r***-----"* 1 ,r )t
i ;,r,4-'I..
*.
)..- i
|!.s"i i
I *
r&r-':' i
i-'t*W*#j-*
NOTA KESEPAHAMAN
ANTARA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
P otl
t'tomor : *l.,.HH:.QkHfuJ . o3'OZ Tahutn'
K'04 / Zotr
Nomor ?ott
JA /oo/ 2ort
TENTANG
pada hari ini Kamis, tanggal sembilan, bulan Juni, tahun dua ribu sebelas, bertempat di
Jakarta, kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. PATRIALIS AKBAR selaku Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
lndonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN HUKUM
DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA (KEMENKUM DAN HAM RI),
berkedudukan di Jl. HR Rasuna Said Kav. 6-7 Kuningan, Jakarta Selatan, selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA.
2. AGUS D.W. MARTOWARDOJO, selaku Menteri Keuangan Republik lndonesia,
datam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN -KEUANGAN
REpUBLIK ;NDONESIA (KEMENKEU Rl), berkedudukan di Jl. DR.Wahidin Raya 1
Jakarta Pusat, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
3. JENDERAL POLISI Drs. TIMUR PRADOPO selaku Kepala Kepolisian Negara
Republik lndonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN
NEGARA REPUBL|K INDONESIA (Polri), berkedudukan di Jalan Trunojoyo 3,
Kebayoran Baru, Jakarta 12110, yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA.
4. BASRIEF ARIEF, selaku Jaksa Agung Republik lndonesia, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jl.
Sultan Hasanudin 1 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEEMPAT.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dAN PIHAK KEEMPAT SEIANJUTNYA
secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik lndonesia merupakan
institusi pemerintahan yang tugasnya melaksanakan kebijakan di bidang penyusunan
peraturan perundang-undangan, pembinaan pengembangan hukum dan pemajuan
terhadap perlindungan Hak Asasi Manusia;
b. bahwa......
2
Berdasarkan........
3
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat membuat Nota Kesepahaman
tentang Pengelolaan Cabang Rumah Tahanan Negara Di Luar Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Republik lndonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
BAB I
(1) Maksud dari Nota Kesepahaman ini untuk memudahkan kerja sama di antara PARA
PIHAK dalam melaksanallan kegiatan Pengelolaan Cabang Rumah Tahanan Negara
(Cab Rutan) di Luar Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik lndonesia
yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik lndonesia.
(2) Tujuan dari Nota Kesepahaman ini adalah untuk menertibkan kembali tata cara
Pengelolaan Cabang Rumah Tahanan Negara (Cab Rutan) di Luar Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik lndonesia sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang Lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi:
a. Pengangkatan, Pemberhentian Kepala dan Dokter Cabang Rutan;
b. Penempatan Tahanan di Cabang Rutan;
c. Wewenang dan Tanggung Jawab;
d. Hubungan Kerja; dan
e. Peninjauan Kembali Status Cabang Rutan.
BAB III
PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Pengangkatan, Pemberhentian Kepala dan Dokter Cabang Rutan
Pasal 3
(1) PIHAK PERTAMA mengangkat dan memberhentikan Kepala dan Dokter Cabang
Rutan berdasarkan usulan PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT.
(2) Penempatan personel dibawah Kepala Cabang Rutan menjadi wewenang dan
tanggung jawab PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT.
Bagian
4
Bagian Kedua
Penempatan Tahanan di Cabang Rutan
Pasal 4
(1) Tahanan dapat ditempatkan di Cabang Rutan pada Kementerian Keuangan Republik
lndonesia c.q. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepolisian Negara Republik
lndonesia dan Kejaksaan Republik lndonesia yang telah ditetapkan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik lndonesia.
(2) Cabang Rutan Markas Komando Brimob hanya diperuntukkan bagi tahanan teroris
dan anggota Polri.
(3) Cabang Rutan di Kepolisian Negara Republik lndonesia (Markas Besar Polri, Polda
Sumatera Utara, Polda Sumatera Selatan, Polda Jawa Timur, Polda Sulawesi
Selatan) hanya diperuntukkan bagi tahanan anggota Polri.
(4) Cabang Rutan di Kantor Pusat Kementerian Keuangan Republik lndonesia c.q.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai hanya bagi tahanan pelaku tindak pidana
Kepabeanan dan Cukai.
(5) Cabang Rutan di Kejaksaan Republik lndonesia (Kejaksaan Agung dan Kejaksaan
Negeri Jakarta Selatan) hanya untuk tahanan pelaku tindak pidana tertentu yang
ditangani langsung oleh Kejaksaan Republik lndonesia.
(6) Tahanan yang ditempatkan di Cabang Rutan di Kementerian Keuangan Republik
lndonesia c.q. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Kejaksaan Republik
lndonesia, dan sudah selesai menjalani proses penyidikan/penuntutan wajib segera
dikirim ke Rutan lnduk.
(7) Jangka Waktu penempatan tahanan Cabang Rutan di Kementerian Keuangan
Republik lndonesia c.q. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kepolisian Negara
Republik lndonesia, dan Kejaksaan Republik lndonesia sesuai dengan kewenangan
instansi masing-masing:
a. penempatan tahanan di Cabang Rutan Kepolisian Republik lndonesia dapat
dilakukan sampai tingkat penyidikan dan untuk penempatan penahanan
berikutnya sesuai kewenangan dari Kejaksaan dan Pengadilan;
b. penempatan tahanan di Cabang Rutan di Kementerian Keuangan Republik
lndonesia c.q. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dibatasi sampai dengan
penyelesaian proses penyidikan dan perkaranya dilimpahkan ke Kejaksaan
Republik lndonesia; dan
c. penempatan tahanan di Cabang Rutan Kejaksaan Republik lndonesia dibatasi
sampai perkaranya dilimpahkan ke Pengadilan.
(8) Dalam hal tertentu karena pertimbangan keamanan atau keterbatasan fasilitas,
tahanan dapat dipindahkan ke Rutan lnduk meskipun penyidikan belum selesai.
Bagian ketiga
Wewenang dan Tanggung Jawab
Pasal 5
(2) PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA DAN PIHAK KEEMPAT berwenang dan
bertanggung jawab untuk:
a. melaksanakan pengelolaan Cabang Rutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. mengusulkan pengangkatan atau pemberhentian kepala dan dokter Cabang
kepada PIHAK PERTAMA;
c. memberikan akses kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam melakukan
bimbingan teknis, pengawasan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan
cabang Rutan;
d. melakukan langkah tindak lanjut atas rekomendasi hasil evaluasi yang dilakukan
oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. membiayai pengelolaan Cabang Rutan yang berada di bawahnya; dan
f. struktur Organisasi dibawah Kepala Cabang Rutan menjadi wewenang dan
tanggung jawab PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT.
Bagian Keempat
Hubungan Kerja
Pasal 6
(1) Dalam hal teknis pengelolaan Cabang Rutan, Kepala Cabang Rutan bertanggung
jawab kepada PIHAK PERTAMA melalui Kepala Rutan lnduk.
(2) Kepala Cabang Rutan membuat laporan berkala dan insidentil kepada PIHAK
PERTAMA melalui Kepala Rutan lnduk.
(3) Kepala Cabang Rutan dapat meminta bimbingan teknis ke Rutan lnduk.
Bagian Kelima
Peninjauan Kembali Status Cabang Rutan
Pasal 7
(1) Status Cabang Rutan di Kementerian Keuangan Republik lndonesia c.q. Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai, Kepolisian Negara Republik lndonesia, dan Kejaksaan
Republik lndonesia dapat ditinjau kembali berdasarkan hasil evaluasi PIHAK
PERTAMA dan atau usulan PARA PIHAK berdasarkan kewenangannya qasing-
masrng.
,.b' tu ,L v1
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksuci pada ayat (1) dilakukan secara berkala paling
sedikit dua kali dalam satu tahun.
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 8
Segala biaya yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini
(sosialisasi, bimbingan teknis, pengawasan, dan evaluasi) dibebankan kepada anggaran
PARA PIHAK secara proposional.
BAB V
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 9
Apabila terjadi perbedaan penafsiran atau perselisihan yang timbul akibat dari pelaksanaan
Nota Kesepahaman ini, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
BAB VI
JANGKA WAKTU
Pasal 10
(1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) Tahun
terhitung sejak tanggal ditandatangani.
(2) Nota Kesepahaman dapat diubah atau diperpanjang sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK, dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi
selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Nota
Kesepahaman ini.
(3) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dengan ketentuan PIHAK yang bermaksud mengakhiri Nota
Kesepahaman wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada PIHAK
lainnya, selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan sebelum waktu diakhirinya Nota
Kesepahaman ini.
BAB VII
7
BAB VII
PENUTUP
Pasal 11
Demikian Nota Kesepahaman ini, ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun
tersebut di atas, dibuat dalam rangkap 4 (empat), bermaterai cukup, mempunyai kekuatan
hukum yang sama, dan dipegang oleh PARA PIHAK.
PATRIALIS AKBAR
BASRIEF ARIEF