Bagi pemohon yang sudah memiliki sertifikat ATPA dari LSP yang terlisensi, paket
kompetensinya sebagai berikut:
No Kode Unit Judul Unit Kompetensi
1. M.74AMD01.001.1 Melakukan Penapisan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
2. M.74AMD01.002.1 Menyusun Rencana Kerja
3. M.74AMD01.013.1 Melakukan Evaluasi secara Holistik terhadap Dampak
Lingkungan
4. M.74AMD01.018.1 Melakukan Pengendalian Proses Penyusunan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
5. M.74AMD01.019.1 Mengkomunikasikan Penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
Keterangan:
Dasar/Sumber:
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16
TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
1) Status studi amdal, apakah dilaksanakan secara terintegrasi, bersamaan atau setelah
studi kelayakan teknis dan ekonomis. Uraian ini diperlukan sebagai dasar untuk
menentukan kedalaman informasi yang diperlukan dalam kajian amdal.
2) Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
sesuai ketentuan peraturan perundangan.
3) Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan fokus kepada komponen-
komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak lingkungan berdasarkan
tahapan kegiatan, termasuk alternatifnya (jika terdapat alternatif alternatif terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan) dan pengelolaan lingkungan hidup yang sudah
disiapkan/direncanakan sejak awal sebagai bagian dari rencana kegiatan (terintegrasi
dalam desain rencana usaha dan/atau kegiatan). Dalam hal diperlukan adanya
informasi yang lebih detail terhadap deskripsi rencana kegiatan, maka dapat
dilampirkan informasi lain yang dianggap perlu;
Dilengkapi peta yang relevan & memenuhi kaidah kartografi dan/atau layout dengan skala
yang memadai.
Informasi kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata ruang
dapat disajikan dalam bentuk peta tumpang susun (overlay) antara peta batas tapak
proyek rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta RTRW yang berlaku dan sudah
ditetapkan (peta rancangan RTRW tidak dapat dipergunakan). Berdasarkan hasil analisis
spasial tersebut, penyusun dokumen amdal selanjutnya menguraikan secara singkat dan
menyimpulkan kesesuaian tapak proyek dengan tata ruang apakah seluruh tapak proyek
sesuai dengan tata ruang, atau ada sebagian yang tidak sesuai, atau seluruhnya tidak
sesuai. Dalam hal masih ada hambatan atau keragu-raguan terkait informasi kesesuaian
dengan RTRW, maka pemrakarsa dapat meminta bukti formal/fatwa dari instansi yang
bertanggung jawab di bidang penataan ruang seperti BKPTRN atau BKPRD.Bukti-bukti
yang mendukung kesesuaian dengan tata ruang wajib dilampirkan.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana tata ruang,
maka dokumen KA tidak dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan ketentuan pasal 4
ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012.
Di samping itu, penyusun dokumen amdal melakukan analisis spasial kesesuaian lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta indikatif penundaan izin baru (PIPIB) yang
tercantum dalam Inpres Nomor 10 Tahun 2011, atau peraturan revisinya maupun terbitnya
ketentuan baru yang mengatur mengenai hal ini.
Berdasarkan hasil analisis spasial tersebut, penyusun dokumen amdal dapat
menyimpulkan apakah lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut berada di dalam
atau di luar kawasan hutan alam primer dan lahan gambut yang tercantum dalam PIPIB.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam PIPIB, kecuali untuk
kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan seperti yang tercantum dalam Inpres Nomor
10 Tahun 2011, maka dokumen KA tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut. Kesesuaian
terhadap lokasi rencana usaha dan atau kegiatan berdasarkan peta indikatif penundaan
izin baru (PIPIB) yang tercantum dalam Inpres Nomor 10 Tahun 2011, berlaku selama 2
(dua) tahun terhitung sejak Instruksi Presiden ini dikeluarkan.
Kajian amdal merupakan studi kelayakan dari aspek lingkungan hidup sehingga ada
kemungkinan komponen rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki beberapa alternatif,
antara lain alternatif lokasi, penggunaan alat-alat produksi, kapasitas, spesifikasi teknik,
sarana usaha dan/atau kegiatan, tata letak bangunan, waktu, durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya. Alternatif-alternatif yang dikaji dalam Amdal dapat merupakan
alternatif-alternatif yang telah direncanakan sejak semula atau yang dihasilkan selama
proses kajian Amdal berlangsung. Fungsi dan manfaat kajian alternatif dalam Amdal
adalah:
1) Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan telah terintegrasi dalam proses pemilihan
alternatif selain faktor ekonomis dan teknis.
2) Memastikan bahwa pemrakarsa dan pengambil keputusan telah mempertimbangkan
dan menerapkan prinsip-prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention) dan/atau
kerusakan lingkungan hidup dalam rangka pengelolaan
lingkungan.
3) Memberi peluang kepada pemangku kepentingan yang tidak terlibat secara penuh
dalam proses pengambilan keputusan, untuk mengevaluasi berbagai aspek rencana usaha
dan/atau kegiatan dan bagaimana proses suatu keputusan yang akhirnya disetujui.
4) Memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang transparan dan
berdasarkan kepada pertimbanganpertimbangan ilmiah.
Jika terdapat alternatif, maka dokumen Kerangka Acuan tersebut juga berisi penjelasan
kerangka kerja proses pemilihan alternatif tersebut. Penjelasan pada bagian ini harus bisa
memberikan gambaran secara sistematis dan logis terhadap proses dihasilkannya
alternatif-alternatif yang akan dikaji yang mencakup:
1) Penjelasan dasar pemikiran dalam penentuan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
mengkaji alternatif.
2) Penjelasan prosedur yang akan digunakan untuk melakukan pemilihan terhadap
alternatif-alternatif yang tersedia, termasuk cara identifikasi, prakiraan dan dasar pemikiran
yang digunakan untuk memberikan pembobotan, skala atau peringkat serta cara-cara
untuk mengintepretasikan hasilnya.
3) Penjelasan alternatif-alternatif yang telah dipilih yang akan dikaji lebih lanjut dalam
Andal.
4) Pencantuman pustaka-pustaka yang akan atau sudah digunakan sebagai sumber
informasi dalam pemilihan alternatif.
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA
1. Menyiapkan bahan 1.1 Dokumen rencana kegiatan disiapkan
pekerjaan berdasarkan hasil pembahasan dengan
pemrakarsa.
1.2 Peraturan perundang-undangan
diidentifikasi sesuai dengan rencana
usaha dan/atau kegiatan.
2. Mendeskripsikan 2.1 Kesesuaian lokasi rencana usaha
rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata
dan/atau kegiatan ruang dan peraturan
perundang-undangan dideskripsikan sesuai
ketentuan.
2.2 Deskripsi status studi analisis mengenai dampak
lingkungan hidup (amdal) terkait
dengan kelayakan teknis dan ekonomis
disusun untuk menentukan kedalaman
kajian amdal.
2.3 Komponen rencana usaha dan/atau
kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap lingkungan dideskripsikan
sesuai ketentuan.
2.4 Tahapan kegiatan termasuk alternatifnya
dideskripsikan sesuai jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan.
2.5 Rencana pengelolaan lingkungan yang
terintegrasi dengan kegiatan dideskripsikan sesuai
ketentuan.
2.6 Konsep deskripsi rencana usaha dan/atau
kegiatan dikomunikasikan dengan pemrakarsa
untuk mendapat persetujuan.
2.7 Deskripsi komponen-komponen rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan
disusun.
Konteks variabel
Unit kompetensi ini berlaku untuk menyusun deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan
meliputi menyiapkan bahan pekerjaan dan mendeskripsikan rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Rencana usaha dan/atau kegiatan yang dideskripsikan mencakup komponen-komponen
rencana usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan.
Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan mencakup kegiatan utama dan kegiatan
pendukung.
Deskripsi terkait dengan alternatif kegiatan disusun jika dalam rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut terdapat alternatif kegiatan. Deskripsi terkait alternatif kegiatan antara lain
mencakup alternatif lokasi, proses produksi, bahan baku, penggunaan sarana usaha
kegiatan, dan penggunaan teknologi.
Aspek kritis
Kecermatan dalam mendeskripsikan komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan
yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona lingkungan hidup
(environmental setting) secara umum di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
mencakup:
1) Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan yang ada
disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi lingkungannya), yang pada
dasarnya paling sedikit memuat:
a) komponen geo-fisik-kimia, seperti sumber daya geologi, tanah, air permukaan, air
bawah tanah, udara, kebisingan, dan lain sebagainya;
b) komponen biologi, seperti vegetasi/flora, fauna, tipe ekosistem, keberadaan spesies
langka dan/atau endemik serta habitatnya, dan lain sebagainya;
c) komponen sosio-ekonomi-budaya, seperti tingkat pendapatan, demografi, mata
pencaharian, budaya setempat, situs arkeologi, situs budaya dan lain sebagainya;
d) komponen kesehatan masyarakat, seperti perubahan tingkat kesehatan masyarakat.
2) Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan hidup. Tujuan
penjelasan ini adalah memberikan gambaran utuh tentang kegiatankegiatan lain (yang
sudah ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan) yang memanfaatan
sumberdaya alam dan mempengaruhi lingkungan setempat.
Deskripsi rona lingkungan hidup harus menguraikan data dan informasi yang terkait atau
relevan dengan dampak yang mungkin terjadi. Deskripsi ini didasarkan data dan informasi
primer dan/atau sekunder yang bersifat aktual dan mengunakan sumber data-informasi
yang valid untuk data sekunder yang resmi dan/atau kredibel untuk menjamin validitas
data-informasi serta didukung oleh hasil observasi lapangan. Data dan informasi rinci
terkait dengan rona lingkungan hidup dimaksud dapat disampaikan dalam lampiran.
Dalam hal terdapat beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona lingkungan hidup harus
dilakukan untuk masing-masing alternatif lokasi.Deskrisi rona lingkungan hidup awal dapat
disajikan dalam bentuk data dan informasi spasial.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menyusun deskripsi rona lingkungan hidup awal meliputi
menyiapkan bahan pekerjaan, mendeskripsikan komponen lingkungan hidup terkena dampak,
mendeskripsikan rencana usaha kegiatan lain disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
dan melakukan penyusun rona lingkungan hidup awal.
1.2 Rona lingkungan hidup awal dideskripsikan untuk setiap komponen lingkungan.
1.3 Jika terdapat alternatif lokasi, maka rona lingkungan hidup awal dideskripsikan untuk setiap
alternatif lokasi.
1.4 Data yang dimaksud merupakan data atribut dan data spasial yang meliputi data primer dan
sekunder.
1.5 Data geo-fisik-kimia antara lain mencakup sumber daya geologi, tanah, air, udara, dan
kebisingan, getaran, kebauan.
1.6 Data biologi antara lain mencakup flora fauna (darat dan air), tipe ekosistem, dan
keberadaan spesies langka dan endemik.
1.7 Data sosial ekonomi budaya antara lain mencakup demografi, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, kondisi perikehidupan (livelihood), pola pemanfaatan lahan, budaya setempat,
relasi sosial dan masyarakat rentan.
1.8 Data kesehatan masyarakat yang relevan dengan rencana usaha dan/atau kegiatan.
1.9 Indeks kualitas lingkungan hidup dapat ditentukan berdasarkan baku mutu lingkungan,
kriteria baku kerusakan lingkungan, kaidah ilmiah, professional judgement, dan/atau kriteria
lainnya.
1.10 Deskripsi rona lingkungan hidup awal harus menguraikan data dan informasi terkait
dengan potensi dampak lingkungan hidup yang akan mungkin terjadi.
1.11 Deskripsi rona lingkungan hidup awal didasarkan pada data primer dan/atau sekunder
yang bersifat aktual dan valid.
1.12 Deskripsi rona lingkungan hidup awal sebaiknya disajikan dalam bentuk data spasial.
1.13 Deskripsi seluruh komponen rona awal adalah deskripsi komponen-komponen lingkungan
hidup terkena dampak berupa geo-fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi budaya, dan kesehatan
masyarakat, kondisi/kualitas lingkungannya, lokasinya, dan pola pemanfaatan sumber daya
alam.
1.14 Integrasi/sintesa secara holistik terhadap seluruh komponen lingkungan hidup dilakukan
dengan cara mendeskripsikan keterkaitan antar berbagai komponen lingkungan hidup sebagai
satu kesatuan sistem (ekosistem dan sosiosistem).
PANDUAN PENILAIAN
Penilaian/asesmen kompetensi pada unit ini dapat dilakukan pada Tempat Uji Kompetensi
(TUK), tempat kerja dan/atau tempat kerja simulasi.
Metode asesmen yang dapat diterapkan dapat berupa metode tes lisan, tes tertulis,
observasi/tempat kerja/demonstrasi/simulasi, verifikasi bukti/portofolio dan wawancara serta
metode lain yang relevan.
Aspek kritis
Kelengkapan dan keakuratan dalam mendeskripsikan komponen lingkungan hidup terkena
dampak
Penyusun dokumen Amdal menguraikan informasi hasil proses pelibatan masyarakat yang
diperlukan dalam proses pelingkupan. Saran, pendapat dan tanggapan yang diterima dari
masyarakat harus diolah sebelum digunakan sebagai input proses pelingkupan. Ini
disebabkan karena saran, pendapat dan tanggapan tersebut mungkin jumlahnya banyak
dan beragam jenisnya serta belum tentu relevan untuk dikaji dalam Andal. Bukti
pengumuman dan hasil pelaksanaan konsultasi publik dapat dilampirkan.
Secara rinci, informasi yang harus dijelaskan antara lain hal kunci (keypoints) yang harus
jadi perhatian bagi pengambil keputusan, yaitu informasi apa yang dibutuhkan oleh
pengambil keputusan terkait dengan hasil pelibatan masyarakat ini, antara lain sebagai
contoh adalah:
1) Informasi deskriptif tentang keadaan lingkungan sekitar (”ada hutan bakau” atau
”banyak pabrik membuang limbah ke sungai X”).
2) Nilai-nilai lokal terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.
3) Kebiasaan adat setempat terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
4) Aspirasi masyarakat terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan,
antara lain kekhawatiran tentang perubahan lingkungan yang mungkin terjadi (”jangan
sampai kita kekurangan air” atau ”tidak senang adanya tenaga kerja dari luar”); dan
harapan tentang perbaikan lingkungan atau kesejahteraan akibat adanya rencana
kegiatan (”minta disediakan air bersih” atau ”minta pemuda setempat diperkerjakan”).
Dampak sisa?
Dampak Bangkitan?
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan dampak penting hipotetik meliputi
menyiapkan bahan pekerjaan dan menentukan DPH serta dampak lain yang akan dikelola.
1.2 Identifikasi dampak potensial pada dasarnya adalah menduga semua dampak yang
berpotensi terjadi (baik dampak primer, sekunder, dan lain-lain) jika rencana usaha dan/atau
kegiatan dilaksanakan pada lokasi tersebut.
1.3 Proses identifikasi dampak potensial menghasilkan daftar dampak potensial, yang dilakukan
dengan metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional dari
berbagai literatur.
1.4 Evaluasi dampak potensial pada dasarnya adalah memisahkan dampak-dampak yang perlu
dikaji secara mendalam dalam dokumen analisis dampak lingkungan (andal), yang
menghasilkan dampak potensial hipotetik berdasarkan kriteria antara lain: 1) beban terhadap
komponen lingkungan; 2) komponen yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar dan terhadap komponen lingkungan lainnya; 3) kekhawatiran masyarakat
yang tinggi; 4) aturan/kebijakan yang akan dilanggar/dilampaui.
1.5 Argumentasi ilmiah disusun berdasarkan hasil komunikasi dengan ahli masing-masing
komponen lingkungan dan pemrakarsa.
1.6 Kriteria dampak penting mengacu kepada tujuh kriteria yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan.
Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan Amdal dan aturan penggantinya
Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan
Masyarakat dalam Penyusunan Amdal dan aturan penggantinya
Panduan Penilaian
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian/asesmen kompetensi pada unit ini dapat dilakukan pada Tempat Uji Kompetensi
(TUK), tempat kerja dan/atau tempat kerja simulasi.
1.2 Metode asesmen yang dapat diterapkan dapat berupa metode tes lisan, tes tertulis,
observasi/tempat kerja/demonstrasi/simulasi, verifikasi bukti/portofolio dan wawancara serta
metode lain yang relevan.
1.3 Penilaian/asesmen kompetensi dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja untuk memenuhi ketercapaian kompetensi yang ditetapkan.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Metode pelingkupan
3.1.2 Penyusunan amdal
3.1.3 Komponen, sub komponen, parameter lingkungan
3.1.4 Kompetensi keilmuan anggota tim/tim ahli yang ada di tim
penyusun amdal
3.2 Keterampilan
3.2.1 Mengoperasikan alat pengolah data
3.2.2 Teknik komunikasi dan koordinasi dengan pakar dan
pemrakarsa
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Analitik
4.2 Teliti dan cermat
4.3 Deskriptif
5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan ketajaman dan keakuratan dalam menyimpulkan DPH
beserta argumentasi ilmiahnya
Batas wilayah studi dibentuk dari empat unsur yang berhubungan dengan dampak
lingkungan suatu rencana kegiatan, yaitu:
1) Batas proyek, yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan dilakukan,
termasuk komponen kegiatan tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap
lingkungan hidup disekitarnya. Batas proyek secara mudah dapat diplotkan pada peta,
karena lokasilokasinya dapat diperoleh langsung dari peta-peta pemrakarsa.
Selain tapak proyek utama, batas proyek harus juga meliputi fasilitas pendukung seperti
perumahan, dermaga, tempat penyimpanan bahan, bengkel, dan sebagainya.
2) Batas ekologis, yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-
masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologis akan
mengarahkan penentuan lokasi pengumpulan data rona lingkungan awal dan analisis
persebaran dampak. Penentuan batas ekologis harus mempertimbangkan setiap
komponen lingkungan biogeofisikkimia yang terkena dampak (dari daftar dampak penting
hipotetik). Untuk masing-masing dampak, batas persebarannya dapat diplotkan pada peta
sehingga batas ekologis memiliki beberapa garis batas, sesuai dengan jumlah dampak
penting hipotetik.
3) Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungsunya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai
tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses
dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Batas ini pada dasarnya merupakan ruang di mana masyarakat, yang terkena dampak
lingkungan seperti limbah, emisi atau kerusakan lingkungan, tinggal atau melakukan
kegiatan. Batas sosial akan mempengaruhi identifikasi kelompok masyarakat yang terkena
dampak sosial-ekonomi-kesehatan masyarakat dan penentuan masyarakat yang perlu
dikonsultasikan (pada tahap lanjutan keterlibatan masyarakat).
4) Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti desa,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas
diatas.
Dengan menumpangsusunkan (overlay) batas administratif wilayah pemerintahan dengan
tiga peta batas seperti tersebut di atas, maka akan terlihat desa/keluruhan, kecamatan,
kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang masuk dalam batas proyek, batas ekologis
dan batas sosial. Batas administratif sebenarnya diperlukan untuk mengarahkan
pemrakarsa dan/atau penyusun Amdal untuk dapat berkoordinasi ke lembaga pemerintah
daerah yang relevan, baik untuk koordinasi administratif (misalnya penilaian Amdal dan
pelaksanaan konsultasi masyarakat), pengumpulan data tentang kondisi rona lingkungan
awal, kegiatan di sekitar lokasi kegiatan, dan sebagainya.
4. Mendokumentasikan batas 4.1 Hasil penentuan batas wilayah studi dan batas
wilayah studi dan batas 4.2 waktu kajian dikomunikasikan kepada pemrakasa
waktu kajian dan ahli. Hasil penentuan batas wilayah studi dan
batas waktu kajian didokumentasikan sesuai
ketentuan.
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk menentukan batas wilayah studi dan batas waktu kajian
meliputi menyiapkan bahan pekerjaan, menentukan batas wilayah studi, menentukan batas
waktu kajian, dan mendokumentasikan batas wilayah studi dan batas waktu kajian.
1.2 Batas wilayah studi merupakan batas terluar dari hasil analisis spasial batas proyek, batas
ekologis, batas sosial dan batas administrasi setelah mempertimbangkan kendala teknis yang
dihadapi.
1.3 Batas proyek merupakan ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan
dilakukan, termasuk komponen kegiatan tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca
operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap
lingkungan hidup disekitarnya.
1.4 Batas proyek secara mudah dapat diplotkan pada peta, karena lokasi-lokasinya dapat
diperoleh langsung dari peta-peta pemrakarsa.
Selain tapak proyek utama, batas proyek harus juga meliputi fasilitas pendukung seperti
perumahan, dermaga, tempat penyimpanan bahan, bengkel, dan sebagainya.
1.5 Batas proyek berdasarkan aspek legalitas.
1.6 Batas ekologis, yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-masing
(seperti air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Untuk masing-masing dampak, batas
persebarannya dapat diplotkan pada peta sehingga batas ekologis memiliki beberapa garis
batas, sesuai dengan jenis dampak penting hipotetik.
1.7 Batas sosial, yaitu ruang disekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungsunya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dan
dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan dengan memperhatikan hasil
konsultasi dengan masyarakat dan batas ekologi.
1.8 Batas sosial pada dasarnya merupakan ruang di mana masyarakat, yang terkena dampak
lingkungan yang bersifat positif dan negatif, seperti peluang membuka usaha, peningkatan
pendapatan, limbah, emisi atau kerusakan lingkungan, tinggal atau melakukan kegiatan. Batas
sosial akan mempengaruhi identifikasi kelompok masyarakat yang terkena dampak sosial
ekonomi kesehatan masyarakat dan penentuan masyarakat yang perlu dikonsultasikan.
1.9 Batas administratif merupakan wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti desa,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas diatas.
Dengan menumpangsusunkan (analisis spasial) batas administratif wilayah pemerintahan
dengan tiga peta batas seperti tersebut di atas, maka akan terlihat desa/keluruhan, kecamatan,
kabupaten dan/atau provinsi mana saja yang masuk dalam batas proyek, batas ekologis dan
batas sosial.
1.10 Batas administratif tersebut diperlukan untuk mengarahkan pemrakarsa dan/atau
penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup (amdal) untuk dapat berkoordinasi ke
lembaga pemerintah daerah yang relevan, baik untuk koordinasi administratif, pengumpulan
data tentang kondisi rona lingkungan awal, kegiatan di sekitar lokasi kegiatan, dan sebagainya.
1.11 Setiap DPH memiliki batas waktu kajian tersendiri.
1.12 Batas waktu kajian dapat ditentukan antara lain berdasarkan umur kegiatan dan
kemampuan memprakirakan perubahan rona lingkungan hidup awal dengan atau tanpa proyek.
2. Peralatan dan perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.1.2 ATK
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Dokumen teknis rencana kegiatan
2.2.2 Data dan informasi terkait sumber daya alam dan lingkungan hidup (data rona lingkungan
awal)
2.2.3 Saran, pendapat, dan tanggapan (SPT) masyarakat secara tertulis
2.2.4 Data sekunder parameter lingkungan
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup dan aturan penggantinya
3.2 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkunan dan aturan
penggantinya
3.3 Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan Amdal dan aturan penggantinya
3.4 Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Amdal dan aturan penggantinya
4. Norma dan standar
4.1 Norma
4.1.1 Kode etik penyusun amdal
4.2 Standar
(Tidak ada.)
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1 Penilaian/asesmen kompetensi pada unit ini dapat dilakukan pada Tempat Uji Kompetensi
(TUK), tempat kerja dan/atau tempat kerja simulasi.
1.2 Metode asesmen yang dapat diterapkan dapat berupa metode tes lisan, tes tertulis,
observasi/tempat kerja/demonstrasi/simulasi, verifikasi bukti/portofolio dan wawancara serta
metode lain yang relevan.
1.3 Penilaian/asesmen kompetensi dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja untuk memenuhi ketercapaian kompetensi yang ditetapkan.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3.1 Pengetahuan
3.1.1 Informasi geospasial dampak lingkungan
3.1.2 Komponen, sub komponen, dan parameter lingkungan
3.1.3 Metode pelingkupan
3.1.4 Teknik penulisan amdal
3.2 Keterampilan
3.2.1 Mengoperasikan alat pengolah data
3.2.2 Melakukan delineasi batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi
3.2.3 Melakukan analisis spasial batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas
admnistrasi untuk menentukan batas wilayah studi
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Analitik
4.2 Teliti dan cermat
4.3 Deskriptif
5. Aspek kritis
5.1 Kecermatan dalam menentukan batas wilayah studi
KOMPETENSI PLUS:
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses
untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di
Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah.
Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak
dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL,
yg sdh diperbaharui dengan PerMen LH No. 5 Tahun 2012.
Salah satu kriteria penapisan untuk menentukan apakah suatu dampak potensial dapat
menjadi DPH atau tidak adalah dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah
berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang mengacu pada
Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi bagian dari
rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah dan/atau standar
internasional, dan lain sebagainya.
Langkah ini pada akhirnya menghasilkan daftar kesimpulan ‘dampak penting hipotetik
(DPH)’.Dalam bagian ini, penyusun dokumen Amdal diharapkan menyampaikan keluaran
berupa uraian proses evaluasi dampak potensial menjadi DPH. Setelah itu seluruh DPH
yang telah dirumuskan ditabulasikan dalam bentuk daftar kesimpulan DPH akibat rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji dalam ANDAL sesuai hasil pelingkupan.
Dampakdampak potensial yang tidak dikaji lebih lanjut, juga harus dijelaskan alasan-
alasannya dengan dasar argumentasi yang kuat kenapa dampak potensial tersebut tidak
dikaji lebih lanjut.
Aspek kritis
Ketepatan dalam memastikan bahwa lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan sesuai tata ruang dan peraturan perundang-undangan
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk melakukan penapisan jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan meliputi melengkapi ringkasan informasi awal, memastikan kesesuaian lokasi rencana
usaha/kegiatan dengan rencana tata ruang dan peraturan perundang-undangan, menentukan
rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal, menentukan pendekatan studi
amdal yang akan digunakan, menentukan kewenangan KPA, mendokumentasikan kegiatan
penapisan.
1.2 Bahan informasi awal mencakup antara lain informasi mengenai identitas pemrakarsa,
informasi mengenai deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dan informasi mengenai lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan.
1.3 Lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan terdiri dari komponen-komponen kegiatan utama
dan kegiatan pendukungnya serta sektor terkait yang melakukan pembinaan dan pengawasan.
1.4 Pada dasarnya tujuan diadakan penapisan dalam amdal adalah untuk menentukan apakah
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki amdal atau tidak.
Berdasarkan informasi tersebut di atas (hasil telahaan keterkaitan dan interaksi dampak
lingkungan/dampak penting hipotetik, alternatif terbaik, arahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan), pemrakarsa/penyusun Amdal dapat menyimpulkan atau
memberikan pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan antara lain sebagai
berikut:
Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber
daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kepentingan pertahanan keamanan.
Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada
tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan.
Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negative.
Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau
Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan
masyarakat (emic view).
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu
entitas ekologis yangmerupakan.
1) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau
4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan.
Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan dimaksud.
Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara, rincian proses dan
hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam evaluasi secara holistik terhadap
dampak lingkungan, dapat dilampirkan sebagai bukti.
Kesimpulan kelayakan lingkungan hidup yang diuraikan oleh penyusun dokumen amdal ini
yang akan ditelaah atau dinilai oleh Komisi Penilai Amdal. Hasil telahaan ini selanjutnya
menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya untuk memutuskan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup rencana usaha dan/atau kegiatan, sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan/atau revisinya.
Uraian proses analisis dampak sebagaimana dijelaskan di atas, dapat pula ditambahkan
dengan tabel ringkasan analisis dampak
BATASAN VARIABEL
1. Konteks variabel
1.1 Unit kompetensi ini berlaku untuk melakukan evaluasi secara holistik terhadap dampak
lingkungan meliputi menyiapkan pekerjaan evaluasi, merumuskan arahan pengelolaan
lingkungan hidup dan pemantauan, dan menyimpulkan kelayakan lingkungan.
1.2 Ketentuan penyusunan arahan pengelolaan lingkungan hidup dirumuskan berdasarkan best
available technology dan best achievable technology.
1.3 Keterkaitan interaksi dampak penting mencakup bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi
seluruh dampak serta karakteristiknya antara lain seperti frekuensi terjadinya dampak, durasi,
dan intensitas dampak, komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling
banyak menimbulkan dampak penting, dan area-area yang perlu mendapat perhatian dampak
penting.
1.4 Arahan pengelolaan dampak dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan yang
menimbulkan dampak baik komponen kegiatan yang paling banyak memberikan dampak
turunan (dampak yang bersifat strategis maupun komponen yang tidak banyak menimbulkan
dampak turunan).
1.5 Dalam hal hasil kajian analisis dampak lingkungan (andal) memuat beberapa alternatif
komponen rencana usaha dan/atau kegiatan (alternatif lokasi; penggunaan alat produksi; dll)
maka dalam melakukan evaluasi dampak lingkungan secara holistik, penyusun amdal
menguraikan dan memberikan rekomendasi pemilihan alternatif terbaik menggunakan berbagai
metode ilmiah, beserta dasar pertimbangannya.
2. Peralatan dan perlengkapan
Peralatan
2.1.1 Alat pengolah data
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Perangkat lunak analisis
2.2.2 Data dampak
3. Peraturan yang diperlukan
3.1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup dan aturan Penggantinya
3.2 Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan Amdal dan aturan penggantinya
3.3 Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Amdal dan aturan penggantinya
4. Norma dan standar
4.1 Norma
4.1.1 Kode etik penyusun amdal
4.2 Standar
(Tidak ada.)
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1) Penilaian/asesmen kompetensi pada unit ini dapat dilakukan pada Tempat Uji Kompetensi
(TUK), tempat kerja dan/atau tempat kerja simulasi.
2) Metode asesmen yang dapat diterapkan dapat berupa metode tes lisan, tes tertulis,
observasi/tempat kerja/demonstrasi/simulasi, verifikasi bukti/portofolio dan wawancara serta
metode lain yang relevan.
3) Penilaian/asesmen kompetensi dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap
kerja untuk memenuhi ketercapaian kompetensi yang ditetapkan.
2. Persyaratan kompetensi
(Tidak ada.)
3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
Pengetahuan
3.1.1 Penyusunan amdal
3.1.2 Analisis sistem
3.1.3 Metode evaluasi dampak secara holistik
3.1.4 Menetapkan kelayakan lingkungan
3.2 Keterampilan
3.2.1 Mengoperasikan alat pengolah data
3.2.2 Mengarsipkan data
4. Sikap kerja yang diperlukan
4.1 Analitik
4.2 Cermat
4.3 Teliti
4.4 Komunikatif
4.5 Kerjasama
4.6 Integratif dan komprehensif
5. Aspek kritis
5.1 Ketepatan dalam menyimpulkan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana dan/atau usaha
kegiatan