Anda di halaman 1dari 6

Laporan Hidrologi

FS Waduk Limo

GAMBARAN UMUM
DAERAH STUDI

2.1. UMUM

Rencana Waduk Limo terletak pada alur Sungai Pesanggrahan yang


manasungai tersebut merupakan batas wilayah pemerintahan Kota Depok,
Kota TangerangSelatan, dan wilayah Jakarta Selatan. Panjang sungai
pesanggrahan berdasarkan datadari laporan Comprehensive River Water
Management Plan in Jabotabek Maret 1997yang dibuat oleh NIKKEN
Consultants, Inc dan NIPPON KOEI Co.Ltd adalah 46.00 Km.
Adapun lebar rata-rata dari sungai pesanggrahan adalah antara 15 – 20 meter,
padaruas tertentu terdapat juga lebar sungai yang hanya 10.00
meter.Permasalahan yang ada pada Sungai Pesanggrahan sangat kompleks
karenaposisi sungai tersebut berada pada daerah lokasi pemukiman yang
sangat padat danperkembangannya yang pesat, sehingga berbagai
kepentingan tumbuh dan menjadipermasalahan yang utama, antara lain
menyempitnya badan sungai dibeberapa ruas,pembuangan sampah ke dalam
badan sungai banyak dilakukan penduduk sekitarsungai, yang mengakibatkan
beberapa ruas sungai terjadi penyumbatan/penyempitanbadan sungai, dilain
pihak pengembangan wilayah pemukiman daerah juga turutberperan dalam
kerusakan ekosistem pada wilayah sungai, diantaranya pada beberaparuas
Sungai Pesanggrahan yaitu sempadan sungainya tidak jelas, bahkan
batassempadan (berm sungai/bantaran) tidak ada sama sekali.
Lokasi Waduk Limo termasuk kedalam Wilayah DAS Ciliwung ruas 4 dimana
DAS Pesanggrahan berhubungan dengan Mookervart canal yang bermuara di
LautJawa. DAS Pesangrahan yang merupakan Wilayah DAS Ciliwung Segmen
4pengelolaannya di bawah Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-
Cisadane.Lokasi alternatif Waduk Limo, berdasarkan hasil Studi yang dilakukan
olehNikken Consultant,Inc dan Nippon Koei.Co Ltd Tahun 1997 terdapat 3 titik
(alternatif A, B dan C). Sedangkan pada SID tahun 2013 diusulkan hanya
meninjau alternatif B dan C.Untuk mendapatkan alternatif lainnya pada

Bab 1 - 1
Laporan Hidrologi
FS Waduk Limo
pekerjaan FS waduk Limo tahun 2014 diusulkan menambah 1 alternatif lagi
dihulu Jembatan Jl. Mochtar, yang letaknyasecara wilayah administrasi
pemerintahan berbeda yaitu :
a. Lokasi Alternatif B berada pada wilayah Kota Tangerang Selatan
b. Lokasi Alternatif C berada pada wilayah Kecamatan Cinere, Kota Depok
(Kecamatan Limo yang dikembangkan menjadi 2 Kecamatan yaitu
Kecamatan Cinere dan Kecamatan Limo)
c. Lokasi Alternatif D berada pada wilayah Kecamatan Limo, Kota Depok

2.2. Kondisi Lokasi Pekerjaan

2.2.1. Geografis
Secara geografis wilayah Kota Depok berada pada koordinat 6º 43’ 00” -
6º 28’00” Lintang Selatan dan 106º 43’ 00” - 106º 55’ 30” Bujur Timur.
Bentang alam Depokdari Selatan dan Utara merupakan daerah dataran
rendah – perbukitan bergelombanglemah, dengan elevasi antara 50 –
140 meter diatas permukaan laut dan kemiringanlerengnya kurang dari
15 persen. Kota Depok mempunyai luas wilayah sekitar
200,29km2.Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara: Berbatasan dengan wilayah administrasi Propinsi
DKI Jakartadan wilayah Kecamatan Ciputat Kota Tangerang
Selatan.
b. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Gunung
Sindur danWilayah Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Gunung
PutriKabupaten Bogor dan Wilayah Kecamatan Pondok Gede
KotaBekasi.
d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Bojong
Gede dan
Wilayah Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor.
Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 1999 tentang pembentukan
KotaMadya Daerah Tingkat II, Kecamatan Limo berkembang menjadi 2
Kecamatan yaitu:
a. Kecamatan Cinere, terdiri dari 4 Kelurahan:
1) Kelurahan Cinere
2) Kelurahan Gandul

Bab 1 - 2
Laporan Hidrologi
FS Waduk Limo
3) Kelurahan Pangkalan Jati Baru
4) Kelurahan Pangkalan Jati
Kecamatan Cinere letaknya dibagian hilir Sungai Pesanggrahan yang
berbatasandengan wilayah Tangerang Selatan.
b. Kecamatan Limo, terdiri dari 4 Kelurahan:
1) Kelurahan Meruyung
2) Kelurahan Grogol
3) Kelurahan Krukut
4) Kelurahan Limo
Kecamatan Limo letaknya dibagian hulu Kecamatan Cinere yang
berbatasandengan Kabupaten Bogor . Sistem jaringan sumberdaya air
Kota Depokterlampir. (sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok Tahun 2012 –2032).

2.2.2. Klimatologi dan Hidrologi


Wilayah Kota Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah
penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta – Depok – Bogor –
Tangerang – Bekasi, satu sisi potensi ini mendukung untuk dijadikan
sebagai tempat bermukim, tempat berusaha, dan sebagai daerah
Pemerintahan. Secara biogeografis karena kestrategisan Kota Depok
yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang
berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan
curah hujan di Kota Depok cukup tinggi sehingga Depok kaya akan
potensi flora dan fauna. Wilayah Kota Depok termasuk dalam daerah
beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan
dipengaruhi oleh iklim musim.Secara umum musim kemarau berada
diantara bulan April sampai dengan September dan musim hujan
berada diantara bulan Oktober sampai dengan Maret. Iklim Depok yang
tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi
dengan kadar curah hujan yang kontinu di sepanjang tahun. Namun
demikian, walaupun didukung oleh iklim tropis yang baik, alokasi tata
guna lahan harus tetap mempertimbangkan sektor lain terutama lahan
hijau dan pemukiman, perlu dipertimbangkan juga banyaknya
penetrasipenggunaan lahan hijau untuk perdagangan
Data klimatologi dan curah hujan adalah antara lain:
a. Temperatur : 24,3 – 33 derajat celcius

Bab 1 - 3
Laporan Hidrologi
FS Waduk Limo
b. Kelembaban rata- rata : 82%
c. Penguapan rata – rata : 3,9 mm/th
d. Kecepatan angin rata- rata : 3,3 knot
e. Penyinaran matahari rata – rata : 49,8 %
f. Jumlah curah hujan : 2684 mm/th
g. Jumlah hari hujan : 222 hari/th
Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Depok relatif sama
dengan rata– rata curah hujan yaitu sebesar 327 mm/tahun. Kondisi
curah hujan tersebutmendukung kegiatan di bidang pertanian terutama
pertanian lahan basah di areal irigasiteknis. Sedangkan untuk daerah
tinggi dan tidak ada saluran irigasi teknis akan lebihsesuai untuk
tanaman palawija kombinasi dengan padi/lahan basah pada musim
hujansebagai pertanian tadah hujan. Selain penting sebagai sumber
irigasi, curah hujan jugapenting untuk pemberian gambaran penentuan
lahan, terutama lokasi, pola cocoktanam, dan jenis tanaman yang
sesuai.

2.2.3. Topografi
Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan
dataranrendah yang meliputi kelurahan-kelurahan yang ada di bagian
tengah dan utara,sedangkan di bagian selatan merupakan daerah
perbukitan, bergelombang lemahdengan ketinggian antara 40 – 140
meter di atas permukaan laut dengan kemiringanlereng antara 2-
15%.Penyebaran wilayah berdasarkan kemiringan lereng:
a. Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8 – 15% tersebar dari
Barat ke Timur
b. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15% terdapat di
sepanjang sungaiCikeas, Ciliwung, dan bagian Selatan sungai
Angke
Kemiringan lereng antara 8 – 15% potensial untuk pengembangan
perkotaan danpertanian, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar
dari 15% potensial untukdijadikan sebagai bentang alam yang berguna
untuk memperkuat pondasi. Disampingitu, perbedaan kemiringan lereng
juga bermanfaat untuk sistem drainase.Permasalahanyang muncul
akibat topografi Kota Depok adalah karena adanya perbedaan

Bab 1 - 4
Laporan Hidrologi
FS Waduk Limo
kemiringanlereng menyababkan terjadinya genangan atau banjir, bila
penanganannya tidakdilakukan secara terpadu.
Sebagian besar ketinggian Kota Depok berkisar antara 40-70 mdpl yang
beradadi bagian tengah Kota Depok dengan sebaran seluruhnya di
Kecamatan Beji, Sebagiankecil di bagian Selatan Kecamatan Cinere,
hampir seluruhnya di Kecamatan Cimanggis,sebagian di Kecamatan
Bojongsari bagian Utara, dan sebagian besar di KecamatanPancoran
Mas. Sedangkan ketinggian 100‐140 mdpl berada di bagian Selatan
KotaDepok, antara lain berada di Kecamatan Sawangan, Kecamatan
Cipayung, KecamatanCilodong, dan Kecamatan Tapos.

2.2.4. Tata Guna Lahan


Berdasarkan RTRW Kota Depok Tahun 2012 – 2032 tata guna lahan di
wilayah Kecamatan Cinere dan Kecamatan Limo peruntukannya adalah
sebagai berikut :

a. Penggunaan Lahan Kota Depok


Perkembangan Kota Depok dari tahun ke tahun akan sangat jelas
terlihatterutama perkembangan fisik kotanya yang ditandai dengan
perubahan pemanfaatanlahan di Kota Depok. Pemanfaatan lahan
pada tahun 2002 dan tahun 2007 didominasiuntuk kegiatan
pemukiman dengan bentuk lahan sebagai lahan
terbangun.Lahanterbangun ini merupakan pengembangan lahan
dimana di atas lahan tersebut ditutupidengan bangunan.Dalam
kurun waktu 5 tahun perkembangan lahan terbangun cukuppesat
yaitu seluas 4.043,58 Ha.Perubahan lahan tidak terbangun menjadi
lahan terbangun terutama terjadi pada semak belukar, sawah
kering/ladang, hutan/vegetasi hutan dan kebun. Secarakeseluruhan
perubahan pengunaan lahan dari lahan tidak terbangun menjadi
lahanterbangun selama kurun waktu lima tahun (tahun 2002 - 2007)
meningkat sebesar20,19% atau sekitar 5,05% per tahun. Dengan
menambahkan luasan izin pemanfaatanruang (IPR) pada tahun
2008 dan tahun 2009 pada pola guna lahan terbangun tahun2007
maka dapat dilihat pergeseran penggunaan lahan tidak terbangun
menjaditerbangun selama kurun waktu 2002 sampai dengan 2009.
Dari data penggunaan lahanterbangun dan tidak terbangun tahun

Bab 1 - 5
Laporan Hidrologi
FS Waduk Limo
2002 sampai tahun 2009 diketahui bahwa polapenggunaan lahan
terbangun di Kota Depok bertambah meskipun
penambahannyarelatif kecil. Secara keseluruhan perubahan
pengunaan lahan dari lahan tidak terbangunmenjadi lahan
terbangun selama kurun waktu tujuh tahun (tahun 2002 - 2009)
meningkatsebesar 22,03% atau sekitar 3,67% per tahun.
(Sumber Data Dari: Penyusunan Naskah Akademis RTRW Kota Depok
Th.2010-2030 )

b. Pengembangan Kawasan
Berdasarkan RTRW Kota Depok potensi dan permasalahan yang
dihadapi,struktur Kota Depok diarahkan untuk membentuk satu
pusat utama kota / pusat primerdan beberapa sub pusat kota / pusat
sekunder, yang diharapkan mampu berkembangsecara integrasi
untuk melayani wilayah pelayanannya masing-masing.Kecamatan
Cinere yang relatif sudah berkembang dengan perdagangan
kelasmenengah atas (middle high income), melayani wilayah Cinere
dan sekitarnya (termasukwilayah Tangerang Selatan dan
Perbatasan Kabupaten Bogor yang dekat denganKecamatan Limo),
sehubungan dengan hal tersebut diatas wilayah Kecamatan
Cineremenjadi kawasan pemukiman dengan kepadatan tinggi
sedangkan wilayah KecamatanLimo merupakan wilayah pemukiman
dengan tingkat kepadatan sedang, tetapi padakenyataannya kedua
kecamatan calon lokasi waduk tersebut merupakan
wilayahpemukiman yang mempunyai tingkat kepadatan tinggi,
sehingga untuk menentukanlokasi Waduk Limo yang akan
direncanakan menemui kesulitan.Adapun strategi yang dijadikan
pedoman dalam pemanfaatan ruang Kota Depokantara lain
Pengelolaan kawasan lindung yang diarahkan untuk melindungi
wilayahyang berpotensi sebagai resapan air dan perlindungan
setempat, seperti pinggiran sungai dan danau.

Bab 1 - 6

Anda mungkin juga menyukai