Anda di halaman 1dari 252

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN


LITERASI SAINS SISWA KELAS X
SMA NEGERI 10 PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
HENI SETIANI
NIM. 122150023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016

i
HALAMAN PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN
LITERASI SAINS SISWA KELAS X
SMA NEGERI 10 PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh:
Heni Setiani
NIM. 122150023

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan


di depan Tim Penguji Skripsi

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd. Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si.


NIDN. 0610117805
NIDN. 0602117601

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika,

Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si.


NIDN. 0610117805

ii
HALAMAN PENGESAHAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN
LITERASI SAINS SISWA KELAS X
SMA NEGERI 10 PURWOREJO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh:
Heni Setiani
NIM. 122150023

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo
Pada tanggal: 11 Agustus 2016

TIM PENGUJI

Drs. H. Ashari, M.Sc.


NIDN. 0026066001
(Penguji Utama)
...........................................

Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd.


NIDN. 0602117601
(Penguji I/ Pembimbing I) …………………………….

Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si.


NIDN. 0610117805
(Penguji II/ Pembimbing II) ……………………………

Purworejo, Agustus 2016


Mengetahui
Dekan Fakultas Keguruan dan lmu Pendidikan,

Yuli Widiyono, M.Pd.

iii
NIDN. 0616078301
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sebuah tantangan akan selalu menjadi beban, jika itu hanya dipikirkan. Sebuah
cita-cita adalah beban, jika itu hanya angan-angan.

Rahasia terbesar mencapai kesuksesan adalah tidak ada rahasia besar, siapapun
akan menjadi sukses jika mau berusaha dengan sungguh-sungguh.

PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan dan kubingkiskan
untuk
Bapak dan ibu tercinta (Rebin dan Parmi)
termia kasih yang selalu memberikan doa,
motivasi, perhatian dan kasih sayang padaku
Kakakku tersayang (Mb Ari, Mb Retno, Mb
Anjar) dan keluarga besarku yang selalu
memberikan semangat dan doa untukku.
Sahabat terbaikku sekaligus keluargaku (Ayu,
Anni, Tri, Fifi, Yani, Pepi, Aris, Restu, Sutris,
Acan) terima kasih untuk tangan, pundak,
telinga yang tak pernah lelah untukku, semangat
yang tak pernah henti.
Ibu Nur Ngazizah dan Bapak Eko Setyadi
Kurniawan yang selalu membimbing dan
memotivasi.
Adek-adekku (Ike, Anjar, Asri, bang Mail, bang
Jack, Rizky, Fafa, Linda, Dayah, Nurul, Ryan)
terima kasih untuk doa dan semangatnya.
Keluarga besar Program studi Pendidikan fisika
Universitas Muhammadiyah Purworejo.

iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Heni Setiani

NIM : 122150023

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo

Judul Penelitian : Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning

Terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA

Negeri 10 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016.

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya sendiri, bukan plagiat karya orang lain, baik sebagian maupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti dan dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya

bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, Agustus 2016


Yang membuat pernyataan,

Heni Setiani

v
PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk, kemudahan, dan

pertolongan pada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Efektivitas Model

Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Literasi Sains

Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016” dapat

terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Yuli Widiyono, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas

Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan rekomendasi dan

perijinan penelitian kepada penulis untuk mengadakan penelitian

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Eko Setyadi Kurniawan, M.Pd.Si., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika dan pembimbing II yang telah membimbing,

mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat

menyelesaikannya.

3. Ibu Nur Ngazizah, S.Si., M.Pd., selaku pembimbing I dan yang banyak

membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan

vi
mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penyusun dapat

menyelesaikannya

4. Niken Wahyuni, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri 10 Purworejo yang

telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

5. Mahdi, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika yang telah membimbing

selama proses penelitian.

6. Semua pihak yang telah membantu dan memotivasi dalam penyusunan

skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan yang

berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Akhir kata semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan menambah pengetahuan pembaca.

Purworejo, Agustus 2016

Penulis,

Heni Setiani

vii
ABSTRAK

Heni Setiani. 122150023. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based


Learning terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 10
Purworejo Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Pendidikan Fisika. FKIP,
Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas model


pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan literasi sains siswa
kelas X SMA Negeri 10 Purworejo.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 10
Purworejo yang terdiri dari 6 kelas yang berjumlah 190 siswa, sampel penelitian
berjumlah 62 siswa, yaitu 32 siswa kelas X-6 sebagai kelas eksperimen dan 30
siswa kelas X-4 sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik
cluster random sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara, metode observasi, metode angket, metode tes, dan metode
dokumentasi. Teknik analisis data dengan uji-t dengan taraf signifikan 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kemampuan literasi sains
kelas eksperimen 79,32% dan gain 0,46 dengan kategori sedang. Penilaian kondisi
sarana ruang kelas diperoleh 81,62% dengan kategori memenuhi standar. Rerata
keterlaksanaan pembelajaran guru pada tiga pertemuan yaitu 3,54 dinyatakan baik
dengan rerata Percentage Agreement (PA) 95,42% dinyatakan sangat reliabel,
sedangkan rerata keterlaksanaan pembelajaran siswa pada tiga pertemuan yaitu
3,49 dinyatakan baik dengan rerata Percentage Agreement (PA) 97,55%
dinyatakan sangat reliabel. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t diperoleh
hasil tobs = 6,367 dengan ttabel = 2,000 dan daerah kritik db= 60 {t/t -2,000 atau t >
2,000}, yang berarti H0 ditolak (tobs ∉ DK) sehingga hasil model pembelajaran
Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan literasi sains. Berdasarkan
hasil tersebut maka model pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap
kemampuan literasi sains siswa.

Kata kunci: Efektivitas, kemampuan literasi sains, Problem Based Learning.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Batasan Masalah ......................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS ....... 10


A. Kajian Teori ................................................................................ 10
B. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 33
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 36
D. Hipotesis .................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 38


A. Desain Penelitian ........................................................................ 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 39
C. Populasi dan Sampel ................................................................... 39
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 40
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data .................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 41


A. Deskripsi Data............................................................................. 57
B. Analisis Data ............................................................................... 62
C. Pembahasan ............................................................................... 78

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 92


A. Simpulan ..................................................................................... 92

ix
B. Saran-saran.................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94


LAMPIRAN .................................................................................................... 97

x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas ............................ 31
Tabel 2. Kisi-Kisi Kemampuan Literasi Sains .............................................. 42
Tabel 3. Kisi-Kisi Angket Sikap Kemampuan Literasi Sains ....................... 43
Tabel 4. Pedoman Penilaian Angket Kemampuan Literasi Sains ................. 44
Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Sarana Ruang Kelas .......................... 45
Tabel 6 . Pedoman Penskoran Observasi Sarana Ruang Kelas ...................... 45
Tabel 7 . Kategori Persentase Lembar Observasi .......................................... 45
Tabel 8. Kriteria Penskoran Nilai ................................................................. 50
Tabel 9. Kategori Persentase Lembar Observasi .......................................... 50
Tabel 10. Kriteria Penskoran Nilai Akhir ..................................................... 51
Tabel 11. Kriteria Normal Gain ...................................................................... 52
Tabel 12. Acuan Kriteria Percentage Agreement (PA) .................................. 53
Tabel 13. Data Awal Kemampuan Literasi Sains ........................................... 57
Tabel 14. Data Akhir Kemampuan Literasi Sains .......................................... 58
Tabel 15. Persentase Penilaian Sarana Ruang Kelas Eksperimen .................. 59
Tabel 16. Persentase Penilaian Sarana Ruang Kelas Kontrol ......................... 60
Tabel 17. Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Guru pada Kelas
Eksperimen .................................................................................... 61
Tabel 18. Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Guru pada Kelas
Kontrol ........................................................................................... 61
Tabel 19. Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Siswa pada Kelas
Eksperimen ..................................................................................... 62
Tabel 20. Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Siswa pada Kelas
Kontrol ............................................................................................ 62
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Literasi Sains Awal .................. 63
Tabel 22. Hasil Uji Homogenitas Variansi Awal Kemampuan Literasi Sains
Siswa................................................................................................ 64
Tabel 23. Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Literasi Sains ...................... 64
Tabel 24. Hasil Uji Normalitas Setelah Perlakuan........................................... 75
Tabel 25. Uji Homogenitas Variansi Setelah Perlakuan .................................. 76

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Desain Penelitian ........................................................................... 38
Gambar 2. Diagram Observasi Sarana Ruang Kelas Eksperimen .................. 66
Gambar 3. Diagram Sarana Ruang Kelas Kontrol .......................................... 66
Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Kelas
Eksperimen .................................................................................... 68
Gambar 5. Diagram Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Kelas
Kontrol .......................................................................................... 69
Gambar 6. Diagram Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen .......... 72
Gambar 7. Diagram Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ................. 74

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian Pendahuluan ........................................... 98
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ................................................................. 113
Lampiran 3. Data Penelitian.......................................................................... 214
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 254
Lampiran 5. Administrasi Penelitian ............................................................ 257
Lampiran 6. Tabel uji t .................................................................................. 266

xiii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan salah satu bahan kajian ilmu pengetahuan alam yang

mempelajari benda mati dan mengkaji gejala-gejala yang terjadi di alam.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mata

pelajaran fisika antara lain adalah mengolah, menalar, dan menyajikan dalam

ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode

sesuai dengan kaidah keilmuan.

Berdasarkan Salinan lampiran Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa

proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis siswa. Mengacu pada standar tersebut maka dalam pembelajaran

fisika siswa difasilitasi untuk mencari tahu, siswa belajar dari berbagai sumber

belajar, pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki

kebenaran multi dimensi, serta suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Pembelajaran fisika meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta

kemampuan berpikir melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang di

1
2

rancang dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Salinan Lampiran Permendikbud

Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan dan Menengah tingkat kompetensi

5 Kelas X-XI SMA/ MA/ SMANLAB/ PAKET C dalam kompetensi

pengetahuan siswa diharapkan dapat memahami, menerapkan, dan

menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya. Kemampuan literasi sains merupakan

kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan,

dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami

serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang

dilakukan terhadap alam melaui aktivitas manusia.

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa sebagai subjek dan objek

dari kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pembelajaran tidak lain

adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Mata pelajaran fisika merupakan rumpun mata pelajaran ilmu pengetahuan

alam dan teknologi yang penting dipelajari pada setiap tingkat satuan

pendidikan karena fisika merupakan mata pelajaran yang mempunyai peran

besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Negara Indonesia.

Dalam mata pelajaran fisika menitikberatkan pada proses dan sikap. Proses

pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center) perlu diubah

menjadi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) agar

siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,

seorang guru diharapkan mampu menentukan dan memilih model


3

pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan

menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

Sekolah, guru, dan siswa memegang peranan penting dalam proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran senantiasa terjadi kegiatan interaksi

antara dua unsur manusia yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan subyek

pokok dan guru sebagai pihak yang mengajar. Peran kolaboratif antara siswa

dengan guru sangatlah dibutuhkan demi terciptanya pembelajaran yang

interaktif dan inovatif. Guru memiliki pengaruh dalam menentukan

keberhasilan proses pembelajaran, tetapi tidak mendominasi di dalam

pembelajaran tersebut. Guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi

siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sebagai motivator

yang mampu memotivasi siswa untuk dapat menggali potensinya, sebagai

pembimbing yang mampu membimbing siswa baik secara akademik maupun

sosial, serta sebagai evaluator yang mampu memberikan petunjuk dan arahan

terhadap permasalahan yang dihadapi siswa.

Pada proses pembelajaran diperlukan kemampuan menggunakan sains,

salah satunya adalah kemampuan literasi sains. Hal tersebut sangat penting

dilakukan guna melatih siswa untuk aktif mencari informasi, mengidentifikasi

permasalahan secara ilmiah, merumuskan proses pemecahan masalah secara

ilmiah, menarik kesimpulan sesuai fakta.

Pembelajaran sains seharusnya mampu membekali siswa dengan

kemampuan memecahkan masalah, agar mampu mengatasi permasalahan-

permasalahan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sains sangat penting dalam


4

segala aspek kehidupan, karena itu perlu dipelajari agar siswa dapat mencapai

literasi sains, sehingga membetuk masyarakat yang melek sains. Namun,

transfer pengetahuan dari guru ke siswa disampaikan dengan mendengarkan

penjelasan mengenai suatu konsep. Sehingga siswa sulit memahami konsep

tersebut. Padahal suatu konsep dapat disajikan dengan metode lain, yaitu siswa

dapat dihadapakan pada suatu permasalahan dari kehidupan sehari-hari yang

berhubungan dengan fisika.

Berdasarkan konteks PISA (Programme for Internasional Student

Assessment), literasi sains didefiniskan sebagai kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami dan membuat

keputusan berkenaan dengan alam semesta serta perubahan yang dilakukan

terhadap alam melalui aktivitas manusia. Literasi sains merupakan hal yang

sangat penting karena termasuk kompetensi dasar bagi siswa dalam memahami

berbagai aspek kehidupan. Berdasarkan hasil penelitian tentang penilaian hasil

belajar sains tingkat internasional yang diselenggarakan Organization for

Economic Coperation and Development (OECD) melalui PISA 2012,

menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang sains

khususnya literasi sains masih sangat lemah. Berdasarkan hasil PISA 2012

Indonesia menempati peringkat 2 terbawah dari 65 negara peserta. Skor rata-

rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 382 dan skor ini berada

dibawah rata-rata standar 501. Artinya siswa Indonesia hanya dapat

mengaplikasikan pengetahuan pada beberapa situasi yang sudah akrab. Siswa


5

belum mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan menerapkan pengetahuan

sains dalam berbagai situasi kehidupan yang bersifat kompleks dan

menggunakan pemahaman sains mereka dalam mendukung solusi untuk

fenomena sains dan teknologi asing.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tidak terlepas dari berbagai

komponen belajar yang saling mendukung. Komponen-komponen tersebut

antara lain berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran dengan tujuan

untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa.

Untuk menentukan model pembelajaran yang baik, guru dituntut harus mampu

menguasai berbagai situasi dan kondisi siswa di dalam kelas. Guru dituntut

untuk dapat menyajikan pembelajaran yang mendorong siswa berpikir

memecahkan masalah kontekstual. Guru perlu menguasai dan dapat

menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, model,

dan teknik pembelajaran khusunya model pembelajaran berbasis masalah.

Penerapan model Problem Based Learning menekankan pada pengalaman

belajar bermakna pada siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Pengalaman belajar yang bermakna dapat diperoleh siswa melalui interaksi

dengan lingkungan. Model Problem based Learning dapat digunakan untuk

melatih siswa menerapkan kemampuan literasi sains melalui proses pemecahan

masalah yang ada di lingkungannya secara ilmiah sehingga siswa dapat

memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan bermanfaat.

Keunggulan Problem Based Learning sebagai model pembelajaran yang

bersifat student center adalah sebagai berikut : 1) model Problem Based


6

Learning menghadapkan siswa pada permasalahan praktis dan konseptual yang

akan menjadi pondasi siswa dalam proses belajar; 2) proses pembelajaran yang

berpusat pada siswa (student-centered) memberi kesempatan lebih kepada

siswa untuk mengemukakan gagasan-gagasannya; dan 3) fase-fase dalam

Problem Based Learning mengakomodasikan siswa untuk berpikir kritis dan

aktif dalam kelompok belajar yang terbentuk, sehingga akan memperkecil

kesenjangan antara kondisi pembelajaran ideal dengan fakta.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 10 Purworejo pada hari Rabu

tanggal 30 Maret 2016 dengan membagikan angket sikap dan nilai ulangan

harian kemampuan literasi sains siswa masih rendah yaitu pada aspek konteks

68,43%, aspek konten 68,50%, aspek kompetensi 46,75%, aspek sikap 62,22%

yang terdiri dari motivasi belajar 65,62% dan rasa ingin tahu 59,92%..

Rendahnya kemampuan literasi sains siswa terlihat dari perilaku siswa yaitu

mengaplikasikan pengetahuannya. Kondisi ini didukung dengan rendahnya

ketercapaian nilai pada aspek pengetahuan, konteks , dan keterampilan siswa.

Selain itu, dalam memecahkan masalah-masalah secara ilmiah dalam situasi

nyata dan dalam memecahkan permasalahan lingkungan. Kemampun literasi

sains siswa juga dipengaruhi secara positif oleh sikap siswa terhadap sains.

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Rabu, 30 Maret 2016 dengan

Bapak Mahdi selaku guru Fisika SMA Negeri 10 Purworejo diperoleh

kesimpulan bahwa model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada

guru. Selain itu, siswa kurang mampu menyelesaikan permasalahan apabila

dihadapkan oleh suatu masalah. Respon siswa saat dihadapakan oleh suatu
7

permasalahna masih mudah berkomentar sebelum mencoba. Siswa masih

bingung dalam mengidentifikasikan maupun menyimpulkan apalagi untuk

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari masih perlu bimbingan dari guru.

Siswa masih perlu bimbingan, perlu diberikan rangsangan terlebih dahulu.

Kebanyakan dari siswa masih sulit untuk memberikan contoh-contoh fisika

dalam kehidupan sehari-hari. Rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa masih

kurang, hal ini dikarenakan pelajaran fisika dianggap membosankan sehingga

mereka malas untuk mencari tahu sebuah permasalahan ilmiah yang harus

mereka selesaikan. Menurut Bapak Mahdi, siswa lebih paham jika guru

memberikan contoh atau aplikasinya yang berada di sekelilingnya. Peran guru

disini masih sangat dibutuhkan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan peneliti tertarik untuk

mengkaji tentang efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri 10 Purworejo

tahun pelajaran 2015/2016.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian antara lain :

1. Siswa kesulitan dihadapkan oleh suatu permasalahan ilmiah. Untuk

mengidentifikasi permasalahan ilmiah, merumuskan hipotesis, maupun

menyimpulkan permasalahan ilmiah masih perlu adanya bimbingan.

2. Kemampuan literasi sains siswa masih rendah .


8

3. Model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.

4. Rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa dalam menyelesaikan suatu

permasalahan ilmiah masih kurang.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah, keterbatasan waktu, dana, serta

kemampuan peneliti maka perlu adanya pembatasan masalah yang

dititikberatkan pada efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri 10 Purworejo

tahun pelajaran 2015/2016 pada materi Suhu dan Kalor.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dipaparkan maka rumusan dalam

penelitian ini adalah apakah model pembelajaran Problem Based Learning

efektif terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas X SMA Negeri 10

Purworejo tahun pelajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

Problem Based Learning terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas X

SMA Negeri 10 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016.


9

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi siswa

Dapat menumbuhkan kemampuan literasi sains siswa serta dapat

memecahkan suatu permasalahan fisika yang di berikan oleh guru.

2. Bagi guru

a. Memberi masukan yang bermanfaat agar pada pembelajaran fisika yang

akan datang lebih dapat mengeksplorasi kemampuan siswa.

b. Dapat digunakan dalam upaya menumbuhkan kemampuan literasi sains

siswa saat proses pembelajaran.

3. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman yang berharga, dan

keterampilan mahasiswa khususnya yang terkait dengan penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

4. Bagi sekolah

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu

pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran pada waktu yang

akan datang.

b. Dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya meningkatkan layanan dan

mutu pendidikan.
10

BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Fisika

Menurut Trianto (2014: 19) pembelajaran merupakan aspek

kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.

Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna

yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari

seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.

Menurut Muhammad Faturrohman (2015: 16) pembelajaran adalah

proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran

adalah hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh

terhadap pemahaman (Miftahul Huda, 2013: 2).

Aktivitas berupa proses belajar yang memiliki tujuan pengalaman

belajar. Pembelajaran berkenaan dengan peristiwa eksternal yang

10
11

dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar mengajar yang

sifatnya internal yang dilatarbelakangi oleh prinsip-prinsip pembelajaran

(Evi Tri, 2015 : 12).

Abdul Majid (2014: 44) mengungkapkan bahwa pembelajaran

fisika memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yang

di klarifikasikan dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Kognitif adalah domain yang menekankan pada

pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Afektif adalah

domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai, dan

emosi. Sedangakan psikomotorik adalah domain yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik

Berdasarkan definisi menurut ahli pendidikan yang telah diuraikan

di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembelajaran

fisika adalah proses interaksi antara guru dan siswa sebagai subjek dan

pusat pembelajaran dengan tujuan untuk mempelajari dan memberi

pemahaman kuantitatif terhadap berbagai gejala atau proses alam dan sifat

serta penerapannya.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning

a. Pengertian Problem Based Learning

Menurut Suyadi (2013: 129) Problem Based Learning adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu

masalah tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan

pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikan masalah. Pembelajaran


12

berbasis masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran aktif dan

kolaboratif, serta berpusat kepada siswa, sehingga mampu

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri. PBL

dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa.

Menurut Aris Shoimin (2014: 130) Problem Based Learning

(PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model

pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks

untuk para siswa belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahakan

masalah serta memperoleh pengetahuan.

Menurut Muhammad Faturrohman (2015: 112) Problem Based

Learning (Problem Based Intruction) adalah pembelajaran yang

menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-

structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk

mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir

kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Berbeda dengan

pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah nyata sebagai

penerapan konsep, PBL (Problem Based Learning) menjadikan masalah

nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mereka

mengetahui konsep formal.

M. Taufiq Amir (2013: 22) menyatakan bahwa Problem Based

Learning adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa

untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan


13

dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk

memecahkan masalah. Problem Based Learning telah banyak

diterapkan dalam pembelajaran sains. Problem Based Learning dapat

dan perlu termasuk untuk eksperimentasi sebagai suatu alat untuk

memecahkan masalah. Mereka menggunakan suatu kerangka kerja yang

menekankan bagaimana para siswa merencanakan suatu eksperimen

untuk menjawab sederet pertanyaan.

Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014: 127) Problem Based

Learning merupakan model pembelajaran yang penyampaiannya

dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka

dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan

kontekstual yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari

sesuai dengan kehidupan nyata.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

model Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran

dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan

melalui pemecahan masalah itu siswa belajar keterampilan-

keterampilan melalui penyelidikan dan berpikir sehingga dapat

memandirikan siswa dalam belajar dan memecahkan masalah. Dengan

demikian siswa di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi

pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.


14

b. Karakteristik Problem Based Learning

Ridwan Abdullah Sani (2014: 131) menyebutkan karakteristik

model pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut : 1)

terkait dengan dunia nyata; 2) memotivasi siswa; 3) membutuhkan

pengambilan keputusan; 4) multitahap; 5) dirancang untuk kelompok;

6) menyajikan pertanyaan terbuka yang memicu diskusi; 7) mencakup

tujuan pembelajaran, berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), dan

keterampilan-keterampilan lainnya.

Menurut Muhammad Faturrohman (2015: 115) pembelajaran

berdasarkan masalah memiliki karakteristik-karakteristik sebagai

berikut : 1) belajar dimulai dengan suatu masalah; 2) memastikan

bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa

atau integrasi konsep dan masalah di dunia nyata; 3) mengorganisasikan

pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar disiplin ilmu; 4)

memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam

membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

sendiri; 5) menggunakan kelompok kecil; 6) menuntut pembelajar

untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk

suatu produk atau kinerja. Inilah yang akan membentuk skill siswa.

Jadi, siswa diajari keterampilan.

M. Taufiq Amir (2013: 22) mengungkapkan bahwa karakteristik

yang tercakup dalam proses Problem Based Learning sebagai berikut :

1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; 2) biasanya, masalah


15

yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara

mengambang (ill-structured); 3) masalah biasanya menuntut perspektif

majemuk (multiple-perspective); 4) masalah membuat pembelajar

tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran

yang baru; 5) sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed

learning); 6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak

dari satu sumber saja; 7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan

kooperatif.

c. Langkah-Langkah Penggunaan Model Problem Based Learning

Muhammad Faturrohaman (2015: 116) menyebutkan tahapan-

tahapan atau sintaks pembelajaran pada model pembelajaran Problem

Based Learning sebagai berikut : 1) mengorientasikan siswa terhadap

masalah. Pada tahap ini guru menyajikan permasalahan, membahas

tujuan pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk

pembelajaran, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran ; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu

siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap

sebelumnya; 3) membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi

yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan

kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah; 4)

mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa


16

untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang

sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video,

atau model; 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap proses pemecahan masalah yang sudah dilakukan.

Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014: 157) langkah-langkah

atau sintaks model pembelajaran Problem Based Learning sebagai

berikut : 1) memberikan orientasi permasalahan kepada siswa. Guru

menyajikan permasalahan, membahas tujuan pembelajaran,

memaparkan kebutuhan logistik untuk pembelajaran, memotivasi siswa

untuk terlibat aktif; 2) mengorganisasikan siswa untuk penyelidikan.

Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan; 3) pelaksanaan investigasi. Mendorong siswa untuk

memperoleh informasi yang tepat, melaksanakan penyelidikan, dan

mencari penjelasan solusi; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil.

Guru membantu siswa merencanakan produk yang tepat dan relevan,

seperti laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan

penyampaian hasil dikusi; 5) menganalisis dan mengevaluasi proses

penyelidikan. Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap

penyelidikan dan proses yang mereka lakukan.

Sintaks operasional Problem Based Learning bisa mencakup antara

lain sebagai berikut: 1) pertama-tama siswa disajikan suatu


17

permasalahan; 2) siswa mendiskusikan masalah dalam tutorial Problem

Based Learning dalam sebuah kelompok kecil. Mereka

mengklarifikasikan fakta-fakta suatu kasus kemudian mendefinisikan

sebuah masalah; 3) siswa terlibat dalam studi independen untuk

menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru; 4) siswa menyajikan

solusi atas masalah; 5) siswa mereview apa yang mereka pelajari

selama proses pembelajaran (Miftahul Huda, 2013: 272-273).

Menurut Aris Shoimin (2014: 131) langakah-langkah pembelajaran

Problem Based Learniang sebagai berikut: 1) guru menjelaskan tujuan

pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi

siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah; 2) guru membantu

siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,

jadwal, dan lain sebagainya; 3) guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data hipotesis, dan

pemecahan masalah; 4) guru membantu siswa dalam merencanakan

serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu

mereka berbagai tugas dengan temannya; 5) guru membantu siswa

untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka

dan proses-proses yang mereka gunakan.

Berdasarakan beberapa pendapat dapat disimpulkan langkah-

langkah model pembelajaran Problem Based Learning antara lain


18

sebagai berikut: 1) memberikan orientasi permasalahan kepada siswa.

Pada tahap ini guru menyajikan permasalahan, membahas tujuan

pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk pembelajaran,

memotivasi siswa untuk terlibat aktif; 2) mengorganisasikan siswa

untuk belajar. Guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan

permasalahan; 3) membimbing penyelidikan individu ataupun

kelompok. Pada tahap ini guru membantu siswa dalam penyelidikan

suatu masalah; 4) menyajikan hasil karya ataupun laporan. Guru

mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil percobaan yang telah

dilakukan; 5) mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based

Learning

Model Pembelajaran Problem Based Learning memiliki

beberapa kelebihan diantaranya adalah: 1) mengembangkan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah; 2) mengembangkan

inkuiri siswa; 3) meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa

terhadap bahan yang dipelajari; 4) menguatkan pemahaman siswa

karena memperoleh pengalaman langsung yang berkaitan dengan

kehidupan nyata sehingga pembelajaran lebih bermakna; 5) membentuk

kepribadian siswa yang mampu memberi aspirasi dan menerima


19

pendapat orang lain; 6) menanamkan sikap sosial yang positif diantara

siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Ferdi Syahdani (2014: 2-3) mengungkapkan model Problem

Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan yaitu, realistis

dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,

memupuk sifat inquiri siswa. Akan tetapi, model pembelajaran ini juga

memiliki kekurangan, yaitu model saat siswa tidak memiliki minat atau

tidak mempunyai kepercayaan dengan masalah yang dipelajari sulit

untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba

dan membutuhkan cukup waktu untuk mempersiapkan. Ini

menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi

siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau

berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

Menurut Aris Shoimin (2014: 132) kelebihan model

pembelajaran Problem Based Learning sebagai berikut : 1) siswa

didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam

situasi nyata; 2) siswa memiliki kemampuan membangun

pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar; 3) pembelajaran

berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya

tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa

dengan menghafal atau menyimpan informasi; 3) terjadi aktivitas ilmiah

pada siswa melalui kerja kelompok; 4) siswa terbiasa menggunakan


20

sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet,

wawancara, dan observasi; 5) siswa memiliki kemampuan menilai

kemajuan belajarnya sendiri; 6) siswa memiliki kemampuan untuk

melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi

hasil pekerjaan mereka; 7) kesulitan belajar siswa secara individual

dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) sebagai berikut : 1) tidak dapat diterapkan untuk setiap materi

pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.

PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan

tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah; 2) dalam suatu

kelas yag memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi

kesulitan dalam pembagian tugas.

Evi Tri (2015: 25) kelebihan Problem Based Learning sebagai

berikut: 1) mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dalam

suasana menyenangkan; 2) mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis; 3) mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki

dalam dunia nyata; 4) siswa menjadi pembelajar yang mandiri.

3. Kemampuan Literasi Sains

Literasi sains (science literacy, LS) berasal dari gabungan dua

kata latin yaitu literatus artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau

berpendidikan dan scientia,yang artinya memiliki pengetahuan.


21

Literasi sains menurut PISA (2015) diartikan sebagai “ the capacity

to use scientific knowledge , to identify questions and to draw evidence-

based conclusions in order to understand and help make decisions about

the natural world and the changes made to it through human activity”.

Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan

pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat

keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap

alam melalui aktivitas manusia.

Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat

multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains,

melainkan lebih dari itu. PISA juga menilai pemahaman siswa terhadap

karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa

sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan

budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai

manusia yang reflektif. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci

dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah

meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan

tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains

sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan

kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan

teknologis ilmu pengetahuan.


22

Sesuai dengan pandangan di atas, penilaian literasi sains dalam

PISA tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman terhadap

pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses

sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains

dalam situasi nyata yang dihadapi peserta didik, baik sebagai individu,

anggota masyarakat, serta warga dunia.

PISA (2015) Draft Science Framework, mengembangakan literasi

sains menjadi empat dimensi, yaitu konteks (context), pengetahuan

(knowledge), kompetensi (competencies), dan sikap (attitudes) (OECD,

2013: 11). Konteks adalah mengenali situasi kehidupan yang melibatkan

ilmu pengetahuan dan teknologi, baik untuk personal, sosial, dan global

yang mencakup bidang aplikasi keseluruhan, sumber daya alam, mutu

lingkungan, bahaya, serta perkembangan mutakhir sains dan teknologi.

Meskipun dikatakan bahwa konsep-konsep sains pada siswa merupakan

sebuah pengalaman pribadi, tetapi proses interaksi dengan teman,

pendidik, dan sistem pendidikan juga mempengaruhinya.

Pengetahuan merupakan sebuah pemahaman fakta-fakta utama,

konsep-konsep dan penjelasan teori-teori sebagai dasar pengetahuan sains

yang meliputi pengetahuan alam dan pengetahuan peradaban teknologi

(content knowledge), pengetahuan bagaimana gagasan-gagasan dihasilkan

(procedural knowledge) dan sebuah pemahaman yang mendasari alasan

untuk prosedur dan dasar kebenaran yang mereka gunakan (epistemic


23

knowledge). Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dalam

bidang fisika, kimia, biologi, bumi dan ruang angkasa, serta teknologi.

Aspek kompetensi sains di dalamnya mencakup mengidentifikasi

fenomena sains, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah. Pada intinya kompetensi sains

meliputi inkuiri sains, pemecahan masalah, dan pertimbangan sains

(CMEC, 2013: 11).

Menurut PISA (Elsy Zuriyani, 2013: 7) aspek kompetensi dibagi

menjadi tiga aspek yaitu :

a. Mengidentifikasi Pertanyaan Ilmiah

Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang meminta jawaban

berlandaskan bukti ilmiah, yang didalamnya mencakup juga mengenal

pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah dalam situasi yang

diberikan, mencari informasi dan mengidentifikasi kata kunci serta

mengenal fitur penyelidikan ilmiah, misalnya hal-hal apa yang harus

dibandingkan, variabel apa yang harus diubah-ubah dan dikendalikan,

informasi tambahan apa yang diperlukan atau tindakan apa yang harus

dilakukan agar data relevan dapat dikumpulkan.

b. Menjelaskan Fenomena secara Ilmiah

Kompetensi ini mencakup pengaplikasikan pengetahuan sains

dalam situasi yang diberikan, mendeskripsikan fenomena,

memprediksi perubahan, pengenalan dan identifikasi deskripsi,

eksplanasi dan prediksi yang sesuai.


24

c. Menggunakan Bukti Ilmiah

Kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan ilmiah

sebagai bukti untuk suatu kesimpulan. Selain itu juga menyatakan

bukti dan keputusan dengan kata-kata, diagram atau bentuk

representasi lainnya. Dengan kata lain, peserta didik harus mampu

menggambarkan hubungan yang jelas dan logis antara bukti dan

kesimpulan atau keputusan.

Attitudes (sikap) menunjukkan indikator sains dengan sains dan

teknologi yang menarik, menilai pendekatan ilmiah untuk penyelidikan

yang sesuai, dan sebuah persepsi dan kesadaran fenomena lingkungan.

Sikap-sikap akan sains berperan penting dalam keputusan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan sains lebih lanjut, mengejar karir dalam

sains, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam kehidupan

mereka. Dengan demikian, pandangan PISA akan kemampuan sains tidak

hanya kecakapan dalam sains, juga bagaimana sifat mereka akan sains.

Kemampuan sains seseorang di dalamnya memuat sikap-sikap tertentu,

seperti kepercayaan, termotivasi, pemahaman diri, dan nilai-nilai.

Menurut Standar Kompetensi Kelulusan aspek sikap sangat penting

karena dapat mengembangkan perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun),

rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, dan motivasi internal.

Berdasarkan definisi di atas dalam penelitian ini literasi sains

didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,


25

mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-

bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan

dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui

aktivitas manusia. Kemampuan literasi sains berhubungan dengan

kehidupan nyata sehingga siswa akan lebih mudah memahami suatu

konsep. Aspek yang akan diteliti adalah aspek konteks, aspek konten, dan

aspek kompetensi. Sedangkan untuk aspek sikap yang akan diteliti adalah

motivasi belajar dan rasa ingin tahu siswa.

1) Rasa Ingin Tahu Siswa

a) Definisi Rasa Ingin Tahu Siswa

Rasa ingin tahu tidak hanya muncul untuk membuktikan

sesuatu yang sudah ada tetapi juga untuk menemukan hal-hal yang

baru (Lilanamami, 2013: 11). Menurut Zainal Aqib (2012: 44) rasa

ingin tahu siswa dapat diartikan sebagai sikap dan tindakan yang

selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan lebih

meluas dari apa yang telah dipelajarinya, dilihat dan didengar..

Menurut Suyadi (2013: 9) rasa ingin tahu merupakan cara berpikir,

sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan

keinginantahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan

dipelajari secara lebih mendalam.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas,

dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu adalah suatu sikap yang

dilakukan untuk mengetahui suatu hal yang didengar, dilihat, dan


26

dipelajari secara lebih mendalam untuk membuktikan sesuatu yang

terjadi maupun sesuatu yang baru.

b) Indikator Rasa Ingin Tahu Siswa

Renol Afrizon (2012: 8) menyatakan indikator rasa ingin tahu

sebagai berikut: 1) bertanya atau membaca di luar buku teks

tentang materi yang terkait dengan pembelajaran; 2) bertanya

kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari ibu, bapak, radio,

atau televisi. Atiko Marthasari (2013: 20) menyatakan bahawa

indikator rasa ingin tahu sebagai berikut : a) bertanya kepada guru

dan teman tentang materi pelajaran; b) bertanya kepada seseorang

tentang gejala alam yang baru terjadi serta bertanya kepada guru

tentang sesuatu yang didengar dari teman, radio, atau televisi.

Berdasarkan kedua uraian tentang indikator rasa ingin tahu di

atas, yang akan diambil untuk penelitian ini adalah: a) bertanya

kepada guru dan teman tentang konsep materi yang sedang

dipelajari; b) membaca dan mendiskusikan konsep atau materi

dengan kelompok belajar; c) mencari informasi di luar buku mata

pelajaran yang akan dipelajari; d) menunjukan sikap tertarik atau

tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari.

2) Motivasi Belajar

a) Pengertian Motivasi

Muhammad Faturrohman (2012: 126) mengemukakan

bahwa motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan atau


27

mendorong siswa untuk belajar atau menguasai materi pelajaran

yang sedang diikutinya. Motivasi merupakan faktor penting dalam

belajar, karena motivasi mampu memberi semangat pada seorang

anak dalam kegiatan belajarnya.

Menurut Ngalim Purwanto (2014: 71) motivasi adalah

pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak

melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Agus Suprijono (2010: 163) mendefinisikan hakikat

motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa

yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar,

arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi

adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang

ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan

(Wasty Soemanto, 2012: 212).

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah dorongan yang mengaktifkan, menggerakkan,

menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi merupakan faktor

penting dalam belajar, karena motivasi mampu memberi semangat

pada seorang anak dalam kegiatan belajarnya


28

b) Indikator Motivasi Belajar

Menurut Hamzah Uno (Agus, 2010: 163) indikator

motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a) adanya

hasrat dan keinginan berhasil; b) adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar; c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; d)

adanya penghargaan dalam belajar; e) adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar; f) adanya lingkungan belajar yang kondusif

sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

Indikator motivasi belajar sebagai berikut: a) tekun

menghadapi tugas; b) ulet menghadapi kesulitan; c) senang bekerja

mandiri; d) percaya pada hal yang diyakini; e) senang mencari dan

memecahkan masalah soal-soal; f) adanya hasrat dan keinginan

berhasil; g) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; h)

adanya kegiatan yang menarik dalam belajar (variasi dalam

aktivitas belajar); i) Lingkungan belajar yang kondusif, nyaman

bagi siswa (Ayu Zumaroh, 2013: 23).

Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa

indikator motivasi belajar siswa sebagai berikut: a) adanya hasrat

dan keinginan untuk berhasil; b) adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar; c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; d)

adanya penghargaan dalam belajar; e) adanya kegiatan yang

menarik dalam belajar.


29

4. Efektivitas Pembelajaran

Mulyasa (2014: 83) menyatakan adanya kesesuaian antara orang

yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju, suatu organisasi

berhasil mendapatkan, memanfaatkan sumber daya dalam usaha

mewujudkan tujuan operasional. Menurut Soemosasmito (Trianto, 2014:

22), suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan

utama keefektifan pengajaran,yaitu : a) presentasi waktu belajar siswa

yang tinggi dicurahkan terhadap KBM; b) rata-rata perilaku melaksanakan

tugas yang tinggi di antara siswa; c) ketetapan antara kandungan materi

ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar)

diutamakan; d) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,

mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir b, tanpa

mengabaikan butir d.

Menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 41) pembelajaran yang

efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi pembelajaran

yang efektif, keterlibatan siswa, dan sumber belajar/lingkungan belajar

yang mendukung. Kondisi pembelajaran yang efektif harus mencakup tiga

faktor penting yakni : (1) motivasi belajar (kenapa perlu belajar), (2)

tujuan belajar (apa yang dipelajari), dan (3) kesesuaian pembelajaran

(bagaimana cara belajar). Sedangkan prinsip belajar yang efektif antara

lain sebagai berikut: (1) siswa akan belajar dengan baik jika mereka siap

untik belajar, (2) belajar akan lebih kaya jika materi ajar digunakan atau

diterapkan, (3) siswa akan belajar dengan baik jika pengetahuan yang
30

dipelajari bermanfaat, dan (4) pembelajaran yang berhasil akan

merangsang siswa untuk belajar lebih lanjut

Efektivitas biasanya berkaitan dengan perbandingan antara tingkat

ketercapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya atau

perbandingan hasil nyata dengan hasil yang telah direncanakan. Kriteria

efektivitas pembelajaran tidak hanya pada pencapaian hasil belajar saja

tetapi juga pada keseluruhan aktivitas pembelajaran, yaitu: masukan

(input), proses, dan hasil (output), serta dapat dijadikan sebagai tolak ukur

dalam suatu keberhasilan proses pembelajaran. Suatu kegiatan

pembelajaran dapat dikatakan efektif jika memberikan hasil yang sesuai

dengan kriteria yang telah direncanakan (Mulyasa, 2014: 84).

Efektivitas pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas yang

berkualitas dalam input, proses dan output pembelajaran.

a. Input pembelajaran merupakan perencanaan pembelajaran.

1) Siswa (memiliki kemampuan awal yang berbeda)

2) Tujuan pembelajaran, dimana tujuan pembelajaran harus

ditentukan oleh guru dan sebaiknya disampaikan kepada siswa.

3) Fasilitas Ruang Kelas

Ruang kelas merupakan tempat pembelajaran berlangsung. Di

ruang kelas, pembelajaran dapat bersifat teori maupun praktik..

Sesuai dengan Permendiknas No. 24 tahun 2007 (Barnawi, 2015:

107-108) standar sarana ruang kelas SMA/MA disajikan pada

Tabel 1 berikut ini.


31

Tabel 1
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Kelas SMA/MA
No Jenis Rasio Deskripsi
Perabot
1. Kursi 1 buah/siswa Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh siswa.
Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
2. Meja 1 buah/siswa Kuat, stabil, dan mudah
dipindahkan oleh siswa.
Ukuran memadai untuk
belajar dengan nyaman.
Desaian memungkinkan
kaki siswa masuk dengan
leluasa ke bawah meja.

3. Kursi guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman dan


mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk
duduk dengan nyaman.
4. Meja guru 1 buah/guru Kuat, stabil, aman dan
mudah dipindahkan.
Ukuran memadai untuk
bekerja dengan nyaman
5. Lemari 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran memadai unuk
menyimpan perlengkapan
yang diperlukan kelas
tersebut. Tertutup dan dapat
dikunci.
6 Papan 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.
panjang Ukuran minimum 60 cm x
120 cm.
Media Pendidikan
7. Papan tulis 1 buah/ruang Kuat, stabil, dan aman.
Ukuran minimum 90 cm x
200 cm. Ditempatkan
pada posisi yang
memungkinkan seluruh
siswa melihatnya dengan
jelas.
Perlengkapan lain
8. Tempat 1 buah/ruang
sampah
9. Tempat cuci 1 buah/ruang
tangan
10. Jam dinding 1 buah/ruang
11. Kotak 1 buah/ruang
Kontak
32

4) Waktu yang tersedia dalam penelitian ini empat kali pertemuan.

b. Proses merupakan pelaksanaan pembelajaran

1) Materi pembelajaran tentang suhu dan kalor.

2) Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning.

3) Penilaian atau evaluasi dilakukan dengan lembar kerja siswa dan

angket aspek sikap kemampuan literasi sains.

c. Output pembelajaran merupakan akhir yang ingin dicapai setelah

siswa melaksanakan proses pembelajaran.

1) Kemampuan literasi sains siswa (aspek konteks, aspek konten, dan

aspek kompetensi).

2) Aspek sikap kemampuan literasi sains siswa (rasa ingin tahu dan

motivasi belajar).

Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah aktivitas berkualitas yang mencakup input (siswa, tujuan

pembelajaran, fasilitas, dan waktu), proses (materi suhu dan kalor,

kegiatan pembelajaran menggunakan Problem Based Learning, dan

penilaian), dan output (kemampuan literasi sains).

B. Tinjauan Pustaka

Nisa Wulandari dan Hayat Sholihin (2015) meneliti tentang penerapan

Model Problem Based Leraning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Terpadu

Untuk Meningkatkan Aspek Sikap Literasi Sains Siswa SMP. Berdasarkan

hasil uji t’ pada data nilai N-gain kemampuan literasi sains aspek sikap
33

sains,diperoleh nilai signifikan Sig (1-tailed) 0.011< 0,050 yang berarti H0

ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu, pada taraf kepercayaan 95% (α =

5% ) diperoleh kesimpulan bahwa implementasi model PBL lebih baik dalam

meningkatkan aspek sikap literasi sains siswa SMP. Dari penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dapat meningkatkan kemampuan literasi sains pada aspek sikap secara

signifikan. Model pembelajaran PBL sesuai diterapkan untuk merangsang

keterkaitan siswa kepada isu ilmiah, meningkatkan inkuiri ilmiah, dan

mendorong rasa tanggungjawab siswa terhadap lingkungan sekitarnya.

Kajian serupa dilakukan oleh Tomi Utomo, Dwi Wahyuni, Slamet

Hariyadi (2014) yang mengkaji topik pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning) terhadap pemahaman konsep dan

kemampuan berpikir kreatif Siswa. Perbedaan pemahaman konsep siswa dari

hasil uji LSD menunjukkan beda rerata nilai kelas eksperimen terhadap kelas

kontrol bernilai positif 15,997, dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 (P

= < 0,05). Hasil análisis kemampuan berpikir kreatif siswa menunjukkan

bahwa pada kelas ekperimen tidak terdapat 0 (0%) siswa yang masuk dalam

kriteria tidak kreatif (TK), sedangkan pada kelas kontrol terdapat 2 (5,4%)

siswa. Pada kriteria kurang kreatif (KK) terdapat 7 (18%) siswa pada kelas

ekperimen yang masuk didalamnya, sedangkan pada kelas kontrol terdapat 16

(43,2%) siswa. Pada kriteria berikutnya, yaitu kriteria cukup kreatif (CK)

terdapat 20 (53,7%) siswa pada kelas eksperimen yang masuk didalamnya,

sedangkan pada kelas kontrol 14 (37,8%) siswa. Pada kriteria Kreatif (K),
34

terdapat 10 (27%) siswa pada kelas ekperimen yang masuk didalamnya,

sedangkan pada kelas kontrol 5 (13,5,2%) siswa. Kriteria yang terakhir adalah

kriteria sangat kreatif (SK), pada kriteria ini baik kelas ekperimen ataupun

kelas kontrol tidak ada siswa yang masuk didalamnya.

Kajian serupa dilakukan oleh Nomika Rizqiana, Arif Hidayat dan

Soepriyono Koes H yang mengakaji tentang pengaruh pembelajaran Fisika

model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan literasi sains

siswa ditinjau dari kemampuan awal. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap

kemampuan literasi sains ditinjau dari kemampuan awal siswa SMA. Sampel

dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data kemampuan literasi

sains siswa diukur menggunakan dua instrumen, yaitu aspek context,

knowledge, dan competence diukur menggunakan tes dan aspek attitudes

diukur menggunakan angket. Aspek yang diukur menggunakan tes diperoleh

dari hasil pre test dan post test. Hasil pretest dan post test masing-masing

kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan perbedaan rerata yang signifikan.

Selain itu, perbedaan rerata antara kelompok kemampuan awal tinggi dan

rendah untuk masing-masing kelas cukup signifikan. Pembelajaran PBL dan

kemampuan awal memperlihatkan interaksi yang dibuktikan dengan

pengujian hipotesis menggunakan ANAVA satu jalur pada taraf signifikan 5

% dengan nilai asymp-sig yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan aspek

attitudes memberikan peningkatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


35

Abdul Haris Odja, Citron S. Payu (2014) meneliti tentang analisis

kemampuan awal literasi sains siswa pada konsep IPA. Kemampuan awal

literasi sains yang dianalisis merupakan kemampuan literasi sains siswa

sebelum diterapkan suatu model yang diduga dapat mengembangkan

kemampuan literasi sains siswa. Hasil analisis menunjukkan kemampuan

literasi sains siswa untuk kelima soal lebih banyak pada kategori nominal

dengan rentang persentase 54%- 95%, sebagian kecil pada kategori

fungsional dengan rentang persentase 4% - 9%. Untuk kategori konseptual

dan multidimensional berada pada persentase 0%. Sementara sebagian siswa

tidak dapat memberikan jawaban pada tes yang dikerjakan dengan rentang

persentase 4%- 45%. Hasil yang diperoleh sesuai dengan laporan dari hasil

studi PISA 2003, 2006, 2009 dan 2012 menunjukkan kemampuan dari siswa

di Indonesia termasuk dalam kategori rendah.

Sementara itu, Nugroho Prasetya Adi, Ngurah Ayu, Duwi Nuvatalia

(2014) dengan topik penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) pokok bahasan Kalor untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X

SMA N 11 Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem

Based Learning. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa hasil

belajar secara klasikal sebesar 63,89%, dengan aktivitas afektif dan

psikomotorik sebesar 66,89% dan 75,61%. Pada siklus II, hasil belajar secara

klasikal sebesar 75%, dengan aktivitas afektif dan psikomotorik sebesar

71,75% dan 79,63%. Sedangkan untuk siklus III, hasil belajar klasikal sebesar
36

86,11%, dengan aktivitas afektif dan psikomotorik sebesar 77,31% dan

87,03%. Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa dengan

menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar dan aktivitas siswa kelas X IPA 7 SMA N 11 Semarang.

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi

terhadap lingkungan. Dalam proses pembelajaran di sekolah banyak berbagai

model pembelajaran yang digunakan. Dengan pembelajaran yang tepat akan

menentukan kemampuan literasi sains dalam menerima pembelajaran. Proses

pembelajaran fisika dapat berlangsung secara efektif dengan kemampuan

guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Di sini peneliti mencoba

melakukan eksperimen terhadap model pembelajaran Problem Based

Learning untuk mengetahui seberapa efektif model tersebut terhadap

kemampuan literasi sains. Proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning menuntut siswa untuk dapat

memecahakan suatu permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan

sekitar sehingga mereka lebih mudah untuk mempelajari konsep fisika dan

memberikan contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

D. Hipotesis

Berdasarkan pada kajian teori, tinjauan pustaka, dan kerangka

berpikir dalam penelitian ini diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:


37

1. H0 : Model pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif terhadap

kemampuan literasi sains siswa.

2. H1 : Model pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap

kemampuan literasi sains siswa.


38

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy experiment) dengan

jenis Nonequivalent Control Group Design. Dalam penelitian ini terdapat

dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada masing-masing

kelas diberikan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan awal kelas

tersebut sebelum diberikan perlakuan. Kemudian pada kelas eksperimen

diberikan perlakuan X yaitu pembelajaran menggunakan model Problem

Based Learning, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan atau

dalam hal ini kelas kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa

digunakan oleh guru yaitu model konvensional dengan ceramah dan latihan

soal. Setelah diberikan perlakuan, dua kelas tersebut diberikan post test untuk

mengetahui peningkatan kemampuan literasi sains siswa pada kelas

ekperimen dilakukan pada saat pembelajaran dan kelas kontrol diakhir

pertemuan. Desain penelitian pada Gambar 1.

O1 X O2

…………………………………………

O3 O4

Gambar 1. Desain penelitian


Keterangan :
O1 : hasil belajar pre test kelas ekperimen
O2 : hasil post test kelas ekperimen

38
39

O3 : hasil pre test kelas kontrol


O4 : hasil post test kelas control
X : pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Purworejo Kecamatan Pituruh,

pada siswa kelas X semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian

dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

semester II SMA Negeri 10 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016. Adapun

kelas X. 1 terdiri dari 32 siswa, X. 2 terdiri dari 32 siswa, X.3 terdiri dari

32 siswa, X.4 terdiri dari 30 siswa, X.5 terdiri dari 32 siswa, dan X.6

terdiri dari 32 siswa.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua kelas yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel dilakukan secara

cluster random sampling yaitu dengan undian. Pertama-tama mengambil

dua untuk diuji normalitas, homogenitas, dan keseimbangannya. Setelah

terambil dua kelas dalam keadaan normal, homogen, dan seimbang,

dilakukan undian lagi untuk menentukan mana yang kelas eksperimen, dan

kelas kontrol.
40

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem

Based Learning, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini efektivitas

dari model pembelajaran dengan menentukan kemampuan literasi sains siswa

pada pembelajaran fisika yang diperoleh dari hasil tes setelah diberikan

perlakuan pada akhir pertemuan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan beberapa

metode, yaitu :

1. Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan dengan lembar wawancara guru

untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan pembelajaran fisika kelas X

SMA Negeri 10 Purworejo.

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan sebelum penelitian dan pada saat

penelitian. Observasi sebelum penelitian dilakukan oleh peneliti dengan

lembar observasi di kelas dan siswa untuk mengetahui perangkat

pembelajaran, proses pembelajaran, perilaku siswa, dan kemampuan

literasi sains siswa sebelum penelitian. Observasi pada saat penelitian

berlangsung dengan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran

fisika menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang

diisi oleh observer.


41

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh daftar nama

siswa yang termasuk sampel penelitian, serta foto siswa pada saat proses

pembelajaran di kelas berlangsung.

4. Metode Tes

Tes yang diberikan berupa pre test dan post test. Pre test

merupakan tes yang dilakuakan sebelum diterapkannya perlakuan dan

bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi sains awal siswa.

Sedangkan post test dilakukan pada saat diterapkannya perlakuan

menggunakan Lembar Kerja Siswa dan bertujuan untuk mengetahui

pencapaian kemampuan literasi sains siswa.

5. Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada

responden untuk menjawabnya . Dalam penelitian ini, angket yang

digunakan adalah angket aspek kemampuan literasi sains siswa yaitu

motivasi dan rasa ingin tahu.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran digunakan oleh

pengamat untuk mengamati keterlaksanaan langkah-langkah dalam


42

pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning. Keterlaksanaan pembelajaran berisi langkah-langkah

yang harus dilakukan guru dan skor yang harus diberikan pengamat

berdasarkan petunjuk penilaian yang ada.

2. Tes Kemampuan Literasi Sains

Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan literasi sains yang

ditunjukkan pada saat proses pembelajaran fisika menggunakan Lembar

Kerja Siswa berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Kisi-kisi tes

aspek konten, konteks, dan kompetensi kemampuan literasi sains siswa

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2
Kisi-kisi Kemampuan Literasi Sains
No. Aspek Dimensi Indikator
1.  Relevan dengan  Memberikan
situasi nyata contoh dalam
Aspek Konteks  Melibatkan ilmu kehidupan
sehari-hari.
pengetahuan dan
teknologi
2. Aspek Sesuai dengan teori  Menyajikan
Pengetahuan dan konsep fakta-fakta,
konsep, prinsip-
prinsip dan
hukum.
3. Mengidentifikasikan  Siswa mencari
pertanyaan ilmiah informasi agar
data relevan.
Menjelaskan  Siswa membuat
Aspek fenomena secara dan
Kompetensi ilmah memberikan
alasan prediksi
(Proses) yang sesuai
43

No. Aspek Dimensi Indikator


4. Aspek Konteks  Menggunakan  Siswa mampu
bukti ilmiah menggambarka
n hubungan
yang jelas dan
logis antara
bukti dan
kesimpulan
 Siswa mampu
menjawab
sebuah
pertanyaan
melalui
penggunaan
materi.

3. Angket Sikap Kemampuan Literasi Sains

Angket digunakan untuk mengetahui motivasi dan rasa ingin tahu,

siswa yang ditunjukkan selama proses pembelajaran sesuai dengan kisi-

kisi. Angket tersusun dari pernyataan yang sesuai dengan indikator dalam

proses kegiatan pembelajaran. Peneliti membagikan angket aspek sikap

kemampuan literasi sains yang berisi pernyataan kepada responden

menggunakan skala Likert. Kisi-kisi angket aspek sikap kemampuan

literasi sains siswa dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Kisi-kisi Angket Aspek Sikap Kemampuan Literasi Sains
No Dimensi Indikator Nomor Item
1. Motivasi Adanya hasrat dan keinginan 1, 5, 8, 12, 17
Belajar untuk berhasil.
Adanya dorongan dan kebutuhan 2, 6, 9, 13
dalam belajar.
Adanya harapan dan cita-cita 3, 10, 14, 18
masa depan.
Adanya penghargaan dalam 7, 15, 19
belajar.
Adanya kegiatan yang menarik 4, 11, 16, 20
dalam belajar.
44

No Dimensi Indikator Jumlah Nomor


Item Item
2. Rasa ingin Bertanya kepada 3 2, 6, 17
tahu guru dan teman
tentang konsep
yang sedang
dipelajari.
Membaca dan 3 21, 22,
mendiskusikan 23
konsep atau materi
dengan kelompok
belajar.
Mencari informasi 1 20
di luar buku mata
pelajaran yang
akan dipelajari.
Menunjukkan sikap 5 5, 10,
tertarik atau tidak 16, 20,
tertarik terhadap 24
materi yang
dipelajari.
4 4, 11,
16, 20
Jumlah 24

Instrumen angket sikap siswa dalam penelitian ini menggunakan

alternative jawaban ada 4 pilihan, antara lain: Selalu (SL), Sering (SR),

Kadang-kadang (KK),dan Tidak Pernah (TP) dengan ketentuan disajikan

dalam Tabel 4.

Tabel 4
Pedoman Penilaian Angket Kemampuan Literasi Sains
Pilihan Jawaban Nilai
Selalu (SS) 4
Sering (SL) 3
Kadang-kadang (KK) 2
Tidak Pernah (TP) 1
45

4. Lembar Observasi Sarana Ruang Kelas

Pelaksanaan pembelajaran meliputi input, proses, dan output. Input

dalam pembelajaran meliputi sarana ruang kelas yang digunakan pada saat

pelaksanaan pembelajaran Fisika kelas X SMA Negeri 10 Purworejo. Kisi-

kisi lembar observasi sarana ruang kelas yang digunakan dalam penelitian ini

terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5
Kisi-kisi Lembar Observasi Sarana Ruang Kelas
No Indikator No. Soal
1. Ruang kelas 1, 2, 3, 4
2. Perabot kelas 5, 6, 7, 8
3. Peralatan pendidikan 9, 10, 11
4. Media Pendidikan 12, 13
5. Sumber Belajar 14
6. Perlengkapan Lain 15, 16, 17

Tabel 6
Pedoman Penskoran Obervasi Sarana Ruang Kelas
Pernyataan Skor
Memenuhi Standar 4
Cukup Standar 3
Kurang Standar 2
Tidak Memenuhi Standar 1

Tabel 7
Kategori Persentase Lembar Observasi
No. Rentang Karegori
1. 76% - 100% Standar
2. 51% - 75% Cukup Standar
3. 26% - 50% Kurang Standar
4. 0% - 25% Tidak Standar
46

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal

Data yang digunakan untuk mengetahui keadaan awal siswa pada

kelas kontrol dan kelas ekperimen adalah lembar angket. Sedangkan untuk

mengetahui keadaan awal siswa dilakukan uji prasyarat analisis yang

terdiri dari uji keseimbangan, uji normalitas, dan uji homogenitas.

a. Uji Keseimbangan

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

populasi (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang

atau tidak, sebelum kelas eksperimen mendapat perlakuan.Statistik uji

yang digunakan adalah uji-t.Adapun data yang digunakan berasal dari

data dokumen nilai belajar fisika antara siswa dalam kelas-kelas yang

digunakan sebagai sampel penelitian.

Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 : kedua kelas populasi memiliki kemampuan awal sama.

H1 : kedua kelas populasi memiliki kemampuan awal berbeda.

2) Taraf Signifikansi : α = 0,05

3) Statistik Uji
̅̅̅̅
(𝑋 ̅̅̅̅
1 −𝑋 2)
𝑡𝑜𝑏𝑠 = ~𝑡(𝑣) ; (1)
2 2
√𝑆1 +𝑆2
𝑛1 𝑛2
47

2
(𝑆1 2 /𝑛1 +𝑆2 2 /𝑛2 )
𝑣= 2 2 (2)
(𝑆1 2 /𝑛1 ) (𝑆2 2 /𝑛2 )
+
𝑛1 −1 𝑛2 −1

Keterangan:

̅̅̅
X1 : mean dari kemampuan awal kelas eksperimen
̅̅̅
X2 : mean dari kemampuan awal kelas kontrol
S12: variansi dari kemampuan awal kelas eksperimen
S22: variansi dari kemampuan awal kelas kontrol
n1: jumlah siswa kelas eksperimen
n2: jumlah siswa kelas kontrol

4) Menentukan daerah kritik

DK = {𝑡|𝑡 < 𝑡𝑎;𝑣 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 > 𝑡𝑎;𝑣 }


2 2

5) Keputusan Uji
Tolak H0 jika harga tobs terletak di daerah kritik.

6) Kesimpulan

a) Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama

jika H0 tidak ditolak.

b) Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika

H0 ditolak. (Budiyono, 2009: 151)

b. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran

data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji

normalitas dalam penelitian ini adalah Uji Liliefors. Adapun langkah-

langkah pengujiannya sebagai berikut.

1) Hipotesis

H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.


48

2) Signifikan(α)

Dalam penelitian ini diambil α = 0,05

3) Statistik Uji

(𝑥𝑖 −𝑥̅ )
L = max |𝐹(𝑧) − 𝑆(𝑧)|, 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑧𝑖 = (3)
𝑆

Keterangan :
F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1)
S (zi) = proporsi cacah Z ≤ zi pada setiap zi
Xi = skor responden
𝑥̅ = mean dari skor responden
s = deviasi baku dari skor responden

4) Nilai Kritik dan Daerah Kritik

Nilai kritik = L0,05: n dengan n adalah ukuran sampel

Daerah kritiknya = {L/L>L0,05:n}

5) Keputusan Uji

Jika H0 diterima (LϵDK) berarti sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal. Bila H0 ditolak (L€DK) berarti sampel tidak

berasal dari populasi berdistribusi normal.

c. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian

mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas

ini digunakan Uji Bartlet dengan statistik uji Chi kuadart dengan

prosedur menurut Budiyono (2009: 174).

1) Hipotesis

H0 : σ12 = σ22 = …= σk2 (populasi-populasi homogen)


49

H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak

homogen) untuk i≠j; i: 1, 2 (k = 2 untuk baris); j: 1, 2, 3 (k = 3

untuk kolom)

2) Signifikan

Dalam penelitian ini diambil (α) = 0,05

3) Statistik Uji
2.303
𝑋2 = (𝑓 log 𝑅𝐾𝐺 − ∑𝑘𝑗=1 𝑓𝑗 log 𝑠𝑗 2 (4)
𝑐

Keterangan:
k = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj – 1
j = 1, 2, …, k
nj = cacah pengukuran pada sampel ke- j

∑ 𝑆𝑆𝑗 𝑆𝑆𝑗
𝑅𝐾𝐺 = 𝑠𝑗 2 =
∑ 𝑓𝑗 𝑓𝑗

2
(∑ 𝑋𝑗 ) 1 1 1
𝑆𝑆𝑗 = ∑ 𝑋𝑗 2 − 𝑐 = 1 + 3(𝑘−1) [∑ 𝑓 − 𝑓] (5)
𝑛𝑗 𝑗

4) Nilai Kritik dan Daerah Kritik

Nilai kritik = χ20,005;k-1 , dengan k adalah banyaknya sampel

Daerah kritiknya = { χ2 / χ2 > χ20,005;k-1}

5) Keputusan Uji

Jika H0 diterima (L ∈ DK) berarti variasi populasi homogen. Bila

H0 ditolak (L ∉ DK) berarti variansi populasi tidak homogen.


50

2. Analisis Input Pembelajaran

Input dari pembelajaran diperoleh dari data nilai awal

siswa, sarana ruang kelas, dan waktu pelaksanaan pembelajaran.

Data nilai awal siswa diperoleh dari nilai ulangan siswa dan angket

aspek sikap yang dihitung persentasenya menggunakan rumus

sebagai berikut

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100% (6)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑥𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Tabel 8
Kriteria Penskoran Nilai
No. Persentase Kategori
1. 80% P 100% Sangat Tinggi
2. 66% P 79% Tinggi
3. 56% P 65% Rendah
4. 40% P 55% Sangat Rendah

Sarana ruang kelas yang diamati oleh observer dan nilai

reratanya dianalisis untuk menentukan hasil penelitian yang dilakukan

dengan cara menghitung rerata skor yang diberikan oleh observer

dengan kriteria pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9
Kategori Persentase Lembar Observasi
No. Rentang Karegori
1. 76% - 100% Standar
2. 51% - 75% Cukup Standar
3. 26% - 50% Kurang Standar
4. 0% - 25% Tidak Standar

3. Analisis Data Akhir

Data akhir diperoleh dari hasil tes dengan Lembar Kerja Siswa

untuk aspek konteks, konten, dan kompetensi serta angket aspek sikap
51

siswa. Data kemampuan literasi sains diperoleh dari rerata hasil tes dan

angket aspek sikap yang kemudian dianalisis persentasenya menggunakan

rumus sebagai berikut:

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑆𝑘𝑜𝑟 = × 100% (7)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑥𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Tabel 10
Kriteria Penskoran Nilai
No. Persentase Kategori
1. 80% P 100% Sangat Tinggi
2. 66% P 79% Tinggi
3. 56% P 65% Rendah
4. 40% P 55% Sangat Rendah

4. Analisis Peningkatan Kemampuan Literasi Sains

Peningkatan kemampuan literasi sains dapat dilihat dari rerata yang

diperoleh dari nilai Lembar Kerja Siswa dan angket sikap siswa.

Peningkatan kemampuan literasi sains siswa dapat dicari dengan

menghitung skor rata-rata dari setiap aspek komponen yang kemudian

dijadikan dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus :

∑𝑥
𝑥̅ = × 100% (8)
𝑛

keterangan :
𝑥̅ = nilai rata-rata
∑ 𝑥 = jumlah nilai total
𝑛 = jumlah data

Peningkatan kemampuan literasi sains dapat dianalisis dengan

menggunakan normalized gain. Normalized gain dapat dicari dengan

persamaan di bawah ini :


𝑇𝑓 −𝑇𝑖
𝑔= (9)
𝑆𝐼−𝑇𝑖
52

Keterangan :
g = gain ternormalisasi
Tf = skor post test (menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning)
Ti = skor pre test (menggunakan model pembelajaran
konvensional)
SI = Skor Ideal

Hasil perhitungan normal gain kemudian dikonversikan

kedalam klasifikasi normal gain Hake, Ricard R (Meirita, 2013: 77),

dengan kriteria pada Tabel 11, sebagai berikut:

Tabel 11
Kriteria Normal Gain
No Kriteria Kesimpulan
1. g ≥ 0,7 Tinggi
2. 0,3 ≥ g > 0,7 Sedang
3. g < 0,3 Rendah

5. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Data penelitian ini berupa daftar data observasi terhadap

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning dalam pembelajaran Fisika. Setelah nilai

diperoleh kemudian diinterpretasikan ke dalam skala yang bersifat

kualitatif, agar dapat diketahui keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning yang diamati oleh observer dan

nilai reratanya dianalisis untuk menentukan hasil penelitian yang

dilakukan dengan cara menghitung rerata skor yang diberikan oleh


53

observer dengan kriteria menurut Yohana (Eko Priswanto: 2013) sebagai

berikut.

X ≤ 1,99 = sangat kurang

1,99< X ≤ 2,99 = cukup

2,99 < X ≤ 3,49 = baik

3,49 < X ≤ 3,99 = sangat baik

Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran ini diuji dengan rumus

sebagai berikut.

𝐴−𝐵
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 = 100% [1 − 𝐴+𝐵] (10)

Keterangan:

A = frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang

memberikan frekuensi tinggi.

B = frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang

memberikan frekuensi rendah.

Instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien reliabilitas ≥

0,75 atau ≥ 75% (Trianto, 2013: 240).

Acuan kriteria dalam Percentage Agreement (PA) menjadi skala empat

sesuai dengan Tabel 12.

Tabel 12
Acuan Kriteria Percentage Agreement (PA)
No Rentang Nilai (%) Keterangan
1. 76 – 100 Sangat Reliabel
2. 51 – 75 Reliabel
3. 26 – 50 Kurang Reliabel (Revisi)
4. 0 – 25 Tidak Reliabel (Revisi)
54

6. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

hipotesis mengenai rataan dengan uji statiknya dengan menggunakan uji t

yang merupakan salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk

menguji hipotesis mengenai perbedaan antara variabel penelitian. Dalam

penelitian ini uji t digunakan untuk mengetahui apakah penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan

literasi sains siswa kelas X SMA Negeri 10 Purworejo.

Adapun prosedur analisis data menurut Budiyono (2009: 151)

a. Merumuskan H0 dan H1

1) H0 : Model pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif

terhadap kemampuan literasi sains siswa.

2) H1 : Model pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap

kemampuan literasi sains siswa.

b. Menentukan taraf signifikan (α)

α = 0,05

c. Menentukan statistik ujinya

Karena variansi sampel tidak dapat mewakili variansi populasi

maka menggunakan uji t sebagai uji statistiknya Budiyono (2009: 151)

rumusnya adalah

𝑋̅1 −𝑋̅2 −𝑑0


𝑡𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = 1 1
~𝑡(𝑛1 + 𝑛2 − 2) (11)
𝑠𝑝√ +
𝑛1 𝑛2

(𝑛1 −1)𝑠1 2 +(𝑛2 −1)𝑠2 2


𝑠𝑝2 = (12)
𝑛1 +𝑛2 −2
55

di mana:
𝑋̅1 = mean kelas eksperimen
𝑋̅2 = mean kelas kontrol
𝑠12 = standar deviasi kelas eksperimen yang dikuadratkan
𝑠22 = standar deviasi kelas kontrol dikuadartkan
𝑛1 = jumlah siswa kelas eksperimen
𝑛2 = jumlah siswa kelas kontrol
𝑑 0 = selisih rataan
𝑠p = standar deviasi gabungan

d. Menentukan nilai kritik dan daerah kritik

Nilai kritik = 𝑡0,025;𝑛1 +𝑛2 −2

Daerah kritiknya {t/t < - 𝑡0,025;𝑛1+𝑛2−2 atau t > 𝑡0,025;𝑛1 +𝑛2 −2}

e. Menentukan keputusan uji

Jika H0 diterima (tobservasi ∈ DK) maka penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif terhadap

kemampuan literasi sains siswa. Namun bila H0 ditolak (tobservasi ∉ DK)

maka penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning efektif

terhadap kemampuan literasi sains. Jika hipotesis peneliti atau H1

diterima, artinya model pembelajaran Problem Based Learning dapat

meningkatkan kemampuan literasi sains siswa maka akan lebih baik

untuk menguji efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning

menggunakan uji deskriptif dengan langkah sebagai berikut.

1) Merumuskan H0 dan H1

a) H0 : µ1 < 76 (pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif).

b) H1 : µ1 ≥ 76 (pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning efektif)


56

2) Menentukan taraf signifikan (α)

α = 0,05

3) Menentukan statistik ujinya

Untuk menguji hipotesis deskriptif digunakan uji t satu sampel.

Menurut Sugiyono (2011: 178) persamaannya yaitu.

𝑋̅ − 𝜇0
𝑡= 𝑠 (13)
√𝑛

di mana:
t = nilai t yang dihitung, disebut t hitung
𝑋̅ = mean kelas eksperimen
𝜇0 = nilai yang dihipotesiskan (KKM)
S = simpangan baku
n = jumlah anggota sampel

4) Menentukan nilai kritik dan daerah kritik

Nilai kritik = t0,05: n

Daerah kritiknya {t\ t < - t0,05: n atau t > t0,05: n}

5) Menentukan keputusan uji

Jika H0 diterima (tobservasi ∈ DK) maka penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif. Namun

apabila H0 ditolak (tobservasi ∉ DK) maka penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning efektif.


57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Data Awal Kemampuan Literasi Sains

Kemampuan literasi sains diperoleh dari rata-rata hasil angket sikap dan

ketiga aspek kemampuan literasi sains siswa yaitu aspek konteks, aspek

konten, dan aspek kompetensi yang diperoleh dari nilai ulangan siswa.

Berikut adalah data awal hasil penelitian kemampuan literasi sains siswa

yang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13
Data Awal Kemampuan Literasi Sains
No Aspek yang diukur Kelas Kelas
Eksperimen (%) Kontrol (%)
1. Aspek Konteks 68,43 68,16
2. Aspek Konten 68,50 60,36
3. Aspek Kompetensi 46,75 46,26
4. Aspek Sikap 62,77 63,33
Rata-rata 61,61 59,53

2. Data Akhir Kemampuan Literasi Sains

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan kemampuan literasi

sains diperoleh nilai akhir dari rata-rata hasil angket sikap dan ketiga

aspek kemampuan literasi sains siswa yaitu aspek konteks, aspek

konten, dan aspek kompetensi dengan Lembar Kerja Siswa yang diisi

oleh siswa. Berikut adalah data akhir hasil penelitian kemampuan

literasi sains siswa yang disajikan pada Tabel 14.

57
58

Tabel 14
Data Akhir Kemampuan Literasi Sains
No Aspek yang diukur Kelas Kelas
Eksperimen (%) Kontrol (%)
1. Aspek Konteks 80,00 72,43
2. Aspek Konten 79,50 67,50
3. Aspek Kompetensi 76,65 62,70
4. Aspek Sikap 81,13 78,74
Rata-rata 79,32 70,34

3. Sarana Ruang Kelas

Pada penelitian efektivitas model pembelajaran Problem Based

Learning terhadap kemampuan literasi sains siswa tidak hanya

menekankan pada hasil akhir (output) saja tetapi juga pada masukan

(input) dan proses. Untuk menilai masukan (input) peneliti terlebih dahulu

melakukan observasi berupa angket checklist yang digunakan untuk

menilai sarana yang ada di ruang kelas SMA Negeri 10 Purworejo.

Indikator yang dilihat dalam angket observasi sarana ruang kelas

diantaranya adalah ruang kelas, perabot kelas, peralatan pendidikan, media

pendidikan, sumber belajar, dan perlengkapan lain yang terdiri dari 17

aspek. Adapun kriteria penskoran terdiri dari 4 pilihan jawaban yaitu : (4)

memenuhi standar, (3) cukup standar, (2) kurang standar, (1) tidak

memenuhi standar.

Perhitungan hasil penelitian observasi sarana ruang kelas dapat

dilihat secara lengkap pada lampiran 3j, sedangkan untuk data perhitungan

secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 15 untuk kelas eksperimen dan

Tabel 15 untuk kelas kontrol berikut.


59

Tabel 15
Persentase Penilaian Sarana Ruang Kelas (Eksperimen)
Observer Rata-
No. Aspek yang diamati
I II rata
I. Ruang Kelas
1 Fungsi ruang kelas 4 4 4
2 Ukuran ruang kelas 4 3 3.5
3 Kapasitas kelas 4 4 4
4 Pintu dan ventilasi 4 4 4
II. Perabot Kelas
5 Meja dan kursi siswa 3 3 3
6 Meja dan kursi guru 4 3 3.5
7 Lemari 2 1 1.5
Alat tulis (spidol, penghapus,
8 penggaris, busur derajat, jangka) 3 3 3
III. Peralatan Pendidikan
9 Alat Peraga 2 2 2
10 Buku teks pelajaran 3 3 3
11 Lembar kerja siswa 4 3 3.5
IV. Media Pendidikan
12 Papan tulis 4 4 4
13 LCD 4 4 4
V. Sumber Belajar
Jurnal, majalah, surat kabar, situs
14 (website), compact disk (CD) 3 2 2.5
VI. Perlengakapan Lain
Administrasi kelas, jam dinding,
15 gambar motivasi 3 3 3
16 Tempat sampah 4 3 3.5
17 Tempat cuci tangan 4 3 3.5
Jumlah 59 52 55.5
Persentase 86.76 76.47 81.62
60

Tabel 16
Persentase Penilaian Sarana Ruang Kelas (Kontrol)
Observer Rata-
No. Aspek yang diamati
I II rata
I. Ruang Kelas
1 Fungsi ruang kelas 4 4 4
2 Ukuran ruang kelas 4 4 4
3 Kapasitas kelas 3 4 3.5
4 Pintu dan ventilasi 4 3 3.5
II. Perabot Kelas
5 Meja dan kursi siswa 4 3 3.5
6 Meja dan kursi guru 3 3 3
7 Lemari 2 2 2
Alat tulis (spidol, penghapus,
8 penggaris, busur derajat, jangka) 3 3 3
III. Peralatan Pendidikan
9 Alat Peraga 2 2 2
10 Buku teks pelajaran 3 2 2.5
11 Lembar kerja siswa 4 3 3.5
IV. Media Pendidikan
12 Papan tulis 4 4 4
13 LCD 3 3 3
V. Sumber Belajar
Jurnal, majalah, surat kabar, situs
14 (website), compact disk (CD)
2 2 2
VI. Perlengakapan Lain
Administrasi kelas, jam dinding,
15 gambar motivasi 2 2 2
16 Tempat sampah 4 4 4
17 Tempat cuci tangan 4 2 3
Jumlah 55 50 52.5
Persentase 80.88 73.53 77.21

4. Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning yang diterapkan pada kelas eksperimen dan

model Cooperative Learning pada kelas kontrol diamati oleh dua orang

observer pada setiap pertemuannya. Observer menilai keterlaksanaan


61

pembelajaran pada guru dan siswa. Hasil penilaian yang dilakukan oleh

observer tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas

instrumen keterlaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning

pada kelas kontrol dan Cooperative Learning pada kelas kontrol yaitu

dengan cara mencari Precentage Agreement (PA). Perhitungan data

lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3e. Berikut ini merupakan data

keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen pada Tabel 17 dan

keterlaksanaan pembelajaran kelas kontrol pada Tabel 18.

Tabel 17
Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Guru pada Kelas
Eksperimen
Observer Presentage
Rata-
Pertemuan Jumlah Ket Agreement Ket
rata
I II (PA)
Sangat Sangat
I 65 76 141 3.36 Baik 92.20% Reliabel
Sangat Sangat
II 72 79 151 3.60 Baik 95.36% Reliabel
Sangat Sangat
III 76 78 151 3.67 Baik 98.70% Reliabel
Sangat
Rata-rata 3.52 95,42% Reliabel

Tabel 18
Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Kelas Kontrol
Observer Presentage
Rata-
Pertemuan Jumlah Ket Agreement Ket
rata
I II (PA)
Sangat
I 54 49 103 3,43 Baik 95,14% Reliabel
Sangat Sangat
II 58 51 109 3,63 Baik 93,57% Reliabel
Sangat
III 49 53 102 3,40 96,07% Reliabel
Sangat Sangat
Rata-rata 3.49 Baik 94,92% Reliabel
62

Keterlaksanaan pembelajaran tidak hanya dilihat dari guru tetapi dari

siswanya juga. Berikut ini merupakan data keterlaksanaan pembelajaran

siswa kelas eksperimen pada Tabel 19 dan keterlaksanaan pembelajaran

siswa kelas kontrol pada Tabel 20.

Tabel 19
Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Siswa Kelas
Eksperimen
Observer Presentage
Rata-
Pertemuan Jumlah Ket Agreement Ket
rata
I II (PA)
Sangat
I 45 48 93 3,32 Baik 96,78% Reliabel
Sangat
II 48 46 94 3,36 Baik 97,87% Reliabel
Sangat
III 52 49 101 3,61 Baik 96,70% Reliabel
Rata-rata 3,49 97,55%

Tabel 20
Hasil Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Siswa Kelas Kontrol
Observer Presentage
Rata-
Pertemuan Jumlah Ket Agreement Ket
rata
I II (PA)
Sangat
I 31 29 60 3,33 Baik 96,67% Reliabel
Sangat
II 30 31 61 3,39 Baik 98,36% Reliabel
Sangat
III 32 29 61 3,39 Baik 96,72% Reliabel
Sangat
Rata-rata 3,37 Baik 97,25% Reliabel

B. Analisis Data
1. Analisis Data Tahap Awal

Analisis data awal digunakan untuk mengetahui keadaan awal

siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum perlakuan. Data

yang digunakan adalah nilai ulangan dan angket aspek sikap kemampuan
63

literasi sains. Sebelum dilakukan uji keseimbangan maka terlebih dahulu

uji prasyarat keseimbangan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas

variansi seperti yang sudah dijelaskan pada BAB III.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu 1 kali uji

normalitas kemampuan literasi sains kelas eksperimen, dan 1 kali uji

normalitas kelas kontrol. Sesuai dengan langkah-langkah yang sudah

dijelaskan sebelumnya, maka hasil dari uji normalitas kemampuan

literasi sains awal disajikan dalam Tabel 21.

Tabel 21
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Literasi Sains Awal
Sumber Lmax Ltabel Kep Uji
Kelas Eksperimen 0.051 0.157 Ho diterima
Kelas Kontrol 0.031 0.162 Ho diterima

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 21, diperoleh Lmax < Ltabel

sehingga dapat diartikan bahwa Ho diterima yang artinya bahwa sampel

dari populasi yang berdistribusi normal pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dilakukan sebanyak 1 kali berdasarkan

hasil kemampuan literasi sains siswa sebelum dilakukan perlakuan

yaitu menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Hasil uji homogenitas variansi dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.


64

Tabel 22
Hasil Uji Homogenitas Variansi Awal
Kemampuan Literasi Sains Siswa
Sumber 𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kep Uji
Kelas Eksperimen dan kelas -0.23 3.841 Ho diterima
Kontrol

Berdasarkan hasil uji homogenitas variansi pada Tabel 22, diperoleh

𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga dapat diartikan bahwa H0 diterima yang

artinya sampel-sampel berasal dari populasi yang homogen.

c. Uji keseimbangan

Setelah prasyarat uji keseimbangan terpenuhi, kemudian dilakukan

uji keseimbangan dengan menggunkan uji t diperoleh hasil seperti

yang disajikan pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23
Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Sumber 𝑡𝑜𝑏𝑠 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kep Uji
Kelas Eksperimen dan kelas 0.807 ± 2.000 Ho diterima
Kontrol

Berdasarkan hasil uji keseimbangan diatas, diperoleh keputusan uji

bahwa H0 diterima, yang berarti bahwa sampel-sampel dari populasi

dalam keadaan seimbang.

2. Analisis Input Pembelajaran

a. Data Awal

1) Kelas Eksperimen

Data awal siswa sebelum perlakuan diperoleh dari nilai

ulangan siswa untuk aspek konteks, aspek konten dan aspek

kompetensi serta angket sikap untuk aspek sikap kemampuan


65

literasi sains. Berdasarkan Tabel 13 kemampuan literasi sains

siswa yang dianalisis seperti pada Tabel 8 dalam bentuk diagram

diperoleh hasil 61,61% yang terdiri dari empat aspek yaitu aspek

konteks 68,43%, aspek konten 68,50%, aspek kompetensi 46,75%,

dan aspek sikap 62,77%.

2) Kelas Kontrol

Data awal siswa diperoleh dari nilai ulangan siswa untuk

aspek konteks, aspek konten dan aspek kompetensi dan angket

sikap untuk aspek sikap kemampuan literasi sains. Berdasarkan

Tabel 13 kemampuan literasi sains siswa yang dianalisis seperti

pada Tabel 8 dalam bentuk diagram diperoleh hasil 59,53% yang

terdiri dari empat aspek yaitu aspek konteks 68,16%, aspek konten

60,36%, aspek kompetensi 46,26% dan aspek sikap 63,33%.

b. Sarana Ruang Kelas

Berdasarkan Tabel 15 hasil observasi sarana ruang kelas

eksperimen yang dianalisis berdasarakan Tabel 9 oleh observer I

diperoleh hasil persentase 86,76% dan observer II dengan hasil

persentase 76,47% dan rerata keseluruhan 81,62% dengan kategori

memenuhi standar. Diagram observasi sarana ruang kelas dapat dilihat

pada Gambar 2.
66

Observasi Sarana Ruang Kelas


100 86,76
76,47

Persentase (%)
80
60
40 Observer I
20 0 0 0 0 0 0 Observer II
0
Standar Cukup Kurang Tidak
standar standar standar
Kategori

Gambar 2. Diagram Observasi Sarana Ruang Kelas Eksperimen

Berdasarkan Tabel 16 hasil observasi sarana ruang kelas kontrol

yang dianalisis berdasarkan Tabel 9 oleh observer I diperoleh hasil

persentase 80,88% dan observer II dengan hasil persentase 73,53%

dengan rerata keseluruhan 77,21% dengan kategori memenuhi standar.

Diagram observasi sarana ruang kelas dapat dilihat pada Gambar 3.

Observasi Sarana Ruang Kelas

100 80,88
Persentase (%)

80 73,53
60
40 Observer I
20 0 0 0 0 0 0 Observer II
0
Standar Cukup Kurang Tidak
standar standar standar
Kategori

Gambar 3. Diagram Observasi Sarana Ruang Kelas Kontrol


67

3. Analisis Peningkatan Kemampuan Literasi Sains

a. Kelas Eksperimen

Analisis peningkatan kemampuan literasi sains siswa dengan

model pembelajaran Problem Based Learning dapat diketahui dari

hasil jawaban siswa pada Lembar Kerja Siswa untuk aspek konteks,

aspek konten, dan aspek kompetensi serta hasil angket aspek sikap

yang telah diisi oleh siswa pada kelas eksperimen yang dianalisis

dengan persaman (8) dan (9).

Berdasarkan perhitungan dan kriteria yang mengacu pada Tabel 14

untuk aspek konteks sebesar 80,00% memperoleh kriteria gain 0,37

dengan kategori sedang, aspek konten sebesar 79,50% memperoleh

kriteria gain 0,34 dengan kategori sedang, aspek kompetensi sebesar

76,65% memperoleh kriteria gain 0,56 dengan kategori sedang dan

aspek sikap sebesar 81,13% memperoleh kriteria gain 0,49 dengan

kategori sedang. Rerata peningkatan pada keseluruhan aspek yaitu

79,32% memperoleh kriteria gain 0,46 dengan kategori sedang.

Rincian analisis data kemampuan literasi sains yang diperoleh pada

kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran 3a, 3b, dan 3c.

Peningkatan keempat aspek kemampuan literasi sains kelas

eksperimen yaitu aspek konteks, aspek konten, aspek kompetensi, dan

aspek sikap berdasarkan data awal dan data akhir disajikan pada

Gambar 4 berikut.
68

Peningkatan Kemampuan Literasi Sains


90 Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
80 80 79.5 76.65 81.13
Tinggi Tinggi
70 Rendah
68.43 68.5 Sangat

Percentase (%)
60 62.77
rendah
50 46.75
40
30
data awal
20
data akhir
10
0

Aspek yang diamati

Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Kelas


Eksperimen

b. Kelas Kontrol

Analisis peningkatan kemampuan literasi sains siswa pada kelas

kontrol dengan model pembelajaran Cooperative Learning dapat

diketahuai dari hasil tes tertulis soal pilihan ganda untuk aspek

konteks, aspek konten, aspek kompetensi dan angket aspek sikap yang

dianalisis dengan persaman (8) dan (9). Berdasarkan perhitungan dan

kriteria yang mengacu pada Tabel 14 untuk aspek konteks sebesar

72,43% memperoleh kriteria gain 0,13 dengan kategori rendah, aspek

konten sebesar 67,50% memperoleh kriteria gain 0,18 dengan kategori

rendah, aspek kompetensi sebesar 62,70% memperoleh kriteria gain

0,64 dengan kategori sedang dan aspek sikap 78,74% memperoleh

kriteria gain 0,42 dengan kategori sedang . Rerata peningkatan pada


69

keseluruhan aspek yaitu 70,34% memperoleh kriteria gain 0,27

dengan kategori rendah. Rincian analisis kemampuan literasi sains

dapat dilihat pada Lampiran 3a, 3b, dan 3c. Peningkatan keempat

aspek kemampuan literasi sains kelas kontrol berdasarkan data awal

dan data akhir disajikan pada Gambar 5 berikut.

Peningkatan Kemampuan Literasi


Sains
Tinggi
Tinggi 78.74
80 72.43 Tinggi
Tinggi 67.5 RendahRendah
70 68.16 62.7 63.33
Rendah
60 60.36 Sangat
Percentase (%)

rendah
50 46.26
40
30
data awal
20
data akhir
10
0

Aspek yang diamati

Gambar 5. Diagram Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Kelas


Kontrol

4. Keterlaksanaan Pembelajaran

a. Kelas Eksperimen

Keterlaksanaan pembelajaran dengen model Problem Based

Learning dapat diketahui dari lembar keterlaksanaan guru dan siswa

yang diisi oleh observer untuk setiap pertemuannya. Berdasarkan Tabel


70

17 keterlaksanaan pembelajaran guru yang dianalisis dengan

perasamaan (10) pada pertemuan pertama diperoleh rata-rata 3,36

dengan kategori baik, pertemuan kedua diperoleh rata-rata 3,60 dengan

kategori sangat baik, dan pertemuan ketiga diperoleh rata-rata 3,67

dengan kategori sangat baik. Rata-rata keseluruhan selama tiga kali

pertemuan 3,54. Rincian analisis data keterlaksanaan guru model

Problem Based Learning dapat dilihat pada Lampiran 3e. Berdasarkan

hasil yang diperoleh keterlaksanaan guru dengan model pembelajaran

Problem Based Learning adalah sangat baik. Diagram keterlaksanaan

guru dengan model pembelajaran Problem Based Learning disajikan

pada Gambar 6.

Hasil uji reliabilitas keterlaksanaan pembelajaran guru berdasarkan

Tabel 17 yang dianalisis pada Tabel 12 dengan model Problem Based

Learning dilakukan setelah pengambilan data pada keseluruhan aspek

oleh dua observer. Pertemuan pertama dengan Precentage Agreement

(PA) sebesar 92,20% dengan kategori sangat reliabel, pertemuan kedua

dengan Precentage Agreement (PA) sebesar 95,36% dengan kategori

sangat reliabel, dan pertemuan ketiga dengen Precentage Agreement

(PA) sebesar 98,70% dengan kategori sangat reliabel. Sehingga dari

keseluruhan aspek kemampuan literasi sains dengan tiga kali pertemuan

diperoleh Precentage Agreement (PA) sebesar 94,92% maka data yang

didapat sangat reliabel.


71

Berdasrkan Tabel 19 keterlaksanaan siswa dengan model

pembelajaran Problem Based Learning yang dianalisis menggunakan

persamaan (10) pada pertemuan pertama diperoleh rata-rata 3,32

dengan kategori baik, pertemuan kedua diperoleh rata-rata 3,36 dengan

kategori baik, dan pertemuan ketiga diperoleh rata-rata 3,61 dengan

sangat baik. Rata-rata keseluruhan selama tiga kali pertemuan 3,49.

Rincian analisis data keterlaksanaan siswa dengan model pembelajaran

Problem Based Learning dapat dilihat pada Lampiran 3e . Berdasarkan

hasil yang diperoleh keterlaksanaan siswa dengan model pembelajaran

Problem Based Learning adalah baik. Diagram keterlaksanaan siswa

dengan model pembelajaran Probelem Based Learning disajikan pada

Gambar 6.

Hasil uji reliabilitas keterlaksanaan pembelajaran siswa yang

mengacu pada Tabel 19 dan dianalisis berdasarkan Tabel 12 dengan

model Problem Based Learning dilakukan setelah pengambilan data

pada keseluruhan aspek oleh dua observer. Pertemuan pertama dengan

Precentage Agreement (PA) sebesar 97,78% dengan kategori sangat

reliabel, pertemuan kedua dengan Precentage Agreement (PA) sebesar

97,87% dengan kategori sangat reliabel, dan pertemuan ketiga dengan

Precentage Agreement (PA) sebesar 96,70% dengan kategori sangat

reliabel. Sehingga dari keseluruhan aspek dengan tiga kali pertemuan

diperoleh Precentage Agreement (PA) sebesar 97,55% maka data yang

didapat sangat reliabel.


72

Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas


Eksperimen

Sangat Baik
Sangat Baik 3.67 Baik
3,7 3.6 3.61
3,6
Skor Rerata

3,5 Baik Baik


3.36 Baik Guru
3,4 3.36
3.32 Siswa
3,3
3,2
3,1
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

Gambar 6. Diagram Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas


Eksperimen
b. Kelas Kontrol

Keterlaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dengan

menggunakan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah yaitu

Cooperative Learning. Keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari

keterlaksanaan guru dan keterlaksanaan siswa yang dapat diketahui dari

lembar keterlaksanaan guru dan siswa yang diisi oleh dua observer

setiap pertemuannya.

Berdasarkan Tabel 18 keterlaksanaan pembelajaran guru yang

dianalisis menggunakan persamaan (10) pada pertemuan pertama

diperoleh rata-rata 3,43 dengan kategori baik, pertemuan kedua

diperoleh rata-rata 3,63 dengan kategori sangat baik, dan pertemuan

ketiga diperoleh rata-rata 3,40 dengan kategori baik. Rata-rata

keseluruhan selama tiga kali pertemuan 3,49. Rincian analisis data

keterlaksanaan guru pada kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 3e.
73

Berdasarkan hasil yang diperoleh keterlaksanaan pembelajaran pada

kelas kontrol adalah sangat baik. Diagram keterlaksanaan guru pada

kelas kontrol disajikan pada Gambar 7.

Hasil uji reliabilitas keterlaksanaan pembelajaran guru yang

mengacu pada Tabel 18 dan dianalisis berdasarkan Tabel 12 pada kelas

kontrol dilakukan setelah pengambilan data pada keseluruhan aspek

oleh dua observer. Pertemuan pertama dengan Precentage Agreement

(PA) sebesar 95,14% dengan kategori sangat reliabel, pertemuan kedua

dengan Precentage Agreement (PA) sebesar 93,57% dengan kategori

sangat reliabel, dan pertemuan ketiga dengen Precentage Agreement

(PA) sebesar 96,07% dengan kategori sangat reliabel. Sehingga dari

keseluruhan aspek kemampuan literasi sains dengan tiga kali pertemuan

diperoleh Precentage Agreement (PA) sebesar 94,92% maka data yang

didapat sangat reliabel.

Berdasarkan Tabel 20 keterlaksanaan siswa pada kelas kontrol

yang dianalisis menggunakan persamaan (10) pertemuan pertama

diperoleh rata-rata 3,33 dengan kategori baik, pertemuan kedua

diperoleh rata-rata 3,39 dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga

diperoleh rata-rata 3,39 dengan kategori baik. Rata-rata keseluruhan

selama tiga kali pertemuan 3,37. Rincian analisis data keterlaksanaan

siswa pada kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 3e. Sehingga

keterlaksanaan siswa pada kelas kontrol adalah baik. Diagram

keterlaksanaan siswa kelas kontrol disajikan pada Gambar 7.


74

Hasil uji reliabilitas keterlaksanaan pembelajaran siswa yang

mengacu pada Tabel 20 dan dianalisis berdasarkan Tabel 12 pada kelas

kontrol dilakukan setelah pengambilan data pada keseluruhan aspek

oleh dua observer. Pertemuan pertama dengan Precentage Agreement

(PA) sebesar 97,67% dengan kategori sangat reliabel, pertemuan kedua

dengan Precentage Agreement (PA) sebesar 98,36% dengan kategori

sangat reliabel, dan pertemuan ketiga dengen Precentage Agreement

(PA) sebesar 96,72% dengan kategori sangat reliabel. Sehingga dari

keseluruhan aspek kemampuan literasi sains dengan tiga kali pertemuan

diperoleh Precentage Agreement (PA) sebesar 97,25% maka data yang

didapat sangat reliabel.

Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas


Kontrol

Sangat Baik
3,7 3.63
3,6 Baik Baik
Skor Rerata

3.43 Baik Baik


3,5 Baik 3.39 3.4 Guru
3.39
3,4 3.33
Siswa
3,3
3,2
3,1
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

Gambar 7. Diagram Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas


Kontrol

5. Analisis Data Akhir

Analisis data akhir dilakukan setelah kedua kelas melaksanakan

pembelajaran untuk kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran


75

Problem Based Learning dan kelas kontrol menggunakan model

pembelajaran yang ada di sekolah yaitu Cooperative Learning. Data

kemampuan literasi sains diperoleh dari hasil rata-rata ketiga aspek (aspek

konteks, aspek konten, dan aspek kompetensi) dengan menggunakan LKS

dan aspek sikap dengan menggunakan angket. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan uji-t.

Setelah prasyarat uji-t terpenuhi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas setelah perlakuan prosedurnya sama dengan uji

normalitas sebelum perlakuan. Uji normalitas dilakukan sebanyak dua

kali, yaitu satu kali uji normalitas kemampuan literasi sains pada kelas

eksperimen, dan satu kali uji normalitas kemampuan literasi sains kelas

kontrol. Berdasarkan langkah-langkah yang sudah dijelaskan

sebelumnya, maka hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 24

berikut.

Tabel 24
Hasil Uji Normalitas Setelah Perlakuan
Kemampuan Literasi Sains Siswa
Sumber Lmax Ltabel Kep Uji
Kelas Eksperimen 0.026 0.157 Ho diterima
Kelas Kontrol 0.029 0.162 Ho diterima

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 24, diperoleh Lmax < Ltabel

sehingga dapat diartikan bahwa H0 diterima yang artinya bahwa sampel

dari populasi yang berdistribusi normal baik pada kemampuan literasi

saisn kelas eksperimen dan kelas kontrol.


76

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas variansi dilakukan sebanyak satu kali yaitu uji

homogenitas variansi berdasarkan kemampuan literasi sains. Hasil uji

homogenitas variansi disajiakan dalam Tabel 25 berikut.

Tabel 25
Uji Homogenitas Variansi Setelah Perlakuan
Kemampuan Literasi Sains Siswa
Sumber 𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kep Uji
Kelas Eksperimen dan kelas -6.82 3.841 Ho diterima
Kontrol

Berdasarkan hasil uji homogenitas variansi pada Tabel 25, diperoleh

𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sehingga dapat diartikan bahwa H0 diterima yang

artinya sampel-sampel berasal dari populasi yang homogen.

6. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui efektivitas model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan literasi sains

siswa. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji-t. Uji-t

dengan bantuan komputer program Microsoft Office Excel 2007, hasil

disajikan dalam lampiran 3i.

a. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis untuk

mengetahui efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap kemampuan literasi sains siswa sebagai berikut.

1) Hipotesis

H0 : model pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif

terhadap kemampuan literasi sains siswa.


77

H1 : model pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap

kemampuan literasi sains siswa.

2) Taraf Signifikan (α) = 0,05

3) Statistik Uji

Besar ttabel untuk penelitian ini adalah 2,000 dan besar thitung pada

penelitian ini adalah 6,367.

4) Daerah kritiknya dengan db= 60 {t/t -2,000 atau t > 2,000}

5) Keputusan uji : H0 ditolak (6,367 ∉ DK)

6) Kesimpulan : model pembelajaran Problem Based Learning efektif

terhadap kemampuan literasi sains siswa.

Uji deskriptif juga digunakan untuk mengetahui efektivitas model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan literasi sains,

uji deskriptif kemampuan literasi sains yang dimiliki siswa sebagai

berikut:

a) Hipotesis

H0 : model pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif

terhadap kemampuan literasi sains siswa.

H1 : model pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap

kemampuan literasi sains siswa.

b) Taraf signifikan (α) = 0,05

c) Statistik Uji

Besar ttabel untuk penelitian ini adalah 1,6939 dan besar thitung pada

penelitian ini adalah 5,951.


78

d) Daerah kritiknya dengan db= 32 {t/t -1,6939 atau t > 1,6939}

e) Keputusan uji : H0 ditolak (5,951 ∉ DK)

f) Kesimpulan : model pembelajaran Problem Based Learning efektif

terhadap kemampuan literasi sains siswa.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model

pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan literasi sains

siswa. Efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning dapat dilihat

dari tiga komponen yaitu input, proses, dan output.

Input dalam penelitian ini diawali dengan mengetahui permasalahan

dengan melakukan observasi, wawancara, dan membagikan angket pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui data awal aspek sikap yang

terdiri dari motivasi belajar dan rasa ingin tahu siswa. Selain itu untuk

mengetahui keadaan awal kemampuan literasi sains siswa adalah dari nilai

ulangan harian siswa yang mencakup aspek konteks, aspek konten, dan aspek

kompetensi. Berdasarkan data pada Lampiran 1c dan 1d hasil rerata

persentase data awal motivasi belajar kelas eksperimen 65,62%, kelas kontrol

66.25% dan rasa ingin tahu siswa kelas eksperimen 59,92%, kelas kontrol

60,41%. Rerata data awal aspek sikap kelas eksperimen masih rendah yaitu

62,77% dan kelas kontrol 63,33%.

Data awal nilai ulangan harian siswa yang mencakup ketiga aspek

kemampuan literasi sains, berdasarkan Lampiran 1c dan 1d aspek konteks

pada kelas eksperimen sebesar 68,43%, kelas kontrol 68,16%. Aspek konten
79

pada kelas eksperimen sebesar 68,50%, kelas kontrol 60,36%. Aspek

kompetensi kelas eksperimen 46,75%, kelas kontrol 46,26%. Berdasarkan

perhitungan awal dari masing-masing aspek, didapat bahwa kemampuan

literasi sains siswa masih rendah, mengacu pada Tabel 13 dimana untuk kelas

eksperimen sebesar 61,61% dan kelas kontrol 59,53%.

Input yang kedua berupa observasi tentang sarana ruang kelas yang

terdiri dari ruang kelas (fungsi ruang kelas, ukuran ruang kelas, kapasitas

ruang kelas, dan pintu serta ventilasi), perabot kelas (meja siswa, meja guru,

kursi siswa, kursi guru, lemari, alat tulis seperti spidol, penghapus, penggaris,

busur derajat, jangka), media pendidikan (papan tulis dan LCD), sumber

belajar (jurnal, majalah, surat kabar, situs/website, compact disk/CD), dan

perlengakapn lain (administrasi kelas, jam dinding, gambar motivasi, tempat

sampah, tempat cuci tangan). Berdasarkan data pada Tabel 15 untuk kelas

eksperimen diperoleh hasil observasi sarana ruang kelas tersebut dengan

persentase penilaian memperoleh rerata 81,62% dengan kategori memenuhi

standar. Untuk kelas kontrol yang mengacu pada Tabel 16 memperoleh rerata

77,21% dengan kategori memenuhi standar.

Input selanjutnya adalah tujuan pembelajaran yang dibentuk ke dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdiri dari dua yaitu RPP

kelas eksperimen berupa model pembelajaran Problem Based Learning

dan RPP kelas kontrol berupa model pembelajaran yang ada di sekolah

yaitu Cooperative Learning. Waktu yang tersedia dalam RPP kelas

eksperiman adalah 3 pertemuan untuk proses pembelajaran menggunakan


80

Lembar Kerja Siswa, dan 4 pertemuan kelas kontrol dimana 3 pertemuan

untuk proses pembelajaran, 1 pertemuan untuk post test kemampuan

literasi sains siswa.

Efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning selain

dari input dapat dilihat melalui proses. Pelaksanaan pembelajaran kelas

eksperimen terdiri atas 3 pertemuan (2x45 menit) menggunakan lembar

kerja siswa dengan submateri pemuaian, hubungan suhu dan benda, serta

Asas Black. Pada pertemuan pertama melakukan percobaan sederhana

tentang pemuian dengan tujuan pembelajaran menyelidiki pemuaian pada

zat cair dan zat pada serta menganalisis dan menerapkan pemuaian dalam

kehidupan sehari-hari. Pertemuan kedua melakukan percobaan hubungan

kalor dengan suhu benda dengan tujuan menganalisis pengaruh kalor pada

benda, mengetahui hubungan suhu dan kalor, menjelaskan hubungan

massa, kalor jenis, perubahan suhu, kalor,dan kapasitas. Pertemuan ketiga

melakukan percobaan Asas Black dengan tujuan mampu menjelaskan dan

menerapkan Asas Black dalam kehidupan sehari-hari, menentukan suhu

campuran, membedakan mana kalor yang diterima dan kalor yang dilepas.

Pada proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning

setiap pertemuan diawali dengan berdoa, memberikan salam, mengecek

kehadiran siswa, dan memotivasi siswa agar tertarik dengan materi yang

akan dipelajari. Kemudian menginformasikan indikator dan tujuan yang

akan dicapai. Guru memberikan sebuah permasalahan seperti yang

tercantum dalam Lembar Kerja Siswa, menjelaskan logistik yang


81

diperlukan dalam percobaan dan melakukan demonstrasi percobaan

sederhana serta meminta siswa untuk memberikan prediksi terkait dengan

permasalahan yang ada. Selanjutnya, membagi siswa menjadi 8 kelompok,

membagikan Lembar Kerja Siswa pada masing-masing kelompok,

memberikan kesempatan kepada siswa apabila ada yang ingin ditanyakan

terkait dengan kejelasan LKS yang sudah dibagikan. Setelah itu

menjelaskan target yang diharapkan setelah melakukan analisis

permasalahan, dan memberikan contoh bukti ilmiah terkait dengan

permasalahan kemudian membimbing siswa untuk memberikan contoh

bukti ilmiah lainnya.

Pada saat siswa sedang melakukan percobaan dan diskusi guru

berkeliling kelas memantau kegiatan diskusi, membimbing dan

mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan

permasalahan. Setelah selesai kegiatan diskusi, guru mengarahkan siswa

untuk mempersiapkan hasil diskusi yang kemudian dua kelompok

mempresentasikan di depan kelas, siswa lainnya memperhatikan,

mengajukan pertanyaan dan menanggapi apabila ada yang kurang jelas.

Guru mengarahkan siswa untuk menyimpulkan konsep yang telah

dipelajari. Pada akhir pembelajaran guru mengulang kembali simpulan

dengan cara tanya jawab, memberikan tugas baca untuk pertemuan

selanjutnya, dan mengakhiri dengan doa dan salam.

Berdasarkan data hasil observer pada Tabel 17 diperoleh

keterlaksanaan pembelajaran guru pada pertemuan pertama pada


82

percobaan pemuaian diperoleh 3,36 dengan kategori baik dengan

Percentage Agreement 92,20%. Pertemuan kedua pada percobaan

hubungan kalor dengan suhu benda diperoleh 3,60 dengan kategori sangat

baik dan Percentage Agreement 95,36%. Pertemuan ketiga pada

percobaan Asas Black diperoleh 3,67 dengan kategori sangat baik dan

Percentage Agreement 98,70. Kemudian dari dua observer pada

keseluruhan pertemuan diperoleh rerata 3,54 yang artinya keterlaksanaan

pembelajaran guru sangat baik dengan Percentage Agreement 95,42%, dan

data keterlaksanaan pembelajaran guru adalah sangat reliabel. Hal ini

berarti bahwa instrumen keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan

baik sehingga mampu menghasilkan data yang dapat dipercaya. Dikatakan

reliabel apabila koefisien reliabilitas ≥ 0,75 atau ≥ 75%.

Selama pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based

Learning siswa memulai pelajaran dengan berdoa dan menjawab salam

dari guru, memperhatikan informasi yang diberikan oleh guru. Kemudian

siswa memberikan prediksi beserta alasannya dari permasalahan yang

sudah diberikan. Sebelum melakukan percobaan bersama kelompoknya

siswa mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Setelah

mengamati siswa berkumpul dengan kelompoknya dan menerima LKS

yang diberikan oleh guru, siswa bertanya apabila kurang jelas dengan

permasalahan yang ada di LKS. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya

mencari contoh bukti ilmiah lainnya kemudian melakukan percobaan

untuk menganalisis permasalahan yang ada. Pada saat melakukan


83

percobaan siswa dengan antusias mencari informasi agar data yang di

dapat relevan. Setealah mendapat data yang relevan, siswa mempersiapkan

hasil diskusi dan menuliskan pada Lembar Kerja Siswa yang kemudian

akan dipresentasikan di depan kelas, siswa lainnya mendengarkan

menganggapi serta bertanya apabila ada yang keliru atau kurang jelas.

Siswa bersama dengan guru dibimbing untuk menyimpulkan konsep dan

prinsip dari materi yang dipelajari. Pada akhir kegiatan pembelajaran,

siswa menyakan kepada guru apabila ada materi yang kurang jelas,

berdoa, serta menjawab salam dari guru.

Berdasarkan perhitungan hasil observasi keterlaksanaan

pembelajaran siswa Tabel 19 diperoleh keterlaksanaan pembelajaran siswa

pada pertemuan pertama pada percobaan pemuaian diperoleh 3,32 dengan

kategori baik dan Percentage Agreement 96,78%. Pertemuan kedua pada

percobaan hubungan kalor dengan suhu benda diperoleh 3,36 dengan

kategori sangat baik dan Percentage Agreement 97,87%. Pertemuan ketiga

pada percobaan asas black diperoleh 3,61 dengan kategori sangat baik dan

percentage agreement 96,70%. Kemudian dari dua observer pada

keseluruhan pertemuan diperoleh rerata 3,49 yang berarti keterlaksanaan

pembelajaran siswa baik dengan Percentage Agreement 97,55%, dan

didapat data keterlaksanaan pembelajaran siswa adalah sangat reliabel. Hal

ini berarti bahwa instrumen keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan

baik sehingga mampu menghasilkan data yang dapat dipercaya. Dikatakan

reliabel jika koefisien reliabilitas ≥ 0,75 atau ≥ 75%.


84

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan sebanyak 4

kali pertemuan. Dimana 3 kali pertemuan untuk penjelasan materi dan satu

kali pertemuan untuk ulangan atau post test. Pada pertemuan pertama (2 x

45 menit) membahas tentang pemuaian, pertemuan kedua membahas

hubungan kalor dengan suhu benda, dan pertemuan ketiga membahas

tentang asas black. Model pembelajaran yang digunakan dalam kelas

kontrol adalah model pembelajaran yang sudah diterapkan di sekolah yaitu

Cooperative Learning.

Setiap pertemuan guru membuka kegiatan pembelajaran dengan

berdoa dan mengucap salam, menginformasikan indikator dan tujuan

pembelajaran, serta memberikan motivasi dan apersepsi terkait dengan

materi yang akan diajarkan. Sebelum melakukan kegiatan diskusi, guru

menjelaskan materi pembelajaran yang terkait. Kemudian guru

membimbing siswa dalam pembentukan kelompok. Setelah kelompok

terbentuk, guru memberikan soal untuk dikerjakan secara berkelompok

dengan bimbingan guru, tugas dari guru disini adalah mengoreksi jawaban

siswa apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat siswa yang

menjawab tidak benar guru langsung memberikan bimbingan. Perwakilan

setiap kelompok diminta untuk menjelaskan hasil diskusinya di depan

kelas, siswa yang lain mendengarkan dan menanggapi hasil diskusi.

Setelah selesai presentasi, guru menanggapi hasil diskusi kelompok siswa

dan memberikan informasi yang sebenarnya. Pada saat guru menjelaskan,

siswa memperhatikan contoh soal yang diberikan oleh guru. Siswa


85

bersama dengan guru menyimpulkan tentang hal-hal yang belum

diketahui. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Pada akhir kegiatan, dengan bimbingan guru siswa diminta untuk

membuat rangkuman materi yang sudah dipelajari dan ditutup dengan

berdoa serta menjawab salam.

Berdasarkan data hasil observer pada Tabel 18 diperoleh

keterlaksanaan pembelajaran guru kelas kontrol pada pertemuan pertama

materi pemuaian diperoleh 3,43 dengan kategori baik dengan Percentage

Agreement 95,14%. Pertemuan kedua materi hubungan kalor dengan suhu

benda diperoleh 3,63 dengan kategori sangat baik dan Percentage

Agreement 93,57%. Pertemuan ketiga materi asas black diperoleh 3,40

dengan kategori baik dan Percentage Agreement 96,07%. Kemudian dari

dua observer pada keseluruhan pertemuan diperoleh rerata 3,49 yang

berarti keterlaksanaan pembelajaran guru pada kelas kontrol baik dengan

Percentage Agreement 94,92%, sehingga dapat disimpulkan data

keterlaksanaan pembelajaran guru adalah sangat reliabel. Hal ini berarti

bahwa instrumen keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan baik

sehingga mampu menghasilkan data yang dapat dipercaya. Dikatakan

reliabel apabila koefisien reliabilitas ≥ 0,75 atau ≥ 75%.

Berdasarkan perhitungan hasil observasi keterlaksanaan

pembelajaran siswa Tabel 20 diperoleh keterlaksanaan pembelajaran siswa

kelas kontrol pada pertemuan pertama materi pemuaian diperoleh 3,33

dengan kategori baik dan Percentage Agreement 96,67%. Pertemuan


86

kedua materi hubungan kalor dengan suhu benda diperoleh 3,39 dengan

kategori sangat baik dan Percentage Agreement 98,36%. Pertemuan ketiga

materi asas black diperoleh 3,39 dengan kategori baik dan Percentage

Agreement 96,72%. Kemudian dari dua observer pada keseluruhan

pertemuan diperoleh rerata 3,37 dan dapat disimpulkan keterlaksanaan

pembelajaran siswa baik dengan Percentage Agreement 97,25%, sehingga

dapat disimpulkan data keterlaksanaan pembelajaran siswa adalah sangat

reliabel. Hal ini berarti bahwa instrumen keterlaksanaan pembelajaran

yang digunakan baik sehingga mampu menghasilkan data yang dapat

dipercaya. Instrumen dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas ≥

0,75 atau ≥ 75%.

Selain input dan proses untuk melihat efektivitas model

pembelajaran juga melalui output. Output yang dimaksud yaitu hasil yang

dicapai dari proses pembelajaran. Berdasarkan Tabel 14 rerata aspek sikap

kemampuan literasi 81,13% dan gain 0,49 dengan kategori sedang, untuk

aspek sikap terdapat dua dimensi yaitu dimensi motivasi belajar 83,59

dengan gain 0,53 dengan ketegori sedang, dan dimensi rasa ingin tahu

siswa 78,67% dengan gain 0,47 dengan kategori sedang. Peningkatan

motivasi belajar siswa lebih tinggi dibandingkan dengan rasa ingin tahu

siswa, hal ini dikarenakan siswa hanya memiliki hasrat yang tinggi untuk

mendapatkan nilai yang baik artinya siswa belajar untuk mendapatkan

nilai yang bagus, tetapi rasa ingin tahunya tidak ditunjukkan artinya siswa

masih jarang yang mau bertanya kepada guru apabila ada materi yang
87

kurang paham, keingintahuan siswa masih kurang. Sedangkan untuk kelas

kontrol rerata aspek sikap kemampuan literasi sains 78,74% dan gain 0,42

dengan kategori sedang, untuk dimensi motivasi belajar 81,02% dan gain

0,44 dengan kategori sedang dan dimensi rasa ingin tahu siswa 76,41%

dan gain 0,40 dengan kategori sedang.

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh rerata aspek konteks kelas

eksperimen 80,00% dan gain 0,37 dengan kategori sedang, pada aspek

konteks indikator yang dicapai adalah siswa mampu memberikan contoh

dalam kehidupan sehari-hari. Aspek konten dengan indikator menyajikan

fakta-fakta, konsep, prinsip-prinsip, dan hukum sebesar 79,50% dan gain

0,34 dengan kategori sedang, aspek kompetensi dengan indikator

mengidentifikasikan pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara

ilmiah, dan menggunakan bukti secara ilmiah memperoleh hasil sebesar

76,65% dan gain 0,56 dengan kategori sedang. Peningkatan paling tinggi

terdapat pada aspek kompetensi karena siswa lebih mudah mengerjakan

soal dan menyimpulkan materi apabila dilakukan penyelidikan secara

langsung. Siswa akan lebih paham jika mereka melihat, melakukan, dan

berdiskusi langsung dengan temannya. Peningkatan paling rendah terdapat

pada aspek konten karena siswa masih kurang tepat menjawab mana yang

termasuk fakta, prinsip, hukum, dan konsep.

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh rerata kelas kontrol aspek konteks

72,43% dan gain 0,13 dengan kategori rendah, aspek konten 67,50% dan

gain 0,18 dengan kategori sedang, aspek kompetensi 62,70% dan gain
88

0,64 dengan ketegori sedang. Berdasarkan uraian keempat aspek

kemampuan literasi sains yaitu aspek sikap, aspek konteks, aspek konten,

dan aspek kompetensi didapatkan bahwa rerata kemampuan literasi sains

siswa yang mengacu pada Tabel 14 adalah kelas eksperimen 79,32% dan

gain 0,46 dengan kategori sedang, sedangkan kelas kontrol 70,34% dan

gain 0,27 dengan kategori rendah.

Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui

bahwa kemampuan literasi sains siswa kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol, artinya model pembelajaran Problem

Based Learning yang diterapakan di kelas eksperimen telah memberikan

peningkatan kemampuan literasi sains dibandingkan dengan model

pembelajaran Cooperative Learning yang diterapkan di kelas kontrol.

Hasil penelitian ini telah sesuai dengan kajian teori yang dijelaskan oleh

Aris Soimin di BAB II yang menyatakan bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning siswa dilatih untuk memecahkan masalah

dengan penyelidikan ilmiah dan sesuai dengan situasi nyata. Pembelajaran

berbasis masalah melibatkan siswa dalam pembelajaran aktif dan

pembelajaran berpusat pada siswa. Guru hanya sebagai pembimbing dan

memantau kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran dengan model Problem Based Learning melibatkan

masalah nyata, masalah dalam kehidupan sehari-hari sebagai penerapan

konsep. Dengan modal pembelajaran Problem Based Learning siswa lebih

termotivasi dan ketertarikan siswa meningkat terhadap materi yang akan


89

dipelajari serta kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi

melalui kerja kelompok. Sedangkan kemampuan literasi sains

berhubungan dengan kehidupan nyata sehingga siswa akan lebih mudah

memahami suatu konsep.

Output selanjutnya dapat diperoleh dengan uji hipotesis penelitian.

Berdasarkan data yang telah dihasilkan maka dapat dilakukan uji hipotesis

dengan statistik ujinya menggunakan uji t. Penulis menggunakan uji t

karena variansi sampel tidak bisa mewakili variansi populasi. Perhitungan

uji hipotesis menggunakan data hasil kemampuan literasi sains pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Pada uji hipotesis kemampuan literasi sains

siswa diperoleh tobs = 6,367 dengan ttabel 2,000 dan daerah kritik (DK) =

{t/t -2,000 atau t > 2,000}, tobs ∉ DK. Hal ini menunjukkan H0 ditolak

yang berarti model pembelajaran Problem Basel Learning efektif terhadap

kemampuan literasi sains.

Berdasarkan pada uji hipotesis yang menunjukkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima maka perlu dilakukan analisis dengan

menggunakan uji t deskriptif agar dapat mengetahui apakah model

pembelajaran Problem Based Learning efektif atau tidak terhadap

kemampuan literasi sains pada pembelajaran Fisika siswa kelas X SMA

Negeri 10 Purworejo. Pada hasil perhitungan hipotesis kemampuan literasi

sains diperoleh thitung = 5,951 dengan ttabel 1,6939 yang jatuh pada daerah

penolakan H0 dengan hasil analisis menunjukkan bahwa model


90

pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan

literasi sains siswa.

Ditinjau dari input berupa nilai ulangan harian untuk aspek

konteks, konten dan kompetensi kelas kontrol dan kelas eksperimen serta

hasil angket aspek sikap untuk mengetahui keadaan awal kemampuan

literasi sains sebelum perlakuan. Sarana ruang kelas eksperimen dan kelas

kontrol untuk mengetahui keadaan sarana ruang kelas dengan

menggunakan lembar observasi sarana ruang kelas yang diisi oleh dua

observer. RPP untuk kelas eksperimen berupa model pembelajaran

Problem Based Learning dan RPP untuk kelas kontrol berupa model

pembelajaran Cooperative Leraning dengan latihan soal.

Berdasarkan pada Tabel 14, rerata persentase kemampuan literasi

sains 79,32% dengan kategori tinggi . Peningkatan paling tinggi yaitu pada

aspek kompetensi yaitu sebesar 0,56 dengan kategori sedang. Hal ini

disebabkan pada aspek kompetensi terdapat tiga indikator, yaitu

mengidentifikasikan pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara

ilmiah, dan menggunkan bukti ilmiah. Jadi, pada aspek ini siswa lebih

mudah dalam menjawab pertanyaan karena dilakukan penyelidikan ilmiah,

siswa dapat mencari langsung jawaban atas pertanyaan melalui percobaan

langsung, sehingga materi yang didapatpun akan lebih mudah untuk

dipahami. Sedangkan aspek yang paling rendah adalah aspek konten

79,50% dan gain 0,34. Hal ini disebabkan, didalam asepek konten siswa

dituntut untuk bisa menyajikan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan konsep.


91

Kebanyakan dari siswa masih sulit untuk menemukan prinsip materi yang

dipelajari. Sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan model

pembelajaran Cooperative Learning dimana siswa tidak menemukan

konsep sendiri melainkan dari penjelasan guru. Siswa melakukan diskusi

untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Dilihat dari sarana ruang kelas, peran sarana ruang kelas sangat

berpengruh, berdasarkan data yang didapat sarana ruang kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan sarana ruang kelas kontrol. Peranan

sarana disini sebagai penunjang berlangsungnya proses pembelajaran

sesuai dengan pendapat Barnawi (2015). Kelengkapan sarana pada kelas

eksperimen menimbulkan siswa lebih semangat dalam pembelajaran, lebih

termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.

Ditinjau dari proses berupa lembar keterlaksanaan pembelajaran

yang dievaluasi oleh dua orang observer, dan ditinjau dari output hasil

kemampuan literasi sains dari Lembar Kerja Siswa dan angket aspek sikap

dicari uji hipotesis dan uji deskriptif dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan

literasi sains siswa kelas X SMA Negeri 10 Purworejo tahun pelajaran

2015/2016.
92

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan

tentang efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

kemampuan literasi sains siswa diperoleh hasil analisis bahwa model

pembelajaran Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan literasi

sains dengan hasil tobs = 6,367 dengan ttabel = 2,000 dan daerah kritik db= 60 {t/t

-2,000 atau t > 2,000}, yang berarti H0 ditolak (tobs ∉ DK).

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan literasi sains pada

pembelajaran Fisika siswa kelas X SMA Negeri 10 Purworejo Tahun Pelajaran

2015/2016.

B. Saran

1. Bagi Siswa

a. Setiap siswa mempunyai kemampuan literasi sains yang berbeda-beda

sehingga siswa hendaknya memahami diri akan kewajibannya sebagai

siswa yaitu memiliki semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Siswa hendaknya dalam kegiatan pembelajaran lebih aktif dan berani

mengungkapkan pendapat serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

dalam memecahakan sebuah permasalahan.


93

2. Bagi Guru

a. Guru memiliki kewajiban untuk menumbuhkan kemampuan literasi

sains siswa melalui pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan

efektif. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan

dalam proses pembelajaran Fisika yaitu model pembelajaran Problem

Based Learning.

b. Model pembelajaran Problem Based Learning hendaknya diterapkan

dalam proses pembelajaran untuk melatih siswa dalam memecahkan

permasalahan dan dapat menumbuhkan kemampuan literasi sains

dalam pembelajaran Fisika.

3. Bagi Peneliti

a. Pada penelitian ini aspek yang ingin diketahui dengan menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning ditinjau dari

kemampuan literasi sains siswa. Bagi calon peneliti yang lain dapat

melakukan tinjauan dari sisi lain misalnya kemampuan berpikir kritis,

keterampilan proses, dan lain sebagainya.

b. Perlu diadakannya penelitian sejenis untuk membandingkan model

pembelajaran yang paling efektif terhadap kemampuan literasi sains

siswa.

c. Perlu diadakan penelitian sejenis yaitu untuk mengetahui efektivitas

model pembelajaran Problem Based Learning terhadap kemampuan

literasi sains siswa di beberapa sekolah.


94

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris Odja dan Citron S.Payu. 2014. Analisis Kemampuan Awal Literasi
Sains Siswa Pada Konsep IPA. Prosiding Seminar Nasional Kimia Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

Abdullah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Afrizon, Renol. 2012. Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Keterampilan
Berfikir Kritis Siswa Kelas XI MTsN Model Padang pada Mata Pelajaran
IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction . Jurnal
Penelitian Pendidikan Fisika Vol.1, hal 8. Diakses dari
http://undana.ac.id/jsmallfib_top/JURNAL/PENDIDIKAN/PENDIDIKAN
_2012/PENINGKATAN%20PERILAKU%20BERKARAKTER%20DAN
%20KETERAMPILAN%20BERPIKIR.pdf hari Senin tanggal 14 Maret
2016 pukul 12.50 WIB.

Amir, Taufiq. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.


Jakarta: Prenademedia Grup.
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan
Kepribadian Anak. Bandung: Yrama Widya
Barnawai & M.Arifin. 2015. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Budiyono.2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Pers.
Chiapetta, Eugenne L & Thomas R Koballa. 2010. Science Instruction in the
Middle and Secondary Schools: Developing Fundamental Knowledge and
Skills. United State of America: Pearson.
CMEC. 2013. Pan-Canadian Assesment Program (PCAP) Science Assesment
Framework. http:// www. oecd. org/pisa/keyfindings/pisa.2012-result-
overviw.
Fathurrohman, Muhammad. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Penerbit Teras.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-Model Pembelajaran Inovatif Alternatif


Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Ferdi Syahdani.2014. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dikombinasikan Dengan Model
Pembelajaran PBL Dengan Model Pembelajaran Konvensional di MAN 1
95

Model Kota Bengkulu. Diakses dari http://Repository.unib.ac.id/ pada


tanggal 21 Desember 2015 pukul 18.44 WIB.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Marthasari, Atiko. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Dengan
Pendekatan Snowball Throwing Untuk Mengembangkan Karakter
Komunikatif dan Rasa Ingin Tahu Siswa SMP. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/19771/1/4201409111.pdf hari Sabtu tanggal 16
Januari 2016 pukul 17.31 WIB.

Meirita Rahma Felayani. 2013. Pembentukan Karakter & Pemecahan Masalah


Melalui Model Probing Promoting Berbantuan Scaffolding Materi
Barisan dan Deret Kelas XI SMK. Diakses dari
Http://journal.unnes.ac.id pada tanggal 30 Maret 2016 pukul 15.10 WIB.

Mulyasa. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya.

Nisa Wulandari dan Hayat Sholihin. 2015. Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Terpadu untuk Meningkatkan
Aspek Sikap Literasi Sains Siswa SMP. Prosiding Simposium Nasional
Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015.

Nomika Rizqiani, dkk. 2015. Pengaruh Pembelajaran Fisika Model Problem


Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Literasi Sains Siswa
Ditinjau dari Kemampuan Awal. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX HFI
Jateng & DIY,Yogyakarta.

Nugroho P, Ngurah Ayu, dan Duwi Nuvitalia. 2014. Penerapan Model


Pembelajaran Problem Based Learning Pokok Bahasan Kalor untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 11 Semarang.
Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. Universitas PGRI
Semarang.
Permendikbud. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul
19.00 WIB.
96

Permendikbud. 2013. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif. Jakarta:


Kencana.

Tri, Evi. 2015. LKS Berbasis Problem Based Learning Berbantuan Peta Konsep
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/ padai tanggal 1 April 2016 pukul 9.59 WIB.

Tomi Utomo, Dwi Wahyuni, dan Slamet Hariyadi. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VIII
Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun
Ajaran 2012/2013. Jurnal edukasi UNEJ 2014, I (1): 5-9.

Yuritantri, Arya Lilanamami. 2013. Pembelajaran dengan Metode Guided


Inquiry untuk Mengembangkan Rasa Ingin Tahu dan Keterampilan
Komunikasi Siswa. Semarang: UNNES. Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/19771/1/4201409111.pdf hari Sabtu tanggal 16
Januari 2016 pukul 17.31 WIB.

Zumroh, Ayu. 2013. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Underachiever


Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SD Negeri Pekunden
Semarang. Diakses dari http://lib.unnes.ac.id/ pada 1 April 2016 9.59.

Zuriyani, Elsy. 2011. "Literasi Sains dan Pendidikan". Diunduh dari


Http://sumsel.kemenag.go.id diakses pada tanggal 16 Januari 2016 Pukul
17.30 WIB.
97

LAMPIRAN
98

LAMPIRAN 1
Instrumen Penelitian Pendahuluan
a. Hasil Wawancara Guru
b. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas
c. Data Awal Kemampuan Literasi Sains
d. Analisis Data Persentase Kemampuan Literasi Sains
99
100
101
102
103
104
105
106
107

DATA AWAL NILAI KEMAMPUAN LITERASI SANS SISWA KELAS


KONTROL

No Nama Aspek Aspek Aspek Aspek Nilai


Konteks Konten Kompetensi Sikap Akhir
1 Agung Wibowo 65 80 60 59 66
2 Antin Devi Pratami 70 55 43 60 57
3 Arista Ageng W 60 0 38 60 40
4 Azelvia Mufti A 70 50 25 57 51
5 Berliana Maytiara A 70 45 53 59 57
6 Cakep Sumardi 60 50 40 62 53
7 Dwi Jumiati 50 63 64 61 60
8 Fadila Nur 75 75 59 56 66
9 Gusmiwati 65 75 38 66 61
10 Haris Widyanti 70 63 45 64 61
11 Iqbal Tri H 70 60 60 68 65
12 Khoirul Anam 70 70 49 56 61
13 Muhammad Erfani K 70 58 45 57 58
14 Muhammad Ferdy Y 60 55 21 58 49
15 Nuri Arum M 60 55 49 64 57
16 Pipit Utami 75 35 54 57 55
17 Pramudiya Gilang R 50 48 28 60 47
18 Prastiwi Sigit P 65 65 58 64 63
19 Ratri Rahmawati 70 58 50 62 60
20 Rifanti 80 93 66 65 76
21 Satrio Trimukti 70 38 13 61 46
22 Shela Noviana 75 55 53 57 60
23 Siti Purwaningsih 75 98 85 68 82
24 Sri Hartati 75 63 51 63 63
25 Tata Arifia A 80 63 40 63 62
26 Tri Agus Ambarwati 60 50 25 58 48
27 Tyas Saputri Fajar S 75 100 73 69 79
28 Umiyatul Islamiyah 80 68 50 62 65
29 Wahyu Prapanca 70 63 23 60 54
30 Widya Nursita 60 60 30 62 53
Jumlah 2045 1811 1388 1838 1771
Rata-rata 59
108

DATA AWAL NILAI KEMAMPUAN LITERASI SANS SISWA KELAS


EKSPERIMEN

Aspek Aspek Aspek Aspek Nilai


No Nama
Konteks Konten Kompetensi Sikap Akhir
1 Abdul Rahman 75 85 83 63 77
2 Aldi Mustiko Aji 75 50 39 60 56
3 Anisyah Dewi 75 90 35 65 66
4 Ardian Rico M 75 88 55 61 70
5 Ayuni Sefia W P 70 85 43 65 66
6 Budi Nurdianti 75 58 34 61 57
7 Cahyanti Sekar K 75 75 41 59 63
8 Dewi Sukma W 70 90 30 59 62
9 Diana 75 75 58 62 68
10 Donny Noorsaid 75 70 48 55 62
11 Dwi Fitriati Soleha 75 93 79 61 77
12 Dwi Oktaviani 60 88 69 62 70
13 Dwiky Qurniawan 75 93 63 58 72
14 Efi Nofita Sari 70 38 35 59 51
15 Ela Nurindah S 20 20 28 61 32
16 Esa Sekar Hastari 55 50 10 57 43
17 Hidayatul Akbar 70 58 35 64 57
18 Intan Permata Sari 70 38 25 57 48
19 Kholifah Nurazizah 70 40 26 56 48
20 Laina Tusifah 75 93 59 63 73
21 Mariah Febriyanti 75 100 28 63 67
22 Mona Sylvia 55 63 60 57 59
23 Muhammad A 75 53 50 64 61
24 Muklis Kholifah 65 30 38 62 49
25 Novita W 60 93 70 65 72
26 Ratna Shinta S 75 100 84 59 80
27 Septiana Kurnia d 55 55 43 58 53
28 Sugiarti 75 100 59 62 74
29 Sulfan Ardi Wijaya 75 33 44 60 53
30 Wahyu Kartika D 75 63 44 64 62
31 Wahyuning Devi H 50 50 30 63 48
32 Weni Puasaningsih 75 75 51 58 65
Jumlah 2190 2192 1496 1943 1955
Rata-rata 61
109
113

LAMPIRAN 2
Instrumen Penelitian
a. Silabus Penelitian
b. RPP Kelas Eksperimen
c. RPP Kelas Kontrol
d. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen
e. Kisi-kisi Soal Post Test Kelas Kontrol & Kunci Jawaban
f. Soal Post Test Kelas Kontrol
g. Kisi-kisi Observasi Sarana Ruang Kelas
h. Hasil Observasi Sarana Ruang Kelas
i. Kisi-kisi Kemampuan Literasi Sains
j. Hasil Kemampuan Literasi Sains Kelas Eksperimen
k. Hasil Kemampuan Literasi Sains Kelas Kontrol
l. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen
m. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
SILABUS MATA PELAJARAN FISIKA

Satuan Pendidikan : SMA/MA


Kelas / Semester :X/2
Materi : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor
Kompetensi Inti:
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

114
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber
3.7Menganalisis 1. Menganalisis pengaruh Pemuaian 1. Guru membuka kegiatan
kalor terhadap suhu pembelajaran dengan berdoa dan
pengaruh kalor dan
benda. mengucapkan salam.
perpindahan kalor
2. Membedakan pengaruh 2. Guru mengecek kehadiran siswa.
pada kehidupan
perubahan suhu benda 3. Guru menginformasikan, indikator
sehari-hari. dan tujuan pembelajaran yang akan
terhadap ukuran benda
dicapai.
(pemuaian).
Fase 1 Memberikan orientasi tentang
3. Menerapkan pengaruh
permasalahan kepada siswa
kalor pada suhu dalam
4. Guru menjelaskan logistik yang
kehidupan sehari-hari.
dibutuhkan.
Hubungan
kalor dengan 5. Guru memberikan sebuah
4. Menganalisis pengaruh
suhu benda.
permasalahan seperti yang telah
kalor pada benda.
dicantumkan dalam LKS.
5. Mengetahui hubungan
6. Guru mendemonstrasikan percobaan
suhu dan kalor.
sederhana terkait dengan
6. Menjelaskan hubungan
permasalahan.
massa, kalor jenis,
perubahan suhu, kalor,
dan kapasitas.

115
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber
7. Menentukan suhu Asas Black Fase 2 Mengorganisasikan siswa untuk
campuran menggunakan belajar
persamaan asas black. 10.Guru memimpin pembagaian
8. Menjelaskan dan kelompok menjadi 8 kelompok.
menerapkan asas black 11.Guru membagikan lembar kerja siswa
dalam kehidupan kepada setiap kelompok.
sehari-hari. 12.Guru menanyakan kepada siswa
9. Membedakan mana tentang kejelasan LKS berisi
kalor yang diserap dan permasalahan yang telah dibagikan.
kalor yang diterima. 13.Guru menjelaskan target yang
diharapkan dari analisis masalah yang
dilakukan.
14.Guru memberikan contoh bukti ilmiah
terkait dengan permasalahan.

Fase 3 Membimbing penyelidikan


individu ataupun kelompok.
15.Guru memfasilitasi percobaan yang
diperlukan siswa untuk dilakukan.

116
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber
16.Guru berkeliling kelas memantau
kegiatan eksperimen.
17.Guru membimbing peserta didik
untuk melakukan kegiatan
penyelidikan berdasarkan studi kasus
yang tersedia dalam LKS.
18.Mendorong siswa untuk
mengumplkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Fase 4 Menyajikan hasil karya atau
laporan
19.Guru mengarahkan siswa untuk
mempersiapkan hasil diskusi yang
telah dilakukan masing-masing
kelompok dalam bentuk semenarik
mungkin berdasarkan kesepakatan
kelompok

117
Kompetensi Dasar Indikator Materi Poko Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber
20.Guru mengarahkan masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi ke depan kelas.

Fase 5 Mengevaluasi proses


pemecahan masalah
21.Guru mengarahkan siswa untuk
menyimpulkan konsep yang telah
dipelajari.
22.Guru menanyakan kejelasan materi
yang sudah dipelajari.
23.Guru mengulang kembali simpulan
yang telah disusun atau dalam bentuk
tanya jawab.
24.Guru memberikan tugas baca untuk
materi pertemuan selanjutnya

118
119
120

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 10 Purworejo

Kelas/Semester : X/2

Materi Pelajaran : Fisika

Materi Pokok : Pemuaian

Pertemuan : Pertama (2 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,


santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
121

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai


kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur jagag raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan


sehari-hari.

4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan


peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki
karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas
kalor.

C. Indikator
1. Siswa dapat menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu benda
2. Siswa dapat membedakan pengaruh perubahan suhu benda terhadap
ukuran benda (pemuaian).
3. Siswa dapat menerapkan pengaruh kalor pada suhu dalam kehidupan
sehari-hari.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis pengaruh kalor terhadap suhu benda .
2. Siswa mampu membedakan pengaruh suhu dan benda terhadap ukuran
benda (pemuaian).
3. Siswa mampu menerapkan pengaruh kalor pada suhu benda dalam
122

kehidupan sehari-hari.
E. Materi Pembelajaran
Pemuaian
F. Metode atau Model Pembelajaran
Model : Problem Based Learning

Metode : Percobaan, Diskusi, dan Presentasi

G. Media, Alat dan Sumber Belajar


Media :
 Worksheet atau lembar kerja (siswa)
 Alat : gelas ukur,labu didih, kaki tiga, kasa
 Buku Erlangga
Sumber Belajar :
 FISIKA SMA Jilid 1, Pusat Perbukuan

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama 2 x 45 menit
Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Pendahuluan  Guru membuka  Siswa berdoa dan 10 menit
kegiatan pembelajaran menjawab salam guru.
dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
 Guru mengecek
kehadiran siswa.
 Siswa

 Guru memperhatikan

menginformasikan, informasi yang

indikator dan tujuan diberikan guru.


pembelajaran yang akan
dicapai.
123

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
 Guru memberikan
motivasi pentingnya
belajar suhu dan kalor.
Inti Fase 1 Memberikan 70 menit
orientasi tentang
permasalahan kepada
siswa
Aspek
 Guru menjelaskan
Kompetensi
logistik yang dibutuhkan.

 Guru memberikan Mengamati


sebuah permasalahan  Siswa
seperti yang telah mendengarkan dan

dicantumkan dalam LKS. mencermati


permasalahan yang
diberikan kemudian
memberikan prediksi
beserta alasannya.

 Guru  Siswa mengamati


mendemonstrasikan percobaan sederhana
percobaan sederhana yang dilakukan oleh
terkait dengan guru.
permasalahan.
124

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Fase 2 Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
 Guru memimpin  Berkumpul
pembagaian kelompok bersama
menjadi 8 kelompok. kelompoknya

 Guru membagikan  Siswa menerima


lembar kerja siswa LKS yang diberikan
kepada setiap kelompok. guru dan mengamati
LKS tersebut agar
lebih jelas.

 Guru menanyakan Menanya


kepada siswa tentang  Siswa akan

kejelasan LKS berisi bertanya jika kurang


permasalahan yang telah jelas dengan

dibagikan. permasalahan yang


ada di LKS dan akan
menjawab jelas jika
sudah jelas.
 Guru menjelaskan
 Siswa
target yang diharapkan
mendengarkan apa
dari analisis masalah
yang diharapkan guru
yang dilakukan.
untuk dikerjakan dan
Menemukan konsep
mempersiapkan alat-
pemuaian.
alat yang
Dapat menghitung
kemungkinan
pemuaian panjang,
dibutuhkan.
luas,dan volume.
125

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Menerapkan dalam
Aspek
kehidupan sehari-hari Konteks

 Guru memberikan  Siswa berdiskusi

contoh bukti ilmiah dengan kelompoknya

terkait dengan untuk memberikan

permasalahan. bukti ilmiah yang


lain.
Fase 3 Membimbing
penyelidikan individu Aspek
Kompetensi
ataupun kelompok.

Mencoba
 Siswa melakukan
 Guru memfasilitasi
percobaan untuk
percobaan yang
menganalisis
diperlukan siswa untuk
pengaruh suhu
dilakukan.
terhadap ukuran
benda.

 Guru berkeliling kelas


memantau kegiatan
eksperimen.

 Guru membimbing
peserta didik untuk
melakukan kegiatan
penyelidikan berdasarkan
studi kasus yang tersedia
dalam LKS.
126

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
 Mendorong siswa  Siswa mencari
untuk mengumplkan informasi agar data
informasi yang sesuai, relevan.
melaksanakan
eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
Fase 4 Menyajikan hasil
karya atau laporan

 Guru mengarahkan Mengasosiasikan


siswa untuk  Siswa
mempersiapkan hasil mempersiapkan segala
diskusi yang telah bentuk hasil diskusi
dilakukan masing-masing yang telah dilakukan
kelompok dalam bentuk secara berkelompok
semenarik mungkin dalam memecahkan
berdasarkan kesepakatan permasalahan hingga
kelompok. memperoleh solusi.

 Guru mengarahkan  Siswa


masing-masing mempresentasikan
kelompok untuk hasil diskusi masing-
mempresentasikan hasil masing kelompok di
diskusi ke depan kelas. depan kelas.
127

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Fase 5 Mengevaluasi
Aspek Konten
proses pemecahan
masalah
Mengkomunikasikan
 Guru mengarahkan  Siswa
siswa untuk menyimpulkan
menyimpulkan konsep konsep pengaruh
yang telah dipelajari. perubahan suhu
terhadap ukuran
benda (pemuaian)
Aspek Sikap

 Guru menanyakan  Siswa menanyakan


kejelasan materi yang materi yang belum
sudah dipelajari. dipahami

Penutup  Guru mengulang  Siswa menjawab 10 menit


kembali simpulan yang salam.
telah disusun atau dalam
bentuk tanya jawab.
 Guru memberikan
tugas baca untuk materi
pertemuan selanjutnya
tentang Asas black.
 Guru menutup dengan
mengucapkan salam.
128
129

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 10 Purworejo

Kelas/Semester : X/2

Materi Pelajaran : Fisika

Materi Pokok : Hubungan kalor dengan suhu benda

Pertemuan : Ke Dua (2 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,


santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
130

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai


kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur jagag raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan


sehari-hari.

4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan


peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki
karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas
kalor.

C. Indikator
1. Menganalisis pengaruh kalor pada benda.
2. Mengetahui hubungan suhu dan kalor.
3. Menjelaskan hubungan massa, kalor jenis, perubahan suhu, kalor, dan
kapasitas.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis pengaruh kalor pada benda
2. Siswa mampu mengetahui hubungan suhu dan kalor .
3. Siswa mampu menjelaskan hubungan massa, kalor jenis, perubahan
suhu, kalor, dan kapasitas.
E. Materi
Hubungan kalor dengan suhu benda
131

F. Metode atau Model Pembelajaran


Model : Problem Based Learning

Metode : Percobaan, Diskusi, dan Presentasi

G. Media, Alat dan Sumber Belajar


Media :
 Worksheet atau lembar kerja (siswa)
 Alat : gelas ukur, thermometer, kaki tiga, kasa
Sumber Belajar :
 FISIKA SMA Jilid 1, Pusat Perbukuan
H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Kedua 2 x 45 menit
Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Pendahuluan  Guru membuka  Siswa berdoa dan 10 menit
kegiatan pembelajaran menjawab salam guru.
dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
 Guru mengecek
kehadiran siswa.

 Siswa
 Guru
memperhatikan
menginformasikan
informasi yang
indikator, dan tujuan
diberikan guru.
pembelajaran yang
akan dicapai.

 Guru memberikan
motivasi pentingnya
belajar suhu dan kalor.
132

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Inti Fase 1 Memberikan 10 menit
orientasi tentang
permasalahan
kepada siswa
Aspek
 Guru menjelaskan Kompetensi
logistik yang
dibutuhkan.
Mengamati

 Siswa memberikan
 Guru memberikan
prediksi beserta
sebuah permasalahan
alasannya dari
seperti yang ada pada
permasalahan yang
LKS
sudah diberikan.

Fase 2
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar

 Guru memimpin
 Siswa berkumpul
pembagaian kelompok
bersama kelompoknya
menjadi 8 kelompok.
 Guru membagikan
 Memahami langkah-
LKS kepada setiap
langkah pada LKS .
kelompok.
133

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan siswa
waktu
Menanya

 Guru menanyakan  Siswa akan bertanya


kepada siswa tentang jika kurang jelas
kejelasan LKS berisi dengan permasalahan
permasalahan yang yang ada di LKS dan
telah dibagikan. akan menjawab jelas
jika sudah jelas.
 Guru menjelaskan
target yang diharapkan
Aspek
dari analisis masalah
Konteks
yang dilakukan.

 Guru memberikan  Siswa berdiskusi


contoh bukti ilmiah dengan kelompoknya
terkait dengan mencari contoh bukti
permasalahan. ilmiah lainnya.
Fase 3 Membimbing
Aspek
penyelidikan individu Kompetensi
ataupun kelompok.
Mencoba
 Guru memfasilitasi  Siswa melakukan

percobaan sederhana percobaan sederhana

yang diperlukan siswa untuk menganalisis

untuk dilakukan. penerapan asas black


dalam kehidupan
sehari-hari.
134

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan siswa
waktu
 Guru berkeliling  Menentukan suhu
kelas memantau campuran dengan
kegiatan diskusi. persamaan asas black.

 Guru membimbing
siswa untuk
melakukan kegiatan
penyelidikan
berdasarkan studi kasus
yang tersedia dalam
LKS.

 Mendorong siswa  Siswa mencari


untuk mengumplkan informasi agar data
informasi yang sesuai, relevan.
melaksanakan
eksperimen, untuk
mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan masalah
Fase 4 Menyajikan
hasil karya atau
laporan
 Guru mengarahkan
siswa untuk
mempersiapkan hasil
diskusi yang telah
dilakukan masing-
masing kelompok .
135

Alokasi
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
 Guru mengarahkan Mengasosiasikan
masing-masing  Siswa
kelompok untuk mempersiapkan segala
mempresentasikan bentuk hasil diskusi
hasil diskusi ke depan yang telah dilakukan
kelas. secara berkelompok
dalam memecahkan
permasalahan hingga
memperoleh solusi.

 Siswa
mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing
kelompok di depan
kelas.

Fase 5 Mengevaluasi
Aspek Konten
proses pemecahan
masalah

Mengkomunikasikan
 Guru mengarahkan  Siswa
siswa untuk menyimpulkan konsep
menyimpulkan konsep asas black dan
yang telah dipelajari memberikan contoh
penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
136
137

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 10 Purworejo

Kelas/Semester : X/2

Materi Pelajaran : Fisika

Materi Pokok : Asas Black

Pertemuan : Ke Tiga (2 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,


santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai,
responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
138

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur jagag raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti, cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif,
inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

3.7 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan


sehari-hari.

4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan


peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki
karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas
kalor.

C. Indikator
1. Menentukan suhu campuran menggunakan persamaan asas black.
2. Menjelaskan dan menerapkan asas black dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membedakan mana kalor yang diserap dan kalor yang diterima.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menetukan suhu campuran.
2. Siswa mampu menjelaskan dan menerapkan asas black dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Siswa mampu membedakan mana kalor yang diserap dan kalor yang
diterima

E. Materi Pembelajaran
Asas Black
139

F. Metode atau Model Pembelajaran


Model : Problem Based Learning

Metode : Percobaan, Diskusi, dan Presentasi

G. Media, Alat dan Sumber Belajar


Media :
 Worksheet atau lembar kerja (siswa)
 lembar penilaian
 Thermometer dan gelas ukur
Sumber Belajar :
 FISIKA SMA 1 Erlangga
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke tiga 2 x 45 menit
Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi
Waktu
Pendahuluan  Guru membuka  Siswa berdoa dan 10 menit
kegiatan pembelajaran menjawab salam guru.
dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
 Guru mengecek
kehadiran siswa.

 Siswa
 Guru
memperhatikan
menginformasikan
informasi yang
indikator, dan tujuan
diberikan guru.
pembelajaran yang akan
dicapai.

 Guru memberikan
motivasi pentingnya
belajar suhu dan kalor.
140

Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi


Waktu
Inti Fase 1 Memberikan 70 menit
orientasi tentang
permasalahan kepada
siswa
Aspek
Kompetensi
 Guru menjelaskan
logistik yang dibutuhkan.

Mengamati
 Guru memberikan
sebuah permasalahan  Siswa memberikan

“saya mencampur teh prediksi beserta

panas saya dengan air alasannya dari

dingin, sehingga permasalahan yang

menghasilkan teh hangat sudah diberikan.

yang siap untuk


dinikmati. Mengapa
demikian?

 Guru
 Siswa mengamati
mendemonstrasikan
percobaan sederhana
percobaan sederhana
yang dilakukan oleh
terkait dengan
guru.
permasalahan.
Fase 2 Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
 Guru memimpin
 Siswa berkumpul
pembagaian kelompok
bersama kelompoknya
menjadi 8 kelompok.
141

Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan siswa Alokasi


waktu
 Guru membagikan  Memahami langkah-
LKS kepada setiap langkah pada LKS .
kelompok.
Menanya
 Guru menanyakan
 Siswa akan bertanya
kepada siswa tentang
jika kurang jelas
kejelasan LKS berisi
dengan permasalahan
permasalahan yang telah
yang ada di LKS dan
dibagikan.
akan menjawab jelas
jika sudah jelas.
 Guru menjelaskan
target yang diharapkan
dari analisis masalah
yang dilakukan.
Menemukan
konsep asas black.
Memberikan
contoh penerapan
dalam kehidupan
sehari-hari.
Menentukan suhu Aspek
campuran. Konteks

 Guru memberikan
 Siswa berdiskusi
contoh bukti ilmiah
dengan kelompoknya
terkait dengan
mencari contoh bukti
permasalahan.
ilmiah lainnya.
142

Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi


Waktu
Fase 3 Membimbing
Aspek
penyelidikan individu
Kompetensi
ataupun kelompok.

Mencoba
 Guru memfasilitasi
 Siswa melakukan
percobaan yang
percobaan untuk
diperlukan siswa untuk
menganalisis
dilakukan.
penerapan asas black
dalam kehidupan
 Guru berkeliling kelas
sehari-hari.
memantau kegiatan
 Menentukan suhu
diskusi.
campuran dengan
persamaan asas black.
 Guru membimbing
siswa untuk melakukan
kegiatan
penyelidikan berdasarkan
studi kasus yang tersedia
dalam LKS.

 Mendorong siswa  Siswa mencari


untuk mengumplkan informasi agar data
informasi yang sesuai, relevan.
melaksanakan
eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
143

Sintaks Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi


Waktu
Fase 4 Menyajikan hasil
karya atau laporan
Mengasosiasikan
 Guru mengarahkan  Siswa
siswa untuk mempersiapkan segala
mempersiapkan hasil bentuk hasil diskusi
diskusi yang telah yang telah dilakukan
dilakukan masing-masing secara berkelompok
kelompok . dalam memecahkan
permasalahan hingga
memperoleh solusi.

 Guru mengarahkan  Siswa


masing-masing mempresentasikan hasil
kelompok untuk diskusi masing-masing
mempresentasikan hasil kelompok di depan
diskusi ke depan kelas. kelas.

Fase 5 Mengevaluasi
proses pemecahan Aspek Konten

masalah
Mengkomunikasikan
 Guru mengarahkan  Siswa
siswa untuk menyimpulkan konsep
menyimpulkan konsep asas black dan
yang telah dipelajari. memberikan contoh
penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.
144
145

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP ) KELAS KONTROL
Sekolah : SMA Negeri 10 Purworejo
Kelas / Semester : X (sepuluh) / II
Mata Pelajaran : FISIKA
Alokasi Waktu : 4 Jam pelajaran

Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan
energi.

Kompetensi Dasar
4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.
2. Menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda
(pemuaian).
3. Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda.

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian suhu.
2. Menjelaskan tubuh bukan pengukur suhu yang baik.
3. Menjelaskan prinsip kerja termometer.
4. Menjelaskan pengertian sifat termometrik.
5. Menyebutkan beberapa contoh sifat termometrik.
6. Menyebutkan beberapa skala termometer.
7. Menjelaskan hubungan skala suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin.
146

8. Menentukan skala umum dari berbagai skala termometer.


9. Menyebutkan beberapa jenis termometer.
10. Membuat termometer sederhana.
11. Menjelaskan pengertian kapasitas kalor.
12. Menjelaskan pengertian kalor jenis.
13. Menjelaskan proses pemuaian.
14. Membedakan pemuaian panjang, luas, dan volum.
15. Menjelaskan hubungan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum.
16. Membedakan wujud gas, cair, dan padat.
17. Menjelaskan perubahan wujud zat.
18. Membedakan kalor laten peleburan dan kalor laten penguapan.
19. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan wujud zat.
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil.

B. Materi Pembelajaran
` SUHU DAN KALOR
Suhu
1. Sifat Termal Benda
Sifat termometrika benda adalah kepekaan suatu benda terhadap perubahan
suhu. Perubahan suhu dapat mengakibatkan perubahan panjang, perubahan
volume, perubahan warna, perubahan tekanan benda, dan sebagainya.
Suhu adalah taraf panas dingin suatu benda. Suhu dapat diukur dengan
termometer, yang menggunakan sifat termometrik. Skala termometrik yang
sering digunakan adalah Celcius (C), Reamur (R), Fahrenheit (F), dan Kelvin
(K).
147

Pembuatan skala pada termometer memerlukan dua titik acuan. Titik acuan
pertama yang disebut sebagai titik tetap bahwa pada umumnya dipilih titik
beku air, yaitu suhu campuran antara es dan air pada tekanan normal. Titik
acuan kedua yang disebut sebagai titik tetapatas dipilih titik didih air pada
tekanan normal.
Konversi skala dari satu termometer ke termometer yang lain dapat dilakukan
sebagai berikut : Misalnya suhu suatu benda menunjukkan skala X ketika
diukur dengan termometer X yang memiliki titik tetap bahwa T b = Xb dan titik
tetap atas Ta =Xa, Maka ketika suhu benda tersebut diukur dengan termometer
Y yang memiliki Tb = Yb dan Ta =Ya, skala Y akan menunjukkan angka yang
dapat dihitung dengan rumus:

X  Xb Y  Yb

X a  X b Ya  Yb

Berdasarkan persamaan di atas, maka hubungan antara skala Celcius,


Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin adalah :

t0C : t0R : (t0 - 32) F= 5 : 4 : 9

a. Hubungan skala Celcius dan Fahrenheit


5 9
C= ( F  32 ) atau F  C  32
9 5
b. Hubungan skala Celcius dan Reamur
5 4
C R atau R 
4 5
c. Hubungan skala Reamur dan fahrenheit
4 9
R ( F  332 ) F  R  32
9 4
d. Hubungan skala Celcius dan Kelvin
K = C + 273
148

Pemuaian Zat
a. Pemuaian zat padat
1) Muai panjang ( Δ l )
Koefisien Muai Panjang (α) adalah perbandingan antara
pertambahan panjang dengan panjang mula-mula setiap kenaikan
suhu 1 0C
l α = koeefisien mua panjang (C-1)

l 0 T ΔL = Perubahan panjang (m)
ΔL = (Lt – L0)
ΔT = perubahan suhu (K)
2) Muai Luas (∆A) L0 = panjang mula-mula (m)

Koefisien Muai Luas (β) adalah perbandingan antara pertambahan


luas dengan luas mula-mula setiap kenaikan suhu 1 0C
A
  = koeefisien muai luas (C-1)
A0 T ΔA = Perubahan luas (m)
  2 ΔA = (At – A0)
ΔT = perubahan suhu (K)
3) Muai Volume (∆V) A0 = luas mula-mula (m)
Koefisien Muai Luas (γ) adalah perbandingan antara pertambahan
volume dengan volume mula-mula setiap kenaikan suhu 1 0C
V  = koefisien muai luas (C-1)
  ΔV = Perubahan volume (m3)
V 0 T
ΔV = ( Vt – V0)
  3 ΔT = perubahan suhu (K)
V0 = volume mula-mula (m3)
b. Pemuaian zat air
Pemanasan air dari suhu 1 – 40 C mengalami penyusutan, kemudian
setelah 40 C mengalami pemuaian. Gejala ini disebut anomali air.
Dimana :

V  V0 t
V = V0 (1 +  V0 Δt )
c. Pemuaian gas
149

Pemuaian pada gas hanya dikenal pemuaian volume.


Rumusnya: V  V0 t
Koefisien muai volume gas (g), untuk semua gas adalah sama, yaitu
1 V 0 T
  jadi V 
273 K 273K
Hukum Boyle – Gay Lussac
“ Pada volume konstan besarnya tekanan sebanding dengan suhu
mutlaknya “
P1V1 P2V2

T1 T2
P = tekanan gas (N/m3) T = suhu mutlak (K)
V = Volume gas (m3)
Kalor
1. Pegertian Kalor
Kalor merupakan bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Satuan kalor adalah Joule. Satuan kalor yang lain adalah kalori.
1 kalori (kal) = 4,2 J 1 J = 0,24 Kal
2. Kalor Jenis
Adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu tiap satuan
massa sebesar 1derajat . c = kalor jenis benda (J kg K-1)
Q = energi kalor ( J)
Q
c m = massa benda (kg)
mT ΔT = suhu benda (K)
3. Kapasitas Kalor
Adalah banyak kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu zat sebesar 1 0C.
Q
C C=mc
T
4. Perubahan Wujud
Setiap benda dapat berubah wujud (fase) dari padat , cair dan uap (gas)
perubahan wujud dapat dari padat ke cair ( mencair), cair ke padat (
150

membeku), padat ke uap (menyublim) uap ke padat ( menyublim), cair ke uap


( menguap) dan uap ke cair ( mengembun).
Dari perubahan wujud zat ada yang memerlukan kalor dan ada yang
melepaskan kalor. Yang melepaskan kalor : mengembun, membeku. Yang
memerlukan kalor diantaranya : mencair (melebur) , menguap . kalor yang
diperlukan untuk melebur disebut kalor lebur (kalor laten lebur) sedangkan
kalor yang diperlukan uantuk menguap disebut kalor uap.
a. Kalor lebur
Adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk melebur 1 kg zat pada
titik leburnya
Q Q = energi kalor (J)
L  Q=mL
m m = massa benda (kg)
L = kalor lebur ( J kg-1)
b. Kalor Uap
Adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menguapkan 1 kg zat pada
titik uapnya.
Q
U   Q=mU U = kalor uap benda (J kg-1)
m
C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : Diskusi kelompok, ceramah, eksperimen

Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri

 Menganalisis pengaruh  Melakukan studi pustaka  Siswa dapat


kalor terhadap suatu zat. untuk mencari informasi Menganalisis
mengenai pengaruh kalor pengaruh
terhadap perubahan suhu kalor pada
benda. suhu, ukuran
benda, dan
wujudnya
151

Tatap Muka Terstruktur Mandiri


dalam
pemecahan
masalah
melalui
diskusi kelas.

D. Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan
 Motivasi dan Apersepsi:
 Sebutkan beberapa contoh sifat termometrik.
 Satuan apakah yang digunakan untuk skala termodinamika?
 Prasyarat pengetahuan:
 Apakah yang dimaksud dengan sifat termometrik?
 Bagaimana hubungan skala Celcius dan Kelvin?
 Pra eksperimen:
 Berhati-hatilah menggunakan peralatan laboratorium.
b. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
 Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian suhu.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan beberapa
152

skala termometer. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja


keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
 Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan hubungan skala
suhu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara
klasikal. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
 Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan
memberikan informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan:
Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru menentukan skala umum
dari berbagai skala termometer. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan contoh soal menghitung skala suhu
Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin yang disampaikan oleh guru.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru memberikan beberapa soal menghitung skala suhu Celcius, (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);Reamur, Fahrenheit,
dan Kelvin untuk dikerjakan peserta didik.
 Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau
belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab
153

dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. (nilai


yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan beberapa jenis
termometer. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
 Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui(nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.(nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Mandiri, Demokratis, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
c. Kegiatan Penutup
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. (nilai yang ditanamkan:
Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
 Motivasi dan Apersepsi:
 Apakah kapasitas kalor merupakan sifat spesifik dari suatu zat?
154

 Adakah hubungan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum?


 Prasyarat pengetahuan:
 Apakah yang dimaksud dengan kapasitas kalor?
 Bagaimana terjadinya proses pemuaian?
b. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
 Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian kapasitas
kalor. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Perwakilan peserta didik diminta untuk menjelaskan pengertian kalor
jenis. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan energi kalor yang
disampaikan oleh guru. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
 Guru memberikan beberapa soal menentukan energi kalor untuk
dikerjakan peserta didik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
 Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.
Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. (nilai yang
155

ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa


ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan proses pemuaian.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan pemuaian
panjang, luas, dan volum. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja
keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung
Jawab.);
 Peserta didik dalam kelompoknya mendiskusikan hubungan antara
koefisien muai panjang, luas, dan volum. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi,
Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan pemuaian panjang,
luas, dan volum yang disampaikan oleh guru. (nilai yang ditanamkan:
Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru memberikan beberapa soal menentukan pemuaian panjang, luas,
dan volum untuk dikerjakan peserta didik. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.
156

Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan perbedaan wujud gas,
cair, dan padat baik secara makroskopis maupun mikroskopis. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perubahan wujud zat
(peleburan, pembekuan, penguapan, pengembunan, dan sublimasi). (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan contoh
peristiwa perubahan wujud zat dalam kehidupan sehari-hari. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri,
Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi,
Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan kalor laten. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perbedaan kalor
laten peleburan dan kalor laten penguapan. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
157

Komunikatif, Tanggung Jawab.);


 Peserta didik memperhatikan contoh soal menentukan kalor yang
diperlukan untuk mengubah suatu zat yang disampaikan oleh guru. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru memberikan beberapa soal menentukan kalor yang diperlukan untuk
mengubah suatu zat untuk dikerjakan peserta didik. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.
Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);

 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:
 Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui(nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.(nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Mandiri, Demokratis, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
c. Kegiatan Penutup
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
(nilai yang
158
159

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


( RPP ) KELAS KONTROL

Sekolah : SMA Negeri 10 Purworejo


Kelas / Semester : X (sepuluh) / II
Mata Pelajaran : FISIKA
Alokasi Waktu : 2 Jam Pelajaran

Standar Kompetensi
4. Menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan
energi.

Kompetensi Dasar
4.3. Menerapkan asas Black dalam pemecahan masalah.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mendeskripsikan perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas.
2. Menerapkan asas Black dalam peristiwa pertukaran kalor.

A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik dapat:
1. Menyebutkan asas Black.
2. Menyebutkan syarat terjdinya penerapan asas Black.
3. Membedakan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas.
4. Menjelaskan aplikasi asas Black dalam kehidupan sehari-hari.
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
160

 Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil.

B. Materi Pembelajaran
ASAS BLACK
Hukum Kekekalan energi
Kalor merupakan bentuk energi sehingga juga berlaku hukum kekekalan energi
kalor . menurut azas Black : “ Jumlah kalor yang dilepas sama dengan jumlah
kalor yang diterima “.
Q lepas = Q terima
(m c ΔT)lepas = (m c ΔT) terima

C. Metode Pembelajaran
1. Model : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
2. Metode : - Diskusi kelompok
- Ceramah
- Observasi
Strategi Pembelajaran
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
 Menganalisis prinsip  Menerapkan asas Black  Siswa dapat
pertukaran kalor, asas dalam peristiwa Melakukan
Black, dan kalor jenis pertukaran kalor. studi pustaka
zat dalam diskusi kelas. untuk
mencari
informasi
mengenaiperb
edaan kalor
yang diserap
dan kalor
yang dilepas.
161

D. Langkah-langkah Kegiatan
a. Kegiatan Pendahuluan
 Motivasi dan Apersepsi:
- Apakah syarat terjadinya penerapan asas Black?
 Prasyarat pengetahuan:
- Sebutkan bunyi asas Black?
b. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
 Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan asas Black. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan asas Black. (nilai
yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi,
 Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan syarat
terjadinya penerapan asas Black. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan perbedaan kalor
yang diserap dan kalor yang dilepas. (nilai yang ditanamkan: Jujur,
Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai aplikasi asas
162

Black dalam kehidupan sehari-hari. (nilai yang ditanamkan: Jujur,


Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelompok yang lain. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi,
Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
 Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi,
Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan penerapan asas Black untuk menyelesaikan
soal analisis dan soal hitungan yang disampaikan oleh guru. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik memperhatikan contoh soal mengenai penerapan asas Black
yang disampaikan oleh guru. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi,
Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
 Guru memberikan beberapa soal mengenai penerapan asas Black untuk
dikerjakan oleh peserta didik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi,
Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
 Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum.
Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan. (nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa
ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Konfirmasi
163

Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa:


 Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui(nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.(nilai yang
ditanamkan: Jujur, Toleransi, Mandiri, Demokratis, Komunikatif,
Tanggung Jawab.);
c. Kegiatan Penutup
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras,
Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
(nilai yang ditanamkan: Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis,
Rasa ingin tahu, Komunikatif, Tanggung Jawab.);
 Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal. (nilai yang ditanamkan:
Jujur, Toleransi, Kerja keras, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Tanggung Jawab.);
164
165

Kelompok :………………………………………..

Nama Anggota : 1. …………………………………..

2. …………………………………..

3……………………………………

4. ………………………………….

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa mampu menjelaskan dan menerapkan asas black dalam kehidupan


sehari-hari.
2. Menentukan suhu campuran.

Permasalahan

Sepulang sekolah Andi merasa kehausan,


sesampainyadi rumah Ibu membuatkan
segelas teh panas. Karena sudah terlalu haus
Andi tidak sabar menunggu teh panasnya
dingin, akhirnya Andi mencampurkan teh
panas dengan air dingin, sehingga
menghasilkan teh hangat yang siap untuk
dinikmati. Mengapa bisa demikian?

A. ASPEK KOMPETENSI

Menjelaskan Fenomena secara Ilmiah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan. Bagaimana prediksi


Anda? Berserta alasannya.
166

Prediksi…………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
.Alasan……………………………………………………………
……………………………………………………………………
…………………………………………………………………….
Skor:

Mengidentifikasikan Pertanyaan
Ber
Ilmiah
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,carilah informasi agar data
relevan.

Campuran yang paling panas adalah…………………………..


Campuran yang paling dingin adalah……………………………
Pernyataan berikut yang benar adalah
a. Air panas memberikan kalor pada air dingin.
b. Air dingin menyalurkan dinginnya kepada air panas.
Alasan…………………………………………………………
…………………………………………………………………
Skor:
Menggunakan Bukti Ilmiah

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan . Semakin banyak kalor yang


dilepas oleh air panas maka bagaimana suhu campurannya?Jelaskan!

Jawab:………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………… Skor:

B. ASPEK KONTEN
Menyajikan Fakta-Fakta, Konsep, Prinsip-Prinsip, dan
Hukum

Konsep
167

Asas Black adalah


………………………………………………………………………
……………………………………………………………………..
Asas Black dipengaruhi oleh
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………

Jadi asas black dapat dirumuskan dengan

………………………………………

Prinsip

Bagaimana prinsip menghitung suhu dari dua buah zat yang dicampurkan?

Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………
Skor:

C. ASPEK KONTEKS
Berikan dua contoh yang terkait dengan permasalahan yang telah
diuraikan dan berikan penjelasan pada masing-masing contoh!

Skor:
168

SOAL

1. Dua ratus gram air bersuhu 800 C dimasukkan ke dalam gelas yang berisi
20 gram susu yang memiliki suhu 50 C. Jika kalor jenis air sama dengan
kalor jenis susu 4.200 J/kg0 C, berapakah suhu akhir campuran? (Pengaruh
kalor terhadap gelas diabaikan).
2. Sepotong almunium yang massanya 200 gram dipanaskan sampai suhunya
800 C, kemudian segera dijatuhkan ke dalam suatu bejana yang berisi 100
gram air pada suhu 200 C. Hitunglah suhu akhir campuran ketika
kesetimbangan termal tercapai. (Jika kalor jenis almunium 900 J/kg0 C dan
air 4200 J/kg0 C).

JAWABAN
169

Skor :

NILAI:
170

Kisi-kisi Tes Kemampuan Literasi Sains

No. Aspek Dimensi Indikator No Soal


1.  Relevan  Memberikan 1,2, 3
dengan situasi contoh dalam
Aspek nyata kehidupan sehari-
hari.
Konteks  Melibatkan
ilmu pengetahuan
dan teknologi
2. Aspek  Sesuai dengan  Menyajikan fakta- 4, 5, 6, 7
Pengetahuan teori dan konsep fakta, konsep,
prinsip-prinsip
dan hukum.
3.  Mengidentifika  Siswa mencari 8, 9, 10
sikan pertanyaan informasi agar
Aspek ilmiah data relevan.
Kompetensi  Menjelaskan  Siswa membuat 11, 12
(Proses) fenomena secara dan memberikan
ilmah alasan prediksi
yang sesuai
4. Aspek  Menggunakan  Siswa mampu 13, 14
Konteks bukti ilmiah menggambarkan
hubungan yang
jelas dan logis
antara bukti dan
kesimpulan
 Siswa mampu
menjawab sebuah 15,
pertanyaan 16,17,
melalui 18
penggunaan
materi
 Mengharuskan 19, 20
siswa menjawab
sebuah
pertanyaan
melalui
penggunaan
grafik.
171

KUNCI JAWABAN

SOAL POST TEST KEMAMPUAN LITERASI SAINS KELAS KONTROL

1. E 11. A

2. D 12. A

3. C 13. B

4. B 14. E

5. B 15. C

6. A 16. B

7. C 17. D

8. D 18. D

9. E 19. A

10. B 20. C
172

SOAL POST TES

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas /Semester : X/2

Materi : Suhu dan Kalor

Waktu : 60 menit

PETUNJUK UMUM

1. Jawaban dikerjakan pada lembar jawaban yang telah tersedia.


2. Sebelum mengerjakan soal, tulislah terlebih dahulu pada lembar jawaban:
Nama, Kelas, Nomor Absen pada tempat yang telah tersedia.
3. Bacalah dengan teliti, petunjuk dan cara mengerjakan soal.
4. Perhatikan dan bacalah soal sebaik-baiknya sebelum Anda menjawab. Soal
terdiri atas 20 soal pilihan ganda.
5. Pilihlah jawaban yang tepat dan berilah tanda silang (X) pada salah satu
huruf A, B, C, D, dan E.
Contoh : jika jawaban yang dianggap betul A : A B C D E
6. Jika terjadi kesalahan dalam memilih jawaban, coretlah dengan dua garis
mendatar jawaban yang salah, kemudian silanglah jawaban yang Anda
anggap tepat.
Contoh : A B C D E menjadi A B C D E
7. Memberi dua tanda silang pada dua pilihan atau lebih dalam satu soal
dianggap salah.
8. Gunakan waktu Anda dengan sebaik-baiknya sesuai dengan waktu yang
telah disediakan dan bekerjalah sendiri dengan tenang dan teliti.

1. Hal-hal berikut ini berhubungan dengan pemuaian panjang:


1) tabung gelas di dalam termos
2) bimetal
3) mengeling plat logam
4) celah antar rel kereta
Pernyataan yang benar adalah….
A. 1), 2), dan 3)
B. 2), 3), dan 4)
C. 1) dan 3)
D. 4) dan 2)
E. semua benar
2. Contoh berikut ini berhubungan dengan asas black:
173

1) Memanaskan air dengan panci.


2) Mencampurkan air biasa dengan air panas untuk mandi.
3) Pada saat di bawah terik matahari, panas matahari mengenai kita.
4) Saat keluar dari kolam renang, merasakan udara di luar sangat panas.
Penyataan yang benar adalah…
A. 1), 2), dan 3)
B. 2) dan 3)
C. 1) dan 4)
D. 2) dan 4)
E. semua benar
3. Berdasarkan pernyataan di bawah ini, yang termasuk contoh peristiwa
konduksi adalah….
1) Gerakan balaon udara.
2) Menjemur pakaian pada siang hari.
3) Mentega akan meleleh ketika diletakkan di wajan yang tengah dipanaskan.
4) Terjadinya angin darat dan angin laut.
5) Tutup panci terasa panas saat panci digunakan untuk memasak.
A. 1) dan 2) D. 3) dan 5)
B. 2) dan 3) E. 3) dan 1)
C. 3) dan 4)
4. Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda bergantung pada….
A. massa benda, suhu awal, dan suhu akhir
B. massa benda dan jenis benda
C. jenis benda dan kenaikkan suhu
D. massa benda, jenis benda, dan kenaikkan suhu
E. kenaikkan suhu dan lama pemanasan.
5. Bila suatu zat mempunyai kalor jenis tinggi, zat itu:
1) lambat mendidih
2) cepat mendidih
3) lambat melebur
4) cepat naik suhunya jika dipanaskan
5) lambat naik suhunya jika dipanaskan
Pernyataan-pernyataan di atas yang salah adalah nomor….
A. 1) dan 2) D. 1), 2), 3), 4), dan 5)
B. 2) dan 4) E. 1), 2), 3), dan 4)
C. 2), 3), 4), dan 5)
6. Prinsip kerja thermometer gas adalah….
A. mengukur besarnya tekanan gas dalam tabung tertutup dengan volume
tetap.
174

B. mengukur besarnya tekanan gas dalam tabung terbuka dengan volume


tetap.
C. mengukur besarnya tekanan gas dalam tabung tertutup dengan volume
berubah.
D. mengukur besarnya tekanan gas dalam tabung terbuka dengan volume
berubah.
E. mengukur tekanan gas dalam tabung terbuka dengan volume konstan.
7. Hukum Gay Lussac menyatakan bahwa pada volume (V) tetap, tekanan (P)
gas sebanding dengan suhu mutlak (T) gas. Persamaan hukum Gay Lussac
adalah….
A. P1V1 = P2V2 D. =
B. PV = C E. =
C. =
8. Dari pemanasan batang besi yang panjangnya 1 meter diperoleh data seperti
pada tabel.
No ∆T ℓt
1. 100oC 1,0010 m
2. 200oC 1, 0025 m
3. 300oC 1, 0030 m
o
4. 400 C 1, 0035 m
5. 500oC 1, 0050 m
Grafik yang menunjukkan hubungan panjang besi (ℓt) dengan temperature
(∆T) cenderung seperti….
A. ℓt D. ℓt

∆T ∆T

B. ℓt E. ℓt

∆T

∆T

C. ℓt

∆T
175

9. Perhatikan tabel berikutu!


No Koefisien Muai Panjang mula- Perubahan Suhu
Panjang (oC-1) mula (cm) (oC)
P 9 x 10-6 4 x 10-1 50
-6
Q 11 x 10 3 x 10-1 40
-6 -1
R 17 x 10 2 x 10 30
S 19 x 10-6 1 x 10-1 20
-6 -1
T 23 x 10 5 x 10 10
Tabel di atas memuat data dari beberapa zat yang dipanaskan. Zat yang
pemuainnya paling besar adalah….
A. P D. S
B. Q E. T
C. R
10. Perhatikan tabel berikut!
Termometer Celcius (oC) Reamur (oR) Fahrenheit (oF)
P 20 16 58
Q 40 32 104
R 60 42 140
S 80 64 176
Pasangan konversi skala yang benar ditunjukkan pada termometer….
A. P dan Q D. R dan P
B. Q dan S E. P dan S
C. S dan R
11. Tempat minum dari bahan kaca yang tebal kemungkinan retak … ketika
dituang air panas dibandingkan bahan gelas tipis, sebab….
A. lebih besar, koefisien muai panjang kaca tebal lebih besar
B. lebih kecil, koefisien muai volume kaca lebih besar
C. lebih besar, pemuaiannya tidak dapat segera merata
D. lebih kecil, pemuaiannya hanya ke arah dalam
E. lebih kecil, pemuaiannya hanya ke arah luar
12. Pada saat kita berlama-lama berada di ruangan ber-AC setelah keluar,kita
merasakan udara di luar sangat panas. Namun, lama kelamaan rasa panas itu
hilang dengan sedirinya. Hal ini terjadi karena….
A. pada saat keluar dari ruangan ber-AC kulit akan melepas kalor ke luar.
B. pada saat keluar dari ruangan ber-AC kulit akan menerima kalor dari luar.
C. pada saat keluar ruangan kalor yang diterima sama dengan kalor yang di
lepas oleh kulit.
D. pada saat keluar ruangan kalor yang diterima tidak sama dengan kalor
yang di lepas oleh kulit.
E. Tidak terjadi keseimbangan termal
176

13. Berdasarkan percobaan suhu dan kalor yang pernah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa semakin besar massa zat, maka….
A. semakin sedikit kalor yang diperlukan.
B. semakin banyak kalor yang diperlukan atau dilepaskan.
C. banyaknya kalor yang diperlukan tidak sebanding dengan massa.
D. suhunya semakin naik.
E. suhunya semakin lama akan turun.
14. 1) suhu campuran lebih tinggi daripada suhu air sejuk.
2) air sejuk menerima kalor dari air panas.
3) air panas melepaskan kalor pada air sejuk.
4) suhu campuran lebih rendah daripada suhu air panas.
Berdasarkan pernyataan di atas, yang menunjukkan kesimpulan dari
percobaan asas black adalah….
A. 1), 2), dan 3) D. 4), 1), dan 2)
B. 2), 3), dan 4) E. semua benar
C. 3), 4), dan 1)
15. Batang logam panjangnya 2 meter, dipanaskan dari suhu 30oC menjadi 70oC.
Bila koefisien muai panjang logam 2 x 10-5/oC, maka pertambahan panjang
logam akibat pemanasan ini adalah….
A. 16 mm D. 0,80 mm
B. 8,0 mm E. 0,16 mm
C. 1,6 mm
16. Jika 75 gram air yang suhunya 0oC dicampurkan dengan 50 gram air dari
100oC, suhu akhir campuran adalah….
A. 70oC D. 40oC
B. 60oC E. 30oC
C. 50oC
17. Zat cair yang massanya 10 kg dipanaskan dari suhu 25oC menjadi 75oC
memerlukan panas sebesar 4 x 105 joule. Kalor jenis zat cair tersebut
adalah….
A. 200 J/kg K D. 800 J/kg K
B. 400 J/kg K E. 1.000 J/kg K
C. 600 J/kg K
18. Sebuah bejana baja bervolume 4 L. Sembilan puluh lima persen volumenya
diisi alkohol. Jika suhu awal bejana 0o dan bejana ini dipanaskan sampai
suhunya 70o(αbaja = 11 x 10-6/oC, αalkohol = 10-3/oC), volume alkohol yang
tumpah dari bejana adalah….
A. 40,76 cm3 D. 56,76 cm3
B. 46,76 cm3 E. 60,76 cm3
C. 50,76 cm3
177

19. Grafik berikut menyatakan hubungan antara suhu (T) dengan kalor (Q) yang
diberikan pada 1 gram zat padat. Besar kalor lebur zat padat tersebut adalah….
T (K)
C
A B

71 150 Q (kalori)
A. 79 kalori/gram D. 100 kalori/gram
B. 80 kalori/gram E. 150 kalori/gram
C. 81 kalori/gram
20. Dari grafik hubungan suhu terhadap kalor yang diperoleh dari percobaan
mengubah 1 kg air menjadi uap, maka diperoleh harga kalor uap air tersebut
adalah….
Suhu (oC)

100o
0o
-20o kalor
0 300 600 2100
A. 300 J/kg D. 1800 J/kg
B. 600 J/kg E. 2100 J/kg
C. 1500 J/kg

Selamat mengerjakan, semoga sukses. Kerjakan dengan kemampuan


sendiri. 
178

Kisi-Kisi Lembar Observasi Sarana Ruang Kelas

No Indikator No. Soal

1. Ruang kelas 1, 2, 3, 4

2. Perabot kelas 5, 6, 7, 8

3. Peralatan pendidikan 9, 10, 11

4. Media Pendidikan 12, 13

5. Sumber Belajar 14

6. Perlengkapan Lain 15, 16, 17


179
180
181
182
183

KISI-KISI KEMAMPUAN LITERASI SAINS

No. Aspek Dimensi Indikator


1.  Relevan dengan  Memberikan
situasi nyata contoh dalam
Aspek
 Melibatkan ilmu kehidupan sehari-
Konteks
pengetahuan dan hari.
teknologi
2. Aspek Sesuai dengan teori dan  Menyajikan fakta-
Pengetahuan konsep fakta, konsep,
prinsip-prinsip dan
hukum.
3. Mengidentifikasikan  Siswa mencari
pertanyaan ilmiah informasi agar data
relevan
Menjelaskan fenomena  Siswa membuat
secara ilmah dan memberikan
alasan prediksi
yang sesuai
Aspek Menggunakan bukti  Siswa mampu
Kompetensi ilmiah menggambar-
(Proses) kan hubungan
yang jelas dan
logis antara bukti
dan kesimpulan
 Siswa mampu
menjawab sebuah
pertanyaan melalui
penggunaan materi
184

KISI-KISI ANGKET MOTIVASI BELAJAR DAN RASA


INGIN TAHU SISWA

SMA NEGERI 10 PURWOREJO

No Dimensi Indikator Jumlah Nomor


Item Item
1. Motivasi Adanya hasrat dan 4 1, 5, 8,
Belajar keinginan untuk berhasil. 12, 17
Adanya dorongan dan 4 2, 6, 9,
kebutuhan dalam belajar. 13
Adanya harapan dan cita- 4 3, 10,
cita masadepan. 14, 18
Adanya penghargaan 3 7, 15,
dalam belajar. 19
Adanya kegiatan yang 4 4, 11,
menarik dalam belajar. 16, 20
2. Rasa ingin Bertanya kepada guru 3 2, 6, 17
tahu dan teman tentang
konsep yang sedang
dipelajari.
Membaca dan 3 21, 22,
mendiskusikan konsep 23
atau materi dengan
kelompok belajar.
Mencari informasi di 3 20
luar buku mata pelajaran
yang akan dipelajari
Menunjukkan sikap 5 5, 10,
tertarik atau tidak tertarik 16, 20,
terhadap materi yang 24
dipelajari.
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214

LAMPIRAN 3
Data Penelitian
a. Data Akhir Kemampuan Literasi Sains Siswa
b. Analisis Data Persentase Kemampuan Literasi Sains
c. Analisis Normalized Gain Kemampuan Literasi Sains
d. Analisis Observasi Sarana Ruang Kelas
e. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
f. Uji Keseimbangan
g. Uji Normalitas
h. Uji Homogenitas
i. Uji Hipotesis
215

DATA AKHIR KEMAMPUAN LITERASI SAINS KELAS EKSPERIMEN

No. Nama Aspek Aspek Aspek Aspek Nilai


Konteks Konten Kompetensi Sikap Akhir
1 Abdul Rahman 77 85 72 77 78
2 Aldi Mustiko Aji 77 85 72 79 78
3 Anisyah Dewi 83 82 78 79 81
4 Ardian Rico M 77 75 67 79 75
5 Ayuni Sefia W P 73 83 81 77 79
6 Budi Nurdianti 77 70 87 76 78
7 Cahyanti Sekar K 83 77 78 75 78
8 Dewi Sukma W 85 82 72 77 79
9 Diana 77 70 87 79 78
10 Donny Noorsaid 77 75 67 74 73
11 Dwi Fitriati Soleha 83 82 78 79 81
12 Dwi Oktaviani 83 78 77 80 80
13 Dwiky Qurniawan 77 85 72 72 77
14 Efi Nofita Sari 85 82 72 79 80
15 Ela Nurindah S 77 70 87 79 78
16 Esa Sekar Hastari 73 83 81 82 80
17 Hidayatul Akbar 73 83 81 70 77
18 Intan Permata Sari 77 75 67 80 75
19 Kholifah Nurazizah 77 75 67 70 72
20 Laina Tusifah 77 70 87 76 78
21 Mariah Febriyanti 73 83 81 82 80
22 Mona Sylvia 83 82 78 79 81
23 Muhammad Alfaizin 77 85 72 68 76
24 Muklis Kholifah 85 82 72 79 80
25 Novita Widyaningsih 85 82 80 80 82
26 Ratna Shinta S 85 82 80 79 82
27 Septiana Kurnia D 85 82 72 78 79
28 Sugiarti 83 77 78 83 80
29 Sulfan Ardi Wijaya 83 77 78 81 80
30 Wahyu Kartika D 83 82 78 82 81
31 Wahyuning Devi H 85 82 80 88 84
32 Weni Puasaningsih 85 82 80 87 84
JUMLAH 2560 2544 2453 2505 2517
Rata-rata 79
216

DATA AKHIR KEMAMPUAN LITERASI SAINS KELAS KONTROL

No. Nama Aspek Aspek Aspek Aspek Nilai


Konteks Konten Kompetensi Sikap Akhir
1 Agung Wibowo 100 75 61 80 79
2 Antin Devi Pratami 67 50 69 76 66
3 Arista Ageng W 67 75 53 76 68
4 Azelvia Mufti A 33 50 77 79 60
5 Berliana Maytiara A 67 50 77 73 67
6 Cakep Sumardi 67 75 46 68 64
7 Dwi Jumiati 67 75 69 70 70
8 Fadila Nur 67 75 61 76 70
9 Gusmiwati 100 50 69 74 73
10 Haris Widyanti 67 50 69 77 66
11 Iqbal Tri Hardiyanzah 67 100 92 79 85
12 Khoirul Anam 67 75 46 71 65
13 Muhammad Erfani K 100 50 69 74 73
14 Muhammad Ferdy Y 67 75 61 76 70
15 Nuri Arum Muningsih 67 50 61 77 64
16 Pipit Utami 67 50 46 79 61
17 Pramudiya Gilang R S 67 50 38 75 58
18 Prastiwi Sigit P 67 75 53 77 68
19 Ratri Rahmawati 33 75 61 74 61
20 Rifanti 100 50 69 79 75
21 Satrio Trimukti 67 75 38 77 64
22 Shela Noviana 67 50 53 73 61
23 Siti Purwaningsih 100 75 77 79 83
24 Sri Hartati 67 100 69 74 78
25 Tata Arifia A 67 75 61 84 72
26 Tri Agus Ambarwati 67 50 53 73 61
27 Tyas Saputri Fajar S 100 75 69 80 81
28 Umiyatul Islamiyah 67 75 84 81 77
29 Wahyu Prapanca 100 75 53 69 74
30 Widya Nursita 67 100 77 79 81
JUMLAH 2173 2544 2453 2279 2090
Rata-rata 70
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan II
No Kegiatan Aspek yang diamati
Observer Observer Observer Observer Observer

ANALISIS DATA KETERLAKSANAAN


Observer I II I II I II

PEMBELAJARAN GURU KELAS


PENDAHULUAN
1 Membuka pelajaran Guru membuka kegiatan
dan pembelajaran dengan 3 4 4 4 4 4
mengecek kehadiran berdoa dan mengucapakan

EKSPERIMEN
siswa salam.
Guru mengabsen 2 3 3 4 4 4
kehadiran siswa
2 Menyampaikan, Guru menginformasikan
indikator, dan tujuan indikator, dan tujuan yang 3 4 3 4 4 4
pembelajaran akan dicapai.
3 Memotivasi siswa Guru memberikan motivasi
pentingnya belajar suhu dan 3 3 3 3 3 3
kalor.
KEGIATAN INTI
Memberikan Guru menjelaskan logistik
3 4 3 4 3 4
4 orientasi yang dibutuhkan.
tentangpermasalahan Guru memberikan sebuah
kepada siswa permasalahan seperti yang
dicantumkan pada LKS, dan
meminta siswa untuk 3 4 4 4 4 4
memberikan prediksi

223
beserta alasannya.
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer Observer
I II I II I II
Guru mendemonstrasikan
percobaan sederhana terkait 3 4 4 4 4 4
dengan permasalahan.
5 Mengorganisasikan Memimpin pembagian
4 4 4 4 4 4
siswa untuk belajar kelompok
Membagikan lembar kerja
siswa pada tiap kelompok. 3 4 3 4 4 4
Menanyakan kepada siswa
tentang kejelasan LKS. 3 3 3 4 4 4
Menjelaskan target yang
diharapakan dari analisis 3 3 3 3 3 3
masalah yang dilakukan.
Memberikan contoh bukti
ilmiah terkait permasalahan. 4 3 4 4 4 4
6 Membimbing Membimbing siswa
penyelidikan melakukan penyelidikan. 3 3 4 3 3 4
individu ataupun Berkeliling kelas memantau
kelompok kegiatan diskusi. 4 4 4 4 4 4
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai. 3 4 3 4 3 4

224
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer Observer
I II I II I II
7 Menyajikan hasil Mengarahkan siswa untuk
karya atau laporan menyiapkan laporan dan
3 4 3 3 3 3
mempresentasikan hasil
laporan.
8 Mengevaluasi proses Mengarahkan siswa untuk
pemecahan masalah. menemukan konsep, prinsip,
dan hukum yang telah
dipelajari. 3 3 3 4 3 3
Menanyakan kejelasan
materi yang sudah
dipelajari. 3 4 4 4 3 4
PENUTUP
9 Mengulang materi Mengulang kembali
dan memberikan kesimpulan yang telah di
tugas. susun dalam bentuk tanya
jawab. 3 4 3 4 4 3
Memberikan tugas baca
untuk materi pertemuan
selanjutnya. 2 3 4 3 4 3
10 Menutup kegiatan Menutup dengan berdoa dan
pembelajaran. mengucapkan salam. 4 4 3 4 4 4
Jumlah 65 76 72 79 76 78
Rerata

225
3.10 3.62 3.43 3.76 3.62 3.71
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan II

ANALISIS DATA KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer
Observer I II I II I II
PENDAHULUAN
1 Membuka Guru membuka kegiatan
pelajaran dan pembelajaran dengan 4 3 4 4 4 4
mengecek berdoa dan mengucapakan
kehadiran siswa salam.
Guru mengabsen 4 3 4 4 4 4
kehadiran siswa

GURU KELAS
2 Menyampaikan, Guru menginformasikan
indikator, dan indikator, dan tujuan yang
3 3 4 3 3 4
tujuan akan dicapai.
pembelajaran
3 Memotivasi siswa Guru memberikan motivasi
dan apersepsi serta
3 3 4 3 3 4
menyampaikan prasayarat
sebelum pembelajaran.
KEGIATAN INTI
4 Eksplorasi Guru membimbing siswa
dalam pembentukan 3 4 4 3 4 4
kelompok
5 Elaborasi Memimpin pembagian
4 3 4 4 3 3
kelompok

226
Membimbing dalam kegitan
4 3 4 4 3 3
diskusi
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer
Observer I II I II I II
Memberikan soal untuk
dikerjakan siswa 4 4 4 3 3 3
Guru mengoreksi jawaban
peserta didik apakah sudah
benar atau belum. Jika masih
terdapat peserta didik yang
4 3 4 3 3 4
belum dapat menjawab
dengan benar, guru dapat
langsung memberikan
bimbingan
Guru menanggapi hasil
diskusi kelompok peserta
4 3 4 3 3 3
didik dan memberikan
informasi yang sebenarnya
6 Konfirmasi Menyimpulkan tentang hal-
hal yang belum diketahui 3 3 3 3 3 4
Menjelaskan tentang hal-hal
yang belum diketahui 3 3 3 3 3 3

PENUTUP
7 Mengulang materi Membimbing siswa untuk
dan memberikan membuat rangkuman
4 3 4 4 3 3
tugas.

227
Aspek yang diamati Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
No Kegiatan Observer Observer Observer Observer Observer Observer
I II I II I II
Memberikan tugas baca
untuk materi pertemuan 3 4 4 3 3 3
selanjutnya.
8 Menutup kegiatan Menutup dengan berdoa dan
pembelajaran. mengucapkan salam. 4 4 4 4 4 4

Jumlah 54 49 58 51 49 53
Rerata 3.6 3.27 3.87 3.4 3.27 3.53

228
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

ANALISIS KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS


No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer Observer
I II I II I II
Siswa berdoa dan menjawab
1 salam guru 3 4 4 3 4 4
PENDAHULUAN
Siswa memperhatikan informasi
2 yang diberikan guru. 3 3 4 3 4 4
Siswa memberikan prediksi
beserta alasannya dari
3 2 3 3 3 4 3
permasalahan yang sudah

EKSPERIMEN
diberikan.
Siswa mengamati percobaan
4 sederhana yang dilakukan oleh 3 3 3 3 4 4
guru.
Siswa berkumpul bersama
5 kelompoknya 4 4 4 4 4 4
KEGIATAN INTI
Siswa akan bertanya jika kurang
jelas dengan permasalahan yang
6 ada di LKS dan akan menjawab 3 4 3 3 3 3
jelas jika sudah jelas.
Siswa berdiskusi dengan 3 3 4 4 4 4
7
kelompoknya mencari contoh
bukti ilmiah lainnya.
Siswa melakukan percobaan
untuk menganalisis 3 3 3 4 4 3
8

229
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer Observer
I II I II I II
penerapan asas black dalam
kehidupan sehari-hari.
Siswa mencari informasi agar data
relevan. 3 4 3 3 3 3
9
Siswa mempersiapkan segala
bentuk hasil diskusi yang telah
dilakukan secara berkelompok 4 4 3 3 4 4
dalam memecahkan permasalahan
hingga memperoleh solusi.
10
Siswa mempresentasikan hasil
diskusi masing-masing kelompok 4 3 3 3 3 3
11 di depan kelas.
Siswa menyimpulkan konsep asas
black dan memberikan contoh
penerapan dalam kehidupan 3 3 3 3 4 3
12 sehari-hari.
Siswa menanyakan materi yang
belum dipahami 3 3 4 3 3 4
13
14 PENUTUP Siswa menjawab salam. 4 4 4 4 4 3
Jumlah 45 48 48 46 52 49
Rerata 3.21 3.43 3.43 3.29 3.71 3.50

230
Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

ANALISIS DATA KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SISWA


No Kegiatan Aspek yang diamati Observer Observer Observer Observer Observer Observer
I II I II I II
Siswa berdoa dan menjawab
1 salam guru 4 4 4 4 4 4
PENDAHULUAN
Siswa memperhatikan
2 informasi yang diberikan guru. 3 3 3 3 3 3

Siswa membentuk kelompok


3 yang dipimpin oleh guru 4 3 3 3 4 3

KELAS KONTROL
Siswa mendiskusikan materi
4 pembelajaran yang terkait 3 3 3 3 3 3

Perwakilan setiap kelompok


KEGIATAN INTI diminta untuk menjelaskan
5 3 3 4 4 4 3
hasil diskusinya
Siswa memperhatikan contoh
6 soal yang diberikan oleh guru 3 3 3 4 3 3

Siswa menyimpulkan tentang


7 hal-hal yang belum diketahui. 3 3 3 3 4 3

Siswa membuat rangkuman


materi yang sudah dipelajari 4 3 3 3 3 3
8 PENUTUP
Siswa berdoa dan menjawab
salam. 4 4 4 4 4 4
9
Jumlah 31 29 30 31 32 29
Rerata 3.44 3.22 3.33 3.44 3.56 3.22

231
239

Uji Normalitas Awal Kemampuan Literasi Sains Kelas Kontrol

No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)


1 40 -2.05 0.0202 0.0333 -0.0131
2 46 -1.41 0.0793 0.0667 0.0126
3 47 -1.30 0.0968 0.1000 -0.0032
4 48 -1.20 0.1151 0.1333 -0.0182
5 49 -1.09 0.1379 0.1667 -0.0288
6 51 -0.87 0.1922 0.2000 -0.0078
7 53 -0.66 0.2546 0.2667 -0.0121
8 53 -0.66 0.2546 0.2667 -0.0121
9 54 -0.55 0.2912 0.3000 -0.0088
10 55 -0.45 0.3264 0.3333 -0.0069
11 57 -0.23 0.4090 0.4333 -0.0243
12 57 -0.23 0.4090 0.4333 -0.0243
13 57 -0.23 0.4090 0.4333 -0.0243
14 58 -0.12 0.4522 0.4667 -0.0145
15 60 0.09 0.5359 0.5667 -0.0308
16 60 0.09 0.5359 0.5667 -0.0308
17 60 0.09 0.5359 0.5667 -0.0308
18 61 0.20 0.5793 0.6667 -0.0874
19 61 0.20 0.5793 0.6667 -0.0874
20 61 0.20 0.5793 0.6667 -0.0874
21 62 0.30 0.6179 0.7000 -0.0821
22 63 0.41 0.6591 0.7667 -0.1076
23 63 0.41 0.6591 0.7667 -0.1076
24 65 0.62 0.7324 0.8333 -0.1009
25 65 0.62 0.7324 0.8333 -0.1009
26 66 0.73 0.7673 0.9000 -0.1327
27 66 0.73 0.7673 0.9000 -0.1327
28 76 1.80 0.9641 0.9333 0.0308
29 79 2.12 0.9830 0.9667 0.0163
30 82 2.45 0.9929 1.0000 -0.0071
Σ 1775 Max 0.031
Rata-rata 57.64 Tabel 0.162
STDV 7.57 Keputusan Diterima
240

Uji Normalitas Awal Kemampuan Literasi Sains Kelas Eksperimen

No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)


1 32 -2.63 0.0043 0.0313 -0.0270
2 43 -1.64 0.0505 0.0625 -0.0120
3 48 -1.19 0.1170 0.1563 -0.0393
4 48 -1.19 0.1170 0.1563 -0.0393
5 48 -1.19 0.1170 0.1563 -0.0393
6 49 -1.10 0.1357 0.1875 -0.0518
7 51 -0.92 0.1788 0.2188 -0.0400
8 53 -0.74 0.2296 0.2813 -0.0517
9 53 -0.74 0.2296 0.2813 -0.0517
10 56 -0.47 0.3192 0.3125 0.0067
11 57 -0.38 0.3520 0.3750 -0.0230
12 57 -0.38 0.3520 0.3750 -0.0230
13 59 -0.20 0.4207 0.4063 0.0145
14 61 -0.03 0.488 0.4375 0.0505
15 62 0.06 0.5239 0.5313 -0.0073
16 62 0.06 0.5239 0.5313 -0.0073
17 62 0.06 0.5239 0.5313 -0.0073
18 63 0.15 0.5596 0.5625 -0.0029
19 65 0.33 0.6293 0.5938 0.0356
20 66 0.42 0.6628 0.6563 0.0066
21 66 0.42 0.6628 0.6563 0.0066
22 67 0.51 0.695 0.6875 0.0075
23 68 0.60 0.7257 0.7188 0.0070
24 70 0.78 0.7823 0.7813 0.0011
25 70 0.78 0.7823 0.7813 0.0011
26 72 0.96 0.8315 0.8438 -0.0123
27 72 0.96 0.8315 0.8438 -0.0123
28 73 1.05 0.8531 0.8750 -0.0219
29 74 1.14 0.8729 0.9063 -0.0334
30 77 1.41 0.9207 0.9688 -0.0480
31 77 1.41 0.9207 0.9688 -0.0480
32 80 1.68 0.9535 1.0000 -0.0465
Σ 1961 Max 0.051
Rata-rata 61.28 Tabel 0.157
STDV 11.14 Keputusan Diterima
241

Uji Normalitas Akhir Kemampuan Literasi Sains Kelas Eksperimen

No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)


1 72 -2.52 0.0059 0.0313 -0.0254
2 73 -2.15 0.0158 0.0625 -0.0467
3 75 -1.42 0.0778 0.1250 -0.0472
4 75 -1.42 0.0778 0.1250 -0.0472
5 76 -1.05 0.1469 0.1563 -0.0094
6 77 -0.69 0.2451 0.2188 0.0264
7 77 -0.69 0.2451 0.2188 0.0264
8 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
9 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
10 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
11 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
12 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
13 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
14 78 -0.32 0.3745 0.4375 -0.0630
15 79 0.05 0.5199 0.5313 -0.0114
16 79 0.05 0.5199 0.5313 -0.0114
17 79 0.05 0.5199 0.5313 -0.0114
18 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
19 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
20 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
21 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
22 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
23 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
24 80 0.41 0.6591 0.7500 -0.0909
25 81 0.78 0.7823 0.8750 -0.0927
26 81 0.78 0.7823 0.8750 -0.0927
27 81 0.78 0.7823 0.8750 -0.0927
28 81 0.78 0.7823 0.8750 -0.0927
29 82 1.14 0.8729 0.9375 -0.0646
30 82 1.14 0.8729 0.9375 -0.0646
31 84 1.88 0.9699 1.0000 -0.0301
32 84 1.88 0.9699 1.0000 -0.0301
Σ 2524 Max 0.026
Rata-rata 78.71 Tabel 0.157
STDV 2.61 Keputusan Diterima
242

Uji Normalitas Akhir Kemampuan Literasi Sains Kelas Eksperimen

No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)


1 58 -1.57 0.0582 0.0333 0.0249
2 60 -1.31 0.0951 0.0667 0.0284
3 61 -1.17 0.1210 0.2000 -0.0790
4 61 -1.17 0.1210 0.2000 -0.0790
5 61 -1.17 0.1210 0.2000 -0.0790
6 61 -1.17 0.1210 0.2000 -0.0790
7 64 -0.78 0.2177 0.3000 -0.0823
8 64 -0.78 0.2177 0.3000 -0.0823
9 64 -0.78 0.2177 0.3000 -0.0823
10 65 -0.64 0.2611 0.3333 -0.0722
11 66 -0.51 0.3050 0.4000 -0.0950
12 66 -0.51 0.3050 0.4000 -0.0950
13 67 -0.38 0.3520 0.4333 -0.0813
14 68 -0.24 0.4052 0.5000 -0.0948
15 68 -0.24 0.4052 0.5000 -0.0948
16 70 0.02 0.5080 0.6000 -0.0920
17 70 0.02 0.5080 0.6000 -0.0920
18 70 0.02 0.5080 0.6000 -0.0920
19 72 0.29 0.6141 0.6333 -0.0192
20 73 0.42 0.6628 0.7000 -0.0372
21 73 0.42 0.6628 0.7000 -0.0372
22 74 0.55 0.7088 0.7333 -0.0245
23 75 0.69 0.7549 0.7667 -0.0118
24 77 0.95 0.8289 0.8000 0.0289
25 78 1.09 0.8621 0.8333 0.0288
26 79 1.22 0.8888 0.8667 0.0221
27 81 1.48 0.9306 0.9333 -0.0027
28 81 1.48 0.9306 0.9333 -0.0027
29 83 1.75 0.9599 0.9667 -0.0068
30 85 2.02 0.9783 1.0000 -0.0217
Σ 2095 Max 0.029
Rata-rata 69.83 Tabel 0.162
STDV 7.53 Keputusan Diterima
254

LAMPIRAN 4
Dokumentasi Penelitian
255

Memberikan orientasi permasalahan kepada siswa

Mengorganisasikan siswa untuk belajar


256

Membimbing penyelidikan individu ataupun kelompok

Menyajikan hasil karya ataupun laporan.

Mengevaluasi proses pemecahan masalah


257

LAMPIRAN 5
Administrasi Penelitian
a. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
b. Surat Permohonan Izin dan Wawancara
c. Surat Permohonan Izin Penelitian
d. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
e. Kartu Bimbingan Skripsi
258
259
260
261
262
263
264

LAMPIRAN 6
TABEL UJI T
265
266

Anda mungkin juga menyukai