ABSTRACT
Research about extraction and characterization of pectin from fruit peel of artocarpus camansi
(Artocarpus camansi Blanco) has been done. The objective of this research is to determine the ratio
and the best time necessary to produce a pectin extract with the highest yield. Statistically, this study
used a completely randomized design (CRD), which consisted of 2 factors, the ratio of the sample to
the solvent and extraction time, whereas those factors were done triplicate. The results showed that
the best ratio was 1:50 b/v with 47.2% yield of pectin. Based of the time extraction, the best rendemen
was obtained at 120 minutes with 48.30% yield of pectin. The result of pectin characterization
indicated that the water content of 1.55%, ash content of 2.2%, equivalent weight of 609.99 mg,
methoxyl of 11.49%, galakturonat levels of 42.47%, the degree of esterification of 47.65% and a
molecular weight of 16177.83 g / mol.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang ekstraksi dan karakterisasi pektin dari kulit buah kluwih
(Artocarpus camansi Blanco). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio dan waktu terbaik yang
diperlukan untuk menghasilkan ekstrak pektin dengan rendemen tertinggi. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor yaitu rasio perbandingan
sampel terhadap pelarut dan waktu ekstraksi yang masing–masing dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil
penelitian menunjukan bahwa rasio terbaik diperoleh pada perbandingan 1:50 b/v dengan rendemen
pektin 47,2% dan waktu terbaik diperoleh pada 120 menit dengan rendemen 48,30%. Hasil
karakterisasi pektin yang diperoleh antara lain yaitu kadar air 1,55%, kadar abu 2,2 %, berat ekivalen
609,99 mg, metoksil 11,49%, kadar galakturonat 42,47%, derajat esterifikasi 47,65% dan berat
molekul 16.177,83 g/mol.
10,59 %. Menurut Putra (2010), rasio diperoleh dari Desa Oloboju Kecamatan
terbaik antara dami buah nangka terhadap Sigi. Bahan kimia yang digunakan untuk
pelarut HCl adalah 1:5 (b/v) dengan ekstraksi pektin antara lain asam sitrat 5%,
rendemen 4,54 %. akuades, natrium hidroksida NaOH, KBr,
Produk pektin juga sangat indikator phenolftalein, kertas saring,
dipengaruhi oleh waktu ekstraksi. Injilaudin indikator universal, aluminium foil dan
dan Nugroho (2015) melaporkan bahwa etanol 96%.
waktu ekstraksi terbaik kulit buah nangka Adapun Peralatan yang digunakan
dalam pelarut HCl yaitu 90 menit dengan selama penelitian ini antara lain pisau,
rendemen 4,68 %. Nurviani et al. (2014) ayakan 60 mesh (elektrolab, india), batang
menyatakan bahwa waktu ekstraksi pengaduk, neraca analitik (adam,
terbaik kulit buah pepaya semangka dalam england), hot plate (wisestir, germany),
pelarut asam sitrat 5% yaitu selama 120 viscosimeter (Ostwald, agra dyalbagh),
menit dengan rendemen pektin 12,70 %. magnet stirer, blender, tanur (nabertherm,
Asam mineral ataupun asam germany), spektrofotometer FTIR (prestige
organik, seperti asam sulfat, asam klorida, 21 shimadzu, japan), oven analitik (EYELA
asam nitrat, asam asetat, dan asam sitrat NDO - 400, tokyo), corong buchner, cawan
adalah jenis pelarut yang digunakan pada petri, statif dan klem, stopwatch, dan alat-
ekstraksi pektin (Fitriani, 2003). Pelarut alat gelas yang umum digunakan dalam
asam berperan dalam memisahkan ion laboratorium.
polivalen, memutus ikatan antara asam
Prosedur Penelitian
pektinat dengan selulosa, menghidrolisis
Preparasi sampel
protopektin, dan menghidrolisis gugus
Kulit buah kluwih dipisahkan dari
metil ester (Kertesz, 1951). Menurut
daging dan bijinya, kemudian dicuci
Arviani (2009) asam sitrat merupakan
dengan air mengalir hingga bersih.
pelarut yang baik dari segi ekonomi dan
Setelah itu, kulit dikeringkan dengan
juga dari sudut pandang lingkungan.
menggunakan sinar matahari. Selanjutnya
Berdasarkan uraian tersebut perlu
kulit buah yang kering diblender dan
divariasikan waktu dan rasio kulit buah
diayak dengan ayakan 60 mesh hingga
kluwih terhadap pelarut asam sitrat yang
diperoleh tepung.
digunakan.
Penentuan rasio tepung kulit buah
kluwih terhadap pelarut asam sitrat
METODE PENELITIAN
(Nurviani et al., 2014)
Bahan dan Peralatan
Sampel ditimbang sebanyak 10
Bahan utama yang digunakan dalam
gram, kemudian ditambahkan pelarut
penelitian ini adalah kulit buah kluwih
sesuai dengan variasi perbandingan
(Artocarpus camansi Blanco) matang yang
bahan dan pelarut, yaitu 1:30, 1:40, 1:50,
1:60 dan 1:70 b/v, dengan pelarut asam dari larutannya menggunakan corong
sitrat 5 %. Kemudian di ekstraksi diatas buchner.
penangas dengan waktu ekstraksi 120 Pencucian pektin (Akhmaludin dan
menit dan suhu 90 - 95 0
C dengan Kurniawan, 2009).
diekstrasi, kemudian ekstrak disaring yang telah diperoleh sambil diaduk dan
yang di peroleh diuapkan pada suhu 100 kertas saring. Hal ini dilakukan beberapa
0
C sampai volume mencapai setengahnya, kali sampai etanol bekas pencucian
waktu ekstraksi dari masing – masing dapat diketahui dari kadar abu yang
subset berbeda nyata terhadap waktu terkandung di dalamnya (Budiyanto dan
ekstraksi. Dengan demikian waktu Yulianingsih, 2008). Berdasarkan hasil
ekstraksi 120 menit dapat analisis kadar abu pada pektin kulit buah
direkomendasikan untuk diaplikasikan kluwih, didapatkan kadar abu sebesar
dalam ekstraksi pektin dari tepung kulit 2,2%. Menurut IPPA (International Pectin
buah kluwih. Producers Association) (2003) batas
maksimum kadar abu pektin adalah tidak
Karakteristik Pektin
lebih dari 10 % dengan demikian kadar
a. Kadar Air
abu hasil penelitian ini masih dibawah
Pektin dengan kadar air tinggi akan
syarat maksimum yang telah ditetapkan.
lebih mudah rusak karena dapat menjadi
Hanum et al. (2012) menyatakan
media tepat bagi mikroorganisme.
bahwa protopektin dalam buah – buahan
Berdasarkan hasil pengukuran kadar air
dan sayuran berada dalam bentuk
pada penelitian diperoleh kadar air pektin
kalsium-magnesium pektat dan jika
kulit buah kluwih adalah 1,55 %. Menurut
dicampurkan dengan asam akan
IPPA (International Pectin
mengakibatkan terhidrolisisnya pektin dari
ProducersAssociation) (2003) Syarat
ikatan kalsium dan magnesiumnya.
kadar air maksimum untuk pektin kering
Komponen Ca2+ dan Mg2+ akan banyak
adalah tidak lebih dari 12 %, dengan
terlarut dalam larutan ekstrak dan ikut
demikian kadar air pektin hasil penelitian
mengendap jika reaksi hidrolisis
ini masih dibawah syarat maksimum yang
protopektin ditingkatkan, sehingga kadar
telah ditetapkan.
abu pektin tentu akan tinggi juga.
Menurut Utami (2014), tingginya
c. Berat ekivalen
kadar air pektin yang dihasilkan dapat
Berat ekivalen pektin merupakan
dipengaruhi oleh derajat pengeringan
jumlah asam galakturonat bebas yang
pektin yang tidak maksimal sehingga air
tidak teresterifikasi. Asam poligalakturonat
yang dikandung bahan tidak teruapkan
yang tidak mengalami esterifikasi disebut
secara sempurna. Penyimpanan pada
juga dengan asam pektat.
tempat yang lembab dan wadah yang
Berdasarkan hasil analisis berat
tidak kedap udara juga akan
ekivalen pada pektin kulit buah kluwih,
menyebabkan kerentanan pektin terpapar
didapatkan berat ekivalen sebesar 609,99
oleh udara luar, sehingga pektin menjadi
mg. Berat ekivalen menurut standar IPPA
lembab kembali (Fitriani, 2003).
(International Pectin Producers
b. Kadar abu
Association) (2003) yakni 600-800 mg.
Tingkat kemurnian pektin juga tidak
Hasil penelitian ini masih berada pada
lepas dari kandungan mineralnya yang
syarat standar yang telah ditetapkan. Hal
90
%T
894.97
788.89
75
532.35
2627.05
634.58
594.08
60
1629.85
1018.41
45
1105.21
3037.89
30
1384.89
1224.80
3429.43
15
1730.15
-0
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
pektinn 1/cm
lebih tinggi akibat pengaruh dari jenis O-R) berada pada kisaran spektum 1050 -
reaktan yang digunakan. Menurut Hadri et 1260 cm-1. Dari hasil gugus fungsional
al (2012), yang menyatakan spektrum yang terukur dari spektrum FTIR dengan
gugus C-H alkan (CH3) berada pada masing-masing serapan pada daerah
bilangan gelombang 2700–3050 cm-1. panjang gelombang tertentu menunjukan
Penyerapan pada bilangan gelombang kesesuaian dengan struktur pektin. Hal ini
-1
1730,15 cm menunjukan adanya gugus - ditandai dengan terdapatnya vibrasi OH,
C=O (karbonil). Menurut penelitian Vita ikatan - CH3 pada cabang metoksil
(2013), gugus karbonil (C=O) terletak (COOCH3), ikatan - C-H, gugus karbonil
-1
pada bilangan gelombang 169,02 cm (- C=O) dan gugus eter (-O-) Fitria (2013).
dan penelitian yang telah dilakukan oleh
KESIMPULAN
Budi (2016), gugus karbonil (C=O) terletak
Rasio perbandingan sampel
pada bilangan gelombang 1724,36 cm-1.
terhadap pelarut asam sitrat 5% yang
Menurut Pavia et al (2009), bilangan
menghasilkan rendemen pektin tertinggi
gelombang gugus karbonil terletak pada
pektin tertinggi sebesar 47,2% adalah
kisaran bilangan gelombang 1630 – 1850
1:50 b/v. Waktu ekstraksi terbaik yang
cm-1.
menghasilkan rendemen pektin tertinggi
Pita serapan pada bilangan
pektin tertinggi sebesar 48,30% adalah
gelombang 1384,89 cm-1 menunjukkan
120 menit.
adanya ikatan - C-H. Hal ini sesuai
Karakteristik pektin yang diperoleh
dengan penelitian Sufy (2015),
antara lain yaitu kadar air 1,55%, kadar
menyatakan bahwa ikatan -C-
abu 2,2%, berat ekivalen 609,99 mg,
H terletak pada bilangan gelombang
kadar metoksil 11,49%, kadar
1421,60 cm-1. Menurut Pavia et al (2009),
galakturonat 42,47%, derajat esterifikasi
bilangan gelombang ikatan - C-H terletak
47,65%, dan berat molekul 16.177,83
pada kisaran bilangan gelombang 1450 –
g/mol. Spektrum FTIR antara pektin
1375 cm-1.
standar dan hasil ekstraksi menunjukkan
Pita serapan pada bilangan
adanya kemiripan.
gelombang 1105.21 cm-1, menunjukan
ikatan dari eter (R-O-R) dari molekul DAFTAR PUSTAKA
pektin. Data didukung dengan penelitian
Akhmalludin, K A. (2009). Pembuatan
Fitria (2013), bahwa spektra gugus eter pektin dari kulit cokelat dengan cara
berada pada bilangan gelombang 1151,29 ekstraksi. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
cm-1, pada penelitian Sufy (2015), gugus
Arviani. (2009). Studi perbandingan
eter (R-O-R) berada pada panjang metode ekstraksi pektin dari kulit
gelombang 1146,73 cm-1. Pavia et al jeruk (Citrus Sp). Skripsi. Palu: