Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TUGAS FARMASI INDUSTRI DAN CPOB

DISUSUN OLEH :

1. SUPARMAN ABD. RAHMAN 2243700358


2. RAFIKA MITA AISYAH 2343700001
3. NOVITA CHREIS ANUGRAH 2343700004

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XLIX


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang supositoria. Meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga banyak
berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Farmasi Industri dan CPOB yang baik yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai penggunaan supositoria, dan juga bagaimana membuat s
upositoria. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh darikata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan mohon kritik dan saran yang membangun demi perrbaikan makalah ini.

Jakarta, September 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………... i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………...3

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...3


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….….3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….….4

2.1 Pengertian Suppositoria……….…. …………………………………………..4


2.2 Bobot Dan Ukuran Suppositoria…………………………… ………………...4
2.3 Efek Suppositoria……………………………………………………………...4
2.4 Keuntungan Pemakaian Melalui Rektum Dibandingkan Secara Oral…….…..5
2.5 Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria…………………………...…..5
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat Dalam Rektum…………5
2.7 Bahan Dasar Supoositoria…………………………………………………….6
2.8 Syarat Basis Yang Ideal………………………………………………………6
2.9 Pembuatan Suppositoria………………………………………………………6
2.10 Pemeriksaan Mutu Suppositoria……………………………………...…..7
2.11 Pengemasan Dan Penyimpanan Suppositoria………………………...…..7
2.12 Cara Menggunakan Suppositoria…………………………………………7
2.13 Contoh Resep Suppositoria……………………………………………….8
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...12

3.1 Kesimpulan………. ……………………………………………………....…..9

3.2 Saran……….……………………………………………………………...…..9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia farmasi
puntak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul.
Perkembangan pengobatanpun terus di kembangkan. Berbagaimacam bentuk sediaan obat, baik it
u liquid, solid dansemisolid telah dikembangkan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang bertujuan
untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikomsumsi oleh masyarakat. Selain
itu,sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel, pasta dan
suppositoria yangdigunakan melalui rectum. Kelebihan dari sediaan semisolid ini yaitu, mudah
dibawa, mudah pada pengabsorbsinya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan
terhadap kulit tubuh.
Para ahli farmasis harus biasa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara
tepat.Dengandemikian, farmasisharus mengetahui langkah-langkahyang tepat .
Untuk meminimalisir kejadianyang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikankonsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan
dan di kombinasikan dengan baik dan benar.
Banyak obat tersedia dalam beberapa bentuk misalnya supositoria yang merupakan salah
satuobat yang berbentuk padat. Pemberian obat suppositoria ini bertujuan untuk mendapatkan
efek terapi obat menjadi lunak pada daerah feses atau merangsang buang air besar.
Pemberian obat suppositoria ini dapat diberikan pada pasien yang mengalami pendarahan
rectal.1.2

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan obat suppositoria ?

2.Bagaimana bentuk dan contoh suppositoria?

3.Bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan sediaan suppositoria yang baik dan tepat?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suppositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh (FI IV).

Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan
melalui lubang atau celah pada tubuh, di mana ia akan melebur, melunak atau melarut dan
memberikan efek lokal atau sistemik. Umumnya dimasukkan melalui rektum, vagina, kadang2
melalui saluran urin, dan jarang melalui telinga dan hidung.

2.2 Bobot dan ukuran suppositoria

Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk dewasa dan 2 gr untuk anak.
Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), berbentuk silinder dan kedua
ujungnya tajam, beberapa ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo, atau jari-jari kecil
(tergantung pada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan, beratnya pun berbeda-beda).
USP menetapkan untuk suppositoria rektum beratnya 2 g, untuk orang dewasa (basis oleum
cacao), sedang untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya ½ dari ukuran orang dewasa.
Supositoria vagina (pessarium) biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, beratnya 5
g (baSupositoria saluran urin (bougie) bentuknya ramping seperti pensil. Supositoria saluran urin
pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, dengan berat ± 4 g (basis oleum cacao).
Supositoria saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm
dan beratnya 2 g. Supositoria untuk hidung dan telinga (kerucut telinga), berbentuk sama dengan
supositoria urin dengan panjang biasanya 32 mm (jarang digunakan)sis oleum cacao)

2.3 Efek suposituria

Begitu dimasukkan, basis supositoria meleleh, melunak atau melarut menyebarkan bahan obat
yang dibawanya ke jaringan2 di daerah tersebut. Obat ini dimaksudkan untuk ditahan dalam
ruang tersebut untuk efek kerja lokal, atau bisa juga dimaksudkan agar diabsorbsi untuk
mendapatkan efek sistemik

1. Efek Lokal

Supositoria rektal yang dimaksudkan untuk kerja lokal yaitu menghilangkan konstipasi dan
wasir (biasanya mengandung anestetik lokal, vasokontriktor, astringen, analgesik), laksatif

5
(supositria gliserin). Supositoria vaginal untuk antiseptik pada hygiene wanita, vaginitis, dll.
Kemudian Supositria untuk uretral antibakteri, anestetik lokal
2. Efek Sistemik

Rektum sering digunakan sebagai tempat absorpsi secara sistemik, vagina tidak sering
digunakan untuk tujuan ini. Sirkulasi vena dari rectum (vena hemorodial inferior dan tengah
mengalir ke vena kava)

2.4 Keuntungan Pemakaian melalui rektum dibandingkan secara oral


1. Cocok untuk bahan obat yang dirusak oleh pH atau aktivitas enzim dari lambung dan usus
2. Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan
3. Dapat menghindari frist pass effect oleh hati
4. Cocok digunakan untuk pasien yang tidak dapat menelan obat
5. Efektif untuk pasien yang suka muntah
2.5 Tujuan penggunaan obat bentuk suppositoria

Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau
urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya.
Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membran
mukosa dalam rektum, apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan seperti pasien
mudah muntah, tidak sadar. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi
melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah, agar terhindar dari
pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara
biokimia di dalam hepar .
2.6 Faktor – Faktor yang mempengaruhi absorspsi obat dalam rektum
1. Kandungan kolon  absorpsi lebih besar pada rektum yang kosong (tidak ada feses),
keadaan lainnya seperti diare dapat mempengaruhi kadar dan tingkat absorpsi obat dari
rektum
2. Jalur Sirkulasi  obat yang diabsorbsi melalui rektum, tidak melalui sirkulasi portal (tidak
dihilangkan oleh hati)
3. pH dan tidak adanya kemampuan mendapar dari cairan rektum  cairan rektum pada
dasarnya netral ph (7-8) dan kemampuan mendapar tidak ada  obat secara kimia tidak
berubah oleh lingkungan rektum
Faktor Fisika kimia dari Obat dan Basis Supositoria
4. Kelarutan Lemak Air
5. Ukuran partikel
6. Sifat Basis  mampu mencair, melunak atau melarut supaya melepaskan kandungan
obatnya untuk diabsorpsi

6
2.7 Bahan dasar suppositoria
1. Basis berminyak atau berlemak
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai. Oleum cacao  dengan
cepat mencair pada suhu tubuh, tidak bercampur dengan cairan,tidak dapat secara langsung
melepaskan obat yang larut dalam lemak. Untuk obat dengan efek sistemik lebih baik
menggunakan obat dengan bentuk terionisasi daripada tidak terionisasi supaya mencapai
bioavailabilitas yang maksimum
2. Basis yang larut dalam air dan basis yang bercampur dengan air
Gelatin gliserin dan basis polietilen glikol. Basis gelatin gliserin paling sering digunakan
dalam pembuatan supositoria vagina  diharapkan efek setempat yang cukup lama dari unsur
obatnya. Basis ini lebih lambat melunak dan bercampur dengan cairan tubuh daripada oleum
cacao. Supositoria saluran urin dari gelatin gliserin lebih mudah dimasukkan daripada oleum
cacao (rapuh dan cepat melunak pada suhu tubuh). Polietilen glikol (PEG) tidak melebur
ketika terkena suhu tubuh, tetapi perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh 
memungkinkan perlambatan pelepasan obat dari basis, dapat disimpan di luar lemari es ,
memungkinkan untuk dimasukkan secara perlahan-lahan tanpa akan melebur.
Adapun basis lainnya yaitu Campuran bahan bersifat seperti lemak dan yang larut dalam
air atau bercampur dengan air. Beberapa diantaranya berbentuk emulsi (a/m) (polioksil 40
stearat)  zat aktif permukaan. Basis ini mempunyai kemampuan menahan air atau larutan
berair.
2.8 Syarat basis yang ideal
1. Melebur pada temperature rectal
2. Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi
3. Dapat dicampur dengan berbagai obat
4. Tidak terbentuk metastabil
5. Mudah dilepas dari cetakan
6. Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi
7. Bilangan airnya tinggi
8. Stabil baik secara fisika ataupun kimia
9. Tidak mempengaruhi efektivitas obat
10.Memberi bentuk yang sesuai untuk memudahkan pemakaiannya
11.Mempengaruhi pelepasan bahan aktif .
2.9 Pembuatan suppositoria
1. Mencetak hasil leburan

7
Mencetak hasil leburan dengan cara melebur basis, mencampurkan bahan obat yang
dinginkan, menuang hasil leburan kedalam cetakan, membiarkan leburan dingin dan
mengental menjadi suppositoria kemudian melepaskan suppositoria

2. Kompresi
Kompresi dibuat dengan massa yang terdiri dari campuran basis dengan bahan obat dalam
cetakan khusus, Adapun cara ini cocok untuk suppositoria yang mengandung bahan obat
yang tidak tahan pemanasan dan mengandung sebagian besar bahan yang tidak dapat larut
dalam basis (memungkinkan bahan obat untuk tidak mengendap)
3. Menggulung dan membentuk dengan tangan
Menggulung dan membentuk dengan tangan caranya basis mula – mula diiris, diaduk
dengan bahan aktif dalam lumpang sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan
mudah dibentuk kemudian massa lalu digulung menjadi silinder dengan diameter dan
panjang yang dikehendaki dan salah satu ujungnya diruncingkan
2.10 Pemeriksaan Mutu suppositoria
Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
2. Test terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol.Cacao
3. Test kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan
4. Test waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol.Cacao dingin 3 menit
5. Test homogenitas.
2.11 Pengemasan dan penyimpanan suppositoria
Supositoria gliserin dan gelatin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup rapat
supaya mencegah perubahan kelembapan (basis bersifat higroskopis), disimpan dibawah
35°F, kemudian supositoria dengan basis oleum cacao dibungkus terpisah-pisah untuk
mencegah perekatan, disimpan dibawah 30°F (lebih baik bila disimpan dalam lemari es) dan
dikemas sedemikian rupa sehingga tiap Suppositoria terpisah, tidak mudah hancur atau
meleleh biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik sebanyak 6
sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus dan harus disimpan dalam wadah
tertutup baik di tempat sejuk.
2.12 Cara menggunakan suppositoria
1. Cuci tangan anda dengan air mengalir yang bersih disertai sabun. Saran : gunakan air
bersuhu normal (25 – 27 C) agar tangan anda tidak menjadi hangat saat membuka obat.
Peningkatan suhu dapat melelehkan sediaan suppositoria.
2. Sebelum suppositoria dibuka dari pembungkus , pastikan suppositoria tersebut dalam
keadaan keras untuk memudahkannya masuk dalam dubur/vaginal/uretra.

8
3. Buka dengan hati-hati pembungkus suppositoria agar tidak merusak/mematahkan
suppositoria.
4. Tidak mematahkan suppositoria karena 1 suppositoria adalah 1 dosis obat, jika dipatahkan
maka akan menjadi ½ dosis.
5. Jika diresepkan untuk digunakan ½ dosis maka sebelum suppositoria dibuka, obat tersebut
dibagi 2 (dua) dengan cara digunting menggunakan gunting/pisau yang sebelumnya
dibersihkan (lebih baik menggunakan alkohol untuk membersihkan gunting/pisaunya).
6. Olesi bagian ujung suppositoria menggunakan lubrikan berbasis air (bisa dibeli di apotek)
atau basahi dengan sedikit air matang.
7. Posisikan tubuh anda seperti pada gambar, posisi sedikit miring ke kiri, kaki kanan
dibagian atas lalu posisikan seperti pada gambar dibawah ini.
8. Gunakan tangan kiri untuk membuka mulut dubur lalu tahan.
9. Masukan suppositoria kedalam dubur dengan posisi bagian ujung suppositoria terlebih
dahulu.Masukan dengan jari telunjuk/jari tengah tangan kanan sedalam 1 cm (anak-anak) –
5 cm (dewasa) atau seukuran telunjuk orang dewasa.
10.Diamkan selama beberapa menit (5-10 menit) pada posisi tetap tiduran, agar obat dapat
meleleh dan diserap sempurna oleh pembuluh darah dan mencegah suppositoria keluar
dari dubur.
11. Setelah selesai cuci kembali tangan anda dan keringkan
2.13 Contoh resep suppositoria
1. R/ Aminophyllin 200 mg
Oleum Cacao qs
m.f.l.a.Suppos.dtd.No.V
S.prn.Suppos I

Pro: Tn.Ferry
2. R/ Parasetamol 200 mg
P.E.G 400 400 mg
P.E.G 4000 1600 mg
m.f.l.a.Suppos.dtd.No.VI
S.Prn.Suppos I

Pro: Firetia (5 tahun)

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhutubuh, Bentuk-
bentuk suppositoria yaitu suppositoria vagina,suppositoria uretra,suppositoriarectal. Metode
pembuatan supositoria yaitu dengan tangan,dengan cetakan kompresi,dengan cetakan
3.2 Saran
Kami berharap agar dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
pembaca juga dapat mengetahui tentang suppositoria serta cara penggunaannya.mungkin
makalah ini masih banyak kekurangan lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C.,et al, 2011, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, ninth
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Wolters Kluwer Health, Philadelphia, p. 312-330

Aulton M.E., Taylor K.M.G., 2013, Aulton’s Pharmaceutics The Design and Maufacture
of Medicines, Fourth Edition, Churchill Livingstone Elsevier, New York, p 725, 740, dan 732-750

Linda Felton, et al, 2013, Remington Essentials of Pharmaceutics, First Edition,


Pharmaceutical Press, London

11

Anda mungkin juga menyukai