Anda di halaman 1dari 14

KOVALEN, 4(1): 60-73, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI PEKTIN DARI KULIT BUAH KLUWIH


(Artocarpus camansi Blanco)

[Extraction and Characterization of Pectin from Artocarpus Camansi Fruit Peels


(Artocarpus camansi Blanco)]

Yesy Febriyanti1*, Abd. Rahman Razak1, Ni Ketut Sumarni1


1
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611
*)Coresponding author: yesyfebriyanti2@gmail.com

Diterima 11 Januari 2018, Disetujui 26 Februari 2018

ABSTRACT

Research about extraction and characterization of pectin from fruit peel of artocarpus camansi
(Artocarpus camansi Blanco) has been done. The objective of this research is to determine the ratio
and the best time necessary to produce a pectin extract with the highest yield. Statistically, this study
used a completely randomized design (CRD), which consisted of 2 factors, the ratio of the sample to
the solvent and extraction time, whereas those factors were done triplicate. The results showed that
the best ratio was 1:50 b/v with 47.2% yield of pectin. Based of the time extraction, the best rendemen
was obtained at 120 minutes with 48.30% yield of pectin. The result of pectin characterization
indicated that the water content of 1.55%, ash content of 2.2%, equivalent weight of 609.99 mg,
methoxyl of 11.49%, galakturonat levels of 42.47%, the degree of esterification of 47.65% and a
molecular weight of 16177.83 g / mol.

Keywords: extraction, characterization, pectin, Artocarpus camansi.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang ekstraksi dan karakterisasi pektin dari kulit buah kluwih
(Artocarpus camansi Blanco). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio dan waktu terbaik yang
diperlukan untuk menghasilkan ekstrak pektin dengan rendemen tertinggi. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 2 faktor yaitu rasio perbandingan
sampel terhadap pelarut dan waktu ekstraksi yang masing–masing dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil
penelitian menunjukan bahwa rasio terbaik diperoleh pada perbandingan 1:50 b/v dengan rendemen
pektin 47,2% dan waktu terbaik diperoleh pada 120 menit dengan rendemen 48,30%. Hasil
karakterisasi pektin yang diperoleh antara lain yaitu kadar air 1,55%, kadar abu 2,2 %, berat ekivalen
609,99 mg, metoksil 11,49%, kadar galakturonat 42,47%, derajat esterifikasi 47,65% dan berat
molekul 16.177,83 g/mol.

Kata Kunci : ekstraksi, karakterisasi, pektin, kluwih.

Yesy Febriyanti dkk. 60


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG khususnya di desa Oloboju kabupaten Sigi


Pektin merupakan jenis biopolymer masih banyak terdapat tanaman kluwih
golongan karbohidrat yang terdiri dari tumbuh dengan subur dan memiliki
asam α-D-galakturonat yang mengandung kemampuan hidup tinggi walaupun berada
metil ester dan dapat diekstraksi dari kulit di habitat yang kurang menguntungkan.
buah menggunakan pelarut asam. Buah kluwih oleh penduduk desa Oloboju
Senyawa ini banyak dimanfaatkan sebagai biasa diolah sebagai bahan pembuat
bahan stabilizer pada produk pangan, sayur, sehingga konsumsi buah kluwih
bahan pembuatan jelly dan pembentuk menghasilkan limbah berupa kulit buah
film (Willat et al., 2006). kluwih yang belum dimanfaatkan secara
Pektin bisa didapatkan dari semua optimal. Oleh karena itu, untuk
tanaman yang berfotosintesis yang meningkatkan nilai tambahnya, limbah
terletak dalam persimpangan zona antara kulit buah kluwih tersebut dapat
sel-sel dengan dinding sekunder termasuk dimanfaatkan sebagai sumber pektin.
xilem dan sel-sel serat dalam jaringan Pemisahan pektin dari jaringan
kayu. Menurut O’Neil MA et al. (2014) tanaman umumnya menggunakan
pektin pada tanaman juga banyak terdapat ekstraksi dengan pelarut yang bersifat
pada lapisan kulit pada buah, seperti asam (Nurhikmat, 2003). Beberapa
pektin dari kulit buah nagka (Injilaudin dan penelitian ekstraksi pektin telah dilakukan,
Nugroho, 2015), kulit buah pepaya seperti ekstraksi pektin dari kulit buah
(Nurviani et al., 2014), limbah kulit pisang pepaya (Nurviani et al., 2014) dan kulit
(Tuhuloula et al., 2013) dan kulit buah buah nagka (Injilaudin et al., 2015).
coklat (Susilowati et al., 2013) telah Prasetyowati et al.. (2009) mengemukakan
banyak dijadikan sebagai sumber pektin. bahwa terdapat beberapa faktor yang
Jenis bahan pangan lain sebagai sumber mempengaruhi ekstraksi pektin, antara
pektin terus dikaji. Mengingat kebutuhan lain waktu kontak, jenis pelarut, suhu
pektin dibidang industri dan farmasi ekstraksi, rasio antara sampel, dan pelarut
konsumsi pektin dunia dari tahun ke tahun serta jenis pelarut yang digunakan.
semakin meningkat (Budiyanto dan Rasio pelarut terhadap sampel yang
Yulianingsih, 2008). Hal ini menjadi alasan diekstraksi sangat berpengaruh terhadap
bagi para ilmuan untuk menemukan jumlah pektin yang dihasilkan karena pada
sumber pektin yang lain, salah satunya jumlah tertentu pelarut memiliki
adalah kulit buah kluwih. keterbatasan untuk berikatan dengan
Kluwih (Artocarpus camansi Blanco) molekul-molekul pektin. Menurut Christiani
merupakan merupakan salah satu et al. (2014) rasio antara ampas apel
tanaman yang dapat hidup di daerah manalagi terhadap pelarut asam sitrat 5%
beriklim tropis, seperti di Sulawesi Tengah adalah 1:105 (b/v) dengan rendemen

Yesy Febriyanti dkk. 61


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

10,59 %. Menurut Putra (2010), rasio diperoleh dari Desa Oloboju Kecamatan
terbaik antara dami buah nangka terhadap Sigi. Bahan kimia yang digunakan untuk
pelarut HCl adalah 1:5 (b/v) dengan ekstraksi pektin antara lain asam sitrat 5%,
rendemen 4,54 %. akuades, natrium hidroksida NaOH, KBr,
Produk pektin juga sangat indikator phenolftalein, kertas saring,
dipengaruhi oleh waktu ekstraksi. Injilaudin indikator universal, aluminium foil dan
dan Nugroho (2015) melaporkan bahwa etanol 96%.
waktu ekstraksi terbaik kulit buah nangka Adapun Peralatan yang digunakan
dalam pelarut HCl yaitu 90 menit dengan selama penelitian ini antara lain pisau,
rendemen 4,68 %. Nurviani et al. (2014) ayakan 60 mesh (elektrolab, india), batang
menyatakan bahwa waktu ekstraksi pengaduk, neraca analitik (adam,
terbaik kulit buah pepaya semangka dalam england), hot plate (wisestir, germany),
pelarut asam sitrat 5% yaitu selama 120 viscosimeter (Ostwald, agra dyalbagh),
menit dengan rendemen pektin 12,70 %. magnet stirer, blender, tanur (nabertherm,
Asam mineral ataupun asam germany), spektrofotometer FTIR (prestige
organik, seperti asam sulfat, asam klorida, 21 shimadzu, japan), oven analitik (EYELA
asam nitrat, asam asetat, dan asam sitrat NDO - 400, tokyo), corong buchner, cawan
adalah jenis pelarut yang digunakan pada petri, statif dan klem, stopwatch, dan alat-
ekstraksi pektin (Fitriani, 2003). Pelarut alat gelas yang umum digunakan dalam
asam berperan dalam memisahkan ion laboratorium.
polivalen, memutus ikatan antara asam
Prosedur Penelitian
pektinat dengan selulosa, menghidrolisis
Preparasi sampel
protopektin, dan menghidrolisis gugus
Kulit buah kluwih dipisahkan dari
metil ester (Kertesz, 1951). Menurut
daging dan bijinya, kemudian dicuci
Arviani (2009) asam sitrat merupakan
dengan air mengalir hingga bersih.
pelarut yang baik dari segi ekonomi dan
Setelah itu, kulit dikeringkan dengan
juga dari sudut pandang lingkungan.
menggunakan sinar matahari. Selanjutnya
Berdasarkan uraian tersebut perlu
kulit buah yang kering diblender dan
divariasikan waktu dan rasio kulit buah
diayak dengan ayakan 60 mesh hingga
kluwih terhadap pelarut asam sitrat yang
diperoleh tepung.
digunakan.
Penentuan rasio tepung kulit buah
kluwih terhadap pelarut asam sitrat
METODE PENELITIAN
(Nurviani et al., 2014)
Bahan dan Peralatan
Sampel ditimbang sebanyak 10
Bahan utama yang digunakan dalam
gram, kemudian ditambahkan pelarut
penelitian ini adalah kulit buah kluwih
sesuai dengan variasi perbandingan
(Artocarpus camansi Blanco) matang yang
bahan dan pelarut, yaitu 1:30, 1:40, 1:50,

Yesy Febriyanti dkk. 62


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

1:60 dan 1:70 b/v, dengan pelarut asam dari larutannya menggunakan corong
sitrat 5 %. Kemudian di ekstraksi diatas buchner.
penangas dengan waktu ekstraksi 120 Pencucian pektin (Akhmaludin dan
menit dan suhu 90 - 95 0
C dengan Kurniawan, 2009).

kecepatan pengadukan 600 rpm. Setelah Tambahkan etanol 96 % pada pektin

diekstrasi, kemudian ekstrak disaring yang telah diperoleh sambil diaduk dan

menggunakan corong buchner guna dibiarkan sampai mengendap untuk

memisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat kemudiam disaring dengan menggunakan

yang di peroleh diuapkan pada suhu 100 kertas saring. Hal ini dilakukan beberapa
0
C sampai volume mencapai setengahnya, kali sampai etanol bekas pencucian

selanjutnya didinginkan. berwarna jernih dan tidak bereaksi dengan


asam, adapun tanda dari tidak lagi
Penentuan waktu kontak tepung kulit
buah kluwih dengan pelarut asam sitrat bereaksi dengan asam adalah ketika air
(Susilowati et al., 2013) bekas pencucian berwarna merah muda
Sampel ditimbang sebanyak 10 bila ditetesi dengan indikator PP.
gram, kemudian ditambahkan pelarut
Pengeringan pektin (Hanum et al.,
sesuai dengan variasi perbandingan 2012).
bahan dan pelarut terbaik yaitu 1:50 b/v. Pektin basah hasil pengendapan
Rasio terbaik yang diperoleh dipanaskan dikeringkan dalam oven pada suhu 40 oC
diatas penangas dengan suhu 90 - 95 0C selama 24 jam. Hasil yang diperoleh
selama 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 disebut pektin kering yang selanjutnya
menit dan 180 menit, dengan kecepatan dikarakterisasi, meliputi penentuan kadar
pengadukan 600 rpm. Setelah diekstrasi, air, abu, metoksil, galaktronat, berat
kemudian ekstrak disaring menggunakan ekivalen, berat molekul, dan spektrum IR.
corong buchner guna memisahkan residu Penentuan kadar air (Pardede et al.,
dan filtratnya. Filtrat yang di peroleh 2013).
diuapkan pada suhu 100 0
C sampai Sebanyak 0,3 gram sampel pektin di
volume mencapai setengahnya, keringkan didalam oven pada suhu 105 oC
selanjutnya didinginkan. selama 4 jam menggunakan cawan
porselin yang telah diketahui bobot
Pengendapan pektin (Akhmaludin dan
Kurniawan, 2009). kosongnya. Selanjutnya di dinginkan
Pengendapan pektin dilakukan dalam desikator dan ditimbang sampai
dengan menambahkan etanol 96 % dalam diperoleh bobot yang tetap.
filtrat dengan perbandingan ekstrak Penentuan kadar abu (Ranganna, 2000).
pektin/etanol 96 % 1:1 (v/v). filtrat pektin Cawan porselin dikeringkan didalam
tersebut didiamkan selama 24 jam. tanur pada suhu 650 o
C kemudian
Endapan pektin yang terbentuk dipisahkan didinginkan didalam desikator dan

Yesy Febriyanti dkk. 63


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

ditimbang sebagai bobot wadah. Selanjutnya ditambahkan 6 tetes larutan


Sebanyak 0,5 gram sampel pektin HCL 0,1 N dan dikocok, kemudian larutan
dimasukkan dalam cawan porselin yang didiamkan selama 15 menit.
telah diketahui bobotnya kemudian Kadar galakturonat (Akhmalludin, 2009)
dimasukkan dalam tanur dengan suhu 650 Larutan hasil pendiaman pada
o
C selama 4 jam. Kemudian didinginkan penentuan kadar metoksil kemudian
dalam desikator dan ditimbang sampai dikocok sampai warna merah muda hilang
diperoleh bobot tetap. dan ditambahkan 6 tetes fenoftalin serta
Penentuan berat ekivalen (Ranganna, dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
2000).
timbul warna merah muda. Derajat
Berat ekivalen ditentukan dengan
Esterifikasi (DE) dari pektin dapat
menimbang 0,25 gram pektin dimasukkan
diperoleh dari perbandingan kadar
dalam Erlenmeyer 250 ml dan
metoksil dan galakturonat.
dilembabkan dengan 1,0 ml etanol 96 %.
Penentuan Berat Molekul (Ngadiwiyana,
Kemudian ditambahkan dengan akuades
1996)
sebanyak 50 ml dan ditambahkan 6 tetes
Pektin dilarutkan dalam aquades
indikator PP (phenolphthalein). Campuran
hingga konsentrasinya 0,02 g/mL.
tersebut kemudian diaduk dengan cepat
kemudian dibuat variasi konsentrasi
untuk memastikan bahwa semua
melalui pengenceran dengan aquades :
substansi pektin telah terlarut dan tidak
0,01500 g/mL; 0,01000 g/mL; 0,00500
ada gumpalan yang menempel pada sisi
g/mL; 0,00250 g/mL; dan 0,00125 g/mL.
Erlenmeyer. Titrasi dilakukan perlahan-
Dilakukan pengukuran waktu alir pelarut
lahan dengan titran standar NaOH 0,1 N
yaitu aquades dan masing-masing
sampai warna campuran berubah menjadi
konsentrasi larutan dengan menggunakan
merah muda dan tetap bertahan selama
viskometer ostwald, sehingga diperoleh t0,
30 detik.
t1, t2, t3, t4, t5 dan t6. Berat molekul dihitung
Penentuan kadar metoksil
dengan persamaan Mark-Houwink:
(Akhmalludin, 2009).
Pektin kering yang diperoleh
Viskositas relatif ηr = η/ ηo ≅t/to
dianalisis kandungan metoksilnya.
Viskositas spesifik ηsp = ηr -1
Dilakukan dengan cara melarutkan 0,25 gr
Viskositas intrinsik [η] = (ηsp/c)
pektin kering dengan 50 ml akuades.
η = [KM]α
Setelah itu ditambahkan dengan 6 tetes Keterangan:
-3
fenolftalin, kemudian dititrasi dengan K = 9,33 x 10 ml/g
α = 0,75
NaOH 0,1 N. Titik ekivalen ditandai η = viskositas zat
η0 = viskositas pelarut
dengan perubahan warna dari putih
t = waktu alir zat
kecoklatan sampai kemerah muda. t0 = waktu alir pelarut
Mr = bobot molekul zat
Volume NaOH yang dibutuhkan dicatat.

Yesy Febriyanti dkk. 64


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

HASIL DAN PEMBAHASAN kepercayaan 95% (α=0,05) dengan nilai


Rendemen pektin pada rasio sign (p value) < α yang menunjukkan
perbandingan bahan dan pelarut asam
bawah rasio tepung kulit buah kluwih (b/v)
sitrat 5%
berpengaruh nyata terhadap rendemen
Berdasarkan hasil yang diperoleh
pektin yang dihasilkan, oleh karena itu
yang ditunjukan pada (Gambar 1), bahwa
dapat dilakukan analisis lanjut dengan uji
rendemen pektin tertinggi diperoleh pada
Duncan untuk menentukan rasio terbaik
rasio 1:50 b/v yaitu 47,2% dan pada rasio
tepung kulit buah kluwih.
1:60 b/v rendemen menurun. Banyaknya
Hasil uji lanjut Duncan dengan taraf
pelarut yang berinteraksi dengan sampel
kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan
akan menyebabkan pektin terlepas dari
rasio tepung kulit buah kluwih (b/v)
jaringan dinding sel akibatnya pektin akan
berada pada kolom subset yang berbeda.
berubah menjadi asam pektat sehingga
Dari hasil uji Duncan menunjukkan
menurunkan kadar pektin (Prasetyowati
terbentuknya 5 kolom subset dimana rasio
dan Pesantri, 2009). Pektin cenderung
1 : 30 b/v terisi pada kolom subset
tidak stabil pada saat ion H+ berlebih
pertama, rasio 1 : 70 b/v terisi pada kolom
karena terjadi pemutusan ikatan glikosidik
subset kedua, rasio 1 : 40 b/v terisi pada
molekul poligalakturonat sehingga hasil
kolom subset ketiga, rasio 1 : 60 b/v terisi
hidrolisis molekul protopektin lebih sedikit.
pada kolom subset keempat, dan rasio
Prasetyowati dan Pesantri (2009) juga
1 : 50 b/v terisi pada kolom subset kelima.
menyatakan jumlah pelarut harus cukup
Berdasarkan data tersebut, dapat
untuk melarutkan zat terlarut sampai
disimpulkan bahwa rasio 1 : 30, 1:70, 1:40,
tingkat yang diinginkan. Ekstraksi padat-
1:60 dan 1 : 50 b/v berbeda nyata. Dengan
cair akan semakin cepat apabila volume
demikian, rasio 1 : 50 b/v yang memiliki
pelarut semakin tinggi.
rendemen tertinggi dapat
50 direkomendasikan untuk diaplikasikan
Rendemen Pektin (%)

40 dalam ekstraksi pektin dari kulit buah


30 kluwih.
20 Rendemen pektin rasio 1:50 b/v dari
10 hasil penelitian ini lebih tinggi
0 dibandingkan dengan rendemen pektin
1:30 1:40 1:50 1:60 1:70
Christiani et al. (2014) pada ampas apel
Rasio (b/v)
manalagi adalah 18,57 %, Nurviani et al.
Gambar 1 Pengaruh rasio bahan dan pelarut
terhadap rendemen pektin (2014) pada kulit buah pepaya varietas
semangka adalah 12,70 % dan Putra I
Berdasarkan hasil analisis sidik
(2010) pada dami buah nangka dari hasil
ragam menggunakan SPSS dengan taraf
penelitian yang ada antara lain 4,54 %.

Yesy Febriyanti dkk. 65


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

Perbedaan rendemen pektin yang 60

Rendemen Pektin (%)


diperoleh disebabkan oleh perbedaan 50
sampel, pelarut asam dan konsentrasi 40

asam yang digunakan. 30


20
Rendemen pektin pada berbagai waktu
10
ekstraksi
0
Ekstraksi pektin tidak hanya 60 90 120 150 180
dipengaruhi oleh rasio, tetapi juga Waktu Ekstraksi (menit)

dipengaruhi oleh waktu ekstraksi Gambar 2 Rendemen pektin terhadap


pengaruh waktu ekstraksi
(Prasetyowati et al., 2009). Adapun rasio
yang diterapkan adalah 1:50 (b/v) yang Hasil analisis sidik ragam
merupakan rasio ektraksi terbaik pada menggunakan SPSS dengan taraf
perlakuan sebelumnya. Penelitian ini kepercayaan 95% (α=0,05) dengan nilai
menerapkan variasi waktu ekstraksi 60 signifikan (p value) < α yang menunjukkan
menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit dan bahwa waktu ekstraksi berpengaruh nyata
180 menit untuk mendapatkan rendemen terhadap rendemen pektin yang
pektin. Hasil rendemen pektin yang dihasilkan. Oleh karena itu untuk
diperoleh pada (Gambar 2) yaitu 35,80 %, menentukan waktu ekstraksi terbaik dapat
40,90 %, 48,30 %, 46 % dan 41,66 %. dilakukan analisis lanjut dengan uji
Pada hasil yang diperoleh terlihat bahwa Duncan.
semakin lama waktu ekstraksi, berat Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan
pektin yang dihasilkan semakin besar, dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05),
namun pada waktu ekstraksi 150 menit, perbedaan tiap kelompok dapat dilihat dari
berat pektin yang dihasilkan menurun. nilai harmonic mean yang dihasilkan tiap
Menurut Prasetyowati dan Pesantri (2009) kelompok berada dalam kolom subset
hal ini disebabkan ion hidrogen yang yang sama atau berbeda. Uji menunjukkan
mensubstitusi kalsium dan magnesium waktu pengocokan berada pada kolom
dari protopektin yang terhidrolisis akan subset yang berbeda. Dari hasil uji
menyebabkan rusaknya molekul pada Duncan menunjukkan terbentuknya 5
ikatan rantai galakturonat menjadi kolom subset dimana waktu 60 menit terisi
terlepas. Menurut Evi et al. (2013) waktu pada kolom subset pertama, waktu 90
ekstraksi pectin berbanding lurus dengan menit terisi pada kolom subset kedua,
jumlah protopektin yang berubah menjadi waktu 180 menit terisi pada kolom subset
pektin, tetapi pada waktu tertentu pectin ketiga, waktu 150 menit terisi pada kolom
dapat terdegradasi menjadi asam pektat, subset keempat dan waktu 120 menit terisi
sehingga waktu optimum penting untuk pada kolom subset kelima. Berdasarkan
ditentukan. data tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Yesy Febriyanti dkk. 66


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

waktu ekstraksi dari masing – masing dapat diketahui dari kadar abu yang
subset berbeda nyata terhadap waktu terkandung di dalamnya (Budiyanto dan
ekstraksi. Dengan demikian waktu Yulianingsih, 2008). Berdasarkan hasil
ekstraksi 120 menit dapat analisis kadar abu pada pektin kulit buah
direkomendasikan untuk diaplikasikan kluwih, didapatkan kadar abu sebesar
dalam ekstraksi pektin dari tepung kulit 2,2%. Menurut IPPA (International Pectin
buah kluwih. Producers Association) (2003) batas
maksimum kadar abu pektin adalah tidak
Karakteristik Pektin
lebih dari 10 % dengan demikian kadar
a. Kadar Air
abu hasil penelitian ini masih dibawah
Pektin dengan kadar air tinggi akan
syarat maksimum yang telah ditetapkan.
lebih mudah rusak karena dapat menjadi
Hanum et al. (2012) menyatakan
media tepat bagi mikroorganisme.
bahwa protopektin dalam buah – buahan
Berdasarkan hasil pengukuran kadar air
dan sayuran berada dalam bentuk
pada penelitian diperoleh kadar air pektin
kalsium-magnesium pektat dan jika
kulit buah kluwih adalah 1,55 %. Menurut
dicampurkan dengan asam akan
IPPA (International Pectin
mengakibatkan terhidrolisisnya pektin dari
ProducersAssociation) (2003) Syarat
ikatan kalsium dan magnesiumnya.
kadar air maksimum untuk pektin kering
Komponen Ca2+ dan Mg2+ akan banyak
adalah tidak lebih dari 12 %, dengan
terlarut dalam larutan ekstrak dan ikut
demikian kadar air pektin hasil penelitian
mengendap jika reaksi hidrolisis
ini masih dibawah syarat maksimum yang
protopektin ditingkatkan, sehingga kadar
telah ditetapkan.
abu pektin tentu akan tinggi juga.
Menurut Utami (2014), tingginya
c. Berat ekivalen
kadar air pektin yang dihasilkan dapat
Berat ekivalen pektin merupakan
dipengaruhi oleh derajat pengeringan
jumlah asam galakturonat bebas yang
pektin yang tidak maksimal sehingga air
tidak teresterifikasi. Asam poligalakturonat
yang dikandung bahan tidak teruapkan
yang tidak mengalami esterifikasi disebut
secara sempurna. Penyimpanan pada
juga dengan asam pektat.
tempat yang lembab dan wadah yang
Berdasarkan hasil analisis berat
tidak kedap udara juga akan
ekivalen pada pektin kulit buah kluwih,
menyebabkan kerentanan pektin terpapar
didapatkan berat ekivalen sebesar 609,99
oleh udara luar, sehingga pektin menjadi
mg. Berat ekivalen menurut standar IPPA
lembab kembali (Fitriani, 2003).
(International Pectin Producers
b. Kadar abu
Association) (2003) yakni 600-800 mg.
Tingkat kemurnian pektin juga tidak
Hasil penelitian ini masih berada pada
lepas dari kandungan mineralnya yang
syarat standar yang telah ditetapkan. Hal

Yesy Febriyanti dkk. 67


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

ini dipengaruhi oleh bobot molekul pektin e. Kadar asam galakturonat


tergantung pada jenis tanaman, kualitas Sifat fungsional pectin sangat
bahan baku, metode ekstraksi dan dipengaruhi oleh kadar asam galakturonat.
perlakuan pada proses ekstraksi. Struktur dan tekstur dari gel pektin
Kemungkinan hal yang mempengaruhi tergantun pada kadar asam galakturonat
nilai berat ekivalen adalah sifat pektin (Constenla dan Lozano, 2002). Semakin
hasilekstraksi itu sendiri, serta proses tinggi nilai kadar galakturonat maka mutu
titrasi yang dilakukan (Fitria, 2013). pektin juga semakin tinggi. Menurut IPPA
d. Kadar metoksil (2002) kadar galakturonat yang ditetapkan
Kadar metoksil didefinisikan sebagai minimal 35%.
gugus metil teresterifikasi pada ekstraksi Berdasarkan hasil analisis kadar
kulit buah kluwih. Kadar metoksil asam galakturonat pada pektin kulit buah
berpengaruh terhadap kemampuan kluwih, didapatkan kadar asam
pembentukan gel yang baik. Menurut galakturonat sebesar 42,47%.
Goycoolea dan Adriana (2003) pektin Berdasarkan kadar asam galakturonat
disebut bermetoksil tinggi jika kadar tersebut maka pektin yang dihasilkan
metoksil sama dengan atau lebih dari 7%, dalam penelitian ini telah memenuhi nilai
dan disebut bermetoksil rendah jika kadar standar yang telah ditetapkan, disebabkan
metoksil kurang dari 7%. karena reaksi hidrolisis protopektin
Berdasarkan hasil analisis kadar menjadi pektin yang komponen dasarnya
metoksil pada pektin kulit buah kluwih, asam D-galakturonat. Menurut Fitriani
didapatkan kadar metoksil sebesar (2003) menyatakan bahwa selain asam
11,49%. Berdasarkan kadar metoksil galakturonat, pektin juga mengandung
tersebut maka pektin yang dihasilkan senyawa-senyawa lain yaitu gula netral
dalam penelitian ini tergolong dalam pektin seperti D-galaktosa, L-arabinosa dan L-
metoksil tinggi. Semakin tinggi kadar ramnosa. Senyawa-senyawa non uronat
metoksil dalam molekulnya, maka makin tersebut dapat terbawa pada waktu proses
cepat pektin menjadi gel (Hariyanti, 2006). penggumpalan pektin. Senyawa-senyawa
Pektin dengan kadar metoksil tinggi inilah yang mempengaruhi komposisi
umumnya dimanfaatkan pada produk- senyawa pektin. Perbedaan komposisi
paroduk makanan, seperti pudding, selai, senyawa pektin mempengaruhi juga
dan jeli, sedangkan pectin metoksil rendah terhadap kadar galakturonat dipengaruhi
sangat sesuai untuk bahan penyalut oleh metode ekstraksi yang digunakan.
(coating agent) produk pangan (Silvana, Beberapa senyawa non uronat mungkin
2013). dapat dihilangkan melalui pelarutan
kembali pektin dalam air dan
penggumpalan, tetapi tidak mungkin

Yesy Febriyanti dkk. 68


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

menghilangkan semua senyawa non merupakan molekul dengan bobot molekul


uronat. tinggi (30.000 – 100.000 g/mol) yang
f. Derajat esterifikasi terdiri dari unit rantai asam galakturonat
Darajat esterifikasi merupakan terikat dengan ikatan 1,4-α glukosida.
persentase gugus karboksil yang Penentuan berat molekul pektin
teresterifikasi. Pektin berderajat esterifikasi bertujuan untuk penggunaannya dalam
> 50% tergolong bermetoksil tinggi, beberapa industri. Pektin dengan berat
sedangkan < 50% bermetoksil rendah molekul tinggi diaplikasikan untuk bahan
(Siamornsak, 2003). tambahan makanan, obat-obatan, dan
Berdasarkan hasil analisis Derajat bahan perekat, sedangkan bobot molekul
Esterifikasi pada pektin kulit buah kluwih, kecil umumnya memiliki fungsi antibakteri
didapatkan Derajat Esterifikasi sebesar dan prebiotik. Pada penelitian ini diperoleh
47,65%. Menurut standar mutu pektin berat molekul pektin pada kulit buah
IPPA (2003), pektin yang dihasilkan dalam kluwih yaitu sebesar 16.177,83 g/mol.
penelitian ini termasuk pektin berester Sedangkan berat molekul pektin dari kulit
rendah karena memiliki derajat esterifikasi buah sukun hasil penelitian Hermanto B
kurang dari 50%, sehingga dapat (2016) adalah 7.387,512 g/mol. Hal ini
dikelompokkan kedalam pektin tidak sesuai dengan syarat mutu yang
bermetoksil rendah. ditetapkan oleh Sufy (2015) yang
Ikatan glikosidik dari rantai senyawa menyatakan berat molekul pektin yaitu
pektin dalam pelarut asam akan berkisar antara 30.000 – 100.000 g/mol.
cenderung terhidrolisis menghasilkan Namun berat molekul yang diperoleh
asam galakturonat. Penggunaan asam belum mencapai syarat minimum yang
dengan konsentrasi tinggi akan ditetapkan mungkin dipengaruhi oleh
menyebabkan perubahan pektin menjadi faktor pelarut, metode yang digunakan dan
asam pektat, dimana asam pengotor yang diperoleh pada komponen
galakturonatnya terbebas dari gugus metil pektin yang diperoleh.
ester (Budiyanto dan Yulianingsih, 2008). h. Spektrum IR pektin
g. Berat molekul pektin Hasil pengukuran spektrum FTIR
Berat molekul merupakan variabel menunjukkan kelompok gugus fungsi dan
yang penting sebab berhubungan memberikan informasi struktural pektin
langsung dengan sifat kimia polimer. hasil ekstraksi dari bahan baku limbah kulit
Umumnya polimer dengan berat molekul buah kluwih (Artocarpus Camansi Blanco).
tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat. Daerah yang sering dianalisa dengan
Banyak sekali bahan polimer yang spektroskopi inframerah adalah dalam
tergantung pada massa molekulnya kisaran bilangan gelombang 4000-600 cm-
1
(Cowd, 1991). Menurut Sufy (2015) pektin . Identifikasi pengukuran fungsional pektin

Yesy Febriyanti dkk. 69


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

dilakukan dengan menggunakan pada area bilangan gelombang 1000-2000


spektrofotometer infra merah (FTIR), cm-1 (Ismail et al, 2012). Ikatan karbonil
dengan rentang bilangan gelombang yang teresterifikasi berada pada bilangan
digunakan 4500-500 cm-1. Gugus gelombang 1740-1760 cm-1 (Ismail et al,
fungsional utama pektin biasanya terletak 2012).

90

%T

894.97

788.89
75

532.35
2627.05

634.58
594.08
60

1629.85

1018.41
45

1105.21
3037.89

30

1384.89

1224.80
3429.43

15
1730.15

-0
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
pektinn 1/cm

Gambar 3 Spektrum FTIR senyawa pektin kulit buah kluwih

Berdasarkan spektrum infra merah Hasil yang diperoleh diperkuat dengan


pektin, serapan dari gugus hidroksil (-OH) pernyataan Hongping et al. (2004), yang
terdapat pada bilangan gelombang menyatakan spektrum tekuk –OH berada
3429,43 cm-1 (Gambar 3). Pada penelitian pada bilangan gelombang 1600–1700 cm-
1
yang telah dilakukan oleh Fitria (2013), . Serapan pada bilangan gelombang
gugus ulur -OH terletak pada bilangan 2900-3037,89 cm-1 menunjukan vibrasi
gelombang 3420,14 cm-1, dan ulur gugus C-H alkana (CH3). Pada
Penelitian yang dilakukan oleh (Madjaga penelitian yang telah dilakukan oleh Fitria
et al., 2017), spektrum ulur -OH terletak (2013), gugus C-H alkana (CH3) terletak
-1
pada bilangan gelombang 3412,08 cm . pada bilangan gelombang 2931,27
-1
Hasil yang diperoleh diperkuat dengan cm , dan Penelitian yang dilakukan oleh
pernyataan Hongping et al. (2004), yang Madjaga et al. (2017), gugus C-H alkana
menyatakan spektrum ulur –OH berada (CH3) terletak pada bilangan gelombang
-
pada bilangan gelombang 3100–3700 cm 2927,94 cm-1. Perbedaan hasil yang
1
. Sedangkan spektrum tekuk -OH terletak diperoleh disebabkan karena adanya
pada bilangan gelombang 1629,85 cm-1. pergeseran bilangan gelombang yang

Yesy Febriyanti dkk. 70


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

lebih tinggi akibat pengaruh dari jenis O-R) berada pada kisaran spektum 1050 -
reaktan yang digunakan. Menurut Hadri et 1260 cm-1. Dari hasil gugus fungsional
al (2012), yang menyatakan spektrum yang terukur dari spektrum FTIR dengan
gugus C-H alkan (CH3) berada pada masing-masing serapan pada daerah
bilangan gelombang 2700–3050 cm-1. panjang gelombang tertentu menunjukan
Penyerapan pada bilangan gelombang kesesuaian dengan struktur pektin. Hal ini
-1
1730,15 cm menunjukan adanya gugus - ditandai dengan terdapatnya vibrasi OH,
C=O (karbonil). Menurut penelitian Vita ikatan - CH3 pada cabang metoksil
(2013), gugus karbonil (C=O) terletak (COOCH3), ikatan - C-H, gugus karbonil
-1
pada bilangan gelombang 169,02 cm (- C=O) dan gugus eter (-O-) Fitria (2013).
dan penelitian yang telah dilakukan oleh
KESIMPULAN
Budi (2016), gugus karbonil (C=O) terletak
Rasio perbandingan sampel
pada bilangan gelombang 1724,36 cm-1.
terhadap pelarut asam sitrat 5% yang
Menurut Pavia et al (2009), bilangan
menghasilkan rendemen pektin tertinggi
gelombang gugus karbonil terletak pada
pektin tertinggi sebesar 47,2% adalah
kisaran bilangan gelombang 1630 – 1850
1:50 b/v. Waktu ekstraksi terbaik yang
cm-1.
menghasilkan rendemen pektin tertinggi
Pita serapan pada bilangan
pektin tertinggi sebesar 48,30% adalah
gelombang 1384,89 cm-1 menunjukkan
120 menit.
adanya ikatan - C-H. Hal ini sesuai
Karakteristik pektin yang diperoleh
dengan penelitian Sufy (2015),
antara lain yaitu kadar air 1,55%, kadar
menyatakan bahwa ikatan -C-
abu 2,2%, berat ekivalen 609,99 mg,
H terletak pada bilangan gelombang
kadar metoksil 11,49%, kadar
1421,60 cm-1. Menurut Pavia et al (2009),
galakturonat 42,47%, derajat esterifikasi
bilangan gelombang ikatan - C-H terletak
47,65%, dan berat molekul 16.177,83
pada kisaran bilangan gelombang 1450 –
g/mol. Spektrum FTIR antara pektin
1375 cm-1.
standar dan hasil ekstraksi menunjukkan
Pita serapan pada bilangan
adanya kemiripan.
gelombang 1105.21 cm-1, menunjukan
ikatan dari eter (R-O-R) dari molekul DAFTAR PUSTAKA
pektin. Data didukung dengan penelitian
Akhmalludin, K A. (2009). Pembuatan
Fitria (2013), bahwa spektra gugus eter pektin dari kulit cokelat dengan cara
berada pada bilangan gelombang 1151,29 ekstraksi. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
cm-1, pada penelitian Sufy (2015), gugus
Arviani. (2009). Studi perbandingan
eter (R-O-R) berada pada panjang metode ekstraksi pektin dari kulit
gelombang 1146,73 cm-1. Pavia et al jeruk (Citrus Sp). Skripsi. Palu:

(2009) menyatakan bahwa ikatan eter (R-

Yesy Febriyanti dkk. 71


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

Jurusan Kimia Fakultas MIPA Hanum, F., Kaban, I M D., Tarigan, M A.


Universitas Tadulako. (2012). Ekstraksi pektin dari kulit
buah pisang raja (Musa sapientum).
Budiyanto, A., Yulianingsih. (2008).
Jurnal Teknik Kimia USU, 1(2): 12-
Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi
26.
terhadap karakter pektin dari ampas
jeruk siam (Citrus nobilis L). Jurnal Hongping, H., Ray, F. L., Jianxi, Z. (2004).
Pascapanen. 5 (2): 37-44. Infrared study of HDTMA.
Intercalated Montmorillaonite.
Christiani, A. A. M., Widjanarko, S. B.,
Elsevier.
Purwantiningrum, I. (2014).
Pembuatan pektin berwarna dari Injilaudin, S.A., Lutfi, M., Nugroho, A. W.
ampas apel manalagi dengan (2015). Pengaruh suhu dan waktu
penambahan filtrat mawar merah. pada proses ekstraksi pektin dari
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2( kulit buah nangka (Artocarpus
4). heterophyllus). Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem.
Constenla, D., Lozano, J.E. (2002). Effect
3(3).
of pomace drying on apple pectin.
Lebbensmittel Wissenschaf Und International Pectins Procedures
Technology. Association. (2003). What is pectin.
http://www.ippa.info/history_of_Pekti
Cowd, M.A. (1991). Kimia polimer.
n.htm. Diakses 20 Januari 2016.
Bandung: Penerbit ITB
Ismail, N S M., Ramli, N., Hani, N M.,
Evi, Z.N., Yuli, N., Rusdiansjah. (2013).
Meon, Z. (2012). Ekstraction and
Pengaruh suhu dan waktu
characterization of pectin from
terhadap hasil ekstraksi pektin dari
dragon fruit (Hylocereus polyhizus)
kulit buah nanas. Simposium
using various extraction condition.
Nasional RAPI XII. FT UMS : K 39-
Journal Sains Malaysiana. 41(1): 41-
43
45.
Fitria, V. (2013). Karakterisasi pektin hasil
Kertesz, Z.I. (1951). The Pection
ekstraksi dari limbah kulit pisang
substances. New York:
kepok (Musa balbisiana ABB).
Interscience Pub. Inc.,
Skripsi. Jakarta: Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Madjaga, B.H., Nrhaeni, Ruslan. (2017).
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Optimalisasi ekstraksi pektin dari
Negeri Syarif Hidayatullah. kulit buah sukun (Artocarpus Altilis).
KOVALEN, 3(2): 158-162.
Fitriani, V. (2003). Ekstraksi dan
karakterisasi pektin dari kulit jeruk Ngadiwiyana. (1996). Polimerisasi
lemon (Citrus medica var Lemon). eugenol dengan katalis asam sulfat
Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi pekat. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA
Pertanian IPB. UGM.
Goycoolea, F.M., Cardenas A. (2003). Nurhikmat, A. (2003). Ekstraksi pektin dari
Pectins from Opuntia Sp.: A Short apel lokal : optimasi pH dan waktu
Review. J.PACD hidrolisis. Jurnal Widyariset. 4.
Hadri, M. El., Achahbar., Khamkhami, J., Nurviani, N., Bahri, S., & Sumarni, N. K.
El., Khelifa, B., Faivre, V., Truong (2014). Ekstraksi dan karakterisasi
Cong, T., Bougrioua, F., Bresson, pektin kulit buah pepaya (Carica
S. (2012). Raman spectroscopy papaya l.) Varietas cibinong, jinggo
investigation of mono- and diacyl- dan semangka. Natural Science:
polyoxyethylene glycols. France: Journal of Science and Technology,
Laboratoire De Physique The 3(3).
Systemes Complexes, UPJV.
O’Neil, MA., Ishii, T., Albersheim, P.,
Amiens.
Darvill, AG. (2014).

Yesy Febriyanti dkk. 72


KOVALEN, 4(1): 60-73 April 2018 e-ISSN: 2477-5398

Rhamnogalacturonan II: structure Kimia Fakultas MIPA Universitas


and function of a borate cross-linked Tadulako.
cell wall pectin polysaccharide.
Susilowati, Siswanto, M., Luluk, E., Tutuk,
Annu. Rev. Plant Biol. 55: 109-139.
H. (2013). Ekstraksi pektin dari kulit
Pardede, A., Ratnawati, D., Martono, A. buah coklat dengan pelarut asam
(2013). Ekstraksi dan karakterisasi sitrat. Jurnal Teknik Kimia Teknologi
pektin dari kulit kemiri Industri. 11(1).
(Alleuritesmollucana willd). Media
Sufy, Q. (2015). Pengaruh variasi
Sains, 5(1): 1-6.
perlakuan bahan baku dan
Pavia, D., Lampman, G.M., Kriz, G.S., konsentarsi asam terhadap
Vyvyan J.R. (2009). Introduction to ekstraksi dan karakteristik pektin
spectroscopy edition IV. dari limbah kulit pisang kepok
Washington: Departement of kuning (Musa balbisiana BBB).
Chemistry. Western Wasington Skripsi. Jakarta: Program Studi
University. Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Prasetyowati, Sari, K. P., Pesantri, H.
Hidayatullah.
(2009). Ekstraksi pektin dari kulit
mangga. Jurnal Teknik Kimia , 16(4) Tuhuloula, A., Budiyarti, L., Fitriana, E N.
: 42-49. (2013). Karakterisasi pektin dengan
memanfaatkan limbah kulit pisang
Putra, I. N. K. (2010). Optimasi proses
menggunakan Metode Ekstraksi.
ekstraksi pektin dami buah nangka
Jurnal Konversi, 2(1).
(Artocarpus heterphyllus Lamk).
J.Agritech. 30(3):158-163. Utami, R. (2014). Ekstrasi pektin dari kulit
kakao dengan pelarut ammonium
Ranganna, S. (2000). Handbook of
oksalat. Skripsi. Banda Aceh:
analysis and quality controlfor fruit
Fakultas Pertanian Universitas
and vegetable products second
Syiah Kuaka, Banda Aceh.
edition. New Delhi: Tata McGraw-
Hill Publishing Company Limited. Willats, W. G., Knox, J. P., & Mikkelsen, J.
D. (2006). Pectin: new insights into
Silvana, P. (2013). Penggunaan berbagai
an old polymer are starting to gel.
jenis asam dalam ekstraksi pektin
Trends in Food Science &
kulit buah kakao dari beberapa
Technology, 17(3): 97-104.
varietas buah kakao (Theobroma
cacao, L). Skripsi. Palu: Jurusan

Yesy Febriyanti dkk. 73

Anda mungkin juga menyukai