Anda di halaman 1dari 12

Jurnal AGRINIKA Vol. 3 No.

1 [Maret 2019] 16-28


Universitas Kadiri

Optimalisasi Dosis Pupuk Organik Cair Mikroorganisme Lokal terhadap


Pertumbuhan Sawi Daging
Edy Kustiani1*; Saptorini1
1
Fakultas Pertanian, Universitas Kadiri, Kediri, Indonesia

*Korespondensi: edykustiani@unik-kediri.ac.id
Diterima: 4 Januari 2019/Direvisi: 1 Februari 2019 / Disetujui: 2 Maret 2019

ABSTRAK
Pupuk organik cair adalah pupuk hayati yang dibuat melalui proses pembusukan
sehingga menghasilkan cairan yang berperan sebagai unsur hara yang dibutuhkan untuk
tanaman. Pupuk organik cair mikroorganisme local (MOL) adalah cairan yang dihasilkan
dari sumber daya alam yang tersedia di tempat pembuatan MOL, mengandung unsur
hara makro, mikro juga mikroba yang berfungsi sebagai perombak atau pendekomposisi.
Adapun objek penelitian adalah tanaman sawi daging yang merupakan tanaman sayuran
(olerikultura) sehingga sangat cocok pengembanganya karena, arah dari setelah panen
adalah untuk konsumsi, baik pribadi maupun masyarakat luas. Penelitian ini dilakukan di
rumah kaca Fakultas Petanian Universitas Kadiri, Kediri mulai bulan September dengan
Oktober 2017. Rancangan lingkungan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan rancangan perlakuan faktorial yang terdiri dua factor yaitu; faktor pertama
adalah komposisi media tanam dan faktor kedua adalah pupuk organik cair MOL.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak terjadi
interaksi antara perlakuan komposisi media tanam dengan dosis pupuk organik cair MOL
terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan. Pada perlakuan komposisi
media terbaik kompos:pupuk kandang 1:1 menunjukkan hasil terbaik. Perlakuan dosis
pupuk organik cair mikriorganisme lokal (MOL) dosis 5cc/pot menunjukkan hasil terbaik.
Kata Kunci: Mikroorganisme lokal; Pupuk organik cair; Sawi daging

ABSTRACT
Liquid organic fertilizers are biological fertilizers which are made through a process of
decomposition to produce liquid which acts as a nutrient needed for plants. Local
microorganism liquid organic fertilizer (MOL) is a liquid produced from natural resources
available in the place where MOL is made, containing macro, micro and microbial
nutrients that function as decomposition or decomposition. The object of research is the
mustard plant which is a vegetable plant (olericulture) so it is very suitable for
development because, the direction from after harvesting is for consumption, both
personally and society at large. This research was conducted in the greenhouse of the
Faculty of Agriculture, Kadiri University, Kediri from September to October 2017. The
environmental design used was a completely randomized design (CRD) with a factorial
treatment design consisting of two factors, namely; the first factor was the composition of
the planting medium and the second factor was the liquid organic fertilizer MOL. Based
on the results of observations and analysis of variance, it can be seen that there is no
interaction between the treatment of the composition of the growing media and the
dosage of MOL liquid organic fertilizer on plant height at all observation ages. In the best
media composition treatment, compost: 1: 1 manure showed the best results. Treatment
of local microorganism liquid organic fertilizer (MOL) at a dose of 5cc / pot showed the
best results.
Keywords: Liquid organic fertilizer; local microorganisms; mustard meat.
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

PENDAHULUAN Pemeliharaan dan pelestarian


lingkungan hidup tidak lepas dari
Sawi merupakan salah satu beberapa masalah, contohnya masalah
tanaman sayuran yang cukup dikenal kesehatan lingkungan yang diakibatkan
oleh masyarakat Indonesia (Pranowo, oleh aktifitas manusia dalam mencapai
1914). Suatu upaya dalam kesejahteraannya adalah timbulnya
meningkatkan. Produksi seharusnya bahan buangan yang tidak dipakai dan
perlu dipikirkan, selain meningkat tidak diinginkan yang disebut sampah.
secara kuantitatif, juga peningkatan Sampah dibedakan menjadi dua
secara kualitatif yaitu kualitas produksi kategori yaitu: sampah industri dan
yang sehat dengan menggunakan sampah umum. Sampah industri adalah
pupuk dan pestisida organik (Ikhwani, sampah-sampah yang dihasilkan dari
2012, Sigiura, Georgscu, Takahasi, kegiatan produksi. Sampah industri juga
2007). Media yang gembur sangat dibedakan lagi menjadi dua jenis yaitu:
menguntungkan bagi kelancaran sampah industri terkontrol khusus dan
respirasi akar dan mikroorganisme sampah industri lainnya, termasuk
aerob tanah yang menguntungkan bagi didalamnya limbah industri. Sementara,
kehidupan tanaman. Media tanam yang semua sampah diluar kategori sampah
baik untuk sayuran dalam pot adalah industri disebut sampah umum secara
abu sekam: pupuk kandang dengan garis besar dibagi menjadi tiga yaitu:
perbandingan 1:1 atau 2:1, misalnya sampah umum terkontrol khusus, limbah
menanam sayuran yang berumur umum dan tinja, dan sampah umum
pendek seperti sawi daging atau pak lainnya atau lebih disebut Municipal
choy (Singgih, 2011). Solid Waste (Wardhani, 2007).
Menurut Nely (2015) selain Mikroorganisme lokal (MOL)
sebagai bahan pangan, sawi hijau adalah mikroorganisme yang
memiliki berbagai macam manfaat bagi dimanfaatkan sebagai starter dalam
kesehatan seperti peluruh air seni, obat pembuatan pupuk organik padat
batuk, obat sakit kepala, pembersih maupun pupuk cair. Bahan utama MOL
darah dan pencegah kanker. Begitu terdiri dari beberapa komponen yaitu
banyak manfaat dari sayuran ini karbohidrat, glukosa, dan sumber
sehingga meningkatkan permintaan mikroorganisme. Bahan dasar untuk
masyarakat terhadap sawi hijau. fermentasi larutan MOL dapat berasal
Kebutuhan sawi hijau terus dari hasil pertanian, perkebunan,
meningkat meskipun produksi maupun limbah organik rumah tangga.
mengalami penurunan. Tahun 2012 Karbohidrat sebagai sumber nutrisi
produksi sawi hijau di Indonesia 583, untuk mikroorganisme dapat diperoleh
770 ton, sedangkan tahun 2013 dari limbah organik seperti air cucian
produksi sawi hijau di Indonesia 580,969 beras, singkong, gandum, rumput gajah,
ton (Badan Pusat Statistik, 2014). dan daun gamal. Glukosa berasal dari
Rendahnya produksi ini dipengaruhi cairan gula merah, gula pasir, sebagai
berbagai factor antara lain kurangnya sumber energi, air kelapa dan urin sapi
unsur hara pada tanah dan teknik sebagai sumber mikroorganisme
budidaya, terutama dalam hal (George et al., 2002).
pemupukan (Manullang et al., 2018). Larutan MOL yang telah
mengalami proses fermentasi dapat

17
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

digunakan sebagai dekomposer dan dan dapat diserap oleh tanaman (Rao,
pupuk cair untuk meningkatkan 1994).
kesuburan tanah dan sumber unsur Mikroba pelarut fosfat juga
hara bagi pertumbuhan tanaman. memiliki kemampuan dalam
Mikroorganisme merupakan makhluk mensekresikan enzim fosfatase yang
hidup yang sangat kecil, berperan dalam proses hidrolisasi P
mikroorganisme digolongkan ke dalam organik manjadi P anorganik (George, et
golongan protista yang terdiri dari al., 2002; Vepsalainen & Niemi, 2002;
bakteri, fungi, protozoa, dan algae. Saparatka, 2003; Zhongqi, et al. 2004).
Hingga saat ini, informasi tentang Bakteri pelarut fosfat (BPF) antara lain
penggunaan mikroorganisme lokal Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter,
(MOL) belum diketahui secara luas di Micrococcus, Streptomyces, dan
Sulawesi (Suhastyo et al., 2013). Flavobacterium (Whitelaw, 2000).
Pemanfaatan MOL sebagai Beberapa kelompok fungi juga berperan
komponen dalam pupuk mikroba aktif dalam melarutkan fosfat dalam
diharapkan mampu membantu petani tanah antara lain Aspergillus sp. dan
dalam memproduksi pupuk dan Penicillium sp. mampu melarutkan Al-P
pestisida organik. Petani diharapkan dan Fe-P. Penicillium sp. mampu
mau dan mampu memanfaatkan melarutkan 26 % hingga 40 %
mikroba - mikroba lokal yang hidup di Ca3(PO4)2, sedangkan Aspergillus sp
sekitar kita, sehingga adanya temuan melarutkan 18 % Ca3(PO4)2 (Chonkar
aktivator ini diharapkan akan ada dan Rao, 1967 dalam Elfiati, 2005).
pemanfaatan sampah organik yang Pengembangan pertanian yang
dapat dioptimalkan tanpa ada kendala ramah lingkungan merupakan
(Badan Pusat Statistik, 2012). keharusan demi kelangsungan produksi
Aktivitas mikroba pelarut fosfat dan kesehatan. Upaya-upaya tersebut
perlu dimanfaatkan untuk penyediaan telah direkomendasikan oleh
unsur hara bagi pertumbuhan dan hasil pemerintah, salah satu usaha yang
tanaman yang optimal. Aktivitas dan dilakukan adalah dengan melakukan
kepadatan populasi mikroba tanah usaha pertanian secara organik.
ditentukan oleh perubahan kondisi fisika Pertanian organik merupakan suatu
dan kimia tanah (Spedding et al., 2003), sistem untuk mengembalikan semua
jenis tanaman yang dibudidayakan, jenis bahan organik ke dalam tanah,
nutrisi tanah, pH, kelembaban, bahan baik dalam bentuk limbah pertanian,
organik (Ponmurugan dan Gopi, 2006), limbah rumah tangga maupun limbah
serta teknik budidaya yang diterapkan peternakan, yang selanjutnya bertujuan
(Mehrvarz & Chaichi, 2008). untuk memberi makanan pada tanaman
Mikroba pelarut fosfat untuk bertumbuh dengan baik (Sutanto,
mensekresikan sejumlah asam organik 2002).
seperti asam-asam format, asetat, Pupuk organik adalah pupuk yang
propionat, laktonat, glikolat, fumarat, sebagian besar atau seluruhnya terdiri
dan suksinat yang mampu membentuk dari bahan organik yang berasal dari
khelat dengan kation-kation seperti Al tanaman dan hewan yang telah melalui
dan Fe pada Ultisol sehingga proses rekayasa, dapat dibentuk padat
berpengaruh terhadap pelarutan fosfat atau cair yang digunakan untuk
yang efektif sehingga P menjadi tersedia mensuplai bahan organik, memperbaiki

18
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

sifat fisik, kimia dan biologi tanah. yang berasal tumbuhan yakni pupuk
Sedangkan pupuk hayati adalah pupuk organik.
yang di dalamnya mengandung Pupuk organik terdiri dari 2
mikroorganisme yang menguntungkan macam yaitu pupuk organik padat dan
bagi tanaman. Pemupukan yang baik pupuk organik cair (POC). Pemakaian
harus mengacu pada konsep efektifitas POC lebih efisien dibandingkan dengan
dan efesiensi yang maksimum. pemakaian pupuk organik padat karena
Kecermatan dalam menentukan jenis pemakaian POC lebih cepat diserap
pupuk diwarnai oleh pertimbangan tanaman (Duaja, 2012).
teknis ekonomis, sehingga pengetahuan Karakteristik umum yang dimiliki
teknis tentang fisiologi tanaman, sifat pupuk organik antara lain: (1)
pupuk dan sifat tanah, dimana pupuk mengandung unsur hara dalam jenis
akan diaplikasikan sangat menentukan dan jumlah bervariasi tergantung bahan
tingkat efesiensi pemupukan. Saat ini asal, (2) menyediakan unsur hara
masyarakat semakin peduli akan secara lambat (slow release) dan dalam
pentingnya kualitas produk. jumlah yang terbatas, dan (3)
Penggunaan pupuk–pupuk yang berasal mempunyai fungsi utama memperbaiki
dari bahan organik dipercaya membawa kesuburan dan kesehatan tanah
manfaat lebih bagi produk–produk (Marpaung, 2017).
pertanian di mana produk menjadi lebih Pemberian pupuk organik
sehat, ramah lingkungan dan dapat Bermanfaat bagi tanaman dalam
mengurangi dampak negatif dari bahan penyediaan unsur nitrogen, sulfur,
kimia yang berbahaya bagi manusia dan pospat. Pengaruh pemberian pupuk
lingkungan. organik terhadap sifat biologi tanah
Permasalahan yang terjadi adalah salah satunya adalah meningkatkan
untuk menghasilkan produk pertanian aktifitas mikroorganisme, sehingga
yang sehat, organik produk dan organik kegiatan organisme dalam menguraikan
sarana produksi, dengan menggunakan bahan organik juga meningkat dan
bahan-bahan hayati yaitu dengan dengan demikian unsur hara yang
menggunakan pupuk organik. Jika yang terdapat di dalam tanah menjadi
diberikan pupuk organik pada medianya tersedia bagi tanaman (Pary, 2015).
saja kurang mencukupi sehingga perlu Pemberian pupuk organik cair
ditambahkan pupuk organik dengan harus memperhatikan konsentrasi atau
menggunakan fermentator dengan dosis yang diaplikasikan terhadap
mikroorganisme lokal (Cholisoh et al., tanaman. Dari beberapa penelitian
2018). menunjukkan bahwa pemberian pupuk
Upaya peningkatan pembuatan organik cair melalui daun memberikan
pupuk organik merupakan cara yang pertumbuhan dan hasil tanaman yang
efektif, dikarenakan dalam proses lebih baik daripada pemberian melalui
pembuatanya mudah serta dalam tanah (Susi et al., 2015).
pengaplikasiannya lebih meringankan Peningkatan efisiensi pemupukan
biaya daripada memakai pupuk kimia. dapat dilakukan dengan pemberian
Dikarenakan pupuk kimia yang masih bahan organik. Salah satu sumber
tergolong sangat mahal, sehingga bahan organik yang banyak tersedia di
diperlukan penggunaan pupuk alami sekitar petani ialah pupuk kandang.
Pemberian pupuk organik dapat

19
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

mengurangi dan meningkatkan efisiensi Keberhasilan proses depupuk organikisi


penggunaan pupuk kimia (Sulastri et al., akan diikuti oleh peningkatan temperatur
2018; Supartha et al., 2012), hingga mencapai sekitar 70oC,
menyumbangkan unsur hara bagi kemudian menurun yang menunjukkan
tanaman serta meningkatkan serapan adanya pendinginan yang disebabkan
unsur hara oleh tanaman (Taufiq et al., oleh berkurangnya proses dekomposisi
2007). dan akhirnya mencapai titik konstan. Hal
Salah satu upaya yang dilakukan ini menunjukkan akhir proses depupuk
dalam usaha tani tanpa mengggunakan organikisi atau proses pembuatan pupuk
bahan-bahan kimia yang akan merusak organik telah selesai (Kustiani, 2018).
lingkungan adalah dengan penggunaan Tujuan penelitian ini adalah untuk
mikroorganisme lokal (Mol). Sebuah mengetahui komposisi media tanam dan
teknologi dari masa lalu yang terlupakan dosis pupuk organik cair yang tepat
kembali digali. Penyubur tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi
memanfaatkan mikro bioorganisme lokal optimal sawi daging (Brassica juncea
menjadi sol usi bagi petani lokal, menuju L.). Pupuk organik cair mikroorganisme
pertanian ramah lingkungan dan bebas lokal (MOL) adalah cairan yang
dari pupuk dan obat - obatan kimiawi. dihasilkan dari sumber daya alam yang
Bahan Mol mudah didapatkan di tersedia di tempat pembuatan MOL,
Indonesia dan mudah diolah. Selain itu, mengandung unsur hara makro, mikro
Mol dapat menghemat 20 - 25% dari juga mikroba yang berfungsi sebagai
total biaya produksi. Mol adalah perombak atau pendekomposisi bahan
mikroorganisme yang dimanfaatkan organik, mendorong pertumbuhan dan
sebagai starter dalam pembuatan pupuk sebagai pestisida (Erawan et al., 2013).
organik padat maupun pupuk cair. dengan demikian untuk meningkatkan
Adapun bahan utama Mol terdiri dari produksi tanaman sawi daging yang
beberapa komponen, yaitu karbohidrat, sehat, bebas dari bahan kimia yang
glukosa dan sumber mikroorganisme. mempengaruhi kesehatan perlu kiranya
Bahan dasar untuk fermentasi larutan dilakukan penelitian tentang komposisi
Mol dapat berasal dari hasil pertanian, media serta dosis pupuk organik cair
perkebunan, maupun limbah organik yang bisa dibuat sendiri.
rumah tangga (Manullang et al., 2018).
Karbohidrat sebagai sumber BAHAN DAN METODE
nutrisi untuk mikroorganisme dapat Penelitian ini dilakukan di green
diperoleh dari limbah organik, seperti air house Fakultas Petanian Universitas
cucian beras, singkong, gandum, Kadiri, Kediri mulai bulan September
rumput gajah, dan daunan lainnya. dengan Oktober 2017. Rancangan
Sumber glukosa berasal dari cairan gula lingkungan yang digunakan adalah
merah, gula pasir dan air kelapa, serta Rancangan Acak Lengkap (RAL)
sumber mikroorganisme berasal dari dengan rancangan perlakuan faktorial
kulit buah yang sudah busuk, terasi, yang terdiri dua faktor. Faktor pertama
keong mas dan nasi basi (Kurniawan, adalah komposisi media tanam yaitu:
2018). kompos : sekam (1:3); kompos : sekam
Proses dekomposisi (fermentasi) (1:2); kompos : sekam (1:1). Faktor
bahan organik akan menyebabkan kedua adalah pupuk organik cair MOL
meningkatnya temperatur bahan.

20
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

yaitu: 5 cc per pot; 10 cc per pot dan 15 HASIL DAN PEMBAHASAN


cc per pot. Data dianalisis
Tinggi Tanaman
menggunakan analisis varian dan
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Berdasarkan hasil pengamatan
Terkecil (BNT) taraf 5% apabila hasil dan analisis ragam dapat diketahui
signifikan. bahwa tidak terjadi interaksi antara
Pelaksanaan penelitian, meliputi: perlakuan komposisi media tanam
pembuatan pupuk organik cair Mikro dengan dosis pupuk organik cair MOL
MOL, pesemaian bibit, persiapan media terhadap tinggi tanaman pada semua
tanam sesuai dengan komposisi umur pengamatan. Namun terjadi
masing-masing perlakuan, penanaman, perbedaan yang nyata dan sangat nyata
perawatan dan pemanenan. Panen pada perlakuan komposisi media tanam
dilakukan pada saat tanaman berumur terhadap tinggi tanaman pada umur 14,
30 HST. Variabel pengamatan dalam 21 dan 28 hari setelah tanam (Tabel 1.).
penelitian ini adalah tinggi tanaman, Perlakuan dosis pupuk organik
jumlah daun, luas daun, berat basah cair MOL menunjukkan perbedaan
tanaman, erat kering tanaman, berat sangat nyata terhadap tinggi tanaman
basah akar, berat kering akar pada umur 14 dan 28 HST (Tabel 2).

Tabel 1. Pengaruh perlakuan komposisi media tanam terhadap tinggi tanaman (cm)
Rata-rata Tinggi Tanaman
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
M1 7.72 15.05 a 15.94 a 19.55 a
M2 7.72 16.89 b 20.11 b 21.05 ab
M3 7.61 18.50 c 23.11 c 22.33 b
BNT 5% Ns 1.51 1.61 1.52
Keterangan:Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata uji BNT taraf 5%

Tabel 2. Pengaruh perlakuan dosis pupuk organik cair MOL terhadap tinggi tanaman
(cm) sawi daging (Brassica juncea (L.)) Czem pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah
tanam
Rata-rata Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
5 cc/pot 7.55 13.94 a 17.27 17.94 a
10 cc/pot 8.11 17.55 b 18.22 21.61 b
15 cc/pot 7.38 18.64 b 18.87 23.39 c
BNT 5% ns 1.51 ns 1.52
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%. ns: tidak berbeda nyata.

Perlakuan dosis pupuk organik (Junaidi, 2017). Seiring bertambahnya


cair MOL tidak berpengaruh nyata pada umur tanaman, kebutuhan unsur hara
pengamatan umur 7 HST karena pada lebih banyak sehingga terdapat
awal pertumbuhan, kebutuhan tanaman perbedaan pertumbuhan tanaman
akan unsur hara masih relatif sedikit karena perbedaan pemberian dosis
sehingga belum terlihat perbedaannya pupuk organik cair MOL.

21
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

Rata-rata tinggi tanaman tertinggi MOL terhadap jumlah daun semua umur
adalah pada dosis pupuk organik cair pengamatan. Adanya perbedaan yang
MOL 15 cc/pot. Hal ini dikarenakan nyata dan sangat nyata pada perlakuan
pada dosis pupuk organik cair MOL 15 komposisi media tanam terhadap jumlah
cc/pot mengandung unsur hara makro daun (Tabel 3).
dan mikro yang lebih tinggi yang Komposis media tanam yang
mendukung pertumbuhan tanaman lebih terdiri sekam : pupuk kandang (1:1)
baik (Julita et al., 2013). menunjukkan rata-rata jumlah daun
tertinggi (4.30; 10.67; 12.06 dan 12.78)
Jumlah Daun
daripada media tanam yang lain. Hal ini
Berdasarkan hasil analisis ragam dikarenakan pada media tanam yang
menunjukkan tidak terjadi interaksi komposisinya sekam : pupuk kandang
antara perlakuan komposisi media (1:1) mempunyai kandungan pupuk
tanam dan dosis pupuk organik cair kompos tertinggi sehingga mengan-

Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam terhadap jumlah daun


Jumlah Daun/Tanaman
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
M1 3.67a 7.28a 8.89a 8.89a
M2 4.11b 8.67b 10.39b 12.38b
M3 4.30b 10.67c 12.06c 12.78b
BNT 5% 0.40 0.60 0.39 1.08
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata uji BNT taraf 5%

dung hara makro dan mikro yang lebih Pengaruh dosis pupuk organic cair
banyak sehingga mendukung MOL menunjukkan perbedaan yang
pertumbuhan tanaman yang lebih baik nyata terhadap jumlah daun pada umur
berupa jumlah helaian daun (Gustia, 14; 21 dan 28 HST (Tabel 4).
2013).

Tabel 4. Pengaruh dosis pupuk organik cair MOL terhadap jumlah daun
Jumlah Daun/Tanaman
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
5 cc/pot 4.00 7.67 a 8.83 a 9.28 a
10 cc/pot 4.11 9.17 b 10.39 b 10.78 b
15 cc/pot 4.00 9.78 b 12.06 c 13.17
BNT 5% ns 0.60 0.39 1.08
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%. ns: tidak berbeda nyata.

Pada pengamatan umur 7 HST, dan 28 HST (9.78; 12.06 dan 13.17).
dosis pupuk organik cair MOL tidak Pada dosis pupuk organik cair MOL 15
berpengaruh nyata terhadap rata-rata cc/pot mempunyai kandungan unsur
jumlah daun. Dosis pupuk organik cair hara lebih banyak yang memacu
MOL 15 cc/pot menghasilkan rata-rata pertumbuhan khususnya tinggi tanaman
jumlah daun tertinggi pada umur 14, 21 sehingga tangkai-tangkai daun yang

30
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

terbentuk juga lebih banyak (Marpaung, media (M), menunjukkan perbedaan


2017; Sarif et al., 2015). yang sangat nyata terhadap
pengamatan rata-rata luas daun umur
Luas Daun
14 hari setelah tanam. Hasil rata-rata
Berdasarkan pengamatan dan dari pengamatan luas daun disajikan
hasil analisis ragam menunjukkan pada Tabel 5. walaupun tidak berbeda
bahwa tidak terjadi interaksi antara nyata namun polanya mengarah pada
perlakuan komposisi media dan dosis perlakuan M3 rata-rata luas daun paling
pupuk organik cair. Faktor komposisi besar.

Tabel 5. Pengaruh perlakuan komposisi media terhadap luas daun sawi daging
Brassica jumcea (L.) Czern pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah tanam
Luas Daun/Tanaman (cm²)
JK
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
M1 13.12 38.85 a 51.47 52.20
M2 13.29 40.00 a 60.03 60.63
M3 13.55 52.86 b 62.80 64.55
BNT 5% Ns 6.30 Ns Ns
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%. ns: tidak berbeda nyata.

Pengamatan luas daun dilakukan Perlakuan dengan dosis pupuk


pada daun yang sudah membuka organik cair MOL berpengaruh nyata
sempurna dan paling luas di antara dan sangat nyata pada pengamatan
daun yang sudah membuka. luas daun umur 7, 14, 21 dan 28 hari
Kemungkinan kandungan pupuk setelah tanam. Seperti pengamatan
kandang yang paling tinggi pada rata-rata tinggi tanaman dan jumlah
perlakuan M3 pada tanaman umur 21 daun, rata-rata luas daun tertinggi
dan 28 hari setelah tanam sudah adalah pada perlakuan D3 (15cc/pot).
mengalami penyusutan yang tiggi
sehingga pengaruhnya terhadap luas
daun yang diamati tidak nyata
(Wulandari, 2015).

Tabel 6. Pengaruh perlakuan dosis pupuk organik cair MOL terhadap luas daun sawi
daging (Brassica juncea (L.)) Czern pada Umur 7, 14, 21 dan 28 hari setelah
tanam
Luas Daun/ Tanaman (cm²)
Perlakuan
7 HST 14 HST 21 HST 28 HST
D1 (5 cc/pot) 30.73 a 41.17 a 44.39 a 44.37 a
D2 (10 cc/pot) 46.70 b 53.90 a 58.99 b 57.10 a
D3 (15 cc/pot) 54.28 c 79.24 b 74.67 c 79.24 b
BNT 5% 6.30 16.08 11.36 16.08
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkantidak berbeda
nyata menurut BNT 5%.ns: tidak berbeda nyata.

30
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

Berat Basah dan Berat Kering Dengan memperhatikan pada


Tanaman tabel 7. menunjukkan bahwa perlakuan
komposisi media berbeda nyata pada
Terhadap pengamatan rata-rata
rata-rata berat basah dan berat kering
berat basah dan berat kering /tanaman
tanaman (gram). Sebagai akibatnya
menunjukkan tidak terjadi interaksi
adalah tanaman tersebut mempunyai
yang nyata, namun terjadi perbedaan
berat basah dan berat kering per
yang sangat nyata pada perlakuan
tanaman yang tinggi.
komposisi media dan dosis peberian
pupuk organik cair MOL.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan komposisi media terhadap rata-rata berat basah dan
berat kering/tanaman (gram) tanaman sawi daging (Brassica juncea (L.))
Czern pada saat panen umur 28 hari setelah tanam.
Berat Basah / Tanaman Berat Kering / Tanaman
Perlakuan
(gram) (gram)
M1 19.72 a 1.95 a
M2 27.89 b 2.74 b
M3 36.33 c 3.58 c
BNT 5% 7.10 0.63
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%.ns: tidak berbeda nyata.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan dosis pupuk organik cair MOL terhadap rata-rata berat
basah dan berat kering per tanaman (gram) tanaman sawi daging
(Brassica juncea (L.)) Czern pada saat panen umur 28 hari setelah tanam
Berat Basah / Tanaman Berat Kering /
Perlakuan
(gram) Tanaman (gram)
D1 (5 cc/pot) 21.05 a 2.09 a
D2 (10 cc/pot) 26.00 a 2.75 b
D3 (15 cc/pot) 36.89 b 3.42 c
BNT 5% 7.10 0.63
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%.ns: tidak berbeda nyata.

Berdasarkan pada tabel 8 perlakuan komposisi media dan dosis


menujukkan bahwa perlakuan dosis pupuk organik cair Mol terhadap berat
pupuk organik cair MOL berbeda nyata basah dan berat kering akar.
menurut BNT 5% dan rata-rata berat Perbedaan nyata dan sangat nyata
basah maupun berat kering tertinggi terjadi pada faktor komposisi media dan
pada perlakuan D3 (15 cc/pot). dosis pupuk organik cair MOL. Hasil
rata-rata berat basah dan berat kering
Basah dan Berat Kering Akar
akar disajikan pada tabel 9 dan10.
Berdasarkan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa tidak
menunjukkan interaksi yang nyata pada

30
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

Tabel 9. Pengaruh perlakuan komposisi media terhadap rata-rata berat basah dan
berat kering akar/tanaman (gram) tanaman sawi daging (Brassica juncea
(L.)) Czern pada saat panen umur 28 hari setelah tanam.
Berat Basah akar / Berat Kering akar /
Perlakuan
tanaman (gram) tanaman (gram)
M1 2.47 a 0.42 a
M2 3.25 ab 0.44 a
M3 3 86 b 0.72 b
BNT 5% 0.82 0.14
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%.ns: tidak berbeda nyata.

Tabel 10. Pengaruh perlakuan dosis pupuk organik cair mol terhadap rata-rata berat
basah dan berat kering akar/ tanaman (gram) tanaman sawi daging
(Brassica juncea (L.)) Czern pada saat panen umur 28 hari setelah tanam
Berat Basah Akar / Berat Kering akar /Tanaman
Perlakuan
tanaman (gram) (gram)
D1 (5 cc/pot) 2.17 a 0.37 a
D2 (10 cc/pot) 2.97 a 0.57 b
D3 (15 cc/pot) 4.44 b 0.71 c
BNT 5% 0.82 0.14
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata menurut BNT 5%.ns: tidak berbeda nyata.

Pada tabel 10 menunjukkan Pimpinan Rektorat Universitas Kadiri


bahwa dosis pupuk organik cair MOL atas dukungan finansial dalam
berbeda nyata terhadap berat basah penelitian.
dan berat kering akar/tanaman (gram). Penulis juga ingin memberikan
ucapan terima kasih yang sebesar-
KESIMPULAN besarnya kepada Tim Sukses
Tidak terjadi interaksi yang nyata Pertanian Organik Kota Kediri atas
antara komposisi media dan dosis dukungan hangat dan inspirasi tentang
pupuk organik cair Mikro Organisme pertanian organik.
Lokal (MOL) terhadap rata-rata tinggi Terima kasih kepada seluruh
tanaman, jumlah daun, luas daun, berat rekan dosen Fakultas Pertanian,
basah tanaman, berat kering tanaman, Universitas Kadiri atas bantuan dan
berat basah akar dan berat kering akar dukunganya dalam bahan dan materi
per tanaman. Pada perlakuan penelitian serta peminjaman green
komposisi media terbaik kompos:pupuk house Fakultas Pertanian Universitas
kandang 1:1 menunjukkan hasil terbaik. Kadiri sebagai sarana penelitian.
Perlakuan dosis pupuk organik cair
DAFTAR PUSTAKA
mikriorganisme lokal (MOL) dosis
5cc/pot menunjukkan hasil terbaik. Cholisoh, K. N., Budiyanto, S., &
Fuskhah, E. (2018). Pertumbuhan
UCAPAN TERIMA KASIH dan produksi tanaman sawi
Kami selaku penulis artikel ini (Brassica juncea l.) akibat
ingin mengucapkan terima kasih pemberian pupuk urin kelinci
kepada Ir. Djoko Rahardjo, MP., selaku dengan jenis dan dosis pemberian

26
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

yang berbeda. Agro Complex, 2 and Superior Plant Hormone on


(October), 275–280. Growth and Yield of Chilli (. Jurnal
https://doi.org/doi.org/10.14710/joa Dinamika Pertanian, XXVIII(3),
c.2.3.275-280 167–174.

Duaja, M. D. (2012). Pengaruh Bahan Junaidi. (2017). Pengaruh Interaksi


Dan Dosis Kompos Cair Terhadap Macam Pupuk Kandang Dan
Pertumbuhan Selada (Lactuca Dosis Terhadap Parameter
sativa sp.). Bioplantae, 1(1), 10– Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
18. Padi. Agrinika, 1(2), 154–167.
https://doi.org/10.1172/JCI31664 https://doi.org/10.1017/CBO97811
07415324.004
Erawan, D., Yani, W. O., & Bahrun, A.
(2013). Growth and Yield of Kurniawan, A. (2018). MOL Production
Mustard (Brassica juncea L.) ( Local Microorganisms ) With
under Various Dosages of Urea Organic Ingredients Utilization
Fertilizer. Jurnal Agroteknos, 3(1), Around Produksi Mol (
19–25. Mikroorganisme Lokal ) Dengan
Pemanfaatan. Jurnal Hexagro,
George, T. S., Gregory, P. J., Wood, 2(2), 36–44.
M., Read, D., & Buresh, R. J.
(2002). Phosphatase activity and Kustiani, E. (2018). Pemanfaatan Urine
organic acids in the rhizosphere of Sapi Pada Beberapa Campuran
potential agroforestry species and Kompos Terhadap Hasil Tomat
maize. Soil Biology and (Lycopersicum esculentum Mill.).
Biochemistry, 34(10), 1487–1494. Agrinika, 2(1), 13–26.
https://doi.org/https://doi.org/10.10
16/S0038-0717(02)00093-7 Manullang, R. R., Rusmini, R., &
Daryono, D. (2018). Kombinasi
Gustia, H. (2013). Pengaruh Mikroorganisme Lokal Sebagai
Penambahan Sekam Bakar Pada Bioaktivator Kompos Combination
Media Tanam Terhadap of Local Microorganism as
Pertumbuhan dan Produksi Compose Bioactivators. Jurnal
Tanaman Sawi (Brassica juncea Hutan Tropis, 5(3), 259.
L.). E-Journal WIDYA Kesehatan https://doi.org/10.20527/jht.v5i3.47
Dan Lingkungan, 1(1), 12–17. 93
https://doi.org/10.1016/j.ocl.2008.0
5.004 Marpaung, A. E. (2017). Pemanfaatan
Jenis Dan Dosis Pupuk Organik
Julita, S., Gultom, H., & Mardaleni. Cair (POC) Untuk Meningkatkan
(2013). Pengaruh Pemberian Pertumbuhan Dan Hasil Sayuran
Mikro Organisme Lokal (MOL) Kubis. Jurnal Agroteknosains,
Nasi Dan Hormon Tanaman 01(02), 117–123.
Unggul Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Cabai ( Mehrvarz, S., & Chaichi, M. R. (2008).
Capsicum Annum L .) Influence of Effect of Phosphate Solubilizing
giving Local Microorganism of Rice Microorganisms and Phosphorus

27
Edy Kustiani & Saptorini, Optimalisasi Dosis Pupuk …

Chemical Fertilizer on Forage and Lokal (MOL) Limbah Kulit Nenas


Grain Quality of Barely (Hordeum Terhadap Pertumbuhan Dan
vulgare L.). J. Agric. & Environ. Produksi Tanaman Caisim
Sci, 3(6), 855–860. (Brassica juncea L). Jurnal Imiah
Pertanian, 12(1), 44–51.
Pary, C. (2015). Pengaruh pupuk https://doi.org/10.1007/978-1-
organik (daun lamtoro) dalam 4614-7495-1_23
berbagai konsentrasi terhadap
pertumbuhan tanaman sawi. Taufiq, A., Kuntyastuti, H., Prahoro, C.,
Fikratuna, 7(2), 247–255. & Wardani, T. (2007). Pemberian
kapur dan pupuk kandang pada
Sarif, P., Hadid, A., & Wahyudi, I. kedelai di lahan kering masam.
(2015). Akibat Pemberian Jurnal Penelitian Pertanian
Berbagai Dosis Pupuk Urea. J. Tanaman Pangan, 26(1), 78–85.
Agrotekbis 3, 3(5), 585–591.
Wulandari, D. A. (2015). Penggunaan
Singgih, S. (2011). Bertanam Sayuran Em4 Dan Mol Limbah Tomat
Secara Organik. Seri Pertanian. Sebagai Bioaktivator Pada
PT Angkasa Bandung. Pembuatan Kompos. In
Universitas Negeri Semarang.
Suhastyo, A. A., Anas, I., Andreas Universitas negeri Semarang.
Santosa, D., & Lestari, Y. (2013).
Studi Mikrobiologi Dan Sifat Kimia
Mikroorganisme Lokal (Mol) Yang
Digunakan Pada Budidaya Padi
Metode Sri (System Of Rice
Intensification). Sainteks, X(2), 29–
39.

Sulastri, Sutejo, H., & Fatah, A. (2018).


Respon Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Sawi Hijau (Brassica
juncea L.) Pada Pemberian Pupuk
Organik Cair Agrobost. Jurnal
Agrifor, XVII(2), 375–384.

SUPARTHA, I. N. Y., WIJANA, G., &


ADNYANA, G. M. (2012). Aplikasi
Jenis Pupuk Organik Pada
Tanaman Padi Sistem Pertanian
Organik. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika (Journal
of Tropical Agroecotechnology),
1(2), 98–106.

Susi, N., Mutryarny, E., & Rizal, M.


(2015). Pengujian Mikroorganisme

28

Anda mungkin juga menyukai