekolah dalam pengembangan asesmen.

f. Keteraturan dan kejelasan mengenai asesmen.

g. Peninjauan kembali dan perbaikan asesmen.


21

2.1.1.4 Pengertian Diagnostik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, diagnosis merupakan: (1)

penentuan jenis penyakit dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya; (2)

pemeriksaan terhadap suatu hal. Sedangkan arti mendiagnosis adalah menentukan

jenis penyakit dengan cara meneliti atau memeriksa gejalanya. Dengan mengambil

arti tersebut, pengertian diagnostik dalam bidang pendidikan adalah suatu cara untuk

menentukan kesulitan yang dialami oleh siswa supaya dapat ditentukan terapi yang

sesuai dengan kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut. Kesulitan yang hendak

dipantau adalah kesulitan yang terjadi pada proses belajar yaitu kesulitan materi

pelajaran. Proses itu tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau disimpulkan

melalui jawaban siswa atau soal-soal tes. Dengan tes diagnostik ditelusuri proses

mental yang berlangsung pada waktu siswa menyelesaikan soal. Apabila penyebab itu

telah ditemukan maka dapat diupayakan perbaikannya (Silverius dalam Suwarto,

2013: 92).

Menurut Suwarto (2013: 92), kesulitan belajar adalah kegagalan dalam

mencapai tujuan belajar, ditandai dengan prestasi belajar yang rendah (nilai yang

diperoleh kurang dari tujuh puluh lima). Siswa yang mempunyai kesulitan belajar

adalah siswa yang tidak dapat mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai

prasyarat untuk belajar ditingkat berikutnya. Sehingga siswa tersebut perlu diadakan

remidiasi untuk materi yang masih kurang tersebut.

2.1.1.5 Pengertian Asesmen Diagnostik

Mengatasi kesulitan belajar, perlu adanya asesmen yang tepat untuk

mengidentifikasi letak kesulitan belajar dalam hasil belajar matematika siswa. Dalam
22

hal ini, peneliti menggunakan asesmen/ penilaian diagnostik. Instrumen yang

digunakan adalah tes diagnostik. Menurut Bruecker & Melby sebagaimana dikutip

oleh Suwarto (2013:189), tes diagnostik digunakan untuk menentukan elemen-

elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan khusus

dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut. Hughes

dalam Suwarto (2013:189) menyatakan bahwa tes diagnostik dapat digunakan untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam belajar. Zhongbao Zhao (2013:41-

45) menyatakan bahwa tes diagnostik utamanya adalah untuk mengetahui kekuatan

dan kelemahan siswa dan memberi masukan kepada guru dan siswa untuk membuat

keputusan terkait dengan perbaikan proses mengajar dan proses belajar. Selanjutnya

Leighton, Jacqueline P & Mark J. Gierl (2007:3) menyatakan bahwa asesmen

diagnostik kognitif dirancang untuk mengukur struktur pengetahuan khusus dan

keterampilan pengolahan pada siswa sehingga dapat memberikan informasi tentang

kekuatan dan kelemahan kognitif mereka. Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk

menentukan pengajaran yang perlu dilakukan dimasa selanjutnya. Tes diagnostik

adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar.

Menurut Mehrens & Lehmann dalam Suwarto (2013: 190), tes diagnostik dapat

dianggap valid apabila: (1) bagian-bagian tes kemampuan komponen harus harus

menekankan hanya pada satu jenis kesalahan; dan (2) perbedaan-perbedaan bagian

tes harus dapat dipercaya. Menurut Geller, Leanne R. Ketterlin & Paul Yovanoff

(2009:9) dalam suatu pengambil keputusan model pembelajaran, hasil tes diagnostik

semakin digunakan untuk memandu desain pembelajaran perbaikan, yang dalam hal

ini adalah remedial teaching.


23

Menurut Niko & Brookhart sebagaimana dikutip oleh Suwarto (2013:191),

ada enam pendekatan penaksiran diagnostik terkait dengan masalah pembelajaran,

yaitu: (a) pendekatan profil kekuatan dan kelemahan kemampuan pada suatu bidang;

(b) pendekatan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan prasyarat; (c) pendekatan

mengidentifikasi target-target pembelajaran yang tidak dikuasai; (d) pendekatan

pengidentifikasian kesalahan siswa; (e) pendekatan mengidentifikasi struktur

pengetahuan siswa; dan (f) pendekatan mengidentifikasi kompetensi untuk

menyelesaikan soal cerita. Dalam penelitian ini, tes diagnostik yang dilakukan oleh

peneliti hanya meneliti letak kesalahan siswa dalam hasil belajar matematika per

tujuan pembelajaran dan hanya pada ranah kognitifnya saja. Siswa yang mengalami

kesulitan pada tujuan pembelajaran atau materi prasyarat yang berbeda, mendapatkan

perlakuan yang berbeda juga. Apabila siswa mengalami kesulitan belajar total,

artinya semua tujuan pembelajaran yang dibahas tidak tercapai, maka guru

memberikan perlakuan berupa remedial teaching dengan pendekatan pembelajaran

ulang.

2.1.1.6 Langkah-langkah Penyusunan Tes Diagnostik

Dalam menyusun instrumen tes diagnostik, diperlukan beberapa langkah.

Langkah-langkah yang diperlukan menurut Widdiarto (2008:17-21) dalam menyusun

tes diagnosis adalah sebagai berikut.

a. Tahapan Penyusunan Tes

(1) Penentuan Tujuan Tes

Dalam membuat tes diagnostik, guru mempunyai tujuan tertentu. Tujuan

tersebut terkait dengan lima pendekatan yang akan digunakan, yaitu


24

mengidentifikasi profil siswa dalam materi pokok, mengidentifikasi

pengetahuan dasar yang telah dimiliki siswa, mengidentifikasi pencapaian

indikator, mengidentifikasi kesalahan yang biasa dilakukan siswa, dan

mengidentifikasi kemampuan dalam menyelesaikan soal yang menuntut

pemahaman kalimat.

(2) Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi tes diagnostik, seperti halnya kisi-kisi tes pada umumnya, adalah

deskripsi ruang lingkup, isi yang akan diujikan, bentuk soal, serta rincian

mengenai soal-soal yang akan dikembangkan.

(3) Penulisan Soal

Penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat

menghasilkan tes yang baik. Untuk soal-soal pilihan ganda, penulisan soal

hendaknya mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut:

(a) Kaidah Materi

1) Soal harus sesuai dengan indikator

2) Pilihan jawaban harus berfungsi

3) Setiap soal harus mempunyai hanya satu jawaban yang benar

(b) Kaidah Konstruksi

Pokok soal

1) Harus dirumuskan secara jelas dan tegas

2) Merupakan pernyataan yang diperlukan saja

3) Jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar


25

4) Tampilan berupa gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang

terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

Pilihan jawaban

1) Panjang rumusan harus relatif sama

2) Jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas

salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.

3) Jika berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan

besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya.

4) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

(c) Kaidah Bahasa

1) Setiap soal harus menggunakan bahasa sesuai kaidah Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD).

2) Menggunakan bahasa yang komunikatif, agar mudah dimengerti.

3) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan

digunakan untuk daerah lain atau nasional.

4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan

merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada

pokok soal.

Untuk soal-soal uraian, penulisan soal hendaknya mengikuti kaidah umum

yaitu:

1) Soal harus sesuai dengan indikator.

2) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal

harus jelas dan berfungsi.


26

3) Soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

4) Menggunakan bahasa yang komunikatif.

5) Perlu dibuat pedoman penyekoran, segera setelah soal selesai dibuat.

(4) Review dan Revisi Soal

Review dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk memperoleh

informasi mengenai seberapa jauh suatu soal telah berfungsi (mengukur apa

yang hendak diukur sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi), memenuhi

kaidah yang telah ditetapkan. Review dan revisi soal idealnya dilakukan oleh

orang lain (bukan si penulis soal).

(5) Uji Coba Soal

Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi

empirik mengenai seberapa jauh sebuah soal dapat mengukur apa yang

hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala

hal yang dapat mempengaruhi validitas soal, seperti keterbacaan soal, tingkat

kesukaran soal, pola jawaban, tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya,

dan sebagainya.

(6) Analisis Soal

Soal-soal yang dikembangkan oleh guru untuk penilaian di kelas, soal-soal

yang digunakan dalam kegiatan rutin dapat dianggap sebagai ajang uji coba.

Analisis soal-soal pilihan ganda misalnya, bertujuan memperoleh tes yang

baik ditinjau dari tingkat kesukaran, daya pembeda, distribusi jawaban dan

informasi lainnya seperti reliabilitas dan validitas soal.


27

(7) Perakitan Soal

Soal yang baik hasil uji cobanya dan telah dianalisis dapat dirakit sesuai

dengan kebutuhan tes. Khusus untuk soal pilihan ganda, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam perakitan antara lain penyebaran soal, penyebaran tingkat

kesukaran soal dan penyebaran jawaban, dan lay out tes.

b. Implementasi Tes Diagnostik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadministrasian tes meliputi: petunjuk

pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, pengaturan ruang dan

tempat duduk siswa, pengawasan, dan lain sebagainya. Setelah tes dikerjakan,

dilakukan penyekoran, yaitu pemberian angka dilakukan dalam rangka

mendapatkan informasi kuantitatif dari setiap siswa. Penyekoran harus dilakukan

seobjektif mungkin. Setelah tes digunakan dan dilakukan penyekoran, hasilnya

dilaporkan laporan dapat diberikan kepada siswa, orang tua peserta didik, Kepala

Sekolah dan lain sebagainya. Laporan hasil tes diagnostik tersebut dapat

digunakan sebagai alat untuk menentukan kebijakan atau kebijaksanaan

selanjutnya. Hasil pengukuran yang diperoleh melalui tes dapat dimanfaatkan

untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau kegiatan belajar

mengajar, maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan

kebijakan.

2.1.2 Remedial Teaching

Menurut Kunandar (2014: 331) remedial berasal dari kata remedy (Bahasa

Inggris), artinya obat, memperbaiki atau menolong. Pembelajaran remedial adalah

suatu pembelajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan dan membuatnya lebih


28

baik bagi peserta didik yang hasil belajaranya masih di bawah standar yang telah

ditetapkan oleh guru atau sekolah. Sedangkan menurut Mulyadi (2008), remedial

teaching adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau

perbaikan.

Menurut Mulyadi (2008, 45-46), ciri-ciri pengajaran remedial atau remedial

teaching, adalah sebagai berikut.

a. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar dan

kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan latar

belakangnya.

b. Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional/indikator hasil belajar

disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.

c. Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial artinya

disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya.

d. Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan

mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu.

e. Pengajaran remedial dilaksanakan dengan kerjasama dengan pihak lain.

f. Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial,

maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi murid yang

akan dibantu.

g. Dalam pengajaran remedial, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan

kesulitan belajar yang dihadapi murid.

Menurut Sugiyanto terdapat tiga pendekatan dalam pengajaran remedial, yaitu

sebagai berikut.
29

a. Pendekatan Pencegahan (preventive approach)

Sebelum proses belajar mengajar dimulai guru seharusnya berusaha dengan

berbagai cara untuk mengetahui kondisi awal para siswa, dan memprediksi

beberapa siswa yang mungkin akan mengalami kesulitan. Dengan demikian, guru

dapat mencegah kesulitan berkembang secara berlarut-larut dengan menggunakan

multi media, multi metode, alat peraga yang lengkap dan gaya mengajar yang

menarik dalam proses belajar mengajar.

b. Pendekatan Penyembuhan (curative approach)

Pendekatan ini diberikan terhadap siswa yang nyata-nyata telah mengalami

kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar. Gejalanya, prestasi belajar

sangat rendah dibandingkan dengan kriteria, misalnya 75% penguasaan bahan.

c. Pendekatan Perkembangan (developmental approach)

Guru dituntut senantiasa mengikuti perkembangan siswa secara sistematis.

Caranya, guru secara terus menerus mengikuti perkembangan siswa selama

proses belajara mengajar. Setiap menemui hambatan, segera dipecahkan bersama

siswa secara terus menerus.

Menurut Kunandar (2014: 336), langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

kegiatan remedial adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi kesulitan peserta didik.

b. Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar.

c. Menemukan penyebab kesulitan.

d. Menyusun rencana kegiatan remedial.

e. Melaksanakan kegiatan remedial (perlakuan).


30

f. Menilai kegiatan remedial (memberi tes).

Sedangkan model pembelajaran remedial yang dapat dilakukan adalah:

a. model pembelajaran remedial di luar jam sekolah,

b. model pembelajaran remedial pemisahan, dan

c. model pembelajaran remedial tim.

2.1.3 Fungsi Pembelajaran Remedial (Remedial Teaching)

Fungsi pembelajaran remedial adalah sebagai berikut.

a. Fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat dilakukan pembetulan

atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang

diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran.

b. Fungsi pemahaman, artinya dengan pengajaran remedial memungkinkan guru,

peserta didik, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang

lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi peserta didik.

c. Fungsi pengayaan, artinya pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses

pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular,

akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.

d. Fungsi penyesuaian, artinya pengajaran remedial dapat membentuk siswwa untuk

bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses

belajarnya).

e. Fungsi akselerasi, artinya dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil

belajar yang lebih baik dnegan menggunakan waktu yang efektif dan efisien.

f. Fungsi terapeutik, artinya secara langsung atau tidak langsung, pengajaran

remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-


31

kondisi kepribadian peserta didik yang diperkirakan menunjukkan adanya

penyimpangan (Kunandar, 2014).

2.1.4 Belajar dan Pembelajaran

2.1.4.1 Pengertian Belajar

Menurut Rifa’I, Achmad & Catharina Tri Anni (2012: 67), belajar merupakan

proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala

sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan

penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,

dan bahkan persepsi seseorang Sejalan dengan konsep di atas, Cronbach (Surya,

1979:28) menyatakan, “Learning may be defined as the process by which a relatively

enduring change in behaviour occurs as result of exprience or practice”. Maksud

dari pernyataan tersebut adalah belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana

perubahan yang relatif abadi dalam perilaku terjadi sebagai akibat dari pengalaman

atau praktik.

Menurut W. Gulo yang dikutip oleh Putrayasa (2012:9) mendefinisikan suatu

proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya,

baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Menurut Robert M. Gagne

dalam buku “The Conditioning of Learning” yang dikutip oleh Putrayasa (2012:8-9)

mengemukakan bahwa; Learning is change in human disposition or capacity, wich

persists over a period time, and which is not simply ascribable to process a growth.

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar

secara terus-menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja.

Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
32

dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Menurut Putrayasa (2012:7), belajar

merupakan komponen paling urgen, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya

tidak pernah ada pendidikan. Untuk menangkap isi dan pesan belajar, dalam belajar

tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah (1) kognitif (kognisi),

yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran, yang

terdiri atas pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2)

afektif (afeksi), yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan

reaksireaksi yang berbeda dengan penalaran, yang terdiri atas penerimaan, partisipasi,

penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup; dan (3)

psikomotorik (konasi), yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani,

yang terdiri atas persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Sehingga, dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan suatu proses mengubah suatu tingkah laku manusia dalam

berpikir, bersikap, dan berbuat secara berkesinambungan dan terus-menerus yang

hasilnya dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal manusia itu sendiri.

2.1.4.2 Unsur-unsur Belajar

Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Achmad Rifa’i dan Catharina Tri

Anni (2012:68-69), belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat

pelbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.

Unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik. Istilah peserta didik dapat diartikan sebagai peserta didik, warga

belajar, dan peserta pelatihan yang sedang melakukan kegiatan belajar.


33

b. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan peserta didik

disebut stimulus. Agar peserta didik mampu belajar optimal, ia harus

memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori. Memori yang ada pada peserta didik berisi pelbagai kemampuan yang

berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari kegiatan

belajar sebelumnya.

d. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Peserta

didik yang sedang mengamati stimulus akan mendorong memori membrikan

respon terhadap stimulus tersebut. Respon dalam peserta didikan diamati pada

akhir proses belajar yang disebut dengan perubahan perilaku atau perubahan

kinerja (performance).

2.1.4.3 Faktor Pendorong untuk Belajar

Menurut Putrayasa (2012:15) faktor pendorong mengapa manusia memliki

keinginan untuk belajar, yakni:

a. adanya dorongan rasa ingin tahu,

b. adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai

tuntutan zaman dari lingkungan sekitarnya,

c. mengutip dari istilah Abraham Maslow (dalam Iskandar, 2009) bahwa segala

aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan

biologis sampai aktualisasi diri,

d. untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya,

e. agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya,

f. untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri,


34

g. untuk mencapai cita-cita yang diinginkan, dan

h. untuk mengisi waktu luang.

2.1.4.4 Pengertian Belajar Tuntas

Menurut Kunandar (2014: 324), belajar tuntas adalah suatu sistem yang

menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran

secara tuntas. Rufaida, et al. (2011:122) berpendapat bahwa belajar tuntas (Mastery

Learning) adalah strategi dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik

menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata

pelajaran tertentu. Sedangkan belajar tuntas menurut Ischak & Warji dalam Suwarto

(2013:86) adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat

menguasai tujuan instruksional umum dari suatu unit pembelajaran. Departemen

Pendidikan Nasional dalam Suwarto (2013:86) menyatakan bahwa siswa dinyatakan

tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menguasai minimal 75% dari

kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah batas minimal untuk menyatakan

peserta didik mencapai ketuntasan belajar (Depdiknas, 2008:3). KKM ditetapkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan

pendidikan di satuan pendidikan. Fungsi kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah

sebagai berikut.

(1) Sebagai acuan babi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai

kompetensi dasar mata pelajaran.

(2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian

mata pelajaran.
35

(3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi

program

(4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara

satuan pendidikan dengan masyarakat.

(5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap mata

pelajaran (Depdiknas, 2008:4).

KKM setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar

berkisar antara 0%-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator

75% (BSNP,2007: 4). Kriteria ketuntasan menunjukan persentase tingkat pencapaian

kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100. Target ketuntasan

secara nasional diharapkan mencapai minimal 75 (Depdiknas, 2008:3)

2.1.4.5 Prinsip-prinsip Belajar Tuntas

Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Suwarto (2013:86-87)

menyatakan bahwa ada empat prinsip yang utama dalam pembelajaran tuntas, yaitu:

(1) Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkhis:

(2) Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi

harus diberikan feedback; (3) Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan

dimana diperlukan; (4) Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai

ketuntasan belajar lebih awal.

2.1.4.6 Kriteria Belajar Tuntas

Menurut Rufaida, et al. (2011:123), pembelajaran tuntas dilakukan dengan

pendekatan diagnostik. Pembelajaran tuntas mengantu pendekatan individual, artinya

meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (klasikal), namun juga
36

mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan individual siswa sehingga

pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing siswa secara

optimal.

2.1.4.7 Keunggulan dan Kelemahan Belajar Tuntas

Strategi pembelajaran tuntas (Mastery Learning) memiliki beberapa

keunggulan menurut Rufaida, et al. (2011:123) yaitu:

a. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan

mengembangkan diri, dan memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan

bekerja sendiri.

b. Sesuai dengan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan

individual dan belajar kelompok.

c. Berorientasi pada peningkatan produktivitas hasil belajar, yakni menguasai bahan

ajar secara tuntas.

d. Penilaian yang dilakukan mengandung nilai objektivitas yang tinggi karena

penilaian dilakukan oleh guru, teman, dan diri sendiri.

e. Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang mampu

dibantu oleh guru dan temannya.

f. Menyediakan waktu berdasarkan kebutuhan masing-masing individu.

g. Mengaktifkan para guru sebagai regu yang harus bekerjasama secara efektif

sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

Namun, strategi pembelajaran tuntas juga memiliki kelemahan menurut

Rufaida, et al. (2011:123) antara lain:

a. Sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan.


37

b. Guru-guru masih kesulitan membuat perencanaan karena dibuat dalam satu

semester.

c. Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.

d. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar

yang ditetapkan.

e. Diberlakukannya sistem ujian (EBTA atau EBTANAS) yang menuntut

penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan

usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian.

2.1.4.8 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi

peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan

(Briggs dalam Rifa’I, Achmad & Catharina Tri Anni, 2012: 157). Seperangkat

peristiwa itu membangun suatu pembelajaran yang bersifat internal jika peserta didik

melakukan self instruction dan di sisi lain kemungkinan juga bersifat eksternal, jika

bersumber antara lain dari pendidik. Sedangkan dalam UUSPN No. 20 (2003) dan

Permendiknas (2008) sebagaimana dikutip oleh Putrayasa (2012:22) dinyatakan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Gagne sebagaimana dikutip oleh Rifa’i

Achmad & Catharina Tri Anni (2012: 158) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk

mendukung proses internal belajar.


38

Dari uraian pengertian pembelajaran dari berbagai sumber di atas, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terporgram

dalam desain yang telah ditentukan dengan tujuan membuat siswa mau belajar.

2.1.4.9 Tujuan Pembelajaran

Menurut Putrayasa (2012:27), tujuan merupakan rumusan yang luas mengenai

hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan-tujuan target

pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman

belajar. Menurut Hamalik sebagaimana dikutip oleh Putrayasa (2012:27), suatu

tujuan seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi

bermain peran.

b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat

diamati.

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada

peta Pulau Jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-

kurangnya tiga gunung utama.

Tujuan pembelajaran yang biasanya disebut tujuan instruksional merupakan

tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai dilakukan. Tujuan

instruksional ini dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum dan tujuan

instruksional khusus. Tujuan instruksional umum (TIU) telah tersedia di dalam

kurikulum, sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan hasil

perencanaan dan perumusan guru, dimana merupakan penjabaran dari tujuan

instruksional umum (Daryanto, 2001).


39

Tujuan pembelajaran pada jangka panjang sebenarnya akan mencapai pada

tujuan pendidikan nasional. Jadi tujuan pendidikan seluruh lembaga pendidikan di

Indonesia baik formal maupun non formal mengarah pada tujuan pendidikan nasional

tersebut. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II

Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.1.5 Teori Belajar

2.1.5.1 Teori Belajar Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab

individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut

terjadi perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek

semakin berkembang. (Dimyati & Mudjiono, 2006:13). Menurut Piaget dalam Muijs

& David Reynolds (2008:24-25), belajar terjadi dalam empat tahap:

a. Tahap sensori-motor (0 – 2 tahun)

Bayi mengenal dunianya melalui tindakan dan informasi inderawi. Ia belajar

membedakan dirinya sendiri dengan lingkungannya. Anak mulai memahami

kuasalitas ruang dan waktu. Kapasitas untuk membentuk representasi mental

internal muncul.

b. Tahap pra-operasional (2 – 7 tahun)


40

Di tahap ini anak mengambil langkah pertama dari bertindak ke berpikir dengan

cara menginternalisasikan tindakan. Selama tahap pra-operasional anak mulai

mampu melakukan hal ini dengan belajar bagaimana berpikir secara simbolis.

Tetapi, dalam tahap ini kemampuan untuk berpikir dalam bentuk simbol-simbol

masih terbatas, karena anak hanya dapat berpikir satu arah.

c. Tahap operasional-konkret (7 – 12 tahun)

Karakteristik dasar tahap ini adalah: (a) kesadaran mengenai stabilitas logis dunia

fisik; (b) kesadaran bahwa elemen-elemen dapat diubah atau ditransformasikan

tetapi tetap mempertahankan karakteristik aslinya; dan (c) pemahaman bahwa

perubahan-perubahan itu dapat dibalik.

d. Tahap operasional formal (12+)

Di tahap ini, yang tidak dicapai oleh semua orang, semua yang dipelajari di tahap-

tahap sebelumnya masih kuat tetapi sekarang murid-murid sudah mampu melihat

bahwa situasi riil dan benar-benar dialaminya hanyalah salah satu di antara

beberapa kemungkinan.

Menurut Piaget sebagaimana dikutip oleh Suharto (2012:34), hal belajar

sebagai suatu proses yang aktif dan harus disesuaikan dengan tahap-tahap

perkembangan anak. Belajar pada anak bukan sesuatu yang sepenuhnya bergantung

pada guru, melainkan harus keluar dari anak itu sendiri. Belajar merupakan proses

yang aktif untuk menemukan atau memperoleh sesuatu baik pada bayi maupun pada

anak yang memperlihatkan kemajuan-kemajuan dalam perkembangan intelek dengan

menjelajahi dunia dan ini dilakukannya sendiri, timbul dari dirinya sendiri. Menurut

Piaget, mengajar seorang anak sebelum waktunya untuk bisa menerima dan
41

mempelajari sesuatu akan membutuhkan banyak waktu daripada bilamana pelajaran

itu diberikan pada waktu lain ketika anak telah siap untuk belajar.

Adapun langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget sebagaimana dikutip

oleh Suharto (2012:35) adalah:

a. menentukan tujuan pembelajaran,

b. memilih materi pelajaran,

c. menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif,

d. menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topic-topik tersebut,

e. mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas siswa, dan

f. melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2.1.5.2 Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky berpendapat sebagaimana dikutip oleh Putrayasa (2012:91) bahwa

pengetahuan dibangun secara sosial, dalam arti bahwa peserta yang terlibat dalam

suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan membangun bersama makna

suatu pengetahuan. Dengan demikian, proses yang terjadi akan beragam sesuai

dengan konteks kulturalnya.

Terdapat empat prinsip penting yang dikemukakan oleh Vygotsky

sebagaimana dikutip oleh Sardjoko (2011:25-26) yaitu sebagai berikut.

a. Pembelajaran Sosial

Pembelajaran sosial, penekanan pada hakekat sosial pembelajaran, siswa

dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka dengan harapan siswa

lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka

saling mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebaya.


42

b. Zona Perkembangan Terdekat (Zone of Proximal Development)

Zona perkembangan terdekat yaitu suatu wilayah tempat bertemu antara

pengertian spontan dengan pengertian sistematis logis orang dewasa (pengertian

ilmiah). Idenya bahwa siswa belajar konsep paling baik jika konsep itu berada

dalam tugas-tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri, tetapi dapat

menyelesaikannya jika dibantu oleh orang dewasa atau teman sebaya mereka.

c. Pemagangan Kognitif (Cognitive Apprenticeschip)

Pemagangan kognitif menekankan hakekat sosial dan zona perkembangan

terdekat, yang mengacu pada proses dimana seseorang yang belajar secara tahap

demi tahap setahap memperoleh keahlian dan interaksinya dengan seorang pakar,

pakar itu bisa orang dewasa, atau orang lain yang lebih tahu atau kawan sebaya

yang telah menguasai permasalahan.

d. Scaffolding atau Mediated Learning

Scaffolding menekankan bahwa siswa seharusnya diberi tugas kompleks, sulit

dan realistic dan kemudian diberikan bantuan secukupnya.

2.1.5.3 Teori Belajar Bruner

Bruner sebagaimana dikutip oleh Prayitno, et al., (2010:277) mengungkapkan

bahwa dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan,

yaitu (1) perolehan informasi baru, (2) transformasi baru serta (3) pengujian relevansi

dan ketepatan pengetahuan. Menurut Bruner sebagaimana dikutip oleh Prayitno, et

al., (2010:273), perkembangan intelektual atau kognitif seseorang melalui

pertumbuhan sebagai berikut.


43

a. Pertumbuhan intelektual ditunjukan oleh bertambahnya ketidaktergantungan

respons dari sifat stimulus. Pada pertumbuhan ini, dapat dilihat bahwa seorang

anak mempertahankan suatu respon dalam lingkungan stimulus yang berubah-

ubah.

b. Pertumbuhan intelektual tergantung bagaimana seseorang menginternalisasi

peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpana yang sesuai dengan lingkungan.

Sistem dalam pertumbuhan ini, memungkinan peningkatan kemampuan anak

untuk bertindak di atas informasi jika diperoleh suatu kesempatan.

c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk

berkata pada dirinya sendiri atau pada orang-orang lain. Dalam hal ini kesadaran

diri mengizinkan suatu transisi dari perilaku keteraturan ke perilaku logika.

Bruner sebagaimana dikutip oleh Achmad Rifa’i dan Catharina Tri Anni

(2012:37), mengatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang terdiri dari tiga

tahap. Tiga tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a. Tahap Enaktif

Pada tahap ini, anak memahami lingkungannya. Misalnya, tidak ada kata yang

membantu orang dewasa ketika mengajar anak berlatih naik sepeda. Belajar naik

sepeda berarti lebih mengutamakan kecakapan motoric. Pada tahap ini anak

memahami objek sepeda berdasarkan pada apa yang dilakukannya, misalnya

dengan memegang, menggerakkan, memukul, menyentuh dan sebagainya.

b. Tahap Ikonik

Pada tahap ini informasi dibawa anak melalui imageri. Anak menjadi tahanan

atas dunia perseptualnya. Anak dipengaruhi oleh cahaya yang tajam, gangguan
44

suara, dan gerakan. Karakteristik tunggal pada objek yang diamati dijadikan

sebagai pegangan, dan pada akhirnya anak mengembangkan memori visual.

c. Tahap Simbolik

Pada tahap ini tindakan tanpa pemikiran terlebih dahulu dan pemahaman

perseptual sudah berkembang. Bahasa, logika, dan matematika memegang

peranan penting. Tahap simbolik ini memberikan peluang anak untuk menyusun

gagasannya secara padat, misalnya menggunakan gambar yang saling

berhubungan ataupun menggunakan bentuk-bentuk rumus tertentu.

2.1.5.4 Teori Belajar James H Block

James H Block mengajukan konsep belajar tuntas berdasarkan pikiran bahwa

hampir semua peserta didik dapat mencapai penguasaan tuntas apabila kepadanya

disediakan kondisi belajar yang sesuai. Menurut Block, jika kita menerima dasar

pikiran tersebut akan diperoleh beberapa keuntungan (Suparno, 2000: 68).

a. Pertama, cara memandang seperti itu merangsang guru, administrator, dan

akhirnya peserta didik untuk mencapai tingkat belajar yang tinggi.

b. Kedua, penerimaan konsep tersebut memberi tempat berpijak bagi penyelesaian

masalah mengenai prosedur pada waktu pengembangan maupun penerapan

strategi.

c. Ketiga, penerimaan konsep tersebut membantu memberi dasar untuk

menyesuaikan kebijakan pemberian nilai (grade) sehingga semua peserta didik

yang mencapai tahap penguasaan pengajaran mendapat ganjaran yang sesuai

untuk jerih payahnya. Jika asumsi bahwa semua jenis peserta didik dapat belajar

dengan hasil yang baik, maka tugas guru bukan lagi memilih-milih peserta didik
45

tetapi meyakinkan dan mendorong bahwa semua peserta didik dapat mencapai

tingkat belajar yang diharapkan.

2.1.5.5 Teori Belajar Van Hiele

Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh van

Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam

geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan

penelitian dalam pengajaran geometri. Hasil penelitiannya itu, yang dirumuskan

dalam disertasinya, diperoleh dari kegiatan tanya jawab dan pengamatan.

Menurut Van Hiele, tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu,

materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata secara terpadu

akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak kepada tingkatan berpikir yang

lebih tinggi.

Dalam penelitian ini, teori Van Hiele berhubungan dengan materi pokok

dalam pembelajaran, yaitu materi lingkaran (Suherman, Erman, et al., 2003: 51).

2.1.6 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Rifa’i (2012:69) adalah perubahan perilaku yang

diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Berdasarkan teori

taksonomi Bloom, hasil belajar dicapai melalui tiga kategori, yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Domain kognitif yaitu knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,

contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),

synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan

evaluation (menilai). Domain afektif yaitu receiving (sikap menerima), responding


46

(memberikan tanggapan, valuing (menilai), organization (oraganisasi), dan

characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik yaitu keterampilan produktif,

teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.

Namun, dalam penelitian ini, peneliti membatasi pembahasan secara khusus

hanya pada ranah kognitif saja dengan penekanan pada bentuk tes tertulis. Dengan

demikian, istilah hasil belajar mengacu pada tes prestasi belajar pada ranah ukur

kognitif dalam bentuk tertulis.

Sesuai dengan standar isi Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, perubahan

perilaku yang menjadi tujuan dari kegiatan belajar kemampuan pemahaman konsep,

penalaran dan komunikasi matematis, serta pemecahan masalah.

2.1.6.1 Pemahaman Konsep

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 diuraikan bahwa

indikator peserta didik memahami konsep matematika adalah mampu:

a. menyatakan ulang sebuah konsep,

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,

c. memberi contoh dan bukan contoh dari konsep,

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,

e. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep,

f. menggunakan, memanfaatkan, memilih prosedur atau operasi tertentu, dan

g. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Indikator kemampuan pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a. menyatakan ulang sebuah konsep,


47

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,

c. memberi contoh dan bukan contoh dari konsep,

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,

e. mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

2.1.6.2 Penalaran dan Komunikasi Matematis

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 diuraikan bahwa

indikator penalaran matematis peserta didik adalah mampu:

a. menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram,

b. mengajukan dugaan,

c. melakukan manipulasi matematika,

d. menarik kesimpulan dari pernyataan, dan

e. menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Indikator kemampuan penalaran dan komunikasi matematis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

a. menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram,

b. mengajukan dugaan,

c. melakukan manipulasi matematika, dan

d. menarik kesimpulan logis.

2.1.6.3 Pemecahan Masalah

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 diuraikan bahwa

indikator pemecahan masalah peserta didik adalah mampu:

a. menunjukkan pemecahan masalah,


48

b. mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan

masalah,

c. menyajikan masalah secara sistematik dalam berbagai bentuk,

d. memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,

e. mengembangkan strategi pemecahan masalah,

f. membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan

g. menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Indikator kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

a. menyajikan masalah secara sistematik dalam berbagai bentuk,

b. memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat,

c. membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan

d. menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

2.1.7 Pembelajaran Matematika

Menurut Briggs sebagaimana dikutip oleh Achmad Rifa’i dan Catharina Tri

Anni (2012:157), pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa (events) yang

mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh

kemudahan. Sedangkan menurut Johnson dan Rising sebagaimana dikutip oleh

Suherman, Erman, et al. (2003: 17) menyatakan bahwa matematika adalah pola

berpikir, pola mengorganisasikan, pemberian yang logik, matematika itu adlaah

bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat

representasinya dengan simbol dan padat lebih berupa bahasa symbol mengenai ide

daripada mengenai bunyi.


49

Menurut Sumardiyono sebagaimana dikutip oleh Wardhani (2010:7), paling

sedikit ada 4 implikasi dari karakteristik terhadap pembelajaran matematika di

sekolah, yaitu: penyajian, pola pikir, semesta pembicaraan, tingkat keabstrakan.

Tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas sebagaimana dikutip

oleh Tatang Herman (2006) adalah: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam

menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan

imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen,

orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3)

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan.

2.1.8 Model Pembelajaran Inkuiri

2.1.8.1 Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri

Secara bahasa, inkuiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam

bahasa Inggris yang berarti; penyelidikan/meminta keterangan; terjemahan bebas

untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri”.

Dalam metode ini, setiap peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses

belajar mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik

terhadap setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus selalu

dijawab oleh guru, karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan (Anam, Khoirul, 2015: 7).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing.

Alasan digunakannya metode inkuri terbimbing karena metode ini cocok untuk

diajarkan ke siswa yang belum pernah memecahkan masalah inkuiri. Sehingga guru
50

di dalam metode ini dituntut untuk membimbing lebih daripada menggunakan metode

inkuiri yang lain.

Menurut Sanjaya (2006: 194), model pembelajaran inkuiri terbimbing

merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan. Pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

diantaranya: guru menyajikan masalah dengan mengajukan pertanyaan tentang inti

masalah misalnya sifat-sifat cahaya, siswa berusaha memecahkan dengan cara

mengenal masalah, melakukan langkah-langkah penelitian yang sesuai prosedur

penelitian, serta menyampaikan hasil penelitian dari masalah yang diteliti.

Peneliti berharap dengan adanya keterlibatan siswa dalam memecahkan suatu

masalah, pola, dan struktur matematika secara mandiri, siswa dapat

mengaplikasikannya ke kondisi masalah yang lain. Ini dikarenakan tujuan dari

pembelajaran inkuiri yang peneliti gunakan adalah untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan suatu masalah, terutama

masalah matematika.

Menurut Suherman, Erman, et al. (2003:215), salah satu tujuan mengajar

dengan inkuiri adalah agar siswa tahu dan mampu mentransfer pengetahuan ke dalam

situasi lain. Metode ini terdiri atas 4 tahap yaitu sebagai berikut.

a. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka-teki.

b. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur

mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk

memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.


51

c. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru

dilaksanakan.

d. Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan

metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.

Namun, untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran dengan model

pembelajaran inkuiri, siswa perlu memiliki kemampuan tertentu. Menurut Gellu

sebagaimana dikutip oleh Suyanti (2013), kemampuan yang diperlukan siswa untuk

melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

b. Merumuskan hipotesis

c. Mengumpulkan data

d. Analisis data

e. Membuat kesimpulan

Sebagaimana telah dijelaskan, model pembelajaran inkuiri yang digunakan

adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Sehingga, dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya sebagai fasilitator, namun guru juga

membimbing siswa supaya dapat mengikuti pembelajaran yang dilakukan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama Strategi Pembelajaran Inkuiri

menurut Zuriyani:

a. Strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari

dan menemukan, artinya peserta didik jadikan subjek belajar.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan

jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan. Strategi inkuiri ini menempatkan
52

guru sebagai fasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang

menjelaskan saja.

c. Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan

intelektual sebagai bagian proses mental.

Strategi Pembelajaran Inkuiri efektif apabila:

a. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu

permasalahan yang ingin dipecahkan.

b. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang

sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

c. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

d. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan

dan kemampuan berpikir.

e. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru

(Zuriyani).

Dari uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

inkuiri digunakan oleh guru dalam rangka mencapai suatu tujuan yaitu siswa mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga dapat merumuskan

sendiri apa yang siswa temukan.

2.1.8.2 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri

Sintaks atau langkah pelaksanaan strategi pembelajaran inkuiri menurut

Sanjaya (2008: 202) adalah sebagai berikut.


53

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai

oleh siswa.

2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta

tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai

dengan merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam

rangka memberikan motivasi belajar siswa.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan

yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai

jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan


54

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima

sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai

kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data

mana yang relevan.

2.1.8.3 Sistem Pendukung Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Rustaman, dukungan optimal berupa satu set bahan yang bersifat

konfrontatif. Guru yang memahami proses intelektual dan strategi inkuiri, dan bahan

sumber.

Efek instruksional: proses ilmiah, strategi untuk berinkuiri kreatif.

Efek iringan: semangat berkreativitas, kemandirian belajar, toleran terhadap hal-hal

yang ambigu, sifat tentative (sementara) dari pengetahuan.

2.1.8.4 Prinsip Reaksi (Principle of Reaction) Model Pembelajaran Inkuiri

a. Meyakinkan pertanyaan untuk dijawab ya dan tidak.

b. Meminta siswa merumuskan ulang pertanyaan yang tidak sahih.

c. Menunjuk butir yang tidak tervalidasi.

d. Menggunakan bahasa proses inkuiri (mengidentifikasi pertanyaan siswa sebagai

teori dan meminta pengujian (bereksperimen)).


55

e. Mencoba memfasilitasi siswa, tapi tidak menilai teori siswa.

f. Menekan siswa untuk merumuskan pertanyaan teori yang lebih jelas dan mencari

pendukung untuk teorinya.

g. Memotivasi interaksi antarsiswa (Rustaman).

2.1.8.5 Sistem Sosial (Social System) Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Rustaman, MLI (Model Latihan Inkuiri) bisa sangat terstruktur di

bawah kendalian guru dan menyatakan prosedur inkuiri. Norma inkuiri: kooperasi,

kebebasan intelektual, dan persamaan (equality). Interaksi antarsiswa didukung.

Lingkungan intelektual terbuka untuk semua ide. Guru dan siswa sama-sama

berpartisipasi terhadap ide yang muncul (diminati).

2.1.8.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Zuriyani, keunggulan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai

berikut.

a. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan

kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,

sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.


56

d. Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar

bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri adalah sebagai

berikut.

a. Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka

akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai

materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan

oleh setiap guru.

2.2Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil dokumentasi nilai murni ulangan akhir semester gasal yang

dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang, matematika masih sangat

dianggap sulit oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti pada 64 siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang. Rata-rata

yang dicapai dari siswa yang ditunjuk sebagai sampel dalam studi pendahuluan
57

tersebut hanya sebesar 54. Ini masih jauh dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum)

yang ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 75. Sedangkan presentase ketuntasan yang

dicapai oleh sampel secara klasikal hanya 25% siswa yang mencapai KKM. Dengan

kata lain, sebanyak 75% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Sulitnya

memahami mata pelajaran matematika ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satu faktornya adalah kurangnya dukungan model pembelajaran yang inovatif

dan dapat mengaktifkan siswa. Karena dengan aktifnya siswa dalam proses

pembelajaran, siswa akan lebih mudah menangkap materi pelajaran yang dipelajari.

Sedangkan, pembelajaran yang biasa diterima oleh siswa SMP Negeri 22 Semarang,

khususnya pada kelas VIII hanya berpusat pada guru. Jadi guru sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Untuk mengatasi hal tersebut, guru

diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan

dengan menerapakan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang didukung oleh

media pembelajaran. Model inkuiri dipilih karena pada model pembelajaran ini siswa

dilatih untuk menemukan konsep matematikanya sendiri pada materi tertentu dengan

bimbingan guru. Sehingga diharapkan kemampuan hasil belajar matematika siswa

dapat meningkat.

Menyadari rendahnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan siswa tidak

dievaluasi dengan alat evaluasi yang berguna untuk mendeteksi letak kesulitan yang

dialami oleh siswa. Oleh karena itu, perlu adanya suatu terapi yang diberikan kepada

siswa dalam menentukan letak kesulitan yang dialami oleh siswa yang digunakan

untuk mendeteksi konsep matematika mana yang belum dikuasai oleh siswa sebelum

mendapatkan konsep baru. Ini dikarenakan kesulitan yang dialami oleh siswa tidak
58

hanya disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang sedang dipelajari, namun

letak kesulitan tersebut dapat diakibatkan karena kurangnya pengetahuan prasyarat

siswa. Supaya guru dapat menganalisis letak kesulitan yang dihadapi oleh siswa,

perlu adanya alat yang tepat yaitu berupa asesmen diagnostik. Seperti dijelaskan pada

teori sebelumnya bahwa asesmen diagnostik digunakan untuk menentukan letak

kesulitan yang dialami oleh siswa. Dengan dilakukannya suatu remedial teaching

berbasis asesmen diagnostik, letak kesulitan yang dialami oleh siswa terhadap hasil

belajar matematika dapat terdeteksi. Pemanfaatan suatu media pembelajaran juga

menjadi alat pendukung dalam membantu siswa memahami konsep matematika.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti mengangap bahwa remedial teaching

berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa dalam materi pokok lingkaran.

Berdasarkan uraian di atas, skema desain penelitian dapat ditunjukkan pada

Gambar 2.2.1 sebagai berikut.


59

POPULASI
(Kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang)

Teknik random sampling


SAMPEL KELAS UJI COBA
K

Uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata sampel

EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 EKSPERIMEN 3 EKSPERIMEN 4

Model Model
Mod Model
Mod Model
M
Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
Inkuiri Konvensional
al Inkuiri Konvensional
al

Tes Diagnostik Tes Formatif

Remedial Teaching Pembelajaran Biasa

Tes Hasil Belajar Matematika


TES UJI COBA
A
Uji normalitas dan homogenitas INSTRUMEN

Analisis Hasil Akhir


1. Uji Kesamaan Rata-rata Satu Sampel Analisiss Butir
But Soal
2. Uji Proporsi Satu Sampel 1. Validitas Tes
3. Uji Anava Desain Faktorial 2. Reliabilitas Tes
3. Tingkat
Kesukaran
4. Daya Beda
SIMPULAN

Gambar 2.2.1 Skema Desain Penelitian


60

2.3Hipotesis

Berasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

(1) Hasil belajar matematika siswa pada remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri mencapai ketuntasan minimal

(KKM) secara individual dan klasikal.

(2) Hasil belajar matematika siswa pada remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik lebih baik dari hasil belajar matematika siswa pada remedial teaching

tidak berbasis asesmen diagnostik.

(3) Hasil belajar matematika siswa pada model pembelajaran inkuiri lebih baik dari

hasil belajar matematika siswa pada model pembelajaran konvensional.

(4) Hasil belajar matematika siswa pada remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri lebih baik dari hasil belajar

matematika siswa pada remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam

model pembelajaran konvensional, remedial teaching tidak berbasis asesmen

diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri, dan remedial teaching tidak

berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran konvensional.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai keefektifan remedial teaching berbasis

asesmen diagnostik terhadap pencapaian hasil belajar matematika siswa dalam model

pembelajaran inkuiri, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Nilai siswa yang mendapatkan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik

dalam model pembelajaran inkuiri dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM). Berdasarkan analisis hipotesis pertama diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yang diberi

perlakuan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model

pembelajaran inkuiri lebih dari atau sama dengan 75 atau memenuhi kriteria

ketuntasan minimum (KKM) secara klasikal.

b. Hasil belajar matematika siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun

(KKM) pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan remedial teaching

berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri lebih dari atau

sama dengan 75%.

2. Rata-rata nilai siswa yang mendapatkan remedial teaching berbasis asesmen

diagnostik lebih tinggi dibandingkan nilai siswa yang mendapatkan asesmen

formatif, rata-rata nilai siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri lebih

tinggi dibandingkan nilai siswa yang mendapatkan model pembelajaran

konvensional, dan rata-rata nilai siswa yang mendapatkan remedial teaching

170
171

berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

dibandingkan rata-rata nilai siswa yang mendapatkan perlakuan remedial

teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran konvensional,

model pembelajaran inkuiri tanpa asesmen diagnostik, dan model pembelajaran

konvensional tanpa asesmen diagnostik. Berdasarkan analisis hipotesis kedua,

ketiga, dan keempat diperoleh hasil sebagai berikut.

a. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan perlakuan remedial

teaching berbasis asesmen diagnostik lebih tinggi dari siswa yang diberikan

perlakuan tanpa asesmen diagnostik.

b. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberikan perlakuan model

pembelajaran inkuiri lebih tinggi daripada siswa yang diberikan perlakuan

model pembelajaran konvensional.

c. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan perlakuan remedial teaching

berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran inkuiri lebih tinggi

dari ketiga kelompok eksperimen yang lain.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat direkomendasikan peneliti

adalah sebagai berikut.

1. Remedial teaching berbasis asesmen diagnostik dalam model pembelajaran

inkuiri dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu, para guru
172

matematika diharapkan dapat menerapkan model ini dalam pembelajaran

matematika.

2. Remedial teaching berbasis asesmen diagnostik membutuhkan tenaga pendidik

lebih banyak. Ini dikarenakan remedial teaching bersifat individual, sehingga

guru sebaiknya bekerja sama dengan tenaga pendidik yang lain dalam

melaksanakan remedial teaching berbasis asesmen diagnostik, terutama apabila

ranah yang diteliti tidak hanya pada ranah kognitif saja.

3. Model pembelajaran inkuiri membutuhkan waktu yang relatif lebih lama

dibandingkan model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini, siswa

diberikan waktu yang lebih untuk menentukan hipotesis dan mendapatkan

informasi secara mandiri. Apabila dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional dengan guru langsung memberikan informasi kepada siswa, model

pembelajaran inkuiri jelas lebih lama. Jadi disarankan, guru sebelum memulai

pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri sudah memberikan masalah

kepada siswa untuk ditentukan hipotesisnya dan siswa juga diminta untuk

mencari informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut di luar jam pelajaran.

Sehingga pada saat jam pelajaran, siswa langsung mendiskusikan hasil yang

mereka peroleh tersebut. Dengan demikian pembelajaran di dalam kelas tidak

membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, model pembelajaran inkuiri juga

membutuhkan kemampuan khusus yang harus dimiliki siswa. Sehingga, guru

sebelumnya memastikan apakah siswa memiliki kemampuan tersebut atau tidak.


173

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwanto, Yuyun. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Tentang


Pecahan Biasa Melalui Metode Inkuiri Bagi Siswa Kelas VA SDN II
Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Nalar Pendidikan. 2(2): 187-192.

Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).

Anggraeni, N.W., Ristiati, & Widiyanti. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran


Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep IPA
Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Volume 3.

Ari, Ni Md.. Nym. Dantes. & I Dw. Kd Tastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar IPA
Kelas V. Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Volume 1.

Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam


Kementrian Agama.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendidikan Praktek. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Ariyanto. 2012. Penerapan Teori Ausubel pada Pembelajaran Pokok Bahasan


Pertidaksamaan Kuadrat di SMU. Makalah yang dipresentasikan pada
Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Surakarta.
174

Bentina, Sunardi, & Nurcholif. 2013. Profil Belajar Konsep Matematika Siswa
Akselerasi Berdasarkan Teori Bruner dan Cara Belajar Liang Gie di SMP
Negeri 3 Jember. 2(1): 151-160.

Depdiknas. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Jakarta:


Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Geller, Leanne R. Ketterlin & Paul Yovanoff. 2009. Diagnostic Assessments in


Mathematics to Support Instructional Decision Making. Practical Assessment,
Research & Evaluation. 14(16): 1-11.

Gunawan, Imam & Anggarini Retno Palupi. 2012. Taksonomi Bloom Revisi Ranah
Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian.
Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran. 2(2): 16-40.

Haryanto. 2010. Pengantar Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus. Diktat.


Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Universitas Negeri
Yogyakarta.

Herman, Tatang. 2006. Membangun Pengetahuan Siswa melalui Pembelajaran


Berbasis Masalah. Dipresentasikan dalam Seminar Nasional MIPA.
Yogyakarta: Fakultas MIPA UNY.

Ifeoma, Olibie Eyuiche & Ezeoba Kate Oge. 2013. Effects of Guided Inquiry Method
on Secondary School Students’ Performance in Social Studies Curriculum in
Anambra State, Nigeri. British Journal of Education, Society & Behavioural
Science. 3(3): 206-222.

Iriana, Dewi. 2012. Diagnosis Kesulitan Siswa Underachiever dalam Menyelesaikan


Soal Turunan Fungsi Aljabar Kelas XI IPA SMA Islam Al-Falah Jambi.
Jurnal Sains dan Matematika. 5(1): 13-24.

Karim, Asrul. 2011. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran


Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. FKIP: Universitas Almualim.

Khan, Shaninshah Babar & Saeed-ul-Hasan Chrishti. 2011. Learners’ Errors:


Supporting Learners for Participating in Mathematics’ Classroom.
International Journal of Academic Research. 3(1): 655-658.
175

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mardapi, Djemari. 2014. Asesmen dalam Pembelajaran Berbasis Saintifik. Makalah


yang dipresentasikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VI.
Surakarta: Jurusan PMIPA FKIP Universitas Negeri Surakarta.

Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi.
Translated by Soetjipto, Helly Prajitno & Sri Mulyantini Soetjipto. 2008.
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Mulyadi. 2008. Diagnostik Kesulitan Belajar. Malang: Nuha Litera.

Oguzer, Nkasiobi S. & J. Opara. 2011. Inquiry Instructional Methode and The School
Science Curriculum. Current Research Journal of Social Sciences. 3(3): 188-
198.

Pawestri, Ungky, et al. 2013. Analisis Kesulitan Pembelajaran Matematika dengan


Pengantar Bahasa Inggris pada Materi Pokok Bentuk Logaritma Kelas X
Imersi SMA Negeri Karangpandan Karanganyar 2012/2013. Jurnal
Pendidikan Matematika Solusi. 1(1): 1-7.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.

Prayitno, Lydia Lia. Agus Prasetyo Kurniawan. & Luki Wiharti. 2010. Teori Belajar
Bruner untuk Menemukan Jaring-jaring Kubus. Makalah yang
dipresentasikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan Statistika
2010. Surabaya: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya.

Purwanto. 2011. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Putra, Eddy Permana, Ni Nyoman Garminah, & I Gusti Ngurah Japa. 2014. Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Grafis Terhadap
Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu.
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 2(1).

Putrayasa, Ida Bagus. 2012. Buku Ajar: Landasan Pembelajaran. Udayana: Undiksha
Press.

Rifa’I, Achmad & Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT
Unnes Press.
176

Rosvita, Nurul Husna & Rabiatul Adawiyah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Hayati.
1(1): 7-11.

Rufaida, Agus Martawijaya. & Abdul Haris. 2011. Penerapan Strategi Mastery
Learning dengan Menggunakan Media Visual dalam Pembelajaran Fisika
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 30 Makassar. JSPF. 7(2): 120-139.

Rustaman, Nuryani Y. Pengembangan Model Pembelajaran (MIPA). Makalah yang


disampaikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran MIPA
dan Implementasinya pada Pelaksanaan KBK. Semarang: FPMIPA IKIP
PGRI Semarang.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saputra, Avika Dias & Suhito. 2015. Keefektifan Adaptive Remedial Teaching
Strategy Berlatar Pembelajaran Aktif dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Matematika Jurusan IPS. Unnes Journal of Mathematics Education. 4(1): 1-
10.

Sardjoko, Tri. 2011. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered


Heads Together dan Group Investigation pada Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa SMA di Kabupaten Ngawi. Tesis.
Surakarta: Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Selvarajan, Poongothai & Thuyagarajah Vasanthagumar. 2012. The Impact of


Remedial Teaching on Improving The Competencies of Low Achievers.
International Journal of Social Sciences & Interdisciplinary Research. 1(9):
49-58.

Setiawan, Dhidik & Buditjahjanto. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri


Terhadap Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMKN 3 Buduran Sidoarjo.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 2(1): 301-209.

Soejoeti, Zanzawi. 1985. Metode Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Soepeno, Bambang. 1997. Statistik Terapan dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial &
Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.


177

Sugiyanto. Psikologi Pendidikan Diagnostik Kesulitan Belajar (DKB). Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta. Terdapat di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiyanto-mpd/26-bab-
6.pdf [diakses 16-03-2016]

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA. cv.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. cv.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif.


dan R&D. Bandung: ALFABETA.cv.

Suharto, Agus. 2012. Memahami Teori Psikologi Kognitif Piaget Hubungannya


dengan Perkembangan Anak Dalam Belajar. Jurnal Edukasi. 7(1): 19-38.

Suherman, Erman, et al. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia

Supriyadi. 2003. Kajian Penilaian Pencapaian Belajar Fisika. Universitas Negeri


Yogyakarta

Suwarto. 2013a. Belajar Tuntas. Miskonsepsi. dan Kesulitan Belajar. Jurnal


Pendidikan. 22(1): 85-96.

Suwarto. 2013b. Pengembangan Tes Diagnostik. Jurnal Pendidikan. 22(2): 187-202.

Suwarto. 2013c. Model-model Instrumen Diagnostik. Sukoharjo: Universitas Veteran


Bangun Nusantara Sukoharjo.

Suyanti. 2013. Peningkatan Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan


Metode Inkuiri di Kelas III SDN 14 Mempawah Hilir. Artikel Penelitian.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Syahrul. 2010. Pengembangan Model Asesmen Kompetensi Siswa SMK dalam


Konteks Pembelajaran Berbasis Kerja di Industri. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan. 14(2): 246-268.

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahyudi. 2010. Assesment Pembelajaran Berbasis Portofolio di Sekolah. Jurnal Visi


Ilmu Pendidikan. 2(1): 288-296.
178

Wardhani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian Aspek Pemahaman Konsep,


Perlakuan, Komunikasi, dan Pemecahan Masalah: Materi Pembinaan
Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Wardhani, Sri. 2010. Implikasi Karakteristik Matematika dalam Penacapaian Tujuan


Mata Pelajaran Matematika di SMP/MTs. Disajikan pada Diklat Guru
Pemandu/Guru Inti/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar Tahun
2010. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika.

Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan


Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Zhao, Zhongbao. 2013. An Overview of Studies on Diagnostic Testing and its


Impplications for the Development of Diagnostic Speaking Test. International
Journal of English Linguistics. 3(1): 41-45

Zuriyani. Elsy. Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA. Palembang:
Widiyaiswara BDK Palembang. Tersedia di
http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/umvt1331613361.pdf [21-03-
2016]

Anda mungkin juga menyukai