Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi keleluasaan
waktu dan kejernihan berfikir, sehingga Bahan Ajar ini dapat selesai disusun.

Bahan Ajar ini disusun sebagai acuan dalam proses belajar dan mengajar pada
pelatihan Dasar-Dasar Amdal, untuk materi Proses Penyusunan Amdal dan
Uji Kelayakan Lingkungan, Pokok Bahasan Proses Penapisan dalam Amdal.
Sebagai salah satu bahan ajar yang digunakan pada pelatihan Dasar-Dasar
Amdal, Bahan Ajar ini berisi penjelasan tentang konsep dasar penapisan dalam
Amdal. Harapannya setelah mempelajari modul ini, peserta mampu
menjelaskan proses penapisan dalam Amdal.

Ucapan terima kasih disampaikan semua pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan Bahan Ajar ini. Kami menyadari bahwa Bahan Ajar ini
masih belum sempurna, untuk itu masukan untuk perbaikannya sangat
dibutuhkan.

Semoga Bahan Ajar ini dapat bermanfaat bagi peserta pelatihan sebagai bahan
belajar dalam memahami proses penapisan dalam Amdal. Terima Kasih,

Bogor, 9 September 2021


Penulis,

Eka Sari Nurhidayati


Nip.: 19700402 199603 2 001

i
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan alat perencanaan dalam suatu
kegiatan atau proyek dengan tujuan untuk meminimalisasi dan mengelola dampak
lingkungan yang timbul akibat kegiatan atau proyek, dan digunakan untuk pengambilan
keputusan terkait kegiatan atau proyek tersebut. Amdal telah diterapkan di Indonesia
sejak tahun 1982 melalui Undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan-
ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, yang menyatakan bahwa setiap rencana
yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Pengaturan tersebut terus
diamanatkan oleh Undang-Undang 23 tahun 1997 sampai Undang-Undang 32 tahun
2009. Hingga kini, dengan ditetapkannya undang-undang cipta kerja nomor 11 tahun
2020 Amdal masih digunakan sebagai instrumen pengendalian dampak lingkungan
(environmental safeguard),
Namun berdasarkan fakta yang ada menunjukkan bahwa Amdal tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan sebagai alat perencanaan. Seringkali Amdal yang
merupakan kajian dampak penting dari rencana kegiatan tidak disusun mengikuti kaidah
ilmiah, sehingga hasil kajiannya kurang akurat dan tidak implementatif. Selain itu, tidak
sedikit hasil kajian Amdal yang telah disusun dan disetujui hanya disimpan dan tidak
digunakan, sehingga Amdal dikenal hanya merupakan dokumen formal saja sekedar
untuk memenuhi ketentuan dalam undang-undang.
Kondisi tersebut terjadi diantaranya karena seringkali Amdal disusun setelah
kegiatan atau proyek berjalan, sehingga tidak dapat lagi memberikan masukan untuk
pengambilan keputusan dalam proses perencanaan. Selain itu tidak adanya
pemantauan, pada setiap tahapan kegiatan atau operasional proyek, menyebabkan
banyaknya rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan (RKL-
RPL) yang tidak dilaksanakan dengan baik.
Sejak ditetapkannya undang-undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja,
menempatkan Amdal sebagai prasyarat yang harus dipenuhi dalam sistem perizinan

1
berusaha. Hal tersebut menjadikan Amdal memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu (1) fungsi
persetujuan lingkungan, sebagai prasyarat perizinan berusaha; (2) merupakan daftar
kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang izin untuk mengelola lingkungannya
(termuat dalam perizinan berusaha). Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka
perizinan berusaha tidak akan dikeluarkan. Ketika sudah mendapat perizinan berusaha
tetapi dalam pelaksanaannya di lapangan upaya pengelolaan lingkungan hidup tidak
dilaksanakan, yang menyebabkan pernyataan kesanggupan pengelolaan dicabut,
otomatis perizinan berusaha juga dicabut, karena menjadi satu kesatuan dalam sistem
perizinan. Harapannya dengan kebijakan tersebut, Amdal sebagai perangkat paling hilir
dari instrumen perencanaan terkait upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup menjadi efektif.
Guna mengimplementasikan kebijakan tersebut diatas, maka diperlukan
kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang memahami Amdal sebagai alat
perencanaan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Salah satu upaya
yang dilakukan guna meningkatkan kapasitas SDM melalui pelatihan Dasar-Dasar
Amdal. Pelatihan dasar-dasar Amdal memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
peserta terkait dengan konsep dasar Amdal, dan proses penyusunan Amdal serta uji
kelayakan lingkungan.
Salah satu mata diklat yang diajarkan dalam diklat dasar-dasar Amdal adalah
Proses Penyusunan Amdal dan Uji Kelayakan Lingkungan. Mata diklat ini perlu
disampaikan kepada peserta, karena banyak hal yang harus dipahami dalam proses
penyusunan Amdal dan uji kelayakan lingkungan, diantaranya proses penapisan dalam
Amdal. Untuk itu, disusunlah bahan ajar ini. Harapannya dengan adanya Bahan Ajar ini,
peserta diklat Dasar-Dasar Amdal mendapatkan informasi tertulis mengenai garis-garis
besar program pembelajaran Proses Penyusunan Amdal dan Uji Kelayakan Lingkungan
khususnya untuk pokok bahasan Proses Penapisan dalam Amdal. Hal tersebut
diharapkan dapat mendorong peserta untuk dapat melakukan pembelajaran secara
mandiri.
Bahan Ajar Proses Penyusunan Amdal Dan Uji Kelayakan Lingkungan, pokok
bahasan Proses Penapisan dalam Amdal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Bahan Ajar lainnya dalam diklat dasar-dasar amdal. Bahan Ajar ini secara berurutan

2
harus disampaikan setelah Bahan Ajar pengertian dan manfaat Amdal; Bahan Ajar
Pengantar Identifikasi, Prakiraan, dan Evaluasi, serta Mitigasi Dampak Lingkungan
(IPEM) dalam Amdal; Bahan Ajar Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (PPLH), serta Pengelolaan Sumberdaya Alam terkait Persetujuan Lingkungan.

B. Deskripsi Singkat
Bahan Ajar ini menguraikan tentang penapisan dalam Amdal; menjelaskan
tentang pengertian penapisan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam meakukan
penapisan, serta tata cara atau proses penapisan. Pokok bahsan tersebut harus
dipahami oleh para pemangku kepentingan, agar mampu melakukan penapisan,
sehingga tidak salah dalam menetapkan apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
itu wajib Amdal atau tidak.

3
BAB II. PROSES PENAPISAN DALAM AMDAL

Indikator Keberhasilan: Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat


diharapkan dapat menjelaskan proses penapisan dalam Amdal

A. Proses Penapisan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) merupakan kajian mengenai
dampak penting pada lingkungan hidup dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan, untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan, serta termuat dalam Perizinan Berusaha,
atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah (Pasal 1 angka 5, Peraturan
Pemerintah Nomor 22 tahun 2021). Berdasarkan pengertian tersebut, kata kunci yang
perlu dicermati diantaranya adalah “dampak penting”. Artinya, setiap usaha dan/atau
kegiatan pasti dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta akan
memberikan dampak terhadap lingkungan hidup. Namun demikian tidak semua
perubahan rona lingkungan atau dampak yang ditimbulkan berdampak penting.
Sehingga tidak semua usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki Amdal, hanya kegiatan
yang memiliki dampak penting saja yang wajib memiliki Amdal.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana cara menentukan suatu usaha dan/atau
kegiatan memiliki dampak penting atau tidak?. Caranya dengan melakukan penapisan
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut. Penapisan dilakukan secara mandiri
oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Namun jika penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan tidak dapat melakukan penapisan secara mandiri, dapat mengajukan
penetapan penapisan dari instansi lingkungan hidup pusat, organisasi perangkat daerah
yang membidangi lingkungan hidup di provinsi maupun kabupaten/kota.
Tahapan yang dilakukan dalam penapisan usaha dan/atau kegiatan wajib Amdal
dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini. Tahap pertama yang dilakukan adalah
mencermati secara rinci apa saja jenis kegiatan utama dan kegiatan penunjang dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan, berikut skala besarannya. Informasi tersebut dapat
dilihat pada Penyajian Informasi Awal atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan

4
dilakukan penapisan yang wajib disusun oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan. Isi dari informasi awal tersebut mencakup; identitas pengusul, deskripsi jenis
usaha dan/atau kegaiatan yanga kana dilakukan, status dan kondisi lingkungan, analisis
dampak lingkungan yang akan terjadi dan informasi lainnya yang relevan. Secara rinci
muatan informasi yang harus disampaikan dalam Penyajian Informasi Awal dapat dilihat
pada lampiran I Bagian II dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian dilihat apakah jenis dan skala besaran
dari kegiatan utama dan /atau penunjang tersebut termasuk dalam daftar jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal sebagaimana yang tercantum dalam lampiran 1
Permen LHK No 4 tahun 2021. Jika kegiatan utama dan/atau kegiatan penunjang dari
rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut masuk dalam daftar kegiatan yang wajib
memiliki Amdal, maka kegiatan tersebut wajib menyusun Amdal.

Uji ringkasan penyajian informasi Penanggung jawab usaha


awal rencana usaha dan/atau dan/atau kegiatan mengisi
kegiatan dengan daftar jenis usaha ringkasan penyajian informasi
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal awal atas rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan

Tidak Periksa apakah lokasi berada di Tidak


dalam dan/atau berbatasan
? langsung dengan kawasan
lindung

Ya Ya

Uji ringkasan awal dengan


kriteria pengecualian

Tidak Ya
Wajib Memiliki Amdal Wajib UKL-UPL
?
atau SPPL

Sumber: disadur dari lampiran 1 bagian III Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021

Gambar 1. Bagan Alir Tata Cara Penapisan

5
Ketika melakukan uji ringkasan penyajian informasi awal, tidak hanya mencermati
kegiatan utamanya saja, tetapi harus juga mencermati kegiatan pendukungnya.
Seringkali usaha dan/atau kegiatan utama tidak wajib Amdal, tetapi kegiatan
pendukungnya wajib Amdal, kondisi tersebut menyebabkan usaha dan/atau kegiatan
tersebut wajib memiliki Amdal. Sebagai contoh: pembangunan gedung Rumah Sakit
pada lahan 3 Ha, dan luas bangunan RS 7000 m2. Jika hanya melihat informasi tersebut
maka berdasarkan skala besaran lahan terbangun dan luas bangunan terbangun,
pembangunan RS tidak wajib Amdal (lihat Tabel 1). Namun perlu dicermati selain
kegiatan utama membangun gedung RS, ada kegiatan penunjang lainnya yaitu
pengambilan air tanah sebesar ≥ 50 liter/detik yang masuk dalam skala wajib Amdal (lihat
tabel 1). Sehingga walaupun kegiatan utamanya yaitu pembangunan gedung tidak wajib
amdal tetapi karena ada kegiatan pendukung yang wajib Amdal maka usaha dan/atau
kegiatan tersebut menjadi wajib Amdal.

Tabel 1. Skala besaran dari luas lahan terbangun dan/atau luas bangunan
terbangun dari kegiatan multisektor yang wajib Amdal/UKL-UPL/SPPL

Sumber: Lampiran 1 Permen LHK Nomor 4 tahun 2021

Tahapan selanjutnya dalam proses penapisan adalah mencermati lokasi rencana


usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun. Jika rencana usaha dan/atau kegiatan

6
tersebut tidak masuk dalam daftar wajib amdal, namun kegiatan tersebut berada di dalam
atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung, atau berada di luar kawasan lindung
tetapi dapat memberikan dampak potensial terhadap kawasan lindung maka menjadi
wajib Amdal (Gambar 1). Kecuali jika rencana usaha dan/atau kegiatantersebut
merupakan kegiatan-kegiatan yang dikecualikan tidak wajib Amdal (Pasal 5 peraturan
pemerintah nomor 22 tahun 2021).
Pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021, menyatakan bahwa
jenis usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya berbatasan langsung dengan kawasan
lindung, adalah kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang: (1) batas tapak proyeknya
bersinggungan langsung dengan batas kawasan lindung, dan/atau (2) berdasarkan
pertimbangan ilmiah memiliki potensi dampak yang mempengaruhi fungsi kawasan
lindung. Untuk menentukan bahwa suatu usaha dan/atau kegiatan memiliki potensi
dampak terhadap kawasan lindung, walau tapak proyeknya tidak bersinggungan
langsung/berbatasan langsung dengan kawasan lindung, dilakukan dengan meminta
arahan kepada instansi lingkungan hidup sesuai kewenangannya. Permohonan arahan
oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan harus disertai dengan ringkasan
pertimbangan ilmiah, yang nantinya akan ditelaah oleh Tim Uji Kelayakan Lingkungan
Hidup yang ditunjuk.
Kawasan lindung adalah suatu wilayah yang telah ditetapkan fungsi utamanya
untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan. Kawasan lindung harus ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kawasan lindung yang dimaksud dalam pengaturan
kegiatan dan/atau usaha wajib Amdal sebagaimana penjelasan di atas, dapat dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini.
Kewajiban Amdal bagi usaha dan/atau kegiatan yang berada di dalam dan/atau
berbatasan langsung dengan kawasan lindung dapat dikecualikan, jika kegiatan dan/atau
usaha merupakan (pasal 10 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021):
1. Eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, serta panas bumi yang tidak diikuti
dengan usaha dan/atau kegiatan pendukung yang skala/besarannya wajib Amdal;
2. Penelitian dan pengembangan non komersial di bidang ilmu pengetahuan yang tidak
mengganggu fungsi kawasan lindung;

7
3. Kegiatan yang menunjang/mendukung pelestarian kawasan lindung;
4. Kegiatan yang terkait dengan kepentingan pertahanan dan keamanan Negara yang
tidak memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup;
5. Kegiatan secara nyata tidak memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup;
6. Budidaya yang diijinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap dan tidak
mempengaruhi fungsi lindung kawasan dan di bawah pengawasan ketat.

Tabel 2. Daftar Kawasan Lindung


No Jenis Kawasan Lindung
1 kawasan hutan lindung
2 kawasan lindung gambut
3 kawasan resapan air
4 sempadan pantai
5 sempadan sungai
6 kawasan sekitar danau atau waduk
7 suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut
8 cagar alam dan cagar alam laut
9 kawasan pantai berhutan bakau
10 taman nasional dan taman nasional laut
11 taman hutan raya
12 taman wisata alam dan taman wisata alam laut
13 kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
14 kawasan cagar alam geologi
15 kawasan imbuhan air tanah
16 sempadan mata air
17 kawasan perlindungan plasma nutfah
18 kawasan pengungsian satwa
19 terumbu karang
20 Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil
21 Kawasan konservasi maritim
23 Kawasan konservasi perairan
24 kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi
Sumber: lampiran 1 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021, Bagian 1 Daftar Kawasan Lindung

Selain hal-hal tersebut diatas, usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup dapat dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal, apabila:
1. Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang
memiliki rencana detail tata ruang yang telah dilengkapi dengan kajian Lingkungan
Hidup strategis yang dibauat dan dilaksanakan secara komprehensif dan rinci sesuai

8
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Lokasi rencana usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kawasan hutan yang telah
memiliki rencana kelola hutan yang telah dilengkapi dengan kajian Lingkungan Iiidup
strategis yang dibuat dan dilaksanakan secara komprehensif dan rinci sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. program Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang telah memiliki kebijakan,
rencana, dan/atau program berupa rencana induk yang telah dilengkapi dengan kajian
Lingkungan Hidup strategis yang dibuat dan dilaksanakan secara komprehensif dan
rinci sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dilakukan di dalam dan/atau berbatasan
langsung dengan kawasan lindung yang dikecualikan;
5. merupakan kegiatan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang dilakukan dalam
rangka penelitian dan bukan untuk tujuan komersial;
6. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada di dalam kawasan yang telah
dilengkapi dengan Amdal kawasan dan Persetujuan Lingkungan kawasan;
7. rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada di dalam kawasan yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan, Usaha danl atau Kegiatan di dalam kawasan
dipersyaratkan menyusun RKL-RPL rinci yang telah dilengkapi dengan Amdal
kawasan dan Persetujuan Lingkungan kawasan;
8. dilakukan daiam kondisi tanggap darurat bencana;
9. dalam rangka pemulihan fungsi Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah di kawasan yang tidak dibebani Perizinan Berusaha;
dan/ atau
10. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang skala besarannya wajib Amdal, dan
lokasinya berbatasan langsung atau berada dalam kawasan lindung, yang telah
mendapatkan penetapan pengecualian wajib Amdal dari instansi yang berwenang
dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan kawasan lindung.
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup tetapi
dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal, sebagaimana disampaikan di atas, tetap
wajib menyusun UKL-UPL/SPPL sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Kecuali
untuk kegiatan dan/atau usaha yang dilakukan daiam kondisi tanggap darurat bencana,

9
dan/atau dalam rangka pemulihan fungsi Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah di kawasan yang tidak dibebani Perizinan
Berusaha, tidak memerlukan dokumen lingkungan.
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada di dalam kawasan yang telah
dilengkapi dengan Amdal kawasan dan Persetujuan Lingkungan kawasan, wajib memiliki
RKL-RPL rinci berdasarkan Persetujuan Lingkungan Kawasan. RKL-RPL rinci
merupakan bentuk Persetujuan Lingkungan bagi pelaku usaha di dalam kawasan, dan
dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang disahkan oleh pengelola kawasan, dan menjadi persyaratan Perizinan Berusaha
Pelaku Usaha di dalam kawasan (Pasal 11 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2021).
Secara ringkas proses penapisan dalam Amdal dapat dilihat pada video penjelasan
di bawah ini:

10
B. Penetapan Tingkat Resiko dan Peringkat Skala Usaha Kegiatan Usaha
Berdasarkan Pasal 22 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa setiap usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib memiliki Amdal.
Dimana dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Luas
wilayah
Sementara kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting sehingga harus
memiliki Amdal, jika kegiatan tersebut:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau

11
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 disebutkan bahwa untuk
Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha, maka diterapkan Perizinan
Berusaha berbasis risiko. Perizinan Berusaha berbasis risiko dilakukan berdasarkan
penetapan tingkat risiko dan peringkat skala usaha kegiatan usaha. Penetapan risiko
usaha didasarkan pada penilian tingkat bahaya dan potensi bahaya, bukan berdasarkan
kriteria dampak penting. Sehingga penentuan dampak penting suatu uasaha berbeda
dengan penentuan tingkat risiko dan peringkat skala usahanya/tidak inline (Gambar 2.).
Menentukan tingkat resiko usaha dan peringkat skala usaha, dilakukan berdasarkan
penilaian tingkat bahaya dan potensi terjadinya bahaya. Penilaian tingkat bahaya
dilakukan terhadap aspek: (a) kesehatan; (b) keselamatan; (c) lingkungan; dan/atau (d)
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya. Untuk kegiatan tertentu, penilaian tingkat
bahaya dapat mencakup aspek lainnya sesuai dengan sifat kegiatan usaha.
Penilaian tingkat bahaya dilakukan dengan memperhitungkan: (a.) jenis kegiatan
usaha; (b) kriteria kegiatan usaha; (c) iokasi kegiatan usaha; (d.) keterbatasan sumber
daya; dan/atau (e.) risiko volatilitas. Berdasarkan penilaian potensi terjadinya bahaya
sebagaimana, maka dapat ditentukan skala usaha yang memiliki potensi terjadinya
bahaya seperti: (a) hampir tidak mungkin terjadi; (b) kemungkinan kecil terjadi; (c)
kemungkinan terjadi; atau (d) hampir pasti terjadi.
Berdasarkan penilaian tingkat bahaya serta penilaian potensi bahaya sebagaimana
disampaikan di atas, maka skala usaha kegiatan usaha ditetapkan menjadi: (a) kegiatan
usaha berisiko rendah; (b) kegiatan usaha berisiko menengah; atau (c) kegiatan usaha
berisiko tinggi. Penetapan skala usaha dan kegiatan ini untuk menentukan sistem
perzinan berusaha yang akan dikenakan pada usaha dan kegiatan tersebut.
Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko rendah berupa pemberian nomor
induk berusaha (NIB) yang merupakan legalitas pelaksanaan kegiatan berusaha. Nomor
induk berusaha merupakan bukti registrasi/pendaftaran Pelaku Usaha untuk melakukan
kegiatan usaha dan sebagai identitas bagi Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya. Contoh kegiatan usaha berisiko rendah diantaranya adalah industri
penggergajian kayu, dokumen lingkungan yang wajib dimiliki untuk kegiatan tersebut

12
tergantung pada skala usahanya. Jika luasan usaha terbangunnya ≤ 15 Hektar maka
wajib memiliki Amdal. Tetapi, jika luasan usaha terbangunnya ≥ 1 Ha < 15 hektar maka
wajib memiliki UKL-UPL (lamipiran 1 Permen LHK Nomor 4 tahun 2021).
Perizinan Berusaha Kegiatan Usaha Berisiko Menengah meliputi: (a) kegiatan
usaha berisiko menengah rendah; dan (b) kegiatan usaha berisiko menengah tinggi.
Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko menengah rendah berupa pemberian:
nomor induk berusaha (NIB); dan sertifikat standar. Sertifikat standar merupakan
pernyataan Pelaku Usaha untuk memenuhi standar usaha dalam rangka melakukan
kegiatan usaha.
Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko menengah tinggi berupa
pemberian: nomor induk berusaha (NIB); dan sertifikat standar. Sertifikat standar usaha
diterbitkan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
berdasarkan hasil verifikasi pemenuhan standar pelaksanaan kegiatan usaha oleh
Pelaku Usaha.
Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko tinggi berupa pemberian: nomor
induk berusaha; dan izin. Izin merupakan persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah untuk pelaksanaan kegiatan usaha yang wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha
sebelum melaksanakan kegiatan usahanya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka antara tingkat risiko usaha dengan
jenis dokumen lingkungan yang harus disusun tidak inline. Artinya tidak otomatis suatu
usaha yang memiliki risiko tinggi maka harus memiliki dokmen Amdal karena berdampak
penting (Gambar 2). Pengelompokkan risiko usaha bertujuan untuk menentukan jenis
perizinan berusaha yang harus dimiliki, bukan bertujuan untuk menentukan jenis
dokumen lingkungan yang harus dimiliki karena kriteria penilaiannya berbeda.

13
(Sumber: bahan presentasi sosialisasi PP 22 tahun 2021 oleh Direktorat PDLUK- KLHK)

Gambar 2. Hubungan antara Tingkat Risiko Usaha dan Jenis Dokumen Lingkungan

C. Rangkuman
Tahapan awal yang harus dilakukan sebelum menyusun Amdal adalah melakukan
penapisan. Penapisan dilakukan untuk menentukan apakah suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan wajib Amdal atau tidak wajib Amdal. Penapisan juga bertujuan untuk
mencegah jangan sampai suatu rencana usaha dan/atau kegiatan hanya menyusun
UKL-UPL padahal seharusnya menyusun Amdal, atau sebaliknya. Jika hal tersebut
terjadi maka upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi tidak tepat
sasaran. Tahapan penapisan dilakukan dengan cara mencermati jenis kegiatan dan
skala/besaran dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, berdasarkan
ringkasan penyajian informasi awal atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan, serta lokasi dimana rencana usaha dan/atau kegiatan akan dilakukan. Ketika
melakukan penapisan harus diperhatikan kegiatan utama dan kegiatan pendukung dari
rencana dan/atau usaha tersebut.

14
D. Evaluasi
Setelah mempelajari materi ini, cobalah menjawab pertanyaan di bawah ini untuk
mengevaluasi tingkat pemahaman Saudara terhadap materi ini. Jika hasil evaluasi sudah
memuaskan, maka Saudara bisa melanjutkan ke materi berikutnya. Tetapi jika hasil
evaluasi masih belum memuaskan maka Saudara harus mengulang kembali materi ini
hingga paham, dan lakukan evaluasi kembali.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amdal merupakan salah satu instrumen dalam perencanaan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Namun selama ini, penerapannya di lapangan belum
sepenuhnya efektif. Penerapan amdal yang belum sepenuhnya efektif disebabkan
banyak faktor, diantaranya lemahnya pengawasan dalam penerapan di lapangan, selain
itu proses penyusunan Amdal dan uji Kelayakan Lingkungan masih banyak yang belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Salah satu diantaranya dalam melakukan
penapisan, untuk menentukan apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan wajib
Amdal atau tidak. Karena masih saja ada suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang
seharusnya wajib menyusun Amdal, tapi hanya menyusun UKL-UPL atau sebaliknya,
sehingga upaya pengelolaan lingkungannya menjadi tidak tepat yang pada akhirya akan
berdampak pada kerusakan/pencemaran lingkungan.

B. Tindak Lanjut
Penapisan dalam Amdal merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang penyusun Amdal. Untuk itu peserta harus sering mempraktekkan proses
penapisan, dengan cara mencari contoh deskripsi rinci suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan, untuk kemudian di lakukan penapisan sesuai ketentuan yang berlaku.
Selain itu, setelah memahami proses penapisan dalam Amdal, peserta dapat
melanjutkan proses pembelajaran dengan mempelajari pokok bahasan proses
penyusunan Amdal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup, 2009

Undang-Undang RI Nomor 11 tahun 2020 (Pasal 22 dan 23), tentang Cipta Kerja, 2020

Peraturan Pemerintah RI Nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan


Berusaha Berbasis Risiko

Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 tahun 2021 (Bab I dan Bab II) tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2021

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


dan Kehutanan Nomor: 4 tahun 2021 tentang Daftar Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib memiliki Amdal, UKL-UPL atau SPPL

17

Anda mungkin juga menyukai