0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan17 halaman
Ikan mengalami perubahan fisiologis, fisik, dan kimia setelah panen meliputi tahap pre-rigor, rigor mortis, dan post rigor. Pada pre-rigor ikan masih sangat segar, diikuti rigor mortis dimana otot menjadi kaku selama 5 jam, lalu post rigor ketika otot menjadi lemas dan terjadi dekomposisi bakteri yang menurunkan mutu ikan. Perubahan mutu juga disebabkan oksidasi lemak menjadi bau tengik.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Perubahan Fisiologis, Fisik dan Kimia Ikan Lepas Panen
Ikan mengalami perubahan fisiologis, fisik, dan kimia setelah panen meliputi tahap pre-rigor, rigor mortis, dan post rigor. Pada pre-rigor ikan masih sangat segar, diikuti rigor mortis dimana otot menjadi kaku selama 5 jam, lalu post rigor ketika otot menjadi lemas dan terjadi dekomposisi bakteri yang menurunkan mutu ikan. Perubahan mutu juga disebabkan oksidasi lemak menjadi bau tengik.
Ikan mengalami perubahan fisiologis, fisik, dan kimia setelah panen meliputi tahap pre-rigor, rigor mortis, dan post rigor. Pada pre-rigor ikan masih sangat segar, diikuti rigor mortis dimana otot menjadi kaku selama 5 jam, lalu post rigor ketika otot menjadi lemas dan terjadi dekomposisi bakteri yang menurunkan mutu ikan. Perubahan mutu juga disebabkan oksidasi lemak menjadi bau tengik.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UNSRI
Dosen : Merynda Indriyani Syafutri
Komposisi daging ikan sangat bervariasi tergantung faktor biologis (jenis ikan, umur dan jenis kelamin) dan faktor alam (habitat, musim dan jenis makanan). • Air : 60 – 84 % • Protein : 18 – 30 % • Lemak : 0,1 – 2,2 % • Karbohidrat : 0,0 - 1,0 % • Vitamin & mineral : sisanya Jaringan tubuh ikan terdiri atas kulit, daging dan tulang.
Kulit sebagaian besar tersusun atas air (80%) dan protein (16%)
Tulang mengandung banyak mineral, terutama kalsium, fosfat
(sekitar 14% dari seluruh tulang), air (75%) dan protein (9%). Tulang dapat digunakan sebagai bahan baku tepung dan lem ikan.
Ikan berlemak rendah memiliki kadar air pada dagingya tinggi,
sedangkan ikan berlemak tinggi kadar air dagingnya rendah. Makin segar daging ikan, makin tinggi daya ikat airnya. Pre-Rigor • Tahap pre-rigor : ikan masih sangat segar memiliki rupa, bau, rasa, tekstur seperti ikan baru mati dan mendekati kondisi ikan hidup • Tahap pre-rigor merupakan perubahan yang pertama kali terjadi setelah ikan mati. • Ketika ikan mati peredaran darah berhenti pasokan oksigen untuk metabolisme (siklus kehidupan dalam tubuh) juga terhenti. Pre-Rigor... • Walaupun sudah mati, proses enzimatis yang sebenarnya sudah ada sejak ikan tersebut hidup tetap berlangsung, bedanya saat ikan mati proses enzimatis tersebut tidak terkendali hingga menyebabkan perubahan biokimiawi yang sangat besar dalam tubuh ikan. • Salah satu tandanya : terjadi pelepasan lendir yang menyelimuti tubuh ikan (hipermia) yang semakin lama semakin banyak (2-4 jam), sehingga menjadi tempat tumbuh bakteri pembusuk yang sangat ideal. • Pada tahap pre-rigor ini otot ikan masih lentur Rigor Mortis • Berlangsung ± 5 jam • Pada kondisi ini ikan masih cenderung sangat segar, ditandai dengan tubuh ikan yang kejang/kaku setelah ikan mati • Pada tahap ini terjadi fase perubahan struktur kimiawi ikan oleh enzim yang terdapat pada tubuh ikan yang disebut proses autolisis • Ada suatu senyawa di dalam tubuh ikan yang disebut adenosin trifosfat (ATP) merupakan sumber energi yang digunakan untuk kegiatan fisik ketika hidup Rigor Mortis... • Ketika ikan sudah mati, kondisi tubuh ikan menjadi anaerob (tanpa oksigen) dan ATP terurai oleh enzim yang ada dalam tubuh ikan dengan cara melepaskan energi bersamaan dengan terjadinya perubahan biokimiawi yang menyebabkan bagian protein otot (aktin dan miosin) berkotraksi sehingga tubuh ikan menegang dan kaku. • Kemudian bersamaan dengan itu pula karboidrat dalam tubuh ikan yang berbentuk glikogen terurai menjadi asam laktat (proses glikolisis), asam laktat ini menurunkan pH sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Rigor Mortis... Ikan mengandung lebih 16 persen nitrogen, yang terdiri dari nitrogen protein dan nonprotein.
Nitrogen nonprotein terdiri dari trimetilamin oksida
(TMAO), urea, taurin, peptida, komponen volatil dan asam amino bebas. TMAO terutama banyak ditemukan pada ikan laut.
Trimetilamin oksida dapat terdegradasi menjadi
trimetil amin (TMA), dimetilamin (DMA) dan formaldehid (FA).
Adanya amin dalam ikan dapat digunakan sebagai indikasi
kebusukan ikan. Rigor Mortis... Degradasi TMAO menjadi TMA, DMA dan FA: Setelah ikan mati, TMAO akan terurai oleh enzim reduktase menjadi TMA, dan kemudian terurai lagi menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana yaitu DMA, MMA dan FA.
TMAO TMA + DMA + FA
TMAO reduktase (TMA bagian terbesar)
TMA juga terbentuk dari hasil degradasi TMAO oleh mikrobia
Pseudomonas, Lactobacillus dan Achromobacter Rigor Mortis... • Proses enzimatis dalam batas tertentu bisa menguntungkan, sebab penguraian ATP menjadi AMP (adenosine monofosfat) atau IMP (inosine monofosfat) akan menghasilkan rasa gurih karena kedua senyawa tersebut termasuk flavour enhancer (pemberi rasa sedap) dan jumlahnya mencapai maksimum pada puncak rigor mortis. • Terurainya protein menjadi asam amino tertentu juga memberikan rasa lezat, misalnya asam glutamat yang gurih atau glisin yang manis. Asam amino tersebut sudah ada dalam daging ikan sejak ikan hidup, namun jumlahnya dapat meningkat pada fase rigor mortis. Rigor Mortis... • Pada tahap lebih lanjut proses autolisis juga menghasilkan senyawa-senyawa hipoksantin yang menyebabkan rasa pahit. • Faktor yang mempengaruhi lamanya fase rigor mortis jenis ikan, suhu, penanganan sebelum pemanenan, kondisi stres pra-kematian, kondisi biologis ikan, dan suhu penyimpanan pre-rigor. Post Rigor • Pada tahap post rigor fase yang dominan adalah proses perusakan (dekomposisi) ikan secara bakteriologis dan terjadinya oksidasi lemak. • Pada tahap post rigor, ikan yang tadinya kaku menjadi lemas kembali karena struktur otot menjadi senyawa yang lebih longgar. • Enzim proteolitik (katepsin) dalam tubuh ikan berfungsi menguraikan protein menjadi senyawa yang lebih sederhana, dan merombak struktur jaringan otot menjadi senyawa yang lebih longgar. • Dengan longgarnya struktur otot, ditambah kondisi-kondisi hasil dari proses enzimatis lainnya, semakin memudahkan bakteri pembusuk tumbuh dan berkembang, sehingga pada tahap ini pertumbuhan bakteri sangat cepat Post Rigor • Sebenarnya bakteri sudah mulai ada dalam tubuh ikan sejak ikan itu hidup (kulit, insang, saluran pencernaan) dan ketika ikan itu mati baru bakteri itu melakukan perusakan (dekomposisi). • Kerusakan yang paling tinggi dilakukan bakteri setelah proses enzimatis berlangsung dimana proses tersebut menyediakan media ideal untuk bakteri tersebut tumbuh. • Ketika perusakan terjadi akibat aktivitas bakteri sehingga terbentuk senyawa-senyawa yang menyebabkan perubahan bau, rasa, dan penampakan serta bersifat racun sampai terakumulasi dalam jumlah yang tinggi, maka ikan dapat disebut mulai busuk. • Salah satu tanda dari proses perusakan bakteri tersebut menyebabkan ikan menjadi lembek dan bau. MUTU IKAN
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah sekali busuk.
Kriteria mutu ikan : 1. kualitas penyimpanan 2. palatabilitas : adanya flavor, tekstur dan penampakan yang normal (tidak adanya flavor, tekstur dan penampakan yang abnormal)
Kerusakan ikan dapat disebabkan oleh aktivitas enzimatik atau
nonenzimatik. Enzimatik: timbulnya rasa pahit akibat pembentukan hipoksantin. Non enzimatik: timbulnya ketengikan akibat reaksi oksidasi pada asam lemak tidak junuh. Perubahan mutu karena oksidasi • Proses oksidasi lemak yang menyebabkan timbulnya aroma tengik (rancidity). Rancidity merupakan kerusakan atau perubahan bau dan flavor dalam lemak ikan. • Proses oksidasi lemak terus terjadi meskipun ikan disimpan dalam keadaan dingin atau dalam beku, lemak (tak jenuh) akan terus teroksidasi dan perlahan menjadi tengik. • Mencegah proses oksidasi adalah dengan mengusahakan sekecil mungkin terjadinya kontak antara ikan dengan udara bebas di sekelilingnya dengan cara menggunakan ruang hampa udara atau antioksidan. • Bau tengik dapat merugikan karena dapat menurunkan mutu produk akhir dan harga jual ikan. Ikan segar dapat dibedakan dengan ikan yang sudah rusak dapat dilihat dari tanda-tanda berikut: Parameter Ikan Segar Ikan yang Mutunya Buruk Warna Kulit Terang, cerah dan tidak suram Tida cerah dan suram Sisik Masih melekat dengan kuat Sisik mudah dilepas Mata Jernih, tidak suram, melotot Suram, tenggelam ke dalam tempat mata Daging Segar, elastis, apabila ditekan Tidak segar, lemas dan tidak dengan jari bekasnya lekas mudah kembali ke posisi kembali ke posisi semula semula apabila ditekan dengan jari Bau Tidak memberikan tanda-tanda Busuk dan asam busuk atau berbau asing
Lendir Tidak terdapat lendir pada Banyak terdapat lendir di
permukaannya. Kalaupun ada permukaan badannya jumlahnya tidak banyak