Anda di halaman 1dari 497

BUKU AJAR

AKUNTANSI KEUANGAN 1

(BERBASIS IFRS)

oleh :
Ni Kadek Sinarwati
Ni Nyoman Trisna Herawati
Nyoman Ari Surya Darmawan
Luh Putu Ekawati

1
BUKU AJAR
UNDIKSHA PRESS

AKUNTANSI KEUANGAN 1

(BERBASIS IFRS)

oleh :
Ni Kadek Sinarwati
Ni Nyoman Trisna Herawati
Nyoman Ari Surya Darmawan
Luh Putu Ekawati

2
UNDIKSHA PRESS

3
AKUNTANSI KEUANGAN 1
EDISI 1
SINGARAJA
SEPTEMBER 2013

NI KADEK SINARWATI,S.E.,M.Si.,Ak.
NYOMAN TRISNA HERWATI, S.E., M.Pd.,Ak.
NYOMAN ARI SURYA DARMAWAN, S.E.,M.Si.,Ak
LUH PUTU EKAWATI, S.E.,M.Si.,Ak

Hak Cipta: Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha


Jl. Udayana Singaraja Bali Kode Pos 81116, (0362-26830)

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi,
merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari
Penerbit.

UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA


1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000

ISBN 978-602-8310-94-9

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas Asung Wara Nugraha-Nya penulisan buku Akuntansi Keuangan 1 ini dapat
diselesaikan. Buku Akuntansi Keuangan 1 ini membahas tentang: ruang lingkup akuntansi
keuangan, kerangka konseptual yang mendasari akuntansi keuangan, laporan laba rugi dan laba
ditahan, neraca dan catatan laporan keuangan, laporan arus kas, kas dan investasi jangka pendek,
piutang, persediaan, aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Pembahasan atas
materi didasarkan pada IFRS (International Financial Reforting Standar).

Buku ini ditujukan kepada mahasiswa, dosen dan siapa saja yang berminat untuk
mempelajari akuntansi keuangan 1. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih
apabila pembaca bersedia memberikan kritik saran, sehingga dapat digunakan untuk
penyempurnaan pada edisi berikutnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
terbitnya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi pada khasanah
ilmu pengetahuan.

Singaraja, September 2013

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA ................................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................... v

BAB I RUANG LINGKUP AKUNTANSI KEUANGAN 1


A. Perkembangan Informasi Akutansi Keuangan……………………………………. 2
B. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Keuangan………………………………… 4
C. Organisasi Pembentuk Standar Akuntansi ……………………………………… 5
D. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Akuntansi……………………………… 9
E. Pengaruh Akuntansi Terhadap Lingkungan……………………………………… 11
F. Etika Dalam Lingkungan Akuntansi Keuangan………………………………… 11
G. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan…………………………………… 13

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL YANG MENDASARI AKUNTANSI KEUANGAN 18


A. Sifat Konseptual Kerangka Kerja Akuntansi Konseptual………………………… 18
B. Pengembangan Suatu Kerangka Kerja Konseptual……………………………… 18

BAB III LAPORAN LABA RUGI DAN LABA DITAHAN 43


A. Kegunaan dan Keterbatasan Laporan Laba Rugi………………………………… 43
B. Bentuk Laporan Laba Rugi……………………………………………………… 45
C. Komponen Laporan Laba Rugi………………………………………………… 47
D. Laporan Laba Ditahan…………………………………………………………. 56
E. Rekayasa Laba…………………………………………………………………. 57

iv
BAB IV NERACA DAN CATATAN LAPORAN KEUANGAN 61
A. Kegunaan Neraca dan Keterbatasan Neraca……………………………………… 61
B. Komponen Neraca ……………………………………………………………… 64
C. Klasifikasi Pos Neraca…………………………………………………………… 65
D. Format Neraca…………………………………………………………………… 76
E. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca………………………………………………… 77
F. Catatan Laporan Keuangan……………………………………………………….. 78

BAB V LAPORAN ARUS KAS 83


A. Kegunaan Informasi Arus Kas …………………………………………………… 83
B. Penyajian Arus Kas ................................................................................................. 84
C. Penyusunan Laporan Arus Kas .............................................................................. 86
D. Menganalisis Laporan Arus Kas ............................................................................. 99

BAB VI KAS DAN INVESTASI JANGKA PENDEK 109


A. Pengendalian Internal Kas ....................................................................................... 109
B. Pengertian Investasi Jangka Pendek ........................................................................ 113
C. Pencatatan Investasi Jangka Pendek ....................................................................... 114
D. Penyajian Investasi Jangka Pendek ......................................................................... 118

BAB VII PIUTANG 122


A. Pengertian Piutang .................................................................................................. 122
B. Pengendalian Internal Piutang ................................................................................ 123
C. Akuntansi Piutang Dagang ..................................................................................... 123
D. Penjualan Dengan Kartu Kredit .............................................................................. 134
E. Piutang Dagang sebagai Sumber Kas ..................................................................... 134
F. Akuntansi Piutang Wesel ........................................................................................ 138

v
BAB VIII PERSEDIAAN
A. Pengertian Persediaan ............................................................................................ 141
B. Akuntansi Persediaan ............................................................................................ 143
C. Biaya-biaya Yang Dimasukkan Dalam Persediaan ............................................... 146
D. Asumsi Arus Biaya Yang Bisa Dipakai Dalam Pengukuran Biaya Persediaan ..... 149
E. Permasalahan Metode LIFO ................................................................................. 155

BAB IX AKTIVA TETAP


I. Aktiva Tetap Berwujud ........................................................................................... 157

A. Pengertian Aktiva Tetap ................................................................................... 157

B. Karakteristik Aktiva Tetap ............................................................................... 158

C. Klasifikasi Aktiva Tetap ................................................................................... 160

D. Kapitalisasi Aktiva Tetap .................................................................................. 162

E. Pencatatan Prolehan Aktiva Tetap .................................................................... 164

F. Penyusutan ........................................................................................................ 171

II. Aktiva Tetap Tak Berwujud ...................................................................................


A. Pengertian Aktiva Tak Berwujud .................................................................... 180

B. Karakteristik Aktiva Tak Berwujud .................................................................. 180

C. Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud ...................................................................... 181

D. Prinsip Akuntansi Dasar Untuk Aktiva Tak Berwujud ..................................... 182

E. Mencatat Biaya Pembelian Aktiva Tak Berwujud ............................................ 182

F. Perlakuan Akuntansi Untuk Berbagai Jenis Aktiva Tak Berwujud.................. 182

G. Mencatat Biaya Aktiva Tetap Tak Berwujud yang Dibuat Secara Internal..... 183

H. Amortisasi Biaya Aktiva Tak Berwujud ........................................................ 183

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka dasar akuntansi keuangan………………………………….. 20

Gambar 2.2 Hirarki sifat kualitas informasi dalam SFAC No. 2…………………… 27

vii
BAB I
RUANG LINGKUP AKUNTANSI KEUANGAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang:
A. Perkembangan Informasi Akutansi Keuangan
B. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Keuangan
C. Organisasi Pembentuk Standar Akuntansi
D. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Akuntansi
E. Pengaruh Akuntansi Terhadap Lingkungan
F. Etika Dalam Lingkungan Akuntansi Keuangan
G. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan

Kata Akuntansi berasal dari kata account (jika dimaksudkan kata benda) artinya laporan,
catatan, rekening. Merujuk pada arti yang disebutkan pertama bahwa account adalah laporan,
maka tepatlah akuntansi identik dengan laporan khususnya laporan keuangan. Salah satu tujuan
dari akuntansi adalah menyediakan laporan keuangan kepada pemakai yang berguna untuk
dipakai sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan.
Di tinjau dari segi proses akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
pelaporan transaksi-transaksi yang dirangkum dalam laporan keuangan kepada pemakai.
Pemakai laporan keuangan dibedakan menjadi dua yakni pemakai internal yang terdiri dari
karyawan, pemilik dan manajemen. Sedangkan pemakai eksternal dalah kreditor dan instansi
pemerintah. Tiap-tiap pemakai memerlukan informasi yang berbeda. Karena tiap pemakai
memerlukan laporan spesifik yang berbeda sesuai dengan keputusan yang akan diambil, maka
dalam perkembangannya akuntansi dibedakan berdasarkan informasi yang dihasilkannya. Jika
diibaratkan pohon, akuntansi memiliki cabang-cabang yakni akuntansi keuangan, akuntansi
biaya, akuntansi manajemen, akuntansi sektor publik, pemeriksaan akuntansi, perpajakan,
penganggaran dan sistem informasi. Akuntansi keuangan merupakan cabang utama dari
akuntansi. Lalu bagaimanakan perkembangan akuntansi keuangan?

1
A. Perkembangan Informasi Akuntansi Keuangan
Perkembangan akuntansi mempunyai sejarah yang panjang. Catatan-catatan
dengan penggunaan akun-akun (accounts) sudah dimulai sejak peradaban kuno di Cina,
Babilonia, Yunani dan Mesir sejak tahun 1400-an. Kecepatan perkembangan akuntansi
makin meningkat selama masa revolusi industry di mana pada saat perekonomian dari
Negara-negara berkembang mulai menghasilkan barang-barang yang diproduksi secara
masal. Perkembangan perusahaan berbadan hokum turut pula mempercepat
perkembangan akuntansi sekitar abad ke 19-an, dan pada abad ke 20-an, teknologi
canggih dengan perangkat komputernya telah mengubah akuntansi secara dramatis.
Tugas-tugas yang tadinya dikerjakan oleh tangan-tangan manusia sekarang dikerjakan
oleh komputer secara leebih cepat,tepat dan akurat. Penggunaan komputer di bidang
akuntansi telah mempermudah pemahaman orang-orang mengenai akuntansi.
Akuntansi keuangan sebagai alat untuk memproses data keuangan dan
menyajikannya dalam laporan keuangan, telah digunakan dalam dunia bisnis sejak
beberapa abad yang lalu. Prinsip (standar) akuntansi yang digunakan selalu berubah
sesuai dengan perubahan system bisnis, dan juga dipengaruhi oleh kebutuhan para
pemakai informasi. Perubahan yang terjadi menunjukkan bahwa akuntansi keuangan
sebagai suatu sistem informasi merupakan suatu system yang dinamis. Perubahan
diperlukan agar akuntansi keuangan dapat memenuhi kebutuhan pemakai yang selalu
berubah. Di Indonesia, Komite prinsip Akuntansi telah merumuskan Standar Akuntansi
dan telah disahkan oleh Badan pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan pedoman akuntansi dalam
penyajian dan pelaporan keuangan untuk pihak eksternal.
Dalam menghadapi perubahan perekonomian dan dunia usaha di Indonesia
akuntansi keuangan perlu dikembangkan sesuai dengan perubahan yang terjadi. Dengan
demikian, manfaat informasi yang yang dihasilkan diharapkan dapat meningkat. Apabila
dikaji sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang di Indonesia, Nampak
berbagai perubahan situasi perekonomian dan dunia usaha yang cukup besar.
Pembangunan jangka panjang selanjutnya diharapkan akan membawa perubahan-
perubahan lebih lanjut.

2
Selain perubahan dalam bidang perekonomian dan dunia bisnis, akuntansi
keuangan juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Perkembangan
teknologi computer dan komunikasi secara langsung mempengaruhi sistem akuntansi
keuangan. Berbagai model proses data yang memerlukan banyak pekerjaan klerikal saat
ini sudah digantikan peranannya karena perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut.
Di bawah ini dijelaskan dampak tiga variabel terhadap akuntansi keuangan, yaitu:
perubahan sistem perekonomian dan dunia bisnis, perkembangan teknologi informasi dan
perkembangan lainnya.
1. Perubahan Sistem Perekonomian dan Dunia Bisnis
Sejak dicanangkannya pembangunan jangka panjang di Indonesia, perkembangan
sektor industri terjadi secara cepat. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya
perusahaan yang didirikan, perluasan usaha, dan juga perubahan bentuk berbagai
perusahaan dari perusahaan perseorangan atau persekutuan menjadi perseroan.
Perubahan yang sudah terjadi dan diharapkan masih akan terjadi di masa mendatang
antara lain sebagai berikut:
a). Pendirian usaha baru
b). Bertambahnya cabang-cabang untuk perluasan usaha
c). Perubahan bentuk perusahaan
d). Penggabungan perusahaan
e). Terjadinya transakis baru
f). Berkembangnya ekspor dan impor
g). Perkembangan pasar modal
2. Perkembangan Teknologi Informasi
Komputer dan teknologi berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Di masa depan
iharapkan perkembangan ini masih akan berlanjut. Dampak perkembangan teknologi
komunikasi pada akuntansi keuangan adalah pada metode untuk memproses data.
Dengan semakin canggihnya perangkat keras dan perangkat lunak, metode proses
data lebih mengarah pada pada metode proses on-line. Turunnya harga perangkat
keras juga mendorong kea rah metode proses on-line. Dengan metode on-line,

3
diharapkan laporan keuangan akan dapat disusun dalam waktu yang lebih singkat,
sehingga dapat disajikan tepat pada waktunya. Oleh karena proses penyusunan
laporan keuangan menjadi lebih mudah, kecendrungannya adalah terbitnya laporan
interim. Oleh karena itu prinsip (standar) akuntansi untuk laporan interim menjadi
lebih penting.
3. Perkembangan Lainnya
Berbagai perkembangan selain yang telah diuraikan, seperti perubahan sistem
perekonomian dan perkembangan teknologi informasi. Selain itu, stabilitas politik
pun ikut mempengaruhi perkembangan akuntansi keuangan di Indonesia. Kemajuan
perekonomian Indonesia tidak terlepas dari masalah inflasi. Dampak perubahan harga
terasa pada penggunaan konsep biaya historis dalam akuntansi. Konsep ini dipandang
tidak dapat menghasilkan informasi relevan pada keadaan inflasi yang
dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu General Purchasing Power Accounting
(GPPA) dan Current Cost Accounting (CCA). Konsep-konsep akuntansi inflasi
timbul dalam keadaan inflasi yang terjadi secara terus-menerus.

B. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Keuangan


Akuntansi keuangan adalah proses yang berakhir pada penyusunan laporan
keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan
oleh pihak-pihak baik di dalam maupun di luar perusahaan tersebut. Sebaliknya,
akuntansi manajerial adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, akumulasi,
analisis, penyusunan, interpretasi, dan komunikasi informasi keuangan yang
digunakan oleh manajemen untuk mernecanakan, mengevaluasi dan mengendalikan
suatu organisasi dan untuk memastikan penggunaan yang tepat, dan
pertanggungjawaban, dari sumberdaya-sumberdayanya.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai definisi akuntansi, dapat
disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan pelayanan jasa, suatu
disiplin analisis dan suatu sistem informasi.
1. Sebagai suatu kegiatan pelayanan jasa.

4
Akuntansi menyediakan informasi kuantitatif untuk membantu dalam
pengambilan keputusan ekonomi tentang pengadaan dan penggunaan sumber-
sumber secara menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
2. Sebagai suatu disiplin analisis.
Akuntansi menentukan kegiatan dan transaksi yang memberikan ciri ekonomi
melalui pengukuran, klasifikasi, peringkasan dan penyajian, serta menyediakan
data sedemikian rupa sehingga data yang ada saling berhubungan dan
digabungkan untuk dilaporkan sebagai keadaan keuangan dan hasil usaha
perusahaan.
3. Sebagai suatu sistem informasi.
Akuntansi mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomi tentang
suatu perusahaan dan pihak lain untuk pengambilan keputusan sehubungan
dengan aktivitas tersebut.

C. Organisasi Pembentuk Standar Akuntansi


Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan dan prosedur yang telah
disusun dan disahkan oleh sebuah lembaga resmi (badan pembentuk standar) pada
saat tertentu. Standar ini merupakan konsensus pada saat itu tentang cara pencatatan
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, pendapatan, biaya dan pelaporannya
dalam bentuk laporan keuangan. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa yang
harus dicatat, bagaimana mencatatnya, dan bagaimana mengungkapkannya dalam
laporan keuangan yang akan disajikan. Standar akuntansi ini merupakan masalah
penting dalam dunia profesi akuntansi, termasuk bagi para pemakai laporan
keuangan. Karena itu, mekanisme pembentukan standar akuntansi haruslah diatur
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi ini akan secara terus-
menerus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman, dunia usaha,
dan kemajuan teknologi.
Ada empat organisasi yang memiliki pengaruh besar dalam pengembangan standar
akuntansi keuangan di Amerika Serikat yaitu:

5
1. Securities and Exchange Commissions (SEC)
Pelaporan keuangan kepada pihak eksternal senantiasa dikembangkan
seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan transaksi pasar modal. SEC dibentuk
pertama kalinya pada tahun 1934, di mana peran utamanya adalah untuk mengatur
penerbitan dan transaksi perdagangan sekuritas oleh emiten kepada khalayak
ramai (publik). Seluruh perusahaan yang sahamnya dimiliki publik oleh SEC
diharuskan untuk melengkapi laporan keuangan tahunan, laporan keuangan
kwartalan, dan informasi lainnya secara berkala mengenai peristiwa-peristiwa
yang dianggap signifikan. SEC juga mewajibkan perusahaan public agar laporan
keuangan eksternalnya diaudit oleh akuntan independen.
SEC dibentuk bukan dengan maksud untuk mencegah terjadinya spekulasi
transaksi perdagangan sekuritas, tetapi untuk membantu bahwa investor memiliki
informasi yang memadai mengenai perusahaan investee. SEC sangat fokus
terhadap pelaporan keuangan perusahaan publik dan pengembangan standar
akuntansi. SEC juga secara seksama memonitor proses pembentukan standar
akuntansi di Amerika. SEC membantu mengembangkan dan menstandarisasi
informasi keuangan yang disajikan kepada para pemegang saham.
SEC memiliki mandat untuk menetapkan prinsip-prinsip akuntansi.
Karena itu, perusahaan sektor swasta harus mendengar secara seksama
pandangan-pandangan SEC seputar pelaporan keuangan. Seperti telah disebut di
atas, perusahaan yang terdaftar di bursa efek diwajibkan untuk menyampaikan
laporan keuangan mereka kepada SEC. Jika SEC mendapati bahwa ada
perusahaan publik yang laporan keuangannya mengandung ketidaksesuaian
dengan standar akuntansi atau menyalahi prinsip pengungkapan informasi
(disclousure), maka SEC melalui surat pernyataannya akan meminta perusahaan
bersangkutan untuk menanggapi dan memperbaikinya. Namun, jika tidak juga
ditanggapi maka SEC memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan perintah
penghentian, yang melarang perusahaan publik yang bersangkutan menerbitkan
dan memperdagangkan sekuritas di bursa.
2. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA)

6
AICPA adalah sebuah organisasi profesi akuntan publik di Amerika.
Organisasi ini didirikan pada tahun 1887 dan menerbitkan jurnal bulanan dengan
nama Journal of Accountancy. AICPA memiliki peran penting dalam
pengembangan dan pembentukan standar akuntansi, termasuk penyiapan
(penyelenggaraan) ujian sertifikasi dan pendidikan berkelanjutan bagi para
akuntan publik. AICPA juga secara terus-menerus tetap fokus menjaga integritas
profesi akuntan publik, diantaranya adalah melalui pembentukan kode etik profesi
dan program pengendalian mutu di mana meliputi proses telaah sejawat kantor
akuntan publik yang dilakukan oleh kantor akuntan publik lain.
Atas desakan SEC, pada tahun 1939, AICPA membentuk Committee on
Accounting Procedure (CAP). CAP, yang beranggotakan akuntan praktisi,
menerbitkan 51 Accounting Research Bulletins yang menangani berbagai masalah
akuntansi sepanjang tahun 1939 sampai dengan tahun 1959. Namun, pendekatan
masalah per masalah ini gagal memberikan kerangka prinsip akuntansi yang
terstruktur sebagaimana yang dibutuhkan dan yang diinginkan. Untuk itu, pada
tahun 1959 AICPA mendirikan Accounting Principles Board (APB).
Tugas utama dari APB adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai
prinsip akuntansi, menentukan praktik akuntansi yang tepat, dan mempersempit
celah perbedaan-perbedaan yang ada serta ketidakkonsistenan yang terjadi dalam
praktik akuntansi saat itu. Anggota APB yang berjumlah 18 hingga 21 orang,
sebagian besar merupakan akuntan publik, ditambah dengan wakil-wakil dari
industri, dan akademisi. Untuk mendukung tugas utamanya, APB
mengembangkan kerangka kerja konseptual akuntansi secara menyeluruh demi
membantu memecahkan masalah yang timbul saat itu, juga melakukan penelitian-
penelitian atas substansi berbagai masalah akuntansi yang ada. Atas dasar hasil
studi riset inilah, APB mengeluarkan ketetapan-ketetapan, yang kemudian dikenal
sebagai opini APB. Sejak awal berdirinya APB telah mengeluarkan 31 opini.
3. Financial Accounting Standards Board (FASB)
FASB merupakan organisasi sektor swasta yang bertanggungjawab dalam
pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB didirikan pada tahun

7
1973, menggantikan APB, yang dihentikan karena kehilangan kredibilitasnya di
mata komunitas bisnis saat itu.
FASB beranggotakan 7 orang purna waktu dan mendapat gaji untuk masa
tugas 5 tahun, serta dapat diperpanjang. Anggota FASB berasal dari berbagai latar
belakang (audit, akuntansi korporasi, jasa keuangan dan akademisi). Berbeda
dengan anggota APB, dimana sebagian besarnya harus merupakan akuntan publik
dan anggota AICPA, dewasa ini anggota FASB tidak harus seorang akuntan
publik. Karena anggota FASB bekerja secara purna waktu, maka diharuskan
melepaskan seluruh jabatan lamanya yang diemban di organisasi lainnya, tidak
seperti anggota APB, yang tidak dibayar dan bersifat paruh waktu, serta dapat
tetap memegang jabatan lama di organisasi lainnya. Dengan kata lain anggota
FASB diharuskan memutuskan semua ikatan yang ada dengan organisasi lainnya
di luar FASB.
Penunjukan anggota FASB yang baru, dilakukan oleh Financial
Accounting Foundation (FAF). FAF adalah sebuah badan independen, sama
seperti FASB, yang dibentuk dengan wakil dari profesi akuntansi, komunitas
bisnis, pemerintah, dan akademisi. Akan tetapi, FAF tidak memiliki kekuasaan
untuk menetapkan standar akuntansi, dan anggotanya bekerja secara paruh waktu.
FAF layaknya dewan direksi, di mana mengawasi aktivitas operasi FASB dan
mendanainya. Selain riset yang dilakukan oleh para staf FASB sendiri, FASB
juga mengandalkan keahlian dari berbagai gugus yang dibentuk untuk beragam
proyek serta Financial Accounting Standar Advisory Council (FASAC). FASAC
bertanggungjawab memberi nasehat kepada FASB menyangkut kebiakan penting
dan isu-isu teknis serta membantu merekrutanggota gugus tugas. Anggota FASaC
sendiri direkrut langsung oleh FAF.
Fungsi utama dari FASB adalah mempelajari masalah akuntansi terkini
dan menetapkan standar akuntansi. Standar ini dipublikasikan sebagai Statements
of Financial Accounting Standars (SFAS). FASB juga menerbitkan Statements of
Financial Accounting Concepts (SFAC) yang memberikan kerangka kerja
konseptual yang memungkinkan untuk dikembangkannya standar akuntansi

8
khusus. SFAC diterbitkan pada tahun 1978 sebagai konsep fundamental yang
akan digunakan FASB dalam mengembangkan standar akuntansi dan pelaporan
keuangan dimasa depan. Tidak seperti SFAS, SFAC bukan merupakan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh FASB dipandang
sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Selain itu, FSB juga
mengeluarkan interpretasi yang merupakan modifikasi atau perluasan dari standar
yang ada. Interpretasi memiliki otoritas yang setara dengan standar dan
memerlukan suara yang sama banyaknya dengan suara yang dibutuhkan untuk
menerbitkan sebuah standar. Kemunculan standar maupun interpretasi yang baru
memerlukan dukungan suara sebanyak 4 dari 7 anggota dewan. FASB juga
menerbitkan Buletin Teknis yang memberikan pedoman atas masalah akuntansi
tertentu secara tepat waktu. Namun, Buletin ini memiliki otoritas yang lebih
rendah disbanding dengan otoritas yang dimiliki oleh ketetapan berupa standar
maupun interpretasi.
4. Govermental Accounting Standars Board (GASB)
GASB dibentuk pada tahun 1984 oleh FAF dengan tugas menetapkan
standar akuntansi keuangan pemerintah. Struktur organisasi GASB serupa dengan
FASB. GASB memiliki dewan penasehat yang bernama Govermental Accounting
Standards Advisory Council.

D. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Akuntansi


Akuntansi, sebagaimana aktivitas dan disiplin manusia lainnya, pada umumnya
merupakan suatu produk atau hasil (karena kebutuhan jasa) dari lingkungan itu
sendiri. Lingkungan akuntansi terdiri atas kondisi atau keadaan sosial, ekonomi,
politik, hukum, peraturan dan pengaruh yang berubah dari waktu ke waktu.
Akibatnya tujuan dan praktik akuntansi tidak sama pada waktu sekarang dengan masa
lalu karena teori akuntansi berubah dan dikembangkan untuk memenuhi perubahan
permintaan dan pengaruh tersebut. Akuntansi keuangan modern dengan demikian

9
merupakan produk dari berbagai pengaruh dan kondisi, lima kondisi yang
memerlukan pertimbangan khusus yaitu sebagai berikut:
1. Akuntansi mengakui bahwa manusia hidup di dalam dunia yang langka atau
terbatas akan sumber. Karena sumber yang ada dalam penawaran yang terbatas,
manusia berusaha untuk menjaga atau melindungi agar tetap ada, menggunakan
secara efektif dan efisien, serta mengidentifikasikan dan mendorong pihak yang
dapat menggunakannya secara efisien. Melalui suatu penggunaan sumber yang
efisien, standar hidup dapat meningkat. Akuntansi mempunyai peranan penting
dalam peningkatan standar hidup karena dapat membantu di dalam
mengidentifikasi efisien dan ketidakefisienan pihak yang menggunakan atau
mengkonsumsi sumber tersebut.
2. Akuntansi mengakui bahwa dalam lingkungan masyarakat, sumber produktif
(untuk Indonesia, kecuali yang tersirat dalam pasal 33 UUD 1945) umumnya
dimiliki oleh pihak swasta. Dengan demikian kesuksesan perusahaan dalam
mengelola sumber akan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memasuki
pasar dengan persaingan bebas yang demikian ketat. Akuntansi mempunyai
peranan penting untuk mengukur kinerja perusahaan secara akurat dan layak,
sehingga jika demikian halnya perusahaan berhak untuk dapat menarik modal
investasi.
3. Akuntansi mengakui bahwa aktivitas ekonomi diperlukan secara terpisah menjadi
unit tertentu badan usaha. Dalam mata kuliah Pengantar Ekonomi dikenal dengan
istilahRumah Tangga Perusahaan/Produksi. Badan usaha terdiri atas sumber
ekonomi (assets), kewajiban ekonomi (liabilities), dan residu kepemilikan
(owners’ equity), elemen tersebut akan bertambah atau berkurang oleh aktivitas
ekonomi suatu badan usaha. Akuntansi lebih lanjut, mengakumulasikan dan
melaporkan aktivitas ekonomi yang berpengaruh terhadap elemen untuk setiap
badan usaha.
4. Akuntansi mengakui bahwa dalam perkembangan yang pesat, kompleksitas
sistem ekonomi, beberapa (pemilik dan investor) mempercayakan pengelolaan
dan pengendalian atas kekayaan kepada pihak lain (manajer professional). Bentuk

10
organisasi perusahaan cendrung untuk memisahkan kepemilikan dari manajemen,
khususnya dalam perusahaan besar. Ke4mudian, fungsi pengukuran, dan
pelaporan data kepada pemilik yang tidak hadir dalam operasi sehari-hari menjadi
peran penting akuntansi.
5. Akuntansi mengakui bahwa sumber ekonomi, kewajiban ekonomi, dan residu
kepemilikan harus dinyatakan dalam ukuran uang. Pada umumnya uang
merupakan suatu ukuran baik kuantitatif atas kejadian ekonomi, sumber dan
kewajiban.

E. Pengaruh Akuntansi Terhadap Lingkungan


Akuntansi juga mewarnai lingkungan dan memainkan peranan penting dalam
melakukan keputusan dan tindakan ekonomi, sosial, politik, hokum dan organisasi
lainnya. Akuntansi merupakan suatu sistem yang memberikan informasi umpan balik
kepada organisasi dan individu yang dapat mereka gunakan untuk mewarnai
lingkungannya. Akuntansi juga menyediakan informasi dengan membandingkan
secara relatif antara biaya dan manfaat atas berbagai alternatif untuk mencapai tujuan
tersebut. Pada lingkungan yang lebih luas, angka-angka akuntansi yang dilaporkan
akan berpengaruh terhadap pengalihan sumber antar perusahaan dan individu.
Ringkasnya, informasi akuntansi yang dilaporkan akan mempengaruhi kondisi
keuangan perusahaan. Persepsi ini kemudian akan membawa perubahan dalam
perilaku ekonomi. Karena perilaku dipengaruhi, pembentukan standar-standar
akuntansi menjadi suatu yang diperdebatkan.

F. Etika Dalam Lingkungan Akuntansi Keuangan


Dalam disiplin akuntansi seperti lingkungan dunia bisnis lainya, dilema etika
sering ditemukan. Beberapa dilemma situasi yang serba sulit, konflik berbagai
kepentingan pada saat yang sama tersebut sederhana, maka akan mudah diselesaikan.
Namun kebanyakan justru yang bersifat kompleks dan pemecahannya menjadi tidak
jelas. Konsentrasi bisnis pada maksimasi garis bawah laba bersih menghadapi
tantangan persaingan, penekanan pada hasil jangka pendek, mencari hasil bersih yang

11
cepat, menempatkan akuntan di tengah lingkungan untuk melindungi atau
mempertahankan diri atas konflik atau pertikaian dan tekanan. Pertanyaan mendasar
seperti, apakah cara pengkomunikasian informasi keuangan baik atau buruk?, benar
atau salah? Apa yang harus dilakukan pada situasi demikian? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut tidak dapat dijawab secara sederhana dengan prinsip akuntansi atau aturan
profesi. Keahlian teknis tidak cukup bila menghadapi keputusan etika.
Seorang akuntan yang berpraktik termasuk akuntan perusahaan dan publik harus
menghargai pentingnya pemahaman dilemma etika, menganalisis elemen khusus
yang tercakup, dan secara rasional memilih jawaban dari berbagai alternatif.
Melakukan sesuatu dengan benar, membuat keputusan dengan benar tidak selalu
mudah. Tekanan membengkokkan aturan, memainkan permainan, mengabaikan hal
tersebut dapat dipertimbangkan. Contohnya, apakah keputusan saya mempengauhi
kinerja saya secara negatif?, apakah atasan saya akan menjadi marah? Apakah rekan
saya akan menjadi tidak puas?, merupakan pertanyaan yang sering dihadapi dalam
memikirkan etika. Keputusan menjadi sulit karena kesepakatan umum tidak pernah
timbul untuk merumuskan suatu sistem etika yang komprehensif menyediakan
pedoman/tuntunan dalam membuat pertimbangan etika. Akan tetapi, penerapan etika
masih penting dan memungkinkan.
Berikut ini beberapa tahap yang memungkinkan anda menerapkan etika secara hati-
hati dalam pengambilan keputusan diantaranya:
1. Menagakui situasi etika dan dilema etika.
Etika seseorang, yang harus dikembangkan, dan sensitivitas/kepekaan seseorang
terhadap lainnya membantu dalam mengidentifikasi situasi dan masalah etika.
Menjadi sensitif dan hati-hati atas pengaruh, tindakan dan keputusan seseorang
terhadap individu atau kelompok merupakan tahap pertama dalam menyelesaikan
dilemma etika.
2. Bergerak kearah penyelesaian etika dengan mengidentifikasi dan menganalisis
elemen utama dalam situasi.
Cari jawaban untuk pertanyaan berikut seacara berurutan: (a). apakah semua
pemangku kepentingan menjadi diuntungkan atau dirugikan? (b). Hak atau

12
tuntutan siapa yang akan ditentang? (c). kepentingan khusus yang mana berada
dalam konflik atau perselisihan? (d) apa tanggung jawab dan kewajiban saya?.
3. Identifikasi alternatif dan besar pengaruh setiap alternatif pada berbagai
pemangku kepentingan.
Contohnya, dalam akuntansi keuangan alternatif metode yang mana tersedia
untuk mengukur dan melaporkan transaksi, situasi atau kejadian?. Apakah
pengaruh atas setiap alternatif pada berbagai pemangku kepentingan. Pemangku
kepentingan mana akan dirugikan atau memperoleh manfaat?.
4. Pilih alternatif terbaik dengan mempertimbangkan seluruh keadaan dan
konsekuensi.
Beberapa masalah etika mencakup satu jawaban benar, dan apa yang dilakukan
untuk mengidentifikasikan satu jawaban tersebut. Masalah etika lainnya
mencakup lebih dari satu jawaban benar. Hal ini membutuhkan suatu evaluasi atas
setiap dan satu pilihan alternatif etika terbaik.

Seluruh proses kepekaan etika dan pemilihan berbagai alternatif dapat menjadi
sulit karena tekanan yang mungkin terjadi disebabkan tekanan waktu, tekanan
pelanggan, tekanan individu, dan tekanan rekan sekerja. Pemahaman etika penting
untuk menumbuhkan kepekaan terhadap situasi yang dihadapi dalam menciptakan
tanggung jawab kinerja profesional.

G. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan
dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Laporan ini memberikan “suatu “
sejarah yang berkesinambungan yang dikuantifikasikan dalam satuan uang berkenaan
dengan sumberdaya ekonomi dan kewajiban dari suatu perusahaan bisnis dan
aktivitas ekonomi yang mengubah sumberdaya dan kewajiban ini.
Laporan keuangan yang paling sering disajikan adalah: (1) neraca, (2) perhitungan
laba/rugi, (3) laporan perubahan ekuitas, dan (4) laporan arus kas. Selain itu,

13
pengungkapan dalam catatan merupakan bagian yang terpadu dari masing-masing
keempat laporan keuangan dasar.
Beberapa informasi keuangan lebih baik disajikan, atau hanya dapat disajikan,
dengan sarana pelaporan keuangan yang bukan laporan keuangan formal. Informasi
ini mungkin diperlukan sejalan dengan pengumuman pihak yang berwenang, aturan
pemerintah, atau kebiasaan, atau karena manajemen ingin mengungkapkannya secara
sukarela. Pelaporan keuangan selain dari laporan keuangan dapat mengambil banyak
bentuk. Contohnya adalah surat presiden direktur, prospektus, laporan yang diberikan
kepada lembaga pemerintah, pengumuman berkala, peramalan manajemen, dan
uraian mengenai dampak sosial dan lingkungan perusahaan (CSR).

Rangkuman
1. Akuntansi keuangan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi
informasi
2. Dari berbagai pendapat para ahli mengenai definisi akuntansi, dapat disimpulkan
bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan pelayanan jasa, suatu disiplin analisis
dan suatu sistem informasi.
3. Sedikitnya terdapat empat organisasi yang memiliki pengaruh besar dalam
pengembangan standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat yaitu:
a. SEC
b. AICPA
c. FASB
d. GASB
4. Akuntansi keuangan modern dengan demikian merupakan produk dari berbagai
pengaruh dan kondisi, lima kondisi yang memerlukan pertimbangan khusus yaitu
sebagai berikut:
a. Akuntansi mengakui bahwa manusia hidup di dalam dunia yang langka atau
terbatas akan sumber.

14
b. Akuntansi mengakui bahwa dalam lingkungan masyarakat, sumber produktif
(untuk Indonesia, kecuali yang tersirat dalam pasal 33 UUD 1945) umumnya
dimiliki oleh pihak swasta.
c. Akuntansi mengakui bahwa aktivitas ekonomi diperlukan secara terpisah
menjadi unit tertentu badan usaha.
d. Akuntansi mengakui bahwa dalam perkembangan yang pesat, kompleksitas
sistem ekonomi, beberapa (pemilik dan investor) mempercayakan pengelolaan
dan pengendalian atas kekayaan kepada pihak lain (manajer professional).
e. Akuntansi mengakui bahwa sumber ekonomi, kewajiban ekonomi, dan residu
kepemilikan harus dinyatakan dalam ukuran uang.
5. Akuntansi merupakan suatu sistem yang memberikan informasi umpan balik
kepada organisasi dan individu yang dapat mereka gunakan untuk mewarnai
lingkungannya.
6. Ketika menghadapi dilema dalam akuntansi, maka langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam proses kesadaran etis dan pengambilan keputusan adalah:
a. Menagakui situasi etika dan dilema etika.
b. Bergerak kearah penyelesaian etika dengan mengidentifikasi dan menganalisis
elemen utama dalam situasi.
c. Identifikasi alternatif dan besar pengaruh setiap alternatif pada berbagai
pemangku kepentingan.
d. Pilih alternatif terbaik dengan mempertimbangkan seluruh keadaan dan
konsekuensi.
7. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang merupakan
ringkasan kondisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan di sertai
informasi lainnya baik informasi yang wajib dilaporkan maupun informasi yang
bersifat sukarela dilaporkan merupakan pelaporan keuangan.

15
Pertanyaan/Diskusi
1. Jelaskan bagaimana perkembangan teknologi mempengaruhi perkembangan
akuntansi.
2. Jelaskan perbedaan akuntansi keuangan dengan akuntansi manjerial. Jelaskan
mengapa terjadi pengelompokan atas disiplin akuntansi.
3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang standar akuntansi dan jelaskan tentang
standar akuntansi di Indonesia.
4. Berbeda dengan anggota APB, dimana sebagian besarnya harus merupakan
akuntan publik dan anggota AICPA, anggota FASB tidak harus seorang akuntan
publik. Karena anggota FASB bekerja secara purna waktu, maka diharuskan
melepaskan seluruh jabatan lamanya yang diemban di organisasi lainnya, tidak
seperti anggota APB, yang tidak dibayar dan bersifat paruh waktu, serta dapat
tetap memegang jabatan lama di organisasi lainnya. Dengan kata lain anggota
FASB diharuskan memutuskan semua ikatan yang ada dengan organisasi lainnya
di luar FASB. Mengapa harus dikeluarkan ketentuan bahwa anggota badan
pembentuk standar tidak harus seorang akuntan public dan mengapa mereka harus
bekerja purna waktu serta harus melepaskan semua ikatan dengan organisasi
lainnya? Bandingkanlah kondisi tersebut dengan kondisi badan pembentuk
standar akuntansi di Indonesia, jelaskan pendapat anda.
5. “Akuntansi mempunyai peranan penting dalam peningkatan standar hidup karena
dapat membantu di dalam mengidentifikasi efisien dan ketidakefisienan pihak
yang menggunakan atau mengkonsumsi sumber tersebut”. Jelaskan makna
kalimat tersebut dengan disertai contoh.
6. Akuntansi mengakui bahwa dalam perkembangan yang pesat, kompleksitas
sistem ekonomi, beberapa (pemilik dan investor) mempercayakan pengelolaan
dan pengendalian atas kekayaan kepada pihak lain (manajer professional).
Jelaskan peran akuntansi dalam kondisi demikian.
7. Jelaskan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi dilema etika dalam
akuntansi
8. Jelaskan perbedaan laporan keuangan dengan pelaporan keuangan.

16
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL YANG MENDASARI
AKUNTANSI KEUANGAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang:
A. Sifat Konseptual Kerangka Kerja Akuntansi Konseptual
B. Pengembangan Suatu Kerangka Kerja Konseptual

Banyak orang menyatakan bahwa akuntansi hanyalah ilmu yang bersifat klerikal, isinya
hanya debet dan kredit, sehingga ada yang menyatakan bahwa akuntansi ilmunya tukang, ketika
laporan keuangan sudah selesai, debet dan kredit sudah seimbang (balance) maka akuntansi
sudah berakhir. Namun sesungguhnya tidaklah demikian. Di dalam akuntansi terdapat
prinsip/standar. Namun prinsip akuntansi tidak seperti pada ilmu alam atau matematika karena
tidak diturunkan atau dibuktikan dengan hokum alam dan tidak dipandang sebagai kebenaran
atau aksioma yang mendasar. Standar akuntansi didukung dan dibenarkan oleh naluri (intuisi),
kewenangan dan dapat diterima oleh standar tersebut. Karena sulitnya untuk mensubstansikan
(menghakikatkan) standar akuntansi secara objektif, pengalaman, serta argumentasi sehubungan
dengannya, dapat menurunkan derajatnya menjadi kebenaran yang seolah-oleh sakral (quasi-
religius dogmatis). Akibatnya sanksi dan kredibilitas atas standar akuntansi didasarkan pada
pengakuan umum dan penerimaan yang bergantung pada kriteria bermanfaat, keterhubungan,
dipercaya, biaya-manfaat dan pertimbangan materialitas.
Dalam akuntansi, teori sudah ada. Tujuan filosofis, teori normatif (yang terbentuk dari
kebiasaan praktik-praktik sehat), konsep-konsep yang berhubungan, keandalan definisi, serta
aturan-aturan yang rasional membentuk kerangka kerja konseptual. Lebih lanjut, filosofi
akuntan, penteorian, pertimbangan, pembuatan dan kehati-hatian sebagai suatu bagian penting
(utama) dari praktik-praktik akuntansi saat ini, seperti mencari kebenaran dan fakta, suatu
pertimbangan apakah pengertian penyajian yang wajar, dan pertimbangan dorongan perilaku
oleh penyajian, sering digambarkan secara berlebihan oleh pemunculan yang rinci, akurat dan

17
mengarah pada objektif yang disertai penggunaan angka untuk menyatakan hasil keuangan atas
suatu badan usaha.

A. Sifat Konseptual Kerangka Kerja Akuntansi Keuangan


Sifat suatu kerangka kerja konseptual seperti konstitusi, merupakan suatu kesatuan
sistem atau hubungan antara tujuan dan dasar yang menuntun pada standar yang
konsisten dan menjelaskan sifat, fungsi, batasan akuntansi keuangan, dan laporan
keuangan.
Mengapa suatu kerangka kerja konseptual penting? Hal ini dimaksudkan untuk:
1. Meningkatkan keyakinan dalam pelaporan keuangan dan meningkatkan makna
keterbandingan di antara berbagai laporan keuangan, dan
2. Masalah praktik yang baru dan sedang berkembang harus dapat lebih cepat
diselesaikan dengan acuan kerangka kerja atas teori dasar.

B. Pengembangan Suatu Kerangka Kerja Konseptual


Banyak organisasi ataupun individu yang berkepentingan yang telah berusaha
mencoba mengembangkan dan menerbitkan kerangka kerja konseptual, tetapi tidak ada
kerangka kerja tunggal yang diterima secara umum dan mendasari praktik-praktik kerja.
Yang paling sukses adalah statement No.4 yang dikeluarkan oleh APB mengenai “
Konsep Dasar dan Prinsip Akuntansi yang Mendasari Laporan Keuangan Perusahaan”.
Kerangka kerja konseptual menghasilkan tujuan dan dasar-dasar praktik akuntansi
ataupun pelaporan keuangan yang ada sekarang. Hal ini membantu para pengguna untuk
memahami tujuan, isi dam karakteristik informasi yang dihasilkan oleh akuntansi.
Kerangka konseptual tidak hanya membantu kita memahami praktik akuntansi yang ada,
tetapi juga memberikan pedoman untuk praktik-praktik di kemudian hari jika akuntansi
dihadapkan pada perkembangan-perkembangan baru yan belum diatur dalam standar-
standar akuntansi yang berterima umum, di Indonesia dikenal dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), maka kerangka kerja konseptual yang mendasari akuntansi keuanan
akan memberikan refrensi untuk menganalisis dan menyelesaikan isu-isu yang
berkembang.

18
Kerangka kerja konseptual juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling
tepat untuk pelaporan aktivitas perusahaan. Untuk transaksi-transaksi tertentu terdapat
lebih dari satu alternatif pelaporan yang dapat dibenarkan atau yang berterima umum.
Konsep-konsep dasar memberikan pedoman untuk memilih alternatif untuk
mencerminkan posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan dengan cara yang paling
akurat untuk suatu perusahaandalam suatu lingkungan tertentu. Kerangka kerja
konseptual membantu proses pelaporan agar memberikan hasil yang lebih layak.
Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menerbitkan enam Statement
of Financial Accounting Concept (SFAC) yang berhubungan dengan pelaporan keuangan
antara lain sebagai berikut:
1. SFAC No. 1 tentang Tujuan Pelaporan Keuangan Oleh Perusahaan, menyajikan
maksud dan tujuan akuntansi
2. SFAC No. 2 tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi, menguji
karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3. SFAC No. 3 tentang Elemen-Elemen Laporan Keuangan Perusahaan,
menyediakan definisi atas item laporan keuangan.
4. SFAC No. 5 tentang Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan
Perusahaan, membentuk kriteria dasar pengakuan dan pengukuran serta pedoman
atas informasi yang secara formal harus dinyatakan dalam laporan keuangan.
5. SFAC No. 6 tentang Elemen-Elemen Laporan Keuangan, menggantikan SFAC No.
3 Elemen Laporan Keuangan perusahaan yang diperluas lingkupannya mencakup
organisasi nirlaba.
6. SFAC No. 7 tentang Penggunaan Arus Kas dan Nilai Tunai dalam Pengukuran
Akuntansi, memberikan kerangka kerja bagi para pemakai arus kas masa depan yang
diharapkan dan nilai tunai atau nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.

Selanjutnya seluruh SFAC tersebut dapat digambarkan menjadi tiga tingkatan, antara
lain sebagai berikut:
1. Tingkat pertama, tujuan-tujuan dasar, mengidentifikasikan maksud dan tujuan
akuntansi yang merupakan bagian pembentuk kerangka kerja konseptual.

19
2. Tingkat kedua, ciri kualitatif yang membuat informasi akuntansi bermanfaat dan
definisi elemen-elemen laporan keuangan.
3. Tingkat ketiga, adalah konsep pengukuran dan pengakuan yang digunakan oleh
akuntan dalam membentuk dan menerapkan standar akuntansi.
Konsep pengukuran dan pengakuan, mendorong penggunaan asumsi-asumsi
dasar, prinsip-prinsip dasar dan kendala-kendala yang menjelaskan lingkungan
pelaporan yang ada.
Ketiga tingkatan yang dijelaskan dalam SFAC tersebut disajikan di gambar 2.1

Gambar 2.1
Kerangka dasar akuntansi keuangan

Konsep Pengakuan dan Pengukuran

Tingkat Asumsi Prinsip Kendala


III

Ciri kualitatif Elemen


Tingkat Informasi Laporan
akuntansi Keuangan
II

Tujuan
Laporan
Tingkat Keuangan
I

1. Tingkat Pertama, Tujuan-Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan (neraca), kinerja perusahaan (daftar laba-rugi), serta perubahan posisi

20
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian laoran
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian-kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi yang bersifta nonkeuangan.
Tujuan pelaporan keuangan dibedakan menjadi tiga tujuan dasar yaitu: tujuan
umum, tujuan khusus, dan tujuan tambahan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan. Pelaporan keuangan harus mampu
memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dam kreditor yang ada dan
yang potensial serta para pemakai lainnya dalam mengambil keputusan yang
rasional mengenai investasi, kredit dan keputusan sejenis lainnya. Informasi itu
harus dapat dimengerti oleh orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang
aktivitas usaha dan ekonomi, serta mereka yang mempunyai keinginan untuk
mempelajari informasi tersebut secara seksama. Penekanan dalam tujuan umum
ini terletak pada investor dan kreditor sebagai pengguna eksternal yang paling
utama, karena dengan memenuhi kebutuhan mereka, maka hamper semua
kebutuhan pihak lainnya akan terpenuhi. Tujuan pelaporan keuangan diusahakan
bercakupan luas agar memenuhi berbagai kebutuhan para pemakai. Jadi, tujuan
umum pelaporan keuangan adalah berusaha untuk memenuhi kepentingan umum
dari berbagai pengguna potensial yang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
khusus kelompok terentu saja.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus atas pelaporan keuangan adalah menghasilkan informasi untuk
hal-hal berikut:
1). Memperkirakan prospek arus kas

21
Para investor dan kreditor sangat menaruh perhatian pada arus kas masa yang
akan datang. Investor mengharapkan akan menerima hasil dari investasinya
dalam bentuk dividen tunai dan pada akhirnya akan menjual investasi yang
dimilikinya dengan harga yang lebih tinggi dari harga perolehannya.
Sementara itu kreditor berharap untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran
tunainya dengan menerima pembayaran kembali pinjaman yang diberikan dan
menaikkan sumber kasnya dari pembayaran bunga. Dalam pengambilan
keputusan, para investor dan kreidtur harus mempertimbangkan jumlah, waktu
dan ketidakpastian dari arus kas tersebut.
2). Memahami kondisi keuangan perusahaan
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai keadaan
keuangan perusahaan. Ini bertujuan untuk membantuk para investor dan
kreditor serta pemakai laporan lainnya dalam memahami kekuatan dan
kelemahan keuangan perusahaan, selain mengenai likuiditas dan solvabilitas
perusahaan.
3). Memahami kinerja perusahaan
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai kinerja suatu
perusahaan untuk suatu periode tertentu. Kinerja perusahaan ini diukur
dengan laba dan komponen-komponennya yang diperoleh dari hasil-hasil
usahanya.
4). Memahami bagaiman kas diperoleh dan digunakan
Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai arus kas
perusahaan selama satu periode tertentu. Tujuan ini meliputi pinjaman dan
pembayaran kembali dana pinjaman, transaksi-transaki yang berkaitan dengan
modal, serta factor-faktor lainnya yang mempengaruhi likuiditas dan
solvabilitas perusahaan.
c. Tujuan tambahan
Tujuan tambahan atas pelaporan keuangan adalah harus mampu
menyediakan informasi yang memungkinkan para manajer dan krditur
perusahaan untuk mengambil keputusan sesuaidengan kepentingan pemilik

22
perusahaan. Memungkinkan para pemilik perusahaan untuk memperkirakan
seberapa baik kinerja manajer dan direktur telah menunaikan tanggung jawabnya
dalam mengelola perusahaan dengan sumber-sumber yang dipercayakan
kepadanya.

Dalam menyediakan informasi kepada pengguna laporan, profesi akuntansi


mendasari pada tujuan umum laporan keuangan, untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat dengan biaya yang minimal kepada kelompok pengguna.

2. Tingkat Kedua, Konsep Dasar (Ciri Kualitatif Informasi Akuntansi dan Elemen
Laporan Keuangan)
a. Ciri Kualitatif Informasi Akuntansi
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dapat diperbandingkan dan
konsistensi.
1). Dapat dipahami
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera
dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai informasi diasumsikan mempunyai
pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar. Walaupun demikian, kesulitan pemakai untuk memahami
informasi tertentu tidak dapat digunakan sebagai alas an untuk tidak
memasukkan informasi itu ke dalam laporan keuangan.
2). Relevan
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan
atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka d masa lalu. Relevansi informasi
bermanfaat dalam peramalan dan penegasan, yang keduanya berkaitan satu

23
sama lain. Prediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan serta hal lainnya
seringkali didasarkan pada informasi posisi keuangan dan kinerja masa lalu.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan
relevansinya, misalnya pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi
penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa
mempertimbangkan materialitas hasil yang dicapai segmen itu. Informasi
dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam membuat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai yang diambil berdasarkan laporan keuangan. Materialitas tergantung
pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus
dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.
Karenanya materialitas lebih merupakan ambang batas atau titik pemisah dan
bukan sebagai karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar
informasi dipandang berguna.
3). Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki kulitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari
yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Keandalan ini penting dan dapat mempengaruhi relevansi karena jika hakikat
dan penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
Keandalan informasi dipengaruhi oleh:
(a). Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau secara
wajar dapat diharakan untuk disajikan. Terdapat risiko penyajian yang
timbul tanpa disengaja, tetapi karena kesulitan yang melekat dalam
mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau

24
dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyejian yang
sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut.
(b). Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajian, maka peristiwa tersebut
perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transkasi atau peristiwa
lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
(c). Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan inforasi yang menguntungkan beberapa
pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
(d). Pertimbangan sehat
Ketidakpastian yang dihadapi dalam penyusunan laporan keuangan
diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatan pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban
tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan
pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan, dan sengaja
menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan
kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan
menjadi tidak netral, dank arena itu, tidak mempunyai kualitas andal.

25
(e). Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau
menyesatkan dank arena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna
ditinjau dari segi relevansi.

4). Dapat dibandingkan


Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan
antarperiode untuk mengidentifikasi kecendrungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisikeuangan secara relatif. Oleh karenanya, pengukuran dan penyajian
transaksi yang sama harus dilakukan secara konsisten. Daya banding tidak
berarti keseragaman, sehingga menghalangi penggunaan standar akuntansi
yang lebih baik.

26
Gambar 2.2
Hirarki Sifat Kualitas Informasi dalam SFAC Nomor 2 adalah sebagai
berikut:

Pemakai informasi
Pengambil keputusan

Kualitas spesifik pemakai Dapat dipahami

Kualitas tertinggi Kegunaan Keputusan

Kualitas Primer Relevan Keandalan

Nilai Nilai Ketepatan Daya Netralitas Penyajian


Prediktif Umpan waktu uji jujur
balik

Kualitas skunder Daya Konsistensi


banding

Hubungan Materialitas Praktek Konservatisme


Kendala Biaya manfaat Industri

b. Elemen-elemen Laporan Keuangan


Suatu aspek pentingdalam pengemabnagn berbagai struktur teori adalah
pembentukan badan elemen atau definisi. SFAC No. 6 menefiniskan sepuluh
elemen yang saling berhubungan yang secara langsung berhubungan dengan
pengukuran kinerja dan status keungan perusahaan. Elemeian-elemen tersebut
antara lain sebagai berikut:

27
1). Aktiva
Merupakan kemungkinan manfaat ekonomis pada masa yang akan datang
yang dimiliki atau dikendalikan sutau perusahaan sebagai hasil transaksi atau
kejadian pada masa lalu.
2). Kewajiban
Merupakan kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis pada masa yang
akan datang yang ditimbulkan dari kewajiban-kewajiban perusahaan yang
ada pada saat ini untuk mengorbankan aktiva atau memberikan jasa kepada
pihak lain sebagai akibat dari transaksi atau kejadian pada masa lalu.
3). Ekuitas
Merupakan hasil residu (nilai sisa) dari aktiva suatu perusahaan setelah
dikurangi dengan kewajiban. Dalam suatu perusahaan, ekuitas merupakan
bagian kepemilikan.
4). Investasi oleh pemilik
Merupakan pertambahan aktiva bersih, dan sesuatu yang bernilai dalam
penyertaan dari perusahaan atau pihak lain untuk memperoleh atau
memperbesar bagian kepemilikan dalam penyertaan oleh pemilik, namun
demikian dapat juga termasuk jasa ataupun pelunasan kewajiban perusahaan.
5). Distribusi kepada pemilik
Merupakan pengurangan aktiva bersih suatu perusahaan sebagai hasil suatu
pemindahan aktiva, pelayanan jasa atau terciptanya kewajiban oleh
perusahaan kepada pemilik. Pengamambilalhihan kepada mengurangi bagian
kepemilikan dalam suatu perusahaan atau memberikan jasa kepada pihak lain
sebagai akibat transaksi atau kejadian pada masa lalu.
6). Laba komprehensif
Perubahan dalam ekuitas suatu perusahaan selama suatu periode tertentu
akibat transaksi dan kejadian serta keadaan lainnya yang berasal dari sumber-
sumber yang bukan dari pemilik. Termasuk pula semua perubahan dalam
ekuitas selama suatu periode, kecuali yang berasal dari penyertaan oleh
pemilik dan pengembalian kepada pemilik.

28
7). Pendapatan
Merupakan pemasukan atau peningkatan aktiva suatu perusahaan atau
penyelesaian kewajiban perusahaan atau gabungan keduanya selama suatu
periode tertentu akibat penyerahan atau pembuatan suatu produk, pelayanan
jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang
berkesinambungan.
8). Beban
Merupakan pengeluaran atau penggunaan aktiva atau terciptanya kewajiban
atau gabungan keduanya selama periode tertentu akibat penyerahan atau
pembuatan produk, pelayanan jasa atau kegiatan lain yang merupakan
kegiatan utama perusahaan yang berkesinambungan.
9). Keuntungan
Merupakan pertambahan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan
kegiatan utama atau secara kebetulan terjadi pada suatu perusahaan serta
akibat transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi perusahaan selama
satu periode tertentu kecuali hasil pendapatan atau investasi yang berasal dari
pemilik.
10). Kerugian
Merupakan pengurangan ekuitas akibat transaksi yang bukan merupakan
kegiatan utama atau secara kebetulan terjadi pada suatu perusahaan serta
akibat transaksi dan kejadian lainnya yang mempengaruhi perusahaan selama
satu periode tertentu kecuali beban dan distribusi kepada pemilik.

3. Tingkat Ketiga Konsep Pengakuan dan Pengukuran (Asumsi, Prinsip dan Kendala)
Pengakuan adalah proses pencatatan suatu item yang berakhir pada pelaporannya
di dalam laporankeuangan. Untuk memenuhi syarat pengakuan ini, suatu item harus
memenuhi empat kriteria yaitu definisi, dapat diukur, relevansi dan keandalan. Agar
suatu item dapat diakui, mata item tersebut harus memenuhi salah satu definisi
mengenai elemen-elemen laporan keuangan. Informasi mengenai item tertentu
haruslah relevan dan andal agar dapat diakui. Karena seringkali terjadi pertentangan

29
antara relevansi dan keandalan, maka pertimbangan mengenai keduanya dapat
mempengaruhi saat (timing) pengakuan.
Keempat kriteria pengakuan utama tersebut berlaku untuk semua elemen laporan
keuangan. Akan tetapi, karena salah satu dari tugas utama akuntansi adalah untuk
mengukur dan melaporkan laba (rugi) bersih, maka penerapan yang tepat atas kriteia
pengakuan ini sangat diperlukan dalam hal pengakuan pendapatan dan pengakuan
beban.
Konsep pengakuan dan pengukuran meliputi asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip
dasar akuntansi dan kendala-kendala.
a. Asumsi-asumsi dalam akuntansi
Asumsi dasar yang mendasari strukutr akuntansi keuangan yaitu:
1). Asumsi dasar akrual/accrual basis
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual.
Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (bukannya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan
pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar
akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa
lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan
kas yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu laporan keuangan
menyediakan jenis transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling
berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2). Asumsi entitas/kesatuan ekonomi/economic entity


Merupakan asumsi pokok dalam akuntansi bahwa aktivitas ekonomi dapat
diidentifikasi dengan satu unit pertanggungjawaban yang jelas. Dengan
perkataan lain, aktivitas suatu perusahaan dapat dipisahkan atau dibedakan
dari unit lainnya dan pemilik perusahaan. Jika terdapat cata yang berarti
untuk memisahkan seluruh aktivitas ekonomi yang terjadi, tidak ada dasar

30
bagi disiplin akuntansi untuk tetap ada (eksis). Lebih lanjut, konsep ini tidak
secara penting mengacu pada kesatuan hukum. Perusahaan induk dan anak
adalah terpisah menurut kesatuan hukum, tetapi untuk tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangan seluruh aktivitas disatukan atau digabungkan dan hal ini
tidak bertentangan dengan asumsi ini.

3). Asumsi kelangsungan usaha/going concern


Sebagian besar metode akuntansi didasarkan pada asumsi bahwa perusahaan
akan ada dalam waktu yang tidak terbatas. Pengalaman menunjukkan,
bahwa meskipun banyak perusahaan yang gagal, namum tetap memiliki
tingkat kesinambungan yang tinggi dan wajar, sepanjang tidak dilikuidasi.
Asumsi ini mendukung dilaksanakannya penyusutan dan amortisasi dari
suatu dasar nilai historis. Dukungan yang sama juga diberikan pada
penanaman (investasi) lancar dan tidak lancar, jangka pendek dan jangka
panjang.

4). Asumsi unit moneter (monetary unit)


Akuntansi yang didasarkan pada asumsi bahwa uang merupakan alat
pengukur atau pembilang umum di dalam aktivitas ekonomi berlangsung,
serta sebagai suatu dasar yang memadai bagi akuntansi untuk melakukan
pengukuran dan analisis. Asumsi ini mengakibatkan bahwa satuan keuangan
merupakan cara yang paling efektif untuk menyatakan kepada pihak yang
berkepentingan atas perubahan dalam modal dan perubahan barang-jasa.
Satuan keuangan adalah relevan, sederhana, tersedia secara umum, dapat
dimengerti, dan bermanfaat. Dukungan asumsi ini juga mensyaratkan bahwa
satuan keuangan sebagai unit pengukur dianggap stabil, jika tidak mungkin
dapat dipertimbangkan untuk menggunakan akuntansi inflasi.

31
5). Asumsi periodesitas
Cara umum yang paling tepat untuk mengukur hasil dari aktivitas atau
kegiatan perusahaan adalah menunggu hingga tiba waktu (saat) dilikudasi.
Akan tetapi berbagai pihak yang berkepentingan tidak dapat menunggu
secara tidak jelas untuk kebutuhan mereka akan informasi perusahaan
tersebut. Dengan demikian asumsi ini mnesyaratkan bahwa perusahaan dapat
dibagi ke dalam periode waktu buatan. Periode waktu in bervariasi, tetapi
umumnya secara bulanan, kuartalan atau tahunan.

b. Prinsip-prinsip dalam akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi, yaitu:


1). Prinsip biaya historis (historical cost principles)
Secara tradisional penyaji dan pengguna laporan keuangan menemukan
bahwa biaya atau harga perolehan adalah dasar umum yang berguna untuk
pengukuran dan pelaporan akuntansi. Akibatnya, prinsip akuntansi saat ini
menghendaki agar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan pada
dasar harga perolehannya. Hal ini sering disebut sebagai prinsip harga
historis. Harga perolehan mempunyai satu keuntungan penting dari dasar
penilaian lain. Yaitu dapat dipercaya dan diuji. Sekali dibentuk, harga
perolehan tetap digunakan sepanjang aktiva tersebut digunakan. Untuk
mempercayai informasi yang disajikan, pengguna internal dan eksternal
harus mengetahui bahwa informasi adalah akurat dan didasarkan pada fakta.
Dengan menggunakan prinsip historis sebagai dasar pencatatan, akuntan
dapat menyajikan laporan mereka secara objektif dan data dalam laporan
keuangan dapat diuji keabsahannya.
Atribut-atribut pengukuran lainnya yang sekarang banyak digunakan dalam
pelaporan akuntansi, antara lain sebagai berikut:
(a). Biaya pengganti saat ini (current replacement cost)
Merupakan harga tunai ekuivalen yang akan dibayarkan sekarang untuk
membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama.
(b). Harga pasar saat ini ( current market value)

32
Merupakan harga tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual
suatu aktiva dalam likuidasi yang dilaksanakan secara terarah.
(c). Nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value)
Merupakan jumlah kas yang diperkirakan akan diterima atau
dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan
normal perusahaan. Pada umumnya, nilai bersih yang dapat direalisasi
sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-biaya penjualan
normal.
(d). Nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value)
Merupakan jumlah arus kas masuk neto (bersih) pada masa yang akan
datang yang dinilai tunaikan pada saat sekarang.

Trade-off antara relevansi dan keandalan yang telah dikemukakan


sebelumnya juga dapat terlihat dalam mempertimbangkan atribut pengukuran
mana yang akan digunakan. Praktik akuntansi yang sedang berlaku sekarang
banyak menggunakan dasar pengukuran harga atau biaya historis dalam
pencatatan setiap transaksi pertama kali karena dasar inilah yang paling
objektif dan dapat dibuktikan. Dengan demikian harga historis merupakan
harga pasar yang wajar dari suatu item pada saat terjadinya transaksi. Karena
harga historis memenuhi kriteria relevansi dan dapat diandalkan, maka dalam
praktik akuntansi sering digunakan sebagai dasar penilaian. Namun
demikain, atribut-atribut pengukuran lainnya juga dapat digunakan dan
diharapkan akan terus berlanjut pada masa yang akan datang. Atribut
pengukuran yang tepat adalah atribut yang dalam keadaan tertentu yang
dihadapi memberikan informasi yang paling bermanfaat (relevan dan andal)
yang dapat dihasilkan dengan bebab (pengorbanan yang pantas).

2). Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principles)


Pendapatan adalah aliran kas masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari
penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama

33
suatu periode tertentu. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya
pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi
penjualan dengan pihak yang bebas. Istilah pendapatan dalam prinsip ini
merupakan istilah yang luas, di mana di dalam pendapatan termasuk juga
pendapatan bunga, sewa, laba penjualan aktiva dan lain-lain. Batasan umum
yang biasanya digunakan adalah semua perubahan dalam jumlah bersih
aktiva selain yang berasal dari pemilik perusahaan.
Biasanya pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau
jasa, yaitu pada saat ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang
diukur dengan aktiva yang diterima. Tetapi ketentuan umum ini tidak selalu
dapat diterapkan sehingga timbul beberapa ketentuan lain mengenai saat
untuk mengakui pendapatan. Pengecualian-pengecualian itu adalah
pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai, selama masa produksi dan
pada saat kas diterima.
Pengakuan pendapatan pada sat produksi selsesai dapat digunakan dalam
penambangan logam mulia seperti emas dan perak. Barang-barang seperti ini
mempunyai pasar dan harga yang pasti. Karena adanya kepastian tentang
besarnya pendapatan walaupun belum terjadi penjualan, pendapatan dapat
diakui pada saat produksi selesai.
Pengakuan pendapatan selama masa produksi biasanya terjadi dalam
kontrak pembangunan jangka panjang. Di sini pendapatan diakui berdasarkan
persentase penyelesaian dalam pekerjaan pembangnan walaupun belum
terjadi serah terima. Dengan cara seperti ini pendapatan dapat diakui dalam
periode-periode di mana pekerjaan pembangunan dikerjakan, dan tidak harus
menunggu sampai seluruh pekerjaan selesai dan dilakukan serah terima.
Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan uang dapat terjadi dalam
penjualan angsuran. Dalam transaksi penjualan seperti ini, kepastian tentang
penerimaan seluruh harga jual adalah kecil karena lamanya waktu angsuran.
Oleh karena kecilnya kepastian ini maka pendapatan diakui sebesar jumlah
uang yang sudah diterima.

34
3). Prinsip penandingan/mempertemukan (matching principles)
Yang dimaksud dengan prinsip mempertemukan adalah prinsip
mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena biaya
tersebut. Prinsip ini berguna untuk menentukan besarnya penghasilan bersih
setiap periode. Karena biaya itu harus dipertemukan dengan pendapatannya
maka pembebanan biaya sangat tergantung dengan saat pengakuan
pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda, maka pembebanan
biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
Penerapan prinsip ini menghadapi beberapa kesulitan. Misalnya, dalam hal
biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan,
maka sulit untuk mempertemukan biaya dengan pendapatannya. Sebagai
contoh, biaya administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan
pendapatan perusahaan. Kesulitan seperti ini diatasi dengan cara
membebankan biaya-biaya tersebut ke periode waktu terjadinya. Biasanya
biaya-biaya seperti ini disebut dengan period costs. Sebaliknya, biaya
produksi seperti biaya bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tidak
langsung, mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan, sehingga
dapat dengan mudah dipertemukan. Kesulitan yang lain seperti dalam hal
biaya yang mempunyai manfaat untuk beberapa periode. Biaya-biaya seperti
ini ditunda pembebanannya karena mempunyai fungsi menimbulkan
pendapatan. Masalahnya adalah alokasi setiap periodenya. Dasar alokasi
yang digunakan dalam metode-metode depresiasi dan amortisasi hampir
semuanya berdasarkan taksiran-taksiran yang tidak jelas hubungannya
dengan pendapatan.
Salah satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu
(accrual basis) dalam pembebanan biaya. Dalam prakteknya digunakan
jurnal-jurnal penyesuaian setiap akhir periode untuk mempertemukan biaya
dengan pendapatan

35
4). Prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure principles)
Yang dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure
principles) adalah menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan
keuangan. Karena informasi yang disajikan itu merupakan ringkasan dari
transaksi-transaksi dalam satu periode dan juga saldo-saldo dari rekening-
rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua informasi-
informasi yang ada ke dalam laporan keuangan. Biasanya keterangan
tambahan atas informasi dalam laporan keuangan dibuat dalam bentuk (a)
catatan kaki, (b) dalam laporan euangan, biasanya dituliskan dalam kurung di
bawah elemen yang bersangkutan, atau dengan memakai rekening-rekening
tertentu dan (c) sebagai lampiran-lampiran.
Keterangan tambahan dengan menggunakan catatan kakibiasanya karena
tidak diinginkan untuk mengganggu laporan keuangan yang dibuat. Catatan
kaki ini digunakan untuk menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a). Standar akuntansi yang digunakan
b).Perubahan-perubahan, seperti perubahan dalam prinsip akuntansi, taksiran-
taksiran, kesatuan usaha dan juga kalau ada koreksi-koreksi kesalahan.
Catatan kaki ini juga menunjukkkan perlakuan terhadap erubahan-
perubahan tersebut, apakah dengan cara kumulatif, retroaktif dan lain-lain.
c). Adanya kemungkinan timbulnya rugi atau laba bersyarat.
d). Informasi tentang modal perusahaan, seperti jumlah lembar saham dan
lain-lain.
e). Kontrak-kontrak pembelian, kontrak-kontrak penting lainnya, adanya
option atau warrant untuk saham dan lain-lain.

Keterangan tambahan yang ditunjukkan dalam dalam laporan keuangan


dengan cara catatan dalam kurung biasanya dibuat bila keterangan tersebut
tidak terlalu panjang. Penggunaan rekening sebagai informasi tambahan
memerlukan proses pencatatan seperti transaksi-transaksi lainnya. Cara ini
biasanya digunakan untuk menunjukkan metode-metode atau prinsip yang

36
digunakan, misalnya penentuan harga pokok persediaanmenggunakan
metode LIFO, metode ini bisa ditunjukkan sebagai keterangan dalam kurung.
Penggunaan rekening sebagai alat untuk menunjukkan adanya informasi
tambahan digunakan untuk menunjukkan utang bersyarat seperti wesel yang
didiskontokan dan lain-lain.
Keterangan tambahan yang dibuat sebagai lampiran laporan keuangan
biasanya digunakan untuk menunjukkan perhitungan-perhitungan detail yang
mendukung suatu jumlah tertentu, atau menunjukkan informasi-informasi
keuangan berdasar pada indeks harga. Keterangan-keterangan dari pimpinan
perusahaan mengenai perusahaan dapat juga dibuat dalam bentuk lampiran.

5). Prinsip konsistensi (consistency principles)


Pimpinan perusahaan bertanggung jawab terhadap laporan keuangan yang
disusunnya. Tujuan penyusunan laporan keuangan ini adalah untuk
menunjukkan keadaan keuangan dan hasil kegiatan perusahaan dalam satu
periode akuntansi. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, haruslah dipilih
metode-metode dan prosedur-prosedur akuntansi yang paling sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan perusahaan. Selain itu laporan keuangan perusahaan
seringkali dibandingkan dengan laporan tahun sebelumnya, dengan tujuan
untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai. Agar laporan keuangan
dapat dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan
prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan
secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara
suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu
bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.
Konsisten tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi
masih dimungkinkan untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai.
Tetapi jika ada penggantian metode, maka akibat (selisih) yang cukup berarti
(material) terhadap laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan,

37
tergantung dari sifat dan perlakuan terhadap perubahan metode atau prinsip
tersebut.

c. Kendala-kendala dalam akuntansi


Dalam penyajian informasi yang dengan karakteristik kualitatif yang
membuatnya berguna terdapat beberapa kendala-kendala yakni:
1). Hubungan biaya manfaat (cost-benefit relationship)
Seringkali pengguna mengasumsikan bahwa informasi merupakan komoditas
bebas biaya. Tetapi penyaji informasi akuntansi mengetahui bahwa tidak
demikian kenyataannya. Biaya penyiapan informasi harus diukur dan
dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh dari penggunaan informasi
tersebut. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan informasi harus lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi tersebut.
2). Materialitas (materiality)
Pada dasarnya akuntansi itu disusun di atas landasan teori yang akan
diterapkan untuk mencatat transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu cara
tertentu. Akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua transaksi
diperlakukan sesuai dengan teori. Biasanya transaksi-transaksi yang
jumlahnya cukup besar diperlakukan sesuai dengan teori, tetapi untuk
transaksi yang jumlahnya kecil dan tidak akan mempengaruhi pos-pos lain
bisa diperlakukan menyimpang. Yang menjadi masalah adalah, berapakah
jumlah yang dianggap cukup besar sehingga perlu dipertimbangkan?. Untuk
membuat batasan terhadap istilah cukup berarti, suatu laporan, fakta atau
elemen dianggap cukup berarti jika karena adanya dan sifatnya akan
mempengaruhi atau menyebabkan timbulnya perbedaan dalam pengambilan
keputusan, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan lain yang ada. Jadi
apabila laporan, fakta atau elemen itu tidak mempengaruhi atau
menyebabkan timbulnya perbedaan dalam bidang pengambilan keputusan,
maka jumlahnya tidak cukup berarti.

38
Beberapa pedoman umum yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu pos cukup berarti atau tidak, adalah sebagai berikut:
a). Aspek kuantitatif
Berdasarkan pada jumlah absolut, misalnya jumlah rupiah, atau
berdasarkan pada nilai relatif, misalnya sebagai suatu persentase dari
jumlah pendapatan bersih, dari modal dan lain sebagainya.
b). Aspek kualitatif
Mempertimbangkan karakteristik dari lingkungan, karakteristik dari
perusahaan seperti besar kecilnya perusahaan, struktur modal, karakteristik
dari elemen itu sendiri seperti sifatnya, waktunya, hubungannya dengan
pendapatan dan karakteristik dari kebijakan-kebijakan akuntansi yang
digunakan.
3). Praktik-praktik industri
Industri-industri yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti bank, asuransi
dan lain-lain sering kali memerlukan prinsip akuntansi yang berbeda dengan
industri-industri lainnya. Juga karena adanya peraturan-peraturan dari
pemrintah terhadap industri khusus ini akan mengakibatkan adanya prinsip-
prinsip akuntansi tertentu yang berbeda dengan yang umumnya digunakan.

4). Konservatisme
Konservatif merupakan sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi
dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuanga. Apabila lebih
dari satu alternatif tersedia maka sikap konservatif ini cendrung memilih
alternatif yang tidak akan membuat aktiva dan pendapatan terlalu besar.
Masalah ini timbul jika ada lebih dari satu alternatif atau bisa juga timbul
dalam hal suatu jumlah itu belum dapat dipastikan.
Sikap konservatif ini berasal dari sejarah pekembangan akuntansi di masa
lalu. Pada saat itu yang penting adalah neraca dan penyusunannya ditujukan
pada para kreditor. Untuk menjaga keamanan pinjaman dari kreditor,
penekanan pada penyusunan laporan keuangan adalah pada jumlah-jumlah

39
aktiva. Lebih baik aktiva dinyatakan terlalu kecil dibandingkan dengan
menyatakannya dengan jumlah yang terlalu besar.
Disamping memilih jumlah yang rendah jika ada alternatif, sikaf konservatif
ini juga mengatur bahwa kenaikan nilai aktiva dan laba yang diharapkan,
tidak boleh dicatat sebelum direalisasikan, dalam arti dijual, dan penurunan
nilai aktiva dan rugi yang diperkirakan akan timbul harus dicatat walaupun
jumlahnya belum dapat ditentukan. Beberapa contoh metode-metode yang
didasarkan pada sikap konservatif adalah penggunaan harga pokok atau
harga pasar yang lebih rendah (comwil) dan pengakuan rugi dalam kontrak
pembelian. Cara ini mengakibatkan penyajian informasi yang bias, yaitu
cendrung ke satu arah, lebih besar atau lebih kecil.

Rangkuman
1. Sifat suatu kerangka kerja konseptual seperti konstitusi, merupakan suatu kesatuan
sistem atau hubungan antara tujuan dan dasar yang menuntun pada standar yang
konsisten dan menjelaskan sifat, fungsi, batasan akuntansi keuangan, dan laporan
keuangan.
2. Kerangka kerja konseptual juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling tepat
untuk pelaporan aktivitas perusahaan.
3. Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menerbitkan enam Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan antara lain sebagai berikut:
4. a. SFAC No. 1 tentang Tujuan Pelaporan Keuangan Oleh Perusahaan
b.SFAC No. 2 tentang Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
c. SFAC No. 3 tentang Elemen-Elemen Laporan Keuangan Perusahaan
d. SFAC No. 5 tentang Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan
Perusahaan.
e. SFAC No. 6 tentang Elemen-Elemen Laporan Keuangan., menggantikan SFAC
No. 3.

40
f. SFAC No. 7 tentang Penggunaan Arus Kas dan Nilai Tunai dalam Pengukuran
Akuntansi.
5. SFAC tersebut dapat digambarkan menjadi tiga tingkatan, antara lain sebagai
berikut:
a. Tingkat pertama, tujuan-tujuan dasar
b. Tingkat kedua, ciri kualitatif yang membuat informasi akuntansi bermanfaat dan
definisi elemen-elemen laporan keuangan.
c. Tingkat ketiga, adalah konsep pengukuran dan pengakuan yang digunakan oleh
akuntan dalam membentuk dan menerapkan standar akuntansi.

Pertanyaan/Diskusi
1. Apa yang dimaksud dengan kerangka kerja konseptual akuntansi keuangan dan mengapa
penting?
2. Jelaskan melalui gambar tingkatan kerangka kerja konseptual akuntansi yang diatur
dalam SFAC
3. Jelaskan tujuan umum dan tujuan khusus dari pelaporan keuangan seoerti yang tertuang
dalam SFAC.
4. Salah satu faktor yang mempengaruhi keandalan informasi adalah kriteria substansi
mengungguli bentuk jelaskan apa yang dimaksud dengan hal tersebut.
5. Jelaskan manfaat yang dapat diberikan oleh asumsi dasar akrul
6. Biasanya transaksi-transaksi yang jumlahnya cukup besar diperlakukan sesuai dengan
teori, tetapi untuk transaksi yang jumlahnya kecil dan tidak akan mempengaruhi pos-pos
lain bisa diperlakukan menyimpang. Kalimat diatas merupakan makna dari materialitas.
Mengapa terdapat ketentuan sebagai berikut apa hubungan materialitas dengan kendala
dalam akuntansi yang lainnya.
7. Beberapa contoh metode-metode yang didasarkan pada sikap konservatif adalah
penggunaan harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah (comwil) dan pengakuan
rugi dalam kontrak pembelian. Cara ini mengakibatkan penyajian informasi yang bias,
yaitu cendrung ke satu arah, lebih besar atau lebih kecil.Mengapa informasi yang

41
dihasilkan oleh sikap konservatif bersifat bias berikan penjelasan yang disertai dengan
contoh.
8. Seringkali pengguna mengasumsikan bahwa informasi merupakan komoditas bebas
biaya. Tetapi penyaji informasi akuntansi mengetahui bahwa tidak demikian
kenyataannya. Apakah semua informasi akuntansi bukan merupakan komoditas bebas?.
Berikan contoh informasi akuntansi yang merupakan komoditas bebas dan yang bukan
komoditas bebas.
9. Salah satu batasan untuk menentukan tingkat materialitas adalah dengan
mempertimbangkan faktor kualitas yang terdiri dari karakteristik dari lingkungan,
karakteristik dari perusahaan seperti besar kecilnya perusahaan, struktur modal.
Diskusikan bagaimana karakteristik lingkungan dan karakteristik perusahaan
mempengaruhi pertimbangan tingkat materialitas suatu transaksi.
10. Agar laporan keuangan dapat dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka
metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus
diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara
suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih
akibat penggunaan metode yang berbeda. Berikan salah satu contoh penerapan metode
akuntansi yang berbeda akan memberikan data laporan keuangan yang berbeda kepada
pemakai.

42
BAB III
LAPORAN LABA RUGI DAN LABA DITAHAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang:
A. Kegunaan dan Keterbatasan Laporan Laba Rugi
B. Bentuk Laporan Laba Rugi
C. Komponen Laporan Laba Rugi
D. Laporan Laba Ditahan
E. Rekayasa Laba

Laporan laba rugi merupakan laporan yang mengukur kesuksesan organisasi perusahaan
untuk suatu periode tertentu. Masyarakat dunia usaha dan investasi menggunakan laporan ini
untuk menentukan kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba, nilai investasi dan
kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya.
Apakah keyakinan yang ada dalam laporan laba rugi dapat ditemukan atau merupakan suatu
terkaan?. Karena pendapatan dihasilkan pada suatu taksiran kasar yang terbaik, pembaca
laporan harus berhati-hati untuk tidak terlalu memberikan makna yang berarti dari yang dapat
diberikan oleh laporan ini. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam kerangka kerja konseptual
akuntansi, pengukuran pendapatan dalam akuntansi merupakan suatu cermin dari berbagai
asumsi dan prinsip yang dibentuk selama puluhan tahun oleh akuntan, seperti asumsi periode
akuntansi, prinsip pengakuan pendapatan dan prinsip mempertemukan/menandingkan.

A. Kegunaan dan Keterbatasan Laporan Laba Rugi


Mengapa perhitungan laba rugi penting? Alasannya adalah:
1. Laporan laba rugi memberikan informasi kepada investor dan kreditor yang
membantu mereka meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa
depan. Perhitungan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan meramalkan arus
kas masa depan dalam beberapa cara yakni:

43
a. Investor dan kreditor dapat menggunakan informasi pada perhitungan laba rugi
untuk mengevaluasi prestasi masa lalu perusahaan. Meskipun keberhasilan di
masa lalu tidak harus berarti keberhasilan di masa depan, beberapa kecendrungan
penting dapat ditentukan.
b. Perhitungan laba rugi membantu pemakai menentukan risiko (tingkat
ketidakpastian) dari tidak mencapai arus kas tertentu.
2. Perhitungan laba rugi digunakan oleh pihak-pihak selain dari investor dan kreditor
misalnya para pelanggan untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan
memberikan barang dan jasa yang diperlukan. Serikat pekerja menelaah laba secara
cermat sebagai dasar untuk pembahasan mengenai gaji, dan pemerintah menggunakan
perhitungan laba rugi untuk merumuskan pajak dan kebijakan ekonomi.

Pengguna laoran laba rugi juga menyadari keterbatasan-keterbatasn yang ada dalam
laporan laba rugi. Laba bersih sebagai hasil penandingan antara beban dan
pendapatan, merupakan suatu estimasi dan mencerminkan sejumlah asumsi. Beberapa
keterbatasan dari laporan laba rugi tersebut antara lain:
1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan
Praktik yang berlangsung saat ini melarang pengakuan pos-pos tertentu ketika
menentukan laba, meskipun pos-pos ini cukup, mempengaruhi kinerja perusahaan.
Sebagai contoh, pada saat terjadi perubahan nilai, keuntungan dan kerugian yang
belum terealisasi atas sekuritas investasi tertentu (sekuritas yang tersedia untuk
dijual) tidak dicatat dalam laporan laba rugi mengingat adanya ketidakpastian
mengenai realisasi atas perubahan nilai tersebut sampai sekuritas benar-benar
dijual.
Sebagai contoh semakin banyak perusahaan besar, seperti Coca-cola dan
Microsoft, yang mengalami kenaikan nilai akibat pengakuan citra merek,
perbaikan mutu pelayanan, perbaikan kualitas produk, tidak dilaporkan sebagai
hasil kinerja perusahaan dalam laporan laba rugi. Hal ini disebabkan memang
belum adanya kerangka kerja umum yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dan melaporkan jenis-jenis nilai tersebut.

44
2. Laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan
Salah satu komponen laba adalah beban, dan sebuah item akan dapat
diperbandingkan (memiliki daya banding) jika adanya pemakaian metode
akuntansi yang sama dalam mencatat dan melaporkan item tersebut. Salah satu
kelemahan akuntansi adalah terlalu memanjakan pembuat laporan keuangan
dengan menyediakan berbagai alternative akuntansi.
Sebagai contoh adalah alternatif dalam metode penyusutan aktiva. Meskipun
aktivanya sama, namun karna adanya perbedaan dalam penggunaan metode
penyusutan, maka dapat dipastikan bahwa besarnya beban penyusutan untuk
setiap periodenya dari perusahaan yang berbeda tersebut juga akan menjadi
berbeda. Dengan asumsi bahwa semua faktor penentu beban penyusutan sama,
maka ditahun pertama penyusutan, perusahaan yang menggunakan metode
penyusutan garis lurus, akan menghasilkan laba yang lebih besar dibanding
dengan perusahaan lain yang menggunakan metode penyusutan dipercepat
(metode saldo menurun ganda atau metode jumlah angka tahun).

3. Laba juga dipengaruhi oleh faktor estimasi (melibatkan pertimbangan subjektif


manajemen)
Dalam praktik, seringkali pihak manajemen harus menggunakan pertimbangan
subjektifnya untuk menetapkan besarnya estimasi atas suatu peristiwa akuntansi.
Berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, estimasi ini dapat
ditetapkan secara subjektif dan rasional. Sebagai contoh adalah estimasi mengenai
besarnya nilai residu dan masa manfaat dari sebuah aktiva tetap. Dalam hal ini
penggunaan estimasi yang berbeda akan menghasilkan beban penyusutan dan laba
yang berbeda. Contoh lainnya adalah penggunaan estimasi dalam pengukuran
biaya garansi dan beban piutang tak tertagih.

B. Bentuk Laporan Laba Rugi


Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk sebagai berikut:

45
1. Bertahap (Multiple Step)
Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana dilakukan
beberapa pengelompokan terhadap pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya
yang disusun dalam urut-urutan tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-
penghasilan sebagai berikut:
a. Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.
b. Laba usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha.
c. Laba bersih sebelum pajak, yaitu laba usaha ditambah dan dikurangi
dengan pendapatan-pendpatan dan biaya-biaya di luar usaha
d. Laba bersih sesudah pajak, yaitu laba bersih sebelum pajak dikurangi
pajak penghasilan
e. Laba bersih dan elemen-elemen luar biasa, yaitu laba bersih sesudah pajak
dan/atau dikurangi dengan elemen-elemen yang tidak biasa (sesudah
diperhitungkan pajak penghasilan untuk pos luar biasa).
2. Satu langkah (Single Step)
Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokan pendapatan dan biaya ke
dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya dipisahkan
antara:
a. Pendapatan-pendapatan dan laba
b. Biaya dan kerugian-kerugian
Laporan laba rugi dapat juga disusun dengan susunan current operating
performance, di mana elemen-elemen tidak biasa tidak masuk di dalamnya tetapi
dilaporkan dalam laporan laba tidak dibagi. Oleh karena itu beban Pph nya juga
dialokasikan pada kedua laporan tersebut. Pajak untuk hasil usaha (penghasilan) yang
rutin dilaporkan mengurangi penghasilan dalam laporan laba rugi, sedangkan pajak untuk
elemen tidak biasa akan diperhitungkan dalam laporan laba tidak dibagi. Apabila salah
satu penghasilan tadi (rutin atau tidak biasa) saldonya negative, maka perlakuan pajaknya
sama dengan cara yang ditempuh dalam cara all inclusive.

46
C. Komponen Laporan Laba Rugi
Jika perusahaan menggunakanlaporan laba rugi bentuk bertahap, maka
perusahaan akan menyajikan sebagian atau semua bagian berikut ini.
1. Pendapatan penjualan
Penjualan merupakan total jumlah yang dibebankan kepada pelanggan atas
barang dagangan yang dijual perusahaan, baik meliputi penjualan tunai
maupun penjualan kredit. Total ini seharusnya tidak termasuk pajak penjualan
yang dimana perusahaan (penjual) diharuskan untuk memungutnya dari
pelanggan (pembeli) atas nama Negara. Pajak penjualan ini akan diakui
sebagai kewajiban lancar (yaitu utang pajak penjualan) dalam pembukuan
perusahaan (penjual) dan akan segera dibayarkan atau diteruskan ke kas
Negara. Penjualan dikurangi dengan retur dan penyesuaian harga jual dan
potongan penjualan akan diperoleh penjualan bersih.

2. Harga pokok penjualan


Dalam perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang, harga pokok
barang yang terkait dengan penjualan selama periode harus ditentukan.
Pertama kali, besarnya harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual
ditentukan. Harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual dihitung
dengan cara menjumlahkan antara besarnya persediaan awal dengan harga
pokok dari barang yang dibeli. Harga pokok dari barang yang dibeli dihitung
dengan cara menjumlahkan besarnya pembelian bersih, yaitu pembelian
dikurangi retur dan penyesuaian harga beli dan potongan pembelian, dengan
ongkos angkut masuk, biaya penyimpanan, dan biaya pembelian lainnya yang
terkait dengan perolehan barang. Harga pokok penjualan lalu dihitung dengan
cara mengurangkan harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual
dengan persediaan akhir.
Ketika barang yang dijual diproduksi terlebih dahulu oleh penjual melalui
sebuah teknik manufaktur, unsure biaya lainnya seharusnya dimasukkan ke
dalam harga pokok penjualan. Di samping biaya bahan, perusahaan juga harus

47
memasukkan biaya upah dan biaya produksi tidak langsung, yang diperlukan
untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Untuk perusahaan
manufaktur, mula-mula persediaannya belum siap untuk dijual sehingga perlu
diolah terlebih dahulu. Persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga yaitu
bahan mentah, barang setengah jadi dan barang jadi. Jadi dalam perusahaan
manufaktur, perusahaan akan mengolah infut (bahan mentah) menjadi output
(barang jadi) baru kemudian dijual kepada pelanggan/distributor.

3. Laba kotor
Penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan akan diperoleh laba kotor.
Jumlah ini dinamakan laba kotor karena masih harus memperhitungkan beban
operasional yang telah dikeluarkan dalam rangka memperoleh pendapatan.
Suatu studi atas kecendrungan laba kotor bisa memperlihatkan seberapa
sukses perusahaan memanfaatkan sumber daya. Studi serupa juga bisa
menjadi dasar untuk memahami bagaimana marjin laba telah berubah akibat
adanya tekanan persaingan.
Persentase laba kotor dihitung dengan cara membagi laba kotor dengan
penjualan bersih. Dalam akuntansi, metode laba kotor sering dipakai dalam
mengestimasi besarnya persediaan. Metode laba kotor ini didasarkan pada
observasi bahwa hubungan antara penjualan bersih dengan harga pokok
penjualan biasanya relatif cukup stabil dari satu period eke periode
berikutnya. Jadi besarnya persentase laba kotor untuk periode berjalan
diasumsikan sama dengan besarnya persentase laba kotor yang dihasilkan
dalam periode-periode sebelumnya. Persentase laba kotor yang diperoleh dari
periode-periode sebelumnya ini lalu dikalikan dengan penjualan bersih actual
periode berjalan untuk mengestimasi besarnya harga pokok penjualan. Lalu
besarnya estimasi harga pokok penjualan ini akan dikurangkan dari harga
pokok barang yang tersedia untuk dijual, untuk menentukan besarnya estimasi
persediaan akhir.

48
4. Beban Operasional
Beban operasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu beban penjualan dan
beban umum&administrasi. Beban penjualan adalah beban-beban yang terkait
langsung dengan segala aktivitas yang mendukung operasionalpenjualan
barang. Sedangkan beban umum dan administrasi dikeluarkan dalam rangka
mendukung aktivitas kantor/admisnistrasi.

5. Laba Operasioanl
Laba operasional mengukur kinerja fundamental operasi perusahaan dan
dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan benan operasional. Laba
operasional menggambarkan bagaimana aktivitas operasi perusahaan telah
dijalankan dan dikelola secara baik dan efisien, terlepas dari kebijakan
pembiayaan dan pengelolaan pajak penghasilan. Menurut Stice (2007), ukuran
laba operasioanal memungkinkan kita mengevaluasi kemampuan manajemen
dalam memilih lokasi tempat penjualan yang strategis, menetapkan strategi
harga, melakukan promosi, dan mengelola hubungan yang baik dengan
pelanggan dan supplier.

6. Pendapatan dan Keuntungan Lain-Lain


Sebagaimana yang telah dibahas dalam sub-sub sebelumnya, bagian ini
merupakan bagian non operasi, yang terdiri dari item-item yang berasal dari
transaksi peripheral (transaksi di luar operasi utama) perusahaan. Contoh yang
termasuk sebagai pendapatan lain-lain adalah pendapatan sewa, bunga dan
dividen. Selain itu, keuntungan tertentu yang jarang terjadi (insidentil) juga
dilaporkan dalam bagian ini. Contohnya adalah keuntungan dari penjualan
investasi. Dalam laporan laba rugi, pendapatan dan keuantungan lain-lain
akan dilaporkan sebesar jumlah sebelum pajak, dan akan ditambahkan ke laba
opersional untuk mendapatkan besarnya laba dari operasi berlanjut sebelum
pajak penghasilan.

49
7. Beban dan Kerugian Lain-Lain
Bagian ini paralel dengan pendapatan dan keuntungan lain-lain, yaitu
merupakan bagian nonoperasi, yang terdiri dari item-item, yang berasal dari
transaksi peripheral atau aktivitas sekunder perusahaan, dan akan dilaporkan
dalam laporan laba rugi sebesar jumlah sebelum pajak. Bedanya adalah bahwa
beban dan kerugian lain-lain akan mengurangkan laba operasional untuk
mendapatkan besarnya laba operasi sebelum pajak penghasilan. Contoh dari
beban lain-lain adalah beban sewa dan bunga. Selain itu, kerugian tertentu
yang jarang terjadi juga dilaporkan dalam bagian ini. Contohnya adalah
kerugian atas penjualan aktiva tetap, penjualan piutang usaha, dan kerugian
dari penjualan investasi.

8. Laba dari Operasi Berlanjut sebelum Pajak Penghasilan


Laba operasional ditambah dengan pendapatan dan keuntungan lain-lain dan
dikurangkan dengan beban dan kerugian lain-laian akan menghasilkan laba
dari operasi berlanjut sebelum pajak penghasilan.

9. Pajak Penghasilan atas Operasi Berlanjut


Beban pajak penghasilan adalah total jumlah pajak yang dikenakan atas
seluruh transaksi yang dilakukan perusahaan sepanjang satu tahun. Beban
pajak penghasilan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan
pada umumnya timbul dari dua kewajiban, yaitu: (1) kewajiban pajak saat ini,
yang terutang sebagai konsekuensi dari besarnya laba kena pajak untuk
periode berjalan, dan (2) kewajiban pajak yang ditangguhkan, sebagai
konsekuensi dari besarnya jumlah kena pajak di masa yang akan datang.
Untuk kewajiban pajak saat ini, beban pajak penghasilan dicatat dengan cara
mendebet akun beban pajak penghasilan dan mengkredit akun kewajiban
pajak yang ditangguhkan. Dalam hal ini, adalah penting untuk membedakan
antara utang pajak penghasilan dengan kewajiban pajak yang ditangguhkan.

50
Selain itu, juga perhatikan bahwa debetnya adalah sama-sama dicatat sebagai
beban pajak penghasilan.
Utang pajak penghasilan adalah kewajiban pajak yang secara hukum atau
legal sudah ada atau terutang (berdasarkan ketentuan perpajakan), atas
besarnya laba kena pajak periode berjalan. Sedangkan kewajiban pajak yang
ditangguhkan adalah perkiraan pajak penghasilan atas pendapatan yang sudah
terjadi (menurut akuntansi), tetapi berdasarkan ketentuan perpajakan belum
terutang pajak (karena belum ada penerimaan kas), atau dengan kata lain
bahwa kewajiban perpajakan ini secara legal belum ada, dan baru akan resmi
kena pajak atau memerlukan pembayaran pajak di periode mendatang (oleh
karena itu dikatakan sebagai kewajiban pajak yang ditangguhkan). Kewajiban
pajak yang ditangguhkan ini timbul karena adanya perbedaan sementara
dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara akuntansi dan pajak. Laba
menurut akuntansi (komersil) diukur berdasarkan akrual, sedangkan laba
menurut pajak (laba kena pajak atau laba fiscal) berpatokan pada cash basis.
Dinamakan perbedaan sementara karena secara keseluruhan (setelah melewati
beberapa periode), dampak dari perbedaan pengakuan tersebut laba akuntansi
maupun laba menurut pajak akan sama. Pengakuan atas kewajiban pajak yang
ditangguhkan sebagai beban pajak penghasilan dalam periode berjalan adalah
untuk menjamin bahwa seluruh beban yang terkait dengan pendapatan yang
sudah terjadi selama periode berjalan dilaporkan dalam laporan laba rugi
periode berjalan. Dalam akuntansi, hal ini juga sejalan dengan konsep
penandingan.

10. Laba dari Operasi Berlanjut


Tujuan utama pelaporan keuangan adalah memberikan informasi yang
berguna, khususnya kepada pihak eksternal perusahaan, untuk memprediksi
kecendrungan kemampuan perusahaan dalam melanjuttkan kegiatan
operasionalnya di masa yang akan datang dengan hasil yang memuaskan.
Pemakai laporan keuangan sangat berkepentingan terhadap besarnya laba dari

51
operasi berlanjut, dimana besarnya ini mencerminkan aspek kinerja atau
ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan secara
keseluruhan (baik aktivitas utama maupun sekunder), termasuk prediksi
mengenai kemungkinan kemampuan perusahaan untuk dapat terus
melanjutkan operasinya di tahun-tahun mendatang. Laba dari operasi berlanjut
dihitung dari laba operasi berlanjut sebelum pajak penghasilan.

11. Operasi yang Dihentikan


Salah satu bentuk yang paling umum dari pos-pos tidak biasa (irregular
items) adalah pelepasan salah satu komponen bisnis, di mana masing-masing
komponen bisnis dapat diidentifikasi secara terpisah, baik melalui penjualan
ataupun penghentian operasi. Komponen bisnis yang dilepas dapat berupa
kelompok produk atau enis usaha, kelompok pelanggan utama, anak
perusahaan, atau bahkan sebuah took tunggal dengan operasi dan arus kas
yang dapat diidentifikasi secara terpisah.
Ukuran dari aktivitas yang dihentikan bukanlah merupakan faktor yang
menentukan apakah aktivitas in dilaporkan sebagai operasi yang dihentikan.
Operasi dikatakan dihentikan apabila: (1) perusahaan mengeliminasi hasil
operasi dan arus kas komponen dari operasi yang sedang berjalan, dan (2)
tidak ada lagi aktivitas yang dilakukan komponen setelah transaksi pelepasan.
Syarat agar dapat dikatakan atau dikualifikasikan sebagai operasi yang
dihentikan, maka operasi dan arus kas dari komponen bisnis yang dilepas
harus dapat dipisahkan dan dibedakan secara jelas dari operasi dan arus kas
komponen bisnis lainnya. Sebagai contoh, penghentian proses produksi (dan
penjualan) atas satu dari lima jenis produk, di mana operasi dan arus kas dari
seluruh jenis produk tidak dipisahkan (dibedakan), tidak termasuk sebagai
operasi yang dihentikan.
Ada beberapa alasan yang membuat manajemen memutuskan untuk
melepas salah atu komponen bisnis, diantaranya adalah: (1) komponen
tersebut tidak lagi menguntungkan, (2) komponen tersebut tidak sejalan

52
dengan rencana jangka panjang perusahaan, (3) manajemen memerlukan dana
untuk melunasi kewajiban jangka panjangnya atau untuk memperluas usaha
dalam bidang lainnya, dan (4) manajemen khawatir atas pengambil alihan
perusahaan oleh investor baru yang menginginkan mengendalikan perusahaan.
Tanpa menghiraukan alasan perusahaan menjual komponen bisnisnya,
dihentikannya bagian operasi perusahaan adalah merupakan peristiwa yang
signifikan. Oleh karena itu, informasi tentang operasi yang dihentikan
seharusnya disajikan secara jelas kepada pembaca laporan keuangan.
Perusahaan melaporkan operasi yang dihentikan dalam laporan
laba rugi untuk keuntungan atau kerugian dari pelepasan (penjualan maupun
penghentian) komponen bisnis. Selain itu, hasil operasi dari suatu komponen
yang telah dan akan dilepas juga harus dilaporkan secara terpisah pada bagian
operasi yang dihentikan. Dalam laporan laba rugi, masing-masing item dari
operasi yang dihentikan ini akan disajikan secara terpisah sebesar jumlah
bersihnya, yaitu setelah memperhitungkan pajak penghasilan.

12. Pos-Pos Luar Biasa


Pos-pos luar biasa didefinisikan sebagai pos-pos material yang memiliki sifat
tidak biasa dan sangat jarang sekali terjadi, bahkan tidak berulang. Jadi, agar
dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa, sebuah peristiwa harus
memenuhi dua kriteria yaitu:
a. Memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi, yang secara jelas tidak
berhubungan dengan aktivitas normal dan umum perusahaan, dengan
memperhitungkan faktor “lingkungan” di mana perusahaan beroperasi.
b. Di perkirakan atau diharapkan tidak akan berulang atau berlanjut di masa
mendatang, dengan memperhitungkan faktor “lingkungan” di mana
perusahaan beroperasi.
Pos luar biasa disajikan sebesar jumlah bersih (setelah pajak) dalam laporan
laba rugi pada bagian yan terpisah, yaitu tepat sebelum laba bersih.

53
Kedua kriteria di atas harus dipenuhi agar dapat mengklasifikasikan
sebuah peristiwa sebagai pos luar biasa. Kedua kriteria tersebut disyaratkan
dengan tujuan untuk membatasi item-item yang dapat diklasifikasikan sebagai
pos luar biasa.
Dalam menentukan suatu pos merupakan pos luar biasa atau tidak, faktor
“lingkungan” di mana perusahaan beroperasi turut menjadi pertimbangan
utama. Lingkungan ini meliputi faktor-faktor seperti karakteristik industry,
letak lokasi geografis, dan sifat serta luas peraturan pemerintah. Perlakuan
atas pos luar biasa karena kerguagian akibat banjir yang dialami oleh sebuah
produsen pakaian di Paris adalah tepat, sebab kerusakan akibat banjir di lokasi
itu boleh dibilang sangat jarang terjadi. Namun di sisi lain, kerugian akibat
banjir yang dialami oleh sebuah perusahaan keramik di Meksiko tidak
memenuhi kualifikasi sebagai pos luar biasa, karena kerusakan akibat banjir di
sana biasanya dialami hamper setiap dua atau tiga tahun sekali. Dalam
praktik, sering kali sangat sulit untuk menentukan apakah suatu kejadian
merupakan pos luar biasa atau tidak. Penentuan seperti ini tidaklah mudah dan
sebagian besar sangat tergantung pada jumlah frekuensi atau banyak
keterjadian sebelumnya, tingkat materialitas, dan sebagainya.
Contoh yang paling baik untuk mengilustrasikan sulitnya dalam menentukan
apakah sebuah kejadian memenuhi kualifikasi sebagai pos luar biasa adalah
kerugian atas jiwa dan materi yang ditimbulkan akibat serangan teroris
terhadap gedung WTC pada tanggal 11 September 2011. FASB tidak
mengizinkan pelaporan kerugian yang berasal dari serangan teroris tersebut
sebagai pos luar biasa. Hal ini sangat mengejutkan banyak pihak. Padahal bagi
kebanyakan orang, kejadian ini jelas memenuhi kriteria sebagai kejadian yang
tidak bisa diperkirakan atau diharapkan tidak akan berulang atau berlanjut di
masa mendatang. Menurut FASB, sangat sulit untuk memisahkan antara
besarnya kerugian yang diakibatkan oleh serangan teroris tersebut dengan
porsi kerugian akibat resesi yang sedang terjadi.

54
13. Laba Rugi Bersih
Laba Rugi Bersih diperoleh dari laba atau rugi operasi berlanjut ditambah
atau dikurangi dengan operasi yang dihentikan dan dikurangi dengan kerugian
luar biasa. Laba atau rugi bersih akan sama besarnya laba atau rugi operasi
berlanjut apabila tidak ada pos-pos tidak biasa, yaitu operasi yang dihentikan
dan pos luar biasa. Ingat kembali bahwa operasi yang dihentikan dan pos luar
biasa ini timbul dari transaksi dan peristiwa yang diperkirakan bahwa
dampaknya tidak akan berlanjutterhadap hasil yang akan dilaporkan dalam
periode berikutnya. Penyajian operasi yang dihentikan dan pos luar biasa
secara terpisah dari operasi berlanjut dalam laporan laba rugi berguna untuk
memberikan informasi kepada pemakai laporan keuangan dalam memprediksi
besarnya laba yang akan dihasilkan dari operasi berlanjut di periode
mendatang.

14. Laba per Saham


Laba per saham adalah besarnya laba bersih atas setiap lembar saham biasa.
Rumus perhitungannya adalah laba bersih di kurangi dengan dividensaham
preperen lalu hasilnya dibagi dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa
yang beredar. Jumlah laba bersih dikurangi dengan dividen saham preferen
dinakamakan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa.
Sebagai ilustrasi, misalkan PT. WGA-H melaporkan laba bersih Rp.
210.000.000 dan telah mengumumkan serta membayar dividen saham
preferen sebesar Rp. 10.000.000. Jumlah rata-rata tertimbangsaham biasa
yang beredar selama tahun tersebut adalah 1.000.000 lembaar. Dengan
demikian, besarnya laba per saham adalah Rp. 200. Perlu diperhatikan disini,
angka EPS mengukur jumlah rupiah yang dihasilkan oleh selembar saham
biasa, bukan jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen.

55
EPS hanya mencerminkan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa,
bukan pemegang saham preferen. Akan menjadi tidak tepat untuk melaporkan
EPS atas saham preferen mengingat terbatasnya hak yang dimiliki oleh
pemegang saham preferen. Investor saham biasa merupakan pemilik
perusahaan yang sesungguhnya. Pemegang saham preferen tidaklah memiliki
hak suara seperti halnya pemegang saham biasa.

D. Laporan Laba Ditahan


Laba Ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan perusahaan, yaitu laba
bersih. Sebagian dari laba bersih ini akan ditahan atau diinvestasikan kembali ke
dalam perusahaan. Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih yang
dihasilkan selama periode berjalan akan ditutup ke akun laba ditahan melalui ayat
jurnal penutup, di mana akun ihtisar laba rugi akan didebet dan akun laba ditahan
akan dikredit. Peristiwa pengumuman dividen (baik tunai maupun saham) kepada
pemegang saham juga akan ditutup ke akun laba ditahan melalui ayat jurnal
penutup dengan mendebet akun laba ditahan dan mengkredit akun dividen. Laba
bersih yang dihasilkan selama periode berjalan akan menambah jumlah laba
ditahan yang ada pada awal periode, sedangkan dividen yang diumumkan selama
periode berjalan akan mengurangi atau memperkecil laba ditahan.
Di samping laba rugi atau rugi bersih, dividen tunai, dan dividen saham,
laba ditahan juga dipengaruhi oleh koreksi kesalahan, perubahan dalam prinsip
akuntansi, transaksi treasury stock dan konversi saham preferen.
Besarnya laba ditahan pada akhir periode sesungguhnya adalah akumulasi
dari keseluruhan periode (termasuk periode berjalan) yang masih tersisa setelah
dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Besarnya laba ditahan
pada akhir periode ini dapat dihitung dengan cara menyesuaikan laba ditahan
yang ada pada awal periode dengan laba ditahan untuk periode berjalan. Laba
ditahan untuk periode berjalan dihitung dengan cara mengurangkan laba bersih
yang dihasilkan selama satu periode (periode berjalan) dengan dividen yang
diumumkan selam periode berjalan. Rugi bersih yang dihasilkan selama periode

56
berjalan akan menyebabkan laba ditahan untuk periode berjalan defisit, yang pada
akhirnya mengurangi besarnya laba ditahan awal periode.

E. Rekayasa Laba
Motivasi untuk memenuhi target laba dapat membuat manajer atau
perusahaan mengabaikan praktek bisnis yang baik. Akibatnya kualitas laba dan
pelaporan keuangan menjadi menurun. Rekayasa laba tidak hanya berkaitan
dengan motivasi individu manajer, tetapi bisa juga untuk kepentingan perusahaan.
Rekayasa laba dilakukan oleh manajer atau penyusun laporan keuangan
karena mereka mengharapkan suatu manfaat dari tindakan yang dilakukan.
Rekayasa laba dapat memberikan gambaran tentang perilaku manajer dalam
melaporkan kegiatan usaha pada suatu periode tertentu, yaitu adanya
kemungkinan motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk merekayasa data
keuangan. Rekayasa laba semacam ini memiliki dampak negatif terhadap kualitas
laba karena dapat mendistorsi informasi yang terdapat dalam laporan laba rugi.
Perlu dicatat bahwa rekayasa laba juga tidak selalu dikaitkan dengan upaya
memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi cendrung dikaitkan dengan
pemilihan metode akuntansi yang diperkenankan menurut standar akuntansi.
Istilah earnings management menarik perhatian karena sering dihubungkan
dengan perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan. Sekilas tampak bahwa
rekayasa laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba (earnings) atau
kinerja perusahaan. Hal tersebut karena tingkat laba yang diperoleh dikaitkan
dengan kinerja manajemen. Manajer sering kali berprilaku seiring dengan bonus
yang akan diperoleh. Jika bonus yang akan diperoleh tergantung pada laba yang
dihasilkan, maka manajer akan melakukan rekayasa akuntansi dengan
meningkatkan laba. Rekayasa tersebut diatur sedemikain rupa sehingga tidak
melanggar prinsip akuntansi yang berlaku umum. Karena jumlah bonus yang akan
diterima oleh manajer tergantung dari bear kecilnya laba yang diperoleh, maka
tidaklan mengherankan bila manajer sering kali berusaha menonjolkan prestasi
melalui tingkat laba yang dicapai.

57
Rekayasa laba telah dikenal dampaknya negatif, dan akuntan adalah pihak
yang paling berperan untuk mengatasi praktik di dunia bisnis. Rekayasa laba
mungkin merupakan permasalahan moral yang paling penting bagi profesi
akuntan. Rekayasa laba dapat diartikan dalam berbagai cara. Levitt (1998)
mengartikannnya sebagai sebuah trik akuntansi dimana fleksibilitas dalam
penyusuanan laporan keuangan digunakan atau dimanfaatkan oleh manajer yang
berusaha untuk memenuhi target pendapatan. Healy (1999) menjelaskan lebih
lanjut bahwa rekayasa laba terjadi apabila manajer menggunakan kreativitasnya
dalam penyusunan laporan keuangan dan mengatur transaksi untuk mengubah
laporan keuangan dengan tujuan memberi kesan tertentu atau mempengaruhi
tindakan para pemangku kepentingan yang bergantung pada laporan keuangan
tersebut. Healy beranggapan bahwa manajer akan memilih prosedur akuntansi
yang meningkatkan laba dalam upaya untuk memaksimalkan imbalan bonus.

Rangkuman
1. Laporan laba rugi penting karena menyajikan ukuran keberhasilan operasi perusahaan
selama periode waktu tertentu. Namun demikian laporan laba rugi memiliki keterbatasan
yaitu:
a. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan
b. Laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan
c. Laba juga dipengaruhi oleh faktor estimasi (melibatkan pertimbangan subjektif
manajemen)
2. Laporan laba rugi dapat berbentuk:
a. Bertahap (Multiple Step)
b. Satu langkah (Single Step)
3. Komponen Laporan Laba Rugi terdiri dari;
a. Pendapatan penjualan
b. Harga pokok penjualan
c. Laba kotor

58
d. Beban Operasional
e. Laba Operasioanl
f. Pendapatan dan Keuntungan Lain-Lain
g. Beban dan Kerugian Lain-Lain
h. Laba dari Operasi Berlanjut sebelum Pajak Penghasilan
i. Pajak Penghasilan atas Operasi Berlanjut
j. Laba dari Operasi Berlanjut
k. Operasi yang Dihentikan
l. Pos-Pos Luar Biasa
m. Laba Rugi Bersih
n. Laba per Saham
4. Laba Ditahan merupakan akumulasi laba tahun sebelumnya yang tidak dibagikan kepada
pemilik perusahaan ditamban atau dikurang dengan laba atau rugi tahun berjalan. Di samping
laba rugi atau rugi bersih, dividen tunai, dan dividen saham, laba ditahan juga dipengaruhi
oleh koreksi kesalahan, perubahan dalam prinsip akuntansi, transaksi treasury stock dan
konversi saham preferen.
5. Rekayasa laba diartikan sebagai sebuah trik akuntansi dimana fleksibilitas dalam
penyusuanan laporan keuangan digunakan atau dimanfaatkan oleh manajer yang berusaha
untuk memenuhi target pendapatan. Rekayasa laba dapat memberikan gambaran tentang
perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usaha pada suatu periode tertentu, yaitu adanya
kemungkinan motivasi tertentu yang mendorong mereka untuk merekayasa data keuangan.

Pertanyaan/Diskusi
1. Laporan laba rugi memberikan informasi kepada investor dan kreditor yang membantu
mereka meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Berikan
penjelasan atas makna pernyataan tersebut disertai dengan ilustrasi.
2. Berikan argumentasi anda, diantara laporan laporan rugi bertahap dan satu tahap mana
yang menurut anda lebih memiliki kualitas informasi yang lebih tinggi (hubungkan
penjelasan anda dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan).

59
3. Jelaskan komponen-komponen dari laporan laba rugi
4. Jelaskan bagaimana cara memperoleh angka laba ditahan tahun berikutnya serta
bagaiman pencatatan/penjurnalan yang dilakukan jika terjadi pengumuman pembagian
dividen
5. Mengapa rekayasa laba dinyatakan sebagai permasalahan moral?, mengapa para manajer
melakukan rekayasa laba? Apa upaya akuntansi yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
dan meminimalkan tindakan rekayasa laba?

60
BAB IV
NERACA DAN CATATAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang:
A. Kegunaan Neraca dan Keterbatasan Neraca
B. Komponen Neraca
C. Klasifikasi Pos Neraca
D. Format Neraca
E. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
F. Catatan Laporan Keuangan

Sampai dengan akhir-akhir ini, investor hanya memfokuskan pada laporan laba rugi dan
pendpatan per lembar saham. Neraca hanya dipelajari sepintas, sementara laporan arus kas
diabaikan. Akan tetapi peristiwa inflasi yang tinggi dan banyak kredit macet yang yang terjadi
pada tahun-tahun terakhir ini telah membuat investor berpikir mengenai suatu pelajaran penting.
Banyak terjadi bahwa laba perlembar saham dapat diantisipasi jika berbagai laporan keuangan
tidak diabaikan. Likuiditas dan fleksibilitas keuangan merupakan kondisi penting bagi
keuntungan perusahaan. Diperlukan analisis yang mendalam terhadap neraca dan catatan
laporan agar investor memperoleh informasi yang lengkap

A. Kegunaan dan Keterbatasan Neraca


Neraca menyediakan informasi tentang sifat dan jumlah investasi dalam sumber perusahaan,
kewajiban kepada kreditor, dan sisa kepemilikan dalam kekayaan bersih perusahaan.
Sumbangan neraca terhadap laporan keuangan dengan menyediakan suatu dasar untuk:
1. Menghitung tingkat pengembalian (rate of return)
2. Menilai struktur modal perusahaan
3. Menetapkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.

61
Dalam upaya untuk membuat pertimbangan tertentu sehubungan dengan risiko
perusahaan dan penetapan arus kas di masa mendatang, seseorang harus menganalisis
neraca dan menentukan likuiditas dan fleksibilitas perusahaan.
Likuiditas menunjukkan jumlah waktu yang diharapkan hingga aktiva direalisasi, atau
jika tidak diubah menjadi kas, atau hingga kewajiban diselesaikan. Pemberi kredit
(kreditor) jangka pendek dan jangka panjang berkepentingan terhadap rasio jangka
pendek seperti kas terhadap kewajiban jangka pendek untuk menetapkan kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban yang jatuh tempo. Secara bersamaan,
pemegang saham yang ada saat ini dan calon potensial, mempelajari likuiditas
perusahaan untuk menetapkan kemungkinan kelangsungan atau peningkatan dividen kas
atau kemungkinan perluasan operasi. Secara umum semakin besar tingkat likuiditas,
semakin kecil risiko kegagalan perusahaan.
Fleksibilitas keuangan adalah kemampuan perusahaan untuk mengambil tindakan
yang efektif untuk mengubah jumlah dan waktu arus kas sehingga dapat memberikan
respon pada kebutuhan dan kesempatan yang tidak diharapkan. Suatu perusahaan
dengan fleksibilitas yang tinggi tetap dapat bertahan pada situsi yang buruk, untuk pulih
kembali dari keadaan yang tidak dihrapkan, memperoleh keuntungan, dan kesempatan
investasi yang diharapkan. Secara umum semakin tinggi fleksibilitas keuangan, semakin
rendah risiko kegagalan perusahaan.
Neraca harus dapat secara memadai dan akurat mencerminkan aktiva dan
kewajiban perusahaan. Pengguna laporan keuangan seharusnya dapat memanfaatkan
neraca untuk memperoleh gambaran yang cukup mengenai suatu perusahaan. Namun
pada kenyataanya banyak sekali keterbatasan-keterbatasan yang terkandung dalam
neraca, diantaranya adalah kecendrungan untuk mengabaikan efek inflasi, tidak
mencerminkan nilai perusahaan saat ini, tidak mengungkap seluruh aktiva dan kewajiban
perusahaan, serta kurangnya memilki daya banding.
Biaya historis yang dilaporkan dalam neraca tidak pernah disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam daya beli dari unit yang diukur. Hasilnya adalah
neraca yang mencerminkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan unit daya beli
tidak sama. Variasi daya beli atas jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam neraca ini telah

62
membuat perbandingan diantara perusahaan, dan bahkan dalam satu perusahaan yang
sama menjadi kurang bermakna. Konsep biaya historis yang diterapkan dalam neraca
telah menjadi efek inflasi diabaikan, sesuai dengan asumsi stable monetary, di mana daya
beli dianggap konstan. Karena banya aktiva yang dilaporkan dalam neraca sebesar biaya
historis, di mana biasanya biaya historis ini nilainya relatif lebih kecil dibandingkan nilai
pasarnya, maka neraca pada umumnya tidak menggambarkan nilai perusahaan atau
kondisi kekayaan perusahaan yang sebenarnya pada saat ini.
Ketidak mampuan untuk mengakui seluruh aktiva dalam neraca telah
menghasilkan neraca yang hanya menunjukkan sedikit posisi keuangan yang sebenarnya.
Banyak intangible economic assets, seperti reputasi produk atau jasa unggulan tidak
diakui dalam neraca, karena tidak dapat diukurdalam satuan unit moneter.
Satu dari keterbatasan neraca lainnya adalah penggunaan off-balance financing.
Hal ini juga merupakan masalah bagi profesi akuntansi yang dihadapi pada saat ini, di
mana perusahaan pada umumnya enggan untuk mengungkapkan seluruh kewajibannya
dengan maksud untuk mengungkap seluruh kewajibannya dengan maksud untuk
membuat posisi keuangan mereka seolah-olah tampak lebih kuat (lebih baik). Secara
tradisional, leasing telah menjadi salah satu dari kebanyakan bentuk off-balance
financing lainnya.
Keterbatasan lainnya adalah terkait dengan kebutuhan daya banding, yaitu bahwa
seluruh perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan seluruh item yang sama
dengan cara yang sama. Sebagai contoh, nama dan klasifikasi akun yang berbeda,
beberapa perusahaan memberikan data lebih terperinci dari pada yang lainnya, dan
beberapa perusahaan dengan transaksi yang sama melaporkan secara berbeda. Perbedaan
ini telah membuat perbandingan menjadi sulit dan mengurangi nilai potensi dari analisis
neraca.
Untuk kebutuhan akuntansi (pelaporan keuangan) di masa mendatang mungkin
perlu dipikirkan cara baru supaya apa yang dilaporkan dalam neraca dapat menjadi lebih
relevan atau dapat memberikan gambaran mengenai nilai perusahaan yang sesungguhnya.
Profesi akuntan perlu memikirkan teknik pengakuan dan pengukuran soft assets ini,

63
disamping kebutuhan dan pengungkapan yang memadai, termasuk tindakan antisipasi
terhadap penggunanaan off-balance financing.

B. Komponen Neraca
Tiga komponen neraca adalah aktiva, utang dan ekiutas (modal). Aktiva adalah manfaat
ekonomi yang mungkin terjadi dimasa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas
sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Utang adalah pengorbanan manfaat
ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat
ini, untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di masa depan
sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Ekuitas adalah kepemilikan atau
kepentingan residu dalam aktiva entitas, yang masih tersisa setelah dikurangi dengan
kewajibannya.
Berdasarkan definisi diatas, berikut beberapa penjelasan yang terkait dengan aktiva,
utang dan ekuitas.
1. Mungkin terjadi
Akuntansi bukan ilmu pasti dan kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan
selaludiliputi oleh ketidakpastian.
2. Manfaat ekonomi di masa depan
Walaupun neraca meringkas hasil dari transaksi dan peristiwa masa lalu, tetapi
tujuannya untuk membantu memprediksi masa depan.
3. Diperoleh atau dikendalikan
Akuntan memiliki uangkapan “substansi mengungguli bentuk”, yang berarti bahwa
laporan keuangan seharusnya mencerminkan substansi ekonomi yang mendasarinya,
bukan pada bentuk hukumnya. Jika perusahaan secara ekonomi mengendalikan manfaat
ekonomi di masa depan dari suatu iem, maka item tersebut akan dikualifikasi sebagai
aktiva, baik dimiiki atau tidak secara hukum. Jadi, meskipun sebuah aktiva secara
hukum dikatakan telah dijual, namum apabila secara fisik masih dipergunakan atau
diterima manfaatnya oleh perusahaan, maka aktiva tersebut tetap akan masuk
(diperhitungkan) dalam neraca perusahaan sebagai aktiva.
4. Menyerahkan aktiva atau memberikan jasa

64
Kebanyakan utuang melibatkan kewajiban untuk menyerahkan aktiva di masa
mendatang. Akan tetapi, kewajiban untuk memberikan jasa adalah juga termasuk utang.
5. Transaksi atau peristiwa di masa lalu.
Aktiva dan utang timbul dari transksi atau peristiwa yang telah terjadi.

Aktiva meliputi pos-pos atau item-item keuangan seperti kas, piutang, dan investasi
dalam instrument keuangan. Aktiva juga meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan
memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang. Sebagai contoh, pengeluaran-
pengeluaran yang dilakukan untuk membeli persediaan, peralatan, dan paten, yang
diperkirakan akan membantu menciptakan pendapatan diperiode mendatang.
Kebanyakan aktiva diukur dengan menggunakan biaya historis. Utang meliputi
kewajiban-kewajiban dengan jumlah yang dinyatakan dalam satuan unit moneter yang
tepat, seperti utang usaha dan utang jangka panjang. Jumlah kewajiban lainnya harus
diestimasi berdasarkan pada perkiraan mengenaiperistiwa yang akan terjadi di masa
depan. Jenis kewajiban ini meliputi jaminan produk dan kewajiban pensiun.
Jumlah total kewajiban mengukur jumlah aktiva perusahaan yang menjadi milik atau
tuntutan kreditor. Sedangkan jumlah total ekuitas, mengukur jumlah aktiva perusahaan
yang masih tersisa (setelah klaim kreditor) dan menjadi hak atau tuntutan pemilik
perusahaan. Ekuitas merupakan aktiva bersih perusahaan, yaitu selisih antara total aktiva
dengan total kewajiban. Ekuitas timbul dari setoran atau investasi pemilik, dan akan
bertambah dengan adanya laba bersih, serta berkurang dengan adanya rugi bersih dan
distribusi kepada pemilik (prive atau dividen).

C. Klasifikasi Pos Neraca


Laporan keuangan akan menadi lebih berguna bagi manajemen, kreditor dan investor
ketika pos-pos yang ada dalam laporan diklasifikasikan secara tepat ke dalam masing-
masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi secara tepat terhadap pos-
pos neraca akan berguna untuk memberikan gambaran yang sesungguhnya mengenai
besarnya jumlah aktiva lancar, aktiva tidak lancar, total aktiva, jumlah utang lancar, utang

65
jangka panjang, total utang, dan besarnya ekuitas. Lebih lanjut, melalui klasifikasi ini
pula para pengguna laporan neraca akan dapat:
1. Memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya yang akan
segera jatuh tempo lewat aktiva lancar yang dimilikinya.
2. Memprediksi kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek
lewat aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas tanpa mengalami kesulitan.
3. Mempersiapkan kebutuhan dana jangka panjang untuk memenuhi kewajiban tak
lancar.
4. Memprediksi jumlah total klaim kreditor atas aktiva perusahaan.
5. Memprediksi jumlah total klaim pemilik dana atau investor atas aktiva perusahaan.
6. Memperoleh gambaran mengenai besarnya komposisi aktiva tetap terhadap total
aktiva.
7. Memperoleh gambaran mengenai jumlah perbandingan antara total kewajiban dengan
total aktiva.
Meskipun tidak ada kategori yang standar dalam menyusun neraca, klasifikasi untuk
masing-masing pos yang ada dalam neraca pada umumnya adalah sebagai berikut.
a. Aktiva
1). Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan akan dapat
dikonversi menadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau
dalam siklus operasi normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama.
Siklus operasi normal perusahaan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan
oleh perusahaan mulai dari membeli barang dagangan dari pemasok,
menjualnya kepada pelanggan secara kredit, sampai pada diterimanya
penagihan piutang usaha atau piutang dagang.
Pada beberapa jenis industri tertenu, siklus operasi normal perusahaan dapat
berlangsung selama lebih dari satu tahun. Ketika siklus operasi normal
perusahaan berlangsung selama lebih dari satu tahun, maka lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus operasi inilah yang
seharusnya digunakan untuk mendefinisikan lancar atau tidak lancar.

66
Untuk aktiva yang tergolong laancar, urutan penyajiannya haruslah
berdasarkan pada urutana tingkat likuiditas. Kas merupakan aktiva yang
paling likuid, lalu diikuti dengan investasi jangka pendek, piutang,persediaan,
dan biaya dibayar dimuka.
a). Kas dan Setara Kas
Karena kas merupakan aktiva yang paling likuid yang dimiliki perusahaan,
kas akan diurut atau ditempatkan sebagai komponen pertama dari aktiva
lancar dalam neraca. Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos
dan deposito. Perangko bukanlah merupakan kas melainkan biaya yang
dibayar dimuka atau beban yang ditangguhkan.
Beberapa perusahaan menggunakan isitilah “kas dan setara kas” dalam
melaporkan kasnya. Kas sendiri terdiri dari uang kas yang disimpan bank,
dan uang kas yang tersedia di perusahaan. Sedangkan setara kas adalah
investasi jangka pendek yang sangat likuid yang dapat dikonversi atau
dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera,
biasanya kurang dari tiga bulan (90 hari). Investasi ini memang pada
awalnya sengaja dilakukan oleh perusahaan dengan maksud untuk
memperoleh pendapatan bunga dari kasnya yang untuk sementara waktu
memang berlebih atau tidak terpakai dalam kegiatan operasional
perusahaan.
b). Investasi jangka pendek
Investasi dalam sekuritas utang (obligasi) dan sekuritas ekuitas (saham)
dapat dikleompokkan ke dalam sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo
(held-to-maturity securities) , sekuritas yang tersedia untuk dijual
(available for sale securities), sekuritas yang diperdagangkan (trading
securities), dan sekuritas metode ekuitas (equity method securities). Held-
to-maturity securities adalah sekuritas utang yang dibeli oleh perusahaan
dengan maksud dan kemampuan untuk memiliki sekuritas tersebut hingga
jatuh tempo. Ciri-ciri sekuritas utang adalah memiliki nilai nominal,
memerlukan pembayaran bunga secara berkala, dan ada tanggal jatuh

67
temponya. Available for sale securities adalah sekuritas utang dan juga
dapat berupa sekuritas ekuitas yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud
bukan untuk secara aktif diperjual-belikan, namun tersedia untuk dijual
ketika kebutuhan kas perusahaan sewaktu-waktu meningkat. Trading
securities adalah sekuritas utang dan juga dapat berupa sekuritas ekuitas
yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud untuk diperjualbelikan secara
aktif dalam rangka mendapatkan keuntungan dari selisih harga jangka
pendek. Sedangkan equity method securities adalah sekuritas ekuitas yang
dibeli oleh perusahaan dengan maksud untuk dapt mengendalikan atau
mempengaruhi secara signifikan kegiatan operasional investee.
Investasi dalam trading securities dilaporkan di neraca sebagai aktiva
lancar (investasi jangka pendek). Trading securities lebih bersifat lancar
dari pada available for sale securities. Investasi dalam available for sale
securities bisa diklasfikasikan sebagai aktiva lancar atau tidak lancar
tergantung pada situasi (kebutuhan dana perusahaan). Investasi dalam held-
to-maturity securities dan equity method securities akan dilaporkan di
neraca sebagai investasi jangka panjang. Trading securities dan available
securities akan disajikan dalam neraca sebesar nilai pasar wajar.

c). Piutang
Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi
piutang usaha, piutang wesel, dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah
jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai akibat penjualan barang
atau jasa secara kredit.
Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pembuat wesel.
Pembuat wesel di sini adalah pihak yang telah berutang kepada
perusahaan, baik melalui pembelian barang atau jasa secara kredit maupun
melalui peminjaman sejumlah uang. Bagi pihak yang berjanji untuk
membayar (dlam hal ini adalah pembuat wesel), instrument kreditnya
dinamakan wesel bayar, yang akan dicatat sebagai utang wesel.

68
Sedangkan bagi pihak yang dijanjikaan untuk menerima pembayaran,
instrumennya dinamakan wesel tagih, yang dicata sebagai piutang wesel.
Piutang wesel dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau tidak
lancar . Biasanya piutang wesel yang timbul dari penjualan barang atau
jasa secara kredit diklelompokkan sebagai aktiva lancar, sedangkan
piutang wesel yang timbul dari pemberian pinjaman dikelompokkan
sebagai aktiva lancar atau tidak lancar tergantung dari lamanya jangka
waktu pinjaman.
Yang termasuk piutang lain-lain adalah piutang bunga (tagihan
kepada debitur sebagai hasil pemberian pinjaman uang), piutang dividen
(tagihan investor kepada investee sebagai hasil dari penanaman modal),
piutang pajak (tagihan subjek pajak kepada pemerintah berupa restitusi
atau pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak), dan piutang
karyawan (tagihan majikan kepada karyawan yang berutang). Jika piutang
dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau sepanjang siklus normal
perusahaan, yang mana yang mana lebih lama, maka piutang lain-lain ini
akan diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar. Jika tidak,
tagihan akan dilaporkan sebagai aktiva tidak lancar.

d). Persediaan
Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannya tergantung pada
apakah perusahaan adalah perusahaan dagang atau manufaktur.Persediaan
akan disajikan dalam neraca sebesar harga perolehan (FIFO. LIFO atau
rata-rata) atau harga terendah antara harga perolehan dengan harga pasar
(comwil).
Mengenai kempemilikan barang-barang yang masih dalam perjalanan
seharusnya masuk atau diperhitungkan sebagai bagian persediaan dari
pihak yang memang secara hukum memiliki hak yang sah atas barang
tersebut. Untuk tujuan akuntansi, hak kepemilikan barang biasanya
ditentukan di awal transksi jual beli, yaitu berdasarkan pada perjanjian atau

69
syarat-syarat penjualan yang disepakati. Secara umum terdapat dua metode
dalam mengakui kepemilikan barang yang masih dalam perjalanan yang
disebut dengan fob shipping point dan fob destination point.
Dalam beberapa transaksi perusahaan dagang, kadang-kadang barang
dagangan dapat diperoleh atas daar konsinyasi. Dalam hal ini, kepemilikan
barang akan tetap beradadi pihak penitip, bukan pihak yang mennerima
titipan. Karena barang konsinyasi bukan merupakan hak pihak yang
menerima titipan, maka barang konsinyasi tidak sebagai bagian dari
persediaannnya. Sedangkan bagi pihak yang mentitipkan barang konsinyasi
masih merupakan bagian persediaannya sampai barang konsinyasi tersebut
nyata-nyata terjual ke konsumen.
e). Biaya dibayar dimuka
Biaya dibayar di muka yang termasuk dalam aktiva lancar adalah
pengeluaran-pengeluaran yang telah dilakukan untuk manfaat yang akan
diterima dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan, tergantung mana yang paling lama.
2). Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang tidak memenuhi definisi aktiva lanvar.
Aktiva tidak lancar mencakup berbagai pos, yaitu investasi jangka panjang (yang
sering disebut investasi saja), aktiva tetap, aktiva tetap berwujud, dan aktiva tidak
lancar lainnya. Aktiva tidak laancar pada umumnya akan disajikan di neraca
setelah penyajian aktiva lancar. Susunan atau urutan penyajian seperti ini adalah
berdasarkan pada kebiasaan (tradisi), bukan keharusan. Kebanyakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang industry utilitas (jasa pelayanan publik) justru
melaporkan aktiva tidak lancarnya lebih dulu, baru kemudian diikuti dengan
aktiva lancar. Aktiva tidak lancar akan dilaporkan dalam neraca sebesar harga
perolehan. Namun demikian, banyak juga aktiva jangka panjang yang dilaporkan
sebesar nilai pasar wajarnya.

70
a). Investasi jangka panjang
Investasi yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang akan dilaporkan di
neraca dengan judul “investasi”. Sekuritas utang (obligasi) dan sekuritas
ekuitas (saham) yang dibeli oleh perusahaan dengan maksud bukan untuk
dijual dalam waktu satu tahun mendatang akan diklasifikasikan sebagai
investasi jangka panjang.
b). Aktiva tetap
Salah satu subklasifikasi dari aktiva yang dimiliki perusahaan adalah
aktiva tetap. Aktiva tetap ini merupakan bagian terpenting dalam suatu
perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, jumlah dana yang
diinvestasikan, maupun pengawasannya. Aktiva tetap dilaporkan dalam
neraca berdasarkan urutan masa manfaatnya yang paling lama, yaitu dimulai
dari tanah, bangunan dan seterusnya. Di samping memiliki cirri-ciri
mendasar yang umum sebagaimana aktiva lainnya, aktiva tetap juga
memiliki cirri-ciri tambahan yang mebedakannya, yaitu merupakan barang
fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam
operasi normal, memiliki umur yang terbatas, pada akhir masa manfaatnya
harus dibuang atau diganti, nilainya berasal dari kemampaun perusahaan
dalam memperoleh hak-haknya yang sah atas pemanfaatan aktiva tersebut,
seluruhnya bersifat nonmoneter, dan umumnya jasa atau manfaat yang
diterima dari aktiva tetap meliputi periode yang lebih panjang dari satu
tahun.
c). Aktiva tidak berwujud
Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik dan
dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi maupun
kontrak sosial. Aktiva tidak berwujud yang memilki umur yang tidak
terbatas (tidak pasti) tidak diamortisasi. Aktiva tidak berwujud yang tidak
diamortisasi adalah good will, trademark, dan broadcast license (izin
penyiaran).

71
Izin penyiaran ini nantinya akan secara otomatis dapat diperpanjang setiap
kurun waktu tertentu, asalkan tayangannya tidak menimbulkan dampak
sosial yang negatif atau merugikan public dan tidak melanggar undang-
undang penyaiaran, sehingga aktiva tidak berwujud ini dikatakan memilki
umur yang tidak terbatas dan oleh karena itu tidak diamortisasi. Akan tetapi
meskipun tidak diamortisasi, peninjauan ulang perlu dilakukan untuk
mengetahui kemungkian terjadinya penurunan nilai.
d). Aktiva tidak lancar lainnya
Pos-pos yang dicantumkan dalam kelompok aktiva tidak lancar
lainnya sangat beragam dalam praktik. Umumnya, pos-pos ini meliputi
biaya dibayar dimuka (jangka panjang), biaya pensiun dibayar di muka,
piutang tidak lancar dan aktiva yang dimiliki untuk dijual.
Sering terjadi rencana untuk menjual aktiva tetap dibuat terlebih dahulu
sebelum penjualan sebenarnya terjadi. Aktiva tetap yang dimiliki
perusahaan dapat berubah klasifikasi menjadi “aktiva yang dimiliki untuk
dijual” jika: (1) manajemen memiliki komitmen terhadap rencananya
tersebut untuk menjual aktiva tetapnya yang selama ini digunakan dalam
kegiatan operasional perusahaan, (2) aktiva tetapnya tersebut tersedia untuk
segera dijual, (3) adanya usaha secara aktif untuk mencari calon pembeli,
dan (4) penjualan kemungkinan besar akan terjadi dalam waktu satu tahun.
b. Kewajiban
1). Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan dibayar dengan
menggunakan aktiva lancar atau mencipatakan kewajiban lancar lainnya dan
harus segera diluansi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu sikluas
operasi normal perusahaan, tergantung mana yang lebih lama.
a). Utang Usaha dan utang wesel jangka pendek
Utang usaha timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum melakukan
pembayaran. Dalam transaksi perusahaan dagang, seringkali perusahaan
membeli barang dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali

72
kepada para pelanggannya. Utang usaha ini biasanya akan segera dilunasi
oleh perusahaan dalam jangka waktu yang sangat singkat sesuai dengan
persyaratan kredit yang tertera dalam faktur tagihan.
Kewajiban dalam bentuk janji tertulis dicatat sebagai utang wesel. Pihak
yang berutang berjanji kepada pihak yang diutangkan untuk mebayar
sejumlah uang tertentu berikut bunganya dalam kurun waktu yang telah
disepakati.
b). Beban yang masih harus dibayar
Beban yang masih harus dibayar meliputi utang pajak penghasilan
karyawan, utang bunga, utang gaji, dan utang pajak penjualan.
Utang pajak penghasilan karyawan merupakan jumlah pajak yang terutang
kepada pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang terkena pajak
penghasilan.
Utang bunga merupakan jumlah bunga yang terutang kepada kreditor atas
dana yang dipinjam. Utang gaji merupakan jumlah upah yang terutang
kepada karyawan atas anfaat yang telah diterima perusahaan melalui
pemakaian jasa karyawan selama periode berjalan. Sedangkan utang pajak
penjualan merupakan utang atas pajak yang dipungut dari pembeli ketika
penjualan terjadi.
c). Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan diterima di muka timbul pada saat pembayaran diterima
sebelum barang atau jasa diberikan. Contohnya adalah sewa diterima
dimuka, dimana pihak yang menyewakan biasanya akan menerima terlebih
dahulu uang muka dari penyewa untuk pemakaian sewa beberapa bulan
atau tahun kedepan.
d). Bagian utang jangka panjang yang lancar
Bagian dari utang jangka panjang yang lancar adalah sebagian dari
kewajiban jangka panjang yang akan segera jatuh tempo dalam jangka
waktu satu tahun atau dalam siklus operasi normal perusahaan.
2). Kewajiban Tidak Lancar

73
a). Utang jangka panjang
Wesel jangka panjang, obligasi, hipotik, dan kewajiban sejenis lainnya yang
tidak memerlukan penggunaan dana lancar untuk pembayarannya akan
dilaporkan dalam neraca dengan judul utang jangka panjang.
b). Kewajiban sewa jangka panjang
Beberapa transaksi penyewaan aktiva tetap merupkan pembelian yang
didanai melalui pinaman. FASB telah mendefiniskan sebuah kriteria untuk
menentukan kontrak sewa yang akan diperlakukan sebagai transaksi
pembelian, atau yang dikenal sebagai kontrak sewa guna usaha.
c). Kewajiban pajak yang ditangguhkan
Hampir seluruh perusahaan besar memiliki kewajiban pajak
penghasilan yang ditangguhkan dalam neracanya. Oleh karena itu, pos ini
harus disajikan secara terpisah dalam neraca, bukan sebagai kewajiban
tidak lancar lainnya.
d). Kewajiban tidak lancar lainnya
Yang termasuk dalam kewajiban tidak lancar lainnya adalah kewajiban
pensiun yang masih harus dibayar, utang jaminan produk, dan kewajiban
kontinjensi lainnya.

c. Ekuitas Pemilik
Metode pelaporan ekuitas bervariasi tergantung pada bentuk perusahaan. Untuk
perusahaan perorangan, ekuitas dilaporkan secara tunggal dengan menggunakan
akun modal. Saldo dalam akun ini merupakan hasil kumulatif dari invetasi dan
penarikan pemilik serta laba atau rugi bersih. Sedangkan untuk perusahaan
persekutuan ekuitas dilaporkan dengan menggunakan beberapa akun modal yang
disajikan secara terpisah untuk masing-masing anggota sekutu. Saldo modal dari
masing-masing anggota sekutu ini berisi ikhtisar hasil investasi dan penarikan
serta bagian laba atau rugi bersih firma.
Ekuitas pemilik pada perusahaan perseroan dinamakan sebagai ekuitas
pemegang saham. Dalam perusahaan perseroan, investor atau para pemegang

74
saham merupakan pemilik perusahaan. Dalam neraca perseroan, bagian ekuitas
pemegang saham akan melaporkan secara terperinci jumlah dari masing-masing
dua sumber utama modal. Sumber modal yang pertama adalah modal yang disetor
dan yang kedua adalah laba bersih yang ditahan atau diinvestasikan kembali ke
dalam perusahaan.
1). Modal disetor
Merupakan keseluruhan jumlah kas dan aktiva lainnya yang disetorkkan oleh
pemegang saham ke dalam perseroan untuk ditukarkan dengan saham. Oleh
karena itu, sumber utama modal disetor berasal dari penerbitan saham. Jumlah
maksimum lembar saham yang dapat diterbitkan oleh perseroan dinamakan
sebagai modal dasar/modal yang diotorisasi.
2). Laba ditahan
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, laba
ditahan timbul sebagai hasil dari kegiatan perusahaan, yaitu laba
bersih.Sebagian dari laba bersih ini ditahan/diinvestasikan kembali ke
perusahaan. Pada setiap akhir periode akuntansi, laba bersih yang dihasilkan
selama periode berjalan ditutup kea kun laba ditahan melalui ayat jurnal
penutup.
3) Saham treasury
Saham yang diperoleh kembali/treasury adalah saham milik perusahaan yang
telah diterbitkan dan beredar, kemudian dibeli kembali/ditarik dari peredaran. Ada
beberapa alasan membeli kembali saham yang sudah beredar yakni: (1) diberikan
sebagai bonus kepada pejabat atau karyawan perusahaan, (2) meningkatkan
volume perdagangan saham di bursa efek dengan harapan dapat mendongkrak
harga pasar saham, (3) memperoleh tambahan saham yang akan dipergunakan
dalam rangka akuisisi perusahaan lain, dan (4) mengurangi jumlah lembar saham
yang beredar, yang pada akhirnya akan memperbesar laba per lembar saham.
4). Akumulasi laba komprehensif lainnya
Laba komprehensif terdiri atas laba komprehensif dan laba komprehensif
lainnya. Laba komprehensif lainnya biasanya timbul dari hal-hal berikut:

75
a). Penyesuaian atas translasi (pengukuran ulang) mata uang asing
Keuntungan atau kerugian yang timbul sebagai akibat dari perubahan nilai
tukar mata uang asing tidak akan masuk dalam perhitungan laba bersih, tetapi
akan masuk ke dalam perhitungan laba komprehensif, yaitu sebagai laba
komprehensif lainnya. Keuntungan atau kerugian disini timbul karena adanya
kenaikan atau penurunan dalam nilai mata uang bukan sebagai hasil dari baik
buruknya kinerja bisnis perusahaan.
b). Keuntungan atau kerugian yang belum direalsasi atas sekuritas yang tersedia
untuk dijual
Banyak perusahaan yang memanfaatkan uang kasnya yang tidak terpakai
dengan cara membeli saham atau obligasi dari perusahaan lain. Jika saham
atau obligasi tersebut dibeli dengan maksud bukan untuk secara aktif diperjual
belikan, namum tersedia untuk dijual ketika kebutuhan kas perusahaan
sewaktu-waktu meningkat, maka sekuritas investasi ini akan diklasifikasikan
sebagai sekuritas yang tersedia untuk dijual. Sekuritas ini akan dilaporkan di
neraca sebesar nilai pasar wajarnya. Selisih antara harga perolehan dengan
nilai pasar akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian belum direalisasi.
Dikatakan belum direalisasi karena keuntungan atau kerugian ini timbul
bukan dari penjualan investasi sekuritas, melainkan merupakan keuntungan
atau kerugian semu
c). Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan atas instrument keuangan
derivatif.
Perusahaan sering kali menggunakan instrument keuangan derivatif untuk
melindunginya dari kemungkinan risiko yang timbul sebagai akibat perubahan
harga, tingkat suku bunga,maupun nilai tukar mata uang asing.

D. Format Neraca
Ketika menyiapkan neraca susunan klasifikasi utang dapat bervariasi. Akan tetapi,
kebanyakan perusahaan menyajikan neracanya dengan penekanan likuidtas, dimana ktiva
dan utang diurut berdasarkan tingkat likuiditas. Sedangkan aktiva tetap dilaporkan dalam

76
neraca berdasarkan urutan masa manfaatnya yang paling lama, yaitu dimulai dari tanah,
bangunan dan seterusnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aktiva tidak lancar pada umumnya akan
disajikan di neraca setelah penyajian aktiva lancar. Susunan atau penyajian seperti ini adalah
kebiasaan (tradisi) bukan keharusan.
Salah satu bentuk susunan yang sering digunakan dalam penyajian neraca adalah bentuk
akun (account form). Dengan format ini, kelompok aktiva dicantumkan pada sisi kiri,
sedangkan kelompok kewajiban dan ekuitas pada sisi kanan. Kelemahan utama dari format
ini adalah diperlukannya satu halaman yang cukup lebar untuk menyajikan pos-pos tersebut
saling berdampingan. Untuk menghindari kelemahan tersebut, neraca bentuk laporan (refort
form) digunakan. Dengan format ini, kewajiban dan ekuitas didajikan di bawah aktiva.
Neraca bentuk laporan ini juga kadang-kadang disajikan dengan melaporkan dua atau lebih
tanggal neraca (komparatif).

E. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca


Yaitu Peristiwa antara tanggal neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan yang
telah mendapat persetujuan formal dapat mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan
penyesuaian terhadap aktiva dan kewajiban atau mewajibkan perusahaan untuk melakukan
pengungkapan.
Proses yang terjadi untuk menyetujui penerbitan laporan keuangan akan berbeda
tergantung pada struktur manajemen dan prosedur yang ditempuh dalam penyusunan dan
finalisasi laporan keuangan, tetapi tanggal persetujuan penerbitan tersebut biasanya adalah
tanggal laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal untuk diterbitkan di luar
perusahaan.
Penyesuaian aktiva dan kewajiban diperlukan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi
setelah tanggal neraca yang memberi informasi tambahan untuk menentukan jumlah-jumlah
yang berkaitan dengan kondisi yang berlaku pada tanggal neraca. Misalnya, penyesuaian
dapat dilakukan terhadap kerugian piutang dagang setelah adanya konfirmasi mengenai
bangkrutnya pelanggan yang terjadi setelah tanggal neraca.

77
Penyesuaian aktiva dan kewajiban tidak perlu dilakukan untuk peristiwa yang terjadi
setelah tanggal neraca, jika peristiwa tersebut tidak berkaitan dengan kondisi yang berlaku
pada tanggal neraca. Contohnya adalah penurunan harga pasar dari investasi antara tanggal
neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal.
Penurunan harga pasar biasanya tidak ada kaitannya dengan kondisi investasi pada tanggal
neraca, tetapi merefleksikan keadaan yang terjadi pada periode berikutnya. Tetapi,
pengungkapan pada umumnya dilakukan terhadap peristiwa yang terjadi pada periode
berikutnya yang menunjukkan perubahan kondisi aktiva atau kewajiban yang tidak biasa
pada tanggal neraca; misalnya, musnahnya suatu pabrik akibat kebakaran yang terjadi
setelah tanggal neraca.
Peristiwa setelah tanggal neraca yang menunjukkan kondisi yang terjadi setelah tanggal
neraca perlu diungkapkan kalau tanpa pengungkapan tersebut akan mempengaruhi
kemampuan pembaca laporan keuangan untuk melakukan evaluasi dan keputusan yang
tepat. Contoh dari peristiwa semacam itu adalah akuisisi perusahaan lain.
Ada peristiwa yang meskipun terjadi setelah tanggal neraca, kadang-kadang direfleksikan
dalam laporan keuangan karena persyaratan peraturan perundangan atau karena
kekhususannya. Pos-pos khusus ini antara lain meliputi jumlah dividen yang diusulkan atau
diumukan setelah tanggal neraca sehubungan dengan periode yang dicakup oleh laporan
keuangan.
Peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca dapat memberi petunjuk bahwa seluruh atau
sebagian usaha perusahaan tidak lagi menjadi usaha yang berkesinambungan. Deteriorasi
hasil operasi dan posisi keuangan setelah tanggal neraca memberi petunjuk adanya
kebutuhan untuk mempertimbangkan apakah masih tepat untuk menggunakan asumsi
kelangsungan usaha (going concern) dalam penyusunan laporan keuangan.

F. Catatan Laporan Keuangan


Laporan keuangan dasar (laporan laba rugi, laporan perubahan modal, neraca dan laporan
arus kas) tidak dapat memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan pemakai. Kreditor dan
pemegang saham perlu mengetahui metode akuntansi yang digunakan perusahaan dalam
mencatat akun-akun laporan keuangan. Beberapa informasi tambahan yang dibutuhkan

78
adalah bersifat deskriptif dan dan dilaporkan dalam bentuk narasi. Dalam kasus lainnya,
data tambahan mengenai perhitungan atau rincian angka diperlukan. Untuk dapat
menginterpretasikan yang dalam laporan keuangan, pemakai harus dapat membaca catatan
laporan keuangan dan memahami asumsi-asumsi yang dipakai dalam mencatat akun-akun
laporan keuangan.
Jenis catatan berikut biasanya dilampirkan atau disertakan oleh manajemen sebagai
pendukung laporan keuangan dasar.
1. Ringkasan mengenai kebijakan akuntansi
Informasi mengenai prinsip dan metode akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan
dalam penyusunan laporan keuangan harus diungkapkan kepada pemakai. Informasi ini
haruslah menjadi bagian integral atau satu kesatuan dari laporan keuangan. Contoh dari
keharusan pengungkapan atas kebijakan akuntansi adalah informasi mengenai metode
penyusutan aktiva tetap, metode persediaan, metode penilaian investasi, perubahan
estimasi dan prinsip akuntansi, dan metode pengakuan pendapatan.
2. Informasi tambahan mengenai rincian atau penjelasan atas angka neraca
Informasi ini biasanya disajikan dalam catatan laporan keuangan, baik berupa data
angka (numerical) maupun data deskriptif (dalam bentuk narasi). Ini adalah jenis catatan
yang paling sering digunakan. Data kuantitatif biasanya diberikan dalam catatan laporan
keuangan untuk mendukung penyajian atas jumlah total dalam laporan neraca. Sebagai
contoh dalam neraca hanya menyajikan jumlah total aktiva tetap dan utang jangka
panjang. Rincian atas masing-masing jumlah total ini akan diberikan dalam catatan atas
laporan keuangan. Beberapa perusahaan bahkan memperluas catatan laporan
keuangannya atas informasi yang terkait dengan kontrak sewa, pajak penghasilan yang
ditangguhkan, dan sebagainya. Data kualitatif dapat berupa penjelasan mengenai
lamanya periode sewa, besarnya pembayaran yang diperlukan, dan lain-lain. Sedangkan
penjelasan yang bersifat deskriptif terkait dengan pajak penghasilan yang ditangguhkan,
diantaranya berupa informasi mengenai hal-hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan
antara laba akuntansi dengan laba komersial.
3. Informasi tentang item-item yang tidak dapat dilaporkan dalam laporan keuangan

79
Informasi ini memuat item-item yang gagal memenuhi kriteria pengakuan untuk dapat
dicatat ke dalam akun laporan keuangan, tetapi masih dianggap signifikan bagi
pengguna laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Ingat kembali bahwa
menurut SFAC No. 5, untuk dapat diakui, sebuah item (transaksi) harus memenuhi salah
satu definisi dari unsure laporan keuangan sebagaimana yang telah didefinisikan oleh
FASB dalam SFAC No. 6 dan harus dapat diukur. Pengakuan adalah proses pencatatan
item-item dalam jurnal, di mana untuk setiap item yang diakui harus memenuhi salah
satu definisi dari unsur laporan keuangan. Jadi, untuk item-item yang tidak dapat
dilaporkan dalam laporan keuangan, tetapi dianggap releva bagi pemakai dalam
pengambilan keputusan makainformasi atas item-item tersebut harus diungkapkan dalam
catatan laporan keuangan. Sebagai contoh adalah informasi mengenai kerugian
kontinjensi, seperti tuntutan pengadilan. Pada prinsipnya, jika kewajiban kontinjensinya
bersifat “kemungkinan terjadi”, atau “kemungkinan besar terjadi”, tetapi tidak dapat
diestimasi, maka kontinjensi tersebut seharusnya tidak dicatat dalam laporan keuangan,
melainkan diungkapkan dalam catatan laporan keuangan.
4. Informasi pelengkap lainnya
Yang termasuk sebagai informasi pelengkap lainnya, diantaranya adalah informasi
mengenai segmen bisnis perusahaan. Untuk perusahaan dengan operasi yang tersebar
secara geografis, maka informasi mengenai segmen harus diungkapkan dalam catatan
laporan keuangan. Sebagai contoh, Coca_cola melalui catatan laporan keuangannya
mengungkapkan berapa besarnya laba operasi yang dihasilkan dari penjualan produknya
di masing-masing Negara bagian di Amerika. Demikian juga bahwa catatan laporan
keuangan yang memuat informasi mengenai segmen produk diperlukan pada perusahaan
yang memiliki diversifikasi produk.

Rangkuman
1. Neraca menyediakan informasi tentang sifat dan jumlah investasi dalam sumber
perusahaan, kewajiban kepada kreditor, dan sisa kepemilikan dalam kekayaan bersih
perusahaan.
2. Sumbangan neraca terhadap laporan keuangan dengan menyediakan suatu dasar untuk:

80
a. Menghitung tingkat pengembalian (rate of return)
b. Menilai struktur modal perusahaan
c. Menetapkan likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan.
3. Neraca memiliki keterbatasan, diantaranya adalah kecendrungan untuk mengabaikan efek
inflasi, tidak mencerminkan nilai perusahaan saat ini, tidak mengungkap seluruh aktiva
dan kewajiban perusahaan, serta kurangnya memilki daya banding.
4. Neraca memiliki tiga komponen yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas
5. Neraca dapat disusun dalam format account form dan report form
6. Yang dimaksud dengan peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa antara tanggal
neraca dan tanggal penerbitan laporan keuangan yang telah mendapat persetujuan formal
dapat mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian terhadap aktiva dan
kewajiban atau mewajibkan perusahaan untuk melakukan pengungkapan.
7. Jenis catatan laporan keuangan yang biasanya dilampirkan atau disertakan oleh
manajemen sebagai pendukung laporan keuangan dasar diantaranya adalah:
a. Ringkasan mengenai kebijakan akuntansi
b. Informasi tambahan mengenai rincian atau penjelasan atas angka neraca
c. Informasi tentang item-item yang tidak dapat dilaporkan dalam laporan keuangan
d. Informasi pelengkap lainnya

Diksusi/Pertanyaan

1. Jelaskan bagaimana neraca dapat memberikan gambaran mengenai tingkat likuiditas dan
fleksibilitas keuangan perusahaan!.
2. Salah satu keterbatasan neraca adalah terkait dengan kebutuhan daya banding, yaitu
bahwa seluruh perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan seluruh item yang
sama dengan cara yang sama. Jelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi!.
3. Walaupun neraca meringkas hasil dari transaksi dan peristiwa masa lalu, tetapi tujuannya
untuk membantu memprediksi masa depan. Jelaskan mengapa neraca dapat dipakai
untuk memprediksi masa depan.

81
4. Jika anda adalah bagian dari badan regulator maka apakah anda akan mewajibakan
penyusunan neraca dengan format account form atau report form ?
5. Jelaskan mengapa metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan perlu disertakan
sebagai pendukung laporan keuangan dasar.

82
BAB V

LAPORAN ARUS KAS

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat:


1. Mengidentifikasi kegunaan informasi arus kas
2. Membedakan transaksi kas yang termasuk aktifitas operasi, aktifitas investasi, dan
aktifitas pendanaan
3. Menyusun laporan arus kas dengan metode langsung (direct method) atau tidak langsung
(indirect method)
4. Menganalisis laporan arus kas

A. KEGUNAAN INFORMASI ARUS KAS

Laporan keuangan yang telah dipelajari dalam akuntansi pengantar 1 meliputi neraca,
laporan laba rugi, dan laporan perubahan laba ditahan tidak dapat menyajikan informasi
mengenai aliran kas perusahaan. Misalnya, neraca atau laporan posisi keuangan komparatif
hanya dapat menyajikan kenaikan aset tetap, tanpa mengetahui apakah pembelian aset tetap
tersebut tunai atau kredit. Laporan laba rugi menyajikan laba bersih suatu periode, tanpa
mengetahui bagaimana pendapatan diperoleh dan biaya dibebankan. Demikian halnya laporan
perubahan laba ditahan.

Untuk itulah Standar Akuntansi mewajibkan perusahaan untuk menyusun laporan arus
kas. Tujuan utama dari laporan keuangan ini adalah memberikan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam suatu periode. Manfaat laporan
aliran kas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas di masa
depan dan kemampuan perusahaan membayar deviden serta melunasi kewajibannya. Laporan
aliran kas juga dapat digunakan untuk mengetahui transaksi kas dan non kas yang terjadi dalam
perusahaan untuk suatu periode.

Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas
dapat memberikan informasi yang memungkinkan pemakai untuk mengevaluasi perubahan aset
bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan
83
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan
keadaan dan peluang. Disamping itu informasi yang dihasilkan arus kas juga dapat
meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat
meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan
peristiwa yang sama.

Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan
kepastian arus kas masa depan. Disamping itu, informasi arus kas juga berguna untuk meneliti
kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam
menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.

B. PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS

Kas dan setara kas. Sebelum kita membahas penyajian laporan arus kas, perlu kita
pahami bersama apa yang dimaksud dengan kas maupun setara kas. Dalam mata kuliah
akuntansi pengantar kas selalu identik dengan uang tunai, cek, ataupun giro. Namun pada
dasarnya ada beberapa item yang dapat terkatagori sebagai kas atau yang biasa disebut setara
kas. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka
pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan
memiliki resiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Karenanya, suatu investasi yang dapat
terkategori sebagai setara kas antara lain memenuhi persyaratan jika segera jatuh tempo,
misalnya 3 (tiga) bulan atau kurang sejak tanggal perolehannya. Cerukan bank pada umumnya
termasuk aktifitas pendanaan sejenis pinjaman. Namun, jika cerukan bank dapat ditarik
sewaktu-waktu dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan kas entitas,
maka cerukan tersebut termasuk komponen kas dan setara kas.

Menurut PSAK 2 (revisi 2009) laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama
periode tertentu dan diklasifikasi menurut Aktifitas Operasi, Aktifitas Investasi, dan
Aktifitas Pendanaan. Perusahaan menyajikan arus kas dari aktifitas operasi, investasi, dan
pendaan yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi menurut aktifitas
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh
aktifitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas.

84
Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktifitas
tersebut.

1. Aktifitas Operasi

Arus kas dari aktifitas operasi meliputi aktifitas penghasil utama pendapatan perusahaan
Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan
kondisi lain yang mempengaruhi laporan laba rugi. Contoh arus kas dari aktifitas operasi
antara lain:
a) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
b) Penerimaan kas dari royalti,fee, komisi, dan pendapatan lain
c) Pembayaran kas pada pemasok barang dan jasa
d) Pembayaran kas pada karyawan
e) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi,
klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya
f) Pembayaran kas untuk pajak ataupun restitusi pajak penghasilan kecuali jika dapat
diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktifitas pendanaan atau investasi
g) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak perdagangan
h) Pembayaran kas untuk pabrikasi atau memperoleh asset yang dimiliki untuk disewakan
kepada pihak lain dan selanjutnya dimiliki untuk dijual
i) Penerimaan kas dari sewa dan penjualan atas asset setelah periode sewa
j) Dan lain-lain yang berhubungan dengan operasi
Kadangkala ada satu ransaksi yang mempengaruhi aktifitas operasi dan lainnya. Misalnya
keuntungan penjualan aktiva tetap. Aktifitas penjualan aktiva tetap termasuk dalam aktfitas
investasi, namun keuntungan yang ditimbulkan mempengaruhi laba rugi, sehingga termasuk ke
dalam aktifitas operasi

2. Aktifitas Investasi

Menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang
bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Adapun contoh transaksi
yang termasuk dalam aktifitas investasi.

85
a) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap, aset tidak berwujud, aset tidak lancar lain,
termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri
b) Penerimaan kas dari penjualan aset-aset tetap
c) Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas (investasi dalam
obligasi atau saham)
d) Kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas

3. Aktifitas Pendanaan

Melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik dan mencakup (a) perolehan modal
dari pemilik dan kompensasinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasi
mereka dan (b) pinjaman uang dari kreditor dan pembayaran hutang yang dipinjam
a) Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya
b) Pembayaran kas kepada pemegang saham untuk menarik atau menebus saham
perusahaan
c) Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya
d) Pelunasan pinjaman
e) Pembayaran kas oleh penyewa (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang
berkaitan dengan sewa pembiayaan (finance lease)
C. PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS
Karena arus kas diklasifikasikan menjadi tiga kategori seperti di atas, maka laporan arus
kas memiliki format dasar sebagai berikut.

Laporan Arus Kas

Arus kas dari aktifitas operasi Rp. XX


Arus kas dari aktifitas investasi XX
Arus kas dari aktifitas pendanaan XX
Kenaikan (penurunan) bersih kas XX
Kas awal tahun XX
Kas akhir tahun XX

86
Informasi untuk membuat laporan arus kas biasanya berasal dari,

a. Neraca komparatif
b. Laporan laba rugi periode berjalan
c. Data transaksi terpilih
Pembuatan laporan arus kas dari sumber-sumber ini melibatkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penentuan kas bersih yang disediakan oleh operasi


2. Penentuan kas yang disediakan oleh atau digunakan dalam aktifitas investasi dan
pembiayaan
3. Penentuan perubahan (kenaikan atau penurunan) kas selama periode berjalan
4. Rekonsiliasi perubahan kas dengan saldo awal kas dan saldo akhir kas.
Metode pembuatan laporan aliran kas dari aktifitas operasi ada dua yaitu sebagai berikut.

1. Metode langsung (direct method), metode ini melaporkan secara langsung berapa kas
masuk dan berapa kas keluar. Selisih antara kas masuk dan kas keluar adalah aliran kas
bersih
2. Metode tidak langsung (indirect method), laba bersih disesuaikan dengan mengoreksi
pengaruh dari transaksi-transaksi yang mempengaruhi laporan laba rugi tetapi tidak
mempengaruhi kas. Banyak perusahaan lebih menggunakan metode ini untuk melaporkan
arus kasnya karena penyusunannya yang lebih mudah.
Untuk mempermudah penyusunan laporan arus kas analogi persamaan dasar akuntansi dapat
digunakan. Seperti penjelasan berikut:
 Aset = Liabilitas + Ekuitas
 Kas dan setara kas + Aset selain kas dan setara kas = Liabilitas + Modal disetor +
laba ditahan
 Kas dan setara kas = Liabilitas + Modal disetor + laba ditahan – asset selain kas dan
setara kas
Dengan ∆ sifat dari perubahan, maka
∆Kas dan setara kas = ∆Liabilitas + ∆Modal disetor +∆ laba ditahan – ∆asset selain kas dan
setara kas
Dimana, ∆ laba ditahan= laba bersih-deviden

87
Jika dianalogikan bahwa tanda positif dalam persamaan di atas sama dengan kenaikan dan tanda
negative sama dengan penurunan maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan kas dan setara kas
dapat disebabkan karena pengaruh:
1. Kenaikan liabilitas
2. Kenaikan modal disetor
3. Laba bersih
4. Penurunan asset selain kas dan setara kas
Demikian sebaliknya, dapat disimpulkan bahwa penurunan kas dan setara kas dapat terjadi
karena pengaruh :
1. Penurunan liabilitas
2. Penurunan modal disetor
3. Rugi bersih
4. Deviden, dan
5. Kenaikan asset selain kas dan setara kas

Ilustrasi I

PT.X dalam tahun pertama operasinya pada tanggal 1 Januari 2009, menerbitkan 50.000 lembar
saham biasa dengan nilai pari Rp. 1.000,- seharga Rp. 50.000.000,- tunai. Perusahaan
menyewakan ruang kantor, perabotan, dan peralatan telekomunikasi serta melaksanakan survei
dan jasa pemasaran sepanjang tahun pertama. Pada bulan Juni 2002, perusahaan membeli tanah
seharga Rp. 15.000.000,-. Neraca komparatif pada awal dan akhir tahun 2002 ditunjukkan dalam
tabel berikut:

PT X

Neraca

Aktiva 31 Des 2009 31 Des 2008 Naik/Turun

Kas 31.000.000,- - 0,- 31.000.000,- Naik

Piutang usaha 41.000.000,- - 0,- 41.000.000,- Naik

88
Tanah 15.000.000,- - 0,- 15.000.000,- Naik

Total 87.000.000,- - 0,- 87.000.000,-

Kewajiban dan ekuitas pemegang saham

Hutang usaha 12.000.000,- - 0,- 12.000.000,- Naik

Saham biasa 50.000.000,- - 0,- 50.000.000,- Naik

Laba ditahan 25.000.000,- - 0,- 25.000.000,- Naik

Total 87.000.000,- - 0,- 87.000.000,-

Laporan laba-rugi dan informasi tambahannya:

PT X

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009

Pendapatan Rp. 172.000.000,-

Beban operasi 120.000.000,-

Laba sebelum pajak penghasilan 52.000.000,-

Beban pajak penghasilan 13.000.000,-

Laba Bersih Rp. 39.000.000,-

Informasi tambahan:

Deviden telah dibayarkan Rp. 14.000.000,- selama tahun berjalan

Kas yang disediakan oleh operasi (selisih antara penerimaan kas dengan pengeluaran kas)
ditentukan dengan mengkonversikan laba bersih dasar akrual menjadi dasar kas. Hal ini
89
dilakukan dengan menambahkan pada atau mengurangkan dari laba bersih pos-pos dalam
laporan laba rugi yang tidak mempengaruhi kas. Prosedur ini tidak hanya memerlukan analisis
atas laporan laba rugi tahun berjalan tetapi juga neraca komparatif serta data transaksi terpilih.
Analisis atas neraca komparatif PT X, mengungkapkan dua pos yang menaikkan kredit atau
beban non kas pada laporan laba rugi yaitu : (1) kenaikan piutang usaha yang mencerminkan
kredit non-kas sebesar Rp. 41.000.000,- pada pendapatan dan (2) kenaikan hutang usaha yang
mencerminkan beban non kas sebesar Rp. 12.000.000,- pada beban. Untuk mendapatkan kas
yang disediakan oleh operasi, kenaikan piutang usaha harus dikurangkan dari laba bersih, dan
kenaikan hutang usaha harus ditambahkan kembali ke laba bersih.

Sebagai hasil dari penyesuaian piutang usaha dan hutang usaha, kas yang disediakan oleh operasi
dapat dicari sebagai berikut.

Arus kas dari aktifitas operasi

Laba bersih Rp. 39.000.000,-

Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke


kas bersih yang disediakan oleh aktifitas operasi

Ditambah

1. Kenaikan hutang usaha Rp.12.000.000


Dikurang

1. Kenaikan piutang usaha (41.000.000)

Kas bersih yang disediakan dari aktifitas operasi


(29.000.000)

Rp. 10.000.000

Kenaikan saham biasa sebesar Rp. 50.000.000,- yang berasal dari penerbitan 50.000 lembar
saham biasa, diklasifikasikan sebagai aktifitas pembiayaan. Demikian juga, pembayaran deviden

90
tunai sebesar Rp. 14.000.000,- juga diklasifikasikan ke dalam aktifitas pendanaan. Satu-satunya
aktifitas investasi dari PT X adalah pembelian tanah. Laporan arus kas PT X selengkapnya
adalah sebagai berikut.

PT X

Laporan Arus Kas

Untuk tahun yang berakhir 2009

1. Arus kas dari aktifitas operasi

Laba bersih Rp.39.000.000,-

Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke kas bersih


yang disediakan oleh aktifitas operasi

Ditambah

- Kenaikan hutang usaha 12.000.000


Dikurang

- Kenaikan piutang usaha (41.000.000)

(29.000.000)
Arus Kas bersih yang disediakan dari aktifitas operasi
Rp. 10.000.000

2. Arus kas dari aktifitas investasi

Dikurang : Pembelian tanah


(15.000.000)
Arus kas bersih yang disediakan dari aktifitas investasi
Rp. (15.000.000)

3. Arus kas dari aktifitas pendanaan

50.000.000

91
Ditambah : Penerbitan saham biasa (14.000.000)

Dikurangi : Pembayaran deviden tunai (Rp.36.000.000)

Arus kas bersih yang disediakan dari aktifitas pendanaan Rp. 31.000.000

Kenaikan/penurunan bersih kas -


Rp.31.000.000
Kas pada awal tahun

Kas pada akhir tahun

Kenaikan kas sebesar Rp. 31.000.000 yang dilaporkan dalam laporan arus kas sesuai dengan
kenaikan akun kas sebesar Rp. 31.000.000 yang terhitung dalam neraca komparartif. Contoh
diatas merupakan contoh sederhana dari laporan arus kas. Laporan arus kas yang lebih kompleks
dapat kita lihat dalam contoh berikut.

Ilustrasi II

Statement of financial position


31 Desemeber 2012
Dalam Ribuan Rupiah

Aset 2012 2011 Perbedaan


Kas dan Bank 10.000 8.000 2.000

Investasi jangka pendek 48.000 31.000 17.000

Piutang dagang 68.000 26.000 42.000

Persediaan 54.000 - 54.000

Biaya prepaid 4.000 6.000 (2.000)

Tanah 45.000 70.000 (25.000)

Bangunan 200.000 200.000 -

Akumulasi penyusutan bangunan (21.000) (11.000) (10.000)


92
Peralatan 193.000 68.000 125.000

Akumulasi penyusutan peralatan (28.0000 (10.000) (18.000)

Total aset 573.000 388.000 185.000

Kewajiban

Utang dagang 32.670 39.600 (6.930)

Utang gaji dan upah 330 400 (70)

Income tax payable 4.000 2.000 2.000

Utang obligasi 110.000 150.000 (40.000)

Total kewajiban 147.000 192.000 (45.000)

Equities

Common share, Rp 1 par value 220.000 60.000 160.000

Retained earnings 206.000 136.000 70.000

Total equities 426.000 196.000 230.000

Total kewajiban dan equities 573.000 388.000 185.000

Statement of income
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012
Dalam ribuan rupiah
Penjualan 890.000
Harga pokok penjualan 465.000

Laba kotor 425.000

Biaya administrasi dan penjualan 184.000

Biaya penyusutan 33.000


93
Biaya bunga 12.000

Rugi penjualan peralatan 2.000

Loss on exchange differences 4.000 235.000

Laba sebelum pajak 190.000

Income tax expenses 65.000

Net profit for the year 125.000

Retained earnings, January 1 136.000

261.000

Cash dividend 55.000

Retained earnings, December 31 206.000

Berikut disajikan informasi tambahan yang relevan untuk penyusunan laporan arus kas:

 Biaya penjualan dan administrasi mencakup amortisasi beban dibayar di muka sejumlah
Rp2.000;
 Investasi sementara terdiri dari investasi dalam instrument pasar uang;
 Tanah dijual secara tunai seharga nilai buku;
 Peralatan dengan harga perolehan Rp166.000 dibeli secara tunai;
 Peralatan dengan harga perolehan Rp41.000 dan nilai buku Rp36.000 dijual seharga
Rp34.000 tunai;
 Obligasi ditebus seharga nilai buku secara tunai;
 Saham biasa (nilai pari Rp1) diterbitkan secara tunai;
 Deviden tunai sejumlah Rp55.000 dibayar pada tahun 2012;
 Beban bunga dibayar tunai;

94
METODE LANGSUNG

Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam
mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.
Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerima kas bruto dan
pengeluaran kas bruto dapat diperoleh, baik:

a. Dari catatan akuntansi perusahaan: atau


b. Dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan
laba rugi untuk:
 Perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha selama periode berjalan;
 Pos bukan kas lainnya; dan
 Pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.
 Jika arus kas dari aktivitas operasi dilaporkan dengan metode langsung maka arus kas
akan dilaporkan seperti berikut ini:

Laporan Arus Kas (metode langsung)


Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012
Dalam Rupiah

Arus kas dari aktivitas operasi


Penerimaan dari pelanggan 848.000 (1)
Pembayaran untuk :
Supplier 525.930 (2)
Biaya administrasi dan umum 182.070 (3)
Bunga 12.000
Pendapatan pajak 63.000 (4) 783.000
Penerimaan arus kas dari aktivitas oprasi 65.000
Arus kas dari aktivitas investasi
Penjualan Tanah 25.000
Penjualan Peralatan 34.000
Pemeblian peralatan (166.000)
95
Penerimaan arus kas dari aktivitas investasi (107.000)
Pembiayaan aktivitas arus kas
Utang obligasi (40.000)
Issuance of common share (160.000)
Pembayaran deviden* (55.000)
Penerimaan arus kas dari/untuk pembiayaan aktivitas 65.000
Kenaikan(penurunan) dalam kas dan setara kas 23.000
Kas dan stara kas, 1-1-2012 (catatan A) 35.000
Kas dan stara kas, 31-12-2012 (catatan A) 58.000

 Pembayaran ini dapat dilaporkan dalam poin aktifitas operasi

Catatan laporan arus kas


A. Kas dan stara kas
Kas dan stara kas terdiri dari kas dan bank, dan investasi dalam pasar uang. Kas dan stara kas
dalam laporan arus kas, meliputi :
2012 2011
Kas dan bank 10.000 8.000
Investasi jangka pendek 48.000 31.000
Laporan kas dan stara kas 58.000 39.000
Perbedaan pertukaran - (4.000)
Menyatakan kembali kas dan stara kas 58.000 35.000

Gambar 4.1 Laporan arus kas metode langsung

Perhitungan penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kas untuk pemasok, pembayaran kas
untuk beban penjualann dan administrasi, dan pembayaran kas untuk pajak penghasilan dapat dilihat
sebagai berikut :
(1) Penerimaan kas dari pelanggan
Saldo awal piutang dagang 26.000
Penjualan 890.000
Saldo akhir piutang dagang (68.000)
848.000

96
(2) Pembayaran kas untuk pemasok
harga pokok penjualan 465.000
ditambah saldo akhir persediaan 54.000
dikurangi saldo awal persediaan -
pembelian 519.000
ditambah saldo awal utang dagang 39.600
dikurangi saldo akhir utang dagang (32.670)
525.930
(3) Pembayaran kas untuk beban penjualan dan adm
Beban penjualan dan administrasi 184.000
Ditambah saldo akhir beban di bayar di muka 4.000
Dikurangi saldo awal beban di bayar dimuka (6.000)
Ditambah saldo awal beban yang terutang 400
Dikurangi saldo akhir beban yang terutang (330)
182.070
(4) Pembayaran kas untuk pajak penghasilan
Saldo awal utang pajak penghasilan 2.000
Ditambah beban pajak penghasilan 65.000
Dikurangi saldo akhir utang pajak penghasilan (4.000)
63.000

METODE TIDAK LANGSUNG


Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan
menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :
a. Perubahan persediaan dan piutang dagang serta utang dagang selama periode berjalan;
b. Pos bukan kas, seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan
kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum di
bagikan dan hak minoritas dalam laba atau rugi konsolidasi; dan
c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Berdasarkan laporan posisi keuangan komparatif, laporan laba rugi, dan tambahan
informasi diatas dapat disusun laporanan arus kas dengan metode tidak langsung sebagai berikut
:

97
Lapotan arus kas (metode tidak langsung )
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2012
Dalam ribuan rupiah
Aktivitas oprasi arus kas
laba sebelum pajak 190.000
penyesuaian :
biaya penyusutan 33.000
kenaikan piutang dagang (42.000)
kenaikan persediaan barang dagangan (54.000)
penurunan biaya yang dibayar dimuka 2.000
penurunan perdagangan dapat dibayar (6.930)
penurunan gaji dan upah (70)
pembayaran pajak pendapatan (63.000)
rugi penjualan peralatan 2.000
rugi pertukaran 4.000
arus kas dari aktivitas oprasi 65.000
aktivitas investasi arus kas
penjualan tanah 25.000
penjualan peralatan 34.000
pembelian peralatan (166.000)
arus kas dari aktivitas investasi (107.000)
aktivitas pembiayaan arus kas
utang obligasi (40.000)
issuance of common share 160.000
pembayaran deviden (55.000)
arus kas dari aktivitas pembiayaan 65.000
kenaikan/penuruna kas dan stra kas 23.000
kas dan stara kas, 1-1-2012 (catatan a) 35.000
kas dan stara kas, 31-12-2012 (catatan A) 58.000

D. MENGANALISIS LAPORAN ARUS KAS

98
Tanpa kas sebuah perusahaan tidak akan bertahan. Bagi perusahaan kecil dan baru
berkembang arus kas merupakan suatu unsur yang paling penting demi kelangsungan hidup
perusahaan. Titik awal yang baik dari pemeriksaan kreditor akan laporan arus kas adalah
menemukan kas bersih yang disediakan oleh aktifitas operasi. Jika kas bersih yang disediakan
oleh aktifitas operasi tinggi, maka hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mampu
menghasilkan kas yang mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar kewajibannya
tanpa harus meminjam dari luar. Sebaliknya, Jika kas bersih yang disediakan oleh aktifitas
operasi rendah, maka hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan kas
yang mencukupi secara internal dari operasinya, dan dengan demikian, harus meminjam atau
menerbitkan sekuritas untuk mendapatkan kas tambahan. Cobalah analisa laporan arus kas
berikut.

Arus kas dari aktifitas operasi

Laba bersih Rp. 80.000.000,-

Penyesuaian untuk merekonsiliasi laba bersih ke


kas bersih yang disediakan oleh aktifitas operasi

- Kenaikan piutang usaha Rp.( 75.000.000)


- Kenaikan persediaan
(100.000.000 (175.000.000)

Kas bersih yang disediakan dari aktifitas operasi


Rp. 95.000.000

Jawaban: perusahaan mengalami ”krisis kas” karena perusahaan telah menumpuk kasnya dalam
piutang dan persediaan.

Jika muncul masalah dalam penagihan piutang atau penjualan persediaan, maka kreditor akan
mengalami kesulitan dalam menagih pinjamannya. Untuk itu laporan arus kas dapat digunakan
untuk:

99
1. Menganalisis likuiditas perusahaan. Rasio ini mengindikasikan apakah perusahaan dapat
melunasi kewajiban lancarnya dalam tahun tertentu.

Kas bersih yang Kewajiban Rasio Cakupan


disediakan oleh ÷ lancar = hutang tunai
aktifitas operasi rata-rata lancar

2. Menganalisi fleksibilitas keuangan. Rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan


untuk membayar kembali kewajibannya dengan kas bersih yang disediakan oleh aktifitas
operasi, tanpa harus melikuidasi aktiva yang dipakai dalam operasi.

Kas bersih yang Total Rasio Cakupan


disediakan oleh ÷ Kewajiban = hutang tunai
aktifitas operasi rata-rata

3. Arus kas bebas, merupakan cara yang lebih canggih untuk memeriksa fleksibilitas
keuangan perusahan. Analisis ini dimulai dengan kas bersih yang disediakan oleh
aktifitas operasi dan berakhir pada arus kas bebas, yang dihitung sebagai kas bersih yang
disediakan oleh aktifitas operasi dikurangi dengan pengeluaran modal dan deviden.
Contoh:

PT X

Analisis Arus Kas Bebas

Kas bersih yang disediakan oleh aktifitas operasi Rp. 411.750.000,-

Dikurangi:

- Pengeluaran modal (pembelian peralatan dan


tanah) (252.500.000,-)
- Deviden
100
Arus kas bebas ( 19.800.000,-)

Rp. 139.450.000,-

Rangkuman

Tujuan utama dari laporan keuangan ini adalah memberikan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam suatu periode. Manfaat laporan
aliran kas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mengahasilkan kas di masa
depan dan kemampuan perusahaan membayar deviden serta melunasi kewajibannya. Laporan
aliran kas juga dapat digunakan untuk mengetahui transaksi kas dan non kas yang terjadi dalam
perusahaan untuk suatu periode.

Penerimaan dan pengeluaran kas tersebut dikelompokkan ke dalam 3 aktifitas, yaitu (1)
Aktifitas operasi meliputi aktifitas penghasil utama pendapatan perusahaan, (2) Aktifitas
investasi termasuk peminjaman dan penagihan pinjaman, pembelian serta penjualan investasi
(utang dan modal) dan properti, pabrik, dan peralatan, (3) Aktifitas pembelanjaan meliputi
aktifitas untuk mendapatkan sumber daya dari pemilik dan menyediakan return dari investasi
tersebut, dan aktifitas meminjam uang dari kreditor dan membayar kembali uang yang dipinjam.

Metode penyusunan laporan arus kas dari aktifitas operasi ada 2 (dua) yaitu metode
langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Metode yang kedua ini
lebih populer karena langsung menyesuaikan laba bersih dengan mengkoreksi transaksi-transaksi
yang mempengaruhi laba bersih namun tidak mempengaruhi kas.

Laporan arus kas dapat menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, dan
arus kas bebas yang dapat digunakan investor maupun kreditor untuk pengambilan
keputusannya.

Latihan soal

Soal 1. Berikut adalah neraca komparatif PT Sukledut pada awal dan akhir tahun 2009

101
PT SUKLEDUT

Neraca

Aktiva 31 Des 2009 1 Jan 2009 Naik /Turun

Kas 20.000.000,- 13.000.000,-

Piutang usaha 106.000.000,- 88.000.000,-

Peralatan 39.000.000,- 22.000.000,-

Dikurangi: Akumulasi penyusutan (17.000.000,-) (11.000.000,-)

Total 148.000.000,- 112.000.000

Kewajiban dan ekuitas pemegang saham

Hutang usaha 20.000.000,- 15.000.000

Saham biasa 100.000.000,- 80.000.000

Laba ditahan 28.000.000,- 17.000.000

Total 148.000.000,- 112.000.000

Perusahaan telah melaporkan laba bersih sebesar Rp. 44.000.000,- dan deviden sebesar Rp.
33.000.000 telah dibayarkan selama tahun 2009. Perusahaan telah membeli peralatan baru dan
tidak ada peralatan yang dijual.

Diminta :

1. Buatlah laporan arus kas untuk tahun 2009


2. Hitunglah rasio lancar per 1 Januari 2009 dan 31 Desember 2009, serta hitunglah arus kas
bebas untuk tahun 2009
3. Dengan acuan no. 2 di atas, berikanlah komentar mengenai likuiditas dan fleksibilitas
keuangan PT Sukledut
Soal 2. Neraca komparatif PT. Angita disajikan sebagai berikut.

102
PT ANGITA

Neraca

Aktiva 2009 2008 Naik /Turun

Kas 13.000.000,- 22.000.000,-

Piutang usaha 112.000.000,- 66.000.000,-

Persediaan 220.000.000,- 189.000.000,-

Tanah 71.000.000,- 110.000.000,-

Peralatan 260.000.000,- 200.000.000,-

Dikurangi: Akumulasi penyusutan (69.000.000,-) (42.000.000,-)

Total 607.000.000,- 545.000.000

Kewajiban dan ekuitas pemegang saham

Hutang usaha 44.000.000,- 47.000.000,-

Hutang obligasi 150.000.000,- 200.000.000,-

Saham biasa (pari Rp. 1.000) 214.000.000,- 164.000.000,-

Laba ditahan 199.000.000,- 134.000.000,-

Total 607.000.000,- 545.000.000,-

Informasi tambahan:

1. Laba bersih tahun 2009 adalah Rp. 125.000.000


2. Deviden tunai sebesar Rp. 60.000.000 telah diumumkan dan dibayar
3. Hutang obligasi berjumlah Rp. 50.000.000 telah dilunasi melalui penerbitan saham biasa
Diminta:

1. Buatlah laporan arus kas untuk tahun 2009

103
2. Hitunglah rasio lancar per 1 Januari 2009 dan 31 Desember 2009, serta hitunglah arus kas
bebas untuk tahun 2009
3. Dengan acuan no. 2 di atas, berikanlah komentar mengenai likuiditas dan fleksibilitas
keuangan PT Angita

104
Soal 3. Kasus pada PT Maju Mundur untuk penyusunan laporan arus kas periode 2010

Neraca Kompararatif
2010 2009
Aset
Kas 17.800 4.000
Piutang usaha 18.700 12.950
Persediaan barang dagang 60.000 35.000
Suplies 3.500 750
Asuransi dibayar dimuka 4.600 900
Pemeliharaan dibayar dimuka 5.500 12.000
Investasi jangka pendek 20.000 30.000
Tanah 125.000 175.000
Gedung 350.000 350.000
Akm. Depresiasi Gedung (105.000) (87.500)
Peralatan 495.000 400.000
Akm. Depresiasi peralatan (130.000) (112.000)
Paten 39.000 50.000
Total Aset 904.100 871.100
Kewajiban dan ekuitas
Hutang usaha 27.000 32.000
Hutang gaji 5.000 3.000
hutang deviden 16.797 16.797
Hutang pajak 5.000 4.000
Hutang wesel jangka panjang 70.000 80.000
Hutang obligasi 400.000 400.000
Premium hutang obligasi 20.303 25.853
Modal saham 260.000 237.500
Laba ditahan 100.000 71.950
Total Kewajiban dan Ekuitas 904.100 871.100

105
Laporan Laba Rugi
Penjualan 930.200
Harga pokok penjualan (517.000)
Laba kotor 413.200
Biaya usaha (282.400)
Laba usaha 130.800
Penghasilan dan beban lain-lain
keuntungan penjualan investasi 4.000
Keuntungan penjualan tanah 8.000
Pendapatan deviden 2.400
Biaya bunga (51.750)
Total pengh. Dan beban lain" (37.350)
Laba bersih sebelum pajak 93.450
Pajak (39.400)
Laba bersih setelah pajak 54.050

Data tambahan

1. Sepanjang tahun 2010, deviden tunai yang diumumkan dan dibayarkan Rp26.000.000

2. Besarnya laba ditahan selama periode berjalan Rp28.050.000

3. Penambahan saham biasa disebabkan karena penjualan secara tunai kepada investor,

tidak ada pembagian deviden saham

4. Pembelian peralatan dilakukan secara tunai

5. Beban operasi ttd: beban penyusutan untuk bangunan dan peralatan, beban amortisasi

paten, beban perlengkapan, beban asurasi, beban pemeliharaan

106
BAB VI

KAS DAN INVESTASI JANGKA PENDEK

Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat:


1. Mengidentifikasi pengendalian internal kas
2. Mendefinisikan dan menjelaskan kriteria investasi jangka pendek
3. Menghitung dan mencatat investasi jangka pendek
4. Penyajian investasi jangka pendek

A. PENGENDALIAN INTERNAL KAS


Banyak kasus kecurangan akuntansi yang menyebabkan suatu perusahaan mengalami
kebangkrutan. Cara utama kecurangan, serta kesalahan yang tidak disengaja, akan dicegah,
dideteksi atau dikoreksi dalam suatu organisasi melalui sistem pengendalian internal yang
layak. Pengendalian internal (internal control) merupakan rencana organisasi dan sistem
prosedur yang diimplementasikan oleh manajemen perusahaan dan dewan direksi, serta
dirancang untuk memenuhi lima tujuan berikut:
1. Menjaga asset. Perusahaan harus menjaga asetnya dari pemborosan, inefisiensi, dan
kecurangan. Jika perusahaan tidak berhasil menjaga asetnya, otomatis asset tersebut
hilang dan perusahaan akan mengalami kerugian. Perusahaan peritel (dagang) akan
memberlakukan sejumlah pengendalian fisik terhadap barang dagangannya untuk
menghidari aksi pencurian, baik oleh pelanggan maupun oleh karyawannya.
2. Mendorong karyawan untuk mengikuti kebijakan perusahaan. Semua orang dalam
organisasi, dari level karyawan hingga manajer harus dapat bekerja sama untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian yang memadai
menyediakan kebijakan yang jelas yang menghasilkan perlakuan yang adil baik bagi
pelanggan maupun karyawan
3. Mempromosikan efisiensi operasional. Perusahaan tidak boleh inefisiensi sumber daya
yang dimiliki dan menyia-nyiakan setiap manfaat yang ada. Misalkan pengambilan

107
diskon pembelian (potongan tunai ataupun potongan rabat), sehingga pengendalian yang
efektif akan mampu menekan biaya dan meningkatkan laba
4. Memastikan catatan akuntansi yang akurat dan dapat diandalkan. Catatan akuntansi yang
akurat merupakan hal yang penting. Tanpa pengendalian yang memadai, catatan mungkin
tidak dapat diandalkan. Informasi yang disajikan tidak dapat melaporkan bagian mana
dari perusahaan yang menguntungkan dan bagian mana yang merugikan.
5. Menaati persyaratan hukum. Perusahaan, layaknya manusia juga merupakan subyek
hukum. Jika mengabaikan hukum, perusahaan akan dikenai denda, demikian halnya
manajer yang melakukan kesalahan juga bisa dihukum. Pengendalian internal yang
efektif akan membantu memastikan ketaatan terhadap hukum dan membantu
menghindari kesulitan hukum

Komponen Pengendalian Internal


Pengendalian internal dapat dipecahkan dalam lima komponen:
1. Lingkungan pengendalian. Komponen ini dimulai dengan pemilik dan manajer puncak.
Mereka berperilaku profesional dan memberi tauladan yang baik bagi karyawannya.
Pemilik harus menunjukkan pentingnya pengendalian internal agar karyawan dapat
melaksanakan pengendalian dengan serius
2. Penilaian resiko. Perusahaan harus mampu mengidentifikasi resiko bisnisnya, serta
menerapkan prosedur untuk menghadapi resiko tersebut guna meminimalkan dampaknya
terhadap perusahaan. Penilaian resiko yang memadai akan menunjukkan letak kesalahan
atau kecurangan yang terjadi dan mencarikan solusi untuk menekan kerugian yang
ditimbulkan.
3. Sistem informasi. Pemilik perusahaan memerlukan informasi yang akurat untuk
menelusuri asset serta mengukur laba dan rugi. Setiap sistem dalam perusahaan yang
memproses data akuntansi harus mampu menangkap transaksi pada saat terjadinya,
mencatat (menjurnal) transaksi tersebut dengan cara yang akurat dan tepat waktu,
mengikhtisarkan (posting) transaksi tersebut ke dalam pembukuan (buku besar), dan
melaporkan transaksi tersebut dalam bentuk saldo akun atau catatan kaki dalam laporan
keuangan.

108
4. Prosedur pengendalian. Prosedur pengendalian yang dibentuk dalam lingkungan
pengendalian dan sistem informasi adalah sarana dimana perusahaan memperoleh akses
ke lima tujuan pengendalian internal seperti paparan di atas.
5. Pemantauan pengendalian. Ibarat sebuah rumah, pemantauan internal merupakan jendela
yang menyediakan “mata dan telinga”, sehingga tidak ada satu pun orang atau
sekelompok orang yang dapat memproses suatu transaksi tanpa diketahui oleh orang atau
kelompok lain. Dengan sistem terkomputerisasi yang modern, pemantauan atas aktifitas
sehari-hari dilakukan melalui pengendalian yang deprogram ke dalam teknologi
informasi perusahaan.

Prosedur Pengendalian Internal


Ada beberapa prosedur pengendalian internal yang harus dimiliki oleh perusahaan, antara lain:
1. Praktik perekrutan dan pemisahan yang cerdik.
Dalam perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang baik, tidak ada tugas
penting yang diabaikan, setiap orang dalam mata rantai informasi adalah penting. Mata
rantai tersebut dimulai dari tahap perekrutan. Dalam tahap ini dilihat latar belakang
mereka, yang dilanjutkan dengan tindakan pelatihan dan supervise yang tepat.
Pembayaran gaji yang kompetitif juga akan memastikan semua karyawan cukup
kompeten melakukan pekerjaannya. Dalam pemrosesan transaksi, manajemen akan
memisahkan tiga tugas kunci, yaitu penanganan asset, penyimpanan catatan, dan
persetujuan transaksi.
2. Memonitor perbandingan dan ketaatan.
Tidak ada orang atau departemen yang dapat menyelesaikan proses transaksi dari awal
hingga akhir tanpa diperiksa silang oleh orang ataupun departemen lain. Sebagai contoh,
divisi yang terpisah dari departemen bendahara harus bertanggung jawab menyetorkan
penerimaan kas harian di bank. Departemen controller harus bertanggung jawab
mencatatat penagihan piutang usaha setiap pelanggan. Karyawan yang ketiga (mungkin
orang di departemen controller yang merekonsiliasikan laporan bank) harus
membandingkan catatan harian departemen bendahara menyangkut kas yang disetorkan
dengan total penagihan yang diposting ke akun pelanggan individual oleh departemen

109
akuntansi. Salah satu alat yang paling efektif untuk memonitoring ketaatan terhadap
kebijakan manajemen adalah penggunaan anggaran operasi dan anggaran kas. Anggaran
operasi adalah anggaran laba bersih periode mendatang yang disiapkan menurut item lini
laporan laba rugi. Sedangkan anggaran kas adalah merupakan anggaran penerimaan kas
dan pengeluaran kas periode mendatang. Anggaran ini merupakan rencana keuangan
kuantitatif yang membantu pengendalian aktifitas manajemen sehari-hari.
3. Catatan yang memadai.
Catatan akuntansi menyediakan rincian tentang transaksi bisnis. Aturan umumnya adalah
bahwa semua transaksi harus didukung baik oleh salinan dokumen maupun catatan
elektronik.
4. Akses yang terbatas
Untuk pemisahan tugas tambahan, kebijakan perusahaan harus membatasi akses ke asset
hanya pada orang atau departemen yang memiliki tanggung jawab kustodial. Misalnya
akses ke kas harus dibatasi pada orang di departemen bendahara, askes persediaan harus
dibatasi pada orang di gudang perusahaan dimana persediaan disimpan, atau pada orang
di bagian pengiriman dan penerimaan. Semua catatan manual harus dilindungi oleh kunci
dan catatan elektronik dilindungi oleh password, sehingga hanya orang yang berwenang
yang memiliki akses ke catatan tertentu.
5. Persetujuan yang tepat
Tidak ada transaksi yang boleh diproses tanpa persetujuan umum atau spesifik dari
manajemen. Semakin besar nilai transaksi, semakin spesifik persetujuan yang harus
dimilikinya. Untuk transaksi individu yang bersifat kecil, manajemen dapat
mendelegasikan persetujuan kepada suatu departemen khusus.
6. Teknologi informasi
Dewasa ini sistem akuntansi tidak terlalu bergantung pada prosedur manual dan lebih
banyak bergantung pada teknologi informasi, baik dalam hal pembuatan catatan,
penanganan asset, persetujuan, pemantauan, dan pengamatan asset secara fisik.
Penggunaan computer memiliki keunggulan dalam kecepatan dan keakuratan. Akan
tetapi komputer yang tidak diprogram dengan benar dapat merusak data, dan
membuatnya tidak dapat digunakan. Untuk itu perekruktan karyawan IT yang mumpuni

110
menjadi salah satu pertimbangan yang penting, disamping alat pengamanan data
elektronik .

Dewasa ini banyak aktifitas jual-beli dilakukan melalui internet (e-commerce). Ketika
perusahaan dan pelanggan melaksanakan lebih banyak transaksi melalui internet, e-commers
memiliki resikonya sendiri. Seperti nomor kartu kredit yang dicuri, virus computer, ataupun
pemalsuan web (phishing expeditions). Hal ini berdampak pada sistem pengendalian internal
yang lebih baik dan terawasi. Semakin ketat sistem pengendalian internalnya, maka semakin
mahal biayanya. Sistem pengendalian internal yang terlalu kompleks dapat mencekik perusahaan
dengan birokrasi. Sehingga dalam hal ini perusahaan harus bijak mempertimbangkan
pengendalian internal dari segi biaya dan manfaat yang diperolehnya.
Salah satu alat pengendalian internal kas, adalah menempatkan kas perusahaan di bank.
Dengan menempatkan kas di bank berarti perusahaan telah mengamankan uang nasabah,
disamping adanya pencatatan oleh pihak bank sebagai kontrol pencatatatan yang dilakukan oleh
akunting perusahaan. Penyesuaian catatan bank dan catatan perusahaan sering disebut dengan
istilah “Rekonsiliasi Bank”. Dalam buku ini tidak dibahas lagi materi rekonsiliasi bank, karena
telah dibahas dalam materi Pengantar Akuntansi II. Demikian halnya dana kas kecil (petty cash
fund) sebagai alat pengendalian internal kas untuk pengeluaran yang nilai nominalnya relative
kecil (tidak dapat diselesaikan dengan penggunaan cek) tidak dibahas lagi dalam buku ini.

B. INVESTASI JANGKA PENDEK


Perusahaan melakukan investasi dalam banyak bentuk, mulai membeli dari pembelian
peralatan dan persediaan hingga melakukan investasi asset keuangan dan perusahaan lain.
Investasi jangka pendek, merupakan investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi perubahan nilai yang
signifikan misalnnya sertifikat deposito ataupun surat-surat berharga baik delam bentuk obligasi
maupun saham. Sertifikat deposito dan surat-surat berharga jangka pendek yang jatuh tempo
kurang dari 3 bulan diklasifikasikan sebagai setara kas, sedangkan sertifikat deposito dan surat-
surat berharga jangka pendek yang jatuh tempo 3 bulan dan tidak lebih dari 1 tahun
diklasifikasikan sebagai investasi jangka pendek (short-term investment).

111
Ada dua alasan mengapa perusahaan membeli investasi jangka pendek, antara lain: (1)
manajemen kas, perusahaan memiliki kas yang berlebih yang tidak digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional dalam waktu dekat, sehingga kas yang menganggur dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh keuntungan yang lebih maksimal, (2) Untuk memperoleh keuntungan dari
investasi yang dibeli. Dalam hal ini investasi disimpan dalam waktu dekat dan kemudian
menjualnya pada harga yang melebihi biayanya atau dengan kata lain demi memperoleh laba
jangka pendek. Sekuritas ini memungkinkan perusahaan untuk menginvestasikan kas selama
periode waktu yang singkat dan menghasilkan pengembalian hingga kas diperlukan. Itulah
mengapa investasi jangka pendek merupakan asset yang paling likuid setelah kas sebelum
piutang.
IAS 39-Financial Instrumen: Recognition and Measurement mengklasifikasikan lebih lanjut
asset keuangan ke dalam sekuritas yang diperdagangkan, pinjaman dan piutang, sekuritas yang
dipegang hingga jatuh tempo, dan investasi yang tersedia untuk dijual. Sekuritas yang
diperdagangkan merupakan istilah umum yang digunakan (berbasis IFRS) untuk investasi
jangka pendek dalam sekuritas yang diperdagangkan (marketable securities) seperti saham dan
obligasi.

C. PENCATATAN INVESTASI JANGKA PENDEK


Investasi jangka pendek dapat berbentuk investasi dalam utang (debt investment) dan
investasi dalam saham (share investments). Investasi dalam utang merupakan investasi dalam
pembelian obligasi baik yang dikeluarkan pemerintah maupun perusahaan, sedangkan investasi
dalam saham merupakan investasi dalam pembelian saham perusahaan lain. Ketika perusahaan
memiliki banyak saham perusahaan lain, maka kumpulan saham-saham ini disebut dengan
Portofolio Investasi (investmen portfolio).
Pencatatan investasi dalam obligasi, meliputi (1) pembelian obligasi (the acquisition),
pendapatan bunga (the interest revenue), (3) penjualan obligasi (the sale).
1. Pencatatan pembelian obligasi, misalnya PT ABC tgl 1 Januari 2011 membeli obligasi PT
XYZ sebanyak 50.000 lembar dengan nilai nominal Rp1.000/lembar bunga 8%, seharga
Rp54.000.000, termasuk komisi penjualan Rp1.000.000, maka ayat jurnal yang harus dibuat
adalah:

112
1 Januari Investasi dalam obligasi 54.000.000 -

- Kas - 54.000.000

2. Pencatatan pendapatan bunga


PT XYZ membayar bunga sebesar Rp2.000.000 (50.000.000 x 8% x 6/12), setiap 6 bulan sekali
yaitu 1 Juli dan 1 Januari, maka ayat jurnal tanggal 1 Juli
1 Juli Kas 2.000.000 -

- Pendapatan bunga obligasi - 2.000.000

Tanggal 31 Desember saat PT ABC tutup buku, maka ayat jurnal yang dibuat untuk
menyesuaikan pendapatan bunga adalah:
31 Desember Piutang bunga 2.000.000 -

- Pendapatan bunga obligasi - 2.000.000

Tanggal 1 Januari PT ABC kembali memperoleh bunga yang kedua, dengan ayat jurnal
18 Nov Kas 2.000.000 -

- Piutang bunga - 2.000.000

(asumsi tanpa jurnal pembalik)

3. Pencatatan penjualan obligasi


Ketika PT ABC menjual obligasi PT XYZ, akun investasi dalam obligasi akan dikredit sebesar
harga perolehannya. PT ABC melaporkan keuntungan atau kerugian penjualan yang merupakan
selisih antara harga neto (harga beli ditambah komisi) dengan harga jual. Misalkan PT ABC
menjual obligasi PT XYZ seharga Rp58.000.000 tanggal 1 Januari 2012 setelah memperoleh
pendapatan bunga, maka ayat jurnalnya:

113
1 Jan 2012 Kas 58.000.000 -

- Investasi dalam obligasi - 54.000.000

- Keuntungan penjualan - 4.000.000


investasi dalam obligasi

PT ABC melaporkan keuntungan dan (kerugian) penjualan investasi dalam Pendapatan dan
Beban lainnya dalam laporan laba rugi.

Pencatatan investasi dalam saham. Ilustrasi berikut dikutip dari Horisson,dkk (2012:287).
Perusahaan Nestle membeli saham Soni Corp, yang akan dijual kembali dalam beberapa bulan.
Jika harga pasar saham Soni Corp, naik maka Nestle akan memperoleh keuntungan. Demikian
sebaliknya jika harga saham Sony turun maka Nestle akan mengalami kerugian. Selama proses
tersebut, Nestle akan menerima pendapatan deviden dari Sony. Misalkan Nestle membeli
saham Sony pada tanggal 18 November, dengan membayar Rp100.000.000 tunai. Maka ayat
jurnal yang dibyat oleh Nestle, adalah:
18 Nov Investasi dalam Sony Corp. 100.000.000 -

- Kas - 100.000.000

Asumsikan bahwa Nestle menerima deviden tunai sebesar Rp.400.000, maka ayat jurnalnya
adalah:
18 Nov Kas 400.000 -

- Pendapatan deviden - 400.000

Keuntungan Dan Kerugian Yang Belum Direalisasi


Tahun fiskal Nestle berakhir pada tanggal 31 Desember, dan Nestle membuat laporan
keuangan. Nilai saham Sony telah naik, dan pada tanggal 31 Desember investasi Nestle

114
memiliki nilai pasar saat ini sebesar Rp102.000.000. Nilai pasar adalah jumlah dimana pemilik
dapat menjual sekuritas tersebut. Nestle memiliki keuntungan yang belum direalisasi
(unrealized gain) atas investasi:
a. Keuntungan karena nilai pasar sekuritas lebih besar dari biayanya (harga perolehan),
Rp102.000.000 > Rp100.000.000 (selisih lebih Rp2.000.000). Keuntungan ini
memiliki dampak yang sama seperti pendapatan yaitu meningkatkan ekuitas
b. Keuntungan yang belum direalisasi karena Nestle belum menjual sekuritas tersebut

Sekuritas yang diperdagangkan dilaporkan dalam neraca pada nilai pasar terkininya, karena
nilai pasar adalah jumlah yang dapat diterima oleh investor dengan menjual sekuritas tersebut.
Sebelum membuat laporan keuangan pada tanggal 31 Desember, Nestle menyesuaiakan investasi
dalam sekuritas Sony pada nilai pasarnya saat ini dengan ayat jurnal:
18 Nov Investasi dalam Sony Corp. 2.000.000 -

- Keuntungan yang belum - 2.000.000


direalisasi atas investasi

Setelah penyesuaian, akun investasi jangka pendek dari Nestle siap dilaporkan pada neraca
pada nilai pasar saat ini sebesar Rp102.000.000.
Disisi lain jika investasi Nestle pada saham Sony Corp.turun, misalkan menjadi
Rp95.000.000, maka Nestle akan melaporkan kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss).
Kerugian akan dianggap beban yang mengurangi ekuitas, sehingga untuk kerugian yang belum
direalisasi sebesar Rp5.000.000 (Rp100.000.000-Rp95.000.000) akan dijurnal sebagai berikut:
18 Nov Keuntungan yang belum 5.000.000 -
direalisasi atas investasi.

- Investasi dalam Sony Corp - 5.000.000

Sehingga setelah penyesuaian, akun investasi jangka pendek dari Nestle siap dilaporkan
pada neraca pada nilai pasar saat ini sebesar Rp95.000.000

115
D. PENYAJIAN INVESTASI JANGKA PENDEK
Investasi jangka pendek merupakan asset lancar yang disajikan dalam neraca setelah kas.
hal ini disebabkan Karena investasi jangka pendek sama likuidnya dengan kas dan dilaporkan
pada nilai pasar saat ini. Sementara itu. Investasi dalam sekuritas utang (obligasi) dan ekuitas
(saham) akan menghasilkan pendapatan bunga (untuk utang) dan pendapatan deviden (untuk
saham). Investasi juga menghasilkan keuntungan dan kerugian pada saat dijual kembali. Untuk
investasi yang diperdagangkan maka pos-pos tersebut dilaporkan dalam laporan laba rugi
sebagai pendapatan, keuntungan, dan kerugian lainnya.
Berikut penyajian neraca dan laporan laba rugi Nestle (sebagian):
Neraca Laporan laba rugi

Asset Lancar Pendapatan Rp xxx

Kas Rp xxx Beban Rp xxx

Investasi jangka pendek Pendapatan, keuntungan,

pada nilai pasar Rp102.000.000 (kerugian) lainnya

Piutang usaha Rp xxx Pendapatan bunga Rp xxx

Pendapatan deviden Rp 4.000.000

Keuntungan atas investasi

yang belum direalisasi Rp2.000.000

Laba Bersih Rp xxx

Keuntungan dan Kerugian yang Direalisasi


Keuntungan atau kerugian yang direalisasi hanya terjadi ketika investor menjual suatu investasi.
Keuntungan atau kerugian ini berbeda dengan keuntungan yang belum direalisasi yang
dilaporkan untuk Nestle seperti tabel di atas.
Misalkan Nestle menjual saham Sony Corp (asumsi setelah dilakukan penyesuaian harga pasar
Rp.102.000.000), dengan harga jual Rp98.000.000, maka ayat jurnal yang dibuat adalah:
116
18 Nov Kas 98.000.000 -

Kerugian atas penjualan investasi 4.000.000

- Investasi dalam Sony Corp - 102.000.000

Akuntan jarang menggunakan kata “direalisasi” dalam nama akun. Keuntungan (atau kerugian)
dipahami sebagai keuntungan (atau kerugian) yang direalisasi yang berasal dari transaksi
penjualan.

Rangkuman
Kas adalah media pertukaran standar serta merupakan dasar akuntansi dan pengukuran
untuk semua pos-pos lainnya. Kas meliputi kas di tangan (cash on hand) seperti uang logam,
uang kertas, cek dan bilyet giro yang telah jatuh tempo. Kasi di bank (cash in bank), seperti
rekening giro dan tabungan. Akan tetapi untuk mempermudah dalam pembelajaran akuntansi,
kedua akun kas ini (cash on hand dan cash in bank) dijadikan satu akun yaitu “KAS”.
Kas merupakan asset lancar yang paling likuid, sehingga kemungkinan untuk
disalahgunakan sangat besar. Untuk itu diperlukan pengendalian internal kas yang memadai
untuk mengamankan kas itu sendiri. Salah satunya adalah melalui rekening bank dan dana kas
kecil. Disamping itu pengamanan penerimaan dan pengeluaran kas harus dilindungi oleh sistem
informasi yang relevan, dan selalu mempertimbangkan asas biaya dan manfaat.
Investasi jangka pendek, dalam hal ini yang dimaksud adalah sekuritas yang
diperdagangkan (trading securities) merupakan investasi yang dilakukan perusahaan untuk
membeli surat berharga (sekuritas) baik dalam bentuk utang (debt investment) dan investasi
dalam saham (share investments). Penyajian kedua investasi ini mensyaratkan sebesar nilai
pasaranya (fair value).

Latihan Soal
Soal 1
Berikut adalah transaksi PT Maju Jaya yang berhubungan dengan investasi dalam obligasi

117
- 1 Januari : membeli 30.000 lembar obligasi PT Himalaya, nominal Rp1.000, 10%,
ditambah komisi penjualan Rp900.000. Bunga dibayar setiap tgl 1 Juli dan 1
Januari
- 1 Juli : menerima bunga dari PT Himalaya
- 1 Juli : menjual 15 lembar obligasi PT Himalaya dengan harga Rp15.000.000
dikurangi komisi penjualan Rp400.000
Soal 2
PT Heksa, perusahaan perbankkan investasi, seringkali memiliki kas ekstra untuk diinvestasikan.
Pada tanggal 15 Desember 2010 PT Heksa membeli 800.000 lembar saham PT Andi dengan
harga Rp.540 per saham. Asumsikan bahwa PT Heksa berharap memegang saham PT Andi
selama satu bulan dan kemudian menjualnya. Pada tanggal 31 Desember 2010 harga pasar per
saham PT Andi sebesar RP660 per saham
Diminta:
1. Jenis investasi apa ini bagi PT Heksa? Berikan alasannya
2. Catatlah pembelian PT Heksa atas saham PT Andi pada tanggal 15 Desember dan
penyesuaian terhadap nilai pasar pada tanggal 31 Desember
3. Tunjukkan bagaimana PT Heksa akan melaporkan investasi tersebut pada neraca per 31
Desember 2010 dan setiap keuntungan atau kerugian pada laporan laba ruginya.
Soal 3.
PT DOD melaporkan investasi jangka pendek pada neracanya. Berikut adalah transaksi yang
melibatkan investasi jangka pendek.
2010
12 Desember Membeli 600 lembar saham PT ARDY seharga Rp21.600.000, PT DOD
berencana menjual saham itu dengan meraih laba dalam waktu dekat
21 Menerima deviden tunai sebesar Rp81 per saham atas investasinya pada PT
Ardy
31 Menyesuaikan investasi dalam PT Ardy. Nilai pasar saat ini adalah
RP27.000.000, PT DOD masih berencana menjual saham pada awal tahun 2011
2011
16 Jan Menjual saham PT Ardy seharga Rp35.670.000

118
Diminta:
1. Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
2. Bukukan transaksi tersebut dalam buku besar “T”, akun kas bersaldo awal Rp97.000.000
3. Sajikan dalam neraca dan laporan laba rugi PT DOD untuk tahun yang berakhir 2010

119
BAB VII

PIUTANG

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:

1. Mendefinisikan piutang
2. Menyebutkan pengendalian internal terhadap piutang
3. Mencatat piutang dagang
4. Mencatatat penghapusan piutang dagang dengan metode langsung dan cadangan
5. Mencatat piutang wesel

A. PENGERTIAN PIUTANG

Piutang (receivable) adalah klaim moneter terhadap pihak lainnya. Dua jenis piutang
yang utama adalah piutang dagang dan piutang wesel. Piutang dagang (trade receivable) adalah
jumlah yang dapat ditagih dari pelanggan atas penjualan barang dan jasa. Akun ini dapat juga
disebut sebagai piutang usaha. Akun piutang dagang dalam buku besar umum berperan sebagai
akun pengendali (control account) yang mengikhtisarkan jumlah total piutang dari semua
pelanggan. Perusahaan juga menyelenggarakan catatan pembantu (subsidiary record) piutang
usaha dengan akun terpisah untuk setiap pelanggan. Materi ini telah dibahas di materi Pengantar
Akuntansi I (buku besar utama dan buku besar pembantu dalam perusahaan dagang).

Piutang wesel atau yang disebut juga wesel tagih (notes receivable) merupakan kontrak
yang lebih formal ketimbang piutang dagang. Untuk wesel, peminjam menandatangani janji
tertulis untuk membayar pemberi pinjaman suatu jumlah tertentu pada tanggal jatuh temponya
(maturity), ditambah bunga. Inilah mengapa wesel juga disebut promissory notes. Wesel dapat
mengharuskan peminjam untuk menjamin keamanan atas pinjaman tersebut. Ini berarti bahwa
peminjam memberikan ijin kepada pemberi pinjaman untuk mengklaim asset tertentu, yang
disebut jaminan (collateral), jika peminjam gagal membayar jumlah tersebut ketika jatuh
tempo.

120
Piutang lainnya (other receivable) adalah kategori lain untuk semua piutang selain piutang
dagang dan piutang wesel. Misalnya pinjaman terhadap karyawan dan kepada perusahaan terkait.

B. PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PIUTANG

Perusahaan yang menjual secara kredit akan menerima sebagian besar penerimaan kasnya
dari penagihan piutang usaha. Pengendalian internal terhadap penagihan kredit merupakan hal
yang penting. Karena penyelesaian piutang menyangkut penerimaan kas, maka pengendalian
internal piutang tidak jauh berbeda dengan pengendalian kas. hal yang terpenting yang perlu
diperhatikan adalah adanya pemisahan tugas dan wewenang antara pemegang pembukuan
(akunting) dan yang menangani kas (kasir). Misalnya pemegang pembukuan juga melakukan
menyetoran kas harian ke bank. karena bertugas menangani kas, pemegang pembukuan dapat
melakukan lapping piutang usaha. Selain itu dia juga dapat mencuri kas pelanggan yang masuk
dan menghapus akun pelanggan sebagai piutang tak tertagih.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, ada beberapa pengendalian internal yang harus
dilakukan seperti, pemegang pembukuan tidak diperkenankan untuk menangani kas. Hanya
bagian piutang (atau manajer) yang diperkenankan untuk mengkredit piutang usaha pelanggan
yang nanti akan dibukukan oleh bagian pembukuan. Selain itu penggunaan kotak terkunci di
bank juga dapat mencapai pemisahan tugas yang sama. Pelanggan mengirimkan pembayarannya
langsung ke bank perusahaan (bank tempat perusahaan menyetorkan kasnya). Pihak bank akan
langsung mencatat setoran masuk di perusahaan. Pihak bank kemudian meneruskan penagihan
ini ke bagian piutang (manajer) yang akan diteruskan kembali ke pemegang pembukuan untuk
mengkredit akun pelanggan, sehingga dalam hal ini tidak ada satupun karyawan perusahaan
yang menyetuh kas yang masuk.

C. AKUNTANSI PIUTANG DAGANG

Menjual secara kredit memiliki keuntungan dan kerugian atau disebut juga manfaat dan
biaya. Manfaat atau keuntungannya penjualan dapat meningkat yang diikuti peningkatan laba.
Hal ini disebabkan pelanggan yang tidak mampu membayar tunai, masih dapat melakukan
pembelian ke perusahaan sehingga jumlah pelanggan semakin banyak. Namun penjualan secara

121
kredit ini memiliki biaya (kerugian) yang ditimbulkan dari piutang-piutang kemungkinan tidak
dapat dilunasi oleh pelanggan.

1. Pengakuan Piutang Dagang

Pengakuan piutang dagang yang berasal dari penjualan barang dipengaruhi syarat
pengiriman (terms of shipping). Jika syarat pengiriman adalah f.o.b (free on board) shipping
point, piutang dagang diakui ketika hak kepemilikan berpindah kepada pembeli di tempat
pengiriman, yaitu ketika penjual menyerahkan barang kepada perusahaan pengangkutan. Jika
syarat pengiriman adalah f.o.b. destination, piutang dagang diakui ketika hak kepemilikan
berpindah tangan pembeli di tempat tujuan, yaitu ketika pembeli menerima barang dari
perusahaan pengangkutan.

Piutang dagang diakui dan dicatat sebesar harga yang sesungguhnya (actual price), yaitu
harga yang tercantum pada katalog dikurangi dengan diskon dagang (trade discount). Selain
potongan dagang penjual juga dapat memberikan diskon penjualan (sales discount) sebagai
insentif agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon penjualan ini dinyatakan
dengan syarat kredit (credit term), misalnya 2/10, n/30 atau 3/15, EOM. Sehubungan dengan
diskon penjualan ada dua metode yang dapat digunakan dalam mencatat piutang dagang yaitu
metode kotor (gross method) dan metode bersih (net method). Dalam metode kotor, piutang
datang dicatatat pada nilai kotor. Jika diskon diambil akan dicatat mendebet akun diskon
penjualan. Akun diskon penjualan disajikan pada laporan laba rugi sebagai pengurang akun
penjualan. Apabila metode bersih digunakan maka piutang dagang akan dicatat dengan nilai
bersih setelah dikurangi dengan diskon penjualan. Oleh Karena itu, jika diskon tidak diambil
maka pada tanggal habisnya masa diskon, piutang dagang harus disesuaikan (ditambahkan
kembali) dengan mengkredit akun diskon penjualan yang hilang (sales discounts forfeited).

Ilustrasi, PT Binggo menjual 10 unit barang dagangannya secara kredit dengan harga
catalog Rp1.100.000/ unit (termasuk PPN) pada 1 Januari 2011. Barang dijual dengan potongan
dagang 10% dan syarat kredit 2/10,n/30. Maka ayat jurnal yang dibuat adalah

122
Metode kotor

1 Januari Piutang dagang 9.000.000* -

Piutang PPN 900.000**

- Penjualan - 9.000.000
- PPN keluaran
- 900.000

* 90% x 1.100.000 x 10 unit x 100/110 = 9.000.000


** 10% x 9.000.000 = 900.000

Metode bersih

1 Januari Piutang dagang 8.820.000* -

Piutang PPN 900.000**

- Penjualan - 8.820.000
- PPN keluaran
- 900.000

* 90% x 98% x 1.100.000 x 10 unit x 100/110 = 8.820.000


** 10% x 9.000.000 = 900.000

Jika ada retur (pengembalian barang) atau pengurangan harga maka, piutang dagang harus
dikurangi dengan mendebet akun retur dan pengurangan harga (sales return and allowances).
Contoh, pada kasus PT Binggo di atas, tanggal 3 Januari 2 unit barang dikembalikan karena
rusak, maka ayat jurnalnya:

Metode kotor

3 Januari Retur penjualan dan pengurangan 1.800.000* -

123
harga

PPN keluaran 180.000**

- Piutang dagang - 1.800.000


- Piutang PPN
- 180.000

* 90% x 1.100.000 x 2 unit x 100/110 = 1.800.000


** 10% x 1.800.000 = 180.000

Metode bersih

3 Januari Retur penjualan dan pengurangan 1.764.000* -


harga

PPN keluaran
180.000**

- Piutang dagang - 1.764.000


- Piutang PPN
- 180.000

* 90% x 98% x 1.100.000 x 2 unit x 100/110 = 1.764.000


** 10% x 1.800.000 = 180.000

Jika dilunasi tanggal 9 Januari (masih dalam masa potongan), maka ayat jurnalnya

Metode kotor

9 Januari Kas 7.776.000 -

Potongan penjualan 144.000

- Piutang dagang - 7.200.000

124
- Piutang PPN - 720.000

* Potongan penjualan = 7.200.000 x 2% = 144.000


Piutang dagang = 9.000.000 – 1.800.000 = 7.200.000

Piutang PPN = 900 - 180.000 = 720.000

Kas = (7.200.000 + 720.000) - 144.000

Metode bersih

9 Januari Kas 7.776.000 -

- Piutang dagang - 7.056.000


- PPN keluaran
- 720.000

Piutang dagang = 8.820.000 – 1.764.000 = 7.056.000

Piutang PPN = 900 - 180.000 = 720.000

Jika dilunasi tanggal 15 Januari (diluar masa masa potongan), maka ayat jurnalnya

Metode kotor

15 Januari Kas 7.920.000 -

- Piutang dagang - 7.200.000


- Piutang PPN
- 720.000

Piutang dagang = 9.000.000 – 1.800.000 = 7.200.000

Piutang PPN = 900 - 180.000 = 720.000

125
Metode bersih

15 Januari Piutang dagang 144.000 -

- Diskon penjualan yang - 144.000


hilang
(Mencatat diskon penjualan yang hilang)

15 Januari Kas 7.920.000 -

- Piutang dagang - 7.200.000


- PPN keluaran
- 720.000

Piutang dagang = (8.820.000 – 1.764.000) + 144.000 = 7.056.000

Piutang PPN = 900 - 180.000 = 720.000

2. Penilaian piutang dagang

Seperti pada paparan sebelumnya bahwa salah satu resiko yang harus ditanggung
perusahaan yang memiliki penjualan kredit adalah piutang-piutang yang tidak bisa ditagih (gagal
bayar). Kegagalan bayar oleh debitur ini, merupakan kerugian bagi perusahaan yang dicatat
sebagai beban. Beban kerugian piutang ini, sering disebut Beban Kerugian Piutang (BKP), atau
beban piutang tak tertagih (uncollectible-account expense), atau bad debt expense, atau
impairment of receivable expense. Untuk mengukur beban kerugian piutang ini ada dua metode
yaitu metode cadangan (penyisihan), atau dalam kasus tertentu dengan metode penghapusan
langsung.

Metode penyisihan, merupakan cara terbaik untuk menyajikan piutang tak tertagih. IAS39-
Financial Instrument:Regognition and Measurement menyatakan bahwa pinjaman dan piutang
seperti asset keuangan lainnya, menurun nilainya jika terdapat bukti penurunan nilai yang

126
objektif akibat satu atau lebih “peristiwa kerugian” yang terjadi setelah pengakuan awal. Seperti
misalnya:

- Kesulitan keuangan signifikan yang dialami debitor tertentu, termasuk kemungkinan


jatuh bangkrut
- Pelanggaran kontrak oleh debitur tertentu, seperti kegagalan atau ketidakmampuan untuk
membayar bunga dan atau pokok
- Perubahan jumlah pembayaran tertunda yang merugikan oleh debitor secara umum
- Kondisi ekonomi nasional atau local yang berhubungan dengan kegagalan oelh debitor
secara umum (misalnya kenaikan tingkat pengangguran dan perubahan kondisi industri
yang merugikan yang mempengaruhi debitor)

Jadi metode penyisihan mencatat sejumlah kerugian berdasarkan estimasi yang


dikembangkan dari pengalaman penagihan perusahaan serta informasi dari debitor. Perusahaan
tidak menunggu, mana pelanggan yang gagal bayar namun menggunakan estimasi untuk
menaksir jumlah kerugian piutang yang ditimbulkan. Estimasi ini yang sering disebut dengan
istilah “Cadangan Kerugian Piutang /CKP” atau penyisihan piutang tak tertagih, atau penyisihan
penurunan nilai piutang. Akun ini merupakan akun kontra dari piutang dagang itu sendiri,
sehingga dalam laporan keuangan akan tampak sebagai berikut

Neraca (sebagian) Laporan laba rugi (sebagian)

Asset Lancar Pendapatan Rp xxx

Piutang dagang Rp xxx Beban

Dikurangi Beban piutang tak tertagih (Rp xxx)

Penyisihan piutang tak tertagih (Rp xxx) Laba Bersih Rp xxx

Piutang dagang, bersih Rp xxx

127
Untuk mengestimasi piutang tak tertagih ini dapat ditempuh melalui 2 (dua) cara yaitu dengan
melihat informasi mengenai penjualan (% penjualan) atau melalui informasi dari akun piutang
itu sendiri (% dari piutang). Kedua metode ini telah dibahas dalam buku Pengantar Akuntansi II,
sehingga tidak dibahas secara mendalam dalam buku ini. Namun untuk tetap mengingatkan
materi sebelumnya, maka akan dicontohkan pencatatan piutang tak tertagih yang sering dipakai,
dalam hal ini umur piutang. Cara terpopuler untuk mengestimasi piutang tak tertagih adalah
umur piutang (aging of receivables). Metode ini didasarkan atas prosentase tertentu terhadap
golongan umur piutang. Dalam keadaan demikian maka pada akhir periode perlu dibuat Daftar
Umur Piutang .Contoh daftar umur pitang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

PT NAN
Daftar Umur Piutang
Per 31 Desember 2011
Nama langganan Belum Umur piutang Total
Jatuh tempo

1-30 31-60 > 60

Pelanggan A 400.000 400.000

Pelanggan B 100.000 100.000 200.000

Pelanggan C 300.000 200.000 200.000 100.000 800.000

…………….. ……… ……… …….. …….. ……..

Total 11.060.000 1.363.000 370.000 1.093.000 13.886.000

Persentase tak tertagih 1,0% 5,0% 12,5% 20,0%

Cadangan yang dibentuk 111.000 68.000 46.000 219.000 444.000

Setelah saldo piutang dikelompokkan menurut umur, maka terhadap tiap-tiap kelompok
umur diterapkan suatu prosentase tertentu yang dianggap sebagai piutang tak tertagih. Prosentase
128
yang ditetapkan tiap kelompok umur tidak harus sama. Jumlah piutang tak tertagih yang dihitung
berdasarkan prosentase terhadap saldo tiap kelompok umur merupakan Cadangan Kerugian
Piutang yang harus nampak dalam neraca pada tanggal tersebut. Oleh karena itu Jumlah kerugian
piutang pada ayat jurnal penyesuaian adalah selisih antara jumlah saldo yang harus nampak dan
saldo awal yang ada dalam rekening cadangan.

Misalkan dalam neraca saldo menunjukkan rekening Cadangan Kerugian Piutang


bersaldo awal kredit sebesar Rp293.000, maka ayat jurnal penyesuaian yang dibutuhkan adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

31 Des Kerugian piutang 151.000

- Cadangan kerugian piutang 151.000


(untuk mencatat taksiran kerugian
piutang tahun 2011 ; Rp444.000-
Rp293.000)

* Saldo cadangan kerugian piutang


yang seharusnya ada pada akhir tahun Rp. 444.000
Saldo cadangan kerugian piutang
sebelum ayat jurnal penyesuaian ( 293.000 )
Kerugian piutang Rp. 151.000
Setelah jurnal penyesuaian tersebut dibukukan ke buku besar masing-masing, maka rekening
kerugian piutang akan bersaldo debet Rp151.000 dan rekening Cadangan Kerugian Piutang
bersaldo kredit Rp.444.000. Apabila perkiraan cadangan kerugian piutang sebelum ayat jurnal
penyesuaian bersaldo debet maka kerugian piutang yang harus dibebankan adalah kebalikannya
yaitu jumlah saldo cadangan kerugian piutang ditambah dengan saldo yang seharusnya ada pada
akhir tahun

3. Pencatatan Penghapusan Piutang


Apabila piutang benar-benar tidak dapat ditagih maka pihak perusahaan akan
memutuskan untuk menghapus piutang tersebut atas persetujuan pihak menajemen.

129
Seperti contoh diatas misalkan manajemen PT NAN menyetujui untuk menghapus piutang CV
FA dan CV FU, masing-masing sebesar Rp9.000 dan Rp.3.000,- Maka jurnal yang dibuat adalah.

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Des Cadangan kerugian piutang Rp.12.000
- Piutang dagang- CV FA Rp. 9.000
- Piutang dagang – CV FU RP. 3.000
(mencatat penghapusan piutangCV FA dan
CV FU )

Penghapusan suatu piutang akan mengurangi saldo piutang dagang dan cadangan kerugian
piutang, tetapi nilai tunai yang dapat direalisasikan dari piutang tetap tidak berubah.

4. Penerimaan Kembali piutang yang telah dihapuskan


Apabila perusahaan menerima kembali piutang yang telah dihapuskan, maka perusahaan akan
membuat dua ayat jurnal yaitu:
a. Mencatat balik piutang yang telah dihapuskan sebesar yang akan ditagih, misalkan
piutang CV FA dapat ditagih kembali sejumlah Rp4.500 maka ayat jurnalnya
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31 Des Piutang dagang Rp.4.500
- Cadangan kerugian piutang Rp. 4.500
(untuk mencatat balik piutang ibu CV
FA yang telah dihapus )

b. Mencatat penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus, dengan jurnal
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31 Des Kas Rp.4.500
- Piutang dagang Rp. 4.500
(untuk mencatat penagihan piutang dari
CV FA )

130
5. Metode Penghapusan Langsung (direct method)
Terdapat cara lain, yang tidak popular untuk mencatat piutang tak tertagih, yaitu dengan
metode penghapusan langsung. Perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung,
apabila piutang tersebut benar-benar tidak dapat ditagih kembali (terjadi gagal bayar) maka pada
saat ini kerugian piutang tersebut langsung didebet dalam rekening kerugian piutang dan
rekening piutang dagang sebagai lawannya.
Contoh: pada tanggal 10 Juni perusahaan memutuskan bahwa piutang PT Jaya sebesar
Rp.150.000 dihapuskan, maka ayat jurnal yang harus dibuat adalah.

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Des Beban kerugian piutang Rp.150.000
- Piutang dagang Rp. 150.000
(untuk menghapus piutang PT Jaya )

Standar akuntansi keuangan tidak menganjurkan penggunaan pendekatan ini karena


dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar akuntansi terutama prinsip penandingan
beban/kos dengan pendapatan (matching concept) dan prinsip kehati-hatian (konservatis).
Kadang-kadang, metode ini digunakan untuk keperluan perhitungan pajak penghasilan. Ini
merupakan salah satu dari beberapa sumber perbedaan sementara yang muncul antara laba
bersih untuk tujuan pelaporan keuangan dan laba bersih untuk tujuan perpajakan.

D. Penjualan dengan Kartu Kredit atau Kartu Bank


Dewasa ini pembayaran dengan kartu kredit sangatlah popular, kenyamanan bertransaksi
lewat cara ini sangat diminati oleh pelanggan. Strategi ini dapat meningkatkan penjualan secara
signifikan, tetapi pendapatan tambahan yang diperoleh tetap saja membutuhkan biaya yang
umumnya 2%-3% dari total penjualan.
Misalnya Fujutsu menjual computer sebesar Rp4.000.000 dan pelanggan membayar dengan
kartu kredit BCA, maka Fujutsu akan mencatat penjualan tersebut sebagai berikut.

131
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Kas 3.920.000
Fee pemrosesan kartu kredit 80.000
- Penjualan 4.000.000
(memcatat penjualan dengan kartu
kredit)

Fujutsu memasukkan transaksi ke dalam mesin kartu kredit BCA. Mesin tersebut yang akan
terhubung dengan server BCA, yang secara otomatis akan mengkredit rekening Fujitsu untuk
bagian yang didiskontokan. Bagi Fujitsu fee pemrosesan kartu kredit adalah beban operasi yang
mengurangi laba bersih periode yang bersangkutan.
E. Piutang Dagang Sebagai Sumber Kas
Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang dagang, perusahaan dapat
menjaminkan atau menjual (factoring) piutang dagang kepada pihak lain
a. Penjaminan piutang
Piutang dagang dapat dijaminkan dalam suatu transaksi pinjaman. Kreditor sering mengharuskan
peminjam untuk menggadaikan piutang dagangnya sebagai jaminan pinjaman. Jika pinjaman
tidak dibayar pada saat jatuh tempo, kreditor memiliki hak untuk menagih piutag dagang
tersebut. Pinjaman dibuktikan dengan dengan janji tertulis (wesel).
Misalkan
PT. Risa tgl 1 April 2012 meminjam uang di bank X sebesar 200.000.000 dgn jaminan berbentuk
piutang dagang 300.000.000. Pinjaman ini dikenakan biaya adm 1% dari jumlah piutang yang
dijaminkan, bunga 12% per tahun. Selama April 2012 piutang dapat ditagih 300.000.000, tgl 30
april disetor ke bank utk melunasi pinjaman.

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1 Maret Piutang dagang yang dijaminkan 300.000.000
- Piutang dagang 300.000.000
(mencatatat piutang dagang yang
dijaminkan)

132
Kas 197.000.000
Biaya administrasi 3.000.000
- Utang bank 200.000.000
(mencatatat penerimaan kas)

Selama bulan maret perusahaan menagih piutang dagang sebesar Rp180.000.000 dikurangi
potongan penjualan Rp1.000.000 dan menerima retur penjualan Rp2.000.000. Ayat jurnal yang
harus dibuat adalah:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Kas 179.000.000
Potongan penjualan 1.000.000
- Piutang dagang dijaminkan 180.000.000
(mencatatat penerimaan kas)
Retur penjualan dan pengurangan harga 2.000.000
- Piutang dagang yang
dijaminkan 2.000.000
(mencatat retur penjualan)

Pada 1 April perusahaan membayar pihak bank atas penagihan bulan Maret ditambah bunga:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 April Utang bank 179.000.000
Biaya bunga 2.000.000
- Kas 181.000.000
(mencatat pembayaran utang bank)
* utang bank dicatat sebesar kas yang
diterima
Biaya bunga = 200 jt x 12% x 1/12

Selama bulan april perusahaan menagih sisa piutang dagang dikurangi Rp800.000 yang
dihapuskan karena tidak tertagih

133
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Cadangan kerugian piutang 800.000
- Piutang dagang yang dijaminkan 800.000
(mencatat penghapusan piutang)

Kas 117.200.000
- Piutang dagang yang 117.200.000
dijaminkan
(mencatat penagihan sisa piutang = 300
jt-182 jt-800.000)

Pada 1 Mei perusahaan membayar sisa utang bank ditambah bunga


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 April Utang bank 21.000.000
Biaya bunga 210.000
- Kas 21.210.000
(mencatat pembayaran utang bank)
Biaya bunga: 21.000.000 x 12% x 1/12

b. Faktoring (penjualan piutang)


Pengalihan piutang (factoring) adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau
pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi
usaha kepada factor (lembaga pembiayaan atau lembaga lain yang membeli dan atau menerima
pengalihan piutang. Atas pengalihan piutang ini, factor akan menerima pendapatan bunga atau
diskonto, dan kemudian berharap menagih jumlah penuh dari pelanggan (klien). Manfaat bagi
perusahaan yang menjual piutangnya kepada factor, adalah penerimaan kas dengan segera.
Kelemahan tersbesar dalam factoring adalah bahwa proses tersebut cukup mahal, jika
dibandingkan dengan biaya mempertahankan piutang pada pembukuan dan akhirnya menagih
jumlah penuh. Selain itu perusahaan yang memfactorkan piutangnya juga dapat kehilangan

134
kendali atas proses penagihan dan bertanggung jawab atas setiap piutang tak tertagih yang
mungkin muncul setelah factoring. Karena alas an tersebut, factoring sering kali tidak digunakan
oleh perusahaan yang memiliki cara lain yang lebih murah untuk memperoleh kas, seperti
pinjaman jangka pendek dari bank. Factoring dapat digunakan oleh perusahaan yang baru berdiri
dengan sejarah kredit yang tidak cukup baik untuk memperoleh pinjaman dengan biaya yang
masuk akal, oleh perusahaan yang sejarah kreditnya lebih lemah, atau oleh perusahaan yang
telah terbebani utang yang signifikan.
Seperti ilustrasi berikut, PT Alba ingin mempercepat arus kasnya sehingga menjual piutang
usaha senilai Rp100.000.000, ke PT Sukofindo (factor) sebesar Rp95.000.000. Perusahaan akan
mencatat penjualan piutang sebagai berikut.

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Kas 95.000.000
Beban pembiayaan 5.000.000
- Piutang usaha 100.000.000
(menjual piutang usaha)

Beban pembiayaan merupakan beban operasi, dan memiliki dampak yang sama seperti
beban bunga. Hal ini berdampak pada perusahaan yang harus menanggung harga yang tinggi
(5% dari jumlah nominal) untuk menagih kas dengan segera, dibandingkan dengan menunggu 30
hingga 60 hari untuk menagih dalam jumlah yang penuh. Karena itu, jika memungkinkan,
perusahaan mungkin tidak akan terlibat dalam factoring untuk menagih piutang.

F. AKUNTANSI PIUTANG WESEL

Seperti dinyatakan sebelumnya, piutang wesel bersifat lebih formal dari piutang usaha. Piutang
wesel yang jatuh tempo dalam satu tahun atau kurang diklasifikasikan sebagai asset lancar.
Sedangkan piutang wesel yang jatuh temponya melebihi satu tahun merupakan piutang jangka
panjang dan dilaporkan dalam neraca sebagai asset jangka panjang. beberapa piutang wesel
akan ditagih secara cicilan. Bagian yang yang jatuh temponya dalam satu tahun merupakan asset
135
lancar dan sisanya merupakan asset jangka panjang. Topik ini telah dibahas dalam materi
Pengantar Akuntansi II, namun untuk mengingatnya lagi maka akan kembali disampaikan
secara ringkas.

Ada beberapa hal yang terkait dengan piutang wesel yaitu:

a. Kreditor ; pihak kepada siapa uang terutang, disebut juga pemberi pinjaman (lender)
b. Debitor ; pihak yang meminjam dan berutang uang atas wesel. Debitor juga disebut
pembuat (maker) wesel atau peminjam (borrower)
c. Bunga (interest) ; bunga adalah biaya peminjaman uang, yang dinyatakan dalam
presentase tertentu dalam satu tahun
d. Tanggal jatuh tempo (maturity date) ; tanggal jatuh tempo wesel, dimana debitor harus
melunasi utangnya (membayar wesel)
e. Nilai jatuh tempo (maturity value) ; jumlah pokok wesel ditambah bunga wesel
f. Pokok/ nilai nomina; (principal) ; jumlah uang yang dipinjam oleh debitor yang tertera
pada surat wesel
g. Masa (term) ; lamanya waktu sejak wesel diterbitkan hingga harus dilunasi

Akuntansi piutang wesel dapat diilustrasikan dalam contoh berikut. Misalkan 31 Agustus 2010,
CV Perdana menandatangani wesel, untuk peminjaman kas kepada Bank Permai. Nilai nominal
wesel adalah Rp10.000.000 dengan tingkat bunga 9%/tahun, dan akan dilunasi tanggal 28
Feberuari 2011. Maka ayat jurnal yang dibuat oleh Bank Permata adalah:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31 Piutang wesel 10.000.000
Agustus - Kas 10.000.000
(mencatat piutang wesel CV Perdana)

Bank Permai, akan menghasilkan pendapatan bunga selama bulan September, Oktober,
November, dan Desember. Pada tanggal 31 Desember, bank akan mengakrualkan pendapatan
bunga 9% selama 4 bulan sebagai berikut.

136
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31 Piutang bunga 300.000
Desember - Pendapatan bunga 300.000
(mencatat piutang bunga wesel CV
Perdana)
10.000.000 x 9% x 4/12

Bank menagih wesel pada CV Perdana tanggal 28 Februari 2011, dengan ayat jurnal:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


28 Kas 10.450.000
Feberuari - Piutang wesel 10.000.000
- Piutang bunga 300.000
- Pendapatan bunga 150.000
(menagih piutang wesel CV Perdana
pada saat jatuh tempo)

Beberapa perusahaan menjual barang dan jasa dengan piutang wesel (dan bukan menjual dengan
piutang usaha). Hal ini sering kali terjadi apabila jangka waktu pembayaran melampaui periode
piutang usaha yang lazim yaitu 30 – 60 hari. Misalkan pada tanggal 1 Maret, Nestle menjual
sejumlah barang dagang ke Carrefour. Nestle memperoleh piutang wesel (promissory note) tiga
bulan dari Carrrefour ditambah bunga tahunan 10%. Pada saat ini Nestle akan mendebet
Piutang Wesel dan mengkredit Penjualan. Disamping itu perusahaan juga dapat menerima
piutang wesel dari pelanggan yang piutang dagangnya telah jatuh tempo. Dalam kasus ini
perusahaan akan mendebet Piutang Wesel dan mengkredit Piutang Dagang.

RANGKUMAN

Istilah piutang meliputi semua klaim uang terhadap entitas-entitas lain, termasuk
perorangan, perusahaan, dan organisasi lainnya. Piutang biasanya diklasifikasikan sebagai
piutang usaha, wesel tagih, atau piutang lain-lain. Pengendalian internal yang berlaku bagi
137
piutang meliputi pemisahan tanggung jawab atas fungsi-fungsi yang berhubungan. Dengan
pemisahan ini, pekerjaan seorang karyawan bisa berfungsi sebagai pengecekan atas pekerjaan
orang lain.

Dua metode akuntansi untuk piutang tak tertagih adalah metode penyisihan dan metode
penghapusan langsung. Metode penyisihan meminta pembayaran dimuka atas piutang tak
tertagih. Metode penghapusan langsung mengakui beban hanya apabila piutang tersebut
dianggap tidak akan tertagih. Dengan metode penyisihan, ayat jurnal penyesuaian yang
dilakukan pada akhir tahun adalah: (1) melakukan pengurangan nilai piutang hingga ke jumlah
kas yang diperkirakan akan terrealisasi di masa depan, (2) mengalokasikan beban yang
diharapkan dari pengurangan piutang ke periode berjalan. Ayat jurnal penyesuian itu mendebit
biaya piutang tak tertagih (kerugian piutang) dan mengkredit penyisihan piutang tak tertagih
(cadangan kerugian piutang/CKP). Jika piutang dianggap tidak tertagih, maka piutang tersebut
akan dihapus dengan akun penyisihan.

Dalam metode penyisihan, penilaian piutang bersih dapat dilakukan dengan 2 metode
yaitu berdasarkan estimasi dari penjualan, dan estimasi dari piutang. Jika pada estimasi piutang
tak tertagih didasarkan pada jumlah penjualan periode fiskal, maka ayat jurnal penyesuaian
dibuat tanpa mengacu pada saldo akun penyisihan, jika estimasi piutang tak tertagih didasarkan
pada jumlah dan umur piutang pada akhir periode maka, ayat jurnal penyesuian dibuat
sedemikan rupa sehingga saldo akun penyisihan sama dengan estimasi piutang tak tertagih pada
akhir periode.

Piutang wesel merupakan janji tertulis dari satu pihak ke pihak lain untuk membayar
sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Untuk itu wesel tagih
jika dibandingkan dengan piutang memiliki kekuatan hukum yang lebih jelas.

138
Latihan Soal

Soal 1
PT Angita mengestimasi bahwa 2% dari total penjualan kreditnya tidak dapat ditagih. Besarnya
penjualan kredit yang telah terjadi sepanjang periode (tahun 2010) sebesar Rp500.000.000.
Jumlah bruto piutang usaha pada akhir periode (akhir tahun 2010) sebesar Rp85.000.000
sedangkan akun CK P pada awal periode (sebelum ayat jurnal penyesuaian) bersaldo kredit
sebesar Rp4.000.000
a. Diminta : ayat jurnal penyesuaian dan penyajian piutang dalam neraca

Soal 2
PT Ardy pada akhir tahun 2010 memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp90.000.000 dan
diestimasi bahwa besarnya cadangan kredit macet atas piutang usaha adalah 5%. Saat ini
sebelum dibuatkan ayat jurnal penyesuaian akhir 2010, besarnya saldo awal CKP adalah
Rp3.000.000
a. Diminta : ayat jurnal penyesuaian dan penyajian piutang dalam neraca

Soal 3
Pada tanggal 31 Desember 2010, sebelum penyesuaian akhir tahun, saldo piutang PT Alfa
adalah Rp210.000.000. Cadangan kerugian piutang memiliki saldo kredit sebesar
Rp13.500.000. PT Alfa menyusun skedul umur piutang dagang sebagai berikut:

Total Saldo Umur Piutang

1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari > 90 hari

Rp210.000.000 Rp80.000.000 Rp60.000.000 Rp40.000.000 Rp30.00.000

Estimasi tak 0,6% 4,0% 5,0% 40,0%


tertagih

139
Diminta:
1. Berdasrkan umur piutang dagang, apakah saldo cadangan kerugian piutang yang belum
disesuaikan mencukupi? Apakah terlalu tingg? Atau terlalu rendah?
2. Buatlah ayat jurnal yang diperlukan oleh skedul umur piutang
3. Tunjukkan bagaimana PT Alpa menyajikan piutangnya dalam neraca

Soal 4
PT Binggo pada tanggal 1 Juni 2011 menjaminkan piutang dagangnya senilai Rp500.000.000
kepada Bank BB sebagai jaminan untuk wesel berbunga 10% senilai Rp400.000.000. Perusahaan
akan terus menagih piutang dagang tersebut dan pelanggan tidak diberitahu mengenai
kesepakatan penjaminan tersebut. Bank mengenakan biaya keuangan 2% dari piutang dagang.
Semua kas yang ditagih dari piutang dagang akan dibayarkan kepada bank oleh perusahaan
setiap bulan. Selama bulan Juni perusahaan menagih piutang dagang sebesar Rp350.000.000
dikurangi potongan Rp1.000.000 dan menerima retur penjualan Rp2.000.000
Pada tanggal 1 Juli perusahaan membayar pihak bank atas penagihan bulan Juni ditambah bunga.
Selama bulan Juli perusahaan menagih sisa piutang dagang dikurangi Rp1.000.000,- yang
dihapuskan sebagai piutang tak tertagih
a. Diminta buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut

Soal 5
Catatlah transaksi piutang wesel berikut dalam jurnal PT Agenta. Hitunglah pendapatan bunga
yang diperoleh PT Agenta tahun ini? Gunakan 360 hari untuk perhitungan bunga dan bulatkan
jumlah bunga ke rupiah terdekat (catatan bunga dihitung harian), serta buatlah penerimaan
piutang wesel CF Fafu, Tn Tuff, dan CV Cloen
1 September Meminjamkan kas sebesar Rp15.000.000 kepada CV Fafu atas wesel 10% jangka
waktu 1 tahun
6 November Memberikan jasa untuk Tn.Tuff, menerima wesel 8%, 90 hari senilai
Rp12.000.000
16 Desember Menerima wesel 11%, enam bulan, Rp4.000.000 dari Cv Cloen
31 Desember mengakrualkan pendapatan bunga untuk tahun tersebut.

140
BAB VIII

PERSEDIAAN

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini mahasiwa diharapkan mampu menjelaskan tentang:

1. Definisi persediaan dalam berbagai karakteristik perusahaan


2. Kepemilikan persediaan
3. Akuntansi persediaan
4. Biaya atau pengeluaran apa saja yang dimasukkan kedalam persediaan
5. Asumsi pemakaian arus biaya dalam pengukuran persediaan
6. Permasalahan metode LIFO

A. PENGERTIAN PERSEDIAAN

Secara umum dalam merumuskan standard akuntansi, IFRS dikatakan menggunakan


principles-based sedangkan US GAAP menggunakan rules-based. Benarkah demikian untuk
kasus standard akuntansi persediaan? Persediaan merupakan bagian yang paling aktif dalam
operasi perusahaan, yang secara terus-menerus dibeli atau diproduksi dan dijual. Sebagian besar
dari sumber daya perusahaan dapat diinvestasikan dalam barang yang dibeli atau diproduksi.
Karakteristik dari barang yang diklasifikasikan sebagai persediaan sangat bervariasi terhadap
jenis kegiatan usaha. Akuntansi persediaan menjadi perhatian utama pada sebagian besar
perusahaan, terutama perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, karena pengaruhnya yang
cukup signifikan atas laporan rugi laba, yaitu dalam bentuk kos penjualan, dan juga atas laporan
posisi keuangan (neraca). Dengan demikian apa yang dimaksud dengan persediaan? Persediaan
adalah aset yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan bisnis sehari-hari, atau yang sedang dalam
proses produksi untuk dijual, atau bahan atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk dikonsumsi
dalam proses produksi. Persediaan dapat mencakup barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual

141
kembali. Dalam kasus jasa, persediaan dapat berupa biaya perolehan jasa yang terhadapnya
pendapatan terkait belum diakui. Kata persediaan (persediaan barang dagangan) secara umum
ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir
maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada pada kondisi siap untuk dijual.
Bahan Baku (raw materials), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi (finished
goods) untuk dijual digolongkan sebagai persediaan dalam perusahaan manufaktur. Pembahasan
akuntansi persediaan difokuskan pada persediaan barang jadi atau barang yang siap dijual,
namum secara prinsip akuntansi tetap sama untuk ketiga jenis persediaan tersebut.

1. PERSEDIAAN SIAPAKAH INI?


Tidak ada perbedaan tentang standard pengakuan persediaan antara IFRS dengan US
GAAP, keduanya menyatakan bahwa persediaan hanya akan diakui sebagai aset perusahaan atau
mudahnya diakui sebagai persediaan pada saat persediaan tersebut telah menjadi sumber
ekonomi bagi perusahaan, atau secara hukum telah menjadi hak milik perusahaan. Secara umum,
perusahaan harus mencatat adanya pembelian atau penjualan persediaan pada saat secara legal
telah terjadi perpindahan kepemilikan persediaan. Baik IFRS maupun US GAAP menyatakan
pentingnya ketepatan cut-off transaksi persediaan pada akhir periode akuntansi.
Penyerahan hak kepemilikan atas persediaan merupakan istilah hukum yang ditujukan
pada kondisi perubahan kepemilikan. Apakah persediaan tersebut milik penjual atau pembeli?.
Penyerahan hak kepemilikan atas barang dagangan sangat penting terkait dengan penentuan
pihak-pihak yang harus menanggung ongkos pengiriman. Metode dalam menentukan
kepemilikan persediaan secara hukum ada beberapa metode diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Barang dalam Perjalanan (Goods in Transit)
Siapakah yang menjadi pemilik persediaan tersebut, ketika barang tersebut sedang
berada dalam perjalanan?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan melihat kondisi
dari persyaratan penjualan (the terms of sale). Apabila kondisi persyaratannya adalah FOB (free
on board) shipping point , penyerahan hak kepemilikan atas barang dagangan telah dilakukan di
gudang penjual. Dengan demikian semua ongkos pengiriman barang dagangan sejak dari barang
dagangan dikeluarkan dari gudang penjual sampai dengan tiba digudang pembeli menjadi
tanggungan pembeli (buyer). Sejak hak beralih dititik pengiriman, maka barang dalam perjalanan
pada akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan pembeli walaupun barang tersebut belum
142
diterima. Jika kondisi persyaratannya adalah FOB (free on board ) destination, penyerahan hak
kepemilikan atas barang dagangan dilakukan jika sudah sampai digudang pembeli. Dengan
demikian semua ongkos pengiriman barang dagangan sejak dikeluarkan dari gudang penjual
sampai dengan tiba digudang pembeli ditanggung oleh penjual (seller). Barang-barang tersebut
masih menjadi milik penjual selama barang masih dalam perjalanan dan dimasukkan dalam
persediaan penjual.
b. Barang dalam Konsinyasi (Goods on Consignment)
Barang seringkali ditransfer ke penyalur atas dasar konsinyasi. Pengirim tetap memegang hak
kepemilikan dan tetap memasukkan barang tersebut kedalam persediaannya sampai barang
tersebut berhasil dijual atau digunakan oleh penyalur dan pelanggan. Barang konsinyasi secara
tepat dilaporkan oleh pengirim (konsinyor) sebesar jumlah biayanya serta biaya penanganan plus
pengiriman yang terjadi pada saat pengiriman ke penyalur atau pelanggan (konsinyi). Barang
konsinyasi tersebut dapat dipisahkan pengelompokannya dalam neraca sebagai barang dalam
konsinyasi. Penyalur atau pelanggan tidak memiliki barang konsinyasi, sehingga baik barang
konsinyasi maupun kewajiban terhadap barang tersebut tidak dilaporkan dalam laporan keuangan
penyalur dan pelanggan.
c. Penjualan Cicilan atau Angsuran (Installment Sales)
Penjualan cicilan mempertahankan hak kepemilikan ditangan penjual sampai harga jual
sepenuhnya dibayar. Penjual mempertahankan haknya, dengan menunjukkan barang yang berada
dalam catatannya, dikurangi dengan nilai barang yang dimiliki pembeli seiring dengan
penagihan. Pembeli dapat melaporkan nilai barang yang dimiliki seiring dengan pembayaran
yang dilakukan.

B. AKUNTANSI PERSEDIAAN
Biaya per unit persediaan menghadirkan suatu tantangan karena perusahaan membeli
barang pada harga yang berbeda sepanjang tahun. Biaya per unit mana yang akan dibebankan ke
persediaan akhir? Biaya per unit mana yang akan dibebankan ke harga pokok penjualan? Cara
pertama untuk memahaminya adalah memahami cara kerja sistem akuntansi persediaan.
Terdapat dua jenis utama sistem akuntansi persediaan yaitu (1) sistem periodik dan (2) sistem
perpetual. Sistem persediaan periodik digunakan untuk barang yang tidak mahal. Seperti toko

143
kain tenun atau kayu papan tidak akan mencatat setiap gulungan kain atau setiap potongan kayu.
Sebaliknya toko tersebut akan menghitung persediaanya secara periodik, paling tidak setahun
sekali untuk menentukan jumlah kuantitas fisik persediaan. Usaha seperti restoran dan usaha
kecil lainnya mempergunakan sistem persediaan periodik karena biaya akuntansinya rendah.
Sistem persediaan perpetual menggunakan perangkat lunak komputer untuk menyimpan
catatan persediaan di tangan. Sistem ini mengendalikan persediaan dengan tepat sehingga lebih
banyak perusahaan menggunakan sistem perpetual.

1. Akuntansi persediaan periodik


Mencatat biaya persediaan pada persediaan periodik dapat dilakukan dengan metode bersih
ataupun metode kotor. Dalam metode bersih pembelian sejumlah bersih setelah dikurangi
potongan pembelian. Ilustrasi metode persediaan perpetual dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Perusahaan membeli 10 unit barang dagang dari pabrik dengan syarat FOB Shipping
point, 2/10,n/30 yang harga per unitnya Rp200 (belum termasuk PPN). Perusahaan
mendapatkan diskon dagang 1% dari pabrikan. Tarif PPnBM adalah 30%. Perusahaan
membayar asuransi dan biaya angkut sebesar Rp11,-.
Biaya persediaan:
Harga beli Rp 2.000
Diskon dagang (20)
DPP Rp 1.980
PPnBM 594
Harga Beli Rp 2.574
Bi.asuran& angkut 11
Bi.persediaan Rp 2.585
Metode Kotor Metode Bersih
Pembelian 2.585 Pembelian 2.533,3*
Value Added Tax-In 198 Value Added Tax-In 198
(VAT-in 10%x 1.980) (VAT-in 10%x 1.980)

144
- Ht. dagang - Ht. dagang
- Hutang VAT 2.585 -Hutang VAT 2.533,3
198 198
Biaya asuransi dan 11 Biaya asuransi dan 11
angkut angkut
- Kas 11 - Kas 11
Pembelian : 2.585 x 98%
Dilunasi dalam masa potongan
Metode Kotor Metode Bersih
Hutang dagang 2.585 Hutang dagang 2.533,3
- Pot.Pembelian 51,7 - Kas 2.533,3
- Kas 2.533,3

Dilunasi diluar masa potongan


Metode Kotor Metode Bersih
Hutang dagang 2.585 Hutang dagang 2.533,3
- Kas 2.585 Pot.Pembelian yang 51,7
hilang
- Kas 2.585

30 Desember dijual 1 unit barang dagang seharga Rp165 (sudah termasuk PPn) maka ayat jurnal
yang dibuat adalah

Tanggal Keterangan Debet Kredit


30Desember Kas 165
- Penjualan 150*
- VAT-out 15
(mencatat penjualan barang dagang)
165 x 100/110= 150
145
VAT-out = 150 x 10%

Penerapan metode bersih dalam sistem persediaan periodik dianggap lebih baik karena (1)
menyediakan laporan yang tepat menyangkut biaya asset dan liabilitas yang terkait dan (2) lebih
bermanfaat karena menyajikan kesempatan untuk mengukur inefisiensi manajemen dalam hal
pemanfaatan potongan pembelian. Walaupun demikian penerapan metode kotor dalam sistem
persediaan periodik lebih banyak dijumpai karena lebih sederhana. Terlebih lagi, manajemen
enggan melaporkan jumlah potongan pembelian yang hilang dalam laporan keuangan.

b. Akuntansi persediaan perpetual

Dalam sistem ini setiap pembelian barang dagang akan dicatat ke akun persediaan. Pada
saat penjualan perusahaan akan mencatat dua ayat jurnal yaitu (1) mendebet kas dan mengkredit
penjualan sebesar harga jual barang, (2) mendebet harga pokok penjualan dan mengkredit
persediaan sejumlah harga pokok (biaya persediaan) yang terjual.

C. BIAYA-BIAYA YANG DIMASUKAN DALAM PERSEDIAAN

Salah satu masalah paling penting dalam menangani persediaan adalah berhubungan

dengan berapa jumlah persediaan yang harus dicatat dalam akun persediaan. Pembelian atas

persediaan diperhitungkan atas dasar biaya. Ketentuan pengukuran biaya persediaan sampai

dengan saat ini tidak ada perbedaan antara IFRS dengan US GAAP, keduanya membuat aturan

yang boleh dikatakan sama persis, karena memang untuk kasus biaya perolehan persediaan tidak

ada ruang untuk penerapan konsep principles-based, sehingga mau tidak mau harus

menggunakan konsep rules-based. Biaya-biaya yang dimasukkan dalam persediaan adalah:

a. Biaya Produk (product costs) adalah biaya-biaya yang “melekat” pada

persediaan dan dicatat dalam akun persediaan. Biaya ini berhubungan langsung dengan transfer

barang ke lokasi bisnis pembeli dan pengubahan barang tersebut ke kondisi yang siap dijual.

146
b. Biaya Periode (period costs) adalah biaya-biaya yang terkait secara tidak

langsung dengan akuisisi atau produksi barang. Biaya-biaya periode seperti beban penjualan,

beban umum dan administrasi tidak dianggap sebagai bagian dari biaya persedian. Secara

konseptual beban-beban tersebut merupakan biaya dari produksi seperti halnya harga beli awal

dan ongkos angkut. Akan tetapi dalam beberapa kasus biaya –biaya tersebut, sangat tidak

berhubungan dengan proses produksi secara langsung sehingga jika dialokasikan sebagai biaya

persediaan akan sangat arbitrer. Biaya bunga merupakan biaya periode lainnya. FASB

menetapkan bahwa biaya bunga yang berhubungan dengan aktiva yang dibuat untuk pemakaian

internal atau aktiva yang diproduksi sebagai proyek khusus (kapal atau real estat) yang akan

dijual atau dilease harus dikapitalisasi. IFRS justru sangat mengatur tentang bagaimana biaya

pendanaan harus diperlakukan, atau justru menggunakan rules-based dan bukannya

menggunakan principles-based. Semestinya jika konsisten menggunakan principles-based,

financing costs untuk keperluan proses produksi yang panjang semacam ini tetap diperlakukan

sebagai period costs dan bukannya diperlakukan sebagai production costs, karena jika

manajemen memutuskan untuk tidak menggunakan dana luar dalam proses produksinya, maka

financing costs tidak akan pernah terjadi.

c. Perlakuan atas Diskon Pembelian (purchase discount). Dalam sistem periodik

perusahaan melaporkan pembelian dan utang usaha pada jumlah kotor. Jika perusahaan

menggunakan metode kotor diskon pembelian dilaporkan sebagai pengurang dari akun

pembelian di laporan laba-rugi. Pendekatan yang lain adalah mencatat pembelian dan utang

usaha pada jumlah bersih setelah diskon tunai. Kegagalan untuk mengambil diskon pembelian

selama periode diskon dicatat dalam akun diskon pembelian yang hilang. Metode bersih

memandang bahwa diskon pembelian yang hilang harus dipandang sebagai beban keuangan dan

147
dilaporkan dalam “Beban serta kerugian lain-lain” pada laporan laba-rugi. Kelebihan dari

pendekatan dengan menggunakan metode bersih adalah karena (1) menyediakan pelaporan yang

tepat menyangkut biaya aktiva dan kewajiban yang terkait, dan (2) menyajikan kesempatan

untuk mengukur inefisiensi manajemen jika diskon tidak diambil.

Metode Kotor Metode Bersih

Biaya pembelian $10.000, syarat

2/10,net30:

Pembelian 10.000
Pembelian 9.800

Utang usaha 10.000


Utang usaha 9.800

Faktur sebesar $4.000 dibayar dalam

periode diskon:

Utang usaha 4.000


Utang Usaha 3.920
Diskon pembelian 80
Kas 3.920
Kas 3.920

Faktur sebesar $6.000 dibayar setelah

periode diskon:

Utang usaha 6.000

Utang Usaha 5.880

148
Kas 6.000 Diskon pembelian yang hilang 120

Kas 6.000

D. ASUMSI ARUS BIAYA YANG BISA DIPAKAI DALAM PENGUKURAN BIAYA

PERSEDIAAN

Pada akhir periode akuntasi, total biaya persediaan harus dialokasikan ke persediaan yang
masih ada untuk dilaporkan di neraca sebagai aktiva dan persediaan yang terjual selama periode
tersebut untuk dilaporkan dilaporan laba-rugi sebagai beban harga pokok penjualan . Pengukuran
biaya persediaan yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan metode : (a)
Identifikasi Khusus, (b) Biaya Rata-Rata, (c) Masuk Pertama, Keluar Pertama, (d) Masuk
Terakhir, Keluar Pertama.
Sebelum tahun 2005, IAS 2 memperbolehkan penggunaan tiga alternatif pengukuran
biaya persediaan, yaitu metode FIFO dan Rata-rata Tertimbang serta metode LIFO. Akan tetapi
efektif mulai 1 Januari 2005 IFRS tidak membolehkan penggunaan metode LIFO, sehingga
metode pengukuran biaya persediaan yang masih boleh dipergunakan hanyalah pengukuran
dengan metode FIFO dan metode Rata-rata Tertimbang. Pembatasan penggunaan metode
pengukuran biaya persediaan berdasarkan IFRS merupakan pencerminan bahwa tidak
sepenuhnya princeples-based digunakan bahkan cendrung mempergunakan rules-based dalam
akuntansi persediaan dibandingkan dengan US GAAP.

a. Identifikasi khusus (spesific identification)


Metode identifikasi khusus menentukan alokasi biaya berdasarkan arus persediaan
fisik. Teori dasar dari metode identifikasi khusus adalah bahwa pengukuran biaya persediaan dan
biaya penjualan adalah berdasarkan biaya produksi atau biaya peroleh yang melekat pada barang
yang masih ada dalam persediaan atau barang yang sudah terjual. Metode identifikasi khusus

149
memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan, arus biaya
yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Secara praktik penilaian biaya persediaan
semacam ini tidak praktis, karena ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur
yang identik yang dibeli pada saat yang berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi
khusus akan menjadi lamban, membebani, dan memakan biaya, kecuali untuk persediaan-
persediaan yang memiliki nilai sangat tinggi dan perputarannya sangat rendah. IAS 2
menetapkan bahwa metode identifikasi khusus dipergunakan untuk persediaan yang tidak saling
menggantikan (interchangeable) serta pada barang yang dibuat dan dipisahkan untuk
kepentingan tertentu. Ketika unit persediaan adalah identik dan dapat saling menggantikan, maka
metode identifikasi khusus memberikan kesempatan untuk memanipulasi keuntungan melalui
pemilihan unit tertentu untuk pengiriman.
b. Biaya Rata-rata (average cost method)
Metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar
biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode. Perhitungan harga pokok
rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Sebagai
ilustrasi, asumsikan bahwa PT. Shandyakala menggunakan metode persediaan periodik, dimana
persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dihitung dengan menggunakan metode rata-
rata tertimbang (weighted-average method) sebagai berikut:
Tanggal Faktur Jumlah Unit Biaya per Unit Total Biaya

2 Maret 2.000 $4 $8.000

15 Maret 6.000 $4,4 $26.400

30 Maret 2.000 $4,75 $ 9.500

------- -----------

Total barang yang tersedia 10.000 $43.900

====== =======

Biaya rata-rata tertimbang per unit $43.900/10.000 = $4,39

150
Persediaan yang ada di gudang pada tanggal 30 Maret 6.000 unit sehingga persediaan akhir
periode Maret dapat dihitung 6.000 X $4,39 = $26.340

Biaya barang yang tersedia untuk dijual $43.900

Dikurangi: Persediaan akhir $26.340

---------- -

Harga Pokok Penjualan $17.560

Metode biaya rata-rata yang lain adalah metode rata-rata bergerak (moving average method)
yang digunakan dalam sistem persediaan perpetual. Dalam metode ini, barang-barang yang
dikeluarkan akan dibebani pada harga pokok akhir periode, sehingga jurnal untu mencatat
berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Ilustrasinya sebagai berikut:
Tanggal Pembelian Dijual atau digunakan Saldo

2 Maret (2.000 @ $4) $8.000 (2.000 @4) $8.000

15 Maret (6.000 @ $4,4)$26.400 (8.000 @4,3) $34.400

19 Maret (4.000 @4.3) $17.200 (4.000 @ 4,3) $17.200

30 Maret (2.000 @ 4,75) $9.500 (6.000 @ 4,75) $26.700

Biaya rata-rata per unit yang baru akan dihitung setiap kali pembelian dilakukan dan
pengeluaran –pengeluaran barang berikutnya dihargai dengan harga pokok rata-rata tersebut
sampai ada pembelian lagi. Sehingga dari ilustrasi tersebut ditetapkan persediaan akhir sebesar
$26.700. Metode ini dengan mudah diterapkan, objektif, dan tidak dapat dimanfaatkan untuk
memanipulasi laba seperti halnya beberapa metode penentuan harga persediaan lainnya. IFRS
dan GAAP membuat aturan yang sama terhadap metode biaya rata-rata.
c. Masuk Pertama Keluar Pertama (First –In,First –Out)
Metode penilaian persediaan lain yang diperkenankan oleh IFRS adalah metode FIFO. Dalam
metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang yang digunakan (dikeluarkan) sesuai urutan
pembeliannya. Asumsinya adalah bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang

151
digunakan (dalam perusahaan manufaktur) atau dijual (dalam perusahaan dagang), sehingga
persediaan tersisa merupakan barang yang dibeli paling akhir, tanpa memperhatikan aliran fisik
persediaan yang sesungguhnya. Kekuatan metode ini adalah pada pelaporan persediaan dalam
laporan posisi keuangan (neraca), karena persediaan yang pertama dibeli diasumsikan sebagai
persediaan yang pertama dijual, maka saldo persediaan akan terdiri dari persediaan yang terakhir
dibeli, sehingga pelaporan persediaan menjadi semakin dekat dengan tujuan pelaporan aset
sebesar nilai wajarnya. Kelemahan mendasar dari metode FIFO adalah bahwa biaya berjalan
tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba-rugi. Biaya-biaya paling tua
dibebankan ke pendapatan paling akhir, yang mungkin akan mendistorsi laba kotor dan laba
bersih. Sebagai ilustrasi asumsikan bahwa PT.Shandyakala menggunakan sistem persediaan
periodik (jumlah persediaan hanya dihitung pada akhir bulan).
Tanggal Jumlah Unit Biaya per Unit Total Biaya

30 Maret 2.000 $4,75 $9.500

15 Maret 4.000 4,40 17.600

--------- ----------

Persediaan akhir 6.000 $27.100

Barang yang tersedia untuk dijual $43.900

Dikurangi : Persediaan akhir 27.100

-----------

Harga Pokok Penjualan $16.800

=======

Jika yang digunakan adalah sistem persediaan perpetual baik dalam kuantitas maupun nilai
uang, maka biaya dikaitkan dengan setiap penarikan barang. Kemudian biaya dari 4.000 unit
yang dikeluarkan pada tanggal 19 Maret terdiri dari pos-pos yang dibeli pada tanggal 2 dan 15
Maret.

152
Tanggal Pembeliaan Dijual atau Digunakan Saldo

2 Maret (2.000 @$4) $8.000 2.000 @$4 = $ 8.000

15 Maret (6.000 @ $4,4) $26.400 2.000 @ $4

6.000 @$4,4

-----------+

$34.400

19 Maret 2.000 @$4

2.000 @$4.4 $16.800

--------------

$17.600

30 Maret (2.000 @ $4,75 ) $ 9.500 $27.100

Harga pokok penjualan ($16.800) dan persediaan akhir ($27.100) adalah sama, dengan kedua
metode baik sistem persediaan perpetual maupun periodik. Hal ini disebabkan karena yang
menjadi bagian dari harga pokok penjualan dengan metode FIFO adalah barang-barang yang
dibeli terlebih dahulu, dan karenanya dikeluarkan lebih dahulu, baik dengan menghitung harga
pokok penjualan dihitung seiring barang dijual sepanjang periode akuntansi (sistem perpetual)
maupun sebagai nilai sisa pada akhir periode akuntansi (sistem periodik).
d. Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-In, First-Out)
Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang paling akhir
dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodik, maka akan
diasumsikan bahwa biaya dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan
berasal dari pembelian paling akhir. Ilustrasi dari PT. Shandyakala bahwa persediaan akhir
ditentukan dengan menggunakan unit total sebagai dasar perhitungan dan mangabaikan tanggal-
tanggal pembelian yang terlibat. Asumsikan bahwa 4.000 unit yang dikeluarkan berasal dari
153
2.000 unit yang dibeli tanggal 30 Maret dan 2.000 unit (dari 6.000 unit) yang dibeli tanggal 15
Maret. Perhitungan harga pokok penjualan PT.Shandyakala adalah:

Tanggal Faktur Jumlah Unit Biaya per Unit Total Biaya

2 Maret 2.000 $4 $ 8.000

15 Maret 4.000 $4,4 $17.600

-------- -----------

Persediaan akhir 6.000 $25.600

Barang yang tersedia untuk dijual $43.900

Dikurangi: Persediaan akhir 25.600

----------

Harga Pokok Penjualan $18.300

Jika yang digunakan sistem persediaan perpetual baik dalam kuantitas maupun nilai uang,
aplikasi metode LIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan
yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena sistem periodik menandingkan total penarikan
selama bulan bersangkutan dengan total pembelian untuk bulan yang sama sedangkan sistem
perpetual menandingkan setiap penarikan dengan pembelian terakhir yang mendahuluinya.

Tanggal Pembelian Dijual atau Digunakan Saldo

2 Maret (2.000 @ $4 ) $8.000 2.000 @ $4 = $8.000

15 Maret (6.000 @ $4,4) $26.400 $34.400

19 Maret (4.000 @ $4,4= $17.600 $16.800

30 aret (2.000 @ 4,75) $9.500

154
$26.300

E. PERMASALAHAN METODE LIFO


Efektif mulai 1 Januari 2005 IFRS tidak memperbolehkan penggunaan metode LIFO.
Banyak perusahaan menggunakan LIFO untuk tujuan pajak dalam pelaporan eksternal, tetapi
menggunakan FIFO, biaya rata-rata, atau sistem biaya standar untuk tujuan pelaporan internal.
Dalam kasus ini FASB menghadapi kendala yang cukup berat bahkan tidak mungkin bisa
melakukan konvergensi dengan IFRS, kecuali undang-undang pajak di US juga diubah menjadi
tidak membolehkan penggunaan metode LIFO. Namun demikian jika undang-undang pajak
diubah jelas akan memberikan dampak sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan
yang beroperasi di US. Di sisi lain, SIC (the Standing Interpretations Committee), yaitu komite
yang bertugas untuk menginterpretasikan IFRS, menyatakan bahwa perusahaan harus
menggunakan formula kos yang sama untuk seluruh persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang sama, perbedaan lokasi geografis persediaan tidak bisa digunakan sebagai
pembolehan penggunaan formula kos yang berbeda. Sama dengan paragraf sebelumnya, Uraian
dalam paragraf ini mengindikasikan bahwa IFRS lebih condong ke rules-based dibanding ke
principles-based.

RANGKUMAN

IFRS dan US GAAP adalah dua mainstream standar akuntansi yang mempengaruhi
praktik akuntansi secara internasional, yang dalam banyak hal memiliki perbedaan standard
akuntansi yang cukup signifikan. Secara umum dikatakan bahwa standard akuntansi IFRS
bersifat principles-based sedangkan US GAAP bersifat rules-based. Principles-based berarti
bahwa standard akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-
prinsip umum standard akuntansi yang harus diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas
informasi tertentu, misalnya relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif. Sedangkan rules-
based berarti bahwa untuk mencapai kualitas informasi tertentu, misalnya relevan, dapat
diperbandingkan, dan objektif, standard akuntansi harus bersifat ketat atau rigid. Namun
demikian, untuk kasus standard akuntansi persediaan, berdasarkan kajian standard akuntansi
IFRS dan US GAAP tidak ditemukan adanya fakta pendukung yang dapat digunakan untuk
mendukung pernyataan bahwa IFRS bersifat principles-based sedangkan US GAAP bersifat
rules-based. Bahkan dalam beberapa hal IFRS justru lebih mengatur atau lebih bersifat rules-
based dibanding US GAAP.

155
Kesalahan dalam mencatat jumlah persediaan barang akan mempengaruhi neraca dan
laporan laba – rugi. Karena jumlah persediaan dalam neraca akan menentukan jumlah kos
penjualan pada laporan laba-rugi.

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan bagaimana metode yang digunakan untuk menilai bahwa persediaan tersebut
milik penjual atau pembeli!
2. Jelaskan bagaimana akuntansi persediaan dengan menggunakan metode bersih dalam
sistem periodik dikatakan memiliki keunggulan!
3. Jelaskan kekuatan dan kelemahan dari asumsi dalam pengukuran persediaan dengan
menggunakan metode FIFO
4. PT. Shandyakala menjual barang dagangan ke perusahaan Rahajeng Wengi. Diketahui
harga beli dari barang dagangan tersebut adalah Rp.850.000, ongkos angkut yang
dibayarkan adalah Rp.150.000, dengan ketentuan FOB Shipping point. Jelaskan
kepemilikan persediaan tersebut!

156
BAB IX

AKTIVA TETAP

I. Aktiva Tetap Berwujud

A. Pengertian Aktiva Tetap

Pada dasarnya aktiva tetap memiliki makna dan arti yang sama, meskipun banyak cara

orang mengungkapkan aktiva tetap dengan istilah yang berbeda-beda, perbedaan tersebut

disesuaikan dengan cara memandang aktiva itu oleh badan organisasi atau perusahaan yang

menggunakannya.

Ada beberapa pengertian aktiva tetap yang akan diuraikan di bawah ini. Pengertian aktiva

tetap menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan adalah:

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.

(2004,16.2)

Sedangkan aktiva tetap menurut Warren, Reeve, Fess dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Akuntansi adalah :

157
“Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau yang relatif permanent.
Mereka merupakan aktiva berwujud (tangible assets) karena terlihat secara fisik.
Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan
untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal”.

(2005,504)

Kemudian aktiva tetap yang dikemukakan oleh Drs. H. Kusnadi, Dra. Siti Maria, dan

Dra. Ririn I dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan, adalah :

”Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki nilai
guna ekonomis serta mempunyai umur (masa) manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (satu tahun) dan diakui serta diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang
diterima umum.”

(2000,270)

Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aktiva

tetap adalah semua aktiva berbentuk fisik yang dimiliki dan digunakan dalam operasi normal

perusahaan, yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, serta

mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan tidak dimaksudkan

untuk dijual kembali.

B. Karakteristik Aktiva Tetap

Dari berbagai pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu aktiva dapat

disebut atau dikategorikan sebagai aktiva tetap apabila memiliki karakteristik suatu aktiva tetap.

158
Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis (2000,298)

mengemukakan bahwa aktiva tetap dapat dibedakan dari aktiva-aktiva lainnya berdasarkan

karakteristik-karakteristik berikut :

a. Aktiva tetap diperoleh untuk dipakai dalam kegiatan-kegiatan usaha.

Nilai aktiva tetap berdasarkan dari jasa yang diberikannya, bukan dari potensinya untuk

dijual kembali. Perusahaan membeli aktiva tetap untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan

bisnisnya, perusahaan mempertimbangkan untuk menjual kembali aktiva tetap hanya

setelah aktiva tetap tersebut dipakai secara internal untuk mengucurkan pendapataan

selama beberapa periode akuntansi. Aktiva tetap yang diperoleh untuk dijual kembali

dalam kegiatan usaha perusahaan tidak boleh diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, terlepas

dari sifat permanennya ataupun jangka waktu penggunaanya. Apa yang merupakan aktiva

tetap bagi suatu perusahaan belum tentu merupakan aktiva tetap bagi perusahaan lainnya.

b. Aktiva tetap menyediakan manfaat selama beberapa periode akuntansi.

Menurut prinsip pengaitan, biaya perolehan dari suatu sumber daya yang memberikan

suatu potensi jasa haruslah dikaitkan dengan beban untuk menghasilkan jasa tersebut.

Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi aktiva tersebut

untuk memberikan sumbangan baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara

kas kepada perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan

merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan. Mungkin pula berbentuk sesuatu

yang dapat diubah menjadi kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran

kas, seperti pemangkasan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif.

159
Aktiva tetap mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi maka, pada saat

diperoleh harus diestimasikan umur manfaat dari aktiva tersebut. Pada saat diperoleh,

pengeluaran uang untuk memperoleh aktiva merupakan biaya dari aktiva yang memberikan

kegunaan selama umur manfaat dari aktiva tetap tersebut. Oleh karena biaya aktiva tetap

adalah untuk seluruh masa manfaat, sedangkan setiap tahun selalu ada pengukuran dan

pelaporan terhadap kinerja perusahaan yang meliputi pendapatan dan beban maka biaya

dari aktiva tetap tersebut juga harus dialokasikan sebagai beban yang nantinya beban ini

akan diperbandingkan dengan pendapatan yang diperoleh pada tahun berjalan.

C. Klasifikasi Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat diklasifikasikan ke dalam aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap

tidak berwujud. Yang dimaksud aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets) menurut Drs. H.

Kusnadi, Dra. Siti Maria, dan Dra. Ririn I dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan

adalah :

“Aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang dirasakan oleh indera manusia

yang terdiri dari aktiva berupa pabrik dan peralatan serta aktiva tetap berupa

sumber natural”.

(2000,270)

Kemudian pengertian aktiva tetap berwujud menurut Zaki Baridwan dalam bukunya yang

berjudul Intermediate Accounting adalah :


160
“Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif
permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu
penggunaan ini dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi”.

(2000,271)

Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam

bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin,alat-alat, kendaraan, inventaris kantor dan lain-lain.

Dari macam-macam aktiva tetap berwujud diatas menurut Zaki Baridwan dalam bukunya yang

berjudul Intermediate Accounting dapat dilakukan pengelompokan sebagai berikut :

a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan,
pertanian dan peternakan
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya bangunan,
mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lain
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-
sumber alam seperti tambang, hutan dan lain-lain

(2000,272)

Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga

perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga

perolehannya. Aktiva tetap yang dapat diganti dengan aktiva yang sejenis penyusutannya disebut

depresiasi, sedangkan penyusutan sumber alam disebut deplesi.


161
Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud menurut Zaki baridwan dalam bukunya

Intermediate Accounting adalah sebagai berikut :

”Istilah aktiva tetap tidak berwujud digunakan untuk menunjukan aktiva-aktiva


yang umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Pada
umumnya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak-hak yang dimiliki yang dapat
digunakan lebih dari satu tahun.”

(2000,355)

Aktiva tetap tidak berwujud seperti ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat

memberikan sumbangan pada laba. Yang termasuk dalam pengertian aktiva tetap tidak berwujud

adalah patent, hak cipta, merek dagang, franchise, leasehold, goodwill dan lain-lain.

D. Kapitalisasi Aktiva Tetap

Jika kita amati dari pengertian aktiva tetap itu sendiri atau pengklasifikasian aktiva tetap

maka aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan banyak sekali jumlah dan jenisnya akan tetapi

banyak diantaranya mempunyai nilai yang sangat rendah atau tidak material. Untuk menghindari

pengeluaran untuk aktiva-aktiva perusahan yang nilainya relatif kecil, dan nilainya kurang

efesien karena penatausahaan aktiva tersebut memakan waktu dan biaya yang melebihi aktiva itu

sendiri, maka perusahaan perlu mempunyai kebijakan kapitalisasi yaitu kebijakan untuk

menetapkan jumlah-jumlah batas minimal dimana suatu pengeluaran untuk aktiva-aktiva dapat

dikapitalisasi.

Alokasi biaya yang tepat harus dilaksanakan diantara berbagai pos aktiva begitu juga

dengan beban (misalnya dalam penentuan unsur harga perolehan aktiva tetap atau beban
162
pemeliharaannya), karena akan mempengaruhi perhitungan rugi-laba untuk serangkaian periode

akuntansi. Oleh karena itu, pendapatan hanya dapat diukur dengan wajar apabila pengeluaran-

pengeluaran ditetapkan dan dikelompokan dengan tepat.

Adapun perlakukan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan

dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap oleh Zaki Baridwan dalam bukunya

Intermediate Accounting (2000,272) dibagai menjadi dua yaitu :

1. Pengeluaran modal (capital expenditure), adalah pengeluaran yang digunakan untuk

memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi.

Pengeluaran semacam ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi), yang kemudian

dialokasikan ke pendapatan di masa yang akan datang yang disebut dengan depresiasi

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure), adalah pengeluaran untuk memperoleh

suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh

karena itu, pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya pada saat

terjadinya

Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran untuk aktiva tetap adalah berapa

lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan. Selain pertimbangan masa manfaat. Kadang-

kadang untuk alasan kepraktisan dilakukan penyimpangan dari masa manfaat tersebut yaitu

apabila :

a. Jumlah pengeluaran tersebut relatif kecil

b. Manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti

c. Sulit untuk mengukur manfaat di masa yang akan datang

163
Maka pengeluaran tersebut diatas dikelompokan sebagai pengeluran pendapatan (revenue

expenditure).

Sering juga pimpinan perusahaan memutuskan bahwa pengeluaran-pengeluaran sampai

jumlah tertentu dianggap sebagai pengeluaran pendapatan dan pengeluaran diatas jumlah tertentu

dianggap sebagai pengeluaran modal, apabila pengeluaran tersebut jelas-jelas memberikan

manfaat untuk periode yang akan datang. Tambahan-tambahan manfaat di masa yang akan

datang akan timbul dari pengeluaran-pengeluaran yang dapat diklasifikasikan sebagai

penambahan, penyempurnaan, dan perbaikan atau penggantian jasa aktiva tetap tersebut.

E. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap

Aktiva tetap dapat diperoleh perusahaan dengan berbagai macam cara, di mana masing-

masing cara perolehan akan mempengaruhi penetuan harga perolehan, misalnya dengan

membeli, membangun sendiri, sewa guna usaha, dan sebagainya

Aktiva tetap dicatat berdasarkan nilai perolehannya, semua biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh aktiva tetap tersebut dikapitalisasi dalam nilai aktiva tetap. Menurut Ikatan

Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan pengakuan awal aktiva yaitu :

”Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu

aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap pada awalnya harus diukur

berdasarkan biaya perolehannya.”

164
(2004,16.6)

Sedangkan komponen biaya menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi

Keuangan adalah :

”Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor
dan PPn Masukan Tak Boleh Restitusi (non refudable), dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang
membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap
potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya
yang dapat diatribusikan secara langsung adalah :

a. Biaya persiapan tempat


b. Biaya pengiriman awal (initial delivery), biaya simpan dan bongkar muat
(handling cost)
c. Biaya pemasangan
d. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
(2004,16.6)

Jelas bahwa biaya (harga) perolehan aktiva tetap meliputi semua pengeluaran yang

diperlukan guna mendapatkan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap untuk

dioperasionalkan di dalam perusahaan. Berbagai biaya yang merupakan bagian dari harga

perolehan aktiva tetap harus betul-betul diperhatikan agar besarnya biaya yang tercantum di

neraca secara wajar dan rasional. Aktiva tetap dicatat di dalam neraca sebesar nilai buku yaitu

harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.

Dalam menemtukan besarnya harga perolehan aktiva tetap harus disesuaikan dengan cara

perolehan aktiva tetap dimana ada beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap tersebut.

Berikut ini cara perolehan aktiva tetap menurut Zaki Baridwan dalam bukunya yang berjudul

Intermediate Accounting (2000,274) yaitu : 1. Pembelian tunai

165
2. Pembelian angsuran

3. Ditukar dengan surat berharga

4. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain

5. Diperoleh dari hadiah

6. Aktiva yang dibuat sendiri

Pembelian Tunai

Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah

sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva

tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap

dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya

pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya diatas dikapitalisasi sebagai harga

perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan

tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah

potongan itu didapat atau tidak.

Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga

perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Misalnya dalam pembelian

gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan untuk gedung dan tanah. Dasar

alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar relatif masing-masing

aktiva, yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, dicari harga pasar tanah dan harga pasar

gedung, masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan menjadi dasar alokasi harga perolehan.

166
Apabila harga pasar masing-masing aktiva tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat

dilakukan dengan menggunakan dasar surat bukti pembayaran pajak. Jika tidak ada dasar yang

dapat digunakan untuk alokasi harga perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan

pimpinan perusahaan.

Pembelian Angsuran

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan

aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas

dinyatakan maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan

dibebankan sebagai biaya bunga.

Ditukar Dengan Surat-Surat Berharga

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan,

dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar.

Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap

ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan

aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai

pertukaran ditentukan oleh keputusan pemimpin perusahaan. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai

dasar pencatatan harga perolehan aktiva tetap dan nilai-nilai surat-surat berharga yang

dikeluarkan.

167
Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening

modal saham atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai

nominal dicatat dalam rekening agio/disagio.

Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan

mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang

dijadikan penukaran. Yang dimaksud dengan harga pasar surat berharga adalah harga yang

terjadi dalam bursa surat-surat berharga atau dalam transaksi dengan pihak lain yang bebas.

Ditukar Dengan Aktiva Tetap Yang Lain

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara pertukaran yaitu aktiva lama yang digunakan

untuk membayar perolehan aktiva baru baik seluruhnya ataupun sebagian di mana

kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini prinsip harga perolehan tetap harus

digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasi dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama

ditambah uang yang dibayarkan (jika ada) atau dikapitalisasi sebesar harga pasar aktiva yang

baru yang diterima.

Ada masalah yang timbul bila harga pasar aktiva lama maupun baru tidak dapat ditentukan.

Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran

tersebut. Selain masalah di atas, masalah lainnya adalah pengakuan rugi laba yang timbul karena

adanya pertukaran aktiva tersebut. Membicarakan mengenai rugi laba pertukaran akan

dipisahkan menjadi dua yaitu pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis dan pertukaran

aktiva tetap sejenis.

168
Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis di atas adalah

pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama, seperti pertukaran tanah dengan

mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Bila menyangkut pertukaran dengan aktiva yang tidak

sejenis, perbedaan antara nilai buku aktiva tetap diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan

sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui

sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran

seperti ini harus didasarkan pada harga pasar aktiva tetap yang diserahkan ditambah uang uang

dibayarkan. Bila harga pasar aktiva yang diserahkan tidak dapat diketahui, maka harga perolehan

aktiva baru didasarkan pada harga pasar aktiva baru.

Yang dimaksud dengan pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva

tetap yang sifatnya dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan

merek B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya. Dalam hubungannya dengan aktiva

tetap yang sejenis, laba yang timbul akan ditangguhkan (mengurangi harga perolehan aktiva

yang bersangkutan) dalam hal pertukaran dengan aktiva yang sejenis. Apabila pertukaran

tersebut menimbulkan kerugian maka ruginya dibebankan dalam periode terjadinya pertukaran.

Diperoleh Dari Hadiah/Donasi

Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatnya bisa dilakukan menyimpang

dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetap

biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat

sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal

169
terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka

aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Apabila hadiah yang belum

pasti akan menjadi milik perusahaan, dan aktiva tersebut berupa aktiva yang didepresiasi, maka

perhitungan depresiasi dimulai sejak saat aktiva tersebut diterima sebagai hadiah yang belum

pasti. Perhitungan depresiasinya dilakukan dengan cara yang sama seperti aktiva-aktiva tetap

yang lain.

Aktiva Tetap Yang Dibuat Sendiri

Perusahaan mungkin membuat atau membangun sendiri aktiva tetap yang diperlukan

seperti gedung, peralatan, perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi

kapasitas atau pegawai yang masih kurang.

Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan,

upah langsung, dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam menentukan

harga pokok aktiva yang dibuat. Tetapi biaya factory overhead tidak langsung menimbulkan

pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan kepada aktiva yang dikerjakan itu.

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membebankan biaya factory overhead, yaitu :

a. Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat

b. Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan aktiva dan produksi

Apabila digunakan cara pertama maka harga pokok aktiva yang dibuat sendiri adalah

semua biaya-biaya langsung ditambah dengan kenaikan biaya factory overhead. Sedangkan cara

170
yang kedua, harga pokok aktiva merupakan jumlah semua biaya langsung ditambah dengan tarif

yang menjadi beban aktiva yang dibuat itu.

Dalam hal harga pokok yang dibuat lebih rendah daripada harga beli, selisihnya merupakan

penghematan biaya dan tidak boleh diakui sebagai laba. Tetapi apabila harga pokok aktiva yang

dibuat itu lebih tinggi dari harga beli di luar (kualitas yang sama) maka selisih yang ada dianggap

sebagai kerugian, sehingga aktiva dicatat sebesar harganya yang normal.

Bila pembuatan aktiva itu menggunakan dana pinjaman, maka bunga pinjaman selama

masa pembuatannya dikapitalisasi dalam harga perolehan aktiva. Sesudah aktiva tetap selesai

dibuat, biaya bunga pinjaman dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya-biaya

lain yang timbul dalam masa pembuatan aktiva dibebankan sebagai biaya perolehan aktiva tetap.

F. Penyusutan

1) Pengertian Penyusutan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan, menyatakan

bahwa :

“Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari aktiva

tetap sepanjang masa manfaat. Penyusutan untuk setiap periode diakui sebagai

beban untuk periode yang bersangkutan”.

(2004,17.1)

171
Sedangkan penyusutan/depresiasi menurut Drs. H. Kusnadi, Dra. Siti Maria, dan Dra.

Ririn I dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan adalah :

”Depresiasi/penyusutan adalah berkurangnya suatu nilai yang disebabkan karena


pemakaian, keusangan, kemerosotan fisik, ketidaktepatan, berlalunya suatu waktu
atau perubahan biaya menjadi beban dari suatu aktiva tetap berwujud”.

(2000,271)

Penyusutan aktiva tetap berwujud menurut Kieso dan Weygandt dalam bukunya yang

berjudul Akuntansi Intermediate, adalah :

“Penyusutan didefinisikan sebagai proses akuntansi untuk mengalokasikan harga


pokok (cost) aktiva berwujud pada beban dengan cara yang sistematik dan rasional
dalam periode-periode yang mengambil manfaat dari penggunaan aktiva tersebut”.

(2000,2)

Dari definisi diatas mengungkapkan bahwa penyusutan adalah pengalokasian sistematik

dari harga perolehan (cost) dari suatu aktiva tetap berwujud menjadi beban sepanjang masa

manfaat aktiva tetap tersebut.

Tujuan pokok penyusutan adalah mencapai prinsip pengaitan (matching principle), yakni

mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan beban dari barang-barang dan jasa

yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan tersebut. Penyusutan untuk setiap periode

akuntansi diakui sebagai beban untuk periode yang bersangkutan. Beban penyusutan

(depreciation expense) adalah biaya perolehan aktiva tetap yang diakui sudah dikonsumsi selama

172
periode akuntansi/fiskal. Akumulasi penyusutan (accumulated depreciation) adalah bagian dari

biaya perolehan aktiva tetap yang dialokasikan ke penyusutan sejak aktiva tersebut diperoleh.

Akumulasi penyusutan merupakan rekening kontra aktiva (contra-asset account). Rekening

kontra adalah rekening yang mengimbangi atau mengurangi jumlah rekening lainnya yang

berkaitan.

2) Sifat Penyusutan

Henry Simamora dalam bukunya Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis

(2000,304) mengemukakan sifat penyusutan yaitu :

1. Penyusutan Merupakan Proses Alokasi

Proses penyusutan melibatkan pengaitan biaya perolehan aktiva sebagai beban terhadap

pendapatan. Penyusutan bukanlah suatu upaya untuk memberikan estimasi nilai aktiva pada

suatu saat tertentu. Dari prespektif akuntansi, penyusutan merupakan proses alokasi. Yakni,

biaya perolehan aset dialokasikan ke dalam periode-periode di mana perusahan menerima

manfaat-manfaat dari aset tersebut. Walaupun penentuan beban ini tergantung pada

estimasi-estimasi subyektif (seperti estimasi masa manfaat dan nilai residu aktiva), namun

akuntan meyakini bahwa manfaat-manfaat bagi pembaca laporan keuangan dengan

mengakui beban penyusutan ini melebihi subyektivitas estimasi tadi.

2. Penyusutan Bukan Konsep Penilaian

Penyusutan merupakan proses alokasi biaya, bukan merupakan proses penilaian. Akuntan

tidak berupaya mengukur perubahan nilai pasar aktiva selama masa kepemilikannya karena

173
aktiva tetap dimiliki tidak untuk dijual. Oleh karena itu, nilai buku (biaya perolehan

dikurangi akumulasi penyusutan) aktiva tetap bisa sangat berbeda dari nilai pasarnya.

Miskonsepsi yang sering terjadi adalah penyusutan menunjukan penurunan nilai sebuah

aktiva. Catatan-catatan akuntansi tidak berupaya memperlihatkan nilai sekarang suatu

aktiva, dan penyusutan tidak digunakan untuk menilai aktiva tetap. Jelas bahwasanya,

penyusutan itu digunakan untuk mengalokasikan biaya perolehan sebuah aset selama

taksiran masa manfaatnya, terlepas dari berapa pun nilai pasar sekarang.

3. Penyusutan Bukan Merupakan Sumber Langsung Kas

Miskonsepsi lainnya menyangkut anggapan bahwa penyustan adalah sumber kas.

Penyusutan bukan merupakan beban tunai, dalam pengertian bahwa penyusutan tidak

memerlukan pembayaran kas pada waktu beban tersebut dicatat. Pengeluaran kas hanya

terjadi tatkala dilakukan pembayaran untuk aktiva terkait. Akibatnya, penyusutan tidak

menyebabkan arus keluar maupun arus masuk kas langsung. Sungguhpun demikian,

terdapat cara di mana penyusutan merupakan sumber kas tidak langsung bagi perusahaan.

Penyusutan merupakan beban yang dapat dikurangkan dalam penghitungan pajak

penghasilan perusahaan. Penyusutan adalah beban bukan tunai yang mengurangi

penghasilan kena pajak. Semakin rendah penghasilan perusahaan, maka semakin rendah

arus keluar kas untuk pajak penghasilan. Oleh karena itu, semakin banyak beban

penyusutan untuk keperluan pajak, maka semakinbanyak kas yang mampu ditahan oleh

perusahaan melaui pembayaran pajak yang lebih rendah. Hanya dalam cara inilah

penyusutan mempengaruhi arus kas.

3) Sebab-Sebab Penyusutan

174
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan penyusutan/depresiasi. Zaki Baridwan dalam

bukunya Intermediate Accounting (2000,308) mengelompokannya menjadi dua, yaitu :

a. Faktor-faktor fisik

Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena dipakai, aus

karena umur dan kerusakan-kerusakan.

b. Faktor-faktor fungsional

Faktor-faktor fungsional yang membatasi umur aktiva tetap antara lain, ketidakmampuan

aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya

perubahan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, atau karena adanya

kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.

Untuk menetukan taksiran umur kegunaan/masa manfaat suatu aktiva tetap, kedua faktor

diatas harus dipertimbangkan. Selain faktor-faktor diatas, taksiran umur aktiva tetap juga

dipengaruhi oleh rencana reparasi dan pemeliharaan. Bila rencana reparasi dan pemeliharaan itu

disusun dengan biaya minimum, maka diharapkan aktiva tetap akan mempunyai umur yang lebih

pendek dibandingkan jika rencana reparasi dan pemeliharannya tidak minimum.

4) Faktor-Faktor Dalam Menentukan Beban Penyusutan

Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting (2000,309), ada tiga

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetukan beban depresiasi setiap periode. Faktor-

faktor itu ialah :

1. Harga Perolehan (cost)

175
Yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi

dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.

2. Nilai Sisa (residu)

Adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukar atau cara-cara lain ketika

tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangkan dengan biaya-biaya yang terjadi

pada saat menjual/menukarnya.

3. Taksiran Umur Kegunaan

Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur kegunaan ini bisa

dinyatakan dalam suatu periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.

Dalam menaksir umur aktiva, harus dipertimbangkan sebab-sebab keausan fisik dan

fungsional.

Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung beban depresiasi tiap tahun. Beban depresiasi ini

merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian penentuan ketiga

faktor diatas. Ketelitian beban depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya rugi laba perusahaan

setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti maka jumlah rugi laba perusahaan

juga menjadi tidak teliti.

5) Metode Penyusutan

Metode penyusutan adalah suatu metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya

perolehan aktiva tetap kepada suatu beban, yakni beban penyusutan. Dalam menetukan pilihan
176
metode penyusutan hendaklah dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva

tersebut. Metode yang baik untuk perusahaan yang satu belum tentu baik dan sesuai jika

digunakan oleh perusahaaan lain.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan penyusutan

(2004,17.3) dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan menurut kriteria,

sebagai berikut :

a. Berdasarkan waktu :

(i) Metode Garis Lurus

(ii) Metode Pembebanan yang menurun :

- Metode Jumlah Angka Tahun

- Metode Saldo Menurun/Saldo Menurun Ganda

b. Berdasarkan penggunaan :

(i) Metode Jam Jasa

(ii) Metode Jumlah Unit Produksi

c. Berdasarkan kriteria lainnya :

(i) Metode berdasarkan jenis dan kelompok

(ii) Metode Anuitas

(iii) Sisa Persediaan

Sedangkan metode perhitungan penyusutan menurut Zaki Baridwan, dalam bukunya

Intermediate Accounting (2000,309), antara lain :

177
1. Metode Garis Lurus

2. Metode Jam Jasa

2. Metode Hasil Produksi

3. Metode Beban Berkurang :

- Jumlah angka tahun

- Saldo menurun

- Double Declining balance methode

- Tarif menurun

Metode penyusutan yang dipilih oleh perusahaan harus digunakan secara konsisten dari

periode ke periode kecuali terdapat perubahan keadaan yang memberi alasan atau dasar suatu

perubahan metode. Dalam suatu periode akuntansi dimana metode penyusutan berubah, maka

alasan perubahan itu harus diungkapkan.

a. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Dalam metode ini beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif

penyusutan yang tetap dengan nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku aktiva ini selalu

menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun, dan pada akhir umur (masa)

manfaat aktiva tetap besarnya nilai buku akan sama dengan nilai sisa. Konsep dasar yang sering

kali diajukan adalah bahwa pada awal tahun permulaan aktiva tetap akan memberikan

kemampuan (kapasitas) yang besar dan akan menurun pada periode berikutnya. Sehingga adalah

178
wajar jika beban depresiasi pada awal periode dinilai besar dan kemudian menurun pada periode

berikutnya sehingga memperbandingkan beban dan pendapatan akan lebih realistis.

Depresiasi tiap periode dengan metode saldo menurun dapat dihitung dengan cara

mengalikan tarif persentase yang tetap dengan nilai buku aktiva dan rumusnya sebagai berikut :

Rumus mencari tarif :

NS
T 1  n
HP

Keterangan :

T = Tarif NS = Nilai Sisa

n = Umur Ekonomis HP = Harga Perolehan

Dan depresiasi tiap periodenya dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut:

Beban Depresiasi = T x Nilai buku yang terus menurun

Ayat jurnal untuk mencatat beban penyusutan yang diperoleh dari metode di atas adalah

sebagai berikut :

Beban penyusutan aktiva tetap (Depreciation expense) xxx

Akumulasi penyusutan aktiva tetap (Acc.Depreciation) xxx

179
II. Aktiva Tak Berwujud

A. Pengertian Aktiva Tak Berwujud

Didefinisikan sebagai aktiva modal yang tidak mempunyai wujud fisik dan nilainya
tergantung pada hak dan keuntungan dari kepemilikan. Dimana banyak intagibles ini berupa
semacam hak monopoli kepada pemiliknya, seperti paten, copyright, franchise dll.

B. Karakteristik Akitva Tak Berwujud

Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :

1. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik,
dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau
privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank, piutang usaha,
dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik,
tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan
instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau
ekuivalen kas di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud
menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini biasanya
dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodic.

Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva
jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah
akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya
turun secara substansial serta terus-menerus.

180
C. Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud

1. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara
membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara
lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri
melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang.
2. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat diidentifikasi
secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang , dan
wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat
diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill,
yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas
produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
3. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa aktiva tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan.
Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya,
yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya dalah
biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara
terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh aktiva tak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan
memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan aktiva lainya dan tidak
dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara simultan.
4. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa aktiva tak
berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada
perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki
umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam
kontrak lease.

181
D. Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud

Akuntansi untuk aktiva tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa yang
diaplikasikan untuk aktiva tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan peralatan yaitu :

1. Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.


2. Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
3. Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui
atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
E. Mencatat Biaya Pembelian Aktiva Tak Berwujud

Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan
biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum, dan setiap
pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan biaya pasar saat ini
dari semua penukar yang diserahkan atau dari aktiva yang diterima, mana yang lebih dapat
ditentukan.

F. Perlakuan Akuntansi Untuk Berbagai Jenis Aktiva Tak Berwujud

Cara Akuisisi

Jenis Pembelian Dibuat secara internal

1. Aktiva tak 1.Di kapaitalisasikan 1. Dibebankan atau


Berwujud yang dapat pada biaya akuisisi. dikapitalisasi tergantung
diidentifikasi secara pada aktiva tak berwujud
2. Diamortisasi selama
terpisah ( hak paten, tertentu.
umur hukum atau
merek dagang, dan biaya
estimasi masa manfaat 2. Jika dikapitalisasi, akan
organisasi )
mana yang lebih singkat di amortisasi sebagai aktiva
dengan umur maksimum tak berwujud yang dibeli.
40 tahun

182
2.Aktiva tak berwujud 1. Dibebankan pada saat
yang tidak dapat terjadinya.
diidentifikasi secara
2. Tidak tersedia pilihan
terpisah ( goodwill )
untuk pengkapitalisasian,
sehingga tidak akan ada
amortisasi

G. Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.

Kadang kala perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya
yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan aktiva tak berwujud tersebut hanya akan
diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar
untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut
yang dikapitalisasi sebagai aktiva. Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak
berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya
yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli melalui transaksi yang wajar
diasumsikan mencermikan nilainya.

H. Amortisasi Biaya Aktiva Tak Berwujud

Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur aktiva tak berwujud :

1. Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat
maksimum.
2. Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat
mengubah batas umur masa manfaat aktiva tersebut.
3. Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi
umur manfaat.
4. Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.

183
5. Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi
keunggulan kompetitif yang sudah ada.
6. Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan
dengan layak.
7. Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur
manfaat efektif yang bervariasi.
Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya aktiva
tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan atau umur hukum
tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.

I. Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud

Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari penggunaan
aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang belum
diamortisasikan, maka aktiva tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian penurunan
ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Niali buku aktiva yang
telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat aktiva tersebut, tetapi periode
amortisasi tidak lebih dari 40 tahun.

J. Pelepasan Aktiva Tak Berwujud

Ketika sebuah aktiva tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang belum
diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui dan dicatat.
Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih dari pelepasan dan
biaya yang belum diamortisasi.

1. Aktiva Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan

Aktiva Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah aktiva tak berwujud yang
dapat diidentifikasi sebagian dari aktiva lainya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya :

184
mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba ( tetapi bukan biaya
organisasi )

Paten

Paten adalah sebuah hak khusus yang diakui secara hukum dan terdaftar Di Kantor Hak
Paten Amerika Serikat. Hak tersebut membuat pemegangnya dapat menggunakan, menjual, dan
mengendalikan barang-barang, proses, atau kegiatan yang tercangkup dalam paten tanpa adanya
pengaruh atau gangguan dari luar. Pendaftaran Paten di Kantor Paten tidak menjamin adanya
perlindungan. Sebuak paten tidak akan menjadi hak khusus, kecuali bila paten tersebut dapat
dimenangkan di pengadilan, jadi ada kesepakatan umum bahwa biaya untuk memepertahankan
paten dipengadilan harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya paten. Jika tuntutan tidak dapat
dimenangkan, maka biaya hukum dan biaya paten yang belum diamortisasi harus dihapus.
Kerugian penurunan niali ini harus didebet untuk setiap jumlah yang diharuskan. Paten memiliki
umur hukum selama 17 tahun, walaupun umur paten biasanya lebih pendek karena kemajuan
teknologi dapat menyebabkan produk kehilangan keunggulan kompetitif dengan cepat.

Hak Cipta

Hak Cipta adalah sebuah bentuk perlindungan hukum bagi para penulis literatur, musisi,
artistic, dan pekerjaan sejenis. Pemilik hak cipta memiliki hak ekslusif seperti hak mencetak,
mencetak ulang, menyalin pekerjaan, menjual atau mendistribusikan salainan itu, dan untuk
mengerjakan atau mencatat pekerjaan. Undang-undang hak cipta tahun 1978 melindungi umur
hak cipta itu selama umur penulis ditambah 50 tahun. Hak cipta dapat dijual atau secara
kontrakual diserahkan kepihak lainya. Biaya hak cipta diukur sesuai dengan prinsip biaya. Jika
sebuah hak cipta tidak memiliki umur ekonomis untuk keseluruhan umur hukumnya, maka biaya
hak cipta harus diamortisasi selama peride diharapkan menghasilkan pendapatan. Hak cipta tidak
boleh diamortisasi melebihi sisa umur hukumnya atau 40 tahun, mana yang lebih singkat.

Merek Dagang Dan Nama Dagang

Merek Dagang ( seperti lambang ‘busur emas’ Mcdonald ) dan Coca-cola adalah nama
symbol atau identitas lain yang membedakan perusahaan produk, jasa. Semuanya dapat
didaftarkan ke Kantor Paten di Amerika untuk memperjelas kepemilikan atau perlindungan
185
hukum. Merek dagang dan anam dagang yang telah diperbaharui setelah 20 tahun, yang akan
menambah umurnya manjadi tidak terbatas. Jumlah ekuivalen yang dibayarkan untuk membeli
merek dagang akan dikapitalisasi. Biaya yang secara langsung terjadi dalam pengembangan,
perlindungan , perluasan, pendaftaran, atau mempertahankan merek dagang harus dikapitalisasi
dan diamortisasi selama umur manfaat merek dagang itu atau selama 40 tahun, mana yang lebih
singkat.

Waralaba

Suatu waralaba (franchise) adalah perjanjian kontraktual dimana pemilik waralaba


(franchisor) memberikan hak kepada pemegang waralaba (franchise) untuk menjual produk atau
jasa tertentu, untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang tertentu, atau melakukan
fungsi fungsi tertentu, biasanya didaerah geografis yang telah ditentukan.

Franchisor, yang telah mengembangkan suatu konsep atau produk yang unik melindungi
konsep atau produknya dengan paten, hak cipta, merek dagang, atau nama dagang. Franchise
memperoleh hak untuk memanfaatkan ide ide atau produk franchisor dengan menandatangani
perjanjian waralaba.

Jenis waralaba lainnya adalah perjanjian yang biasa dilakukan oleh pemerintah kota dan
penggunaan property public oleh suatu perusahaan bisnis. Contohnya penggunaan saluran
telepon untuk tv kabel atau penggunaan jalan raya untuk lintasan bis. Hak pengoperasian seperti
itu diperoleh melalui perjanjian dengan unit atau lembaga pemerintah, yang sering kali disebut
sebagai lisensi (licenses) atau ijin.

Perbaikan Leasehold

Lease merupakan hal yang diberikan oleh salah satu pihak kep pihak kedua untuk
menggunakan suatu properti, pabrik atau peralatan, yang umumnya untuk jangka waktu tertentu.
Dalam keadaan tertentu, lease dikapitalisasi sebagai aktiva oleh pihak yang menerima hak untuk
menggunakan property, dan pada keadaan lainya, dan pada keadaan lainya lease tidak
dikapitalisasikan

186
SOAL LATIHAN

1. Berikut ini data yang berhubungan dengan pembelian mesin oleh PT. Kawan Lama.

Harga faktur Rp.50.000.000

Potongan pembelian Rp. 3.000.000

PPN 10% Rp. 4.700.000

Biaya pengangkutan mesin Rp. 1.000.000

Biaya pemasangan mesin Rp. 500.000

Biaya training operator mesin Rp. 200.000

Biaya pembelian bahan bakar solar Rp. 300.000

Biaya reparasi kerusakan mesin akibat kecerobohan

operator pada waktu percobaan Rp. 500.000

Diminta:

Hitunglah harga perolehan mesin yang seharusnya dicatat dalam akun aktiva tetap.

2. Berdasarkan data soal 1 di atas, diketahui tanggal pembelian mesin 1 April 2007, umur
ekonomis mesin ditaksir 6 tahun, taksiran jam kerja mesin 10.000 jam, taksiran nilai residu
Rp.3.000.000. Selama tahun 2007 tersebut, mesin telah digunakan untuk kegiatan produksi
selama 1.000 jam.

Diminta:

Hitunglah biaya depresiasi mesin dengan menggunakan metode-metode sbb:

a. Metode garis lurus


b. Metode jumlah angka tahun
c. Metode satuan hasil produksi

187
3. Berikut ini adalah transaksi-transaksi PT. Kawan Baru tahun 2007 dan 2008 yang berkaitan
dengan Aktiva Tetap berupa Truk.

Kebijakan akuntansi mengenai Aktiva Tetap

a. Metode penyusutan menggunakan metode garis lurus


b.Pengeluaran di bawah Rp.1.000.000,- diperlakukan sebagai pengeluaran penghasilan
(dibiayakan).
c. Angka depresiasi dibulatkan ratusan rupiah ke atas.

Transaksi tahun 2007

5 Jan: Dibeli sebuah truk Ford seharga Rp.60.000.000. Truk ini ditaksir memiliki umur
ekonomis 4 tahun dan nilai residu sebesar Rp.15.000.000

20 Feb: Dipasang lampu anti kabut seharga Rp.400.000

9 Juni: Dibayar biaya tune up, setel roda dan ganti oli sebesar Rp.800.000

2 Agustus: Dibayar biaya reparasi sebesar Rp.1.000.000 untuk memperbaiki kerusakan akibat
kelalaian sopor.

1 Oktober: Dipasang sebuah peti tempat penyimpanan alat-alat kendaraan seharga


Rp.2.700.000. Pengeluaran ini tidak akan menambah nilai residu.

31 Des: Dicatat jurnal penyesuaian untuk depresiasi kendaraan.

Transaksi tahun 2008

5 Mei: Diputuskan untuk menukarkan truk Ford dengan truk Dodge yang lebih besar.
Harga truk Dodge Rp.80.000.000 sedangkan truk Ford lama dihargai
Rp.45.000.000, dan selisihnya dibayar tunai. Truk baru diperkirakan memiliki
nilai residu Rp.10.000.000 dengan taksiran umur 5 tahun.
188
31 Des: Dicatat jurnal penyesuaian untuk depresiasi kendaraan truk Dodge.

Diminta:

Buatlah perhitungan dan jurnal untuk mencatat semua transaksi di atas

189
DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah Satu. Jakarta: Bumi Aksara


Ikatan Akuntan Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Imam Santoso. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting) Buku Satu.
Denpasar: Refika Aditama.
Kieso&Weygandt. 2005. Akuntansi Intermediate Edisi Ketujuh Jilid Satu. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Zaki Baridwan. 2004. Intermediate Accounting Edisi 8. Yogjakarta: BPFE
Kieso dan Weygandt. 2007. Akuntansi Intermediate Edisi 12 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Stice dan Skousen. 2004. Akuntansi Intermediate Edisi 15 Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat
Surya, Satriawan. 2012. Akuntansi Keuangan Versi IFRS Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Horrison dan Suwardy. 2012. Akuntansi Keuangan IFRS Edisi 8 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

190
191

Penerbit Universitas Pendidikan Ganesha


Jl. Udayana Singaraja Bali Kode Pos 81116,
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

(INTERMEDIETE ACCOUNTING)

Dr. Timbul Sinaga,SE.,M.S.Ac.

Ardin Doloksaribu,SE.
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas HKBP Nommensen

Penerbit: GALASIBOT
MEDAN
DAFTAR ISI

BAB I. LAPORAN KEUANGAN .................................................................................4


1.1 DEFENISI LAPORAN KEUANGAN ........................................................................... 4
1.2 LAPORAN LABA RUGI (INCOME STATEMENT).......................................................... 4
1.3 PERUBAHAN PRINSIP AKUNTANSI ....................................................................... 9
1.5 LAPORAN PERUBAHAN MODAL (RETAINED EARNING STATEMENT) ................ 10
1.6 NERACA (BALANCE SHEET OF STATEMENT) ............................................................... 10
1.7 LAPORAN ARUS KAS (CASH FLOW OF STATEMENT) .............................................. 14
1.8 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ........................................................... 18
BAB II. KERANGKA DASAR DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN ............................................................................................24
2.1 KERANGKA DASAR DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN ........................................................................................................................ 24
Bab III. Kas (Cash) ........................................................................................................29
3.1 KAS (CASH) ...................................................................................................................... 29
Bab IV. PIUTANG (ACCOUNT RECEICABLE)......................................................42
4.1 PIUTANG(ACCOUNT RECEIVABLE) ..................................................................... 42
4.2 SURAT PIUTANG (NOTES RECEIVABLE) ............................................................ 49
Bab V.PERSEDIAAN (INVENTORY) ......................................................................61
5.1 PERSEDIAAN (INVENTORY) ................................................................................... 61
Bab VI. MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN PERSEDIAAN .......................70
6.1 MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN PERSEDIAAN ....................................... 70
6.2 METODE PENCATATAN PERSEDIAAN DENGAN HARGA PASAR
BUKANHARGA POKOK .................................................................................................. 71
6.3 METODE LABA KOTOR (GROSS PROFIT MARGIN) ........................................ 73
BAB VII. INVESTASI (Investment) ..........................................................................79
7.1 INVESTASI (INVESTMENT) ............................................................................................ 79
7.2 INVESTASI SEMENTARA DALAM BENTUK SAHAM(MARKETABLE EQUITY
SECURITIES) ............................................................................................................................. 80
7.3INVESTASI SEMENTARA DALAM BENTUK OBLIGASI(MARKETABLE DEBT
SECURITIES) ............................................................................................................................ 84
BAB VIII. INVESTASI JANGKA PANJANG(LONG TERM INVESTMENT)
...........................................................................................................................................87
8.1. INVESTASI JANGKA PANJANG (LONG TERM INVESTMENT) .................. 87
8.2 DISPOSAL ATAU DIJUAL KEMBALI (HUTANG OBLIGASI) ................................ 90
8.3 INVESTASI JANGKA PANJANG DALAM BENTUK SAHAM(INVESTMENT
IN STOCK) ............................................................................................................................ 92
8.4 PENILAIAN INVESTASI JANGKA PANJANG ATAS SAHAM ....................... 94
8.5 BENTUK PENERIMAAN DEVIDEN ........................................................................ 95
8.6 HAK BELI SAHAM (STOCK RIGHTS) .................................................................... 98
8.7 PERUBAHAN METODE DARI METODE EKUITAS KE METODE BIAYA .... 99
8.8PERUBAHAN METODE DARI METODE BIAYA KE METODE EKUITAS ... 100
Bab IX. AKTIVA TETAP BERWUJUD(FIXED ASSET) ......................................104
9.1. AKTIVA TETAP BERWUJUD(FIXED ASSET) .................................................... 104
9.2. PENILAIAN AWAL ................................................................................................... 104
Bab X. PENILAI SETELAH PENILAIAN AWAL ATAS AKTIVA TETAP ....118
10.1 PENILAI SETELAH PENILAIAN AWAL ATAS AKTIVA TETAP ................. 118
10.2 DEPRESIASI ............................................................................................................... 121
10.3 DEPLESI ...................................................................................................................... 126
10.4 PENGHENTIAN/DISPOSAL AKTIVA TETAP .................................................. 129
Bab XI. Aktiva Tak Berwujud (PSAK No.19) (Intangible Asset .......................133
11.1 AKTIVA TAK BERWUJUD (PSAK NO.19)(INTANGIBLE ASSET)................................ 133
Bab XII. HUTANG LANCAR DAN KONTINJENSI ..........................................142
(Current Liabilities and Contingency) .....................................................................142
12.1 HUTANG LANCAR DAN KONTINJENSI(CURRENT LIABILITIES AND
CONTINGENCY).................................................................................................................... 142
12.2 KONTINJENSI (CONTINGENCY) ......................................................................... 149
12.3 PREMI DAN KUPON (PREMIUM AND COUPON)................................................... 151
BAB XIII. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG(LONG TERM LIABILITIES).155
13.1 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG(LONG TERM LIABILITIES) ................... 155
13.2 PENILAIAN HUTANG OBLIGASI ....................................................................... 156
13.3 PENERBITAN OBLIGASI YANG PERLU DIPERHATIKAN .......................... 157
13.4 METODE BUNGA EFEKTIF ................................................................................... 161
10.5 PELUNASAN HUTANG (REDEMPTION OF BONDS) ..................................... 164
13.6 LONG TERM NOTES PAYABLE/WESEL BAYAR JANGKA PANJANG .......................... 166
BAB XIV. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG(LONG TERM LIABILITIES).169
14.1 STOCKHOLDERS EQUITY/CONTRIBUTED CAPITAL(EKUITAS
PEMEGANG SAHAM)..................................................................................................... 169
14.2 AKUNTANSI PENERBITAN SAHAM(ACCOUNTING FOR THE ISSURANCE OF STOCK)
............................................................................................................................................... 170
14.3 PEMBELIAN KEMBALI SAHAM(REACQUISITION OF SHARES) .............. 173

1
14.4 METODE AKUNTANSI UNTUK SAHAM TEASURY ..................................... 174
BAB XV. LABA DITAHAN (RETAINED EARNING) .........................................179
15.1 LABA DITAHAN (RETAINED EARNING) .......................................................... 179

2
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB 1

Laporankeuangan
(Financial Statement)

3
BAB I. LAPORAN KEUANGAN

1.1 DEFENISI LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan yang


bersumber dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama setahun atau tahun
berjalan.

Laporan keuangan ini disajikan oleh Manager yang akan digunakan sebagai dasar penilai
atas kenerja perusahaan tersebut dan juga dapat digunakan untuk pihak Ekstern.

Komponen laporan keuangan:


1. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
2. Perubahan Modal (Retained Earning Statement)
3. Neraca (Balance sheet statement)
4. Laporan Arus Kas (Cash Flowof statement)
5. Catatan atas laporan keuangan (Financial of Notes)

Pembahasan:

1.2 LAPORAN LABA RUGI (Income Statement)

Merupakan laporan yang menunjukkan posisi pendapatan dan beban yang mana
selisih yang terjadi akan diakui sebagai laba atau rugi.

Komponen laba rugi:


a. Pendapatan (Revenue)
b. Biaya-biaya (Expense)
c. Laba (Gain)
d. Rugi (Loss)

Bentuk-bentuk penyajian laporan laba rugi:

1. Bentuk Single Step (Satu Tahap)


Dalam bentuk ini penyusunan atau pengelompokan laporan laba rugi tidak
mengelompokan penyajian komponen pendapatan atau biaya baik kegiatan operasi
(Ordinary) maupun di luar operasi (Sub Ordinary)

4
Contoh:

PT. “Setia Indah”


Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200X

Penjualan xxx
Pendapatan sewa xxx
Pendapatan deviden xxx +
Total pendapatan xxx
Dikurangi:
Harga Pokok penjualan xxx
Biaya penjualan xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya bunga xxx
Biaya pajak xxx +
Total beban xxx +
Laba atau Rugi XXX

Contoh: -1
PT. “Dosroha” menyajikan data keuanagn selama tahun 2007, dengan data sebagai berikut:
Pendapatan dari penjualan 50.000.000
Biaya iklan 5.000.000
Biaya administrasi 200.000
Pendapatan sewa 1.000.000
Gaji pegawai 10.000.000
Biaya sewa 250.000
Biaya pajak 5.000.000
Pendapatan deviden 500.000
Biaya bunga 200.000
Diminta:
Susunlah laporan laba rugi berdasarkan bentuk single step

Penyelesaian:

PT. “Dosroha”
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 2007

Pendapatan penjualan 50.000.000


Pendapatan sewa 1.000.000
Pendapatan deviden 500.000
Total pendapatan 51.500.000
Biaya-biaya usaha:
Biaya iklan 5.000.000
Biaya administrasi 200.000
Biaya sewa 250.000
Gjai pegawai 10.000.000
Biaya pajak 5.000.000
Biaya bunga 200.000
Total biaya 20.650.000

5
Laba usaha 30.850.000
2. Bentuk Multiple step (Banyak tahap)
Dalam bentuk ini penyajian laporan dilakukan berdasarkan pengelompokan terhadap
pendapatan dan beban yang disusun secara berurut sehingga dapat dihitung mana
laba-rugi kotor dan laba rugi bersih sebelum pajak dan sesudah pajak dan
komponen/elemen luar biasa.

Contoh:

PT. “Setia Indah”


Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200X

Penjualan xxx
Potongan penjualan (xxx)
Retur Penjualan (xxx)
Total penjualan bersih xxx
Harga pokok penjualan (HPP):
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx
Potongan pembelian (xxx)
Retur pembelian (xxx)
Biaya angkut pembelian xxx
Total pembelian xxx
Barang tersedia untuk dijual xxx
Persediaan akhir (xxx)
Harga pokok penjualan (xxx)
Laba kotor xxx
Biaya-biaya (usaha/operasi):
Biaya penjualan:
Gaji bagian penjualan xxx
Biaya iklan xxx
Depresiasi peralatan penjualan xxx
Biaya lain-lain penjualan xxx
Total biaya bagian penjualanq xxx

Biaya administrasi dan umum:


Gaji bagian kantor xxx
Biaya perjalanan dinas kantor xxx
Biaya administrasi xxx
Depresiasi peralatan kantor xxx
Biaya lain-lain administrasi xxx
Total biaya administrasi dan umum xxx
Total biaya usaha/operasi (xxx)
Laba usaha sebelum pajak xxx
Biaya pajak pendapatan (xxx)
Laba bersih usaha xxx

6
Contoh:

PT. “Dosroha” menyajikan data keuanagn selama tahun 2007, dengan data sebagai berikut:
Persediaan awal 20.000.000 Pendapatan deviden 4.000.000
Penjualan kotor 400.000.000 B. Administrasi umum 2.250.000
B. angkut penjualan 7.500.000 B. Angkut pembelian 5.000.000
Persediaan akhir 35.000.000 Gaji bag. Penjualan 17.500.000
Depresiasi perlt kantor 1.250.000 Retur penjualan 30.000.000
Beban iklan 4.500.000 Beban sewa 10.500.000
Potongan pembelian 20.000.000 Potongan penjualan 10.000.000
B. perjlnan dinas bag. Penj 10.000.000 Retur pembelian 10.000.000
Beban asuransi Ktr 1.750.000 Gaji bag. Kantor 15.250.000
Beban bunga 4.500.000 Depresiasi perlt. Bag. Penj 1.000.000
Beban pajak 800.000 Pembelian 250.000.000

Diminta:
Susunlah laporan laba rugi berdasarkan bentuk Multiple step

Penyelesaian:

PT. “Dosroha”
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 2007

Penjualan 400.000.000
Potongan penjualan (10.000.000)
Retur penjualan (30.000.000)
Penjualan bersih 360.000.000
HPP:
Persediaan awal 20.000.000
Pembelian 250.000.000
B. angkut pembelian 5.000.000
Potongan pembelian (20.000.000)
Retur pembelian (10.000.000)
Total pembelian 225.000.000
Barang tersedia untuk dijual 245.000.000
Persediaan akhir (35.000.000)
HPP (210.000.000)
Laba kotor 150.000.000
Biaya biaya usaha:
Biaya bagian penjualan:
Biaya angkut penjualan 7.500.000
Biaya iklan 4.500.000
Biaya perjalanan dinas bag. Penjl 10.000.000
Gaji bag. penjualan 17.500.000
Depreseasi peralatan bag. Penjualan 1.000.000
Total biaya bag. Penjualan 40.500.000

Biaya bag. Administrasi:


Biaya asuransi bag. Kantor 1.750.000
Beban administrasi dan umum 2.250.000
Gaji bag. Kantor 15.250.000
Depresiasi peralatan bag. Kantor 1.250.000
Total biaya bag. Kantor 20.500.000
Total biaya usaha (61.000.000)
Laba usaha sebelum pajak 89.000.000
Pendapatan dan biaya lain-lain (Luar operasi)
Pendapatan lain-lain:
Pendapatan deviden 4.000.000
Beban lain-lain:
Beban bunga 4.500.000
Beban sewa 10.500.000
Total beban lain-lain (15.000.000)
Total laba sebelum pajak 78.000.000
Beban pajak (800.000)
Laba bersih setelah pajak 77.200.000

7
Ada dua Pendekatan dalam penyusunan laporan laba rugi untuk kedua bentuk (Single dan
multiple step) apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan (bencana alam) atau yang tidak
di duga-duga (Ekstra Ordinary) dan akan disajikan setelah laba bersih setelah pajak.

Ciri-ciri komponen Ekstraordinary:


- Jarang terjadi
- Tidak disangka-sangka
- Tidak diinginkan
- Nilai kerugian relatig besar.

1. Pendekatan ALL INCLUSIVE


Pendekatan ini akan menunjukkan komponen Ekstraordinary tersebut pada laporan
laba rugi, sedangkan pada perubahan modal tidak berpengaruh.
2. Pendekatan CURRENT OPERATING PERFORMANCE
Pendekatan ini tidak menunjukkan konponen ekstra ordinary tersebut tetapi akan
disajikan nantinya pada laporan perubahan modal.

Contoh: -1
Dari contoh diatas:
Diketahui laba bersih sebelum pos luar biasa sebesar Rp. 77.200.000
Kemudian adanya laba saat pengambilalihan asset (Bangunan) milik partner asing Rp.
5.000.000
Kerugian akibat bencana alam Rp. 50.000.000
Diminta:
Sajikanlah laporan laba rugi berdasarkan All inclusive dan current operating performance

Penyelesaian:

PT. “Dosroha”
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 2007

All Inclusive COP


Laba sebelum pajak dan sebelum pos luar biasa 78.000.000 78.000.000
Pos luar biasa:
Laba pengambilalihan bangunan partner 5.000.000 -
Kerugian akibat bencana alam (50.000.000) -
Laba bersih sebelum pajak 33.000.000 78.000.000
Laba Ditahan:
Laba ditahan awal 10.000.000 10.000.000
Laba bersih 33.000.000 78.000.000
Total 43.000.000 88.000.000
Laba-rugi pos luar biasa:
Laba pengambilalihan bangunan partner 5.000.000
Kerugian akibat bencana alam (50.000.000)
Deviden yang dibagikan (2.000.000) (2.000.000)
Total laba ditahan akhir 41.000.000 41.000.000

8
1.3 PERUBAHAN PRINSIP AKUNTANSI

Perubahan prinsip akuntansi yang digunakan perusahaan ke prinsip yang lebih


menguntungkan biasa saja terjadi. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut dalam
penyajian laporan keuangan maka:

Perubahan tersebut akan disajikan diantara pos luar biasa dan laba bersih atau dengan kata
lain disajikan setelah pos luar biasa (Ekstra Ordinary).
Perubahan tersebut antara lain:
1. Perubahan metode depresiasi aktiva tetap
2. Perubahan metode penilaian persediaan
3. Perubahan metode pengakuan pendapatan atas kontrak jangka panjang.

Contoh:

PT. “SWG” memutuskan untuk menggunakan metode garis lurus sebagai dasar perhitungan
depresiasi aktiva tetapnya mulai tahun 2007. aktiva tetap tersebut diperoleh pada awal tahun
2005 dengan harga perolehan sebesar Rp. 150.000.000 dengan umur ekonomis 5 tahun.
Semula disusutkan dengan metode angka tahun. Laba setelah pos luar biasa Rp. 33.000.000
Diminta:
Hitung perubahan nilai yang terjadi akibat perubahan metode dan sajikan dalam laporan
laba rugi:

Penyelesaian:

Tahun Metode angka tahun Metode Garis Lurus Perubahan


2005 50.000.000 30.000.000 20.000.000 (laba)
2006 40.000.000 30.000.000 10.000.000 (laba)
Total 90.000.000 60.000.000 30.000.000 (laba)

PT. “SWG”
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 2007

Laba setelah pos luar biasa 33.000.000


Pengaruh perubahan metode depresiasi 30.000.000
Laba bersih sebelum pajak 63.000.000

9
1.4 LABA/RUGI PENGHENTIAN OPERASI ATAU SEGMEN USAHA

Laba atau rugi ini akan disajikan setelah laba bersih setelah pajak dan sebelum pos luar biasa.

Contoh:
PT. “SWG” pada tahun 2007, memutuskan untuk menutup segmen pada bagian pencetakan
Kaus Olong pas badan karena peminatnya sudah berkurang sehingga jika diteruskan dibuka
maka akan mengalami kerugian operasioanal sebesar Rp. 15.000.000. sehingga sebaikkan
dilakukan penutupan segmen tersebut sehingga aktiva tetapnya dijual dan memperolah laba
25.000.000. dan diketahui juga laba bersih setelah pajak sebelum pos luar biasa Rp. 77.200.000
Diminta:
Hitung dan sajikanlah pengaruhnya pada laporan laba rugi:

Penyelesaian:
PT. “SWG”
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 2007

Laba bersih operasi 78.000.000


Penutupan pabrik:
Rugi operasi (15.000.000)
Laba penjualan aktiva pabrik 25.000.000
10.000.000
Laba sebelum pos luar biasa dan pajak 88.000.000

1.5 LAPORAN PERUBAHAN MODAL (Retained Earning Statement)

Hal ini telah dibahas pada contoh diatas.

Atau contoh:
PT. “SWG”
Laporan Perubahan Modal
Untuk tahun yang berakhir 2007
Laba ditahan awal xxx
Laba bersih xxx
Pembayaran deviden (xxx)
Laba ditahan akhir XXX

1.6 NERACA (Balance sheet of statement)

Neraca adalah Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada
periode tertentu. Keadaan keuangan tersebut akan ditunjukkan dengan membandingkan
aktiva dengan pasiva (kewajiban dan modal). Dengan kata lain seberapa besar kemampuan
passiva dalam memenuhi kebutuhan aktiva.
Elemen atau komponen laporana neraca pada umumnya dikelompokkan berdasarkan tingkat
kelancaran dan ketidaklancaran.

10
Elemen laporan Neraca:
a. Aktiva
Aktiva Lancar:
- Kas
- Surat berharga
- Piutang
- Persediaan
- Biaya-biaya dibayar dimuka
- Perlengkapan

Investasi Jangka panjang :


Aktiva tetap berwujud:
- Peralatan
- Bangunan
- Tanah

Aktiva Tak berwujud:


- Paten
- Goodwill
- Franches
- Hak Cipta
- Dll

b. Kewajiban:
Kewajiban Lancar:
- Utang dagang
- Utang wesel
- Utang gaji
- Utang pajak
- Utang beban
- Utang deviden
Kewajiban Jangka Panjang:
- Utang obligasi
- Utang hipotik
- Utang wesel jangka panjang
c. Modal:
- Modal saham
- Agio/disagio saham
- Laba ditahan

Ada dua bentuk Penyusunan Laporan Neraca:


1. Neraca bentuk rekening T
2. Neraca bentuk Laporan

11
Contoh:-1
Neraca bentuk T PT. “SWG”
Laporan Neraca
Per 31 Desember 2007
AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar: Utang:
Kas xxx Utang lancar:
Surat berharga xxx Utang dagang xxx
Piutang dagang xxx Utang wesel xxx
Piutang wesel xxx Uang PPh xxx
Cad. Kerugian Piutang (xxx) Utang gaji xxx
Biaya dibyr dimuka xxx sewa diterima dimuka xxx
Perlengkapan xxx Total utang lancar xxx
Persediaan xxx
Total Aktiva lancar xxx Utang jangka panjang
Utang Obligasi xxx
Investasi jangka panjang xxx Utang wesel jangka panjang xxx
Total kewajiban jangka panjg xxx
Total Kewajiban xxx
Modal:
Aktiva Tetap berwujud: Modal saham xxx
Peralatan xxx Agio saham xxx
Bangunan xxx Total modal xxx
Ak. Penyusutan (xxx)
Tanah xxx Laba ditahan xxx
Total Aktiva berwujud xxx

Aktiva tetap tidak berwujud: Total Pasiva xxx


Paten xxx
Merek xxx
Total akt. tak berwujud xxx
Total aktiva XXX

12
Contoh: -2
Neraca bentuk Laporan

PT. “SWG”
Laporan Neraca
Per 31 Desember 2007
AKTIVA
Aktiva Lancar:
Kas xxx
Surat berharga xxx
Piutang dagang xxx
Piutang wesel xxx
Cad. Kerugian Piutang (xxx)
Biaya dibyr dimuka xxx
Perlengkapan xxx
Persediaan xxx
Total Aktiva lancar xxx

Investasi jangka panjang xxx

Aktiva Tetap berwujud:


Peralatan xxx
Bangunan xxx
Ak. Penyusutan (xxx)
Tanah xxx
Total aktiva berwujud xxx

Aktiva tetap tidak berwujud:


Paten xxx
Merek xxx
Total Aktiva tak berwujud xxx

Total aktiva XXX

Pasiva:
Utang:
Utang lancar:
Utang dagang xxx
Utang wesel xxx
Utang PPh xxx
Utang Gaji xxx
Sewa diterima dimuka xxx
Total utang lacar xxx
Utang jangka Panjang:
Hutang Obligasi xxx
Hutang wesel jangka panjang xxx
Total hutang jangka panjang xxx

Modal:
Modal setor xxx
Agio/disagio saham xxx
Laba ditahan xxx
Total modal xxx
Total Passiva XXX

13
1.7 LAPORAN ARUS KAS (cash flow of Statement)

Laporan arus kas menunjukkan bagaimana perubahan aliran kas suatu perusahaan
antara aliran masuk dengan aliran keluar.

Tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan
dan pembayaran kas dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu.

Aktivitas aliran arus kas terdiri dari komponen:


1. aktivitas operasi = Aktiva jangka pendek, penjualan
2. aktivitas investasi = Aktiva jangka panjang
3. aktivitas pendanaan = Memenuhi seluruh dana

I.AKTIVITAS OPERASI
Mencakup pengaruh atas kas dari transaksi yang masuk ke dalam penentuan laba
bersih.

Aliran masuk:
1. Biaya penyusutan
2. Amortisasi aktiva tidak berwujud
3. Penurunan piutang, persediaan, biaya yang masih harus dibayar
4. Kenaikan hutang dagang dan hutang yang masih harus dibayar
5. Kenaikan hutang pajak dan pendapatan
6. Amortisasi diskonto atas obligasi
7. Kerugian penjualan investasi atas saham biasa
8. Kerugian penjualan aktiva tetap
9. Kerugian selisih nilai kurs

Aliran keluar:
1. Amortisasi premium atas obligasi
2. Penurunan hutang pajak dan pendapatan
3. Laba penjualan investasi atas saham
4. Laba penjualan aktiva tetap
5. Kenaikan persediaan, piutang dan beban dibayar dimuka
6. Penurunan hutang dagang dan hutang yang masih harus dibayar

II. AKTIVITAS INVESTASI


Mencakup pengadaan dan penerimaan utang serta perolehan dan disposisi investasi
(baik hutang dan ekuitas) serta kekayaan, pabrik, dan peralatan.

Aliran masuk:
1. Penjualan aktiva tetap
2. Penjualan investasi jangka panjang

Aliran keluar:
1. Pembelian aktiva tetap
2. Pembelian investasi jangka panjang

14
III. AKTIVITAS PENDANAAN

Melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik dan mencakup perolehan modal
dari pemilik dan kompensasinya kepada pemilik dengan pengembalian atas dan dari
investasi mereka serta pinjaman uang dari creditor dan pembayaran kembali hutang yang
dipinjam.

Aliran masuk:
1. Penerbitan hutang obligasi
2. Penerbitan saham biasa

Aliran keluar:
1. Penebusan atau pembelian kembali hutang obligasi
2. Penebusan atau pembelian kembali saham
3. Pembayaran deviden

CATATAN
”Dalam penyusunan laporan arus kas laba ditahan tidak berpengaruh”
”Pada Metode Langsung biaya penyusutan akan dikeluarkan karena secara otomasi
beroperasi atau tidak beroperasi perusahaan kalau penyusutan untuk aktiva tetap akan
dibebankan. Alias dipakai atau tidak dipakai aktiva tersebut akan secara otomatis
menyusut.

Namun pada metode tidak langsung akan ditunjukkan adanya beban penyusutan karena
pada metode tersebut hanya melakukan penyesuaian saja”.

Metode-metode dalam penyusunan laporan arus kas:


A. metode langsung : aliran biaya dan pendapatan
B. metode tidak langsung : melakukan penyesuaian

FORMAT PENYUSUNAN LAPORAN ARUS KAS

Metode langsung

Aktivitas operasi xxx


Aliran masuk: penjualan-piutang
Aliran keluar
Aktivitas investasi xxx
Aktivitas pendanaan xxx
Aliran kas (+/-) xxx
Saldo awal kas xxx
Saldo akhir xxx

15
CONTOH:

PT. X menyajikan laporan neraca untuk 2 tahun yaitu 2005 dan 2006 dan juga menyajikan
laporan laba rugi untuk tahun 2006. Dengan data sebagai berikut:

Keterangan 2005 2006 Perubahan


Kas 40.000 50.000 10.000
Piutang 50.000 60.000 10.000
Persediaan 80.000 60.000 20.000
Aktiva Tetap 70.000 100.000 30.000
Akumulasi penyusutan (10.000) (15.000) 5.000
Investasi Jangka 50.000 70.000 20.000
Panjang
280.000 325.000
Hutang Dagang 20.000 15.000 5.000
Hutang Biaya 30.000 35.000 5.000
Hutang Obligasi 90.000 70.000 20.000
Modal Saham 120.000 180.000 60.000
Laba Ditahan 20.000 25.000 5.000
280.000 325.000

Penjualan 100.000
HPP ( 35.000)
Laba kotor 65.000
Biaya operasi:
Biaya penjualan 15.000
Biaya adm. 25.000
Biaya penyusutan 5.000
Total biaya operasi (45.000)
Laba bersih sebelum pajak 20.000

16
INFORMASI
Selama tahun 2006 dilakukan pembayaran deviden sebesar 15.000
Diminta:
a. Susunlah laporan arus kas berdasarkan metode langsung
b. Susunlah laporan arus kas berdasarkan metode tidak langsung

Jawab:
METODE LANGSUNG
PT.X
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun Yang Berakhir 2006

Aktivitas Operasi:
-aliran masuk:
Penjualan – piutang
100.000 – 10.000 90.000

-Aliran keluar:
1. pembelian tunai (Pembayaran ke pada supplies)
HPP 35.000
Persediaan (20.000)
Pembelian 15.000
Hutang dagang 5.000
Pembelian tunai 20.000

2. biaya operasi:
Biaya penjualan 15.000
Biaya adm. 25.000
Total biaya 40.000
Hutang biaya (5.000)
Total biaya operasi 35.000
Total aliran keluar (55.000)
Aliran kas act. Operasi (+) 35.000

Aktivitas Investasi:
Aktiva tetap (30.000)
Investasi j.panjang (20.000)
Aliran kas act. Investasi (-) (50.000)

Aktivitas Pendanaan:
Hutang obligasi (20.000)
Modal saham 60.000
Deviden dibayar (15.000)
Aliran kas act. Pendanaan (+) 25.000
Aliran arus kas bertambah (+) 10.000
Saldo kas awal 40.000
Saldo kas akhir 50.000

17
METODE TIDAK LANGSUNG

PT.X
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun Yang Berakhir 2006
Aktivitas Operasi:
Laba bersih 20.000
Penyesuaian ~ neraca
Piutang ( 10.000)
Persediaan 20.000
Hutang dagang ( 5.000)
Hutang biaya 5.000
Biaya penyusutan 5.000
Aliran masuk kas 15.000
Aliran kas aktivitas Operasi (+) 35.000

Aktivitas Investasi:
Aktiva tetap (30.000)
Investasi jangka panjang (20.000)
Aliran kas aktivitas Investasi (-) (50.000)

Aktivitas Pendanaan:
Hutang obligasi (20.000)
Modal saham 60.000
Deviden (15.000)
Aliran kas aktivitas Pendanaan (+) 25.000
Aliran arus kas bertambah (+) 10.000
Saldo kas awal 40.000
Saldo kas akhir 50.000

Catatan:
 Pada aktivitas Operasi yang diperhitungkan adalah aliran aktiva lancar dan utang
lancar serta komponen dalam laporan laba rugi dan neraca
 Pada aktivitas Investasi yang diperhitungkan adalah aktiva tetap dan investasi jangka
panjang dalam neraca
 Pada aktivitas Pendanaan yang diperhitungkan adalah penerimaan penerbitan saham
dan utang jangka panjang dalam neraca

1.8 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Laporan ini akan menyajikan setiap komponen laporan yang tidak disajikan dalam
laporan keuangan diatas dengan kata lain setiap informasi yang dibutuhkan dalam
mendukung laporan keuangan yang tidak disajikan pada laporan keuangan yang
sebelumnya maka akan dimuat dalam catatan atas laporan keuangan.
Contoh:
- Jatuh tempo bunga
- Besarnya bunga per tahun
- Metode penyusutan yang digunakan
- Umur ekonomis
- Kebijakan akuntansi lainnya yang digunakan

18
Latihan: Pertama
Susunlah laporan arus kas untuk PT. ”SWG” pada tahun 2007, dengan data neraca
perbandingan dan laba rugi disajikan sebagai berikut:

PT. ”SWG”
Neraca
Per 31 Desember 2007
Keterangan 2006 2007 Keterangan 2006 2007
Kas 30.000.000 30.000.000 Hutang dagang 15.000.000 30.000.000
Piutang 30.000.000 20.000.000 Hutang biaya 25.000.000 20.000.000
Biaya dibyr 20.000.000 35.000.000 Hutang pajak 10.000.000 15.000.000
dimuka
Persediaan 25.000.000 20.000.000 Hutang obligasi 40.000.000 50.000.000
Investasi jangka 40.000.000 75.000.000
pjg
Aktiva tetap 50.000.000 40.000.000 Modal saham 85.000.000 70.000.000
Ak. Penyusutan (10.000.000) (15.000.000) Laba Ditahan 10.000.000 20.000.000
Total Aktiva 185.000.000 205.000.000 T.Passiva 185.000.000 205.000.000

PT. ”SWG”
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007
Penjualan 120.000.000
Harga Pokok Penjualan 40.000.000
Laba kotor 80.000.000
Biaya Penjualan 20.000.000
Biaya Administrasi 15.000.000
Biaya Penyusutan 5.000.000
Total biaya (40.000.000)
Laba operasi sebelum pajak 40.000.000
Biaya pajak 12.000.000
Laba bersih 28.000.000

Informasi tambahan:
Diketahui bahwa selama tahun 2007, dilakukan pembayaran deviden sebesar Rp. 18.000.000,-
Diminta:
Susunlah laporan arus kas dengan metode Langsung dan Metode Tidak Langsung

Latihan: kedua
Susunlah laporan arus kas untuk PT. ”SWG” pada tahun 2007, dengan data neraca
perbandingan dan laba rugi disajikan sebagai berikut:

19
PT. ”SWG”
Neraca
Per 31 Desember 2007
Keterangan 2006 2007 Keterangan 2006 2007
Kas 20.000.000 15.000.000 Hutang dagang 10.000.000 10.000.000
Piutang 25.000.000 20.000.000 Hutang biaya 10.000.000 15.000.000
Persediaan 15.000.000 25.000.000
Hutang obligasi 30.000.000 35.000.000
Investasi jangka pjg 20.000.000 15.000.000
Aktiva tetap 25.000.000 30.000.000 Modal saham 45.000.000 30.000.000
Ak. Penyusutan (5.000.000) (10.000.000) Laba Ditahan 5.000.000 5.000.000
Total Aktiva 100.000.000 95.000.000 T.Passiva 100.000.000 95.000.000

PT. ”SWG”
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007
Penjualan 65.000.000
Harga Pokok Penjualan 15.000.000
Laba kotor 50.000.000
Biaya Penjualan 15.000.000
Biaya Administrasi 20.000.000
Biaya Penyusutan 5.000.000
Total biaya (40.000.000)
Laba operasi sebelum pajak 10.000.000

Informasi tambahan:
Diketahui bahwa selama tahun 2007, dilakukan pembayaran deviden sebesar Rp. 10.000.000,-
Diminta:
Susunlah laporan arus kas dengan metode Langsung dan Metode Tidak Langsung
3. PT. “POPULER” menyajikan data keuangan selama tahun 2007, dengan data
sebagai berikut:
Persediaan awal 15.000.000 Pendapatan deviden 4.000.000
Penjualan kotor 450.000.000 B. Administrasi umum 3.500.000
B. angkut penjualan 10.000.000 B. Angkut pembelian 4.000.000
Persediaan akhir 12.000.000 Gaji bag. Penjualan 18.500.000
Depresiasi perlt kantor 1.500.000 Retur penjualan 15.000.000
Beban iklan 8.500.000 Beban sewa 15.500.000
Potongan pembelian 10.000.000 Potongan penjualan 25.000.000
B. perjlnan dinas bag. Penj 15.000.000 Beban asuransi Ktr 1.500.000
Gaji bag. Kantor 18.000.000 Beban bunga 6.500.000
Depresiasi perlt. Bag. Penj 1.500.000 Beban pajak 800.000
Pembelian 225.000.000
Laba Penjualan investasi jangka panjang 1.400.000
Kerugian akibat kebakaran gudang PT. “POPULER” 65.000.000
Laba pengambilalihan aset milik patner asing 25.000.000
Pada awal tahun 2005 diperoleh mesin 120.000.000 dengan umur ekonomis 4 tahun. Awalnya PT.
“POPULER” menetapkan metode penyusutan atas aktiva tetapnya denganmetode garis lurus. Kemudian
pada awal tahun 2007, PT. “POPULER” melakukan perubahan atas metode penyusutannya dengan
menggunakan metode Angka Tahun.
Penghapusan piutang dagang 3.700.000
Kerugian penjualan aktiva tetap 1.200.000
Diminta:
Susunlah laporan laba rugi berdasarkan bentuk Multiple Step dengan pendekatan All Inclusive dan Current
Operating Performance

20
4. Berikut disajikan saldo akun milik PT. “CINTIA” 31 Desember 2007, dengan data
sebagai berikut:

Akun Jumlah Akun Jumlah


Penjualan 120.000.000 Pendapatan bunga bank 3.000.000
Pendapatan lease atas 2.000.000 Pendapatan sewa kantor 1.850.000
kendaraan
Retur Penjualan dan PH 10.000.000 Potongan penjualan 10.000.000
Persediaan barang jadi awal 15.000.000 Pembelian bersih 30.000.000
Persediaan barang jadi akhir 10.000.000 Kerugian akibat kebakaran 10.000.000
kantor
Beban iklan 500.000 Beban penyusutan gedung 10.000.000
kantor
Beban transportasi bag. 400.000 Beban travel dan rekreasi 8.150.000
Penjualan
Keuntungan atas perubahan 1.586.000 Beban listrik, dan air bag. 500.000
metode penilaian persediaan Kantor
Beban gaji pegawai bag. 12.000.000 Beban gaji bagian penjualan 10.000.000
Kantor
Beban asuransi bagian kantor 750.000 Beban rupa-rupa bag. 1.200.000
Penjualan
Beban rupa-rupa bag. Kantor 450.000 Beban perlengkapan bag. 650.000
Kantor

Diminta:
a. Susunlah laporan laba rugi 31 Desember 2007, berdasarkan bentuk Single Step dengan
pendekatan All Inclusive dan Current Operating Performance
b. Susunlah laporan laba rugi 31 Desember 2007, berdasarkan bentuk Multiple Step
dengan pendekatan All Inclusive dan Current Operating Performance

5. Berdasarkan kasus No. 4 diatas, diketahui laba ditahan awal sebesar Rp. 1.200.000,- dan
juga diketahui adanya pembayaran deviden sebesar Rp. 900.000,-
Diminta:
a. Susunlah laporan Laba ditahan dengan pendekatan all inclusive
b. Susunlah laporan laba ditahan dengan pendekatan current operating performance

21
5. Berikut ini data-data keuangan PT. “Serikat” untuk akhir tahun 2007, sebagai
Berikut:
Kas 9.000.000 Investasi j. Panjang 10.000.000
Mesin 25.000.000 Piutang 8.000.000
Kendaraan 45.000.000 Utang bunga 500.000
Surat berharga 10.000.000 Ak. Peny. Kendaraan 5.000.000
Gedung 60.000.000 Agio saham 15.000.000
Tanah 100.000.000 Persediaan 10.000.000
Pelengkapan 12.000.000 Ak. Peny. Mesin 1.000.000
Utang sewa 10.000.000 Biaya dibyr dimuka 2.500.000
Hak cipta 4.000.000 Utang beban 2.000.000
Utang deviden 6.000.000 Hak paten 3.500.000
Ak. Peny. Gedung 5.000.000 Utang obligasi 90.500.000
Modal saham 160.000.000 Laba ditahan 4.000.000

Diminta:
Susunlah laporan neraca dengan bentuk skontro (T) dan bentuk laporan

22
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-2

KerangkaDasarPenyusunan

Laporankeuangan

23
BAB II. KERANGKA DASAR DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN

2.1KERANGKA DASAR DALAM PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN

Sebenarnya secara teori kita harus mengetahui bagaimana langkah-langkah dalam


penyusunan laporan keuangan.

1. Elemen Laporan keuangan terdiri dari:


1. Lapaoran Laba Rugi
2. Laporan Perubahan Modal/ Laba Ditahan
3. Laporan Neraca
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

2. Pihak yang menggunakan Laporan keuangan:


- Internal (Manajemen)
- Eksternal ( Investor, Creditur/lembaga keuangan lainnya, Pemerintah, Masyarakat
umum)

3. Manfaat Laporan keuangan:


 Untuk dapat mengetahui bagaimana kemajuan(Kinerja) perusahaan tersebut yang
dikelola oleh seorang atau beberapa orang manajemen. (Internal)
 Ingin melihat Cash Flow yang terjadi pada perusahaan tersebut (Eksternal)
 Ingin melihat potensi laba masa mendatang yang akan diperoleh perusahaan tersebut.

4. Asumsi Dasar

 Basis Akuntansi berdasarkan SAK


a. Basis Kas (Cash Basic)
Pendapatan/Laba/beban diakui jika sudah dilakukan pembayaran atau penerimaan.

b. Basis Akrual (Accrual Basic)


Pada saat terjadinya transaksi sudah langsung diakui sebagai pendapatan atau beban.

 Asumsi yang umumnya digunakan adalah:


a. Economic Entity/Separate Entity ( kesatuan usaha khusus)
Dalam konsepnya perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri
sendiri dan terpisah dari pemiliknya.

PT. X Budi

- Sehingga Jika PT. X mengalami kerugian maka pemilik tidak ikut serta
menanggung kerugian di luar kepemilikan budi di PT.X

24
- Laporan keuangan yang dibuat adalah mengatas namakan perusahaan bukan
pemilik.

b. Going Concern/ Continuity (Keberlangsungan usaha)


Dalam konsep ini dinyatakan bahwa suatu perusahaan harus hidup terus menerus
dengan kata lain tidak diharapkan setelah satu tahun ditutup perusahaan terus melainkan
harus berkesinambungan seterusnya. Kalau direncanakan setelah dibuka dan kemudian
direncanakan setelah satu tahun beroperasi perusahaan ditutup, maka hal ini tidak bisa
karena hal ini bukan perusahaan itu.
Catatan:
Kalau perusahaan tersebut didirikan dan kemudian mengganggu kehidupan/habitan
disekitar pabrik maka hal ini bisa saja ditutup.

c. Monetery Unit (Unit moneter)


Kegiatan transaksi ekonomi yang dilakukan perusahaan harus dapat diukur dalam
satuan moneter /dalam nilai rupiah kalau di Indonesia.
Contoh:
Penjualan 100.000.000 (bisa diukur)
Aktiva tetap 500.000.000 (bisa diukur)
Kecantikan Dewi Persik = Goodwill (Bisa gak diukur dengan rupiah......)

d. Time-Period/Periodicity (Periode waktu)


Setiap transaksi ekonomi yang dilakukan perusahaan selama umurnya harus dapat
dikelompokkan pada periode-periode tertentu.
Contoh:
Ada laporan keuangan tahunan
Ada laporan keuangan semesteran
Ada laporan keuangan bulanan
Dll

5. Karakteristik penyusunan lap. Keuangan

1. Kualitatif Primer

a. Relevan
 Mempunyai nilai prediksi
Apakah potensi laba semakin tinggi atau rendah untuk masa depan maka hal ini akan
bisa memprediksi laba pada masa depan. Jika laba yang diperoleh sekarang tidak bisa
memprediksi laba masa depan maka hal ini tidak relevan
 Mempunyai nilai umpan balik ( Feedback Value)
Laporan keuangan yang disajikan sekarang harus mempunyai umpan balik yaitu ada
hasil yang akan diperoleh dari laporan tersebut.
 Tepat Waktu
Akan lebih relevan jika dalam dalam tahun yang sama dibandingkan dengan tahun
yang lalu.

b. Keandalan/Reliability (dapat dipercaya)


 Dapat diverifikasi
Contoh:

25
Mesin 100 jt harus dapat dibuktikan nilai mesin tersebut 100 Jt. Jika ternyata nilainya
80 Jt maka hal ini tidak relevan dan tidak dapat dipercaya.
 Menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Sedapat mungkin laporan keuangannya handal jika dapat menggambarkan keadaan
ekonomi perusahaan tersebut.
Contoh:
Persediaan tahun 2005 = FIFO kemudian akibat inflasi yang dihadapi negara
perusahaan tersebut berdiri maka perusahaan tersebut sebaiknya menggunakan
metode LIFO.
 Netral
Laporan keuangan dibuat untuk semua pihak bukan pada pihak-pihak tertentu.
Contoh:
Phak I

PT. X
Neraca
Per 31 Desember xxx
Hutang 20.000.000
Modal 80.000.000
Aktiva 100.000.000 Pasiva 100.000.000

Pihak II
PT. X
Neraca
Per 31 Desember xxx
Hutang 50.000.000
Modal 50.000.000
Aktiva 100.000.000 Pasiva 100.000.000

2. Kualitatif Sekunder
a. Dapat diperbandingkan
Laporan keuangan perusahaan harus dapat diperbandingkan dengan perusahaan
lainnya yang sejenis.
Contoh:
Lap. Keuangan Bank BNI dengan Bank Mandiri

b. Konsisten/taat azas
berhubungan dengan pengunaan metode/nama perkiraan yang sama dari waktu ke
waktu.

Contoh:
Tahun 2006 menggunakan metode Garis Lurus maka seterusnya menggunakan metode Garis
Lurus.
Atau Kalau Gedung maka seterusnya Gedung tidak boleh jadi Bangunan

Atau Kalau sekarang Cinta maka seterusnya harus Cinta tidak boleh tidak cinta.

6. Prinsip Penyusunan Lap. Keuangan

26
1. Prinsip biaya historis (Historical Cost Principle)
Prinsip ini digunakan dalam hal penentuan harga perolehan yang disepakati oleh lebih
dari satu orang baik pada aktiva, hutang, modal dan biaya.
Contoh:
Jika Obligasi diterima sebesar Rp. 80.000.000,- maka akan dicatatkan sebesar harga
perolehan tidak bisa berbeda dari harga perolehan yang telah ditetapkan oleh kedua belah
pihak.

2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue recognition principle)


Dalam prinsip ini yang mau ditekankan adalah mengenai bagaimana perlakuan waktu
serta besarnya nilai yang akan dilaporkan dan dicatatkan.
Perlakuan prinsip ini akan mengarahkan kita terhadap pengakuan pendapatan, apakah
berdasarkan Cash Basic atau Accrual Basic.
Contoh:
Kontruksi bangunan. Pengakuan pendapatan adalah pada saat bangunan telah selesai
atau pertahap pembangunan (Accrual Basic)

3. Prinsip memperbandingkan (Matching Principle)


Akan memperbandingkan pendapatan dengan biaya.
Contoh:
Pendapatan (Cash Basic) dengan Biaya (Cash Basic)

4. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)


Menyajikan informasi yang lengkap ke dalam laporan keuangan. Dengan kata lain
kebijakan, metode, teknik, perubahan-perubahan ayng terjadi harus diungkapkan dengan
catatan yang belum diungkapkan di laporan keuangan.

7. Keterbatasan Laporan keuangan

a. Keterbatasan Umum yaitu asas manfaat dan biaya


Pada prinsipnya segala biaya atau pengorbanan yang telah kita keluarkan untuk
menghasilkan suatu informasi yang akurat, maka harus selalu kita perhatikan manfaat yang
akan dihasilkan dari informasi yang kita peroleh tersebut.

b. Keterbatasan Pengakuan
 Asas cukup berarti (Asas Materiality)
Dikatakan suatu laporan, fakta, atau elemen dianggap cukup berarti jika adanya dan
sifatnya akan mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya perbedaan dalam
pengambilan keputusan, dengan mempertimbangkan keadaan-keadaan lainnya.
Contoh:
Dapat kita lihat dari kuantitatif data laporan keuangan (cukup berarti atau tidak?)

 Asas Konservatif
Asas ini dilakukan oleh seorang Akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif
dalam penyusunan laporan keuangan.

27
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-3

Kas
(Cash)

28
Bab III. Kas (Cash)

3.1KAS (Cash)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembahasan KAS yang terdiri dari:
1. Gambaran Umum Kas
2. Ekuivalen Kas (Cash Equivalen)
3. Kas Kecil (Petty Cash)
4. Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation)

Ad.1 Gambaran umum Kas

Kas merupakan alat pertukaran standar yang digunakan sebagai dasar mengukur dan
mencatat transaksi dan peristiwa ekonomi. Kas merupakan suatu harta yang paling likuid
cepat untuk dikonversikan menjadi aktiva lainnya sehingga pada laporan keuangan, kas
merupakan harta yang paling lancar. Disisi lainnya kas juga harta yang paling sensitive
karena paling gampang diselewengkan atau paling gampang untuk dikorupsikan. Untuk
menghindari penyimpangan tersebut maka tingkat pengendalian atas kas sangat tinggi.

Prinsip dasar pengendalian intern kas meliputi:


c. Semua penerimaan kas harus disetor langsung ke bank
d. Pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek dalam skala besar.
e. Penggunaan system dana tetap untuk pengeluaran kecil (kas kecil)
f. Pemisahan yang tegas atara fungsi pencatat, kasa, dan penyimpanan kas
g. Setiap pengeluran kas harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari
pejabat yang berwenang.

Bentuk Kas:
a. Uang Logam (Coin)
b. Uang Kertas (Currency)

Ad. 2 Ekuivalen Kas

Merupakan investasi dalam bentuk surat berharga yang jatuh temponya kurang dari 3
bulan. Sehingga kas ekuivalen kerap sekali digabung dengan kas pada laporan keuangan.

Ad. 3 Kas Kecil (Petty Cash)

Merupakan dana yang dibutuhkan segera dalam jumlah yang kecil dan kegiatannya
sering terjadi.
Ada dua metode pencatatan Kas Kecil:
a. Sistem dana tetap (Imprest Fund System)
b. Sistem dana berfluktuasi (Fluctuating Fund System)

29
a. Sistem dana tetap (Imprest Fund system)
1. Pembentukan dana kas Kecil:
Kas kecil xxx
Kas xxx
2. Penggunaan kas kecil:
No Entry
Catatan:
Tidak ada dilakukan pencatatan melainkan hanya mengumpulkan bukti atau formulir saja.

3. Pengisian kembali kas kecil:


Macam-macam biaya xxx
Kas xxx
Catatan:
Ini dilakukan hanya dengan pertanggungjawaban saja sehingga segala pengeluaran yang
dilakukan akan dicatatkan dan secara otomatis kas kecil tersebut akan dibayar oleh kas besar
atau bendahara besar.

4. Bila kas kecil dianggap terlalu kecil dan membutuhkan penambahan jumlah kas
kecil:
Kas Kecil xxx
Kas xxx

Bila kas kecil dianggap terlalu besar dan akan dilakukan pengurangan kas kecil:
Kas xxx
Kas kecil xxx

b. Sistem dana berfluktuasi:


1. Pembentukan dana awal kas kecil:
Kas kecil xxx
Kas xxx

2. Penggunaan kas kecil:


Macam-macam biaya xxx
Kas kecil xxx

3. Pengisian kembali kas kecil:


Kas kecil xxx
Kas xxx

4. Bila kas kecil dianggap terlalu kecil dan membutuhkan penambahan jumlah kas
kecil:
Kas Kecil xxx
Kas xxx

Bila kas kecil dianggap terlalu besar dan akan dilakukan pengurangan kas kecil:
Kas xxx
Kas kecil xxx

30
Contoh:
Pada tanggal 1 April 2007, bendahara umum PT. “ADS” memberikan dana kas kecil kepada
bendahara kecil atau bagian kas kecil sebesar Rp. 2.000.000,-. Kemudian selama bulan April
2007. bendahara kecil melakukan penggunaan kas kecil dengan data sebagai berikut:
- Biaya perlengkapan kantor 300.000,-
- Biaya perangko 100.000,-
- Biaya rapat 250.000,-
- foto copy 100.000,-
Kemudian pada akhir bulan April 2007, Bendahara kecil melakukan pengisian kembali kas
kecil (Reimbursement). Dan pada awal bulan Mei 2007, Bendahara kecil memutuskan untuk
mengurangi dana kas kecil yang dipegangnya sehingga kas kecil yang akan dipegang hanya
sebesar Rp. 1.000.000,-
Diminta:
Buatlah jurnal untuk setiap transaksi diatas dengan menggunakan metode sistem dana tetap
dan juga sistem dana fluktiasi.

Penyelesaian:

Sistem dana Tetap Sistem dana fluktiasi


1. Saat Pengisian awal:
Kas kecil 2.000.000 Kas Kecil 2.000.000
Kas 2.000.000 Kas 2.000.000
2. Penggunaan dana kas kecil:
B. Perlengkapan kantor 300.000
NO ENTRY B. Perangko 100.000
Catatan: B. Rapat 250.000
Hanya pengumpulan formulir/bukti saja. B. Fotocopy 100.000
Kas kecil 750.000
3. Pengisian kembali:
B. Perlengkapan kantor 300.000 Kas Kecil 750.000
B. Perangko 100.000 Kas 750.000
B. Rapat 250.000
B. Fotocopy 100.000
Kas kecil 750.000
4. Pengurangan kas kecil:
Kas 1.000.000 Kas 1.000.000
Kas kecil 1.000.000 Kas Kecil 1.000.000

31
Ad. 4 Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation)

Merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan penyesuaian antara buka
perusahaan dengan catatan di bank.
Kenapa harus dilakukan penyesuaian?
Dilakukan penyesuaian karena sering sekali catatan bank berbeda dengan catatan yang
dilakukan oleh perusahaan. Ini bisa terjadi diakibatkan karena kesalahan kedua belah pihak.
Penyebab perbedaan (Masalah yang sering terjadi):
1. Setoran dalam perjalanan (Deposit Intransit)
Setoran yang dilakukan perusahaan pada akhir bulan, sudah dicatat oleh perusahaan
namun oleh bank baru menerima dan mencatat setoran tersebut pada bulan
berikutnya.
2. Cek yang beredar (Out standing check)
Cek yang dikeluarkan perusahaan telah dicatatkan oleh perusahaan sebagai
pengeluaran kas pada saat cek tersebut dikeluarkan, tetapi oleh bank baru mencatat
pada bulan berikutnya karena cek tersebut belum dicairkan atau diuangkan oleh
penerima (No clearing)
3. Pelunasan Piutang Via Bank oleh costumer (Pay Purchases Via Bank by Costumer)
Karena costumer perusahaan tersebar di berbagai daerah sehingga piutang costumer
perusahaan tersebut akan dibayar pelanggan melalui bank dan langsung dicacat oleh
bank, namun oleh perusahaan baru mencatat pada bulan berikutnya.
4. Pendapatan jasa giro (Revenue Giro)
Bunga atau jasa giro bank telah dicatat oleh bank dan telah menambah saldo kas
perusahaan di bank tetapi oleh perusahaan baru mencatat pada bulan berikutnya.
5. Biaya jasa bank atau administrasi bank (Bank expense)
Perusahaan lupa mencatatkannya atau belum tau berapa besar biaya yang dikenakan.
6. Kesalahan-kesalahan (Error)
Kesalahan penerimaan dan pengeluaran sering dilakukan oleh kedua belah pihak.

Bentuk-bentuk rekonsiliasi:
1. Bentuk 2 kolom
2. Bentuk 4 kolom

32
Ad. 1 Bentuk 2 kolom:

Contoh:
PT. X
Rekonsiliasi Bank
Per 31 Desember 20xx
Saldo kas menurut bank xxx
Menambah:
Setoran dalam perjalanan xxx
Penerimaan kas yang belum disetor xxx
Kesalahan (Pos yang membuat saldo terlalu kecil) xxx
Total xxx

Mengurangi:
Cek yang sedang beredar xxx
Kesalahan (Pos yang membuat saldo kas terlalu besar) xxx

Total xxx
Total kas yang benar oleh Bank XXX

Saldo kas menurut perusahaan xxx


Penerimaan piutang (Penagihan oleh bank) xxx
Kesalahan (Pos yang membuat saldo terlalu kecil) xxx
Total xxx
Biaya administrasi bank xxx
Cek kosong (NSF) Not Sufficient Fung xxx
Kesalahan (Pos yang membuat saldo kas terlalu besar) xxx
Total xxx
Saldo kas yang benar oleh perusahaan XXX

Contoh:
PT. “RO” ingin melakukan penyesuaian catatan yang perusahaan miliki dengan catatan yang dibuat
oleh bank dengan data sebagai berikut:
1. Pada buku kas PT. “RO” tercantum bahwa saldo kas tanggal 30 Nopember 2007, sebesar Rp.
20.422.000, sedangkan menurut rekening koran yang diterima dari bank Rp. 22.190.000,-
2. Setoran dalam perjalanan pada tanggal 30 Nopember 2007, Rp. 3.600.000,- tidak tercantum
dalam laporan bank.
3. Cek yang dikeluarkan bulan Nopember masih beredar sebagai berikut:
No. 101 150.000
No. 102 4.820.000
No. 210 31.000
4. PT. “RO” belum mencatat piutang wesel yang dilunasi langganan VIA Bank Mandiri Rp.
590.000,- beserta bunga Rp. 10.000,-
5. Biaya jasa bank Rp. 18.000,- untuk bulan Nopember belum dicatat oleh perusahaan
6. Cek seorang pelanggan Rp. 220.000, dikembalikan oleh bank karena tidak cukup dananya.
7. Cek No. 105 untuk membayar hutang dagang Rp. 131.000,- keliru dicatat perusahaan Rp.
311.000,-
8. Cek dikeluarkan PT. “RS” Rp. 175.000,- keliru dicatat oleh bank sebagai cek yang dikeluarkan
oleh PT. “RO”

33
Diminta:
a. Susunlah laporan rekonsiliasi bank
b. Buatlah jurnal koreksi

Penyelesaian:
PT. “RO”
Rekonsiliasi Bank
Per 30 Nopember 2007

Saldo kas menurut Bank (1) 22.190.000


Menambah:
Setoran dalam perjalan (2) 3.600.000
Kesalahan Bank (7) 175.000
3.775.000
Total 25.965.000
Mengurangi:
Cek yang beredar (3) No. 101 150.000
No. 102 4.820.000
No. 210 31.000
Total 5.001.000
Saldo yang benar dari bank 20.964.000

Saldo kas per 30 Nopember menurut Perusahaan (1) 20.422.000


Menambah:
Pelunasan piutang wesel (4):
Nominal 590.000
Pendapatan bunga 10.000
Total 600.000
Kesalahan catat oleh perusahaan 180.000
Total menambah 780.000
Total 21.202.000
Mengurangi:
Biaya administrasi bank (5) 18.000
Cek kosong (NSF) (6) 220.000
238.000
Saldo kas yang benar menurut perusahaan 20.964.000

34
Jurnal Penyesuaian:
1. Catatan pelunasan piutang wesel:
Kas 600.000
Piutang wesel 590.000
Pendapatan bunga 10.000

2. Biaya administrasi:
Biaya lain-lain 18.000
Kas 18.000

3. Kesalahaan catat:
Kas 180.000
Hutang dagang 180.000

4. Cek kosong:
Piutang dagang 220.000
Kas 220.000

Latihan -1

PT. “RO” ingin melakukan penyesuaian catatan yang perusaha mereka miliki dengan catatan
yang dibuat oleh bank dengan data sebagai berikut:
1. Pada buku kas PT. “RO” tercatat bahwa saldo kas tanggal 30 Nopember 2007, sebesar
Rp. 22.122.000,- sedangkan menurut rekening koran yang diterima dari bank Rp.
23.550.000
2. Setoran pada tanggal 30 Nopember 2007 sebesar Rp. 4.150.000,- tidak tercantum dalam
laporan bank.
3. Terlalu besar bank mencatat setoran dalam perjalanan 150.000
4. Cek yang dikeluarkan bulan Nopember masih beredar Rp. 5.230.000
5. PT. “RO” belum mencatat piutang wesel yang dilunasi dengan langganan via bank
mandiri Rp. 4.500.000
6. Biaya Jasa Bank Rp. 32.000,- untuk bulan Nopember belum dicatat perusahaan.
7. Cek seorang langganan Rp. 4.995.000,- dikembalikan oleh bank karena tidak cukup
dananya
8. Cek untuk membayar hutang dagang Rp.4.890.000,- keliru dicatatkan oleh perusahaan
Rp. 5.650.000,-
9. Cek dikeluarkan PT. “RS” Rp. 35.000,- keliru dicatat oleh bank sebagai cek yang
dikeluarkan oleh PT. “RO”
Diminta:
a. Susunlah laporan rekonsiliasi bank
b. Buat jurnal koreksi yang diperlukan (perusahaan)

35
PT. “RO”
Rekonsiliasi Bank
Per 30 Nopember 2007
Saldo kas menurut bank 23.550.000
Menambah:
Setoran dalam perjalanan 4.150.000
Kesalahan bank (150.000)
4.000.000
27.550.000
Mengurangi:
Cek yang sedang beredar (5.230.000)
Kesalahan bank 35.000
Total (5.195.000)
Saldo yang benar dari bank 22.355.000

Saldo kas per 30 Nopember menurut Perusahaan 22.122.000


Menambah:
Pelunasan piutang wesel: 4.500.000
Kesalahan catat oleh perusahaan 760.000
Total menambah 5.260.000
Total 27.382.000
Mengurangi:
Biaya administrasi bank 32.000
Cek kosong (NSF) 4.995.000
(5.027.000)
Saldo kas yang benar menurut perusahaan 22.355.000

2. Bentuk 4 kolom (Proof of Cash)

Bentuk 4 kolom ini sering digunakan oleh auditor dalam mengidentifikasi perbedaan kas
antara bank dengan perusahaan, hal ini digunakan oleh auditor apabila internal control
lemah.

Rekonsiliasi 4 kolom terdiri dari:


- Saldo awal
- Penerimaan kas
- Pengeluaran kas
- Saldo akhir
Penyusunan rekonsiliasi 4 kolom dilakukan dalam 2 tahap:
1. Rekonsiliasi mencarai saldo yang benar
2. Rekonsiliasi saldo bank ke saldo buku

36
Kasus:
PT. Cil menyajikan data laporan rekonsiliasi bank untuk akhir bulan Nopember sebagai
berikut:
Keterangan Oktober Nopember
Saldo kas per bank akhir bulan 87.600 110.950
Saldo kas per perusahaan akhir bulan 90.100 102.510
Penerimaan kas Nopember oleh bank - 482.250
Penerimaan kas Nopember oleh Perusahaan - 476.650
Pengeluaran kas Nopember per Bank - 458.900
Pengeluaran kas Nopember per Perusahaan - 464.240
Setoran dalam perjalanan akhir bulan 21.000 18.400
Cek yang sedang beredar akhir bulan 18.500 25.005
Jasa giro belum dicatat perusahaan - 3.000
Biaya administrasi bank belum dicatat - 90
Cek dikeluarkan PT. Once oleh bank keliru dicatat - 875
sebagai cek dikeluarkan PT. Cil
Cek yang dikeluarkan perusahaan bulan - 900
Nopember Rp. 99 keliru dicatat perusahaan Rp.
999
Cek yang dikembalikan bank 1.100

Diminta:
a. Susunlah laporan rekonsiliasi bank berdasarkan saldo yang benar dan saldo
bank ke saldo perusahaan
b. Susunlah laporan rekonsiliasi bank berdasarkan pendekatan saldo bank ke
saldo perusahaan
c. Buatlah jurnal penyesuaian.

Penyelesaian:
a. Pendekatan saldo yang benar:
PT. Cil
Rekonsiliasi Bank
Per Nopember 2006
Saldo awal 31 Nopember
Keterangan Oktober 2006 Penerimaan Pengeluaran Saldo 30
Nop
Saldo Awal 87.600 482.250 458.900 110.950
Setoran dalam perjalan:
31 Oktober 2006 21.000 (21.000)
30 Nopember 2006 18.400 18.400
Cek yang yang beredar
31 Oktober 2006 (18.500) (18.500)
30 Nopember 2006 25.005 (25.005)
Keselahan bank (875) 875
Saldo yang benar 90.100 479.650 464.530 105.220

Saldo perusahaan: 90.100 476.650 464.240 102.510


Jasa Giro 3.000 3.000
Kesalahan perusahaan (900) 900
Biaya jasa bank /administrasi 90 (90)
Cek kosong 1.100 (1.100)
Saldo yang benar 90.100 479.650 464.530 105.220

37
b. Pendekatan saldo bank ke saldo perusahaan:

PT. Cil
Rekonsiliasi Bank
Per Nopember 2006
Saldo awal 31 Nopember
Keterangan
Oktober 2006 Penerimaan Pengeluaran Saldo
Saldo Awal 87.600 482.250 458.900 110.950
Setoran dalam perjalan:
31 Oktober 2006 21.000 (21.000)
30 Nopember 2006 18.400 18.400
Cek yang yang beredar
31 Oktober 2006 (18.500) (18.500)
30 Nopember 2006 25.005 (25.005)
Keselahan bank (875) 875
Jasa Giro (3.000) (3.000)
Kesalahan perusahaan 900 (900)
Biaya jasa bank /administrasi (90) 90
Cek kosong (1.100) 1.100
Saldo yang benar 90.100 479.650 464.530 105.220

c. Jurnal penyesuaian:
Pendapatan jasa giro:
Kas 3.000
Pendapatan jasa giro 3.000
Kesalahan perusahaan:
Kas 900
Utang dagang 900
Biaya administrasi bank:
Biaya administrasi bank 90
Kas 90
Cek kosong:
Piutang dagang 1.100
Kas 1.100

Latihan: -1
Berikut ini informasi catatan kas menurut bank dan catatan kas menurut PT. ACE tertanggal
30 Nopember 2006 dengan data sebagai berikut:
a. Saldo kas per 31 Oktober 2006 pada rekening koran Rp. 15.000.000 dan saldo kas akhir
bulan Nopember Rp. 13.000.000
b. Saldo kas per 31 Oktober 2006 pada buku PT. Ace Rp. 17.000.000 dan saldo akhir bulan
Nopember Rp. 13.800.000
c. Penerimaan kas pada bulan Nopember 2006 bagi bank Rp. 6.500.000 dan bagi PT. ACE
Rp. 4.000.000
d. Pengeluaran kas pada bulan Nopember 2006, bagi bank Rp. 8.500.000 dan bagi PT.
ACE Rp. 7.200.000
e. Setoran dalam perjalan dari PT. Ace selama bulan Nopember sebesar Rp. 6.000.000
tetapi salah dicacat oleh bank sebesar Rp. 5.700.000

38
f. Adanya jasa giro yang belum dicatat oleh perusahaan untuk bulan Nopember 2006 Rp.
1.500.000
g. Setoran dalam perjalanan akhir bulan oktober Rp. 7.000.000 dan pada bulan Nopember
Rp. 5.700.000
h. Cek yang dikeluarkan PT. Ace untuk bulan Nopember Rp. 2.000.000 ternyata salah
dicatat oleh bank Rp. 2.500.000
i. Bank mengembalikan Cek karena tidak cukup dana Rp. 1.100.000
j. PT. Ace belum mencatat biaya administrasi bank untuk bulan Nopember sebesar Rp.
900.000
k. Cek yang dikeluarkan PT. Ace pada bulan Nopember Rp. 1.450.000, keliru dicatat oleh
PT. Ace sebesar Rp. 1.150.000
l. Cek yang beredar PT. Ace pada bulan Oktober Rp. 5.000.000 dan pada bulan
Nopember Rp. 6.500.000

Diminta:
a. Buatlah laporan rekonsiliasi bank dengan pendekatan saldo yang benar
b. Buatlah laporan rekonsiliasi bank dengan pendekatan saldo bank ke saldo
perusahaan
c. Buatlah jurnal yang diperlukan

Latihan: -2
Berikut ini informasi catatan kas menurut bank dan catatan kas menurut PT. CISI tertanggal
30 Oktober 2006 dengan data sebagai berikut:
a. Catatan kas per bank (Bank Statement) : saldo 30 September 2006 Rp 500.000.000,
penerimaan selama bulan oktober 2006 Rp 400.000.000, dan pengeluaran selama bulan
Oktober 2006 Rp 450.000.000
b. Catatan kas per perusahaan (Books) : Saldo 30 September 2006 Rp 505.000.000,
penerimaan selama bulan Oktober 2006, Rp 399.000.000, dan pengeluaran selama
bulan Oktober 2006 Rp 448.000.000.
c. Pada tanggal 29 September 2006 PT. CISI melakukan setoran atas piutang usaha yang
ditagih ke bank “B” sebesar Rp 10.000.000, dan bank membukukannya sebagai
penerimaan bulan Oktober 2006, karena setoran tersebut baru diterima tertanggal 2
Oktober 2006.
d. Pada tanggal 30 Oktober 2006 PT. CISI melakukan setoran atas piutang usaha yang
ditagihnya ke bank “B” sebesar Rp 14.000.000, dan bank membukukannya sebagai
penerimaan bulan Nopember 2006, karena setoran tersebut baru diterima tertanggal 3
Nopember 2006.
e. PT. CISI Menandatangani sebuah cek per tanggal 28 September 2006 untuk
pembauyaran utangnya sebesar Rp 5.000.000, oleh pemegang cek mencairkannya atau
menukarkannya ke bank per tanggal 5 Oktober 2006 sehingga bank membukukannya
sebagai pengeluaran Oktober.
f. PT. CISI menandatangani sebuah cek per tanggal 30 Oktober 2006, untuk pembayaran
gaji karyawan sebesar Rp 10.000.000. oleh karyawab mencairkannya atau
menukarkannya ke bank per 3 Nopember 2006, sehingga bank membukukannya
sebagai pengeluaran Nopember.
g. Sebuah cek yang ditandatangani PT. CISI per 20 Oktober 2006, sebesar Rp 8.000.000,
untuk pelunasan utangnya, oleh bank “B” dicatat sebagai cek yang ditandatangani
oleh PT. “Y”

39
h. Pada tanggal 25 Oktober 2006, Bank “B” menerima pelunasan utang dari langganan
PT. CISI, Rp 5.000.000, oleh perusahaan belum membukukannya.
i. PT. CISI membukukan sebuah cek untuk membayar utangnya sebesar Rp 23.000.000,
pada hal pembayaran utang yang sebenarnya adalah sebesar Rp 32.000.000.
j. Untuk periode bulan Oktober Bank “B” membebankan PT. CISI beban jasa bank
sebesar Rp 1.000.000 dan PT. CISI belum mencatatkannya.
k. Sebuah cek yang diterima oleh PT. CISI dari seorang langganan sebesar Rp. 5.000.000,
dan disetorkan langsung ke bank “B” bulan Oktober, ternyata oleh bank dinyatakan
sebagai cek kosong dan membukukannya sebagai pengeluaran.

Diminta:
a. Susunlah Laporan rekonsiliasi bank 4 kolom dengan pendekatan saldo yang benar.
b. Buatlah jurnal bagi PT. Cisi atas kesalahan yang terjadi.

40
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-4

Piutang
(AccountReceivable)

41
Bab IV. PIUTANG (ACCOUNT RECEICABLE)

4.1 PIUTANG(ACCOUNT RECEIVABLE)

Dalam Bab ini kita akan bahas mengenai pengertian piutang, klasifikasi piutang,
bagaimana melakukan pengakuan dan penilaian atas piutang serta masalah-masalah yang
sering dihadapai dalam hal akuntansi piutang. Disamping itu juga kita akan bahas cara-cara
menggunakan piutang sebagai sumber kebutuhan uang yang segera.

I. Pengertian Piutang
Penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan saat ini banyak
dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang atau jasa
sampai saat diterimanya uang.
Sifat-sifat dari pada piutang:
1. Piutang Lancar
Jangka waktu piutang tersebut tidak lebih dari 1 periode akuntansi.
2. Piutang Tidak Lancar
Jangka waktu piutang tersebut lebih dari 1 periode akuntansi.
Jenis-jenis Piutang:
1. Piutang Dagang
Merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang
dijual yang penagihannya tidak lebih dari satu periode akuntansi dan pada umumnya
penjualan secara kredit biasanya dengan syarat pembayaran (2/10, n/30).
Contoh:
 Penjualan barang dan jasa

NB :
Jika suatu transaksi yang mengakibatkan piutang, yang mana transaksi tersebut
dituangkan dalam sebuah janji tertulis yang periode penagihannya bisa kurang dari satu
periode akuntansi atau lebih dari satu tahun periode akuntansi maka hal inilah yang disebut
Piutang wesel atau surat piutang (Note Receivable).

2. Piutang di Luar Dagang


Merupakan adanya transaksi di luar dagang yang mengakibatkan timbulnya tagihan
pada masa yang akan datang kepada konsumen.
Contoh:
 Piutang deviden
 Piutang bunga
 Piutang sewa
 Dll

II. Pengakuan Piutang Dagang (Recognition of Account Receivable)


Dalam banyak transaksi yang terjadi jumlah piutang yang akan diakui tergantung dari
harga pertukaran di antara kedua belah pihak. Harga pertukaran tersebut adalah besarnya
hutang dari yang berhutang (Pelanggan atau peminjam) dan hal ini akan didukung oleh
bukti atau faktur atas transaski tersebut. Faktur sering digunakan sebagai alat pengukuran
namun hal tersebut sering menjadi kendala dalam penentuan harga pertukaran. Kesulitan

42
yang dihadapi dalam penentuan harga pertukaran terletak pada jika ada potongan dagang
dan potongan tunai.
Dalam pengakuan piutang dagang terdapat dua metode yang digunakan :
a. Metode Kotor (Gross Method)
Dicatat total penjualan meski ada syarat potongan penjualan atau diskon jika
membayar tidak melebihi waktu yang ditetapkan.
b. Metode Bersih (Net Method)
Dicatat penjualan bersih setelah dikurangi potongan penjualan nantinya.

Contoh:
Pada tanggal 1 Maret 2007, PT. Mawar Harum melakukan penjualan secara kredit (2/10,
n/30) sebesar Rp. 10.000.000, kemudian pada tanggal 5 Maret 2007 diterima pelunasan
piutang sebesar Rp. 4.500.000, serta pada tanggal 31 Maret 2007 diterima sisa piutang dari
langganannya sebesar Rp. 5.500.000.
Diminta:
1. Buatlah jurnal untuk setiap transaksi dengan metode kotor dan metode bersih

Penyelesaian:

Metode Kotor Metode Bersih


1. Saat penjualan
Piutang dagang 10.000.000 Piutang dagang 9.800.000
Penjualan 10.000.000 Penjualan 9.800.000

2. Saat penerimaan sebagian pelunasan piutang


Kas 4.410.000 Kas 4.410.000
Potongan penj 90.000 Piutang dagang 4.410.000
Piutang dagang 4.500.000

3. Saat penerimaan sisa piutang


Kas 5.500.000 Kas 5.500.000
Piutang dagang 5.500.000 Piutang dagang 5.500.000
Piutang dagang 110.000
Pendapatan lain” 110.000

Kalau digabung:
Kas 5.500.000
Piutang dagang 5.390.000
Pendapatan lain” 110.000

Latihan -1
Pada tanggal 5 Maret 2008, PT. CISI melakukan penjualan barang dagangnya senilai Rp.
4.500.000 dengan syarat 5/10, n/30. pada tanggal 7 Maret 2008 PT. CISI menerima pelunasan
piutang sebesar Rp. 2.500.000, dan pada tanggal 12 Maret 2008, menerima pelusanan piutang
sebesar Rp. 1.250.000, dan sisa pelunasan piutang sebesar Rp. 750.000,
Diminta:
Buatlah jurnal berdasarkan metode kotor dan metode bersih.

43
III. Penilaian Piutang Dagang (Valuation of Account Receivable)
Pada akhir tahun dilakukan penilaian terhadap piutang di neraca dimana besarnya
piutang tersebut akan dinilai berdasarkan piutang yang dapat ditagih.

Nilai piutang yang dapat ditagih = Jumlah piutang – Cadangan kerugian piutang

Kalau di neraca dapat kita lihat sebagai berikut:


PT. X
Neraca
Per 31 Desember 2007
Kas XXX
Piutang XXX
Cad. Kerugian Piutang (xxx)
Piutang bersih XXX
Persediaan XXX

Ada 2 Metode pencatatan penghapusan piutang:

1. Metode Penghapusan langsung (Direct Write Off Method)


Kerugian piutang dicatat pada saat dinyatakan bahwa langganan tidak sanggup untuk
membayar (Failit)

2. Metode Cadangan Kerugian Piutang (Allowance Method)


Kerugian piutang pada akhir periode akuntansi ditetapkan berdasarkan penaksiran.
Berdasarkan metode ini juga jika langganan dinyatakan failit atau tidak dapat membayar
maka hal ini tetap akan dilakukan penghapusan piutang.

Contoh:
Pada awal Pebruari 2007, PT. BAS melakukan penjualan secara kredit sebesar 20.000.000,
kemudian pada akhir tahun 2007 PT. BAS melakukan penaksiran kerugian piutang sebesar 5
% dari Total penjualan bersih. Pada tanggal 20 April 2007 langganan dinyatakan failit tidak
dapat membayar sehingga piutang harus dihapus Rp. 500.000,- kemudian pada tanggal 5
Oktober 2007, Piutang debitur yang telah dihapus sebelumnya ternyata debitur dapat
membayar kembali. atau alternatif yang lain: Jika debitur membayar pada tanggal 5 Mei 2008,
dimana piutang debitur tersebut telah dihapus pada periode yang lalu sebesar Rp. 500.000,-.
Diminta:
Buatkah jurnal untuk setiap transaksi dengan menggunakan metode penghapusan langsung
dan metode cadangan kerugian piutang.

44
Penyelesaian:

Metode Penghapusan langsung Metode Cadangan Kerugian Piutang

1. Saat Penjualan:
Piutang dagang 20.000.000 Piutang dagang 20.000.000
Penjualan 20.000.000 Penjualan 20.000.000

2. Jurnal pada saat Penaksiran akhir tahun 2007. (5 % x Rp. 20.000.000) = 1.000.000
NO ENTRY Kerugian Piutang 1.000.000
Cad. Kerug. Piut. 1.000.000

3. Pada tanggal 20 April 2007 langganan dinyatakan failit


Kerugian piutang 500.000 Cad. Kerug. Piut 500.000
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000

4. Pada tanggal 5 Oktober 2007, debitur ternyata dapat membayar kembali (Periode yang
sama).
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000
Kerugian piutang 500.000 Cad. Kerug. Piut. 500.000

Kas 500.000 Kas 500.000


Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000

5. Pada tanggal 5 Maret 2008, debitur ternyata dapat membayar utangnya yang telah dihapus
perusahaan pada tahun lalu (Periode yang berikutnya).
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000
Pendapatan lain” 500.000 Cad. Kerug. Piut. 500.000

Kas 500.000 Kas 500.000


Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000

45
IV. Disposisi Piutang (Dispocition of Account Receivable)

Persoalan: Kenapa disposisi atas piutang bisa terjadi?


Disposisi piutang terjadi diakibatkan karena perusahaan membutuhkan dana (Uang tunai)
yang cepat pada waktu sekarang padahal piutang dagang yang dimilikinya baru akan jatuh
tempo pada waktu yang akan datang atau tidak lebih dari 60 hari, sehingga untuk memenuhi
dana tersebut terpaksa perusahaan mengagunkan piutang dagang yang dimilikinya demi
memperoleh dana. Pengagunan piutang tersebut bisa dilakukan pada sektor perbankan atau
sektor diluar perbankan.

Debet A/R Kredit A/R

Debet A/R
Assigment
Imbal balik akibat pengkreditan A/R maka Pendebetan A/R Assigment

Akibatnya akan terjadi adanya pelepasan piutang dagang yang dimilikinya menjadi piutang
dagang yang dijaminkan.

Menjaminkan Piutang dag (A/R Assigned)

PT. CISI Memberikan uang tunai Bank B


(Assignore) (Assignee

Piutang dagang PT. CISI pad PT. X

PT. X

Dengan kata lain proses disposisi ini mengakibatkan 2 pihak yang terlibat dalam 2 transaksi.

Ada 2 jenis Penjaminan (Assigment)


1. General Assigment
Perkiraan jurnal khusus atas piutang yang dijaminkan tidak ada, maka piutang yang
dijaminkan tersebut akan dituangkan/dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan
yang hanya dicatat hanya terbentuknya surat utang.
Contoh:
Nilai yang dijaminkan tidak ada dicatat melainkan di hanya dijelaskan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan.
Kas 70.000.000,-
Surat utang 70.000.000,-

46
2. Spesific assigment
Dalam pengagunan piutang ini ada hal-hal khusus yang harus disepakati oleh kedua belah
pihak baik pemberi pinjaman dan yang meminjam (yang mengagunkan piutang).

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:


1.Uang tunai yang akan diterima < dari nilai piutang yang dijaminkan
Contoh:
Nilai yang dijaminkan 100.000.000,-
Uang yang diterima 70.000.000,-

2. Yang memberi pinjaman selalu memberikan beban administrasi bank pada awal
peminjaman.
Contoh:
Nilai piutang yang dijaminkan 100.000.000
Beban administrasi bank dikenakan pihak bank 4 % dari nilai piutang yang dijaminkan.
Berarti Beban administrasi bank (4 % x Rp. 100.000.000,-) = 4.000.000,-

3. Bank juga akan mengenakan beban bunga atas utang yang dimiliki si peminjam
berdasarkan besarnya yang nilai dipinjam (utangnya).
Contoh:
Nilai yang dipinjam 70.000.000,-
Beban bunga 9 % per tahun
Maka Beban bunga per bulan = 70.000.000 x 9% / 12
4. Dalam hal penagihan piutang ketika jatuh tempo (akhir bulan) maka hal ini akan
disepakati kedua belah pihak dan pada umumnya bank akan menghunjuk yang
meminjam/yang mengagunkan piutanglah yang akan menagih kedebiturnya.

Contoh:
1. Buatlah jurnal baik PT. CISI dengan Bank yang dibutuhkan atas setiap transaksi
dibawah ini:
a. Awal bulan Juli 2008, PT. CISI membutuhkan dana padahal piutang dagang
yang dimilikinya akan jatuh tempo 2 bulan lagi. Sehingga PT. CISI terpaksa
menjaminkan piutang dagangnya ke bank A senilai Rp. 100.000.000,- dan pada
awal bulan Pebruari 2008 PT. CISI sepakat dan menandatangani surat hutang
sebesar Rp. 60.000.000,- kemudian bank menetapkan beban administrasi bank
sebesar 5% dari piutang yang dijaminkan tersebut. Kemudian bank juga
menetapkan beban bunga 10 % atas nilai nilai hutang PT. CISI. Kemudian bank
juga menetapkan bahwa yang menagih piutang yang dijaminkan tersebut
adalah PT. CISI
b. Pada 31 Juli 2008, PT. CISI melakukan penagihan kelangganannya sebesar Rp.
35.000.000,- dan sudah termasuk didalamnya Rp. 5.000.000,- merupakan
potongan penjualan, dan pada hari yang sama PT CISI menerima pengembalian
barang yang dijualnya (Retur Penjualan) pada debiturnya sebesar 10.000.000,-
c. Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT. CISI membayar cicilan hutangnya sebesar
yang ditagih dari langganannya
d. Pada tanggal 31 Agustus 2008, PT. CISI melakukan penagihan sisa dari piutang
yang dijaminkan tersebut dan diketahui bahwa adanya piutang yang tak
tertagih sehingga dihapuskan dengan menggunakan metode cadangan
kerugian piutang sebesar Rp. 4.000.000,-
e. Tanggal 1 September 2008, PT. CISI melunasi sisa hutangnya ke bank A.

47
Penyelesaian:
Nilai Piutang yang dijaminkan 100.000.000,-
Nilai yang ingin dipinjam 60.000.000,-
Beban administrasi bank ( 5% x Rp. 100.000.000,- ) 5.000.000,-
Sehingga total kas yang diterima ( 60.000.000 – 5.000.000 ) = 55.000.000,-
Beban bunga per tahun dari utang yang dimiliki 10 %

PT. CISI Bank


1. Saat Peminjaman/penandatanganan surat utang tanggal 1 Juli 2008
Piutang yang dijaminkan 100.000.000 Surat Piutang 60.000.000
Kas 55.000.000 Kas 55.000.000
Beban adm bank 5.000.000 Pendpt adm bank 5.000.000
Piutang dagang 100.000.000
Surat utang (N/R) 60.000.000

2. Penagihan piutang yang dijaminkan oleh PT. CISI pada debiturnya tanggal 31 Juli 2008
Kas 30.000.000 NO ENTRY
Pot. Penjualan 5.000.000
Retur Penjualan 10.000.000
Piutang yg dijaminkan 45.000.000

3. Pelunasan sebahagian piutang dagangnya ke bank (1 Agustus 2008)


Beban bunga = ( 10% /12 bln x 60.000.000 ) = 500.000
Surat utang 30.000.000 Kas 30.500.000
Beban bunga 500.000 Surat piutang 30.000.000
Kas 30.500.000 Pendapatan bunga 500.000

4. Penagihan sisa piutang yang dijaminkan tertanggal 31 Agustus 2008


Total Piutang yang dijaminkan 100.000.000
Telah di taguh 45.000.000
Total sisa piutang yang dijaminkan 55.000.000
Ada piutang yang tak tertagih 4.000.000
Kas 51.000.000 NO ENTRY
Cad. Kerug. Piutang 4.000.000
Piutang yg dijaminkan 55.000.000

5. dilakukan pelunasan sisa utang ke Bank


Total surat utang 60.000.000
Sudah di bayar 30.000.000
Maka sisa surat utang 30.000.000
Beban bunga ( 10% / 12 x 30.000.000) 250.000

Surat Utang 30.000.000 Kas 30.250.000


Beban bunga 250.000 Surat piutang 30.000.000
Kas 30.250.000 Pendapatan bunga 250.000

48
Latihan: -1

a. Awal bulan Juli 2008, PT. CISI membutuhkan dana padahal piutang dagang yang
dimilikinya akan jatuh tempo 2 bulan lagi. Sehingga PT. CISI terpaksa menjaminkan
piutang dagangnya ke bank A senilai Rp. 200.000.000,- dan pada awal bulan Juli 2008
PT. CISI sepakat dan menandatangani surat hutang sebesar Rp. 150.000.000,-
kemudian bank menetapkan beban administrasi bank sebesar 4% dari piutang yang
dijaminkan tersebut. Kemudian bank juga menetapkan beban bunga 9 % atas
nilaihutang PT. CISI. Kemudian bank juga menetapkan bahwa yang menagih piutang
yang dijaminkan tersebut adalah PT. CISI
b. Pada 31 Juli 2008, PT. CISI melakukan penagihan kelangganannya sebesar Rp.
35.000.000,- dan sudah termasuk didalamnya Rp. 2.500.000,- merupakan potongan
penjualan, dan pada hari yang sama PT CISI menerima pengembalian barang yang
dijualnya (Retur Penjualan) pada debiturnya sebesar 7.000.000,-
c. Pada tanggal 1 Agustus 2008, PT. CISI membayar cicilan hutangnya sebesar yang
ditagih dari langganannya
d. Pada tanggal 31 Agustus 2008, PT. CISI melakukan penagihan sisa dari piutang yang
dijaminkan tersebut dan diketahui bahwa adanya piutang yang tak tertagih sehingga
dihapuskan dengan menggunakan metode cadangan kerugian piutang sebesar Rp.
2.000.000,-
e. Tanggal 1 April 2008, PT. CISI melunasi sisa hutangnya ke bank A.

4.2 SURAT PIUTANG (NOTES RECEIVABLE)

Ada 4 hal yang harus kita perhatikan dalam pembahasan surat piutang:
1. Gambaran umum
2. Pengakuan
3. Penilaian
4. Disposisi atau pelepasan

1. Gambaran Umum:
Surat Piutang merupakan adanya janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
masa yang akan datang. Dalam hal janji tertulis, hal ini akan dilakukan dengan membuat
suatu kesepakatan atau negosiasi dari kedua belah pihak dan akan menandatangani surat
perjanjian tersebut. Oleh karena itu yang membuat adanya perbedaan antara piutang dengan
surat piutang terletak pada adanya janji tertulis pada surat piutang.

Ada dua persoalan yang muncul tentang surat piutang:

1. Pada saat kapan surat piutang baru diakui?


Surat piutang baru diakui ketika adanya penjualan jasa kepada langganan secara
kredit serta pada saat pemberian pinjaman baik kepada pegawai, kepada cabang
perusahaan, dan diluar perusahaan.

2. Berapa jumlah surat piutang yang harus diakui?


Jumlah surat piutang yang harus diakui yang jatuh temponya lebih dari satu tahun
akan diakui dan dicatat sebesar Nilai Kini atau Sekarang (Present Value) dari arus kas
yang akan diterima pada masa yang akan datang.

49
2. Pengakuan surat piutang (Recoqnition of Notes Receivable)
Jumlah pengakuan dan pencatatan yang tepat untuk surat piutang adalah sebesar nilai kini
dari arus kas masa mendatang.

Ada 2 jenis pengakuan surat piutang:


a. Surat piutang Berbunga (Interst Bearing Notes Receivable)
Pada surat piutang yang secara explisit tercatat bunga didalamnya. Dengan kata lain
tercatat berapa besar bunga dan waktu jatuh tempo surat piutang tersebut.
Contoh:
Sebuah surat piutang dengan nilai nominal Rp. 10.000.000,- dengan bunga tercatat 10
% yang akan jatuh tempo 3 tahun.
Ada dua jenis perhitungan untuk menentukan besarnya Nilai Kini:
1. Nilai kini pokok surat piutang (Present value Principle Notes Receivable)
1
PV Principle = Face Value of Notes Receivable x
(1 + i) n
2. Nilai kini bunga surat piutang (Present Value Interest Notes Receivable)
1
1−
(1 + i ) n
PV Interest = Interest x
i

b. Surat piutang tak berbunga (Non Interest Bearing Notes Receivable)


Tidak ada tingkat bunga tercatat namun di dalam nominalnya sudah terhitung adanya
bunga.

Alternative I

Memberikan pinjaman ke B sebesar Rp. 10.000.000,-


A B
Notes Notes
Receivable Payable

Diterima pelunasan piutang dari B sebesar Rp. 12.000.000,-


Catatan:
Uang yang diterima oleh A dari B atas pelunasan piutang si B sebesar 12.000.000,- lebih besar
dari uang pinjaman awal yang diberikan A kepada si B pada hal pada awalnya tidak ada
dikenakan bunga pada saat pembentukan surat piutang tersebut namun karena si A
bernegosiasi kepada si B sehingga diputuskan bahwa si B akan mengembalikan yang dia
pinjaman tersebut lebih besar dari yang dia pinjam. Dengan kata lain sebenarnya ada bunga
namun tidak tercatat. Maksudnya ada bunga yang berlaku dipasar.
Alternative II
Memberikan pinjaman ke B sebesar Rp. 10.000.000,- (Yang diberikan < dr yang dipinjam)

Diberikan hanya 8.000.000,-


PT.B
PT.A 8.000.000
10.000.000

Diterima pelunasan piutang dari B sebesar Rp. 10.000.000,-

50
Catatan:
Uang yang diterima oleh A dari B atas pelunasan piutang si B sebesar 10.000.000,- lebih besar dari
uang pinjaman awal yang diberikan A kepada si B pada hal pada awalnya tidak ada dikenakan bunga
pada saat pembentukan surat piutang tersebut namun karena si A bernegosiasi kepada si B sehingga
diputuskan bahwa si B akan mengembalikan yang dia pinjaman tersebut lebih besar dari yang dia
terima. Dengan kata lain sebenarnya ada bunga namun tidak tercatat. Maksudnya ada bunga yang
berlaku dipasar.

3. Penilaian Piutang
Dalam hal penilaian piutang terdapat dua bunga yang terkandung didalamnya :
1. Bunga tercatat
2. Bunga yang berlaku dipasar (Bunga Efektif)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal Penilaian Piutang:

1. Jika Bunga tercatat = bunga efektif


Maka nilai nominal (Face value) = Nilai kini (Present Velue)
2. Jika bunga tercatat < bunga efektif
Maka nilai nominal (Face value) > nilai kini (Present Value) = DISKONTO
Diskonto disini maksudnya sama seperti halnya pendapatan lain-lain karena nilai yang
diberikan sekarang lebih kecil dari nilai surat piutangnya.
3. Jika bunga tercatat > bunga efektif
Maka nilai nominal (face value) < Nilai kini (Present Value) = PREMIUM
Premium disini maksudnya sama seperti halnya beban lain-lain karena nilai yang diberikan
sekarang lebih besar dari nilai surat piutangnya.

Catatan:
Jika suatu transaksi yang mengakibatkan diskonto atau premium maka setiap jatuh tempo bunga
akan dilakukan pengamortisasian.
Dimana :
Amortisasi Diskonto merupakan sebagai pertambahan pendapatan bunga juga sebagai penambahan
nilai kini dari surat piutang setiap jatuh tempo bunga sehingga pada akhir jatuh tempo surat piutang
tersebut akan sama nilainya dengan nilai nominal.

Amortisasi Premium merupakan sebagai pengurang pendapatan bunga sekaligus pengurangan nilai
kini dari surat piutang setiap kali jatuh tempo bunga sehingga pada saat jatuh tempo surat piutang
nilai kini akan sama dengan nilai nominal.

Dalam tahap pengamortisasian ada dua metode yang harus dilakukan:

1. Metode Garis Lurus


Jika suatu transaksi terbentuknya diskonto atau premium atas surat piutang hanya bersumber dari
bunga tercatat tanpa ada didalamnya bunga efektif maka hal ini akan dilakukan dengan metode garis
lurus.

51
Contoh:
Diskonto/premium 100.000,-
Umur surat piutang 5 tahun
Jatuh tempo bunga 2 kali setahun (semesteran)
Maka:
Amortisasi Diskonto/premium = 100.000 : (5 x 2)
= 10.000 per semester

2. Metode Bunga Efektif


Jika suatu transaksi terbentuknya diskonto atau premium atas surat piutang yang bersumber dari
bunga tercatat dan bunga efektif maka hal ini akan dilakukan dengan metode bunga efektif.

SURAT PIUTANG
Tahun -1 Tahun -2 Tahun -3

Present Value
Catatan:
Setiap Surat piutang yang memperoleh Diskonto atau Premium maka hal ini wajib untuk dilakukan
amortisasi setiap jatuh tempo bunga.

Contoh:
PT. X Memberikan Pinjaman kepada PT. Y sebesar Rp. 1.000.000,- untuk pinjaman tersebut
ditandatangani sebuah surat piutang untuk 3 tahun dengan bunga tercatat 10 % per tahun. Diketahui
juga bahwa bunga yang berlaku dipasar saat ini (Bunga efektif) sebesar 10 %, 12 % dan 8 %.
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal pada saat penandatanganan surat piutang.
b. Jika ada selisih yang terdapat maka lakukan pengamortisasian saat jatuh tempo bunga
c. Buat jurnal saat jatuh tempo bunga setelah diamortisasi

a. Penyelesaian: Bunga efektif 10 %

Face value 1.000.000


Present Value:
1
Present Value Principle = FC of N/R x
(1 + i )
 1 
= 1.000.000 x  
 (1 + 0,1) 
Total nilai kini atas pokok N/R 751.315

 1 
1 − 
 (1 + i ) n 
Present Value Interest = Interest x
 i 
 
 
 1 
1 − 
 (1 + 0,1) 3 
= 100.000 x
 0,1 
 
 
Total nilai kini atas bunga 248.685
Total Nilai kini Surat piutang 1.000.000
Maka tidak ada selisih antara Nilai nominal dengan nilai kini 0

52
Maka Jurnal saat penandatanganan:
Surat piutang 1.000.000
Kas 1.000.000

Jurnal saat jatuh tempo bunga akhir tahun pertama:


Kas 100.000
Pendapatan bunga 100.000

a. Penyelesaian jika bunga 12 %

Face value 1.000.000


Present Value:
1
Present Value Principle = FC of N/R x
(1 + i )
 1 
= 1.000.000 x  
3 
 (1 + 0,12) 
Total nilai kini atas pokok N/R 711.780

 1 
1 − 
 (1 + i ) n 
Present Value Interest = Interest x
 i 
 
 
 1 
1 − 
(1 + 0,12) 3 
= 100.000 x 
 0,12 
 
 
Total nilai kini atas bunga 240.183
Total Nilai kini Surat piutang 951.963
Selisih nilai kini dgn nilai nominal (Diskonto N/R) 48.037

Jurnal saat penandatanganan surat piutang


Surat Piutang 1.000.000
Kas 951.963
Diskonto atas surat piutang 48.037

Setiap ada selisih antara nilai nominal dan nilai kini maka harus dilakukan pengamortisasian
atas selisih tersebut (Diskonto).

b. Skedul amortisasi:
Skedul amortisasi diskonto atas surat piutang
Metode bunga efektif
Bunga tercatat 10 % dan bunga efektif 12 %
Waktu Kas/bunga Pendapatan bunga/ bunga Amortisasi Sebelum Nilai kini
tercatat (10 %) Efekktif ( 12 %) Diskonto diamortisasi
Awal 48.037 (a 951.963 (b
Akhir -1 100.000 (c 114.236 (d 14.236 (e 33.801 (f 966.199 (g
Akhir -2 100.000 115.944 15.944 17.857 982.143
Akhir -3 100.000 117.857 17.857 0 1000.000
Total 300.000 348.037 48.037 0 1000.000

53
Catatan:
c. = 10 % x 1.000.000
d. = Tingkat bunga efektif x b
e. = Perbandingan antara c dan d
f. = a – e
g. = b + e
c. Jurnal jatuh tempo bunga setelah amortisasi
Kas 100.000
Diskonto atas surat piutang 14.236
Pendapatan bunga 114.236

Penyelesaian jika bunga 8 %


Face value 1.000.000
Present Value:
1
Present Value Principle = FC of N/R x
(1 + i )
 1 
= 1.000.000 x  
3 
 (1 + 0,08) 
Total nilai kini atas pokok N/R 793.832

 1 
1 − 
(1 + i ) n
Present Value Interest = Interest x  
 i 
 
 
 1 
1 − 
(1 + 0,08) 3 
= 100.000 x 
 0,08 
 
 
Total nilai kini atas bunga 257.710
Total Nilai kini Surat piutang 1.051.542
Selisih nilai kini dgn nilai nominal (Premium S/P) 51.542

Jurnal saat penandatanganan surat piutang


Surat Piutang 1.000.000
Premium atas surat piutang 51.542
Kas 1.051.542

Setiap ada selisih antara nilai nominal dan nilai kini maka harus dilakukan pengamortisasian
atas selisih tersebut (Premium).

54
Skedul amortisasi diskonto atas surat piutang
Metode bunga efektif
Bunga tercatat 10 % dan bunga efektif 8 %
Waktu Kas/bunga Pendapatan bunga/ Amortisasi Sebelum Nilai kini
tercatat (10 %) bunga Efekktif ( 8 %) Premium diamortisasi
Awal 51.542 (a 1.051.542 (b
Akhir -1 100.000 (c 84.123 (d 15.877 (e 35.665 (f 1.035.665 (g
Akhir -2 100.000 82.853 17.147 18.518 1.018.518
Akhir -3 100.000 81.481 18.518 0 1.018.518
Total 300.000 248.457 51.542 0 1000.000

Catatan:
c = 10 % x 1.000.000
d = Tingkat bunga efektif x b
e = Perbandingan antara c dan d
f=a–e
g=b–e

c. Jurnal jatuh tempo bunga setelah amortisasi


Kas 100.000
Pendapatan bunga 84.123
Premium atas S/P 15.877

Catatan:
Jika jatuh tempo bunga 2 kali setahun atau lebih maka waktu (n) dikali 2 dan bunga baik
bunga tercatat dan bunga efektif juga dibagi 2.

2. Surat Piutang tidak berbunga (Non Interst Bearing Note Receivable)

Jika tidak terdapat bunga tercatat pada surat piutang tersebut namun sebenarnya di
dalam surat piutang tersebut ada bunga (bunga yang tersembunyi atau sering disebut bunga
yang berlaku dipasar.

Ada 2 kemungkinan dalam hal surat piutang tidak berbunga:


Alternatif yang pertama:
Diberi uang tunai 10.000.000 kepada A sehingga ditandatangani surat piutang sebesar
10.000.000. namun ketika jatuh tempo surat piutang A akan mengembalikan sebesar
12.000.000 sesuai dengan kesepakatan sebelum memberikan uang tunai tersebut.

Diberikan Ke A sebesar 10.000.000

Mery A

Ketika jatuh tempo S/P, A akan melunasi 12.000.000

55
Alternatif yang kedua:
Diberi uang tunai 8.000.000 kepada A namun ditandatangani surat piutang sebesar
10.000.000. Ketika jatuh tempo surat piutang A akan dikembalikan sebesar 10.000.000 sesuai
dengan kesepakatan sebelum memberikan uang tunai tersebut.

Diberikan Ke A sebesar 8.000.000

Mery A

Ketika jatuh tempo S/P, A akan melunasi 10.000.000

Catatan:
Dalam transaksi akuntansi setiap ada selisih yang diberikan dengan yang diterima itu selalu
disebut bunga meskipun tidak ada tingkat bunga tercatat.

Ada 2 hal yang harus kita perhatikan dalam pembahasan surat piutang yang tidak berbunga:

1. Terbentuknya surat piutang hanya dengan memberikan uang tunai atau kas

Contoh:
Pada awal tahun, PT. X menerima sebuat surat piutang tanpa bunga sebesar Rp. 10.000.000,-
yang akan jatuh tempo 3 tahun berikutnya. Dimana pinjaman yang diberikan sekarang
sebesar Rp. 7.721.800,-
Diminta:
a. Hitung berapa besar tingkat bunga yang berlaku dipasar
b. Buat jurnal saat penandatangan
c. Hitung dan buatlah jurnal setelah diamortisasi.

Penyelesaian:

a. Tingkat bunga yang berlaku dipasar:


1
Nilai kini = FC of N/R x
(1 + i )
 1 
7.721.800 = 10.000.000 x  
3 
 (1 + i ) 
 1   7.721.800 
 
3 
= 
 (1 + i )   10.000.000 
 1 
 
3 
= 0,77218
 (1 + i ) 
 1 
(1 + i)3 = 
 0,77218 
(1 + i)3 = 1,295
(1 + i) = (1,295)1/3
(1 + i) = 1,09
i = 1,09 – 1
i = 0,09 (9%)

56
b. Jurnal saat penandatanganan surat piutang
Nilai Nominal/ Surat Piutang 10.000.000
Nilai kini / Kas yang diberikan 7.721.800
Diskonto atas surat piutang 2.278.200

Jurnal:
Surat piutang 10.000.000
Kas 7.721.800
Diskonto atas surat piutang 2.278.200

c. Amortisasi akhir tahun pertama:


= 9 % x 7.721.800
= 694.962

Diskonto atas surat piutang 694.962


Pendapatan bunga 694.962

Amortisasi akhir tahun kedua:


= 9 % x (7.721.800 + 694.962)

Catatan:
Dalam hal ini tidak mungkin terjadi premium karena tidak mungkin ada org mau mengasih
Rp. 15.000.000,- tapi uang yang akan diterima sebesar 10.000.000,-

2. Terbentuknya surat piutang selain uang tunai yang diberikan juga menerima adanya
hak khusus
Hak khusus yang dimaksud adalah ketika sipemberi pinjaman ingin membeli persediaan
ke perusahaan yang meminjam uang tersebut maka si pemberi pinjaman tersebut akan
memperoleh hak khusus atau adanya pengurangan harga ketika menggunakan hak khusus
tersebut.

Contoh lain:
Ada teman anda butuh uang Rp. 100.000,- untuk membeli pulsa maka sipemberi pinjaman
meminta kepada sipeminjam agar diperbolehkan menggunakan 100 kali SMS dari pulsa yang
telah diisi nantinya. Penggunaan sms sebanyak 100 kali tersebut merupakan hak khusus
karena uang yang diberikan Rp. 100.000 tetap akan dikembalikan ketika telah jatuh tempo
nantinya.

Catatan:
Dalam penerimaan surat piutang melaui pemberian kas ada kemungkinan terdapat hak
khusus tertentu yang disepakati. Hak khusus yang disepakati tersebut bagi penerima surat
piutang akan dibukukan sebagai aktiva, sehingga total aktiva yang diterima ketika
memberikan pinjaman adalah surat piutang ditambah hak khusus. Selisih yang diterima
dengan yang diberikan akan diakui sebagai diskonto atas surat piutang.

Ada 3 hal yang harus diperhatikan:


1. Jurnal saat penandatanganan surat piutang
2. Jurnal pada saat penggunaan hak khusus
3. Jurnal pada saat pengamortisasian

57
Contoh:
PT. Jaya menerima surat piutang tanpa bunga sebesar Rp 100.000.000,- untuk 5 tahun
ditambah hak khusus untuk membeli persediaan sebanyak 10.000 ton dengan harga 80 %
dari harga normal. Kemudian diketahui juga tingkat bunga yang berlaku dipasar sebesar 10
% dan selama tahun pertama PT. Jaya menggunakan 4.000 ton hak khususnya.
Diminta:
a. Hitung berapa besar nilai kini dan buatlah jurnal saat penandatanganan surat piutang
b. buatlah jurnal saat penggunaan hak khusus
c. buatlah jurnal saat pengamortisasi

Penyelesaian:

a. Nilai kini dan Jurnal saat penandatanganan:


1
Nilai kini = FC of N/R x
(1 + i )
1
Nilai kini = 100.000.000 x
(1 + 0,1) 5
Nilai kini = 62.090.000
Nilai nominal = 100.000.000
Diskonto atas surat piutang 37.910.000

Catatan:
Hak khusus = diskonto atas surat piutang

Jurnal:
Surat piutang 100.000.000
Hak khusus 37.910.000
Kas 100.000.000
Diskonto atas surat piutang 37.910.000

b. Jurnal saat penggunaan 4.000 ton hak khusus :


4.000
Hak membeli = x37.910.000
10.000
= 15.164.000
Jurnal:
Persediaan 15.164.000
Hak khusus 15.164.000

c. Jurnal amortisasi tahun pertama:


= Tingkat bunga efektif x Nilai kini
= 10 % x 62.090.000
= 6.209.000
Diskonto atas surat piutang 6.209.000
Pendapatan bunga 6.209.000

58
Latihan:
1. Pada awal tahun 2006, PT. Indah Memberikan Pinjaman kepada PT. Jaya sebesar Rp.
50.000.000,- untuk pinjaman tersebut ditandatangani sebuah surat piutang yang akan
jatuh tempo 31 Desember 2010 dengan bunga tercatat 8 % per tahun dimana jatuh tempo
bunga setiap 1 Januari dan 1 Juli. . Diketahui juga bahwa bunga yang berlaku dipasar saat
ini (Bunga efektif) sebesar 8 %, 12 % dan 6 % per tahun.
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal pada saat penandatanganan surat piutang.
b. Jika ada selisih yang terdapat maka lakukan pengamortisasian saat jatuh tempo bunga
c. Buat jurnal saat jatuh tempo bunga setelah diamortisasi setiap jatuh tempo bunga.

2. Pada awal tahun 2006, PT. Indah Memberikan Pinjaman kepada PT. Jaya sebesar Rp.
100.000.000,- untuk pinjaman tersebut ditandatangani sebuah surat piutang yang akan
jatuh tempo 1 Januari 2009 dengan bunga tercatat 12 % per tahun dimana jatuh tempo
bunga setiap 1 Januari, 1 Mei, 1 September. Diketahui juga bahwa bunga yang berlaku
dipasar saat ini (Bunga efektif) sebesar 8 %,
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal pada saat penandatanganan surat piutang.
b. Jika ada selisih yang terdapat maka lakukan pengamortisasian saat jatuh tempo bunga
c. Buat jurnal saat jatuh tempo bunga setelah diamortisasi setiap jatuh tempo bunga.

3. Pada tanggal 1 Januari 2007, PT. X menerima sebuat surat piutang tanpa bunga sebesar Rp.
60.000.000,- yang akan jatuh tempo 1 Januari 2011. Dimana pinjaman yang diberikan
sekarang sebesar Rp. 48.000.000,-
Diminta:
a. Hitung berapa besar tingkat bunga yang berlaku dipasar
b. Buat jurnal saat penandatangan
c. Hitung dan buatlah jurnal setelah diamortisasi setiap tahun

4. Pada tanggal 1 Mei 2006, PT. Indus menerima surat piutang tanpa bunga sebesar Rp
70.000.000,- yang akan jatuh tempo 1 Mei 2009 ditambah hak khusus untuk membeli
persediaan sebanyak 25.000 ton dengan harga 80 % dari harga normal. Kemudian
diketahui juga tingkat bunga yang berlaku dipasar sebesar 11 % dan pada tahun pertama
PT. Indus menggunakan 8.000 ton hak khususnya, dan pada tahun kedua digunakan
sebanyak 12.000 ton

Diminta:
a. Hitung berapa besar nilai kini dan buatlah jurnal saat penandatanganan surat piutang
b. Buatlah jurnal saat penggunaan hak khusus tahun pertama dan tahun kedua
c. Buatlah jurnal saat pengamortisasi setiap tahunnya

59
Akuntansi keuangan menengah

BAB-5

persediaan
(Inventory)

60
Bab V.PERSEDIAAN (INVENTORY)

5.1 PERSEDIAAN (INVENTORY)

1. Defenisi:
Persediaan adalah suatu pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha
yang biasa atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam kegiatan produksi
dimana akan menghasilkan produk yang siap untuk dijual dalam satu periode akuntansi.

2. Penggolongan Persediaan:
Penggolongan persediaan dapat kita lihat dari 2 segi:
a. Persediaan Perusahaan dagang
Contoh: - Persediaan jadi

b. Persediaan pada perusahaan industri atau manufaktur


Contoh: - Persediaan bahan baku
- Persediaan dalam proses
- Persedaiaan barang jadi

3. Pengakuan dari pada persediaan:


a. Barang dalam perjalanan:
- Free On Board (FOB) Shipping Poin
Pembeli yang menanggung biaya angkut persediaan tersebut dan persediaan sudah
diakui meskipun masih dalam perjalanan (belum diterima) dan dalam laporan
keuangan pada akhir tahun persediaan yang masih dalam perjalanan tersebut sudah
diakui dan diperhitungkan dalam akun persediaannya pada laporan keuangan
mereka.
2 (Barang dalam perjalanan)
⌂ 31 Desember 2008 ⌂
1 (Dari gudang penjual beralih ke pengangkutan pembeli) 3 (Tiba)
Dibeli Tanggal 10 Desember 2007 Tiba 12 Januari 2008

Persoalan:
Dalam kasus demikian maka pada laporan keuangan akhir tahun 2007, persediaan
yang dalam perjalanan tersebut sudah diakui dan akan disajikan dalam laporan
keuangan bahwa persediaannya sudah bertambah diakibatkan pembelian tanggal 10
Desember 2007.

- Free On Board (FOB) Destination


Penjulan yang menanggung biaya angkut persediaan tersebut dan persediaan akan
diakui apabila persediaan tersebut telah diterima oleh si pembeli dan sekaligus
penyerahan faktur pembelian

61
2 (Barang dalam perjalanan)

⌂ 31 Desember 2008 ⌂
1 (Dari gudang penjual beralih ke pengangkutan pembeli) 3 (Tiba)
Dibeli Tanggal 10 Desember 2007 Tiba 12 Januari 2008

Persoalan:
Dalam kasus demikian maka pada laporan keuangan akhir tahun 2007, persediaan
yang dalam perjalanan tersebut belum diakui sebelum tiba di gudang si pembeli dan
hal ini tidak akan disajikan dalam laporan keuangan bahwa persediaannya sudah
bertambah meskipun sudah dibeli tanggal 10 Desember 2007. namun hal ini akan
disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Bahwa dilakukan pembelian dimana
biaya angkut yang mananggung adalah si penjualan.

b. Barang titipan (Konsinyasi)


Consignor merupakan pihak yang menitipkan barang yang akan dijual
Consignee merupakan pihak yang menerima titipan dan yang akan menjual.
Catatan:
Sebelum persediaan barang titipan tersebut laku dijual oleh consignee maka barang titipan
tersebut masih tetap akan diakui oleh consignor sebagai persediaannya yang berada di
gudang consignee dalam laporan keuangannya.

c. Persetujuan membeli kembali persediaan yang dijual:

8) Menyerahkan persediaan

15 Desember 2007 :
7) Memberikan
A 1) Menjual/faktor persedian B

4) Memberikan uang tunai

2) Menjaminkan
20 Januari 2008
5. membeli kembali 3) Memberikan uang

6) Menebus
C

62
Keterangan:
PT. A Menjual persediaanya kepada PT. B dengan janji membeli kembali persediaan yang
dijualnya dan saat menjual PT. A tidak langsung memperoleh uang tunai dari penjualan
tersebut. Kemudian persediaan yang diterima PT. B dijaminkan untuk memperoelh dana ke
PT. C. Kemudian PT. C memberikan uang tunai ke pada PT. B. Oleh PT. B setelah menerima
uang tunai atas penjaminan persediaan tersebut maka PT. B membayar utangnya ke PT. A.
Kemudian pada tahun berikutnya PT. A Membeli kembali persediaan yang dijualnya tahun
lalu dan menyerahkan uang tunai ke PT. B. Oleh PT. B setelah uang diterima dari PT. A maka
PT. B menebus kembali persdiaan yang dijaminkan tersebut dan PT. C menyerahkan
persediaan tersebut. Setelah PT. B menerima kembali persediaan tersebut dari PT. C maka PT.
B memberikan persediaan tersebut pada PT. A.

Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari kasus ini adalah:


Bahwa PT. A melakukan penjualan persediaannya pada akhir tahun diakibatkan karena ingin
menghindari pajak kekayaaan.

d. Persetujuan Retur Penjualan:


Yang mau ditujnjukkan disini adalah masalah pengakuan kapan persediaan berkurang
dicatatkan. Ada 2 hal yang harus kita perhatikan:
- Kita langsung mencatatkan persediaan yang kita jual tanpa mempedulikan
adanya retur penjualan atau bisa dilakukan penaksiran berapa besar retur
penjualan yang akan terjadi.
- Kita menunggu pencatatan transaksi penjulan persediaan sampai benar-benar
dinyatakan tidak akan ada lagi retur penjualan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari penbukuan yang kotor karen adanya retur penjualan.

e. Penjualan cicilan/angsuran
Penjualan cicilan merupakan suatu jenis penjualan dimana pemabayaran dilakukan secara
angsuran selama periode tertentu. Sehingga resiko tidak dapat ditagihnya piutang sangat
tinggi.

4. Pencatatan Persediaan:

Ada 2 sistem pencatatan atas persediaan:


a. Sistem periodik/fisik
b. Sistem Perpektual

63
Perbedaan diantara kedua sistem adalah sebagai berikut:

Sistem Periodik Sistem Perpektual


Saat Pembelian: Saat Pembelian:
Perkiraan pembelian langsung dicatat pada Perkiraan pembelian akan langsung dicatat
akun pembelian pada akun persediaan
Pembelian xxx Persediaan xxx
Kas xxx Kas xxx

Saat Penjualan: Saat Penjualan:


Perkiraan penjualan langsung dicatat pada Perkiraan penjualan akan langsung dicatat
akun penjualan. pada akun penjualan dan juga diikuti
diketahuinya nilai persediaan/harga pokok
Kas xxx penjualan yang berkurang.
Penjualan xxx Kas xxx
Penjualan xxx
Harga pokok Penjualan xxx
Persediaan xxx
Akhir Periode: Untuk mengetahui berapa Akhir Periode: Untuk mengetahui berapa
Harga Pokok Penjualan: Harga Pokok Penjualan:

Pesediaan akhir xxx Tidak Perlu dilakukan karena setiap


HPP xxx dialkukan penjualan sudah langsung
Retur pembelian xxx diketahui berapa HHP
Pot. Pembelian xxx
Persediaan awal xxx NO ENTRY
Pembelian xxx
Biaya angkut pembelian xxx

Catatan:
Untuk menghitung besarnya persediaan akhir dapat kita hitung dengan memperbandingkan
persediaan yang masuk dengan yang keluar.

Contoh:
Pada awal tahun 2008, diketahui persediaan awal sebanyak 500 unit dengan harga per unit
Rp 1.000,- kemudian pada tanggal 1 Maret 2008, dilakukan pembelian secara kredit (2/10,
n/30) sebanyak 1000 unit dengan harga per unit Rp 1.000,-, dan pada tanggal 3 Maret 2008
dilakukan pengembalian barang yang dibeli sebanyak 200 unit. Kemudian tanggal 17 Mei
2008 dilakukan penjual secara tunai sebanyak 800 unit dengan harga per unit Rp. 2.500,-
Diminta:
d. buatlah jurnal untuk setiap transaksi diatas
e. Buatlah jurnal akhir periode

64
Penyelesaian:
Sistem periodik Sistem Perpektual

Tanggal 1 Maret 2008 dilakukan pembelian 500 unit @ 1.000


Pembelian 1.000.000 Persediaan 1.000.000
Utang dagang 1.000.000 Utang dagang 1.000.000

Tanggal 3 Maret 2008 dikembalikan 200 unit


Utang dagang 200.000 Utang dagang 200.000
Retur pembelian 200.000 Persediaan 200.000

Pada tanggal 17 Mei 2008 dilakukan penjualan 800 unit @ 2.500


Kas 2.000.000 Kas 2.000.000
Penjualan 2.000.000 Penjualan 2.000.000
HP Penjualan 800.000

Persediaan 800.000

Jurnal akhir periodik:


Persediaan akhir 500.000
Retur pembelian 200.000 NO ENTRY
HP Penjualan 800.000
Persediaan awal 500.000
Pembelian 1.000.000

Dari kasus diatas dapat kita lihat atau kita buktikan dengan mencari Laba kotor yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut:
PT. X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200x
Penjualan 2.000.000
HPP:
Persediaan awal 500.000
Pembelian 1.000.000
Retur pembelian (200.000)
Barang tersedia untuk dijual 1.300.000
Persediaan akhir (500.000)
Harga pokok Penjualan (800.000)
Laba kotor 1.200.000

65
4. Pengaruh kesalahan dalam pencatatan nilai persediaan:

Dari kasus diatas seandainya persediaan akhirnya Salah dicatat menjadi 300.000 atau menjadi
800.000, maka bagaimana efek kesalahan terhadap laba atau rugi perusahaan tersebut.

Jika andaikan persediaan akhir dicatat sebesar 300.000


PT. X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200x
Penjualan 2.000.000
HPP:
Persediaan awal 300.000
Pembelian 1.000.000
Retur pembelian (200.000)
Barang tersedia untuk dijual 1.100.000
Persediaan akhir (500.000)
Harga pokok Penjualan (600.000)
Laba kotor akan menjadi terlalu besar 1.400.000

Jika andaikan persediaan akhir dicatat sebesar 800.000

PT. X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200x
Penjualan 2.000.000
HPP:
Persediaan awal 800.000
Pembelian 1.000.000
Retur pembelian (200.000)
Barang tersedia untuk dijual 1.600.000
Persediaan akhir (500.000)
Harga pokok Penjualan (900.000)
Laba kotor akan menjadi terlalu kecil 1.100.000
4. Penilaian atas persediaan:
Ada 4 metode penilaian persediaan:
1. Metode FIFO (dengan perhitungan fisik dan perpektual)
2. Metode LIFO (dengan perhitungan fisik dan perpektual)
3. Metode Identitas Khusus (dengan perhitungan fisik)
4. Metode Rata-rata (Average)
- Rata-rata sederhana (dengan perhitungan fisik)
- Rata-rata tertimbang (dengan perhitungan fisik)
- Rata-rata bergerak (dengan perhitungan perpektual)

66
Contoh:
PT. Parsaoran Jaya pada bulan Oktober 2008 ingin menilai persediaan akhir perusahaannnya dengan data
sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Unit Harga/unit
1 Oktober 2008 Persediaan awal 500 800
3 Oktober 2008 Pembelian 500 850
7 Oktober 2008 Dijual 600 1500
12 Oktober 2008 Dibeli 600 1000
20 Oktober 2008 Dijual 800 2000
25 Oktober 2008 Dibeli 400 1100
30 Oktober 2008 Dijual 200 2500

Diminta:
Hitung berapa besar nilai persediaan akhir jika menggunakan metode FIFO, LIFO, Rata-rata tertimbang,
bergerak.

Penyelesaiannya:
Metode FIFO Perpektual
Tgl Pembelian Penjualan Saldo
Unit @ Jumlah Unit @ Jumlah Unit @ Jumlah
1/10 500 800 400.000
3/10 500 850 425.000 - - - 500 850 425.000
1.000 825.000
7/10 500 800 400.000
100 850 85.000 400 850 340.000
12/10 600 1.000 600.000 600 1000 600.000
1000 940.000
20/10 400 850 340.000
400 1.000 400.000 200 1.000 200.000
25/10 400 1.100 440.000 400 1.100 440.000
600 640.000
30/10 200 1.000 200.000 400 1.100 440.000

Kalau menggunakan metode FIFO Periodik:


Total Persediaan yang masuk 2000 unit
Total Persediaan yang keluar 1600 unit
Sisa 400 unit
Sehingga nilai persediaan akhir = 400 unit x Rp. 1.100 = Rp. 440.000

Kalau untuk mencari harga pokok penjualan:


Persediaan awal 400.000
Pembelian 1.465.000
Barang tersedia untuk dijual 1.865.000
Persediaan akhir (440.000)
Harga pokok Penjualan 1.425.000

67
Metode LIFO Perpetual

Tgl Pembelian Penjualan Saldo


Unit @ Jumlah Unit @ Jumlah Unit @ Jumlah
1/10 500 800 400.000
3/10 500 850 425.000 - - - 500 850 425.000
1.000 825.000
7/10 500 850 425.000
100 800 80.000 400 800 320.000
12/10 600 1.000 600.000 600 1.000 600.000
1.000 920.000
20/10 600 1.000 600.000
200 800 160.000 200 800 160.000
25/10 400 1.100 440.000 400 1.100 440.000
600 600.000
30/10 200 1.100 220.000 200 800 160.000
200 1.100 220.000
400 380.000

68
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-6

Penilaian
Tambahan Atas
Persediaan

69
Bab VI. MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN PERSEDIAAN

6.1 MASALAH PENILAIAN TAMBAHAN PERSEDIAAN

Ada 3 metode yang hendak kita bahas dalam melakukan penilaian terhadap persediaan:

1. Metode Harga Terendah antara Harga Pokok dengan Harga Pasar (Lower Of Cost or
Market)
Tujuan dilakukan penilaian berdasarkan LOCOM untuk memperoleh pengukuran
terhadap manfaat sisa dari barang-barang/persediaan tersebut.

Komponen LOCOM terdiri atas:


a. Harga Pokok
Bersumber dari perhitungan historisnya yaitu berdasarkan metode FIFO, LIFO,
Average, dll
b. Harga Pasar
Ditetapkan berdasarkan biaya pengganti (Replacement Cost)
c. Biaya Pengganti (Replacement Cost)
Penggunaan biaya pengganti memungkinkan persediaan yang sama untuk
mempertahankan tingkat laba kotornya, ada kalanya penurunan biaya pengganti suatu
barang tidak menunjukkan penurunan manfaatnya.

Ada 2 Jenis Biaya Pengganti:


1. Net Realizable Value (NRV) = Upper = Batas Atas
NRV = Harga Jual – Biaya-biaya penjualan
Contoh:
NRV = 10.000 – (3.000 + 1.000)
= 6.000
2. Floor = Batas bawah
Floor = NRV – Margin laba kotor
Contoh:
Floor = 6.000 – (10 % x 10.000)
Floor = 5.000

Contoh:
PT. Stake memiliki data persediaan dengan berbagai jenis produk yang dimilikinya, data
persediaan disajikan sebagai berikut:
Produk Biaya Pengganti Batas atas Batas Bawah Harga Pokok Harga Pasar
Minuman Botol:
A 44.000 60.000 52.000 40.000 52.000
B 45.000 50.000 35.000 50.000 45.000
C 22.500 20.000 15.000 25.000 20.000
Minuman Kaleng:
D 18.000 36.000 24.000 45.000 24.000
E 50.000 45.000 40.000 48.000 45.000
Diminta:
Hitunglah berapa besar nilai persediaan akhir dengan menggunakan metode LOCOM untuk
per jenis, kelompok dan total keseluruhan.

70
Penyelesaian:

Kinds R. C NRV Floor M. V P. C Per Individu Per Team All


Minuman Botol:
A 44.000 60.000 52.000 52.000 40.000 40.000
B 45.000 50.000 35.000 45.000 50.000 45.000
C 22.500 20.000 15.000 20.000 25.000 20.000
Total per team 117.000 115.000 115.000
Minuman kaleng:
D 18.000 36.000 24.000 24.000 45.000 24.000
E 50.000 45.000 40.000 45.000 48.000 45.000
Total per team 69.000 93.000 69.000
All 186.000 208.000 186.000

6.2 METODE PENCATATAN PERSEDIAAN DENGAN HARGA PASAR


BUKANHARGA POKOK

Ada 2 metode pencatatan:


1. Metode Langsung:
Persediaan dicatat langsung pada harga pasar
2. Metode Tidak Langsung:
Persediaan dicatat pada harga pokok

Kedua metode dapat dilakukan dengan sistem periodik dan perpektual:


Contoh:
Keterangan Harga Pokok Harga Pasar
Persediaan awal 50.000 50.000
Persediaan Akhir 75.000 60.000

Jika Perusahaan menggunakan sistem Periodik:


Metode Langsung Metode Tidak Langsung
a. untuk menutup Persediaan awal:
HP Penjualan 50.000 HP Penjualan 50.000
Persediaan 50.000 Persediaan 50.000

b. Untuk mencatat persediaan akhir:


Persediaan 60.000 Persediaan 75.000
HP Penjualan 60.000 HP Penjualan 75.000

c. Mencatat penurunan nilai persediaan:


No Entry Rugi Penurunan nilai persediaan 15.000
Cad. Kerugian Nilai Persediaan 15.000

Kalau berdasarkan sistem perpektual:


HP Penjualan 15.000 Rugi Penurunan nilai persediaan 15.000
Persediaan 15.000 Cad. Kerugian Nilai Persediaan 15.000

71
Pembuktian dalam laporan laba rugi dari penilaian diatas:

Jika Metode langsung:


PT. X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200x
Penjualan 200.000
HPP:
Persediaan awal 50.000
Pembelian 125.000
Barang tersedia untuk dijual 175.000
Persediaan akhir (60.000)
Harga pokok Penjualan (115.000)
Laba kotor 85.000

Jika metode tidak langsung:


PT. X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200x
Penjualan 200.000
HPP:
Persediaan awal 50.000
Pembelian 125.000
Barang tersedia untuk dijual 175.000
Persediaan akhir (75.000)
Harga pokok Penjualan (100.000)
Laba kotor 100.000
Kerugian penurunan nilai persediaan (15.000)
Laba kotor 85.000

Kesimpulan:
Penyajian laporan laba rugi yang berdasarkan metode tidak langsung lebih disukai
orang/perusahaan karena di dalam laporan laba rugi tersebut menunjukkan adanya
perkiraan kerugian akibat penurunan nilai persediaan.

72
6.3 METODE LABA KOTOR (GROSS PROFIT MARGIN)

Metode ini sering digunakan oleh auditor bila diperlukan taksiran nilai persediaan.
Dan metode ini juga sering digunakan apabila persediaan atau catatan/dokumen persediaan
terbakar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode laba kotor:


1. Persediaan awal + pembelian adalah keseluruhan persediaan yang akan dicatat
atau dipertanggungjawabkan
2. Barang atau persediaan yang masih ada di dalam gudang atau yang belum laku
terjual.
3. Barang yang tersedia untuk dijual – harga pokok penjualan = Persediaan akhir.

Contoh:
PT. Sinar Jaya memiliki persediaan awal senilai Rp. 60.000, pembelian yang dilakukan senilai
Rp. 200.000, penjualan sebesar Rp. 280.000 dan margin laba kotor sebesar 30 %
Diminta:
Hitung berapa besar laba kotor dan persediaan akhir yang dimiliki oleh PT. Sinar Jaya.
Penyelesaian:
Persediaan awal 60.000
Pembelian 200.000
Barang tersedia untuk dijual 260.000
Penjualan 280.000
Margin laba kotor (30 % x 280.000) (84.000)
Harga pokok Penjualan (196.000)
Persediaan akhir 64.000

Atau kalau dalam bentuk format laporan laba rugi:

PT. X
Laporan laba rugi
Untuk tahun yang berakhir 200x
Penjualan 280.000
HPP:
Persediaan awal 60.000
Pembelian 200.000
Barang tersedia untuk dijual 260.000
Persediaan akhir (64.000)
Harga pokok Penjualan (196.000)
Laba kotor (30% x 280.000) 84.000

Perhitungan Persentase Margin Laba Kotor:


Contoh:
Misalnya suatu persediaan diketahui harga jual Rp. 20.000, biaya Rp. 15.000, margin laba
kotor Rp. 5.000

73
Diminta:
Hitung berapa besar persentase laba atas harga jual dan atas harga pokok (biaya)

Penyelesaian:
Persentase laba kotor atas harga jual:
mark − up
Persebtase Harga Jual =
h arg a jual
5.000
=
20.000
= 25 %

Persentase Harga pokok atau biaya:


mark − up
Persebtase Harga pokok =
h arg a pokok
5.000
=
15.000
= 33,5 %

Contoh: -2
Untuk mengetahui persentasenya terdapat harga jual Rp. 50.000 dan dianggap laba kotor atas
harga jual 30 %
Diminta:
Hitung berapa besar laba kotor dan harga pokok penjualan

Penyelesaian:
Laba kotor = Harga jual – harga pokok penjualan
30 % x 50.000 = 50.000 – HPP
HPP = 50.000 – 15.000
= 35.000

Persentase Harga pokok atas laba:


Persentase Harga pokok = 15.000 : 35.000
= 42,8 %

74
6.4 METODE HARGA ECERAN (RETAIL INVENTORY METHOD)

Metode ini digunakan apabila perusahaan menjual barang secara eceran dimana
penilaian persediaan dapat dinilai dengan metode identitas khusus.
Kasus: -1
Penilaian persediaan akhir tanpa adanya mark-up dan mark-down

Keterangan Harga pokok Harga Eceran


Persediaan awal 100.000 150.000
Pembelian 900.000 1.350.000
Penjualan 1.200.000
Diminta:
Hitung berapa besar persediaan akhir barang eceran tersebut dan hitung berapa persentase
harga pokok pada harga eceran dan hitung berapa besar persediaan akhir berdasarkan harga
pokok

Penyelesaian:
Keterangan Harga pokok Harga Eceran
Persediaan awal 100.000 150.000
Pembelian 900.000 1.350.000
Barang tersedia untuk dijual 1.000.000 1.500.000
Penjualan 1.200.000
Persediaan akhir barang eceran 300.000

Persentase harga pokok terhadap harga eceran:


Barang tersedia untuk dijual (h arg a pokok )
Rasio = x 100%
Barang tersedia untuk dijual (h arg a eceran)
1.000.000
Rasio = x 100%
1.500.000
Rasio = 66,7 %
Nilai persediaan berdasarkan harga pokok = 66,7% x 300.000
= 200.000

Kasus: -2
Penilaian persediaan akhir dengan adanya mark-up dan mark-down
Komponen yang terkandung didalamnya adalah sebagai berikut:
a. Mark-up adalah Menaikkan harga jual diatas harga jual mula-mula
b. Pembatalan mark-up (Mark-up Cancellations)
Penurunan harga jual yang sudah dimark-up tapi penurunan tersebut masih berada diatas harga jual
mula-mula
c. Mark-dow adalah menurunkan harga jual dibawah harga jual mula-mula
d. Pembatalan mark-down (Mark-down Cancellations)
Menaikkan harga jual yang sudah diturunkan tetapi masih berada dibawah harga jual mula-mula.

Keterangan Harga pokok Harga Eceran


Persediaan awal 100.000 150.000
Pembelian 900.000 1.350.000
Mark-up 100.000
Mark-up Cancellations 40.000
Mark-down 30.000
Mark-down Cancellations 20.000
Penjualan 1.200.000

75
Diminta:
a. Hitung berapa besar persediaan akhir barang eceran
b. Hitung persentase harga pokok atas harga eceran setelah mark-up sebelum mark-down serta tentukan
berapa nilai persediaan akhir berdasarkan harga pokoknya.
c. Hitung persentase harga pokok pada harga eceran setelah mark-up dan mark-down serta tentukan
berapa nilai persediaan akhir berdasarkan harga pokoknya.

Penyelesaiannya:
Keterangan Harga pokok Harga Eceran
Persediaan awal 100.000 150.000
Pembelian 900.000 1.350.000
Barang tersedia untuk dijual 1.000.000 1.500.000
Mark-up 100.000
Mark-up cancellations (40.000)
Total mark-up 60.000
Barang tersedian untuk dijual setelah mar-up 1.560.000
Mark-down 30.000
Mark-down cancellations (20.000)
Total mark-down (10.000)
Barang tersedia untuk dijual setalah mark-down 1.550.000

Penjualan 1.200.000
Persediaan akhir barang eceran 350.000

b. Persentase harga pokok terhadap harga eceran setelah mark-up:


Barang tersedia untuk dijual (h arg a pokok )
Rasio = x 100%
Barang tersedia untuk dijual (h arg a eceran)
1.000.000
Rasio = x 100%
1.560.000
Rasio = 64,1 %
Nilai persediaan berdasarkan harga pokok = 64,1% x 350.000
= 224.359

c. Persentase harga pokok terhadap harga eceran setelah mark-up dan mark-down:
Barang tersedia untuk dijual (h arg a pokok )
Rasio = x 100%
Barang tersedia untuk dijual (h arg a eceran)
1.000.000
Rasio = x 100%
1.550.000
Rasio = 64,5 %
Nilai persediaan berdasarkan harga pokok = 64,5% x 350.000
= 225.806

Latihan:
1. Pada tanggal 20 Januari 2008, gudang PT. Mayadi mengalami kebakaran yang
memusnakan sebahagian persediaan barang dagangannya yang terdapat pada gudang
yang terbakar tersebut. Berdasarkan catatan bagian pembukuan dikumpulkan informasi
yang berhubungan dengan persediaan tersebut dengan data sebagai berikut:
Pembelian 16.000.000
Penjualan 20.000.000
Persediaan awal 8.000.000
Kemudian berdasarkan pengalaman tahun lalu bahwa laba kotor yang diperoleh
perusahaan tersebut biasanya 10 % atas penjualan. Kemudian persediaan yang berada

76
digudang masih ada yang dapat diselamatkan dengan nilai 2.000.000 dan diantara
persediaan yang terbakar masih ada yang dapat dijual dengan nilai 1.000.000
Diminta:
Hitung berapa besar total persediaan yang terbakar pada PT. Mayadi.

2. Hitung berapa besar laba kotor dan berapa besar harga pokok, jika diketahui laba kotor 40
% dari harga jual dan jika harga jual diketahui 14.000

3. PT. Sedap tenan memiliki data persediaan dengan berbagai jenis produk yang dimilikinya
sebagai berikut:
Produk Biaya Batas atas Batas Harga
pengganti/Pasar bawah pokok
Minuman kaleng:
Sprite 40.000 50.000 45.000 40.000
Susu cair 110.000 105.000 100.000 112.000
Minuman botol:
Kamput 120.000 135.000 125.000 130.000
Topi 80.000 90.000 85.000 80.000
miring
Diminta:
a. Hitung nilai persediaan untuk setiap jenis persediaan
b. Hitung nilai persediaan untuk setiap kelompok persediaan
c. Hitung nilai persediaan untuk total keseluruhan

77
Akuntansi keuangan menengah

BAB–7

Investasi Jangka Pendek

(Current Investmen

78
BAB VII. INVESTASI (Investment)

7.1 INVESTASI (Investment)

Gambaran umum:

PT.X
Neraca
Per 31 Desember 20xx
Aktiva: Pasiva:
Aktiva Lancar xxx Hutang lancar
xxx
Investasi xxx Hutang J. Panjang xxx
Aktiva Tetap xxx
Aktiva tak berwujud Modal/Ekuitas
xxx xxx
Total aktiva xxx Total pasiva xxx

Investasi dalam bentuk Tanah:

Tanah dibeli dan dikapling-kapling = Persediaan


Tanah dibeli dan dibuat perumahan = INVESTASI
Tanah dibeli untuk digunakan permanen = Aktiva Tetap

1. Defenisi:
Investasi merupakan pemanfaatan yang menganggur (Idle Cash) akibat kelebihan
dana yang dibelanjakan (barang,sertifikat, aktiva lainnya) untuk memperoleh dana
tertentu.

Contoh:
Dana yang tersedia 1.000.000.000,-
Dana yang digunakan untuk operasi 800.000.000,-
Dana yang menganggur 200.000.000,-

Dibelanjakan Barang Tujuan


Dana Sertifikat Profit/laba
Aktiva lainnya

Catatan:
Laba ditahan juga tidak lepas kemungkinan untuk diinvestasikan.

79
2. Klasifikasi
1. Investasi Sementara (Temporary Investments)
2. Investasi Jangka Panjang (Long Term Investments)

• Dasar Utama Pengklasifikasian terletak pada dasar waktu/periode

1. Investasi Sementara (Temporary Investments)

Bentuk-bentuk investasi sementara:


a. Investasi sementara dalam bentuk saham (Marketable equity securities)
b. Investasi sementara dalam bentuk obligasi (Marketable debt securities)

Sifat Investasi Sementara:


1. Mempunyai pasaran yang luas/setiap saat dapat dijual
2. Periodenya tidak lebih dari satu tahun
3. Dimaksudkan untuk dikonversikan menjadi kas

7.2 INVESTASI SEMENTARA DALAM BENTUK SAHAM(Marketable equity


securities)

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Harga Perolehan = (Harga beli + biaya lain-lain)
* biaya lain-lain = Biaya komisi dan biaya pajak
Contoh:
5000 lembar saham dibeli dengan harga @Rp. 200,- 1.000.000
Komisi Pialang 100.000
Harga Perolehan Investasi sementara atas saham 1.100.000

Jurnal:
Investasi sementara saham 1.100.000
Kas 1.100.000

2. Penilaian:
Pada akhir tahun (Neraca) berdasarkan fortfolio/total keseluruhan.

Contoh:
Akhir tahun 2006
Perusahaan Harga Perolehan Harga Pasar Selisih
A 1000 1500 500
B 1500 1000 (500)
C 1700 1000 (700)
Total 4200 3500 (700)

Catatan:
Pada akhir tahun dilakukan penilaian investasi tersebut berdasarkan LOCOM (Lower Of
Cost Or Market)

80
Maka:
- Kerugian akan diakui
- Keuntungan akan diabaikan
Sehingga yangakan dilaporkan di Neraca pada akhir tahun yaitu Investasinya senilai Rp.
3.500,-
Dari selisih (700) sebagai kerugian tersebut diatas akan diakui dan jurnal pengakuan
kerugian tersebut adaalh sebagai berikut:

Rugi yang belum direalisasikan atas nilai surat berharga saham 700
Penyisihan kelebihan H. Pokok diatas H. Pasar surat berharga saham 700

Istilah asing:
Unrealiased loss on valuation of marketable equity securities 700
Allowence for excess of cost of marketable equity securities net value 700

Seandainya pada akhir tahun 2007 Investasi tetap (Tidak ada dibeli/dijual) maka:

Berdasarkan fortofolio:
Harga Perolehan 4200
Harga Pasar 5000
Laba 800

Maka:
Laba yang diperoleh 800 pada akhir tahun 2007 tidak akan diakui melainkan laba tersebut
akan digunakan untuk menutupi kerugian pada tahun 2006 sebesar 700.
Maka jurnalnya:
Penyisihan penurunan nilai suart berharga saham 700
Rugi yang belum direalisasi atas nilai surat berharga saham 700

Contoh:
PT. X pada tahun 2006, membeli surat berharga saham sebagai berikut:
1 Maret, dari PT. A dibeli 1000 lembar @Rp. 1.000,- biaya komisi Rp. 200.000,-
1 April, dari PT. B dibeli 1500 lembar @Rp. 2.000,-, biaya komisi Rp. 400.000,-
1 Mei, dari PT. C dibeli 1000 lembar @Rp. 3.000,- biaya komisi Rp. 400.000,-
Kemudian pada akhir tahun 2006, dilakukan penilaian terhadap ketiga investasi tersebut:
PT. A diketahui harga pasarnya Rp. 1.500.000,-
PT. B diketahui harga pasarnya Rp. 3.200.000,-
PT. C diketahui harga pasarnya Rp. 3.100.000,-
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal harga perolehan investasi sementara saham tersebut
untuk masing-masing
b. Hitung dan buat jurnal penilaian akhir tahun 2006 yang diperlukan.

81
Penyelesaian:
Tgl PT Lbr saham @ Pembelian Komisi T. Harga
Perolehan
1 A 1000 1000 1.000.000 200.000 1.200.000
Maret
1 April B 1500 2000 3.000.000 400.000 3.400.000
1 Mei C 1000 3000 3.000.000 400.000 3.400.000
7.000.000 1.000.000 8.000.000
a. Jurnal perolehan Investasi:
Perolehan untuk PT. A
Investasi sementara surat berharga saham 1.200.000
Kas 1.200.000
Perolehan untuk PT. B
Investasi sementara surat berharga saham 3.400.000
Kas 3.400.000
Perolehan untuk PT. C
Investasi sementara surat berharga saham 3.400.000
Kas 3.400.000

Atau dengan cara Fortofolio


Investasi sementara surat berharga saham 8.000.000
Kas 8.000.000

b. Penilaian akhir tahun 2006:


Tanggal PT H. Perolehan H. Pasar Selisih
1 Maret A 1.200.000 1.500.000 300.000
1 April B 3.400.000 3.200.000 (200.000)
1 Mei C 3.400.000 3.100.000 (300.000)
Total 8.000.000 7.800.000 (200.000)
Jurnal:
Kerugian atas penurunan nilai surat berharga saham 200.000
Penyisihan penurunan nilai surat berharga saham 200.000

Berdasarkan soal diatas:


Selama tahun 2007 dilakukan pembelian dan penjualan investasi sebagai berikut:
Pada tanggal 5 Januari 2007 dilakukan penjualan investasi atas saham PT. A, sebesar Rp.
1.100.000,- dengan biaya komisi Rp. 100.000,- kemudian tanggal 12 Maret 2007, dilakukan
pembelian investasi atas saham dari PT. D sebanyak 2000 lembar @ Rp. 2.000,- dengan
biaya komisi Rp. 500.000,- serta Harga pasar akhir tahun 2007 sebagai berikut:
PT. B 4.000.000,-
PT.C 3.000.000,-
PT. D 4.800.000,-

Diminta:
a. Jurnal Penjualan
b. Jurnal Pembelian
c. Jurnal penilaian akhir tahun atas investasi

82
Penyelesaian:

a. Harga Jual Investasi 1.100.000,-


Biaya Komisi Penjualan (100.000,-)
Total Kas yang diterima 1.000.000,-
Harga Perolehan Investasi atas saham di PT.A 1.200.000,-
Kerugian penjualan Investasi atas saham 200.000,-

Jurnal penjualan:
Kas 1.000.000
Kerugian penjualan investasi atas saham 200.000
Investasi sementara atas saham PT A 1.200.000

b. Pembelian Investasi atas saham PT. D


Harga Beli 4.000.000,-
Biaya komisi pembelian 500.000
Total harga beli 4.500.000,-

Jurnal Pembelian:
Investasi sementara atas saham PT. D 4.500.000
Kas 4.500.000
c. Penilaian akhir tahun 2007:
Waktu Perusahaan H. Perolehan H. Pasar Selisih
1 April 2006 PT. B 3.400.000 4.000.000 600.000
1 Mei 2006 PT. C 3.400.000 3.000.000 (400.000)
23 Maret 2007 PT. D 4.500.000 4.800.000 300.000
11.300.000 11.800.000 500.000
Keuntungan atas penilaian akhir tahun 2007 500.000

Catatan:
Karena selisih Positif(Untung) Maka kerugian yang telah dicacat sebelumnya harus
ditutup dari keuntungan yang diperoleh pada tahun 2007.

Jurnal:
Penyisihan penurunan nilai surat berharga saham 200.000
Kerugian penurunan nilai surat berharga saham 200.000

• Seandainya secara Fortofolio


2006 Harga Perolehan 8.000.000
Harga Pasar 7.500.000
Selisih 500.000 Rugi

2007 Harga Perolehan 8.000.000


Harga Pasar 8.300.000
Selisih 300.000 Untung
Catatan:

83
Maka selisih Rp. 300.000,- tersebut akan diakui sebagai menutupi kerugian pada tahun
2006

2008 Harga perolehan 8.000.000


Harga pasar 8.400.000
Selisih 400.000 Untung

Maka Rp. 200.000,- dari keuntungan tersebut akan diakui sebagai penutup kerugian pada
tahun 2006 tersebut.

7.3INVESTASI SEMENTARA DALAM BENTUK OBLIGASI(Marketable Debt


Securities)

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Harga perolehan:
Berapa besar total dana yang dikorbankan untuk memperolehan sinvestasi dalam
bentuk obligasi tersebut.

2. Penilaian:
Umumnya Harga Obligasi relatif stabil maka jurnal yang dibutuhkan akhir tahun
adalah berhubungan dengan bunga.

3. Jika terjadi penjualan maka untung Atau rugi akan diakui.

Contoh: 1
Tanggal 1 Mei 2006, PT. X membeli 1000 lembar obligasi dengan nilai nominal Rp. 2000,-
/lbr bunga 12 % per tahun. Harga beli obligasi dengan nilai 92, kemudian bunga dibayar
setiap 1 Januari dan 1 Juli. Biaya komisi pembelian obligasi Rp. 60.000,- kemudian tanggal
1 Nopember 2006, Obligasi tersebut dijual dengan harga 95 dan biaya komisi penjualan
dan pajak Rp. 50.000,-
Diminta:
1. Jurnal pembelian
2. Penerimaan bunga 1 Juli
3. Jurnal Penjualan

Penyelesaian:
Nilai nominal obligasi 2.000.000
Harga beli investasi atas obligasi 1.840.000
Bunga 12 % per tahun dibayar 1 Januari dan 1 Juli
Biaya komisi pembelian 60.000
Harga jual 1 Nopember (95 x 2.000.000) 1.900.000
Biaya komisi penjualan Investasi atas obligasi 50.000

84
a. Jurnal pembelian:
Harga beli Investasi atas obligasi 1.840.000
Biaya komisi 60.000
Total harga perolehan 1.900.000

Harga Perolehan 1.900.000


Bunga berjalan dibayarkan (1/1 – 1/5) = 4 bulan
4 x 12 %/12 x Rp. 2.000.000,- = 80.000
Total kas yang dikeluarkan 1.980.000

Jurnal Pembelian:
Investasi sementara atas surat berharga obligasi 1.900.000
Pendapatan bunga/ Piutang bunga 80.000
Kas 1.980.000

b. Penerimaan pendapatan bunga 1 Juli 2006 sebanyak 6 bulan


(1/1 – 1/7) = 6 bulan
6 bulan x 12 %/12 x Rp. 2.000.000 Rp. 120.000

Kas 120.000
Pendapatan bunga 120.000

c. Penjualan Investasi atas obligasi tanggal 1 Nopember 2006


Harga Jual (95 x Rp. 2.000.000) 1.900.000
Komisi Penjualan 50.000
Nilai jual bersih 1.850.000
Pendapatan bunga berjalan (1/7 – 1/11)
(4 bulan x 12 %/12 x Rp. 2.000.000,-) 80.000
Total kas yang diterima 1.930.000

Harga Perolehan 1.900.000


Nilai jual bersih 1.850.000
Kerugian penjualan Investasi atas obligasi 50.000

Jurnal penjualan:
Kas 1.930.000
Kerugian penjualan 50.000
Investasi sementara atas obligasi 1.900.000
Pendapatan bunga 80.000

85
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-8

InvestasiJangkaPanjang
(LongTermInvestment)

86
BAB VIII.INVESTASI JANGKA PANJANG(LONG TERM
INVESTMENT)

8.1. INVESTASI JANGKA PANJANG (LONG TERM INVESTMENT)

1. Gambaran Umum:
Investasi Jangka Panjang umumnya dapat kita lihat dari segi waktunya yang lebih
dari 12 bulan atau satu periode akuntansi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Pembelian
Harga Perolehan adalah Total biaya yang dikorbankan (Harga beli dan biaya lain)
Catatan:
Harga Perolehan tidak sama dengan Jumlah kas yang dikeluarkan karena selain harga
perolehan juga akan dibayarkan bunga berjalan.
Bunga berjalan

2 bulan
1/1 1/3 1/7

Dilakukan pembelian

2. Penilaian:
- Nilai Buku
- Amortisasi
- Bunga / Pendapatan bunga

Catatan:
Amortisasi Diskonto akan mengakibatkan bertambahnya Nilai Investasi Jangka Panjang
Amortisasi Premium akan mengakibatkan berkurangnya nilai Investasi Jangka Panjang

3. Disposisi / Penjualan kembali

2. Klasifikasi
a. Investasi jangka Panjang dalam bentuk Obligasi (Bonds on Investment)
b. Investasi Jangka panjang dalam bentuk Saham (Stock on Investment)

a. Investasi jangka Panjang dalam bentuk Obligasi (Bonds on Investment)


Investasi suatu perusahaan dalam bentuk surat obligasi yang jangka waktunya
lebih dari 12 bulan.

Kondisi dalam perolehan Investasi Jangka Panjang bentuk Obligasi:

87
1. Jika nilai nominal = Harga Perolehan Maka tidak ada diskonto atau
premium
2. Jika nilai nominal > Harga Perolehan maka selisihnya Diskonto
3. Jika nilai nominal < Harga Perolehan maka selisihnya Premium

Jika terdapat Diskonto atau Premium maka akan dilakukan Pengamortisasian.

Contoh: 1
PT. Sunggul membeli obligasi pada tanggal 1 Juni 2006 dengan nilai nominal Rp.
1.000.000,- dan bunga 12 % per tahun. Pembayaran bunga dilakukan setiap 1 April dan 1
Oktober dengan nilai beli 95
Diminta:
Buatlah jurnal Perolehan investasi atas obligasi tersebut.

Penyelesaian:
Ada 2 alternatif untuk mencatat transaksi diatas:
1. Tidak perlu mencatat diskonto atau Premium (Umum digunakan)
2. Dengan mencatat Diskonto atau Premium

Dengan alternatif I
Nilai beli = 95 % x Rp. 1.000.000,-
= Rp. 950.000,-

2 bulan

¼ 1/6 1/10
Maka bunga berjalan = 2/12 x 12 % x Rp. 1.000.000,-
= Rp. 20.000,-

Total kas yang dibayar = Harga Perolehan + Bunga berjalan


= Rp. 950.000,- + Rp. 20.000,-
= Rp. 970.000,-

Jurnal:
Investasi dalam bentuk Obligasi 950.000
Pendapatan bunga/Piutang bunga 20.000
Kas 970.000

Alternatif II
Nilai nominal 1.000.000,-
Harga beli 95 % x Rp. 1.000.000,- 950.000,-
Diskonto atas Investasi Obligasi 50.000,-
Maka bunga berjalan = 2/12 x 12 % x Rp. 1.000.000,-
= Rp. 20.000,-
Jurnal:
Investasi dalam bentuk Obligasi 1.000.000

88
Pendapatan bunga/piutang bunga 20.000
Diskonto atas Investasi Obligasi 50.000
Kas 970.000

Catatan:
Nilai diskonto diatas setiap jatuh tempo tanggal bunga akan diamortisasi.

Contoh : 2
Tanggal 1 Maret 2006 dibeli obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,- dengan bunga
12 % per tahun yang akan jatuh tempo bunga setiap 1 Pebruari dan 1 Agustus. Dibeli
dengan harga Rp. 105.000.000,- dan obligasi tersebut akan jatuh tempo tanggal 1 Pebruari
2016
Diminta:
Buatlah jurnal tanggal 1 Maret 2006 dan 1 Agustus 2006 dan 1 Pebruari 2007

½ 06 1/3 06 1/8 06 ½ 07

Bunga berjalan = 1 bulan x 12 % / 12 x Rp. 100.000.000,-


= Rp. 1.000.000,-

Jurnal 1 Maret
Investasi atas Obligasi 105.000.000
Pendapatan bunga 1.000.000
Kas 106.000.000

Atau:
Investasi atas obligasi 100.000.000
Premium atas investasi oblogasi 5.000.000
Pendapatan bunga 1.000.000
Kas 106.000.000

Jurnal 1 Agustus
Pendapatan bunga 6 x 12 %/12 x Rp. 100.000.000,- = 6.000.000,-
Amortisasi Premium untuk per bulan:
 5.000.000 
=  
119 bulan 
= 42.017 per bulan
Amortisasi untuk 5 bulan = 5 bulan x Rp. 42.017
= 210.085
Jurnal:
Kas 6.000.000
Pendapatan bunga 5.789.915
Investasi J. Panjang atas obligasi 210.085

89
Jurnal tanggal 1 Pebruari 2007
Amortisasi 6 bulan: 6 bulan x Rp. 42.017 = 252.102
Jurnal:
Kas 6.000.000
Pendapatan bunga 5.747.898
Investasi J. Panjang atas obligasi 252.102

8.2 DISPOSAL ATAU DIJUAL KEMBALI (Hutang Obligasi)

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


Laba/rugi harus diakui dengan membandingkan Harga Jual dengan Nilai buku.

Catatan: Kalau diantara tanggal bunga maka:


Kas yang diterima ≠ Harga Jual

Melainkan : Kas Yang diterima = Harga Jual + pendapatan bunga berjalan

Contoh: 1 (Pada tanggal jatuh tempo bunga)

Tanggal 1 Maret 2006 dibeli obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,- dengan bunga
12 % per tahun yang akan jatuh tempo bunga setiap 1 Pebruari dan 1 Agustus. Dibeli
dengan harga Rp. 105.000.000,- dan obligasi tersebut akan jatuh tempo tanggal 1 Pebruari
2016. kemudian pada tanggal 1 Agustus 2007 dijual dengan harga Rp. 104.200.000,-
Diminta:
Hitung dan buat jurnal penjualan Investasi tersebut.

6 bln 6 bln 6 bln


1 bln
½’06 1/3’06 1/8’06 ½’07 1/8’07 1/10’07 ½’08

5 bln 6 bln 6 bln

Total nilai amortisasi hingga dijual: (210.085 + 252.102 + 252.102 ) = 714.289

Nilai Buku Obligasi 1/8 07 = 105.000.000 – (210.085 + 252.102 + 252.102)


= 105.000.000 – 714.289
= 104.285.711

Harga Jual = 104.200.000


Nilai buku obligasi = 104.285.711
Kerugian penjualan = 85.711

Catatan:
Tidak ada bunga berjalan karena dijual pada tanggal jatuh tempo bunga

Jurnal:
Kas 104.200.000

90
Kerugian penjualan Investasi 85.711
Investasi Jangka panjang atas obligasi 104.285.711

Penerimaan bunga dan amortisasi:


Kas 6.000.000
Pendapatan bunga 5.747.898
Investasi jangka pangjang atas Obligasi 252.102

Kalau digabung saat penjualan dengan penerimaan bunga:


Kas 110.200.000
Kerugian Penjualan 85.711
Investasi Jangka panjang 104.537.813
Pendapatan bunga 5.747.898

Contoh : 2 (Seandainya Investasi dijual pada diantara tanggal jatuh tempo bunga)

Tanggal 1 Maret 2006 dibeli obligasi dengan nilai nominal Rp. 100.000.000,- dengan bunga
12 % per tahun yang akan jatuh tempo bunga setiap 1 Pebruari dan 1 Agustus. Dibeli
dengan harga Rp. 105.000.000,- dan obligasi tersebut akan jatuh tempo tanggal 1 Pebruari
2016. kemudian pada tanggal 1 Oktober 2007 dijual dengan harga Rp. 104.500.000,-
Diminta:
Hitung dan buat jurnal penjualan Investasi tersebut.

6 bln 6 bln 6 bln 2 bln


1 bln
½’06 1/3’06 1/8’06 ½’07 1/8’07 1/10’07 ½’08

5 bln 6 bln 6 bln 2 bln

Nilai amortisasi pada tanggal 1 oktober 2007:


2 bln x Rp. 42.017 = 84.034

Total nilai amortisasi hingga dijual: (210.085 + 252.102 + 252.102 + 84.034)

Nilai Buku Obligasi 1/10 07 = 105.000.000 – (210.085 + 252.102 + 252.102 + 84.034)


= 105.000.000 – 798.323
= 104.201.677

Harga Jual = 104.500.000


Nilai buku obligasi = 104.201.677
Keuntungan penjualan = 298.323

Total Kas yang akan diterima: Harga Jual + Pendapatan bunga berjalan

Harga Jual 104.500.000


Pendapatan bunga berjalan ( 2 bln x 12 % /12 x Rp. 100.000.000,-) 2.000.000
Maka Total Kas yang diterima atas penjualan Investasi atas obligasi 106.500.000

91
Jurnal Penjualan tanggal 1 Oktober 2007:
Kas 106.500.000
Investasi atas obligasi 104.201.677
Keuntungan penjualan 298.323
Pendapatan bunga berjalan 2.000.000

8.3 INVESTASI JANGKA PANJANG DALAM BENTUK


SAHAM(INVESTMENT IN STOCK)

Hal-hal yang harus diperhatikan: PT.X

≥ 50.000 lbr

PT. A 20.000 – 50.000 lbr PT.Y

}
| ≤ 20.000 lbr PT.Z
]\]’

PT. X perhitungan investasi dengan metode Equity (Hak Mayoritas)


PT. Y perhitungan investasi dengan metode Equity/biaya (Hak mayoritas dan
minoritas)
PT. Z perhitungan investasi dengan metode Cost/Biaya (Hak Minoritas)

Perbedaan antara hak mayoritas dengan minoritas:


Mayoritas
- Kalau PT. A mengalami nkerugian maka Hak Mayoritas akan ikut menanggunh
kerugian tersebut
- Kalau pada saat pengumuman laba maka hak mayoritas akan langsung mengakui
penambahan investasinya diperusahaan tersebut
- Kalau pembagian deviden maka hak mayoritas akan mengalami pengurangan
investasinya pada perusaahaan tersebut

Minoritas:
- Kalau PT. A rugi maka hak minoritas tidak akan menanggung kerugian paling tidak
tidak menerima deviden.
- Kalau saat diumumkan deviden maka tidak akan berpengaruh sehingga tidak
pencatatan dilakukan dalam hal ini.
- Jika dilakukan pembagian deviden maka akan menerima kas atas pendapatan
deviden tersebut.

92
Contoh:
PT. X memiliki 100.000 lembar saham dengan harga Rp. 10.000,- per lembar. Pada tanggal
1 Januari 2006, PT. A membeli 50.000,- saham dan PT. C membeli sebanyak 10.000 lembar
dari PT. X. Kemudian selama tahun 2006. PT.X mengumumkan laba sebesar Rp.
250.000.000,- dan pada tanggal 1 Pebruari 2007 PT. X membagi deviden sebesar Rp.
150.000.000,-. Kemudian pada tahun 2007 PT. X mengumumkan kerugian sebesar Rp.
100.000.000,-
Diminta:
Buatlah jurnal yang diperlukan berdasarkan metode equitas dan metode biaya

1. Saat Pembelian Investasi tanggal 1 Januari 2006:

Hak Mayoritas (Metode Ekuitas) Hak Minoritas (Metode Biaya)

Investasi J.P. atas saham 500 Jt Investasi J.P. atas saham 100 Jt
Kas 500 Jt Kas 100 Jt

Saat Pengumuman:
Investasi J.P. atas saham 125 Jt* NO. ENTRY
Pendapatan dari PT. X 125 Jt
* (50 % x 250 Jt)

Saat Pembayaran deviden:


Kas 75 Jt** Kas 15 Jt
Investasi J.P. atas saham 75 Jt Pendapatan deviden 15 Jt
** (50 % x 150 Jt) ** (10 % x 150 Jt)

Saat kerugian selama tahun 2007:


Kerugian atas Inv. di PT. A 50 Jt*** NO ENTRY
Investasi J.P. atas saham 50 Jt
*** (50 % x 100 Jt)

93
8.4 PENILAIAN INVESTASI JANGKA PANJANG ATAS SAHAM

METODE HARGA TERENDAH ANTARA HARGA POKOK DENGAN HARGA PASAR

Jika ≥ 20 %, Metode Ekuitas tidak tepat digunakan maka investor diharuskan metode
LOCOM
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Hak untuk memperoleh dan melepaskan bagian kepemilikan dalam suatu
perusahaan dengan harga tetap
2. Harga jual dan harga beli dan permintaan untuk surat berharga tersebut
pada saat ini tersedia dipasar surat berharga

Contoh:
PT. Bilton melakukan transaksi investasi jangka panjang dalam surat berharga ekuitasnya
selama tahun 2006 dengan data sebagai berikut:
- Tanggal 15 Januari 2006, membeli 20000 lembar saham biasa PT. A dengan seharga
Rp. 1.446.000,- sudah termaksud komisi pialang.
- Tanggal 22 Juli 2006, membeli 52000 lembar saham biasa PT. B dengan harga
2.340.000,- sudah termasuk komisi pialang.
Pada akhir tahun 2006, PT. Bilton menetapkan harga pasar surat berharga ekuitasnya sbb:
PT.A sebesar Rp. 1.478.000,- dan PT.B sebesar Rp. 1.900.000,-
Diminta:
a. Buatlah Jurnal perolehan Masing-masing Investasi
b. Hitung dan buat jurnal penilaian akhir tahun investasi tersebut.

Penyelesaian:
a. Jurnal perolehan:
Investasi J. Pjng PT. A 1.446.000
Kas 1.446.000

Investasi J. Pjng PT. B 2.340.000


Kas 2.340.000

b. Penilaian:

Keterangan Harga Pokok Harga Pasar Selisih


PT. A 1.446.000 1.478.000 32.000
PT. B 2.340.000 1.900.000 (440.000)
Selisih Penilaian (408.000)

Kerugian penurunan nilai Investasi jangka panjang 408.000


Penyisihan penurunan nilai investasi jangka panjang 408.000

94
8.5 BENTUK PENERIMAAN DEVIDEN

1. Deviden yang diterima dalam bentuk saham


Dalam hal ini tidak perlu diadakan catatan pada saat penambahan saham jika
deviden yang dibagi berupa saham.

Contoh:
Tanggal 1 Januari 2006, PT. X memiliki 1000 lembar saham di PT. A dengan harga beli Rp
9.600.000,-. 2 tahun kemudian akibat laba yang diperoleh perusahaan A maka PT A
menerbitkan bagi para pemegang saham satu lembar saham untuk setiap 2 lembar saham
yang dimiliki. Kemudian jika 600 lembar saham dijual dengan harga Rp 4.300.000,-
Diminta:
a. Hitung berapa banyak lembar saham yang akan dimiliki oleh PT Jika ada kebijakan
dari perusahaan tersebut menerbitkan saham untuk 2 saham yang dimiliki
b. Jika dijual 600 lembar saham oleh PT X maka buatlah jurnal yang dibutuhkan
dengan metode harga pokok.

Penyesuaian:

a. Besarnya lembar saham yang diterima


Untuk kepemilikan 2 lembar saham akan diterbitkan 1 lembar saham
1000 lembar dimiliki akan diterbitkan/penambahan saham PT X sebanyak 500 lembar
Sehingga Total saham yang dimiliki oleh PT X 1500 Lembar

Catatan:
Jika Dalam hal penambahan saham tidak perlu dilakukan pencatatan oleh PT X tetapi
hanya pemberitahuan dari PT A bahwa jumlah investasi PT x sudah bertambah
diakibatkan adanya deviden yang dibagikan dalam bentuk saham.

b. Jika dijual 600 lembar dengan harga jual Rp 4.300.000,-


Harga pokok 1000 lembar 9.600.000
Harga pokok 500 lembar 0
Harga pokok 1500 lembar 9.600.000
 9.600.000 
Maka nilai buku untuk 1500 lembar =  = 6.400,-/ lembar
 1500 

Maka Nilai Buku untuk 600 lembar = Rp 6400 /lembar x 600 lembar
= Rp 3.840.000

Harga Jual 600 lembar 4.300.000


Nilai Buku 600 lembar 3.840.000
Keuntungan dari penjualan 460.000
Jurnal penjualan:
Kas 4.300.000
Investasi dalam saham 3.840.000
Keuntungan dari penjualan 460.000

95
2. Deviden diterima dalam bentuk Tunai (Kas)
Contoh:
PT. Cici memiliki 250 lembar saham biasa PT A. Pada tanggal 15 Desember 2006, PT A
mengumumkan deviden pada akhir periode 2006 sebesar Rp 2000 per lembar saham dan
pembayaran deviden dilakukan pada tanggal 10 Januari 2007.
Diminta:
a. Buatlah jurnal saat diumumkan
b. Buatlah jurnal saat penerimaan deviden

Penyelesaian:
Saat Pengumuman yang normal:
Piutang deviden 500.000
Pendapatan dev 500.000
Saat Penerimaan pembayaran :
Kas 500.000
Piutang deviden 500.000

3. Penerimaan deviden dalam bentuk Likuidasi


Deviden yang diterima diperoleh laba atas saham yang dimiliki.
Atau:
Deviden likuidasi merupakan pembayaran kembali modal yang disetor kepada para
pemegang saham. Sehingga tidak seluruh deviden tersebut merupakan pendapatan
melainkan sebahagian merupakan pengurangan dari investasi saham yang ditanamkan.

Contoh:
PT. Oca memiliki 250 lembar pada PT.A dan dibeli pada pertengahan tahun 2006 dan total
deviden yang akan dibagikan berjumlah Rp 4.000.000,- dengan harga per lembar Rp.
2.000,- selama tahun 2006, padahal PT. A hanya memperoleh laba Rp. 3.700.000, selama
tahun 2006- dan deviden tersebut akan dibagikan tanggal 10 Januari 2007.
Diminta:
a. Hitung besarnya deviden Likuidasi
b. Buat jurnal akhir tahun
c. Buat jurnal tanggal 10 Januari 2007

Penyelesaian:
a. Jumlah deviden likuidasi:
Deviden Likuidasi = Deviden yang akan dibagikan – Deviden yang diperoleh
= 4.000.000 – 3.700.000
= 300.000

 Jumlah yang akan dibagikan 


Lembar deviden yang beredar =  
 h arg a per lembar 
 4.000.000 
= 
 2.000 / lembar 
Jumlah saham yang beredar = 2000 lembar

Jumlah deviden likuidasi (4.000.000 – 3.700.000) = 300.000


Jumlah saham yang beredar = 2000 lembar
96
Harga Deviden liukuidasi per lembar = Rp. 150/lembar
Sehingga:
Investasi saham PT. A yang berkurang sebesar Rp. 150,- x 250 lembar = 37.500

Piutang deviden = 250 lembar x Rp 2000


= 500.000

Pendapatan deviden ={ (Harga saham keseluruhan deviden yang akan dibagikan –


Harga
Deviden likuidasi) x Lembar saham PT. Oca }
= (Rp. 2.000 – 150) x 250 lembar
= 462.500
Jurnal akhir tahun:
Piutang deviden 500.000
Investasi atas saham PT. A 37.500
Pendapatan deviden 462.500

Jurnal 10 Januari 2007:


Kas 500.000
Piutang Deviden 500.000

4. Deviden dalam bentuk aktiva selain Kas


Contoh:
PT. A memiliki saham 2500 lembar saham biasa yang beredar, diantara saham yang
beredar tersebut PT. Oca memiliki sebanyak 250 lembar. Kemudian PT. A membagikan
deviden berupa saham biasa kepada pemegang saham sebanyak 100 lembar selama tahun
2006. pembagian deviden terjadi pada kurs saham biasa dibursa dengan harga Rp. 125
sedangkan nilai nominal saham biasa Rp. 10.000 per lembar.
Diminta:
Buatlah jurnal mengakui investasi pemegang saham yang bertambah

Penyelesaian:
250
Kepemilikan PT. Oca pada PT. A =
2500
= 10 %
Jumlah lembar saham yang dibagikan sebanyak 100 lembar kepada pemegang saham
sehingga PT. Oca akan memperoleh sebanyak (100 lembar x 10 %) = 10 Lembar
Harga saham biasa saat pembagian = 100 lembar x Rp. 125
= 12.500

Total nilai saham biasa yang akan diterima PT. Oca = Rp. 12.500 x 10 lembar
= 125.000
Jurnal:
Investasi saham biasa 125.000
Pendapatan Deviden 125.000

97
8.6 HAK BELI SAHAM (STOCK RIGHTS)

20000 lembar 5000 lembar ingin dijual kembali


PT. A sisanya

15000 lembar dijual dan dimiliki pemegang saham PT. X dan PT.Y

Sehingga Alternatif dari hak beli yang diperoleh:


1. Menggunakan hak tersebut untuk membeli saham tambahan
2. Menjual hak tersebut
3. Tidak menggunakan hak tersebut untuk membeli saham atau tidak menjual
hingga jatuh tempo pemberian hak berakhir.

Contoh:
PT. X memiliki saham pada PT. A sebanyak 100 lembar dengan nilai nominal Rp. 5.000 per
lembar. PT. A mengeluarkan hak beli saham yang memberikan satu Right kepada setiap
pemilikan 1 lembar saham. Kemudian setiap 2 right (Hak) dapat digunakan untuk
membeli 1 lembar saham baru yang harganya Rp. 5.000 dan harga pasar saham biasa Rp.
6.000,- per lembar dan harga pasar hak Rp. 300,- per lembar.
Diminta:
a. Jurnal perolehan hak beli saham
b. Seandainya 40 hak yang diperoleh dijual seharga Rp. 300 per hak
c. Seandainya 40 hak digunakan untuk membeli saham baru (20 lembar)
d. Seandainya hak beli yang sisa tidak dijual/digunakan hingga batas waktu yang
ditentukan

Penyelesaian:
Lembar saham yang dimiliki oleh PT. X = 100 lembar
Hak beli saham yang diperoleh PT. X ( 1 Hak x 100 lembar) = 100 Hak

Total harga pasar:


Saham biasa = 100 lembar x Rp. 6.000,- = 600.000
Hak beli = 100 hak x Rp. 300,- = 30.000
Total harga pasar saham biasa dan hak beli = 630.000
Alokasi Harga perolehan Hak beli tersebut:
600.000
1. Saham biasa = x (100 shmbiasa Rp.5.000) = 476.190
630.000
30.000
2. Hak beli = x (100 hak Rp.5.000) = 23.810
630.000

Alokasi Harga Perolehan per lembar:


476.190
1. Saham Biasa =
100 lembar
= Rp. 4.761,9 per lembar
23.810
2. Hak beli =
100 lembar
= Rp. 238, 1 per lembar

98
a. Jurnal perolehan Hak beli saham:
Investasi hak beli saham 23.810
Investasi pada PT. A 23.810

b. Seandainya 40 hak yang diperoleh dijual seharga Rp. 300 per hak
Harga Jual = 40 hak x Rp. 300,- = Rp. 12.000
Harga Perolehan Investasi hak beli saham= 40 hak x Rp. 238,1= Rp. 9.524
Keuntungan menjual hak tersebut = Rp. 2.476
Jurnal:
Kas 12.000
Investasi hak beli saham 9.524
Keuntungan menjual hak beli saham 2.476

c. Seandainya 40 hak digunakan untuk membeli saham baru (20 lembar)


40 hak digunakan dapat membeli 20 lembar saham baru
Nilai nominal saham Rp. 5.000,-
Kas yang dikeluarkan= Rp. 5.000,- x 20 saham baru= Rp. 100.000

Harga Perolehan hak beli = 40 hak beli x 238, 1= Rp. 9.524


Total Perolehan saham baru = Rp. 109.524

Jurnal:
Investasi atas saham pada PT. A 109.524
Kas 100.000
Investasi hak beli saham 9.524

d. Seandainya hak beli yang sisa tidak dijual/digunakan hingga batas waktu yang
ditentukan

Maka hak beli yang tidak digunakan akan langsung diakui sebagai kerugian tidak
menggunakan hak beli tersebut.

Nilai hak beli yang tidak digunakan:20 Hak beli x Rp. 238,1 = Rp. 4.762

Rugi tidak menggunakan hak beli saham 4.762


Investasi hak beli saham 4.762

8.7 PERUBAHAN METODE DARI METODE EKUITAS KE METODE BIAYA

50 % Diakibatkan karena dijual maka tinggal 20 % 10 %

Metode Ekuitas Metode Biaya

99
Contoh:
Tanggal 2 Januari 2006, Investee PT. X menjual 150.000 lembar lagi saham biasanya ke
publik, sehingga memperkecil kepemilikannya pada PT. X dari 25 % menjadi 10 % dan
diketahui laporan laba rugi tiap tahun sebagai berikut:
Tahun Bagian Investor atas L/R Deviden yang dibagikan
2006 600.000 a 400.000 b
2007 350.000 c 400.000 d
2008 0e 210.000 f
Total 950.000 1.010.000

Perubahan metode dari metode ekuitas ke metode biaya dilakukan pada tanggal 2 Januari
2006, Investasi dalam Investee PT. X dan laba yang dilaporkan PT. X sbb:
Tahun Pendapatan Kelebihan Investasi per 31
deviden yg diakui kumulatif bagian Desember
laba diatas
deviden yang
diterima
2006 400.000 200.000 (a-b) 8.780.000
2007 400.000 150.000 {(c-d) + (a-b)} 8.780.000
2008 150.000 x (60.000) (f – x) 8.720.000
Jurnal tahun 2006 dan 2007: Sudah menggunakan metode biaya karena sudah dilakukan
penjualan investasinya sebesar 15 % sehingga sisa investasinya hanya 10 %.
Kas 400.000
Pendapatan deviden 400.000

Jurnal tahun 2008:


Kas 210.000
Pendapatan Deviden 150.000
Investasi J.P. atas saham 60.000

8.8PERUBAHAN METODE DARI METODE BIAYA KE METODE EKUITAS

1/1 2007 dimiliki 10000 lembar (metode Biaya)


100000 lembar

PT.X PT.Y

1/1 2009 dibeli kembali sebanyak 20.000 lembar(metode Ekuitas)

100
Pada tanggal 1 Januari 2009 Total kepemilikan PT. X sudah menjadi 30 % yang bersumber
dari tahun 2007 sebanyak 10 % ditambah Pembelian kembali tahun 2009. sehingga metode
yang digunakan berubah dari metode Biaya ke metode Ekuitas.

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Metode awal yang digunakan adalah metode Biaya
2. Perlakuan kelebihan harga pasar dari nilai aktiva bersih diakui sebagai
Goodwill.
3. Jika diakui goodwill harus dilakukan Amortisasi (UE = 40 tahun)

Contoh:
Tanggal 1 Januari 2006, PT. Jaya membeli saham seharga Rp. 500.000,- tunai atas 10 %
saham biasa yang beredar PT. Mawar Indah dan aktiva bersih PT. Mawar Indah
mempunyai nilai buku Rp. 3.000.000. Perbedaan harga perolehan atas ekuitas aktiva
bersih PT. Mawar Indah didistribusikan sebagai goodwill yang akan diamortisasi selama
40 tahun kemudian pada tanggal 1 Januari 2008 PT. Jaya membeli kembali 20 % dari
saham biasa PT. Mawar Indah seharga Rp. 1.200.000,- tunai, dimana Nilai buku aktiva
bersih PT. Mawar Indah Rp. 4.000.000,- dan laba serta deviden dari PT. Mawar Indah yang
diterima PT. Jaya selama tahun 2006 s/d 2008 sebagai berikut:

Tahun Laba yang diperoleh MIDeviden yg dibyr ke PT. Jaya (30%)


2006 500.000 20.000
2007 1.000.000 30.000
2008 1.200.000 120.000
Diminta:
a. Buat jurnal pembelian saham biasa untuk 10 %
b. Buat jurnal pembayaran deviden tahun 2006, 2007
c. Jurnal Pembelian kembali 20 % Saham biasa
d. Jurnal pengumuman deviden selama tahun 2008
e. Jurnal Penerimaan deviden selama tahun 2008

Penyesuaian:
////a. Jurnal perolehan:
Investasi J.P. atas saham 500.000
Kas 500.000

b. Jurnal penerimaan deviden:


2006: Kas 20.000
Pendapatan deviden 20.000
2007: Kas 30.000
Pendapatan deviden 30.000

101
c. Pembelian kembali 20 % saham yang beredar PT. Mawar Indah:
Keterangan 2006 2007 Total
Hak PT. Jaya atas Laba 10% 50.000 100.000 150.000
Amortisasi goodwill: (5.000) (5.000) (10.000)
{Rp 500.000 – (10% X Rp. 3.000.000)}: 40 tahun
= Rp. 5.000,- per tahun
Deviden yang diterima (20.000) (30.000) (50.000)
Penyesuaian periode sebelum tahun 2008 25.000 65.000 90.000

Maka jurnal pembelian pada selama tahun 2008:


Investasi J.P. atas saham 1.290.000
Kas 1.200.000
Laba Ditahan 90.000

(Nilai investasinya bertambah karena hak PT. Jaya tersebut sudah bertambah menjadi
30 % pada awal tahun sehingga metode yang digunakan berubah dari metode biaya ke
metode Ekuitas).

d. Jurnal pada akhir periode tahun 2008:


Amortisasi goodwill tahun 2008 untuk hak 10 %:
{ Rp. 500.000 – (10% x Rp. 3.000.000)} : 40 tahun 5.000 per tahun
Amortisasi goodwill tahun 2008 untuk hak 20 %:
{Rp. 1.200.000 – (20% x Rp. 4.000.000)} : 40 tahun 10.000 per tahun
Total amortisasi selama tahun 2008-06-12 15.000
Ctt:
Laba yang diumumkan oleh PT. Mawar Indah selama 2008 sebesar Rp. 1.200.000 adalah :
{(1.200.000 x 30 %) – Rp. 15.000} = Rp. 345.000

Jurnal pengumumannya:
Investasi J.P. atas saham 345.000
Pendapatan Deviden 345.000

e. Jurnal penerimaan pembayaran deviden:


Kas 120.000
Investasi J.P. atas saham 120

102
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-9

AktivaTetap
(FixedAsset)

103
Bab IX. AKTIVA TETAP BERWUJUD(FIXED ASSET)

9.1. AKTIVA TETAP BERWUJUD(FIXED ASSET)

Yang akan dibahas dalam aktiva tetap adalah:


A. Perolehan:
- Pengakuan
Menyangkut kapan aktiva tetap akan diakui (Masalah waktu)
- Pengukuran
Menyangkut kuantitas/jumlah atau nilai dari aktiva tetap tersebut.
- Pencatatan
Harus tepat waktu dan jumlahnya

B. Pengakuan setelah Pengakuan awal :


Hal ini dilakukan karena aktiva tersebut sudah tidak baru lagi atau dengan kata lain
aktiva tersebut sudah digunakan sehingga perlu penilaian kembali atas aktiva tersebut.
Yang harus dinilai adalah:
- Pengeluaran
Pengeluaran Modal (Jumlahnya relatif besar)
Pengeluaran Pendapatan (Jumlahnya relatif kecil)
- Penyusutan
- Penyajian dalam laporan keuangan (Sebesar nilai buku)
- Disposal atau pelepasan aktiva tetap (jika dijual/diganti)
Jika dihentikan dan belum laku di jual maka akan diakui sebagai aktiva lain-lain.

9.2. PENILAIAN AWAL

I. GAMBARAN UMUM:
Aktiva tetap berwujud sering juga disebut sebagai property, plant, and Equitment.
Aktiva ini meliputi Tanah, Bangunan (Kantor, Pabrik, Gudang), Peralatan (Mesin-mesin,
perabot, kendaraan, perkakas/tools)

II. KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP BERWUJUD :


a. Diperoleh untuk digunakan secara normal dalam operasi, bukan untuk dijual.
b. Mempunyai masa kegunaan lebih dari satu periode akuntansi (Jangka panjang)
c. Mempunyai bentuk fisik.

III. PEROLEHAN AKTIVA TETAP (ACQUICIATION) :


Aktiva tetap diperoleh berdasarkan harga perolehan.
Harga perolehan adalah harga beli dan semua biaya yang dikorbankan baik langsung
maupun tidak langsung sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.

104
Contoh:
Membeli hutan seluas 100 hektar dengan pembelian Rp. 100.000.000,- kemudian biaya-
biaya yang dikorbankan hingga aktiva tersebut siap untuk digunakan sebesar Rp.
20.000.000,- dimana jenis biaya yang dikorbankan sebagi berikut:
- Biaya tebang kayu
- Biaya pembersihan
- Biaya sewa kantor
- Biaya upah tenaga kerja
- Biaya pembuatan jalan dan parit
- Biaya pembuatan akte
Maka harga perolehan adalah harga beli + biaya yang dikorbankan.
Kalau pencatatan perolehan aktiva tetap tersebut sebagai berikut:
Tanah 120.000.000
Kas/hutang 120.000.000

4. CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP:

A. PEROLEHAN AKTIVA TETAP SECARA TUNAI (CASH)

Contoh:
Kita beli komputer baru dengan harga Rp 10.000.000 dan biaya angkut Rp 250.000 dan
biaya pemasangan ditempat si pembeli Rp 150.000
Diminta:
Buatlah jurnal perolehan aktiva tersebut.

Penyelesaian:
Harga Perolehan komputer = 10.000.000 + (250.000 + 150.000)
= 10.400.000
Jurnal:
Komputer 10.400.000
Kas 10.400.000

B. PEROLEHAN AKTIVA TETAP SECARA GABUNGAN (LUMP-SUM PURCHASE)


Apabila aktiva dibeli dengan harga gabungan maka total harga perolehan semua
aktiva yang dibeli akan dialokasikan atas dasar harga pasar yang wajar.
Untuk menentukan harga pasar yang wajar untuk aktiva yang akan dibeli maka
diperlukan pihak yang berkompoten atas penilaian aktiva tersebut yang tidak ada
hubungan pihak berkepentingan tersebut atas transaksi tersebut.
Contoh:
PT. X membeli berbagai aktiva tetap (Tanah, Bangunan, Mesin) dengan harga gabungan
Rp. 180.000.000 menurut penilaian pihak ketiga yang ahli atas aktiva tersebut menilai
harga pasar yang wajar adalah sebagai berikut:
- Tanah = 100.000.000
- Bangunan = 60.000.000
- Mesin = 40.000.000

105
Diminta:
Hitunglah harga perolehan untuk setiap jenis aktiva tetap yang dibeli dan buat
jurnalnya

Penyelesaian:
Menghitung Proporsi harga pokok untuk setiap aktiva tetap:
Keterangan Harga gabungan Harga pasar Proporsi Total
Tanah 180.000.000 100.000.000 100 jt/200 Jt x 180 Jt 90.000.000
Bangunan 180.000.000 60.000.000 60 jt/ 200 jt x 180 jt 54.000.000
Mesin 180.000.000 40.000.000 40 jt/ 200 jt x 180 jt
36.000.000Total 200.000.000
180.000.000
Jurnal:
Tanah 90.000.000
Bangunan 54.000.000
Mesin 36.000.000
Kas 180.000.000

C. PEROLEHAN AKTIVA TETAP DENGAN PELUNASAN SECARA ANGSURAN


Perusahaan sering membeli aktiva tak berwujudnya secara kredit jangka panjang
yang pelunasannya dilakukan secara angsuran/cicilan. Dalam hal pembelian ini
perusahaan sering mengeluarkan wesel atau obligasi/hipotik.
Penilaian aktiva tetap kalau dilakukan dengan pembelian secara kredit yang
pembayarannya diangsur maka akan dinilai dan dicatat berdasarkan nilai sekarang
(Present value) pada tanggal transaksi. Jika tingkat bunga tidak dinyatakan secara
lengkap/spesifik maka tingkat bunga yang tepat harus diperhitungkan.
Contoh:
PT. Martabe membeli sebuah mesin dengan mengeluarkan wesel tidak berbunga, dengan
nilai nominal Rp. 100.000.000,- untuk 5 tahun, tingkat bunga yang berlaku dipasar
(Prevailing market rate) 10 %, wesel diangsur Rp. 20.000.000 setiap akhir tahun.
Diminta:
a. Hitung berapa besar harga perolehan mesin tersebut
b. Buat jurnal perolehan mesin tersebut
c. Hitung dan buat jurnal pembayaran angsuran dan amortisasi yang
diperlukan.

Penyelesaian:
 1 
1 − 
 (1 − i ) n 
a. Harga perolehan = Nilai angsuran x
 i 
 
 
 1 
1− 5 
(1 − 0,1) 
= 20.000.000 x
 0,1 
 
 
= 75.815.740

106
Nilai nominal surat utang = 100.000.000
Nilai kini = harga perolehan = 75.815.740
Diskonto atas surat utang = 24.184.260

Maka jurnal perolehan mesin tersebut:


Mesin 75.815.260
Diskonto atas surat utang 24.184.260
Surat utang 100.000.000
Pembayaran angsuran akhir tahun pertama:
Amortisasi diskonto tahun pertama:
Nilai kini x persentase tingkat bunga yang berlaku dipasar.
Amortisasi diskonto = 75.815.740 x 10 %
= 7.581.574

Amortisasi akhir tahun kedua:


Amortisasi diskonto = {75.815.740 – (20.000.000 + 7.581.574)} x 10 %
= 4. 823.417

Jurnal: akhir tahun pertama:


Beban bunga 7.581.526
Surat hutang 20.000.000
Kas 20.000.000
Diskonto atas surat utang 7.581.526

D. PEROLEHAN AKTIVA TETAP DENGAN PENERBITAN SAHAM


Bila aktiva tetap diperoleh dengan menerbitkan saham, maka harga perolehan
aktiva tetap akan dicatat sebesar harga pasar saham yang diterbitkan. Jika harga pasar
saham tidak dapat ditentukan maka harga perolehan aktiva tetap tersebut dapat
ditentukan atas dasar harga pasar aktiva yang diperoleh tersebut.

Membeli aktiva tetap dengan menerbitkan saham Gedung


PT. A PT. B
Sebanyak 10.000 lembar dengan nilai nominal/lbr Rp. 10.000
Diketahui juga harga pasar per lembar saham yang diterbitkan sebagai berikut:
Alternatif I = Rp. 15.000
Alternatif II = Rp. 8.000

Penyelesaian:
Alternatif I
Gedung 150.000.000 (10.000 lembar x Rp. 15.000)
Saham biasa 100.000.000 (10.000 lembar x Rp. 10.000)
Premium atas saham biasa 50.000.000 (10.000 lembar x Rp. 5.000)

Alternatif II
Gedung 80.000.000 (10.000 lembar x Rp. 8.000)
Diskonto atas saham biasa 20.000.000 (10.000 lembar x Rp. 2.000)
Saham biasa 100.000.000 (10.000 lembar x Rp. 10.000)

107
E. PEROLEHAN AKTIVA TETAP DENGAN MEMBANGUN SENDIRI
Ada 3 alasan kenapa kita harus membangun sendiri:
1. Memanfaatkan fasilitas yang ada/perlengkapan yang menganggur
2. Menekan harga dimana harga di pasar jauh lebih mahal
3. Karena model yang kita inginkan tidak terdapat dipasar

Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam perolehan aktiva melalui membangun sendiri:

A. Membandingkan harga termurah antara harga pasar dengan biaya yang


dikeluarkan/dikorbankan.
- Bahan baku (Batu, pasir, dll)
- TKL (Upah)
- Biaya umum pabrik

Catatan:
Harga perolehan ditentukan dari harga terendah antara biaya yang dikorbankan dengan harga pasar.
Jika harga pasar lebih rendah dari biaya yang dikorbankan maka tidak ada laba yang akan diakui,
melainkan jika biaya yang dikorbankan lebih besar dari harga pasar maka akan diakui sebagai adanya
kerugian.

Contoh:
Budi ingin membangun sebuah rumah dengan biaya yang dikorbankan Rp. 100.000.000,-
Jika bangunan rumah yang sejenis tersedia dipasar dengan harga: Alternatif I = Rp. 120.000.000,- dan
alternatif II = Rp. 80.000.000,-
Diminta:
Hitung berapa besar perolehan gedung.

Penyelesaian:
Alternatif I:
Jika biaya yang dikorbankan Rp. 100.000.000,- dan harga pasar Rp. 120.0000.000,-
Jurnal Perolehan rumah:
Bangunan 100.000.000
Kas 100.000.000

Alternatif II:
Jika biaya yang dikorbankan Rp. 100.000.000,- dan harga pasar Rp. 80.000.000,-
Jurnal perolehan rumah:
Bangunan 80.000.000
Kerugian/biaya lain-lain 20.000.000
Kas 100.000.000

B. Membangun sendiri dengan dana sendiri dan dana pinjaman:


Contoh:
Total dana yang dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah Rp. 500.000.000, dimana dana yang
dimilikinya terdiri dari dana sendiri Rp. 300.000.000 dan dana yang dipinjaman Rp. 200.000.000 pada awal
tahun 2004, dengan tingkat bunga per tahun 10 % yang akan jatuh tempo utang 5 tahun.
Diminta:
Hitung dan buatlah jurnal perolehan rumah tersebut.

Penyelesaian:
Jurnal perolehan bangunan dilakukan setelah selesai bangunan.
Bangunan 600.000.000
Kas 600.000.000 *
• = 300.000.000 (MS) + 200.000.000 (MP) + (200.000.000 x 10 % x 5 tahun) (B)

108
F. PEROLEHAN AKTIVA TETAP MELALUI DONASI ATAU SUMBANGAN
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari
prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya
tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang
sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban
depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah
akan dicatat sebesar harga pasarnya.

Contoh:
PT. Sany menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang nilainya sebagai berikut:
Tanah 250.000.000
Gedung 400.000.000

Diminta:
Buatlah jurnal perolehan aktiva tetap tersebut.

Penyelesaian:
Tanah 250.000.000
Gedung 400.000.000
Modal – hadiah 650.000.000

Catatan:
Apabila dalam penerimaan hadiah terdapat biaya-biaya lain yang harus dikorbankan
maka modal hadiah akan berkurang sebesar berapa biaya lain yang dikorbankan.

Contoh:
PT. Sany menerima hadiah berupa tanah dan gedung yang nilainya sebagai berikut:
Tanah 250.000.000
Gedung 400.000.000
Dan pada saat penerimaan hadiah tersebut ada biaya yang harus dikorbankan sebesar
50.000.000,-
Diminta:
Buatlah jurnal perolehan aktiva tetap tersebut.

Penyelesaian:
Tanah 250.000.000
Gedung 400.000.000
Modal – hadiah 600.000.000
Kas 50.000.000

Catatan:
Untuk Penyusutan aktiva atas aktiva tetap yang diperoleh maka perlakuan penyusutan
sama dengan seperti yang biasa pada aktiva tetap lainnya.

G. PEROLEHAN AKTIVA TETAP MELALUI PERTUKARAN AKTIVA TETAP


Secara umum aktiva yang akan diperoleh dalam pertukaran aktiva tetap yang
bukan keuangan (Non moneter), harga perolehannya akan dicatat sebesar nilai wajar
(Nilai pasar) dari aktiva yang akan dipertukarkan (sebesar nilai wajar aktiva yang
diberikan atau sebesar nilai wajar aktiva yang akan diterima).

109
Karakteristik dari pada pertukaran aktiva tetap:
1.Bukan dalam keuangan (Non moneter) melainkan dalam bentuk benda
2.Dihitung berdasarkan nilai wajar/nilai pasar
3.Adakalanya dalam pertukaran laba tidak diakui.

Ada 3 jenis pertukaran aktiva sejenis:


1. Pertukaran aktiva tidak sejenis (Untung dan rugi akan diakui)
2. Pertukaran aktiva sejenis situasi rugi
3. Pertukaran aktiva sejenis situasi laba/untung
a. Situasi laba (Tidak ada kas diterima)
b. Situasi laba (sebahagian kas diterima)
c.
1. Pertukaran aktiva tidak sejenis (Untung atau rugi diakui)
Dalam situasi demikian aktiva yang diterima akan dicatat sebesar nilai wajar dari aktiva
yang akan diberikan dan laba serta rugi akan diakui. Adakalanya nilai wajar dari aktiva yang
diterima akan digunakan bila terbukti lebih wajarnta dari aktiva yang diberikan.

PT. A PT. B
Truk ditukar tanah
TRUK TANAH

Catatan:
Berdasarkan harga pasar ayng ditukarkanlah harga perolehan aktiva yang akan diterima (tanah)
oleh PT. A ditambah kas sesuai dengan kesepatakatan diantara kedua belah pihak.

Contoh:
PT. A`menukarkan sejumlah truk bekasnya ditambah kas untuk memperoleh sebidang tanah
kosong sebagai tempat pabrik barunya dimasa mendatang. Truk mempunyai nilai buku gabungan
Rp. 42.000.000 yang terdiri dari harga perolehan truk Rp. 64.000.000,- dan akumulasi penyusutan
truk Rp. 22.000.000,- Berdasarkan pihak yang ahli dalam mobil bekas menyatakan bahwa nilai
wajar (harga pasar) truk sebesar Rp. 49.000.000,- Selain truk PT. A juga harus menyerahkan
sejumlah kas Rp. 17.000.000,- tunai untuk memperoleh tanah tersebut.
Diminta:
a. Hitung berapa besar harga perolehan tanah
b. Hitung berapa besar keuntungan/kerugian yang akan dialami oleh PT.A dalam transaksi
pertukaran tersebut
c. Buat jurnal pertukaran tersebut.
Penyelesaian:
a. Menghitung besarnya harga perolehan tanah:
Harga perolehan tanah = Harga pasar aktiva yang diberikan + kas yang diberikan
= 49.000.000 + 17.000.000
= 66.000.000
b. Keuntungan atau kerugian:
Nilai pasar truk 49.000.000
Nilai buku truk:
Harga perolehan truk 64.000.000
Akumulasi penyusutan (22.000.000)
Nilai buku truk (42.000.000)
Keuntungan pertukaran truk 7.000.000

110
c. Jurnal pertukaran:
Tanah 66.000.000
Akumulasi Penusutan 22.000.000
Truk 64.000.000
Kas 17.000.000
Keuntungan Pertukaran truk 7.000.000

Contoh: -2
PT. A`menukarkan sejumlah truk bekasnya ditambah kas untuk memperoleh sebidang
tanah kosong sebagai tempat pabrik barunya dimasa mendatang. Truk mempunyai nilai
buku gabungan Rp. 42.000.000 yang terdiri dari harga perolehan truk Rp. 64.000.000,- dan
akumulasi penyusutan truk Rp. 22.000.000,- Berdasarkan pihak yang ahli dalam mobil
bekas menyatakan bahwa nilai wajar (harga pasar) truk sebesar Rp. 35.000.000,- Selain
truk PT. A juga harus menyerahkan sejumlah kas Rp. 17.000.000,- tunai untuk
memperoleh tanah tersebut.
Diminta:
a. Hitung berapa besar harga perolehan tanah
b. Hitung berapa besar keuntungan/kerugian yang akan dialami oleh PT.A dalam
transaksi pertukaran tersebut
c. Buat jurnal pertukaran tersebut.

Penyelesaian:
a. Menghitung besarnya harga perolehan tanah:
Harga perolehan tanah = Harga pasar aktiva yang diberikan + kas yang diberikan
= 35.000.000 + 17.000.000
= 52.000.000
b. Keuntungan atau kerugian:
Nilai pasar truk 35.000.000
Nilai buku truk:
Harga perolehan truk 64.000.000
Akumulasi penyusutan (22.000.000)
Nilai buku truk (42.000.000)
Kerugian pertukaran truk (7.000.000)

c. Jurnal pertukaran:
Tanah 52.000.000
Akumulasi Penusutan 22.000.000
Kerugian Pertukaran 7.000.000
Truk 64.000.000
Kas 17.000.000

111
Contoh: 3
PT. A`menukarkan sejumlah truk bekasnya dan menerima sejumlah kas untuk
memperoleh sebidang tanah kosong sebagai tempat pabrik barunya dimasa mendatang.
Truk mempunyai nilai buku gabungan Rp. 42.000.000 yang terdiri dari harga perolehan
truk Rp. 64.000.000,- dan akumulasi penyusutan truk Rp. 22.000.000,- Berdasarkan pihak
yang ahli dalam mobil bekas menyatakan bahwa nilai wajar (harga pasar) truk sebesar Rp.
49.000.000,- Selain truk yang ditukarkan, PT. A juga menerima sejumlah kas Rp.
15.000.000,- tunai dalam pertukaran tersebut.
Diminta:
a. Hitung berapa besar harga perolehan tanah
b. Hitung berapa besar keuntungan/kerugian yang akan dialami oleh PT.A dalam
transaksi pertukaran tersebut
c. Buat jurnal pertukaran tersebut.

Penyelesaian:
a. Menghitung besarnya harga perolehan tanah:
Harga perolehan tanah = Harga pasar aktiva yang diberikan - kas yang diterima.
= 49.000.000 - 15.000.000
= 34.000.000
b. Keuntungan atau kerugian:
Nilai pasar truk 49.000.000
Nilai buku truk:
Harga perolehan truk 64.000.000
Akumulasi penyusutan (22.000.000)
Nilai buku truk (42.000.000)
laba pertukaran truk (7.000.000)

c. Jurnal pertukaran:
Tanah 34.000.000
Akumulasi Penusutan 22.000.000
Kas 15.000.000
Truk 64.000.000
Keuntungan 7.000.000

Catatan:
Jika dalam pertukaran tersebut PT. A tidak ada menyerahkan uang tunai dan menerima
uang tunai maka aktiva yang akan diterima akan diakui harga perolehannya sebesar
harga pasarnya.

2. Pertukaran aktiva tetap sejenis situasi Rugi


Aktiva sejenis adalah aktiva yang memiliki tipe umum atau fungsi yang sama.
Dengan catatan aktiva sejenis atau tidak sejenis dapat dilihat dari fungsinya.

PT. A Toko Komputer

Komputer Kerugian akan diakui Komputer


bekas Baru
112
Contoh:
PT. X Melakukan pertukaran aktiva tetapnya terdiri dari komputer bekas menjadi
komputer baru. Harga perolehan komputer bekas Rp. 20.000.000,- akumulasi penyusutan
Rp. 6.000.000,- Setelah berkonsultasi dengan yang ahli terhadap komputer bahwa
ditetapkan harga pasar komputer bekas sebesar Rp. 10.000.000,- Sedangkan Komputer
baru berdasarkan harga katalog yang ada ditoko komputer tersebut sebesar Rp.
25.000.000,- Dalam tawar menawar (Trade In Allowance) dengan pihak toko disepakati
harga komputer PT. X sebesar Rp. 13.000.000 .
Diminta:
a. Hitung nilai buku komputer bekas dan harga perolehan komputer baru
b. Hitung berapa besar kerugian pertukaran komputer bekas
c. Buatlah jurnal atas pertukaran tersebut.

Penyelesaian:
a. Nilai buku komputer bekas dan harga perolehan komputer baru
Nilai buku komputer bekas = Harga perolehan komputer bekas - Akumulasi
penyusutan Komputer bekas

Nilai buku = 20.000.000 - 6.000.000


= 14.000.000
Harga perolehan komputer baru:
Jumlah kas yang akan dibayar * + Nilai pasar komputer bekas

* (Harga Katalog komputer baru – harga tawar menawar)


Harga katalog komputer baru 25.000.000
Harga kesepakatan dari tawar menawar yang dihargai pihak toko (13.000.000)
Jumlah kas yang akan dibayar oleh PT. X 12.000.000
Harga pasar komputer bekas 10.000.000
Total harga perolehan komputer baru 22.000.000,-

b. Kerugian pertukaran yang sejenis:


Harga pasar komputer bekas 10.000.000
Nilai buku komputer bekas:
Harga perolehan 20.000.000
Akumulasi penyusutan komputer bekas (6.000.000)
Nilai buku kopomputer bekas 14.000.000
Kerugian pertukaran komputer bekas (4.000.000)

c. Jurnal pertukaran komputer:


Komputer baru 22.000.000
Akumulasi penyusutan bekas 6.000.000
Kerugian pertukaran 4.000.000
Komputer bekas 20.000.000
Kas 12.000.000

113
3. a. Pertukaran aktiva sejenis situasi laba (Tidak ada kas yang diterima/diakui)
Bila proses laba (Earning Proces) belum diselesaikan, maka laba harus ditunda (gain
Feferred) tetapi kalau kerugian akibat pertukaran tersebut akan langsung diakui.
Dalam hal laba tidak diakui diakibatkan karena transaksi pertukaran ini tidak berakibat
terjadinya perubahan ekonomis perusahaan tersebut. Oleh sebab itu aktiva yang diperoleh
harus dicatat sebesar nilai bukunya tanpa pengakuan laba(Laba ditahan).

Contoh :
Davis memiliki sejumlah mobil untuk disewakan. Mobil yang dimiliki oleh david adalah
Inova. Kemudian david menukarkan seluruh mobil inovanya dengan mobil Turbo yang
dimiliki oleh Piter. Harga pasar mobil inova sebesar Rp. 1.000.000.000,- dan nilai bukunya
Rp. 720.000.000,- (Harga porolehannya sebesar Rp. 900.000.000,- dan akumulasi
penyusutan mobil inova sebesar Rp. 180.000.000,-) Mobil Turba yang akan diterima Davis
memiliki harga pasar Rp. 1.200.000.000,- maka davis harus membayar kepada piter
sebesar Rp. 200.000.000,- tunai sebagai tambahan untuk mobil inova yang ditukarkannya.
Diminta:
a. Hitung berapa besar keuntungan yang tidak diakui davis
b. Hitung Harga perolehan mobil Turbo yang diterima Davis
c. Buatlah jurnal pertukaran tersebut bagi Davis.

Penyelesaian:
a. Keuntungan yang tidak diakui:
Harga pasar mobil inova 1.000.000.000
Nilai buku inova (720.000.000)
Keuntungan yang tidak diakui 280.000.000

b. Harga perolehan mobil Turbo :


Harga pasar mobil Turbo 1.200.000.000
Keuntungan yang tidak diakui (280.000.000)
Harga Perolehan mobil Turbo 920.000.000

Atau:
Nilai buku mobil inova 720.000.000
Kas yang dibayarkan davis 200.000.000
Harga perolehan mobil Turbo 920.000.000

c. Jurnal pertukaran yang sejenis tanpa mengakui adanya laba:


Mobil Turbo 920.000.000
Akumulasi penyusutan inova 180.000.000
Mobil Inova 900.000.000
Kas yang dibayarkan 200.000.000
3. b. Pertukaran aktiva sejenis situasi laba (Ada kas diterima / diakui)

Maka untuk Mencari laba yang diakui:


 Kas yang diterima 
Laba yang diakui =  x Total laba 
 ( Kas yang diterima + h arg a pasar aktiva yang diterima ) 

114
Contoh:
Davis memiliki sejumlah mobil untuk disewakan. Mobil yang dimiliki oleh david adalah
Inova. Kemudian david menukarkan seluruh mobil inovanya dengan mobil Turbo yang
dimiliki oleh Piter. Harga pasar mobil inova sebesar Rp. 1.000.000.000,- dan nilai bukunya
Rp. 720.000.000,- (Harga porolehannya sebesar Rp. 900.000.000,- dan akumulasi
penyusutan mobil inova sebesar Rp. 180.000.000,-) Mobil Turba yang akan diterima Davis
memiliki harga pasar Rp. 1.200.000.000,- maka davis harus membayar kepada piter
sebesar Rp. 200.000.000,- tunai sebagai tambahan untuk mobil inova yang ditukarkannya.
Dan harga perolehan mobil turbo yang dimiliki oleh Piter sebesar Rp. 1.150.000.000,- dan
akumulasi penyusutan mobil turbo Rp. 250.000.000,-
Diminta:
a. Hitung berapa besar keuntungan yang diakui Piter
b. Hitung Harga perolehan mobil Inova yang diterima Piter
c. Buatlah jurnal pertukaran tersebut bagi Piter

Penyelesaian:
a. Keuntungan yang diakui:
Harga pasar mobil turbo 1.200.000.000
Nilai buku mobil turbo (1.150.000.000 – 250.000.000) 900.000.000
Total keuntungan pertukaran bagi piter 300.000.000

Keuntungan yang diakui:


 200.000.000 
=  x 300.000.000 
 (200.000.000 + 1.000.000.000) 
= 50.000.000
Keuntungan yang ditangguhkan:
= Total laba – laba yang diakui:
= 300.000.000 – 50.000.000
= 250.000.000

b. Harga perolehan inova:


Harga pasar inova yang diterima 1.000.000.000
Keuntungan yang ditangguhkan (250.000.000)
Harga Perolehan inova 750.000.000

Atau:
Nilai buku mobil turbo 900.000.000
Proporsi nilai buku yang dijual * (150.000.000)
Harga perolehan inova 750.000.000

Kas yang diterima


* x nilai buku turbo
H arg a pasar turbo
200.000.000
= x 900.000.000
1.200.000.000
= 150.000.000,-

115
c. Jurnal pertukaran:
Kas 200.000.000
Innova 750.000.000
Akumulasi penyusutan 250.000.000
Mobil turbo 1.150.000.000
Keuntungan yang diakui 50.000.000

116
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-10

AktivaTetap(FixedAsset)
Penilaian Kembali Aktiva tetap

117
Bab X. PENILAI SETELAH PENILAIAN AWAL ATAS AKTIVA TETAP

10.1 PENILAI SETELAH PENILAIAN AWAL ATAS AKTIVA TETAP

1. PENGELUARAN-PENGELUARAN SELAMA MASA PENGGUNAAN AKTIVA


TETAP BERWUJUD.

Setelah aktiva tetap tersebut digunakan dalam periode tertentu, sering dikeluarkan
biaya-biaya untuk mempertahankan/memelihara aktiva tetap pada kondisinya atau
untuk memperpanjang masa kegunaan aktiva tetap tersebut.

Ada 2 jenis pengeluaran pada aktiva tetap:


1. Pengeluaran Pendapatan ( Revenue Expenditure)
2. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

PEMBAHASAN:

1. Pengeluaran Pendapatan ( Revenue Expenditure)


Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara atau menjaga agar aktiva tersebut masih
tetap dapat diguanakan tanpa menambah nilai atau umur ekonomis aktiva tetap tersebut.
Contoh kegiatan pemeliharaan atau menjaga agar aktiva tersebut tetap bisa digunakan:
Biaya pembersihan atau service mesin.
Karakteristik Pengeluaran Pendapatan:
- Dana yang dikeluarkan dalam skala kecil
- Tidak akan menambah umur ekonomis dan nilai perolehan aktiva tetap tersebut
(Kualitas mesin tidak bertambah)
- Pengeluaran ini sering terjadi atau rutin dilakukan

Contoh:
Pada awal tahun 2002, PT. Multy membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
100.000.000,- dengan umur ekonomisnya 10 tahun. Nilai residu Rp. 10.000.000,- dan
metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Kemudian pada tanggal 1 Juli
2002, PT. Multy melakukan service atau pengecekan atas kebersihan mesin dengan
mengeluarkan dana sebesar Rp. 300.000,-
Diminta:
Buatlah jurnal penggunaan dana atas pengeluaran tersebut.

Penyelesaian:
Biaya Perbaikan 300.000
Kas 300.000

2. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)


Pengeluaran ini dilakukan untuk memperpanjang umur, atau menambah efisiensi,
dan/atau menambah ekonomis sehingga dapat menambah harga perolehan aktiva tetap
tersebut.

118
Karakteristik Pengeluaran Pendapatan:
- Dana yang dikeluarkan dalam skala besar
- Akan dapat menambah umur ekonomis dan nilai buku aktiva tetap tersebut (Kualitas
mesin akan bertambah)
- Pengeluaran ini jarang terjadi atau tidak rutin dilakukan
Contoh:
Pada awal tahun 2002, PT. Multy membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
100.000.000,- dengan umur ekonomisnya 10 tahun. Nilai residu Rp. 10.000.000,- dan
metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Kemudian pada tanggal 1 Juli
2009, PT. Multy melakukan perbaikan atas mesin tersebut dengan biaya yang dikeluarkan
Rp. 27.500.000 dan akan diprediksi akan menambah umur ekonomi 1,5 tahun.
Diminta:
a. Hitung dan buat jurnal penyusutan mesin tersebut
b. Hitung berapa besar nilai buku mesin sebelum dilakukan perbaikan
c. Buatlah jurnal atas pengeluaran dana untuk memperbaiki mesin tersebut.
d. Hitung dan buatlah jurnal penyusutan setelah dilakukan perbaikan pada akhir
tahun 2009
e. Buatlah jurnal penyusutan pada akhir tahun 2009.

Penyelesaian:
a. Penyusutan per tahun:
H arg a Perolehan − Nilai Re sidu
Beban penyusutan per tahun =
Umur Ekonomis
100.000.000 − 10.000.000
=
10 tahun
= 9.000.000
Jurnal:
Beban penyusutan 9.000.000
Akumulasi penyusutan 9.000.000

b. Nilai buku Mesin sebelum disusutkan:


Nilai buku mesin = Harga Perolehan – Total akumulasi penyusutan
= 100.000.000 – (7,5 tahun x 9.000.000 per tahun)
= 100.000.000 – 67.500.000
= 32.500.000

c. Jurnal pengeluaran biaya perbaikan:


Akumulasi Penyusutan 27.500.000
Kas 27.500.000

d. Hitung dan buatlah jurnal penyusutan setelah dilakukan perbaikan pada akhir tahun 2009
( Nilai buku + Nilai aktiva yang diganti ) − NIlai Re sidu
Biaya penyusutan per tahun =
Sisa Umur Ekonomis + Tambahan UE
(32.500.000 + 27.500.000) − 10.000.000
=
2,5 tahun + 1,5 Tahun
50.000.000
=
4 tahun
= 12.500.000 per tahun

119
Pernyusutan akhir tahun 2009 adalah setengah tahun. Maka:
= ½ x 12.500.000
= 6.250.000
Jurnal:
Biaya Penyusutan 6.250.000
Akumulasi penyusutan 6.250.000

e. Buatlah jurnal penyusutan pada akhir tahun 2009.


Biaya penyusutan 10.750.000
Akumulasi penyusutan 10.750.000

Latihan : -1
Pada awal tahun 2002, PT. Jaya membeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp.
100.000.000,- dengan umur ekonomisnya 10 tahun. Nilai residu Rp. 20.000.000,- dan
metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Kemudian pada tanggal 1 Juli
2010, PT. Jaya melakukan perbaikan atas mesin tersebut dengan dana yang dikeluarkan
Rp. 28.000.000 dan akan diprediksi akan menambah umur ekonomi 2,5 tahun.

Diminta:
a. Hitung dan buat jurnal penyusutan mesin tersebut
b. Hitung berapa besar nilai buku mesin sebelum dilakukan perbaikan
c. Buatlah jurnal atas pengeluaran dana untuk memperbaiki mesin tersebut.
d. Hitung dan buatlah jurnal penyusutan setelah dilakukan perbaikan pada akhir
tahun 2009
e. Buatlah jurnal penyusutan pada akhir tahun 2009.

PENYELESAIAN:
a. Penyusutan per tahun:
H arg a Perolehan − Nilai Re sidu
Beban penyusutan per tahun =
Umur Ekonomis
100.000.000 − 20.000.000
=
10 tahun
= 8.000.000
Jurnal:
Beban penyusutan 8.000.000
Akumulasi penyusutan 8.000.000

b. Nilai buku Mesin sebelum disusutkan:


Nilai buku mesin = Harga Perolehan – Total akumulasi penyusutan
= 100.000.000 – (8,5 tahun x 8.000.000 per tahun)
= 100.000.000 – 68.000.000
= 32.000.000

c. Jurnal pengeluaran biaya perbaikan:


Akumulasi Penyusutan 28.000.000
Kas 28.000.000

120
d. Hitung dan buatlah jurnal penyusutan setelah dilakukan perbaikan pada akhir tahun
2009
( Nilai buku + Nilai aktiva yang diganti ) − NIlai Re sidu
Biaya penyusutan per tahun =
Sisa Umur Ekonomis + Tambahan UE
(32.000.000 + 28.000.000) − 20.000.000
=
1,5 tahun + 2,5 Tahun
60.000.000
=
4 tahun
= 15.000.000 per tahun

Pernyusutan akhir tahun 2007 adalah setengah tahun. Maka:


= ½ x 15.000.000
= 7.500.000

Jurnal:
Biaya Penyusutan 7.500.000
Akumulasi penyusutan 7.500.000

e. Buatlah jurnal penyusutan pada akhir tahun 2009.


Biaya penyusutan 15.000.000
Akumulasi penyusutan 15.000.000

2. DEPRESIASI DAN DEPLESI

Depresiasi adalah suatu proses mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap berwujud
menjadi beban dengan cara sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan
memberikan manfaat atas penggunaan aktiva tetap tersebut. Oleh karena itu depresiasi
akan mengakibatkan penurunan nilai aktiva tersebut.

Deplesi adalah suatu proses pengalokasian harga perolehan sumber daya alam (SDA)
memjadi beban setiap aktivitas yang dilakukan.

10.2 DEPRESIASI

Hal-hal yang harus diperhatikan:


1. Harga Perolehan
2. Nilai residu
3. Umur Ekonomis
4. Tahun perolehan
5. Metode yang digunakan

Masalah yang sering dihadapi:


Berapa besar nantinya nilai aktiva tetap yang harus kita laporkan dalam laporan Neraca?
Jawabannya sebesar nilai buku dari aktiva tetap yang dilaporkan tersebut.

121
Metode Depresiasi:
1. Metode Aktivitas:
- Berdasarkan jam kerja
- Produk yang dihasilkan (Unit)

2. Metode garis lurus


3. Metode beban menurun
- Angka tahun
- Saldo menurun ganda
4. Metode Khusus
5. Metode kelompok dan Komposit (Group Method and Composite method)
6. Metode persediaan
7. Metode penarikan atau pengganti
8. Metode bunga majemuk
9. Metode Campuran (Hybrid)

Pembahasan:
1. Metode Aktivitas (Activity Method)
a. Berdasarkan Jam kerja.
H arg a Perolehan − nilai residu
Biaya penyusutan per jam =
Total Jam Kerja

Contoh:
Harga Perolehan mesin Rp. 100.000.000 dimana total jam kerja hingga habis masa manfaat
dari mesin 10.000 Jam. Nilai residu Rp. 5.000.000, Umur ekonomis 5 tahun. Dimana pada
tahun pertama sudah digunakan mesin sebanyak 2.000 jam, dan tahun kedua sebanyak
3.000 jam.
Diminta:
a. Hitung penyusutan per jam dan buat jurnal penyusutan mesin tahun pertama
b. Hitung dan buat jurnal penyusutan tahun kedua

Penyelesaian:
H arg a Perolehan − nilai residu
a. Penyusutan per jam =
Total Jam Kerja
100.000.000 − 5.000.000
=
10.000 Jam
= 9.500 per jam
Penyusutan tahun pertama:
= 2.000 jam x Rp. 9.500 per jam
= Rp. 19.000.000,-
Jurnal:
Biaya penyusutan mesin 19.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 19.000.000

b. penyusutan tahun kedua:


= 3.000 jam x Rp. 9.500 per jam
= 28.500.000
122
Jurnal:
Biaya penyusutan 28.500.000
Akumulasi penyusutan 28.500.000

2. Metode Garis Lurus


Metode ini akan menyusut sama setiap tahun

H arg a Perolehan − nilai residu


Biaya penyusutan per tahun =
Umur Ekonomis
Contoh:
Pada awal tahun 2000, dibeli mesin dengan harga perolehan mesin Rp. 100.000.000
dimana masa manfaat dari mesin 4 tahun. Nilai residu Rp. 10.000.000
Diminta:
Hitung berapa besar penyusutan pertahun dan buat jurnal penyusutan

Penyelesaian:
H arg a Perolehan − nilai residu
Biaya penyusutan per tahun =
Umur Ekonomis
100.000.000 − 10.000.000
=
4 tahun
= 22.500.000
Jurnal:
Beban penyusutan 22.500.000
Akumulasi penyusutan 22.500.000

3. Metode Beban Menurun


Metode ini menunjukkan beban penyusutan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan. Dasar penyusutan adalah dari persentase jumlah tahun dikali dasar
penyusutan (Harga perolehan – nilai residu)

A. Metode Angka Tahun


Contoh :
Pada awal tahun 2000, dibeli mesin dengan harga perolehan mesin Rp. 100.000.000
dimana masa manfaat dari mesin 4 tahun, nilai residu Rp. 10.000.000
Diminta:
a. Hitung berapa besar penyusutan pertahun
b. Buatlah jurnal penyusutan tahun pertama

Penyelesaian:
Thn Harga Dasar Sisa % Biaya Akumulasi Nilai buku
Perolehan Penyusutan Umur Peny penyusutan penyusutan
1 100.000.000 90.000.000 4 4/10 36.000.000 36.000.000 64.000.000
2 100.000.000 90.000.000 3 3/10 27.000.000 63.000.000 37.000.000
3 100.000.000 90.000.000 2 2/10 18.000.000 81.000.000 19.000.000
4 100.000.000 90.000.000 1 1/10 9.000.000 90.000.000 10.000.000
b. jurnal penyusutan tahun pertama:

123
Biaya penyusutan 36.000.000
Akumulasi penyusutan 36.000.000

Penyusutan tahun kedua:


Biaya penyusutan 27.000.000
Akumulasi penyusutan 27.000.000

b. Metode saldo menurun ganda


Metode penyusutan yang menggunakan 2 kali dari penyustan garis lurus.

Contoh:
Pada awal tahun 2000, dibeli mesin dengan harga perolehan mesin Rp. 100.000.000
dimana masa manfaat selama 4 tahun, dan nilai residu Rp. 10.000.000
Diminta:
a. Hitung berapa besar penyusutan pertahun
b. Buatlah jurnal penyusutan tahun pertama

Penyelesaian:
Thn Nilai buku awal Tarif Biaya penyusutan Akum. penyusutan Nilai Buku
1 100.000.000 50 % 50.000.000 50.000.000 50.000.000
2 50.000.000 50 % 25.000.000 75.000.000 25.000.000
3 25.000.000 50 % 12.500.000 87.500.000 12.500.000
4 12.500.000 50 % 2.500.000 * 90.000.000 10.000.000

Catatan:
* Harus dibatasi sebesar 2.500.000,- karena nilai residu tidak boleh kurang dari
10.000.000,- atau dengan kata lain yang seharusnya nilai penyusutan tahun ke -4
sebesar 6.250.000,- maka dalam hal ini dapat dilakukan menjadi 2.500.000,-

4. Metode Penyusutan Khusus

Metode Kelompok dan komposit


Kalau pada metode sebelumnya sudah kita bahas bahwa penyusutan menggunakan
tarif yang berbeda untuk setiap unit aktiva. Dalam situasi tertentu kelompok aktiva
disusutkan dengan satu tarif yaitu metode grup dan komposit.
Pada perusahaan telepon dan telegraf umumnya menggunakan metode grup atau
komposit untuk menyusutkan aktivanya seperti telephon dan microwave atau switch
board.

Karakteristik metode kelompok:


a. Kumpulan aktiva yang sejenis
b. Homogen
c. Mempunyai umur kegunaan yang sama
Karakteristik Metode komposit:
a. Kumpulan aktiva yang tidak sejenis
b. Heterogen
c. Mempunyai umur kegunaan yang berbeda
Contoh:

124
Untuk metode kelompok
Mesin Harga Taksiran N. Dasar Umur Penyusutan
Perolehan Residu Penyusutan Ekonomis
A 5.000.000 500.000 4.500.000 10 tahun 450.000
B 7.500.000 750.000 6.750.000 10 tahun 675.000
C 2.500.000 250.000 2.250.000 10 tahun 225.000
Total 15.000.000 1.500.000 1.350.000

Nilai Penyusu tan


Maka persentase penyusutan per tahun =
Total H arg a Perolehan
1.350.000
=
15.000.000
=9%
b. Metode Komposit:

Contoh:
PT. Martabe menyusutkan aktiva yang digunakannya dalam kegiatan operasi dengan
menggunakan metode komposit dengan data sebagai berikut:
Jenis Aktiva Harga Perolehan N. Residu Umur Ekonomis
Sedan 3.750.000 375.000 15 tahun
Rocky 1.500.000 300.000 10 tahun
Jeep 500.000 20.000 8 tahun
Truk 250.000 25.000 3 tahun
Diminta:
a. Hitung berapa besar penyusutan untuk semua jenis aktiva
b. Hitung berapa besar tarif dan umur komposit aktiva tersebut

Penyelesaian:
J. Aktiva H. Perolehan N. Residu D. Penyusutan U. Ekonomis Penyusutan
Sedan 3.750.000 375.000 3.375.000 15 tahun 225.000
Rocky 1.500.000 300.000 1.200.000 10 tahun 120.000
Jeep 500.000 20.000 480.000 8 tahun 60.000
Truk 250.000 25.000 225.000 3 tahun 75.000
Total 6.000.000 720.000 5.280.000 ? 480.000

Nilai Penyusu tan


b. Tarif komposit =
Total H arg a Perolehan
480.000
=
6.000.000
=8%

H arg a Perolehan − Nilai Re sidu


Umur komposit =
Penyusu tan
6.000.000 − 720.000
=
480.000
= 11 Tahun

125
10.3DEPLESI

Deplesi merupakan suatu proses pengalokasian harga perolehan sumber daya alam
menjadi biaya setiap aktivitas yang dilakukan.

1. Gambaran Umum
Dari segi akuntansi “Sumber Daya Alam” merupakan produk dari tanah (wasting
assets),alasannya:
 Secara fisik sumber alam itu akan habis melalui penambangan
 Sumber alam itu tidak dapat diganti kecuali kayu.

Ada 3 cara memperoleh produk tersebut dari tanah:


1. Melalui kegiatan Ekstraktif, baik tambang terbuka maupun tertutup.
Contoh:
Besi, Logam, Perak, Emas, Tanah liat, pasir, batu, kerikil dll
2. Melalui pengeboran dari dalam tanah:
Contoh:
Minyak bumi dan Gas
3. Melalui kegiatan pemungutan hasil tanaman lair yang tumbuh karena proses alam.
Contoh:
Kayu, Rotan

2. Metode perhitungan Deplesi:


Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Harga perolehan aktiva sumber daya alam tersebut
- Harga perolehan barang tambang
- Biaya eksplorasi sumber alam
- Biaya pengembangan sumber alam
b. Taksiran miniral/kandungan kekayaan alam (barang tambang) yang secara
ekonomis dapat dieksplorasikan
c. Taksiran nilai residu tanah dimana tanah tersebut berada apabila barang tambang
tersebut telah habis di eksplorasi

3. Pengakuan Harga Perolehan

a. Full Costing Concept


Menurut konsep ini biaya yang terjadi dalam usaha untuk memperoleh dan
mengembangkan aktiva sumber alam dibebankan kepada sumber-sumber yang di dapat
melalui kegiatan tersebut. Dengan kata lain jika dilakukan eksplorasi namun tidak
berhasil dan kemudian dilakukan kembali eksplorasi dan berhasil maka seluruh biaya
yang sudah dikorbankan baik berhasil maupun tidak berhasil semuanya harus
diperhitungkan ke dalam harga perolehan penambangan tersebut.

b. Succesful Effort Costing Concept


Hanya biaya yang berhasil ditemukan dalam lokasi penambangan tersebut saja
dikapitalisasikan sebagai harga perolehan aktiva sumber alam yang bersangkutan.

Tidak berhasil Tidak berhasil Tidak berhasil Berhasil


Lokasi I Lokasi II Lokasi III Lokasi IV
126
Rp. 20.000.000,- Rp. 20.000.000,- Rp. 20.000.000,- Rp. 100.000.000
Maka:
Kalau berdasarkan full costing = Rp. 20 Jt + 20 Jt + 20 Jt + 100 Jt
= Rp. 160 Jt

Kalau berdasarkan succesful effort costing = Rp. 100 Jt

Contoh:
PT. Dismen membeli sebidang tanah pada awal tahun 2000, untuk lokasi tambang minyak
dimana harga beli Rp. 100.000.000,- dan kemudian PT. Dismen juga mengeluarkan biaya
pengembangan saat pembelian untuk pembuatan pipa saluran minyak senilai Rp.
20.000.000,- dan pada waktu yang sama PT. Dismen juga membeli truk Rp. 50.000.000,-
untuk pengangkutan hasil tambang dengan umur ekonomis 5 tahun, nilai residu Rp.
5.000.000,- dan metode penyusutan truk ditetapkan adalah metode garis lurus. Hasil
tambang diperkirakan 1.000.000 barel dengan nilai residu tambang Rp. 10.000.000,- Pada
tahun 2000, belum ada ditambang sehingga truk belum dipakai. Kemudian tahun 2001,
PT. Dismen berhasil menambang 250.000 barel dan tahun 2002, berhasil ditambang
200.000 barel. Pada awal tahun 2003, diperoleh temuan bahwa hasil tambang yang masih
ada sebanyak 600.000 barel, sehingga perusahaan menambah pembuatan pipa saluran
minyak dengan biaya Rp. 10.000.000,- Kemudian pada awal tahun 2004, truk mengalami
kerusakan berat sehingga biaya reperasi sebesar Rp. 15.000.000,- dan diperkirakan akan
menambah umur ekonomis truk 1 tahun. Kemudian pada tahun 2003, berhasil ditambang
300.000 barel dan tahun 2004 sebanyak 100.000 barel.
Diminta:
Buatlah jurnal deplesi berdasarkan full costing dan depresiasi truk yang dimilikinya tahun
2000 s/d 2004.

Penyelesaian:
1. Deplesi:
Harga perolehan tambang:
Harga beli area tambang 100.000.000
Pengadaan peralatan (Pipa saluran minyak) 20.000.000
Total harga perolehan 120.000.000

Untuk tahun 2000 tidak ada pencatatan atas penyusutan yang terjadi karena belum ada
aktivitas yang dilakukan.

Untuk tahun 2001,


H arg a perolehan − nilai residu
Deplesi/barel =
Taksiran hasil tambang
120.000.000 − 10.000.000
=
1.000.000 barel
= 110 / barel
Maka:
Biaya deplesi untuk tahun 2001 = 250.000 barel x 110/barel
= 27.500.000

127
Jurnal:
Biaya deplesi tambang 27.500.000
Akumulasi deplesi tambang 27.500.000

Biaya deplesi untuk tahun 2002 = 200.000 barel x 110/barel


= 22.000.000
Jurnal:
Biaya deplesi tambang 22.000.000
Akumulasi deplesi tambang 22.000.000

Nilai buku untuk awal tahun 2003 adalah:


= Harga perolehan – total akumulasi penyusutan
= 120.000.000 – 49.500.000
= 70.500.000

Maka nilai tambang setelah dilakukan pengembangan:


= Nilai buku awal sebelum ada pengembangan + biaya pengembangan
= 70.500.000 + 10.000.000
= 80.500.000

Setelah dilakukan pengembangan tambang maka ditemukan bahwa masih ada hasil
tambang sebanyak 600.000 barel.
80.500.000 − 10.000.000
Maka biaya deplesi yang baru =
600.000 barel
= 118 / barel

Maka:
Biaya deplesi tahun 2003 = 300.000 barel x 118 /barel
= 35.400.000
Jurnal:
Biaya deplesi tambang 35.400.000
Akumulasi deplesi tambang 35.400.000

Biaya deplesi tahun 2004 = 100.000 barel x 118 /barel


= 11.800.000
Jurnal:
Biaya deplesi tambang 11.800.000
Akumulasi deplesi tambang 11.800.000

Depresiasi untuk truk:


Penyusutan tahun 2000 belum ada karena truk belum digunakan atau dengan kata lain
belum ada transaksi yang dilakukan dengan truk yang dibeli tersebut.

H arg a perolehan − nilai residu


Biaya penyusutan per tahun =
Umur ekonomis
50.000.000 − 5.000.000
=
5 tahun
= Rp. 9.000.000 pertahun
128
Jurnal penyusutan tahun 2000:
Biaya penyusutan truk 9.000.000
Akumulasi penyusutan truk 9.000.000

Kemudian pada awal tahun 2004, truk mengalami kerusakan berat dengan biaya yang
dikeluarkan Rp. 15.000.000,- dan akan menambah umur ekonomisnya 1 tahun

Nilai buku pada awal tahun 2004:


Total akumulasi penyusutan 4 tahun = 4 tahun x Rp .9.000.000
= 36.000.000
Nilai buku truk = 50.000.000 – 36.000.000
= 14.000.000

Biaya penyusutan pada akhir tahun 2004:


( Nilai buku aktiva − biaya perbaikan) − nilai residu
Biaya depresiasi per tahun :
Sisa umur ekonomis + tambahan UE
(14.000.000 + 15.000.000) − 5.000.000
=
1 tahun + 1 tahun
= 12.000.000 per tahun
Jurnal Penyusutan:
Biaya penyusutan truk 12.000.000
Akumulasi penyusutan truk 12.000.000

10.4PENGHENTIAN/DISPOSAL AKTIVA TETAP

Kenapa suatu aktiva dihentikan:


a. Karena tidak layak dipakai (Rusak, ketinggalan jaman)
b. Keuntungan atau kerugian diakui dalam penghentian tersebut.

1. Siatuasi aktiva tetap yang dihentikan dan tidak dapat dijual (dihentikan secara
permanen)

Contoh:
Sebuah mesin diperoleh PT. X pada awal tahun 2000, dengan harga perolehan Rp.
100.000.000 dan umur ekonomis 5 tahun dan metode penyusutan yang digunakan adalah
metode garis lurus. Kemudian mesin tersebut dihentikan karena sudah tidak bisa lagi
digunakan (Rusak berat) pada tanggal 1 Januari 2003.
Diminta:
Buatlah jurnal untuk penghentian aktiva tetap tersebut.

Penyelesaian:
H arg a perolehan − nilai residu
Penyusutan per tahun =
Umur ekonomis

129
100.000.000 − 0
=
5 tahun
= 20.000.000

Jurnal:
Biaya penyustan mesin 20.000.000
Akumulasi penyusutan mesin 20.000.000

Mesin tersebut sudah dipakai selama tiga tahun sehingga total akumulasi penyusutan
Rp.60.000.000,- Berarti nilai buku pada saat penghentian mesintersebut sebagai berikut:
= 100.000.000 – 60.000.000
= 40.000.000

Maka kalau dihentikan pada awal tahun 2003, kerugian akan ditanggung PT. X sebesar
nilai buku mesin tersebut.

Jurnal Penghentian mesin tersebut:


Akumulasi penyusutan mesin 60.000.000
Rugi penghentian mesin 40.000.000
Mesin 100.000.000

2. Penghentian melalui penjualan aktiva tetap


Sebuah mesin diperoleh PT. X pada awal tahun 2000, dengan harga perolehan Rp.
100.000.000 dengan umur ekonomis 10 tahun, nilai residu Rp. 10.000.000 dan metode
penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Kemudian mesin tersebut dijual
tanggal 1 Juli 2002 dengan harga Rp. 74.000.000 atau kalau dengan harga Rp. 80.000.000
Diminta:
Buatlah jurnal yang dibutuhkan dalam penghentian aktiva tetap tersebut melalui
penjualan.

Penyelesaian:
H arg a perolehan − nilai residu
Beban penyusutan per tahun =
Umur ekonomis
100.000.000 − 10.000.000
=
10 tahun
= 9.000.000

Total akumulasi penyusutan sebelum dijual:


1 Januari 2000 s/d 1 Juli 2002 = 2,5 tahun x Rp. 9.000.000
= 22.500.000
Maka nilai buku mesin = 100.000.000 – 22.500.000
= 77.500.000

Jika dijual tanggal 1 Juli 2002 dengan harga Rp. 74.000.000


Maka PT. X akan menderita kerugian sebesar Rp. 3.500.000 (77.500.000 – 74.000.000)

Maka jurnalnya:
Kas 74.000.000

130
Akumulasi penyusutan 22.500.000
Kerugian penjualan 3.500.000
Mesin 100.000.000

Jika dijual tanggal 1 Juli 2002 dengan harga Rp. 80.000.000


Maka PT. X akan menderita kerugian sebesar Rp. 2.500.000 (80.000.000 – 77.500.000)

Maka jurnalnya:
Kas 80.000.000
Akumulasi penyusutan 22.500.000
Mesin 100.000.000
Keuntungan penjualan 2.500.000

Latihan: -1
Sebuah mesin diperoleh PT. X pada awal tahun 2000, dengan harga perolehan Rp.
100.000.000 dengan umur ekonomis 4 tahun, nilai residu Rp. 10.000.000 dan metode
penyusutan yang digunakan adalah metode angka tahun. Kemudian mesin tersebut dijual
tanggal 1 Januari 2003 dengan harga Rp. 17.500.000
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal tahun pertama
b. Hitung dan buatlah jurnal penjualan mesin tersebut.

Penyelesaian:
a. Perhitungan penyusutan:

Thn Harga Dasar Sisa % Biaya Akumulasi Nilai


Perolehan Penyusutan Umur Peny penyusutan penyusutan buku
00 100.000.000 90.000.000 4 4/10 36.000.000 36.000.000 64.000.000
01 100.000.000 90.000.000 3 3/10 27.000.000 63.000.000 37.000.000
02 100.000.000 90.000.000 2 2/10 18.000.000 81.000.000 19.000.000
03 100.000.000 90.000.000 1 1/10 9.000.000 90.000.000 10.000.000

Jurnal penyusutan tahun pertama:


Biaya penyusutan 36.000.000
Akumulasi penyusutan 36.000.000

b. Jurnal kalau dijual Rp. 17.500.000


Nilai buku mesin awal tahun 2003 19.000.000
Nilai jual mesin 17.500.000
Kerugian penjualan mesin 1.500.000
Jurnal:
Kas 17.500.000
Akumulasi Penyusutan 81.000.000
Kerugian penjualan mesin 1.500.000
Mesin 100.000.000

131
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-8

AktivaTakBerwujud
(Intangable Asset)

132
Bab XI. Aktiva Tak Berwujud (PSAK No.19) (Intangible Asset)

11.1 Aktiva Tak Berwujud (PSAK No.19)(Intangible Asset)

Pengantar:
Inti dalam pengajaran Akuntansi Keuangan Menengah terletak pada Neraca.

PT. “X”
Neraca
Per 31 Desember 19X1
Aktiva Pasiva
Aktiva Lancar Kewajiban Jangka Pendek
Investasi Kewajiban Jangka Panjang
Aktiva Tetap Modal
Aktiva Tidak Berwujud Laba ditahan
Total: Total:

1. Defenisi:
Aktiva Tak Berwujud adalah suatu aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi
dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakna dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya atau untuk tujuan
administratif.

2. Karakteristik:
a. Diperoleh (di beli) dari pihak lain atau dikembangkan oleh perusahaan sendiri
b. Memberikan hak-hak istimewah kepada pemilik
c. Mempunyai masa manfaat relatif permanen atau lebih dari satu tahun
d. Tidak berwujud

3. Penilaian:
Aktiva tak berwujud yang dimiliki akan dicatat dalam rekening (Akun) sebesar
Harga Perolehannya.

Harga Perolehan mencakup: semua biaya perolehan ditambah pengeluaran lainnya yang
dikorbankan hingga aktiva tak berwujud tersebut siap untuk digunakan. Tanpa kecuali
biaya Pengembangan dan penelitian tidak termaksud dalam harga perolehan aktiva tak
berwujud.

Contoh:
Hutan
100 Hektar

Mr. Chang seorang pengusaha Kelapa sawit. Beliau ingin menjadikan hutan lahan
perkebunannya. Oleh karena itu beliau harus mengurus Hak Guna Usaha (HGU) atas
hutan tersebut kepada Pemerintah. Andaikan harga beli HGU hutan sebesar Rp.

133
1.000.000.000,- dan biaya administratif Rp. 100.000.000,- biaya pengamanan area Rp.
100.000.000,- biaya pembersihan lahan hingga siap guna Rp. 300.000.000,-

Diminta:
Hitung dan buat jurnal perolehan hak guna usaha hutan tersebut:

Penyelesaian:
Harga beli HGU 1.000.000.000,-
Biaya administratif 100.000.000,-
Biaya Pengamanan area 100.000.000,-
Biaya pembersihan lahan 300.000.000,-
Total harga Perolehan HGU HutanRp. 1.500.000.000,-

Jurnal Perolehan HGU Hutan tersebut:


HGU Hutan 1.500.000.000,-
Kas/Hutang 1.500.000.000,-

4. Amortisasi Aktiva Tak Berwujud


Harga Perolehan aktiva tak berwujud (siap digunakan) yang mempunyai masa
manfaat terbatas maka harus diamortisasi setiap tahunnya secara sistematis menjadi
beban (Expenses).

“Pada Umunya metode amortisasi aktiva tak berwujud biasanya mengunakan metode
garis lurus”.

Contoh:
Harga Perolehan HGU Mr. Chang atas Hutan sebesar Rp. 1.500.000.000,- kita andaikan
masa manfaat HGU 20 tahun.
Maka diminta hitung dan buat jurnal amortisasi HGU hutan tersebut.

Penyelesaian:
Amortisasi HGU Hutan pertahun:
H arg a Perolehan
=
Umur guna
1.500.000.000
=
20 tahun
= 75.000.000
Jurnal amortisasi HGU tersebut:
Amortisasi HGU 75.000.000
Akumulasi Amortisasi HGU 75.000.000

5. Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud

a. Hak Paten (Patent)


Hak Paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan atau
perorangan atas produk atau proses produksi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
yaitu hak yang diberikan untuk menghasilkan atau menjual produk tersebut yang
umumnya umur manfaatnya 17 tahun.

134
Contoh:
Untuk memperoleh hak paten tersebut perusahaan”X” yang bergerak dibidang produk
kalkulator tipe Kc-109, mengeluarkan biaya untuk hak paten tersebut sebesar Rp.
150.000.000,- serta biaya pengacara dan pembuatan akte Hak Paten tersebut sebesar`Rp.
50.000.000,-. Kemudian waktu guna hak paten tersebut 16 tahun.
Diminta:
a. Buat jurnal peroelahan hak paten tersebut
b. Buat jurnal amortisasi tahun pertama

Penyelesaian:
a. Total harga perolehan hak paten tersebut.
Biaya untuk hak paten 150.000.000,-
Biaya pengacara dan akte hak paten 50.000.000,-
Total harga perolehan hak paten 200.000.000,-

Jurnal:
Paten 200.000.000
Kas 200.000.000

200.000.000
Total amortisasi per tahun =
16 tahun
= 12.500.000
Jurnal:
Biaya amortisasi 12.500.000
Akumulasi amortisasi 12.500.000
2. Hak Cipta (Copyright)
Yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada pengarang, pencipta lagu, musik
serta barang-barang seni lainnya untuk menerbitkan, mempublikasikan dari hasil ekspresi
yang mereka peroleh dan umumnya waktu penggunaan hak tersebut 40 tahun.
Gambaran:
Pada Negara yang sedang berkembang sering sekali melakukan pelanggaran atas hak
cipta, seperti bajak karya lagu orang lain, copy buku dll. Hal ini terjadi karena
keterbatasan keuangan masyarakat.

3. Cap atau Merek Dagang (Trade-Mark)


Yaitu suatu simbol yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk/jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Merek dagang juga bermanfaat secara ekonomis, karena dari merek dagang tersebut,
masyarakat segera mengenal produk tersebut dan langsung dapat menunjukkan dimana
perusahaan pembuat produk tersebut.

Contoh: Toyota dari Jepang


Nokia dari Irlandia
Siemen dari Jerman
Mobil Ford dari Amerika

135
4. Franchises/Licensies
Yaitu perjanjian suatu perusahaan dengan peruhaan lainnya untuk menghasilkan
produk yang sama tanpa harus mengurangi komposisi barang yang dihasilkan oleh orang
lain yang menerima franchises/lisense.
Memberikan Franchises
untuk menghasilkan
- produk yang
PT. X PT. Y sama
- Menjual
Contoh: KFC di medan apakah merupakan kantor cabang atau tidak ?

Kopi Sidikkalang merupakan merek dagang yang sudah terkenal di luar negeri.
Lagu batak : Lisoi-lisoi.....juga sudah terkenal di luar negeri

5. Goodwill
Merupakan selisih dari harga yang dibayar untuk perusahaan secara keseluruhan
diatas (harga Pasar) kekayaan bersih yang dapat diketahui identitasnya dalam transaksi
pembelian (penggabungan) badan usaha.

Goodwill = Harga perolahan – Harga pasar dari aktiva bersih yang diterima

Harga pasar aktiva bersih = Total harga pasar aktiva – Total hutang

Menilai Goodwill

Ada 2 Tahap yang harus kita lakukan dalam menilai Goodwill:

1. Kelebihan biaya atas aktiva bersih (Excess of cost over value assets)
Dimana Harga beli > Nilai pasar aktiva bersih
Contoh:
PT.X ingin membeli PT. Y dengan harga Rp. 2.500.000,- dimana data aktiva yang dibeli
sebagai berikut:
PT. Y
Neraca
31 Desember 200X
Kas 200.000 Hutang 250.000
Piutang 300.000 Modal Saham 1.750.000
Persediaan 500.000 Laba ditahan 200.000
Aktiva tetap 1.200.000
Total 2.200.000 Total 2.200.000

Berdasarkan penilaian yang independen, bahwa harga pasar yang wajar dari aktiva bersih
tersebut adalah:
Kas 200.000
Piutang 300.000
Persediaan 750.000
Aktiva tetap 1.250.000
Diminta:
1. Hitung berapa besar goodwill yang diperoleh PT.X

136
2. Buat jurnal perolehan goodwill.

Penyelesaian:
1. Menghitung besarnya goodwill
Total harga pasar aktiva 2.500.000
Hutang usaha (250.000)
Total harga pasar aktiva bersih 2.250.000
Maka:
Harga beli 2.500.000
Harga pasar aktiva bersih (2.250.000)
Goodwill 250.000

2. Jurnal perolehan goodwill:


Kas 200.000
Piutang 300.000
Persediaan 750.000
Aktiva tetap 1.250.000
Goodwill 250.000
Hutang 250.000
Kas 2.500.000

2. Kelebihan kemampuan memperoleh laba (Excess earning power)


Merupakan kelebihan memperoleh laba dapat ditentukan dengan membandingkan
apa yang dihasilkan perusahaan yang akan dibeli dengan apa yang normal di dalam
industri.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Tingkat pengembalian normal (Normal rate of return) = rata-rata industri

Contoh:
Perusahaan Aktiva Laba %
A 10.000.000 1.000.000 10
B 25.000.000 5.000.000 20
C 50.000.000 7.500.000 15
D 100.000.000 10.000.000 10
Total 55
Maka:
55%
Rata-rata industri =
4
= 13,75 %
Catatan:
Jika tidak diketahui rata-rata perusahaan maka perusahaan tersebut akan
membandingkannya dengan bunga bank yang sedang berlaku.

137
Oleh karena itu untuk menentukan laba normalnya adalah:

Rata-rata industri x Nilai pasar aktiva bersih perusahaan yang akan dibeli

Misalnya: Harga pasar aktiva bersih Rp. 500.000.000,- dan rata-rata industri 13,75%
Maka :
Laba Normal = 13,75 % x Rp. 500.000.000,-
= 68.750.000.

b. Penentuan laba masa depan (Future Earning)


Dapat kita pahami dengan melihat laba pada beberapa periode tahun yang lalu.
Sejarah laba:
1996 20.000.000
1997 40.000.000
1998 70.000.000
1999 60.000.000
2000 110.000.000
Total 300.000.000

300.000.000
Maka rata-rata laba =
5
= 60.000.000
Rata-rata laba 60.000.000
Add:
Penyesuaian atas peralihan perhit LIFO ke FIFO 10.000.000
Penyesuaian atas perubahan ke G. Lurus 30.000.000
40.000.000
100.000.000
Less:
Keuntungan Luar biasa (50 Jt : 5 tahun) 10.000.000
Amortisasi Paten (G.L) 2.000.000 12.000.000
Rata-rata Laba 88.000.000

Maka: Laba Masa Depan (Future Earning) = 88 Jt – 68,75 Jt


= 19.250.000

c. Memilih tingkat diskonto untuk menerapkan kelebihan laba (Discounto rate of


Excess Earning).

Laba masa depan


Goodwill =
Taksiran Diskonto

19.250.000
Goodwill =
0,15
= 128.333.000

138
Mencari Berapa Amortisasi Goodwill:
128.333.333
=
10 tahun
= 12.833.333
Latihan:
1. Untuk memperoleh hak paten tersebut perusahaan”X” yang bergerak dibidang produk
kalkulator tipe Kc-109, mengeluarkan biaya untuk hak paten tersebut sebesar Rp.
250.000.000,- serta biaya pengacara dan pembuatan Akte Hak Paten tersebut
sebesar`Rp. 50.000.000,-. Biaya pengembangan dan riset Rp. 40.000.000,- Kemudian
waktu guna hak paten tersebut 16 tahun.

Diminta:
a. Buat jurnal peroelahan hak paten tersebut
b. Buat jurnal amortisasi tahun pertama

2. PT.”X” ingin membeli PT. “Y” dengan harga Rp. 6.850.000,- dimana data aktiva yang
dibeli sebagai berikut:
PT. “Y”
Neraca
31 Desember 200X
Kas 400.000 Hutang 1.500.000
Piutang 600.000 Modal Saham 4.000.000
Persediaan 1.500.000 Laba ditahan 400.000
Aktiva tetap 3.400.000
Total 5.900.000 Total 5.900.000
Berdasarkan penilaian yang independen, bahwa harga pasar yang wajar dari aktiva
bersih tersebut adalah: Persediaan Rp. 2.750.000,- dan Aktiva tetap Rp. 4.250.000,-
Diminta:
a. Hitung berapa besar goodwill yang diperoleh PT. “X“
b. Buat jurnal perolehan goodwill.

3. Berdasarkan data No. 2. Untuk mengetahui berapa rata-rata Industri Maka perusahaan
mengambil data dari beberapa perusahaan sebagai berikut:
Perusahaan Aktiva Laba
A 10.000.000 500.000
B 25.000.000 2.000.000
C 50.000.000 7.500.000
D 100.000.000 9.000.000

Dan diketahui rata-rata laba masa mendatang Rp. 800.000,- serta tingkat diskonto 20 %
Diminta:
a. Hitung berapa besar Laba normal (Normal Rate of return)
b. Hitung berapa besar laba masa mendatang (Future Earning)
c. Hitung berapa besar Goodwill

139
4. PT.”SOP” ingin membeli aktiva PT. “INDAH JAYA” dengan harga Rp. 17.250.000,-
dimana data aktiva yang dibeli sebagai berikut:
PT. INDAH JAYA
Neraca
31 Desember 200X
Kas 750.000 Hutang 2.150.000
Piutang 500.000 Modal Saham 11.600.000
Persediaan 4.580.000 Laba ditahan 600.000
Aktiva tetap 8.520.000
Total 14.350.000 Total 14.350.000
Berdasarkan penilaian yang independen, bahwa harga pasar yang wajar dari aktiva bersih
yang akan diterima tersebut adalah: Persediaan Rp. 5.100.000,- dan Aktiva tetap Rp.
10.225.000,-
Diminta:
a. Hitung berapa besar goodwill yang diperoleh PT.”SOP”
b. Buat jurnal perolehan goodwill.

140
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-12

KewajibanJangkaPendek
(CurrentLiabilities)

141
Bab XII. HUTANG LANCAR DAN KONTINJENSI

(Current Liabilities and Contingency)

12.1HUTANG LANCAR DAN KONTINJENSI(Current Liabilities and


Contingency)

1. Defenisi:
Kewajiban Lancar adalah Sejumlah uang, barang atau jasa yang diserahkan
perusahaan kepada pihak lain (Creditur) dimasa yang akan datang, dimana kewajiban
timbul dari transaksi masa lalu.

2. Karakteristik :
• Kewajiban ada karena transaksi masa lalu
• Kewajiban akan dilunasi pada masa yang akan datang
• Kewajiban dapat diukur dalam jumlah satuan uang atau dapat ditaksir
jumlahnya.
• Kredit dan Jatuh tempo, keduanya diketahui dan dapat ditentukan
• Tidak ada hak untuk membatalkan atau melepaskan diri dari kewajiban
tersebut.

3. Penilaian :
Kewajiban lancar diukur atas dasar nilai sekarang (Present Value) dari pengeluaran masa
depan tetapi biasanya kewajiban dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam
laporan keuangan dengan nilai penuh saat jatuh tempo.

4. Penggolongan :
Kewajiban lancar yang dapat ditentukan
 Hutang Dagang
Yaitu saldo yang terhutang pada orang lain atas barang, jasa, dll., yang
dibeli secara kredit. Dengan syarat (2/10, n/30)
Pada umumnya hutang dicatat saat barang diterima atau faktur pembelian
diterima oleh si pembeli.

 Hutang Wesel / Wesel Bayar / Notes Payable


Yaitu adanya suatu janji tertulis atas transaksi yang dilakukan dalam hal
terbentuknya hutang.

Ada 3 jenis Surat Hutang (Wesel dagang):

a. Wesel Dagang
Yaitu jumlah nominal yang belum dibayar dari perjanjian (Promes) utang kepada
pemasok barang atau jasa.

Catatan:

142
Di dalam wesel dagang ini juga akan dicantumkan tanggal jatuh tempo dan
pengeluaran lainnya, serta beban bunga jika ada ditetapkan.
Jika terdapat bunga = maka harus tertulis spesifik, (nilai nominal > n. J. Tempo)
Jika tak berbunga= tidak tertulis spesifik ( Nilai nominal = nilai Jatuh Tempo)
b. Wesel Pinjaman Jangka Pendek
 Jika terdapat bunga maka harus dicatatkan dan dilaporkan dalam laporan
keuangan setiap beban bunga dibayar.
 Jika tidak berbunga maka bank akan melakukan pendiskontoan wesel
tersebut.

Contoh : 1
Jika Wesel Tidak berbunga.
Pada tanggal 1 September 2006, perusahaan Lambok meminjam uang dari Bank dengan
menyerahkan surat wesel sebesar Rp. 1.000.000,- dengan tingkat diskonto 9 %, sehingga
perusahaan lambok menerima hanya sebesar Rp. 910.000,- dan akan memikul kewajiban
untuk membayar kewajiban Rp. 1.000.000,- kepada Bank dalam jangka waktu 12 bulan.
Diminta:
1. Hitung berapa besar tingkat bunga efektif
2. Buat jurnal saat dilakukan peminjaman
3. Hitung dan buat jurnal amortisasi Diskonto untuk setiap akhir bulan.
4. Hitung berapa besar hutang lancar perusahaan lambok untuk 31 Desember 2006.

Penyelesaian:
1. Hitung berapa besar tingkat bunga efektif
Besarnya Diskonto
Tingkat bunga efektif = X 100%
Uang yg diterima
90.000
= X 100%
910.0000
= 9,98 %

2.Buat jurnal saat dilakukan peminjaman


Kas 910.000
Diskonto 90.000
Wesel bayar 1.000.000

3.Hitung dan buat jurnal amortisasi diskonto untuk setiap akhir bulan.
Beban Diskonto
=
waktu
90.000
=
12 bulan
= 7.500,-
Jurnal:
Beban Bunga 7.500
Diskonto pada wesel bayar 7.500

4.Hutang Lancar Lambok pada akhir tahun 2006:

Wesel bayar 1.000.000

143
Nilai yang belum didiskonto atas wesel bayar (12 – 4)=8 bln x 7.500) 60.000
Total wesel bayar 31 Desember 2006 940.000
Atau
Nilai Kini 910.000
Yang telah didiskonto 30.000
Total wesel bayar akhir tahun 940.000
Contoh : 2
Jika Wesel berbunga.
Seandainya dari data di atas pinjaman Rp. 1.000.000,- dengan bunga tercatat 12 % per
tahun dimana wesel bayar akan jatuh tempo 12 bulan.
Diminta:
a. Saat Pinjaman
b. Jurnal penyesuaian akhir tahun
c. Jurnal saat pelunasan

Penyelesaian:
a. Saat Pinjaman :
Kas 1.000.000
Wesel bayar 1.000.000

b. jurnal penyesuaian akhir tahun 2006:


Beban bunga 40.000
Hutang bunga (1 Jt x 12 % x 4/12) 40.000

c. Jurnal saat pelunasan wesel bayar beserta bunga 31 Januari 2007 :


Wesel bayar 1.000.000
Hutang bunga 40.000
Beban bunga 10.000
Kas 1.050.000

c. Jatuh Tempo berjalan dari hutang jangka panjang


Bagian dari obligasi dan hipotik dan hutang jangka panjang lainnya yang jatuh
temponya dalam tahun fiskal maka harus disajikan sebagai hutang lancar. Apabila hanya
sebagian yang dibayar maka sisanya yang belum dibayar dalam jangka waktu 12 bulan
akan diperhitungkan sebagai hutang lancar dan sisanya dikategorikan hutang jangka
panjang.

 Hutang Deviden

Yaitu jumlah uang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada para pemegang
sahamnya sebagai akibat adanya pengumuman deviden atas laba yang diperoleh
perusahaan tersebut yang dilakukan oleh manajemen. (Pembayaran dilakukan tidak
lebih dari 1 tahun alias pada umumnya 3 bulan setelah pengumuman.
Contoh :
Saat Pengumuman deviden sebesar 250.000.000
Laba ditahan 250.000.000
Hutang deviden 250.000.000

144
Saat Pembayaran:
Hutang Deviden 250.000.000
Kas 250.000.000

 Hutang Pajak

Hutang pajak terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut:

1. Hutang Pajak Penghasilan (PPh)


Pada akhir periode atau bulan diketahui penghasilan perusahaan atau karyawan
dimana dalam penentuan besarnya pajak penghasilan dapat ditentukan dengan
mengalikan Penghasilan dengan tarif pajak yang telah ditetapkan, dan hal ini akan
mengakibatkan Pajak penghasilan didebet dan mengkreditkan Hutang pajak
penghasilan.
Contoh:
PT. Multi Karya melakukan pembayaran gaji, upah karyawannya. Dimana pendapatan
karyawan untuk bulan Oktober 2007 sebesar 250.000.000 dan akan dikenakan pajak
penghasilan sebesar 10 % atas pendapatan tersebut.
Diminta:
Buatlah jurnal atas pembayaran gaji/upah karyawan tersebut :
Gaji dan Upah 250.000.000
Hutang pajak penghasilan 25.000.000
Kas 225.000.000

2. Hutang Pajak Penjualan atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Umumnya Hutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) selalu dibebankan perusahaan
kepada konsumen melalui harga jual yang sudah diperhitungkan pajak didalamnya
oleh perusahaan tersebut.
Contoh:
Kepada PT. Gudang garam, Pemerintah mengenakan pajak PPN sebesar 10 % atas
harga penjualan rokok yang mereka lakukan. Penjualan rokok yang mereka lakukan
sebesar Rp. 1.500.000.000,-
Diminta:
Buatlah jurnal atas penjualan rokok tersebut beserta pajak yang terkandung
didalamnya.

Penyelesaian:
Kas 1.650.000.000
Penjualan rokok 1.500.000.000
Hutang pajak pertambahan nilai (PPN) 150.000.000

3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada PBB:
Bilamana pemilik kekayaan itu harus melaporkan kewajiban pajaknya. Oleh karena itu
Profesi akuntan mempertimbangkan : bahwa periode pembebanan pajak kekayaan
dan bagaimana melaporkannya? Menyatakan bahwa umumnya dasar yang paling
dapat diterima untuk PBB adalah Accrual bulanan pada pembukuan wajib pajak
selama tahun fiskal.

145
Contoh:
Perusahaan R menerima tagihan pajak pada bulan mei sebesar Rp. 3.600.000 untuk 1
tahun, dimana tahun pajak dinegara tersebut adalah 1 Mei – 30 April. Perusahaan R
melakukan pembayaran pajak secara berangsur yaitu 1 Juli dan 1 September.

Diminta:
1. Jurnal saat perikatan
2. Perhitungan beban bunga perbulan dan jurnal bulan 31 Mei dan 30 Juni
Pembayaran 1 Juli hutang pajak ditambah pajak kekayaan dibayar dimuka untuk 4 bulan
3. Jurnal untuk bulan 31 Juli dan 31 Agustus
4. Pembayaran hutang pajak dan pajak untuk 6 bulan
5. Jurnal 30 September, Okt, Nop, Des, Jan, Peb dan Maret.

Penyelesaian:
1. saat Perikatan
No Entry

2. Perhitungan beban bunga dan jurnal


3.600.000
Hutang pajak/bulan =
12
= 300.000
Beban pajak 300.000
300.000

3. Pembayaran hutang pajak dan pajak dibayar dimuka


Hutang pajak 600.000
Pajak dibayar dimuka 1.200.000
Kas 1.800.000

4. Jurnal 31 Juli dan 31 Agustus


Beban Pajak 300.000
Pajak dibayar dimuka 300.000

5. Pembayaran 6 bulan kedepan


Pajak kekayaan dibayar dimuka1.800.000
Kas 1.800.000

6. Jurnal akhir bulan september s/d mei


Beban Pajak 300.000
Pajak dibayar dimuka 300.000

 Hutang Bonus
Bonus yang diberikan pada karyawan tertentu kadang-kadang menimbulkan
masalah tersendiri karena pemberian bonus tergantung kesepakatan yang dilakukan oleh
pimpinan perusahaan kepada karyawan apakah berdasarkan job order atau berdasarkan
laba atau penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu dalam hal
perhitungan bonus ada 4 tahap yang harus diperhatikan sbb:

146
Keterangan rumus:
b = Tingkat Bonus
I = Penghasilan sebelum bonus dan pajak
B = Bonus
T = Pajak
t = Tingkat Pajak

1.Bonus dari Laba sebelum bonus dan pajak penghasilan


B=bxI

2.Bonus dari laba setelah Bonus dan sebelum Pajak


B=bx(I–B)

3.Bonus dari laba sebelum bonus dan setelah pajak


B=bx(I–T)

4.Bonus dari laba setelah bonus dan pajak


B=bx(I–B–T)

Dimana untuk mencari Pajak ( T ) = t x ( I – B )

Contoh:
Suatu Perusahaan memberikan bonus sebagai tambahan atas gaji manajer sebesar 20 %.
Tingkat pajak 10 %. Dimana dalam tahun 2007, Perusahaan memperoleh laba sebelum
pajak dan bonus sebesar Rp. 6.000.000,-
Diminta:
1.Hitung berapa besar Bonus sebelum Bonus dan Pajak
2.Hitung berapa besar Bonus setelah bonus dan sebelum pajak
3.Hitung berapa besar Bonus sebelum bonus dan setelah pajak
4.Hitung berapa besar Bonus setelah bonus dan pajak
Penyelesaian:
1. Bonus sebelum bonus dan pajak
B=bxI
B = 20 % x 6.000.000,-
B = 1.200.000,-

2. Bonus setelah bonus sebelum pajak


B=bx(I–B)
B = 20 % x ( 6.000.000 – B )
B = 1.200.000 – 0,2 B
1,2 B = 1.200.000
1.200.000
B=
1,2
B = 1.000.000

3. Bonus sebelum bonus dan setelah pajak


B=bx(I–T)
B = 0,2 x { 6.000.000 – (0,1 (6.000.000 – B) }

147
B = 0,2 x { 6.000.000 – (600.000 – 0,1 B) }
B = 0,2 x { 6.000.000 – 600.000 + 0,1 B }
B = 0,2 x { 5.400.000 + 0,1 B }
B = 1.080.000 + 0,02 B
0,98 B = 1.080.000
1.080.000
B=
0,98
B = 1.102.041 (Pembulatan)
4. Bonus setelah bonus dan pajak
B=bx(I–B–T)
B = 0,2 x { 6.000.000 – B – (0,1 x (6.000.000 – B)}
B = 0,2 x { 6.000.000 – B – (600.000 – 0,1 B)}
B = 0,2 x { 6.000.000 – B – 600.000 + 0,1 B }
B = 0,2 x { 5.400.000 – 0,9 B}
B = 1.080.000 – 0,18 B
1,18 B = 1.080.000
1.080.000
B=
1,18
B = 915.254 (Pembulatan)

1.Jurnal saat Perhitungan Bonus:


Beban Bonus Karyawan 1.200.000
Hutang bonus 1.200.000

2.Saat Pembayaran Bonus :


Hutang Bonus 1.200.000
Kas 1.200.000

Latihan:

1. Pada tanggal 1 September 2006, perusahaan Lambok meminjam uang dari Bank dengan
menyerahkan surat wesel sebesar Rp. 8.000.000,- dengan tingkat diskonto 8 %, dan
akan memikul kewajiban untuk membayar kewajiban Rp. 8.000.000,- kepada Bank
dalam jangka waktu 12 bulan.
Diminta:
a. Hitung berapa besar tingkat bunga efektif
b. Buat jurnal saat dilakukan peminjaman
c. Hitung dan buat jurnal amortisasi diskonto untuk setiap akhir bulan.
d. Hitung berapa besar hutang lancar perusahaan lambok untuk 31 Desember 2006.

2. Suatu Perusahaan memberikan bonus sebagai tambahan atas gaji manajer sebesar 15 %.
Tingkat pajak 5 %. Dimana dalam tahun 2007, Perusahaan memperoleh laba sebelum
pajak dan bonus sebesar Rp. 16.000.000,-
Diminta:
a. Hitung berapa besar Bonus sebelum Bonus dan Pajak
b. Hitung berapa besar Bonus setelah bonus dan sebelum pajak

148
c. Hitung berapa besar Bonus sebelum bonus dan setelah pajak
d. Hitung berapa besar Bonus setelah bonus dan pajak

3. Kepada PT. Gudang garam, Pemerintah mengenakan pajak PPN sebesar 7 % atas harga
penjualan rokok yang mereka lakukan. Kas atas penjualan rokok yang mereka peroleh
sebesar Rp. 1.500.000.000,- (sudah termasuk didalamnya pajak)
Diminta:
Buatlah jurnal atas penjualan rokok tersebut beserta pajak yang terkandung
didalamnya

12.2 KONTINJENSI (CONTINGENCY)

Hutang kontinjensi adalah kewajiban yang tergantung pada terjadi atau tidak
terjadinya satu atau lebih kejadian pada masa depan atau suatu kondisi/situasi yang
melibatkan ketidakpastian yang berakibat keungtungan atau kerugian.

Biasanya jumlah maksimum dari kewajiban untuk memberikan garansi dan hadiah atas
produk yang dijual, atau dapat diketahui berdasarkan kontrak atau perjanjian jual beli
dengan pihak pembeli.

Biaya Garansi dan Jaminan (Product Guarantee and warranty)


Garansi Merupakan suatub jaminan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli untuk
memeperbaiki kekurangan atas kuantitas, kualitas dari produk yang dijual.

Garansi diberikan dalam bentuk :


1. Perawatan Gratis
2. Penggantian komponen-komponen barang yang rusak
3. Pengembalian uang atas harga yang dibayar oleh pembeli dalam batas waktu
tertentu
sejak transaksi terjadinya penjualan.

“Metode yang digunakan untuk Garansi/Jaminan ada 2:”


1. Metode Dasar` Tunai (Cash Basic)
Garansi dibebankan pada saat terjadi atau sesudah perusahaan/penjual memenuhi
syarat garansi atau pada saat biaya jaminan tersebut tidak material dan juga waktu
relatif pendek serta jumlah kewajiban tidak dapat diperkirakan dengan layak.

2. Metode Dasar waktu ( Accrual Basic)


Biaya jaminan/garansi dibebankan ke beban operasi dalam tahun penjualan.

Ada 2 metode pendekatan accrual basic

1. Jaminan Beban (Expense Warranty Method)


Contoh:
PT. Perkasa Elektronik pada bulan juli 2006 menjual 250 unit mesin komputer dengan
harga per unit Rp. 10.000.000. dari pengalaman tahun lalu dengan mesin yang sama
bahwa biaya jaminan rata-rata perunit Rp. 100.000. selanjutnya akibat dari

149
penggantian suku cadang dan service yang diberikan tahun 2006 dikeluarkan biaya
jaminan sebesar Rp. 10.000.000 dan sisanya pada tahun 2007 sebesar 15.000.000
Diminta:
1. Saat Penjualan
2. Pengakuan beban jaminan sampai Desember 2006
3. Pengakuan biaya jaminan yang terjadi tahun 2007
Penyelesaian:
1. Saat Penjualan
Kas atau Piutang dagang 2.500.000.000
Penjualan 2.500.000.000

2. Pengakuan Beban Jaminan


Beban Jaminan 10.000.000
Kas, Persediaan, tenaga kerja 10.000.000
Penyesuaian akhir tahun:
Beban jaminan 15.000.000
Taksiran kewajiban atas jaminan 15.000.000

3. Pengakuan beban jaminan tahun 2007


Taksiran kewajiban atas jaminan15.000.000
Kas, Persediaan, gaji 15.000.000

2. Jaminan Penjualan
Jaminan Penjualan merupakan menjual jaminan terpisah dari produk yang dijual.
Contoh:
A membeli sebuah motor honda supra X dengan harga Rp. 14.000.000,- sudah
termaksud jaminan yang biasa untuk 3 tahun. Kemudian A ditawarkan untuk membeli
jaminan yang diperpanjang untuk melindungi motor A selama 3 tahun berikutnya
dengan biaya Rp. 2.400.000,- yang mana penjualan dilakukan tanggal 2 Januari 2007.
Diminta:
a. Buatlah jurnal saat penjualan
b. Mengakui pendapatan akhir tahun ke tiga.

Penyelesaian:
a. Jurnal Penjualan
Kas 16.400.000
Penjualan 14.000.000
Pendapatan jaminan yang belum dihasilkan 2.400.000

b. Pengakuan pendapatan akhir tahun ke-4


Pendapatan jaminan yang belum dihasilkan 800.000
Pendapatan jaminan 800.000
Catatan:
Pendapatan jaminan per tahun dengan menggunakan Garis Lurus.
2.400.000
=
3
= 800.000/tahun

150
12.3 PREMI DAN KUPON (Premium and Coupon)

Ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh penjual jika memberikan hadiah atas produk
ysang dijual sbb:
1. Penjual harus menyediakan barang sebagai hadiah
2. Biaya hadiah harus dicatat selama pemberian hadiah
3. Hadiah harus diberikan kepada pembeli yang telah memenuhi persyaratan.

Contoh:
Pada awal tahun 2007, PT. Cocacola menawarkan sebuah bola kaki untuk 20 tutup botol
cocacola ditambah uang tunai Rp. 5.000,- dan ditaksir 60 % tutup cocacola akan kembali.
Dan selama tahun 2007 cocacola yang terjual sebanyak 200.000 botol dengan harga jual per
botol Rp. 2.000,- sedangkan PT. Cocacola tersebut harus menyediakan bola kaki sebagai
hadiah sebanyak 8.000 buah dengan harga per bola kaki Rp. 20.000,-
Diminta:
a. Hitung dan buat jurnal perolehan bola kaki tersebut.
b. Buat jurnal penjualan bola kaki tersebut
c. Hitung dan buat jurnal atas dikembalikannya tutup botol keperusahaan untuk
memperoleh hadiah. Dimana selama tahun 2007 tutup botol yang kembali
sebanyak 50 % dari penjualan.
d. Jurnal penyesuaian diakhir periode akuntansi untuk taksiran kewajiban hadiah.

Penyelesaian:
a. Perolehan bola kaki ( 8.000 bola @ Rp. 20.000 = Rp. 160.000.000,-)
Persediaan 160.000.000
Kas 160.000.000

b. Penjualan cocacola 200.000 botol @ Rp. 2.000


Kas 400.000.000
Penjualan 400.000.000

c. Mencatat penebusan hadiah atas ditukarkannya 50 % tutup botol tersebut.


Kas {((50 % x 200.000 btl) : 20) x Rp. 5.000} 25.000.000
Biaya hadiah {((50 % x 200.000 btl) : 20) x ( Rp. 20.000 – 5.000)} 75.000.000
T. Persediaan yg diserahkan {((50% x 200.000 btl) : 20) x Rp. 20.000} 100.000.000

Jurnal Pemberian hadiah:


Kas 25.000.000
Biaya hadiah75.000.000
Persediaan hadiah100.000.000

151
d. Penyesuaian di akhir tahun
Total tutup botol yang terjual 200.000 btl

Taksiran kambali ( 60 % x 200.000 btl) 120.000 btl


Tutup botol yang kembali (50% x 200.000 btl) 100.000 btl
Tutup botol yang belum kembali 20.000 btl
Maka taksiran penebusan masa depan:
20.000 btl
= x (Rp. 20.000 – 5.000) 15.000.000
20

Jurnal taksiran hutang hadiah:


Biaya Hadiah/premi 15.000.000
Taksiran hutang hadiah 15.000.000

152
153
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-13

KewajibanJangka
Panjang
(LongTermLiabilities)

154
BAB XIII.KEWAJIBAN JANGKA PANJANG(LONG TERM LIABILITIES)

13.1 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG(LONG TERM LIABILITIES)

1. Defenisi:
Kewajiban Jangka Panjang merupakan Kewajiban yang berasal dari kewajiban
sekarang yang pelunasannya tidak dilakukan dalam satu tahun atau dengan kata lain
pembayarannya lebih dari satu tahun.

PT. ADS
Neraca
31 Desember xx
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Investasi Hutang Jangka Panjang
Asset Tetap Modal
Asset Tak Berwujud Laba Ditahan

2. Jenis-jenis Hutang Jangka Panjang


• Hutang Obligasi
• Hutang Hipotik
• Hutang Sewa
• Hutang Pensiun
• Hutang Wesel Jangka Panjang

Inti pembahasan hanya difokuskan pada hutang Obligasi dan Hutang Wesel

Pembahasan:

Hutang Obligasi

Persoalan dalam hal berhutang:


Kenapa kita lebih memilih berhutang dari pada menerbitkan saham....?
Alasannya:
1. Jumlah pemilik akan tetap atau tidak banyak
2. Biaya bunga akan menjadi pengurang dalam perhitungan pajak
3. Tingkat bunga pasar sering lebih rendah dibandingkan harga pasar`saham atau
Beban bunga lebih rendah dari pada beban deviden.

Jenis-Jenis Hutang Obligasi

1. Obligasi Bersyarat dan Obligasi Berseri


Bersyarat jika tanggal jatuh temponya sama contoh: setiap 1 Juli
Berseri jika tanggal jatuh temponya beragam contoh: 1 Mei, 1 Sep, 1 Januari
2. Obligasi Terjamin dan Tak Terjamin
Terjamin = Obligasi Hipotik
Tak Terjamin = Obligasi Surat Hutang
155
3. Obligasi Terdaftar dan Atas Unjuk
Obligasi terdaftar mensyaratkan adanya penyerahan sertifikat dan penerbitan sertifikat
baru dengan nama pemilik jelas tercantumObligasi Atas Unjuk merupakan tidak dicatat
atas nama pemilik dan dapat ditransfer dari satu pemilik kepemilik yang lain dengan
penyerahan.

4. Obligasi Laba dan Pendapatan


Obligasi laba tidak memberikan bunga kecuali perusahaan penerbitnya memperoleh
keuntungan.Obligasi Pendapatan merupakan bunga yang dibayarkan padanya
dibayarkan dari sumber pendapatn tertentu.

13.2 PENILAIAN HUTANG OBLIGASI

Hutang Obligasi akan dinilai berdasarkan Nilai Kini (Present Value) dari Hutang
Obligasi.

Nilai kini terdiri atas:


Nilai Kini Pokok Hutang (Present Value Principle)
 1 
= Face Value x  
n 
 (1 + i) 

Nilai kini dari bunga (Present Value Interst)


 1 
1 − 
 (1 + i ) n 
= Interst x
 i 
 
 
Keterangan:
Face Value = Nilai Nominal
Interst = Bunga
i = Tingkat bunga efektif
n = Waktu jatuh tempo
Interst = Bunga tercatat

Contoh Perhitungan Nilai kini:


PT. SWG menerbitkan sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp. 1.000.000 untuk 5 tahun
dengan bunga tercatat 5 % dan bunga yang berlaku di pasar (bunga Efektif) sebesar 11 %.
Diminta:
Hitunglah nilai kini dari obligasi tersebut.

Penyelesaian:

156
Nilai kini dari pokok Obligasi (Present Value Principle)
 1 
= Nilai Nominal x  n 

 (1 + i) 
 1 
= 1.000.000 x  
5 
= 593.451,328
 (1 + 0,11) 

Nilai kini dari bunga (Present Value Interst )


 1 
1 − 
= bunga x  (1 + i ) n 
 i 
 
 
 1 
1 − 5 
(1 + 0,11) 
= 50.000 x  = 184.794,851
 0,11 
 
 
Total nilai kini dari hutang obligasi = 778.246,231

13.3 PENERBITAN OBLIGASI YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Menerbitkan Obligasi pada harga Pari dan pada tanggal jatuh tempo (Biasanya 2
kali setahun)
2. Menerbitkan Obligasi berbeda nilai Par dan pada tanggal jatuh tempo (Diskonto
atau Premium)
3. Menerbitkan Obligasi pada tanggal di antara tanggal jatuh tempo bunga

Pembahasan:

Menerbitkan Obligasi pada harga Pari dan pada tanggal jatuh tempo (Biasanya 2 kali
setahun)

Catatan: Nilai Pari adalah jika nilai nominal = nilai jual/terbit


Notes = Par Value is if Face Value same Market Value

Contohnya:
PT. Sinar Tani menerbitkan obligasi yang akan jatuh tempo 10 tahun, dengan nilai
nominal Rp. 10.000.000,- tertanggal 1 Januari 2006. bunga ditetapkan sebesar 10 % dengan
jatuh tempo bunga setiap 1 Januari dan 1 Juli.
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal saat penerbitan obligasi
b. Pembayaran bunga pertama
c. Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2006

Penyelesaian:
a. Saat Penerbitan:
Kas 10.000.000

157
Hutang Obligasi 10.000.000

b. Pembayaran bunga pertama:


Bunga satu semester = 10.000.000 x ½ x 10 %= 500.000

Biaya Bunga Obligasi 500.000


Kas 500.000

c. Penyesuaian:
Biaya bunga obligasi 500.000
Hutang bunga obligasi 500.000

Menerbitkan Obligasi berbeda nilai Par dan pada tanggal jatuh tempo (Diskonto atau
Premium)

Contoh:
PT. Sinar Tani menerbitkan obligasi dengan nilai 97 % atau 105 %, yang akan jatuh tempo
10 tahun, dengan nilai nominal Rp. 10.000.000,- tertanggal 1 Januari 2006. bunga
ditetapkan sebesar 10 % dengan jatuh tempo bunga setiap 1 Januari dan 1 Juli.
Diminta:
a. Hitung dan buatlah jurnal saat penerbitan obligasi
b. Pembayaran bunga pertama
c. Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 2006

Penyelesaian:
Jika nilai penerbitan 97 %

1. jurnal saat penerbitan


Nilai Nominal 10.000.000
Nilai jual 97 % x 10.000.000 9.700.000
Diskonto atas obligasi 300.000

Jurnal:
Kas 9.700.000
Diskonto atas Obligasi 300.000
Hutang Obligasi 10.000.000

b. Pembayaran bunga pertama:


Amortisasi Diskonto per semester:
Nilai Diskonto
=
Waktu
300.000
=
10 x 2
= 15.000

Bunga per semester= 10.000.000 x 10 % x ½= 500.000

158
Jurnal:
Beban bunga obligasi 515.000
Diskonto atas obligasi 15.000
Kas 500.000

c. Penyesuaian akhir tahun


Beban bunga obligasi 515.000
Diskonto atas obligasi 15.000
Hutang bunga obligasi 500.000

Jika nilai penerbitan 105 %


Nilai Nominal 10.000.000
Nilai terbit 105 % x 10.000.000 10.500.000
Premium 500.000

a. Jurnal saat penerbitan


Kas 10.500.000
Hutang Obligasi 10.000.000
Premium 500.000

b. Amortisasi Premium obligasi dan bayar bunga


Amortisasi Premium per semester:
Nilai Pr emium
=
Waktu
500.000
=
10 x 2
= 25.000

Bunga per semester= 10.000.000 x 10 % x ½= 500.000

Jurnal:
Beban bunga obligasi 475.000
Premium atas obligasi 25.000
Kas 500.000

c. Penyesuaian:
Beban bunga obligasi 475.000
Premium atas obligasi 25.000
Hutang bunga obligasi 500.000

Menerbitkan Obligasi pada tanggal diantara tanggal jatuh tempo bunga

PT. X (Pemilik Oblig) , , , PT. Y (Membeli)


1 Januari 1 Maret 1 Juli

159
Sehingga besarnya kas bagi penjual/penerbit obligasi:
= Nilai terbit obligasi + beban bunga berjalan

Contoh: 1 (Nilai nominal = nilai terbit)


PT. X memiliki obligasi dengan nilai Pari Rp. 10.000.000 tertanggal 1 Jnauari 2007 untuk 10
tahun. Dan bunga tercatat atas obligasi tersebut sebesar 10 % dan dibayar setiap 1 Januari
dan 1 Juli. Obligasi tersebut diterbitkan tanggal 1 Maret 2007.
Diminta:
a. Jurnal saat penerbitan obligasi
b. Jurnal pembayaran bunga 1 Juli 2007
c. Jurnal penyesuaian akhir tahun 2007

Penyelesaian:
a. Kas yang akan diterima PT. X adalah:
Nilai terbit obligasi = 10.000.000
Beban bunga berjalan ( 10.000.000 x 10% x 2/12) = 166.666,7
Total kas yang diterima = 10.166.666,7
Jurnal:
Kas 10.166.666,7
Hutang obligasi 10.000.000
Beban bunga oblig/Hutang bunga166.666,7

b. Pembayaran bunga tanggal 1 Juli 2007 yang dilakukan PT. X


Total hutang bunga ( 2 + 4 bln ) = (10.000.000 x 10 % x 6/12) = 500.000
Jurnal:
Beban Bunga 500.000
Kas 500.000
c. Penyesuaian akhir tahun 2007
Beban bunga 500.000
Hutang bunga oblig 500.000

Contoh: 2 (Nilai nominal # nilai terbit)


PT. X memiliki obligasi dengan nilai nominal Rp. 10.000.000 dan diterbitkan pada nilai
102, tertanggal 1 Januari 2007 untuk 10 tahun. Dan bunga tercatat atas obligasi tersebut
sebesar 10 % dan dibayar setiap 1 Januari dan 1 Juli. Obligasi tersebut diterbitkan tanggal
1 Maret 2007.
Diminta:
a.Jurnal saat penerbitan obligasi
b. Jurnal pembayaran bunga 1 Juli 2007
c. Jurnal penyesuaian akhir tahun 2007

Penyelesaian:

a. Jurnal penerbitan.
Kas yang akan diterima:
Nilai terbit obligasi (102 x 10.000.000) = 10.200.000
Bunga berjalan ( 10.000.000 x 10% x 2/12) = 166.666,7
Total kas yang diterima = 10.366.666,7

160
Jurnal:
Kas 10.366.666,7
Hutang obligasi 10.000.000
Premium atas Obligasi 200.000
Beban bunga/hutang bunga 166.666,7

b. pembayaran bunga dan amortisasi atas premium:


Amortisasi Premium = 200.000 /118 = 1.695 / bulan
4 bulan x 1.695 = 6.780
Jurnal:
Beban bunga 493.220
Premium atas obligasi 6.780
Kas 500.000
Kalau dipisah jurnal antara beban bunga dengan amortisasi premium:
Jurnal beban bunga:
Beban bunga 500.000
Kas 500.000
Amortisasi Premium:
Premium atas obligasi 6.780
Beban bunga 6.780
c. Penyesuaian:
Beban bunga 489.830
Premium atas obligasi 10.170
Hutang bunga 500.000

13.4 METODE BUNGA EFEKTIF

Ada 2 Perhitungan dengan mengunakan metode ini:


1. Mengalikan nilai buku dari obligasi dengan tingkat bunga efektif
Sehingga hal ini akan mengakibatkan munculnya akun Diskonto atau premium
Diskonto = Nilai Nominal > Nilai sekarang/Nilai kini
( Bunga Tercatat < Bunga efektif)
Premium = Nilai Nominal < Nilai sekarang/Nilai kini
(Bunga Tercatat > Bunga Efektif)

2. Amortisasi Diskonto atau Premium dengan membandingkan beban bunga obligasi


dengan bunga yang dibayarkan (bunga efektif).
Contoh:
PT. Hoods mengeluarkan bunga obligasi 8 % untuk Rp. 10.000.000,- pada tanggal 1
Jnauari 2006 yang akan jatuh tempo 1 Januari 2011, dengan bunga obligasi dibayar setiap a
Juli dan 1 Januari dengan tingkat bunga efektif 10 % atau 5 %
Diminta:
a. Buat jurnal saat penerbitan dengan menentukan berapa besar
diskonto/premium
b. Buatlah skedul amortisasi yang terjadi
c. Buat jurnal pembayaran bunga serta amortisasi pertama
d. Buat jurnal untuk akhir tahun 2007

161
Penyelesaian:

Jika bunga efektif 10 %

a. Menghitung nilai kini.


 1 
Nilai kini dari pokok Oblig = N. Nominal x  
n 
 (1 + i) 
 1 
= 10.000.000 x  
 (1 + 0,05)
10

= 6.139.133
 1 
1 − 
 (1 + i ) n 
Nilai kini bunga = bunga x
 i 
 
 
 1 
1 − 
(1 + 0,05)10 
= 400.000 x 
 0,05 
 
 
= 3.088.694

Total Nilai kini = 9.227.827


Nilai Nominal = 10.000.000
Diskonto atas hutang obligasi = 772.173

Jurnal saat penerbitan:


Kas 9.227.827
Diskonto atas hutang obligasi 772.173
Hutang obligasi 10.000.000

b. Skedul amortisasi diskonto


Skedul amortisasi Diskonto atas hutang Obligasi
Metode bunga efektif untuk pembayaran bunga semesteran
5 tahun, bunga obligasi 8 % dan bunga Efektif 10%
Tanggal/Date Cash/B. B. Bunga Amortisasi N. Sblm Nilai Kini
Obligasi Efektif Diskonto diamortisasi
1 Jan 2006 - - - 772.173 1 9.227.827 2
1 Juli 2006 400.000 a 461.391,4 b 61.391,4 c 710.781,6 d 9.289.218,4 e
1 Jan 2007 400.000 464.461,1 64.461 646.321 9.353.679,4
1 Jul 2007 400.000 467.684 67.684 578.637 9.421.363,4
1 Jan 2008 400.000 471.068,2 71.068,2 507.568,8 9.492.431,6
1 Jul 2008 400.000 474.622 74.622 432.946,8 9.567.054
1 Jan 2009 400.000 478.353 78.353 354.593,8 9.645.407
1 Jul 2009 400.000 482.270 82.270 272.324 9.727.677
1 Jan 2010 400.000 486.384 86.384 185.940 9.814.061
1 Jul 2010 400.000 490.703 90.703 95.237 9.904.764
1 Jan 2011 400.000 495.238 95.237 0 10.000.000

162
Keterangan:
a. Nilai nominal x bunga tercatat
b. Nilai kini x bunga efektif
c. a – b
d. 1 – c
e. 2 + c

c. Jurnal pembayaran bunga dan amortisasi tahun pertama:


Beban bunga obligasi 461.391
Diskonto atas Hutang Obligasi 61.391
Kas 400.000

d. Akhir tahun 2006:


Beban bunga obligasi 464.391,4
Diskonto atas Hutang Obligasi 64.461
Hutang bunga Obligasi 400.000

Jika bunga efektif 5 %

a. Menghitung nilai kini.


 1 
Nilai kini dari pokok Oblig = N. Nominal x  
 (1 + i)
n

 1 
= 10.000.000 x  
10 
 (1 + 0,025) 
= 7.811.984
 1 
1 − 
 (1 + i ) n 
Nilai kini bunga = bunga x
 i 
 
 
 1 
1 − 
(1 + 0,025)10
= 400.000 x  
 0,025 
 
 
= 3.500.826

Total Nilai kini = 11.312.810


Nilai Nominal = 10.000.000
Premium atas hutang obligasi = 1.312.810

Jurnal:
Kas 11.312.810
Premium atas hutang obligasi 1.312.810
Hutang Obligasi 10.000.000

163
b. Skedul amortisasi Premium
Skedul amortisasi Premium atas hutang Obligasi
Metode bunga efektif untuk pembayaran bunga semesteran
5 tahun, bunga obligasi 8 % dan bunga Efektif 5%
Tanggal/Date Cash/B. B. Bunga Amortisasi N. Sblm Nilai Kini
Obligasi Efektif Premium diamortisasi
1 Jan 2006 - - - 1.312.810 1 11.312.810 2
1 Juli 2006 400.000 a 282.820 b 117.180 c 1.195.630 d 11.195.630 e
1 Jan 2007 400.000 279.891 120.109 1.075.521 11.075.521
1 Jul 2007 400.000 276.888 123.112 952.409 10.952.409
1 Jan 2008 400.000 273.811 126.189 826.220 10.826.220
1 Jul 2008 400.000 270.656 129.344 696.876 10.696.876
1 Jan 2009 400.000 267.422 132.578 564.298 10.564.298
1 Jul 2009 400.000 264.107 135.893 428.405 10.428.405
1 Jan 2010 400.000 260.710 139.290 289.115 10.289.115
1 Jul 2010 400.000 257.228 142.772 146.343 10.146.343
1 Jan 2011 400.000 253.657 146.343 0 10.000.000
Keterangan:
a. Nilai nominal x bunga tercatat
b. Nilai kini x bunga efektif
c. a – b
d. 1 – c
e. 2 – c

c. Jurnal pembayaran bunga dan amortisasi tahun pertama:


Beban bunga obligasi 282.820
Premium atas obligasi 117.180
Kas 400.000

d. Akhir tahun 2006:


Beban bunga obligasi 279.891
Premium atas obligasi 120.109
Hutang bunga Obligasi 400.000

10.5 PELUNASAN HUTANG (REDEMPTION OF BONDS)

Treasuri adalah Hutang obligasi yang telah dijual dan ditebus kembali.
Jika terjadi penebusan hutang lebih awal dari jatuh tempo maka yang harus dilakukan
dalam penebusan hutang tersebut adalah sebagai berikut

Reakuisisi Hutang ( Reacquisition of Bond)

Reakuisisi dari hutang dapat terjadi baik dengan pembayaran kepada kreditor atau
reakuisisi dalam pasaran terbuka. Pada saat reakuisisi, premi atau diskonto yang belum

164
diamortisasi dan biaya penerbitan yang berlaku untuk obligasi itu, harus diamortiasi
sampai tanggal reakuisisi.

Hal yang harus diperhatikan:

a. H. Penebusan (Reacquisition Price) > N.Buku Obligasi (Net Carrying amount) = Rugi
b. H. Penebusan (Reacquisition Price) < N.Buku Obligasi (Net Carrying amount) = Untung

Nilai buku Hutang obligasi = Nilai nominal (+/-) unamortized premium or unamortized
discounto

Contoh: 1
Pada tanggal 1 Januari 2005, diterbitkan sebuah obligasi 10 tahun Rp. 1.000.000.000,-
dengan harga 97 dan bunga 10 % yang dibayar setiap tanggal 1 Jnauari dan 1 Juli. Pada
tanggal 1 Januari 2007, perusahaan menebus obligasi tersebut dengan harga Rp.
985.000.000,-
Diminta:
a. Buat jurnal penerbitan hutang obligasi
b. Hitung dan buat jurnal penebusan hutang obligasi tersebut

Penyelesaian:
a. Jurnal penerbitan 1 Januari 2005:
Kas (Cash) 970.000.000
Diskonto atas Obligasi (Discount on Bonds Payable) 30.000.000
Bonds Payable 1.000.000.000

b. Jurnal penebusan hutang obligasi:


Reaquisition price 985.000.000
Net Carrying amount:
Maturity Value(Nilai Nominal) 1.000.000.000
30.000.000
Unamortized discount x 2 tahun (24.000.000)
10
976.000.000
Rugi Penebusan (Loss on Redemption of bonds payable) 9.000.000
Jurnal:
Bonds Payable 1.000.000.000
Lass on redemption 9.000.000
Discount on Bonds Payable 24.000.000
Cash 985.000.000

Contoh: 2
Pada tanggal 1 Januari 2005, diterbitkan sebuah obligasi 10 tahun Rp. 1.000.000.000,-
dengan harga 104 dan bunga 10 % yang dibayar setiap tanggal 1 Jnauari dan 1 Juli. Pada
tanggal 1 Januari 2007, perusahaan menebus obligasi tersebut dengan harga Rp.
1.020.000.000,-
Diminta:
a. Buat jurnal penerbitan hutang obligasi
b. Hitung dan buat jurnal penebusan hutang obligasi tersebut

165
Penyelesaian:
a. Jurnal penerbitan 1 Januari 2005:
Kas (Cash) 104.000.000
Premium atas Obligasi (Premium on Bonds Payable) (40.000.000)
Bonds Payable 1.000.000.000

b. Jurnal penebusan hutang obligasi:


Reaquisition price 1.020.000.000
Net Carrying amount:
Maturity Value 1.000.000.000
40.000.000
Unamortized discount x 2 tahun 32.000.000
10
1.032.000.000
Keuntunga Penebusan (Gain on Redemption of bonds payable) 12.000.000
Jurnal:
Bands Payable 1.000.000.000
Premium On bonds payable 32.000.000
Gain on redemption 12.000.000
Cash 1.020.000.000

Sebaliknya coba anda lihat kalau menggunakan bunga efektif seperti soal diatas:

Latihan:

13.6 Long Term Notes Payable/Wesel bayar jangka panjang

Wesel bayar jangka panjang sama subtansinya dengan obligasi dalam hal bahwa
keduanya mempunyai tanggal jatuh tempo dan yang tepat dan mempunyai tingkat
bunga tang tetap atau implisit.
Wesel bayar dinilai berdasarkan nilai kini/sekarang dari arus kas bunga dan pokok masa
depan dengan setiap premi dan diskonto diamortisasi secara sama selama umur wesel
tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Penerbitan wesel bayar jangka panjang:

1. Wesel bayar diterbitkan semata-mata untuk memperoleh kas ( Notes issued solely for
cash)
Jurnal:
Cash XXX
Notes Payable XXX

2. Wesel bayar diterbitkan untuk memperoleh kas dan akan memberikan hak
istimewah kepada yang membeli N/P
Contoh:
Diterbitkan Wesel bayar untuk 5 tahun sebesar nilai PAR tanpa bunga Rp.
100.000.000,- tingkat bunga rata-rata/ bunga efektif ditaksir 10 %. Bagi setiap

166
pembeli wesel bayar tersebut akan diberikan hak istimewa untuk membeli barang
keperusahaan tersebut.
Diminta:
a. Hitung berapa besar Hak Istimewah tersebut
b. Jurnal penerbitan

Penyelesaian:
a. Besarnya hak istimewa:
1
Nilai kini = Nilai nominal x
(1 + i) n
1
= 100.000.000 x
(1 + 0,1) 5
= 62.092.000
Nilai nominal = 100.000.000
Diskonto = Hak Istimewah = 37.908.000

b. Jurnal:
Kas 100.000.000
Diskonto on N/P 37.908.000
N/P 100.000.000
Pendapatan yang belum diterima 37.908.000

3. Wesel bayar diterbitkan bukan dalam transaksi kas ( Notes Issued in non cash
transactions)
Contoh:
PT. X mempunyai sebidang tanah dengan harga jual 200.000.000,- atas tanah
tersebut, PT. Y setuju dan menyepakati sebuah surat hutang sebesar Rp. 293.860.000
untuk 5 tahun tanpa bunga. Tingkat diskonto yang berlaku 8 % untuk 5 tahun.
Diminta: Buatlah jurnal baik untuk PT. X dan PT. Y

Penyelesaian:

Bagi : PT. X
N/R 293.860.000
Premium on N/R 93.860.000
Land/Tanah 200.000.000

Bagi: PT. Y
Land/Tanah 200.000.000
Discount on N/P 93.860.000
N/P 293.860.000

167
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-14

ModalSaham
(Equity)

168
BAB XIV.KEWAJIBAN JANGKA PANJANG(LONG TERM LIABILITIES)

14.1 STOCKHOLDERS EQUITY/CONTRIBUTED CAPITAL(EKUITAS


PEMEGANG SAHAM)

Saham Hutang

Deviden Bunga

Perseorangan = Modal pemilik 1 orang


Firma atau CV = Modal pemilik A, B, dan C Capital
Perseroan = Modal pemilik Saham + Laba ditahan

Sumber Modal saham:


1. Kontribusi dari pemegang saham (Paid in capital)
2. Laba bersih perusahaan (Ratained earning)

I. Defenisi:
Equitas pemegang saham adalah jumlah kontribusi pemilik kepada perseroan
terbuka dan sisa laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.

Saham Tertutup merupakan Saham yang dipegang oleh beberapa pemegang saham yang
kepemilikannya mayoritas keluarga dan tidak tersedia untuk dijual kepada
masyarakata umum.

Saham Terbuka merupakan saham yang dijual secara luas dan dipegang oleh masyarakat
umum.

II. Jenis-jenis Hak Kepemilikan Saham


1. Saham biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan Hak perseroan tersisa yang menanggung resiko terbatas bila
terjadi kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak
dijamin akan menerima deviden atau pembagian aktiva bila perusahaan dilikuidasi.
Tetapi pemegang saham umumnya menguasai manajemen perusahaan dan
memperoleh laba yang lebih besar jika perusahaan sukses.

2. Saham Preferen (Preferred Stock)


Kepemilikan saham Preferen mempunyai keistimewahan, dimana adanya hak
untuk memperoleh deviden dan sisa aktiva apabila perseroan akan dibubarkan atau
dilikuidasi.

169
14.2 Akuntansi Penerbitan Saham(Accounting for the Issurance of Stock)

Terdapat beberapa cara penerbitan saham:

1. Akuntansi Saham tanpa Nilai Pari (No Par value)


Saham dijual tanpa premium atau diskonto. Oleh karena itu tidak ada kewajiban
kontinjensi (tidak ada kepastian untung atau rugi) bagi pemegang saham.

Contoh:
PT. X mengeluarkan saham 500 lembar, kemudian menerbitkan dengan harga Rp. 1.000
per lembar saham.
Diminta:
Buatlah jurnal atas transaksi penerbitan saham tersebut.

Penyelesaian:
Kas 500.000
Saham biasa 500.000

Dengan demikian perusahaan yang menerbitkan saham seperti harus menyatakan nilai
tetapnya (Stated value) atau nilai dinyatakan, sehingga saham yang dikeluarkan tanpa nilai
Par tetapi mempunyai nilai tetapan. Maka nilai saham tersebut akan dinilai sebesar nilai
tetapannya. Selisih nilai harga terbit dengan nilai tetapan akan dicatat keperkiraan
tambahan modal disetor yang melebihi nilai tetapan.

Contoh:
PT. X mengeluarkan 1.000 lembar saham dengan nilai diyatakan atau ditetapkan Rp. 500
per lembar. Kemudian saham tersebut diterbitkan pada nilai Rp. 1.500 per lembar dengan
pembayaran tunai.
Diminta:
Buatlah jurnal atas transaksi tersebut

Penyelesaian:
Nilai Tetapan : 1000 lembar x Rp. 500/lbr= Rp. 500.000

Tambahan modal disetor yang melebihi nilai tetapan


(Paid in capital) in excess of` stated value= (Rp. 1.500 – Rp. 500) x 1000 = 1.000.000,-

Jurnal:
Kas 1.500.000
Saham biasa 500.000
PIC in excess of stated value 1.000.000

2. Akuntansi saham dengan nilai Pari (With par value)


Suatu perseroan dapat mengeluarkan saham dengan harga di atas atau dibawah
nilai par, maka selisih yang muncul akan dibebankan dalam perkiraan debit/credit
dengan nama perkiraan modal disetor melebihi nilai par (Disagio atau Agio saham)

170
Contoh: 1
PT. Sinar Jaya menerbitkan 1.000 lembar saham dengan harga Rp. 2.000,- dan nilai par Rp.
1.000,- per lembar saham.
Diminta:
Buatlah jurnal saat penerbitan saham tersebut.

Penyelesaian:
Kas 2.000.000
Saham biasa (Rp. 1.000 x 1.000 lbr) 1.000.000
Modal disetor melebihi nilai par (Agio Saham){(2000-1000)x 1000lbr} 1.000.000

Contoh: 2
PT. Sinar Jaya menerbitkan 1.000 lembar saham dengan harga Rp. 800,- dan nilai par Rp.
1.000,- per lembar saham.
Diminta:
Buatlah jurnal saat penerbitan saham tersebut.
Kas 800.000
M. disetor melebihi nilai par (Disagio Saham){(1000-800)x 1000lbr} 200.000
Saham biasa 1.000.000

3. Saham dijual atas dasar Pesanan (Janji Membayar) / Subscription basis


Penjualan saham atas dasar pesanan umumnya terjadi untuk perusahaan yang baru
Go Public, atau saham yang ditawarkan kepada karyawan untuk memiliki partisipasi
karyawan dalam kepemilikan perusahaan.

Jika saham dijual atas dasar janji harga penuh saham tidak diterima seluruhnya tetapi
hanya pembayaran sebagian dan saham tidak akan diterbitkan sampai terjadi pelunasan.

Contoh:
PT. Murni menawarkan saham atas dasar janji membayar kepada orang-orang tertentu
yang memberikan mereka hak membeli masing-masing 100 lembar saham dengan nilai
Par Rp. 500,- per lembar, dimana harga terbit saham per lembar Rp. 1.500,- Sedangkan
jumlah yang membeli saham tersebut sebanyak 50 orang dan menerima tawaran
perusahaan untuk setuju membayar 50 % sebagai uang muka pada tanggal 15 Pebruari
2006 dan membayar sisanya sesudah 6 bulan berikutnya.
Diminta:
a. Penerimaan janji membayar untuk 5.000 lembar saham
b. Mencatat angsuran pertama sebesar 50 % dari total
c. Mencatat angsuran terakhir
d. Mencatat penerbitan 5000 lembar saham setelah diterima angsuran akhir

Penyelesaian:
Menerbitkan 5000 lembar untuk 50 orang
Saham biasa Rp. 500,- x 5000 lbr saham = 2.500.000
Tambahan modal disetor melebihi nilai par (Agio saham)
={(1.500 – 500) x 5000 lbr} = 5.000.000
Total nilai saham yang dipesan{1.500 x 5000 lbr} = 7.500.000

171
a. Jurnal saat menerima janji membayar (Pesanan)
Piutang saham yang dipesan 7.500.000
Saham biasa yang dipesan 2.500.000
Tambahan modal disetor melebihi nilai par (Agio saham) 5.000.000

b. Mencatat penerimaan pembayaran uang muka atau jaminan 50 % dari total:


(50% x 7.500.000) = 3.750.000
Kas 3.750.000
Piutang saham yang dipesan 3.750.000

c. menerima angsuran terakhir:


Kas 3.750.000
Piutang saham yang dipesan 3.750.000

d. Mencatat penerbitan saham setelah dilakukan pelunasan


Saham biasa yang dipesan 2.500.000
Saham biasa 2.500.000

4. Saham diterbitkan dalam transaksi bukan kas


Adakalanya saham dikeluarkan tidak untuk memperoleh kas. Jika hal ini terjadi
maka perkiraan yang bukan kas tersebut akan dicatat sebesar harga pasar saham yang
dikeluarkan atau harga pasar perkiraan yang bukan kas yang diterima atau nilai mana
yang paling jelas yang dapat ditentukan.

Contoh: 1
PT. A menerbitkan 10.000 lembar saham dengan nilai par 10.000/lembar untuk sebidang
tanah. Jika harga pasar tanah tidak dapat ditentukan dengan jelas namun harga pasar
saham dinilai sebesar Rp. 15.000 per lembar
Diminta:
Buatlah jurnal yang diperlukan atas transaksi tersebut

Penyelesaian:
Tanah 150.000.000
Saham biasa 100.000.000
Agio saham 50.000.000

Contoh: 2
PT. A menerbitkan 10.000 lembar saham dengan nilai par 10.000/lembar untuk sebidang
tanah. Jika harga pasar tanah diketahui sebesar Rp. 130.000.000 namun harga pasar saham
tidak diketahui dengan jelas.
Diminta:
Buatlah jurnal yang diperlukan atas transaksi tersebut

Penyelesaian:
Kas 130.000.000
Saham biasa 100.000.000
Agio Saham 30.000.000

172
Contoh: 3
PT. A menerbitkan 10.000 lembar saham dengan nilai par 10.000/lembar untuk sebidang
tanah. Jika harga pasar tanah dan saham tidak dapat ditentukan dengan jelas maka dapat
dilakukan penaksiran/ ditanya pada pihak yang ahli atas aktiva tersebut dan ditetapkan
sebesar Rp. 120.000.000
Diminta:
Buatlah jurnal yang diperlukan atas transaksi tersebut

Penyelesaian:
Kas 120.000.000
Saham biasa 100.000.000
Agio Saham 20.000.000

Latihan:

14.3PEMBELIAN KEMBALI SAHAM(REACQUISITION OF SHARES)

Membeli kembali by PT. X


PT. X Pembeli
- Saham yang dipensiunkan
- Saham yang direncanakan akan diterbitkan kembali

Saham yang dibeli kembali dapat secara langsung dihapuskan atau ditahan sebagai saham
perbendaharaan untuk diterbitkan kembali. Saham yang dibeli kembali dan ditahan
diperbedaharaan untuk diterbitkan kembali disebut sebagai Saham Perbendaharaan
(Treasury Stock). Saham Treasury bukanlah asset walaupun dapat dijual untuk
memperoleh dana.

Sebab-sebab Perusahaan membeli kembali Saham yang sudah beredar:

1. Menambah Laba per saham dengan mengurangi saham yang beredar


Jika perusahaan memperoleh laba maka laba tersebut akan dibagikan berdasarkan
proporsi setiap pemegang saham atas perusahaan tersebut. Nah jika dilakukan
pembelian atas saham yang sudah diedarkan maka laba yang diperoleh sudah
tinggal di dalam perusahaan tersebut tidak lagi dibagikan kepada setiap pemegang
saham.
2. Untuk Menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah pemegang
saham.
Jika perusahaan selelu mengenerbitkan saham maka hal ini akan berakibat
perusahaan tersebut nantinya akan diambil alih oleh para pemegang saham.
3. Membentuk pasar bagi saham
Sebuah perusahaan akan berusaha membentuk/berpengaruh dalam bursa bagi
saham. Dengan membeli saham dipasar modal, akan mampu menciptakan suatu
permintaan yang dapat menstabilkan harga saham, atau sebaliknya akan dapat
menciptakan peningkatan harga saham.

173
Go Private = mengurangi seluruh kepemilikan publik

14.4 METODE AKUNTANSI UNTUK SAHAM TEASURY

1. Metode Biaya
2. Metode Nilai Pari
Metode Biaya (Cost Method)

1. Pada saat pertama sekali menerbitkan saham maka apabila nilai PAR saham berbeda
dengan nilai pasar atau terbit maka selisihnya diakui sebagai tambahan modal disetor
melebihi nilai par (Disagio atau Agio saham)
2. Apabila pembelian kembali saham dilakukan diatas atau dibawah nilai terbit maka
selisihnya tidak diakui.
3. Apabila saham yang telah dibeli kembali dan diterbitkan/dijual kembali melebihi nilai
beli saham (Saham treasury) maka selisihnya akan diakui sebagai Tambahan Modal
disetor atas saham treasuri (Agio Saham Treasuri)
4. Apabila saham yang telah dibeli kembali dan diterbitkan/dijual kembali dibawah nilai
treasuri dan nilai pari maka akan diakui sebagai Tamabahan Modal disetor atas Saham
Treasuri (Disagio saham Treasuri)
5. Bila saham yang telah dibeli kembali dan diterbitkan/dijual kembali dibawah nilai
treasuri dan diatas nilai par maka apabila masih ada sisa tambahan modal disetor atas
saham Treasuri tersebut sebaiknya di NOLkan dan jika masih belum cukup maka
kekurangan tersebut akan dicatat sebagai pengurangan LABA DITAHAN.

Contoh: 1
1. 1000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp. 1.000,- per lembar diterbitkan
dengan nilai Rp. 1.100,- per lembar saham.
2. 100 lembar saham biasa yang telah beredar ditebus kembali dengan harga Rp.
1.120,- per lembar saham.
3. 10 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1.120,-
4. 10 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1.300,-
5. 10 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 980,-
6. 10 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1.050,-
Diminta:
Buatlah jurnal untuk setiap transaksi yang terjadi.

Penyelesaian:
1. Penerbitan awal
Kas (1000 lbr @ Rp. 1.100,-) 1.100.000
Saham Biasa (1000 lbr @Rp. 1000,-) 1.000.000
TMD atas nilai Par (1000 lbr x (1100 – 1000) 100.000

2. Menebus 100 lbr dengan harga per lembar Rp. 1.120,-


Saham Treasuri (100 lbr @ Rp. 1.120,-) 112.000
Kas 112.000

3. Menerbitkan kembali 10 lbr dengan harga per lembar Rp. 1.120,-

174
Kas (10 lbr @ Rp. 1120,-) 11.200
Saham treasuri 11.200

4. Menerbitkan kembali 10 lembar dengan harga per lembar Rp. 1300,-


Kas (10 lbr @ Rp. 1.300,-) 13.000
Saham Treasuri (10 lbr @ Rp. 1.120,-) 11.200
TMD atas saham treasuri (Agio atas S. Treasuri) 1.800 (10 x 180)

5. Menerbitkan kembali 10 lembar dengan harga Rp. 980,-


Kas (10 lbr @ Rp. 980,-) 9.800
TMD atas saham Treasuri (Disagio ST) 1.400 (10 lbr @Rp. (1.120 – 980)
Saham Treasuri (10 lbr @Rp. 1.120,-) 11.200

6. Menerbitkan kembali 10 lembar dengan harga Rp. 1.050,-


Kas (10 lbr @Rp. 1.050,-) 10.500
TMD atas saham Treasuri (Disagio ST) 400 (1.800– 1.400)
Laba ditahan 300
Saham treasuri (10 lbr @Rp. 1.120,-) 11.200

Contoh : 2

1. 2500 lembar saham biasa dengan nilai par Rp. 1.500,- per lembar diterbitkan
dengan nilai Rp. 2.000,- per lembar saham.
2. 1000 lembar saham biasa yang telah beredar ditebus kembali dengan harga Rp.
2.250,- per lembar saham.
3. 100 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 2.250,-
4. 150 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 3.000,-
5. 100 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1.400,-
6. 200 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1.900
Diminta:
Buatlah jurnal untuk setiap transaksi yang terjadi.

Penyelesaian:
1. Penerbitan awal
Kas (2500 lbr @ Rp. 2.000,-) 5.000.000
Saham Biasa (2500 lbr @Rp. 1.500,-) 3.750.000
TMD atas nilai Par 1.250.000

2. Menebus 1000 lbr dengan harga per lembar Rp. 2.250,-


Saham Treasuri (1.000 lbr @ Rp. 2.250,-) 2.250.000
Kas 2.250.000

3. Menerbitkan kembali 100 lbr dengan harga per lembar Rp. 2.250
Kas (100 lbr @ Rp. 2.250,-) 225.000
Saham treasuri 225.000

175
4. Menerbitkan kembali 150 lembar dengan harga per lembar Rp. 3.000,-
Kas (150 lbr @ Rp. 3.000,-) 450.000
Saham Treasuri (150 lbr @ Rp. 2.250,-) 337.500
TMD atas saham treasuri (Agio atas S. Treasuri) 112.500 (150 x 750)

5. Menerbitkan kembali 100 lembar dengan harga Rp. 1.400,-


Kas (100 lbr @ Rp. 1.400,-) 140.000
TMD atas saham Treasuri (Disagio ST) 85.000 (100 lbr @Rp. (2.250 – 1.400)
Saham Treasuri (100 lbr @Rp. 2.250,-) 225.000

6. Menerbitkan kembali 200 lembar dengan harga Rp. 1.900,-


Kas (200 lbr @Rp. 1.900,-) 380.000
TMD atas saham Treasuri (Disagio ST) 27.500 (112.500 – 85.000)
Laba ditahan 62.500
Saham treasuri (200 lbr @Rp. 2.250,-) 450.000

Metode Nilai Par (Par Value Method)

Catatan:
1. Apabila dibeli kembali dengan harga diatas nilai penerbitan awal maka saham
treasuri dinilai pada nilai par dan selisih nilai par dengan nilai penerbitan awal
diakui sebagai Tambahan Modal Disetor atas selisih nilai par. Sedangkan selisih
nilai terbit awal dengan nilai pembelian kembali diakui sebagai kerugian/laba
ditahan
2. Apabila diterbitkan pada nilai dibawah nilai nominal (Par) maka saham treasuri
diakui sebesar nilai par dan selisihnya dengan nilai terbit diakui sebagai Tambahan
Modal Disetor dari selisih nilai par didebet kemudian Kas sebesar nilai beli kembali
dan juga Tambahan Modal disetor dari Saham Treasuri
3. Jika saham treasuri diterbitkan dengan harga diatas nilai pembelian kembali maka
selisihnya nilai par dengan nilai penerbitan kembali diakui sebagai Tambahan
Modal Disetor atas nilai par
4. Jika Diterbitkan dibawah nilai par maka selisih nilai par dengan niali terbit kembali
diakui sebagai modal disetor dari saham treasuri.

Contoh: 1
1. 1000 lembar saham biasa dengan nilai par Rp. 1000,- per lembar diterbitkan dengan
nilai Rp. 1100,- per lembar saham.
2. 100 lembar saham biasa yang telah beredar ditebus kembali dengan harga Rp.
1120,- per lembar saham.
3. 100 lembar saham biasa dibeli kembali dengan harga Rp. 980,-
4. 100 lembar saham biasa dibeli kembali dengan harga Rp. 1050
5. 100 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1150,-
6. 100 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 940,-
7. 100 lembar saham treasuri diterbitkan kembali dengan harga Rp. 1040

Diminta:

176
Buatlah jurnal untuk setiap transaksi yang terjadi.

Penyelesaian:
1. saat penerbitan saham:
Kas (1000 lbr @ Rp. 1100,-) 1.100.000
Saham Biasa (1000 lbr @Rp. 1000,-) 1.000.000
TMD atas nilai Par (1000 lbr x (1100 – 1000) 100.000

2. Membeli kembali 100 lembar saham yang telah beredar:


Saham treasuri (100 lbr x @Rp. 1000) 100.000
TMD atas nilai par (Rp.1100 – 1000) x 100 lbr 10.000
Laba ditahan (Rp. 1120 – 1100) x 100 lbr 2000
Kas (100 lbr x @Rp. 1120) 112.000

3. Membeli kembali 100 lembar saham biasa dengan harga Rp. 980
Saham Treasuri 100.000
TMD atas nilai par 10.000
Kas 98.000
TMD atas saham treasuri 12.000

4. Membeli kembali 100 lembar saham biasa yang sudah beredar dengan harga Rp. 1050
Saham treasuri 100.000
TMD atas nilai par 10.000
Kas 105.000
TMD atas saham treasuri 5000

5. Saham treasuri tersebut diterbitkan kembali sebanyak 100 lembar dengan harga Rp.
1150
Kas 115.000
Saham treasuri pada nilai par 100.000
TMD atas nilai par 15.000

6. Saham treasuri tersebut diterbitkan kembali sebanyak 100 lembar dengan harga Rp. 940
Kas 94.000
TMD atas saham treasuri 6.000
Saham Treasuri 100.000

7. Saham treasuri tersebut diterbitkan kembali sebanyak 100 lembar dengan harga Rp.
1.040
Kas 104.000
Saham Treasuri 100.000
TMD atas nilai par 4.000

177
AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

BAB-12

LabaDitahan
(RetainedEarning)

178
BAB XV. LABA DITAHAN (RETAINED EARNING)

15.1 LABA DITAHAN (RETAINED EARNING)

1. Defenisi Laba Ditahan:


Laba Ditahan merupakan laba tahun berjalan dan laba tahun-tahun sebelumnya
yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan dalam bentuk deviden.

Gambaran Laba Ditahan :


Keterangan 2005 2006 2007
Laba bersih 1.000 3.000 5.000
Deviden (500) (1.000) (2.500)
Laba ditahan 500 2.000 2.500

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Deviden yang akan dibagikan:


a. Laba atau Rugi bersih
b. Penyesuaian atau koreksi kesalahan, perubahan kebijakan atau prinsip akuntansi
c. Pembagian Laba dalam bentuk Deviden
3. Bentuk-bentuk Deviden
Biasanya waktu pembayaran deviden umumnya relatif singkat setelah dilakukan
pengumuman atas laba yang diperoleh perusahaan tersebut dan pada saat diumumkan
akan dicatatkan dalam perkiraan hutang jangka pendek (Hutang deviden) di kredit.

Dalam hal pencatatan transaksi yang berkaitan dengan Pembagian deviden dapat
dilakukan dalam dua pencatatan sebagai berikut:
a. Jurnal saat Pengumuman
b. Jurnal saat Pembayaran deviden

1. Deviden dalam bentuk Tunai/kas (Cash Dividends)


Dalam transaksi ini pembayaran deviden dilakukan dalam bentuk kas langsung
kepada setiap pemegang saham.

Contoh: 1
PT. Rose memiliki saham beredar sebanyak 100.000 lembar dengan nilai par @Rp. 1.000,-
Pada tanggal 20 Pebruari 2007, perusahaan mengumumkan deviden Rp. 100,- per lembar
dan akan dibagikan pada tanggal 11 April 2007.
Diminta:
a. Buatlah jurnal saat pengumuman
b. Buatlah jurnal saat pembayaran

Penyelesaian:
a. Jurnal saat pengumuman:
Laba Ditahan 10.000.000
Hutang deviden 10.000.000
b. Jurnal saat pembayaran:
Hutang deviden 10.000.000
Kas 10.000.000

179
2. Deviden dalam bentuk aktiva selain kas (Property dividends)
Deviden yang dibagikan pada umumnya berupa Barang baik itu dalam bentuk
barang dagang, real estat (rumah), atau Investasi. Besarnya deviden diakui sebesar harga
pasar aktiva atau investasi yang akan diserahkan. Jika terdapat perbedaan harga
perolehan aktiva dengan harga pasar aktiva atau investasi akan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian.

Contoh:
PT. Mulia memiliki saham beredar sebanyak 10.000 lembar dengan nilai par @Rp. 1.000,-.
Pada tanggal 21 Pebruari 2007, perusahaan mengumumkan deviden dalam bentuk surat
berharga. Harga perolehan surat berharga @Rp. 200,- sedangkan harga pasar surat
berharga pada saat diumumkan dan ketika pembagian deviden 30 Maret 2007 adalah
@Rp. 230,-. Deviden dalam bentuk surat berharga diberikan kepada pemegang saham
sebanyak satu lembar untuk setiap satu lembar saham.
Diminta:
a. Buatlah jurnal saat pengumuman dalam bentuk (Surat berharga)
b. Buatlah jurnal saat pembayaran deviden

Penyelesaian:
a. Jurnal pada tanggal 21 Pebruari 2007

Surat berharga dalam bentuk investasi (230 – 200) x 10.000 lbr 300.000
Keuntungan atas surat berharga (Investasi) 300.000

Laba Ditahan (10.000 lbr x @Rp. 230,-) 2.300.000


Hutang deviden dalam bentuk surat berharga 2.300.000

b. Pembayaran deviden dalam bentuk surat berharga (Investasi)


Hutang deviden atas surat berharga (investasi) 2.300.000
Surat berharga (investasi) 2.300.000

3. Deviden dalam bentuk Hutang Wesel (Scrip Dividends)


Deviden dalam bentuk hutang wesel dipilih karena perusahaan tersebut secara
keuangan memilih tidak membayar deviden saat ini tetapi dimasa yang akan datang
sesuai dengan jatuh tempo hutang wesel tersebut.

Contoh:
PT. X memiliki saham yang beredar sebanyak 10.000 lembar dengan nilai par Rp. 1.000,-.
Pada tanggal 28 Pebruari 2007, perusahaan mengumumkan deviden sebesar Rp. 200 per
lembar saham dalam bentuk hutang wesel yang akan dibayar pada tanggal 31 Juli 2007
dengan bunga 12 % per tahun.
Diminta:
b. Buatlah jurnal saat pengumuman
c. Buatlah jurnal saat pembayaran

180
Penyelesaian:
a. Saat Pengumuman:
Laba Ditahan (10.000 lbr x Rp. 200,-) 2.000.000
Surat hutang wesel atas saham (N/P to Stockholders) 2.000.000
b. Pada saat pembayaran:
Surat hutang wesel atas saham 2.000.000
Beban bunga (Interst expense) (12% x 5/12 x Rp. 2 Jt) 100.000
Kas 2.100.000

4. Deviden Likuidasi (Liquidating Dividends)


Deviden likuidasu diberikan pada dasarnya bukan karena adanya laba yang akan dibagi
tetapi ditujukan untuk pembayaran kembali modal yang disetor. Dengan demikian deviden yang
dibagikan akan mengurangi perkiraan TMD (Paid In Capital)/Premium/Agio saham.

Contoh:
PT. X membagikan deviden sebesar Rp. 2.000.000,- dimana Rp. 800.000,- diantaranya merupakan
deviden atas laba sedangkan sisanya merupakan pengembalian modal.
Diminta:
b. buatlah jurnal saat pengumuman
c. Butalah jurnal saat pembayaran

Penyelesaian:
a. Saat Pengumuman:
Laba Ditahan 800.000
Modal disetor (PIC) 1.200.000
Hutang deviden 2.000.000

b. Pada saat pembayaran:


Hutang deviden 2.000.000
Kas 2.000.000

5. Deviden dalam bentuk saham sendiri (Stock Dividends)


Pembagian deviden dalam bentuk saham, perusahaan akan memperoleh manfaat yang
ganda, yaitu deviden tetap akan dibagikan tanpa mengurangi aktiva perusahaan sekaligus dapat
menaikkan jumlah modal dan saham beredar. Nilai saham yang dibagikan dicatat sebesar nilai
wajar dari saham bersangkutan.

Contoh:
Dari jumlah saham yang beredar sebanyak 10.000 lembar saham, perusahaan membagi deviden
sebanyak 10 % dari saham beredar. Nilai par saham @Rp. 1.000,- sedangkan harga pasar per
lembar saham pada saat pengumuman adalah @Rp. 1.400,-
Diminta:
b. buatlah jurnal saat pengumuman
c. Butalah jurnal saat pembayaran
Penyelesaian:
a. Pada saat pengumuman:
Laba ditahan 1.400.000
Deviden atas saham yang dibagikan 1.000.000
TMD/Agio saham 400.000

b. Pada saat Pembayaran:


Deviden atas saham yang akan dibagikan 1.000.000

181
Saham biasa 1.000.000

182
183
DAFTAR PUSTAKA

Stice D. James, Stice K. Earl dan Skousen Fred K. (2007). Intermediate Accounting, 16th
Edition. United State of America : Thomson South-Western.

Spiceland David. J, Sepe F. James dan Nelson W. Mark. (2009). Intermediete Accounting.
4th Edition. United State of America : Mc Graw Hill
Revisi 4

Fakultas Ilmu Komputer Dan Sistem Informasi


UNIVERSITAS KEBANGSAAN
2015

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 1


DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………..…………….……. i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………..………. ii
BAB 1 GAMBARAN UMUM AKUNTANSI………………………………...…………………….……..….1
1.1. Pengertian Akuntansi…...…..…………………………………………………..…..…….1
1.2. Manfaat Informasi Akuntansi……..………………………….……………….…....…….2
1.3. Sejarah Singkat Akuntansi …………………………...……………….……….….……..3
1.3.1. Sejarah Akuntansi Di Indonesia .................................................................3
1.4. Sejarah Terbentuknya Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia……….….……..5
1.4.1. Definisi ........................................................................................................5
1.4.2. Sejarah Perumusan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ..........................6
1.4.3. Standar Akuntansi Keuangan ......................................................................9
1.4.4. Penatapan SAK-ETAP ..............................................................................10
1.5. Pihak-pihak Yang Menggunakan Informasi Akuntansi……………….….……..….…13
1.6. Lapangan Khusus Akuntansi ……………………………………………….……………14
1.7. Pembukuan Dan Akuntansi …………………………………………………….………..16
1.8. Sekilas IFRS ...........................................................................................................17
1.9. Jenis-jenis Perusahaan ………………………………………………………….……….17

BAB 2 PROSES AKUNTANSI ……………………………………………………………………..…..….19


2.1. Proses Akuntansi……………………………………………………………..…..…….….19
2.2. Transaksi Keuangan ………………………………………………………………………..22
2.3. Persamaan Dasar Akuntansi …………………………………………………..………….30

BAB 3 LAPORAN KEUANGAN & PENCATATAN TRANSAKSI ……..……………….……………….37


3.1. Laporan Keuangan …………………………………………………………….…………..37
3.2. Neraca ………………………………………………………………………….……………38
3.2.1. Kelompok Neraca ..................................................................................38
3.2.2. Elemen Neraca .....................................................................................39
3.3. Laporan Rugi Laba …………………………………………………………….………..…39
3.4. Laporan Perubahan Modal …………………………………………………….……….…40
3.5. Laporan Arus Kas ……………………………………………………………….…….……40
3.6. Periode Pelaporan ………………………………………………………………………….41
3.7. Rekening (Account) ……………………………………………………………..…………..42
3.8. Neraca Percobaan ………………………………………………………………………….43

BAB 4 JURNAL DAN POSTING ……………………………………………………………….….……….49

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 2


4.1. Jurnal ………………………………………………………………………….…………….49
4.2. Buku Jurnal ………………………………………………………………….………………50
4.3. Buku Rekening ……………………………………………………………….…………….50
4.4. Jurnal Koreksi ……………………………………………………………….………………52

BAB 5 JURNAL PENYESUAIAN …………………………………………………………………………61


5.1. Jurnal Penyesuaian (Adjusting Entries) …………………………………………………….61
5.2. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) ……………..……………62

BAB 6 NERACA LAJUR ( WORKSHEET) ……………………………………………………………….65


6.1. Pengertian ………………………………………………………………………………………65
6.2. Format Neraca Lajur ……………………………………………………………….……….. 66
6.3. Laporan Keuangan ………………………………………………………………………….. 67
6.4. Neraca …………………………………………………………………………………………..69
6.5. Perhitungan Rugi Laba ………………………………………………………………..……...69
6.6. Laporan Perubahan modal ……………………………………………………..…………….70

BAB 7 JURNAL PENUTUP …………………………………………………………………………………71


7.1. Gambaran Umum ………………………………………………………………………………71
7.2. Tahapan Pembuatan Jurnal Penutup ………………………………………………………..73
7.3. Penutupan Rekening & Penyesuaian Kembali ………………………………….…………75
7.4. Neraca Saldo Penutupan …………………………………………………………….……….79

BAB 8 AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG ………………………………………………….………80


8.1. Pengertian Perusahaan Dagang ……………………………………………….……………..80
8.2. Rekening-rekening Perusahaan Dagang ……………………………………………………..84
8.3. Jurnal Penyesuaian …………………………………………………………..…………………84
8.4. Jurnal Penutup …………………………………………………………………………………..85
8.5. Jurnal Khusus ……………………………………………………………………………………85
a. Pengertian Jurnal Khusus ...................................................................................85
b. Siklus Perusahaan Dagang .................................................................................86
c. Macam-macam Buku Harian Khusus ....................................................................86
8.6. Jurnal Pembelian & Pengeluaran Kas …………………………………………………………89
8.6.1. Pembelian .....................................................................................................89
8.6.2. Jurnal Pembelian ...........................................................................................89
8.6.3. Pembayaran ..................................................................................................89
8.6.4. Jurnal Pembayaran (Cash disbursements journal) ...........................................90
8.7. Jurnal Penjualan dan Penerimaan Kas .......................................................................90

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 3


8.7.1. Penjualan .....................................................................................................90
8.7.2. Jurnal Penjualan (Sales Journal) ....................................................................90
8.7.3. Penerimaan Kas ...........................................................................................91
8.7.4. Jurnal Penerimaan Kas .................................................................................91

BAB 9 NERACA LAJUR PERUSAHAAN DAGANG ………………………………………………………92


9.1. Pendahuluan ………………………………………………………………….………………….92
9.2. Neraca lajur Perusahaan Dagang …………………………………………….……………….93
9.3. Jurnal Penyesuaian …………………………………………………………………….………..94

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………..…….……..101
Lampiran
1. Neraca Lajur Perusahaan Service
2. Pokok Bahasan Jurnal Penyesuaian
3. Laporan Keuangan Konsolidasi

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 4


GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN /SILABUS

MATA KULIAH : ACCOUNTING PRINCIPLES


KODE MATA KULIAH : SIF 101
KREDIT : 3 SKA
SEMESTER : 1 (SATU)
PENANGGUNG JAWAB MK : HENDRY ADAM
DESKRIPSI SINGKAT : Laporan keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Cash Flow) merupakan
produk dari bidang keuangan, yang berisi informasi keuangan dan kinerja perusahaan selama periode
tertentu serta bermanfaat sebagai alat pengambilan keputusan berbagai pihak. Laporan keuangan terbentuk
dari hasil suatu proses akuntansi secara sistematis, mulai dari bukti transaksi, pencatatan, penggolongan,
pengolahan data, pengklasifikasian hingga berbentuk laporan keuangan. Semua tidak terlepas dari sebuah
sistem dan subsistem, kumpulan data hingga menjadi sebuah informasi, informasi yang berguna bagi para
pengambil keputusan. Dasar Akuntansi (Accounting Principle) merupakan mata kuliah dengan fokus pada
tata kelola pembukuan suatu perusahaan jasa dan perusahaan dagang, adapun perusahaan industri akan
difokuskan pada materi akuntansi biaya (cost accounting). Pembukuan yang dapat digunakan pada suatu
usaha dengan perorangan, CV, Firma, Koperasi maupun PT.
STANDAR KOMPETENSI : Secara umum diharapkan mahasiswa akan memahami dan memperoleh gambaran tentang bidang
akuntansi, jenis pekerjaan di pemerintahan maupun di swasta, proses akuntansi, penggunaan laporan
keuangan suatu perusahaan. Sehingga dhirapkan mahasiswa memahami proses akuntansi (proses data)
yang dimulai dari suatu transaksi (dokumen), proses pencatatan (jurnal), penggolongan (buku besar),
pengikhtisaran dan pelaporan keuangan (Neraca, laporan L/R dan laporan perubahan modal)
Adanya kemampuan memahami bahwa proses akuntansi merupakan suatu pengolahan informasi keuangan
dalam suatu aliran data (keuangan) yang ada dalam suatu perusahaan.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 5


POKOK BAHASAN DALAM WAKTU
No. KOMPETENSI DASAR SUB POKOK BAHASAN METODE MEDIA
MATA PELAJARAN (menit)
1 2 3 4 5 6 7
1 Mahasiswa dapat : PRINSIP AKUNTANSI 1. Pengertian Akuntansi Pemaparan, Infokus, 2 x 1,5 jam
1. Memahami konsep-konsep yang 2. Manfaat Informasi Diskusi, Quiz Whiteboard 1 kali
berhubungan dengan akuntansi Akuntansi pertemuan
2. Menjelaskan karakteristik dan bentuk 3. Lapangan Khusus
laporan akuntansi
3. Memahami proses pencatatan dan
Akuntansi
pengikhtisaran suatu laporan akutnasi 4. Jenis-jenis Perusahaan
4. Memahami bidang pekerjaan dan para 5. Laporan Akuntansi
pengguna laporan akutansi
2 Mahasiswa dapat : LAPORAN KEUANGAN & 1. Pengertian Neraca, Pemaparan, Infokus, 2 x 1,5 jam
1. Menjelaskan tentang Laporan PENCATATAN TRANSAKSI Laporan Rugi/Laba, Diskusi, Quiz Whiteboard 2 kali
keuangan Laporan Perubahan modal pertemuan
2. Memahami proses pembuatan laporan 2. Pengertian Rekening
keuangan 3. Contoh rekening
perusahaan Jasa dan
perusahaan Dagang
4. Neraca Percobaan (Trial
Balance)
3 Mahasiswa dapat : JURNAL DAN POSTING 1. Pengertian Jurnal, Buku Pemaparan, Infokus, 2 x 1,5 jam
1. Pemahaman proses Jurnal dan proses Besar, Posting Diskusi, Quiz Whiteboard 2 kali
posting serta korelasinya dengan 2. Bentuk Buku Jurnal pertemuan
laporan keuangan 3. Bentuk Buku Besar
2. Pemahaman pada jurnal koreksi 4. Klasifikasi Rekening
khususnya pada kasus kesalahan 5. Pengertian Jurnal Koreksi
pemrosesan
4 Mahasiswa dapat : JURNAL PENYESUAIAN 1. Pengertian Jurnal Pemaparan, Infokus, 1 x 1,5 jam
1. Pengertian kegiatan serta proses (PERUSAHAAN JASA) Penyesuaian Diskusi, Quiz Whiteboard 2 kali
Jurnal Penyesuaian khusunya pada 2. Pengertian Neraca Saldo pertemuan
perusahaan jasa dan diperusahaan Setelah Penyesuaian
pada umumnya
2. Pemahaman kondisi kapan perdibuat
jurnal penyesuaian

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 6


5 Mahasiswa dapat : NERACA LAJUR 1. Pengertian Neraca Lajur Pemaparan, Infokus, 1 x 1,5 jam
1. Menjelaskan mengenai proses pembuatan (Worksheet) Diskusi, Quiz Whiteboard 2 kali
Neraca lajur serta format neraca lajur yang 2. Hubungan Neraca lajur pertemuan
didalamnya terdapat neraca saldo, neraca dengan laporan Keuangan
saldo setelah penyesuaian, neraca saldo
setelah penyesuaian.
3. Pengertian laporan
2. Tahapan pembuatan laporan laba rugi keuangan
pada neraca lajur. 4. Posting neraca lajur ke
Neraca, Laporan Laba
Rugi dan laporan
Perubahan Modal
6 Mahasiswa dapat : JURNAL PENUTUP 1. Pengertian Jurnal Penutup Pemaparan, Infokus, 1 x 1,5 jam
1. Memahami Jurnal Penutup 2. Tahapan penyusunan Diskusi, Quiz Whiteboard 1 kali
2. Memahami tahapan penyusunan Jurnal Jurnal Penutup pertemuan
Penutup 3. Penutupan rekening dan
3. Memahami proses menutup semua
perkiraan Pendapatan
penyesuaian kembali
4. Memahami proses menutup semua
perkiraan Biaya
5. Memahami proses menutup semua
perkiraan Ikhtisar Rugi Laba
6. Memahami proses menutup perkiraan
Prive
7. Memahami proses Penutupan rekening
dan penyesuaian kembali
8. Memahami proses dari Neraca Saldo
Penutupan
7 Mahasiswa dapat : AKUNTANSI PERUSAHAAN 1. Pengertian akuntansi Pemaparan, Infokus, 2 x 1,5 jam
1. Memahami akuntansi perusahaan dagang DAGANG perusahaan dagang Diskusi, Quiz Whiteboard 2 kali
2. Memahami Format Income statement 2. Gambaran tentang pertemuan
3. Memahami tentang Biaya Penjualan, Biaya
Rekening perusahaan
Umum dan Administrasi
4. Memiliki gambaran tentang Rekening
dagang
perusahaan dagang 3. Gambaran tentang Jurnal
5. Jurnal penyesuaian khusus
6. Memahami Jurnal penutup
7. Memiliki gambaran tentang Jurnal khusus
8. Memahami jurnal khusus
9. Mengenal macam jurnal khusus
10. Memahami Jurnal pembelian dan
pengeluaran kas
11. Memahami Jurnal penjualan dan
penerimaan kas

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 7


A. BUKU / BACAAN WAJIB (BW)
1. Standar Akuntansi Keuangan 2015, Ikatan Akuntan Indonesia
2. Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso, Accounting Principle 9ed

B. BUKU /BACAAN ANJURAN (BA)


1. Al Haryono Yusuf. Dasar-Dasar Akuntansi 1, Edisi 4, STIE YKPN, Yogyakarta, 1992
2. Larry M. Walther & Christopler J, Skousen, Basics of Accounting and Information Processing, the Accounting Cycle, WWW.Book
Boon.com
3. Larry M. Walther & Christopler J, Skousen, The Accounting Cycle, WWW.Book Boon.com. 2009.
4. Simangunsong,MP., Pelajaran Dasar Akuntansi Dua, Cetakan ke 9, Karya Utama, Jakarta, 1994
5. Soemarso S.R., Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi 2, Lembaga Penerbit FEUI Jakarta, 1986
6. Walter.B.Meigs and Robert F. Meigs, Accounting : The Basis For Business Decisions, Edisi 7, Mc Graw-Hill Book Company, 1987
7. Jurnal Nasional dan Internasional
8. Sumber lainnya.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 8


MODUL
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB I
GAMBARAN UMUM AKUNTANSI

1.1. PENGERTIAN AKUNTANSI

● Berdasarkan American Accounting Association definisi Akuntansi sebagai :

Accountancy is the process of identifying, measuring and communicating economic


information to permit informed judgement and decisions by user of the information.

“……proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan


adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi
tersebut”.
(Evanston, Illinois: American Accounting Association; A statement of Basic Accounting Theory; 1966, p. 1)

Menurut Sumarso SR bahwa

Akuntansi adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi penting sehingga memungkinkan
adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien. Atau

Akuntansi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan


informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi
mereka yang menggunakan informasi tersebut.
(Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:24)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 9


Peta Konsep
Tahap Identifikasi

Tahap Pencatatan

Akuntansi Tahap-tahap Tahap Pengikhtisaran

Sistem Informasi Bidang Akuntansi Tahap Pelaporan

Prinsip-prinsip Profesi Akuntansi Etika Akuntan


Akuntansi

Pihak Internal

Pihak Eksternal

Powerpoint Templates
Page 5
(Sumber :Akuntansi,Tim Sosio Prawara Cendekia, Penerbit Sewu,2012.p:2 dan berbagai sumber)

1.2. MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI

Terdapat beberapa manfaat yang dirasa dengan adanya informasi akuntansi sebagai berikut :
a. Sebagai alat ukur suatu keberhasilan ataupun kegagalan usaha dengan cara menilai harta
ataupun hutang yang ada di perusahaan. Nilai uang dicatat dan dilaporkan menggunakan proses
akuntansi. Sehingga akuntansi memang merupakan language of business. Apapun
kegiatannya apabila terlibat dalam kegiatan usaha maka akan terasa manfaat dengan adanya
ilmu akuntansi.
b. Akuntansi juga merupakan penghasil informasi yang dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk
melakukan perencanaan, mengeksekusi perencanaan dan mengkontrol aktivitas operasional
usaha.
c. Menyajikan informasi ekonomi (economic information) dari suatu kesatuan ekonomi (economi
entity=badan usaha) kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi ekonomi yang
dihasilkan oleh akuntansi berguna bagi pihak di dalam perusahaan itu sendiri maupun pihak-
pihak di luar perusahaan.

Definisi ini mengandung beberapa pengertian, yakni :

 Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan
informasi ekonomi.
 Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian
dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 10


1.3. SEJARAH SINGKAT AKUNTANSI

Pada zaman Romawi kuno dan Mesir telah dikenal pencatatan keuangan. Hal-hal yang dicatat
berkaitan dengan harta kekayaan yang dimiliki oleh kerajaan. Pencatatan keuangan dilakukan juga
oleh orang-orang pada zaman Mesir Kuno. Hal itu mereka lakukan ketika mereka berdagang ke luar
daerah dan ke luar negara mereka. Pencatatan harta dagangan pada waktu itu masih ditulis pada
lembaran daun.

Setelah manusia mengenal uang, pencatatan tentang kekayaan yang dilakukan manusia zaman
dahulu mulai bisa diketahui. Hal ini didukung oleh data sejarah tentang naskah mengenai pelajaran
pencatatan/pembukuan dengan angka arab. Untuk mengetahui laba atu rugi, pedagang-pedagang
dari Genoa, pada pertengahan abad 14, cukup menghitung harta yang dibawa pada waktu berangkat
berlayar. Perhitungan rugi laba hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran.

Secara umum, akuntansi lahir melalui tokoh yang


dijuluki sebagai bapak akuntansi yang bernama Lucas
Paliolo. Pada akhir abad ke 15, tepatnya dalam tahun
1494 keluar buku berjudul “Summa De Aritmatica,
Geometrica, Proporpioni et Proportionalita”, ia
membahas tentang pencatatan dan pembukuan secara
berpasangan atau sekarang lebih dikenal dengan
“double entry system”, debit-kredit. Satu sisi disebut
debit dan sisi lain disebut kredit. Kedua istilah tersebut
berasal dari bahasa Latin debere
(percaya/mempercaya) dan credere (berutang).
Karena gagasannya tersebut, Lucas Paliolo diangkat
sebagai bapak Akuntansi.

Buku karangan Lucas Paliolo banyak menginspirasi para ahli untuk mengembangkan akuntansi,
dan merupakan tonggak sejarah dalam bidang akuntansi. Nah, akuntansi ini berkembang dengan
pesat di daratan Eropa yang disebut dengan sistem Tata Buku Kontinental. Tata buku pada awalnya
hanya satu, yaitu tata buku tunggal. Karena kebutuhan yang makin kompleks, lahirlah tata buku
berpasangan. Tata buku berpasangan ini tidak hanya berkembang di Eropa tetapi sampai di Amerika.
Perkembangan sistem amerika tersebut dikatakan sebagai sistem Anglo Saxon yang sering kita
sebut dengan Accounting atau Akuntansi.

Kemudian akuntansi dan pembukuan banyak dikembangkan oleh orang-orang di Amerika dan
Eropa. Akuntansi itu lebih luas dari pembukuan. Pembukuan merupakan bagi dari akuntansi.
Akuntansi menyangkut pembukuan, audit (pemeriksaan kebenaran pencatatan), analisis laporan
keuangan, sistem akuntansi, dan masih banyak lagi bidang kajian.
(Hasil kompilasi dari berbagai sumber :Akuntansi,Tim Sosio Prawara Cendekia, Penerbit Sewu,2012p:3; Akuntansi, Sumarso
SR,LPFEUI,1986,P:15 dan berbagai sumber)

1.3.1. SEJARAH AKUNTANSI DI INDONESIA

Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan pada era penjajahan Belanda sejak sekitar abad ke 17
atau tahun 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui pada pembukuan yang dilaksanakan Amphioen
Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747. Tetapi perkembangan akuntansi yang mencolok
baru muncul setelah undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan dalam tahun 1870. Dengan
dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta Belanda banyak bermunculan di Indonesia
untuk menanamkan modalnya. Dunia usaha berkembang, demikian pula kebutuhan akan akuntansi.
Sistem pembukuan yang dianut oleh para pengusaha Belanda ini adalah seperti apa yang diajarkan
oleh Lucas Paliolo (sampai dengan tahun 1850). Dalam tahun ini orang Belanda menemukan
metode pembukuan baru yang lebih efisien. Selama periode 1850 – 1900 terjadi semacam dualisme
antara yang menggunakan metode lama dan yang menggunakan metode baru. Baru pada awal abad
20, metode pembukuan lama hilang dari sejarah akuntansi Belanda. Perkembangan ini juga di bawa

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 11


ke Indonesia. Sementara bidang-bidang usaha yang besar di kuasai Belanda, bidang-bidang usaha
yang kecil dibiarkan dikuasai oleh kelompok timur asing, seperti Cina, arab, India, dan lain-lain.
Sebagai daya tarik, pemerintah kolonial Belanda tidak mencampuri sistem pembukuan yang mereka
gunakan. Dalam hubungan ini muncul sistem pembukuan yang mereka gunakan. Dalam hubungan ini
muncul sistem pembukuan Cina (sistem Hokian, Canton, Hakka, Tio Tjoe), Arab, India, dan lain-lain.

Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1907, yaitu dengan
dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA, dengan tugas pokok menyusun dan mengontrol
pembukuan perusahaan. Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal di bukanya Jawatan
Akuntan Negara (GAD) yang resminya didirikan pada tahun 1915. Akuntan Publik pertama adalah
Frese & Hogeweg, yang mendirikan kantornya di Indonesia dalam tahun 1918. Pada tahun1920
berdiri kantor akuntan H.Y. Voerens. Dalam tahun 1921 didirikan Jawatan Akuntan Pajak (Balisting
Accountant Dienst = BAD). Akuntan intern yang pertama kali datang ke Indonesia adalah J.W. Labrijn
yang sudah ada di Indonesia dalam tahun 1896.

Pada waktu jaman penjajahan Belanda ini, tidak banyak orang Indonesia yang terjun dalam
bidang akuntansi. Kalaupun ada, mereka hanyalah merupakan tenaga-tenaga pelaksana. Orang
Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi tercatat JD Massie, yang diangkat sebagai
pemegang buku untuk Jawatan Akuntan pajak pada tanggal 21 september 1929.

Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di biddang akuntansi.
Jabatan-jabatan pimpinan di Jawatan Keuangan yang 90 % di pegang oleh bangsa Belanda, menjadi
kosong. Dalam masa ini, atas prakarsa Mr. Slamet, didirikan kursus-kursus untuk mengisi kekosongan
jabatan tadi dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada masa itu di kenal Kursus A, B, C, dan D. Para
pengikut kursus-kursus inilah yang nantinya merupakan cikal bakal tenaga-tenaga akuntan di
Indonesia. Mengenai sistem akuntansinya, tidak banyak terjadi perubahan selama jaman Jepang ini.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada


tanggal 17 agustus 1945, dirasakan sekali kekurangan akan tenaga
akuntan ini. Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan
berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Dalam masa perang
kemerdekaan (1945- 1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga-
tenaga di bidang akuntansi di lanjutkan. Setelah pengakuan
kedaulatan oleh Belanda, pemerintah RI baru mempunyai
kesempatan untuk mengirim putra-putranya ke luar negeri untuk
belajar mengenai akuntansi. Di dalam negeri sendiri, pendidikan
akuntan mulai dirintis dengan dibukannya jurusan akuntansi di
Fakultas ekonomi Universitas Indonesia dalam tahun 1952.
Pendirian jurusan akuntansi di Fakultas ekonomi Universitas
Indonesia ini kemudian di ikuti dengan pembukaan jurusan yang
sama di fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961), Universitas Sumatera Utara
(1962), Universitas Airlangga (1962), dan Universitas Gajah Mada (1964).

Institut Ilmu Keuangan (sekarang Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) membuka jurusan
akuntansi dalam tahun 1960. Sementara itu dewasa ini Universitas Brawijaya dan Universitas Andalas
telah mengadakan afiliasi dengan Universitas Indonesia untuk membuka jurusan akuntansi. Afiliasi
yang sama juga dilakukan antara Universitas Hasanudin dan Universitas Diponegoro dengan
Universitas Gajah Mada serta antara Universitas Syiah Kuala dan Universitas Riau dengan
Universitas Sumatera Utara. Dalam tahun 1954 keluar Undang-undang Nomor 34 yang mengatur
pemakaian gelar Akuntan.
(Hasil kompilasi dari berbagai sumber :Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:15 dan berbagai sumber)

1.3.2. SEJARAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan di Indonesia berdiri pada tanggal 23
Desember 1957. Organisasi ini diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) didirikan oleh lima
akuntan Indonesia. Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang. Dalam tahun 1978, berdiri Ikatan

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 12


Akuntan Indonesia, seksi Akuntan Publik. Tahun 1986 berdiri Ikatan Akuntan Indonesia seksi Akuntan
Manajemen dan seksi Akuntan Pendidik.

Profesi akuntan mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1967, yaitu dengan
dikeluarkannya Undang-undang Penanaman Modal Asing dalam tahun itu, yang kemudian disusul
dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri dalam tahun 1968. Tumbuhnya
perusahaan-perusahaan baru, baik yang didirikan dalam rangka kedua undang-undang tersebut
ataupun bukan, sebagai akibat makin baiknya iklim investasi di Indonesia, telah meningkatkan
kebutuhan akan tenaga akuntansi. Sementara itu disektor

Pemerintah, bertambahnya proyek-proyek pembangunan yang harus dikelola, baik yang


melalui dana APBN maupun yang Non APBN di satu pihak dan makin disadari sistem pertanggung
jawaban yang auditable dan accountable, dipihak lain, telah mendorong lajunya permintaan jasa
tenaga-tenaga akuntan lebih cepat lagi.

Dibandingkan dengan tersedianya


tenaga-tenaga Akuntan yang ada saat ini,
perkembangan permintaan akan tenaga
tersebut mengakibatkan keadaan di mana
Indonesia sangat kekurang tenaga akuntan.
Menurut survey yang terakhir, kekurangan
akuntan ini akan tetap berlangsung sampai
akhir abad ini. Dewasa ini pemerintah
sedang melakukan berbagai usaha untuk
mempercepat pertumbuhan produksi
akuntan di Indonesia. Disamping mengenai
produksi akuntan, pemerintah juga sangat
berperan dalam mendorong perkembangan
profesi ini. Diantaranya dengan membentuk
Tim Koordinasi Pengembangan akuntansi
dalam tahun 1985.
(Hasil kompilasi dari berbagai sumber :Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:18 dan berbagai sumber)

1.4. SEJARAH TERBENTUKNYA STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA

1.4.1. DEFINISI

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
selalu mengacu pada teori-teori yang berlaku daan memberikan tafsiran dan penalaran yang telah
mendalam dalam hal praktek terutama dalam pembuatan laporan keuangan dalam memperolah
informasi yang akurat sehubungan data ekonomi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) mengacu pada penafsiran dan penalaran teori-teori yang “berlaku” dalam hal
praktek “pembuatan laporan keuangan” guna memperoleh inforamsi tentang kondisi ekonomi.
Pemahaman di atas memberikan gambaran bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) berisi “tata cara penyusunan laporan keuangan” yang selalu mengacu pada teori yang
berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung.
Hal ini menyebabkan tidak menutup kemungkinan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) dapat mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan
kebutuhan informasi ekonomi.
Dari keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi peraturan
tentang perlakuan, pencatatan, penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang disusun oleh
lembaga IAI yang didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung dan telah disepakati (konvensi)
serta telah disahkan oleh lembaga atau institut resmi.
Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bukan merupakan
suatu kemutlakan bagi setiap perusahasan dalam membuat laporann keuangan. Namun paling tidak

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 13


dapat memastikan bahwa penempatan unsur-unsur atau elemen data ekonomi harus ditempatkan
pada posisi yang tepat agar semua dat ekonomi dapat tersaji dengan baik, sehingga dapat
memudahkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menginterpretasikan dan megevaluasi
suatu laporan keuangan guna mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak.

1.4.2. SEJARAH PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK)

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di
dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan
yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik
akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu,
pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada
masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap
terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-
hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal
ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan
standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957
hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun
1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar
akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku
”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha.
Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan
melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak
tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan
dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak
tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996,
1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi
Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya
yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini
terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar
akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun
standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS
yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah
bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama
Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 14


Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi
untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi
Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK).
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18
Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan
PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah
yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya
terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili
para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan
pengembangan SAK di Indonesia.

►Due Process Prosedur penyusunan SAK:

1. Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut ;


a. Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;
b. Konsultasikan issue dengan DKSAK;
c. Membentuk tim kecil dalam DSAK;
d. Melakukan riset terbatas;
e. Melakukan penulisan awal draft;
f. Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk DSAK;
g. Pembahasan dalam DSAK;
h. Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan
pertimbangan dampak penerapan standar;
i. Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;
j. Public hearing;
k. Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing;
l. Limited hearing
m. Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;
n. Pengecekan akhir;
o. Sosialisasi standar.

2. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi SAK dan Buletin
Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process yang diatur dalam ayat 1 diatas,
misalnya proses public hearing.

3. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar yang sudah tidak
relevan adalah sama dengan due process procedures penyusunan standar yang diatur dalam
ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti tahapan due proses e, f, i, j, dan k sedangkan tahapan m
dalam ayat 1 diatas diganti menjadi: Persetujuan pencabutan standar atau interpretasi.

4. Dirumuskan oleh satu-satunya organisasi profesi akuntansi di Indonesia yaitu Ikatan. Akuntan
Indonesia (IAI) yang berdiri pada tanggal 23 Desember 1957. Terdapat 3 (tiga) tonggak utama
sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia, yaitu :

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 15


 Tahun 1973, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia, dengan mengkodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam buku “Prinsip Akuntansi
Indonesia” (PAI)
 Tahun 1984, Komite PAI melakukan revisi secara mendasar atas PAI 1973 dan
mengkodifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984”
 Tahun 1994, Komite PAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan
mengkodifikasikannya dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” berlaku per 1 Oktober
1994.

Sejak 1994, IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan Standar Akuntansi
Internasional (pengaruh globalisasi. Sejak 1994, IAI juga terus melakukan penyempurnaan
standar yang ada serta penambahan standar baru dan interpretasi Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK)

Sejak 1994 proses revisi SAK dilakukan sebanyak 5 (lima) kali sbb.:
1) 1 Oktober 1995
2) 1 Juni 1996
3) 1 Juni 1999
4) 1 April 2002, dan
5) 1 Oktober 2004

Buku Standar Akuntansi Keuangan 1 Oktober 2004 yang juga memuat :


1) Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah
2) 59 PSAK beserta Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang
melandasinya.
3) 7 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK)

Badan Penyusun Standar Akuntansi :


 1973 : Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS
 1974 – 1994 : Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (4 periode kepengurusan IAI)
 1994 : Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK)

Pada Kongres ke 8 IAI tgl 23-24 Sept 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang diberi otonomi khusus utk menyusun dan
mengesahkan PSAK dan ISAK. Sebagai pelaksanaan keputusan Kongres ke 8, juga dibentuk
Dewan Konsultatif SAK yang anggotanya berasal dari lingkungan profesi akuntan dan non
akuntan sebagai representasi users.

Kebijakan DSAK :
a. Mendukung program harmonisasi dan konvergensi yang diprakarsai oleh International

Financial Reporting Standards (IFRS)


b. Dalam menyusun SAK, mengacu pada IFRS dengan mempertimbangkan pula faktor
lingkungan usaha di Indonesia
c. Pengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan dengan berpedoman pada
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, kondisi lingkungan usaha
di Indonesia., dan standar akuntansi yang berlaku di negara lain.
(Literatur : Berbagai sumber)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 16


Sumber: aisaanjani.blogspot.com

1.4.3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN menciptakan metode yang seragam untuk menyajikan


informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan
dengan lebih mudah kumpulan konsep, standar, prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik
yang dipilih dan dianggap berterima umum disebut: Generally Accepted Accounting Principles
(GAAP).
Badan yang membuat standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat yaitu Financial
Accounting Standard Board (FASB) berdiri tahun 1973 menggantikan American Principles Board
(APB) sebuah lembaga swasta yang bertanggung jawab untuk pembentukan standar akuntansi di
Amerika Serikat. Produk FASB adalah Publikasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan(Statements
of Financial Accounting Standards).
Organisasi lain yang penting dalam pelaporan keuangan adalah SEC (Securities and
Exchange Commision) dibentuk tahun 1934 dengan tugas utama mengatur penawaran dan
perdagangan efek oleh perusahaan kepada masyarakat
AICPA (American Institute of Certified Public Accounting) merupakan organisasi profesional
dari para akuntan publik yang tersertifikasi.
Pada tahun 2007 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia
mengesahkan tiga Exposure Draft menjadi PSAK yaitu PSAK No 13 (revisi 2007) Properti Investasi,
PSAK No. 16 (revisi 2007) Aset Tetap dan PSAK No. 30 (revisi 2007) Sewa. Ketiga PSAK tersebut
berlaku efektif untuk penyusunan laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1
Januari 2008. Ketiga PSAK tersebut terutama membahas mengenai standar perlakuan akuntansi
untuk aset tetap. Pengesahan ketiga PSAK tersebut dilakukan sebagai bagian dari proses
konvergensi PSAK terhadap International Financial Reporting Standard (IFRS). Oleh karena itu
materi PSAK baru tersebut diambil seluruhnya dari IFRS dengan beberapa penyesuaian karena ada
beberapa nomor IFRS yang belum diadopsi di dalam PSAK.

Dengan berlaku secara efektif ketiga PSAK tersebut maka


PSAK lama yaitu PSAK No. 13 (1994) Akuntansi untuk Investasi,
PSAK No. 16 (1994) Aktiva Tetap dan Aktiva lain-lain, PSAK No.
17 (1994) Akuntansi Penyusutan dan PSAK No. 30 (1990)
Akuntansi Sewa Guna Usaha menjadi tidak berlaku untuk
penyusunan laporan keuangan sebuah entitas. Kemudian pada
tanggal 23 Mei 2008 Menteri Keuangan Republik Indonesia
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008
(PMK 79/2008) tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap
Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan. PMK 79/2008 ini
menggantikan peraturan sejenis yaitu Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 486/KMK.03/2002.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 17


Perkembangan Standart Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia

Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan
Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar
akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan
standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi
dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.

Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai
tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik
berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam
kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1
September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di
Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika
itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya
ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar
IFRS dari total 33 standar.

1.4.4. PENETAPAN SAK-ETAP

Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau atau The Indonesian
Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan oleh DSAK IAI pada
tanggal 19 Mei 2009. Dewan tandar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri
beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan
Manajemen. Alasan IAI menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan
menengah (UKM) (yang jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan di Indonesia) dalam
menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan mereka juga harus
mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap pengadopsian IFRS –
konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan mereka. SAK berbasis IFRS ini
relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan kecil dan menengah untuk menerapkannya.

Pada saat diluncurkanya standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara
Seminar Nasional Akuntansi “Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh
Universitas Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik karena exposure
draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat definisi
UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standard ini diberi nama SAK
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu
membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal
SAK-ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan
ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan
SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh
entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
Hendry Adam | Dasar Akuntansi 18
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
Lebih lanjut ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa Entitas dikatakan memiliki
akuntabilitas publik signifikan jika : proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar
modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau entitas menguasai aset
dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,
pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK-ETAP jika
otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan standar tersebut. Hal ini
dimungkinkan apabila misalnya pihak otoritas berwenang merasa ketentuan pelaporan dengan
menggunakan PSAK terlalu tinggi biayanya ataupun terlalu rumit untuk entitas yang mereka awasi.
SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per 1 Januari
2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP harus membuat suatu
pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut
dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK-
ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK-ETAP. Apabila perusahaan memakai
SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu
kepada SAK-ETAP.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa
aspek lebih ringan daripada PSAK, maka ketentuan transisi
dalam SAK-ETAP ini cukup ketat. Pada BAB 29 misalnya
disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK-ETAP, yakni
1 January 2011, Entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK-ETAP dapat menyusun laporan keuangan
tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-
ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK- ETAP ini
untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya. Oleh sebab itu
per 1 January 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik harus memilih apakah akan tetap
menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK atau beralih
menggunakan SAK-ETAP.
Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK-ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh
menggunakan SAK-ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan
keuangan berdasarkan SAK-ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan
menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan public
di tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non-
ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK-ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang
sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian
memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK-ETAP, maka entitas tersebut dapat
menggunakan SAK-ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan.

Daftar Pemberlakuan PSAK/ISAK yang Pernah Ditetapkan PSAK/ISAK yang berlaku efektif 2008 -
2010
No PSAK/ISAK Ref Issued Effective Date
1 PSAK 13 Properti Investasi IAS40 2007 1-Jan-08
2 PSAK 16 Aset Tetap IAS16 2007 1-Jan-08
3 PSAK 30 Sewa IAS17 2007 1-Jan-08
4 PSAK 14 Persediaan IAS2 2008 1-Jan-09
5 PSAK 26 Biaya Pinjaman IAS23 2008 1-Jan-10
6 PSAK 50 Penyajian dan Pengungkapan IAS 32 2006 1-Jan-10
7 PSAK 55 Pengakuan dan Pengukuran IAS 39 2006 1-Jan-10

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 19


Dua kriteria yang menentukan apakah suatu entitas tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik
(ETAP) yaitu:

1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan


Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
a) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau regulator lain untuk
tujuan penerbitan efek di pasar modal. Oleh sebab itu Bapepam sendiri telah mengeluarkan
surat edaran (SE) Bapepam-LK No. SE-06/BL/2010 tentang larangan penggunaan SAK
ETAP bagi lembaga pasar modal, termasuk emiten, perusahaan publik, manajer investasi,
sekuritas, asuransi, reksa dana, dan kontrak investasi kolektif.
b) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun,
reksa dana, dan bank investasi.

2. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements)
bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah:
a) pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha;
b) kreditur; dan
c) lembaga pemeringkat kredit.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifkan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas
berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Contohnya Bank
Perkreditan Rakyat yang telah diijinkan oleh Bank Indonesia menggunakan SAK ETAP mulai 1
Januari 2010 sesuai dengan SE No. 11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009.
Sedangkan dahulunya BPR memiliki
pedoman akuntansi tersendiri yakni pedoman
akuntansi BPR, SAK-ETAP ini akan berlaku
efektif per 1 January 2011 namun penerapan
dini per 1 Januari 2010 diperbolehkan. Entitas
yang laporan keuangannya mematuhi SAK
ETAP harus membuat suatu pernyataan
eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan tersebut
dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan
keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi
SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua
persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila
perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor
yang akan melakukan audit di perusahaan
tersebut juga akan mengacu kepada SAK-
ETAP.

Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek lebih ringan daripada PSAK, maka
terdapat beberapa ketentuan transisi dalam SAK-ETAP yang cukup ketat:
1. Pada BAB 29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK-ETAP, yakni 1
January 2011
2. Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan
keuangan tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang
diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan
SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.
3. Per 1 January 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK atau beralih
menggunakan SAK-ETAP.
4. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi
persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak
diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP. Hal ini misalnya ada
Hendry Adam | Dasar Akuntansi 20
perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun
kemudian mendaftar menjadi perusahaan public di tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib
menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk
menerapkan SAK ETAP ini kembali.
5. Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan
keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK
ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan
keuangan.

Literatur Gambar: Berbagai sumber

1.5. PIHAK-PIHAK YANG MENGGUNAKAN INFORMASI AKUNTANSI

Akuntansi menyediakan cara untuk mengumpulkan data ekonomis dan melaporkannya kepada
bermacam-macam individu dan pihak-pihak yang berkentingan yaitu pihak Internal perusahaan dan
pihak eksternal perusahaan.

1. Pihak Internal Perusahaan


Merupakan pihak yang berhubungan langsung dalam perusahaan terutama dalam proses
perencanaan, penyusunan maupun kebijakan perusahaan, yang meliputi Pimpinan Perusahaan
(Manajer, Direktur, beserta jajaran manajemen)

2. Pihak Eksternal Perusahaan


a) Pemilik dan calon pemilik dari suatu perusahaan (Para Pemegang Saham, Calon Investor)
b) Pihak bank dan leveransir
c) Badan pemerintah
d) Pegawai dan federasi buruhnya

Menurut Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso di Accounting Principle 9ed para
pengguna informasi akuntansi dibagi kedalam 2 bagian yaitu

1. INTERNAL USERS
Internal users of accounting information are those individuals inside a company who plan
organize, and run the business. These include marketing managers, production supervisors, finance
directors, and company officers.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 21


2. EXTERNAL USERS
External users are individuals and organizations outside a company who want financial
information about the company. The two most common types of external users are investors and
creditors. Investors (owners) use accounting information to make decisions to buy, hold, or sell
ownership shares of a company. Creditors (such as suppliers and bankers) use accounting
information to evaluate the risks of granting credit or lending money.

1.6. LAPANGAN KHUSUS AKUNTANSI

1. Bidang-bidang Akuntansi
a. Akuntansi Umum atau Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
Bidang akuntansi yang berhubungan dengan proses penyusunan laporan keuangan secara
berkala untuk suatu unit ekonomi secara keseluruhan dan salah satu tujuan pembuatan
laporan untuk ditujukan kepada pihak-pihak internal dan eksternal/di luar perusahaan.
b. Akuntansi Pemeriksaan (Auditing)
Bidang akuntansi yang berhubungan dengan pemeriksaan laporan keuangan, dalam hal ini
menyangkut kebenaran suatu laporan keuangan dan hasil atau kesimpulannya berguna bagi
pihak-pihak di luar perusahaan, seperti investor, pemilik saham, kreditur, dan pemerintah.
c. Akuntansi Manajemen (Management Accounting)
Bidang akuntansi yang berhubungan dengan pemecahan masalah-masalah khusus yang
dihadapi oleh pimpinan perusahaan.
(Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:24)

Bidang Manajemen Advisory Service (Administrative Service) :

a. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)


Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya.

Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok:


1) Perencanaan/penentuan kos produk
2) Pengendalian biaya
3) Pengambilan keputusan khusus
(Mulyadi, Akuntansi Biaya Ed.5, UPP STIM YPKN, 2009,p7 dan sumber lainnya)

b. Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)


Bidang akuntansi yang berhubungan dengan perhitungan dan penyusunan surat
pemberitahuan pajak (SPT) serta segala sesuatu yang berhubungan masalah pajak
misalnya penentuan objek pajak perusahaan.Membantu pihak manajemen dalam
menentukan pilihan transaksi sehubungan dengan pertimbangan pajak.
(sumber: Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:24 dan beberapa sumber lainnya)

c. Sistem Informasi (Akuntansi) (Information System)


Suatu cabang dari akuntansi yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan
prosedur pengumpulan dan pelaporan data keuangan.

d. Akuntansi Peranggaran (Budgeting)


Bidang akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan data operasi yang telah berjalan
dan rencana taksiran keuangan mengenai kegiatan perusahaan untuk masa yang akan
datang disuatu jangka waktu tertentu beserta analsis dan pengontrolannya.

e. Akuntansi Pemerintahan (Governmental Accounting)


Budang akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi yang
terjadi dalam badan-badan pemerintah.
(Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:24)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 22


2. Pekerjaan Akuntansi
a. Akuntan Publik (Publik Accountant / External Accountant)
Akuntan yang memberikan jasa-jasanya untuk suatu pekerjaan bidang akuntansi. Ia
merupakan akuntan profesional yang diberi ijin oleh negara untuk berpraktek sebagai
akuntan swasta yang bekerja secara independen.
Tugas Akuntan Publik meliputi audit laporan keuangan, analisis laporan keuangan, audit
pajak, dsb.

b. Akuntan Intern (Internal Accountant)


Akuntan yang bekerja disuatu perusahaan atau organisasi tertentu.Biasanya berada pada
bagian Keuangan atau tersendiri yaitu bagian Akuntansi, dengan jabatannya disebut Chief
Accountant, tetapi adapula sebagai bagian dari terpisah dari struktur operasional
perusahaan dan bertanggung jawab pada Presiden Direktur sehingga berfungsi sebagai
Controller. Apabila di bidang jasa perhotelan disebut Income Auditor yang bertanggung
jawab pada Chief Acountant atau pada Presiden Direktur.

c. Akuntan Pemerintah (Government Accountant)


Akuntan yang berkerja di badan-badan usaha negara, misalnya BPK, Departemen
Keuangan, Kantor Pemerintahan, Lembaga negaran lainnya.

d. Akuntan Pendidik
Akuntan yang kegiatannya sebagai dosen, guru atau instruktur pelatihan akuntansi yang
tugasnya memberikan sifatnya keilmuan kepada anak didiknya ataupun melakukan
penelitian di bidang akuntansi.
(Akuntansi, Sumarso SR,LPFEUI,1986,P:24)

e. Akuntansi Perilaku
Berhubungan dengan perilaku para akuntan dan pihak manajemen dalam mensikapi hasil
laporan keuangan terhadap perusahaan yang sedang ditanganinya.

f. Akuntansi Forensik
Keahlian yang menuntut kemampuan dalam bidang akuntansi, audit, dan investigasi atas
pengelolaan dan fraud. Merupakan karir favorit di bidang akuntansi di masa yang akan
dating. Ruang lingkup pekerjaan salah satunya adalah meliputi penelusuran money-
lundering dan aktivitas mencurigakan lainnya termasuk penggelapan pajak, insurance fraud,
harta wasiat.

Menurut Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso (Accounting Principle 9ed)
penggolongan pekerjaan di bidang akuntansi adalah sebagai berikut:

a. Public Accounting
Individuals in public accounting offer expert service to the general public, in much the
same way that doctors serve patients and lawyers serve clients. A major portion of public
accounting involves auditing. In auditing, a certified public accountant (CPA) (Akuntan)
examines company financial statements and provides an opinion as to how accurately the
financial statements present the company’s results and financial position. Analysts,
investors, and creditors rely heavily on these ―audit opinions,which CPAs have the exclusive
authority to issue. Taxation is another major area of public accounting.The work that tax
specialists perform includes tax advice and planning, preparing tax returns, and representing
clients before governmental agencies such as the Internal Revenue Service. A third area in
public accounting is management consulting. It ranges from installing basic accounting
software or highly complex enterprise resource planning systems, to providing support
services for major marketing projects or merger and acquisition activities. Many CPAs are
entrepreneurs. They form small- or medium-sized practices that frequently specialize in tax
or consulting services.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 23


b. Private Accounting
Instead of working in public accounting, you might choose to be an employee of a for-profit
company such as Starbucks, Google, or PepsiCo. In private (or managerial) accounting,
you would be involved in activities such as cost accounting (finding the cost of producing
specific products), budgeting, accounting information system design and support, or tax
planning and preparation. You might also be a member of your company’s internal audit
team. In response to SOX, the internal auditors’ job of reviewing the company’s operations to
ensure compliance with company policies and to increase efficiency has taken on increased
importance.
Alternatively, many accountants work for not-for-profit organizations such as the Red Cross
or the Bill and Melinda Gates Foundation, or for museums, libraries, or performing arts
organizations.

c. Opportunities in Government
Another option is to pursue one of the many accounting opportunities in governmental
agencies. For example, the Internal Revenue Service (IRS) / Pajak), Federal Bureau of
Investigation (FBI) (BPK, KPK), and the Securities and Exchange Commission (SEC)
(Bursa saham) all employ accountants. The FBI has a stated goal that at least 15 percent of
its new agents should be CPAs.There is also a very high demand for accounting educators
at public colleges and universities and in state and local governments.

d. Forensic Accounting
Forensic accounting uses accounting, auditing, and investigative skills to conduct
investigations into theft and fraud. It is listed among the top 20 career paths of the future.
The job of forensic accountants is to catch the perpetrators of the estimated $600 billion per
year of theft and fraud occurring at U.S. companies.This includes tracing money-laundering
and identity-theft activities as well as tax evasion. Insurance companies hire forensic
accountants to detect insurance frauds such as arson, and law offices employ forensic
accountants to identify marital assets in divorces. Forensic accountants often have FBI, IRS,
or similar government experience.

1.7. PEMBUKUAN DAN AKUNTANSI

Menurut Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, tujuan dari Pembukuan dan
Akuntansi adalah

The purpose of bookkeeping and accounting is to provide information concerning the financial
affairs of a business. This information is needed by owners, managers, creditors, and governmental
agencies.

Antara Pembukuan dan Akuntansi ada saling berhubungan dan tidak ada pemisahan yang tegas
dan diterima secara umum.

Pada umumnya Pembukuan adalah pencatatan data perusahaan dengan suatu cara tertentu.
Seorang pemegang buku mungkin bertanggung jawab atas semua pencatatan dalam perusahaan
atau hanya sebagian kecil saja dari kegiatan pencatatan dalam perusahaan tersebut (seperti misalnya
mencatat keluar masuknya barang dalam kartu stok). Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh
seorang pemegang buku bersifat pelaksanaan.
Akuntansi, terutama berhubungan dengan perencanaan system pencatatan, penyusunan
laporan berdasarkan data yang telah dicatat dan penafsiran atas laporan-laporan tersebut. Akuntan
biasanya memimpin dan mengawasi pekerjaan seorang pemegang buku. Makin besar perusahaan,
makin banyak pula tingkat-tingkat pembagian tanggung jawab dan wewenang yang terdapat dalam
perusahaan tersebut. Pekerjaan akuntan pada tingkat permulaan mungkin termasuk pekerjaan
pembukuan. Dalam setiap keadaan, akuntan harus mempunyai pengetahuan yang lebih banyak, baik
pengetahuan mengenai konsep-konsep akuntansi maupun kemampuan analitisnya dibandingkan
dengan seorang pemegang buku.
Hendry Adam | Dasar Akuntansi 24
…the accounting process includes the bookkeeping function. Bookkeeping usually involves
only the recording of economic events. It is therefore just one part of the accounting process. In total,
accounting involves the entire process of identifying, recording, and communicating economic
events. (Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso, Accounting Principle 9ed, p5)

1.8. SEKILAS IFRS

Dengan adanya globalisasi menjadikan adanya saling interaksi para investor, para pelaku usaha
dan perusahaan-perusahaan antar negara, adanya kebutuhan informasi khususnya informasi
keuangan suatu perusahaan secara seragam namun berkualitas tinggi sesuai dengan tujuannya.
Guna memenuhi tujuan tersebut maka muncullah International Financial Reporting Standards
(IFRS) yang diterima oleh lebih dari 115 negara-negara di dunia sejak tahun 2011 yang lalu (Keiso et
al, 2011).
Namun demikian tetap ada negara masih menggunakan cara lama misalnya Amerika Serikat
yang masih menggunakan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dalam membuat
laporan keuangannya, tetapi bagi perusahaan yang akan masuk ke New York Stock Exchange harus
menggunakan standar IFRS.

1.9. JENIS-JENIS PERUSAHAAN


a. Berdasarkan kegiatan utama yang dijalankan dapat digolongkan menjadi :
1. Perusahaan Jasa
Perusahaan yang dalam menjalankan usahanya hanya memberikan pelayanan dalam
bentuk jasa kepada para konsumennya. Yang termasuk perusahaan jasa adalah
Cleaning service, Konsultan perencanaan, perusahaan paket/delivery, dsb.

2. Perusahaan Dagang
Perusahaan yang kegiatan utamanya melakukan pembelian barang-barang dan
selanjutnya dijual kembali kepada para konsumennya. Yang termasuk perusahaan
dagang adalah dealer mobil, supermarket, toko bangunan, dsb.

3. Perusahaan Pabrik/Industri/manufaktur
Perusahaan yang kegiatanya melakukan pengolahan bahan, mulai dari bahan mentah,
bahan dalam proses hingga menjadi bahan jadi, selanjutnya barang tersebut dijual
kepada konsumen.
Yang termasuk perusahaan industri misalnya industri mobil Honda, pabrik minuman
Coca cola, dsb.

b. Bentuk badan usaha :


1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan dalam kepemilikan modalnya hanya dimiliki oleh seorang pemegang
modal. Untuk kegiatan operasional tetap menggunakan beberapa tenaga pelaksana
operasional umumnya perusahaan.

2. Persekutuan (Firma dan CV)


Perusahaan dalam struktur kepemilikan permodalan dapat terdiri dari beberapa orang.
Para pemilik modal dapat aktif di kegiatan operasional ataupun pasif. Ada perbedaan
antara Firma dan CV.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 25


3. Firma
Para pemilik modal dapat aktif ataupun pasif dalam kegiatan perusahaan, sesuai
perjanjian.

4. Persekutuan Komanditer (CV)


Struktur kepemilikan perusahaan terdiri dari Pesero aktif dan pesero pasif. Pesero Aktif
merupakan pengurus operasional perusahaan, sehingga pesero aktif hanya
menyumbangkan tenaga dan keahliannya. Sedangkan pesero Pasif menyetorkan
modalnya dan sebagai pengawas kegiatan perusahaan.

5. Perseroan Terbatas
Perusahaan dalam struktur kepemilikan modal dipegang oleh para pemegang saham
(Stockholder Equity), dalam kegiatan operasional dikerjakan oleh para pengurus
perusahaan/manajemen perusahaan.
Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu PT Terbuka (Tbk) dan PT
Tertutup. PT Terbuka dalam kepemilikan modal terbuka untuk umum dan dalam bentuk
saham,misalnya PT. Telkom Tbk. PT Tertutup dalam struktur permodalan hanya
terbatas untuk kalangan tertentu misalnya keluarga.

6. Koperasi
Usaha yang dibentuk oleh beberapa orang minimal 10 orang yang memiliki tujuan
usaha yang sama. Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan struktur tertinggi dalam
kepemilikan modal di koperasi, dalam kegiatan operasional dilakukan oleh para
pengurus yang bertanggung jawab kepada RAT. Sumber pendanaan koperasi berasal
dari Iuran wajib dan iuran sukarela.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 26


MODUL
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB II
PROSES AKUNTANSI

2.1. PROSES AKUNTANSI

P
T
e
r
n
a
c Pemakai
n Peng Peng Analisa
a Laporan
& Laporan
s golong ikhtisar Akuntan
t Interpres Akuntan
a an an si
tasi si
a
k
t
s
a
i
n

Identifikasi Proses dan Pelaporan Mengkomunikasikan


Dan Laporan
Pengukuran

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 27


Tahap Pencatatan :

1. Pembuatan atau penerimaan bukti untuk transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan.
2. Pencatatan bukti transaksi ke dalam Buku Harian (Jurnal) dan sekaligus menggolong-
golongkan transaksi tersebut ke dalam nomor kode perkiraan.
3. Pemindah bukuan (posting) dari buku harian ke perkiraan yang bersangkutan di Buku Besar
(Ledger).

Tahap Pengikhtisaran :

4. Pembuatan Neraca Saldo (Trial Balance) dari perkiraan-perkiraan di buku besar.


5. Pembuatan Neraca Lajur (Worksheet) dan Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entries)
6. Penyusunan Laporan Keuangan (Income Statement/ Statement of Comprehensive Income,
Statement of Financial Position/ Balance Sheet, Statement of Change in Equity/Capital
Statement).
7. Pembuatan Jurnal Penutupan (Closing Entries).
8. Pembuatan Neraca Saldo Penutupan (Post Closing Trial Balance).
9. Pembuatan Jurnal Balik (Reversing Entries).

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 28


TAHAPAN PROSES AKUNTANSI

Bukti Transaksi /
Tahap Pencatatan Bukti Pencatatan
(Recording)

Jurnal Umum
Tahap
Penggolongan
(Clasification) Buku Besar /
Ledger

Neraca Saldo

Neraca Lajur
(Worksheet)
Jurnal Penyesuaian /
Adjusting Entries

Jurnal Penutup /
Closing Entries
Tahap
Pengikhtisaran
(Summarizing)
Menutup Buku
Besar

Neraca Saldo
Setelah Penutupan

Jurnal Pembalik /
Reversing Entries

Tahap Pelaporan Laporan Keuangan


(Reporting) (Financial
Statement)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 29


2.2. TRANSAKSI KEUANGAN

Suatu organisasi ataupun perusahaan baik itu jenis perusahaan Jasa, Perdagangan maupun
Industri dalam kegiatan operasional usahanya selalu diikuti oleh kegiatan keuangan, walaupun
perusahaan ataupun organisasi tersebut bukan tujuan mencari laba atau perusahaan/organisasi Non
profit oriented, sehingga di dapat dikatakan bahwa transaksi keuangan tidak hanya dilakukan oleh
perusahaan ataupun organisasi yang mencari laba/profit oriented saja, tetapi juga berlaku bagi
perusahaan nirlaba, karena memang transaksi keuangan merupakan bagian dari kegiatan organisasi
atau perusahaan, selain dari kegiatan operasional lainnya.

a. PENGERTIAN
Transaksi keuangan tidak hanya menyangkut jual beli yang dilaksanakan ketika perusahaan
mengeluarkan atau menerima uang tunai. Transaksi Keuangan yaitu semua kejadian yang
menyangkut unit organisasi yang dapat diukur dalam satuan uang dan berpengaruh terhadap
kekayaan organisasi (perusahaan). Ketika pemilik menyerahkan kendaraan atau rumah yang
dapat digunakan untuk operasional dan menjadi hak milik perusahaan, kejadian tersebut
termasuk transaksi keuangan, yaitu transaksi modal.
(sumber :Akuntansi,Tim Sosio Prawara Cendekia, Penerbit Sewu,2012p:23)

b. BUKTI TRANSAKSI
Setiap kegiatan transaksi harus disertai dengan suatu alat bukti yang menyatakan bahwa
telah terjadi suatu transaksi. dimana bukti transaksi merupakan sumber dimana kita mengetahui
apa saja yang telah terjadi di perusahaan dan sebagai bahan untuk melanjutkan tahapan-
tahapandalam proses akuntansi.

Suatu transaksi tersebut dapat dikatakan apabila bukti tersebut bila


a. Menggunakan dokumen sesuai peruntukkannya
b. Diisi, di tanda tangani dan di validasi oleh pemegang otoritas, baik pembuat ataupun
penerima

3. MACAM-MACAM BUKTI TRANSAKSI


a. Kwitansi
Kwitansi adalah tanda bukti telah terjadi transaksi tunai yang harus di tanda tangani oleh si
penerima uang, kwitansi yang asli diserahkan kepada si pembayar sedangkan bagian
potongannya disimpan oleh pihak yang menerima uang. Kwitansi juga biasanya harus dibubuhi
materai dalam jumlah tertentu.
Dalam hal ini telah terjadi serah terima uang tunai dari Pembeli (Pemilik Uang) ke Penjual
(Penerima Uang).
 Kwitansi di tanda tangani oleh kedua belah pihak serta
 Divalidasi berupa cap perusahaan yang penerima uang
 Apabila nilai transaksinya sampai dengan Rp.500.000 ditambah materai 3000, transaksi
diatas Rp.500.000 menambah materai 6.000.

(contoh Kwitansi)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 30


Contoh

Contoh

Nilai Nominal Uang


Nomor Kwitansi Nama Orang / Perusahaan
Yang Dikeluarkan dalam
harus berurutan Yang Mengeluarkan Uang
bentuk bilangan

Kolom Data (Cap, Kota, Tanggal


Nilai Nominal Rincian Tujuan
Jabatan, Nama, Ttd) Dikeluarkan
Uang dalam Pengeluaran
Yang mengeluarkan Uang
bentuk angka Uang
Uang

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 31


b. Nota Kontan
Adalah bukti pencatatan untuk transaksi (secara rinci) pembelian barang secara tunai. Nota
kontan dibuat oleh pihak penjual dan diberikan kepada pihak pembeli.

(contoh Nota Kontan)

Contoh

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 32


NOTA KONTAN

Nama Nama
Perusahaan/ Data Nomor & Perusahaan/
Organisasi & Barang Tanggal Organisasi
Alamat Yang di Transaksi Pembeli &
beli Alamat

……………………………………….. Nomor: …………………….……………..


Jl……………………………………..
Tanggal:……………………………20……
…………………….. Kepada
Yth. ……………………………………
NOTA KONTAN
……………………………………
……………………………………
……………………………

No. Uraian/Jenis Barang Jumlah Harga Satuan Total


1
2
3
4
Jumlah Total
Diskon
Total Akhir
Tanda Terima Yang membuat
Pembeli Bagian Penjualan

(…………………) (…………………….)
Nb: Transaksi dianggap sah apabila terdapat cap dan tanda tangan

Nama &
Ttd Nama &
Pembeli Ttd Adm Penjual

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 33


c. Nota Kredit

Adalah bukti transaksi bahwa perusahaan telah menerima kembali barang yang sudah dijual
(di retur). Nota kredit dibuat oleh pihak penjual.

(contoh Nota Kredit)

Contoh

d. Nota Debit
Adalah bukti transaksi bahwa perusahaan telah mengembalikan barang yang sudah dibeli.
Nota dibuat oleh pihak pembeli.

(contoh Nota Debit)

Contoh

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 34


e. Faktur
Adalah bukti transaksi yang dilakukan secara kredit atas transaksi penjualan dan transaksi
pembelian. Faktur biasanya dibuat rangkap 2, 3, atau 4 tergantung pada kebutuhan. Lembar
pertama biasanya berwarna putih, merupakan bukti bagi penjual yang disebut Faktur
Penjualan. Lembar kedua merupakan bukti bagi pembeli disebut Faktur Pembelian, lembar
ketiga untuk arsip.

(contoh faktur)

Contoh

Contoh

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 35


Contoh

f. Memo Internal
Merupakan bukti transaksi antar bagian di dalam sebuah perusahaan seperti penyusutan,
penghapusan piutang, pemakaian perlengkapan, pemakaian bahan baku (pada perusahaan
manufaktur), barang yang rusak dan tidak laku sesudah dibeli bukan rusak dari pemasoknya.
Memo internal dilakukan sebagai bentuk komunikasi antar bagian dalam perusahaan.

(Contoh Memo Internal)

Contoh

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 36


Contoh

Contoh

(sumber :Akuntansi,Tim Sosio Prawara Cendekia, Penerbit Sewu,2012p:25-27 dan berbagai sumber lainnya)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 37


2.3. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI ( The Accounting Equation )

AKTIVA = HAK KEKAYAAN

AKTIVA = KEWAJIBAN + MODAL


Assets Liabilities Equity

AKTIVA – KEWAJIBAN = MODAL

1. PERKIRAAN/ AKUN /Account


Pengertian Perkiraan
Perkiraan adalah formulir untuk mencatat penambahan dan pengurangan yang terjadi dalam pos
yang bersangkutan. Oleh karena adanya ketentuan debit dan kredit ini maka, penambahan atau
pengurangan yang terjadi dalam perkiraan tadi dapat dinyatakan dalam debit atau kredit.

An account may be defined as a record of the increases, decreases, and balances in an


individual item of asset, liability, capital, income (revenue), or expense.
(Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, 2004)

2. Bentuk Perkiraan
Nama Perkiraan

Sisi sebelah kiri Sisi sebelah kanan


(Debit) (Kredit)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 38


Bentuk sebuah perkiraan di kenal dengan nama T account karena adanya kesamaan bentuk
huruf T. Perkiraan memiliki tiga bagian yaitu:

Nama perkiraan dan Nomor perkiraan

Sisi Debit (bagian kiri) Sisi Kredit (bagian kanan)

3. Aturan Debit dan Kredit


Perkiraan Neraca

NERACA

Aktiva Kewajiban
Perkiraan-perkiraan Aktiva Perkiraan-perkiraan Hutang

Debit untuk Kredit untuk Debit untuk Kredit untuk


Penambahan Pengurangan Pengurangan Penambahan

Modal
Perkiraan-perkiraan Modal

Debit untuk Kredit untuk


Pengurangan Penambahan

Jenis Perkiraan Penambahan Pengurangan Saldo Normal

Aktiva Debit Kredit Debit

Kewajiban Kredit Debit Kredit

Modal Kredit Debit Kredit

Prive Debit Kredit Debit

Pendapatan Kredit Debit Kredit

Biaya Debit Kredit Debit

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 39


Contoh Transaksi – Jurnal – Laporan Keuangan:

a. Tn Budi mendirikan perusahaan angkutan P.O. Budi dengan melakukan setoran modal sebesar
Rp.400.000.000,-.

Aktiva = Modal
Kas Modal Tn. Budi

(a) Rp.400.000.000,- = Rp.400.000.000,-

b. Tn Budi meminjam uang kepada bank sebesar Rp.50.000.000,- untuk perusahaannya.

Aktiva Kewajiban Modal


Keterangan Kas = Hutang Bank Modal Tn. Budi

Saldo Awal 400.000.000 = 400.000.000

(b) + 50.000.000 = + 50.000.000

450.000.000 = 50.000.000
Saldo Akhir + 400.000.000

c. P.O. Budi melakukan pembelian mobil dan peralatan lain, total uang sebesar Rp.170.000.000,-

Aktiva Kewajiban Modal


Keterangan Kas Kendaraan = Hutang Bank Modal Tn. Budi

Saldo Awal 450.000.000 = 50.000.000 400.000.000

(c) -170.000.000 + 170.000.000 =

Saldo Akhir 280.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 400.000.000

d. Selama bulan itu PO Budi membeli secara kredit dari berbagai leveransir, oli, minyak rem dan
bermacam-macam perlengkapan lainnya seharga Rp.1.000.000,-.

Aktiva Kewajiban Modal


Perlengkapa Hutang
Keterangan Kas Kendaraan = Hutang Bank Modal Tn. Budi
n Dagang
Saldo Awal 280.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 400.000.000

(d) + 1.000.000 = + 1.000.000

Saldo Akhir 280.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 1.000.000 + 400.000.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 40


e. Selama bulan itu pula PO Budi membayar hutang sebesar Rp.500.000,-

Aktiva Kewajiban Modal


Hutang Hutang Modal Tn.
Keterangan Kas Perlengkapan Kendaraan =
Bank Dagang Budi
Saldo Awal 280.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 1.000.000 400.000.000

(e) - 500.000 = - 500.000

Saldo Akhir 279.500.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 400.000.000

f. Pendapatan jasa angkutan PO Budi bulan itu sebesar Rp.10.000.000,- (Tunai)

Aktiva Kewajiban Modal


Perlengkapa Hutang Hutang Modal Tn.
Keterangan Kas Kendaraan =
n Bank Dagang Budi
Saldo Awal 279.500.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 400.000.000

(f) +10.000.000 = + 10.000.000

Saldo Akhir + 289.500.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 410.000.000

g. Sementara sewa borongan selama sebulan itu secara non tunai sebesar Rp.5.000.000,-

Aktiva Kewajiban Modal


Piutang Perlengkapa Hutang Modal Tn.
Keterangan Kas Kendaraan = A/P
Dagang n Bank Budi
Saldo Awal 289.500.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 410.000.000

(g) +5.000.000 = - + 5.000.000

Saldo Akhir + 289.500.000 +5.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 415.000.000

h. Selama bulan tersebut di atas, piutang-piutang yang telah diterima berjumlah Rp.3.000.000,-.

Aktiva Kewajiban Modal


Perlengkapa Modal Tn.
Keterangan Kas A/R Kendaraan = Hutang Bank A/P
n Budi

Saldo Awal 289.500.000 +5.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 415.000.000

(h) +3.000.000 -3.000.000 =

Saldo Akhir + 292.500.000 +2.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 415.000.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 41


i. Biaya-biaya yang menjadi beban dan dibayar selama sebulan adalah sbb: Gaji sopir dan kernet
Rp.2.000.000,-; bensin Rp.1.000.000,-; makanan & minuman sebesar Rp.500.000,- dan serba-
serbi Rp.400.000,-.

Aktiva Kewajiban Modal

Modal Tn.
Keterangan Kas A/R Perlengkapan Kendaraan = Hutang Bank A/P
Budi
Saldo Awal 292.500.000 +2.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 415.000.000
-2.000.000
-1.000.000
(i) -3.900.000 =
-500.000
-400.000
Saldo Akhir + 288.600.000 +2.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 411.100.000

j. Pada akhir bulan, nilai perlengkapan yang masih tersisa adalah Rp.300.000.

Aktiva Kewajiban Modal


Keterangan Kas A/R Perlengkapan Kendaraan = Hutang Bank A/P Modal Tn. Budi
Saldo Awal + 288.600.000 +2.000.000 + 1.000.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 411.100.000
-700.000
(j) -700.000 =
(Perlengkapan)
Saldo Akhir +288.600.000 +2.000.000 + 300.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 410.400.000

k. Biaya penyusutan kendaraan adalah Rp.200.000,-

Aktiva Kewajiban Modal

Perlengka Akum Modal Tn.


Keterangan Kas A/R Kendaraan = Hutang Bank A/P
pan Peny. Budi

Saldo Awal + 288.600.000 +2.000.000 + 300.000 + 170.000.000 = 50.000.000 + 500.000 + 410.400.000

- 200.000
(k) +(200.000) =
Penyusutan

Saldo Akhir 288.600.000 +2.000.000 + 300.000 + 170.000.000 +(200.000) = 50.000.000 + 500.000 + 410.200.000

l. Tn Budi mengangsur pinjaman kepada bank sebesar Rp.1.000.000 ditambah dengan bunga
sebesar Rp. 100.000,-.

Aktiva Kewajiban Modal

Perlengka Modal Tn.


Keterangan Kas A/R Kendaraan Akum Peny. = Hutang Bank A/P
pan Budi

Saldo Awal 288.600.000 +2.000.000 + 300.000 + 170.000.000 +(200.000) = 50.000.000 + 500.000 + 410.200.000

(l) -1.100.000 = -1.000.000 -100.000

Saldo Akhir 287.500.000 2.000.000 300.000 + 170.000.000 +(200.000) = 49.000.000 + 500.000 + 410.100.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 42


m. Tn Budi mengambil uang Rp.1.000.000 dari perusahaan, untuk keperluan pribadinya.

Aktiva Kewajiban Modal

Perlengka Hutang Hutang Modal Tn.


Keterangan Kas A/R Kendaraan Akum Peny. =
pan Bank Dagang Budi

Saldo Awal 287.500.000 2.000.000 300.000 + 170.000.000 +(200.000) = 49.000.000 + 500.000 + 410.100.000
-1.000.000
(m) -1.000.000 =
Prive

Saldo Akhir 286.500.000 2.000.000 300.000 + 170.000.000 +(200.000) = 49.000.000 + 500.000 + 409.100.000

Laporan Akuntansi
● Laporan Keuangan Perusahaan

P.O. Budi
Laporan Posisi Keuangan ( Statement of Financial Position )
NERACA
31 Januari 20xx

AKTIVA KEWAJIBAN Dan MODAL

Kas Rp.286.500.000 Kewajiban :


Piutang Dagang 2.000.000 Hutang Bank Rp.49.000.000
Perlengkapan 300.000 Hutang Dagang 500.000
Kendaraan Rp.170.000.000 Jumlah Kewajiban Rp.49.500.000
Akum Peny. ( 200.000) 169.800.000
Modal :
Modal Tuan Budi 409.100.000

Jumlah Aktiva Rp.458.600.000 Jumlah Kewajiban dan Modal Rp. 458.600.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 43


P.O. Budi
Income Statement atau Statement of Comprehensive Income
LAPORAN RUGI-LABA
Bulan : Januari 20xx

Pendapatan Jasa Angkutan Rp. 15.000.000,-

Biaya-biaya usaha :
1. Penyusutan
Rp. 200.000
2. Gaji
2.000.000
3. Biaya Bunga
100.000
4. Bensin
1.000.000
5. Perlengkapan
700.000
6. Makanan & minuman
500.000
7. Serba-serbi
400.000
Rp. 4.900.000
Laba Bersih Rp. 10.100.000,-

P.O. Budi
Statement of Changes in Equity
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Bulan : Januari 20xx

Modal Tuan Budi, 1 Januari 20xx Rp. 400.000.000


Laba Bersih sebulan Rp. 10.100.000
Pengambilan Prive ( 1.000.000)
Penambahan Modal 9.100.000

Modal Tuan Budi, 31 Januari 20xx Rp. 409.100.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 44


MODUL
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB III
LAPORAN KEUANGAN & PENCATATAN TRANSAKSI

Neraca
(Statement of Financial
Position)

Laporan Rugi Laba


Buku Besar Neraca Percobaan (Income Statement atau
(Account) (Trial Balance ) Statement of Comprehensive
Income)

Laporan Perubahan Modal


(Statement of Channge in Equity)

3.1. LAPORAN KEUANGAN

1. Tujuan Umum
Sebagai laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pengguna laporan. Termasuk juga disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik
lainnya seperti laporan tahunan ataupun prospectus.
(Sumber: PSAK 01 Revisi 1998,p1.2.r14-26)
Memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-
keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
(Sumber: PSAK 01 Revisi 1998,p1.2-1.3.r35-1)

General purpose financial statement provide financial reporting information to awide variety of users.
(Kieso, Weygandt, Warfield, Intermediate Acct, vol 1, 2011 IFRS Ed, p7)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 45


2. Komponen Laporan Keuangan
a. Neraca / Statement of Financial Position
b. Laporan Laba-Rugi / Income Statement
c. Laporan Perubahan Ekuitas / Statement of Change in Equity
d. Laporan Arus Kas / Statement of Cash Flows
e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Perusahaan harus menyusun Laporan Keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan Arus Kas.
(Sumber: PSAK 01 Revisi 1998,p1.6.r20 – r21)

3.2. Neraca / Statement of Financial Position


Neraca adalah daftar dari aktiva, kewajiban dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu,
misalnya pada akhir bulan.

The statement of financial position, also referred to as the balance sheet, reports the assets,
liabilities, and equity of business enterprise at a specific date. This financial statement provides
information about the nature and amounts of investment in enterprise resources, obligations to
creditors, and the equity in net resources.
(Kieso, Weygandt, Warfield, Intermediate Acct, vol 1, 2011 IFRS Ed, p190)

The balance sheet may then be defined as a statement showing the assets, liabilities, and capital
of a business entity at a specific date. This statement is also called a statement of financial position or
statement of financial condition.(Joel J.Lerner, M.S.,Ph.D, Bookkeeping And Accounting, Copyright © 2004 by The
McGraw-Hill Companies, Inc.p20)

3.2.1. Kelompok Neraca


1. Aktiva Lancar
Suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, jika aktiva tersebut:
a) diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu
siklus operasi normal perusahaan;
atau
b) dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan
direalisisr dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca; atau
c) berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi;

2. Aktiva Tetap
Aktiva yang tidak termasuk kategori tersebut diatas diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar.

3. Kewajiban Jangka Pendek


Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika:
a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan; atau
b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

4. Kewajiban Jangka Panjang


Semua kewajiban lainnya harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
(Sumber: PSAK 01 Revisi 1998,p1.12-1.13)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 46


3.2.2. Elemen-elemen Neraca

1. Aktiva ( Asset ) adalah semua benda yang berwujud atau hak (tak berwujud) yang mempunyai
nilai uang dan akan mendatangkan manfaat dimasa yang akan datang.

Assets: Properties that are owned and have money value—for instance, cash, inventory,
buildings, equipment. (Joel J.Lerner,2004)

2. Kewajiban ( Liabilities )
Terkadang di sebut juga hutang; hak atau klaim para kreditur atas aktiva (kekayaan) perusahaan.

Liabilities: Amounts owed to outsiders, such as notes payable, accounts payable, bonds
payable. (Joel J.Lerner, 2004)

3. Modal ( Equity ) adalah istilah yang dipergunakan untuk hak kekayaan pemilik.

Capital: The interest of the owners in an enterprise; also known as owners’ equity. (Joel J.Lerner,
2004)

3.3. Laporan Rugi Laba (Income Statement)

Perhitungan Rugi-Laba adalah ikhtisar pendapatan yang dihasilkan dan biaya yang dibebankan
untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun. Dengan dicatat sebagai
penambahan dan pengurangan atas modal.

The income statement is the report that measures the success of company operations for a gives
period of time. ….. to determine profitability, investment value, and creditworthiness. ….. predict the
amounts, timing, and uncertainty of future cash flows.
(Kieso, et al , 2011)

The income statement may be defined as a summary of the revenue (income), expenses, and
net income of a business entity for a specific period of time. This may also be called a profit and loss
statement, an operating statement, or a statement of operations. (Joel J.Lerner, 2004)

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur
kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan Laba Rugi minimal mencakup
pos-pos berikut:
a. Pendapatan;
b. Laba Rugi usaha;
c. Beban pinjaman;
d. Bagian dari Laba atau Rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan
metode Ekuitas;
e. Beban pajak;
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan;
g. Pos luar biasa;
h. Hak minoritas; dan
i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
(Sumber: PSAK 01 Revisi 1998,p1.16-1.17)

a. PENDAPATAN (Revenue) adalah penambahan bruto (gross increase) terhadap modal


sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Dapat berasal dari penjualan barang, pemberian
jasa kepada pelanggan, penyewaan aktiva, peminjaman uang, dan kegiatan lainnya yang
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 47


Revenue. The increase in capital resulting from the delivery of goods or rendering of services
by the business. In amount, the revenue is equal to the cash and receivables gained in
compensation for the goods delivered or services rendered. (Joel J.Lerner, 2004)

b. BIAYA (Expense)
Biaya yang terjadi untuk memperoleh pendapatan merupakan biaya yang telah terjadi atau
biaya saja (expenses).

Expenses. The decrease in capital caused by the business’s revenue-producing operations.


In amount, the expense is equal to the value of goods and services used up or consumed in
obtaining revenue.
J.Lerner, M.S.,Ph.D, Bookkeeping And Accounting, Copyright © 2004 by The McGraw-Hill Companies, Inc.p18)

Expenses are the cost of assets consumed or service used in the process of earning revenue.
They are decreases in owner’s equity that result from operating the business.
(Weygandt, Kimmel, Keiso, Accounting Principles, 9th Ed)

Net income. The increase in capital resulting from profitable operation of a business; it is the
excess of revenue over expenses for the accounting period. (Joel J.Lerner, M.S.,Ph.D, Bookkeeping
And Accounting, Copyright © 2004 by The McGraw-Hill Companies, Inc.p18)

3.4. Laporan Perubahan Modal (Statement of Owner’s Equity/Capital Statement)


Laporan Perubahan Modal adalah ikhtisar tentang perubahan modal yang terjadi selama jangka
waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun.
a. Modal Awal
b. Laba Bersih
c. Pengambilan Pribadi (Prive)
d. Modal Akhir

3.5. Laporan Arus Kas (Cash Flow)


Guna mengetahui posisi uang kas masuk (cash in flow) dan uang kas keluar (cash out flow)
dalam periode akuntansi maka dibuatlah suatu Laporan Arus Kas (Cash Flow).

Manfaat Laporan Arus Kas adalah


a. Mengetahui posisi keluar dan masuk uang kas perusahaan dalam periode akuntansi sehingga
menjadi alat indicator posisi arus kas di masa yang akan datang.
b. Menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
c. Bagi pengguna laporan tentu dapat mengetahui likuiditas kas pada periode tertentu.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 48


Contoh Laporan Arus Kas

CV. Cepat Service


Laporan Arus Kas
Per 31 Desember 2012

1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI


Penerimaan Kas dari Pelanggan Rp.12.500.000,-
Pembayaran Kas dari Pemasok dan Karyawan:
Beban Sewa Gedung Rp. 3.000.000,-
Beban Iklan Rp. 600.000,-
Beban Perjalanan Dinas Rp. 900.000,-
Beban Telepon Rp. 400.000,-
Beban Gaji karyawan Rp. 9.000.000,-
Beban Listrik dan Air Rp. 600.000,- +
Rp. 14.500.000,- -
Kas yang dihasilkan operasi (Rp. 2.000.000,-)
Pembayaran bunga Rp. –
Pembayaran pajak penghasilan Rp. –
Arus Kas Bersih dari aktivitas bersih (Rp. 2.000.000,-)

2. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI


Pembelian Peralatan Kantor (Rp. 7.500.000,-)+
(Rp. 9.500.000,-)
3. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Investasi Awal Rp.150.000.000,-
Prive Pemilik Rp. 5.000.000,- -
Arus Kas bersih yg digunakan untuk aktivitas pendanaan Rp. 145.000.000,- +
Kenaikan bersih kas dan setara kas Rp. 135.500.000,-
Kas dan setara kas pada awal periode Rp. - -,-
Kas dan setara kas akhir periode Rp. 135.500.000,-

3.6. Periode Pelaporan


Sedangkan untuk periode pelaporan laporan keuangan terdapat perbedaan karena sesuai
dengan fungsi dari laporan tersebut dan kebutuhan data dalam menunjang laporan yang
lainnya sehingga terdapat perbedaan adalah
a. Laporan Laba Rugi / Income statement, Laporan CashFlow selama akhir dari suatu
periode misalnya akhir bulan atau akhir tahun
b. Laporan Laba Ditahan / Retained Earnings statement periode laporan sama dengan
Laporan Laba Rugi
c. Laporan Neraca / Balance Sheet memiliki periode tertentu misalnya laporan secara
bulanan atau tahunan (tetapi ditampilkan hanya akhir periodenya misalnya 31 Maret, 30
Juni atau 31 Agustus)

Menurut Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso, Accounting Principle 9ed,
EP5 pembagian waktu untuk laporan keuangan adalah sbb:

Statement Type Date


a. Income statement For the period ended
b. Retained earnings statement For the period ended
c. Balancesheet As of the end of the period
d. Statement of cash flows For the period ended

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 49


3.7. Rekening ( Account )

Perkiraan dalam buku besar biasanya diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya sebagai aktiva,
kewajiban, modal, pendapatan atau biaya.

a. Aktiva adalah semua benda berwujud atau hak (tak berwujud) yang mempunyai nilai
uang dan akan mendatangkan manfaat di masa yang akan datang. Terdiri dari Aktiva
Lancar (Current Asset) dan Aktiva tetap (Fixed Asset).
b. Kewajiban, di bagi dalam dua katagori Kewajiban Lancar (Current Liablities) dan
Kewajiban Jangka Panjang (Longterm Liablities).
c. Modal adalah istilah yang dipergunakan untuk hak kekayaan pemilik.
d. Pendapatan
e. Biaya

A. Contoh Rekening Perusahaan Jasa


Perkiraan Neraca
1. Aktiva 2. Kewajiban
1.1. Kas 2.1. Hutang Dagang
1.2. Piutang Dagang 2.2. Hutang Bank
1.4. Perlengkapan
1.8. Kendaraan 3. Modal
1.9. Akumulasi Penyusutan 3.1. Modal Tuan X
3.2. Prive Tuan X
3.3. Ikhtisar Rugi – Laba
Perkiraan Rugi Laba
5. Biaya 4. Pendapatan
5.1. Biaya Gaji 4. 1. Pendapatan Jasa
5.2. Biaya Perlengkapan
5.3. Biaya Bensin
5.4. Biaya Penyusutan
5.5. Biaya Bunga
5.6. Biaya Makan Dan Minum
5.9. Biaya Serba-serbi

B. Contoh Rekening Perusahaan Dagang

Perkiraan Neraca
1. Aktiva 2. Kewajiban
110. Kas 210. Wesel Bayar
111. Surat-surat Berharga 211. Hutang Dagang
112. Wesel Tagih 212. Hutang Bank
113. Piutang Dagang 213. Hutang Gaji
114. Persediaan Barang Dagangan 214. Hutang Bunga
115. Perlengkapan Kantor 220. Hutang Jangka Panjang
116. Perlengkapan Toko
117. Asuransi Dibayar Dimuka 3. Modal
120. Investasi Jangka Panjang 310. Modal Tuan X
130. Tanah 311. Prive Tuan X
131. Gedung
132. Akumulasi Penyusutan Gedung
133. Peralatan Kantor
134. Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor
135. Peralatan Toko
136. Akumulasi Penyusutan Peralatan Toko

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 50


Perkiraan Rugi Laba
4. Pendapatan
410. Penjualan
411. Penjualan Retur dan Pengurangan Harga
412. Potongan Penjualan
413. Pendapatan Sewa
420. Pembelian
421. Transport Pembelian
422. Pembelian Retur dan Pengurangan Harga
423. Potongan Pembelian

5. Biaya
510. Upah & Gaji Bagian Penjualan
511. Biaya Iklan & Promosi
512. Biaya Asuransi & Bag Penjualan
513. Biaya Perlengkapan Toko
514. Biay Penyusutan Peralatan Toko
515. Biaya Listrik, Air, Telepon Bag Penjualan
519. Biaya Serba Serbi Bag Penjualan
520. Upah & Gaji Bagian Administrasi Umum
521. Biaya Pemeliharaan Gedung
522. Biaya Asuransi Bag. Adm Umum
523. Biaya Perlengkapan Kantor
524. Biaya Penyusutan Peralatan Kantor
525. Biaya Penyusutan Gedung
526. Biaya Bunga
527. Biaya Listrik, Air, Telepon Bag Adm Umum
528. Kerugian Penjualan Aktiva Tetap
529. Biaya Serba Serbi Bag Administrasi Umum

600. Ikhtisar Rugi-Laba

3.8. Neraca Percobaan


Neraca Saldo (Trial Balance) ialah suatu daftar tentang saldo-saldo dari seluruh rekening
yang ada di dalam buku besar pada suatu saat tertentu.

Tujuan pembuatan Neraca Saldo adalah :


a. Untuk menguji kesamaan debit dan kredit di dalam buku besar.
b. Merupakan ringkasan dari buku besar sehingga mempermudah penyusunan laporan-
laporan keuangan.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 51


Contoh Transaksi Buku Besar – Neraca Percobaan – Laporan Keuangan (Neraca; Laporan Rugi
Laba; Laporan Perubahan Modal) sbb :

a. Tuan Heri mendirikan sebuah perusahaan service TV dengan nama : Heris TV Service. Pendirian
ini dilakukan dengan penyetoran modal tunai sebesar Rp.1.600.000.

Neraca

Aktiva Kewajiban dan Modal

Kas Rp. 1.600.000 Modal Tuan Heri Rp. 1.600.000

Kas Modal Tuan Heri

Debit Kredit Debit Kredit


(a) Rp. 1.600.000 (a) Rp. 1.600.000

b. Tuan Heri membeli peralatan dengan harga Rp. 1.200.000. Ia membayar tunai sebesar
Rp.700.000. dan sisanya (Rp. 500.000) akan dibayar 30 hari kemudian.

Neraca

Aktiva Kewajiban dan Modal

Kas Rp. 900.000 Hutang Rp. 500.000


Peralatan 1.200.000 Modal Tuan Heri 1.600.000
Total Aktiva Rp. 2.100.000 Total Kewajiban dan Modal Rp.2.100.000

Kas Hutang

Debit Kredit Debit Kredit


(a) Rp. 1.600.000 (b) Rp. 700.000 (b) Rp. 500.000

Peralatan Modal Tuan Heri

Debit Kredit Debit Kredit


(b) Rp. 1.200.000 (a) Rp. 1.600.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 52


c. Heris TV Service membeli perlengkapan dengan tunai seharga Rp.200.000.

Kas Hutang

Debit Kredit Debit Kredit


(a) Rp. 1.600.000 (b) Rp. 700.000 (b) Rp. 500.000
(c) Rp. 200.000

Perlengkapan Modal Tuan Heri

Debit Kredit Debit Kredit


(c) Rp. 200.000 (a) Rp. 1.600.000

Peralatan

Debit Kredit
(b) Rp. 1.200.000

d. Anggaplah Heris TV Service menerima tunai, upah jasa service sebesar


Rp.600.000.

Neraca

Aktiva Kewajiban dan Modal

Kas Rp.1.300.000 Hutang Rp. 500.000


Perlengkapan 200.000
Peralatan 1.200.000 Modal Tuan Heri 2.200.000
Total Aktiva Rp. 2.700.000 Total Kewajiban dan Modal Rp.2.700.000

Kas Hutang

Debit Kredit Debit Kredit


(a) Rp. 1.600.000 (b) Rp. 700.000 (b) Rp. 500.000
(d) Rp. 600.000 (c) Rp. 200.000

Perlengkapan Modal Tuan Heri

Debit Kredit Debit Kredit


(c) Rp. 200.000 (a) Rp. 1.600.000

Peralatan Pendapatan Jasa

Debit Kredit Debit Kredit


(b) Rp. 1.200.000 (d) Rp. 600.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 53


e. Biaya-biaya usaha yang dibayar adalah :
Gaji dan Upah Rp. 100.000,-
Listrik 50.000,-
Serba-serbi 75.000,-
Rp. 225.000,-
f. Perlengkapan yang dipakai adalah Rp. 150.000.
g. Biaya penyusutan diperhitungkan sebesar Rp. 20.000
h. Prive Tuan Heri berjumlah Rp. 80.000.

Transaksi (E – H ) dicatat langsung dalam perkiraan maka akan nampak sebagai berikut:

Kas Hutang

Debit Kredit Debit Kredit


(a) Rp. 1.600.000 (b) Rp. 700.000 (b) Rp. 500.000
(d) Rp. 600.00 (c) Rp. 200.000
(e) Rp. 225.000
(h) Rp. 80.000

Perlengkapan Modal Tuan Heri

Debit Kredit Debit Kredit


(c) Rp. 200.000 (f) Rp. 150.000 (a) Rp. 1.600.000

Prive Tuan Heri

Debit Kredit
(h) Rp. 80.000

Peralatan Pendapatan Jasa

Debit Kredit Debit Kredit


(b) Rp. 1.200.000 (d) Rp.600.000

Akumulasi Penyusutan Biaya Gaji dan Upah

Debit Kredit Debit Kredit


(g) Rp. 20.000 (e) Rp. 100.000

Biaya Penyusutan Biaya Listrik

Debit Kredit Debit Kredit


(g) Rp. 20.000 (e) Rp. 50.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 54


Biaya Perlengkapan Biaya Serba-Serbi

Debit Kredit Debit Kredit


(f) Rp. 150.000 (e) Rp. 75.000

Rangkuman Jurnal Umum

Transaksi Keterangan Ref Debit Kredit


A Kas 1.600.000 -
Modal Tn Heri - 1.600.000
B Peralatan 1.200.000 -
Kas - 700.000
Hutang - 500.000
C Perlengkapan 200.000 -
Kas - 200.000
D Kas 600.000 -
Pendapatan Jasa - 600.000
E Biaya Gaji & Upah 100.000 -
Biaya Listrik 50.000 -
Biaya Serba-Serbi 75.000 -
Kas - 225.000
F Biaya Perlengkapan 150.000 -
Perlengkapan - 150.000
G Biaya Penyusutan 20.000 -
Akumulasi Penyusutan - 20.000
H Prive Tn Heri 80.000 -
Kas - 80.000

Neraca Saldo

Neraca Saldo
Nama Perkiraan
Debit Kredit
Kas 995.000 -
Perlengkapan 50.000 -
Peralatan 1.200.000 -
Akum Peny. - 20.000
Hutang - 500.000
Modal Tuan Heri - 1.600.000
Prive Tuan Heri 80.000 -
Pendapatan Jasa - 600.000
Biaya Gaji & Upah 100.000 -
Biaya Listrik 50.000 -
Biaya Perlengkapan 150.000 -
Biaya Peny. 20.000 -
Biaya Serba-Serbi 75.000 -

Rp. 2.720.000 Rp. 2.720.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 55


Heris TV Service
NERACA
31 Desember 20xx

AKTIVA KEWAJIBAN Dan MODAL


Kas Rp. 995.000 Kewajiban :
Perlengkapan 50.000 Hutang Bank Rp. 500.000
Peralatan Rp.1.200.000
Akum Peny. ( 20.000) 1.180.000 Modal Tuan Heri 1.725.000

Jumlah Aktiva Rp.2.225.000 Jumlah Kewajiban dan Modal Rp.2.225.000

Heris TV Service
LAPORAN RUGI-LABA
Bulan : Desember 20xx

Pendapatan Jasa Rp. 600.000,-

Biaya-biaya usaha :
1. Biaya Gaji & Upah
Rp. 100.000
2. Biaya Listrik
50.000
3. Biaya Perlengkapan
150.000
4. Biaya Penyusutan
20.000
5. Biaya Serba-serbi
75.000

Total Biaya Usaha Rp. 395.000,-


Laba Bersih Rp. 205.000,-

Heris TV Service
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Bulan : Desember 20xx

Modal Tuan Heri, Awal Periode Rp. 1.600.000


Laba Bersih sebulan Rp. 205.000
Pengambilan Prive ( 80.000)
Penambahan Modal 1.205.000

Modal Tuan Heri, Akhir Periode Rp. 1.725.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 56


MODUL
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB IV
JURNAL DAN POSTING

Transaksi Bukti Jurnal Buku


Pembukuan Besar

Proses
Postin

4.1. Jurnal

1. Jurnal
Jurnal adalah merupakan catatan berupa pendebitan dan pengkreditan dari transaksi-transaksi
secara kronologis beserta penjelasan-penjelasan yang diperlukan dari transaksi-transaksi
tersebut.

Menurut Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, pengertian Jurnal adalah


The journal, or day book, is the book of original entry for accounting data.
(Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, McGRAW - H I L L 2004,p 13)

2. Buku Besar
Buku Besar adalah alat pencatatan dimana pengaruh-pengaruh dari transaksi-transaksi
perusahaan diklasifikasikan dan diringkas.

Menurut Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, pengertian Buku Besar


(Ledger) adalah
The complete set of accounts for a business entry is called a ledger. It is the ―reference book‖ of
the accounting system and is used to classify and summarize transactions and to prepare data
for financial statements. It is also a valuable source of information for managerial purposes,
giving, for example, the amount of sales for the period or the cash balance at the end of the
period.
(Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, McGRAW - H I L L 2004,p 8)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 57


3. Posting
Posting merupakan suatu proses memindahkan catatan yang telah dilakukan di dalam jurnal
ke buku besar, yaitu memindahkan jumlah dalam kolom debit jurnal ke dalam sisi debit rekening
dan memindahkan jumlah dalam kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit rekening.

Menurut Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, proses posting adalah


The process of transferring information from the journal to the ledger for the purpose of
summarizing is called posting and is ordinarily carried out in the following steps:
a. Record the amount and date. The date and the amounts of the debits and credits are
entered in the appropriate accounts.
b. Record the posting reference in the account. The number of the journal page is entered in
the account (Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, McGRAW - H I L L 2004,p 14)

4.2. Buku Jurnal

Bentuk Jurnal Standar ( 2 Kolom )


Hal : 1
Kode
Tanggal Nomor Bukti Nama Perkiraan Debit Kredit
Perkiraan

Kas
20xx 11 Xxx -
~Modal Tn H
Jan 20 31 - xxx
Penyetoran Modal Awal

4.3. Buku Rekening (Buku Besar / Ledger)

a. Perkiraan Dua Kolom

Nama Perkiraan : Kas Nomor Perkiraan : 11

Tgl Keterangan Ref. Debit Tgl Keterangan Ref. Kredit

2xx1 2xx1
Jan 2 Saldo Awal Jan 3 Pembelian
Setoran modal J1 4.000.000 Kendaraan 1 7.400.000

3 Pinjaman Bank 1 5.000.000 15 Pembayaran Hutang


1 30.000
31 Pendapatan Jasa 2 500.000 Biaya Usaha
Penerimaan Tghn 31 Cicilan Hutang & 2 300.000
2 150.000 Bunga
Prive 2 225.000
Saldo Akhir 2 100.000
1.595.000

9.650.000 9.650.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 58


b. Perkiraan Empat Kolom

Nama Perkiraan : Kas Nomor Perkiraan : 11

Saldo
Tgl Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2xx1
Jan 2 Saldo Awal - - - -
Setoran Modal 1 4.000.000 - 4.000.000 -
3 Pinjaman Bank 1 5.000.000 - 9.000.000 -
Pembelian
Kendaraan 1 - 7.400.000 1.600.000 -
15 Pembayaran Hutang
Pendapatan Jasa 2 - 30.000 1.570.00 -
31 Penerimaan Tghn 2 500.000 - 2.070.000 -
Biaya Usaha 2 150.000 - 2.220.000 -
Cicilan Hutang & 2 - 300.000 1.920.000 -
Bunga
Prive 2 - 225.000 1.695.000 -
2 - 100.000 1.595.000 -

c. Klasifikasi Rekening
Perkiraan dalam buku besar biasanya diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya sebagai
aktiva, kewajiban, modal, pendapatan atau biaya.

Contoh pengklasifikasian perkiraan di jelaskan sbb:

Aktiva

1. Aktiva Lancar
Kas, Wesel Tagih (Notes Receivable), Piutang Dagang (Account Receivable), Perlengkapan
(Supplies), dan bermacam-macam biaya dibayar dimuka (Prepaid Expenses).

2. Aktiva Tetap
Tanah, Gedung, Mesin-Mesin, Kendaraan, dan Peralatan (Termasuk Peralatan Pengangkutan /
Delivery Equipment, Peralatan Toko / Store Equipment dan Peralatan Kantor /Office Equipment).

Kewajiban

1.Kewajiban Lancar
Wesel Bayar (Notes Payable), Hutang Dagang (Account Payable), Hutang Gaji, Hutang Bunga dan
Hutang Pajak.

2.Kewajiban Jangka Panjang


Wesel Hipotik (Mortgage Notes Payable) / Hutang Hipotik (Mortgage Payable).

Modal / Owners Equity / Net Worth

Modal adalah istilah yang dipergunakan untuk hak kekayaan pemilik.

Modal Tn X

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 59


1. Pendapatan
Pendapatan adalah penambahan bruto (gross increase) terhadap modal sehubungan dengan
kegiatan perusahaan.
Penjualan Barang, Pemberian Jasa Profesi (Professional Fees), Pendapatan Komisi (Commission
Revenue), Pendapatan dari Ongkos Muatan (Fares Earned), Pendapatan Bunga (Interest
Income), Penyewaan Aktiva, Peminjaman Uang, dan kegiatan lain yang dilakukan dengan tujuan
memperoleh laba.

2. Biaya
Biaya yang terjadi untuk memperoleh pendapatan merupakan biaya yang telah terpakai (Expired
Cost) atau biaya saja (Expenses).

4.4. Jurnal Koreksi

Dibuatnya ayat jurnal penyesuaian (Adjusting Journal Entries) terhadap perkiraan-perkiraan


tertentu, pada hakekatnya adalah untuk mengkoreksi perkiraan-perkiraan tersebut sehingga
mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, biaya, pendapatan dan modal sebenarnya.
Sehingga pada keadaan demikian suatu ayat jurnal penyesuaian kadang disebut juga ayat
jurnal koreksi (Correcting Entries)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 60


Contoh Pencatatan Transaksi – Buku Jurnal - Buku Besar – Jurnal Koreksi sbb:

Basri memiliki usaha percetakan di rumahnya, Tanggal 1 April 2015 bermaksud untuk memperbesar
usahanya menjadi suatu perusahaan percetakan “Rapih”. Harta kekayaan Basri berupa : Uang Tunai
Rp. 290.000,-, Piutang dagang Rp. 65.000,-, Supplies (barang-barang kebutuhan untuk percetakan
seperti : kertas, tinta cetak dsb) Rp. 125.000,- dan mesin cetak seharga Rp. 3.500.000,-.

Jumlah
No
Tgl Keterangan
Rek Debit Kredit
2015
April 01 Kas 290.000 -
Piutang Dagang 65.000 -
Supplies 125.000 -
Mesin Cetak 3.500.000 -
Modal, Basri - 3.980.000
(Untuk mencatat penanaman modal dalam perusahaan
percetakan)

Seandainya dalam usaha yang lama Basri mempunyai hutang maka dalam jurnal di atas harus
dimasukkan juga pos Hutang Dagang di sisi kredit dan dengan demikian Modal Basri menjadi
berkurang.
Transaksi yang terjadi selama bulan April 2015 dapat dilihat di bawah ini sbb:
02 April 2015 Dibayar tunai kontrak gedung sebesar Rp. 60.000,- untuk 3 bulan (dalam pembayaran
ini hanya sebagian saja yang digunakan untuk bulan April, oleh karena itu yang di debit
adalah rekening Persekot Sewa).
03 April 2015 Dibeli mesin cetak baru secara kredit dari PT Semeru Semarang seharga Rp.
1.800.000,-
04 April 2015 Diterima pembayaran dari debitur sebesar Rp. 50.000,-
06 April 2015 Dibayar biaya advertensi pada koran Tribun Rp. 15.000,-
10 April 2015 Dibayar hutang pada PT Semeru Semarang Rp. 100.000,-
13 April 2015 Dibayar gaji pegawai selama 2 minggu Rp. 10.000,-
16 April 2015 Diterima uang dari hasil penyerahan pesanan barang cetakan sebesar Rp. 900.000,-
20 April 2015 Dibeli supplies untuk kebutuhan percetakan seharga Rp.350.000,- tunai
27 April 2015 Dibayar gaji pegawai selama 2 minggu Rp. 10.000,-
30 April 2015 Dibayar rekening telepon Rp. 20.000,- untuk bulan April
30 April 2015 Diterima uang hasil penyerahan pesanan barang cetakan sebesar Rp. 850.000,-
30 April 2015 Diserahkan pesanan barang-barang cetakan seharga Rp. 500.000,- kepada FA Abadi.
Pesanan ini belum diterima pembayarannya.
30 April 2015 Dibayar rekening listrik bulan April Rp. 1.000,-
30 April 2015 Basri mengambil uang dari perusahaan sebanyak Rp. 5.000,- untuk keperluan pribadi.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 61


Jurnal Halaman : 1
No Jumlah
Tgl Keterangan
Rek Debit Kredit
2015
April 01 Kas 1 290.000 -
Piutang Dagang 10 65.000 -
Supplies 50 125.000 -
Mesin Cetak 220 3.500.000 -
Modal, Basri 600 - 3.980.000
(Untuk mencatat penanaman modal dalam
perusahaan percetakan)

02 Persekot Sewa 60 60.000 -


Kas 1 - 60.000
(Pembayaran sewa gedung 3 bulan)

03 Mesin Cetak 220 1.800.000 -


Hutang dagang 400 - 1.800.000
( Dari PT Semeru Semarang )

04 Kas 1 50.000 -
Piutang Dagang 10 - 50.000
(Penerimaan Kas Dari Debitur)

06 Biaya Advertensi 840 15.000 -


Kas 1 - 15.000
(Advertensi pada hari Tribun)

10 Hutang Dagang 400 100.000 -


Kas 1 - 100.000
(Pembayaran Hutang Kepada PT. Semeru
Semarang)

13 Gaji Pegawai 860 10.000 -


Kas 1 - 10.000
(Gaji selama 2 minggu)

16 Kas 1 900.000 -
Penghasilan Percetakan 750 - 900.000
(Penyerahan barang Cetakan Secara Tunai)

20 Supplies 50 350.000 -
Kas 1 - 350.000
(Pembelian supplies untuk percetakan)

27 Gaji Pegawai 860 10.000 -


Kas 1 - 10.000
(Gaji selama 2 minggu)

30 Macam-macam Biaya 899 2.000 -


Kas 1 - 2.000
(Biaya Telpon bulan April 2015)

30 Kas 1 850.000 -
Penghasilan Percetakan 700 - 850.000
(Penyerahan barang cetakan secara tunai)

30 Piutang Dagang 10 500.000 -


Penghasilan Percetakan 700 - 500.000
(Penyerahan barang cetakan secara kredit
kepada FA Abadi)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 62


30 Macam-macam Biaya 899 1.000 -
Kas 1 - 1.000
(Biaya Listrik Bulan April 2015)

30 Prive, Basri 601 5.000 -


Kas 1 - 5.000
(Pengambilan Uang Tunai Untuk Pribadi)

BUKU BESAR

Kas Nomor Rek : 1


Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015 2008
April 01 Penanaman Mdl 1 290.000 April 02 1 60.000
04 1 50.000 06 1 15.000
16 2 900.000 10 1 100.000
30 2 850.000 13 2 10.000
20 2 350.000
1.537.000 27 2 10.000
Ke Neraca Saldo 30 2 2.000
30 2 1.000
30 2 5.000
2.090.000
553.000

Piutang Dagang Nomor Rek : 10

Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah


2015 2015
April 01 1 65.000 April 04 1 50.000
30 2 500.000

515.000 565.000
Ke Neraca Saldo

Supplies Nomor Rek : 50

Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah


2015
April 01 1 125.000
20 2 350.000

475.000 475.000
Ke Neraca Saldo

Persekot Sewa Nomor Rek : 60


Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah
2015
April 01 1 60.000 Ke Neraca Saldo

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 63


Mesin Cetak Nomor Rek : 220

Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah


2015
April 01 3.500.000
03 1.800.000
Ke Neraca Saldo
5.300.000

Hutang Dagang Nomor Rek : 400


Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015 2015
April 10 1 100.000 April 03 1 1.800.000

1.700.000
Ke Neraca
Saldo

Modal Basri Nomor Rek : 600

Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015
April 01 Ke Neraca Saldo 1 3.980.000

Prive Basri Nomor Rek : 601

Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015
April 30 2 5.000 Ke Neraca Saldo

Penghasilan Percetakan Nomor Rek : 700


Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015
April 16 900.000
30 850.000
30 500.000

Ke Neraca Saldo 2.250.000

Biaya Advertensi Nomor Rek :


Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015
April 06 Ke Neraca Saldo 1 15.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 64


Gaji Pegawai Nomor Rek : 840
Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015
April 13 2 10.000
27 2 10.000
20.000

Macam-Macam Biaya Nomor Rek : 899

Tgl Keterangan Ref. Jumlah Tgl Keterangan Ref. Jumlah

2015
April 30 2 2.000
30 2 1.000
3.000

Perusahaan Percetakan “Rapih”


Neraca Saldo
30 April 2015

Nama Perk Neraca Saldo


Debit Kredit
Kas 1.537.000 -
Piutang Dagang 515.000 -
Perlengkapan (Supplies) 475.000 -
Persekot Sewa 60.000 -
Mesin Cetak 5.300.000 -
Hutang Dagang - 1.700.000
Modal Basri - 3.980.000
Prive Basri 5.000 -
Penghasilan Percetakan - 2.250.000
Biaya Advertensi 15.000 -
Gaji Pegawai 20.000 -
Macam-macam Biaya 3.000 -
Rp. 7.930.000 Rp. 7.930.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 65


Contoh Transaksi Jurnal lainnya adalah sebagai berikut

Sebuah perusahaan jasa „Jaya Abadi‟ sebagai berikut ;


1. Tuan Beni menginvestasikan Rp.100.000.000,- berupa kas ke dalam perusahaan jasa ini.
Analisis Transaksi :
Investasi Tuan Beni berarti timbulnya uang kas (Cash) perusahaan dan di lain pihak timbulnya
Modal Tuan Beni (Capital).

2. Dibayar untuk 3 bulan sewa kantor sebesar Rp.6.000.000,-.


Analisis Transaksi :
Pembayaran di muka 3 bulan sewa kantor (office rent).
Oleh karena pembayaran sewa di muka, maka jumlah tersebut dicatat di sebelah debit rekening
Sewa dibayar di muka (prepaid rent) dan di sebelah kredit rekening Cash. Pertambahan harta
dicatat di sebelah debit dan pengurangan dicatat disebelah kredit.

3. Dibayar Rp.60.000.000,- untuk pembelian mobil perusahaan.


Analisis Transaksi :
Mengeluarkan uang untuk pembelian kendaraan.
Pembelian ini mengakibatkan bertambahnya harta berupa kendaraan dan diimbangi dengan
berkurangnya jumlah harta berupa kas.

4. Dibeli peralatan kantor Rp.2.000.000,- per kas.


Analisis Transaksi :
Membeli peralatan kantor (Office equipment) secara tunai.
Akibat pembelian ini harta berupa peralatan kantor (Office equipment) bertambah (debit); dan
sebaliknya uang kas berkurang (kredit).

5. Membeli secara kredit peralatan kantor senilai Rp.7.000.000,- dari PT.Bahtera


Analisis Transaksi :
Membeli secara kredit peralatan kantor (Office equipment) dari PT.Bahtera.
Transaksi ini menambah harta (Office equipment) dan diimbangi dengan bertambahnya
hutang kepada PT.Bahtera.

6. Dibeli perlengkapan kantor (office supplies) secara kredit dari CV. Trisakti Rp.2.000,000,-
Analisis Transaksi :
Dibeli perlengkapan kantor (Office supplies) secara kredit dari CV.Trisakti. Pembelian ini
menimbulkan bertambahnya harta (Office supplies) dan sebaliknya bertambahnya hutang
(CV.Trisakti).

7. Dijual peralatan kantor (office equipment) yang tidak terpakai kepada CV.Bahri Rp.1.000.000,-
perkas dan Rp.1.500.000 secara kredit.
Analisis Transaksi :
Dijual peralatan kantor (Office equipment) yang tidak terpakai kepada CV.Bahri secara Cash
dan Kredit.
Transaksi ini menimbulkan pertambahan Cash dan juga pertambahan tagihan kepada CV.Bahri
sedangkan harta berupa Office equipment berkurang.

8. Diterima dari Bahri & Co Rp.1.000.000,-


Analisis Transaksi :
Diterima pembayaran dari CV.Bahri sebesar Rp.1.000.000,-
Satu bagian dari harta bertambah dan sebaliknya bagian hartanya berkutang. Cash didebit
Rp.1.000.000,- karena penerimaan pembayaran dari CV.Bahri dan dilain pihak hilangnya tagihan
(Account Receivable) dengan cara mengkredit perkiraan CV.Bahri.

9. Dibayar kepada PT.Bahtera Rp.3.500.000,-


Analisis Transaksi :
Dibayar kepada PT.Bahtera sebesar Rp.3.500.000,-.
Hendry Adam | Dasar Akuntansi 66
Pembayaran kepada kreditor (PT.Bahtera), berarti berkurangnya hutang kepada yang
bersangkutan, karena itu rekening ini di debit. Dilain pihak harta berupa kas berkurang sehingga
perkiraan Cash dikredit.

10. Dijual satu rumah dengan mendapatkan komisi sejumlah Rp.2.700.000,-


Analisis Transaksi :
Diterima komisi dari hasil penjualan rumah Rp.2.700.000,-
Penerimaan hasil ini menambah harta dan capital (Revenues). Penambahan harta dengan
mendebit perkiraan Cash dan penambahan Modal / Capital dengan cara mengkredit perkiraan
hasil komisi (Commisions earned).

11. Dibayar gaji sekertaris untuk 2 minggu pertama sebesar Rp.600.000,-


Analisis Transaksi :
Dibayar gaji sekertaris untuk 2 minggu pertama Rp.600.000,-.
Pembayaran gaji sekertaris merupakan biaya yang akan mengurangi harta. Mendebit rekening
Office Salaries guna menggambarkan pengurangan dari modal/capital; dan kredit pada
rekening Cash menandakan berkurangnya uang kas.

12. Dijual satu rumah dengan memperoleh komisi sejumlah Rp.2.500.000,-


Analisis Transaksi :
Menerima komisi dari jasa penjualan rumah sebesar Rp.2.500.000,-.
Transaksi penerimaan hasil berarti menambah harta dan juga modal/capital. Rekening Cash di
debit dan rekening Commisions earned di kredit.

13. Tn Beni mengambil Rp.500.000 untuk kepentingan pribadi.


Analisis Transaksi :
Tuan Beni mengambil uang tunai sejumlah Rp.500.000 untuk kepentingan pribadi.
Transaksi ini mengurangi jumlah harta dan modal/capital karena adanya pengambilan (Drawing).
Rekening Tn Beni Drawing di debit sedangkan rekening Cash di kredit.

14. Dibayar gaji sekertaris untuk 2 minggu terakhir Rp.600.000.


Analisis Transaksi :
Dibayar gaji sekertaris untuk 2 minggu terakhir Rp.600.000,-. Pengeluaran biaya akan
mengurangi harta dan modal/capital. Debit untuk rekening Office Salaries dan kredit untuk
rekening Cash.

15. Membayar rekening telpon bulan yang bersangkutan Rp.100.000.


16. Membeli bensin dan oli untuk kendaraan Rp.350.000.
17. Membayar biaya advertensi Rp.200.000
Analisis Transaksi :
Seluruh biaya (nomor 15; 16; 17) yang dikeluarkan berarti akan mengurangi uang kas. Transaksi
ini mengakibatkan rekening cash dikredit dan rekening Expense di debit. (Telepon Expense;
Gas, Oil and Repair Expense; Advertising Expense).

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 67


Apabila pengeluaran kas Rp.10.000,- untuk membeli peralatan kantor telah dijurnal dan diposting
dengan mendebit rekening Supplies Kantor, maka kesalahan ini harus dikoreksi melalui jurnal. Untuk
menentukan jurnal koreksi, harus diketahui lebih dahulu 2 hal sbb:

1. Jurnal yang salah (yang telah dilakukan)


2. Jurnal yang benar (yang seharusnya dilakukan)

1. Atas Dasar Jurnal Yang Salah

Supplies Kantor Kas

Rp. 10.000 Rp. 10.000

2. Atas Dasar Jurnal Yang Benar

Peralatan Kantor Kas

Rp. 10.000 Rp. 10.000

Dengan cara membandingkan rekening-rekening T di atas, jelaslah bahwa karena kesalahan terjadi
dalam debit rekening Supplies Kantor maka rekening tersebut harus dikredit Rp. 10.000,- dan
rekening yang seharusnya yakni Peralatan Kantor harus didebit Rp. 10.000,-.

Jurnal koreksinya adalah :

Sept 30 Peralatan Kantor Rp. 10.000,- -


Supplies Kantor - Rp. 10.000,-
(Untuk koreksi atas kesalahan
pendebitan Supplies kantor tanggal
30 Sept).

Apabila jurnal di atas diposting ke buku besar maka akibatnya kesalahan pendebitan dalam rekening
supplies kantor sebesar Rp. 10.000,- akan hapus karena sudah dikredit kembali dengan Rp. 10.000,-
dan rekening Peralatan kantor sudah didebit Rp. 10.000,- sebagaimana mestinya.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 68


MODUL ACARA PERKULIAHAN
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB V
JURNAL PENYESUAIAN
(Di Perusahaan Jasa)

Jurnal Neraca Lajur


Buku Neraca Saldo Penyesuaian (Work Sheet)
(Trial Balance) 1. Neraca Saldo
Besar (Adjusting Disesuaikan (Adjusted
Journal Entries) Trial Balance)
2. Income Statement
3. Balance Sheet

5.1. Jurnal Penyesuaian (Adjusting Entries)

a. Manfaat Ayat Jurnal Penyesuaian (Adjusting Journal Entries) adalah untuk


mengoreksi perkiraan-perkiraan sehingga mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban,
biaya, pendapatan dan modal yang sebenarnya.
b. Kondisi perlu dibuatnya Ayat Jurnal Penyesuaian (Adjusting Journal Entries) sbb:
1. Keadaan di mana suatu transaksi telah terjadi, tetapi informasi ini belum dicatat
dalam perkiraan.
Contoh : Biaya yang telah terjadi tetapi belum dibayar seperti biaya gaji.

2. Menyangkut keadaan di mana suatu transaksi telah dicatat di dalam suatu


perkiraan, tetapi saldo perkiraan yang bersangkutan perlu dikoreksi untuk
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Misalnya, Perlengkapan yang telah dibeli dan dicatat dalam perkiraan aktiva. Pada
akhir periode, sebagian dari perlengkapan tersebut sudah dipakai dalam kegiatan
perusahaan. Dalam keadaan demikian suatu ayat jurnal penyesuaian (kadang-
kadang disebut dengan ayat jurnal koreksi – Correcting Entries) akan membuat
saldo perk. Aktiva tadi mencerminkan keadaan yang sebenarnya. (Biaya
Penyusutan, Biaya Perlengkapan, Sewa Di Bayar Dimuka, Gaji Yang Belum
Saatnya Di Bayar, Bunga Yang Belum Saatnya Dibayar).

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 69


5.2. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance)

Pada kolom ini menunjukkan neraca saldo setelah disesuaikan dengan jurnal penyesuaian.
Kolom ini sudah mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Angka-angka dalam
kolom ini diperoleh dengan jalan menambah atau mengurangkan angka-angka yang terdapat
dalam kolom jurnal penyesuaian pada angka-angka yang terdapat dalam neraca saldo. Saldo
perkiraan yang tidak dipengaruhi oleh jurnal penyesuaian, dapat langsung dipindahkan ke
kolom neraca saldo disesuaikan.

Contoh Transaksi :
Neraca Saldo Service Tuan Budi

Perkiraan Debit Kredit


Kas 3.354.000 -
Piutang Dagang 200.000 -
Perlengkapan 300.000 -
Sewa Dibayar di Muka 120.000 -
Peralatan Service 900.000 -
Hutang Bank - 3.000.000
Modal Tn Budi - 1.500.000
Prive Tn Budi 100.000 -
Pendapatan Jasa Service - 700.000
Biaya Gaji 156.000 -
Biaya Serba-Serbi 70.000 -
Rp. 5.200.000 Rp. 5.200.000

Pada tanggal 31 Desember 2008, Tuang Budi memeriksa perkiraan-perkiraan beserta saldonya
seperti terlihat dalam neraca saldo, dan memutuskan sbb:

1. Peralatan service yang ada akan dapat dipakai selama 3 tahun sejak dibeli. Penyusutan peralatan
Service untuk bulan Desember 2008 di hitung sebesar Rp. 25.000,-.

2. Dari perlengkapan yang telah dibeli sebesar Rp.300.000,- jumlah yang telah dipakai untuk
kegiatan perusahaan selama bulan Desember 2008 adalah Rp.250.000,-

3. Sewa dibayar dimuka sebesar Rp.120.000,- adalah untuk 3 bulan. Pada tanggal 31 Desember
2008, telah dipakai selama sebulan.

4. Pembayaran upah yang terakhir adalah pada hari Sabtu tanggal 28 Desember 2008. Pembayaran
upah berikutnya adalah tanggal 4 Januari 2009. tetapi upah untuk tenaga yang bekerja dari
tanggal 30 Desember 2008 sampai dengan 31 Desember 2008 sudah merupakan biaya,
walaupun belum dibayar.

5. Hutang bank telah diambil pada tanggal 27 Desember 2008. Atas pinjaman ini Jasa Service Tn
Budi dibebani bunga sebesar 12% setahun. Bunga ini harus dibayar sebulan sekali, dan
pembayaran bunga yang pertama akan jatuh pada tanggal 27 Januari 2009. Walaupun pada
tanggal 31 Desember 2008 belum ada pembayaran bunga, namun bunga dari tanggal 28 s.d. 31
Desember 2008 akan merupakan biaya pada bulan tersebut dan oleh karena itu harus dicatat.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 70


Jawab :
Ayat Jurnal Penyesuaian

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2008
Des 31 018 Biaya Penyusutan 54 25.000 -
Akum Penyusutan 19 - 25.000
(Pembebanan Biaya Penyusutan)
Des 31 019 Biaya Perlengkapan 52 250.000 -
Perlengkapan 14 - 250.000
(Pembebanan Biaya Perlengkapan)
Des 31 020 Biaya Sewa 54 40.000 -
Sewa Dibayar Dimuka 15 - 40.000
(Pembebanan Biaya Sewa)
Des 31 021 Biaya Gaji 51 18.000 -
Hutang Gaji 23 - 18.000
(Gaji Yang Masih Hrs Dibayar)
Des 31 022 Biaya Bunga 55 4.000 -
Hutang Bunga 24 - 4.000
(Pembebanan Biaya Bunga)

(Lampiran 01 - Neraca Lajur)

Service Tuan Budi


Neraca
31 Desember 2008

Aktiva Kewajiban dan Modal


Aktiva Lancar : Kewajiban:
Kas 3.354.000 Hutang lancar:
Piutang Dagang 200.000 Hutang Bunga 4.000
Perlengkapan 50.000 Hutang Gaji 18.000
Sewa Dibayar di Muka 80.000 Jumlah Hutang Lancar 22.000
Jumlah Aktiva Lancar 3.684.000
Hutang Bank 3.000.000
Aktiva Tetap: Jumlah Kewajiban 3.022.000
Peralatan Service 900.000
Dikurangi: Modal:
Akum Penyusutan ( 25.000) Modal Tn Budi 1.537.000

Jumlah Aktiva Tetap 875.000 Jumlah Modal 1.537.000


Jumlah Aktiva Jumlah Kewajiban
Rp. 4.559.000 Rp. 4.559.000
Dan Modal

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 71


Service Tuan Budi
Perhitungan Rugi Laba
Bulan Desember 2008

Pendapatan Service Rp. 700.000


Biaya-biaya usaha:
1. Biaya gaji Rp.174.000
2. Biaya perlengkapan Rp.250.000
3. Biaya sewa Rp. 40.000
4. Biaya penyusutan peralatan Rp. 25.000
5. Biaya bunga Rp. 4.000
6. Biaya serba-serbi Rp. 70.000
Rp. 563.000
Laba Bersih Rp. 137.000

Service Tuan Budi


Laporan Perubahan Modal
Bulan Desember 2008

Modal Tn Budi, 1 Desember 2008 Rp.1.500.000


Laba Bersih sebulan Rp.137.000
Pengambilan Prive ( 100.000) Rp. 37.000
Modal Tn Budi, 31 Desember 2008 Rp.1.537.000

Ke Neraca

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 72


MODUL ACARA PERKULIAHAN
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB VI
NERACA LAJUR (WORKSHEET
(Perusahaan Jasa)

6.1. PENGERTIAN

Neraca Lajur (Work-sheet) adalah kertas berkolom yang dipergunakan sebagai kertas kerja
dalam penyusunan laporan keuangan. Digunakan untuk mengurangi tingkat kesalahan yang mungkin
terlupakan di salah satu ayat jurnal penyesuaian yang harus dilakukan. Disamping itu pula untuk
memeriksa ketepatan perhitungan.

Menurut Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso, Accounting Principle 9ed, p148,
pengertian worksheet serta perannya adalah sbb:

A worksheet is a multiple-column form used in the adjustment process and in preparing


financial statements… is a working tool. It is not a permanent accounting record; it is neither a journal
nor a part of the general ledger. The worksheet is merely a device used in preparing adjusting
entries and the financial statements.

The use of a worksheet is optional. When a company chooses to use one, it prepares financial
statements from the worksheet. It enters the adjustments in the worksheet columns and then
journalizes and posts the adjustments after it has prepared the financial statements. Thus, worksheets
make it possible to provide the financial statements to management and other interested parties at an
earlier date.

Dengan menggunakan neraca lajur, akan mengurangi tingkat kesalahan dalam hal
dilupakannya salah satu ayat jurnal penyesuaian yang harus dilakukan dan juga dapat dipergunakan
untuk memeriksa ketepatan perhitungan yang dilakukan, dan memungkinkan penyusunan data secara
logis.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 73


6.2. FORMAT NERACA LAJUR

Neraca Saldo
Neraca Saldo Jurnal Perhitungan Laba Neraca
Disesuaikan
(Trial Balance) Penyesuaian Rugi (Balace Sheet)
Nama Perkiraan (Adjusted Trial
(Adjustment Entries) (Income statement)
(Account Tittle) Balance)

Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit

a. Neraca saldo (Trial Balance)


Data dapat diambil dari data yang telah dibuat sebelumnya atau juga dapat diambil dari saldo
setiap perkiraan di buku besar.

b. Jurnal penyesuaian ( Adjustment Entries)


Data untuk kolom ini di ambil dari ayat-ayat jurnal penyesuaian. Debit dan kredit dari ayat jurnal
penyesuaian dicantumkan dalam baris yang tepat sesuai dengan nama perkiraan yang dipengaruhi
oleh ayat jurnal tersebut.
Penggunaan huruf untuk referensi ayat jurnal penyesuaian dalam neraca lajur akan
memudahkan untuk mengidentifikasinya dikemudian hari. Apabila nama perkiraan yang harus
disesuaikan tidak ada dalam neraca saldo dapat dibuat perkiraan baru di bawahnya. Banyaknya
perkiraan baru yang harus dibuat tergantung pada kebutuhannya, tetapi harus diingat bahwa
perkiraan baru yang dibuat hanyalah terbatas pada perkiraan yang ada dalam bagan perkiraan (chart
of account).

c. Neraca Saldo Disesuaikan ( Adjusted Trial Balance)


Kolom ini menunjukkan neraca saldo setelah disesuaikan dengan jurnal penyesuaian dan telah
mencerminkan keadaan perusaahaan yang sebenarnya. Angka-angka diperoleh dari mengurangkan
atau menambahkan angka-angka yang terdapat pada kolom jurnal penyesuaian dan dalam neraca
saldo.

d. Perhitungan Rugi Laba


Neraca saldo disesuaikan sekarang telah mencakup semua informasi yang diperlukan untuk
membuat laporan keuangan. Tahap selanjutnya adalah memindahkan saldo setiap perkiraan yang
ada ke kolom laporan keuangan yang tepat. Aturan pemindahan didasarkan atas jenis perkiraan yang
berdasarkan yang bersangkutan.

Contoh ( Lihat Lampiran 01)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 74


Berdasarkan data dari kegiatan Service tuan Budi, terdapat beberapa penjelasan, sbb:

1. Sebelumnya telah disebutkan bahwa pada akhir bulan Desember 2008, Service Tn Budi
mempunyai ayat jurnal penyesuaian yang harus dibukukan diantaranya :
a. Penyusutan aktiva tetap (peralatan) sebesar Rp.25.000,-
b. Pemakaian perlengkapan sebesar Rp.250.000,-
c. Sewa bulan desember 2008 sebesar Rp.40.000,- yang telah menjadi biasa.
d. Upah yang masih harus dibayar dan belum dicatat pada tanggal 31 desember 2008 sebesar
Rp.18.000.
e. Bunga yang masih harus dibayar dan belum dicatat pada tanggal 31 Desember 2008
sebesar Rp.4.000.

2. Dalam kolom Neraca saldo disesuaikan, saldo perkiraan-perkiraan yang tidak dipengaruhi oleh
jurnal penyesuaian dapat langsung dipindahkan ke kolom Neraca saldo disesuaikan, contohnya
perkiraan Kas.

Perkiraan-perkiraan yang dipengaruhi oleh ayat jurnal penyesuaian harus ditambah atau
dikurangi dengan jurnal penyesuaian tersebut untuk memperoleh saldo yang telah disesuaikan.
Misalnya perkiraan perlengkapan, Dalam neraca saldo, perkiraan ini mempunyai saldo sebesar
Rp.300.000. oleh karena dalam kolom jurnal penyesuaian perkiraan ini harus dikurangi (dikredit)
dengan Rp.250.000, maka dalam Neraca saldo disesuaikan tinggal Rp.50.000.

3. Laba atau rugi bersih dapat dicari dengan mengurangkan jumlah debit pada jumlah kredit kolom
perhitungan Rugi-Laba. Apabila jumlah kolom kredit lebih besar dibandingkan dengan jumlah
kolom debit, maka kelebihan ini merupakan Laba Bersih. Sebaliknya apabila kolom debit lebih
besar dari kolom kredit maka siswanya adalah rugi bersih. Sesuai dengan contoh soal lampiran
01 maka perhitungan laba bersihnya adalah sbb:
Jumlah kolom kredit (pendapatan) Rp.700.000
Jumlah kolom debit (biaya) Rp.563.000
Laba Bersih Rp.137.000

4. Perkiraan Pendapatan dan Biaya (yang merupakan bagian dari Modal) adalah perkiraan-
perkiraan yang bersifat sementara, karena hanya digunakan selama satu periode akuntansi,
untuk memungkinkan pengumpulan data kegiatan perusahaan secara terinci. Setelah semua
dikerjakan, saldo akhirnya akan dipindahkan ke perkiraan modal. Dalam neraca lajur pemindahan
ini dilakukan dengan jalan mencantumkan jumlah laba bersih tersebut diatas pada sisi sebelah
debit kolom perhitungan Rugi-laba dan sisi sebelah kredit kolom neraca. Setelah pemasukan
yang terakhir ini kolom debit dan kredit di perhitungan rugi-laba dan neraca dijumlah untuk
membuktikan keseimbangannya. Angka-angka yang terdapat dalam kolom perhitungan rugi-laba
dan neraca merupakan dasar untuk pembuatan laporan keuangan.

6.3. Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah merupakan tahapan akhir dari suatu proses akuntansi, karena
selanjutnya laporan keuangan akan dijadikan sebagai bagian dari sistem informasi keuangan yang
akan dipergunakan baik oleh pimpinan perusahaan, pemilik perusahaan, kreditur atau para pengambil
keputusan lainnya yang memiliki kepentingan dengan perusahaan tersebut.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 75


Beberapa
Pengambil Keputusan Beberapa Informasi
Faktor yang
Keputusan Yang Diambil yang Diperlukan
Diperhatikan

1. Apakah 1. Dalam bentuk apa


perluasan akan saja sumber daya yang
menguntungka dimiliki perusahaan?
n?
(berapa
kemampuan
perusahaan 2. darimana sumber
menghasilkan daya tersebut
laba?) diperoleh?
Pimpinan Apakah
Perusahaan/ perlu
Pemilik memperbesar
usaha? Bagaimana posisi
hutang perusahaan?
2. Dengan apa
perluasan akan
dibiayai?
(Bagaimana Berapa kemampuan
posisi perusahaan
keuangan menghasilkan laba?
perusahaan?)
Apakah
permohona
Kreditur n pinjaman Dapatkah
/bank yg diajukan perusahaan Berapa pertumbuhan
dapat mengembali perusahaan?
dikabulkan? kan
pinjaman +
bunga?

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 76


6.4. NERACA

Neraca Service Tuan Budi pada tanggal 31 Desember 2008 dapat disusun dengan mengambil
data yang terdapat pada kolom “Neraca” di neraca lajur yang disajikan dalam lampiran 01.

Aktiva Kewajiban dan Modal


Aktiva Lancar : Kewajiban:
Kas 3.354.000 Hutang lancar:
Piutang Dagang 200.000 Hutang Bunga 4.000
Perlengkapan 50.000 Hutang Gaji 18.000
Sewa Dibayar di Muka 80.000 Jumlah Hutang Lancar 22.000
Jumlah Aktiva Lancar 3.684.000
Hutang Bank 3.000.000
Aktiva Tetap: Jumlah Kewajiban 3.022.000
Peralatan Service 900.000
Dikurangi: Modal:
Akum Penyusutan ( 25.000) Modal Tn Budi 1.537.000

Jumlah Aktiva Tetap 875.000 Jumlah Modal 1.537.000


Jumlah Aktiva Jumlah Kewajiban
Rp. 4.559.000 Rp. 4.559.000
Dan Modal

6.5. Perhitungan Rugi Laba

Service Tuan Budi


Perhitungan Rugi Laba
Bulan Desember 2008

Pendapatan Service Rp. 700.000


Biaya-biaya usaha:
1. Biaya gaji Rp.174.000
2. Biaya perlengkapan Rp.250.000
3. Biaya sewa Rp. 40.000
4. Biaya penyusutan peralatan Rp. 25.000
5. Biaya bunga Rp. 4.000
6. Biaya serba-serbi Rp. 70.000
Rp. 563.000
Laba Bersih Rp. 137.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 77


6.6. Laporan Perubahan Modal

Service Tuan Budi


Laporan Perubahan Modal
Bulan Desember 2008

1. Modal Tn Budi, 1 Desember 2008 Rp.1.500.000


2. Laba Bersih sebulan Rp.137.000
3. Pengambilan Prive ( 100.000) Rp. 37.000
4. Modal Tn Budi, 31 Desember 2008 Rp.1.537.000

Dari laporan perubahan modal tersebut di atas dapat dilihat bahwa selama sebulan modal Tn Budi
telah naik dari Rp.1.500.000 menjadi Rp.1.537.000. Kenaikan ini disebabkan oleh karena laba yang
diperoleh dari mengusahakan service sebesar Rp.137.000 dikurangi dengan pengambilan prive
sebesar Rp.100.000. Saldo modal pada tanggal 31 desember 2008 sebesar Rp. 1.537.000
menunjukkan jumlah investasi Tn Budi di Service pada tanggal tersebut. Jumlah ini juga menunjukkan
hak klaim tn Budi terhadap aktiva Service Tn Budi.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 78


MODUL ACARA PERKULIAHAN
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB VII
JURNAL PENUTUP

7.1. Gambaran Umum

Setelah penyusunan laporan keuangan, tahap pengikhtisaran usaha selanjutnya adalah


pembuatan jurnal penutupan. Seperti telah dijelaskan bahwa saldo akhir perkiraan-perkiraan yang
bersifat sementara (perkiraan nominal) harus dipindahkan ke perkiraan tetap. Dengan demikian
perkiraan-perkiraan sementara tersebut dapat dipergunakan untuk mengumpukan data periode
berikutnya. Pemindahan ini dilakukan melalui satu seri ayat jurnal yang disebut ayat jurnal
penutupan / closing entries. (Soemarso SR, Akuntansi Suatu Pengantar,LPFEUI, 1986,p260).

Ayat Jurnal Penutupan atau Penutupan buku adalah proses pemindahan saldo rekening-
rekening penghasilan dan saldo rekening –rekening biaya ke rekening Rugi Laba dan memindahkan
saldo rekening Rugi Laba ke rekening Modal. (Drs.Al.Haryono Jusup.,MBA,Akt, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 1,
Liberty Jogja, p137).

Tiga jenis rekening bersifat sementara yang menggambarkan aktivitas untuk satu periode
tertentu maka setiap periode akuntansi akan dimulai lagi saldo rekening modal yang bersifat
Sementara (Temporary Capital Accounts) harus ditiadakan/ditutup atau di nol (0)-kan sehingga
apabila periode akuntansi dimulai lagi jumlah tersebut tidak merupakan akumulasi aktivitas dari
periode yang lalu. Adapun yang termasuk rekening modal adalah sbb:

a. Perkiraan Prive
b. Perkiraan Pendapatan
c. Perkiraan Biaya

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 79


Neraca Lajur (Work Sheet)
1. Neraca Saldo Disesuaikan (Adjusted Neraca Saldo Penutup
Jurnal (Post Closing Trial
Trial Balance) Penutup
2. Income Statement Balance)
3. Balance Sheet

Perk. Aktiva Saldo


Debit
Perk. Kewajiban
Saldo Kredit
Perk. Modal Saldo
Kredit
Perk. Prive Saldo
Nol
Perk. Pendapatan
Saldo Nol
Perk. Biaya Saldo
Nol

Pada akhir periode akuntansi, buku besar perusahaan akan terdiri dari enam jenis perkiraan,
yaitu

a. Perkiraan Aktiva
b. Perkiraan Kewajiban
c. Perkiraan Modal
d. Perkiraan Prive
e. Perkiraan Pendapatan
f. Perkiraan Biaya

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perkiraan Pendapatan, Biaya dan Prive adalah perkiraan
sementara yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan perubahan-
perubahan yang terjadi pada perkiraan modal selama suatu periode akuntansi. Pada akhir
suatu periode, efek akhir dari perkiraan-perkiraan ini harus dipindahkan keperkiraan tetap,
sehingga perkiraan-perkiraan tersebut dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data periode
berikutnya. Untuk melakukan hal ini, perlu dibuatkan satu seri ayat jurnal yang disebut ayat
jurnal penutupan ( closing entries). Ayat jurnal penutupan pada hakekatnya adalah ayat jurnal
untuk me-nol-kan saldo perkiraan-perkiraan sementara apabila akan dimulai pencatatan data
akuntansi untuk periode berikutnya.

Untuk melakukan ayat jurnal penutupan, diperlukan satu perkiraan tambahan yang dapat
dipergunakan untuk mengikhtisarkan data yang terdapat dalam perkiraan-perkiraan
pendapatan dan biaya. Perrkiraan tambahan ini disebut Ikhtisar Rugi laba (Income
Sumary).

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 80


7.2. Tahapan Pembuatan Jurnal Penutup

Ada empat tahap yang diperlukan untuk melakukan ayat jurnal penutupan, sbb:

1. Mendebit semua perkiraan PENDAPATAN

Sebesar masing-masing saldo akhirnya Perkiraan Ikhtisar R/L di kredit

2. Menkredit semua perkiraan BIAYA

Sebesar masing-masing saldo akhirnya Perkiraan Ikhtisar R/L di debit

3. Selisih antara jumlah sisi kredit dengan jumlah sisi debit yang terdapat pada perk. R/L dipindahkan
ke perk MODAL
Memperolah LABA, bila sisi kredit lebih besar dibandingkan dari sisi debit-nya

Perkiraan PRIVE dikredit sebesar saldo akhirnya dan perkiraan modal didebit dengan jumlah yang sama

Setelah ayat jurnal penutupan tadi, posisi keenam jenis perkiraan tersebut akan menjadi sbb:
 Perkiraan Aktiva akan bersaldo DEBIT
 Perkiraan Kewajiban akan bersaldo KREDIT
 Perkiraan Modal akan bersaldo KREDIT
 Perkiraan Prive akan bersaldo Nol
 Perkiraan Pendapatan akan bersaldo Nol
 Perkiraan Biaya akan bersaldo Nol

Dengan menggunakan neraca lajur Service Tuan Budi seperti yang telah diperlihatkan di
muka, ayat jurnal penutupan yang harus dilakukan akan nampak sbb:

Tahap 1: Menutup semua perkiraan PENDAPATAN


Hal: 4

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2008
Des 31 Pendapatan jasa Salon 41 700.000 -
Ikhtisar Rugi laba 33 - 700.000
(Menutup perkiraan Pendapatan)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 81


Tahap 2: Menutup semua perkiraan Biaya
Hal : 4

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2008
Des 31 Ikhtisar Rugi laba 33 563.000 -
Biaya Gaji 51 - 174.000
Biaya Serba-serbi 59 - 70.000
Biaya Penyusutan 54 - 25.000
Biaya Pedapatan 52 - 250000
Biaya Sewa 53 - 40.000
Biaya Bunga 55 - 4.000
(Menutup semua perk. Biaya)

Tahap 3: Menutup perkiraan Ikhtisar Rugi Laba


Hal : 4

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2008
Des 31 Ikhtisar Rugi laba 33 137.000 -
Modal Nn Dewi 31 - 137.000
(Menutup saldo perk. Ikhtisar RL)

Tahap 4: Menutup perkiraan Prive

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2008
Des 31 Modal Nn Dewi 31 100.000 -
Prive Nn Dewi 32 - 100.000
(Menutup perk. Prive)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 82


7.3. Penutupan Rekening & Penyesuaian Kembali

Penutupan Buku Besar

Buku besar Service Tuan Budi setelah jurnal penutupan (dan jurnal penyesuaian) akan
nampak sbb:

Nama Perkiraan : KAS Nomor Perkiraan : 11


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 2 1 1.500.000 - 1.500.000 -
3 1 - 120.000 1.380.000 -
4 1 - 900.000 480.000 -
5 1 - 200.000 280.000 -
6 1 - 50.000 230.000 -
14 1 - 36.000 194.000 -
1 200.000 - 394.000 -
21 36.000 358.000
100.000 258.000
24 50.000 308.000
28 24.000 284.000
3.000.000 3.284.000
31 250.000 3.534.000
20.000 3.514.000
60.000 3.454.000
100.000 3.354.000

Nama Perkiraan : Piutang Dagang Nomor Perkiraan : 12


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 14 1 100.000 100.000
24 1 50.000 50.000
31 2 150.000 200.000

Nama Perkiraan : Perlengkapan Nomor Perkiraan : 14


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 5 1 200.000 200.000
21 1 100.000 300.000
31 Penyesuaian 3 250.000 50.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 83


Nama Perkiraan : Sewa Dibayar Di muka Nomor Perkiraan : 15
Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 3 1 120.000 120.000
31 Penyesuaian 3 40.000 80.000

Nama Perkiraan : Peralatan Service Nomor Perkiraan : 18


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 4 1 900.000 900.000

Nama Perkiraan : Akumulasi Penyusutan Nomor Perkiraan : 19


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 25.000 25.000

Nama Perkiraan : Hutang Bank Nomor Perkiraan : 21


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 28 2 3.000.000 3.000.000

Nama Perkiraan : Hutang Gaji Nomor Perkiraan : 23


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 18.000 18.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 84


Nama Perkiraan : Hutang Bunga Nomor Perkiraan : 24
Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 4.000 4.000

Nama Perkiraan : Modal Tn Budi Nomor Perkiraan : 31


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 2 1 1.500.000 1.500.000
31 Laba Bersih 4 137.000 1.637.000
Penutupan
Prive 4 100.000 1.537.000

Nama Perkiraan : Prive Tn Budi Nomor Perkiraan : 32


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 2 100.000 100.000
Penutupan 4 100.000

Nama Perkiraan : Pendapatan Jasa Service Nomor Perkiraan : 41


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 14 1 200.000 200.000
1 100.000 300.000
31 2 400.000 700.000
Penutupan 4 700.000 -

Nama Perkiraan : Biaya Gaji Nomor Perkiraan : 51


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 14 1 36.000 36.000
21 1 36.000 72.000
28 1 24.000 96.000
31 2 60.000 156.000
Penyesuaian 3 18.000 174.000
Penutupan 4 174.000 -

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 85


Nama Perkiraan : Biaya Perlengkapan Nomor Perkiraan : 52
Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 250.000 250.000
Penutupan 4 250.000 -

Nama Perkiraan : Biaya Sewa Nomor Perkiraan : 53


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 40.000 40.000
Penutupan 4 40.000 -

Nama Perkiraan : Biaya Penyusutan Nomor Perkiraan : 54


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 25.000 25.000
Penutupan 4 25.000

Nama Perkiraan : Biaya Bunga Nomor Perkiraan : 55


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penyesuaian 3 4.000 4.000
Penutupan 4 4.000 -

Nama Perkiraan : Biaya Serba Serbi Nomor Perkiraan : 59


Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 6 1 50.000 50.000
31 2 20.000 70.000
Penutupan 4 70.000 -

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 86


Nama Perkiraan : Ikhtisar Rugi Laba Nomor Perkiraan : 33
Saldo
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Debit Kredit
2008
Des 31 Penutupan
4 700.000 700.000
Pendapatan
Penutupan Biaya 4 563.000 137.000
Penutupan Laba
4 137.000 -
bersih Ke Modal

Perhatikan adanya tambahan perkiraan pada buku besar di atas, dibandingkan dengan buku
besar sebelum adanya penyesuaian dan penutupan.
Setelah ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal penutupan dibukukan ke buku besar, maka
perkiraan-perkiraan yang terdapat di dalamnya sudah siap untuk pencatatan data akuntansi
periode berikutnya.

7.4. Neraca Saldo Penutupan

Tahap selanjutnya setelah pembuatan ayat jurnal penutup adalah penyusunan saldo penutup
(post closing trial balance).

Tujuannya adalah memastikan bahwa buku besar telah seimbang / balance sebelum memulai
pencatatan data akuntansi periode berikutnya. Sebagai catatan bahwa neraca saldo penutup hanya
akan terdiri dari perkiraan neraca saja, oleh karena perkiraan-perkiraan sementara (pendapatan,
biaya dan prive) telah ditutup.

Neraca saldo penutup dibuat dengan mengambil saldo-saldo yang terdapat dalam perkiraan-
perkiraan di buku besar setelah ayat jurnal penutupan dibukukan. Saldo-saldo tersebut dapat juga
diambil dari kolom neraca di neraca lajur. Neraca saldo penutupan Service Tuan Budi akan tampak
sbb:

Service Tuan Budi


Neraca Saldo Penutupan
31 Desember 2008

Aktiva Debit Kredit

Kas 3.354.000 -
Piutang Dagang 200.000 -
Perlengkapan 50.000 -
Sewa Dibayar di Muka 80.000 -
Peralatan Service 900.000 -
Akum Penyusutan - 25.000
Hutang Bank - 3.000.000
Hutang Gaji - 18.000
Hutang Bunga - 4.000
Modal Tn Budi - 1.537.000

Rp. 4.584.000 Rp. 4.584.000-

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 87


MODUL ACARA PERKULIAHAN
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB VIII
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
8.1. Pengertian Perusahaan Dagang

Siklus Kegiatan Perusahaan Dagang

Modal Kas Pinjaman

Pengeluaran Kas Penerimaan Kas

Pembelian Penjualan

Perusahaan Jasa lebih menekankan pada usaha menawarkan sebuah jasa bagi masyarakat /
publik, misalnya akuntan, pengacara, arsitektur, atau jasa konsultasi lainnya. Mereka mendapatkan
pendapatannya dengan menyediakan jasa sesuai bidangnya. Berbeda dengan perusahaan dagang
yang mendapatkan pendapatannya melalui penjualan barang dagangan.

Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan perdagangan adalah tergambar pada
laporan keuangannya. Di neraca, Perusahaan dagang memiliki persediaan barang dagangan,
sementara perusahaan jasa tidak. Perbedaan lainnya di Laporan Rugi Laba. Contoh Laporan Rugi
Laba (Income Statement) yang dipergunakan oleh perusahaan Jasa dapat dilihat pada gambar 17-1.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 88


Laporan Rugi Laba (Income Statement) disebut juga single-step income statement
dikarenakan hanya terdapat satu bagian dalam menjadikan suatu pendapatan bersih (net income).
Perusahaan dagang memiliki lebih dari satu bagian dalam menyusun laporan Rugi Laba. Perusahaan
dagang mendapat keuntungannya dengan menjual produk barang dagangannya, maka di Laporan
Rugi Laba digambarkan uang yang diterima dari hasil penjualan barang dagangan dan biaya-biaya
produk yang dijual. (Lihat gambar 17-2).

Gambar 17-1

Jeffry Haber Company


Income Statement
For the Year Ended December 31, 2008
Revenues:
Sales $2,500,000
Interest income 24,000(+)
Total revenue $2,524,000

Expenses:
Salaries $1,875,000
Professional fees 240,000
Payroll taxes 187,500
Rent 110,000
Utilities 23,000
Office supplies 15,000
Office expense 12,000(+)
Total expenses $2,462,500(-)

Net income $ 61,500

Gambar 17-2
Jeffry Haber Company
Income Statement
For the Year Ended December 31, 2008
Sales $2,500,000
Cost of goods sold 1,650,000(-)
Gross profit $ 850,000

Sebenarnya ada banyak biaya yang harus dihitung dalam laporan Rugi Laba (Income Statement)
dari pada gambar 17-2. Berikutnya tentang Biaya Operasional (operating expenses), dan itu diperinci
menjadi biaya penjualan (Selling expenses) dan biaya umum dan administratif (General and
administrative expenses) (lihat gambar 17-3).

a. Biaya Penjualan (Selling expenses) adalah biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan
kegiatan penjualan barang dagangan. Meliputi gaji personil penjualan, sewa tempat, uitlities,
perbaikan dan perawatan, biaya kegiatan lainnya, biaya pengiriman barang (cost of shipping the
merchandise to customers), dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan fungsi penjualan
(sales function).

b. Biaya umum dan administratif (General and administrative expenses) adalah biaya-biaya
yang berhubungan dengan manajemen perusahaan. Secara umum meliputi gaji pimpinan
perusahaan (executive), bagian Hukum (legal), bagian Personalia (human resources), dan
bagian akuntansi (accounting department); hubungannya dengan pajak penghasilan; biaya
Hendry Adam | Dasar Akuntansi 89
pekerjaan (occupancy costs); fee umum dan biaya yang harus dibayar perusahaan. Seringkali
perusahaan mendapat bunga dari perkiraan banknya (dikelompokkan ke dalam pendapatan
lain-lain atau membayar pinjamanya yang tengah berlangsung maka di masukkan kekelompok
biaya lain-lain (other expense’). Biasanya dikelompokkan secara bersama setelah urutan
pendapatan operasional. Apabila perusahaan memiliki beberapa sumber penerimaan (other
income) dan biaya lain-lain (other expense) Seringkali perusahaan mendapatkan bunga
simpanan di bank, (dikelompokkan dengan „„other income‟‟) atau membayar bunga pinjaman
(dikelompokkan dengan „„other expense‟‟). Biasanya pengelompokkan dalam posisi urutannya
setelah pendapatan operasional. Apabila perusahaan memiliki sumber pendapatan lain (other
income) dan pengeluaran lain-lain (other expense), dapat dikumpulkan dalam satu grup Gambar
17-4. Apabila terdapat banyak itemnya, seharusnya dibuat dalam bagian yang terpisah untuk
setiap katagori, ini diperlihatkan dalam Gambar 17-5. Bilamana kita menambah pendapatan
lainnya di pendapatan operasional dan mengurangi biaya lain-lain, digambaran tersebut disebut
sebagai pendapatan sebelum pajak (income before taxes). Pengurangan akibat beban pajak
disebut Net Income, Gambar 17-6 memperlihatkan keseluruhan tahap pembuatan format
laporan Rugi Laba (Income Statement).

Gambar 17-3
Jeffry Haber Company
Income Statement
For the Year Ended December 31, 2008
Sales $2,500,000
Cost of goods sold 1,650,000
Gross profit $ 850,000
Operating expenses:
Selling expenses:
Salaries 125,000
Payroll taxes 34,000
Rent 12,000
Repair and maintenance 10,000
Real estate taxes 8,000
Freight out 6,500(+)
Total selling expenses 195,500

General and administrative expenses:


Salaries 365,000
Payroll taxes 42,000
Rent 24,000
Repair and maintenance 10,000
Real extate taxes 7,000
Subscriptions 2,500
Professional fees 2,000(+)
Total general and administrative expenses 452,500

Operating income $202,000

Gambar 17-4

Other income and expense:


Interest income 23,000
Interest expense 2,000
Total other income and expense 21,000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 90


Gambar 17-5

Other income:
Interest 23,000
Dividends 15,000
Gain on sale of asset 12,500
Total other income 50,500

Other expense:
Interest 2,000
Loss on sale of asset 1,500
Total other expense 3,500

Total other income and expense 47,000

Gambar 17-6
Jeffry Haber Company
Income Statement
For the Year Ended December 31, 2008

Sales $2,500,000
Cost of goods sold 1,650,000(-)
Gross profit $ 850,000

Operating expenses:
Selling expenses:
Salaries 125,000
Payroll taxes 34,000
Rent 12,000
Repair and maintenance 10,000
Real estate taxes 8,000
Freight out 6,500(+)
Total selling expenses 195,500

General and administrative expenses:


Salaries 365,000
Payroll taxes 42,000
Rent 24,000
Repair and maintenance 10,000
Real extate taxes 7,000
Subscriptions 2,500
Professional fees 2,000(+)
Total general and administrative expenses 452,500(-)

Operating income $ 202,000

Other income
Interest 23,000
Dividends 15,000
Gain on sale of asset 12,500(+)
Total other income: 50,500

Other expense:
Interest 2,000
Loss on sale of asset 1,500(+)
Total other expense 3,500 (-)
Total other income and expense 47,000(+)

Income before taxes $249,000


Income taxes 98,000(-)

Net income $151,000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 91


Proses akuntansi perusahaan dagang

Transaksi Jurnal Buku Besar Neraca Lajur

Jurnal Khusus :
Jurnal Pembelian Laporan
Jurnal Pengeluaran Kas Keuangan
Jurnal Penjualan
Jurnal Penerimaan Kas

Kartu Hutang
Faktur Penjualan
Kartu Piutang
Buku Pembelian
Buku Pengeluaran Kas
Buku Penerimaan Kas
Buku Penjualan

8.2. Rekening-rekening Perusahaan Dagang

Bagan perkiraan yang dipergunakan perusahaan dagang dapat dikelompokkan sbb:

Nomor Perkiraan Kelompok Perkiraan


110 – 119 Aktiva Lancar
120 – 129 Investasi Jangka Panjang
130 – 139 Aktiva Tetap
210 – 219 Kewajiban Lancar
220 – 229 Kewajiban Jangka Panjang
310 – 319 Modal
410 – 419 Pendapatan
420 – 429 Harga Pokok Penjualan
510 – 519 Biaya Penjualan
520 – 529 Biaya Administrasi Dan Umum

Apabila bagan tersebut dibandingkan dengan bagan perkiraan perusahaan jasa, maka akan
terlihat adanya beberapa perbedaan. Dalam bagan perkiraan tersebut di atas, kelompok perkiraan
aktiva dibagi menjadi kelompok aktiva lancar, investasi jangka panjang dan aktiva tetap. Demikian
pula dengan kelompok Kewajiban. Kelompok perkiraan biaya dibagi menjadi Biaya Penjualan serta
Biaya Administrasi dan Umum. Pembagian ke dalam kelompok-kelompok perkiraan yang lebih rinci
tersebut akan memudahkan penyajiannya dalam laporan keuangan. Perkiraan baru yang muncul
dalam bagan perkiraan adalah perkiraan Persediaan (Inventory) dan Pembelian (Purchase).

8.3. Jurnal Penyesuaian

Telah disebutkan bahwa suatu neraca saldo sebuah perusahaan belum tentu menyajikan saldo
yang benar dan lengkap untuk semua perkiraan. Misalnya, pada akhir periode akuntansi sebuah
perusahaan mungkin sudah harus mengakui adanya biaya, tetapi ternyata biaya tersebut belum
dicatat oleh karena sistem biaya akuntansi dalam perusahaan belum memungkinkannya. Fungsi
jurnal penyesuaian, dalam hal ini, adalah untuk membuat pekiraan-perkiraan yang ada dalam
perusahaan mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, biaya, pendapatan dan modal yang
sebenarnya.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 92


Transaksi Yang Sebenarnya
Telah terjadi Tetapi Belum
Dicatat

Macam Jurnal Penyesuaian

Transaksi Telah Dicatat tetapi


Saldo perkiraan yang
bersangkutan masih perlu
dikoreksi

Setiap jurnal penyesuaian akan berpengaruh paling tidak pada satu perkiraan neraca dan satu
perkiraan perhitungan Rugi Laba dalam jumlah yang sama. Dengan demikian setiap ayat jurnal
penyesuaian akan mengaruhi laba (rugi) bersih.
Bila dilihat dari pengaruhnya terhadap perkiraan Neraca dan laporan Rugi Laba, jurnal
penyensuaian dapat digolongkan sbb:
a. Accrued Expenses / Biaya yang masih harus (ymh) di bayar
b. Jurnal penyesuaian yang mempengaruhi perkiraan biaya dan aktiva
c. Accrued Revenue / Pendapatan ymh di terima
d. Unearned revenue / Pendapatan yang akan dihasilkan di masa yang akan datang

8.4. Jurnal Penutup (Closing Entry)

Setelah laporan keuangan dipersiapkan, tahap akhir dalam proses akuntansi adalah menutup
pembukuan. Hal ini dilakukan dengan cara membuat jurnal penutup. Jurnal penutup dilakukan
terhadap semua perkiraan pendapatan dan perkiraan biaya, ditutup menjadi saldo zero (0). Perkiraan
Pendapatan (income) dan perkiraan Biaya (expense) dikenal sebagai Perkiraan Sementara
(Temporary accounts), sejak saldo perkiraan menjadi nol setiap tahun. Perkiraan Neraca (Balance
sheet) dikenal sebagai Perkiraan Tetap (permanent accounts), sejak terjadi penyesuaian dalam
perkiraan didalamnya dari tahun ke tahun.

Perkiraan Sementara yang terdiri dari perkiraan-perkiraan dan diantaranya Laporan Rugi Laba
dan perkiraan Deviden dari Laporan Laba Ditahan (Statement of Retained Earnings). Laporan
tersebut berdasarkan periode waktu sehingga perkiraan-perkiraan tersebut harus diclosing menjadi
nol sehingga transaksi periode berikutnya dapat di bukukan tanpa bercampur dalam dua periode.
Proses pembuatan jurnal penutup sangatlah sederhana: dengan mendebit seluruh perkiraan dengan
perkiraan kredit dan men-kredit seluruh perkiraan dengan perkiraan debit.

(Secara rinci dapat dilihat di pokok bahasan Jurnal Penutup)

8.5. Jurnal Khusus

a. Pengertian Jurnal Khusus

Siklus kegiatan perusahaan, apabila dihubungkan dengan perusahaan dagang, meliputi hal-
hal sbb:
 Menerima uang tunai dari pemilik sebagai setoran modal.
 Menerima uang tunai dari kreditur sebagai pinjaman.
 Menanamkan uang tunai yang dipunyai dalam aktiva produksi, seperti misalnya tanah,
gedung, kendaraan dan peralatan lain.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 93


 Menggunakan aktiva produksi untuk melakukan kegiatan usaha.
 Menjual barang untuk memperoleh pendapatan.
 Menggunakan sebagian dana yang diterima untuk membayar kembali pinjaman kepada
kreditur (berikut bunga) dan memberikan pengembalian kepada pemilik. Sebagian lagi
diperginakan untuk kegiatan usaha berilkutnya.

b. Siklus Perusahaan Dagang

Pembelian

Penerimaan Pengeluaran
Uang Kas

Penjualan

Jurnal Umum
 Bila transaksi yang harus dicatat jumlahnya banyak, jurnal umum kurang efisien
 Transaksi-transaksi bersifat homogen

Jurnal Khusus
 Dirancang untuk transaksi-transaksi yang sejenis, sehingga akan banyak menghemat
waktu, tenaga dan biaya.
 Disediakan kolom khusus untuk beberapa jenis transaksi tertentu.
 Setiap jurnal khusus dapat digunakan untuk mencatat satu jenis transaksi saja,
sehingga memungkinkan pembagian tugas pencatatan kepada beberapa orang, karena
dengan adanya pemisahan tugas/fungsi merupakan bagian dari pola pengendalian
intern dalam departemen akuntansi/keuangan. setiap orang maka bertanggung jawab
bagi tugas-tugasnya karena seseorang mungkin bertanggung jawab pada bagian
pencatatan transaksi di buku kas, sementara orang lain bertanggung jawab pada
bagian penerimaan uang, sementara orang yang lain lagi bertanggung jawab pada
pengecekan kegiatan pencatatan dan penerimaan kas. Pihak manajemen lebih
menekankan bahwa tidak ada pegawai yang memiliki tanggung jawab ganda baik
menerima kas maupun melakukan proses pencatatan.

c. Macam-macam Buku Harian Khusus


Sesuai dengan kegiatannya, untuk sebuah perusahaan dagang, buku harian khusus yang
perlu disediakan sbb:

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 94


1. Buku Pembelian (Purchase Journal)
a. Buku Pembelian
Toko Elektronik Iwan
Buku Pembelian
Bulan April 2013
Hal: 20
Kredit Debit
Nomor Pembelian Serba Serbi
Tgl Keterangan Ref Hutang
Faktur Barang
Dagang Perkiraan Ref Jumlah
Dagangan
2013
Apr 2 231 PT.Politron √ 12.000.000 12.000.000
5 423 PT. Bhakti √ 550.000 Perlengkapan 115 550.000
Peralatan
12 645 Toko Mebel B √ 1.500.000 122 1.500.000
Kantor
13 4980 PT. Sharp √ 20.000.000 20.000.000
34.050.000 32.000.000 2.050.000
(211) (511) (√)

b. Kartu Hutang

Nama :Toko ABC File :A


Alamat :Jl.Gatot Subroto 90 Bandung Nomor : 001
Nomor
Tanggal Keterangan Debit Kredit Saldo
Bukti
2013
Mei 23 3257 2.300.000 2.300.000

2. Buku Pengeluaran Kas (Cash Disbursements Journal)

Nomor Debit Kredit


Nomor
Tgl Bukti Peng Kreditur Ref Serba- Hutang Potongan
Check Kas
luaran Kas serbi Dagang Pembelian
2013
Mei 2 948 „03561 Pembelian 511 2.500.000 2.500.000
3 835 „03562 Perlengkapan ktr 115 350.000 350.000
5 947 „03563 PT.Politron √ 12.000.000 12.000.000
7 378 „03564 PT.Sharp √ 20.000.000 2.000.000 18.000.000

2.850.000 32.000.000 2.000.000 32.850.000


(√) (211) (512) (111)

3. Buku Penjualan (Sales Journal)

Alur posting transaksi Buku Penjualan, Buku Besar, Buku Piutang

Buku Penjualan A/R Buku Piutang


Toko A 10.000
Toko B 20.000 Toko A
Toko C 30.000 10.000 Dr Toko B
A/R - Dr 20.000 Dr
Sales - Cr 60.000 Toko C
30.000 Dr
Buku Besar

A/R 60.000 Dr Sales 60.000 Cr

Bila piutang dagang dibayar/dilunasi

Buku Penerimaan Kas


Di kredit
Hendry Adam | Dasar Akuntansi 95
4.Faktur Penjualan (Sales Invoice)

Toko Elektronik JAYA


Jl.Gatot Subroto No.16 Bandung

Kepada Yth. Bandung, 10 Oktober 2012


Toko Elektronik ABCD
Komplek Perkantoran GHIJ
Binong, Bandung

FAKTUR

Syarat : 2/10;n/30 No. 2345

Banyaknya Keterangan Harga Satuan Jumlah

10 Televisi Politron seri A324 Rp.2.670.000,- Rp.26.700.000,-


ukuran 29 inch
10 Speaker Active Politron seri S546 Rp.1.750.000,- Rp.17.500.000,-

10 Mini Compo Politron tipe C1423 Rp.1.480.000,- Rp.14.800.000,-

TOTAL Rp.59.000.000,-

Potongan Perdagangan (10%) (Rp. 5.900.000,-)

Jumlah Rp.53.100.000,-

Hormat kami

Agus Perwira
Kabag Penjualan

5. Buku Penjualan

Nomor
Tanggal Debitur ref Jumlah*
Faktur
2013
Mei 2 723 Toko BDG √ 460.000
4 423 Toko ASA √ 540.000

1.000.000
(113) / (411)
*Piutang dagang Debit; Penjualan secara kredit

6. Kartu Piutang

Nama :Toko Jaya File :J


Alamat :Jl.Surapati 20 Subang Nomor : 001
Nomor
Tanggal Keterangan Debit Kredit Saldo
Bukti
2013
Okt 2 3245 540.000 - 540.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 96


7. Buku Penerimaan Kas (Cash Receipt Journal)

Kredit Debit
Nomor
Tgl Keterangan Ref Serba Piutang Potongan
Kwitansi Penjualan Kas
Serbi Dagang penjualan
2013
Mei 2 483 Pendapatan Bunga 811 30.000 - - - 30.000
3 572 Toko ABC √ - - 500.000 50.000 450.000
4 457 Toko BDG √ - - 750.000 40.000 710.000
6 243 Penjualan Tunai √ - 1.500.000 - - 1.500.000
7 847 Pembelian Retur 511 35.000 - - - 35.000

65.000 1.500.000 1.250.000 90.000 2.725.000


(√) (411) (113) (413) (111)

8.6. Jurnal Pembelian & Pengeluaran Kas (Cash Disbursements Journal)

8.6.1. Pembelian

Kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang meliputi pembelian aktiva produksi, pembelian
barang dagangan dan pembelian barang dan jasa lain dalam rangka kegiatan usaha. Pembelian
dapat dilakukan secara kredit maupun tunai.

8.6.2. Jurnal Pembelian (Purchases Journal)

Buku harian ini dipergunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan secara kredit.

Contoh purchases journal sbb:

Date Vendor Invoice # Amount Inventory Other Acct


1/2/10 Staples 12458 145 145 Off Suppl
1/2/10 UVW Merch 3333 750 750
1/2/10 Con Edison 540 540 Utilities
1/2/10 Acme Suppl 2304 235 235 Store Suppl
Total 1.670 750 920

Maka jurnal pembeliannya adalah

1/02/10 Inventory 750 -


Office supplies 145 -
Store supplies 235 -
Utilities 540 -
Accounts payable - 1,670
(Pencatatan pembelian)

8.6.3. Pembayaran

Pembelian akan selalu diikuti dengan pembayaran. Suatu pembelian harus dibayar
tergantung pada syarat jual beli yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping untuk pembelian

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 97


barang dan jasa, perusahaan mungkin juga mengeluarkan uang untuk keperluan lain, misalnya
membayar pinjaman atau mengembalikan kepada pemilik.

8.6.4. Jurnal Pembayaran (cash disbursements journal)

Buku harian ini dipergunakan untuk mencatat semua pengeluaran uang yang dilakukan oleh
perusahaan, termasuk pembelian barang dagang tunai dan pembayaran hutang.

Sebagai ilustrasi, pada tanggal 3 Januari, perusahaan melakukan pembayaran menggunakan


cheque # 134 pada Con Edison sejumlah $540, perusahaan Acme Suppl melakukan pembayaran
menggunakan cheque # 135 sejumlah $235, serta pembayaran sewa property pada XYZ Properties
sejumlah $4,500 dengan menggunakan cheque #136:

Accounts
Date Payee Check # Amount Other Acct
Payable
1/3/10 Con Edison 134 540 540
1/3/10 Acme Suppl 135 235 235
1/3/10 XYZ Prop 136 4.500 4.500 rent
Total 5.275 775 4.500

Jurnal umum dengan asumsi posting harian sbb:

1/3/10 Accounts payable 775 -


Rent expense 4,500 -
Cash - 5,275
Pencatatan pembayaran kas

Pada pembayaran pada Con Edison dan ACME Supply, masuk dalam kelompok kolom
Hutang Dagang (Accounts Payable) karena tagihan mereka telah kita terima sebelumnya dan telah
dibukukan. Ketika tagihan dari Con Edison, telah dijurnal sebagai Utility expense 540 (Debit) dan
(Credit) Accounts Payable 540.
Berlawanan dengan tagihan XYZ Properties tidak tercatatkan di kolom Accounts Payable
sehingga dibukukan pada perkiraan biaya (expense) yang berhubungan.

8.7. Jurnal penjualan dan Penerimaan Kas

8.7.1. Penjualan

Pada saat perusahaan menjual barang dagangannya, maka ia akan menghasilkan


pendapatan. Jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagang yang diserahkan
merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan.

8.7.2. Jurnal Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Buku harian ini dipergunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan yang dilakukan
secara kredit. Dalam buku harian ini akan terlibat perkiraan piutang dagang dan penjualan.

Sales
Date Customer PO Amount Sales Other Acct
Tax
12/1 ABC Comp 345 1.000 910 90
12/2 DEF Comp 112 2.500 2.300 200
12/2 MNO Comp 002 4.000 3.650 350
Total 7.500 6.860 640

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 98


Jurnal dari transaksi tersebut adalah
12/02/01 Accounts Receivable 7,500 -
Sales - 6,860
Sales tax payable - 640
(To record sales)

8.7.3. Penerimaan Kas


Penjualan akan diikuti dengan penerimaan uang. Seperti halnya dengan pembelian, kapan
suatu penjualan akan diterima uangnya, tergantung pada syarat jual beli yang telah ditetapkan.
Disamping dari penjualan, perusahaan mungkin menerima uang dari sumber-sumber lain, misalnya
setoran modal dari pemilik, pinjaman dari kreditur dan lain-lain.

8.7.4. Jurnal Penerimaan Kas ( cash receipts journal )


Buku harian ini dipergunakan untuk mencatat semua penerimaan uang, termasuk penjualan
tunai dan penerimaan tagihan.

Contoh format dan soal jurnal penerimaan kas sbb:

Pada tanggal 2 Januari 2010, perusahaan menerima 3 cheque. Cheque # 1 (bernomor 3944) dari
perusahaan ABC melakukan pembayaran berjumlah $1,000. Cheque # 2 (bernomor 1213) dari
perusahaan DEF melakukan pembayaran berjumlah $2,500. Cheque # 3 (bernomor 989) dari
perusahaan GHI sebesar $500 sebagai pembayaran Uang Muka (prepayment) pesanan. Jurnal
Penerimaan Kas adalah sbb:

Accounts
Date Name / Description Check # Amount Other Acct
Receivable
1/2/10 ABC Company 3944 1,000 1,000
1/2/10 DEF Company 1213 2,500 2,500
1/2/10 GHI Company 989 500 500 UR
Total 4,000 3,500 500

Jurnal tanggal 2 Januari 2010 (asumsi posting harian pada jurnal umum) sbb:
1/2/02 Cash 4,000 -
Accounts receivable - 3,500
Unearned revenue - 500
(To record cash receipts)

Transaksi pembayaran tersebut di atas pun di posting di subsidiary ledger untuk mengkontrol jumlah
account menjadi lebih akurat.

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 99


MODUL ACARA PERKULIAHAN
DASAR-DASAR AKUNTANSI

BAB IX
NERACA LAJUR PERUSAHAAN DAGANG
.
9.1. Pendahuluan

Pada bab sebelumnya telah dibahas pengikhtisaran transaksi usaha dalam sebuah perusahaan
jasa Pembahasan tersebut meliputi suatu siklus akuntansi yang kegiatan usahanya dimulai dari awal.
Bab ini akan membahas pengikhtisaran transaksi perusahaan dagang yang dilakukan pada akhir
tahun, disertai dengan adanya saldo pada awal tahun. Untuk mengingatkan, di bawah ini disajikan
kembali kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengikhtisaan transaksi usaha
diantaranya

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 100


Pembuatan Neraca Saldo

Pembuatan Neraca Lajur dan Jurnal Penyesuaian Persediaan

Penyusunan Laporan Keuangan


Neraca Laporan R/L Lap Perubahan Modal
Pembelian
Pembuatan jurnal penutupan

Pembuatan Neraca Saldo Penutupan

Pembuatan Jurnal Balik

9.2. Neraca Lajur Untuk Perusahaan Dagang

Neraca Saldo

Neraca Lajur (Work Sheet)


1. Neraca Saldo Disesuaikan Neraca Saldo Penutup
Jurnal (Post Closing Trial
(Adjusted Trial Balance) Penutup
2. Income Statement Balance)
3. Balance Sheet

Agar memperoleh gambaran lebih jelas tentang proses Neraca lajur perusahaan dagang maka
akan diberikan berupa contoh tahapan pengerjaannya.

Neraca saldo perusahaan dagang Maju Jaya pada tanggal 31 Desember 2010 terdapat dalam
neraca lajur Gambar 8 – 1. Neraca saldo ini akan digunakan sebagai dasar pembahasan
selanjutnya.

Bagan perkiraan perusahaan dagang Maju Jaya

Nomor Perkiraan Kelompok Perkiraan


110 – 119 Aktiva Lancar
120 – 129 Investasi Jangka Panjang
130 – 139 Aktiva Tetap
210 – 219 Kewajiban Lancar
220 – 229 Kewajiban Jangka Panjang

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 101


310 – 319 Modal
410 – 419 Pendapatan
420 – 429 Harga Pokok Penjualan
510 – 519 Biaya Penjualan
520 – 529 Biaya Administrasi dan Umum

Perkiraan persediaan barang dagangan mempunyai saldo debit sebesar Rp.19.700.000. Saldo
ini merupakan persediaan barang dagangan yang ada pada awal periode, yaitu 1 Januari 2010.
Perkiraan Pembelian bersaldo debit sebesar Rp.80.000.000, sedangkan perkiraan Pembelian
retur dan pengurangan harga bersaldo kredit sebesar Rp. 2.000.000. Perkiraan pembelian
mencerminkan jumlah pembelian barang dagang dari 1 Januari 2010 sampai dengan 31
Desember 2010, sedangkan pembelian retur dan pengurangan harga merupakan pengembalian
barang dagang atau pengurangan harga yang diterima selama periode yang sama.

9.3. Jurnal Penyesuaian


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa neraca saldo sebuah perusahaan belum tentu
menyajikan saldo yang benar dan lengkap untuk semua perkiraan. Fungsi jurnal penyesuaian,
dalam hal ini, adalah untuk membuat perkiraan-perkiraan yang ada dalam perusahaan yang
mencerminkan keadaan aktiva, kewajiban, pendapatan, dan modal yang sebenarnya.

Terdapat dua jenis jurnal penyesuaian yaitu


Pertama jurnal penyesuaian yang berhubungan dengan keadaan dimana suatu transaksi
perusahaan sebetulnya telah terjadi.
Kedua berhubungan dengan keadaan dimana transaksi-transaksi telah dicatat tetapi saldo perkiraan
yang bersangkutan perlu dikoreksi oleh karena sudah tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya pada akhir periode akuntansi.

Biaya Yang Masih Harus Dibayar (Accrued Expenses)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 102


Biaya

Jurnal
Penyesuaian

Hutang

Jurnal penyesuaian yang mempengaruhi perkiraan Biaya dan Aktiva

Biaya

Jurnal
Penyesuaian

Aktiva

Pendapatan Yang Masih Harus Diterima (Accrued Revenue)

Pendapatan

Jurnal
Penyesuaian

Aktiva

Pendapatan Diterima Dimuka (Unearned Revenues)

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 103


Pendapatan

Jurnal
Penyesuaian

Hutang

Di perusahaan dagang, jurnal penyesuaian dilakukan pada akhir tahun adalah :

a. Pemakaian Biaya Dibayar Dimuka

1. Perlengkapan
Neraca perusahaan Maju Jaya pada tanggal 31 Desember 2010 memperlihatkan saldo
perkiraan Perlengkapan Toko sebesar Rp.970.000, sedangkan perkiraan Perlengkapan
Kantor menunjukkan saldo Rp.480.000. Saldo-saldo ini merupakan nilai perlengkapan yang
ada dalam persediaan awal tahun ditambah dengan pembelian yang dilakukan selama
setahun. Pada tanggal 31 Desember 2010 perusahaan Maju Jaya menghitung perlengkapan
yang ada, ternyata jumlahnya adalah Rp.550.000 untuk perlengkapan toko dan Rp.280.000
untuk perlengkapan kantor.

Selisih antara saldo perlengkapan menurut neraca saldo dengan nilai perlengkapan yang
ada menunjukkan perlengkapan yang dipakai untuk kegiatan perusahaan. Jumlah ini
dibebankan sebagai biaya. Selisih perlengkapan toko dan perlengkaan kantor adalah
Rp.420.000 (Rp.970.000-Rp.550.000) dan Rp.200.000 (Rp.480.000 –Rp.280.000).

Ayat jurnal penyesuaian dibuat untuk mencatat biaya perlengkapan yang dipakai dan
membuat perkiraan perlengkapan menunjukkan keadaan yang sebenarnya sbb:

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2010 (A)
Des 31 Biaya Perlengkapan Toko 513 420.000
Perlengkapan Toko 116 420.000

(B)
Biaya Perlengkapan Kantor 523 200.000
Perlengkapan Kantor 115 200.000

2. Asuransi Dibayar Di muka


Jurnal penyesuaian untuk premi asuransi yang telah jatuh tempo.

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 104


2010
Des 31 Biaya Asuransi – Bagian Penjualan 512 580.000 -
Biaya Asuransi – Bagian Adm. Umum 513 330.000 -
Asuransi Dibayar Di muka 117 - 910.000

3. Pemakaian Aktiva Tetap


Biaya yang disebabkan oleh pemakaian aktiva tetap dicerminkan dalam biaya
penyusutan.

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2010 (D)
Des 31 Biaya Penyusutan – Peralatan Toko 514 1.100.000 -
Akumulasi Peny.- Peralatan Toko 136 - 1.100.000

(E)
Biaya Penyusutan – Peralatan Kantor 524 490.000 -
Akumulasi Peny.- Peralatan Kantor 134 - 490.000

(F)
Biaya Penyusutan Gedung 525 1.500.000 -
Akumulasi Peny. - Gedung 132 - 1.500.000

4. Pengakuan Biaya yang Terhutang


a) Hutang Gaji
Upah dan gaji yang telah menjadi hak para pegawai tapi belum saatnya dibayar
merupakan hutang bagi perusahaan. Hutang ini beserta biaya yang berhubungan
dengannya belum dicatat, sehingga perlu dibuatkan ayat jurnal penyesuaian.

Jurnal penyesuaian

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2010 (G)
Des 31 Upah dan Gaji – Bag Penjualan 510 224.000 -
Upah dan Gaji – Bag Adm. Umum 520 72.000 -
Hutang Gaji 213 - 296.000

b) Hutang Bunga
Hutang bunga adalah hutang untuk beban bunga yang jasanya telah digunakan
tetapi saat pembayarannya belum sampai.

Jurnal Penyesuaian

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2010 (H)
Des 31 Biaya Bunga 526 105.000 -
Hutang Bunga 214 - 105.000

5. Koreksi Persediaan
Jurnal Penyesuaian

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 105


2010 (I)
Des 31 Ikhtisar Rugi-Laba 600 19.700.000 -
Persediaan Barang Dagang 114 - 19.700.000

(J)
Persediaan Barang Dagang 114 14.000.000 -
Ikhtisar Rugi-laba 600 - 14.000.000

6. Koreksi Penjualan & Pembelian Karena Syarat Jual beli


Kapan suatu pendapatan atau biaya diakui dan dicatat tergantung pada syarat jual beli
yang telah ditetapkan. Kadang-kadang terdapat perbedaan antara saat dicatatnya
pendapatan dan biaya dengan saat diakuinya pendapatan dan biaya tersebut.

Jurnal Penyesuaian

No
Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit
Bukti
2010 (K)
Des 31 Piutang Dagang- Toko... 113 500.000 -
Penjualan 410 - 500.000

7. Perhitungan Laba-Rugi
Perhitungan Laba Rugi perusahaan dagang Maju Jaya berdasarkan data dari lampiran
18-1 nampak lebih kompleks karena terdapat sub-bagian dan sub total atau disebut Multiple
Step. Bentuk lainnya adalah single step dimana semua biaya dikurangkan sebagai satu
jumlah terhadap total seluruh pendapatan.

Contoh bentuk multiple step laporan laba Rugi perusahaan dagang Maju Jaya

Tabel 18-2
Perusahaan Dagang Maju jaya
Perhitungan Laba-Rugi (Perusahaan Perseorangan)
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010

Pendapatan:
Penjualan Bruto Rp.169.736.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 106


Penjualan retur & pengurangan harga ( 2.140.000)
Potongan Penjualan ( 1.822.000)
Penjualan Bersih Rp.165.774.000

Harga Pokok Penjualan:


Persediaan barang dagang, 1 Januari 2009 Rp.19.700.000
Pembelian Rp.81.000.000
Transport Pembelian 1.000.000
Rp.82.000.000
Pembelian Retur & Pengurangan Harga( 2.000.000)
Potongan Pembelian ( 1.525.000)
Pembelian Bersih Rp.78.475.000
Persediaan Tersedia dijual Rp.98.175.000
Persediaan Barang Dagang 31 Desember 2010 ( 15.000.000)
Harga Pokok Penjualan Rp.83.175.000(-)

Laba Bruto Rp.82.599.000

Biaya Usaha:
Biaya penjualan:
Upah dan Gaji Rp.20.044.000
Biaya Iklan & Promosi 27.000.000
Listrik, Air, Telepon 1.225.000
Peny. Peralatan Toko 1.100.000
Biaya Asuransi 580.000
Biaya Perlengkapan Toko 420.000
Biaya Serba-serbi 127.000
Total Biaya Penjualan Rp.50.496.000

Biaya Adm & Umum:


Upah dan Gaji Rp. 6.032.000
Biaya Pemeliharaan Gedung 4.200.000
Biaya Penyusutan Gedung 1.500.000
Biaya Listrik, Air, Telepon 610.000
Peny. Peralatan Kantor 490.000
Biaya Asuransi 330.000
Biaya Perlengkapan Toko 200.000
Biaya Serba-serbi 57.000
Total Biaya Adm. & Umum Rp.13.419.000(+)
Total Biaya usaha Rp.63.915.000 (-)
Laba Usaha Rp.18.684.000

Pendapatan dan Biaya lain-lain :


Pendapatan lain-lain:
Pendapatan sewa Rp. 1.200.000

Biaya lain-lain:
Biaya Bunga ( 9.105.000)
Kerugian Penjualan Aktiva Tetap ( 212.000)
Total Pendapatan dan Biaya Lain-lain Neto ( 8.117.000)

LABA BERSIH Rp. 10.567.000

Perhitungan harga pokok barang yang dijual

Uraian Kuantitas HPP Unit Harga Pokok

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 107


Persediaan Barang Dagang 1 Jan 2009 500 Rp.1.000 Rp.500.000
Pembelian 1.000 Rp.1.000 1.000.000
Persediaan Tersedia Dijual 1.500 Rp.1.000 Rp.1.500.000
Persediaan Barang Dagang 31 Jan 2009 600 Rp.1.000 600.000

Harga Pokok Penjualan 900 Rp.1.000 Rp.900.000

8. Neraca

Tabel 18-3
Perusahaan Dagang Maju Jaya (Perusahaan Perseorangan)
Neraca
31 Desember 2010

AKTIVA KEWAJIBAN DAN MODAL


Aktiva Lancar: Kewajiban Lancar:
Kas Rp. 18.590.000 Wesel Bayar Rp. 1.500.000
Surat-surat Berharga 4.000.000 Hutang Dagang 8.420.000
Wesel Tagih 2.000.000 Hutang Bank 50.000.000
Piutang Dagang 2.379.000 Hutang Gaji 296.000
Persd. Barang Dagang 15.000.000 Hutang Bunga 105.000
Perlengkapan Kantor 280.000
Perlengkapan Toko 550.000
Asuransi Dibayar Dimuka 650.000
Total Aktiva Lancar Rp. 43.449.000 Total Kewajiban Lancar Rp. 60.321.000
Investasi Jangka Panjang Rp. 20.000.000 Kewajiban Jangka Panjang 100.000.000
Aktiva Tetap: Total Kewajiban Rp.160.321.000
Tanah Rp. 20.000.000 Modal:
Gedung 130.000.000 Modal Tuan Budi Rp. 51.808.000
Peralatan Kantor 2.450.000
Peralatan Toko 5.500.000
Rp.157.950.000
Akum. Penyusutan ( 9.270.000)
Total Aktiva Tetap (Net) Rp.148.680.000
Total Aktiva Rp.212.129.000 Total Kewajiban dan Modal Rp.212.129.000

Tabel 18-4
Perusahaan Dagang Maju Jaya
Daftar Piutang Dagang
31 Desember 2010

Nama Debitur Saldo


Toko A Rp.1.060.000
Toko B 250.000
Toko C 475.000
Toko D 175.000
Toko E 249.000
Tuan A 45.000
Tuan B 75.000
Tuan C 50.000

Rp.2.379.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 108


Tabel 18-5
Perusahaan Dagang Maju Jaya
Daftar Hutang Dagang
31 Desember 2010

Nama Kreditur Saldo

PT. Waktu Rp.4.450.000


PT. Wahana 1.750.000
PT. Sembada 2.075.000
Toko Harapan 145.000

Rp.8.420.000

9. Laporan Perubahan Modal


Tabel 18-6
Perusahaan Dagang Maju Jaya (Perusahaan Perseorangan)
Laporan Perubahan Modal
Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010

Nama Kreditur Saldo

Modal Tuan Basuki, awal tahun Rp.48.741.000


Laba bersih 10.567.000
Prive ( 7.500.000)

Modal Tuan Basuki, akhir tahun Rp.51.808.000

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 109


Daftar Pustaka
1. Abdullah Shahab, Accounting Principle 1, Penerbit SAS Bandung, edisi 7.
2. Al Haryono Yusuf. Dasar-Dasar Akuntansi 1, Edisi 4, STIE YKPN, Yogyakarta, 1992
3. Dharma Tintri Ediraras S, Akuntansi 1, Gunadarma, Jakarta, 1991
4. Evanston, Illinois: American Accounting Association, A statement of Basic Accounting
Theory;1966, p. 1.
5. Jeffry R. Haber.,Ph.D.,CPA, Accounting Demystified, 2004, Amacom (American Management
Association)
6. Joel J. Lerner.,MS.,Ph.D, Bookkeeping and Accounting, 2004, Mc graw Hil Comp, Inc.
7. Jerry J.Weygandt, Paul D. Kimmel, Donald E. Kieso, Accounting Principle 9ed.
8. Kieso, Weygandt, Warfield, Intermediate Accounting Vol.1 IFRS Ed 2011,John Wiley &
Sons,Inc
9. Larry M. Walther & Christopler J, Skousen, Basics of Accounting and Information Processing, the
Accounting Cycle, WWW.Book Boon.com
10. Larry M. Walther & Christopler J, Skousen, The Accounting Cycle, WWW.Book Boon.com. 2009.
11. Slamet Sugiri, Pengantar Akuntansi 1, Edisi 6, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001
12. Slamet Sugiri, Pengantar Akuntansi 2, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1993
13. Simangunsong,MP., Pelajaran Dasar Akuntansi Dua, Cetakan ke 9, Karya Utama, Jakarta,
1994
14. Smith, Keith, and Stephens, Accounting Principles, Mc Graw-Hill Book Company, 1983
15. Sumarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, ed2, LPFEUI, 2006
16. Walter.B.Meigs and Robert F. Meigs, Accounting : The Basis For Business Decisions, Edisi
7, Mc Graw-Hill Book Company, 1987
17. Sumber –sumber lainnya

Hendry Adam | Dasar Akuntansi 110

Anda mungkin juga menyukai