Anda di halaman 1dari 68

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)


Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAHAN AJAR

BIOPSIKOLOGI
20P02555
3 sks

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

1
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Kamis tanggal Tujuh Belas Agustus tahun 2023 Bahan Ajar Mata Kuliah
Biopsikologi Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan telah diverifikasi oleh
Koordinator Program Studi Psikologi

Semarang, 17 Agustus 2023


Koordinator Program Studi Psikologi Tim Penulis

Anna Undarwati, S.Psi., M.A., Ph.D Liftiah, S.Psi., M.Si., Ph.D.


NIP. 198205202006042002 NIP. 196904151997032002

Yogi Swaraswati, S.Psi., M.Si


NRP. 198504102016022213

2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAB I
KONSEP DASAR BIOPSIKOLOGI

Deskripsi Singkat
Bab ini membahas tentang konsep dasar biopsikologi yang meliputi definisi, ruang
lingkup, sejarah singkat dan metode penelitian dalam Biopsikologi serta hubungan
biopsikologi dengan perkembangan ilmu perilaku manusia.

Capaian Pembelajaran Pertemuan (Sub-CPMK)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan ruang lingkup biopsikologi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah biopsikologi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan metode penelitian dalam biopsikologi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan biopsikologi dengan ilmu perilaku manusia

A. DEFINISI BIOPSIKOLOGI
Mempelajari dasar-dasar fisiologis mengenai perilaku, kesadaran dan proses-proses
mental: persepsi, berpikir, memori, perhatian dan belajar
Contoh: perempuan hamil berperilaku berbeda apabila dibandingkan sebelum hamil

B. RUANG LINGKUP BIOPSIKOLOGI


1. Physiological Explanation: Perilaku yang berkaitan dengan aktivitas otak atau organ.
Contoh: perbedaan fisik antara pria dan wanita, karena hormon yang dikeluarkan
juga berbeda.
2. Ontogenic explanation: menjelaskan mengenai perkembangan struktur atau perilaku.
Berkaitan dengan ini dapat diartikan dengan melihat pengaruh gen, nutrisi,
pengalaman dan interaksi pada masing-masing aspek untuk memunculkan suatu
perilaku. Contoh; berbicara.
3. Evolutionary explanation: menjelaskan mengenai perilaku yang muncul karena
merupakan bagian dari proses evolusi.
Contoh; ketika ketakutan bulu di tengkuk cenderung berdiri.

3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

4. Functional Explanation;menjelaskan mengapa suatu struktur atau perilaku tertentu


muncul pada waktu, daerah atau kondisi tertentu.
Contoh: dalam dunia hewan kita mengenal adanya musim kawin.

C. SEJARAH SINGKAT BIOPSIKOLOGI


Kemajuan-kemajuan di bidang fisiologis, meliputi riset-riset di bidang aktivitas syaraf,
sensasi, dan otak yang memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang sebelumnya dianggap
fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.
Tokoh-tokoh penting :
1. Charles Bell-Francoise Magendie : fakta bahwa syaraf sensoris dan motorik
beroperasi secara terpisah dan searah. Mengikis anggapan bahwa syaraf manusia
mencover keduanya, mengkomunikasikan informasi motorik kepada urat syaraf
melalui ‘getaran’ yang diperoleh dari informasi sensoris.
2. Johannes Mueller : lebih menekankan pada proses transmisi syaraf. Doctrine of
Specific Nerve Energies : transmisi syaraf adalah proses yang menjembatani antara
sensed object dengan mind, maka awareness manusia, bukan semata-mata
disebabkan oleh objek tertentu, juga bukan karena jiwa, tetapi diperantarai oleh
proses transmisi syaraf. Pandangan ini melengkapi penjelasan tentang peran mind
dan consciousness (cogito ergo sum) dan menjadi dasar bagi penelitian mengenai
lokasi spesifik dari fungsi tertentu di otak.
3. Marshall Hall : refleks dikomandoi oleh syaraf tulang belakang (spinal cord) dan
bukan syaraf batang otak. Mendiferensiasikan gerakan tubuh ke dalam 4 kelompok :
voluntary movement, respiratory movement, involuntary movement, dan refleks.
Pandangannya ini memicu diskusi mengenai kesadaran yang sangat relevan bagi
perkembangan psikologi.
4. Paul Broca (1824 – 1880), menemukan pusat Broca yang mengendalikan aktivitas
bicara. Ia merupakan tokoh penting dalam studi fisiologis otak. Studi ini berkembang
dari phrenology (Gall & Spurzheim), satu-satunya pendekatan yang waktu itu
berfokus pada otak . Fokus utama dari eksplorasi fisiologis otak adalah untuk

4
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

menemukan lokasi fisiologis dari bagian-bagian mental, bagian tertentu dari otak
yang merupakan central dari aktivitas mental manusia.
5. Pierre Flourens (1794-1867), mencoba pendekatan dengan bukti non-pathological
(melengkapi Broca), menemukan pusat-pusat penting dari otak yaitu :
- Cerebral hemisphere : willing, judging, memory, seeing, and hearing
- Cerebellum : motor coordination
- Medulla oblongata: mediation of sensory and motor function
- Corpora quadrigemina : vision
- Spinal cord : conduction
- Nerves : excitation
Para ahli yang bersibuk diri dengan studi fisiologis dari sensasi, berusaha menguraikan
anatomi dari reseptor indrawi dan menganalisis pengalaman psikologis yang dihasilkan
berdasarkan proses fisiologisnya. Tokoh : Thomas Young (1773-1829) : trichromatic theory,
Jan Purkinje (1787-1869) : hubungan sistematis antara struktur mata dan syaraf ke otak untuk
menjelaskan perceptual error.

Psikofisiologis
Psychophysics, adalah bagian dari disiplin ilmu fisiologi yang memfokuskan pada
subjective experience dalam mempelajari hubungan antara stimulus fisik dan sensasinya.
Sensasi yang dirasakan oleh pancaindera manusia dipandang sebagai refleksi hubungan
soul-body dan tidak semata-mata dijelaskan dari sudut anatomi atau fisik saja. Psychophysics
merupakan tahap transisi yang krusial antara bidang fisiologis dengan awal pemunculan
psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu. Oleh karena itu para tokoh psychophysics dapat
dianggap sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting :
1. Gustav Theodor Fechner : hubungan antara sensasi dan persepsi, menganggap
psikofisik sebagai sebuah ilmu eksak untuk menjelaskan hubungan antara body and
mind. Ia tidak setuju dengan materialism, yaitu bahwa mind harus selalu diwujudkan
dalam bentuk nyata baru bisa diteliti, sebaliknya ia berpegang pada tradisi pemikiran
Jerman dimana mind diangagp sebagai sesuatu yang aktif dan memiliki struktur

5
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

secara mandiri. Ia mengajukan ilmu empiris tentang mind dimana meningkatnya


bodily and sensory stimulations dianggap sebagai indikator atau measurement untuk
intensitas pengalaman mental.
Konsep utama : ambang atau threshold. (absolute threshold, just noticeable
threshold).
2. Hermann von Helmholtz (1821-1894)
Seorang pelopor psikologi eksperimen, banyak menggunakan waktu reaksi dalam
penelitiannya, merupakan sesuatu yang masih banyak digunakan dalam psikologi
eksperimen sampai sekarang.
Konsepnya : unconscious inference : penyimpulan hasil persepsi manusia diperoleh
berdasarkan proses yang berulang sehingga akhirnya menjadi sesuatu yang tidak
disadari ,‘irresisitible’, sekali terbentuk sulit secara sadar untuk dimodifikasi, dan
digeneralisasi kepada stimulus yang mirip di lingkungan. Konsep penting lain :
unbewusster schluss
3. Para tokoh psychophysics menunjukkan area studi yang tidak dengan mudah
diakomodasi dalam ilmu fisika, fisiologis, atau filosofi. Area studi inilah yang
berkembang menjadi obyek studi psikologi.

D. HUBUNGAN BIOPSIKOLOGI DENGAN ILMU PERILAKU


1. Biopsikologi meyakini bahwa semua peristiwa psikologis berkaitan dengan aktifitas
otak dan system saraf.
2. Pendekatan biologis untuk mempelajari manusia dan spesies lainnya berupaya
mengaitkan perilaku yang terlihat dalam peristiwa listrik dan kimiawi yang terjadi di
dalam tubuh, terutama di dalam otak dan sistem saraf.
3. Perspektif biologis juga menghasilkan perkembangan dalam penelitian belajar dan
memori.
4. Para ahli neurobiologi telah mengajukan laporan proses belajar sel demi sel dengan
pembiasan. Contoh tikus yang dikondisikan untuk takut terhadap suatu bunyi.

6
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

E. METODE PENELITIAN
1. Psikofisika
Psikofisika merupakan studi ilmiah tentang hubungan stimuli dengan sensasi
dan persepsi yang ditimbulkan oleh stimuli tersebut. Psikofisika mengasumsikan
adanya hubungan fungsional antara kondisi psikologis dengan stimulus fisik.
Sebagai contoh dalam penelitian Weber mengenai kemampuan manusia
mengenali berat. Dalam percobaannya, Weber ingin mengetahui berapakah berat
yang dapat ditambahkan ke dalam beban sebelum orang tersebut menyadari
adanya perbedaan berat. Kontribusi yang diberikan Weber adalah bahwa
pendeteksian terhadap berat mengikuti prinsip-prinsip matematika sehingga kita
dapat memperkirakan JND (just noticeable difference) dengan menggunakan
rumus matematika.
2. Studi sel tunggal
Hubel & Wiesel (dalam Solso, 2008) melakukan eksperimen sel tunggal
dengan memetakan korteks visual pada kucing. Kelemahan dari studi ini adalah
sifatnya yang invasif (melibatkan tindakan melukai subjek penelitian) karena peneliti
harus membuka tempurung kepala subjek sehingga jarang dilakukan langsung
pada manusia. Para peneliti menyatakan bahwa sel-sel berkomunikasi melalui
impuls-impuls listrik sehingga sebuah alat pengukur mikroskopis dapat memasuki
sebuah sel tanpa merusaknya. Dengan begitu, kita dapat mengevaluasi
pengalaman perseptual dalam tataran sel. Asumsi dari studi ini adalah apabila sel
merespon sebuah stimulus visual maka terdapat hubungan antara stimulus tersebut
dengan sel tertentu.

3. Studi waktu-reaksi
Studi ini digunakan untuk meneliti proses-proses kognitif. Pada dasarnya
studi waktu-reaksi digunakan untuk mengukur waktu yang diperlukan partisipan
untuk menyelesaikan sebuah tugas sederhana seperti merespon sebuah sinar putih
dan membandingkan waktu reaksi tersebut dengan waktu yang diperlukan
partisipan untuk merespon sebuah sinar lain (sinar kuning). Studi-studi waktu-reaksi

7
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

bergantung pada asumsi bahwa aktivitas kognitif membutuhkan waktu dan semua
tahapan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum tahapan lain dapat
dilaksanakan.

4. Studi lateralisasi
Para peneliti menemukan bahwa kedua bagian otak mempengaruhi fungsi
kognitif yang berbeda. Contohnya adalah area Broca yang mengendalikan fungsi
berbicara dan area Wernicke yang mengendalikan fungsi pemahaman bahasa.
Kedua area ini terletak (terlateralisasi) di sisi kiri otak. Para peneliti mulai menyelidiki
fungsi-fungsi khusus otak kiri dan otak kanan. Asumsi yang mendasari studi ini
adalah bahwa seandainya sebuah objek diperuntukkan bagi otak kiri, akhirnya akan
diproses oleh otak kanan, akibatnya waktu pemprosesan akan lebih lama, daripada
bila objek itu sejak semula memang diperuntukkan bagi otak kanan.

Rangkuman
Biopsikologi adalah Ilmu yang mempelajari dasar-dasar fisiologis mengenai perilaku,
kesadaran dan proses-proses mental: persepsi, berpikir, memori, perhatian dan belajar

Pertanyaan/Diskusi
1. Apakah definisi Biopsikologi?
2. Jelaskan ruang lingkup Biopsikologi?
3. Bagaimana hubungan antara biopsikologi dengan ilmu perilaku? Jelaskan disertai
ilustrasi contoh!

8
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAB II

SISTEM SARAF

Deskripsi Singkat
Bab ini membahas tentang komponen dan fungsi sistem saraf, anatomi neuron, fungsi
neuron dan glia, serta proses penghantaran impuls.

Capaian Pembelajaran Pertemuan (Sub-CPMK)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan komponen sistem saraf
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi sistem saraf (pusat dan tepi)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi neuron dan neuroglia
4. Mahasiswa mampu menjelaskan proses transmisi sinaptik
5. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis dan fungsi neurotransmitter

Sistem saraf adalah salah satu sistem tubuh yang berperan penting dalam mengatur
sebagian besar aktivitas sistem tubuh yang lain. Hal ini karena pengaturan yang dilakukan
sistem saraf tersebut, akan menjalin komunikasi di antara berbagai sistem tubuh sehingga
tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Sebelum kita mempelajari dan mengungkap
fungsi kompleks sistem saraf dalam memori, emosi, proses berpikir, perilaku dan lain-lain,
sangat penting untuk mengenali terlebih dahulu unit terkecil dari sistem saraf yaitu sel saraf
(neuron) karena berhubungan dengan bekerjanya otak.

A. KOMPONEN SISTEM SARAF


Jaringan saraf yang dimiliki manusia bertugas menerima rangsang/ stimulus dari dalam
dan dari luar tubuh, kemudian mengolah informasi agar menghasilkan respon yang sesuai.
Jaringan saraf pada manusia tersusun dari :
1. Sel saraf (neuron) berfungsi menghantarkan impuls saraf dengan kecepatan tinggi.
2. Sel glia (neuroglia) berfungsi sebagai pelindung, pendukung, pemberi makan sel
saraf.

9
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

B. NEURON
1. Anatomi Neuron
a. Soma sel (badan sel)
Soma sel atau badan sel di dalamnya terdapat inti sel (nucleus) dan nucleolus.
b. Dendrit (lanjutan badan sel yang pendek) → ada beberapan jumlahnya.
Dendrit (dari bahasa Yunani dendron, yang berarti “pohon”). Dendrit dan badan
sel menerima impuls saraf dari neuron di dekatnya. Pesan tersebut
ditransmisikan ke neuron yang lain (atau ke otot dan kelenjar) oleh tonjolan lain
yang ramping seperti tabung yang dinamakan akson.
c. Akson lanjutan atau tonjolan pada badan sel yang panjang → jumlah hanya 1 =
akson
Akson adalah cabang yang berfungsi menyampaikan impuls saraf dari badan
sel ke saraf lain atau bagian tubuh lain. Akson dilapisi selubung yang dikenal
dengan selaput myelin yang melindungi akson. Pada ujungnya, akson
bercabang-cabang menjadi sejumlah kolateral yang berakhir dalam suatu
tonjolan kecil yang dinamakan terminal sinaptik.
d. Sinapsis
Merupakan titik kontak antara neuron dengan neuron lain. Macam sinaps :
▪ Aksosomatik : Akson menempel pada soma sel berikutnya.
▪ Aksodentritik : Akson yang kontak dengan dendrit neuron berikutnya.
▪ Aksoaksonik : Akson kontak dengan akson sel berikutnya.
▪ Dendrodendritik : Suatu dendrit kontak dengan dendrit berikutnya.
Terminal sinaptik sesungguhnya tidak menempel pada neuron yang akan distimulasinya.
Namun, terdapat celah kecil di antara terminal sinaptik dan badan sel atau dendrit neuron
penerima. Persambungan ini dinamakan sinaps dan celah itu sendiri dinamakan celah
sinaptik. Jika suatu impuls saraf berjalan menuruni akson dan sampai di terminal sinaptik, ia
memicu sekresi suatu zat kimia yang dinamakan neurotransmitter.
Neurotransmiter berdifusi menyeberangi celah sinaptik dan menstimulasi neuron
selanjutnya. Dengan demikian, fungsi neurotransmitter adalah membawa impuls dari satu

10
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

neuron ke neuron selanjutnya. Akson dari sejumlah besar neuron (mungkin sebanyak 1.000)
mungkin bersinaps pada dendrit dan badan sel satu neuron.
Walaupun semua neuron memiliki ciri-ciri umum tersebut, mereka sangat bervariasi
dalam ukuran dan bentuk. Sebuah neuron di medula spinalis/spinal cord mungkin memiliki
akson dengan panjang tiga sampai empat kaki, yang berjalan dari tulang belakang ke ibu jari
kaki; suatu neuron di otak mungkin hanya seperkian ribu inci.
2. Jenis Neuron
a. Menurut ukuran soma selnya :
▪ Neuron kecil
▪ Neuron sedang
▪ Neuron besar
b. Menurut fungsinya
▪ Neuron aferen / neuron sensorik : mengirim sinyal-sinyal atau rangsang yang
diterima oleh reseptor ke sistem saraf pusat. Reseptor adalah sel khusus di
organ indera, kulit, sendi yang mendeteksi perubahan fisik atau kimiawi dan
mentranslasikan peristiwa itu menjadi impuls yang berjalan sepanjang neuron
sensorik.
▪ Neuron eferen / neuron motorik : membawa sinyal yang keluar dari otak atau
medula spinal ke organ efektor yaitu otot dan kelenjar.
▪ Interneuron menerima sinyal dari neuron sensorik dan mengirimkan impuls
ke interneuron lain atau neuron motorik. Interneuron ditemukan hanya di otak,
mata dan spinal cord.
▪ Saraf atau nervous adalah kumpulan akson yang keluar dari ratusan atau
ribuan-ribuan neuron. Satu saraf mungkin berisi dari neuron sensorik dan
neuron motorik.
c. Menurut jumlah cabang atau banyaknya lanjutan
▪ Neuron Unipolar
Neuron unipolar hanya memiliki 1 cabang pada badan sel syaraf, yang
kemudian terbelah menjadi 2 membentuk huruf T menjadi dendrit dan akson
(neurit). Cabang yang berfungsi sebagai dendrit mengarah ke bagian perifer

11
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

membentuk saraf sensoris (saraf aferen). Percabangan ini berfungsi


menghantarkan impuls dari saraf perifer ke arah soma sel.
▪ Neuron Bipolar
Neuron bipolar memiliki 1 dendrit dan 1 akson pada masing-masing sisi yang
berlawanan.
▪ Neuron Multipolar
Neuron multipolar adalah jenis sel syaraf yang paling umum. Neuron ini
mempunyai dendrit yang beragam dengan 1 akson panjang, sehingga soma
selnya berbentuk poligonal.
3. Sifat Pengaruh Neuron (efek)
▪ Memacu (eksitasi)
▪ Menghambat (inhibisi)

C. NEUROGLIA
Selain neuron, sistem saraf memiliki pula sejumlah besar sel non neural, yang dinamakan
sel glia (neuroglia) yang tersebar diantara dan sekeliling neuron. Nama itu berasal dari bahasa
Yunani (yang berarti lem), karena salah satu fungsi utamanya adalah mempertahankan
neuron di tempatnya. Sel glia tidak dikhususkan untuk menerima atau mengirimkan sinyal.
Namun, memberikan dukungan struktural atau metabolik, dan berperan dalam cara lain untuk
memastikan bahwa neuron dapat melakukan fungsinya. Jumlah neuron dan sel glia sangat
banyak mencapai angka trilyunan neuron, hal ini mungkin sekali karena untuk mendukung
kerumitan perilaku manusia.
1. Fungsi Neuroglia / Sel Glia
a. Perbekalan : memberi energi pada sel saraf yang membutuhkan, karena sel
saraf tidak memenuhi kebutuhan energinya sendiri.
b. Isolator : memberi batas antara sel saraf satu dengan yang lain.
c. Pelindung : melindungi sel saaraf dari kerusakan dan keracunan.
d. Pembersih : membersihkan sel saraf dari sel-sel yang mati (baik mati karena aus
atau tua, maupun mati karena kerusakan atau luka). Sel glia akan membersihkan
sel yang telah mati kemampuan phagocyte (memakan sel-sel yang mati).

12
https://drive.google.com/drive/folders/1L0Gq9Tx2tZV4rJwDgsNWg21CeABFkXoo?usp=drive_link

e. Benteng darah-otak/ sawar darah otak / blood brain barrier : apabila darah
terinfeksi, sel glia akan melindungi sel saraf dari darah agar penyakit tersebut
tidak sampai otak.
f. Pengarah pertumbuhan akson baru, terutama pada sistem saraf tepi.
2. Jenis Neuroglia
a. Astrocyte
▪ Bentuk seperti bintang
▪ Membungkus terminal prasinaptik
▪ Fungsi :
- membantu menyinkronkan aktivitas akson agar dapat mentransmisikan
informasi
- Membuang sisa-sisa kotoran (sel mati, mengontrol volume darah yang
mengalir di setiap area otak
- Membawa nutrisi / makanan melalui pembuluh darah
- Menyerap glutamat yang diproduksi lebih oleh neuron→ mengkonversi
menjadi glutamin → disebarkan kembali ke neuron
b. Microglia
▪ Sel glia yang sangat kecil
▪ Fungsi :
- Membuang sisa-sisa kotoran (virus, jamur dan mikroorganisme lain)
- Bagian dari sistem imun
c. Oligodendrocyte
▪ Terdapat di central nervous system
▪ Memproduksi selubung mielin yang melindungi akson tertentu
d. Sel Schwann
▪ Terdapat di Peripheral Nervous System
▪ Memproduksi selubung mielin yang melindungi akson tertentu

e. Radial Glia

13
https://drive.google.com/drive/folders/1L0Gq9Tx2tZV4rJwDgsNWg21CeABFkXoo?usp=drive_link

▪ Membantu migrasi neuron (akson dan dendrit) selama perkembangan


embrio.
▪ Perkembangan embrio selesai → berdiferensiasi ke neuron atau astrosit
dan oligodendrosit
3. Blood-Brain Barrier
Mengapa kita membutuhkan Blood-Brain Barrier?
▪ Benteng / sawar digunakan untuk menjaga otak dari serangan virus, bakteri dan
zat-zat kimia berbahaya. Mekanisme yang terjadi dalam otak ketika diserang
adalah sebagai berikut :
Virus → invasi ke sel →mekanisme di dalam sel mengusir partikel virus →
membran → sistem imun mendeteksi → membunuh virus & sel yang terkena
virus
▪ Sel kulit dan sel darah dapat regenerasi dg mudah
▪ Exception : neuron yang rusak/ terinfeksi di otak tidak bisa melakukan regenerasi
▪ BBB sebagai mekanisme pertahanan sepanjang dinding pembuluh darah

D. KOMUNIKASI NEURAL

1. Impuls Syaraf
Neuron adalah sel pembentuk dan penghantar informasi dari 1 bagian organ ke organ lain
melalui impuls saraf. Impuls saraf adalah sebuah perubahan elektrokimiawi di dalam dan
di luar selaput plasma. Agar dapat memahami mekanisme penghantaran impuls syaraf
perlu kiranya memahami sifat-sifat membran sel. Membran sel terdiri atas 3 lapisan, yaitu
:
− Lapisan pertama → Bersifat hidrolik (menyerap cairan).
− Lapisan kedua → Bersifat tidak menyerap cairan.
− Lapisan ketiga → Bersifat menyerap cairan
Kondisi membran yang permeable demikian ini memungkinkan terjadinya perpindahan
molekul-molekul, baik dari luar menuju ke dalam, atau sebaliknya dari dalam menuju ke
luar membran.

14
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

2. Potensial Aksi
Informasi bergerak sepanjang neuron dalam bentuk impuls elektrokimiawi yang
berjalan dari dendrit ke ujung akson. Kemampuan untuk menghasilkan impuls (potensial
aksi) adalah unik untuk neuron dan disebabkan oleh karena banyaknya saluran ion dan
pompa ion yang berada di membran sel.
Saluran ion adalah molekul protein berbentuk donat yang membentuk pori-pori
melintasi membran. Struktur protein tersebut mengatur jalannya ion bermuatan listrik,
seperti natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca+ +), atau Klorida (Cl -) dengan membuka
dan menutup pori tersebut. Tiap saluran ion bersifat selektif, biasanya hanya satu jenis ion
yang berjalan melaluinya saat saluran terbuka.
Struktur protein lain, yang dinamakan pompa ion membantu mempertahankan
distribusi berbagai ion yang tidak merata melintasi membran dengan memompakan masuk
atau keluar sel. Dengan cara ini neuron dalam keadaan istirahat mempertahankan
konsentrasi Na+ yang tinggi di luar sel dan konsentrasi Na+ yang rendah di dalam sel. Efek
keseluruhan saluran pompa ion ini adalah membuat membran sel sangat terpolarisasi,
dengan muatan positif di luar dan muatan negatif di dalam sel.
Potensial aksi timbul dalam 2 stadium terpisah yang dinamakan depolarisasi membran
dan repolalarisasi membran. Dalam keadaan istirahat ruang intraseluler neuron bermuatan
negatif, tetapi selama potensial aksi neuron bermuatan positif. Jika neuron yang istirahat
distimulasi, perbedaan tegangan melintasi membran sel menjadi berkurang. Jika
perbedaan tegangan telah turun cukup besar, saluran Na+ terbuka sebentar pada titik
stimulasi dan ion Na+ mengalir masuk ke dalam sel. Bila permeabilitas membran bagi ion
Na meningkat mendadak, banyak ion Na yang terdapat dalam konsentrasi yang tinggi di
luar menyerbu ke dalam (yang membawa cukup banyak muatan + ke dalam, untuk
menyebabkan hilangnya sama sekali potensial negatif istirahat yang normal, dan biasanya
benar-benar cukup muatan untuk membentuk keadaan positif di dalam serabut tersebut.
Kehilangan secara mendadak potensial negatif normal dalam serabut ini disebut
depolarisasi.
Sekarang bagian dalam daerah membran sel itu menjadi relatif positif dari bagian
luarnya. Saluran Na+ di dekatnya merasakan penurunan tegangan dan selanjutnya

15
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

membuka sehingga menyebabkan daerah di dekatnya itu mengalami depolarisasi pula.


Proses depolarisasi yang meluas sendiri (self-propagating) ini menghasilkan impuls saraf.
Satu impuls berjalan menuruni neuron, saluran Na+ di belakangnya menutup dan berbagai
pompa ion teraktivasi untuk secara cepat memulihkan membran sel kepada keadaan
istirahatnya.
Kecepatan potensial aksi berjalan dari dendrit ke ujung akson bervariasi dan sekilar 2
sampai 200 mil perjam, tergantung diameter akson; akson yang lebih besar memiliki
kecepatan yang lebih besar. Kecepatan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya myelin
(jaringan lemak tipis) akson neuron.
Selubung myelin terdiri dari sejumlah segmen pendek yang dipisahkan oleh celah
kecil. Fungsi insulasi selubung myelin memungkinkan impuls syaraf meloncat dari celah ke
celah, sehingga semakin meningkatkan kecepatan transmisi. Selubung myelin merupakan
karakteristik hewan tingkat tinggi. Sklerosis multiple, suatu penyakit yang ditandai dengan
disfungsi saraf motorik dan sensorik yang parah yang disebabkan oleh degenerasi
selubung myelin.

3. Transmisi Sinaptik
Persambungan sinaptik antar neuron memiliki peran yang sangat penting, karena di
tempat inilah terjadi transfer sinyal sel saraf. Neuron tunggal akan terpicu jika stimulasi
yang mencapainya melalui sinaps melebihi ambang tertentu. Neuron memicu denyut
tunggal singkat dan kemudian inaktif selama sepersekian ribu detik. Kekuatan impuls
neuron adalah konstan dan tidak dapat dipicu oleh suatu stimulus kecuali mencapai nilai
ambang (pinsip all or none). Impuls syaraf jika telah dimulai, berjalan menuruni akson ke
banyak terminal akson.
Seperti dijelaskan sebelumnya, neuron tidak berhubungan langsung di sinaps, tapi
terdapat celah yang harus diseberangi oleh sinyal yang ditransmisikan. Walaupun di
beberapa daerah sistem syaraf aktivitas listrik pada satu neuron dapat menstimulasi neuron
lain secara langsung. Neurotransmiter bertanggung jawab untuk transmisi sinyal disebagian
besar kasus. Jika impuls syaraf berjalan sepanjang akson dan sampai di terminalsinaptik, ia
menstimulasi vesikel sinaptik di terminal tersebut. Vesikel adalah struktur kecil

16
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

berbentuk sferis atau iregular yang mengandung molekul neuro transmiter, yang jika
distimulasi mereka melepaskan neurotransmiter.
Molekul neurotransmiter berdifusi menyeberangi celah sinaptik dan berkaitan dengan
molekul neuroreseptor di membran sel neuron penerima. Molekul neurotransmiter dan
molekul neuroreseptor memiliki bentuk yang bersesuaian bagaikan anak kunci dan kunci.
Aksi anak kunci dan kunci kedua molekul tersebut menyebabkan perubahan permeabilitas
neuron penerima. Jika terkunci pada reseptornya, sebagian neurotransmiter memiliki efek
eksitatorik dan meningkatkan permeabilitas ke arah depolarisasi. Neurotransmiter lain
adalah inhibitorik dan menurunkan permeabilitas.
Neuron tertentu dapat menerima ribuan sinaps dari network neuron lain. Sebagian dari
neuron tersebut melepaskan neurotransmiter yang bersifat eksitatorik, dan neuron lain
melepaskan neurotransmiter inhibitorik. Tergantung pola pemicunya, akson yang berbeda
akan melepaskan substansi neurotransmiter pada waktu yang berbeda. Jika pada waktu
tertentu dan pada tempat tertentu di membran sel, efek eksitatorik pada neuron penerima
menjadi lebih besar relatif dari efek inhibitoriknya maka terjadilah depolarisasi dan neuron
memicu suatu impuls all-or none.
Jika substansi neurotransmiter dilepaskan dan berdifusi melintasi celah sinaptik,
aksinya harus sangat singkat. Jika tidak, ia akan menimbulkan efek yang terlalu lama, dan
kendali presisi akan hilang. Singkatnya aksi ini dicapai dengan salah satu dari 2 cara berikut
:
− Reuptake (pengambilan kembali) yaitu proses di mana neurotransmiter di reabsorpsi
oleh terminal sinaptik tempat dilepaskannya. Pengambilan kembali ini menghentikan
aksi neurotransmiter dan menghemat akson terminal dari keharusan membuat lebih
banyak substansi. Efek neurotransmiter lain diakhiri dengan proses
− Degradasi, yaitu proses dimana enzim di membran neuron penerima bereaksi dengan
neurotransmiter untuk memecahkannya secara kimiawi dan menjadikannya tidak aktif.

17
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAB III

NEUROTRANSMITTER

Deskripsi Singkat

Bab ini membahas tentang definisi, jenis-jenis neurotransmitter,dan gangguan


neurotransmitter

Capaian Pembelajaran Pertemuan (Sub-CPMK)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan komponen dan fungsi system saraf
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi neuron dan neuroglia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan transmisi sinaptik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang neurotransmitter

A. DEFINISI
Neurotransmiter = bahan atau zat kimia yang berfungsi dalam menghantarkan impuls
syaraf dari satu neuron ke neuron berikutnya. Neurotransmiter → suatu bahan yang disintesis
oleh neuron & berperan dalam mengubah permeabilitas membran neuron.
Ada neurotransmiter yang bersifat eksitatorik pada tempat tertentu di sistem saraf dan
bersifat inhihibitorik pada tempat lain karena perbedaaan tipe molekul reseptor yang terlibat.
Jadi fungsi yang menyebabkan eksitasi dan inhibisi di sel neuron dilakukan zat kimia yang
disebut neurotransmiter.
Bila ada impuls yang sampai di terminal sel neuron maka konduksi tidak lagi bersifat listrik
melainkan berubah menjadi kimiawi. Di tempat inilah neurotransmiter berada.Neurotransmiter
ini akan dirilis dan berinteraksi dengan reseptor pada ujung neuron lain. Pelepasan
neurotransmiter terjadi melalui celah synaptik. Pelepasan dan interaksi antara
neurotransmiter akan menimbulkan proses biologi pada neuron lain.
Adanya neurotransmiter reseptor pascasinaptik menyebabkan polarisasi neuron menurun,
sehingga neuron bereksitasi. Sebaliknya, bila neurotransmiter yang berinteraksi
menyebabkan hiperpolarisasi maka akan terjadi penurunan atau penghentian konduksi
gelombang listrik (inhibisi). Terjadinya eksitasi atau inhibisi pada suatu neuron tidak
bergantung pada neurotransmiternya tapi pada reseptor pasca sinaptik. Jadi apakah
neurotransmiter akan menyebabkan eksitasi atau inhibisi tidak hanya ditentukan oleh sifat
transmiter tapi juga sifat reseptor di dalam membran pascasinaptik. Reseptor mempunyai
spesifitas sangat tinggi sehingga misalnya neuron dopaminergik dapat diaktifkan oleh
dopamin tapi tidak boleh noradrenalin, meskipun mempunuyai bangun yang mirip.
Ikatan antara neurotransmiter dan makro molekul reseptor akan mengubah konfigurasi
protein makro molekul tersebut. Perubahan konfigurasi ini menyebabkan berubahnya
permeabilitas membran (terowongan ion) untuk natrium, kalium, klorida, dan ion lainnya.

18
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Neurotransmiter yang bekerja di perifer mudah diidentifikasi, tapi tidak dengan

19
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

neurotransmiter yang bekerja di sentral (otak), karena mekanisme yang terjadi lebih
kompleks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa neurotransmiter berjumlah puluhan. Ada sekitar
30an jenis transmiter yang sudah diketahui. Berikut ini beberapa neurotransmiter yang
penting.

Acetylcholine
Monoamin :
− Epineprin
− Norepineprin → catecholamine
− Dopamine
− Serotonin → indolamine
Amino Acid :
− Glutamat
− Gamma aminobutyric acid (GABA)
− Glycine
Beberapa peptide (enkephalin)
Lipid
Nukleoside
Di antara neurotransmiter yang sudah ditemukan, sekitar 5 neurotransmiter yang dikenal
luas seperti asetil-kolin (AK), dopamin (DA), noradrenalin (NA), adrenalin (A), Serotonin (5HT).

1. Susunan Kimia dan Proses Sintesa Neurotransmitter


Atas dasar susunan kimia dan proses sintesanya, suatu neurotransmitter dapat
digolongkan sebagai berikut :
(1) Achetylcholine (Ach),
(2) Monoamin.

1. Achetylcholine (Ach)
Achetylcholine tersusun atas :
(a) Achetyl Co-A atau Achetyl Co-enzym A,
(b) Choline.
Achetyl Co-A + Choline Ach + Co A
Penambahan enzym
Choline achetyl transferase

Achetylcholine dapat digagalkan atau dirusak enzym yang lain, yaitu seperti Enzym
AchE (Enzym Achetylcholine Esterase). Neuron-neuron yang menggunakan

20
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

achetylcholine sebagai neurotransmiter disebut → Neuron Achetylcholinergik, Ach


dapat bersifat eksitatoris ataupun inhibitoris.
Achetylcholine (Ach) adalah neurotransmiter pada banyak sinaps di seluruh tubuh.
Pada umumnya di adalah transmiter eksitatorik, tetapi dapat juga bersifat inhibitorik
tergantung dari jenis molekul reseptor di membran neuron penerima.

2. Monoamin
Menurut jenisnya, dikelompokkan atas : (1) Kelompok Kathekolamin, dan (2)
Kelompok Indolamin, yaitu serotonin.
Kelompok Kathekolamin dapat dibedakan atas :
a. Dopamin
b. Epinephrin / Nor-epinephrin
a. Dopamin dan Nor-epinephrin
*tersusun atas tyrosine (asam amino).

Tyrosine

Penambahan enzym + OH

L Doppa

Penambahan enzym + Pengurangan COOH

Dopamin

Penambahan enzym + OH

Nor-epinephrin

Dopamin maupun nor – epinephrin keduanya juga dapat dirusak oleh MAQ
(Monoamin Oksidase). Dopamin maupun nor – epinephrin sebagai neurotransmitter
keduanya dapat bersifat eksitatoris ataupun inhibitoris tergantung pada bagian syaraf
mana yang dilaluinya. Neuron-neuron yang menggunakan dopamin sebagai
neurotransmitternya disebut sebagai neuron dopaminergik. Sedangankan neuron-
neuron yang menggunakan nor – epinephri sebagai neurotransmitternya disebut
dengan neuron nor – adrenergik.
Dopamin sebagai neurotransmitter akan banyak ditemui di dalam otak. Peran dari
dopamin itu sendiri adalah mengendalikan fungsi gerakan, konsentrasi dan proses
kecanduan, dimana kecanduan di sini bisa diartikan sebagai keinginan untuk
mengulangi hal-hal yang menyenangkan dan keinginan untuk meninggalkan hal-hal
yang menyakitkan.

21
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Kerusakan pada neuron dopaminergik dapat menyebabkan :


(1) Parkinson Disease
• Gangguan ata u kelainan ini terjadi karena tubuh kekurangan dopamin
• Tanda-tanda yang umumnya muncul pada gangguan ini antara lain :
− Tremor
− Susah untuk memulai dan menghentikan gerakan
− Reaksi yang sangat lambat terhadap stimulus yang datang secara tiba-tiba
atau bahkan tidak memberikan reaksi sama sekali.
• Penanganan yang dapat dilakukan terhadap gangguan ini adalah diberikannya
injeksi L Doppa, karena dengan tersedianya L Doppa dalam tubuh diharapkan
akan terbentuk dopamin dalam syaraf.
(2) Schizophrenia
• Schizophrenia, gangguan atau kelainan ini terjadi karena tubuh kelebihan
dopamin.
• Selain berkaitan dengan fungsi kognisi, kelainan ini juga berkaitan denga
terhambatnya atau terganggunya fungsi kerja neuron dopaminergik.
Norepinephrine (NE) adalah suatu neurotransmiter yang dihasilkan utama oleh
neuron di batang otak. Dua obat yang terkenal, cocaine dan amphetamine,
memperpanjang kerja NE dengan memperlambat proses ambilan kembalinya. Karena
keterlambatan dalam proses ambilan kembali itu, neuron penerima menjadi teraktivasi
untuk periode waktu yang lebih panjang, jadi menyebabkan stimulasi efek psikologis
obat tertentu. Sebaliknya, lithium adalah obat yang mempercepat pengambilan
kembali NE, yang menyebabkan tingkat mood seseorang terdepresi. Semua obat yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan NE di otak berkolerasi dengan
peningkatan atau penurunan tingkat mood seseorang.

Hipotesis amin biogenik untuk gangguan mood didasarkan pada pengamatan bahwa
obat trisiklik dan MAOls efektif dalam menghilangkan gejala depresi. Peran relatif
serotonin dan norepineprin dalam patologi depresi masih belum jelas.

b. Serotonin
Serotonin terbentuk atas tryptophan. Pembentukan serotonin dimulai dari
tersedianya tryptophan dalam tubuh. Selanjutnya dengan adanya penambahan enzym
dan hidroksi (OH) akan terbentuk S-Hydroxytryptophan (S-HTP), apabila S-HTP ini
ditambahkan enzym dan pengurangan karboksil (COOH), maka akan terbentuk S-
Hidroxytrypthamin (S_HT) atau biasa serotonin, proses sintesanya dapat digambarkan
Tryptophan

Penambahan enzym + OH

22
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

S-HTP

Penambahan enzym + Pengurangan COOH

S-HT / SEROTONIN

Sebagaimana dopamin dan nor-epineprin, serotonin juga dapat dirusak oleh MAO
(monoamin Oksidase).

Neuron-neuron yang menggunakan serotonin sebagai neurotransmitternyadisebut


neuron seretoninergik. Seretonin memegang peran pada saat orang sedang tidur,
dimana serotonin dapat merangsang orang yang sedang tidur menjadi bermimpi.

Hubungan utama serotonin dan kondisi psikopatologis adalah dengan depresi,


seperti yang dinyatakan dalam hipotesis amin biogenik pada gangguan mood.
Hipotesis itu secara sederhana menyatakan bahwa depresi berhubungan dengan
serotonin yang terlalu rendah dan bahwa mania berhubungan dengan serotonin yang
terlalu banyak (Kaplan & Sadock). Salah satu jenis obat yang merangsang
diproduksinya seretonin adalah LSD (Lysegic Diethylamide).

B. GANGGUAN NEUROTRANSMITER
Neurotransmiter punya peran penting di otak sehingga bila timbul masalah dapat
menyebabkan terganggunya berbagai tingkah laku dan emosional. Salah satu
neurotransmiter yang penting di otak yaitu serotonin. Neurotransmiter ini diperkirakan sangat
berperan pada berbagai tingkah laku seperti cemas, gelisah, tingkah laku seksual, dan
beberapa pula mengontrol fungsi makan. Lewat berbagai penelitian diketahui bahwa bila
neurotransmiter serotonin di otak berkurang maka akan terjadi gangguan seperti depresi, dan
dengan sendirinya gejala depresi akan terlihat dari gangguan pada sistem kardiovaskular
seperti berdebar-debar, sesak napas, gangguan makan, gangguan tidur, serta gangguan
seksual.
Arvid Carlsson dari Swedia penerima hadiah nobel untuk bidang Fisiologi atau kedokteran
tahun 2000, berhasil temuan tentang fungsi dopamin transmiter di dalam otak dan pentingnya
dopamin bagi kemampuan manusia untuk bergerak. Penemuan ini memberikan kontribusi
pada penemuan obat-obatan modern. Obat-obat ini sangat berguna bagi penderita penyakit
parkinson, skizofrenia, depresi.
Carlsson berhasil menunjukkan bahwa di dalam otak manusia terdapat dopamin kadar
tinggi di daerah ganglia basalis, yang merupakan area penting untuk mengontrol gerakan otot.
Pada penderita parkinson, serabut sel-sel saraf otak yang memproduksi dopamin menjulur
hingga ke gangglia basalis mati. Hal ini menyebabkan gejala seperti tremor, otot kaku, dan
menurunnya kemampuan seseorang untuk bergerak.

23
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Selain memberikan sumbangan bagi pengobatan penyakit parkinson, keberhasilan


penelitian Carlsson juga memberikan sumbangan bagi pengobatan depresi. Ia berhasil
menunjukkan obat-obat antipsikotik yang banyak dipakai untuk mengobati pasien skizofrenia
mempengaruhi transmisi sinaptik dengan memblok reseptor dopamin.

24
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAB IV

SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF TEPI

Deskripsi Singkat

Bab ini membahas tentang sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan
sistem saraf tepi.

Capaian Pembelajaran Pertemuan (Sub-CPMK)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fungsi sistem saraf pusat
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fungsi sistem saraf tepi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dan keplastisan otak

A. OTAK
a. Pelindung Otak :
1. Cranium (tengkorak kepala)
2. Meningia : Pelindung struktur otak dan sumsum tulang belakang.
Meningia terdiri dari 3 lapis :
a. Dura matter (dura = keras atau kuat, matter = bahan)
Ada celah disebut spatium sub durale
b. Arachnoidea mater
Ada celah disebut spatium subarachnoidea (berisi cairan serebrospinal)
c. Pia mater (pembungkus langsung otak)
3. Liquor cerebrospinalis (cairan serebrospinal), yang berfungsi : Shock breaker atau
absorber jika ada kekerasan yang menimpa otak
4. Sistem ventrikuler

b. Perkembangan Otak
Otak terletak di dalam rongga cranium (tengkorak). Otak berkembang dari bentuk
tabung yang mulanya memperlihatkan 3 gejala pembesaran, yaitu :
- Calon otak depan (prosencephalon)
- Calon otak tengah (mesenchephalon) dan
- Calon otak belakang (rhombenchephalon)

Otak depan : Menjadi belahan otak (hemisfer), talamus, dan hipotalamus


Otak tengah : (diensefalon)
Otak belakang: Pons varolli, medula oblongata, serebellum (otak kecil).
Ketiga bagian ini membentuk batang otak.

25
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Pembagian otak secara anatomis

Major devision Ventricle Subdivision Principal Structure


Forebrain Lateral (samping) Telencephalon Cerebral cortex
Basal ganglia
Limbic sistem
Third Diencephalon Thalamus
Hypothalamus
Midbrain Cerebral aqueduct Mesencephalon Tectum
Tegmentum
Hindbrain Fourth Metencephalon Cerebellum
Pons
Myelengcephalon Medulla oblongata

1. Serebrum (Otak Besar)


Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Serebrum terdiri dari sel syaraf
(substansi kelabu = substantia grisea) dan serabut syaraf (substansi putih = substantia alba).
Bagian kanan dan kiri substantia alba dan s. grisea dihubungkan oleh commisura.

2. Hemisferium Serebri
Serebrum terbagi menjadi 2 belahan (hemispher). Kedua hemisfer otak itu dipisahkan
oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada bagian bawahnya melalui corpus colosum
(massa substansi putih yang terdiri dari serabut syaraf).
Kedua hemisfer pada dasarnya simetris, dengan pemisahan dalam diantaranya yang
berjalan dari depan ke belakang. Sehingga klasifikasi pertama adalah pemisahan menjadi
hemisfer kanan dan hemisfer kiri.

3. Cerebral Cortex
Lapisan luar substansi kelabu disebut kortex. Pada bagian korteks ini fungsi mental yang
tinggi → berfungsi mengontrol mental, pikiran, kesadaran, bicara, dll.

Korteks secara progresif menjadi semakin berkeriput dan berlekuk-lekuk, sehingga luas
permukaan aktualnya jauh lebih besar dibandingkan jika permukaannya datar.

Adanya lekukan-lekukan atau lipatan tersebut sehingga terdapat gyri gyros = melengkung
=> lipatan keluar = tonjolan ).

26
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

sulc (alur), fissurae = alur yang dalam

Sulkus-sulkus (lekukan atau alur) dan fisura-fisura (lekukan lebih dalam) membagi
hemisfer menjadi beberapa daerah atau lobus yang terletak sesuai dengan tulang yang
berada di atasnya. Hemisfer dibagi menjadi empat lobus : frontalis, parietalis, temporalis,
dan oksipitalis. Lobus frontalis dipisahkan dari lobus parietalis oleh fisura sentralis, yang
berjalan dari dekat puncak kepala ke sisi ke daerah telinga.

Pemisahan antara lobus parietalis dan oksipitalis kurang jelas; untuk mudahnya; cukup
kita mengatakan bahwa lobus parietalis terletak di puncak otak di belakang fisura sentralis
dan lobus oksipitalis terletak di bagian belakang otak. Lobus temporalis dibatasi oleh fisura
dalam pada bagian samping otak, fisura lateralis.

a. Korteks Frontalis
Pada manusia korteks frontalis (khususnya area prefrontalis) membesar dibandingkan
dengan spesies lain. Gangguan neurologis yang paling sering mengenai lobus
frontalis adalah tumor, trauma, penyakit cebrovaskuler, sklerose multiple. Fungsi
utama korteks frontalis adalah aktivasi motorik, intelektual, perencanaan konseptual,
aspek kepribadian, dan aspek produksi bahasa. Lasi pada k frontalis menyebabkan
gangguan pada area fungsi tersebut.

Table efek gangguan lobus frontalis


Perubahan aktivitas motorik
− Tidak adanya spontanitas
− Penurunan kecepatan dan jumlah aktivitas mental dan fisik
− Mutisme akinetik
Gangguan intelektual
− Konsentrasi yang buruk
− Ketidakmampuan melakukan rencana
− Defisit daya perhatian
− Gangguan mengurutkan tugas
− Perlambatan proses mental
Perubahan kepribadian
− Flasiditas
− Tidak adanya perhatian terhadap akibat tindakan
− Ketidakacuhan sosial, khususnya mandi, berpakaian, kontrol usus dan kandung
kemih
− Kegembiraan kekanak-kanakan (moria)
− Gurauan, kata-kata yang tidak sesuai (witzelsucht)
Emosi yang tidak stabil dan superfisial

27
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

− Disfungsi bahasa
− Afasia Broca
− Mutisme

b. Korteks Temporalis
Fungsi utama dari k. temporalis adalah bahasa, ingatan, dan emosi. Lesi pada k.
temporalis menyebabkan gejala yang berhubungan dengan kemampuan tersebut.
Lesi pada k temporalis dan nucleus limbic yang berhubungan dengan lokasi di dalam
lobus temporalis dapat menyebabkan gejala mirip dengan kondisi psikiatrik (mis
halusinasi). Pasien dengan focus kejang di dalam lobus temporalis diklasifikasikan
secara salah sebagai pasien psikiatrik, padahal tidak semua begitu, sebagiannya
ternyata menderita ‘forme fruste dari epilepsy lobus temporalis’. Gejalnya epilepsy 1 t
adalah halusinasi olfaktorius dan gustatorirus, derealisasi, depersonalisasi, tindakan
motorik berulang. Lama pasien dapat menderita gejala depresif dan mirip skizofrenia
dan perubahan kepribadian.

Table manifestasi psikiatrik gangguan di lobus temporalis


Lesi lobus temporalis unilateral – lobus temporalis dominan
− Afasia Wernicke : sering keliru perubahan psikotik dengan
neologisme
− Disfungsi daya ingat
− Amusia : kecacatan dalam kemampuan memahami musik
Lobus temporalis non dominan
− Agnosia untuk suara
− Disprosodi : gangguan irama suara pada pembicaraan lisan
Lesi lobus temporalis bilateral
− Amnesia Korsakoff
− Sindroma Kluver-Bucy dengan
• Agnosia visual
• Apati dan flasiditas
• Gangguan fungsi seksual
• Demensia, afasia, amnesia
Fenomenal iktal
− Psikosensorik
• Halusinasi (visual, auditoris, olfaktoris)
• Ilusi (visual, auditoris)
− Gejala afektif
− Gejala kognitif (deja vu, jamais vu, pikiran paksa)

28
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

− Gangguan kesadaran
− Automatisme

c. Korteks Parietalis
Table efek penyakit lobus parietalis
Penyakit lobus parietalis dominan (biasanya kiri)
− Aleksia dengan agrafia, dengan atau tanpa anomia
− Kesulitan konstruksional
− Sindroma Gerstmann (disorientasi kanan-kiri, ketidakmampuan
untuk melokalisasi jari, agrafia, akalkulia)
− Astereognosis (ketidakmampuan mengenali benda-benda di
tangan)
− Asimbolia nyeri
− Apraksia ideomotorik
− Afasia fasih
− Penyakit lobus parietalis nondominan (biasanya kanan)
− Apraksia konstruksional
− Apraksia berpakaian
− Disorientasi geografik
− Astereognosis sisi kiri
− Kesulitan menghitung atau menulis
− Penyangkalan atau penelantaran ruang kontralateral
(anosognosia)

d. Korteks Oksipitalis
Lobus oksipitalis merupakan kortek sensoris utama untuk input visual, dan lesi pada
area tersebut menyebabkan berbagai gejala visual.

Table efek gangguan Lobus Osipitalis


Sindroma Anton : penyangkalan kebutaan
Sindroma Balint
Agnosia Visual : penglihatan normal tanpa arti
Prosopagnosia : ketidakmampuan mengenali wajah
Agnosia warna : ketidakmampuan membedakan warna
Aleksia : ketidakmampuan membaca
Halusinasi

29
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Tabel dari D.Z. Skuster, K.B. Digre, J.J. Corbett: Neurologic condition
presenting as psychiatric disorders. Psychiatr Clin North Am 15:311,
1992. Digunakan dengan ijin.

Struktur Serebrum
Korteks mamalia tingkat rendah, seperti tikus, berukuran kecil dan relatif halus. Saat kita
mendaki skala filogenetik ke mamalia yang lebih tinggi, jumlah korteks relatif dari jumlah
jaringan otak total meningkat, dan semua sistem sensorik (misalnya, penglihatan,
pendengaran, dan sentuhan) memproyeksikan informasi ke area spesifik di korteks.
Pergerakan bagian tubuh (respons motorik) dikendalikan oleh area lain di korteks. Bagian
korteks lainnya, yang tidak sensorik atau motorik, terdiri dari area asosiasi. Area tersebut
mengurusi aspek alin perilaku memori, proses berpikir, dan bahasa dan menghuni bagian
terluas korteks manusia.

Korteks serebri :
Arkikorteks
Paleokorteks
Neokorteks : Kortek motoris
Korteks sensoris (persepsi)
Korteks asosiasi → fungsi2 luhur atau kognitif

Area Kortikal dan Fungsinya

1. Area Motorik
Area motoric mengendalikan pergerakan tubuh yang volunteer (disadari). Area ini terletak
tepat di depan fisura sentralis. Stimulasi listrik pada tempat tertentu di korteks motoric
menghasilkan pergerakan bagian tubuh spesifik; jika titik yang sama di korteks motoric
mengalami kerusakan, gerakan yang bersangkutan menjadi terganggu. Tubuh
direpresentasikan di korteks motoric dalam bentuk kira-kira terbalik. Sebagai contohnya, pusat
pergerakan ibu jari kaki terletak dekat bagian bawah area motoric. Pergerakan sisi kanan
tubuh diatur oleh korteks motoric hemisfer kiri, pergerakan sisi kiri tubuh oleh hemisferkanan.

2. Area Somatosensorik
Di lobus parientalis, yang dipisahkan dari area motoric oleh fisura sentralis, terletak suatu
area yang jika distimulasi dengan listrik menghasilkan pengalaman sensorik di suatu tempat
di tubuh sisi yang berlawanan (sisi kontralateral). Seakan akan bagian tubuh tersebut sedang
disentuh atau digerakkan. Ini dinamakan area somatosensorik (area pengindera tubuh).

30
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Panas, dingin, sentuh, nyeri dan sensasi pergerakan tubuh semuanya direpresentasikan di
area ini.
Sebagian besar serabut saraf di perjalanannya ked an dari area somatosensorik dan
motoric menyeberang ke sisi tubuh yang berlawanan. Jadi impuls sensorik dari sisi kanan
tubuh menuju ke korteks somatosensorik kiri, dan otot kaki dan tangan kanan dikendalikan
oleh korteks motoric kiri.
Tampaknya merupakan aturan umum bahwa luas area somatosensorik dan motorik yang
herhubungan dengan bagian tubuh tertentu berhubungan langsung dengan sensitivitas dan
kegunaan bagian tubuh tersebut. Sebagai contohnya, diantara hewan berkaki empat, anjing
hanya memiliki sedikit jaringan kortikal yang merepresentasikan kaki depan, sedangkan
raccoon banyak menggunakan kaki depannya dalam mengeksplorasi dan memanipulasi
lingkungannya memiliki area kortikal representative yang lebih luas, termasuk daerah untuk
jari kaki depan yang terpisah. Tikus, yang belaiar banyak tentang lingkungannya melalui
kumisnya yang peka, memiliki area kortikal yang terpisah untuk kumisnya.

3. Area Visual
Di bagian belakang tiap lobus area korteks yang dikenal sebagai area visual. Perhatikan
bahwa sebagian serabut optikus dari mata kanan berjalan ke hemisfer kanan, sedangkan
sebagian serabut lain menyilang di suatu tempat yang dinamakan kiasma optikus untuk
menuju hemisfer kontralateral; susunan yang sama juga terdapat untuk mata kiri. Serabut dari
sisi kanan kedua mata menuju hemisfer kanan otak dan serabut dari sisi kiri kedua mata
menuju hemisfer kiri. Dengan demikian, kerusakan pada area visual salah satu hemisfer
(katakanlah, kiri) akan menyebabkan hilangnya penglihatan untuk lingkungan sebelah kanan.
Fakta ini kadang-kadang membantu dalam menentukan lokasi tumor otak atau kelainan
lainnya.

4. Area Auditorik
Area auditorik (ditemukan di permukaan lobus temporalis pada sisi masing-masing
hemisfer) terlibat dalam analisis sinyal auditorik yang kompleks. Area ini terutama mengurusi
pola temporal suara, seperti pada pembicaraan manusia. Kedua telinga direpresentasikan di
area auditorik pada kedua sisi korteks; tetapi koneksi (hubungan) ke sisi kontralateral adalah
lebih kuat.

5. Area asosiasi
Banyak area besar di korteks serebral yang tidak mengurusi secara langsung proses
sensorik atau motoric dinamakan area asosiasi. Area asosiasi frontal (bagian lobus frontalis
di depan area motorik) tampaknya memiliki peranan penting dalam proses berpikir yang
diperlukan untuk memecahkan masalah. Pada kera, misalnya, lesi di lobus frontalis
menghancurkan kemampuannya untuk memecahkan masalah respons tertunda. Pada
masalah ini, makanan di letakkan di salah satu dari dua cangkir sementara kera mengamati

31
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

di balik kurungan, dan cangkir ditutup dengan penutup yang identik; setelah beberapa waktu
tertentu kurungan dibuka, dan kera dibiarkan memilih salah satu dari kedua cangkir itu. Kera
normal dapat mengingat cangkir yang tepat setelah beberapa menit, tetapi kera dengan lesi
lobus frontalis tidak dapat memecahkan masalah jika penundaan itu lebih dari beberapa detik.
Defisit respons tertunda ini setelah lesi otak adalah unik untuk korteks frontalis; keadaan ini
tidak terjadi jika lesi terdapat pada daerah korteks lainnya (French & Harlow, 1962).
Manusia yang menderita kerusakan pada area asosiasi frontalis dapat melakukan banyak
pekerjaan intelektual secara normal, termasuk masalah respons tertunda. Kemampuannya
untuk menggunakan bahasa mungkin membantu mereka untuk mengingat respons yang
tepat. Tetapi mereka mengalami kesulitan jika perlu sering berubah dari satu strategi ke
strategi lain saat memecahkan masalah (Milner, 1964).
Area asosiasi posterior terletak dekat berbagai area sensorik primer dan tampaknya terdiri
dari subarea-subarea, yang masing-masing mengurusi sensasi tertentu. Sebagai contohnya,
bagian bawah lobus temporalis berhubungan dengan persepsi visual. Lesi di area tersebut
menyebabkan defisit dalam kemampuan mengenali dan membedakan bentuk yang berbeda.
Lesi di sini tidak menyebabkan hilangnya ketajaman penglihatan, berbeda dengan lesi yang
terjadi di area visual primer lobus oksipitalis; individu dapat “melihat” bentuk (dan menelusuri
batas luar benda) tetapi tidak dapat mengidentifikasi bentuk atau membedakannya dari bentuk
yang berbeda (Goodglass & Butters, 1988)

Asimetri di Otak
Pada pemeriksaan sekilas, kedua paruh otak manusia terlihat seperti bayangan cermin
satu sama lain. Tetapi pemeriksaan yang lebih cermat, menuniukkan adanya asimetri. Jika
otak diukur selama otopsi, hemisfer kiri hampir selalu lebih besar dibandingkan hemisfer
kanan. Juga, hemisfer kanan mengandung lebih banyak serabut neural panjang yang
menghubungkan banyak daerah terpisah di otak, sedangkan hemisfer kiri mengandung
banyak serabut lebih pendek yang memberikan interkoneksi di dalam daerah yang terbatas
(Gesch-wind & Galaburda, 1987).
Pada awal tahun 1861, seorang dokter Perancis, Paul Broca, mempelajari otak seorang
pasien yang kehilangan kemampuan berbicaranya. Dr. Broca menemukan kerusakan di area
di hemisfer kiri tepat di atas fisura lateral lobus frontalis. Daerah ini, yang dikenal sebagai area
Broca, terlibat dalam pembentukan bicara. Kerusakan daerah yang sama di hemisfer kanan
biasanya tidak menyebabkan gangguan bicara. Area yang terlibat dalam pemahaman
pembicaraan dan kemampuan menulis serta memahami kata kata yang tertulis biasanya juga
terletak di hemisfer kiri. Jadi, orang yang mengalami stroke yang merusak hemisfer kiri lebih
Sering menunjukkan gangguan berbahasa dibandingkan orang yang strokenya menyerang
hemisfer kanan. Beberapa orang kidal memiliki pusat bicara yang terletak di hemisfer kanan,
tetapi memiliki fungsi bahasa di hemisfer kiri (sama seperti individu yang tidak kidal).
Walaupun peran hemisfer kiri dalam bahasa telah diketahui sejak lama, hanya belum lama
ini saja kita dapat meneliti apa yang dilakukan masing-masing hemisfer sendiri-sendiri. Pada

32
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

individu normal, otak berfungsi secara terintegrasi sebagai keseluruhan; informasi di satu
hemisfer segera ditransfer ke hemisfer lain melalui pita serabut saraf penghubung yang besar
yang dinamakan korpus kalosum. Jembatan penghubung ini dapat menyebabkan masalah
pada beberapa bentuk epilepsi, karena kejang yang dimulai di salah satu hemisfer dapat
menyeberanginya dan menyebabkan pemicuan massif neuron di hemisfer lain. Untuk
mencegah kejang menyeluruh itu pada beberapa epilepsi parah, ahli bedah saraf secara
bedah memotong korpus kalosum. Operasi ini terbukti berhasil pada sebagian individu, yang
menyebabkan penurunan kejang. Selain itu, tampaknya tidak ada efek yang tidak diharapkan;
pasien tampaknya menjalankan kehidupan sehari-harinya seperti individu yang hemisfernya
masih berhubungan. Diperlukan beberapa tes yang sangat khusus untuk menunjukkan
bagaimana fungsi mental terpengaruhi dengan memisahkan kedua hemisfer tersebut.
Diperlukan sedikit informasi dasar lagi untuk mengerti eksperimen yang akan kita ketahui.
Kita telah mengetahui bahwa saraf motorik menyeberang saat mereka meniggalkan otak,
sehingga hemisfer serebral kiri mengendalikan tubuh sebelah kanan dan hemisfer kanan
mengendalikan tubuh sebelah kiri. Kita juga telah mengetahui bahwa area untuk
pembentukan bicara (area Broca) terletak di hemisfer kiri. Jika mata terfiksasi tepat ke depan,
bayangan di sebelah kiri titik fiksasi masuk ke kedua mata dan menuju sisi kanan otak dan
bayangan di sebelah kanan titik fiksasi masuk ke kedua mata dan menuju sisi kiri otak. Jadi,
masing-masing hemisfer melihat separuh lapangan pandang di mana tangan-“nya” berfungsi
secara normal; sebagai contohnya, hemisfer kiri melihat tangan kanan dalam lapangan
pandang kanan. Pada otak normal, stimuli yang memasuki salah satu hemisfer dengan cepat
dikomunikasikan, melalui korpus kalosum, ke hemisfer lain, sehingga otak berfungsi sebagai
satu kesatuan. Kita akan melihat apa yang terjadi jika korpus kalosum pada seorang individu
mengalami kerusakan yang menghasilkan otak terbelah dan kedua hemisfer tidak dapat
berkomunikasi.

Ganglia Basalis
Beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang disebut ganglia/ nuclei basalis terbenam
dalam masa substansi putih pada setiap hemisfer otak.Dua diantaranya adalah nucleus
kaudatus dan nucleus lentiformis → keduanya bersama membentuk korpus striatum.

Sistem Limbik
Di sekitar central core otak terdapat sejumlah struktur yang secara keseluruhan
dinamakan sistem limbic. Sistem ini saling berhubungan erat dengan hipotalamus dan
tampaknya membrikan pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinktif yang
diatur oleh hipotalamus dan batang otak. Hewan yang memiliki sistem limbik rudimenter
(misalnya, ikan dan reptil) melakukan aktivitas tertentu seperti makan, menyerang, melarikan
diri dari bahaya dan kawin melalui cara perilaku yang stereotipik. Pada mamalia, system limbic
tampaknya menginhibisi beberapa pola instinktif, sehingga memungkinkan organisme itu lebih
fleksibel dan adaptif terhadap perubahan lingkungan.

33
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Salah satu bagian system limbic, hipokampus, memiliki peranan penting dalam memori.
Pengangkatan hipokampus secara bedah atau kerusakan akibat kecelakaan pada struktur itu
menunjukkan peranan pentingnya untuk penyimpanan peristiwa terakhir sebagai memori
yang bertahan lama, tetapi struktur tidak diperlukan untuk mengambil memori yang lama.
Setelah pemulihan dari operasi, pasien tersebut tidak megalami gangguan dalam
mengenali kawan lama atau mengingat pengalamannya dahulu; ia akan mampu membaca
dan melakukan tugas yang telah dipelajari dalam kehidupannya yang dulu. Tetapi, ia akan
memiliki sedikit, jika ada, kenangan akan peristiwa yang terjadi dalam tahun atau tepat
sebelum operasi. Ia sama sekali tidak ingat peristiwa atau orang yang ia jumpai setelah
operasi. Sebagai contohnya, pasien mungkin tidak ingat orang baru yang mungkin berbicara
dengannya berjam-jam di pagi hari tadi. Ia akan mengerjakan teka-teki jigsaw yang sama
beberapa minggu tetapi tidak ingat bahwa ia pernah melakukannya sebelumnya, dan akan
membaca surat kabar yang sama berulang kali tanpa mengingat isinya (Squire, 1992).
Sistem limbik juga terlibat dalam perilaku emosional. Kera dengan lesi di beberapa daerah
sistem limbik memperlihatkan kemarahan terhadap provokasi yang tidak berarti, yang
menyatakan bahwa kerusakan pada daerah tersebut mengaktifkan kekuatan yang terinhibisi.
Kera dengan lesi di daerah sistem limbik lain tidak lagi mengekspresikan perilaku agresif dan
tidak menunjukkan permusuhan, walaupun diserang. Mereka mengabaikan begitu saja
penyerangnya dan bertindak seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Amigdala dan hipokampus merupakan bagian penting system limbic. Perangsangan
kelompok inti di bagian lateral amigdala menimbulkan reaksi agresi, sedangkan
perangsangan pada nuclei medialnya berakibat sebaliknya, yaitu hambatan perilaku agresi.
Pada orang yang agresif, tampak rangsang emosinya berlebihan. Ia bertindak tanpa dipikir
lebih dulu.
Menjelaskan otak dalam pengertian tiga struktur konsentrik central core, system limbic,
dan serebrum tidak boleh menyebabkan kita berpendapat bahwa struktur-struktur tersebut
saling terpisah satu sama lain. Kita harus menggunakan analogi komputer yang saling
berhubungan. Masing-masing bagian memiliki fungsi khusus, tetapi semuanya harus saling
bekerjasama untuk mendapatkan hasil yang paling efektif. Demikian pula, analisis informasi
yang datang dari indra memerlukan satu jenis komputasi dan proses penentu (dimana
serebrum beradaptasi dengan baik), yang berbeda dan yang mengendalikan aktivitas refleks
(system limbik). Penyesuaian otot yang lebih halus (seperti menulis atau memainkan alat
musik) memerlukan sistem kendali lain lagi, dalam kasus ini diperantarai oleh serebelum.
Semua aktivitas tersebut diorganisasikan ke dalam suatu sistem yang terintegrasi yang
mempertahankan integritas organisme.

Talamus dan Hipotalamus


Terletak tepat di atas batang otak di dalam hemisfer serebral terdapat dua kelompok
nukleus sel saraf yang berbentuk telur yang menyusun thalamus. Salah satu daerah talamus
beraksi sebagai stasiun pemancar (relay) dan mengarahkan informasi yang masuk ke

34
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

serebrum dari reseptor indra untuk penglihatan, pendengaran, dan pengecapan. Daerah
talamus lain memiliki peranan penting dalam mengendalikan tidur dan terjaga.
Hipotalamus adalah struktur yang jauh lebih kecil, terletak di bawah talamus. Pusat pusat
di hipotalamus mengatur makan, minum, dan perilaku seksual. Hipotalamus mengendalikan
aktivitas endokrin dan mempertahankan homeostasis. Homeostatis berarti tingkat fungsi
normal , karakteristik untuk organisme yang sehat, seperti temperatur tubuh normal,
kecepatan denyut jantung normal, dan tekanan darah normal. Dalam keadaan stress,
homeostasis terganggu dan proses homeostasis berjalan untuk memperbaiki
ketidakseimbangan (disequilibrium). Sebagai contohnya, jika tubuh terlalu panas →
berkeringat; jika tubuh terlalu dingin → kita menggigil Kedua proses itu cenderung
memulihkan temperature normal dan dikendalikan oleh hipotalamus.
Daerah hipotalamus dibagi 3 bagian:
- Supra-optic: bagian depan yang terletak di atas kiasma optikum.
- Bagian tengah: disebut region tuberalis
- Bagian belakang: disebut region mamillaris
Regio supra optic: terdapat pusat pengatur suhu badan. Bila suhu badan naik, nuclei di
daerah ini mengeluarkan rangsang yang menyebabkan keluarnya keringat, dan diatasi
pembuluh darah kulit dengan menurunnya kembali suhu badan yang tinggi. Kerusakan daerah
ini menyebabkan suhu badan tinggi.
Daerah tubelaris: terdapat pusaf pengatur makan. Di bagian tengah terdapat pusat yang
mengatur kenyang. Bila pusat ini rusak orang tidak dapat merasa kenyang- menjadi lahap.
Keadaan ini bisa menjadi dasar penyakit diabetes mellitus. Di bagian lateral terdapat pusat
nafsu makan. Jika pusat ini rusak orang akan kehilangan nafsu makan, sehingga orang
menjadi kurus.
Hipotalamus juga memiliki peranan penting dalam emosi dan dalam respons kita terhadap
situasi stres. Stimulasi listrik ringan pada area tertentu di hipotalamus menyebabkan perasaan
senang, sedangkan stimulasi daerah di dekatnya menyebabkan sensasi yang tidak
menyenangkan atau menyakitkan dari pengaruhnya pada kelenjar hipofisis, yang terletak
tepat di bawahnya, hipotalamus mengendalikan sistem endokrin dan dengan demikian
mengendalikan produksi hormone. Pengendalian ini sangat penting jika tubuh harus
memobilisasi suatu proses fisiologis yang rumit (misal: respons “fight-or-flight”) dalam situasi
darurat. Hipotalamus juga dinamakan “pusat stres” mengingat peran khususnya dalam
memobilisasi tubuh untuk beraksi.
Hipotalamus, seperti yang telah dijelaskan, memiliki peranan penting dalam mengatur
perilaku seksual. Bahkan terdapat bukti yang menyatakan bahwa homoseksualitas
berhubungan dengan struktur bagian otak ini. Jika kita mengukur volume sekelompok sel
spesifik di daerah anterior hipotalamus, ukurannya ditemukan lebih dari dua kali lebih besar
pada pria homoseksual, ukuran kelompok sel ini sama dengan ukuran mungkin tidak saja
berkorelasi dengan orientasi seksual tetapi mungkin menyebabkannya. Kedua interpretasi itu

35
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

penyebab atau punya konsekuensi orientasi seksual individu menimbulkan kemungkinan


bahwa perbedaan biologis merupakan faktor pada homoseksualitas.

4. Serebelum (otak kecil)


Fungsi:
- pusat keseimbangan
- pengatur kontraksi otot sadar (lurik)
- pusat koordinsi kegiatan otak
Serebelum (otak kecil) terletak di belakang batang otak sedikit di atas medula, dan
merupakan struktur dengan permukaan yang berlekuk-lekuk (convolutéd). Terdiri dari 2
belahan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Serebelum terutama mengatur koordinasi
pergerakan. Pergerakan spesifik dapat dimulai pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi
koordinasi gerakan yang halus tergantung pada serebelum. Kerusakan pada serebelum
menyebabkan gerakan yang menyentak dan tidak terkoordinasi.

Sistem Retikular
Suatu jaringan (network) sirkuit neural yung membentang dari bagian bawah batang otak
ke talamus, yang meewati beberapa struktur central core lain, adalah sistem reticular. Sistem
ini memiliki peranan penting dalam mengendalikan tingkat kesadaran. Jika arus listrik dengan
tegangan tertentu dikirimkan melalui elektroda yang ditanam di sistem retikular seekor kucing
atau anjing, hewan itu menjadi tidur, stimulasi oleh arus listrik dengan bentuk gelombang yang
lebih cepat membangunkan hewan yang tertidur.
Sistem retikular juga memiliki peranan penting dalam kemampuan kita untuk memusatkan
perhatian pada stimuli tertentu. Semua reseptor indra memiliki serabut saraf yang menuju ke
system reticular. Sistem ini tampaknya beraksi sebagai suatu filter, yang memungkinkan
sebagian pesan sensorik masuk ke korteks serebral (kesadaran) sedangkan menghambat
yang lainnya. Jadi, tingkat kesadaran kita pada suatu saat tampaknya dipengaruhi oleh proses
filter di sistem reticular.
Beberapa struktur otak memiliki batas yang jelas. Beberapa struktur lain tidak memiliki
batas yang jelas; hal ini menyebabkan perdebatan tentang perbatasan yang sesungguhnya
dan fungsi yang dikendalikannya

Central Core
Central core mencakup sebagian besar batang otak (brain stem). Bagian pertama medulla
spinalis yang sedikit membesar saat ia memasuki tengkorak dinamakan medulla, suatu
struktur sempit yang mengendalikan pernapasan dan beberapa refleks yang membantu
organisme mempertahankan postur tegaknya. Juga, pada tempat tersebut traktus saraf utama
yang keluar dari medulla spinalis menyilang sehingga sisi kanan otak berhubungan dengan
sisi kiri tubuh, dan sebaliknya.

36
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

2. MEDULLA SPINALIS (Sumsum tulang belakang)


Medulla spinalis bagian luar berwarna putih dan bagian dalam berwarna kelabu. Dilihat
dari penampang lintang:
• Substansia putih (substansia alba) → kumpulan serabut syaraf
- kolumna anterior
- kolumna lateralis
- kolumna posterior/dorsalis
• Substansia abu-abu (substansi grisea) → kumpulan soma-soma sel saraf
- kornu anterius/ventrals
- kornu lateralis
- kornu posterius/dorsale
• Segmental : terdiri dari segmen-segmen yang berurutan dari atas ke bawah yang terdiri
dari 31 segmen
• Pusat refleks

B. SISTEM SYARAF TEPI


a. Sistem saraf somatic (saraf sadar)
Sistem saraf somatic terdiri dari 12 pasang saraaf otak, dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang dan bekerja menurut kehendak, terdiri dari:
1. Nervus olfaktori : asal saraf sensorik selaput lender hidung
2. Nervus Optik : asal saraf sensorik tretina mata
3. Nervus okulomotor : asal saraf sensork proprioseptor otot bola mata
4. Nervus troklear : asal saraf sensorik
5. Nervus trigeminal : asal saraf sensorik gigi & kulit muka
6. Nervus abdusen : asal saraf sensorik
7. Nervus fasial : asal saraf sensorik ujung pengecap – ujung lidah
8. Nervus auditori
9. Nervus glosofaring
10. Nervus vagus
11. Nervus spinal
12. Nervus hipoglosal
b. Sistem saraf otonom (saraf tak sadar)
1. Saraf simpatetik
Terdiri dari simpul saraf di sepanjang tulang belakang bagian depan yang dimulai
dari ruas tulang leher sampai tulang ekor. Fungsinya untuk mensarafi otot tak
sadar, seperti alat peredaran darah (jantung, pembuluh darah), alat pencernaan
dan alat pernapasan.

37
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

2. Saraf parasimpatetik
Bekerja berlawanan dengan saraf simpatetik. Bila saraf simpatetik befsifat
mempercepat, maka saraf parasimpatetik bersifat memperlambat begitu pula
sebaliknya.

C. PERKEMBANGAN DAN KERUSAKAN OTAK


Otak manusia seperti halnya pada hewan mamalia lainnya mempunyai struktur dan
komponen yang sama seperti pada primate, kucing kelelawar atau lainnya. Tetapi kenapa
manusia memiliki kemampuan untuk mendominasi semua spesies yang ada di bumi. Para
ahli menerangkan hal ini dengan sebuah deskripsi sederhana yaitu dengan membandingkan
volume otak manusia dengan mamalia lain. Namun jawaban dari pertanyaan tersebut tidak
selesai sampai di situ. Apabila kita membandingkan volume otak manusia dengan ikan paus
ataupun gajah kita akan mendapati otak manusia lebih kecil dalam ukurannya. Lalu apa
sebenarnya yang menjadi perbedaan mendasar dari otak manusia dengan mamalia lain.
Rakic dan Vrba (l998) menyatakan ada dua hal utama:
1. Waktu yang dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan otak
2. Jumlah neuron yang diproduksi setiap hari.

Sebagai ilustrasi apabila kita membandingkan perkembangan otak manusia dengan otak
chimpanzee kita akan menemukan bahwa pembentukan neuron dalam otak manusia
berlangsung lebih lama daripada pembentukan neuron otak chimpanzee. Sehingga neuron
yang dihasilkan juga lebih banyak daripada pada chimpanzee atau primata lain.

D. PENGARUH OBAT OBATAN PADA PERKEMBANGAN OTAK


Perkembangan otak memerlukan sinergi yang kompleks, tepat dan saling mendukung dari
proses kimia yang terjadi. Selain itu pada periode perkembangannya otak akan sangat peka
oleh makanan, obat obatan dan zat kimia bahkan sampai kepada kondisi emosi ibunya.
Misalnya kegagalan fungsi thyroid akan mengakibatkan mental retardasi dan lambatnya
pertumbuhan tubuh (Kalat, 2004). Kegagalan fungsi thyroid ini bisa disebabkan oleh
kurangnya zat iodium dalam asupan makan yang dikonsumsi oleh ibu mengandung.
Contoh lain adalah obat anastesi (bius), bagi orang dewasa obat anastesi hanya akan
memberi pengaruh ketidaksadaran sementara, tetapi pada calon bayi akan menyebabkan
kematian sel neuron di otak.
Para ahli menemukan jenis sindrom pada seorang bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
sering mengkonsumsi alkohol. Sindrom ini dinamakan fetal alcohol syndrome (FAS),
sebuah kondisi dimana seorang anak mengalami penurunan kepekaan, hiperkativitas,
kemunduran mental, gangguan motorik, jantung dan kelainan pada wajah. Hal ini bisa
dijelaskan karena alkohol menghambat pelepasamn glutamat yang merupakan
neurotransmitter utama pada otak sehingga banyak neuron di otak tidak mendapatkan suplai

38
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

glutamate yang dibutuhkan akibatnya neuron akan mati melalui proses yang dinamakan
apoptosis (self-destruct).
Anak-anak yang mangalami FAS akan memiliki kecenderungan menjadi seorang
pencandu alkohol, obat-obatan, depresi dan gangguan psikologis lainnya (Famy, streissguth
& Unis, 1998). Selain itu anak-anak yang mengalami FAS juga akan mengalami gangguan
impulsif dan performansi yang buruk di sekolah (Hunt, Streissguth, Kerr & Carmichael-Olson,
1995).
Zat lain yang dapat berpengaruh dalam parkembangan otak adalah kokain dan rokok.
Seorang lbu yang mengkonsumsi kokain pada masa kehamilan akan menyebabkan anak
mengalami penurunan IQ dan penurunan kemampuan berbahasa. Kemudian seorang ibu
pencandu rokok akan menyebabkan anaknya mengalami:
- Berat badan yang kurang serta penyakit pada masa kanak-kanak
- Bayi lahir mati
- Kemampuan intelektual yang menurun
- ADHD
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah
- Kenakalan anak-anak dan remaja
Dari beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa seorang ibu harus mengurangi
konsumsi sesedikit mungkin obat-obatan pada masa kehamilan.

E. KERUSAKAN OTAK
Kerusakan otak dapat terjadi karena beberapa penyebab seperti: tumor, infeksi otak,
radiasi pengaruh obat-obatan serta penurunan fungsi otak seperti Parkinson dan Alzheimer.
Selain itu kerusakan otak dapat dapat terjadi karena kecelakaan misal; kecelakaan mobil dan
motor, jatuh dari ketinggian tertentu serta tertimpa benda. Kerusakan akibat kecelakaan
diakibatkan karena otak menghantam lapisan tengkorak sehingga mengakibatkan beberapa
bagian mengalami kerusakan atau pendarahan.
Penyakit yang hampir merupakan suatu gejala umum sekarang adalah stroke, yaitu
keadaan dimana suplai darah ke otak mengalami hambatan karena pecahnya pembuluh
darah atau adanya hambatan aliran darah menuju otak. Ahli kedokteran membagi dua macam
stroke:
1. Ischemia, yaitu kondisi dimana ada benda/zat yang menghambat aliran pembuluh darah
menuju otak.
2. Hemorrhage, yaitu kondisi dimana pembuluh darah pecah dan mengakibatkan
pendarahan di otak.
Para ahli kedokteran berusaha untuk mengatasi dampak dari penyakit ini, metode terbaru
yang ditemukan adalah dengan melakukan pemberian obat dengan nama tissue plasminogen
activator (TPA) yang direkomendasikan untuk orang yang mengalami Ischema. Cara kerja

39
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

obat ini adalah dengan memecah zat yang menghambat laju pembuluh darah ke otak. Ahli
stroke juga menemukan cara untuk menghambat efek dari stroke adalah dengan melakukan
pendinginan otak pada suhu sekitar 33-36 derajat celcius selama 3 hari, dengan cara ini laju
kerusakan sel otak dapat terhambat.

F. PEMULIHAN KERUSAKAN OTAK


Otak manusia mempunyai kekuatan yang berbeda-beda dalam proses pemulihan apabila
terjadi kerusakan. Ketika masih dalam usia muda kemampuan pemulihan otak (regenarasi)
dapat berlangsung lebih baik daripada ketika usia lanjut. Sehingga dapat disimpulkan apabila
seseorang tua mengalami stroke maka proses pemulihannya akan berlangsung lama.
Para ahli menyarankan beberapa metode untuk memulihkan kerusakan otak, antara lain:
1. Behavioral Intervention, melakukan terapi perilaku dengan berbagai latihan yang
bersifat fisik. Misal: latihan jalan, mengambil atau memegang benda.
2. Obat-obatan, memberikan obat-obatan yang mampu menambah daya regenerasi sel
otak.
3. Donor/ transplantasi Sel Otak, metode ini masih dalam tahapan eksperimen sehingga
tingkat keberhasilannya masih belum terbukti.
Metode-metode tersebut belum mampu memulihkan kerusakan otak dalam rasio 100 persen,
namun mereka tetap optimis bahwa suatu saat akan ditemukan cara yang paling tepat.

40
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAB V

SISTEM SENSORIK

Deskripsi Singkat

Bab ini membahas tentang proses fisiologis sensasi dan persepsi serta hubungan
keterlibatan sistem sensorik dengan otak

Capaian Pembelajaran Pertemuan (Sub-CPMK)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fungsi sistem sensorik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi sistem sensorik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan keterlibatan sistem sensorik dengan otak

A. VISION (PENGLIHATAN)
Penglihatan manusia merupakan salah satu alat persepsi manusia dalam mengenali
lingkungannya. Misalkan anda sedang berada di sebuah lapangan sapak bola, ketika melihat
rerumputan di lapangan mata Anda akan melihatnya sebagai sebuah hamparan hijau - warna
tidak lebih hanyalah sebuah properti (bagian) dari suatu objek. Warna hijau yang anda lihat
pada rumput yang ada di lapangan sepakbola karena cahaya yang mengenai rerumputan dan
kemudian memantul menuju mata Anda ditangkap oleh neuron di belakang bola mata
kemudian diteruskan menuju neuron yang terdapat di otak. Jadi Anda mewarnakan dunia
Anda sendiri.
lndera penglihatan merupakan indera yang terpenting dari semua indera. Hilangnya
penglihatan tak dapat digantikan dengan apapun. Kita mengandalkan penglihatan untuk
perlindungan, keseimbangan, koordinasi, kreasi, dan kesenangan. Komponen-komponen
indera penglihatan pada dasarnya sama dengan indera-indera yang lain, yaitu terdiri dari:
a. Memiliki organ penerima yang sensitif terhadap cahaya
b. Memiliki saluran yang dilewati impuls ke selaput kulit otak
c. Ada area otak yang digunakan untuk menangkap cahaya
d. Ada jaringan saraf synapse yang menggabungkan jaringan di lapisan dalam dan
jaringan di lapisan luar mata sehingga bisa memunculkan respon terhadap penglihatan
Kehilangan penglihatan dapat diatasi dengan belajar dari sensasi lain tapi tidak bisa
sesempurna mata.

1. Organ Penglihatan:
- Organ dan anatomi alat penglihatan
Struktur penglihatan terdiri dari:

41
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

1. Mata

42
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

2. Lintasan Penglihatan
3. Area Penglihatan dalam Cerebral Cortex (Selaput kulit otak)

Mata
Pada mata ada bola mata dan otot mata extrinsic.
1. Sclera adalah lapisan luar yang terdiri dari bahan yang kenyal dan resisten. Sclera
membentuk dan memberi zat pada bola mata. Sclera berarti keras.
2. Kornea adalah lapisan transparan yang terletak di depan sclera. Kornea juga kenyal
dan resisten sehingga memungkinkan dilalui cahaya dan secara efektif melindungi
mata.
3. Retina terletak pada bagian paling dalam dan berukuran dua pertiga dari bola mata.
Retina berarti jaring yang berfungsi sebagai jaringan sel-sel syaraf khusus. Sel-sel ini
sangat sensitif terhadap cahaya. Image difokuskan pada lapisan ini. Maka sel-sel
menjadi aktif dan impuls ditransmisikan melalui jaringan optik ke bagian-bagian yang
tepat dalam selaput kulit otak. Proses dari semua sel saraf yang berada dalam retina
membentuk syaraf optik. Retina terdiri dari dua tipe sel visual yaitu: balok dan kerucut.
Sel-sel ini berbeda secara anatomis maupun secara fisiologis.
4. Choroid bcrarti seperti kulit. Adalah lapisan jaringan yang terletak diantara retina dan
sclera, lapisannya menyerupai kulit. Choroid sebenamya adalah pembuluh darah.
Fungsi utama choroid adalah mensuplai darah ke lapisan-lapisan lain dalam bola
mata, terutama ke retina. Pada bagian depan mata, choroid dimodifikasi dan
disambung dengan otot-otot ciliary. Otot-otot ini menopang dan memodifikasi bentuk
lensa.
5. Lensa adalah bagian yang transparan, tidak berwarna, yang terdiri dari zat yang
kurang lebih semi padat yang dibungkus dengan kapsul yang sangat tipis. Lensa
manusia cembung pada kedua sisinya.

2. Stimulus dan reseptor


Stimulus pada proses penglihatan ialah cahaya. Sifat sifat cahaya:
- Gelombang dengan kecepatan 186.300 mil/ detik
- Bvariasi: 3,85-7,6/ 10.000 mm
- Refraksi (pembiasan)
- Lensa, diopter
Sementara reseptor yaitu fotoreseptor. Ada dua tipe reseptor (bentuk &fungsi berbeda)
- Batang (rods) → kondisi redup
- Kerucut (conus) → terang

3. Area penglihatan dalam kulit otak

43
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Area yang berhubungan dengan penglihatan dan koordinasi → area 17 (area


penglihatan utama), area18, 19 (area asosiasi) → tidak buta tapi integrasi penglihatan
dengan aktivitas lain terganggu

4. Fisiologi sistem penglihatan


- Cara kerja mata- kerja kamera
Fungsi Kamera Mata
Empat pembuatan image Film Retina

Pengatur banyak sinar masuk Diafragma Iris

Citra (pembentukan bayangan) Terbalik Terbalik

Pengatur Fokus Ada Ada

- Pembentukan bayangan

Akomodasi:

Perubahan lekuk lensa (curvature) agar image menjadi jelas/tajam/fokus. Pengubahan


lekukan dikontrol oleh siliaris.

Tekanan intraocular (dari dalam mata) → mata menjadi bulat-kuat. Lensa juga tegang & datar.

Proses:

OBJEK dekat --- OTOT SlLIARI kontraksi → TEG LENSA kendur → LENSA lebih bulat, agar
cahaya bisa fokus pada RETINA, otot siliari mengkerut sepenuhnya - lensa jadi sangat bulat.

Bila objek didekatkan lagi mata tidak bisa fokus dgn baik. Titik kritis disebut = titik dekat.
Normal= 5inch

Area buta. suatu area di retina yg tidak sensitif terhadap cahaya. Suatu tempat di retina
dimana neuron berbelok dan membentuk syaraf optik, tidak ada reseptor – tidak ada
penglihatan.

Cahaya masuk melalui pupil kemudian difokuskan melalui lensa mata menuju ke retina.
Bayangan yang diterima oleh retina berupa image terbalik, namun hal itu bukan merupakan
masalah bagi sistem syaraf manusia. Reseptor manusia terletak di belakang bola mata kita
dan kemuudian tidak meneruskannya langsung ke otak tetapi melalui sel bipolar dan sel
ganglion baru diteruskan ke otak.

44
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

5. Proses Penglihatan
Penglihatan pada manusia diatur oleh dua macam reseptor yaitu:
1. Sel Batang (rods)
Sel batang banyak terdapat pada tepi retina manusia, peka terhadap sedikit cahaya
dan tidak terlalu berguna pada penglihatan saat terang.
2. Sel Kerucut (cone/konus)
Sel kerucut banyak terdapat di fovea yang berada pada retina manusia, peka terhadap
cahaya sehingga sangat berguna pada penglihatan saat terang.

Proses penglihatan warna melibatkan suatu zat kimia tertentu yang dinamakan
fotopigmen yang terdiri dari dua bagian yaitu : opsin (protein) dan retinal (lemak). Ada
beberapa bentuk opsin misalnya rhodopsin yang terdiri dari rod opsin dan retinal. Retinal
terbentuk dari sintesa vitamin A, hal ini menjelaskan mengapa wortel yang kaya akan retinol
bagus untuk penglihatan (mata). Rhodopsin sangat peka terhadap cahaya sehingga apabila
terkena cahaya rhodopsin segera terpecah menjadi bentuk lain. Jadi dapat disimpulkan
bahwa rhodopsin berguna pada saat penglihatan gelap (redup).

Pada manusia terdapat dua macam penglihatan yaitu penglihatan foveal (pusat) dan
penglihatan peripheral (tepi). Perbandingan dua tipe penglihatan ini dapat digambarkan
pada tabel berikut:

Tabel Perbedaan Penglihatan Foveal dan Periferal

Karakteristik Penglihatan Foveal Penglihatan Periferal

Reseptor Sel konus di fovea; sel konus Sel atang yang berada di
dan batang yang terdapat di tepi
sekitar fovea

Proses pengiriman Satu atau beberapa reseptor Banyak reseptor


stimulus mengirimkan sinyal pada mengirimkan sinyal pada
setiap sel possinaptik setiap sel pos-sinaptik

Kepekaan terhadap cahaya Berguna pada penglihatan Berguna pada penglihatan


terang redup dan gelap

Kepekaan terhadap detail Detail tinggi Detail rendah

Penglihatan warna Baik (karena banyak konus) Rendah (karena sedikit


konus)

45
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Salah satu hal penting dalam proses penglihatan adalah pergerakan bola mata.
Pergerakan bola mata ini akan memperluas wilayah penglihatan manusia, bukan hanya obyek
yang terdapat di depan bola mata, tetapi juga pada sisi atas-bawah dan samping kanan-kiri.
Pergerakan bola mata manusia diatur oleh 3 (tiga) syaraf yaitu:
1. Nervus III (Okulomotorius);
Mengatur pergerakan bola mata medial atas-bawah dan pergerakan kelopak mata
keatas
2. Nervus IV (Troklearis)
Menggerakkan bola mata lateral ke bawah
3. Nervus Vl (Abdusens)
Menggerakkan bola mata ke arah lateral.

6. Ketajaman penglihatan
dipengaruhi oleh ukuran objek dan jarak objek dengan mata serta diuji dengan Snellen
Chart

7. Penglihatan terang-gelap
Kondisi redup → iris mencapai besar maksimal sel batang yang sangat sensitif mangambil
alih meningkatkan penglihatan
8. Penglihatan warna
Sel kerucut berhubungan dengan penglihatan warna. Ketika intensitas cahaya menurun
→ kehilangan penglihatan warna. Contoh: senja → obyek tampak abu-abu.
Buta warna: tidak bisa membedakan satu atau dua warna dasar.
Teori tiga warna dalam persepsi warna → teori Young-Helmholtz: ada 3 jenis kerucut,
yang masing-masing bereaksi secara maksimum terhadap warna yang berbeda.

9. Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan manusia dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kerusakan
pada bola mata, syaraf penglihatan, atau pada visual korteks. Kerusakan pada beberapa
bagian ini akan mengakibatkan kehilangan sebagian kemampuan dalam melihat atau
kebutaan.
Kerusakan dalam visual korteks yang terdapat pada otak manusia dapat mengakibatkan
gangguan penglihatan yang dinamakan Agnosia, yaitu ketidakmampuan dalam
mengidentifikasi suatu objek penglihatan meskipun tidak ada gangguan dalam struktur organ
penglihatan, intelektualitas, dan kemampuan dalam melihat detail suatu obyek.
Terdapat dua jenis Agnosia

46
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

- Apperceptive Visual Agnosia


Gagguan penglihatan yang disebabkan karena kerusakan otak. Seseorang yang
mengalami gangguan ini mampu melihat suatu objek dengan jelas, tetapi tidak mampu
membedakan bentuk benda. Misal: melihat sebuah bola namun tidak mampu
mengidentifikasikan bentuknya kotak atau bulat. Beberapa gejala dari gangguan ini
antara lain: Achromatopsia yaitu ketidakmampuan dalam membedakan warna,
melihat dunia hanya sebagai sebuah objek hitam putih. Gejala lain adalah
Prosopagnosia, ketidakmampuan dalam mengenali dan membedakan wajah
seseorang.
- Associative Visual Agnosia
Gangguan penglihatan ini menyebabkan seseorang tidak dapat mengenali suatu
benda yang umum, serta tidak mampu menggambar suatu benda. Misalnya:
seseorang mampu meng-copy suatu gambar sepeda, tetapi tidak mampu
mgnyebutkan itu sebagai gambar apa, beberapa orang menyebutkan sebagai “suatu
benda yang bisa dinaiki”
Gangguan ini melibatkan kesulitan dalam melakukan transfer informasi visual menjadi
mekanisme verbal. Hal ini terjadi karena adanya diskoneksi pada lobus frontalis yang
mengatur mekanisme verbal, sehingga ketika melihat suatu objek tidak mampu
menyebutkan nama dari objek tersebut.

Gangguan refraksi: Myopia, Hipermetropia (hiperopia), Presbyop, Astigmatis

B. AUDITION (PENDENGARAN)

Tidak seperti penglihatan, pendengaran tidak banyak dibahas dan menjadi perhatian bagi
banyak ahli psikologi. Padahal pendengaran seerti indera lainnya juga mempunyai peran yang
penting dalam proses persepsi manusia.

Jika di suatu tempat di tengah hutan lebat tiba tiba ada pohon rubuh, apakah peristiwa
tersebut menghasilkan suara? Pasti. Namun demikian para ahli kedokteran dan psikologi
mendefinisikan pendengaran sebagai sebuah proses fisik, yaitu getaran yang ditangkap oleh
telinga.

1. Organ dan Anatomi Alat Pendengaran


Telinga
Telinga terdiri dari 3 bagian utama yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
a. Telinga luar, terdiri dari
- Aurikula (daun telinga) yang berfungsi sebagai penampung/ pengumpul
gelombang suara dari luar masuk ke dalam telinga

47
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

- Meatus auditorius eksterna (lubang telinga) yang berfungsi menghantarkan


getaran suara menuju gendang telinga. Saluran ini panjangnya 2,5 meter terdiri
dari tulang rawan.
- Membran timpani (gendang telinga) merupakan pembatas telinga luar dengan
telinga dalam yang berfungsi menggetarkan gelombang suara.
b. Telinga tengah (Auris media)
Rongga yang didalamnya terdiri dari 3 buah tulang pendengaran yang terdiri dari:
- Maleus
- Inkus
- Staples, yang melekat pada bagian dalam membran timpani dan bagian dasar
tulang staples membuka pada fanastra ovalis serta saluran setengah lingkaran
yang berjumlah 3 yakni superior, posterior, lateral yang berfungsi mengendalikan
keseimbangan tubuh.
c. Telinga dalam (Auris interna)
Telinga dalam terdiri dari 2 bagian yakni labirin tulang (labirinitus osseous) dan labirin
selaput (labirinitus membranosus)
• Labirinitus osseolis
- Vastibulum (Serambi)
Yakni bagian tengah labirinitus osseous pada vastibulum ini membuka fenestra
ovale dan fenestra tundum dan bagian belakang atas menerima muara kanalis
semi sirkularis.
- Saluran Gelung (kanalis semisirkularis)
Saluran setengah lingkaran yang terdiri dari 3 sirkular yakni kanalis semi
sirkularis superior, kanalis semi sirkularis posterior, kanalis semi sirkularis
lateralis.
- Rumah siput (koklea)
Pada koklea terdapat tiga pintu yang menghubungkan koklea vastibulum,
kavum timpani dan kanalis koklearis. Pada koklea terdapat sel korti yang
merupakan indera pendengar.
• Labirinitus membranous
- Urtikulus
Di sini terdapat syaraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan samping ada
daerah lonjong yang disebut makula akustika utrikulo. Diantara urtikulus dan
sakulus terdapat saluran yang menghubungkan keduanya yang disebut
utrikulosa sirkularis.
- Sakulus
Terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum. Duktus semi
sirkularis.

48
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Terdapat 3 taboog selaput semi sirkularis yang berjalan dalam kanalis semi
sirkularis (superior, posterior, dan lateralis)

Duktus koklearis
Duktus koklearis mulai dari kantong bootuu (delkum vestibular) dan berakhir di
seberang kanalis lamina spiralis pada kantong bootu (selkum ampulara)

2. Stimulus dan Reseptor


Stimulus pada pendengaran adalah suara. Vibrasi udara menimbulkan suara dengan
kecepatan 1.100 ft/sec (cahaya:186 mil/sec). Sifat sifat suara yaitu: pitch, loudness,
timbre.
Bunyi yang kita dengar berasal dari getaran yang diproduksi oleh obyek, jika getaran yang
dihasilkan mencapai 30-20.000 kali per second, gelombang akan merangsang sel di
dalam telinga kita sehingga kita bisa mendengar bunyi.
Titik nada lembaran yang dirasa dari satu stimulus tentang indera pendengar
ditentukan oleh frekuensi getaran. Getaran yang lebih bertenaga yang dihasilkan oleh
suatu obyek akan didengar lebih nyaring oleh seseorang dari pada getaran lain yang lebih
lemah. Perbedaan frekuensi getaran tertentu yang menentukan warna bunyi.
Reseptor adalah sel-sel yang peka terhadap rangsangan, salah satunya adalah sel
rambut pada saluran semi sirkular dan vastibular kantong masing masing sel berisi
beberapa cilia yang memanjang lurus perlahan-lahan.

3. Fisiologi Sistem Pendengaran


Suara ditimbulkan oleh gelombang suara yang bergerak melalui rongga telinga luar
yang menyebabkan membrane timpani bergetar. Getaran tersebut selanjutnya diteruskan
menuju inkus dan staples melalui malleus yang terkait pada membran itu. Karena
getrakan-gerakan yang timbul pada setiap tulang ini sendiri, maka tulang-tulang itu
memperbesar getaran yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibular menuju
perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membran menuju endolimfe dalam saluran
koklea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir syaraf dalam organ Corti, untuk
kemudian dihantarkan menuju otak oleh nervus auditorius untuk selanjutnya ditafsirkan.

4. Hubungan Telinga dan Otak


Telinga dan otak memiliki hubungan yang erat yakni yang berhubungan dengan
pendengaran dan keseimbangan. Antara telinga dan otak dihubungkan oleh syaraf
pendengaran (nervus auditorius) yang terdiri 2 bagian yakni yang berfungsi
mengumpulkan sensibilitas dari bagian vestibular rongga telinga dalam yang

49
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

berhubungan dengan keseimbangan dan yang berhubungan dengan pendengaran yakni


bagian kokhlearis.
Pada proses keseimbangan serabut-serabut syaraf bergerak menuju nucleus
vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata lalu
bergerak menuju cerebelum.
Pada proses pendengaran, serabut syaraf mula-mula dipancarkan kepada sebuah
nucleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus, lalu dipancarkan lagi menuju
pusat penerima akhir dalam kortex otak yang terletak pada bagian bawah (lobus
temporalis).

5. Gangguan Pendengaran
Gangguan terjadi jika seseorang tidak mampu menerima rangsang getar yang
berfrekuensi 20-200 hz. Penyebabnya antara lain:
- penyumbatan saluran telinga
- penebalan/ pecahnya gendang telinga
- pengapuran tulang pendengaran
- kerusakan syaraf pendengaran

Beberapa kelainan dan penyakit yang menimbulkangangguan pendengaran antara lain:


a. Tuli konduktif
Kelainan ini terdapat di telinga luar dan telinga tengah yang disebabkan karena
kelainan bawaan (kongenital), meliputi atresia liang telinga, hipoplasia telinga tengah,
kelainan posisi tulang-tulang daotosklerosis. Pada otosklerosis terjadi spongiosis
tulang di depan jendela oval dan mengakibatkan pengapuran yang berlebihan yang
menyerang persendian pada telapak kaki tulang-tulang stapes dan kadang-kadang
menutup seluruh tulang stapes sehingga menimbulkan gangguan pergerakan tulang
tulang pendengaran.
Gangguan pendengaran yang didapat (acquired hearingloss):
1. Atresia liang telinga akibat peradangan kronik
2. Tumor di telinga tengah (polip, granulasi)
3. Sumbatan muara tuba eustakhius olan karsioma nasofarings, hipertrofi,
adenoid
4. Peradangan telinga tengah
5. Sumbatan liang telinga luar oleh serumen besar
6. Alergi sehingga terjadi pembengkakan dari muara tuba yang meluas ke dalam
tuba eustakhius. Akibat terjadinya penyumbatan lumen dan hawa di kavum
timpani akan diresorbsi sehingga tekanan udara berkurang dari satu atmosfir
sehingga terjadi gangguan pendengaran konduktif.
7. Trauma kapites, terjadinya pcndarahan di dalam kavum timpani/ terjadi
dislokasi rangkaian tulang-tulang pendengaran.

50
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

b. Tuli perseptif
Menyerang telinga dalam antara lain organ corti, ganglion spiralis serabut syaraf,
nucleus koklearis, dan korteks serebri. Kelainan disebabkan faktor bawaan
(kongenital) antara lain critroblas tosis fetalis dan embriopati yakni kelainan yang
terjadi intra uterin missal diabetes mellitus pada ibu hamil, infeksi (Rubela. Sifilis
kongenital) pada ibu hamil, trauma kelahiran, keracunan obat dan lain-lain.

Pada orang lanjut usia dapat disertai dengan gangguan pendengaran


sensorineural fisiologik. Gangguan yang disebabkan keracunan obat antara lain kinie,
salisilat, dehidroptomisin, neomisin, kanamisin dan lain lain. Gangguan disebabkan
trauma dibedakan menjadi trauma tumpul seperti kommosio serebri dan trauma akibat
suara (trauma akustik). Bising keras dapat menimbulkan gangguan pendengaran
bersifat sementara (temporary threshold shift) dan kadang menetap (permanent
threshold shift)

C. SOMATOSENSORY
Somatosensori menyediakan informasi mengenai apa yang sedang terjadi pada tubuh
berupa:
- sensasi kulit (cutaneous sense)
- kinestesi (propriosepsi: sensasi gerakan otot & sendi)
- sensasi organic (visceral): sensasi yang berasal dari alat dalam

Somatosensori sedikitnya memberikan informasi 3 hal:


1. Mengidentifikasikan sentuhan dan beberapa stimulus lain yang terdapat pada kulit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi tubuh dan gerakan tubuh termasuk
didalamnya adalah otot (Kinestesi)
3. Informasi pada organ internal, contoh: sakit perut.

1. Stimulus
Indera peraba (kulit) merespon pada beberapa jenis stimulus seperti: tekanan, getaran,
panas, dingin bahkan stimulus yang menyebabkan luka atau perasaan sakit.

No Jenis Sebab

1 Tekanan Perubahan bentuk secara mekanis pada kulit

2 Getaran Sentuhan oleh benda yang kasar

51
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

3 Panas & Dingin Benda/ lingkungan yang mempunyai temperature yang


berbeda dengan kulit

4 Rasa sakit Kerusakan pada jaringan kulit

5 Kinestesi Perubahan bentuk panjang pendek otot

6 Organ internal Perubahan pada alat alat organ tubuh

2. Anatomi Kulit
Kulit mcrupakan organ yang komplek dan vital bagi tubuh. Kita mungkin tidak bisa
membayangkan apa yang akan tcrjadi apabila tubuh kita tidak terdapat jaringan kulit untuk
melindungi daging dan organ organ tubuh yang vital bagi kehidupan. Kulit membantu kita
melakukan pengaturan suhu tubuh dengan memproduksi keringat yang akan membantu
mendinginkan suhu tubuh.
Kulit terdiri dari jaringan subcutaneous, dermis dan epidermis. Apabila diamati kulit
mempunyai lapisan yang mempunyai rambut dan lapisan yang tidak (glabrous skin) pada
telapak tangan dan telapak kaki kita. Pada lapisan kulit yang mempunyai rambut terdapat
reseptor bebas dan Ruffini, yang peka terhadap gesekan (vibrasi) lemah.
Pada bagian kulit yang tidak berambut terdapat reseptor yang lebih kompleks dan lebih
banyak, hal ini disebabkan karena kita banyak melakukan eksplorasi terhadap lingkungan
dengan menggunakan telapak tangan kita.
Corpusculum Pacini, terdapat banyak pada kulit glabrous, bagian ini peka terhadap
sentuhan terutama gesekan. Corpusculum Meissner, terdapat pada bagian dermis kulit yang
dekat pada bagian epidermis kulit. Bagian ini peka terhadap sentuhan. Bagian lain yang juga
peka terhadap sentuhan adalah Merkels;s disk yang terdapat pada bagian bawah lapisan
dermis kulit.

3. Adaptasi reseptor kulit


Ahli fisiologi sejak dulu telah mengetahui bahwa stimulus yang lemah dan konstan akan
membuat kulit mengabaikan stimulasi tersebut. Misalnya ketika memakai jam tangan, kulit
kita akan mengabaikan tekanan dan sentuhan dari jam tangan yang kita pakai. Fenomena
ini bukan disebabkan karena timbulnya kelelahan pada reseptor kita tapi reseptor kita
melakukan adaptasi terhadap stimulus tersebut. Sehingga perubahan tekanan, suhu yang
tidak ekstrim akan kita persepsikan sebagai suatu netral.

4. Perjalanan rangsangan
Akson dari kulit, otot mauoun organ internal masuk melalui sum sum tulang belakang
kemudian diteruskan menuju ventral posterior nuclei pada thalamus yang kemudian

52
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

diteruskan menuju somatosensory korteks primer dan kita kemudian merasakan suatu
stimulasi pada kulit kita.

5. Nyeri (pain)
Pain merupakan emosi yang tidak menyenangkan dan sensasi yang ditimbulkan oleh
stimulus yang menyakitkan, mengarahkan perhatian akan adanya suatu bahaya.
Nyeri merupakan salah satu mekanisme protektif bagi tubuh. Dengan nyeri individu
akan bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut, sehingga melindungi tubuh dari
kerusakan yang lebih parah. Ada 3 macam jenis nyeri utama yaitu tusuk, pegal dan bakar.
Perasaan nyeri ditransmisikan oleh akson yang melepaskan glutamate sebagai
neurotransmiternya untuk stimulus menyakitkan yang moderat dan kombinasi glutamat
dan substansi P untuk nyeri yang lebih kuat.
Pain merupakan sensas, namun seberapa jauh nyeri terasa menyakitkan merupakan
reaksi emosional, yang dapat berbeda beda intensitasnya. Misalnya saat seorang tentara
pada saat perang kadang-kadang bisa mengabaikan rasa nyeri walaupun mengalami luka
yang parah, meskipun di lain waktu dia akan merasakan sakit dengan luka yang lebih
ringan.
Berkaitan dengan mekanisme penurunan rasa nyeri, tubuh punya mekanisme
tersendiri. Morphin dan opiate lain merupakan obat utama untuk mengontrol nyeri yang
serius. Obat ini memungkinkan ketagihan dan mengakibatkan tubuh toleran.

6. Sistem pengatur nyeri (analgesic) di dalam otak dan medulla spinalis


Stimulasi listrik di dalam beberapa daerah otak berbeda -terutama di dalam area
periventricular diensefalon yang sangat dekat dengan ventrikulus ketiga, area grisea
periakueduktal batang otak dan nucleus rafe di garis tengah batang otak- dapat sangat
mengurangi ataupun menghambat isyarat nyeri yang dihantarkan di dalam medulla
spinalis.
Sistem ‘analgesia’ bekerja dalam cara berikut: perangsangan area periventricular
diensefalon atau area grisea periakueduktal menghantarkan isyarat ke nucleus rafe di
garis tengah. Kemudian dari nucleus ini, lintasan serat turun ke dalam medulla spinalis
untuk berakhir di dalam kornus dorsalis, tempat serat sensorik nyeri dari perifer juga
berakhir. Perangsangan system analgesia akan menghambat atau menekan transmisi
impuls nyeri melalui neuron setempat di dalam area ini.
Sangat mungkin bahwa system analgesia ini juga menghambat transmisi otak pada
titik lain di dalam lintasan nyeri, terutama di dalam nucleus retikularis batang otak dan di
dalam nucleus intralaminar thalamus.

7. Sistem Opiat Otak-Enkefalin dan Endorfin


Beberapa tahun yang lalu, dua jenis komponen yang berhubungan, erat dengan kerja
seperti morfin dinamai enkefalin dan endorphin, sekarang dianggap bahwa enkefalin dan

53
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

endorphin berfungsi sebagai zat penghantar eksitasi yang mengaktivasi bagian system
analgesia otak. Juga infus zat ini ke dalam cairan serebrospinalis ventrikulus ketiga dapat
menyebabkan analgesia.

8. Nyeri Kepala
Nyeri kepala sebenarnya merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur-
struktur dalam. Otot sendiri hampir tidak sensitif sama sckali terhadap nyeri. Bahkan
pemotongan atau perangsangan listrik pada pusat somestetlk korteks pun hanya kadang-
kadang menyebabkan nyeri, bahkan ia menyebabkan parestesia taktil pada daerah tubuh
yang digambarkan oleh bagian korteks somestetik yang dirangsang. Oleh karena itu,
sebagian terbesar nyeri pada nyeri kepala mungkin tidak disebabkan oleh kerusakan di
dalam otak itu sendiri.
Sebaliknya, tarikan pada sinus venosus, kerusakan membran yang menutupi otak
dapat menyebabkan nyeri hebat yang dikenal sebagai nyeri kepala.
** Nyeri Kepala pada Meningitis.
Salah satu nyeri kepala terhebat dari semuanya adalah yang disebabkan oleh
meningitis, yang menyebabkan peradangan semua selaput otak, termasuk daerah
sensitif dari dura dan daerah sensitif di sekitar sinus venosus. Kerusakan hebat seperti
ini dapat menyebabkan nyeri kepala hebat sekali yang dialihkan pada seluruh kepala

*Nyeri Kepala Migren.

Nyeri kepala migren merupakan suatu nyeri kepala jenis khusus yang dianggap
disebabkan oleh fenomena vaskular abnormal, meskipun mekanisme yang tepat
belum diketahui. Nyeri kepala migren sering dimulai dengan berbagai sensasi
prodromal, seperti mual, hilangnya penglihatan dalam sebagian lapangan penglihatan,
aura visual, atau halusinasi sensoris jenis lain. Biasanya, gejala prodromal mulai
setengah sampai satu jam sebelum permulaan nyeri kepala itu sendiri. Oleh karena
itu, teori apa pun yang menjelaskan nyeri kepala migren harus menjelaskan pula gejala
prodromal ini.
Salah satu teori mengenai penyebab nyeri kepala migren adalah bahwa emosi
atau ketegangan yang lama menyebabkan vasospasme refleks dari beebrapa arteri
kepala, termasuk arteri yang mensuplai otak itu sendiri. Vasosparne tersebut secara
teoritis menyebabkan iskemia bagian bagian otak, dan ini bertanggungjawab untuk
gejala prodromal. Kemudian, sebagai akibat iskemia berat, terjadi sesuatu pada
dinding vascular sehingga memungkinkannya untuk menjadi lemah dan tidak dapat
mempertahankan tonus vascular selama 24 sampai 48 jam. Tekanan darah di dalam
pembuluh darah tersebut menyebabkan mereka berdilatasi dan berpulsasi hebat dan
menurut dugaan peregangan berlebihan dari dinding arteri –termasuk arteri
ekstrakarnial seperti arteri temporalis- menyebabkan nyeri sebenarnya pada nyeri

54
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

kepala migrein. Tetapi mungkin efek susulan (after effect) tersebar dari iskemia di
dalam otak sendiri bertanggungjawab paling sedikit sebagian untuk jenis nyeri kepala
ini.

9. Sensasi Suhu
Manusia dapat merasakan berbagai gradasi dingin dan panas, dari dingin
membekukan sampai dingin ke sejuk. Dari sejuk ke hangat ke panas sampai panas
membakar.
Tingkatan suhu dibedakan oleh paling tidak tiga jenis organ-akhir sensoris: reseptor
dingin, reseptor hangat dan dua subtype reseptor nyeri, reseptor nyeri dingin dan reseptor
nyeri panas. Dua jenis reseptor nyeri hanya dirangsang oleh panas atau dingin dalam
derajat yang ekstrim sehingga bertanggungjawab, bersama dengan reseptor dingin dan
hangat, untuk sensasi “dingin yang membekukan” atau “panas yang membakar”.
Reseptor dingin dan hangat terletak tepat di bawah kulit pada titik terpisah dan tegas,
masing masing mempunyai diameter stimulasi sekitar 1 mm. Pada bagian terbesar area
tubuh, reseptor hangat ada tiga sampai empat kali jumlah reseptor dingin.
Reseptor dingin definit telah diidentifikasi. Ia merupakan ujung saraf bermielin kecil
jenis A delta khusus yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar sel basal
epidermis. Di pihak lain, reseptor hangat definit belum ditemukan. Mungkin reseptor ini
merupakan satu jenis dari ujung saraf bebas.

D. PENCIUMAN

1. Organ : Hidung
2. Stimulus dan Reseptor
a. Stimulus
Stimulus : berupa substansi yang dapat larut dalam zat cair yang menutupi cilia
dan lemak.
❖ Manusia tidak mampu membau semua gas misalnya O2, CO2 dan CO
❖ Konsentrasi substansi tertentu menumbuhkan kesan bau yang berbeda
Contoh : Skabol
Sedikit berbau seperti bunga melati
Banyak akan berbau busuk (Skabol terdapat juga pada faeces manusia)
❖ Impuls : dihantarkan melalui fillum olfactorium yang bercabang dengan sel-sel
glomerulus (incus dan stria medialis) menuju ke otak.
❖ Kerusakan pada Incus akan mengakibatkan Anosmia (kehilangan kemampuan
membau) dan khayal olfaktoris (keadaan dimana seseorang merasa membau
sesuatu meskipun tidak objek stimulus)

55
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup ataupun oleh unsur-unsur halus.
Rasa penciuman ini sangat peka, dan kepekaannya mudah hilang.
Rasa penciuman juga diperlemah, bila selaput lendir hidung sangat kering,
sangat basah atau membengkak, seperti halnya seseorang yang diserang
pilek.
Syarat bau bisa diterima : Berbentuk gas, Larut dalam lemak, Larut dalam air.
Dalam penelitian menyatakan bahwa bahan kimia menggambarkan komposisi
bau yang dikelompokkan menjadi 7 besar :
1. Kamfer
2. Musky
3. Harum
4. Permen
5. Eter (tidak enak)
6. Pedas
7. Busuk

b. Reseptor
Organon Olfactus
❖ Bentuk : Sel syaraf dendrite tidak berserabut
Dendrit berupa batang pendek dan lebarnya sama dengan soma sel, ujung
dendrite agak melebar.
❖ Neurit : membentuk filum olfactorium yang merupakan neurit olfactorium.
❖ Pada sela-sela sel indera terdapat sel penyokong dengan ujungnya ada
microvili yang mengeluarkan lendir.
❖ Getah penyokong dan petak lender dari microvili menutupi sel-sel syaraf.
Reseptornya adalah rambut-rambut halus yang berada dibagian dalam hidung.
Rambut-rambut ini peka terhadap wewangian. Reseptor ini bahkan sensitif
pada semua wewangian. Akan tetapi ia jatuh lebih sensitif dengan wewangian
yang utama.
Reseptor dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Reseptor yang lebih bereaksi terhadap substansi yang dapat larut di dalam
lemak.
2. Reseptor yang lebih bereaksi terhadap substansi yang dapat larut di dalam air.

3. Fisiologi Sistem Pembauan


Bau merupakan hasil rangsang kimia dalam bentuk gas terhadap serabut saraf
pembau yang terdapat pada daerah olfaktorik hidung. Oleh saraf pembau rangsang
diteruskan kepusat pembau yang ada dalam otak, untuk ditafsirkan. Indera pembau
sangat erat berhubungan dengan indera pengecap.

56
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

4. Hubungan Alat Penciuman dengan Otak


Alat indera penciuman ini mempunyai kedudukan utama dikepala, yang sesuai
sebagai indera yang dimaksudkan untuk menuntun tingkah laku. Penciuman
mempunyai jalur yang lebih langsung ke otak dari pada indera-indera lain. Reseptor
pada bagian atas hidung dalam olfactory ephitelium setiap rongga hidung
dihubungkan langsung tanpa sinapsis ke umbi-umbi olfaktori otak, yang terletak
dibawah lipatan frontal (frontal lobes). Umbi-umbi olfaktoris ini dihubungkan dengan
korteks olfaktoris dibagian dalam lipatan temporal (temporal lobes).

5. Gangguan Pembauan
Kerusakan pada incus pada manusia menimbulkan serangan uncinatis :
Khayal olfaktorius yang tidak menyenangkan Anosmia (kehilangan kemampuan untuk
membau).
(Penyakit lainnya : Sinusitis (polip)).
Nyeri pada hidung : Berkaitan dengan tujuan syaraf trigeminus yang menyebabkan
terjadinya bersin, iritasi hidung, lakrimasi.

E. INDERA PENGECAP

1. ORGAN DAN ANATOMI ALAT PENGECAPAN


Pada hakikatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus
pengecap. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat
syaraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan
dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada
bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan
bawahya yang disebut f language , sebuah struktur ligament halus yang mengkaitkan
bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila
dijulurkan, maka ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka
ujung lidah berbentuk bulat.
Reseptor :

Terdapat pada lidah membentuk coliculi gustatoris yang memanjang dan meruncing
pada kedua ujungnya,
Contoh : salah satu ujung berbulu pendek dan ujung yang lain merupakan cabang
dendrite neuron bipolar.
Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu sehat
berwarna merah jambu.
Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi papil-papil, yang terdiri atas tiga jenis.

57
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

✓ Papillae sirkumvalata. Ada delapan hingga dua belas buah dari jenis ini yang
terletak pada bagian dasar lidah. Papillae Sirkumvalata adalah jenis papillae yang
terbesar, dan masing-masing dikelilingi semacam lekuan parit-parit. Papillae ini
tersusun berjejer membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.

✓ Papillae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan
berbentuk jamur.

✓ Papillae filifiormis adalah yang terbanyak dan menyebar diseluruh permukaan


lidah, organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat
banyak terdapat dalam dinding papillae sirkumvalata dan fungiforum. Papillae
filifiormis lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh, daripada rasa pengecapan
yang sebenarnya. Selaput lendir langit-langit dari farinx juga bermuatan puting-
puting pengecap.

❖ Modalitas pengecapan manusia adalah : Manis, Asin, Asam dan Pahit


❖ Manis pada ujung lidah
❖ Asin pada ujung bagian sampan agak depan
❖ Asam bagian sampan lidah
❖ Pahit pada pangkal lidah
❖ Sumber rasa :
1. Asam : Adanya Ion H2 dan tergantung konsentrasinya
Asam organic lebih berasa asam daripada asam anorganik meskipun
konsentrasi ion H -nya sama.
2. Asin : disebabkan adanya anion garam anorganik terutama halogen (Cl)
meskipun garam organic dapat menimbulkan rasa cukup asin.
3. Pahit : disebabkan adanya senyawa-senyawa organic misal : kenin (kina),
morfin, nikotin, ureum dan caffeine.
Kation garam anorganik misal : Mg, NH4 dan Ca
4. Manis : kebanyakan dari substansi organik dan merupakan senyawa glukosa
dan berbagai macam variannya. Misal: sacharosa, maltose, laktosa, glukosa,
polysacharida, glycerol, alcohol dan keton.
Selain itu ada zat-zat yang mempunyai rasa yang berbeda ketika berada dalam
konsentrasi yang berbeda contohnya adalah Kalium Bromida. Pada konsentrasi
sedikit akan berasa manis namun apabila terus ditambah konsentrasinya akan berasa
manis-pahit, pahit-asin dan sampai akhirnya berasa asin.

F. PERSEPSI

58
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Dalam kehidupan manusia terdapat benda-benda dan kejadian yang berlangsung silih
berganti. Manusia dilengkapi dengan perangkat khusus untuk menangkap info di
sekelilingnya dan untuk menterjemahkan menjadi bahasa yang dimengerti oleh system
syaraf. Info yang terpilih dicerna oleh otak yang akhirnya memunculkan persepsi sehingga
individu mengerti atau menyadari tentang dunia.
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima oleh organisme sebagai sesuatu yang bermakna dan merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam diri individu. Terintegrasi berarti melibatkan keseluruhan pribadi
(perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan & asek lain yang ada di
dalam diri individu) ikut berpengaruh.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


1. Stimulus
Stimulus adalah rangsangan yang berasal dari luar atau dalam individu yang
kemudian mengenai alat indera (reseptor). Stimulus yang mempunyai intensitas,
bentuk, ukuran, dan warna yang mencolok cenderung untuk lebih diperhatikan.
2. Indera (Reseptor)
Indera mempunyai peran yang besar dalam proses persepsi. Sebagai alat untuk
mengekplorasi dunia luar, indera mempunyai peran dalam menangkap berbagai
macam stimulus untuk kemudian diteruskan menuju ke otak untuk diolah menjadi
suatu informasi.
3. Perhatian
Persepsi dimulai dari perhatian. Dengan memperhatikan suatu stimulus kita akan
mendapatkan diskripsi dan ciri dari suatu objek persepsi. Perhatian sangat
dipengaruhi oleh fakto internal individu, yaitu : motif, harapan, dan minat yang
dimiliki seseorang (Atkinson, 1983).
Ada beberapa alasan mengapa persepsi menjadi sesuatu yang penting untuk
dipelajari. Salah satu bidang yang menggunakan persepsi adalah bidang industri,
khususnya bisang pemasaran. Perusahaan industri pangan dan minuman sangat
menaruh perhatian pada tampilan persepsi- rasa, penciuman, penampilan produk
yang menarik perhatian konsumen.
Rasa penasaran ilmiah juga mendorong munculnya sejumlah pemikiran tentang
persepsi. Kita mungkin bertanya-tanya mengapa warna bisa tampak berubah-ubah,
misalnya ketika akan tiba petang warna hijau tampak makin cerah, sedang kuning dan
merah agak pudar. Laut dari kejauhan tampak berwarna biru.
Ada pertanyaan menarik, bisakah indra-indra diandalkan kebenarannya?.
Sebagaimana diketahui, konsep yang dimiliki individu berdasarkan berasal dari info
indra. Sejak dulu orang tahu bahwa indra mereka bisa salah. Karena menyadari bahwa
indra tidak bisa diandalkan sepenuhnya, para filsuf memadi ragu tentang kemampuan
setiap orang untuk mengetahui dunia sebagaimana adanya.

59
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Kajian persepsi bisa dimulai dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang
perkembangan meneliti dari bayi, anak, hinga menjadi tua. Ada perubahan sistematis
seiring dengan umur, dan ini disertai dengan perubahan yang disebabkan oleh organ
indra dan system syaraf pusat.

2. Pendekatan Psikologis
Psikologi persepsi
Gejala persepsi mempunyai kaitan yang jauh lebih luas daripada hanya sekedar
impuls-impuls indra sederhana yang terus mengalir ke otak. Contoh, seseorang dapat
mengambil buah pisang ditangannya walau tanpa bantuan mata, namun bisa
mengidentifikasi dengan akurat. Sebenarnya yang ia rasakan adalah ukuran, bentuk,
tekstur dan mungkin suhunya saja. Tanpa merasakan ia mengetahui cita rasanya;
tanpa mencium ia bisa membayangkan baunya. Sebaliknya jika seorang anak atau
orang yang tidak pernah melihat atau mendengar tentang pisang dihadapkan pada
tugas yang sama hasilnya akan berbeda. Ukuran, bentuk tekstur dan suhu dapat
dijelaskan, tetapi karena kurangnya pengalaman orang tersebut tidak mengenali objek
yang dipegang adalah pisang.
Berdasarkan ilustrasi sederhana di atas, bisa djelaskan bahwa persepsi harus
dikembangkan. Melalui pengalaman, individu dapat memanfaatkan tanda-tanda
sensori yang minimal untuk mengidentifikasi objek-objek. Tegasnya seharusnya orang
dapat membedakan antara apa yang dia indra dan apa yang ia persepsi. Misalnya 2
orang diberi kartu merah akan melihat kartu itu sama dalam hal ukuran, bentuk, warna,
dll. Namun seseorang dokter mempersepsikan merah sebagai darah. Seseorang
pemadam kebakaran akan cepat mengasosiasikan merah dengan api. Dengan kata
lain apa yang kita lihat, kemudian kita interpretasikan berdasarkan apa yang kita lihat
dimasa lalu disebut persepsi.

Kesalahan Persepsi
1. Ilusi
Ilusi adalah suatu keadaan dimana ada kesenjangan antara realitas dengan
representasi perseptual yang diterima (Santrock, 2005). Ilusi bukanlah suatu
kondisi abnormal pada diri seseorang. Namun mempelajari ilusi akan menambah
pemahaman kita mengenai persepsi. Ilusi kebanyakan bersifat visual. Beberapa
ilusi yang kita kenal adalah Ilusi Muller Lyer, Ilusi Pogendorf, Ilusi Bulan.
2. Halusinasi
Halusinasi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengalaman
inderawi di mana tidak terdapat stimulus eksternal yang tepat, atau salah
menafsirkan pengalaman imajinasi yang ditafsirkan sebagai persepsi yang
sebenarnya. Seseorang dapat mengalami halusinasi oleh beberapa sebab, antara

60
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

lain panas badan yang ekstrim bisa memicu halusinasi, obat-obatan (halusinogen)
tertentu mampu memicu halusinasi misal, jenis obat-obatan psikotropika. Selain itu
abnormalitas psikologis dapat ditandai dengan halusinasi misalnya, schizophrenia,
dan delusi (waham).

F. PERHATIAN (ATTENTION)
Hampir setiap waktu, manusia selalu dihadapkan dengan berbagai macam stimulus
yang harus direspon. Stimulus tersebut datang dari dalam dan dari luar tubuh kita. Misal :
ketika kita mendengar alarm dari jam weker yang kita pasang semalam sebelum tidur
maka hampir dengan segera kita akan terbangun dan mulai memperhatikan lingkungan
kamar kita dan selanjutnya mulai merencanakan aktivitas yang akan kita lakukan pada
hari itu.
Sebuah ilustrasi lain, ketika suatu saat kita melintasi di jalan raya tiba-tiba ada mobil
dari belakang. Anda membunyikan klakson kemudian pada saat yang hampir bersamaan
dengan bunyi klakson tersebut Anda akan memberikan perhatian pada mobil tersebut.

Perhatian merupakan sebuah bagian dari proses otomatis yang berlangsung pada
manusia. Kajian mengenai proses perhatian (atensi) menjadi tema yang penting dalam
bahasan psikologi, karena akan berkaitan dengan proses persepsi dan kesadaran
manusia.

Proses perhatian berlangsung melalui dua jalur yaitu ; bottom up dan top down.
Ketika ada stimulus yang kuat dan kemudian meningkatkan aktivitas otak kita (sehingga
timbul perhatian), pola ini adalah pola bottom up. Kemudian pola top down berlangsung
ketika otak memberikan perhatian pada stimulus yang ada pada tubuh kita. Contoh yang
mudah adalah ketika kita berusaha mendeskripsikan stimulus yang ada pada kaki kanan
kita. Memikirkan mengenai stimulus yang ada pada kaki kanan kita akan meningkatkan
repsentasi stimulus tersebut.

Pengabaian

Tidak setiap stimulus yang hadir atau ditangkap oleh indera kita akan selalu kita
persepsikan. Hal ini tergantung pada seberapa besar kita tertarik pada stimulus tersebut
(ingat hukum-hukum stimulus). Pengabaian suatu stimulus bisa terjadi apabila ada
kerusakan yang terdapat pada otak. Seseorang yang terkena stroke dan mengalami
kerusakan pada auditory cortex akan mengabaikan berbagai stimulasi yang berupa suara,
namun apabila ia diberikan instruksi tertulis untuk memperhatikan suara maka ia akan
melaporkan bahwa ia bisa mendengarkan suatu suara yang hadir ke telinganya. Hal ini
terjadi karena adanya jalur proses top down dari otak.

61
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Bentuk lain dari kerusakan otak akan menyebabkan kerusakan yang dinamakan
spatial neglect, suatu gejala yang mengabaikan hampir semua stimulus yang ada di sisi
kiri tubuh dan sekitarnya, termasuk stimulus visual, auditory dan sentuhan.

Kondisi ini terjadi apabila seseorang mengalami kerusakan pada otak bagian kanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Karnath, Ferber & Himmelbach (dalam Kalat, 2004)
mendapatkan fakta bahwa spatial neglect terjadi pada orang-orang yang mengalami
kerusakan pada superior remporal gyrus pada belahan otak kanan.

Kebanyakan pasien yang mengalami spatial neglect apabila diminta untuk mengingat
suatu gambaran dari memori mereka kebanyakan hanya akan mengingat bagian kanan
dari suatu objek. Dan apabila mereka diminta untuk menggambar suatu objek mereka
hanya akan menggambar bagian kanan dari suatu objek yang mereka lihat.

Mereka juga secara umum akan lebih mengabaikan suara-suara yang berasal dari
bagian kiri tubuhnya dibandingkan dengan suara-suara yang berasal dari kanan tubuhnya.

Beberapa prosedur disarankan oleh para ahli untuk menangani pasien yang
mengalami spatial neglect. Salah satu prosedur yang ditawarkan adalah dengan
memberikan perintah kepada para penderita untuk memperhatikan segala macam
stimulus pada bagian kiri tubuh mereka.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Salah satu gangguan yang berkaitan dengan dengan perhatian (atensi) adalah ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu suatu gangguan perhatian dengan
karakteristik berupa kurangnya perhatian (distractibility), hiperaktivitas, impulsivitas,
berubah-ubahnya mood, kurangnya kesabaran, sensitivitas terhadap stress yang tinggi
dan ketidakmampuan dalam membuat dan mengikuti rencana atau perintah yang
diberikan (Kalat, 2004). Di Amerika ADHD telah menjadi gejala umum pada anak-anak
dengan presentase sekitar 3-10% dari seluruh populasi.

Namun demikian kita perlu membedakan ADHD dengan beberapa gangguan


perhatian yang lain seperti, epilepsi, fetal alcohol syndrome (FAS), alergi obat-obatan,
kekurangan tidur, tekanan emosional, dan kerusakan pada frontal dan parietal korteks di
otak kita.

62
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Pengukuran Perilaku ADHD

Beberapa ahli memberikan beberapa prosedur yang dapat dilakukan untukmendeteksi


perilaku ADHD pada seseorang.

1. The Choice Delay Task

Prosedur ini diberikan dengan memberikan beberapa set pertanyaan berupa pilihan
apakah seseorang akan lebih memilih hadiah yang diberikan sekarang atau nanti dengan
kuantitas yang lebih besar. Misalnya, Anda lebih suka saya berikan uang Rp. 10.000
rupiah sekarang atau Rp. 25.000, satu jam lagi. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Solanto (dalam Kalat, 2004) didapatkan bahwa anak-anak yang menderita ADHD lebih
banyak memilih hadiah yang segera diberikan daripada ia harus menunggu. Hal ini
mengindikasikan bahwa seseorang yang mengalami ADHD sulit untuk mengendalikan
perilakunya dan juga impulsive.

2. The Stop Signal Task

Pada prosedur yang kedua diberikan suatu rangkaian perintah untuk memencet
tombol namun pada sela-sela akan diberikan perintah untuk tidak memencet tombol. Para
penderita ADHD cenderung untuk mengabaikan perintah stop (berhenti menekan tombol).

3. The Attentional Blink Task

Prosedur ini dilakukan dengan memberikan rangkaian huruf yang salah satu hurufnya
berwarna biru secara cepat (sekitar 90 millisecond) dan para subjek diminta untuk
menyebutkan huruf apa yang berwarna biru dan apakah ada huruf yang muncul setelah
warna biru. Kebanyakann para penderita ADHD tidak memperhatikan huruf-huruf yang
muncul setelah huruf berwarna biru. Lagi, hal ini menunjukkan bahwa seorang penderita
ADHD mengalami kesulitan untuk memperhatikan sesuatu secara serius.

Penyebab ADHD
Beberapa penyebab yang mungkin memunculkan ADHD pada seseorang antara lain
adalah: faktor keturunan dan kurangnya volume otak, para penderita ADHD dari penelitian
hanya memiliki sekitar 95% volume otak orang yang normal. Namun demikian apabila
seorang dokter diminta untuk mendeteksi apakah seorang anak menderita ADHD hanya
dengan melihat otak melaiui alat pemindai akan sulit diambil kesimpulan.

63
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

Treatmen
Kebanyakan treatmen yang dilakukan adalah dengan memberikan obat-obatan yang
mumpu meningkatkan perhatian para penderita ADHD. Obat-obatan yang sering
digunakan amara lain methylphenidate (Ritalin) dan amphetamine.
.

64
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

BAB VI
SISTEM HORMONAL

Deskripsi Singkat
Bab ini membahas mengenai kelenjar penghasil hormon, mekanisme kerja hormon, dan
hubungannya dengan sistem saraf dan sistem sensorik.

Capaian Pembelajaran Pertemuan (Sub-CPMK)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis kelenjar penghasil hormon
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja hormon
3. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara sistem saraf, sistem sensorik dan
sistem hormon

A. PENGERTIAN UMUM
Fungsi tubuh diatur oleh 2 sistem pengatur utama, yaitu sistem syaraf dan sistemhormonal
(sistem endokrin). Pada umumnya, sistem hormonal terutama berhubungan dengan
pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur kecepatan reaksi kimia dalam sel
atau transpor zat melalui membran sel atau aspek metabolisme lain, seperti pertumbuhan.
Beberapa efek hormon terjadi dalam beberapa detik, yang lainnya membutuhkan beberapa
hari hanya untuk memulai kemudian terus berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan,
atau bertahun-tahun.
Banyak hubungan antara sistem hormon dan syaraf. Paling sedikit 2 kelenjar ada 2 kelenjar
mensekresi hormonnya hanya akibat rangsang yang sesuai, medula adrenal dan kelenjar
hipofisis posterior.
Kata hormon berasal dari kata hohrmaein yang berarti memacu atau menggiatkan.
Hormon yang merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar buntu (endokrin). Disebut
kelenjar buntu, karena kelenjar ini tidak punya saluran pengaluran atau pengangkutan.
Sehingga langsung diangkut oleh darah. Hormon berfungsi untuk mengatur homeotatis,
reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku.

1. Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok)


➢ Terdiri atas dua lobi yang terletak di kiri dan kanan trakea bagian atas dan faring
bawah.
➢ Hormon yang dihasilkan adalah tiroksin, yang dibentuk dari asam amino tiroksin +
yodium.
➢ Fungsi hormon tiroksin adalah untuk :
a. Mempengaruhi metabolisme sel.
b. Mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan diferensiasi jaringan tubuh.

65
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

➢ Untuk membentuk tiroksin dalam jumlah normal, dibutuhkan 50 mg yodium setiap


tahun, atau kira-kira 1mg perminggu. Oleh karena itu untuk mencegah defisiensi
yodium, garam diyodisasai dengan 1 bagian natrium yodida untuk setiap 100.000
bagian natrium klorida.
➢ Kelebihan hormon (hipertiroidisme) ini akan menyebabkan morbus Basedow, yaitu
meningkatnya metabolisme, meningkatkan denyut jantung, gugup, emosional,
pelupuk mata terbuka lebar dan bola mata terjulur ke luar (eksoftalmus).
➢ Kekurangan hormon (hipotiroidisme) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan.
Pada anak kretinisme (kekerdilan). Pada usia dewasa hipotiroidisme akan
menyebabkan menurunnya metabolisme, dan akan mengakibatkan : aktifitas
peredaran darah menurun, tonus otot menurun, terjadi miksodema, yaitu menebal
atau menggelembungnya kulit. Ini terjadi sebagai akibat tertimbunnya tiroksin
dengan gejala kejang otot.

2. Kelenjar Anak Gondok


Terdapat pada sebuah dorsal kelenjar tiroid. Menghasilkan kelenjar parathormon yang
berfungsi untuk mempertahankan kadar Ca dan P di dalam darah. Kekurangan hormon
ini menyebabkan meningkatnya ekstabilitas sistem saraf, dengan kelenjar otot.

3. Kelenjar Kacangan (Timus)


Merupakan tempat penimbunan hormon pertumbuhan atau somatotrof. Hormon ini hanya
berfungsi pada masa pertumbuhan saja. Kekurangan hormon ini dapat menyebabkan
kretinisme dan apabila kelebihan akan menyebabkan akromegali ataupun gigantisme.

4. Kelenjar Suprarenalis (Kelenjar Adrenal atau Anak Ginjal)


Terletak di atas ginjal. Dapat dibedakan atas dua bagian yaitu :
a. Bagian kortex, yaitu lapisan luar yang menghasilkan hormon kartison (kortikosteroid
atau kortikoi). Kekurangan kortison kulit menjadi merah, dan dapat menimbulkan
kematian. Kegagalan korteks adrenal menghasilkan hormon korteks adrenal
mengakibatkan penyakit Addison. Hipersekresi kortisol oleh korteks adrenal
menyebabkan komplek efek hormonal yang disebut penyakit Cushing.
b. Bagian medula, merupakan lapisan dalam. Medula adrenal secara fungsional
berhubungan dengan susunan saraf simpatis. Menghasilkan hormon epinefrin atau
adrenalin dan norepinefrin akibat rangsang simpatis. Rangsang saraf simpatis ke
medula adrenal menyebabkan epinefrin dan norepinefrin dilepaskan ke dalam darah
yang bersikulasi, dan kedua hormin ini kemudian diangkut darah ke semua jaringan.
Pengaruh hormon ini pada tubuh adalah :
- Memacu aktivitas jantung, dan menyenpitkan pembuluh darah pada kulit dan
membrana mukosa.
- Mengendurkan otot broinkioli, sehingga melapangkan pernafasan

66
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

- Memacu glikogenolis dalam sel hati, sehingga kadar gula darah meningkat.

5. Kelenjar Pituitaria atau Hipofisis


Merupakan kelenjar endokrin yang terdapat di bagian dasar otak di bawah hipotalamus
terdiri dari dua lobi, yaitu :
a. Anterior Pituitari
➢ Hormon Somatotropin (SH = somatotropic hormon atau GH = Growth Hormone).
Hormon ini menstimulasi pertumbuhan tubuh, terutama bagian epifisi dari tulang
panjang. Kekurangan hormon ini mengakibatkan kekerdilan (dwarfisme),
sedangkan kelebihan hormon ini dapat mengakibatkan [pertumbuhan raksasa
(gigantisme)]. Bila kelebihan hormon ini terjadi saat lepeng epifisis sudah
mengapur (setelah pubertas), dapat mengakibatkan penebalan pada tulang-tulang
wajah, tengkorak, tangan, dan kaki, akibatnya rahang menonjol ke depan, dahi
miring, hidung membesar sampai 2 kali ukuran normal. Keadaan ini disebut
acromegaly.
➢ LTH = luteotropic hormone atau prolaktin (hormon laktogen). Berfungsi untuk
merangsang sekresi kelenjar mamae atau susu.
➢ TSH = Tryroid Stimulating Hormone atau Hormon Tirotrop. Berfungsi untuk
merangsang kelenjar tiroid dan memelihara integritas epitel tiroid.
➢ ACTH = Adrenocorticortrophic hormone atau Adrenotropin. Hormon ini
mengendalikan sekresi korteks adrenal.
➢ Gonadotropin, yang terdiri atas :
➢ FSH = Follicle-stimulating Hormone. Terdapat pada wanita dan pria. Pada wanita
berfungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pria
mempengaruhi proses spermatogenesis di dalam tuulus seminifer dan testis.
➢ LH = Luteinizing hormone; ICSH = Interstitial cell-stimulating Hormon. Terdapat
pada wanita dan pria. Pada wanita, LH merangsang pemasakan folikel ovarium
dan juga ovulasi. Sedang pria, ICTH bertugas merangsang sel interstitil Leydg di
dalam testis agar menghasilkan testosteron, yang bertanggung jawab untuk
pemeliharaan karakter seksual sekunder.
b. Posterior pituitari
- Anti Diuretic Hormon berfungsi untuk merangsang penyerapan air di ginjal.
- Oxytosin berfungsi merangsang konstraksi dinding rahim dan sekresi air susu.

6. Kelenjar Pankreas
Pankreas bagian luar akan menghasilkan enzim pencernaan, sedang bagian dalam
merupakan kelenjar endokrin. Bagian endokrin ini terdiri dari pulau langerhans a yang
akan menghasilkan glukagon dan pulau langerhans b menghasilkan insulin. Glukagon
berfungsi untuk mengubah glikogen (cadangan gula di otot dan hati) menjadi glukosa,

67
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)
Gedung H, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Telepon +6224 8508091, 8508092, 33149439,
Faksimile +6224 8508088 Laman: www.unnes.ac.id, surel: rektor@mail.unnes.ac.id

FORMULIR MUTU
BAHAN AJAR/DIKTAT
No. Dokumen No. Revisi Hal Tanggal Terbit
FM-01-AKD-07 05

sedangkan insulin merubah glukosa menjadi glikogen. Bersama-sama adrenalin, insulin


bertugas menjaga agar gula darah tetap.

7. Kelenjar Kelamin
Dapat dibedakan atas kelenjar kelamin pria dan kelenjar kelamin wanita.
a. Kelenjar kelamin pria (testis). Hormon yang dihasilkan ialah hormon kelamin laki-laki
atau androgen. Selain itu juga menghasilkan spermatozoa. Androgen yang terpenting
testosteron, yang berfungsi untuk :
− Mempertahankan proses spermatogenesis
− Memberi efek negatif feedback terhadap sekresi LH hipofisis.
b. Kelenjar kelamin perempuan (ovarian). Dapat menghasilkan ovum dan hormon
kelamin perempuan, yaitu :
➢ Estrogen, dihasilkan oleh folikel de graaf
➢ Progesteron, dihasilkan oleh korpus luteum. Berfungsi untuk :
− Mengatur pertumbuhan plasenta
− Menghalangi produksi FSH
− Setelah bayi lahir bersama laktogen akan memperlancar produksi ASI (Air
Susu Ibu)

8. Endokrin pada Lambung dan Usus


Lambung menghasilkan hormon gastrin, yang berfungsi memacu sekresi untuk memacu
sekresi getah lambung. Duodenum mengahasilkan hormon sekretion dan kolesistokinin
(sebelumnya disebut pancreozymin), yang berfungsi untuk :
➢ Sekretin : Merangsang pankreas untuk mensekresi ikarbonat dan kandung empedu
untuk mengeluarkan empedu
➢ Kolesistokinin : Merangsang pankreas untuk mensekresi enzim-enzim dan kandung
empedu untuk mengosongkan dirinya ke dalam usus.

9. Kelenjar Epifise
Hormon yang dihasilkan sampai saat ini belum jelas pengaruhnya terhadap tubuh.

68

Anda mungkin juga menyukai