Anda di halaman 1dari 92

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

KOTA BLITAR 2023

No Publikasi : 35720.2314
Katalog BPS : 4102004.3572
Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm
Jumlah Halaman : xii + 66 halaman

Naskah:
Badan Pusat Statistik Kota Blitar

Desain Cover:
Badan Pusat Statistik Kota Blitar

Diterbitkan Oleh
©Badan Pusat Statistik Kota Blitar

Dicetak Oleh:
CV. Citra Mentari

Sumber Ilustrasi:
www.canva.com, www.freepik.com

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin
tertulis dari Badan Pusat Statistik
TIM PENYUSUN
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KOTA BLITAR
2023

Pengarah:
Bambang Indarto, S.Si, M.Si

Penanggung Jawab:
Ari Soedjianti Irlina

Penyunting:
Hendra Eka Wahyudianto, S.Si, M.E

Penulis dan Pengolah Data:


Tania Dani Tajianti, S.ST

Desain Cover:
Tania Dani Tajianti, S.ST
KATA PENGANTAR

Tujuan utama pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan


rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menyelenggarakan
program pembangunan yang berkesinambungan, menyeluruh, terarah, dan
terpadu. Dalam pelaksanaannya diperlukan indikator-indikator yang dapat
mencerminkan taraf kesejahteraan rakyat.

Publikasi ”Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023” ini


menyajikan indikator-indikator yang dimaksud. Data yang digunakan disamping
bersumber dari BPS, juga dikumpulkan dari Dinas Pendidikan dan Dinas
Kesehatan. Data yang berasal dari BPS utamanya bersumber dari hasil Susenas,
Sakernas, dan Sensus Penduduk.

Data dari berbagai sumber tersebut selanjutnya diolah dan disajikan


dalam bentuk analisis indikator kependudukan, kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, indikator
kemiskinan, dan indikator sosial lainnya.

Harapan kami semoga dengan kehadiran publikasi ini dapat memberikan


manfaat bagi seluruh pengguna data, khususnya Pemerintah Kota Blitar dalam
melakukan evaluasi program pembangunan kesejahteraan rakyat.

Akhir kata, diucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut
berpartisipasi dalam penyusunan indikator kesejahteraan rakyat dan semoga
kehadiran publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Blitar, Desember 2023


Kepala Badan Pusat Statistik
Kota Blitar

Bambang Indarto

5
vi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
DAFTAR ISI
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023

KATA PENGANTAR...................................................................................... v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
BAB 1 KEPENDUDUKAN ............................................................................ 1
1.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin………. ... 3
1.2 Kepadatan dan Persebaran Penduduk…………………………………………… .... 5
1.3 Angka Beban Ketergantungan................................................................ 6
1.4 Fertilitas dan Keluarga Berencana.......................................................... 7
BAB 2 KESEHATAN................................................................................... 11
2.1 Derajat dan Status Kesehatan Penduduk .............................................13
2.2 Kesehatan Ibu dan Balita .....................................................................16
BAB 3 PENDIDIKAN.................................................................................. 21
3.1 Angka Buta Huruf.................................................................................24
3.2 Rata-Rata Lama Sekolah ......................................................................24
3.3 Tingkat Pendidikan ..............................................................................25
3.4 Tingkat Partisipasi Sekolah ..................................................................26
3.5 Angka Harapan Lama Sekolah.............................................................27
3.6 Kualitas Pelayanan Pendidikan ...........................................................28
BAB 4 KETENAGAKERJAAN ...................................................................... 31
4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ...........................................33
4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ..................................................35
4.3 Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan ...............................................37
BAB 5 TARAF DAN POLA KONSUMSI........................................................ 43
BAB 6 PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN.................................................. 49
6.1 Status Kepemilikan Rumah Tinggal .....................................................49
6.2 Kualitas Rumah Tinggal .......................................................................50
6.3 Fasilitas Rumah Tinggal.......................................................................51
BAB 7 KEMISKINAN ................................................................................. 55
7.1 Perkembangan Penduduk Miskin di Kota Blitar..................................57
7.2 Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks
Keparahan Kemiskinan .......................................................................58
BAB 8 SOSIAL LAINNYA............................................................................ 61
8.1 Persentase Penduduk yang Mempunyai Akses Teknologi Informasi
dan Komunikasi .................................................................................63
8.2 Persentase Penduduk Penerima Kredit Usaha...................................65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 66

7
viii Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 8
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk, Komposisi Penduduk, dan Rasio
Jenis Kelamin Kota Blitar, 2020-2023 .................................................... 4
Tabel 1.2 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan Kota Blitar,
2020-2023.............................................................................................. 6
Tabel 1.3 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut
Kelompok Umur di Kota Blitar, 2020 – 2022 ......................................... 7
Tabel 1.4 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Keatas Menurut Umur
Perkawinan Pertama, dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama di Kota
Blitar, 2020 – 2022................................................................................. 8
Tabel 1.5 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi Menurut Jenis Alat KB
Kota Blitar, 2020–2022……………………………………………………………………....9
Tabel 2.1 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Angka
Kesakitan Kota Blitar Tahun, 2020-2022…………….…………………. 14
Tabel 2.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat
Kota Blitar, 2020-2022 ......................................................................... 16
Tabel 3.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Blitar Tahun 2022……………………………………………….26
Tabel 3.2 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah Kota Blitar
Tahun 2022…………….…………………………………………………………………..……..27
Tabel 3.3. Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid-Sekolah di Kota Blitar Tahun
2022………………………………………………………………………………………………..29
Tabel 4.1 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status
Pekerjaan Utama Kota Blitar Tahun 2020-2023 ................................ 39
Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Kelompok Makanan Perkapita Sebulan di Kota
Blitar Tahun 2020-2022 ....................................................................... 44

9
x Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kepadatan Penduduk Kota Blitar, 2020-2023 ................................... 5
Gambar 2.1. Persentase Penduduk Kota Blitar dirinci Berdasarkan Angka
Kesakitan Selama Sebulan Terakhir, 2019-2022 ............................ 14
Gambar 2.2. Umur Harapan Hidup di Kota Blitar Tahun 2016-2022 ................... 15
Gambar 2.3. Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir menurut Berat badan Anak
Ketika Dilahirkan di Kota Blitar Tahun 2022 ................................... 17
Gambar 2.4. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun Dirinci
Menurut Penolong Kelahiran Terakhir pada Anak Lahir Hidup
Terakhir di Kota Blitar Tahun 2022................................................ 18
Gambar 2.5. Persentase Perempuan pernah Kawin usia 15-49 Tahun Dirinci
Menurut Tempat Melahirkan Terakhir sebelum 2 Tahun yang lalu
di Kota Blitar Tahun 2022…………………………………………………………... 19
Gambar 3.1. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kemampuan
Membaca dan Menulis Kota Blitar Tahun 2022 ............................ 24
Gambar 3.2. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun Ke Atas di Kota
Blitar dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2021-2022 .......................... 25
Gambar 3.3. Harapan Lama Sekolah Penduduk usia 7 Tahun ke Atas di Kota Blitar
Tahun 2018-2022 ........................................................................... 28
Gambar 4.1. TPAK di Kota Blitar Tahun 2020-2023 menurut Jenis Kelamin........ 34
Gambar 4.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Blitar Tahun 2019-
2023 menurut Jenis Kelamin .......................................................... 35
Gambar 4.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Blitar Tahun 2021- 2023 ......... 37
Gambar 4.4. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Lapangan Usaha
di Kota Blitar Tahun 2019-2023...................................................... 38
Gambar 5.1. Rata-rata Pengeluaran Kelompok Non Makanan Perkapita Sebulan
Kota Blitar Tahun 2021-2022.......................................................... 45
Gambar 6.1. Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah
Tinggal Tahun 2022 ........................................................................ 50
Gambar 6.2. Rumah Tangga Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di
Kota Blitar dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 ........................... 51
Gambar 6.3. Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Blitar Tahun
2022................................................................................................ 52
Gambar 6.4. Rumah Tangga Menurut Indikator Fasilitas Tempat Buang Air Besar
di Kota Blitar dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 ....................... 53

1
Gambar 7.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Blitar
Tahun 2015-2023.............................................................................55
Gambar 7.2. Garis Kemiskinan di Kota Blitar dan Provinsi Jawa Timur Tahun
2015-2023.......................................................................................56
Gambar 7.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) di Kota Blitar Tahun 2015-2023 ...........................60

Gambar 8.1 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki / Menguasai Alat


Komunikasi dan Informasi di Kota Blitar, 2022...............................63
Gambar 8.2 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet
dan untuk Apa Saja Menggunakan Internet dalam 3 Bulan Terakhir
di Kota Blitar, 2022 .........................................................................64
Gambar 8.3 Persentase Rumah Tangga Penerima Kredit Usaha Menurut Jenis
Kredit Usaha di Kota Blitar Tahun 2022..........................................65

xii Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023


v
vi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
KEPENDUDUKAN

Dalam Statistik Nasional, data kependudukan merupakan informasi penting


dalam proses pembangunan, karena penduduk berperan sebagai subyek sekaligus
obyek dalam pembangunan. Oleh karena itu perhatian terhadap penduduk bukan
hanya pada sisi jumlah tetapi juga dari sisi kualitas. Penduduk yang berkualitas
merupakan modal bagi pembangunan dan diharapkan mampu mengatasi berbagai
akibat dari dinamika kependudukan.
Pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi dikhawatirkan akan
menimbulkan berbagai masalah yang dapat mengganggu kesejahteraan penduduk.
Penyediaan pangan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan terjadinya kelaparan
dan dapat meningkatkan jumlah kematian penduduk. Selain itu, ketersediaan
pemukiman yang tidak mencukupi dapat mengakibatkan munculnya pemukiman-
pemukiman liar, kumuh dan tidak layak akibat sempitnya lahan untuk pemukiman
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Masalah lain yang dapat muncul
diantaranya terjadinya gangguan keamanan akibat maraknya aksi tindakan kriminalitas,
menurunnya tingkat kesehatan masyarakat akibat sarana kesehatan yang kurang
memadai, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia terkait dengan sarana
pendidikan yang terbatas.

Selain tingkat pertumbuhan penduduk, masalah komposisi penduduk dan


ketimpangan distribusi penduduk juga menjadi masalah serius yang harus segera
ditangani oleh pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait masalah kependudukan baik
dalam hal kuantitas maupun kualitas penduduk harus terus dilaksanakan dalam upaya
memperbaiki kualitas hidup masyarakat sehingga kesejahteraan hidup masyarakat
dapat diitingkatkan.

1.1. Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin


Salah satu masalah klasik kependudukan yang terjadi sekarang ini dan terus
menjadi perhatian pemerintah jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk yang
disajikan pada publikasi ini bersumber dari proyeksi penduduk kabupaten/kota Provinsi
Jawa Timur 2020-2035 hasil Sensus Penduduk 2020. Jumlah penduduk Kota Blitar pada
bulan Juni 2020 sebesar 148,70 ribu orang. Pertumbuhan penduduk berlanjut
sepanjang periode proyeksi. Jumlah penduduk diproyeksikan mencapai 153,36 ribu
orang pada tahun 2023.

20233 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
Tabel 1.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan Penduduk, Komposisi Penduduk, dan Rasio Jenis
Kelamin Kota Blitar, 2020-2023

Uraian 2020 2021 2022 2023


(1) (5) (6) (7) (8)
Penduduk (ribu jiwa)
- Laki-laki 73,99 74,74 75,46 76,16
- Perempuan 74,71 75,56 76,39 77,21
- Jumlah 148,70 150,30 151,84 153,36
Laju Pertumbuhan
Penduduk (pertengahan … 1,08 1,02 1,00
tahun)
Komposisi Umur (%)
0-14 22,33 22,03 21,76 21,50
15-64 69,82 69,80 69,76 69,68
65+ 7,85 8,17 8,48 8,82
Rasio Jenis Kelamin 99,04 98,91 98,78 98,64
Sumber: Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 2020–2035 | Hasil
Sensus
Penduduk 2020
Ditinjau dari laju pertumbuhan penduduk tiap tahunnya, laju pertumbuhan
penduduk Kota Blitar pada tahun 2023 tercatat sebesar 1,00 persen, mengalami
penurunan dari tahun 2021 (1,08 persen).

Apabila dilihat komposisi penduduk menurut jenis kelamin penduduk laki-laki


dan perempuan, rasio jenis kelamin penduduk Kota Blitar pada tahun 2023 sebesar
98,64. Hal ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 99
penduduk laki-laki. Dengan kata lain, jumlah penduduk perempuan di Kota Blitar lebih
banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.

Hasil proyeksi menunjukkan adanya penurunan proporsi pada penduduk umur


0-14 di Kota Blitar dari 22,33 persen pada tahun 2020 menjadi 21,50 persen tahun
2023. Begitu juga proporsi penduduk 15-64 tahun juga mengalami penurunan dari
69,82 persen pada tahun 2020 menjadi 69,68 persen pada tahun 2023. Berbeda halnya
dengan proporsi penduduk lansia (65 tahun ke atas) yang justru mengalami
peningkatan proporsi dari 7,85 persen tahun 2020 menjadi 8,82 persen tahun 2023.
Kondisi ini terjadi sebagai dampak dari peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
terutama penurunan angka kematian bayi dan peningkatan umur harapan hidup.

20234 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
1.2. Kepadatan dan Persebaran Penduduk
Salah satu persoalan yang terkait dengan kependudukan yang masih harus
dihadapi yaitu masalah ketimpangan distribusi penduduk. Distribusi penduduk yang
tidak merata menimbulkan masalah pada kepadatan penduduk dan tekanan penduduk
di suatu wilayah.

Beberapa wilayah yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar


sedangkan di wilayah lain masih ada wilayah yang hanya dihuni oleh jumlah penduduk
yang relatif sedikit. Hal ini sangat berpengaruh pada kondisi masyarakat setempat. Di
satu sisi, wilayah dengan jumlah penduduk yang besar akan dihadapkan pada persoalan
meningkatnya jumlah pengangguran karena tidak memadainya penyediaan lapangan
pekerjaan, permasalahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, serta tidak memadainya
akses fasilitas pendidikan dan kesehatan serta masalah-masalah sosial lainnya. Di sisi
lainnya, wilayah dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit akan memunculkan
persoalan optimalisasi sumber daya alam terkait dengan kekurangan tenaga kerja
padahal wilayah tersebut memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.

Kepadatan penduduk di Kota Blitar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan


seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang disebabkan oleh kelahiran maupun
migrasi masuk. Pada tahun 2020 kepadatan penduduk Kota Blitar sekitar 4.565 jiwa per
kilometer persegi, selanjutnya dengan perkembangan pertumbuhan penduduk yang
semakin menurun dari tahun ke tahun, kepadatan penduduk Kota Blitar tahun 2023
mencapai 4.709 jiwa per kilometer persegi.

5000 4662 4709


4565 4615
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0

20235 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
2020 2021 2022 2023

Sumber: Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 2020–2035


| Hasil Sensus Penduduk 2020
Gambar 1.1 Kepadatan Penduduk Kota Blitar, 2020-2023

20236 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
1.3. Angka Beban Ketergantungan
Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) merupakan salah satu
indikator demografi yang penting. Semakin tinggi persentase angka beban
ketergantungan menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi. Sedangkan persentase angka beban ketergantungan yang semakin
rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Apabila angka ketergantungan ini ke depan rendah, maka dipastikan kualitas


pertumbuhan ekonomi khususnya Kota Blitar akan semakin tinggi. Daya serap sector
ekonomi terhadap ketersediaan tenaga kerja akan semakin meningkat dan pada
waktunya akan mlampu menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan.

Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan juga dapat dilihat pada


perubahan komposisi penduduk menurut umur seperti tercermin pada semakin
rendahnya angka beban ketergantungan. Hal ini disebabkan dengan semakin kecilnya
angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan yang semakin besar bagi
penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Selama periode 2020-2023 angka beban ketergantungan berada pada angka 43


persen. Pada tahun 2020 angka beban ketergantungan Kota Blitar sebesar 43,22
persen. Hal ini berarti bahwa dari 100 penduduk usia produktif (umur 15-64 tahun)
menanggung beban sekitar 43 penduduk usia tidak produktif (dibawah umur 15 tahun
dan 65 tahun ke atas). Tercatat penduduk produktif yang menanggung penduduk usia
di bawah 14 tahun pada 2023 sebesar 32,97 ribu jiwa dan penduduk usia 65 tahun ke
atas sebesar 13,53 ribu jiwa.

Tabel 1.2 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Ketergantungan Kota Blitar,
2020-2023

Uraian 2020 2021 2022 2023


(1) (2) (3) (4) (5)
Komposisi Penduduk (ribu jiwa)
- 0 s/d 14 Tahun 33,20 33,11 33,04 32,97
- 15 s/d 64 Tahun 103,82 104,91 105,92 106,86
- 65 Tahun Keatas 11,68 12,28 12,89 13,53
- Jumlah 148,70 150,30 151,84 153,36
Angka Beban Ketergantungan (%) 43,22 43,27 43,36 43,51
Sumber: Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur 2020–2035 |
Hasil Sensus Penduduk 2020

20237 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
Rasio ketergantungan Kota Blitar di bawah 50 persen berdasarkan hasil proyeksi
penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur berada pada periode tahun 2020-2035.
Pada periode itu akan terdapat peluang lebih besar untuk melakukan investasi sumber
daya manusia guna mendorong produksi. Namun perlu diketahui bahwa di satu sisi
mereka dapat mendorong ekonomi untuk tumbuh jika sebagian besar dari mereka
bekerja tetapi di sisi lain mereka dapat menciptakan instabilitas sosial dan politik jika
diantara mereka banyak yang tidak bekerja. Mereka dikatakan usia produktif tapi tidak
dapat termanfaatkan tenaganya karena tidak terserap di pasar kerja.

1.4. Fertilitas dan Keluarga Berencana


Kelahiran (fertilitas) merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi
besarnya penduduk disuatu wilayah selain kematian (mortalitas) dan perpindahan
penduduk (mobilitas). Angka fertilitas yang tinggi apabila disertai angka mortalitas yang
rendah akan menyebabkan pertambahan penduduk yang meningkat. Apabila angka
fertilitas tidak dapat terkendali maka akan menyebabkan terjadinya ledakan penduduk
sehingga menyebabkan jumlah penduduk semakin membengkak dan memicu berbagai
macam permasalahan penduduk di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Di samping
itu, ledakan penduduk yang terjadi akan menjadi beban negara semakin besar dan
beresiko menghambat pembangunan nasional.

Tabel 1.3 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Berstatus Kawin Menurut
Kelompok Umur di Kota Blitar, 2020 – 2022

Kelompok Umur 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4)
15-19 tahun 0,87 1,49 0,00
20-24 tahun 9,40 5,68 3,44
25-29 tahun 17,86 16,18 15,29
30-34 tahun 16,64 18,38 21,66
35-39 tahun 18,21 19,71 22,38
40-44 tahun 18,49 18,83 18,90
45-49 tahun 18,53 19,73 18,35
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat
Statistik

Wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin di Kota Blitar pada tahun
2022 didominasi oleh kelompok umur 35-39 tahun dengan persentase yang semakin
meningkat dari 18,21 persen tahun 2020 menjadi 22,38 persen tahun 2022. Selanjutnya
didominasi oleh kelompok umur 30-34 tahun. Tidak ada wanita dengan kelompok 15-19
tahun yang berstatus kawin di Kota Blitar karena termasuk kategori perkawinan di

20238 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
bawah umur serta kurangnya keimbangan kesiapan maupun kematangan fisik dan
psikologisnya.

Angka kelahiran (fertilitas) sangat dipengaruhi oleh usia perkawinan pertama


perempuan serta angka prevalensi keluarga berencana (KB). Usia perkawinan pertama
seorang perempuan berpengaruh terhadap resiko melahirkan, karena semakin muda
usia perkawinan pertama, maka akan semakin besar resiko keselamatan ibu maupun
anak selama masa kehamilan maupun saat melahirkan.
Tabel 1.4 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun Keatas Menurut Umur
Perkawinan Pertama, dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama di Kota
Blitar, 2020 – 2022

Uraian 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4)
Usia Perkawinan Pertama (%)
▪ < 17 Tahun 11,27 4,30 4,44
▪ 17-18 14,60 12,45 10,63
▪ 19-24 51,98 57,13 58,48
▪ 25 + 22,15 26,12 26,45
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Rata-rata Umur Perkawinan Pertama
21,50 22,27 22,30
(Tahun)
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2022 terdapat 4,44 persen dari wanita pernah kawin menikah
pada usia kurang dari 17 tahun. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan tahun 2021.
Selain berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan, perkawinan pada kelompok usia
muda tersebut akan menyebabkan peluang lebih besar untuk memiliki jumlah anak
lebih banyak, jika tidak memiliki perencanaan keluarga yang baik, mengingat masa
reproduksinya yang relatif panjang. Untuk itu perlu peningkatan akses program
Keluarga Berencana, khususnya pada kelompok seperti ini.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program pemerintah


yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, mengurangi angka
kelahiran anak dan kematian ibu. Melalui program KB ini diharapkan cakupan akseptor
KB terus meningkat. Terutama untuk kepesertaan KB dengan metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) seperti IUD dan Implant, sehingga laju pertumbuhan penduduk
bisa dikendalikan lebih baik lagi.

20239 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
Tabel 1.5 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang
Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi Menurut Jenis Alat KB Kota Blitar,
2020 – 2022

Uraian 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4)
Wanita Yang Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi (%) 55,64 57,97 54,09
Alat Kontrasepsi yang digunakan
- MOW/Tubektomi 5,77 4,15 6,87
- MOP/Vasektomi 1,57 1,61 0,00
- AKDR/IUD/Spiral 22,06 25,77 24,47
- Suntikan KB 29,03 30,42 35,12
- Susuk KB/Norplan/Implan/ Alwalit 2,79 3,47 2,01
- Pil KB 13,11 15,52 10,54
- Kondom 8,29 7,75 6,73
- Tradisional 17,39 11,32 14,27
100,00 100,00 100,00
Jumlah
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan masa kerjanya, kontrasepsi dibedakan menjadi dua kelompok


yaitu sementara (reversible) dan permanen. Pilihan kontrasepsi untuk menunda
kehamilan pertama dan mengatur jarak kehamilan adalah kontrasepsi yang memiliki
masa kerja bersifat sementara, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Seseorang
mempunyai pilihan untuk menggunakan jenis alat/cara KB tertentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain faktor keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping,
terjangkau harganya, cara penggunaan yang dianggap paling praktis, efisien, minim
resiko kegagalan dan resiko efek samping terhadap kesehatan pemakai dan
memberikan kenyamanan bagi penggunanya.

Berdasarkan hasil Susenas tahun 2022, persentase wanita berumur 15-49


tahun yang berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB menurun
dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 54,09 persen. Tabel 1.5 memperlihatkan
bahwa dari berbagai macam alat/cara KB yang digunakan, suntikan KB, yang paling
banyak diminati. Penggunaan suntikan mencapai 35,12 persen, meningkat dibanding
tahun sebelumnya.

20240 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20 23


Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar
10 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 11
12 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
KESEHATAN

Tingkat kesehatan merupakan indikator penting untuk menggambarkan mutu


pembangunan manusia suatu wilayah. Semakin sehat kondisi suatu masyarakat, maka
akan semakin mendukung proses dan dinamika pembangunan ekonomi suatu
negara/wilayah semakin baik, khususnya dalam meningkatkan tingkat produkstivitas.
Berkaitan dengan pembangunan kesehatan, pemerintah sudah melakukan berbagai
program kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya
memberikan kemudahan akses pelayanan publik bidang kesehatan seperti puskesmas
yang sasaran utamanya menurunkan tingkat angka kesakitan masyarakat, menurunkan
Angka Kematian Ibu dan Bayi, menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dan
meningkatkan Angka Harapan Hidup.

Upaya Pemerintah melalui program-program pembangunan yang telah


dilakukan diantaranya meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan
dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, merata serta
terjangkau, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk
miskin; menyediakan sumber daya kesehatan yang kompeten dan mendistribusikan
tenaga kesehatan secara merata ke seluruh wilayah, meningkatkan sarana dan
prasarana kesehatan melalui pembangunan puskesmas, rumah sakit; polindes dan
posyandu serta menyediakan obat-obatan yang terjangkau oleh masyarakat.

Keberhasilan atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam bidang kesehatan


dapat diukur dengan beberapa indikator kesehatan antara lain Umur Harapan Hidup,
Angka Kematian Bayi dan indikator lain yang berkaitan dengan akses terhadap fasilitas
pelayanan kesehatan seperti persentase balita yang persalinannya ditolong oleh tenaga
medis, persentase penduduk yang berobat jalan ke rumah sakit, dokter/klinik,
puskesmas, dan lainnya, serta rasio tenaga kesehatan per penduduk.

2.1. Derajat dan Status Kesehatan Penduduk


Indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi tingkat kesehatan
masyarakat antara lain angka usia harapan hidup (UHH), angka kesakitan (Morbiditas),
Angka Kematian bayi (AKB), Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB).

Angka kesakitan (morbiditas) merupakan salah satu indikator penting dalam


penilaian dan perencanaan program untuk menurunkan kesakitan dan kematian di
suatu wilayah. Merujuk pada konsep yang diterapkan oleh BPS dalam Susenas, maka

5705 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5705
Morbiditas (angka kesakitan) menunjukkan adanya gangguan/ keluhan kesehatan yang
mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari baik dalam melakukan pekerjaan,
bersekolah, mengurus rumah tangga maupun melakukan aktivitas lainnya. Semakin
banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan berarti semakin rendah derajat
kesehatan di wilayah tersebut dan menunjukkan angka kesakitan yang tinggi di wilayah
tersebut.
Tabel 2.1 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Angka
Kesakitan Kota Blitar Tahun, 2020-2022

Uraian 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4)
Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan (%)
- Ya 43,43 20,85 36,97
- Tidak 56,57 79,15 63,03
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Angka Kesakitan (%) 16,33 9,99 14,87
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Dari hasil Susenas 2022, sekitar 36,97 persen penduduk mempunyai keluhan
kesehatan (referensi survei dalam sebulan yang lalu). Dari 36,97 persen yang
mengalami keluhan kesehatan tersebut, 14,87 persen mengaku terganggu aktivitas
kehidupan sehari-harinya. Inilah yang disebut dengan angka kesakitan. Dengan
demikian angka kesakitan Kota Blitar tahun 2022 adalah 14,87 persen.

Angka Kesakitan
20 15
16.33

5706 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5706
14.87

9.9
9

5707 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5707
10

0
2020 2021 2022

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 2.1 Persentase Penduduk Kota Blitar Dirinci berdasarkan Angka


Kesakitan Selama Sebulan Terakhir, 2020-2022

5708 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5708
Hasil Susenas tahun 2022 menunjukkan Angka Kesakitan penduduk Kota Blitar
meningkat cukup tajam sebesar 14,87 persen, jika dibanding tahun 2021 yang sebesar
9,99 persen.
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu
negara. Mudahnya akses perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya
beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu
memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik
sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada
gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang umur
harapan hidupnya. Namun demikian capaian UHH yang meningkat harus disertai
program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, pengentasan kemiskinan,
kecukupan gizi / kalori dan program lain, termasuk pendidikan.
Definisi Umur Harapan Hidup (UHH) pada suatu umur x adalah rata-rata tahun
hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x,
pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan
masyarakatnya. Umur harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup
rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.
80.00 73,09 73,17 73,36 73,60 73,75 74,26
73,86
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
UHH 73.09 73.17 73.36 73.60 73.75 73.86 74.26

5709 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5709
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia 2016-2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 2.2 Umur Harapan Hidup di Kota Blitar, 2016-2022

Kesadaran penduduk Kota Blitar untuk berobat jalan ketika mengalami


keluhan Kesehatan sangat tinggi. Terbukti bahwa pada tahun 2022, semua penduduk
Kota Blitar mengatasi keluhan kesehatannya dengan berobat jalan. Kondisi ini
meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya dimana kondisi Pandemi

5710 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5710
Covid19, banyak masyarakat yang enggan berobat jalan ketika mengalami keluhan
kesehatan.

Pada tahun 2022 penduduk Kota Blitar yang mengalami gangguan kesehatan
paling banyak berobat jalan ke Puskesmas/Pustu, yaitu mencapai 79,03 persen.
Terbanyak kedua adalah Praktek Doktes/Bidan, yaitu sekitar 12,83 persen. Secara
keseluruhan persentase penduduk yang berobat ke pelayanan kesehatan dengan
tenaga ahli kesehatan yang terlatih mengalami peningkatan yang nyata dibandingkan
dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya. Terjadinya pergeseran dan perubahan
penduduk yang berobat dari tenaga kesehatan yang kurang/ tidak terlatih/ tradisional
menuju ke tenaga kesehatan yang terlatih secara medis memperlihatkan meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat secara keseluruhan akan pentingnya
kesehatan, juga merupakan indikator meningkatnya kondisi sosial ekonomi suatu
wilayah bahkan negara.

Tabel 2.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat
Kota Blitar, 2020-2022

Uraian 2020 2021 2022


(1) (2) (3) (4)
- RS Pemerintah 6,14 20,77 2,82
- RS Swasta 4,10 11,78 1,99
- Praktek Dokter/Bidan 46,27 37,48 12,83
- Klinik/Praktek Dokter Bersama 4,75 3,43 3,60
- Puskesmas/Pustu 39,46 26,31 79,03
- UKBM 3,42 0,00 0,00
- Praktek Pengobatan Tradisional / Alternatif 0,31 1,17 0,53
- Lainnya 1,23 3,17 0,36
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

2.2. Kesehatan Ibu dan Balita

Berat badan bayi ketika lahir juga menentukan tingkat kesehatan bayi yang
dilahirkan. Bayi yang sehat ketika lahir mempunyai berat lebih dari 2,5 kg. Jika beratnya
kurang dari 2,5 kg berati masuk kategori BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sehingga
memerlukan perawatan yang lebih intensif. Pada tahun 2022, sebagian besar anak
memiliki berat badan di atas 2,5 kg pada saat dilahirkan, yaitu sekitar 94,43 persen.
Sementara masih terdapat 5,57 persen anak yang dilahirkan dengan berat badan
kurang dari 2,5 kg.

5711 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5711
BBLR dapat terjadi karena berbagai faktor seperti: bayi lahir prematur,
kehamilan kembar, adanya komplikasi selama kehamilan, kelainan genetik atau cacat
bawaan pada bayi, usia ibu hamil masih terlalu muda, ibu hamil mengalami malnutrisi,
dan berbagai faktor lainnya yang patut diwaspadai sejak awal kehamilan, bahkan
sebelum merencanakan kehamilan.

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu
yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan
perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari
gangguan sedini mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan
ibu dan janin yang dikandungnya. Setiap tahunnya diseluruh dunia diperkirakan 4 juta
bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada
bulan pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah
komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis, dan komplikasi berat lahir
rendah.

120
94.08 94.43
86.12
90

60

30 13.88
5.92 5.57

5712 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5712
0
Kurang dari 2,5 kg 2,5 kg atau lebih

2020 2021 2022


Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 2.3 Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir Menurut Berat Badan Anak
Ketika Dilahirkan di Kota Blitar Tahun 2022

5713 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5713
Selain kondisi kesehatan bayi, masih terdapat pula permasalahan kesehatan
ibu pasca melahirkan yang perlu diwaspadai. Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) salah satunya adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga
medis dan meningkatkan pelayanan neonatal, karena dapat mempengaruhi
keselamatan ibu dan bayinya. Penolong persalinan yang ideal adalah tenaga medis
karena mereka telah menerapkan proses persalinan yang memenuhi standar
kesehatan. Oleh sebab itu, pemerintah selalu berupaya untuk memperluas akses,
sarana pelayanan serta tenaga kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah maupun
kualitasnya. Seperti meningkatkan pelayanan kebidanan dengan menempatkan bidan
di desa-desa, seperti yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2020-2024 yaitu meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan
yang merata dan bermutu.

Dokter
kandungan
47,82%
Bidan
52,18%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 2.4 Persentase Perempuan Pernah kawin usia 15-49 Tahun Dirinci Menurut
Penolong Kelahiran Terakhir Pada Anak Lahir Hidup Terakhir di Kota
Blitar, 2022

Usaha pemerintah dalam menyediakan tenaga kesehatan ternyata


memperlihatkan hasil yang baik, dimana seluruh bayi di Kota Blitar pada tahun 2022
kelahirannya sudah ditolong oleh tenaga medis. Pertolongan pada persalinan tersebut
utamanya dilakukan oleh dokter kandungan dan bidan yang masing-masing sekitar
47,82 persen dan 52,18 persen.

5714 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5714
Poskesdes 10,07

Puskesmas/ Pustu 16,08

Rumah bersalin/klinik 9,22

RS pemerintah/ swasta 64,65

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 2.5 Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15-49 Tahun Dirinci Menurut
Tempat Melahirkan Terakhir Sebelum 2 Tahun yang Lalu di Kota Blitar,
2022
Dilihat dari tempat melahirkannya, sebagian besar ibu melahirkan di Rumah
Sakit Pemerintah/Swasta (sekitar 64,65 persen). Kondisi tersebut tentu dipandang lebih
baik mengingat persalinan merupakan proses yang sangat beresiko, sehingga harus
didukung dengan tenaga dan peralatan yang memadai.

5715 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5715
20 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 21
22 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
PENDIDIKAN

Di era globalisasi modern saat ini, perkembangan di segala bidang keilmuan


semakin pesat. Dari berbagai perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, salah satu
yang menjadi perhatian para ilmuwan adalah mengenai konsep pembangunan.
Paradigma baru mengenai konsep pembangunan ini dipicu oleh kegagalan konsep
pembangunan era sebelum tahun 1970-an yang menitikberatkan pembangunan hanya
pada pertumbuhan ekonomi saja. Namun, pada kenyataannya pembangunan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat tidak bisa hanya dipandang dari aspek ekonomi
saja, tetapi juga dari aspek sosial lainnya, salah satunya adalah aspek pendidikan.
Pendidikan merupakan cikal bakal dari terbentuknya kualitas sumber daya
manusia yang handal. Dengan pendidikan yang baik akan melahirkan generasi penerus
bangsa yang cerdas dan kompeten. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan salah
satu faktor penting kewibawaan sebuah negara di mata dunia internasional.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan


telah lama dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pembangunan pendidikan di
Indonesia sejak tahun 1980-an ditempuh melalui empat kebijakan pokok yaitu
memperoleh kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, efisiensi
manajemen pendidikan dan peningkatan relevansi pendidikan mulai dari anak usia dini
sampai dengan usia lanjut.

Memasuki tahun era tahun 1990-an, pendidikan Indonesia menekankan pada


pengembangan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan masa depan
melalui pelaksanaan wajib belajar 9 tahun yang ditunjang dengan program kejar paket.
Dan sebagai tindak lanjut dari keseriusan pemerintah di bidang pendidikan, maka
diterbitkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan bahwa
anggaran pendidikan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sekurang-
kurangnya sebesar 20 persen dari total anggaran belanja.
Pembahasan mengenai indikator bidang pendidikan di Kota Blitar menjadi
penting untuk melihat sejauh mana capaian di bidang pendidikan sekaligus
mengidentifikasi tantangan ke depan sebagai bahan evaluasi pemerintah dalam rangka
mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Pembahasan tersebut akan difokuskan pada
indikator capaian di bidang pendidikan seperti angka buta huruf, rata-rata lama
sekolah, tingkat pendidikan, dan tingkat partisipasi sekolah. Sedangkan indikator
tantangan di bidang pendidikan akan difokuskan pada kualitas pelayanan pendidikan.

5715 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5715
3.1. Angka Buta Huruf

Secara harfiah, angka buta huruf merupakan suatu ukuran persentase


penduduk usia sepuluh (10) tahun ke atas yang tidak bisa membaca dan menulis. Dapat
membaca dan menulis yakni diartikan dapat membaca dan menulis surat/kalimat
sederhana atau dapat membaca dan menulis huruf Braile.

Sebagai salah satu kota di Jawa Timur, Kota Blitar bisa dikatakan belum
terbebas dari buta huruf. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa masih terdapat 2,39
persen kasus buta huruf pada penduduk Kota Blitar. Keseluruhan kasus buta huruf
tersebut terjadi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Lebih lanjut pembahasaan secara gender, angka buta huruf penduduk laki-laki
dan perempuan di Kota Blitar hampir sama, masing-masing sebesar 2,46 persen dan
2,31 persen.

97,54 2,46
Laki-laki

1
97,69 2,3
Perempuan

9
97,61 2,3
Laki-laki + Perempuan

Bisa Tidak Bisa

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 3.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas di Kota Blitar, Menurut
Kemampuan Membaca dan Menulis, 2022

3.2. Rata-Rata Lama Sekolah


Rata-rata lama sekolah Kota Blitar tahun 2022 mencapai 10,65 tahun, artinya
bahwa secara rata-rata penduduk yang berusia 25 tahun ke atas mengenyam bangku
pendidikan sekolah selama 10,65 tahun atau setara dengan kelas I tingkat SMA.
Capaian ini telah memenuhi target pemerintah dengan program wajib belajar 9 tahun.

5716 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5716
Jika dibandingkan dengan tahun 2020, rata-rata lama sekolah Kota Blitar mengalami
sedikit peningkatan sebesar 0,54 poin.

12

10,35 10,65
10,11
8

0
2020 2021 2022

Sumber: Berita Resmi Statistik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Blitar, 2020-2022

Gambar 3.2 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 25 Tahun Ke Atas di Kota Blitar,
2020-2022

3.3. Tingkat Pendidikan


Secara umum, tingkat pendidikan di Kota Blitar pada tahun 2022 sudah cukup
baik karena mayoritas penduduk Kota Blitar merupakan lulusan SMA/sederajat.
Persentase penduduk Kota Blitar usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai ijazah SD
sebanyak 5,91 persen, tamat sekolah dasar (SD) atau sederajatnya sebesar 12,74
persen dan tamat sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 22,23 persen. Dengan
demikian, sebanyak 40,88 persen penduduk Kota Blitar usia 15 tahun ke atas adalah
tamat SMP ke bawah.

Sementara itu program wajib belajar 9 tahun yang ditargetkan pemerintah


telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini terlihat dari persentase penduduk usia
15 tahun ke atas yang tamat sekolah menengah atas (SMP) ke atas adalah sebesar
81,36 persen yang terdiri dari tamat SMP atau sederajat sekitar 22,23 persen, dan
tamat SMA/SMK atau sederajat sebesar 42,41 persen, sedangkan tamat diploma
(D1/D2/D3), tamat sarjana ke atas (D4/S1/S2/S3) serta tamat Profesi masing-masing
sebesar 0,14 persen, 0,87 persen dan 15,71 persen.

5717 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5717
Tabel 3.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan
di Kota Blitar Tahun 2022
Laki-laki +
Uraian Laki-laki Perempuan
Perempuan
(1) (2) (3) (4)
• Tidak Tamat SD 4,83 6,96 5,91
• SD/Sederajat 14,04 11,46 12,74
• SMP/Sederajat 22,83 21,65 22,23
• SMA/SMK/Sederajat 43,36 41,38 42,41
• D1/D2/D3 0,14 0,14 0,14
• D4/S1 keatas 1,24 0,52 0,87
• Profesi 13,48 17,89 15,71
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

3.4. Tingkat Partisipasi Sekolah


Untuk mengetahui capaian di bidang pendidikan, salah satunya dengan
melihat tingkat partisipasi sekolah penduduknya. Indikator yang digunakan untuk
mengkaji tingkat partisipasi sekolah diantaranya adalah angka partisipasi sekolah (APS).
Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan
terhadap penduduk usia sekolah. APS digunakan sebagai indikator dasar untuk melihat
akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah.
Semakin tinggi APS semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam
bangku pendidikan.

Secara umum, APS Kota Blitar per masing-masing kelompok usia sekolah
ditunjukkan pada tabel 3.2. APS kelompok usia 7-12 tahun Kota Blitar tahun 2022
sebesar 99,49 persen yang berarti bahwa hampir semua penduduk Kota Blitar usia 7-12
tahun sudah mengenyam pendidikan di sekolah (tanpa memandang tingkatan
sekolahnya). APS kelompok usia 13-15 tahun Kota Blitar tahun 2022 sebesar 96,96
persen, lebih rendah dari APS kelompok usia 7-12 tahun. Artinya bahwa dari penduduk
Kota Blitar usia 13-15 tahun terdapat 96,96 persen penduduk yang memiliki akses
terhadap fasilitas pendidikan di sekolah. Sementara itu, APS kelompok usia 16-18 tahun
Kota Blitar tahun 2022 sebesar 90,53 persen. Angka ini lebih kecil dibandingkan APS
kelompok usia 13-15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ada sekitar 9,47 persen
penduduk Kota Blitar usia 16-18 tahun tidak melanjutkan pendidikan.

5718 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5718
Tabel 3.2 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah Kota Blitar
Tahun 2022

Uraian Laki-laki Perempuan Laki-laki +


Perempuan
(1) (2) (3) (4)
• 7-12 Tahun 98,96 100,00 99,49
• 13-15 Tahun 95,27 100,00 96,96
• 16-18 Tahun 85,00 96,42 90,52
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat
Statistik

3.5. Angka Harapan Lama Sekolah


Indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) digunakan sebagai variabel pendidikan
sejak tahun 2010. United Nation for Development Programs (UNDP) sudah tidak lagi
menggunakan indikator Angka Buta Huruf dan Melek Huruf untuk penghitungan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) karena sudah tidak sensitif lagi dalam menangkap
pergerakan persentase penduduk melek huruf antar daerah akibat nilainya yang sudah
tinggi (hampir 100 persen)
Angka Harapan Lama Sekolah didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa
mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada
umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah
penduduk untuk umur yang sama saat ini.
Angka Harapan Lama Sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke
atas. HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan
di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun)
yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.
Selama kurun waktu 3 tahun, HLS Kota Blitar menunjukkan peningkatan. Pada
tahun 2020, HLS Kota Blitar sebesar 14,32 tahun, sedikit meningkat di tahun 2021
(14,33 tahun) dan meningkat kembali di tahun 2022 menjadi 14,56 tahun. Angka
tersebut menunjukkan bahwa anak usia 7 tahun keatas diharapkan akan menikmati
pendidikan hingga 14,56 tahun.

5719 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5719
16

12 14,32 14,33 14,56

0
2020 2021 2022
Sumber: Berita Resmi Statistik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Blitar, 2020-
2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 3.3 Harapan Lama Sekolah Penduduk usia 7 Tahun ke Atas di Kota Blitar,
2020-2022

3.6. Kualitas Pelayanan Pendidikan


Pendidikan merupakan faktor yang berperan sangat penting terhadap
kemajuan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya dilakukan pemerintah demi
tercapainya keberhasilan pembangunan manusianya. Keberhasilan pembangunan di
bidang pendidikan salah satunya ditentukan oleh kualitas pelayanan pendidikan.
Kualitas pelayanan pendidikan telah menjadi perhatian utama pemerintah dalam
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia penerus generasi bangsa.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pendidikan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menjamin
kualitas pendidikan di Indonesia.

Pengukuran kualitas pelayanan pendidikan dapat dilihat dari rasio murid/guru,


rasio guru/sekolah dan rasio murid/kelas. Rasio tersebut untuk melihat seberapa
memadai fasilitas sekolah (sekolah/kelas/guru) yang disediakan untuk memenuhi
permintaan jasa pendidikan. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara
sangat berperan penting dalam menyediakan fasilitas pendidikan di atas.
Rasio murid/guru diartikan sebagai banyaknya murid yang dibimbing oleh satu
guru. Semakin kecil rasio murid/guru maka semakin sedikit murid yang dibimbing oleh
satu orang guru, dengan demikian diharapkan transfer ilmu dari guru pada anak
didiknya semakin baik dan kualitas pelayanan pendidikan semakin bagus. Umumnya
kabupaten/kota besar mempunyai rasio murid/guru lebih tinggi dibandingkan lainnya.
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh tingginya permintaan jasa pendidikan di kota besar
tidak diimbangi dengan tenaga pendidiknya. Dengan rasio antara 15 sampai 16, secara
umum jumlah guru di Kota Blitar cukup memadai.

5720 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5720
Tabel 3.3 Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid-Sekolah di Kota Blitar Tahun 2022

Uraian Rasio Murid-Guru Rasio Murid-Sekolah

(1) (2) (3)


SD/MI/Sederajat 15,83 228,93

SMP/MTS/Sederajat 15,35 424,59

SMA/SMK/MA/Sederajat 15,24 568,74


Sumber: Kota Blitar Dalam Angka 2023

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa rasio murid terhadap guru paling besar jenjang
pendidikan SD/MI/Sederajat yaitu sebesar 15,83 ini berarti satu orang guru
bertanggung jawab terhadap 15 hingga 16 orang murid SD/MI/Sederajat. Pada tingkat
SMP/MTS/Sederajat satu orang guru hanya bertanggungjawab terhadap 15 orang
murid. Begitu juga pada jenjang SMA/SMK/MA/Sederajat, satu orang guru bertanggung
jawab terhadap 15 orang murid. Angka ini masih wajar untuk proses belajar mengajar
yang sehat, sehingga transfer ilmu dari guru ke murid masih bisa berjalan secara
optimal.

Selain rasio murid/guru, indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis


kualitas pelayanan adalah rasio murid/sekolah. Rasio murid/sekolah menggambarkan
kemampuan sekolah dalam menampung peserta didik. Pada tabel 3.3 terlihat bahwa
semakin tinggi jenjang pendidikannya, umumnya sekolah dapat menampung peserta
didik yang lebih banyak. Pada jenjang SMA/SMK/MA/sederajat, satu sekolah rata-rata
menampung sekitar 568 hingga 569 murid.

Selain hal tersebut diatas, peningkatkan kualitas pelayanan pendidikan tidak


hanya didorong oleh penambahan jumlah guru dan unit sekolah (faktor input) saja,
namun yang perlu menjadi perhatian adalah keseluruhan sistem pendidikan.

5721 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5721
30 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 31
32 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
KETENAGAKERJAAN

Seiring dengan penambahan jumlah penduduk, akan terjadi pertambahan


jumlah angkatan kerja. Perihal ini perlu diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja
(labour market) yang cukup, dan jika tidak tentunya akan terjadi lonjakan angka
pengangguran (unemployment) dengan berbagai karakteristiknya karena tidak
sebandingnya antara demand dan supply pencari kerja terhadap lowongan kerja.
Angkatan kerja yang banyak jumlahnya, satu sisi menguntungkan para pelaku
pembangunan khususnya yang bergerak di sektor informal seperti; industri
pengolahan, perkebunan, dan konstruksi karena tingkat upah buruh cenderung rendah.
Sisi lain, akan mempengaruhi hasil pembangunan itu sendiri bila angkatan kerja
dimaksud belum berhasil guna dan berdaya guna dalam pembangunan.

Dalam penciptaan output, ada tiga variabel dominan yaitu tenaga kerja
(labour), modal (capital), dan teknologi (technology). Tenaga kerja merupakan variabel
aktif dan mendapat tempat penting dalam kelangsungan proses produksi. Pada bab
sebelumnya disimpulkan sementara bahwa pendidikan dan kesehatan merupakan dua
faktor yang berandil besar terhadap penciptaan SDM handal dan bermutu, yang pada
gilirannya akan mendorong produktivitas kerja lebih optimum.

Bab ini akan memberikan gambaran mengenai beberapa indikator tenaga kerja
yang bersumber dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) kondisi 2019-2022.
Indikator ketenagakerjaan yang akan dibahas antara lain Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), persentase pengangguran menurut
tingkat pendidikan, persentase penduduk bekerja menurut status pekerjaan serta
persentase penduduk bekerja menurut lapangan usaha.

4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun
ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
pengangguran. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja (15 tahun ke atas) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Sementara yang dimaksud dengan ”Bekerja” adalah kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

5725 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5725
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu
yang lalu, termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam kegiatan
ekonomi.
100
79,19 81,32 79,79 80,91
80 69,53 69,96 72,26
67,78 63,87
60,24 59,04 56,23
60

5726 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5726
40

20

0
2020 2021 2022 2023

Laki-laki Perempuan Total

Sumber: Sakernas, 2020-2023, Badan Pusat


Statistik

Gambar 4.1 TPAK di Kota Blitar Tahun 2020-2023 menurut Jenis Kelamin

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berguna untuk mengukur sejauh


mana penduduk usia kerja yang biasa aktif secara ekonomi di suatu negara (Asra,
2014). TPAK merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk
usia kerja/usia produktif 15 tahun ke atas. Angka TPAK bisa mengindikasikan besarnya
persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah. Nilai TPAK
yang terus meningkat menandakan bahwa ketersediaan penduduk usia kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi semakin banyak.

Pada Agustus 2023, TPAK Kota Blitar 72,26 persen, mengalami peningkatan
dibandingkan TPAK Agustus 2021 dan 2022. Capaian ini menjadi salah satu indikator
semakin pulihnya perekonomian setelah pandemi covid-19. Artinya, 72,26 persen
penduduk Kota Blitar yang berusia 15 tahun ke atas memutuskan untuk ikut aktif di
pasar kerja. Sedangkan 27,74 persen sisanya memutuskan untuk fokus sekolah,
mengurus rumah tangga, ataupun memiliki kegiatan di luar kegiatan ekonomi seperti
kaum lanjut usia (lansia).
Ketimpangan TPAK laki-laki dan perempuan masih tetap terlihat. TPAK pada
laki-laki lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan karena umumnya laki-laki berperan
sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan lebih banyak fokus mengurus rumah
tangga.

5727 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5727
4.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Selain TPAK, dalam analisis angkatan kerja dikenal pula indikator untuk
mengukur tingkat pengangguran yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
Pengangguran terbuka didefinisikan sebagai orang yang mencari pekerjaan atau yang
sedang mempersiapkan usaha atau yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk mereka yang baru mendapat kerja tapi
belum mulai bekerja.

Angka TPT bisa mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang


termasuk dalam pengangguran. Gambar berikut menyajikan angka TPT Kota Blitar pada
Agustus 2020 hingga Agustus 2023 berdasarkan jenis kelamin.Tingkat pengangguran
terbuka bisa menjadi tolok ukur gambaran ketenagakerjaan. Pembangunan ekonomi di
suatu daerah tentunya bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu kemakmuran atau kesejahteraan masyarakat bisa tercermin
dari besaran tingkat pengangguran terbuka. Pengangguran bisa menyebabkan
terhambatnya capaian kemakmuran masyarakat.
9
7,74 7,67
8
6,68 6,61 6,70
7
6 5,35 5,39 5,38 5,24
5,21 5,13
5 4,43

4
3
2
1
0

5728 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5728
Agustus 2020 Agustus 2021 Agustus 2022 Agustus 2023

Laki-laki Perempuan Total

Sumber: Sakernas, 2020-2023, Badan Pusat Statistik

Gambar 4.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Blitar Tahun 2020-2023
menurut Jenis Kelamin

5729 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5729
TPT Kota Blitar selama kurun waktu 4 tahun terakhir terus mengalami
penurunan. Pada tahun 2022 TPT Kota Blitar mengalami penurunan yang cukup
signifikan yaitu sebesar 1,22 persen poin, dari 6,61 persen pada tahun 2021 menjadi
5,39 persen di tahun 2022 dan kembali turun sebesar 0,15 persen poin di tahun 2023
menjadi 5,24 persen. Hal ini mengindikasikan terjadinya pemulihan kondisi
ketenegakerjaan akibat pandemi covid-19 di Kota Blitar.

Pada tahun 2020 dan 2021, TPT laki-laki di Kota Blitar lebih tinggi dibandingkan
TPT perempuan, namun di tahun 2022 dan 2023 TPT perempuan sedikit lebih tinggi
dibanding TPT laki-laki. Pada Agustus 2023 perbandingan TPT laki-laki dan perempuan
tidak terlalu jauh dimana TPT laki-laki sebesar 5,13 persen sedangkan TPT perempuan
sebesar 5,38 persen. TPT laki-laki pada Agustus 2023 mengalami sedikit peningkatan
dibanding tahun sebelumnya. Hal ini berbanding terbalik dengan TPT perempuan pada
Agustus 2023 yang mengalami penurunan cukup signifikan dibanding tahun 2022.
Mendapatkan pekerjaan layak tentunya diharapkan oleh setiap orang. Salah
satu usaha untuk mendapatkan kesempatan itu adalah dengan pendidikan tinggi yang
ditamatkan. Dengan semakin ketatnya tingkat persaingan di lapangan usaha serta
keterbatasan ketersediaan lapangan usaha, sebagian orang berusaha dengan
meningkatkan kualitas keterampilan yang dimiliki. Namun seiring dengan kondisi
tersebut muncul permasalahan yaitu lulusan pendidikan tinggi masih banyak yang tidak
terserap pada lapangan usaha tersebut, salah satunya disebabkan karena sebagian
besar lulusan tinggi cenderung enggan menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan
jenis keahlian dan jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sehingga sebagian dari mereka
memilih untuk menganggur sementara waktu sambil menunggu pekerjaan dengan
keahlian dan penghasilan yang sesuai.
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agustus 2023, TPT
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) paling tinggi diantara tingkat pendidikan yang
lain, yaitu sebesar 7,43 persen. Peningkatan TPT SMP dibanding tahun sebelumnya
disebabkan para pekerja yang berstatus buruh/karyawan/pekerja bebas sudah selesai
masa kerjanya beralih ke pekerjaan lain atau sebagian lagi pada saat pencacahan
sedang mencari pekerjaan lain (menganggur). TPT tertinggi berikutnya terdapat pada
Sekolah Menengah Umum (SMU) sebesar 7,18 persen. Peningkatan TPT jenjang SMU
terjadi pada anak yang baru lulus SMU dan tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi namun sedang mencari pekerjaan. TPT terendah terdapat pada lulusan
pendidikan Diploma/Universitas sebesar 3,39 persen. Adapun yang menganggur dari
lulusan Pendidikan Diploma/Universitas adalah mereka yang baru lulus dari Pendidikan
dan belum punya pengalaman bekerja.

5730 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5730
10,01
9,39
8,65
7,84 8,27 8,06
7,54 7,43
7,18
5,78 5,79 5,46 5,66
4,60 5,14 4,96 4,70
4,24
3,39
4,39

2020 2021 2022 2023

<=SD SMP SMA Umum SMK Diploma/Universitas


Sumber: Sakernas, 2020-2023, Badan Pusat Statistik

Gambar 4.3 Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) Menurut Tingkat Pendidikan


Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Blitar Tahun 2020-2023

4.3. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan


Distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha pada publikasi ini
dibagi menjadi 3 sektor lapangan usaha, yaitu sektor primer (terdiri dari kategori
pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan penggalian), sektor sekunder
(terdiri dari kategori industri pengolahan, listrik, gas dan air, serta konstruksi), dan
sektor jasa (terdiri dari kategori perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel,
angkutan, pergudangan, komunikasi asuransi, usaha penyewaan bangunan, tanah, jasa
perusahaan, serta jasa kemasyarakatan).

Secara keseluruhan, sektor jasa di Kota Blitar menjadi lapangan usaha terbesar
yang lebih banyak menyerap tenaga kerja. Walaupun demikian, namun adanya faktor
musiman juga berpengaruh terhadap pergeseran komposisi tenaga kerja dan lapangan
pekerjaan. Jumlah tenaga kerja yang terserap pada lapangan usaha pertanian sangat
bergantung pada faktor musiman. Sedangkan semakin canggihnya teknologi menjadi
pemicu berkurangnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan di sektor ini.

5731 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5731
80 72,64 72,23 74,84 72,28

60

Pertanian
40
Manufaktur
18,57 19,74 19,32 18,57 Jasa
20

0 8,79 8,04 9,15


5,84
2020 2021 2022 2023

Sumber: Sakernas, 2020-2023, Badan Pusat Statistik

Gambar 4.4 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Lapangan Usaha di


Kota Blitar Tahun 2020-2023

Apabila dibandingkan dengan Agustus 2022, penyerapan tenaga kerja pada


sektor Pertanian mengalami peningkatan dibanding sektor Jasa dan Manufaktur. Sektor
pertanian mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 3,31 persen poin.
Peningkatan ini terjadi pada sektor peternakan dan pertanian palawija (jagung dan
kacang tanah yang sedang masa panen di bulan Agustus). Berbeda kondisinya di sektor
Jasa dan manufaktur yang terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja. Sektor Jasa
terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,56 persen poin dari 74,84 persen
menjadi 72,28 persen. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada Sektor Manufaktur
menurun sebesar 0,75 persen poin dari 19,32 persen menjadi 18,57 persen. Penurunan
tenaga kerja pada kedua sektor ini diduga beralih ke sektor pertanian sebagai pekerjaan
utama.
Status pekerjaan penduduk yang bekerja dapat dipilah menjadi dua kategori,
yaitu kegiatan formal dan informal. Dari enam kategori status pekerjaan utama, pekerja
formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan. Sedangkan status pekerjaan utama lainnya dikategorikan sebagai
pekerja pada pekerjaan informal.

Dari seluruh penduduk bekerja di Kota Blitar pada Agustus 2023, status
pekerjaan utama terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai dengan
persentase sebesar 47,99 persen diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 20,52 persen.
Sementara yang paling sedikit berstatus sebagai pekerja bebas yaitu sebesar 4,90
persen.

5732 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5732
Tabel 4.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan
Utama Kota Blitar Tahun 2020-2023

Status Pekerjaan Utama 2020 2021 2022 2023

(1) (2) (3) (4) (5)


Kegiatan Formal 47,46 50,41 51,37 53,53
- Berusaha dibantu buruh tetap 4,58 6,04 3,47 5,54
- Buruh/karyawan 42,88 44,37 47,90 47,99
Kegiatan Informal 52,54 49,59 48,63 46,47
- Berusaha sendiri 23,90 24,64 20,19 20,52
- Berusaha dibantu buruh tidak tetap 13,31 10,42 12,62 10,85
- Pekerja bebas 4,28 4,42 2,44 4,90
- Pekerja keluarga/tak dibayar 11,05 10,11 13,38 10,21
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Sakernas, 2020-2023, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan identifikasi tersebut, maka pada tahun 2023 di Kota Blitar


terdapat sebanyak 53,53 persen pekerja yang bekerja pada kegiatan formal dan 46,47
persen pekerja yang bekerja pada kegiatan informal. Peningkatan pekerja sektor formal
selama empat tahun berturut-turut mengindikasikan bahwa keadaan tenaga kerja di
Kota Blitar terus membaik.

5733 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5733
40 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 41
42 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
TARAF DAN POLA KONSUMSI

Dalam kaca mata ekonomi, kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari besaran
pendapatannya. Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk, dianggap semakin
sejahtera. Namun untuk memperoleh informasi tentang pendapatan rumahtangga
sangatlah sulit, Susenas dalam mengukur kesejahteraan menggunakan pendekatannya
pengeluaran. Secara umum jumlah pengeluaran berbanding lurus dengan pendapatan.
Rumahtangga yang pengeluarannya banyak tentunya mempunya pendapatan yang
besar pula, kondisi ini dapat mencerminkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat.
Kemampuan daya beli masyarakat dapat memberikan gambaran tentang tingkat
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi daya beli masyarakat menunjukkan
peningkatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjadi salah
satu indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi penggunaanya, secara garis


besar alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat digolongkan kedalam dua kelompok
penggunaan, yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran untuk bukan
makanan. Struktur konsumsi masyarakat Kota Blitar mulai mengalami perkembangan,
sebagian besar pengeluaran konsumsinya tidak lagi untuk konsumsi makanan tetapi
untuk konsumsi bukan makanan. Pergeseran pola konsumsi ini dipengaruhi oleh
perubahan pendapatan seseorang. Semakin tinggi pendapatan, cenderung akan
semakin tinggi pengeluaran untuk bukan makanan.
Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap
makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang
bukan makanan pada umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok
penduduk yang tingkat konsumsi makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga
peningkatan pendapatan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bukan makanan
atau ditabung.
Pada tahun 2022, secara rata-rata penduduk Kota Blitar mengeluarkan sekitar
Rp. 1.489.537,- setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makanan dan non
makanannya. Sekitar Rp. 636.690,- dikeluarkan untuk konsumsi makanan dan Rp.
852.846,- untuk konsumsi bukan makanan. Dilihat dari persentase tersebut
pengeluaran untuk nonmakanan lebih besar dari pada pengeluaran makanan.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5735


Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Kelompok Makanan Perkapita Sebulan di Kota
Blitar Tahun 2020-2022

Kelompok Pengeluaran 2020 2021 2022

(1) (2) (3) (4)


Padi padian 45.390 48.392 48.983
Umbi-umbian 3.610 4.704 3.932
Ikan/udang/cumi/kerang 21.230 26.624 24.312
Daging 23.260 28.531 28.552
Telur dan Susu 38.676 46.976 41.999
Sayur-sayuran 40.224 59.649 47.416
Kacang-kacangan 11.534 14.702 13.133
Buah-buahan 41.373 38.205 35.560
Minyak dan Kelapa 13.807 16.933 19.259
Bahan Minuman 17.310 18.638 17.357
Bumbu-bumbuan 8.056 12.410 10.782
Konsumsi Lainnya 8.409 11.570 9.049
Makanan dan Minuman Jadi 269.452 281.515 276.065
Rokok dan Tembakau 55.449 56.988 60.290
Jumlah 597.781 665.838 636.690
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020– 2022, Badan Pusat Statistik

Dilihat dari jenis komoditinya, pengeluaran makanan penduduk Kota Blitar


tahun 2022 didominasi oleh pengeluaran untuk komoditi makanan dan minuman jadi,
yaitu mencapai Rp. 276.065,-. Kemudian diikuti oleh pengeluaran untuk rokok dan
tembakau sebesar Rp. 60.290,- . Sedangkan pengeluaran komoditi makanan dan
minuman jadi paling kecil yaitu pengeluaran umbi-umbian hanya sebesar Rp. 3.932,-

44 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023


Gambar 5.1. Rata-rata Pengeluaran Kelompok Non Makanan Perkapita Sebulan
Kota Blitar Tahun 2020-2022

Perumahan, bahan bakar, penerangan, 379,96


air 374,14
309,05
249,37
Aneka barang dan jasa 271,75
222,26

Pajak pemakaian dan premi asuransi 84,63


79,39
64,58
79,99
Barang tahan lama 102,78
101,87
34,21
Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala 37,23
42,53
24,69
Keperluan pesta dan upacara 8,62
31,57
2022 2021 2020 0 100,000 200,000 300,000 400,000

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5737


Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020– 2022, Badan Pusat
Statistik

Sementara itu, pada kelompok non makanan, pengeluaran terbesar adalah


pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan perumahan, bahan bakar, penerangan dan
air yang nilainya semakin meningkat dari tahun 2020 sampai tahun 2022 mencapai
379,96 ribu rupiah perkapita per bulan. Pengeluaran terbesar selanjutnya adalah
pengeluaran untuk aneka barang dan jasa 2022 turun dibanding tahun 2021, di mana
pada tahun 2022 nilainya mencapai 249,37 rupiah perkapita per bulan. Sedangkan
pengeluaran pakaian, alas kaki, dan tutup kepala cenderung kecil dan turun dibanding
tahun 2020.

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5738


46 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 47
48 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

Salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia adalah adanya rumah
tinggal. Selain merupakan kebutuhan yang mendasar, rumah tinggal juga merupakan
faktor penentu indikator kesejahteraan rakyat. Rumah sebagai tempat tinggal juga
mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang karena selain sebagai
tempat tinggal atau hunian juga berfungsi sebagai tempat pusat pendidikan,
pembinaan keluarga, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang. Keadaan
perumahan yang baik dapat menunjang usaha pembangunan ekonomi, karena dengan
kualitas kehidupan yang layak melalui pemenuhan kebutuhan tempat tinggal maka
akan terwujud kesejahteraan rakyat.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman


mencantumkan bahwa salah satu tujuan diselenggarakannya perumahan dan kawasan
permukiman yaitu untuk menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan. Definisi perumahan itu sendiri merupakan kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan fasilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.
Status sosial seseorang juga dapat ditunjukkan melalui kualitas/kondisi rumah.
Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar peluang untuk memenuhi
kebutuhan akan tempat tinggal dengan kualitas yang lebih baik. Salah satu fasilitas
perumahan yang dapat mencerminkan kesejahteraan adalah kualitas material seperti
jenis atap, dinding dan lantai terluas yang digunakan. Selain itu, juga memenuhi fasilitas
penunjang lain yang meliputi luas lantai hunian, sumber air minum, fasilitas tempat
buang air besar dan sumber penerangan. Kualitas perumahan yang baik dan
penggunaan fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi
penghuninya.

6.1. Status Kepemilikan Rumah Tinggal

Tingkat kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat dilihat


melalui salah satu indikatornya yaitu status kepemilikan rumah tinggal. Kondisi
ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap kepemilikan rumah tinggal.
Status kepemilikan rumah tinggal yang dicakup di sini adalah rumah milik sendiri,
kontrak/sewa, bebas sewa, rumah dinas, atau status rumah kepemilikan lainnya.

5741 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5741
Rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri akan lebih tenang dibandingkan
mereka yang menempati rumah sewa apalagi yang bebas sewa karena telah mampu
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal yang terjamin dan permanen dalam jangka
panjang.

Kontrak/Sewa
7,26% Bebas Sewa
15,81%

Milik S endiri
76,
93%

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Kepemilikan Rumah Tinggal,
2022

Rumah tangga di Kota Blitar berdasarkan hasil Susenas 2022 yang menempati
rumah milik sendiri sebesar 76,93 persen dan sisanya sebesar 23,07 persen adalah
bukan milik sendiri. Rumah tangga yang menempati rumah bukan milik sendiri terdiri
dari kontrak/sewa sebesar 7,26 persen dan bebas sewa sebesar 15,81 persen.

6.2. Kualitas Rumah Tinggal


Secara umum rumah tinggal yang dapat dikategorikan ke dalam rumah yang
layak huni harus memenuhi beberapa kriteria kualitas rumah tempat tinggal seperti
memiliki lantai, dinding dan atap yang memenuhi syarat, serta mempunyai luas lantai
yang mencukupi/sebanding dengan banyaknya orang yang tinggal di dalamnya,
termasuk fasilitas penerangan, air minum dan tempat pembuangan akhir/tinja. Selain
itu kualitas bangunan tempat tinggal dapat mencerminkan kondisi sosial ekonomi dari
penghuninya. Rumah dengan bangunan yang kualitasnya baik tentunya kondisi
ekonominya juga lebih baik dibandingkan mereka yang menempati rumah dengan
kualitas bangunan yang rendah.

5742 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5742
Berdasarkan data Susenas 2022, persentase rumah tangga di Kota Blitar yang
berlantaikan bukan tanah sebesar 99,87 persen, artinya masih ada sekitar 0,13 persen
rumah tangga yang masih berlantaikan tanah.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat kualitas rumah tinggal
adalah penggunaan atap dan dinding terluas. Pada tahun 2022, hampir semua rumah
tempat tinggal di Kota Blitar menggunakan atap seperti beton, genteng, seng dan asbes
yaitu sekitar 99,48 persen.

Dilihat dari jenis dinding yang digunakan, mayoritas rumah di Kota Blitar telah
menggunakan dinding tembok, yaitu mencapai 99,58 persen.

100.00 99,60 100,00 99,28


99,48 99,58
99,8599,87 99,00 98,82
80.00

60.00
2020
40.00 2021
2022
20.00

0.00
Lantai bukan tanah Atap beton, genteng, Dinding tembok
asbes & seng
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 6.2 Rumah Tinggal Menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan


di Kota Blitar, 2020-2022

6.3. Fasilitas Rumah Tinggal


Fasilitas rumah tinggal seperti ketersediaan air bersih, sanitasi yang layak, serta
penerangan yang baik merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kenyamanan
rumah tinggal. Salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam
kehidupan sehari-hari adalah air, sehingga ketersediaan dalam jumlah yang cukup
terutama untuk keperluan konsumsi dan sanitasi merupakan tujuan dari program
penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah.

5743 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5743
Selama tahun 2020 dan 2021, sumber air minum utama penduduk Kota Blitar
adalah sumur terlindung, namun kondisi ini berbeda di tahun 2022 dimana sumber air
minum yang paling banyak dikonsumsi penduduk berasal dari sumur bor/ pompa (45,36
persen) sedangkan sumber air minum yang berasal dari air kemasan bermerk serta air
isi ulang (30,2 persen) merupakan sumber air minum terbanyak kedua di tahun 2020-
2022.

Mata Air Terlindung dan Tak Terlindung 0,25


0,52

21,20
Sumur Terlindung 40,04
43,68

5744 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5744
45,36
Sumur Bor/Pompa 20,52
22,75
3,20
Leding 3,62
2,79

30,20
Air Kemasan Bermerk, Air Isi Ulang 33,33
28,62

0 10 20 30 40 50

2022 2021 2020

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 6.3 Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Blitar, 2020-2022

Fasilitas perumahan lain yang sangat penting peranannya dalam usaha sanitasi
adalah penyediaan sarana jamban. Jika dilihat dari segi kesehatan lingkungan dan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia dapat mencemari lingkungan
terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi
terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik
sesuai dengan ketentuan jamban yang sehat. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan
jamban sendiri dengan tangki septik. Pada tahun 2022, rumah tangga yang
menggunakan jamban dengan tangki septik di Kota Blitar sudah mencapai 90,45
persen.

5745 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5745
93,96
Penggunaan Jamban Sendiri 92,06
92,46

99,43
Penggunaan Kloset Leher Angka 99,47
99,03

90,45
Penggunaan Tangki Septik 88,79
90,98

0 20 40 60 80 100 120

2022 2021 2020

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur, 2020-2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 6.4 Rumah Tangga Menurut Indikator Fasilitas Tempat Buang Air Besar
di Kota Blitar dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2020-2022

5746 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5746
54 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 55
56 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
KEMISKINAN

Secara umum kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana seseorang atau


sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan
atau ancaman tindak kekerasan, serta hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan social
politik. Kemiskinan telah menjadi masalah klasik yang dialami oleh setiap Negara.
Permasalahan ini harus dilihat dari berbagai aspek karena kemiskinan merupakan
masalah multidimensi yang tidak hanya berhubungan dengan kondisi ekonomi, tetapi
juga sosial dan budaya.

Penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu agenda penting di setiap


Negara. Di Indonesia, tiap era kepemimpinan memiliki program khusus untuk
pengentasan kemiskinan, diantaranya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang
bertujuan untuk menanggulangi permasalahan ketersediaan infrastruktur di desa-desa
yang relatif belum maju; pembentukan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K); serta penetapan pengentasan kemiskinan sebagai salah satu fokus
utama pemerintah sebagaimana tertuang dalam sembilan agenda prioritas, nawa cita.
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan
penanggulangan kemiskinan, yaitu: menyempurnakan program perlindungan sosial,
peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar, pemberdayaan
masyarakat, dan pembangunan yang inklusif.

7.1. Perkembangan Penduduk Miskin di Kota Blitar


Kemiskinan merupakan permasalahan yang mendesak dan memerlukan
langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara, diperlukan
langkah-langkah strategis dan komprehensif.
Pemerintah Kota Blitar telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi
angka kemiskinan di Kota Blitar. Salah satu program dalam rangka pengentasan
kemiskinan di Kota Blitar adalah penyaluran Beras Sejahtera Daerah (Rastrada).
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari program Rastrada ini menerima beras sebanyak
40 kg selama empat bulan.
Selama tahun 2017 hingga 2019, persentase penduduk miskin di Kota Blitar
cenderung menurun dari 8,03 persen pada tahun 2017 menjadi 7,13 persen pada tahun

5749 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5749
2019 dimana pada tahun ini, persentase kemiskinan terendah selama kurun waktu 7
tahun. Sebagai imbas Covid 19, persentase kemiskinan selama dua tahun dari tahun
2020-2021 meningkat hingga 7,89 persen, tetapi kenaikannya tidak sampai melebihi di
tahun 2017 yang sebesar 8,03 persen. Di tahun 2022, persentase penduduk miskin
turun sebesar 0,52 persen poin, dari 7,89 persen pada tahun 2021 menjadi 7,37 persen.
Kondisi ini juga diikuti oleh jumlah penduduk miskin di Kota Blitar yang berkurang
sebanyak 0,68 ribu jiwa, dari 11,33 ribu jiwa pada tahun 2021 menjadi 10,65 ribu jiwa
pada tahun 2022 atau turun sebesar 6 persen. Penurunan ini terus terjadi pada tahun
2023, di mana persentase penduduk miskin Kota Blitar turun sebesar 0,07 persen poin
menjadi 7,3 persen. Penurunan ini diikuti dengan penurunan jumlah penduduk miskin
Kota Blitar menjadi 10,61 ribu jiwa.

Gambar 7.1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kota Blitar Tahun 2015-2023
12 11.22 11.09 11.33
10.47 10.65 10.61
10.04 9.97 10.1
10

8 8,03 7,89
7,78
7,29 7,18 7,44 7,37
7,13 7,30
6

0
2015 2016 2017 2018 22019 2020 2021 2022 2023

Jumlah penduduk miskin (ribu jika) Persentase kemiskinan

Sumber: BRS Profil Kemiskinan Kota Blitar 2022 dan 2023, Badan Pusat Statistik

7.2. Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks


Keparahan Kemiskinan
Garis kemiskinan (GK) merupakan batas yang digunakan untuk
mengelompokkan penduduk miskin dan tidak miskin. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan.
Garis Kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-

5750 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5750
pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan
lainnya. Selama 2015–2022, garis kemiskinan penduduk Kota Blitar mengalami
peningkatan.

Pada tahun 2015 garis kemiskinan di Kota Blitar sekitar Rp 338.532,-


perkapita/bulan dan meningkat kembali di tahun 2016 menjadi Rp 356.147,-
perkapita/bulan. Pada tahun 2017 hingga 2022, garis kemiskinan terus meningkat
hingga mencapai Rp 517.363,- perkapita/bulan. Dibandingkan Maret 2021, Garis
Kemiskinan bertambah sebesar Rp36.134,00 per kapita per bulan atau naik sebesar
7,51 persen. Garis kemiskinan Kota Blitar umumnya selalu berada di atas garis
kemiskinan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan garis kemiskinan Kota Blitar pada tahun
2023 naik cukup drastis hingga mencapai angka Rp568.280,00 per kapita per bulan.

600 568
517
500 466 481
457
426
383 507
400 356 460
339
398 416 429
300 374
322 342
305
200

100

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

Jawa Timur Kota Blitar

Sumber: BRS Profil Kemiskinan Kota Blitar Maret 2022 dan Maret 2023, Badan Pusat Statistik

Gambar 7.2. Garis Kemiskinan di Kota Blitar dan Provinsi Jawa Timur , 2015-2023

Kemiskinan harus dipandang secara luas agar dalam implementasi


kebijakannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Kemiskinan bukan hanya
terbatas persoalan banyaknya penduduk miskin, tetapi juga seberapa besar jarak rata-
rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (P 1) dan keragaman
pengeluaran antar penduduk miskin (P2).

Semakin besar angka P1, semakin jauh jarak orang miskin terhadap garis
kemiskinan. Jika semakin dalam atau semakin jauh dengan garis kemiskinan, semakin
sulit untuk pengentasan kemiskinannya. Pada tahun 2015 kedalaman kemiskinan di
Kota Blitar tercatat sebesar 0,89 selanjutnya angka ini melebar menjadi 1,04 pada
tahun 2016 kemudian menurun cukup tajam di tahun 2020 menjadi 0,98. Namun
karena kondisi Pandemi Covid 19, menyebabkan rata-rata jarak tingkat pengeluaran per

5751 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5751
kapita per bulan penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Kota Blitar,
semakin menjauhi Garis Kemiskinan. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai Indeks
Kedalaman Kemiskinan tahun 2021 naik menjadi 1,06. Namun, kembali mengalami
penurunan pada tahun 2022 menjadi 0,9.

Adapun tingkat keragaman atau keparahan penduduk miskin ditunjukkan oleh


perubahan angka P2. Pada tahun 2015, angka keparahan kemiskinan sekitar 0,18.
Namun hingga tahun 2018 meningkat menjadi 0,31, kemudian menurun cukup tajam
menjadi 0,22 pada tahun 2020. Namun di tahun 2021, angka keparahan kemiskinan
meningkat menjadi 0,28 disebabkan dampak Covid 19 sangat dirasakan masyarakat
khususnya yang berada pada ekonomi menengah ke bawah. Namun, seiring dengan
berakhirnya pandemi covid-19 di Indonesia indeks keparahan kemiskinan Kota Blitar
tahun 2022 juga mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 0,19. Artinya
perbedaan rata-rata tingkat pengeluaran per kapita per bulan penduduk yang berada di
bawah Garis Kemiskinan pada tahun 2022 di Kota Blitar, lebih kecil dibandingkan tahun
sebelumnya. Angka ini terus mengalami penurunan pada tahun 2023, di mana pada
tahun 2023 indeks keparahan kemiskinan Kota Blitar mengalami penurunan sebesar
0,07 poin dari tahun sebelumnya menjadi 0,12. Sedangkan indeks kedalaman
kemiskinan pada tahun 2023 turun sebesar 0,09 poin dibanding tahun sebelumnya
menjadi 0,81.
1,14 1,06
1,04 1,05
0,93 0,98
0,89 0,90
0,81

0,31 0,28
0,20 0,24 0,23 0,22
0,18 0,19
0,12

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

P1 P2

Sumber: BRS Profil Kemiskinan Kota Blitar 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 7.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2) di Kota Blitar Tahun 2015-2023

5752 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5752
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 61
62 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023
SOSIAL LAINNYA
8.1. Persentase Penduduk yang Mempunyai Akses Teknologi
Informasi dan Komunikasi
Hal yang tak kalah menarik untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan
kesejahteraan rakyat dengan melihat penguasaan/ kepemilikan akses teknologi
informasi dan komunikasi. Di abad ke 20 ini, kemajuan teknologi informasi berkembang
cepat. Era penggunaan telepon sudah bergeser ke hand phone (HP). Bagi masyarakat
sekarang, HP lebih praktis dan ekonomis dibanding telepon. Memiliki HP tidak
memerlukan biaya pemasangan dan tidak tergantung adanya sarana kabel telepon.
Cukup dengan tower signal, penggunaan HP bisa dilakukan dimana saja. Di samping itu,
pembelian pulsa HP bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing individu.
Bahkan hanya dengan perangkat HP, siapapun bisa melakukan akses internet dengan
tujuan yang lebih luas.

Kepemilikan Kepemilikan Kepemilikan


Mengakses
telepon rumah ponsel / komputer /
/ PTSN internet
telepon seluler laptop
Kota Blitar 2.49 93.94 34.71 92.11

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 8.1 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki / Menguasai Alat Komunikasi
dan Informasi di Kota Blitar, 2022

Kepopuleran HP dibandingkan telepon bisa ditunjukkan dari hasil data Susenas


tahun 2022. Rumah tangga yang mempunyai telepon rumah semakin sedikit, hingga
pada tahun 2022 tercatat hanya 2,49 persen rumah tangga yang memilikinya. Kondisi

5755 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5755
ini berbeda jauh dengan rumah tangga yang anggotanya mempunyai HP yang mencapai
93,94 persen. Rumah tangga yang menggunakan HP merasa cukup terbantu dibanding
yang menggunakan telepon. Berbagai aplikasi yang ditawarkan oleh Perusahaan
Komunikasi selular, menjadikan HP sebagai alat komunikasi yang paling diminati di
kalangan masyarakat. Dengan memanfaatkan aplikasi HP, rumah tangga bisa
melakukan komunikasi melalui Instagram, Facebook, Whatshapp, Line dan lain
sebagainya yang tidak kesemuanya tidak bisa dinikmati pengguna telepon biasa.

Sementara, dari seluruh rumah tangga di Kota Blitar, anggota rumah


tangganya yang menguasai atau memiliki alat informasi berupa komputer atau laptop
tercatat sebesar 34,71 persen. Persentase ini diduga semakin meningkat seiring
semakin meningkatnya kebutuhan pendidikan, komunikasi, dan informasi. Sebanyak
92,11 persen rumah tangga di Kota Blitar, anggota rumah tangganya mengakses
internet dalam 3 bulan terakhir. Sebagian besar (95,58 persen) penduduk 5 tahun ke
atas menggunakan internet untuk media sosial.

Mendapat informasi barang/jasa 26,97

Fasilitas Finansial 10,18

Hiburan 72,75

Penjualan barang/jasa 11,70

Pembelian barang/jasa 24,40

Media Sosial 95,58

Mengirim/Menerima Email 17,71

Proses pembelajaran 34,50

Mendapat informasi/berita 77,19

0 20 40 60 80 100 120

Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 8.2 Persentase Penduduk 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet dan
untuk Apa Saja Menggunakan Internet dalam 3 Bulan Terakhir di Kota
Blitar, 2022

5756 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5756
8.2. Persentase Penduduk Penerima Kredit Usaha
Untuk meningkatkan produktivitas usaha masyarakat, banyak tersedia kredit
usaha dari Pemerintah dan Swasta. Bahkan untuk mendukung usaha mikro kecil dan
menengah, Pemerintah mengeluarkan program kredit usaha rakyat (KUR) dengan
prosedur yang mudah dan bunga yang relatif murah. Selain KUR, banyak pula program-
program kredit yang ditawarkan oleh berbagai lembaga untuk kemajuan usaha rakyat.

Dari berbagai program kredit usaha yang ditawarkan, masyarakat cukup


banyak memanfaatkan program KUR. Di Kota Blitar tercatat 13,1 persen penerima
program kredit usaha menggunakan KUR, selain KUR dari bank sebanyak 4,48 persen,
serta program koperasi sebanyak 3,53 persen.

14
12
10
8
6
4
2
0
Kredit
Usaha Program Perorangan
Program
Rakyat bank selain KUBE/KUB (dengan Lainnya
koperasi
(KUR) KUR bunga)
Kota Blitar 13.1
4.48 0.18 3.53 0.09 5.17
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Timur 2022, Badan Pusat Statistik

Gambar 8.3 Persentase Rumah Tangga Penerima Kredit Usaha Menurut


Jenis Kredit Usaha di Kota Blitar Tahun 2022

5757 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5757
Daftar Pustaka

BPS Provinsi Jawa Timur, 2020. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2020. Surabaya:
BPS Provinsi Jawa Timur

BPS Provinsi Jawa Timur, 2021. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2021. Surabaya:
BPS Provinsi Jawa Timur

BPS Provinsi Jawa Timur, 2022. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2022. Surabaya:
BPS Provinsi Jawa Timur

BPS Provinsi Jawa Timur, 2022. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2023. Surabaya:
BPS Provinsi Jawa Timur

BPS Provinsi Jawa Timur, 2023. Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Timur 2020-2035. Surabaya: BPS Provinsi Jawa Timur

5758 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 20Indikator


23 Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 5758
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023 67
68 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Blitar 2023

Anda mungkin juga menyukai