Full Paper Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Kesuburan Tanah Di Lahan Pesisir Baros
Full Paper Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Kesuburan Tanah Di Lahan Pesisir Baros
MAKALAH
oleh:
i
Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Kesuburan
Tanah di Lahan Pesisir Baros
MAKALAH
oleh:
Ambrosius Tyaga Pradipta Aditama XI MIPA-1/02
Christophorus Nandana Refaya XI MIPA-4/09
Febrian Dwianto XI MIPA-5/12
ii
Lembar Pengesahan
Mengetahui,
Kepala SMA Kolese De Britto Pembimbing,
FX. Catur Supatmono, S.Pd., M.Ed. Al. Prima Adhi Putra, S.Pd.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Kami menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa makalah dengan judul
“Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Kesuburan Tanah di Lahan Pesisir
Baros”ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang
telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya
karya ilmiah.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya
ilmiah tentang “Pengaruh Hutan Mangrove Terhadap Kesuburan Tanah di lahan
Pesisir Baros”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Al Prima Adhi Putra S.Pd.
selaku pembimbing yang memberikan arahan, saran dan masukan. F. Wahyu
Indriastuti, S.Pd. selaku guru biologi SMA Kolese De Britto yang juga terus
memberi kami masukan dan arahan. Organisasi Akar Napas yang membantu dalam
memberikan solusi dari karya ilmiah kami dan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, penulisan makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Yogyakarta, 2024
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vi
ABSTRAK ix-x
BAB I PENDAHULUAN 1
1. 2 Rumusan Masalah 3
2.4.2 C-Organik 17
vi
2.4.3 Fosfor (P2O5) 18
3.6.4 Kandungan pH 31
3.7 Hipotesis 31
vii
BAB IV HASIL ANALISIS DAN DATA PENELITIAN 32
4.2 Pembahasan 32
4.2.2 Kandungan pH 34
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46
viii
ABSTRACT
This research aims to determine the effect that causes differences in the chemical
fertility of soil in agricultural land in the Baros estuary area that is covered with
mangroves and not covered with mangroves in the Baros village, Tirtohargo sub-
district, Kretek district, Bantul regency, as well as to support horticultural farming
efforts in the Baros village, Tirtohargo sub-district, Kretek district, Bantul regency.
Soil samples were taken at two locations, namely in the part of the land covered by
mangroves and land that is not covered by mangroves. Furthermore, the soil was
analyzed for its chemical properties in the Soil Chemistry and Fertility Laboratory.
Soil research was conducted from September to October 2023. The results of the
analysis of several chemical properties of the soil in the agricultural land in the
Baros village, Tirtohargo sub-district, Kretek district, showed that the soil acidity
(soil pH) was in a slightly acidic state (5.4 - 6.7), organic C had low to moderate
content values (2.1-4.7), and the Phosphorus (P2O5) nutrient content was in a low
state (0.43 - 0.64). In general, based on the laboratory analysis results, the chemical
fertility of the soil in the Baros village, Tirtohargo sub-district, Kretek district, is at
a low level.
ix
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh yang menyebabkan perbedaan keadaan
kesuburan kimia tanah pada lahan pertanian daerah estuari Baros yang terlindungi
mangrove dan tidak terlindungi mangrove di desa Baros, Kelurahan Tirtohargo,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, sekaligus untuk menunjang usaha pertanian
hortikultura di desa Baros, Kelurahan Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten
Bantul. Pengambilan sampel tanah dilakukan di dua lokasi yaitu di bagian lahan
yang terlindungi Mangrove dan lahan yang tidak terlindungi Mangrove.
Selanjutnya tanah di analisis sifat kimia tanah di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah. Penelitian tanah berlangsung pada September sampai Oktober
2023. Hasil analisis beberapa sifat kimia tanah pada lahan pertanian di desa Baros,
Kelurahan Tirtohargo, Kecamatan Kretek, menunjukan bahwa kemasaman tanah
(pH tanah) berada pada keadaan agak masam ( 5,4 - 6,7 ), C-organik memiliki nilai
kandungan rendah sampai sedang ( 2,1- 4,7), kandungan hara Fosfor (P2O5) berada
pada keadaan rendah ( 0,43 - 0,64). Secara umum berdasarkan hasil analisis
laboratorium menyatakan bahwa kesuburan kimia tanah di desa Baros, Kelurahan
Tirtohargo, Kecamatan Kretek, berada pada tingkat yang rendah.
x
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar dari sungai dengan lingkungan laut 1. Keberadaan
daerah estuari niscaya atau dapat tidak terlepas dari keberadaan Hutan mangrove di
sekitarnya. Mangrove adalah komunitas pohon tropis yang dapat tumbuh subur
dalam kondisi yang tidak dapat ditoleransi oleh jenis pohon tropis lainnya,
Mangrove dapat tumbuh subur dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Beberapa
mangrove yang kompleks, rapat, dan lebat, yang dapat menangkap sisa bahan
organik dan endapan yang terbawa air laut dari daratan sehingga mangrove berperan
fisika. Kesuburan tanah ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kedalaman efektif,
1
DKP: “Estuari, Ibunya Pantai” https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/218/estuari-ibunya-pantai.
Diakses tanggal 12 Desember 2023
1
tekstur, struktur, kelembaban, tata udara, reaksi tanah (pH), bahan organik,
Yogyakarta yakni Pantai Baros. Kawasan mangrove Baros berada di muara Sungai
Opak Yogyakarta yang merupakan lahan Sultan Ground dengan luas ± 25 Ha.
Sampai sekarang mangrove yang sudah tumbuh dengan baik berwujud rimbunan
seluas 6-7 ha 2. Jenis mangrove yang ditanam yaitu Avicennia sp., Rhizophora sp.,
Bruguera sp., dan Nypa sp. Kawasan mangrove Baros mempunyai keunikan khusus
yang tidak ada di kawasan mangrove lain, yaitu adanya lahan pertanian yang
unik dan hanya ada satu satunya di Yogyakarta atau mungkin di Indonesia.
Kawasan ini dapat disebut unik karena, dari yang biasanya kita jumpai, lahan
pertanian di daerah pesisir berjarak cukup jauh dari batas daratan dan air. Kawasan
ini memiliki lahan pertanian yang dekat dengan perbatasan darat dan air. Mangrove
yang melindungi atau menutupi lahan pertanian bisa menjadi dugaan yang kuat
2
BKSDA: “Kawasan EKSITU” https://bksdajogja.org/kawasan-eksitu-/detail/73/kawasan-
mangrove-baros.html. Diakses tanggal 7 September 2023.
2
kesuburan tanah dari lahan pertanian yang terlindungi oleh mangrove di kawasan
mangrove Baros
pengaruh hutan mangrove terhadap kesuburan tanah di lahan pesisir Baros, dengan
kesuburan lahan yang terlindungi hutan mangrove serta kesuburan lahan yang tidak
sebagai penangkap sisa bahan organik dan endapan yang terbawa air laut yang
3
1.3 Tujuan Penelitian
2. Menganalisis hasil dari uji sampel tanah untuk melihat kesuburan tanah
Bagi Peneliti
kelas 11
sumber jurnal
Bagi Pembaca
pantai.
4
3. Memahami pentingnya hutan mangrove sebagai ekosistem pendukung
5
BAB II
LANDASAN TEORI
tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas. Hutan
mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai atau daerah estuari daerah
pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Ciri ciri hutan
bakau, yang memiliki akar keluar dari permukaan air, tumbuh di daerah
habitat yang penting bagi berbagai jenis burung, ikan, kepiting, dan
organisme lainnya
6
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang
disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara
adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai
dan dipengaruhi oleh gerakan pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut,
yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitasnya
bertoleransi terhadap garam. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove, dan
pada saat pasang pohon mangrove dikelilingi oleh air garam atau air payau
yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove banyak
ditemui di pantai, teluk yang dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang
“mangimangi” atau “mangin”, kemudian ada pula yang menyebutkan bahwa istilah
tersebut merupakan kombinasi dari bahasa Portugis dan Inggris “mangue” dan
tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau. Habitat mangrove seringkali
ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut. Lokasi ini yang
kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang air laut yang besar. Hutan
7
mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara
Hutan mangrove juga dikenal dengan istilah tidal forest, coastal woodland,
vloedbossen, atau hutan payau. Banyak kalangan yang sering menyebut hutan
pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya hutan tersebut lebih tepat
istilah bakau untuk menghindarkan adanya salah pengertian dengan hutan yang
terdiri atas pohon bakau Rhizophora sp. Hal ini dikarenakan bukan hanya pohon
bakau saja yang tumbuh di sana, namun masih terdapat banyak jenis tumbuhan lain
klasifikasi spesies tertentu saja, tetapi istilah ini dideskripsikan untuk tanaman
tropis yang bersifat halophytic atau toleran terhadap garam. Selain itu, mampu
tumbuh di tanah basah lunak, habitat air laut, dan mampu terkena fluktuasi pasang
surut juga merupakan cakupan deskripsi tumbuhan yang dapat disebut sebagai
terakhir bagi limbah dari industri di perkotaan dan perkampungan hulu yang
3
Prasetya Nur, Struktur Komunitas Mangrove di Daerah Wonorejo Pantai Timur Surabaya,
(Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, 2011), h.6.
8
logam berat yang terdapat dalam ekosistem tempat tumbuhnya. Mangrove jenis
Avicennia marina mempunyai peranan yang lebih baik dari jenis Rhizophora sp
Selain itu mangrove mampu menyerap garam dari air laut melalui proses
osmosis yang terjadi di akar mereka. Proses ini memungkinkan mangrove untuk
bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan
air tawar dari sungai. Estuari merupakan zona peralihan antara lingkungan sungai
dengan lingkungan laut, maka kondisi estuari dipengaruhi oleh karakter sungai
dibawanya), maupun oleh karakter lautan di sisi yang lain (misalnya pasang surut,
4
Kariada, Nana, and Andin Irsadi. “Peranan Mangrove Sebagai Biofilter Pencemaran Air
Wilayah Tambak Bandeng Tapak, Semarang.” vol. 21, 2014, p. 189. Jurusan Biologi, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Semarang.
5
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulonprogo. “DKP - Estuari, Ibunya Pantai.” Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, 19 November 2020,
https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/218/estuari-ibunya-pantai. Diakses tanggal 11 September
2023.
9
Estuari merupakan suatu mintakat peralihan (zona transisi) antara lingkungan
sungai dengan lingkungan laut, dan dengan demikian, dipengaruhi baik oleh
sedimentasi yang dibawanya), maupun oleh karakter lautan di sisi yang lain
(misalnya pasang surut, pola gelombang, kadar garam, serta arus laut). Masuknya
baik air tawar maupun air laut ke estuari merupakan faktor yang meningkatkan
kesuburan perairan, dan menjadikan estuari sebagai salah satu habitat alami yang
Tipe estuari ini kebanyakan mulai terbentuk antara 15.000 dan 6.000 tahun
yang silam, ketika tudung es mencair dan permukaan laut naik menggenangi muara-
muara sungai purba. Di samping itu, proses penurunan lahan di wilayah pesisir turut
menyumbang pada proses ini. Tipe ini terutama terbentuk di muara sungai-sungai
yang melalui wilayah yang pesisirnya lebar; membentuk daerah estuari sempit dan
relatif dangkal di arah daratan, dan melebar dan mendalam ke arah laut. Rasio lebar
6
McLusky, Donald S., dan Michael Elliott. The Estuarine Ecosystem: Ecology, Threats and
Management. OUP Oxford, 2004. Diakses tanggal 7 November 2023.
10
jarang melebihi 30 m (98 ft). Salah satu contohnya adalah muara Sungai Hudson di
Amerika Serikat.
Tipe laguna
Estuari tipe ini hampir terisolasi oleh karena adanya beting penghalang di
arah lautnya, baik berupa pulau ataupun tanjung penghalang. Dengan demikian,
laguna estuari ini hanya terhubung dengan laut terbuka melalui satu atau beberapa
celah yang relatif sempit, tempat keluar masuknya air. Tipe ini biasanya terbentuk
di wilayah yang pantainya landai, pada tepi benua yang secara tektonik stabil, di
● Beting pasir yang terbentuk dari pasir dasar laut yang terangkat dan
● Beting karang yang berasal dari batu atau tanah pantai yang tererosi
membentuk semacam teluk kecil; beting batu itu adalah sisa-sisa yang
● Beting tanah atau pasir yang berasal dari ujung (tanjung kecil) yang
11
Tipe fjord
Estuari tipe fjord ini terbentuk di muara sungai yang berlembah dalam
karena tererosi oleh aliran es (gletser). Secara khas estuari semacam ini mempunyai
lembah dengan penampang serupa huruf-U, bertebing curam, dengan dasar yang
berbatu-batu dan berkontur khas akibat terkikis aliran gletser. Di hulunya, estuari
ini bisa jadi sangat dalam, dapat melebihi 300 m (980 ft). Namun ujungnya dangkal
karena endapan serpih batu-batuan acap membentuk gigir (semacam beting atau
gosong) di bawah air. Apabila gigir ini sangat dangkal, dapat menghalangi
pertukaran air (tawar dengan laut) sedemikian sehingga air sangat sedikit bertukar,
dan air-air di bawah garis kedalaman gigir boleh dikatakan sangat jarang
oleh aktivitas patahan tektonik, vulkanisme, atau tanah longsor. Tipe ini sangat
sedikit ditemukan; salah satunya adalah estuari di Teluk San Francisco, yang
Estuari tipe ini terbentuk di muara sungai-sungai besar, di mana aliran air
tawar dari daratan mengatasi masuknya air laut, sementara pengaruh pasang laut
7
Wolanski, Eric. Estuarine Ecohydrology. Amsterdam, Elsevier Science, 2007. Diakses 8
November 2023.
12
tak begitu kentara. Lapisan air tawar dari sungai mengalir di atas lapisan air laut,
dengan ketebalan yang semakin menipis dengan semakin jauh jaraknya ke tengah
laut. Sebaliknya, di dasar perairan air laut bergerak ke daratan, dengan ujung yang
tipis menuju pangkal estuari; penampang dari sisi serupa dengan baji yang menusuk
ke daratan di bawah permukaan air. Tipe ini juga disebut sebagai estuari
berstratifikasi sempurna, karena adanya lapisan-lapisan yang jelas dari air tawar, air
aliran air tawar di muara sungai, turbulensi yang diakibatkannya telah mendorong
garam di air lebih terjadi secara horizontal daripada vertikal; di mana kadar garam
atau salinitas ini bertambah dengan semakin jauhnya jarak dari mulut sungai. Tipe
ini adalah yang paling umum didapati, dan juga dikenal sebagai estuari campuran
mengatasi keluaran air tawar dari sungai, dan mengakibatkan stratifikasi vertikal
hilang sama sekali. Demikian pula, akibat kuatnya percampuran itu hampir tak ada
lagi batas yang tegas antara air tawar dengan air asin di estuari, semua menjadi
13
Estuari inversi
Estuari ini terbentuk di wilayah beriklim kering, di mana laju penguapan air
(evaporasi) mengatasi aliran masuk air tawar. Aliran air tawar dan air laut sama-
sama masuk dan menguap di tengah estuari, di mana terbentuk zona bersalinitas
maksimum. Air dengan kadar garam tertinggi itu kemudian tenggelam dan mengalir
salinitas dan aliran air yang berkebalikan dengan estuari baji garam, sehingga
Estuari berkala
Estuari ini berubah-ubah sifat dan tipenya secara dramatis, bergantung pada
masuknya air tawar ke dalam sistem, yang dipengaruhi oleh iklim dan musim.
Estuari ini dapat berubah dari sepenuhnya bersifat laut menjadi tipe-tipe yang lain.
didukung oleh kesuburan tanah sebesar 50% karena tanah yang subur dapat
pembentuk tanah seperti bahan induk, relief, organisme, dan waktu dapat
14
mendominasi di tempat tersebut. Tanah yang subur dapat menjadi produktif jika
dikelola dengan baik dengan teknik budidaya yang tepat (Yuwono, 2007).
Menurut Handayanto et al. (2017) kondisi kimia, fisik, dan biologi tanah,
serta jumlah dan keseimbangan unsur hara dalam tanah dapat mempengaruhi
kesuburan tanah. Berikut ini merupakan lima prinsip dalam pengelolaan kesuburan
tanah, yaitu:
beracun.
kesuburan tanah yang meliputi analisis tanah. Analisis tanah perlu dilakukan agar
diketahui pH, kadar unsur hara, bahan organik, dan sebagainya sehingga
tanah terbagi menjadi dua yaitu analisis fisika tanah dan analisis kimia tanah (Soil
15
Survey Staff, 2014). Menurut Rosmarkam & Yuwono (2002) pengambilan contoh
tanah, semakin tinggi kandungan ion H + dalam tanah, maka dapat memberikan
pengaruh negatif bagi kesuburan tanah karena tanah akan semakin masam. Selain
itu ada pula ion OH yang jumlahnya berbanding terbalik dengan ion H+
(Hardjowigeno, 2015).
lahan masam dengan pH 4,6-5,5 serta memiliki kandungan hara seperti unsur N, P,
K, dan Ca yang rendah. Tanah masam berasal dari bahan induk yang telah tua dan
memiliki hambatan seperti pH tanah yang rendah, alumunium yang dapat ditukar
dalam tanah tinggi, terjadinya kekurangan unsur fosfor dan kalsium, dan keracunan
mangan.
yang optimal. Sebagian tanaman dapat mentolerir adanya perubahan pH, namun
ada pula tanaman yang tidak dapat mentolerir perubahan pH. Selain itu,
tanah. Kelarutan Al dan Fe yang tinggi disebabkan oleh pH yang sangat rendah,
16
sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan akan berdampak
buruk pada kesuburan tanah sehingga ketersediaan hara berkurang dan tanaman
2.4.2. C-Organik
mendukung dan menyuplai hara bagi pertumbuhan tanaman. Bahan organik dapat
diperlukan untuk menambah kesuburan tanah dan menyimpan unsur hara mikro
serta faktor lainnya yang biasanya tidak ditemukan dalam pupuk anorganik.
organik. C-organik dalam tanah terbentuk dari berapa tahap dekomposisi bahan
sedangkan jika C-organik tanah kurang maka akan mengurangi kesuburan tanah.
sebagai petunjuk untuk mengetahui rendahnya kandungan bahan organik tanah. Hal
ini dikarenakan lapisan tanah bagian atas merupakan tempat berkumpulnya bahan
17
organik. Selain itu, faktor yang menyebabkan kandungan C-organik rendah yaitu
hara fosfor yang rendah berada pada kisaran pH 4,6-5,5 yang dapat disebabkan oleh
2007).
beberapa kegiatan: (1) pembelahan sel dan pembentukan lemak dan albumin; (2)
pembentukan bunga, buah dan biji; (3) kematangan tanaman melawan efek
nitrogen, (4) stimulasi perkembangan akar, (5) peningkatan kualitas hasil tanaman,
Aktivitas organisme yang kurang optimal, pH tanah yang terlalu asam atau
basa dapat menjadi faktor lain yang dapat menghambat pemanfaatan fosfor. Al dan
bahan 6 organik yang rendah dapat menyebabkan defisiensi hara tanah. Hal tersebut
Natrium merupakan unsur hara mikro yang diserap tanaman dalam bentuk
Na+. Natrium dapat berpengaruh baik secara positif maupun negatif terhadap
18
pertumbuhan tanaman. Kelebihan Na pada tanah akan menyebabkan tanah
https://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/download/211/pdf/491
Natrium merupakan unsur penyusun litosfer ke-6 setelah Ca, yaitu 2,75%,
tanaman terutama di daerah arid dan semi arid (kering dan agak kering) yang
berdekatan dengan pantai, karena tingginya Na air laut. Suatu tanah disebut tanah
alkali atau tanah salin jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh
dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber
Natrium diserap dalam bentuk ion Na. Natrium bukan merupakan unsur
hara tanaman yang penting. Walaupun dalam tanaman tidak mengandung Na,
berpengaruh terhadap kualitas produksi, baik yang bersifat positif maupun negative.
tanaman bila kadar K relative rendah. Pada konsentrasi K yang rendah, pemberian
8
Fitria, Anita Dwy, et al. “KETERKAITAN KETERSEDIAAN UNSUR HARA Ca, Mg, DAN
Na DENGAN PRODUKSI DAN MUTU TEMBAKAU KEMLOKO DI KABUPATEN
TEMANGGUNG, JAWA TENGAH.” vol. 5 No 2, 2018, p. 860. Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.
19
Na menaikkan prodiksi cukup tinggi, sedangkan pada kosentrasi K yang tinggi,
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3795#:~:text=Sedangkan%20natri
um%20merupakan%20unsur%20hara,menggunakan%20AAS%20ataupun%20fla
me%20fotometer.
basa lebih rendah sedangkan jika pH tanah tinggi maka kejenuhan basanya akan
tinggi. Pada tanah dengan kejenuhan basa yang rendah, sebagian besar kompleks
jerapan tanahnya 7 diisi dengan kation asam seperti Al+++ dan H+ . Tanah dengan
kation asam yang berlebih, akan menjadi racun bagi tanaman. Kondisi ini umumnya
rendah dan reaksi tanah masam biasanya menunjukkan kesuburan tanah yang
Menurut Suastika et al. (2014) tanah yang subur dapat dikatakan jika
memiliki kejenuhan basa >80%, tanah cukup subur jika memiliki kejenuhan basa
50-80%, dan tanah tidak subur jika memiliki kejenuhan basa <50%. Berdasarkan
sifat tanahnya, tanah dengan kejenuhan basa >80% akan membebaskan kation basa
20
2.4.6. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
kaitannya dengan kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang lebih tinggi merupakan
hasil dari peningkatan kemampuan tanah dengan nilai KTK tinggi untuk menahan
dan memasok unsur hara dibandingkan dengan nilai KTK lebih rendah. KTK tanah
yang tinggi dapat meningkatkan kesuburan tanah jika mengandung kation basa
seperti Ca, Mg, K, dan Na, namun dapat menurunkan kesuburan tanah jika
mengandung kation asam seperti Al dan H. Hal tersebut disebabkan unsur hara yang
terkandung dalam kompleks jerapan koloid maka unsur hara tersebut tidak mudah
hilang tercuci oleh air (Subowo, 2010). Tujuan kimiawi bahan organik dalam tanah
adalah untuk meningkatkan KTK tanah, menyimpan unsur hara bagi tanaman, dan
lahan kering, hasil analisis menunjukkan bahwa nilai KTK pada lahan kering
memiliki status rendah hingga sedang. Nilai KTK pada lahan kering berkisar antara
9,51-22,19 cmol/kg. Kandungan bahan organik tanah yang sangat rendah dan
tekstur tanah lempung berpasir dapat menjadi penyebab rendahnya nilai KTK.
menukar kation. Hal ini dikarenakan pelapukan bahan organik menghasilkan humus
yang merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga memiliki permukaan yang
21
2.4.7. Basa di Tukar dalam Tanah
Terdapat empat basa yang dapat dipertukarkan, yaitu Natrium (Na), Kalium
(K), Magnesium (Mg), dan Kalsium (Ca). Secara umm tanah memiliki tingkat
kejenuhan basa yang berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan muatan efektif,
kemampuan pertukaran kation, dan perubahan pH. Selain itu, basa yang dapat
ditukar oleh ion H+ dan Al3+ dengan naiknya pH yang akan menghasilkan berbagai
kation basa terhadap semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah.
Jumlah kation terbesar yang dapat dijerap oleh tanah memberikan gambaran
seberapa besar nilai kapasitas tukar kationnya. Tanaman membutuhkan kation basa
sebagai komponen utamanya karena kation basa biasanya mudah tercuci, sehingga
tanah dengan tingkat kejenuhan basa yang tinggi menunjukkan bahwa tanah
isi dan kekuatan tanah. Sifat fisik tanah berdapat pada sifat tanah lainnya seperti
2006).
22
Menurut Hardjowigeno (2015) ada 13 jenis tekstur tanah yang berbeda
antara lain pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung
berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir,
Susunan relatif dari ketiga ukuran partikel tanah yaitu, pasir berukuran 2
mm50 µm, debu berukuran 50-2 µm, dan liat berukuran <2 µm menentukan tekstur
tanah (Soil Survey Staff, 2014). Tanah bertekstur pasir adalah tanah dengan
konsentrasi pasir >70%, porositas rendah <40%, dan beberapa ruang pori besar
akan memiliki aerasi yang kuat, konduktivitasnya yang cepat, tetapi sedikit
kapasitas untuk menyimpan zat hara. Tanah liat memiliki kandungan liat >35% dan
mempunyai daya tampung yang besar untuk menahan air dan hara tanaman (Arifin,
2010). Dalam hal laju ilfiltrasi, penetrasi, dan kapasitas tanah untuk menahan air
tergantung pada kualitas tanah yaitu kapasitas infiltrasinya yang mengacu pada
kapasitasnya untuk menyerap udara dan permeabilitasnya dari lapisan tanah yang
berbeda yang mengacu pada kapasitasnya dalam mengalirkan udara atau lapisan
Salah satu sifat fisik tanah yang paling umum dikenal adalah warna tanah
yang sering digunakan untuk menggambarkan tanah dalam hal sifat lainnya. Warna
tanah bukan hanya representasi fisik tanah, warna tanah juga dapat memberikan
informasi penting seperti bahan induk bagi tanah yang baru berkembang, kondisi
iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut, dan kesuburan tanah atau
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang dibuat berupa kadar pH, C-Organik, Fosfor (P2O5) dan Na pada lahan pesisir
terhadap dua sampel berupa sampel pertama, yaitu tanah yang diambil dari pesisir
24
pantai Baros yang terlindungi mangrove dan sampel kedua, yaitu tanah yang
pada titik
Keterangan:
T2: Daerah pengambilan sampel tanah di lahan yang tidak terlindungi mangrove
Subjek Penelitian dalam Karya tulis ini ialah Sampel tanah yang
25
(lahan tidak terlindungi hutan mangrove), yang dalam penelitian ini
tanah yang tidak terlindungi tanaman mangrove (T2). Hasil dari uji
26
3.3.3 Variabel Pengganggu
hasil utama yang ingin dituju dalam penelitian ini seperti curah
sampel yang dilakukan di lab untuk mendapatkan data dari Ph, C-Organik,
Na, dan Fosfor yang terkandung dalam objek penelitian. Sampel tanah
diambil dengan metode pengambilan sampel tanah utuh, yang nantinya akan
27
pada pertanian, lalu dilanjutkan dengan pengambilan sampel tanah dari dua
wilayah yang telah ditentukan untuk dilakukan uji lab untuk didapat data
yang mendukung kesuburan tanah. Setelah didapatkan data dari dua sampel
dua hasil data dengan memerhatikan teori yang telah dipaparkan pada bab
bab sebelumnya.
28
ini didasarkan pada reaksi antara fosfat dengan vanadat dan molibdat,
𝑋𝑋 𝑥𝑥 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
% kadar Phosphor = 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ( 𝑚𝑚𝑚𝑚 )
𝑥𝑥 100%
y = bx + a
𝐵𝐵𝐵𝐵. 𝑃𝑃2𝑂𝑂5
% Kadar P2O5 = % Kadar Phosphor x 𝐵𝐵𝐵𝐵 . 2𝑃𝑃
9
Saputro, dkk. Modifikasi Pati Talas (Colocasia esculenta L.) dengan Metode Ikatan Silang
Menggunakan Natrium Tripolifosfat, 2012. Universitas Pendidikan Indonesia
10
Susiana, Nurmalawati, et al. Validasi dan Verifikasi Metode Uji Fosfat dengan Spektrofotometer
UVI-VIS di Laboratorium Kimia, 2021. Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
29
141,95
= % Kadar Phosphor x 61,95
Organik yaitu:
menit.
11
Horwitz, W. Official Methods of Analysis of AOAC International. Gaithersburg, Maryland,
2000. AOAC International. Diakses 11 Desember 2023.
30
Prosedur analisa Carbon Organik (C-Organik)/ bahan organik
dirumuskan:
𝑋𝑋
% Kadar Carbon Organik = 𝑥𝑥 100%
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ( 𝑚𝑚𝑚𝑚 )
𝑦𝑦−𝑎𝑎
X= 𝑏𝑏
3.7 Hipotesis
Hipotesis yang kelompok simpulkan berdasarkan Tanah dari lahan yang terlindungi
mangrove(T1) lebih subur daripada tanah dari lahan yang tidak terlindungi
31
BAB IV
4.2 Pembahasan
Proses analisis status kesuburan tanah berdasarkan data yang didapat dari uji
laboratorium dilakukan dengan penilaian dan perbandingan sifat kimia dari masing-
32
masing sampel tanah, yang telah dibahas dalam landasan teori mengenai sifat kimia
tanah Terdapat empat parameter tanah yang digunakan dalam penelitian ini untuk
menilai status kesuburan tanah yaitu kadar Natrium, kadar P2O5 tersedia, C-
Organik, dan PH tanah. Kadar unsur hara yang diperoleh dari data bila
dibandingkan dengan kriteria penilaian sifat kimia tanah maka dapat diketahui
apakah status unsur hara dalam tanah tersebut sangat rendah, rendah, sedang, tinggi
dan sangat tinggi sesuai kriteria yang sudah ditetapkan seperti pada Tabel sebagai
berikut:
Natrium pada tanah pertanian yang terlindungi oleh hutan mangrove dengan
0,0263% untuk ulangan 1 dan 0,0307% untuk Ulangan 2 serta yang tidak
33
Dari data tersebut didapat perbedaan yang signifikan dari persentase kadar
Natrium dari tanah lahan pertanian yang terlindungi dan tidak terlindungi
Murdiyati, 2000)
4.2.2 Kandungan pH
Grafik 2: Perbandingan pH Tanah
tanah pertanian yang terlindungi oleh hutan mangrove dengan 6,72 untuk
ulangan 1 dan 6,74 untuk Ulangan 2 serta yang tidak terlindungi oleh hutan
normal bagi tanah berkisar pada 6,00-7,00, bila pH berada dibawah kondisi
34
tersebut tanah bisa dikatakan asam dan sebaliknya bila pH berada diatas
kondisi tersebut tanah bisa dikatakan basa. Lahan akan dikatakan asam saat
hara fosfor yang terkandung dalam tanah dengan ketersediaan hara fosfor
dengan 4,6279% untuk Ulangan 1 dan 4,7205% untuk Ulangan 2, serta pada
dan 2,0998% untuk Ulangan 2. Dari data tersebut didapat perbedaan sangat
35
nyata kadar C-Organik dari tanah lahan pertanian yang terlindungi dan tidak
memiliki kandungan yang jauh lebih tinggi dari pada T2 dengan perbedaan
lebih dari 2%
0,6827% untuk ulangan 1 dan 0,6850% untuk Ulangan 2 serta yang tidak
36
Dari data tersebut didapat perbedaan yang signifikan dari persentase kadar
P2O5 dari tanah lahan pertanian yang terlindungi dan tidak terlindungi
merupakan unsur hara mikro juga akan lebih tinggi. Hal tersebut
yang terlindungi oleh mangrove (T1) memiliki kondisi yang lebih baik
dibandingkan dengan tanah yang tidak terlindungi oleh mangrove (T2). Kondisi
kondisi pH tanah, kandungan Na, C-Organik, dan P2O5. Data hasil laboratorium
tersebut memiliki kaitannya antara satu dengan yang lain yang akhirnya akan
memiliki kandungan Na (Natrium) yang lebih kecil dibandingkan dengan T2, yang
menangkal kandungan garam dalam air dengan kemampuan sekresi garam yang
dimiliki melalui akar dan daunnya. Dalam hal ini kelebihan kandungan Natrium
37
dapat membuat tanah terdispresi sehingga menyebabkan tanah semakin mudah
tererosi.
Dapat dilihat perbedaan data PH tanah antara dua sampel, didapat kondisi
kesediaan unsur hara pada tanah, kemudian hal ini didukung dengan hasil data unsur
Dikatakan bahwa kandungan unsur hara fosfor akan optimal bila berada
pada PH 6,00-7,00 karena bahan organik akan lebih tersedia pada kondisi pH
tersebut yang mana kondisi tersebut ditunjukan oleh T1 yang memiliki PH 6,73 dan
dibanding T2.
yang berada dalam tanah, semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah
maka akan semakin tinggi pula produktivitas dan keberlanjutan umur tanaman (Yuli
tanah antara lain (Akbari, 2016) : Iklim, vegetasi / organisme tanah, topografi,
38
\
39
BAB V
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan paparan yang telah dituliskan pada bab bab
kami akan pengaruh hutan mangrove terhadap kesuburan tanah di lahan pertanian
yang terlindungi oleh mangrove (T1) dan lahan tak terlindungi(T2). Lahan yang
yang dianggap optimal untuk ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Sebaliknya,
lahan terbuka atau tidak terlindungi lebih cenderung memiliki pH yang agak
masam, yang dapat menghambat ketersediaan unsur hara seperti pada salah satu
unsur mikro yaitu fosfor (P2O5). Maka dari hal tersebut dapart disimpulkan bahwa
hutan mangrove dapat membantu memperbaiki pH tanah menjadi lebih netral, yang
rendah pada lahan yang terlindungi mangrove (T1) dibandingkan dengan lahan
terbuka (T2). Kadar Na yang berlebih dapat menyebabkan kerusakan tanah seperti
dispersi dan erosi. Kehadiran mangrove membantu menyerap Na berlebih dari air
laut, yang pada gilirannya mengurangi risiko dispersi dan erosi tanah.
40
Selanjutnya, kandungan bahan organik (C-Organik) pada lahan yang
dilindungi mangrove (T1) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lahan terbuka
(T2). C-Organik ini memainkan peran penting sebagai sumber energi dan hara bagi
dilindunginya.
signifikan antara T1 dan T2, dengan kadar yang lebih tinggi pada lahan yang
dilindungi mangrove (T1). P adalah unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman,
Dengan pH yang netral dan kandungan C-Organik yang tinggi, ketersediaan P pada
lahan yang terlindungi mangrove lebih baik dibandingkan dengan lahan terbuka.
signifikan dalam memperbaiki kualitas kimia tanah di lahan pertanian pesisir. Dari
41
Dengan demikian, kajian ini secara jelas menunjukkan bahwa keberadaan
tanah pertanian di kawasan pesisir pantai Baros, Juga dari kajian tersebut
menunjukkan bahwa Hipotesis pertama kami (H0) Mangrove berperan vital dalam
memperkaya kandungan bahan organik dan unsur hara melalui serasahnya, serta
memperbaiki sifat kimia tanah agar lebih ideal mendukung pertumbuhan tanaman
budidaya pertanian. Oleh karena itu, upaya pelestarian hutan mangrove perlu terus
digalakkan selain fungsinya dalam menahan pengikisan tanah namun juga guna
5.2. Saran
Karena keterbatasan biaya dan alat selama pengujian sampel, peneliti saat
ini memiliki beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya yang akan membahas
42
4. Agar didapatkan hasil yang lebih baik lagi dalam penulisan karya tulis
lanjutan dari karya ilmiah ini dapat diambil lagi perspektif geografis yaitu
mengenai jenis sedimen yang ada, jenis sedimen dapat ditambahkan dalam
tanah.
kompetensi mengenai validasi data lebih lanjut seperti uji-t atau teil test,
kami menyarankan agar topik ini dapat diujikan lagi validitas datanya
menggunakan uji-t.
6. Penelitian ini memiliki cakupan ruang lingkup yang luas sehingga variabel
Kami menyadari bahwa hasil dalam karya ilmiah kami tidak selalu aktual
saran kami untuk penelitian selanjutnya lebih baik lagi apabila lebih
diperhatikan agar hasil saat pengujian didapatkan hasil yang sesuai dengan
kondisi asli.
43
Daftar Pustaka
11 September 2023.
https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/218/estuari-ibunya-pantai. Accessed 12
December 2023.
Pencemaran Air Wilayah Tambak Bandeng Tapak, Semarang.” vol. 21, 2014, p.
44
Ma'aruf, Amar. Karakteristik Lahan Pesisir dan Pengelolaanya untuk Pertanian,
November 2023.
McLusky, Donald S., and Michael Elliott. The Estuarine Ecosystem: Ecology,
Saputro, dkk. Modifikasi Pati Talas (Colocasia esculenta L.) dengan Metode
Susiana, Nurmalawati, et al. Validasi dan Verifikasi Metode Uji Fosfat dengan
45
Lampiran
46