Anda di halaman 1dari 9

BUPATI NGAWI

PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI NGAWI

NOMOR ... TAHUN 2022

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI,

Menimbang : a. bahwa guna melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2), Pasal


17 ayat (2), Pasal 18 ayat (3) Pasal 19 ayat (2), Pasal 20 ayat
(6), Pasal 21 ayat (3), Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi
Nomor 8 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan,
maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman
Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud


dalam huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati
tentang Pedoman Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa
Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor
19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 9);
2. Undang–Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 206);
4. Undang-UndangNomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan, Pembangunan, Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6398);
6. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014Nomor244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang–Undang Nomor 11 Tahun2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
9. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2015 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 199);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120
Tahun 2018;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2020 tentang
Tata Kerja dan Penyelarasan Kerja serta Pembinaan
Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 794);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 8 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran Daerah
Kabupaten Ngawi Tahun 2014 Nomor 08, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 185);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 8Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Ngawi Tahun 2016 Nomor 08).
14. Peraturan Daerah KabupatenNgawiNomor 9 Tahun 2021
tentang
Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Kabupaten
NgawiTahun 2021-2026 (Lembaran Daerah KabupatenNgawi
Tahun 2021 Nomor 9)

Menetapka : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN


n PENANGGULANGAN KEMISKINAN.

BAB 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Ngawi.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Ngawi
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
KabupatenNgawi.
5. Kemiskinan adalah suatu ketidak mampuan (lack of capabilities)
seseorang, atau keluarga, atau masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
6. Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program
Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dilakukan secara
sistematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam
rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
7. Program Penanggulangan Kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha dan
masyarakat melalui bantuan dan jaminan sosial, pemberdayaan
masyarakat serta pemberdayaan barang dan peralatan ekonomi
mikro kecil.
8. Pemangku Kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak
langsung melaksanakan kebijakan program penanggulangan
kemiskinan.
9. DTKS adalah Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang meliputi
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), Penerima
Bantuan dan Pemberdaan Sosial serta Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS). DTKS memuat 40% penduduk
yang mempunyai status kesejahteraan sosial terendah.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai


pedoman bagi Pemerintah Daerah dan dunia usaha serta untuk
melaksanakan program kegiatan penanggulangan kemiskinan
dalam upaya penanggulangan kemiskinan secara terintegrasi
dengan kebijakan nasional, provinsi, dan daerah sesuai dengan
kewenangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah :


a. Memberikan pedoman pelaksanaan penanggulangan kemiskinan
bagi semua perangkat daerah dan para pemangku kepentingan;
b. menegaskan komitmen dan mendorong sinergi upaya
penangulangan kemiskinan yang dilakukan oleh semua pihak,
untuk mengatasi kemiskinan di daerah
c. mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran penanggulangan
kemiskinan sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam
mendukung tujuan pembangunan nasional

BAB III
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Pasal 3

(1) Strategi penanggulangan kemiskinan :


a. pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin;
b. peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat
miskin;
c. pengembangan dan menjamin keberlanjutan usaha
ekonomi mikro dan kecil; dan
d. sinergi kebijakan dan Program Penanggulangan
Kemiskinan.

BAB IV
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Pasal 4

1. Program penanggulangan kemiskinan terdiri dari :


a. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga;
b. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat;
c. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan usaha ekonomi mikro, kecil; dan
d. Kelompok program penanggulangan kemiskinan lainnya
2. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga
sebagaimana di maksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Program bantuan pangan dan sandang;
b. Program bantuan kesehatan;
c. Program bantuan pendidikan; dan
d. Program bantuan perumahan.

. BAB V
PERSYARATAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN PROGRAM
Pasal 5

Tata cara pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan


sebagaimana pada pasal 4 ayat (1) huruf a yaitu :
A. Program bantuan sosial dan jaminan sosial terdiri dari
a. Penerima Bantuan Iuran Daerah (PBID)
1. Inisiatif Perorangan
Untuk mendaftar sebagai peserta PBID, maka langkah-
langkah dan persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:

(1) Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada


Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat, untuk
mendapatkan Surat Pengantar dan check list kriteria
kemiskinan;
(2) Pemohon menghadap Kepala Desa setempat dengan
membawa serta menunjukkan Surat Pengantar dan check
list kriteria kemiskinan dari Ketua Rukun Tetangga (RT).
Apabila pemohon memenuhi kriteria kemiskinan
sebagaimana tercantum dalam check list, Kepala Desa
menandatangani check list dimaksud;
(3) Pemohon menghadap Camat setempat dengan membawa
persyaratan sebagai berikut:
a. Surat pengantar dari Ketua RT;
b. Check list kemiskinan yang telah ditandatangani oleh
Kepala Desa;
c. Foto copy Kartu Keluarga (KK) dan KTP atau Akte
Kelahiran bagi yang belum mempunyai KTP atau Surat
Keterangan Lahir bagi yang belum mempunyai Akte
Kelahiran;
d. Foto rumah dengan memperlihatkan tampak depan,
samping dan belakang;
e. Surat Keterangan Sakit dari Puskesmas.

Apabila pemohon telah memenuhi persyaratan dimaksud,


maka Camat menandatangani check list kemiskinan yang
telah ditandatangani terlebih dahulu oleh Kepala Desa.
2. Pemohon menghadap tenaga verifikator independent di Dinas
Kesehatan dengan membawa persyaratan sebagaimana
dimaksud pada angka 3. Selanjutnya tenaga verifikator
independent memberikan lembar verifikasi yang telah
ditandatangani terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan kepada
pemohon;
3. Pemohon melengkapi tanda tangan pada lembar verifikasi,
dengan urutan sebagai berikut:
a. Unit Kerja pada Setda Kab Ngawi yang membidangi
kesejahteraan sosial;
b. Dinas/Badan/Kantor yang membidangi perencanaan,
pembangunan, penelitian dan pengembangan Kab
Ngawi;
c. Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Ngawi; dan
d. Dinas/Badan/Kantor yang membidangi permasalahan
sosial Kab Ngawi.
4. Apabila tanda tangan pada lembar verifikasi telah lengkap,
maka Dinas/Badan/Kantor yang membidangi permasalahan
sosial menerbitkan Surat Pernyataan Miskin (SPM) dan
diserahkan kepada Pemohon;
5. Pemohon kembali pada petugas pelayanan kepesertaan PBID
Dinas Kesehatan dengan menyerahkan SPM.

b. Pendataan Selintas Sapulipat


Masyarakat miskin hasil pendataan Selintas Sapulipat menjadi
peserta PBID dengan menyerahkan foto copy kartu keluarga 1
(satu) lembar ke Dinas Kesehatan melalui UPT Puskesmas
setempat, tanpa proses sebagaimana dimaksud pada huruf A

Persyaratan dan prosedur :

1. Pasien yang akan berobat menunjukkan kartu kepesertaan


kesehatan dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
2. Petugas memverifikasi kepesertaan kesehatan sesuai dengan
database.
3. Persyaratan pelayanan kesehatan rujukan meliputi :
a. Kartu peserta BPJS Mandiri;
b. Foto copy KTP atau KK;
c. Surat keterangan dari Kepala UPT Puskesmas/Direktur
RSUD/Direktur Rumah Sakit Kusta milik Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, khusus bagi penderita Kusta dan
mantan penderita Kusta;

4. Pasien mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan


medis.

5. Apabila diperlukan dalam kondisi medis tertentu maka pasien


bisa di rujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan

6. Pelayanan kesehatan rujukan meliputi pelayanan RJTL dan


RITL kelas III di RSUD atau RSUD Tipe B Provinsi Jawa
Timur atau RSUD Tipe A Provinsi Jawa Timur atau RS milik
Provinsi Jawa Timur selain RSUD Tipe B dan RSUD Tipe A
Provinsi Jawa Timur.

7. Pelayanan kesehatan rujukan dapat dilakukan apabila:


a. adanya indikasi medis yang tidak memungkinkan bagi
pasien untuk dirawat di RSUD; atau
b. adanya keterbatasan obat-obatan, alat kesehatan/bahan
pakai habis, dokter spesialis, specimen dan penunjang
diagnostik di RSUD;

8. Untuk Pelayanan Kesehatan kegawatdaruratan diluar Daerah


dalam Provinsi Jawa Timur, tanpa melalui proses
sebagaimana dimaksud pada angka 3 huruf c, angka 5, dan
angka 6.

Tata laksana pelayanan kesehatan


1. Setiap masyarakat miskin berhak mendapat pelayanan
kesehatan di PPK meliputi :
a. Pelayanan kesehatan RJTP;
b. Pelayanan kesehatan RITP;
c. Pelayanan gawat darurat;
d. Pelayanan rujukan;
e. Pelayanan kesehatan RJTL;
f. Pelayanan kesehatan RITL; dan
g. Pelayanan ambulan pemulangan jenazah dan dropping
kasus jiwa.

2. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat


miskin, bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan
kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan medik.
3. Pelayanan kesehatan dasar RJTP dan RITP diberikan di UPT
Puskesmas dan Jaringannya.
4. Pelayanan rujukan menerapkan pelayanan terstruktur dan
pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Fasilitas
kesehatan lanjutan penerima rujukan, wajib merujuk kembali
peserta jaminan kesehatan masyarakat miskin disertai
jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara
medis peserta sudah dapat dilayani di fasilitas kesehatan yang
merujuk.
5. RJTL diberikan pada PPK di ruang rawat inap kelas III (tiga)
dan tidak diperbolehkan naik kelas.

c. Bantuan penyandang disabilitas


d. ...DLL

B. program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan


masyarakat dan penguatan pelaku usaha mikro dan kecil terdiri dari
1. ..
2. Pengembangan potensi (BUMDes, dll)
3. Pelatihan sarana produksi (ternak, dll)
4. Pelatihan dan akses pekerjaan
5. Akses permodalan
6. Akses informasi pasar
7. ...
C. Program penanggulangan kemiskinan lainnya
a. Akses layanan dasar (RTLH, sanitasi, air bersih)
1. Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (BPRTLH)
Tujuan Kegiatan BPRTLH adalah terbangunnya rumah yang layak
huni oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sehingga
menjadikan perumahan yang sehat, aman, serasi, dan teratur
serta berkelanjutan. BPRTLH dalam bentuk Uang, diberikan
kepada perseorangan Penerima Bantuan untuk dipergunakan
membeli bahan bangunan. Setiap penerima bantuan dapat
menerima bantuan berupa uang dan bahan bangunan dengan
persyaratan:
a) Warga negara Indonesia;
b) Memiliki atau menguasai tanah yang dikuasai secara fisik dan
memiliki legalitas, tidak dalam status sengketa, dan sesuai
tata ruang;
c) Belum memiliki rumah, atau memiliki dan menempati rumah
satu-satunya dengan kondisi yang tidak layak huni;
d) Belum pernah memperoleh RTLH dari pemerintah
e) Diutamakan yang telah memiliki keswadayaan dan berencana
membangun atau meningkatkan kualitas rumahnya;
f) Bersedia membuat surat pernyataan yang antara lain berisi:
- Bersedia bertanggung jawab dalam pemanfaatan
bantuan
- Bersedia mengikuti ketentuan RTLH
b. ...

BAB VII
PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Pasal 6

BAB VIII
DATA, PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMANFAATAN DATA
Pasal 8 cek dinsos

(1) Data terdiri dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial


(2) Pengelolaan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
Perangkat Daerah terkait.
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dijadikan dasar dalam
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan oleh Perangkat
Daerah terkait dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara
terintegrasi di Daerah.
BAB IX
Pemutakhiran Data

Pasal 9 (cek dinsos)

(1) Pemutakhiran DTKS dilakukan secara berkala, sekurang-


kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(2) Kegiatan pemutakhiran data sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan dengan cara verifikasi dan validasi data oleh
Perangkat Daerah terkait.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemutakiran data baik
verifikasi dan validasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah dengan berpedoman
pada ketentuan teknis dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB X
Pemanfaatan Data

Pasal 10 (cek dinsos)

(1) Pemanfaatan DTKS untuk melakukan analisis atau perencanaan


kegiatan/program penanggulangan kemiskinan oleh Perangkat
Daerah, Pemerintah Desa, masyarakat dan pelaku usaha atau
swasta, untuk merancang program penanggulangan kemiskinan
yang relevan, sekaligus memperkirakan anggaran yang
dibutuhkan untuk program tersebut.

(2) Menetapkan sasaran penerima manfaat program penanggulangan


kemiskinan sebagaimana di maksud dalam pasal 4 ayat (1)
berdasarkan data berbasis nama, alamat dan Nomor Induk
Kependudukan, ditetapkan dalam suatu surat keputusan Bupati

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan agar


setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Ngawi.

Ditetapkan di Ngawi
pada tanggal

BUPATI NGAWI,

Anda mungkin juga menyukai