Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Penilaian pada PROPER ini didasarkan pada efisiensi penggunaan sumber daya
seperti energi, penurunan emosi, konservasi dan penurunan beban pencemaran air,
3R limbah B3 dan non B3 serta perlindungan keanekaragaman hayati. Selain itu,
PROPER juga mendorong perusahaan untuk menyisihkan sebagai sumber dayanya
untuk membantu pemberdayaan masyarakat di sekitarnya sehingga dengan kata lain
program ini dapat menciptakan ekonomi hijau yang mampu menghasilkan timbal
balik terhadap lingkungan sekitar.
d) ISO 14000
ISO (International Standarisation Organisation) 14000 merupakan
rangkaian standar, panduan serta laporan teknis terkait manajemen lingkungan
internasional. Standar ISO 14000 ini menetapkan persyaratan yang diperlukan
untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam hal manajemen lingkungan,
menentukan dampak lingkungan dari produk atau jasa, merencanakan tujuan
lingkungan, melaksanakan program untuk memenuhi tujuan dan melakukan
tindakan korektif yang berorientasi pada lingkungan. Prinsip dasar dari ISO 14000
sendiri diketahui sebagai Plan-Do-Check-Act (PDCA)
▪ Plan, analisis awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi seluruh
elemen yang akan berinteraksi langsung dengan lingkungan baik ketika
operasi berjalan saat ini hingga ketika operasi berjalan di masa depan.
Analisis ini digunakan sebagai dasar untuk mengetahui perencanaan
yang baik yang tetap berorientasikan pada lingkungan hidup.
▪ Do, organisasi mengimplementasikan kebijakan secara efektif serta
terus melakukan pengembangan dalam mekanismenya agar sasaran dan
kebijakan lingkungan organisasi dapat tercapai.
▪ Check, kinerja yang dilakukan oleh organisasi harus dipantau secara
periodik untuk memastikan tujuan lingkungan dari organisasi dapat
terus tercapai serta dapat mengaudit kebijakan yang terus berjalan.
▪ Act, setelah dilakukan pengecekan dan evaluasi maka kebijakan terus
diimprovisasi kinerjanya agar kinerja tersebut terus berkembang.
Secara garis besar, keuntungan dari ISO 14000 adalah mampu mengurangi
dampak terhadap lingkungan yang dapat dihasilkan dari suatu kegiatan atau usaha
Universitas Indonesia
7
dari sebuah organisasi atau perusahaan. Selain itu, sertifikasi ini dapat memberikan
keuntungan kepada organisasi atau perusahaan karena perusahaan dapat
mengefisiensikan sumber daya yang digunakan sehingga pada akhirnya perusahaan
dapat menerima keuntungan secara ekonomi dan di samping itu perusahaan juga
akan dipandang baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Selain itu, keuntungan
lain dari ISO 14000 ialah memberikan perlindungan terhadap lingkungan,
kesesuaian terhadap peraturan yang berlaku, sistem manajemen menjadi efektif,
mengurangi kerugian yang dihasilkan dari sistem manajemen dll. ISO 14000 sendiri
memiliki beberapa seri, yaitu ISO 14001 (persyaratan untuk sistem manajemen
lingkungan), ISO 14004 (panduan terkait prinsip, sistem dan teknik pendukung),
ISO 14006 (panduan untuk ecodesign), ISO 14015 (penilaian situs lingkungan dan
organisasi), ISO 14020 (label dan deklarasi lingkungan), ISO 14031 (evaluasi
kinerja lingkungan, ISO 14040 (penilaian siklus hidup), ISO 14050 (kosakata), ISO
14063 (komunikasi lingkungan), ISO 14064 (gas rumah kaca) dll.
e) Eko Label
Ekolabel merupakan sebuah program Kementerian Lingkungan Hidup yang
digunakan sebagai perangkat lingkungan yang bersifat proaktif sukarela dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dari sisi produksi dan konsumsi
suatu produk. Dengan kata lain ekolabel merupakan salah satu metode penyampain
informasi terkait dengan aspek lingkungan atau keramahan lingkungan suatu
produk yang bersifat akurat, verifiable dan tidak menyesatkan kepada konsumen.
Ekolabel terdiri atas 3 tipe yang diadopsi oleh KLH dari ISO, yaitu Ekolabel tipe 1
(multi kriteria), Ekolabel tipe 2 (klaim lingkungan swadeklarasi) dan Ekolabel tipe
3 (informasi aspek lingkungan pada produk secara kuantitatif) (Kementerian
Lingkungan Hidup, Pedoman Klaim Lingkungan Swadeklarasi, 2013).
Sertifikasi ecolabel dari KLH sendiri dapat diketahui melalui label atau tanda dari
suatu produk yang menunjukkan bahwa produk tersebut memiliki dampak
lingkungan yang relatif lebih kecil.
Ekolabel memiiki prinsip memberikan informasi terkait pengurangan
dampak terhadap lingkungan sekecil mungkin mulai dari pengadaan bahan baku,
proses produksi, pendistribusian, penggunaan hingga pembuangan setelah produk
digunakan. Tujuan ekolabel ini sendiri adalah mendorong permintaan pasar terkait
Universitas Indonesia
8
produk yang ramah lingkungan, mendorong konsumen untuk memilih produk yang
memiliki dampak lingkungan yang kecil serta memberikan informasi terkait produk
yang ramah lingkungan. Di samping itu, program ini juga mendorong kegiatan
industri untuk berinovasi dalam hal mengurangi dampak negatif dari suatu produk
terhadap lingkungan hidup.
f) Cleaner Production
Berdasarkan United Nation Environmental Program (UNEP), Cleaner
Production atau Produk Bersih (PB) merupakan suatu strategi manajemen
lingkungan yang bersifat preventif, terintegritas dan diterapkan secara
berkelanjutan pada proses produksi, produk dan jasa guna meningkatkan eco-
efficiency sehingga mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
(Nugraha, 2006). Produk bersih ini menerapkan konsen ’win-win strategy’ yang
menguntungkan berbagai pihak sehingga suatu kegiatan yang menerapkan strategi
ini akan memperoleh beberapa manfaat, seperti menghemat pemakaian bahan baku,
mengurangi biaya pengolahan limbah, mencegah kerusakan lingkungan dan
meningkatkan mutu serta daya saing dari suatu kegiatan industri.
Produksi Bersih pada pelaksanaannya dapat dilakukan dengan beberapa
teknik, seperti pengurangan pada sumber (perubahan produk, perubahan material
input, pengurangan volume buangan, perubahan teknologi) dan daur ulang. Secara
prinsip, Produksi Bersih menggunakan beberapa prinsip yang di antaranya
meminimumkan penggunaan bahan baku; perubahan pola produksi dan konsumsi;
serta mengaplikasikan teknologi, manajemen dan prosedur yang ramah lingkungan.
g) Audit Lingkungan
Audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi
secara sistematik, terdokumentasi, periodic dan obyektif tentang bagaimana suatu
kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan yang digunakan dengan tujuan
memfasilitasi kontrol manajemen terhadap upaya pengendalian dampak lingkungan
dan pengkajian penataan kebijaksanaan usaha atau kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan (KEP-42/MENLH/11/94,
1994). Audit lingkungan dapat bermanfaat untuk mengetahui informasi serta
mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi pada lingkungan sehingga audit ini dapat
menjadi dasar dalam pelaksanaan kebijakan guna menghindari kerugian dari
Universitas Indonesia
9
Bila ditinjau dari segi tata laksana audit lingkungan, maka tata laksana sendiri
beragam dan bergantung pada jenis usaha dan karakteristik lingkungannya. Metode
tata laksana yang umum digunakan pada audit lingkungan adalah (a) daftar isian;
(b) checklist; (c) daftar pertanyaan dan (d) pedoman. Perbedaannya antara audit
lingkungan dengan AMDAL ialah audit lingkungan dibuat untuk kegiatan yang
sedang berjalan sehingga masalah yang ditelaah adalah masalah yang sedang
dihadapi, sedangkan AMDAL dibuat untuk memperkirakan potensi dampak
lingkungan yang akan terjadi.
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
a) Tata Ruang
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang, sedangkan ruang
adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan rang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (UU No. 26
Tahun 2007, 2007). Tata ruang ini merupakan salah satu perangkat manajemen
lingkungan karena salah satu tujuan dari dibentuknya tata ruang ini ialah
mewujudkan keterpaduan serta keberlanjutan antara lingkungan alam dan buatan
serta antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia. Tata ruang digunakan
sebagai landasan penggunaan suatu kawasan yang telah ditata dan ditetapkan oleh
undang-undang berdasarkan pada sistem, fungsi utama kawasan, wilayah
administrative, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan sehingga tata ruang
ini memberikan batasan-batasan tertentu guna memanajamen penggunaan sumber
daya alam yang sangat berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan.
b) Peraturan Perundangan
Secara garis besar, seluruh perangkat manajemen lingkungan yang terdapat
di Indonesia harus berlandaskan pada petaruan perundang-undangan yang ada.
Undang-undang ini dijadikan sebagai perangkat yang mengikat seluruh perangkat
manajemen lingkungan baik pada project system maupun ecosystem agar seluruh
perangkat manajemen tersebut memiliki tujuan yang sama dalam melakukan
pengendalian serta pengelolaan lingkungan hidup. Di Indonesia, undang-undang
yang mengatur tentang manajemen lingkungan adalah Undang-Undang No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dimana
undang-undang ini bertujuan untuk mengupayakan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang sistematis dan terpadu sehingga dapat melestarikan fungsi
serta mencegah terjadinya pencemaran/kerusakan lingkungan hidup. Undang-
undang ini mengikat seluruh pengelolaan lingkungan hidup mulai dari berbagai
aspek, seperti perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan
dan penegakan hukum. Selain itu, petaruran yang ada di Indonesia dan menjadi
turunan dari UU No. 32 Tahun 2009 di antaranya ialah PP No. 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3, PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Universitas Indonesia
12
Kualitas Air dan Pencemaran Air, PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, PP No. 27 Tahun 2012 tentang AMDAL dll.
c) Good Environmental Governance
Good Environmental Governance merupakan sebuah desain/konsep suatu
kebijakan tentang tata kelola pemerintahan yang mampu menciptakan keselarasan
antara pemerintahan, pembangunan dengan lingkungan hidup. Konsep ini
dirancang guna menciptakan suatu hubungan timbal balik yang positif antara
kegiatan manusia dengan lingkungannya sehingga seluruh kegiatan manusia tetap
berorientasikan pada manajemen atau pengelolaan lingkungan hidup. Governance
atau pemerintah pada konsep Good Environmental Governance ini berfungsi
sebagai sistem yang mampu menghasilkan suatu interaksi antar beberapa
komponen, yaitu negara, masyarakat serta swasta. Di samping itu, sistem
pemerintahan dapat digunakan sebagai perangkat untuk memfilter dan memediasi
hubungan antara kegiatan manusia dan lingkungan (Kotchen, 2006). Sedangkan
istilah good pada konsep tersebut menunjukkan tentang keberhasilan yang dicapai,
yang dilihat dari sudut pandang lingkungan. Dengan kata lain, istilah tersebut
didapatkan bila konsep di atas telah berpihak pada ekosistem yang terdapat di
lingkungan.
d) KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan
hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-prinsip keberlanjutan dalam
pengambilan keputusan yang bersifat strategis (Kementrian Lingkungan Hidup,
2008). Dengan kata lain, KLHS ini berfungsi untuk mengkaji dampak lingkungan
bersamaan perencanaan tata ruang dengan mendorong pemenuhan tujuan-tujuan
keberlanjutan pembangunan serta manajemen lingkungan dari suatu kegiatan atau
usaha tersebut. Asas yang dijadikan landasan untuk KLHS pada perencanaan tata
ruang ialah keterkaitan (interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan
keadilan (justice). Pada proses penyusunannya, KLHS diharuskan berinteraksi
langsung dengan proses penyusunan KRP tata ruang dengan tata laksana yang
terdiri dari 3 langkah, yaitu pelingkupan, penilaian atau analisis teknis dan
penetapan alternatif.
Universitas Indonesia
13
e) Market-Based Instrument
Market Based Instrument adalah suatu peraturan yang mendorong suatu
perilaku dengan menggunakan pangsa pasar sebagai salah satu metode pengendalian
pencemaran (Stavins, 2002). Contoh perangkat kebijakan dari market-based
instrument, seperti pengenaan biaya pada polusi yang dihasilkan suatu kegiatan
sehingga bila diimplementasikan secara baik, maka upaya pengendalian lingkungan
yang dilakukan akan sesuai dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan.
Kebijakan ini bekerja dengan konsep merefleksikan dampak lingkungan dari
tindakan tertentu dengan membebankan biaya pada yang melakukan sehingga hal
ini memberikan sinyal peringatan kepada pencemar untuk mengurangi dampak yang
dihasilkan. Market Based Instrument ini terdiri dari 4 kategori, yaitu:
• Pollution charge, yaitu sistem yang menilai biaya atau pajak yang
dikenakan sesuai dengan jumlah pencemaran yang dihasilkan.
• Tradable permits, yaitu suatu izin atau ketentuan batas yang polutan
yang dihasilkan dan bila sebuah perusahaan tersebut masih memiliki
emisi yang masih di bawah tingkat emisi yang diizinkan, maka
kelebihan tersebut dapat diperjualbelikan.
• Market friction reduction, yaitu konsep untuk mengurangi aktivitas
di pasar yang memiliki keterkaitan dengan perlindungan
lingkungan.
• Government subsidy reductions, yaitu pengurangan subsidi oleh
pemerintah karena subsidi berpotensi mendorong praktik ekonomi
yang tidak efisien dan ramah lingkungan.
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
limbah. Di samping itu, konvensi ini mengatur tentang kegiatan ekspor limbah B3
yang biasanya diekspor untuk kebutuhan tertentu harus berwawasan lingkungan
dan apabila kegiatan ekspor limbah B3 tidak sesuai dengan ketentuan maka hal
tersebut dianggap sebagai tindakan kriminal. Kewajiban pihak-pihak terkait juga
diatur dalam konvensi ini dimana pihak-pihak tersebut wajib membuat ketentuan
hukum, administratif dan perijinan terkait pengelolaan limbah B3.
c) Protokol Montreal
Protokol Montreal adalah perjanjian atau konvensi tentang perlindungan
terhadap lapisan ozon yang didalamnya membicarakan tentang partikel yang dapat
merusak lapisan ozon (Keputusan Presiden No 92 Tahun 1998, 1998). Protokol
Montreal mengenai bahan-bahan yang dapat merusak lapisan ozon ini mendorong
negara-negara untuk dapat menghilangkan penggunaan substansi yang dapat
merusak lapisan ozon dengan melakukan upaya pengurangan dan memperlambat
laju perusakan ozon. Protokol Montreal sendiri berisi tentang langkah-langkah
pengendalian zat-zat yang merusak ozon sehingga setiap pihak yang meratifikasi
protokol ini wajib mengendalikan bahkan mengurangi tingkat produksi dari zat-zat
tersebut.
Pada Protokol Montreal, bahan-bahan atau substansi kimia yang menjadi
fokus utama untuk dikendalikan guna mengurangi kerusakan pada lapisan ozon
adalah CFCs, Halon, CFC yang terhalogenasi penuh lainnya, karbon tetraklorida,
metil kloroform, hidroklorokarbon, hidrobromoflorokarbon dan metal bromida.
Selain memberikan aturan-aturan terkait pengendalian bahan-bahan di atas,
Protokol Montreal juga memberikan jadwal pelaksanaan untuk menghilangkan
substansi yang merusak ozon secara bertahap. Jadwal tersebut diberikan kepada
seluruh negara baik negara maju maupun berkembang sehingga dalam kurun waktu
tertentu akan dilakukan pemeriksaan dan pengembangan sesuai dengan teknologi
yang ada.
d) Protokol Cartagena
Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati ini bertujuan untuk menjami
tingkat proteksi yang memadai dalam hal persinggahan (transit), penanganan dan
pemanfaatan yang aman dari pergerakan lintas batas OHMG (Organisme Hasil
Modifikasi Genetik) (UU No 21 Tahun 2004, 2004). Protokol ini menjadi proteksi
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
REFERENCES
BAPPENAS. (2004). Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia. BAPPENAS.
Nugraha, W. D. (2006). Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus pada Perusahaan
Pulp). Presipitasi, Vol. 1 No. 1.
OJK. (2015). Buku Pedoman Memahami Dokumen Lingkungan Hidup Sektor Energi
Bersih untuk Lembaga Jasa Keuangan. OJK.
Permen LH No. 07 Tahun 2011. (2011). Pedoman Pelaksanaan Program Adipura. KLH.
UU No. 17 Tahun 2004. (2004). Pengesahan Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka
Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim. Pemerintah RI.
Universitas Indonesia