Edisi Ketiga
Cetakan pertama, September 2014
657.45
YUN YUNITA H, Devianti
m Materi pokok auditing IA; 1 – 6/ PAJA3337/ 2 sks/
Devianti Yunita H. -- Cet. 1; Ed.3 --, Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014.
232 hal.; ill.; 21 cm
ISBN: 978-979-011-898-0
1. auditing
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Profesi Akuntan Publik dan Standar Profesi ..................................... 1.14
Latihan …………………………………………............................... 1.27
Rangkuman ………………………………….................................... 1.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.29
Kegiatan Belajar 2:
Pendekatan Audit dan Asersi Manajemen ......................................... 2.14
Latihan …………………………………………............................... 2.18
Rangkuman ………………………………….................................... 2.19
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.20
iv
Kegiatan Belajar 3:
Opini Auditor .................................................................................... 2.23
Latihan …………………………………………............................... 2.30
Rangkuman ………………………………….................................... 2.31
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.32
Kegiatan Belajar 2:
Teknik Pengambilan Sampel Bukti Audit ......................................... 3.17
Latihan …………………………………………............................... 3.30
Rangkuman ………………………………….................................... 3.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.32
Kegiatan Belajar 2:
Pemahaman Pengendalian Intern ...................................................... 4.23
Latihan …………………………………………............................... 4.32
Rangkuman ………………………………….................................... 4.32
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.34
Kegiatan Belajar 2:
Pengujian Audit ................................................................................. 5.17
Latihan …………………………………………............................... 5.24
Rangkuman ………………………………….................................... 5.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.26
Kegiatan Belajar 2:
Laporan Hasil Audit .......................................................................... 6.16
Latihan …………………………………………............................... 6.30
Rangkuman ………………………………….................................... 6.31
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.32
P eta Ko m p et e nsi
Auditing IA/PAJA3337/2 sks
Kompetensi Umum:
Mahasiswa mampu memahami proses audit yang dilakukan oleh
auditor/akuntan publik dan mengaplikasikannya dalam kasus
Modul 6
Menjelaskan mengenai penyusunan program audit dan
laporan hasil audit
Modul 5
Menjelaskan mengenai tahapan perencanaan audit
Modul 3 Modul 4
Menjelaskan mengenai bukti audit Menjelaskan mengenai tujuan
dan teknik pengambilan sampel dan fungsi pengendalian intern
bukti audit dalam proses audit
Modul 2
Menjelaskan mengenai tanggung jawab auditor,
pendekatan audit dan asersi manajemen
Modul 1
Menjelaskan mengenai definisi auditing dan profesi
akuntan publik
Modul 1
PE ND A H UL U AN
M ateri pada modul ini secara umum berkaitan dengan konsep dasar
auditing dan profesi akuntan publik. Dalam modul ini Anda akan
dapat memahami konsep dasar auditing dan berbagai hal yang terkait dengan
profesi akuntan publik, yang jasanya sangat dibutuhkan oleh manajemen
perusahaan maupun oleh para investor. Untuk dapat lebih memahami hal
tersebut, pertama-tama akan diuraikan mengenai definisi auditing dan jenis-
jenis auditing, selanjutnya dijelaskan latar belakang berkembangnya profesi
akuntan publik, yang kemudian akan disertai dengan penjelasan berbagai hal
yang terkait profesi akuntan publik itu sendiri.
Dalam Kegiatan Belajar 1 akan dijelaskan mengenai konsep dasar
auditing dimulai dari latar belakang timbulnya auditing karena adanya
information risk, di mana information risk tersebut merefleksikan
kemungkinan bahwa informasi yang menjadi dasar pengambilan keputusan
bisnis ternyata tidak akurat. Auditing dapat didefinisikan sebagai “Suatu
proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk meyakinkan
tingkat kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
Evidence atau bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit disajikan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Auditor harus qualified dalam memahami
kriteria yang digunakan dan harus kompeten dalam memahami jenis dan
jumlah bukti yang harus dikumpulkan untuk memperoleh kesimpulan yang
tepat setelah bukti-bukti tersebut diperiksa.
Selanjutnya dalam Kegiatan Belajar 2 dijelaskan mengenai timbul dan
berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara yang sejalan dengan
berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di
negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang
1.2 Auditing IA
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Auditing
Hubungan antara ketiga pihak ini memunculkan tiga fungsi dalam audit,
yaitu:
1. Hubungan antara pihak pertama dengan pihak kedua memunculkan
fungsi audit.
2. Hubungan antara pihak kedua dengan pihak ketiga memunculkan fungsi
pertanggungjawaban.
3. Hubungan antara pihak pertama dengan pihak ketiga memunculkan
fungsi pengesahan.
B. JENIS-JENIS AUDIT
Berdasarkan tujuan atau objek audit, audit dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Audit Umum/Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menilai kewajaran laporan
keuangan yang disajikan klien atas dasar prinsip akuntansi yang berlaku.
PAJA3337/MODUL 1 1.7
Audit ini biasanya dilakukan oleh akuntan publik (external auditor). Ukuran
kesesuaian yang digunakan di sini adalah kewajaran (fairness), misalnya
kewajaran laporan keuangan yang diukur atas dasar prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
Accumulates and
evaluates evidence Established criteria
Gambar 1.1
Bagan Alur Audit Laporan Keuangan
C. TUJUAN AUDIT
2. Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan berarti semua transaksi dan akun-akun yang seharusnya
tercatat dalam laporan keuangan telah dicatat. Asersi kelengkapan
berlawanan dengan asersi keberadaan. Jika asersi keberadaan tidak benar
maka akun akan dinyatakan terlalu tinggi, sementara jika asersi kelengkapan
tidak benar, maka akun akan dinyatakan terlalu rendah. Asersi kelengkapan
berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan
dalam laporan keuangan, sedangkan asersi keberadaan berkaitan dengan
penyebutan angka yang seharusnya tidak dimasukkan.
1.10 Auditing IA
LA TI HA N
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
PAJA3337/MODUL 1 1.17
1. Standar Umum
”Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Dalam
melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor
harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan
bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggung jawab
suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang
pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesional di dalam
menentukan luasnya supervisi dan reviu terhadap hasil kerja para asistennya.
”Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini
mengharuskan auditor bersikap independen di mana tidak mudah dipengaruhi
oleh karena dalam melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Dengan begitu tidak ada istilahnya memihak kepada kepentingan pihak-pihak
tertentu. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur tidak hanya kepada
manajemen dan pemilik perusahaan namun juga kepada kreditur dan pihak-
pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan auditor independen.
Kepercayaan masyarakat umum dirasa sangat penting mengingat jika
kepercayaan masyarakat menurun maka ada indikasi pemikiran tentang
ketidakindependensi auditor tersebut. Untuk diakui oleh pihak lain sebagai
orang yang independen maka ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap
kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya. Untuk
menekankan independensi auditor dari manajemen maka penunjukan auditor
1.18 Auditing IA
Standar Auditing
Pernyataan tentang
kesesuaian laporan
keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku
Keahlian dan Pelatihan umum
Perencanaan dan supervisi
teknis yang memadai
Audit
Pernyataan mengenai
Independensi dalam sikap ketidak konsistenan
Pemahaman yang memadai
Mental penerapan prinsip akuntansi
atas pengendalian intern
yang berlaku umum
Penggunaan kemahiran
Bukti audit kompeten yang
profesional dengan cermat Pengungkapan informatif
cukup
dan seksama dalam laporan keuangan
Gambar 1.2.
Hierarki Standar Auditing
PAJA3337/MODUL 1 1.21
C. STANDAR ATESTASI
3. Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan
sifat perikatan atestasi yang bersangkutan.
1.22 Auditing IA
LA TI HA N
RA NG K UM A N
Seorang akuntan publik diperlukan perusahaan untuk menentukan
apakah laporan kinerja yang disajikan oleh manajemen perusahaan sudah
menggambarkan kondisi yang seharusnya atau tidak. Auditor berperan
untuk menambah kredibilitas laporan tersebut dan mengurangi risiko
informasi yang berpotensi menguntungkan baik pemilik maupun
manajemen perusahaan.
Jenis-jenis auditor di Indonesia adalah:
1. Akuntan publik (external auditor).
2. Auditor intern (internal auditor): dan
3. Auditor pemerintah (government auditor).
TE S F O RM AT IF 2
3) Aladin, S.E., Ak. adalah seorang auditor. Aladin adalah menantu Bapak
Abu Nawas, direktur PT. Fantasi. Saat ini Aladin sedang terikat
penugasan jasa audit laporan keuangan PT. Fantasi. Dalam kasus ini,
Aladin, S.E., Ak. melakukan pelanggaran terhadap ....
A. independency in fact
1.30 Auditing IA
B. independency in appearance
C. jawaban a dan b betul
D. jawaban a dan b salah
6) Besaran fee audit dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di bawah ini,
kecuali ....
A. kompleksitas perusahaan klien yang diaudit
B. risiko yang terkait dengan penugasan
C. tingkat keahlian yang diperlukan
D. kesimpulan yang akan diberikan auditor atas kewajaran informasi
dalam laporan keuangan
Tes Formatif 2
1) D. Kode etik profesi akuntan publik adalah pedoman bagi para akuntan
publik untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.
Anggota Ikatan Akuntan Indonesia perlu melakukan tugasnya secara
bertanggung jawab agar jasa yang diberikan tetap dapat dipercaya
oleh masyarakat.
2) B. Independency in fact adalah sikap mental independen dalam fakta
(artinya anggota KAP tersebut bersikap tidak memihak dalam
melakukan pemeriksaan, pengevaluasian dan penerbitan laporan
audit).
3) B. Independency in appearance adalah sikap mental independen dalam
penampilan (artinya anggota KAP tersebut bersikap menghindari
penafsiran/prasangka orang lain mengenai independensinya).
4) C. Standar audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia terdiri dari sepuluh Standar yang dikelompokkan
menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum:
1) Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai
2) Independensi dalam sikap mental
3) Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan
seksama
b. Standar Pekerjaan Lapangan:
1) Perencanaan dan supervisi audit
2) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern
3) Bukti audit kompeten yang cukup
c. Standar Pelaporan:
1) Pernyataan tentang kesesuaian laporan keuangan dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
2) Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi yang berlaku umum
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan
4) Pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan
5) B. Standar Umum:
1) Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai
2) Independensi dalam sikap mental
3) Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
1.34 Auditing IA
Glosarium
Daftar Pustaka
Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2010). Auditing
and Assurance Services: An Integrated Approach. Pearson Prentice
Hall.
PE ND A H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Berikut ini penjabaran mengenai sikap mental dan perilaku dari seorang
auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Professional Skepticism
Auditor tidak boleh menganggap manajemen sebagai orang yang tidak
jujur, namun juga tidak boleh menganggap manajemen sebagai orang yang
tidak diragukan kejujurannya. Sikap skeptisme profesional harus diterapkan
baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan audit.
d. Fraud karyawan
1) Pada tahap awal pemahaman Sistem Pengendalian Intern klien dan
penetapan risiko pengendalian, auditor harus mengevaluasi
kemungkinan fraud yang material oleh karyawan.
2) Bahan bukti audit harus diperluas jika auditor menemukan bahwa
tidak terdapat pengendalian yang memadai atau klien lalai
mengikuti prosedur yang ditetapkan dan auditor percaya hal tersebut
dapat menyebabkan ketidakberesan yang material.
LA TI HA N
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 1
3) Salah saji dalam laporan keuangan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
di antaranya adalah ....
A. karena error
B. karena fraud
C. a dan b salah
D. a dan b betul
Kegiatan Belajar 2
Pendekatan Segmen
Pelaksanaan audit berdasarkan pendekatan ini dilakukan dengan
membaginya menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Dua segmen
pelaksanaan pemeriksaan yang paling luas adalah:
1. Pengujian transaksi (tests of transactions), dibagi lagi dalam berbagai
bagian dari sistem akuntansi seperti: penjualan dan penerimaan uang
tunai, daftar upah dan gaji, dan pengeluaran uang tunai.
2. Pengujian langsung saldo-saldo pada laporan keuangan (direct tests of
financial statement balances), dibagi dalam jenis-jenis perkiraan seperti:
kas dan bank, piutang, persediaan, dll.
Dasar pemikiran dalam pendekatan siklus ini adalah suatu transaksi pasti
akan terkait dengan transaksi lainnya, sehingga pemeriksaan kewajaran suatu
transaksi akan mempengaruhi kewajaran transaksi lain yang terkait,
misalnya: jika klien melaporkan dalam laporan keuangan adanya penjualan
sebesar Rp100.000.000,00 maka untuk memeriksanya kita perlu menelusuri
dampak dari transaksi tersebut terhadap penerimaan kas dan piutang dagang
dengan total nilai yang sama, sebesar Rp100.000.000,00. Jika ternyata total
2.16 Auditing IA
A. ASERSI MANAJEMEN
2. Completeness (kelengkapan)
Apakah ada harta, hutang, dan ekuitas atau transaksi yang dihilangkan
dari laporan keuangan, misalnya perusahaan tidak melaporkan adanya
pinjaman ke bank, namun dari hasil pemeriksaan rekening biaya
diketahui adanya pembayaran biaya bunga pinjaman.
Seperti yang telah dibahas pada modul sebelumnya, tujuan umum audit
atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi diterima umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan sangat
ditentukan oleh integritas berbagai asersi manajemen yang terkandung dalam
laporan keuangan.
Untuk dapat menilai kewajaran asersi, yang akhirnya akan
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, diperlukan suatu acuan sebagai
standar penilaian dalam pelaksanaan pemeriksaan atau audit. Standar yang
digunakan untuk menilai asersi dalam audit dirumuskan dalam bentuk tujuan
umum audit. Jika tujuan umum audit terpenuhi maka dapat disimpulkan suatu
asersi adalah wajar. Hubungan asersi manajemen dengan tujuan umum audit
dapat digambarkan dalam Tabel 2.1.
Tugas auditor adalah untuk menentukan apakah representasi manajemen
(asersi) tersebut betul-betul wajar; maksudnya untuk menentukan “tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan” untuk
2.18 Auditing IA
Tabel 2.1.
Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Audit
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal pendahuluan pendekatan audit.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal pendekatan audit.
3) Pelaksanaan audit dapat dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu: (1)
pendekatan segmen dan (2) pendekatan siklus. Untuk dapat menjawab
pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali mempelajari Kegiatan
Belajar 2 perihal pendekatan siklus.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal pendekatan siklus.
5) Audit berdasarkan pendekatan segmen dilakukan dengan membaginya
menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Untuk dapat menjawab
pertanyaan nomor 5 ini coba Anda baca kembali Kegiatan Belajar 2
tentang pendekatan segmen.
6) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 6 ini coba Anda baca kembali
uraian Kegiatan Belajar 2 tentang asersi dan tujuan umum audit.
7) Asersi manajemen diklasifikasikan menjadi: (1) Existence or occurrence
(keberadaan dan keterjadian), (2) Right and obligation (hak dan
kewajiban), (3) Completeness (kelengkapan), (4) Valuation and alloca-
tion (penilaian dan alokasi), (5) Presentation and disclosure (penyajian
dan pengungkapan). Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 7 ini coba
Anda baca kembali uraian Kegiatan Belajar 2 tentang asersi manajemen.
RA NG K UM A N
4. Siklus produksi.
5. Siklus investasi dan pendanaan.
6. Siklus kas.
TE S F O RM AT IF 2
C. segmen
D. tidak ada yang betul
Kegiatan Belajar 3
Opini Auditor
L aporan audit atau opini auditor merupakan alat yang digunakan oleh
auditor untuk mengomunikasikan hasil auditnya kepada masyarakat.
Oleh karena itu, makna setiap kalimat yang tercantum dalam laporan audit
baku dapat digunakan untuk mengenal secara umum profesi akuntan publik.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa laporan audit baku terdiri
dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf
PAJA3337/MODUL 2 2.29
pendapat. Paragraf pengantar berisi objek yang diaudit oleh auditor dan
penjelasan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor. Paragraf
lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan
oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai
pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama paragraf pengantar yang berbunyi “Kami telah
mengaudit laporan posisi keuangan PT X tanggal 31 Desember 20X2 dan
20X1 serta laporan laba rugi, laporan ekuitas, serta laporan arus kas untuk
tahun yang terakhir pada tanggal-tanggal tersebut” berisi tiga hal penting
berikut: (1) auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia
melakukan audit atas laporan keuangan tersebut, (2) objek yang diaudit oleh
auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan keuangan kliennya,
yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan ekuitas,
laporan arus kas.
Kalimat kedua dan ketiga, paragraf pengantar berbunyi “Laporan
keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab
kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
audit kami”. Tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan terletak di
tangan manajemen, bukan di tangan auditor.
Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan
dan beberapa penjelasan tambahan tentang standar auditing tersebut. Di
samping itu, paragraf lingkup juga berisi suatu pernyataan keyakinan bahwa
audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan
dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
Kalimat pertama dalam paragraf lingkup laporan audit baku berbunyi,
“Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia”. Dalam kalimat ini auditor menyatakan bahwa
audit atas laporan keuangan yang telah dilaksanakan bukan sembarang audit,
melainkan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh organisasi profesi auditor, yaitu Institut Akuntan Publik
Indonesia. Di samping itu, kalimat kedua dalam paragraf lingkup tersebut
menyampaikan pesan bahwa:
1. Dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar
pengujian, bukan atas dasar pemeriksaan terhadap seluruh bukti.
2.30 Auditing IA
LA TI HA N
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 3
3) Urutan penulisan paragraf dalam laporan audit bentuk baku adalah ....
A. lingkup, pengantar, pendapat
PAJA3337/MODUL 2 2.33
C. Laporan auditor
D. semua jawaban benar
6) Jika seorang auditor tidak independen dengan klien yang sedang diaudit
laporan keuangannya, maka opini yang diberikan adalah ....
A. Unqualified Opinion with explanatory paragraph or modified
wording
B. Qualified Opinion
C. Disclaimer Opinion
D. Adverse Opinion
D. Adverse Opinion
9) Dalam laporan audit dengan adverse opinion karena adanya hal-hal yang
tidak wajar menurut auditor, maka alasan yang menunjang opini tersebut
harus dijelaskan dalam paragraf terpisah, yaitu paragraf ....
A. sebelum paragraf lingkup
B. sebelum paragraf pengantar
C. sebelum paragraf pendapat
D. semua salah
10) Jika seorang auditor menyetujui bahwa penerapan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum akan memberikan informasi yang
menyesatkan, sehingga auditor menyetujui adanya penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka dalam hal ini opini yang
diberikan adalah ....
A. Unqualified Opinion with explanatory paragraph or modified
wording
B. Qualified Opinion
C. Disclaimer Opinion
D. Adverse Opinion
Tes Formatif 2
1) D. Pelaksanaan audit perlu diatur sedemikian rupa, melalui suatu
pendekatan yang ditetapkan oleh auditor agar audit dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, lebih mudah dikendalikan dan agar
membantu penetapan tugas-tugas kepada staf audit.
2) C. Pelaksanaan audit berdasarkan pendekatan segmen dilakukan
dengan membaginya menjadi segmen-segmen yang lebih kecil.
3) A. Pelaksanaan audit berdasarkan pendekatan siklus dilakukan dengan
membaginya berdasarkan siklus transaksi, menurut jenis-jenis
transaksi dan perkiraan-perkiraan yang saling berkaitan. Dasar
pemikiran dalam pendekatan siklus ini adalah suatu transaksi pasti
akan terkait dengan transaksi lainnya, sehingga pemeriksaan
kewajaran suatu transaksi akan mempengaruhi kewajaran transaksi
lain yang terkait.
4) B. Occurence (keterjadian): Apakah semua transaksi yang
dipresentasikan dalam laporan laba rugi betul-betul terjadi selama
periode tersebut.
5) C. Pelaksanaan audit berdasarkan pendekatan segmen dilakukan
dengan membaginya menjadi segmen-segmen yang lebih kecil.
6) D. Pendekatan siklus lainnya dibagi menjadi lima siklus, yaitu:
a) Siklus penjualan dan penerimaan kas.
b) Siklus perolehan dan pembayaran.
c) Siklus persediaan dan pengelolaan gudang.
d) Siklus personalia dan kepegawaian.
e) Siklus perolehan modal dan pembayarannya.
7) C. Allocation (alokasi): Apakah saldo-saldo sudah dialokasikan secara
wajar antara neraca dan laba rugi, misalnya alokasi saldo beban
penyusutan dengan saldo harga perolehan aset.
PAJA3337/MODUL 2 2.37
Tes Formatif 3
1) B. Paragraf pengantar berisi objek yang diaudit oleh auditor dan
penjelasan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor
2) A. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit
yang dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi
pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran
laporan keuangan auditan.
3) C. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf
pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat.
4) B. Laporan auditor bentuk baku mempunyai unsur pokok di antaranya
yaitu judul yang memuat kata independen.
5) D. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi
508), ada 5 jenis pendapat auditor, yaitu:
a) Pendapat wajar tanpa pengecualian.
b) Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk
baku.
c) Pendapat wajar dengan pengecualian.
d) Pendapat tidak wajar.
e) Pernyataan tidak memberikan pendapat.
6) C. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer) harus diberikan
jika auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
7) D. Pendapat tidak wajar (adverse) menyatakan bahwa, menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
8) B. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified) menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, akan tetapi auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa
laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material.
9) C. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse), ia harus
menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat
dalam laporannya.
2.38 Auditing IA
Glosarium
Daftar Pustaka
Arifin Wirakusumah & Sukrisno Agoes. (2003). Tanya Jawab Praktik
Auditing. Jakarta: LP FEUI.
Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2010). Auditing and
Assurance Services: An Integrated Approach. Pearson Prentice Hall.
PE ND A H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Bukti Audit
B ukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi (asersi) yang diaudit disajikan sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk memberikan pendapat mengenai
laporan keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti dengan melakukan
prosedur audit untuk menguji asersi manajemen. Bukti yang dikumpulkan
dari prosedur audit digunakan untuk menentukan kewajaran laporan
keuangan dan jenis laporan audit yang akan diterbitkan. Gambaran umum
hubungan antara laporan keuangan, asersi manajemen, prosedur audit dan
laporan audit dapat disajikan seperti pada Gambar 3.1.
Laporan Asersi
manajemen
Keuangan
mengenai
(LK) komponen LK
Laporan Prosedur
audit Audit
Bukti
kewajaran
LK
Gambar 3.1
Hubungan antara laporan keuangan,
asersi manajemen, prosedur audit dan laporan audit
B. PERSUASIVENESS OF EVIDENCE
b. Jenis Pengujian
1) Pengujian untuk memperoleh pemahaman, meliputi prosedur-
prosedur audit yang dirancang untuk memperoleh pemahaman
tentang bisnis dan industri klien serta faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhi risiko salah saji dalam suatu asersi.
2) Tests of controls, meliputi prosedur-prosedur audit yang
dirancang untuk memperoleh bukti mengenai efektivitas
kebijakan dan prosedur-prosedur pengendalian.
3) Substantive tests, meliputi prosedur-prosedur audit yang
dirancang untuk memperoleh bukti mengenai kewajaran asersi
manajemen dalam laporan keuangan.
2. Lingkup Pengujian, berkenaan dengan keputusan mengenai banyaknya
bukti yang harus diperoleh.
3. Waktu Pengujian, berkenaan dengan keputusan mengenai kapan
prosedur audit akan dilaksanakan. Waktu pengujian dibedakan menjadi:
a. Interim audit, atau audit yang dilakukan di antara awal sampai
sesaat sebelum akhir periode akuntansi yang biasanya meliputi:
- Perencanaan audit.
- Pengujian untuk memperoleh pemahaman.
- Pengujian internal control.
- Sebagian substantive tests.
b. Year-end audit, atau audit yang dilaksanakan sesaat sebelum dan
setelah akhir periode akuntansi yang meliputi substantive tests
terutama tes terinci atas saldo.
4. Penetapan Staf, merupakan pertimbangan menentukan staff in-charge.
Hal yang harus diperhatikan dalam penetapan staf adalah:
a. Tingkat keahlian.
b. Pengalaman staf.
c. Penggunaan judgement.
d. Kemampuan supervisi.
Kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang
dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung
maupun tidak langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat
berupa:
a. Neraca Saldo (Trial balance).
b. Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation).
c. Analisa Umur Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule).
d. Rincian Persediaan (Final Inventory List).
e. Rincian Utang.
f. Rincian Biaya Umum dan Administrasi.
g. Rincian Biaya Penjualan.
h. Surat Pernyataan Langganan.
Selain itu kertas kerja audit juga dapat berupa hasil analisis yang dibuat
oleh auditor misalnya:
a. Berita acara kas opname (cash count sheet).
b. Pemahaman dan evaluasi kontrol internal, termasuk internal control
questionnaires.
c. Analisis penarikan aktiva tetap.
d. Analisa mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts.
e. Working Balance Sheet (WBS).
f. Working Profit and Loss (WPL).
g. Top Schedule.
h. Supporting Schedule.
PAJA3337/MODUL 3 3.11
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal pengertian bukti audit.
2) Secara garis besar bukti audit terdiri dari 2 jenis. Agar dapat menjawab
pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali mempelajari uraian pada
Kegiatan Belajar 1 perihal jenis-jenis bukti audit.
3) Menurut standar pekerjaan lapangan ketiga, bukti audit kompeten yang
cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan dan konfirmasi. Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3
ini Anda harus kembali mempelajari Kegiatan Belajar 1 bagian
pendahuluan.
4) Terdapat 3 pertimbangan dalam menentukan cukup tidaknya bukti audit.
Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal kecukupan bukti audit.
5) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal dokumentasi audit.
6) Terdapat 4 tujuan terpenting dari pembuatan kertas kerja audit. Agar
dapat menjawab pertanyaan nomor 6 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal dokumentasi audit.
PAJA3337/MODUL 3 3.13
RA NG K UM A N
3. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari pajak, bank atau
klien.
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh tim audit)
sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten
sampai dengan partner, sesudah selesai suatu penugasan.
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.
TE S F O RM AT IF 1
3) Jurnal, buku besar dan buku pembantu, buku pedoman akuntansi yang
berkaitan, memorandum, rekonsiliasi, dan sejenisnya termasuk ke dalam
jenis bukti audit ....
A. penguat
B. pendukung
C. a dan b betul
D. a dan b salah
Kegiatan Belajar 2
A. PENGERTIAN SAMPLING
sekelompok pos atau elemen yang diambil dari populasi. Sampel juga bisa
diartikan bagian dari populasi, yang dipilih untuk diteliti, berfungsi sebagai
perwakilan dari seluruh anggota populasi.
Populasi dikenal pula dengan istilah field atau universe adalah
sekumpulan data yang menjelaskan beberapa kejadian yang menjadi
perhatian peneliti. Populasi dapat juga diartikan sebagai kumpulan yang
lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampling adalah penelitian kurang dari
100%, karena dalam sampling, pengujian tidak dilakukan terhadap seluruh
anggota populasi. Penelitian 100%, yang menguji seluruh anggota populasi
disebut sensus.
Dalam melaksanakan sampling seorang auditor harus melakukan
pertimbangan yang seksama agar hasil sampling mendekati kondisi
populasinya. Untuk itu, setiap auditor dalam melaksanakan sampling audit
harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning) yaitu kalau sampling audit digunakan, auditor
harus mempertimbangkan hubungan antara tujuan pengendalian
manajemen/intern dan juga mempertimbangkan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap ukuran sampel (besarnya sampel).
2. Pemilihan (selection) yaitu bahwa pemilihan sampel harus dilakukan
terhadap item-item yang bisa mewakili (representative) yang ada dalam
populasi.
3. Evaluasi (evaluation) yaitu auditor harus menilai hasil sampel dari item-
item sampel yang telah dipilih dan harus mempertimbangkan risiko
sampling. Selain itu auditor juga mempertimbangkan aspek kualitatif
dari hasil sampling.
1. Unit Populasi
Untuk memperoleh sampel yang representatif, jumlah unit sampel
berbanding lurus dengan jumlah unit populasi. Artinya, jika unit populasinya
besar, maka untuk mendapatkan sampel yang representatif harus diambil unit
sampel yang besar juga. Demikian pula sebaliknya, jika unit populasinya
kecil, maka unit sampelnya cukup kecil saja.
2. Standar Deviasi
Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-
rata populasi dengan para anggotanya secara umum, sekaligus menunjukkan
tingkat "heterogenitas/homogenitas data dalam populasi".
Keterwakilan populasi dalam sampel berbanding lurus dengan nilai
standar deviasi populasi. Jika standar deviasi populasinya besar, maka untuk
memperoleh sampel yang representatif harus diambil jumlah sampel yang
besar. Demikian pula sebaliknya, jika standar deviasi populasi kecil, maka
jumlah sampel yang kecil akan cukup mewakili kondisi populasi.
Derajat anggota populasi yang tidak terwakili oleh sampel dalam statistik
disebut risiko sampling, yaitu risiko bahwa hasil sampling tidak persis sama
dengan keadaan yang sebenarnya karena ada bagian dari populasi yang tidak
terwakili oleh sampel. Tingkat keandalan sampling berbanding lurus dengan
jumlah unit sampel. Jika peneliti atau auditor ingin memberikan keandalan
yang tinggi atas hasil penelitian atau auditnya, maka yang bersangkutan harus
memperbesar unit sampelnya. Demikian sebaliknya, jika tingkat keandalan
yang akan diberikan rendah, maka yang bersangkutan dapat menguji unit
sampel sedikit saja.
4. Kesalahan Sampling
Ketepatan/akurasi hasil sampling (sampling precission) ditentukan oleh
kesalahan sampling (sampling error).
Teknik sampling dalam audit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
menggunakan metode statistik atau disebut "sampling statistik" dan tanpa
menggunakan metode statistik atau disebut "sampling non statistik".
Perbedaan antar keduanya dapat dirumuskan seperti pada Tabel 3.1.
PAJA3337/MODUL 3 3.21
Tabel 3.1
Perbedaan antara Sampling Statistik
dan Sampling Nonstatistik
Metode
Sampling Statistik Sampling Nonstatistik
Sampling
Menggunakan rumus/ formula statistik, Tidak menggunakan rumus/
sehingga judgement yang akan formula statistik, sehingga
Analisis
digunakan harus dikuantifikasi lebih judgement yang akan
dahulu sesuai kebutuhan formula digunakan tidak perlu
dikuantifikasi
Pemilihan Harus acak (random) Boleh acak, boleh pula tidak
Sampel
Kedua pendekatan ini dapat digunakan dalam audit, karena tidak ada
satu pihak pun yang dapat menjamin bahwa salah satu di antara keduanya
lebih baik dari yang lain. Namun, dibandingkan dengan sampling
nonstatistik, sampling statistik lebih mudah dipertanggungjawabkan, karena
formulanya sudah baku dan diterima oleh kalangan akademisi secara umum.
Sesuai dengan sifat datanya, sampling terdiri atas dua jenis: sampling
atribut dan sampling variabel. Sampling Atribut adalah metode sampling
yang meneliti sifat nonangka (kualitatif) dari data, sedangkan sampling
variabel adalah metode sampling yang meneliti sifat angka (kuantitatif) dari
data.
Dalam audit, sampling atribut biasanya digunakan pada pengujian
pengendalian, sedangkan sampling variabel biasanya digunakan pada
pengujian substantif. Metode yang digunakan pada sampling atribut biasanya
mencakup metode sampling atribut (attribute sampling), metode sampling
penemuan (discovery/explanatory sampling), dan metode sampling
penerimaan (acceptance sampling). Sedangkan metode yang biasanya
digunakan pada sampling variabel mencakup metode sampling variabel
sederhana (classical variable sampling atau mean per unit estimation) dan
metode sampling satuan mata uang (monetary unit sampling atau probability
proportional to size sampling).
3.22 Auditing IA
3. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya
adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan
sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak
(random).
4. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang
harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel
PAJA3337/MODUL 3 3.23
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal pengertian sampling.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian pada Kegiatan Belajar 2 perihal sampling audit.
3) Ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pelaksanaan
sampling audit. Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda
harus kembali mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal sampling audit.
4) Ada 4 hal yang memengaruhi hasil sampling audit. Agar dapat
menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali mempelajari
Kegiatan Belajar 2 perihal Unsur-unsur yang mempengaruhi hasil
sampling.
5) Tahapan pelaksanaan sampling audit dibagi ke dalam 6 tahap. Agar
dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 tahapan sampling audit.
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 2
7) Metode sampling yang dalam penetapan unit sampel dan evaluasi hasil
sampling yang dilakukan berdasarkan judgement disebut ....
A. metode sampling statistik
B. metode sampling nonstatistik
C. metode sampling atribut
D. metode sampling variabel
Tes Formatif 2
1) D. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk diteliti,
berfungsi sebagai perwakilan dari seluruh anggota populasi.
2) C. Ada empat hal yang memengaruhi hasil sampling, yaitu: unit
populasi, standar deviasi, tingkat keandalan, dan kesalahan
sampling.
3) C. Sampling Atribut adalah metode sampling yang meneliti sifat
nonangka (kualitatif) dari data.
4) D. Sampling Variabel adalah metode sampling yang meneliti sifat
angka (kuantitatif) dari data.
5) C. Tahapan-tahapan sampling audit:
1) Menyusun rencana audit.
2) Menetapkan jumlah/unit sampel.
3) Memilih sampel.
4) Menguji sampel.
5) Mengestimasi keadaan populasi.
6) Membuat simpulan hasil audit.
6) A. Sampling Penemuan (Discovery/Exploratory Sampling) adalah
teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan suatu kejadian
serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam
populasi yang diuji.
7) B. Dalam metode sampling nonstatistik, unit sampel dan evaluasi hasil
samplingnya dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan
formula/rumus yang baku.
8) B. Pada sampling satuan mata uang, yang dianggap sebagai populasi
adalah nilai uang (kuantitatif) dari data.
3.36 Auditing IA
Daftar Pustaka
Arifin Wirakusumah, Prof., Dr., MA.Sc., Ak.; Sukrisno Agoes, Dr., MM.,
Ak. (2003). Tanya Jawab Praktik Auditing. LP FE UI.
Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2010). Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach. Pearson Prentice Hall.
Pengendalian Intern
Devianti Yunita H., S.E., M.T., Ak.
PE ND A H UL U AN
organisasi, (3) adanya pegawai yang kompeten, dan (4) praktek yang sehat
dalam pelaksanaan kegiatan.
Pada saat ini, definisi pengendalian intern di atas dianggap tidak sesuai
dengan perkembangan organisasi (karena prosedur dianggap lebih penting
dari hasil, keterlambatan dalam antisipasi masalah, berorientasi ke masa lalu,
duplikasi pekerjaan, dan lain-lain). Tahun 1992, Committee of Sponsoring
Organization (COSO), memublikasikan hasil kajian internal control
integrated, yang isinya antara lain pengendalian intern adalah suatu proses
untuk mencapai tujuan organisasi dan dalam proses pengendalian intern,
terdapat lima komponen pengendalian intern, yaitu lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, pengendalian aktivitas, informasi dan komunikasi, dan
pemantauan untuk mengoordinasi kegiatan serta mengembangkan dan
memodifikasi sistem pengendalian.
Modul ini akan membahas bagaimana suatu pengendalian intern juga
berperan penting dalam proses administrasi biaya. Dalam Kegiatan Belajar 1
akan dibahas mengenai Konsep Pengendalian Intern dan dalam Kegiatan
Belajar 2 akan dibahas mengenai pemahaman Pengendalian Intern.
Di dalam pembahasannya baik dalam Kegiatan Belajar 1 maupun dalam
Kegiatan Belajar 2 akan disajikan pula contoh-contoh soal serta cara
penyelesaiannya, hal ini dimaksudkan agar lebih memudahkan di dalam
memahami apa yang diuraikannya sehingga di dalam praktiknya sehari-hari
nanti lebih mudah menerapkan apa yang telah dipelajari dalam modul ini.
Setelah Anda mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan:
1. konsep pengendalian dari masa ke masa;
2. ciri pengendalian yang sehat;
3. definisi dan tujuan pengendalian intern;
4. komponen pengendalian;
5. ruang lingkup pengendalian;
6. pentingnya pemahaman pengendalian intern;
7. prosedur memperoleh pemahaman;
8. tujuan pendokumentasian pemahaman;
9. hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pengendalian intern dan
penaksiran risiko.
PAJA3337/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
rendah, untuk meyakinkan tercapainya proses dan hasil kegiatan seperti yang
diinginkan, dipasang banyak pengendalian yang berorientasi alat.
Pengendalian ini dapat berupa penetapan prosedur, ketentuan dan peraturan,
penempatan petugas pemantau, dan segala bentuk pembatasan fisik.
Seiring dengan peningkatan kompetensi pekerja dan pelaksana,
penetapan pengendalian yang berorientasi alat justru mengurangi
produktivitas. Pergeseran karakter pengendalian menuju dari hard control
menuju soft control ditandai dengan berkurangnya prosedur dan pengaturan
yang ketat. Produktivitas ditingkatkan dengan cara meningkatkan
kompetensi, kepercayaan, etik dan penyatuan pandangan. Dalam bahasan
manajemen konsep demikian dikenal dengan nama employee/people
empowerment.tian dan Sebutan
Pemerhati pengorganisasian memandang pengendalian sebagai salah
satu fungsi manajemen yang penting. Pengendalian dipahami sebagai usaha
untuk mengarahkan dapat dicapainya tujuan organisasi. Akan tetapi,
meskipun pengembangan teori mengenai pengendalian manajemen dilakukan
dengan cara berbeda, tetapi substansi pembahasan dan pengertian dasarnya
sama.
Pengendalian harus dipahami sebagai bagian dari keseluruhan usaha
untuk mencapai tujuan. Pengendalian yang memenuhi syarat untuk
meyakinkan pencapaian tujuan akan mendapatkan sebutan sebagai
pengendalian yang sehat. Secara umum dapat diamati bahwa pandangan
mengenai pengendalian konsisten bergeser dari input atau unsur menjadi
proses.
dibuat dengan menyebut ciri yang dilihat paling menonjol dan diyakini
sebagai unsur utama sehingga mempunyai efek mengarahkan. Dalam
penyebutan definisi, para pembuat definisi sekaligus menyebut tujuan yang
hendak dicapai dengan arahan tersebut. Tergantung cara pandang yang
digunakan, tujuan organisasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa. Oleh
karena itu, jumlah dan penyebutan item tujuan, sebagaimana juga definisi,
tidak harus menjadi masalah.
1. Empat Tujuan
Pernyataan tujuan yang paling banyak dirujuk sebagai penyederhanaan
tujuan organisasi adalah pernyataan tujuan yang menyertai kerangka kerja
pengendalian AICPA. Untuk dapat mencapai keseluruhan tujuan organisasi,
dua tujuan pengendalian harus dicapai. Masing-masing tujuan pengendalian
mempunyai lagi dua tujuan turunan. Tujuan-tujuan ini adalah:
a. Tujuan Pengendalian Akuntansi
1) Mengamankan harta kekayaan organisasi.
2) Menjaga dapat dipercayanya catatan dan laporan.
b. Tujuan Pengendalian Operasi atau Administrasi
1) Mendorong efisiensi dan penghematan.
2) Mendorong kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan yang
berlaku.
2. Lima Tujuan
Kalangan profesi audit internal pernah menambahkan tujuan efektivitas
ke dalam tujuan yang setara dengan empat tujuan yang dirumuskan AICPA.
Tujuan pengendalian internal yang harus diuji keberadaan dan efektivitasnya,
dinyatakan oleh the Institute of Internal Auditors (IIA) sebagai:
a. Dapat dipercaya dan integritas informasi.
b. Ketaatan pada kebijakan, rencana, Prosedur, UU dan peraturan.
c. Pengamanan aktiva.
d. Ekonomis dan efisiensi pengelolaan sumber-sumber daya.
e. Efektivitas pencapaian tujuan.
3. Tiga Tujuan
COSO mengambil titik tolak pemikiran yang sedikit berbeda. Jika IIA
menambah satu tujuan lagi, pada empat tujuan yang dirumuskan AICPA,
COSO justru menguranginya. COSO berpendapat bahwa tujuan:
Mengamankan harta kekayaan organisasi tidak lagi perlu dinyatakan sebagai
tujuan. Jika tiga tujuan pengendalian internal yang lain sudah tercapai, maka
tujuan mengamankan harta akan tercapai dengan sendirinya. Tujuan
pengendalian internal seperti yang tercantum dalam definisi yang dibuat
COSO adalah:
a. efektivitas dan efisiensi operasi;
b. keandalan pelaporan keuangan, dan
c. kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan komponen yang terpenting karena
membentuk budaya dan perilaku manusia menjadi lebih sadar akan
pentingnya pengendalian. Unsur utama setiap organisasi adalah
manusianya, atribut individual mereka termasuk integritas, nilai-nilai
etika dan kompetensi, dan lingkungan di mana mereka beroperasi.
Unsur manusia adalah mesin yang menggerakkan organisasi, dan
menjadi dasar/landasan segala hal dalam organisasi. COSO menempat-
kan terdapatnya budaya kesadaran akan pengendalian sebagai komponen
pengendalian yang pertama. Kesadaran akan pengendalian dapat
dibentuk dari terdapatnya beberapa unsur seperti:
1) Ditegakkannya integritas dan nilai etika.
2) Komitmen manajemen terhadap kompetensi.
3) Pembagian kewenangan tugas dan tanggung jawab.
4) Kebijakan dan praktek manajemen SDM.
5) Filosofi dan gaya kepemimpinan.
6) Aktivitas dewan komisaris/direksi dan komite audit, serta.
7) Terdapatnya struktur organisasi.
b. Penilaian risiko
Organisasi harus waspada dan berhubungan dengan risiko yang
dihadapinya, terintegrasi dengan penjualan, produksi, pemasaran,
keuangan dan kegiatan lainnya sehingga organisasi beroperasi secara
harmonis. Organisasi juga harus menetapkan mekanisme untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko terkait. Dalam
organisasi, penilaian risiko terutama terkait dengan kemampuan
mengidentifikasi serta mengukur besaran risiko dalam pencapaian tujuan
organisasi. Kemampuan setiap anggota organisasi untuk menilai risiko,
akan tinggi dalam lingkungan pengendalian yang baik, dan terjadi
sebaliknya. Dalam lingkungan pengendalian yang buruk, kemampuan
anggota organisasi untuk menilai risiko akan sangat rendah. Penilaian
risiko dalam organisasi dilakukan dengan cara mereviu:
1) Tujuan keseluruhan organisasi.
2) Tujuan pada tingkat proses.
3) Identifikasi dan analisa ketidakpastian.
4) Pengelolaan perubahan.
4.12 Auditing IA
c. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan dan dilaksanakan
untuk menjamin bahwa tindakan yang telah diidentifikasikan manajemen
diperlukan untuk mengelola risiko dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan secara efektif. Aktivitas pengendalian terkait dengan
kemampuan memilih jenis pengendalian yang tepat dari berbagai jenis
pengendalian. Kemampuan ini secara langsung dipengaruhi oleh
ketepatan dalam mengidentifikasi dan menilai besaran risiko. Organisasi
berpeluang untuk menggunakan berbagai jenis pengendalian seperti:
1) Kebijakan dan prosedur.
2) Pengamanan aplikasi dan jaringan.
3) Pengelolaan perubahan aplikasi.
4) Kesinambungan kegiatan (back up).
5) Alih sumber daya (outsourcing).
d. Sistem informasi dan komunikasi
Seluruh kegiatan yang melingkupi organisasi adalah sistem informasi
dan komunikasi. Hal ini menjadikan orang-orang dalam organisasi untuk
memperoleh dan bertukar informasi yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatan, mengelola, dan mengendalikan operasinya. Keempat
komponen pengendalian di atas, akan mudah direalisasikan jika terdapat
sistem informasi dan komunikasi yang baik dan andal dalam organisasi.
Sistem informasi dan komunikasi disebut baik dan andal jika setiap
anggota organisasi mendapat pesan yang jelas tentang apa yang harus
dilakukan, agar keseluruhan tujuan perorangan, seksi bagian, dan
keseluruhan organisasi dapat dicapai. Dua variabel penting dalam
pengukuran kecukupan sistem informasi dan komunikasi adalah derajat
mutu informasi yang dihasilkan dan efektivitas komunikasinya.
e. Pemantauan
Keseluruhan proses harus dipantau, dan dibuat modifikasi yang
diperlukan. Dengan demikian, sistem pengendalian internal adalah
dinamis, berubah sesuai tuntutan kondisi. Pemantauan adalah usaha
berkelanjutan untuk meyakinkan bahwa setiap gerak organisasi secara
sinergis sedang mengarah kepada usaha pencapaian tujuan. Hal ini
dilakukan dengan menilai kembali kekuatan lingkungan pengendalian,
usaha-usaha penilaian risiko, dan pemilihan aktivitas pengendalian.
Pemantauan bisa dilakukan oleh manajemen operasi sendiri (on-going
monitoring) atau dengan bantuan Satuan Pengawas Internalnya (separate
PAJA3337/MODUL 4 4.13
S
i Pengendalian
1. Pengendalian Umum
Pengendalian umum akan terdiri atas:
a. Program pengamanan sistem informasi
Cakupan kegiatan yang dilakukan dalam rangka program pengamanan
sistem informasi sekurang-kurangnya harus meliputi:
4.14 Auditing IA
2. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian aplikasi terdiri atas:
a. Pengendalian atas otorisasi
Pengendalian atas otorisasi sekurang-kurangnya harus mencakup:
1) Pengendalian dan otorisasi atas dokumen sumber.
2) Pembatasan akses ke terminal entri data.
4.16 Auditing IA
5. Pemisahan Fungsi
Pemisahan fungsi digunakan untuk menghindarkan penumpukan
kewenangan yang dapat mengarah pada penyalahgunaan. Mereka yang
memiliki kewenangan secara berlebihan, umumnya cenderung untuk
menggunakannya untuk kepentingan pribadinya. Secara khusus, pemisahan
fungsi dalam instansi pemerintah diarahkan untuk mengurangi risiko
kesalahan, pemborosan, atau kecurangan.
Internal Sistem Pengendalian
6. Pelaksanaan Transaksi dan Kejadian yang Sesuai
Organisasi harus yakin bahwa pelaksanaan (execution) setiap transaksi
dan kejadian harus diotorisasi dan dilaksanakan oleh orang yang tepat.
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal konsep pengendalian intern.
2) Dilihat dari prosesnya, terdapat 10 ciri pengendalian yang sehat. Agar
dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal ciri pengendalian yang
sehat.
3) Menurut AICPA pengendalian intern memiliki 4 tujuan, menurut IIA
pengendalian intern memiliki 5 tujuan, sedangkan menurut COSO
pengendalian intern memiliki 3 tujuan. Untuk dapat menjawab
pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali mempelajari Kegiatan
Belajar 1 perihal tujuan pengendalian intern.
4) Menurut COSO, pengendalian internal terdiri atas 5 komponen yang
saling terkait. Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus
kembali mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal komponen
pengendalian intern.
5) Pengendalian berdasarkan proses kegiatannya dalam suatu organisasi
terdiri dari 5 jenis pengendalian. Untuk dapat menjawab pertanyaan
nomor 5 ini Anda harus kembali mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal
jenis-jenis pengendalian berdasarkan proses kegiatannya.
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
dengan audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern tersebut
dioperasikan.
Setelah memperoleh pemahaman tersebut, auditor menaksir risiko
pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun, golongan
transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan. Auditor
dapat menaksir risiko pengendalian pada tingkat maksimum (probabilitas
tertinggi bahwa salah saji material dapat terjadi dalam suatu asersi tidak akan
dicegah atau dideteksi pada saatnya oleh pengendalian intern entitas) karena
auditor yakin bahwa pengendalian tidak mungkin berkenaan dengan suatu
asersi, tidak mungkin efektif, atau karena evaluasi terhadap efektivitasnya
tidak akan efisien. Sebagai alternatifnya, auditor dapat memperoleh bukti
audit tentang efektivitas baik desain maupun operasi suatu pengendalian yang
mendukung risiko pengendalian taksiran rendah. Bukti audit semacam itu
dapat diperoleh dari pengujian pengendalian yang direncanakan atau
dilaksanakan bersamaan dengan pemerolehan atau dari prosedur yang
dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang tidak secara khusus
direncanakan sebagai pengujian pengendalian.
Sifat, saat, dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh
pemahaman akan bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas,
pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat pengendalian khusus yang
terkait, dan sifat dokumentasi pengendalian khusus yang diselenggarakan
oleh entitas. Sebagai contoh, pemahaman tentang penaksiran risiko yang
diperlukan untuk merencanakan suatu audit untuk entitas yang beroperasi
PAJA3337/MODUL 4 4.25
D. DOKUMENTASI PEMAHAMAN
F. PENAKSIRAN RISIKO
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal pemahaman pengendalian intern.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal prosedur memperoleh
pemahaman.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal dokumentasi pemahaman.
4) Ada 5 golongan asersi yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
perencanaan dan pelaksanaan auditnya. Agar dapat menjawab
pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali mempelajari uraian
Kegiatan Belajar 2 perihal pertimbangan pengendalian intern.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal penaksiran risiko.
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 2
4) Sifat, saat, dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk memperoleh
pemahaman akan bervariasi sesuai dengan ....
A. ukuran dan kompleksitas entitas
B. pengalaman sebelumnya dengan entitas
C. sifat dokumentasi pengendalian khusus yang diselenggarakan oleh
entitas
D. semua betul
7) Risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada
dalam suatu asersi disebut risiko ....
A. bawaan
B. pengendalian
C. deteksi
D. asersi
Tes Formatif 2
1) D. Alasan utama yang mendasari kewajiban pemeriksa untuk
memperoleh pemahaman yang memadai atas pengendalian intern
adalah untuk mengetahui integritas manajemen, sifat, serta luas
catatan akuntansi perusahaan sehingga memungkinkan pemeriksa
untuk menilai apakah bukti pemeriksaan yang kompeten tersedia
dan dapat diperoleh untuk mendukung pendapatnya atas laporan
keuangan yang diperiksa.
2) C. Berdasarkan pemahaman atas pengendalian intern, pemeriksa akan
menetapkan besarnya risiko pengendalian, yaitu risiko tidak
terdeteksinya suatu penyimpangan oleh intern yang telah ada.
3) C. Dalam semua audit, auditor harus memperoleh pemahaman masing-
masing dari lima komponen pengendalian intern yang cukup untuk:
a) Mengidentifikasi tipe salah saji potensial.
b) Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap
risiko salah saji material.
4) D. Sifat, saat, dan luasnya prosedur yang dipilih auditor untuk
memperoleh pemahaman akan bervariasi dengan ukuran dan
kompleksitas entitas, pengalaman sebelumnya dengan entitas, sifat
pengendalian khusus yang terkait, dan sifat dokumentasi
pengendalian khusus yang diselenggarakan oleh entitas.
4.38 Auditing IA
Glosarium
COSO : Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission. Sejarahnya, COSO ini ada
kaitannya sama FCPA yang dikeluarkan sama SEC dan
US Congress di tahun 1977 untuk melawan fraud dan
korupsi yang marak di Amerika tahun 1970-an.
Span of control : Rentang kendali di dalam suatu organisasi.
4.40 Auditing IA
Daftar Pustaka
Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2008). Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach. Pearson Prentice Hall.
Perencanaan Audit
PE ND A H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Perencanaan Audit
A. PENERIMAAN PENUGASAN/PERIKATAN
1. Surat Perikatan
Surat perikatan (engagement letter) meresmikan perjanjian yang telah
disepakati antara auditor dan klien. Surat ini bertindak sebagai kontrak,
memberikan garis besar tanggung jawab kedua belah pihak, dan mencegah
kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Walaupun surat perikatan tidak
disyaratkan oleh standar audit, praktik audit yang baik meminta kantor
akuntan menggunakan surat tersebut dengan klien mereka untuk menghindari
kesalahpahaman.
2. Auditor Internal
Jika klien memiliki auditor internal (internal auditor), auditor bisa
meminta bantuan mereka untuk melakukan audit. Masalah terbesar bagi
auditor independen adalah menentukan kompetensi dan objektivitas auditor
internal dan pengaruh pekerjaan mereka terhadap audit. Pekerjaan auditor
internal mungkin mempengaruhi sifat, saat, dan luas prosedur audit yang
diakukan oleh auditor independen.
3. Komite Audit
Komite Audit (audit commite) adalah subkomite dari dewan komisaris
yang bertanggung jawab atas proses pelaporan keuangan dan pengungkapan.
Di perusahaan privat, tidak ada persyaratan khusus mengenai komposisi
PAJA3337/MODUL 5 5.5
C. PRAPERENCAANAAN
2. Menilai Independensi
Standar umum kedua mensyaratkan auditor untuk independen dari klien
dalam rangka menerbitkan suatu pendapat. Menurut Pernyataan Standar
Pengendalian Mutu, kantor akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan
prosedur untuk memastikan bahwa orang-orang di seluruh tingkat organisasi
di dalam perusahaan menjaga independensi sesuai dengan Peraturan 101
Kode Perilaku Profesional. Kantor akuntan publik harus mendokumentasikan
kepatuhan terhadap kebijakan ini dengan meminta semua karyawan
melengkapi kuesioner atau laporan independensi tahunan.
D. MENILAI RISIKO
2. Risiko Inheren
Risiko inheren adalah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya
kesalahan penyajian yang material atas akun sebelum mempertimbangkan
efektivitas pengendalian internnya. Jika, umpamanya, auditor menyimpulkan
kemungkinan besar terdapat kesalahan penyajian yang material atas akun
misalnya piutang dagang, auditor akan menyimpulkan terdapat risiko inheren
yang tinggi atas akun piutang dagang tersebut.
E. PERENCANAAN AUDIT
Penjualan
Perputaran persediaan
Persediaan
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal penerimaan penugasan/perikatan.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal surat perikatan.
3) Terdapat empat hal yang sebaiknya dipertimbangkan oleh auditor pada
saat mempersiapkan rencana audit. Untuk dapat menjawab pertanyaan
nomor 3 ini Anda harus kembali mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal
perencanaan audit.
4) Standar audit (SA seksi 317) membedakan antara tindakan-tindakan
ilegal yang material dan memiliki pengaruh langsung terhadap laporan
keuangan dan tindakan-tindakan ilegal yang material akan tetapi tidak
memiliki pengaruh langsung terhadap laporan keuangan. Agar dapat
menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali mempelajari
uraian Kegiatan Belajar 1 perihal menilai kemungkinan adanya tindakan-
tindakan ilegal.
5) Paling tidak terdapat lima prosedur audit tambahan yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi transaksi yang terjadi dengan pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa. Untuk dapat menjawab
pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali mempelajari Kegiatan
Belajar 1 perihal mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa.
RA NG K UM A N
yang tidak biasa atau risiko audit, seperti litigasi atau masalah
kelangsungan usaha.
5. Menentukan apakah kantor akuntan publik adalah independen
terhadap klien dan dapat memberikan jasa yang diinginkan.
6. Menentukan apakah kantor akuntan publik memiliki keahlian teknis
yang dibutuhkan dan pengetahuan mengenai industri untuk
menyelesaikan perikatan.
7. Menentukan apakah penerimaan klien akan melanggar persyaratan
badan pengatur yang berlaku atau Kode Perilaku Profesional (Code
of Professional Conduct).
TE S F O RM AT IF 1
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Pengujian Audit
b. Prosedur analitis
Standar audit mensyaratkan auditor agar melakukan prosedur analitis
dalam perencanaan auditnya. Prosedur analitis awal dapat membantu auditor
dalam memahami entitas dan lingkungannya dan dalam mengidentifikasi
area-area yang memiliki risiko spesifik yang berhubungan dengan audit.
Prosedur analitis akan membantu dalam mengidentifikasi adanya transaksi
yang tidak biasa atau peristiwa, jumlah, rasio, dan tren yang mungkin
memiliki implikasi terhadap perencanaan audit. Namun demikian, hasil dari
prosedur analitis hanya memberikan indikasi awal tentang kemungkinan
adanya salah saji yang material.
2. Uji Pengendalian
Uji pengendalian (test of control) merupakan prosedur audit yang
dilakukan untuk menguji efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah
PAJA3337/MODUL 5 5.19
atau mendeteksi salah saji material. Prosedur audit berikut ini adalah contoh
dari uji pengendalian:
a. Tanya jawab dengan personil manajemen, penyelia, dan staf yang tepat.
b. Inspeksi terhadap dokumen, laporan, dan arsip elektronik.
c. Pengamatan atas penerapan pengendalian yang spesifik.
d. Penelusuran, termasuk menelusuri suatu transaksi awal sampai
dimasukkan ke dalam laporan keuangan melalui kombinasi prosedur
audit termasuk tanya jawab, pengamatan, dan inspeksi.
e. Reperformance penerapan pengendalian oleh auditor.
3. Prosedur Substantif
Prosedur substantif (substantif procedure) mendeteksi salah saji material
(yaitu, kesalahan moneter) dalam suatu kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan atas komponen laporan keuangan. Terdapat dua kategori
prosedur substantif:
a. pengujian rinci atas kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, dan
b. prosedur analitis substantif.
d. Analisis tren
Analisis tren adalah analisis perubahan akun dari waktu ke waktu.
Analisis tren sederhana membandingkan antara saldo tahun lalu dengan saldo
tahun berjalan. Analisis tren juga dapat mencakup beberapa periode waktu
termasuk membandingkan tren dengan jumlah anggaran, pesaing, dan
informasi industri. Secara umum, semakin banyak periode waktu yang
digunakan dan semakin banyak data yang dipilah, maka semakin tepat
harapan. Karena analisis tren bergantung pada prediktor tunggal (yaitu,
informasi saldo akun periode sebelumnya), maka umumnya tidak
PAJA3337/MODUL 5 5.21
e. Analisis rasio
Analisis rasio adalah perbandingan antara akun laporan keuangan
dengan data nonkeuangan. Analisis rasio juga mencakup analisis “ukuran
umum”, yang merupakan konversi dari jumlah laporan keuangan ke dalam
bentuk persentase-persentase. Rasio industri atau pesaing sering digunakan
sebagai patokan kinerja klien. Dalam modul ini akan disajikan beberapa rasio
keuangan yang dapat digunakan dalam prosedur analitis. Analisis rasio
biasanya lebih efektif dalam mengidentifikasi risiko dan salah saji potensial
dibandingkan analisis tren, karena dengan membandingkan antara akun-akun
dan data operasi lebih memungkinkan untuk dapat mengidentifikasi pola-pola
yang tidak biasa dibandingkan analisis yang hanya difokuskan pada akun
secara menyendiri. Sebagaimana analisis tren, untuk memperoleh bukti-bukti
substantif secara efektif, analisis rasio harus dilakukan pada data terpilah
(misalnya, berdasarkan produk, lokasi, atau bulan ) selama beberapa periode.
f. Analisis kewajaran
Analisis kewajaran dilakukan melalui pembentukan suatu ekspektasi
(harapan) dengan menggunakan model tertentu. Pada beberapa kasus, model
yang sederhana mungkin mencukupi. Sebagai contoh, pendapatan penjualan
produk “x” dapat dimodelkan dengan mencari rata-rata penjualan dibagi rata-
rata harga produk “x”. Demikian pula, beban penyusutan dapat dimodelkan
dengan mencari nilai buku dibagi dengan rata-rata umur manfaat aset. Karena
analisis kewajaran ini membentuk suatu harapan yang eksplisit, maka analisis
ini biasanya membentuk ekspektasi (harapan) yang lebih tepat dibandingkan
analisis tren atau analisis rasio. Tentu saja, ketepatan sebuah harapan
(ekspektasi) dibentuk dengan pengujian kewajaran serta bergantung pada
faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketepatan (yaitu, pemilahan/
disaggregation, perkiraan/predictability, dan kehandalan/reliability).
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 2 perihal jenis-jenis pengujian audit.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal Prosedur analitis.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 2 perihal prosedur substantif.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 2 perihal penentuan skala prioritas
dan frekuensi pelaksanaan audit.
PAJA3337/MODUL 5 5.25
RA NG K UM A N
TE S F O RM AT IF 2
Tes Formatif 1
1) B. Dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima
atau ditolak, auditor perlu berkomunikasi dengan auditor pendahulu
sebagaimana diisyaratkan oleh Standar Audit (SA Seksi 315)
mengenai apakah terdapat ketidaksetujuan mengenai prinsip
akuntansi, prosedur audit, atau masalah serupa yang signifikan.
2) D. Auditor dan klien harus sepaham terhadap syarat-syarat penugasan/
perikatan (engagement), termasuk jenis, lingkup, dan waktu
perikatan. Pemahaman ini akan mengurangi risiko kedua belah
pihak salah menafsirkan apa yang diharapkan atau diminta oleh
pihak lain.
3) A. Jika klien memiliki auditor internal (internal auditor), auditor
independen bisa meminta bantuan mereka untuk melakukan audit,
akan tetapi sulit untuk menentukan kompetensi dan objektivitas
auditor internal dan pengaruh pekerjaan mereka terhadap audit.
4) C. Risiko akseptabilitas audit adalah ukuran untuk menilai seberapa
besar kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
mungkin saja disajikan dengan kesalahan penyajian yang material
setelah proses audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah dinyatakan.
5) A. Pada saat mempersiapkan rencana audit, auditor harus berpegang
kepada hasil dari prosedur penilaian risiko yang telah dilakukan,
agar diperoleh pemahaman yang baik mengenai entitas.
6) D. Berikut ini beberapa contoh informasi atau keadaan yang
mengindikasikan adanya tindakan-tindakan ilegal seperti:
5.30 Auditing IA
Tes Formatif 2
1) B. Terdapat tiga jenis umum pengujian audit, yaitu:
a) Prosedur penentuan risiko.
b) Uji pengendalian.
c) Prosedur substantif.
2) D. Prosedur penentuan risiko (risk assessment procedure) digunakan
untuk mendapat pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya.
3) C. Uji pengendalian (test of control) merupakan prosedur audit yang
dilakukan untuk menguji efektivitas operasi pengendalian dalam
mencegah atau mendeteksi salah saji material.
4) A. Yang termasuk ke dalam prosedur penentuan risiko di antaranya
ialah:
a) tanya jawab dengan manajemen dan lainnya,
b) prosedur analitis, serta
PAJA3337/MODUL 5 5.31
Glosarium
Pengujian : Prosedur audit yang dilakukan untuk menguji
Pengendalian keefektifan aktivitas pengendalian dalam
mencegah atau mendeteksi salah saji material
pada tingkat asersi yang relevan.
Prosedur Analitis : Evaluasi terhadap informasi keuangan dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal antara
data keuangan dengan data nonkeuangan.
Prosedur Audit : Tindakan spesifik yang dilakukan oleh auditor
untuk memperoleh bukti audit agar tujuan audit
dapat tercapai.
Prosedur Substantif : Prosedur audit yang dilakukan untuk menguji
salah saji material pada komponen saldo akun,
kelas transaksi, atau pengungkapan laporan
keuangan.
Surat Perikatan : Surat yang meresmikan perjanjian yang telah
disepakati antara auditor dan klien dan
memberikan garis besar tanggung jawab kedua
belah pihak.
PAJA3337/MODUL 5 5.33
Daftar Pustaka
Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2008). Auditing
and Assurance Services, An Integrated Approach. Pearson Prentice
Hall.
Program Audit
Devianti Yunita H., S.E., M.T., Ak.
PE ND A H U L U AN
Kegiatan Belajar 1
Program Audit
A. PENGERTIAN PROGRAM AUDIT
1. Tujuan Audit
Dalam menyusun program audit perlu diperhatikan bahwa tujuan audit
untuk masing-masing pos/kegiatan mungkin tidak hanya satu, misalnya tidak
hanya untuk meyakini keberadaan suatu aset, tetapi juga untuk meyakini
kebenaran penilaian, kepemilikan, ketepatan waktu pengakuan transaksi, dan
sebagainya.
2. Langkah Audit
Langkah audit juga demikian. Untuk mencapai satu tujuan audit,
mungkin diperlukan beberapa langkah audit, bisa juga untuk beberapa tujuan
audit cukup dilakukan satu langkah audit.
Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam penyusunan program audit:
1. Program audit berisikan seperangkat prosedur analitik atau langkah-
langkah audit dalam rangka pengumpulan dan pengujian bukti-bukti
audit, merupakan semacam instruksi kepada auditor untuk melakukan
hal tersebut dengan tujuan untuk:
a. pengumpulan bukti,
b. penilaian kecukupan dan efektivitas pengendalian, dan
c. penilaian efisiensi, ekonomis, dan efektivitas dari kegiatan yang
direviu.
6.6 Auditing IA
PT XYZ
Pengujian Pengendalian pengeluaran Kas Disiapkan oleh : [ ]
Diperiksa oleh: [ ]
Skedul: [ ]
Apakah
Tujuan Dilakukan Hasilnya
Asersi Prosedur Audit WP Ref
Pengendalian oleh: Memuaskan?
(Jelaskan)
Seluruh Kelengkapan Periksa integritas dari urutan/
pengeluaran (completeness) pengurutan nomor cek
kas dengan Observasi apakah prosedur
cek dicatat pisah batas memadai
Observasi apakah akses
terhadap cek kosong hanya
dibatasi pada pejabat yang
berwenang
Periksa apakah otorisasi dan
tanda tangan seluruh
rekening bank dilakukan oleh
Seluruh Direksi
pengeluaran Observasi penyiapan
kas kecil rekonsiliasi bank dan periksa
dicatat apakah disiapkan oleh
bagian yang independen dari
PAJA3337/MODUL 6 6.9
Apakah
Tujuan Dilakukan Hasilnya
Asersi Prosedur Audit WP Ref
Pengendalian oleh: Memuaskan?
(Jelaskan)
kasir atau pemegang aktiva
Periksa apakah proses
persetujuan manajemen atas
rekonsiliasi bank memadai
Observasi apakah digunakan
"imprest fund" dan periksa
apakah tanggung jawab
diberikan hanya ke satu orang
Observasi persetujuan
reimburse atas "imprest fund"
oleh manajemen memadai
Seluruh Keberadaan Observasi apakah pemisahan
pengeluaran (existence) fungsi antara kasir dengan
kas yang bagian pembelian,
dicatat penerimaan dan hutang telah
merupakan memadai
penerimaan Periksa proses verifikasi
barang/jasa internal atas dokumen
oleh pendukung sebelum cek
perusahaan ditandatangani
Observasi prosedur
persetujuan pembayaran
pada dokumen pendukung
pada saat cek ditandatangani
dan periksa apakah
terdapat pengendalian untuk
mencegah pembayaran
sebelum proses validasi
selesai
Observasi pengendalian atas
prosedur transfer bank
Observasi prosedur
pengiriman segera cek yang
telah dikeluarkan dan periksa
apakah terdapat prosedur
Seluruh bahwa cek tidak disiapkan
pengeluaran dalam bentuk cek tunai
kas terjadi Periksa prosedur pembatalan
dan dicatat atas dokumen untuk
pada periode mencegah duplikasi
yang tepat Observasi penyiapan
rekonsiliasi bank dan periksa
apakah disiapkan oleh bagian
yang independen dari kasir
atau pemegang aktiva
Periksa persetujuan
manajemen atas rekonsiliasi
bank apakah telah memadai
6.10 Auditing IA
Apakah
Tujuan Dilakukan Hasilnya
Asersi Prosedur Audit WP Ref
Pengendalian oleh: Memuaskan?
(Jelaskan)
Observasi apakah prosedur
pisah batas telah memadai
Observasi penelaahan oleh
manajemen atas cek yang
masih outstanding
Pengeluaran Keakuratan Periksa prosedur pembatalan
kas dicatat (accuracy) untuk mencegah duplikasi
dengan benar penjurnalan
Periksa verifikasi internal
(misal pembubuhan inisial)
pada buku pembantu jurnal
has dan akun buku besar
yang menunjukkan
dilakukannya perbandingan
Observasi penyiapan
rekonsiliasi bank dan periksa
apakah disiapkan oleh bagian
yang independen dari kasir
atau pemegang aktiva
Observasi penyiapan
rekonsiliasi bank oleh bagian
yang independen dan apakah
terdapat persetujuan
Jumlah manajemen atas rekonsiliasi
pengeluaran bank tersebut
kas dihitung Observasi verifikasi internal
secara benar terhadap perhitungan dan
jumlah cek yang dikeluarkan
Observasi proses penelaahan
dan tindak lanjut oleh
manajemen atas saldo debet
akun hutang
PT XYZ
Pengujian Terinci Atas Akun Aktiva Tetap Dibuat oleh : [ ]
Diperiksa oleh: [ ]
Ref……..
PROSEDUR UMUM
Dilakukan Kesimpulan,
No. Tujuan Prosedur Audit
oleh: Referensi
1. Aktiva tetap yang dilaporkan Lakukan inspeksi fisik atas
dalam neraca adalah benar ada aktiva tetap yang tercatat
dan produktif/digunakan Lakukan inspeksi dokumen-
(keberadaan) dokumen kepemilikan.
2. Semua aktiva tetap yang dimiliki Dapatkan daftar dari aktiva
atau disewa perusahaan dicatat tetap, penambahan,
di dalam daftar aktiva tetap. penghapusan dan
Semua penambahan dan pergerakan aktiva tetap
pengurangan/penghapusan selama tahun berjalan.
aktiva tetap dibukukan Periksa penambahan aktiva
(kelengkapan) tetap dalam tahun berjalan
Periksa
pengurangan/penghapusan
aktiva tetap dalam tahun
berjalan
3. Perlakuan akuntansi yang tepat Periksa akun biaya perbaikan
atas pengeluaran-pengeluaran dan pemeliharaan.
yaitu dikapitalisasi atau
dibebankan sebagai perbaikan
dan pemeliharaan (penilaian)
4. Biaya penyusutan telah dihitung Analisa kewajaran biaya
sesuai metode penyusutan penyusutan berdasarkan nilai
yang dapat diterima dan perolehan aktiva dan tarif
konsisten berdasarkan masa depresiasi yang berlaku
manfaat yang wajar (penilaian) Lakukan tes penghitungan
kembali biaya penyusutan.
5. Nilai aktiva tetap yang tercatat Periksa dan analisa
dapat direalisasi dan kemungkinan penurunan nilai
kemungkinan penurunan nilai dari aktiva tetap
aktiva tetap telah dievaluasi
(penilaian)
6. Klien mempunyai kepemilikan Lakukan inspeksi dokumen-
atas aktiva tetap atau hak dan dokumen kepemilikan,
kewajiban atas aktiva tetap Telaah perjanjian sewa
yang disewa guna usaha (hak menyewa (leasing)
dan kewajiban)
7. Aktiva tetap diklasifikasikan dan Perhatikan persyaratan
diungkapkan dengan penyajian dan
semestinya (penyajian dan pengungkapan dalam
pengungkapan) laporan keuangan.
Ketahui aktiva tetap yang
dijaminkan untuk pinjaman
6.12 Auditing IA
bank.
LA TI HA N
1) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 1 ini coba Anda baca kembali
Kegiatan Belajar 1 perihal pengertian program audit.
2) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 2 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal tujuan dan manfaat
program audit.
3) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 3 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal jenis-jenis program audit.
4) Agar dapat menjawab pertanyaan nomor 4 ini Anda harus kembali
mempelajari uraian Kegiatan Belajar 1 perihal hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan program audit.
5) Untuk dapat menjawab pertanyaan nomor 5 ini Anda harus kembali
mempelajari Kegiatan Belajar 1 perihal tujuan dan manfaat program
audit.
RA NG K UM A N
PAJA3337/MODUL 6 6.13
TE S F O RM AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Karakteristik yang harus dipenuhi oleh suatu laporan hasil audit yang
baik ialah:
1. Arti Penting
6.18 Auditing IA
Hal-hal yang dikemukan dalam laporan hasil audit harus merupakan hal
yang menurut pertimbangan auditor cukup penting untuk dilaporkan. Hal ini
perlu ditekankan agar ada jaminan bahwa penerima laporan yang waktunya
sangat terbatas akan menyempatkan diri untuk membaca laporan tersebut.
4. Sifat Meyakinkan
Temuan, kesimpulan, dan rekomendasi harus disajikan secara
meyakinkan dan dijabarkan secara logis dari fakta-fakta yang ditemukan.
Informasi yang disertakan dalam laporan harus mencukupi agar meyakinkan
pihak penerima laporan tentang pentingnya temuan-temuan, kelayakan
kesimpulan, serta perlunya menerima rekomendasi yang diusulkan.
5. Objektif
Laporan hasil audit harus menyajikan temuan–temuan secara objektif
tanpa prasangka sehingga memberikan gambaran (perspektif) yang tepat.
7. Ringkas
Laporan hasil audit tidak boleh lebih panjang dari pada yang diperlukan,
tidak boleh terlalu banyak dibebani rincian (kata-kata, kalimat, pasal atau
bagian-bagian) yang tidak secara jelas berhubungan dengan pesan yang ingin
disampaikan, karena hal ini dapat mengalihkan perhatian pembaca, menutupi
pesan yang sesungguhnya, membingungkan, atau melenyapkan minat
pembaca laporan.
8. Lengkap
Walaupun laporan sedapat mungkin harus ringkas namun
kelengkapannya harus tetap dijaga, karena keringkasan yang tidak informatif
bukan suatu hal yang baik. Laporan harus mengandung informasi yang cukup
guna mendukung diperolehnya pengertian yang tepat mengenai hal-hal yang
dilaporkan. Untuk itu perlu diserahkan informasi mengenai latar belakang
dari pokok-pokok persoalan yang dikemukakan dan memberikan tanggapan
positif terhadap pandangan-pandangan pihak objek audit atau pihak lain yang
terkait. Dalam bahasa yang lain, dapat dinyatakan bahwa laporan hasil audit
seyogianya mempunyai karakteristik: accurate, clear and concise, complete,
objective, constructive, dan prompt.
E. PROSEDUR PELAPORAN
Laporan hasil audit disusun oleh ketua tim audit (atau oleh staf auditor
yang kemudian diperiksa oleh ketua tim audit), dan selanjutnya diserahkan
kepada pengawas audit (supervisor) untuk direviu. Proses dari konsep sampai
diterima (di tanda tangan oleh ketua tim) dan diterima oleh supervisor
lazimnya melalui suatu proses bolak-balik yang kadang-kadang sampai
beberapa kali putaran. Dalam proses tersebut sering kali digunakan suatu
formulir yang disebut lembar revieu untuk memudahkan koreksi/tambahan
dan sebagainya (dikenal dengan lembaran revieu/review sheet) tanpa harus
mencorat-coret konsep laporan hasil audit. Penggunaan lembaran reviu
dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Komunikasi lisan akan memerlukan waktu yang cukup lama padahal
atasan maupun bawahan mungkin masih mempunyai kesibukan lain.
2. Komunikasi tertulis tidak dapat dilakukan di dalam konsep laporan,
karena konsep laporan tersebut akan dipenuhi dengan catatan-catatan
reviu.
F. BENTUK LAPORAN
Bentuk laporan hasil audit secara umum memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Kulit depan (cover) dan halaman pertama (cover dalam) atau title page.
2. Intisari hasil audit (Executive Summary atau Key Issues).
3. Daftar isi (Table of Contents).
4. Ringkasan Rekomendasi (Summary of Recommendations).
5. Uraian hasil audit, Temuan dan Rekomendasi (Detailed Audit Report,
Finding and Recommendations).
6. Lampiran-lampiran.
1. Kulit Depan
Bentuk laporan dengan sampul yang menarik akan mengundang minat
dan perhatian orang sehingga yang bersangkutan mempunyai keinginan
untuk mengetahui apa isinya. Karena itu pada sampul laporan harus diberi
judul yang dapat menarik minat tetapi tidak bertentangan dengan tujuan
PAJA3337/MODUL 6 6.21
penting yang waktunya terbatas. Intisari Hasil Audit harus memuat hal-hal
sebagai berikut:
a. Temuan dan kesimpulan.
b. Saran dan rekomendasi.
c. Pandangan para pejabat yang bertanggung jawab.
Uraian hasil audit disajikan pada bab tersendiri setelah bab intisari hasil
audit. Uraian hasil audit biasanya terdiri dari bagian-bagian:
a. Informasi Umum
Informasi umum disajikan dengan tujuan untuk menyediakan informasi
bagi pembacanya tentang program atau kegiatan yang diaudit dan sifat
audit sehingga dapat digunakan untuk membantu pembaca agar dengan
mudah dapat menanggapi informasi yang dimuat dalam laporan hasil
audit. Beberapa petunjuk dalam penyajian informasi umum adalah
sebagai berikut:
1) Harus dijaga agar relatif singkat dan harus dihindarkan adanya
informasi yang lebih sesuai disajikan pada bagian lain dari laporan.
2) Apabila informasi umum menyajikan informasi yang bersangkutan
dalam lampiran dan apabila demikian, maka petunjuk tentang
lampiran tersebut agar disajikan.
3) Informasi umum yang disajikan biasanya dibagi menjadi beberapa
subbagian, yaitu:
a) Informasi mengenai sifat kegiatan audit.
b) Informasi tentang kegiatan yang diaudit.
c) Pernyataan-pernyataan pengimbang.
d) Informasi mengenai sifat kegiatan audit.
4) Informasi mengenai sifat audit diperlukan untuk mengomunikasikan
temuan-temuan secara jelas atau menempatkan dalam perspektif
yang benar. Bagian ini biasanya memuat yang berikut ini:
a) Sifat audit, apakah audit keuangan, audit operasional atau audit
khusus.
b) Ruang lingkup audit, periode yang dicakup dalam audit atau
saat terjadinya kondisi yang dilaporkan.
c) Penjelasan mengenai keterbatasan dan ungkapkan bila ada
pembatasan (hal-hal yang menyebabkan audit tidak dapat
dilaksanakan dengan lengkap).
d) Lokasi audit yang dilakukan apabila cukup banyak pada bagian
ini diungkapkan secara umum, tetapi dijelaskan pada masing-
masing temuan.
e) Pernyataan mengenai tujuan dan latar belakang dilakukannya
audit (why the audit was performed), apa yang diharapkan dari
hasil audit ini (what the auditor was expected to accomplish).
f) Metodologi yang dilakukan dalam audit.
6.24 Auditing IA
b. Temuan Audit
Bagian ini memuat pesan pokok yang ingin disampaikan auditor ke
pembaca laporan, dan merupakan alasan utama dibuatnya laporan
tersebut. Temuan audit adalah kesimpulan akhir dari kegiatan
pemeriksaan, yaitu auditor melakukan pemeriksaan dengan
mengumpulkan bahan bukti audit (audit evidence collection) kemudian
melakukan analisis/evaluasi terhadap bahan bukti audit (audit evidence
evaluation). Pengumpulan bahan bukti audit dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, yaitu antara lain:
1) Pengamatan (observasi, observation).
2) Wawancara atau tanya jawab (interview).
3) Penelaahan/studi dokumentasi (surat keputusan/surat edaran/
pedoman kerja/tata laksana kerja/risalah pertemuan/functional
specification/system specification/program specification/user
manual, dan sebagainya).
4) Penelusuran transaksi dan dokumen sumber yang digunakan dalam
kegiatan.
5) Tes atau pengujian terhadap suatu prosedur kerja atau sistem
aplikasi atau program dalam sistemnya berbasis komputer.
Pengujian program dapat dilakukan dengan cara mengkaji diagram
(data flow diagram/ program flowchart/ use case/ entity relationship
diagram) maupun terhadap source code (listing programming
language-nya.) Pengujian juga dapat dilakukan dengan cara
membuat data tes (test data generation), yaitu data yang sudah
dipersiapkan sedemikian rupa sehingga auditor sudah dapat
6.26 Auditing IA
c. Rekomendasi
Laporan hasil audit yang memuat rekomendasi konstruktif, besar sekali
manfaatnya untuk mendorong perbaikan dalam pengelolaan program
atau kegiatan. Selain itu laporan yang bercorak informatif atau
pengungkapan yang mengomunikasikan informasi yang bermanfaat
dapat membantu pihak pemakai laporan dalam melaksanakan tugasnya.
Hal ini berarti tujuan dari pekerjaan audit dapat tercapai. Rekomendasi
dapat ditujukan kepada pemimpin objek audit atau atasan pemimpin
objek audit atau pihak (pejabat) lain yang terkait.
Rekomendasi harus disertakan dalam laporan hasil audit, apabila
pekerjaan audit memberikan indikasi perlunya diambil tindakan atau
apabila tindakan yang dimaksud belum dilaksanakan pada saat laporan
disusun. Auditor wajib memberikan rekomendasi kepada atasan objek
audit atau pejabat yang berwenang melakukan tindak lanjut. Laporan
hasil audit harus memuat rekomendasi yang sesuai atau usul mengenai
alternatif tindakan, apabila hasil audit memberikan indikasi perlunya ada
ketentuan atau tindakan perbaikan. Rekomendasi juga harus diajukan
dalam hal tindakan korektif telah dijanjikan atau dimulai. Dalam hal ini
auditor lebih baik menyatakan rekomendasi secara positif daripada
hanya mengungkapkan tindakan yang dijanjikan atau sedang ditangani
objek audit.
Setiap unit organisasi mempunyai tanggung jawab untuk menentukan
cara pelaksanaan kegiatan-kegiatannya dengan memperhatikan
pembatasan dan persyaratan yang berlaku. Auditor tidak memiliki
kewenangan untuk langsung memerintahkan dilakukannya perubahan
dalam kebijakan, prosedur, maupun fungsi dari objek audit. Meskipun
demikian, apabila auditor mengamati adanya kekurangan dalam kegiatan
objek audit, maka ia harus mengajukan rekomendasi yang sesuai untuk
itu. Untuk beberapa masalah yang diungkapkan mungkin terdapat
berbagai alternatif penyelesaian. Untuk itu auditor harus mengajukan
segi-segi positif dan negatif dari masing-masing alternatif dan bukan
mencoba menyalahkan terhadap salah satu penyelesaian tertentu.
Pentingnya suatu temuan dan rekomendasi bagi pembaca sebagian besar
tergantung dari lingkup penerapannya serta konsekuensi-konsekuensi
praktis darinya (baik yang telah atau mungkin akan terjadi). Karena itu
penting bagi auditor untuk mengetengahkan keuntungan-keuntungan
6.30 Auditing IA
LA TI HA N
RA NG K UM A N
5. Objektif.
6. Jelas dan sederhana.
7. Ringkas.
8. Lengkap.
9. Nada yang konstruktif.
TE S F O RM AT IF 2
2) Uraian laporan audit harus dibuat secara ... dan mudah dimengerti oleh
para pihak yang menggunakannya.
A. objektif, sederhana, lengkap
B. teliti, cermat, lengkap
C. singkat, jelas, lengkap
D. akurat, tepat waktu, lengkap
3) Laporan hasil audit tidak boleh lebih panjang dari pada yang diperlukan,
tidak boleh terlalu banyak dibebani rincian (kata-kata, kalimat, pasal,
atau bagian-bagian) yang tidak secara jelas berhubungan dengan pesan
yang ingin disampaikan. Ini merupakan salah satu karakteristik laporan
hasil audit yang bersifat ....
PAJA3337/MODUL 6 6.33
A. lengkap
B. sederhana
C. jelas
D. ringkas
5) Intisari hasil audit harus memuat beberapa hal sebagai berikut, kecuali ...
A. temuan dan kesimpulan
B. saran dan rekomendasi
C. pandangan auditor
D. pandangan para pejabat yang bertanggung jawab
6) Informasi yang disajikan dengan tujuan untuk menyediakan informasi
bagi pembacanya tentang program atau kegiatan yang diaudit dan sifat
audit sehingga dapat digunakan untuk membantu pembaca agar dengan
mudah dapat menanggapi informasi yang dimuat dalam laporan hasil
audit adalah informasi ....
A. audit
B. umum
C. temuan
D. rekomendasi
Tes Formatif 1
1) C. Program audit dapat dikelompokkan menjadi:
a) Program audit untuk pengujian pengendalian (test of control).
b) Program audit untuk pengujian substantif (substantive test).
2) A. Program audit untuk pengujian pengendalian (test of control), yaitu
program audit untuk menguji pengendalian intern (internal control)
yang dijalankan manajemen terkait dengan informasi/kegiatan yang
akan diaudit.
3) B. Program audit untuk pengujian substantif (substantive test) secara
sederhana dapat dijelaskan sebagai rencana kerja untuk menguji
kesesuaian informasi yang diuji dengan data pendukungnya.
4) D. Risiko Program audit berisikan seperangkat prosedur analitik atau
langkah-langkah audit dalam rangka pengumpulan dan pengujian
bukti-bukti audit, merupakan semacam instruksi kepada auditor
untuk melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk:
a) pengumpulan bukti,
b) penilaian kecukupan dan efektivitas pengendalian, dan
c) penilaian efisiensi, ekonomis, dan efektivitas dari kegiatan yang
direviu.
PAJA3337/MODUL 6 6.35
Tes Formatif 2
1) C. Laporan hasil audit yang disusun auditor mempunyai tujuan/manfaat
sebagai berikut:
a) Sebagai bukti pelaksanaan tugas.
b) Sebagai sumber referensi untuk perencanaan audit berikutnya.
c) Sebagai alat pembuktian apabila ada sanggahan dari pihak yang
terlibat.
d) Sebagai media untuk mengomunikasikan informasi-informasi
penting yang diperoleh selama pelaksanaan audit.
2) C. Uraian laporan hasil audit dibuat secara singkat, jelas, lengkap, dan
mudah dimengerti oleh para pihak yang menggunakannya.
3) D. Ringkas artinya bahwa laporan hasil audit tidak boleh lebih panjang
dari pada yang diperlukan, tidak boleh terlalu banyak dibebani
rincian (kata-kata, kalimat, pasal, atau bagian-bagian) yang tidak
secara jelas berhubungan dengan pesan yang ingin disampaikan.
4) B. Laporan hasil audit disusun oleh ketua tim audit (atau oleh staf
auditor yang kemudian diperiksa oleh ketua tim audit) dan
selanjutnya diserahkan kepada pengawas audit (supervisor) untuk
direviu. Proses dari konsep sampai diterima (di tanda tangan oleh
ketua tim) dan diterima oleh supervisor lazimnya melalui suatu
proses bolak-balik yang kadang-kadang sampai beberapa kali
putaran. Dalam proses tersebut sering kali digunakan suatu formulir
yang disebut lembar reviu untuk memudahkan koreksi/tambahan
dan sebagainya.
5) C. Intisari hasil audit harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Temuan dan kesimpulan.
b) Saran dan rekomendasi.
c) Pandangan para pejabat yang bertanggung jawab.
6.36 Auditing IA
Glosarium
Daftar Pustaka
Elder, Randal J.; Beasley, Mark S., and Arens, Alvin A. (2008). Auditing and
Assurance Services, An Integrated Approach. Pearson Prentice Hall.