Anda di halaman 1dari 28

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA KAPAL IKAN ASING (KIA)

DAN KAPAL IKAN INDONESIA (KII) DI WILAYAH KERJA


PSDKP BITUNG

SKRIPSI

Oleh :

MUH. ILHAM
1622080447

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020

1
ii
iv
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juni 2020


Yang menyatakan,

Muh. Ilham

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karuani-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Identifikasi Tindak Pidana Illegal Fishing Di Wilayah Kerja

Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan (PSDKP) Bitung

Sulawesi Utara”. Penulisan Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Diploma-4 di Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan,

Program Studi Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Politeknik Pertanian Negeri

Pangkajene dan Kepulauan. Salam dan shalawat tak lupa penulis panjatkan

kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun khasanah bagi umat manusia.

Alhamdulillah setelah menjalani proses pembelajaran yang tidak singkat di

Program Studi Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Politeknik Pertanian Negeri

Pangkajene dan Kepulauan, akhirnya penulis telah menyelesaikan skripsi yang

merupakan studi akhir. Dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari

keterbatasan dan berbagai hambatan. Namun berkat bantuan, bimbingan, dan

kerjasama dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, ibunda tersayang Malong yang terlah memberikan dukungan

baik moril maupun materil serta doa yang tiada hentinya kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Pangkajene dan Kepulauan.

v
3. Bapak Syamsul Marlin Amir, ST., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknologi

Penangkapan Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

dan juga selaku pembimbing II

4. Ibu Sitti Muslimah Bachrum, S.Pi., M.P. selaku Ketua Program Studi

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene

dan Kepulauan dan juga selaku pembimbing I

5. Ir. Syamsul Hadi, M.Si Selaku penguji I dan Lendri, S.St.Pi.,M.Si selaku

penguji II yang telah memberikan saran, kritik dan arahan untuk

menyempurnakan penulisan skripsi ini.

6. Abdul Quddus,S.St.Pi, Agung Tri Wibowo, S.St.Pi.,M.Pi, Dan Edi Purnomo,

S.St.Pi.,M.Si, Selaku Pembimbing Lapangan

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan, terkhusus

kepada seluruh dosen Program Studi Pengelolaan Pelabuhan Perikanan yang

telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis

mengikuti pendidikan di Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan.

8. Seluruh staf pegawai Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan atas segala

arahan, dan bantuan yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan

terkhusus kepada staf Program Studi Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Kak

Sabir atas segala bantuannya.

9. Sahabat seperjuangan saya di kampus beserta rekan-rekan mahasiswa

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep khususnya Program Studi Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan angkatan ke-I yang telah banyak memberi semangat,

motivasi dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena itu penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan pada skripsi

ini. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi kontribusi yang besar

untuk semua pihak.

Pangkep, Juni 2020


Yang menyatakan,

Muh. Ilham

vii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL................................................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xii

ABSTRAK......................................................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
BAB Il. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tindak Pidana ........................................................................ 6
2.2 Pengertian Illegal Fishing ........................................................................ 6
2.3 Faktor-Faktor Penyebab terjadinya Illegal Fishing di Indonesia .. 7
2.4 Perkembangan Illegal Fishing................................................................. 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 9
3.2 Metode Penelitian ...................................................................................... 9
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 10
3.2 Analisis Data ............................................................................................. 10

viii
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Sulawesi Utara .............................................................. 12
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Jenis-jenis kasus Illegal fishing yang terjadi di PSDKP ............ 15
5.2 Jumlah kasus illegal fishing yang terjadi di PSDKP .................. 31
5.3 Kasus Illegal Fising Yang Terjadi Di Wilayah Kerja PSDKP
Bitung.................................................................................................................
......... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ................................................................................. 36
6.2 Saran .......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38
LAMPIRAN ...................................................................................................... 47

ix
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 5.1 Data hasil operasi kapal pengawas KKP tahun 2012 – 2016 ................ 13
Tabel 5.2 Data penanganan tindak pidana perikanan PSDKP Bitung ................... 15
Tabel 5.3 Penanganan Tindak Pidana Perikanan TNI-AL dan Polair ................... 17
Tabel 5.4 Data modus tindak pidana perikanan di perairan Sulawesi Utara........ 20
Tabel 5.5 Penanganan tindak pidana perikanan tahun 2018 .................................... 22
Tabel 5.6 Kapal yang di Musnakan secara dibakar/tenggelamkan di wilayah
Pangkalan PSDKP Bitung……………………………………..……... 27
Tabel. 5.7. Data Tindak Pidana Perikanan yang di tangani oleh PPNS……….. 28

x
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 9


Gambar 4.1 Peta Provinsi Sulawesi utara ....................................................................... 12
Gambar 5.2 Tabel Tindak Pidana Perikanan Pangkalan PSDKP Bitung ................ 17
Gambar 5.3 Peta sebaran kapal pelaku Ilegal Fishing di perairan Sulawesi Utara..21

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1 Jumlah responden ....................................................................................... 35
Lampiran 2 Rekapitulasi Data Tindak Pidana PSDK Bitung
Tahun 2018................................................................................................. 35
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Kapal Dilakukan Penenggelaman
Di Pangkalan PSDKP Bitung Tahun 2018 ......................................... 38
Lampiran 4 Penenggelaman, pemusnahan dan pemotongan barang bukti .......... 43

xii
ABSTRAK

Muh. Ilham. 1622080447. Perbandingan Tindak Pidana Kapal Ikan Asing (KIA)
dan Kapal Ikan Indonesia (KII) di Wilayah Kerja PSDKP Bitung. Dibimbing oleh
Sitti Muslimah Bachrum dan Syamsul Marlin Amir.
Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh
nelayan tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan
bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek dalam pemanfaatan
sumber daya perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran hukum.
Penelitian ini bertujuan: 1) untuk menganalisa jenis-jenis kasus Illegal
fishing, dan 2) untuk menganalisa jumlah illegal fishing di wilayah Kerja PSDKP
Bitung, Sulawesi Utara. Metode pengambilan data yang digunakan yakni: 1) data
primer melalui wawancara pengawas PSDKP Bitung dan 2) data sekunder melalui
studi literatur. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif.
Berdasarkan penelitian penulis menarik suatu kesimpulan bahwa dalam
kurung waktu 2018 sampai Juni 2020 kasus ilegal fishing semakin menigkat.
Sedangkan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelanggaran yang di lakukan
oleh KII semakin menurun, sedangkan pelanggaran KIA semakin meningkat. Hal
ini disebabkan karna, Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum dalam hal
menangani para pelaku ilegal fishing yang dilakukan oleh KIA .dan pelanggaran
KII semakin menurun dikarnakan adanya operasi mendadak dari pusat untuk
memberikan efek jera terhadap oknum pelaku pelanggaran, baik yang dilakukan
KII maupun KIA.

Kata Kunci: Tindak Pidana, Ilegal Fishing, PSDKP Bitung

xiii
ABSTRACT

Muh. Ilham. 1622080447. Comparison of the Crime of Foreign Fishing Vessels (KIA) and
Indonesian Fishing Vessels (KII) in the Bitung PSDKP Work Area. Supervised by Sitti
Muslimah Bachrum and Syamsul Marlin Amir.
Illegal fishing is a fishing activity carried out by irresponsible fishermen and is against the
code of responsible fishing. Illegal fishing includes malpractice activities in the use of fishery
resources which are illegal activities.
This study aims: 1) to analyze the types ofcases illegal fishing, and 2) to analyze the
number of illegal fishing in the Bitung PSDKP Working Area, North Sulawesi. The data
collection methods used were: 1) primary data through interviews of Bitung PSDKP
supervisors and 2) secondary data through literature studies. While the analysis method used
is descriptive qualitative.
Based on the research, the writer draws a conclusion that in the period 2018 to June
2020 cases of illegal fishing have increased. Meanwhile, the results of the research show that
the violations committed by KII are decreasing, while the KIA violations are increasing. This
is due to weak supervision and law enforcement in dealing with illegal fishing perpetrators by
KIA, and KII violations are decreasing due to sudden operations from the center to provide a
deterrent effect on perpetrators of violations, both by KII and KIA.

Keywords: Crime, Illegal Fishing, PSDKP Bitung

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut dan memiliki

kepulauan terbesar di dunia yang mana memiliki garis pantai sepanjang

81.000km², yang memiliki 17.504 pulau. Berdasarkan hukum internasional yang

mengatur tentang kedaulatan negara atas wilayah laut konvensi hukum laut 1982,

Indonesia memiliki kedaulatan penuh atas wilayah perairan kepulauan seluas 2,8

juta km², Laut teritorial seluas 0,3 juta km², dan luas 3,0 juta km² hak Indonesia

untuk pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan pada wilayah Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia (Sodik, 2016).

Sejak adanya Deklarasi Djoeanda (1957) di latar belakangi oleh Indonesia

memiliki prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State) pada saat itu sehingga

Negara telah memberikan dasar atas konsepsi Indonesia sebagai negara kelautan yang

besar dan berdaulat. Bahkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Hukum

Laut Tahun 1982 yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea 1982,

menempatkan Indonesia memiliki hak berdaulat (sovereign rights) untuk melakukan

pemanfaatan, konservasi, dan pengelolaan sumber daya ikan di Zona Ekonomi

Eksklusif (ZEE) Indonesia dan memiliki kewenangan hukum dan membuat peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Mahmudah, 2015).

Penegakan hukum merupakan salah satu syarat untuk mengantar Indonesia

sebagai poros maritim dunia. Penegakan hukum ini masih menjadi pekerjaan rumah

1
yang berat bagi pemerintah. Wilayah perairan Indonesia yang mencapai 72,5%

memberi tantangan besar bagi TNI AL, Polisi Air, dan Instansi terkait untuk

memastikan keamanan dan perlindungan terhadap yurisdiksi Indonesia. Praktik

penangkapan ikan secara ilegal (Illegal Fishing) merupakan satu dari sekian

pelanggaran yang paling masif dilakukan di wilayah perairan Indonesia. Penangkapan

ikan secara ilegal (Illegal fishing) dilakukan oleh kapal ikan asing yang secara ilegal

masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia, dan melakukan penangkapan ikan tanpa

mengantongi izin dari pemerintah. Praktik ini jelas telah sangat merugikan negara

setiap tahunnya, bahkan menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

mencapai Rp 240 triliun. Tidak hanya itu, praktik illegal fishing juga menyebabkan

kerugian lainnya, yakni kerusakan ekosistem laut. Pusat Penelitian Oseanografi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap data, di mana hanya 5,3%

terumbu karang Indonesia yang tergolong sangat baik, sementara 27,18% nya

digolongkan dalam kondisi baik, 37,25% dalam kondisi cukup, dan 30,45% berada

dalam kondisi buruk. Kerusakan terumbu karang ini sebagian besar disebabkan oleh

praktik illegal fishing yang menggunakan bahan beracun dan alat tangkap terlarang.

Hal ini menimbulkan masalah serius, karena terumbu karang adalah rumah bagi ikan,

dan jika kita berlogika secara sederhana saja, kerusakan terumbu karang artinya

kerusakan terhadap kehidupan ikan itu sendiri. Tentu hal tersebut berdampak bagi

sekitar 2,2 juta nelayan di seluruh Indonesia, yang dapat dipastikan akan kehilangan

mata pencahariannya. Dapat dilihat bahwa praktik illegal fishing, yang oleh

masyarakat internasional telah diklasifikasikan sebagai kejahatan transnasional dan

terorganisasi (transnational

2
and organized crime), dipastikan akan menciptakan sederetan masalah jika

kondisi buruk ini tidak segera diselesaikan. (Mahmudah, 2015).

Jika kita menelaah lebih lanjut mengenai unsur dari IUU Fishing itu sendiri,

berdasarkan International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate IUU

Fishing (IPOA-IUU Fishing) tahun 2001, yang dimaksud kegiatan perikanan yang

dianggap melakukan illegal fishing adalah:

1. kegiatan perikanan oleh orang atau kapal asing di perairan yang menjadi

yurisdiksi suatu negara, tanpa izin dari negara tersebut, atau bertentangan

dengan hukum dan peraturan perundang-undangan.

2. kegiatan perikanan yang dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera

suatu negara yang menjadi anggota dari satu organisasi pengelolaan

perikanan regional, akan tetapi dilakukan melalui cara yang bertentangan

dengan pengaturan mengenai pengelolaan dan konservasi sumber daya

yang diadopsi oleh organisasi tersebut, dimana ketentuan tersebut

mengikat bagi negara-negara yang menjadi anggotanya, ataupun

bertentangan dengan hukum internasional lainnya yang relevan.

3. kegiatan perikanan yang bertentangan dengan hukum nasional atau

kewajiban internasional, termasuk juga kewajiban negaranegara anggota

organisasi pengelolaan perikanan regional terhadap organisasi tersebut

4. kegiatan penangkapan ikan yang melanggar hukum yang paling umum

terjadi di Wilayah Penangkapan Perikanan Negara Republik Indonesia

adalah pencurian ikan oleh kapal penangkap ikan berbendera asing,

khususnya dari beberapa negara tetangga.

3
Sedangkan yang dimaksud kegiatan perikanan yang dianggap melakukan

Unreported Fishing adalah:

1. kegiatan perikanan yang tidak dilaporkan atau dilaporkan secara tidak

benar, kepada otoritas nasional yang berwenang, yang bertentangan dengan

hukum dan peraturan perundangundangan.

2. kegiatan perikanan yang dilakukan di area kompetensi Regional Fisheries

Management Organization (RFMO) yang belum dilaporkan atau dilaporkan

secara tidak benar, yang bertentangan dengan prosedur pelaporan dari

organisasi tersebut

Sementara yang dimaksud kegiatan perikanan yang dianggap melakukan

Unregulated Fishing adalah :

1. kegiatan perikanan yang dilakukan di area kompetensi RFMO yang relevan

yang dilakukan oleh kapal tanpa kebangsaan, atau oleh kapal yang

mengibarkan bendera suatu negara yang tidak menjadi anggota dari

organisasi tersebut, atau oleh perusahaan perikanan, yang dilakukan melalui

cara yang bertentangan dengan pengaturan konservasi dan pengelolaan

organisasi tersebut.

2. kegiatan perikanan yang dilakukan di wilayah perairan atau untuk sediaan ikan

dimana belum ada pengaturan konservasi dan pengelolaan yang dapat

diterapkan, yang dilakukan melalui cara yang bertentangan dengan tanggung

jawab negara untuk melakukan konservasi dan pengelolaan sumber daya

alam hayati laut sesuai dengan ketentuan hukum internasional.

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan Perikanan terdapat 14 (empat

belas) zona fishing ground di dunia, saat ini hanya 2 (dua) zona yang masih

4
potensial, dan salah satunya adalah di Perairan Indonesia. Zona di Indonesia yang

sangat potensial dan rawan terjadinya IUU Fishing adalah Laut Malaka, Laut

Jawa, Laut Arafuru, Laut Timor, Laut Banda dan Perairan sekitar Maluku dan

Papua. Dengan melihat kondisi seperti ini IUU Fishing dapat melemahkan

pengelolaan sumber daya perikanan di Perairan Indonesia dan menyebabkan

beberapa sumber daya perikanan di beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan

(WPP) Indonesia mengalami over fishing.

Penangkapan ikan secara ilegal yang terjadi di Indonesia telah

mengakibatkan kerugian negara yang besar, baik secara ekonomi maupun sosial,

ekosistem sumber daya perikanan, serta mengancam tercapainya tujuan

pengelolaan perikanan. Pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal

memerlukan upaya penegakan hukum luar biasa yang mengintegrasikan kekuatan

antar lembaga pemerintahan terkait strategi yang tepat, memanfaatkan teknologi

terkini agar dapat berjalan efektif dan efisien, mampu menimbulkan efek jera,

serta mampu mengembalikan kerugian negara.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan memiliki serangkaian

payung hukum terkait penegakan hukum terhadap tindakan illegal fishing, salah

satunya adalah dimungkinkannya dilakukan penenggelaman kapal yang terbukti

melakukan penangkapan ikan tanpa izin. Sayangnya sudah 5 (lima) tahun sejak

keberlakuan regulasi ini, belum pernah dimaksimalkan oleh pemerintah dalam

rangka penegakkan hukum di wilayah perairannya. Beberapa kendala yang

dihadapi adalah kurangnya koordinasi dari instansi-instansi yang memiliki

kewenangannya masing-masing, misalnya TNI AL, Polisi Air, Kapal Pengawas

5
Perikanan (dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan), sampai Kesatuan

Penjaga Laut dan Pantai (dibawah Kementerian Perhubungan), yang

menggunakan prinsip multi agency multi task. (DPR RI, 2009)

Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan melaksanakan tugas dan tanggung

jawab, melakukan pengawasan terhadap para pelaku usaha perikanan yang wajib

melaksanakan usahanya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di bidang

perikanan di wilayah Indonesia, dimana setiap kapal perikanan diwajibkan untuk

melaporkan keberangkatan maupun kedatangan kapal perikanan kepada Pengawas

Perikanan yang ada.

Tugas dan fungsi kapal pengawas perikanan menurut Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, menyebutkan pada

Pasal 69 ayat (1) bahwa kapal pengawasan perikanan berfungsi melaksanakan

pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan dalam wilayah pengelolaan

perikanan negara Republik Indonesia, ayat (2) menyatakan kapal pengawas perikanan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilengkapi dengan senjata api, ayat (3)

menyatakan kapal pengawas dapat menghentikan, memeriksa, membawa, dan

menahan kapal yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran di wilayah

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ke pelabuhan terdekat untuk

memprosesan lebih lanjut, dan pada ayat (4) dalam melaksanakan fungsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan

tindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang

berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Melakukan tindak pidana

perikanan merupakan aksi

6
Negara dalam memberatas kegiatan perikanan illegal dan disamping itu juga

untuk memberikan efek jera dan menjaga kedaulatan Negara (DPR RI, 2009).

Tindakan illegal fishing yang tidak hanya menimbulkan kerugian bagi

negara, tetapi juga mengancam kepentingan nelayan dan pembudi daya-ikan,

iklim industri, dan usaha perikanan nasional. Permasalahan tersebut harus

diselesaikan dengan sungguh-sungguh, sehingga penegakan hukum di bidang

perikanan menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka menunjang

pembangunan perikanan secara terkendali dan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah:

1. Apa saja jenis-jenis kasus Illegal fishing yang terjadi di wilayah Kerja

PSDKP Bitung, Sulawesi Utara ?.

2. Bagaimna perbandingan kasus illegal fishing oleh Kapal IKan asing (KIA)

dengan Kapal IKan Indonesia (KII) yang terjadi di wilayah Kerja PSDKP

Bitung, Sulawesi Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan dari

penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisa jenis-jenis kasus Illegal fishing yang terjadi di wilayah

Kerja PSDKP Bitung, Sulawesi Utara.

2. Untuk menganalisis perbandingan kasus illegal fishing oleh Kapal IKan

asing (KIA) dengan Kapal Ikan Indonesia (KII) yang terjadi di wilayah

Kerja PSDKP Bitung, Sulawesi Utara

7
1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka manfaat dari

penelitian ini yaitu:

1. Sebagai informasi jenis dan perbandingan kasus Illegal Fishing oleh KIA

dan KII di wilayah Kerja PSDKP Bitung, Sulawesi Utara

2. Untuk memperluas wawasan bagi para pembaca mengenai tindak pidana

Illegal Fishing di wilayah Kerja PSDKP Bitung, Sulawesi Utara

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana adalah perbuatan melakukan dan tidak melakukan sesuatu

yang oleh yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan

yang dilarang yang bersifat melawan hukum atau bertentangan dengan kesadaran

hukum masyarakat sehingga dapat diancam pidana (Abdussalam, 2012)

Sedangkan menurut Prodjodikoro (2016), Tindak Pidana adalah suatu

perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana, dan pelaku ini dapat

dikatakan merupakan “subjek” tindak pidana.

Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan

diancam dengan pidana, dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang

bersifat aktif (melakukan suatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga

perbuatan yang bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan

oleh hukum). (Huda, 2009).

2.2 Pengertian Illegal Fishing

Berdasarkan pasal-pasal yang tertuang dalam United Nations Convention on the

Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982) yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas IUU

Fishing (Nikijuluw, 2008 dalam Rahmayanti dkk, 2017) meliputi: 1) Illegal fishing

yaitu kegiatan penangkapan ikan secara ilegal di perairan wilayah atau Zona Ekonomi

Eksklusif suatu negara atau tidak memiliki izin dari negara tersebut; 2) Unregulated

fishing yaitu kegiatan penangkapan di perairan wilayah

9
atau Zona Ekonomi Eksklusif suatu negara dengan tidak mematuhi aturan yang

berlaku di negara tersebut; dan 3) Unreported fishing yaitu kegiatan penangkapan

ikan di perairan wilayah atau Zona Ekonomi Eksklusif suatu negara dengan tidak

melaporkan aktivitas operasionalnya maupun data kapal dan hasil tangkapannya.

Praktik terbesar dalam IUU Fishing pada dasarnya adalah penangkapan ikan oleh

negara lain tanpa izin dari negara yang bersangkutan.

Dalam peraturan perundang-undangan tentang kelautan, terutama

menyangkut bidang perikanan, kategori tindak pidana dibedakan menjadi

“kejahatan” dan “pelanggaran”. Namun, baik dalam tindak kejahatan maupun

tindak pelanggaran terdapat istilah illegal fishing. Istilah ini terdapat dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, tetapi tidak diberikan

definisi ataupun penjelasan lebih lanjut tentang apa itu illegal fishing. (DPR RI,

2004; DPR RI, 2009).

Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh

nelayan tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan

bertanggung jawab Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek dalam

pemanfaatan sumber daya perikanan yang merupakan kegiatan pelanggaran

hukum. Tindakan illegal fishing umumnya bersifat merugikan bagi sumber daya

perairan yang ada (Mahmuda, 2015)

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Illegal Fishing

Muhamad (2012) mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya illegal fishing di perairan Indonesia tidak terlepas dari lingkungan strategis

global terutama kondisi perikanan di negara lain yang memiliki perbatasan

10
laut, dan sistem pengelolaan perikanan di Indonesia itu sendiri, faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya illegal fishing di perairan Indonesia antara lain adalah:

1. Terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan

2. Terbatasnya dana untuk operasional pengawasan untuk melakukan

operasi dilapangan

3. Terbatasnya tenaga Sumberdaya Manusia untuk penanganan di bidang

perikanan baik polisi maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

untuk menangani kasus di perikanan.

4. Masih terbatasnya kemampuan nelayan Indonesia dalam memanfaatkan

Potensi perikanan di perairan Indonesia terutama ZEE sehingga sampai

saat ini komposisi armada perikanan tangkap masih didominasi oleh

armada berskala kecil yang merupakan armada perahu tanpa motor,

sangat lemah dan tertinggal jauh dari nelayan asing yang menggunakan

kapal-kapal besar dengan daya tangkap dalam jumlah besar

5. Kebutuhan sumber bahan baku ikan di negara pelaku illegal fishing

sudah menipis diakibatkan oleh over fishing dan praktik industrialisasi

kapal penangkapnya sehingga daya tumbuh ikan tidak sebanding dengan

jumlah yang ditangkap dan sebagai akibatnya, mereka melakukan

ekspansi hingga ke wilayah Indonesia.

6. Kemampuan dan kecepatan kapal ikan asing lebih canggih dari pada

Armada kapal patroli pengawasan di laut Indonesia yang merupakan salah

satu faktor penyebab maraknya kasus illegal fishing, padahal Indonesia

11
memiliki banyak peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

perikanan dan kelautan.

2.4 Perkembangan Illegal Fishing

Tindakan illegal fishing belum menjadi isu trans-nasional yang

diformulasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun secara de facto.

isu ini telah menjadi perhatian organisasi-organisasi dunia dan regional sebagai

salah satu kejahatan terorganisiasi yang merugikan negara dan mengancam

keberlangsungan sumber daya perikanan. (Ibid, 2003).

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2020 di

Kantor Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung, Sulawesi Utara.

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian


Sumber : BAPPEDA Kota Bitung, 2016
3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilaksanakan dengan

metode survei dan analisis isi mengikuti suatu proses tertentu dengan tahapan

pelaksanaan penelitian dilakukan mengikuti tahapan analisis dan disajikan secara

deskriptif.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti:

1. Wawancara dengan melakukan interaksi komunikasi atau percakapan

antara pewawancara yang disebut interviewer dengan maksud

13
menghimpun informasi dari terwawancara (interviewer). Tanya jawab

dengan maksud lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, pada

penelitian ini menggunakan teknik wawancara terpimpin yaitu tanya

jawab kepada BAKAMLA, TNI AL dan POLRI terkait pelaksanaan

kegiatan pengawasan khususnya pada daerah perbatasan perairan laut

Sulawesi Utara.

2. Studi literatur dengan data yang diperoleh yaitu berupa data dokumen-

dokumen yang diperoleh dari instansi yang terkait dalam penelitian ini

yang merupakan data sekunder, baik instansi pusat yang ada di Kota

Bitung maupun Provinsi Sulawesi Utara. Data yang diperoleh terkait data

tindak pidana illegal fishing.

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh atau data yang berhasil dikumpulkan selama proses

penelitian dalam bentuk data primer maupun data sekunder dianalisis secara

kualitatif kemudian disajikan secara deskriiptif yaitu menggambarkan,

menguraikan, dan menjelaskan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitanya

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

14

Anda mungkin juga menyukai