Anda di halaman 1dari 6

ISSN 2828-285x

Vol.4 No.4, 2022

Sinergisasi Pengawasan Perikanan di Daerah


dalam Mewujudkan Perikanan Berkelanjutan
Akhmad Solihin 1,2*, Hedhi Sugrito Kuncoro 3, Yopi Novita 1
1
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University
2
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB University
3
Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Ditjen PSDKP-Kementerian Kelautan dan Perikanan
*Email: akhmad_solihin@apps.ipb.ac.id

Isu Kunci
• Pengawasan merupakan salah satu pilar penting bagi perikanan berkelanjutan.
• UU No. 23/2014 menghapus kewenangan pemerintah kabupaten/kota terhadap pengawasan
perikanan di laut yang berdampak juga terhadap pengawasan perikanan darat.
• Pemerintah kabupaten/kota diberikan kembali tugas dan fungsi pengawasan perikanan untuk
perairan darat, namun terkendala karena ketiadaan struktur organisasi, kurangnya SDM, dan
keterbatasan sarana dan prasarana serta pembiayaan yang dihilangkan karena adanya UU No
23/2014.
• Penataan organisasi dan pembiayaan sangat dibutuhkan untuk menjalankan embali tugas dan
fungsi pengawasan perikanan pada perairan darat.

Ringkasan
Pengawasan perikanan berperan penting dalam mewujudkan perikanan yang berkelanjutan.
Penghapusan kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam hal seluruh pengawasan perikanan
pada UU No. 23/2014 menciptakan kekosongan tugas dan fungsi pemerintah kabupaten/kota
dalam pengawasan perikanan di perairan darat yang baru disadari beberapa tahun berikutnya.
Adanya regulasi tersebut menyebabkan hilangnya bidang pengawasan perikanan di Dinas
Perikanan Kabupaten/Kota yang berujung pada ketiadaan unit kerja, keterbatasan SDM, dan
kurangnya pembiayaan. Oleh sebab itu, pengakuan terhadap peran pemerintah kabupaten/kota
terkait pengawasan perikanan di perairan darat menuntut adanya penguatan peran dan sinergisasi
antar lembaga dalam menyelenggarakan urusan bidang pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan. 1
Pendahuluan pengawasan perikanan adalah menjadi milik
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Hal
Potensi sumber daya ikan (SDI) di Wilayah ini dapat dilihat pada bagian lampiran UU No.
Pengelolaan Perikanan Negara Republik 23/2014, yang menghapus kewenangan
Indonesia (WPPNRI) mengalami gejala tangkap pemerintah kabupaten/kota dalam hal
lebih (over fishing). Hal ini sebagaimana dilihat pengawasan perikanan. Dalam perjalannanya,
pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan penerapan UU No. 23/2014 terkendala
(Kepmen) No. 19/2022 yang menyajikan keterbatasan anggaran, sumber daya manusia,
beberapa WPPNRI dan perikanannya dan jauhnya rentang kendali pelaksanaan tugas
menunjukan status pemanfaatannya di atas dan fungsi pengawasan perikanan. Lebih dari itu,
angka 1 (satu), yang artinya mengalami gejala baru disadari bahwa penghapusan kewenangan
tangkap lebih. Status tersebut patut menjadi kabupaten/kota terkait pengawasan perikanan
perhatian pemerintah, selaku pengambil hanya berlaku untuk wilayah laut sejauh 12 mil
keputusan. Mengingat, Worm et. al (2006) dari garis pantai (coastline). Artinya, dari batas
mengungkapkan bahwa 2048 adalah garis pantai dan dari mulut sungai ke arah
kehancuran perikanan global. daratan masih menjadi wewenang
Dalam rangka mensikapi ancaman kabupaten/kota. Hal ini dikuatkan dengan
kelangkaan ikan tersebut, maka diperlukan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
peran lembaga yang membidangi urusan Nomor 90/2019, yang memuat nomenklatur
pengawasan perikanan, mulai dari tingkat pusat pengawasan perikanan dan anggaran
(Kementerian Kelautan dan Perikanan) hingga kabupaten/kota untuk perairan darat. Hal inilah
tingkat daerah sesuai kewenangannya (provinsi yang menjadi permasalahan dalam pengawasan
dan kabupaten/kota). Hal ini disebabkan, perikanan di daerah, yang berdampak pada
pengawasan perikanan dilakukan bertujuan agar ketidakefektifan dalam pengawasan perikanan.
SDI dapat bermanfaat untuk meningkatkan
perekonomian bangsa dan negara (Tiwow 2012).
Selain itu, pengawasan perikanan juga berguna
Dinamika Regulasi Pengawasan
bagi para penyidik untuk menindaklanjuti
temuan indikasi pelanggaran perikanan (Syah et. di Daerah
al 2021).
Berdasarkan UU No. 23/2014, Daerah
Dengan demikian, fungsi pengawasan
Provinsi memiliki wewenang atas wilayah laut
perikanan merupakan upaya pemerintah
untuk mengelola sumber daya hayatinya sejauh
dan/atau pemerintah daerah sesuai
12 mil dari garis pantai (Pasal 27 ayat 1). Salah
kewenangannya dalam menjamin kelestarian
satu tugas dan fungsinya berdasarkan Pasal 27
SDI, keberlanjutan usaha, dan mencegah konflik
ayat (1) tersebut adalah penegakan hukum
sosial antara nelayan (Rizki 2017). Hal ini sesuai
berdasarkan peraturan yang dikeluarkannya
dengan pendapat Soekanto dan Mamudji (2004),
atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh
bahwa tujuan perikanan berkelanjutan akan
pemerintah pusat. Dengan demikian,
sangat dipengaruhi oleh penerapan sistem MCS
pemerintah kabupaten/kota tidak lagi memiliki
(monitoring, controlling, dan surveillance).
wewenang terkait pengawasan perikanan. Oleh
Namun demikian, pelaksanaan penga-
sebab itu, pada bagian lampiran UU No. 23/2014
wasan perikanan di daerah dihadapkan pada
dimuat bahwa pemerintah pusat yang dalam hal
konflik kewenangan pasca penerapan Undang-
ini Kementerian Kelautan dan Perikanan
Undang (UU) No. 23/2014. Berdasarkan UU
berwenang atas pengawasan sumber daya
Pemda tersebut, urusan yang terkait dengan
kelautan dan perikanan di atas 12 mil, strategis

2
nasional dan ruang laut tertentu. Sementara itu, sungai, waduk, danau, rawa, dan genangan air
pemerintah provinsi berwenangan atas lainnya. Kekosongan aturan dalam UU No.
pengawasan sumber daya kelautan dan 23/2014 ini kemudian diperbaiki dengan
perikanan sampai dengan 12 mil. menerbitkan Permendagri No. 90/2019.
Ketentuan tersebut di atas Namun demikian, pemberian wewenang
ditindaklanjuti oleh Kementerian Kelautan dan ini menimbulkan “kegaduhan” di daerah. Hal ini
Perikanan dengan mengeluarkan Permen KP No. disebabkan, pelimpahan wewenang tersebut
26/PERMEN-KP/2016, yang memuat tidak bisa dijalankan karena “rumah” yang
nomenklatur perangkat daerah provinsi dan melaksanakannya sudah tidak ada (Bidang
kabupaten/kota dalam pelaksanaan urusan Pengawasan Perikanan). Oleh sebab itu,
kelautan dan perikanan. Ironisnya, karena beberapa daerah kabupaten/kota yang
Permen KP tidak mungkin bertentangan dengan melaksanakan urusan pengawasan perikanan di
UU No. 23/2014 sesuai asas hukum lex superiori perairan darat menitipkanya ke Bidang
derigat lex inferiori, maka tugas dan fungsi Perikanan Tangkap.
pengawasan perikanan tidak ada untuk
Pengakuan terhadap peran
kabupaten/kota. Akibatnya, bidang pengawasan
kabupaten/kota dalam pengawasan perikanan
perikanan pun dhilangkan untuk Dinas Perikanan
semakin diperkuat dengan terbitnya Permen KP
Kabupaten/Kota.
No. 22/2021 yang memuat mengenai
Dalam perjalanannya, para penyusun
pelaksanaan pemantauan dan pengendalian
kebijakan mulai menyadari bahwa penghapusan
pemanfaatan sumber daya ikan oleh
kewenangan pemerintah kabupaten/kota untuk
kabupaten/kota di wilayah perairan darat.
pengawasan perikanan terjadi hanya untuk di
Bahkan, pemerintah kabupaten/kota berperan
wilayah laut sejauh 12 mil dari garis pantai.
dalam penyusunan Rencana Pengelolaan
Artinya, pemerintah kabupaten/kota masih
Perikanan (RPP) WPPNI Perairan Darat.
memiliki wewenang terkait pengawasan
Dinamika regulasi pengawasan perikanan di
perikanan untuk perairan darat, yang meliputi
daerah disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Dinamika Regulasi Pengawasan Perikanan di Daerah

3
Strategi Penguatan dan Harmo- dan biaya patroli rutin. Berdasarkan hal tersebut,
diperlukan beberapa strategi untuk menguatkan
nisasi Pengawasan Perikanan di peran pengawasan perikanan di daerah dan
Daerah sinergisasi antar lembaga pengawasan
perikanan. Adapun beberapa strategi
Sebagaimana diuraikan di atas, bahwa berdasarkan analisa SWOT, yaitu:
kekosongan hukum pengawasan perikanan oleh 1. Sosialisasi dinamika regulasi terkait
pemerintah kabupaten/kota dalam UU No. pengawasan perikanan;
23/2014 berdampak luas terhadap penghapusan 2. Optimalisasi peran serta masyarakat
unit pelaksananya di Dinas Perikanan dalam mendukung pengawasan
Kabupaten/Kota. Akibatnya, ketika kewenangan perikanan melalui Kelompok Masyarakat
pengawasan perikanan dikembalikan, meski Pengawas (Pokmaswas);
hanya untuk perairan darat, Dinas Perikanan 3. Sinergisasi dan integrasi data/informasi
Kabupaten/Kota dihadapkan pada ketiadaan pelanggaran perikanan;
sumber daya manusia (SDM), baik dalam konteks 4. Mengembangkan kelembagaan unit
kuantitas maupun kualitas. Dalam konteks pengawasan perikanan;
kuantitas, SDM pengawasan tidak cukup 5. Membangun sarana dan prasarana
menempel di Bidang Perikanan Tangkap, lebih pengawasan perikanan;
dari itu, unit pengawasan perikanan 6. Meningkatkan jumlah dan kapasitas
memerlukan SDM khusus yang sudah SDM pengawasan perikanan;
mendapatkan pelatihan, terkait dengan 7. Penataan organisasi Dinas Perikanan
penyidikan dan penagakan hukum di perairan dalam pelaksanaan urusan pengawasan
darat. perikanan di kabupaten/kota;
Sementara itu, dalam aspek anggaran, 8. Penguatan pembinaan Pokmaswas
pengawasan perikanan yang selama ini 9. Pembentukan forum koordinasi
dimarjinalkan, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota penegakan hukum bidang perikanan;
akan dihadapkan pada keterbatasan 10. Meningkatkan kesadartahuan
pembiayaan, termasuk pembiayaan pengadaan masyarakat;
sarana dan prasarana pengawasan perikanan,

Gambar 2 Matrik SWOT dan Pilihan Strategi Pengawasan Perikanan

4
11. Menjalankan alur pendekatan Kota Tegal Berdasarkan Undang-Undang
pengawasan secara komprehensif; Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
12. Meningkatkan peran aktif Pokmaswas; Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
13. Memperkuat sinergisitas dan
Diponegoro Law Journal Volume 6,
harmonisasi pengawasan perikanan; dan Nomor 2, Tahun 2017.
14. Operasi bersama pengawasan perikanan
Soerjono S, Mamudji S. 2004. Penelitian Hukum
di perairan laut dan perairan darat.
Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta
(ID): PT Raja Grafindo Persada.
Syah BYNI, Budiman J, Manoppo L, Kaparang FE,
Implikasi dan Rekomendasi Modaso VOJ, Sumilat DA. 2021.
Pengaruh Kinerja Pengawasan Perikanan
Pengawasan perikanan merupakan
Terhadap Ketaatan Kapal Perikanan Di
salah satu pilar penting selain perencanaan Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Platax.
dalam pengelolaan perikanan. Dengan kata lain, 9(2): July-December 2021.
perencanaan tanpa pengawasan kepatuhan
Tiwow C. 2012. Tinjauan Hukum Dalam
akan berdampak terhadap keberlanjutan Pelaksanaan Pengawasan Sumber Daya
perikanan di Indonesia. Penguatan peran Perikanan. Jurnal Keadilan Progresif.
pemerintah kabupaten/kota dalam pengawasan 3(1): Maret 2012.
perikanan di perairan darat sangat besar Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang
manfaatnya. Hal ini dikarenakan, karakteristik Pemerintah Daerah.
perikanan darat yang unik dan khas serta sangat
Permendagri No. 90 Tahun 2019 tentang
sensitif terhadap tekanan yang dilakukan oleh Klasifikasi, Kodefikasi, Dan Nomenklatur
nelayan atau pemanfaat jasa lainnya. Oleh sebab Perencanaan Pembangunan Dan
itu, penguatan peran Dinas Perikanan Keuangan Daerah.
Kabupaten/Kota mulai dari perencanaan hingga Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
pengawasan, yang disertai penataan organisasi 26/PERMEN-KP/2016 tentang Pedoman
dan pembiayaan adalah hal yang sangat Nomenklatur Perangkat Daerah Dan
ditunggu oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Unit Kerja Pada Perangkat Daerah
Tentu saja, peran Dinas Perikanan Provinsi Dan Kabupaten/Kota Yang
Melaksanakan Urusan Pemerintahan Di
Kabupaten/Kota mendapatkan legitimasi yang
Bidang Kelautan Dan Perikanan.
kuat dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
22 Tahun 2021 tentang Penyusunan
Rencana Pengelolaan Perikanan Dan
Lembaga Pengelola Perikanan Di
Daftar Pustaka Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.
Worm B, Barbier EB, Beaumont N, Duffy JE, Folke
19 Tahun 2022 tentang Estimasi Potensi
Sumber Daya Ikan, Jumlah Tangkapan C, Halpern BS, Jackson JBC, Lotze HK,
Ikan Yang Diperbolehkan, Dan Tingkat Micheli F, Palumbi SR, Sala E, Selkoe K,
Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Di Stachowicz JJ, Watson R. 2006 Impacts of
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara biodiversity loss on ocean ecosystem
Republik Indonesia. services. Science. 314: 787-790.
Rizky A, Diamantina A, Pinilih SAG. 2017.
Pelaksanaan Tugas Pengawas Perikanan
Dalam Kegiatan Penangkapan Ikan Di

5
Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS), IPB University
Gedung LSI Lantai 1, Jl. Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor - Indonesia 16680
Website: https://dpis.ipb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai