OLEH MULYATI GUSASI, S.Pi, IKAN Itu apa??? Ikan merupakan makhluk hidup yang memiliki protein tinggi, yang sangat baik bagi kita semua dan relatif murah harganya.
Ikan merupakan komoditas yang mudah dan
cepat membusuk, sehingga ikan memerlukan penanganan yang cepat dan cermat dalam upaya mempertahankan mutunya sejak ikan diangkat dari air. Untuk itu perlu adanya pengawetan yang dapat menjaga kualitas mutu ikan. Ikan memiliki sumber protein yang merupakan bagian utama dari susunan (komposisi) tubuh kita. Kesegaran ikan dapat dipertahankan dengan cara pendinginan. Cara memperlakukan ikan yang sudah ditangkap, sangat mempengaruhi Ikan yang dari semula kecepatan pembusukan diperlakukan dengan tidak baik ikan tersebut. akan menghasilkan ikan bermutu tidak baik pula. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan MUTU IKAN Mutu ikan berkaitan dengan tingkat kesegaran. Kesegaran adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang jelek dan ikan yang baik kualitasnya. Ikan dikategorikan masih segar jika perubahan- perubahan biokimiawi, mikrobiologi, dan fisikawi yang terjadi Berdasarkan belum menyebabkan kesegarannya, ikan dapat kerusakan berat menjadi digolongkan pada ikan.empat kelas mutu, yaitu ikan yang kesegarannya masih baik sekali (prima), ikan yang kesegarannya masih baik (advance), ikan yang kesegarannya sudah mulai mundur IKAN SEGAR ADALAH : 1. Ikan yang baru saja ditangkap dan belum mengalami proses pengawetan maupun pengolahan lebih lanjut. 2. Ikan yang belum mengalami perubahan fisik maupun kimiawi atau yang masih mempunyai sifat sama seperti ketika ditangkap. Berdasarkan kesegarannya, ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu : 1. Ikan yang tingkat kesegarannya sangat baik sekali (prime ), 2. ikan yang kesegarannya baik (advanced ) 3. Ikan yang kesegarannya mundur (sedang) CIRI-CIRI IKAN SEGAR DAN IKAN BUSUK: Kemunduran Mutu Ikan Segar Setelah ikan ditangkap dan mati maka dalam tubuh ikan berlangsung proses ke arah pembusukan. Ikan hasil tangkapan mudah sekali mengalami kerusakan, terutama di daerah tropis, di mana suhu dan kelembaban sangat memungkinkan terjadinya proses pembusukan. Proses penurunan mutu (deteriorasi) yang terjadi pada tubuh ikan yaitu sebagai berikut : 1. Proses Rigor Mortis, 2. Proses Perubahan Karena Aktivitas Enzim (Autolisis), 3. Proses Perubahan Karena Oksidasi (Kimiawi), dan 4. Proses Perubahan Karena Aktivitas 1. Proses Rigor Mortis Waktu ikan mati, senyawa organik didalam jaringan dipecah oleh enzim yang masih tetap aktif sejak ikan masih hidup. Mulanya glikogen akan terhidrolisa menghasilkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan penurunan pH, hal ini selanjutnya merangsang enzim untuk menghidrolisa fosfat organik. Fosfat yang mula-mula terurai ialah creatine phosphate membentuk creatine dan asam fosfat, proses ini diikuti oleh adenosin trifosfat (ATP) menjadi adenosin difosfat (ADP) dan asam fosfat.
Memperlambat terjadinya proses rigor mortis, perlu diusahakan agar
kandungan ATP dan glikogen dalam tubuh ikan tetap tinggi, yaitu dengan penambahan yang baik dan benar pada saat maupun setelah penangkapan ikan, misalnya melalui proses pengawetan atau pengolahan. 1.Proses Rigor Mortis Mengejangnya tubuh ikan setelah mati (rigor = kaku; \
mortis = mati; rigor mortis keadaan kaku setelah mati).
Hal ini disebabkan karena otot-otot yang berkontraksi akibat reaksi-reaksi kimia yang dipengaruhi oleh enzim. 2.Proses Perubahan Karena Aktivitas Enzim (Autolisis) Autolisis adalah proses penguraian organ-organ tubuh ikan oleh enzimenzim yang terdapat dalam tibuh ikan sendiri. Proses ini terjadi setelah ikan melewai fase rigor mortis (Afriyantono dan Liviawaty, 1989). Penurunan pH saat fase rigor mortis menyebabkan enzim-enzim dalam jaringan ikan yang aktivitasnya berlangsung pada pH rendah menjadi aktif yakni enzim katepsin. Enzim katepsin berfungsi menguraikan protein menjadi senyawa yang lebih sederhana, merombak struktur jaringan protein otot menjadi lebih longgar sehingga rentan sehingga rentan terhadap serangan bakteri. Fase ini merupakan fase transisi antara segar dan busuk, namun ikan dalam fase ini seringkali masih dianggap cukup segar dan layak untuk dikonsumsi. Selama aktivitas enzim masih berlangsung ikan masih tergolong segar. 2.Proses Perubahan Karena Aktivitas Enzim (Autolisis) Melemasnya kembali tubuh ikan setelah mengalami rigor. Daging menjadi lembek karena kegiatan enzim meningkat. Penguraian daging ikan oleh enzim menghasilkan bahan yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri sudah mulai merusak ikan dengan mengurangi protein daging. 3.Proses Perubahan karena oksidasi (Kimiawi) Proses penurunan mutu ikan secara kimiawi disebabkan karena proses oksidasi lemak pada ikan yang mengakibatkan bau tengik dan rasa, sehingga gejala ini dinamakan ketengikan. Disamping itu rupa ikan dan dagingnya berubah ke arah coklat kusam. Proses oksidasi terjadi hampir bersamaan dengan perombakan jaringan oleh bakteri. Pengukuran kemunduran mutu ikan secara kimiawi dapat dilakukan dengan mengukur derajat keasaman (pH) daging ikan. Pada umumnya ikan yang sudah tidak segar, dagingnya mempunyai pH lebih basa (tinggi) daripada yang masih segar. Hal ini disebabkan karena timbulnya senyawa-senyawa yang bersifat basa seperti misalnya ammonia, trimethylamine, dan senyawa- senyawa volatil lainnya. 3.Proses Perubahan karena oksidasi (Kimiawi) Terlepasnya lender dari kelenjar-kelenjarnya didalam kulit, membentuk lapisan bening yang tebal disekeliling tubuh ikan. 4. Proses Perubahan karena Aktivitas Mikroorganisme Fase perubahan karena mikrobiologis merupakan proses pembusukan yang di sebabakan aktivitas mikroganisme, terutama bakteri. Senyawa sederhana hasil autolisis ternyata sangat dibutuhkan bakteri pembusuk sehingga mendorong pertumbuhan bakteri pembusuk. Bakteri tersebut mengeluarkan enzim ke jaringan daging untuk mengubah protein menjadi senyawa yang mudah larut. Selama ikan hidup, bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan, insang, saluran darah, dan permukaan kulit tidak dapat merusak atau menyerang bagian tubuh ikan. Hal ini disebabkan ikan hidup memiliki kemampuan untuk mengatasi aktivitas mikroorganisme. Setelah ikan mati, bakteri-bakteri menyerang tubuh ikan mulai dari insang atau luka yang terdapat pada kulit menuju jaringan tubuh bagian dalam. Penyerangan bakteri terhadap tubuh ikan yang telah mati ada tiga macam, yaitu dari insang dan luka ke tubuh bagian dalam, dari saluran penceranaan ke jaringan daging dan dari kulit ke jaringan daging. 4.Proses Perubahan karena Aktivitas Mikroorganisme Pada tahapan ini bakteri telah terdapat dalam jumlah yang sangat banyak akibat perkembangbiakan yang sangat banyak terjadi fase- fase sebelumnya. Aksi bakteri itu dimulai pada saat hampir bersamaan dengan tahap autolysis, kemudian berjalan sejajar. Bakteri merusak ikan lebih parah dari kerusakan yang diakibatkan oleh enzim. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan Ikan Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yang tertangkap harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya, karena perlakuan ini merupakan langkah pertama yang sangat menentukan mutu ikan dalam proses berikutnya. Ikan yang ditangkap akan segera membusuk, kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : a. Cara penangkapan Ikan tertangkap dengan payang, pole and line, dan trawl akan lebih baik keadaannya bila dibandingkan dengan ditangkap dengan gill net, long line, dan sebagainya.
b. Reaksi ikan menghadapi kematian
Ikan yang keras menghabiskan banyak tenaganya dalam menghadapi kematiannya, lebih cepat busuk daripada ikan yang mati dengan tenang atau cepat. c. Jenis dan ukuran ikan Kecepatan pembusukan berbeda pada setiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimianya; Ikan yang berukuran kecil cepat membusuk dari pada ikan yang berukuran besar. d. Keadaan fisik sebelum ditangkap Ikan yang sangat kenyang akan makanan saat ditangkap, perut dan dinding perutnya segera diurai oleh enzim isi perut dan akan mengakibatkan perubahan warna; Ikan yang kondisi fisiknya lemah, misalnya ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur, akan lebih cepat membusuk. e. Keadaan cuaca Udara yang panas, suhu air tinggi, laut yang banyak gelombang, akan mempercepat proses pembusukan. f. Cara penanganan dan penyimpanan Jika ikan dalam keadaan rigor diperlakukan dengan kasar, misalnya ditumpuk terlalu banyak, terlempar, dan sebagainya, proses pembusukannya akan berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat dicegah atau diperlambat jika ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang cukup rendah Usaha Mencegah Pembusukan Ikan Usaha terbaik yang dapat dilakukan untuk mempertahankan mutu ikan terhadap pembusukan adalah sebagai berikut : a.Mengurangi sebanyak mungkin jumlah enzim dan bakteri pada tubuh ikan b.Membunuh sisa-sisa bakteri dan enzim atau sekurang-kurangnya menghambat kegiatannya c. Melindungi ikan terhadap kontaminasi bakteri dari luar TERIMA KASIH