Tugas 1 Keperawatan Jiwa
Tugas 1 Keperawatan Jiwa
RINGKASAN
Trend dan issu keperawatan jiwa didunia dan di Indonesia saat ini
Oleh :
Nim: 4050301440122086
Kelas: 4B
JURUSAN KEPERAWATAN
TA 2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat,
hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “trend
dan issue keperawatan jiwa didunia dan di Indonesia saat ini
” dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah “keperawatan jiwa” tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya ini tidak lain berkat
bantuan,dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak, serta beberapa sumber referensi sebagai
pedoman pembuatan makalah ini, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaanya makalah
ini. Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setinpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan bantuan ini sebagai ibadah dan
pelajaran untuk saya sendiri. Amin yaa robbal ‘alamiin.
Penyusun
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
A. Keseimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada
tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar
dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek
kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi,
pencemaran, kecelakaan, banyak tindakan kekerasan, kenakalan remaja, penyalahgunaan
NAPZA, tauran, penggangguran, tindak penyaluran agresifitas atau anarkis, putus sekolah,
PHK, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan
infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai
dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif. Dengan
banyaknya masalah-masalah yang ada dalam keperawatan jiwa yang kini kita hadapi, maka
kita perlu mengkaji ulang faktor yang mempengaruhi masalah-masalah keperawatan jiwa
Telah terbukti bahwa upaya pencegahan jauh lebih baik daripada upaya pengobatan.
Untuk itu masyarakat luas perlu diberikan informasi tentang kesehatan jiwa beserta
permasalahan, pencegahan dan penanganannya. Upaya pelayanan kesehatan jiwa terhadap
masyarakat pada saat ini tidak mungkin dilaksanakan oleh petugas kesehatan saja, tetapi
perlu peran serta seluruh masyarakat dan keluarga klien untuk memfasilitasi peran aktif dari
kader kesehatan dalam upaya kesehatan jiwa.
B. Rumusan masalah
1. kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2. bagaimana cara meningkatkan masalah kesehatan jiwa ?
3. apa saja faktor penyebab kecenderungan gangguan jiwa ?
4. apa yang menjadi kecenderungan situasi di era globalisasi yang mempengaruhi kesehatan
jiwa ?
5. bagaimana perubahan orientasi sehat dalam keperawatan jiwa?
6. Apa saja penyakit yang cenderung dalam keperawatan jiwa ?
7. Bagaimana peningkatan Post Traumatic Syndrome Disorder
8. Bagiamana peningkatnya dalam masalah psikososial?
9. Seperti apa trend bunuh diri pada anak dan remaja?
10. masalah dalam napza dan hiv/aids ?
11. pattern of parenting dalam keperawata jiwa
12. hal-hal yang mempengaruhi kesehatan jiwa?
13. Bagaimana profesi keperawatan mental psikiatri di Indonesia menghadapinya?
BAB II
PEMBAHASAN
Trend dan issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global.
Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang
sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini
menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa
konsepsi atau bahkan harus dimulai dari masa pranikah. Banyak penelitian yang
menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan
mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan
bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi. Diantara hasil
penelitian:
Marc Lehrer ( 300 bayi yg diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik, getaran,
sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosional yg lebih
baik.
Masalah kesehatan jiwa akan meningkat di era globalisasi, sudah terbukti dua tahun
terakhir, hal ini dikarenakan beban hidup yang semakin berat. Klien gangguan jiwa tidak
lagi didominasi kalangan bawah tetapi kalangan mahasiswa, PNS, pegawai swasta,
kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga tersentuh gangguan
psikotik dan depresif. Penyebab dikalangan menengah ke atas sebagian besar akibat tidak
mampu mengelola stress dan ada juga akibat post power syndrome atau mutasi jabatan.
Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ
menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada
orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya
akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan
tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan
merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar
menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada
anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik
bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.
Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap
mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan
orang lain, seperti mengamuk.
3. Kecenderungan Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa
memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami
gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap
tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para
penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun,
menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab
gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara
lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis,
malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan
mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan
(pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan
frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan
antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah
keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
a. Suatu masyarakat yang di dalamnya tak ada seorang manusia pun yg diperalat oleh
orang lain. Oleh karena itu seharusnya tidak ada yang diperalat/ memperalat diri
sendiri, diman manusia itu mjd pusat dari semua aktivitas ekonomi maupun politik
diturunkan pada tujuan perkembangan diri manusia.
b. Mendorong aktivitas produktif setiap warganya dalam pekerjaannya, merangsang
perkembangan akal budi dan lebih jauh lagi, mampu membuat manusia untuk
mengungkapkan kebutuhan batinnya berupa seni dan perilaku normatif kolektif.
c. Masyarakat terhindar dari sifat2 rakus, eksploitatif, pemilikan berlebihan, narsisme,
tidak mendapatkan kesempatan meraup keuntungan material tanpa batas.
d. Kondisi masyarakat yang memungkinkan orang bertindak dalam dimensi2 yang dpt
dipimpin dan diobservasi. Partisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan
masyarakat. Untuk mewujudkan struktur masyarakat sehat, kuncinya : Setiap org
harus meningkatkan kualitas hidup yang dpt menjamin terciptanya kondisi sehat yang
sesungguhnya. Mandiri dan tidak bergantung pada orang lain merupakan orientasi
paradigma kesehatan jiwa
6. Kecenderungan Penyakit
Masalah kesehatan jiwa akan menjadi “The global burdan of disease“ (Michard &
Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi tantangan bagi ”Public Health Policy” yang
secara tradisional memberi perhatian yang lebih pada penyakit infeksi. Standar
pengukuran untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka kematian
akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan jiwa seolah-olah bukan masalah.
Dengan adanya indikator baru, yaitu DALY (Disabilitty Adjusted Life Year) diketahuilah
bahwa gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan utama secara internasional.
Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu
menyebabkan semakin tigginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan, situasi
ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan jiwa dalam kehidupan
manusia ( Antai Otong, 1994).
Trauma itu merupakan sesuatu yang katastropik, yaitu trauma diluar rentang.
Pengalaman trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari. Pengalaman
katastropik dalam berbagai bentuk, baik peperangan (memang sedang terjadi),
pemerkosaan (banyak dialami sebagian wanita di Aceh), maupun bencana alam, (gempa
dan bencana tsunami), sungguh mengerikan. Ini akan membuat mereka dalam keadaan
stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang sedemikian.
Dalam kriteria klinik seperti yang disusun dalam Diagnostic and Statical Manual Of
Mental Disorder lll dan Lv serta Pedoman Pengggolongan dan Diagnosis gangguan jiwa
lll di Indonesia menyatakan, gejala yang ditemukan pada mereka itu menggambarkan
suatu yang stress yang terjadi berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Dengan demikian
mereka menjadi manusia yang invalid dalam kondisi kejiwaan dengan akibat dan
resultante akhir penderita ini akan menjadi tidak produktif. Padahal seperti diketahui ada
diantara mereka yang berkali-kali telah mengalami pengalaman katastropik yaitu saat
daerah tersebut ada dalam kondisi berlangsungnya Daerah Operasi Militer dan peristiwa-
peristiwa sesudahnya. Kondisi itu memang amat melumpuhkan tidak hanya ragawi, tetapi
juga kondisi kejadian masyarakat di daerah NAD. Di kemudian hari, mereka menjadi
manusia yang tanpa alasan selalu berusaha menghindar terhadap kejadian yang mirip,
terutama terhadap kekerasan yang sebernarnya tidak akan terjadi. Mereka juga menjadi
manusia yang selalu bermimpi menakutkan terjadi secara berulang-ulang. Akibatnya,
tidur yang seharusnya kan membuat restorasi terhadap kondisi tubuh, namun yang terjadi
adalah sebaliknya. Mereka berada dalam keadaan lelah dan seakan berada dalam kondisi
depresi. Mungkin saja mereka kan berperilaku atau merasa seakan-akan kejadian
traumatis itu terjadi kmbaki, termasuk pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode kilas
balik dalam bentuk disosiatif. Penelitian mutakhir tentang kajian trauma (trauma studies)
mulai memahami bahwa trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat
individual. Trauma muncul sebagai akibat dari saling keterkaitan antara ingatan sosial
dan ingatan pribadi tentang peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan. Dalam
konteks tsunami Aceh dan bencana-bencana besar lainnya di Indonesia, kompleksitas
sosial dan kultural sangat penting mengingat bahwa masyarakat telah mengalami dan
menjadi saksi berbagai macam kekerasan sejak berlangsungnya operasi keamanan di
daerah ini. Oleh karena itu, pemahaman tentang trauma sebagai proses sosial dan
sekaligus proses kejiwaan yang bersifat personal mutlak diperlukan untuk mencari jalan
keluar dari lingkaran ingatan traumatis yang dialami oleh klien-klien yang mengalami
yang mengalami bencana di seluruh penjuru Indonesia. Menariknya, Sigmund Freud
sendiri pernah mengemukakan bahwa trauma adalah suatu ingatan yang direpresi. Dan,
karena direpresi itulah maka trauma sering berlangsung secara tidak sadar dalam periode
yang cukup lama. Guncangan psikologis yang disebabkan oleh ingatan mengerikan
tentang gelombang tsunami, tentang mayat-mayat yang berserakan, dan tentang
kehilangan banyak anggota keluarga sekaligus berpotensi untuk membentuk ingatan yang
traumatis. Perawat jiwa pada masa akan datang penting untuk menekuni kajian trauma,
juga menggarisbawahi proses yang dalam studi psikologi sering disebut sebagai
transference. Istilah ini merujuk pada ‚“transfer“ pengalaman traumatis yang terjadi dari
orang yang secara fisik langsung mengalami peristiwa yang mengerikan kepada orang
lain yang tak secara langsung mengalaminya. Freud memberi contoh bahwa psikoanalis
juga dapat mengalami proses transference saat ia secara tak sadar melakukan identifikasi
dengan korban trauma tersebut. Dori Laub, psikiater yang terlibat dalam pembuatan
Shoah, mengatakan bahwa transference itu bisa terjadi saat psikoanalis, atau siapapun
juga yang melakukan wawancara dengan korban.
Trauma yang katastropik, yaitu trauma di luar rentang pengalaman trauma yang
umum di alami manusia dlm kejadian sehari-hari. Mengakibatkan keadaan stress
berkepanjangan dan berusaha untuk tidak mengalami stress yang demikian. Mereka
menjdi manusia yang invalid dlam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak
produktif. Trauma bukan semata2 gejala kejiwaan yang bersifat individual, trauma
muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial dan ingatan pribadi tentang
peristiwa yang mengguncang eksistensi kejiwaan.
Lingkup kesehatan jiwa sangat luas dan kompleks, juga saling berhubungan dengan
segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pd UU No. 23 1992 tentang Kesehatan Dan
Ilmu Psikiatri, masalah kesehatan jiwa secara garis besar digolongkan menjadi :
Misalnya:
Bunuh diri merupakan masalah psikologis dunia yang sangat mengancam, angka
kejadian terus meningkat dan sangat mengancam Sejak tahun 1958, dari 100.000
penduduk Jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk
negara Austria, Denmark, dan Inggris, rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki
Jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menit seorang
meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya 10 kali lebih
besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mengkhawatirkan trend bunuh
diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja. Di Benua Asia, Jepang
dan Korea termasuk Negara yang sering diberitakan bahwa warganya melakukan bunuh
diri. Di Jepang, harakiri (menikam atau merobek perut sendiri) sering dilakukan bawahan
untuk melindungi nama baik atasannya. Sebagai contoh, sekretaris pribadi mantan
Perdana Menteri Takeshita melakukan bunuh diri, ketika skandal suap perusahaan
Recruits Cosmos terbongkar pada tahun 1984 atau yang paling terkenal kasus bunuh
dirinya sopir pribadi mantan Perdana menteri Tanaka, ketika skandal suap Lockheed
terbongkar. Sang sopir menusuk perutnya, demi menjaga kehormatan pimpinannya. Data
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta
orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam seiap 40 detiknya. Bunuh diri
juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain
faktor kecelakaan. Metode yg paling disukai = menggunakan pistol, menggantung diri
dan minum racun. Keberhasilan BD pd pria lebih banyak 3 x dr wanita. Bunuh diri :
suatu tindakan mencabut nyawa sendiri dengan sengaja (jalan pntas yang dikutuk Tuhan).
Latar belakangnya beragam : asmara, pekerjaan, cek-cok rmh tangga, ekonomi, perasaan
malu dan terlilit utang.
Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak dari
pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal terpenting yang
mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat hukum yang lemah
bahkan terkadang oknum aparat hukum seringkali menjadi backing, ditambah dengan
keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai, sehingga dampaknya
SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak tegas terhadap pengedar dan
pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin menigkat untuk masa yang akan datang
khususnya dalam era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang
sangat besar yang disebut dengan istilah “Gerakan Kafirisasi“. Bila beberapa dekade
yang lalu kita mengenal istilah zionisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita
berhadapan dengan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah
ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas sama
sekali dari ajaran agama yang mereka anggap sebagai kepalsuan, racun, dan dogmatis
fundamentalis.
Gerakan konspirasi mereka telah membuat carut marut dan tercabiknya wajah
kaum beragama, utamanya umat muslim, mereka menuduh umat islam sebagai
fundamentalis, ekstrimis, dan tiran. Bahkan Hungtington (Misionaris Yahudi) pernah
mengatakan : “Musuh Barat terbesar setelah Rusia hancur adalah Islam“. Salah satu
program mereka adalah menghancurkan islam melalui penghancuran generasi mudanya
dengan cara menebarkan narkotik dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Sekarang para imperalis dan konspirasi Yahudi telah memanfaatkan energi yang
tersimpan dalam generasi negeri ini (1,3 juta orang pemuda) yang berusia 15-25 tahun
melalui NAPZA (Narkotik dan Zat Adikif lainnya) dan telah membunuh 30 orang
perbulannya. Masalah lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA.
Menjelang tahun 2008 pertumbuhan HIV AIDS di dunia dapat mencapai 4 orang
permenit. Ini merupakan ancaman hilangnya kehidupan dan runtuhnya peradaban.
Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pd anak, maka pola asuh keluarga
kembali menjadi sorotan Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana orang tua
menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan kontrol yang tinggi. Kehangatan
adalah Bagaimana orang tua menjadi teman curhat, teman bermain, teman yang
menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan berkomunikasi. Berbagai
upaya agar anak dekat dan berani bicara pada ortunya saat punya masalah. Ortu menjadi
teman dalam ekspresi feeling anak sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Kontrol yg
tinggi ad. Bagaimana anak dilatih mandiri dan mengenal disiplin di rumahnya.
Kemandirian mjd hal yg sangat penting dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self
confidence yang cukup. Orang tua juga melatih anak bertanggung jawab mengerjakan
tugas2 di rumah spt. Mencuci, menyiram bunga dll.
a) Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi perawat serta hub perawat dgn
profesi lain di komunitas.
b) Reformasi dlm yankes menuntut perawat meredefinisi perannya.
c) Intervensi keperawatan yang menekankan pd aspek pencegahan dan promosi kesehatan,
sudah saatnya mengembangkan community based car. Pengembangan pendidikan
keperawatan sangat penting, terutama keperawatan mental psikiatri baik dlm jumlah
maupun kualitas.
Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi
sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan
menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa
Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi adat ketimuran sangat memperhatikan
hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri
tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak
pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang
Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain :
pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional
diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.Perubahan yang dirasakan dapat
mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO
( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar
sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk
berbuat banyak, karena mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24dimensi
spiritual, konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan
dimensi spiritual.
Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari
bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian
yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa,
dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit
dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh
sedangkan spiritual berartikejiwaan, rohani, mental atau moral.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat
banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang
tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl
Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental
mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih
belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran
perawat professional, diantaranya :
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material,
tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami
goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu
duniawi menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan
ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan - tekanan yang lain mampu
membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang
merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya melakukan hutang
dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt collector,
setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya
tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran dari debt collector bisa membuat
seseorang menjadi tertekan secara psikologis.
Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan kebutuhan, jika orang
berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak akan mampu melawan keserakahan
yang sudah menguasai hati dan kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik membuat orang
menghalalkan segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang pecundang sama
buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang sebagai pecundang ini
adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah dan menjilat atasan menjadi sebuah
pilihan pahit yang diambil oleh para hedonis ini. Jika saja mutiara kebajikan "siapa menanam
benih maka dia akan menuai, atau setiap perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan
setiap perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasannya". Manusia harus mampu
menekan keinginan dan memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan, jika kita memiliki
keinginan maka mempertahankan melakukan segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah
keharusan, alam, manusia dan semua ciptaan tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan
manusia tidak perlu ikut membuat aturan yang sudah digariskan oleh tuhan, ketika manusia
melalaikan janji maka sifat manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa menjadi faktor
pemakluman terhadap situasi tersebut, tetapi janji tuhan bukanlah faktor yang dapat ditawar,
jika kita berbuat baik maka pasti akan menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai
hal buruk pula.
Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk undang - undang
dan berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang bisa memiliki dua sisi, mengikuti
kepentingan penguasa atau memang undang - undang tersebut memang untuk membuat
sebuah keteraturan, ketika raja firaun berkuasa maka dia membuat sebuah undang - undang
bahwa setiap warga yang memiliki anak laki - laki maka anak laki - lakinya tersebut harus
dibunuh. Undang - undang ini tentu untuk kepentingan penguasa karena berdasarkan ramalan
salah satu bayi laki - laki tersebut yang akan mengakhiri kisah kediktaktoran sang raja.
Ketika akhirnya tuhan memberikan sebuah pembalasan dengan sangat kejam dengan cara
menghanyutkan firaun dan semua pengikutnya ditengah lautan maka musnahlah
kesombongan penguasa diktator tersebut.
Kisah - kisah teladan telah banyak yang diceritakan dalam kitab suci, jika manusia
meresapi cerita - cerita tersebut kemudian memperkuat fondasi spiritualitasnya, melakukan
komunikasi dengan pencipta lewat ibadah maka kehidupan akan menuju sebuah keteraturan,
dunia diciptakan dalam bentuk aneka warna dan hitam putih sehingga muncul siang dan
malam, gelap dan terang, mengembalikan manusia ke hakikat diri mereka yang sebenarnya
akan membuat seseorang menemukan dirinya, mereka menerima semua kelebihan dan
kekurangan dan secara sehat menerima setiap perbedaan sebagai sebuah paket utuh dari
adanya persamaan, jika dunia berwarna putih semua maka akan monoton, bahkan asal mula
kejahatan bermula dari rasa iri iblis terhadap adam sehingga adam terbuang dari surga,
manusia pilihan yang diciptakan pertama kali sudah mampu disesatkan oleh iblis maka akan
berapa banyak keturunan adam yang juga mampu disesatkan oleh iblis dengan iming - iming
kenikmatan dunia.
Marilah kita beraksi, membersihkan hati, membersihkan pikiran dari berbagai racun
yang mampu menggelapkan hati, dari berbagai racun yang merusak pikiran, kelak jika
memang kita mampu bertahan dengan pikiran baik dan hati yang baik maka kedepannya
bukan tidak mungkin kita mampu menularkan virus sehat hati dan sehat pikiran ini ke banyak
orang ketika banyak orang yang sehat hati dan sehat pikiran maka kita telah ikut melakukan
aksi untuk membantu mencegah orang lain terkena penyakit pikiran atau gangguan jiwa,
semakin banyak orang yang menyebarkan virus kebaikan ini maka bukan tidak mungkin
generasi emas, generasi berlian, generasi mutiara akan terlahir yang cahayanya mampu
menyilaukan mata dunia karena amal dan perbuatan mereka yang memang baik, orang baik
tidak melihat usia, jenis kelamin maupun suku, orang baik hanya mengenal satu kata "semua
manusia pasti mati", dan salah satu bekal untuk menghadapi kematian adalah "menjadi orang
yang bermanfaat bagi lingkungannya". Semoga renungan ini menjadi sebuah pelajaran
berharga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masalah ekonomi merupakan salah satu
masalah yang paling sering menyebabkan gangguan jiwa di Indonesia. Himpitan ekonomi
yang semakin besar dikarenakan penghasilan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dapat menjadi salah satu pencetus untuk seseorang bunuh diri. Saat ini masalah
ganguan jiwa semakin meningkat. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi
salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Terutama karena meningkatnya
harga-harga semua bahan pokok, BBM dan adanya era globalisasi.
Pada kasus diatas, klien yang bunuh diri tersebut, penyebabnya adalah karena
gangguan sosial atau lingkungan yang berupa stressor psikososial yaitu masalah keuangan.
Gangguan jiwa saat ini tidak hanya mengenai orang-orang yang merupakan kalangan kelas
bawah, tapi sekarang gangguan jiwa dapat menyerang baik itu orang kalangan bawah,
menengah maupun kelas atas. Jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam
lingkungan dan tidak dapat berusaha menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya maka
seseorang akan cenderung untuk mengalami gangguan jiwa.
Dari berbagai penyebab itulah maka satu demi satu akan muncul tindakan-tindakan
yang dapat dikatakan sebagai suatu penyelewengan atau pengingkaran diri akan kondisi atau
kenyataan yang ada. Pasien cenderung tidak mampu menerima kondisi yang ada sehingga
muncul suatu keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Dan dalam kasus ini pun cenderung akhir dari segala pengingkaran diri pasien adalah dengan
melakukan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu tindakan yang menjadi trend issue
dalam keperawatan jiwa. Tanpa dibatasi umur, status ekonomi, tingkat pendidikan bahkan
beban kerja yang dipikul bunuh diri menjadi suatu alternatif terakhir dalam menyelesaikan
masalah yang dianggap berat untuk dihadapi. Pola pikir inilah yang seharusnya menjadi
pusat garapan perawat-perawat jiwa untuk meluruskan kembali persepsi yang berkembang di
masyarakat mengenai tindakan bunuh diri. Hal ini berguna untuk rehabilitasi pasien yang
pernah mencoba untuk melakukan tindakan tersebut dan juga untuk pencegahan terjadinya
tindakan ini yang semakin marak. Segala tindakan pencegahan dan rehabilitasi ini tentu akan
terlaksana dengan dukungan dari segala pihak baik pemerintah maupun bidang kesehatan
lainnya.
B. Saran
Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/01/trend-dan-issue-tentang-keperawatan-
jiwa.html
http://ngandel.blogspot.com/2011/04/trend-current-issue-dan-kecendrungan.html
Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika Aditama.