Anda di halaman 1dari 10

Journal on Education

Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, pp. 5605-5614


E-ISSN: 2654-5497, P-ISSN: 2655-1365
Website: http://jonedu.org/index.php/joe

Upaya Meningkatkan Minat Belajar PJOK Peserta Didik Menggunakan


Pendekatan Etnopedagogi

Moch. Agus Salim1*, Anung Priambodo2, Anggraini Ratna W3


1,2
Universitas Negeri Surabaya, Jl. Lidah Wetan, Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur 60213
3
SD Negeri Kemayoran I Surabaya, Jl. Kemayoran Baru No.88, Kemayoran, Kec. Krembangan,
Surabaya, Jawa Timur 60176.
salimagus6569@gmail.com

Abstract
This Research aims to increase the student interest of studying PJOK. The learning of PJOK which is used
traditional the student of IV D grade in SDN Kemayoran I Surabaya for 2022-2023. Those students amount 34
students the kind of this research is include 2 (two) cyles. They are one cycle and two cyecle. Those cycles
through planning step. Implementing the plan, observing the implementation and reflecting. This instrument
which is used in this research is questionnaires. Those questionnaires have the students interest of studying
PJOK, They are. Totally disagree, disagree, agree, totally agree indicators. The result of this research shows that
the students interest of studying PJOK for IV D grade SDN Kemayoran I Surabaya in crease for 83,34%. In this
case, it shows that the decrease of the student during the studying of PJOK. In the first cycle, there are 35,3%
form 34 students who feel boring, sleepy and too tired. On the other hand. The second cycle, there are only
5,88% from 34 students who feel boring, sleepy and too tired. The result of this research also shows that the use
of Etnopendagogi Approach can make the students better memorize and differ the type locomotor mation and
non locomotor motion.
Keyword: Interest, Etnopedagogi, Game, Engkle

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar peserta didik dalam pembelajaran PJOK
menggunakan permainan tradisional engkle sebagai pendekatan etnopedagogi pada peserta didik kelas IV-D SD
Negeri Kemayoran I Surabaya tahun pelajaran 2022/2023 yang berjumlah 34 peserta didik. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian tindak kelas yang terdiri dari 2 (dua) siklus yaitu Siklus I dan Siklus II yang masing-
masing siklus melalui tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket yang memuat pertanyaan seputar minat belajar PJOK dengan menggunakan
indikator sangat tidak setuju, tdak setuju, setuju, sangat setuju. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat
belajar PJOK peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya meningkat sebesar 83,34%. Hal ini
ditunjukkan menurunnya peserta didik yang merasa bosan pada saat pembelajaran PJOK berlangsung. Pada
Siklus I terdapat 35,3% dari 34 peserta didik yang merasa terlalu lelah, mengantuk, dan bosan. Sedangkan pada
Siklus II tersisa 5,88% dari 34 peserta didik yang merasa terlalu lelah, mengantuk, dan bosan. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa penerapan pendekatan etnopedagodi pada pembelajaran PJOK mampu membuat
peserta didik menghafal varian serta perbedaan gerak lokomotor dan non lokomotor.
Kata Kunci: Minat, Etnopedagogi, Permainan, Engkle

Copyright (c) 2023 Moch. Agus Salim, Anung Priambodo, Anggraini Ratna W
Corresponding author: Moch. Agus Salim
Email Address: salimagus6569@gmail.com (Jl. Kemayoran Baru No.88, Kemayoran, Kec. Krembangan,
Surabaya, Jawa Timur 60176)
Received 18 June 2023, Accepted 21 June 2023, Published 27 June 2023

PENDAHULUAN
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) pada hakikatnya adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
(PJOK) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,
5606 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5605-5614

keterampilan sosial, penelaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih (Sunaryo, 2016). Pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah
memiliki peranan sangat penting yaitu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat
langsung dalam berbagai pengalaman belajar seperti membina pertumbuhan fisik dan pengembangan
psikis yang lebih baik, serta membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani mengajarkan beberapa macam gerak dasar olahraga yang
terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani. Pada pendidikan jenjang sekolah dasar harus
diajarkan gerak dasar secara umum sebab gerak dasar merupakan pembelajaran gerak pertama kali
yang dialami oleh peserta didik dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Kurikulum yang diterapkan pada sekolah dasar di Surabaya saat ini adalah kurikulum merdeka.
Capaian pembelajaran pada peserta didik jenjang sekolah dasar kelas IV (fase B) elemen pengetahuan
gerak yangtelah ditetapkan berdasarkan SK Kepala BSKAP No. 8 Tahun 2022 adalah pada akhir fase
B peserta didik menerapkan prosedur variasi dan kombinasi pola gerak dasar dan keterampilan gerak
berupa permainan dan olahraga, aktivitas senam, aktivitas gerak berirama, dan aktivitas permainan
dan olahraga air (kondisional). Salah satu gerak dasar yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh peserta
didik jenjang sekolah dasar sebelum melakukan gerak manipulatif adalah gerak lokomotor dan non
lokomotor. Hasan (1995) dalam Puspayanti (2017) menyatakan bahwa guru harus mampu
menerapkan pendekatan, model, metode, dan strategi yang sesuai dengan materi pembelajaran supaya
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Prastowo (2015) untuk mencapai tujuan pembelajaran
diperlukan adanya kolaborasi antara guru dengan peserta didik. Berdasarkan prinsip kurikulum
merdeka yang menyatakan bahwa guru bertugas sebagai fasilitator sedangkan peserta didik sebagai
pusat pembelajaran. Sehingga, peran peserta didik dalam proses pembelajaran sangat penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Janah (2020) yang menyatakan bahwa
penerapan student center pada pembelajaran maka akan memudahkan guru dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Faktor-faktor yang mepengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran adalah motivasi belajar yang
tinggi, metode pembelajaran yang tepat, lingkunagn belajar yang nyaman, konsistensi dalam belajar,
dan keterlibatan dalam proses belajar (Ayuka & Mawardi, 2021). Faktor-faktor tersebut juga
dipengaruhi oleh minat belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan Prastowo (2015) yang
menyatakan bahwa minat belajar peserta didik sangat penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran.
Sunaryo (2016) menyatakan bahwa apabila dalam satu kelas minat belajar peserta didik rendah maka
pembelajaran di kelas tersebut akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Etnopedagogi merupakan aktualisasi pembelajaran yang diorientasi pada penanaman nilai-nilai
kearifan lokal (Oktavianti & Ratnasari, 2018). Muzakkir (2021) berpendapat bahwa etnopedagogi
memandang pengetahuan atau kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat
diberdayakan demi kesejahteraan masyrakat. Hafid, et al (2015) dalam Muzakkir (2021) menegaskan
bahwa etnopedagogi mengangkat nilai-nilai kearifan lokal sebagai bagian penting dalam proses
Upaya Meningkatkan Minat Belajar PJOK Peserta Didik Menggunakan Pendekatan Etnopedagogi, Moch. Agus Salim,
Anung Priambodo, Anggraini Ratna W 5607

pendidikan, sebagai bagian dari proses pembudayaan. Sebagai pendekatan, etnopedagogi di sekolah
dasar perlu diimplementasikan dengan strategi maupun media pembelajaran inovatif yang mampu
menarik perhatian peserta didik. Apabila pembelajaran berorientasi pada etnopedagogi tidak
diterapkan sejak dini, maka masa perkembangan teknologi akan menggeser kearifan lokal pada
peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Muzakkir (2021) yang menyatakan bahwa apabila
budaya mulai diperkenalkan sejak usia sekolah dasar maka generasi masa depan adalah generasi yang
cinta dan mengenal budaya sendiri.
Pada dasarnya anak-anak membutuhkan aktivitas fisik yang memadai untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak (Mega, dkk., 2018). Salah satu aktivitas fisik yang sering
dilakukan anak-anak adalah bermain suatu permainan. Tidak banyak anak-anak di era abad 21 yang
masih mau melakukan permainan tradisional. Hal ini diperkuat oleh Rustan & Munawir (2020) yang
menyataan bahwa perubahan minat dari permainan tradisional ke permainan modern dipengaruhi oleh
aktivitas anak yang sejak dini telah bersentuhan dengan teknologi atau yang disebut sebagai anak
digital natives.
Mega, dkkk (2018) Menyebutkan bahwa permainan tradisional yang masih eksis di kalangan
anak-anak saat ini diantaranya egrang, kelereng, engkle, petak umpet, dan gobak sodor. Permainan
tradisional penting untuk dilakukan oleh anak-anak karena dapat membuat mereka menjadi kreatif dan
inovatif (Rustan & Muawir, 2020). Engkle merupakan permainan tradisional yang dimainkan anak-
anak di atas bidang datar berupa gambar delapan kotak dan satu gambar gunung. Permainan engkle
merupakan permainan yang mengharuskan pemain untuk melompat dari satu kotak ke kotak lain
dengan syarat tidak boleh menginjank garis dan kotak yang terdapat gaco. Gambar sebagai bidang
permainan engkle dapat dibuat di lantai, jalanan, lapangan, dan tempat datar lainnya dengan
menggunakan kapur tulis, arang, dan kayu. Permainan engkle menggunakan alat bernama gaco yang
dapat diperoleh dari benda apapun yang kecil, ringan, dan pipih. Permainan engkle dapat dilakukan
bersama-sama maupun sendirian. Jika permainan engkle dilakukan bersama-sama maka diperlukan
pengundian untuk menentukan urutan pemain.

Gambar 1. Bidang untuk permainan engkle


5608 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5605-5614

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri Kemayoran I Surabaya adalah minat
belajar peserta didik kelas IV-D cukup rendah. Hal ini tampak ketika pembelajaran PJOK berlangsung
terdapat 14,76% dari 34 peserta didik yang tidak minat mengikuti pembelajaran PJOK sehingga lebih
memilih untuk tinggal di kelas, dan saat pembelajaran PJOK berlangsung terdapat 20,6% dari 34
peserta didik yang tidak memperhatikan guru. Peneliti menggunakan pendekatan etnopedagogi
dengan menerapkan permainan tradisional engkle pada pembelajaran untuk meningkatkan minat
belajar PJOK peserta didik materi gerak lokomotor dan non lokomotor.
Berdasarkan penjelasan beberapa teori dan hasil observasi maka peneliti tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindak Kelas (PTK) pada peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I
Surabaya menggunakan permainan tradisional engkle dengan tujuan meningkatkan minat belajar
PJOK materi gerak lokomotor dan non lokomotor.

METODE
Penelitian yang dilakukan termasuk deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnopedagogi.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April 2023 di SD Negeri Kemayoran I Surabaya.
Pemilihan sampel berdasarkan hasil observasi peneliti. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan
suatu metode peneltian yang bergerak pada pendekatan kualitatif sederhana dengan alur induktif
(Yuliani, 2018). Artinya, penelitian deskriptif kualitatif diwali dengan proses atau peristiwa penjelas
yang akhirnya dapat ditarik suatu generalisasi yang merupakan sebuah kesimpulan dari proses atau
peristiwa tersebut.
Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya
yang berjumlah 34 siswa. Peneliti memilih kelas tersebut sebab berdasarkan hasil observasi kelas,
kelas tersebut paling banyak peserta didik yang kurang minat pada pelajaran PJOK. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yang berisikan 5 pertanyaan positif tentang
minat belajar dan 3 pertanyaan negatif tentang minat belajar. Penelitian dilakukan melalui 2 siklus
dengan masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I Siklus II

Gambar 2. Siklus penelitian


Upaya Meningkatkan Minat Belajar PJOK Peserta Didik Menggunakan Pendekatan Etnopedagogi, Moch. Agus Salim,
Anung Priambodo, Anggraini Ratna W 5609

Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus 1 merupakan tindakan berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan peneliti. Salah satu bentuk perencanaan yang dilakukan oleh peneliti adalah menyusun
modul ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I
Surabaya. Komponen modul ajar yang disusun terdiri dari identitas modul ajar, kompetensi awal, pofil
pelajar pancasila, sarana dan prasarana, target peserta didik, dan model pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian pada siklus 1 dan siklus 2 menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Media pembelajaran pada siklus 1 menggunakan powerpoint. Tujuan pembelajaran
pada siklus 1 adalah peserta didik diharapkan mampu memahami dan membedakan variasi gerak
lokomotor dan non lokomotor. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis masalah dilakukan
sebagian di kelas dan sebagian lagi di lapangan. Kegiatan yang dilakukan di kelas meliputi doa,
memeriksa kehadiran peserta didik, orientasi masalah, pembentukan kelompok, dan pengerjaan
lembar kegiatan peserta didik (LKPD). Presentasi hasil diskusi kelompok, penarikan kesimpulan,
evaluasi pembelajaran, serta pengisian angket minat belajar PJOK dilakukan di lapangan.
3. Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti mengamati setiap peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I
Surabaya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pendapat Mesra (2021) yang
menyatakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi minat beajar peserta didik adalah strategi
pembelajaran yang dirancang oleh guru, maka hal yang diamati oleh peneliti meliputi fokus peserta
didik, antusias peserta didik, dan evaluasi hasil pembelajaran peserta didik.
4. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap penentu untuk siklus berikutnya. Seorang guru dapat membuat
sebuah konsep dan metode yang akan diterapkan berdasarkan hasil refleksi pda kelas tertentu
(Ritonga, dkk., 2022). Hasil refleksi pembelajaran pada siklus 1 akan digunakan sebagai penenttu
strategi pada pembelajaran siklus 2.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus 2 berupa penyusunan instrumen penelitian yang terdiri dari
modul ajar, lembar kegiatan peserta didik, dan angket kuisioner minat belajar peserta didik.
Komponen modul ajar yang disusun oleh peneliti pada siklus ini masih sama dengan modul ajar pada
siklus 1 yaitu identitas modul ajar, kompetensi awal, profil pelajar pancasila, saraa dan prasarana,
target peserta didik, dan model pembelajaran.
5610 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5605-5614

2. Tahap Pelaksanaan
Pada penelitian siklus 2, pembelajaran PJOK kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan etnopedagogi. Etnopedagogi
yang diterapkan adalah permainan trdisional engkle pada pembelajaran PJOK topik gerak lokomotor
dan non lokomotor.
Kegiatan pembelajaran dilakukan sebagian di kelas dan sebagian lagi di lapangan sekolah.
Pembelajaran di kelas meliputi kegiatan pengkondisian peserta didik, menyampaikan tujuan
pembelajaran, orientasi peserta didik terhadap masalah, serta pembagian kelompok. Kegiatan
pembelajaran di lapangan meliputi pengerjaan LKPD, penerapan permainan engkle, penarikan
kesimpulan, serta evaluasi pemblajaran. Pengisian angket kuisioner dilakukan peserta didik di kelas.
3. Tahap Pengamatan
Peneliti mengamati masing-masing peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya.
Hal yang dimati oleh peneliti adalah keterlibatan peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, evaluasi hasil pembelajaran peserta didik, dan angket kuisioner yang telah diisi oleh
peserta didik. Hal ini sejalan dengan Puspayanti (2017) yang menyatakan bahwa minat belajar peserta
didik dapat diamati berdasarkan keterlibatan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Tahap refleksi pada siklus 2 merupakan hasil penentu pada rangkaian kegiatan penelitian.
Apabila terdapat perbedaan terhadap hasil refleksi pada siklus 1 dan siklus 2 digunakan sebagai
pembahasan dan simpulan penelitian.

HASIL DAN DISKUSI


Hasil penelitian berdasarkan pengisian angket oleh 34 peserta didik kelas IV-D SD Negeri
Kemayoran I Surabaya didapatkan hasil bahwa penerapan permainan tradisional belum pernah
digunakan dalam pembelajaran PJOK sehingga ketika peserta didik mengikuti pembelajaran PJOK
menggunakan pendekatan etnopedagogi maka mereka sangat antusias dan terlibat aktif selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebaliknya, pada pembelajaran Siklus I yang menggunakan
media pembelajaran power point saja maka peserta didik sering kehilangan fokus dan semangat
belajar di tengah-tengah kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berikut hasil pengisian angket kuisioner minat belajar peserta didik pada siklus 1 dan siklus 2.
Pada angket kuisioner terdapat 5 pertanyaan positif dan 3 pertanyaan negatif mengenai minat peserta
didik selama pembelajaran PJOK berlangsung.
Tabel 2. Hasil perolehan angket kuisioner pada siklus 1 dan siklus 2
Siklus 1 Siklus 2
Pertanyaan
SS S TS STS SS S TS STS
Materi Lokomotor dan non lokomotor disertai 3 1 21 9 28 6 0 0
dengan praktik yang mudah dipahami
Saya merasa bahwa pembelajaran ini banyak 16 18 0 0 20 14 0 0
Upaya Meningkatkan Minat Belajar PJOK Peserta Didik Menggunakan Pendekatan Etnopedagogi, Moch. Agus Salim,
Anung Priambodo, Anggraini Ratna W 5611

Siklus 1 Siklus 2
Pertanyaan
SS S TS STS SS S TS STS
memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari
Saya belajar dengan sungguh-sungguh 19 15 0 0 21 13 0 0
Saya senang karena diberi kesempatan untuk 11 23 0 0 15 19 0 0
bertanya, menjawab, dan menyimpulkan pelajaran
Saya berusaha mempraktikkan materi lokomotor 18 16 0 0 20 14 0 0
dengan sebaik-baiknya
Saya merasa terlalu lelah, mengantuk, dan bosan 7 12 10 5 0 2 17 15
ketika pembelajaran berlangsung
Saya mengalami kesulitan untuk mempraktikkan 21 9 1 2 0 0 6 28
gerak lokomotor dan non lokomotor yang baik dan
benar
Saya harus melihat suatu peragaan untuk 13 9 7 5 0 0 13 21
melakukan gerak lokomotor dan non lokomotor
yang baik dan benar

Siklus I
Berdasarkan Tabel 2, pada siklus 1 terdapat peserta didik yang menganggap materi
pembelajaran PJOK tidak disertai dengan praktik yang mudah dipahami. Hal ini ditunjukkan dengan
61,8% dari 34 peserta didik yang memilih jawaban tidak setuju (TS) dan 26,5% dari 34 peserta didik
yang memilih jawaban sangat tidak setuju (STS) pada pertanyaan materi lokomotor dan non
lokomotor disertai dengan praktik yang mudah dipahami. Artinya pembelajaran PJOK yang
disampaikan pada siklus 1 masih belum mencapai tujuan pembelajaran sebab masih terdapat peserta
didik yang belum memahami materi lokomotor dan non lokomotor.
Pembelajaran PJOK hanya menggunakan media pembelajaran tanpa pendekatan etnopedagogi
membuat peserta didik merasa bosan. Hal ini ditunjukkan pada siklus 1 terdapat 20,6% dari 34 peserta
didik yang memilih jawaban setuju (S) dan 35,3% dari 34 peserta didik yang memilih jawaban sangat
setuju (SS) pada pertanyaan saya merasa terlalu lelah, mengantuk, dan bosan ketika pembelajaran
berlangsung. Artinya, peserta didik lebih tertarik mengikuti pembelajaran PJOK jika guru menerapkan
permainan sebagai bentuk pendekatan pembelajaran.
Pembelajaran tanpa menggunakan pendekatan etnopedagogi pada siklus 1 juga membuat
peserta didik mengalami kesulitan untuk mempraktikkan gerak lokomotor dan non lokomotor. Hal ini
ditunjukkan dengan 61,8% dari 34 peserta didik yang memilih jawaban setuju (S) dan 26,5% peserta
didik yang memilih jawaban sangat setuju (SS) pada pertanyaan saya mengalami kesulitan untuk
mempraktikkan gerak lokomotor dan non lokomotor yang baik dan benar.
Peserta didik mengalami kesulitan untuk mempraktikkan gerak lokomotor dan non lokomotor
sebab pada siklus 1 mereka hanya diberikan materi melalui media powerpoint tanpa praktik
menggunakan pendekatan etnopedagogi sehingga peserta didik harus melihat suatu peragaan untuk
melakukan gerak lokomotor dan non lokomotor yang baik dan benar. Hal ini ditunjukkan dengan
38,2% dari 34 peserta didik yang memilih jawaban setuju (S) dan 26,5% dari 34 peserta didik yang
memilih jawaban sangat setuju (SS) pada pertanyaan saya harus melihat suatu peragaan untuk melihat
untuk melakukan gerak lokomotor dan non lokomotor yang baik dan benar. Artinya, untuk mengingat
5612 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5605-5614

varian gerak lokomotor dan non lokomotor maka peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I
Surabaya harus memperagakan gerak tidak hanya melihat saja.
Siklus II
Pada siklus 2 tidak ada peserta didik yang memilih jawaban tidak setuju (TS) dan sangat tidak
setuju (STS) pada pertanyaan materi gerak lokomotor dan non lokomotor disertai dengan praktik yang
mudah dipahami. Artinya, semua peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya merasa
materi yang dismpaikan oleh peneliti disertai praktik yang mudah dipahami yaitu permainan
tradisional engkle.
Peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya merasa senang selama mengikuti
pembelajaran PJOK pada siklus 2. Hal ini ditunjukkan dengan 50% dari 34 peserta didik yang
memilih jawaban tidak setuju (TS) dan 44,2% dari 34 peserta didik yang memilih jawaban sangat
tidak setuju (STS) pada pertanyaan saya merasa terlalu lelah, mengantuk, dan bosan ketika
pembelajaran berlangsung. Peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya juga tidak
mengalami kesulitan untuk mempraktikkan gerak lokomotor dan non lokomotor ketika menggunakan
permainan tradisional engkle. Hal ini ditunjukkan dengan 17,7% dari 34 peserta didik yang memilih
jawaban tidak setuju (TS) dan 82,35% dari 34 peserta didik yang memilih jawaban sangat tidak setuju
(STS) pada pertanyaan saya mengalami kesulitan untuk mempraktikkan gerak lokomotor dan non
lokomotor yang baik dan benar.
Peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya setelah mengikuti pembelajaran
PJOK menggunakan pendekatan etnopedagogi dengan menerapkan permainan engkle pada
pembelajaran maka tidak ada peserta didik yang harus melihat suatu peragaan terlebih dahulu untuk
melakukan gerak lokomotor dan non lokomotor. Hal ini ditunjukkan dengan tidak ada peserta didik
yang memilih jawaban setuju (S) dan sangat setuju (SS) pada pertanyaan saya harus melihat suatu
peragaan untuk melakukan gerak lokomotor dan non lokomotor yang baik dan benar.

KESIMPULAN
Pembelajaran menggunakan pendekatan etnopedagogi dengan menerapkan permainan
tradisional engkle mampu meningkatkan minat belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran
PJOK materi gerak lokomotor dan non lokomotor. Antusias peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran PJOK menggunakan permainan tradisional engkle meningkat sebanyak 83,34%. Hal ini
ditunjukkan dengan menurunnya jumlah peserta didik yang merasa lelah dan bosan pada
pembelajaran di siklus 1 dan siklus 2. Pada pembelajaran siklus 1 terdapat 12 peserta didik dari 34
peserta didik yang merasa lelah dan bosan saat pembelajaran PJOK. Sedangkan pada siklus 2 hanya
tersisa 2 (dua) peserta didik yang merasa lelah dan bosan. Apabila antusias peserta didik meningkat
pada kegiatan pembelajaran maka dapat dikatakan minat peserta didik pada pembelajaran tersebut
juga meningkat (Sunaryo, 2016).
Upaya Meningkatkan Minat Belajar PJOK Peserta Didik Menggunakan Pendekatan Etnopedagogi, Moch. Agus Salim,
Anung Priambodo, Anggraini Ratna W 5613

Peserta didik kelas IV-D SD Negeri Kemayoran I Surabaya setelah menerapkan permainan
tradisional engkle tidak lagi membutuhkan peragaan untuk membedakan gerak lokomotor dan non
lokomotor. Artinya, penerapan permainan tradisional engkle dapat membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran pada materi gerak lokomotor dan non lokomotor. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian oleh Oktavianti & Ratnasari (2018) yang menunjukkan bahwa etnopedagogi
sebagai pendekatan pembelajaran yang diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran yang
menyajikan media berbasis kearifan lokal lebih efektif.
Berdasarkan hasil penelitian, peserta didik khususnya yang masih dalam kategori anak-anak
lebih antusias mengikuti pembelajaran yang menerapkan permainan. Agar peserta didik sekolah dasar
dapat ikut serta dalam melestarikan permainan tradisional, maka hendaknya guru menerapkan
pendekatan etnopedagogi pada setiap materi pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan strategi
pembelajaran maupun media pembelajaran untuk menerapkan etnopedagogi.
Penelitian yang telah dilakukan terbatas pada minat belajar peserta didik saja sehingga
diharapkan pada penelitian berikutnya dapat mengkorelasikan antara etnopedagogi dengan hasil
belajar peserta didik. Sebab, pembelajaran PJOK banyak menerapan keterampilan gerak sehingga
tidak terlalu sulit untuk menerapan permainan tradisional dalam pembelajaran. Saat pembelajaran
PJOK menerapkan pendekatan etnopedagogi menggunakan permainan tradisional, guru diharapkan
mampu memberikan sekilas sejarah tentang permainan tradisional yang dipilih serta esensi dari
permainan tersebut.

REFERENSI
Ayuka, Fransiska P P., & Mawardi. 2021. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Disiplin
Menggunakan Skala Likert dalam Pembelajaran Tematik Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan
Dasar. 5(1): 13 – 29.
Janah, Miftaqul. 2020. Efektifitas Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbasis E-
worksheet untuk Meningkatkan hasil belajar dan Keaktifan Siswa. Prosiding NASCA, 2774–-
2954, doi: 10.47387/nasca.vlil.28.
Mesra, Putrina. 2021. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa di Masa Pandemi.
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 7(3): 12–18.
Muzakkir. 2021. PENDEKATAN ETNOPEDAGOGI SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN
KEARIFAN LOKAL. Jurnal Hurriah. 2(2): 28 – 39.
Oktaviani, Ika., & Ratnasari, Yuni. 2018. Etnopedagogi dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Melalui Media Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Refleksi Edukatika. 8(2): 150–154.
Prastowo, A. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu. Penerbit
Kencana.
Puspayanti, Penny. 2017. Minat Siswa Kelas IV dan V dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Negeri 1 Godean Yogyakarta (Skripsi Tidak
5614 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 5605-5614

Terpublikasi). Sarjana Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta,


Yogyakarta.
Rustan, Edhy., & Munawir, Ahmad. 2020. Eksistensi Permainan Tradisional pada Generasi Digital
Natives di Luwu Raya dan Pengintegrasinya ke dalam Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. 5(2): 181-196.
Ritonga, Raja., Harahap, Rosni., & Adwiyah, Robiyatul L. 2022. Pelatihan Metode Refleksi Bagi
Guru Sekolah Penggerak dalam Proes Pembelajaran. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 6(2):
995 – 1002.
Sunaryo, S. 2016. Minat Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SMP Negeri 2
Tempel Kab. Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi, Sarjana, tidak diterbitkan.
Yogyakarta: FIK UNY.
Yuliani, Wiwin. 2018. Metode Penelitin Deskriptif Kualitatif dalam Perspektif Bimbingan dan
Konseling. Qunta. 2(2): 83 – 91.

Anda mungkin juga menyukai