SMA NU 1 Kradenan
Paper
Diajukan Untuk Memenuhi Penugasan Ujian Sekolah
SMA NU 1 KRADENAN
Oleh:
Ahmad Wibowo
NISN
XII IPS 2
SMA NU 1 KRADENAN
Jl. Peting-Menden No.KM 2, RW.6, Sawah, Sumber, Kacamatan Sub-
District, Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58383
Handphone 082324591133
E-mail: smanu1kradenan@gmail.com
Website: http://smanu1kradenan.sch.id
1
Motto dan Persembahan
Motto :
Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk besok
Kehidupan adalah petualangan yang harus dijalani
Hidup adalah seni menghadapi masalah
Persembahan :
Paper ini Saya persembahkan kepada :
2
HALAMAN PENGESAHAN
3
Kata Pengantar
5. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu per satu.
Penyusun
(Ahmad Wibowo)
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................1
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................3
KATA PENGANTAR.....................................................................................4
DAFTAR ISI...................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................6
A. Latar Belakang Masalah.................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................
D. Manfaat...........................................................................................
E. Metode Penelitian...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
A. Musholla.........................................................................................
B. Dampak Siswa Dalam Pemanfaatan Musholla Untuk
Peningkatan Sikap Keagamaan Siswa Di Sekolah ..........................
C. Strategi Siswa Dalam Memanfaatkan Musholla Di Sekolah......15
BAB III PENUTUP......................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................16
B. Saran...........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................18
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
selain faktor-faktor yang lain. Karena dengan musholla yang berfungsi dengan
baik akan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan agama Islam. Pendidikan
akan lebih dinamis, pengajaran lebih mantap dalam menyajikan materi yang lebih
luas. Menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut UU nomor 20 tahun
2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam mewujudkan sebuah proses
Pembentukan Sikap keagamaan siswa itu ada beberapa unsur yang saling
berkaitan, salah satu unsur yang penting yaitu sumber belajar, karena dengan
adanya sumber belajar ini bisa digunakan untuk membantu guru dalam mengajar
serta mampu untuk membangkitkan keinginan dan minat baru dalam belajar yang
akhirnya tujuan dari proses tersebut bisa tercapai. Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional
dapat digunakan untuk membantu Membentuk sikap keagamansSiswa
Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar namun
dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang
dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan
bidang ilmu yang dipelajari.
sekolah merupakan salah satu sumber belajar, hal tersebut sesuai dengan salah
satu fungsi musholla adalah sebagai tempat untuk menyampaikan informasi dan
penyampaian doktrin.
Pentingnya memiliki sarana ibadah seperti mushola di lingkungan sekolah
dapat dipaparkan sebagai upaya menjaga dan meningkatkan kesadaran keagamaan
siswa-siswi. Adanya ruang ibadah di sekolah diharapkan dapat memberikan
tempat yang nyaman untuk refleksi spiritual dan pengembangan nilai-nilai
keagamaan yang positif. Selain itu, dapat mencakup permasalahan keagamaan
yang dihadapi oleh siswa-siswi dalam konteks modern, serta potensi manfaat dari
penggunaan mushola sebagai sarana untuk merespons tantangan tersebut. Selain
itu, dapat merinci bahwa pembentukan sikap keagamaan pada anak-anak dan
remaja tidak hanya tanggung jawab keluarga, tetapi juga lingkungan pendidikan.
7
Analisis pemanfaatan mushola dalam konteks ini dapat memberikan wawasan
mengenai efektivitasnya sebagai sarana yang memfasilitasi pengembangan
dimensi keagamaan, seperti ibadah, kajian agama, dan kegiatan keagamaan
lainnya di tengah-tengah aktivitas belajar.Adanya penelitian yang mendalam
terkait dampak pemanfaatan mushola dapat memberikan dasar empiris untuk
mendukung argumen bahwa keberadaan mushola bukan hanya simbolis, tetapi
juga memiliki kontribusi nyata dalam membentuk sikap keagamaan siswa-siswi.
Selain itu, dapat menggarisbawahi pentingnya integrasi nilai-nilai keagamaan
dalam pendidikan formal sebagai bagian integral dari pengembangan karakter
holistik siswa-siswi dapat menggali lebih dalam konsep pembangunan karakter
religius sebagai bagian integral dari pendidikan holistik. Penelitian ini mungkin
merinci bahwa mushola bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai
wadah untuk melatih kedisiplinan, tanggung jawab, dan nilai-nilai moral yang
mencerminkan ajaran agama Selain itu, konteks sejarah dan perkembangan
mushola di sekolah-sekolah dapat menjadi landasan untuk memahami evolusi
peran dan makna mushola dalam konteks pendidikan di Indonesia dapat
membahas perubahan-perubahan tersebut dan bagaimana mereka mencerminkan
pergeseran dalam nilai-nilai keagamaan dan pendidikan di masyarakat,ini
mendalam mempertimbangkan bahwa dalam era globalisasi ini, nilai-nilai
keagamaan sering kali menghadapi tantangan serius. Perubahan sosial, teknologi,
dan komunikasi yang pesat telah membentuk tatanan masyarakat modern dengan
dinamika yang berbeda.
Oleh karena itu, kehadiran mushola di lingkungan pendidikan memiliki
relevansi yang krusial sebagai respons terhadap perubahan tersebut.Perubahan
pola pikir dan gaya hidup di tengah kemajuan teknologi telah menempatkan nilai-
nilai tradisional, termasuk nilai-nilai keagamaan ini bertujuan untuk menggali
bagaimana pemanfaatan mushola di sekolah-sekolah dapat menjadi strategi
adaptasi untuk memperkuat fondasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan siswa-
siswi di tengah arus perubahan tersebut juga dapat menyoroti kompleksitas dalam
menciptakan ruang inklusif untuk berbagai keagamaan. Tantangan dalam
merespons keragaman kepercayaan dan praktik keagamaan dapat diangkat sebagai
pertimbangan penting, dengan penelitian ini berpotensi memberikan pandangan
yang mendalam tentang bagaimana mushola sebagai sarana dapat menjadi ruang
8
yang memperkuat persatuan dan toleransi di antara siswa-siswi.Tidak hanya
sebatas pada dimensi individual dan ini dapat mempertimbangkan dampak
pemanfaatan mushola dalam membentuk komunitas sekolah yang berlandaskan
nilai-nilai keagamaan. Keterlibatan siswa-siswi dalam kegiatan keagamaan di
mushola dapat menjadi katalisator untuk membangun solidaritas dan rasa saling
peduli di antara mereka Dengan merinci konteks yang luas ini, penelitian
diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan tidak hanya pada tingkat
akademis, tetapi juga pada tingkat praktis, dengan memberikan panduan yang
berharga untuk pengembangan kebijakan pendidikan yang mendukung
pembentukan karakter keagamaan yang kokoh di kalangan siswa-siswi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa manfaat musholla/masjid disekolah?
2. Kegiatan apa yang dapat dilaksanakan sebagai penunjang sikap keagamaan
siswa?
3. Apa saja sikap keagamaan yang dapat dikembangkan siswa dengan adanya
musholla/masjid disekolah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan paper ini,
diantaranya adalah:
9
D. Manfaat
1. Untuk mengetahui kemanfaatan musholla dalam meningkatkan sikap
keagamaan guna menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan siswa SMA NU 1
Kradenan
E. Metode Penelitian
1. Artikel Jurnal
mendapatkan wawasan ilmiah dari penelitian yang telah dipublikasikan
dalam jurnal
2. Situs Web Resmi
mengambil informasi langsung dari sumber resmi, seperti pemerintah atau
organisasi internasional
3. Blog Forum
menyelidiki pandangan, pengalaman, atau opini orang melalui blog atau
forum online
4. Dokumen Resmi
mengunduh dokumen resmi, seperti laporan pemerintah atau dokumen
perusahaan yang tersedia secara online
5. Buku Elektronik
mengakses buku dan referensi elektronik yang dapat digunakan untuk
mendukung penelitian
6. Data Statistik
menemukan data statistik terpercaya untk mendukung analisis
7. Berita Online
mendapatkan pemahaman tentang perkembangan terkini atau latar belakang
suatu topik melalui berita online
8. Sumber Audio Atau Video
menggunakan materi audio atau video online untuk mendukung atau
mengilustrasikan penelitian
9. Arsip Online
menjelajahi arsip digital untuk mengakses inforamsi historis atau
dokumentasi
10. Peta Dan Gambar
mengumpulkan peta gambar atau visualisasi lainnya yang mendukung
penelitian
10
BAB II
PEMBAHASAN
A. Musholla
Pengertian musholla banyak dijumpai di tempat-tempat umum seperti
terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan, bendara, kampus, sekolah, dan lain-
lain. Kata tersebut diartikan sama dengan tempat shalat. Dalam Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, musholla berarti tempat shalat, surau, atau langgar.Zaman
Rasulullah yang dinamakan musholla adalah tanah lapang yang dijadikan shalat
‘ied. Diriwayatkan bahwa bahwa Rasulullah setiap shalat ‘ied dengan jamaah di
musholla kecuali sekali di masjid karena hujan, oleh karena itu jumhur ulama
madzhab menyunahkan shalat ‘ied di tempat yang luas bukan masjid. Namun
imam Syafi’I berpendapat bahwa tetap sunah di masjid. Alasannya karena pada
waktu itu masjid terlalu kecil, tidak muat untuk menampung jamaah hingga
pelaksanaan shalat ‘ied selalu dilaksanakan di padang luas.Dinegara Saudi
Arabia, meskipun kecil, bangunan yang dikhususkan untuk shalat disebut
masjid. Walaupun tidak dipakai untuk shalat jumat. Sedangkan masjid yang
dijadikan untuk shalat jumat disebut masjid jami’. Penyebutan masjid jami’ di
Indonesia biasanya diterapkan untuk masjid yang besar. Jadi musholla adalah
masjid kecil tempat mengaji atau shalat, tetapi tidak digunakan untuk shalat
jumat.
Pada masa sekarang mushola di sekolah memberikan manfaat yang beragam yang
dapat dibagi menjadi beberapa aspek. Pertama-tama, sebagai tempat ibadah, mushola
memberikan kesempatan bagi siswa dan staf untuk melaksanakan ibadah secara rutin,
seperti shalat lima waktu, yang merupakan kewajiban bagi umat Muslim. Kehadiran
mushola memastikan bahwa kegiatan ibadah ini dapat dilakukan dengan nyaman dan
teratur tanpa harus meninggalkan lingkungan sekolah.Selain itu, mushola juga berperan
penting dalam pendidikan agama. Di sini, siswa dapat memperoleh pengetahuan lebih
mendalam tentang ajaran agama mereka, mengikuti pengajian, kajian, atau ceramah
agama yang bertujuan untuk memperkuat pemahaman keagamaan dan moral mereka.
Ini membantu membentuk karakter siswa dengan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran
agama yang dianut.Di samping itu, mushola juga berfungsi sebagai tempat untuk
merefleksikan diri dan mengurangi stres. Lingkungan yang tenang dan mendukung di
11
mushola memungkinkan siswa dan staf untuk melarikan diri sejenak dari kegiatan
sehari-hari dan merenungkan makna spiritual dalam hidup mereka. Hal ini dapat
membantu meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional mereka.
Selain manfaat pribadi, mushola juga memfasilitasi terbentuknya
komunitas yang saling mendukung. Di sini, siswa dan staf dapat saling
berinteraksi, berbagi pengalaman, dan memperkuat ikatan sosial berdasarkan
nilai-nilai keagamaan yang sama. Ini memperkuat rasa kebersamaan dan
solidaritas di antara anggota komunitas sekolah.Terakhir, keberadaan mushola
juga memperkuat identitas keagamaan siswa dan staf. Dengan memiliki tempat
ibadah yang tersedia di sekolah, mereka dapat merasa diakui dan didukung
dalam praktik keagamaan mereka, serta mempromosikan keberagaman budaya
dalam konteks keagamaan. Ini membantu menciptakan lingkungan yang inklusif
dan menghormati perbedaan kepercayaan di lingkungan sekolah. Dengan
demikian, mushola di sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah,
tetapi juga sebagai pusat pendidikan agama, refleksi spiritual, dan pembentukan
komunitas yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.Selain manfaat-manfaat
yang telah disebutkan sebelumnya, mushola di sekolah juga memiliki dampak
positif dalam membentuk disiplin dan tanggung jawab pada siswa. Kehadiran
mushola sebagai tempat ibadah memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mempraktikkan disiplin dalam menjalankan ibadah secara teratur dan tepat
waktu. Hal ini melatih mereka untuk mengelola waktu dengan baik dan
menghargai kewajiban keagamaan. Selain itu, keberadaan mushola juga
mengajarkan nilai-nilai seperti kerendahan hati, kesabaran, dan rasa syukur, yang
merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter yang baik.
Mushola di sekolah juga dapat berperan sebagai tempat untuk
memfasilitasi kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat. Misalnya, melalui
kegiatan pengajian, bakti sosial, atau program-program keagamaan lainnya,
mushola dapat menjadi pusat kegiatan yang memperkuat hubungan antarindividu
dalam komunitas sekolah dan bahkan masyarakat sekitarnya. Ini tidak hanya
membantu memperkuat ikatan sosial, tetapi juga memperluas dampak positif
dari keberadaan mushola di lingkungan sekitarnya.Dengan demikian, mushola di
sekolah tidak hanya memberikan manfaat bagi individu secara pribadi, tetapi
juga bagi komunitas secara luas. Dari pendidikan agama hingga pembentukan
12
karakter, refleksi spiritual hingga pelayanan masyarakat, mushola merupakan
aset berharga yang memperkaya pengalaman belajar dan kehidupan di
sekolah.Selain manfaat yang telah disebutkan sebelumnya, keberadaan mushola
di sekolah juga berperan penting dalam membentuk sikap keagamaan siswa.
Dalam lingkungan yang inklusif dan mendukung seperti mushola, siswa
memiliki kesempatan untuk memperdalam pemahaman mereka tentang agama
yang mereka anut. Melalui kegiatan seperti pengajian, kajian, dan ceramah
agama, siswa dapat mengeksplorasi nilai-nilai, ajaran, dan praktik keagamaan
yang lebih dalam.
Selain itu, interaksi dengan sesama anggota komunitas sekolah di mushola
juga dapat memperkuat identitas keagamaan siswa. Dengan melihat contoh dari
teman-teman sebaya dan staf sekolah yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan
dalam menjalankan ibadah, siswa dapat merasa terdorong untuk memperdalam
praktik keagamaan mereka sendiri.Selain itu, mushola juga menjadi tempat di
mana siswa dapat mencari bimbingan dan dukungan dalam menghadapi
pertanyaan atau tantangan yang berkaitan dengan keyakinan dan praktik
keagamaan mereka. Ini memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam dan menerima arahan yang sesuai dengan ajaran agama
mereka.Dengan demikian, keberadaan mushola di sekolah tidak hanya
memberikan tempat ibadah, tetapi juga berperan sebagai wadah untuk
pembentukan sikap keagamaan siswa. Dalam lingkungan yang mendukung dan
terbuka, siswa dapat memperkuat identitas keagamaan mereka, memperdalam
pemahaman mereka tentang agama, dan mengembangkan sikap yang kuat dalam
menjalankan praktik keagamaan sehari-hari.
Peningkatan sikap keagamaan siswa merupakan proses holistik yang
melibatkan berbagai aspek dalam lingkungan pendidikan dan keluarga. Untuk
mencapai hal ini, penting untuk memperkuat pendidikan agama di sekolah
dengan menyelenggarakan program yang komprehensif, melibatkan guru yang
berkompeten dalam bidangnya, dan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan
dalam kurikulum.Selain itu, kegiatan keagamaan di sekolah seperti pelaksanaan
ibadah bersama, ceramah keagamaan, dan kegiatan sosial yang berbasis nilai-
nilai keagamaan dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan
13
pemahaman dan kesadaran spiritual siswa. Melibatkan para siswa dalam
kegiatan ini dapat membantu mereka merasakan keterlibatan aktif dalam praktik
keagamaan.
Penting juga untuk membangun kemitraan yang erat antara sekolah, guru,
dan keluarga siswa. Komunikasi yang terbuka antara pihak-pihak terkait dapat
memberikan dukungan yang konsisten dalam memfasilitasi perkembangan sikap
keagamaan siswa. Keluarga memiliki peran sentral dalam membimbing anak-
anak dalam praktik keagamaan sehari-hari, dan keterlibatan aktif mereka dapat
meningkatkan efektivitas upaya peningkatan sikap keagamaan siswa. Melalui
pendekatan yang terintegrasi dan kolaboratif ini, diharapkan siswa dapat
membangun dasar keagamaan yang kokoh, menjalankan nilai-nilai moral, dan
merasakan keseimbangan spiritual yang positif dalam kehidupan sehari-hari
mereka.
Dampak Positif
Peningkatan Kesadaran Spiritual: Melalui pemanfaatan musholla, siswa
dapat mengalami peningkatan kesadaran spiritual. Keberadaan tempat
ibadah ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk merenung, berdoa,
dan memperdalam hubungan mereka dengan aspek keagamaan.
Penguatan Nilai-Nilai Etika dan Moral: Musholla menjadi tempat di
mana siswa dapat belajar dan mempraktikkan nilai-nilai etika dan moral
yang terkandung dalam ajaran agama. Ini berpotensi memperkaya karakter
siswa dengan dasar nilai yang kuat.
Pembentukan Kedisiplinan Pribadi: Aktivitas keagamaan yang rutin di
musholla dapat membantu siswa membentuk kebiasaan positif dan
kedisiplinan pribadi. Keterlibatan dalam ritual keagamaan dapat
menciptakan struktur dalam kehidupan siswa.
14
Pemberdayaan Psikologis dan Emosional: Musholla dapat menjadi
tempat untuk mengatasi stres dan tekanan emosional melalui aktivitas
keagamaan. Ini dapat memberikan siswa sarana untuk meresapi
ketenangan dan mendukung kesejahteraan psikologis mereka.
Pembangunan Komunitas Keagamaan di Sekolah: Pemanfaatan
musholla menciptakan komunitas keagamaan di sekolah, di mana siswa
dapat saling mendukung dalam perjalanan keagamaan mereka. Ini
mempromosikan solidaritas dan toleransi di antara siswa dari berbagai
latar belakang keagamaan.
Peran Positif dalam Pembentukan Karakter: Keberadaan musholla
memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter positif siswa. Melalui
kegiatan keagamaan, siswa dapat mengasah nilai-nilai seperti kerendahan
hati, kejujuran, dan empati.
Penguatan Keteraturan Ibadah: Mushola memberikan fasilitas yang
memadai untuk siswa menjalankan ibadah secara teratur, seperti shalat
lima waktu bagi umat Muslim. Dengan ketersediaan fasilitas ini di
sekolah, siswa dapat membiasakan diri untuk menjalankan ibadah secara
disiplin, yang membantu memperkuat ikatan spiritual mereka dengan
agama.
Pendidikan Keagamaan yang Terintegrasi: Mushola sering menjadi
tempat untuk mengadakan pengajaran agama dan pembelajaran nilai-nilai
keagamaan. Ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk mendalami
pemahaman mereka tentang ajaran agama mereka, mengembangkan sikap
yang lebih positif terhadap keyakinan mereka, dan memperkuat hubungan
mereka dengan agama.
Pembentukan Kebiasaan Beribadah: Melalui kegiatan rutin di mushola,
seperti shalat berjamaah atau kajian keagamaan, siswa dapat membentuk
kebiasaan positif dalam beribadah dan memperdalam hubungan mereka
dengan Tuhan. Kebiasaan ini dapat berlanjut ke masa dewasa dan menjadi
bagian integral dari kehidupan keagamaan mereka.
Pengembangan Etika dan Moral: Mushola juga merupakan tempat di
mana siswa dapat belajar tentang nilai-nilai etika dan moral yang
15
diwariskan oleh agama mereka. Melalui diskusi, pengajaran, dan contoh-
contoh praktis, siswa dapat memahami pentingnya integritas, empati, dan
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penguatan Solidaritas dan Persaudaraan: Kegiatan-kegiatan di
mushola, seperti shalat berjamaah atau pengajian, memperkuat solidaritas
dan persaudaraan antara siswa yang memiliki keyakinan agama yang
sama. Ini menciptakan lingkungan yang mendukung di mana siswa merasa
didukung dan terhubung satu sama lain dalam perjalanan keagamaan
mereka.
Peningkatan Keterlibatan Orang Tua: Mushola sering menjadi tempat
bagi orang tua untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan sekolah, seperti
pengajian atau perayaan hari besar agama. Ini menciptakan kesempatan
bagi orang tua untuk mendukung dan memperkuat nilai-nilai keagamaan
yang diajarkan di rumah dan di sekolah.
Mengurangi Stigma Terhadap Keagamaan: Dengan adanya mushola di
sekolah, keagamaan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau
eksklusif. Sebaliknya, itu menjadi bagian yang terintegrasi dari kehidupan
sekolah yang beragam, mengurangi stigma terhadap praktik keagamaan
dan mempromosikan toleransi antarumat beragama.
Peningkatan Kesejahteraan Mental dan Emosional: Mushola
memberikan ruang yang tenang dan terpisah dari kesibukan sekolah, di
mana siswa dapat mencari ketenangan, memperkuat hubungan dengan
Tuhan, dan merenungkan makna hidup. Ini dapat membantu dalam
mengatasi stres dan kecemasan, serta meningkatkan kesejahteraan mental
dan emosional siswa.
Pengembangan Keterampilan Sosial: Kegiatan di mushola, seperti shalat
berjamaah atau pengajian, juga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial, seperti kerjasama, komunikasi, dan
empati. Ini penting untuk membangun hubungan yang sehat dan harmonis
dalam masyarakat.
Peningkatan Kesadaran Sosial dan Kepedulian: Mushola juga bisa
menjadi pusat untuk menyampaikan pesan-pesan tentang tanggung jawab
16
sosial dan kepedulian terhadap sesama, yang merupakan nilai-nilai inti
dalam ajaran agama. Ini memotivasi siswa untuk berkontribusi positif
dalam membangun komunitas dan memperjuangkan keadilan sosial.
Dampak Negatif
17
berbeda, baik antara siswa, staf sekolah, atau orang tua, terutama jika ada
perbedaan pendapat atau kebijakan terkait penggunaannya.
Penekanan terhadap Agama pada Kerugian Nilai-nilai Universal:
Terlalu fokus pada pemanfaatan mushola untuk meningkatkan sikap
keagamaan dapat mengabaikan pentingnya mempromosikan nilai-nilai
universal seperti toleransi, kerjasama, dan empati, yang tidak hanya
berlaku dalam konteks agama tertentu tetapi juga relevan dalam kehidupan
sehari-hari.
Polarisasi Agama dan Konflik Antar-keagamaan: Penggunaan mushola
yang tidak seimbang atau penekanan yang berlebihan pada satu agama
tertentu dapat menyebabkan ketegangan dan konflik antar-keagamaan di
antara siswa dan staf sekolah. Hal ini dapat mengganggu iklim sekolah
yang harmonis dan menghambat kerja sama antar-umat beragama.
Diskriminasi dan Pengucilan: Jika penggunaan mushola tidak diatur
dengan adil dan inklusif, siswa yang berasal dari agama minoritas atau
non-agama mungkin merasa terdiskriminasi atau diucilkan. Mereka
mungkin tidak merasa diterima atau diakui dalam lingkungan sekolah,
yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan psikologis dan akademis
mereka.
Radikalisasi dan Ekstremisme Agama: Ada risiko bahwa pemanfaatan
mushola yang tidak terawasi dengan baik dapat dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang ekstremis untuk mempromosikan ideologi radikal atau politis
yang berbahaya. Hal ini dapat mengancam keamanan dan stabilitas
sekolah serta menyebabkan dampak negatif jangka panjang pada siswa dan
masyarakat sekitarnya.
Keterbatasan Pengalaman dan Pemahaman Agama: Terlalu banyak
fokus pada pemanfaatan mushola sebagai satu-satunya sumber pendidikan
keagamaan dapat menyebabkan siswa kehilangan keberagaman
pengalaman dan pemahaman agama. Mereka mungkin tidak terpapar pada
perspektif yang beragam atau tidak memperoleh pengetahuan yang
komprehensif tentang agama-agama lain, yang penting untuk
mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap keragaman.
18
Ketegangan dengan Otoritas Sekuler: Penggunaan mushola dalam
konteks pendidikan sekuler juga dapat menyebabkan ketegangan atau
konflik dengan otoritas sekuler, terutama jika kebijakan penggunaannya
bertentangan dengan prinsip-prinsip sekuler atau hukum yang berlaku. Hal
ini dapat menimbulkan masalah hukum dan menimbulkan kontroversi di
masyarakat.
19
Membuat Taman Bacaan Islami: Siswa dapat mengumpulkan buku-buku
Islami dan menyusunnya di musholla sebagai taman bacaan Islami. Mereka
juga dapat mengadakan kegiatan membaca bersama, diskusi buku, atau
bimbingan baca Al-Qur’an di tempat tersebut. Hal ini akan membantu
meningkatkan pengetahuan keagamaan dan literasi Islami di antara siswa.
Mengadakan Kegiatan Sosial dan Kemanusiaan: Siswa dapat
mengorganisir kegiatan sosial dan kemanusiaan di musholla, seperti bakti
sosial, kunjungan ke panti asuhan, atau penyuluhan kesehatan. Melalui
kegiatan ini, siswa dapat belajar tentang nilai-nilai solidaritas, empati, dan
kepedulian sosial, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menggalang Kerjasama dengan Pihak Sekolah: Siswa dapat berkolaborasi
dengan pihak sekolah dalam menyelenggarakan program-program
keagamaan, seperti seminar agama, lomba ceramah, atau pertemuan
antaragama. Mereka juga dapat mengajukan proposal kepada pihak sekolah
untuk meningkatkan fasilitas dan peran musholla sebagai pusat kegiatan
keagamaan dan sosial di lingkungan sekolah.
Mengadakan Program Pendidikan Agama: Siswa dapat mengusulkan
kepada pihak sekolah untuk menyelenggarakan program pendidikan agama
yang berkelanjutan di musholla. Program ini dapat mencakup pelatihan
ibadah, pemahaman ajaran agama, dan pengembangan spiritualitas. Dengan
demikian, siswa dapat lebih memahami dan mengamalkan ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari.
Menyelenggarakan Acara Ramah Lingkungan: Siswa dapat mengorganisir
acara ramah lingkungan di musholla, seperti kampanye penghijauan,
pengelolaan sampah, atau kegiatan lingkungan lainnya yang sesuai dengan
nilai-nilai agama. Ini akan membantu mengajarkan siswa tentang tanggung
jawab sebagai khalifah di bumi dan mengaplikasikan ajaran agama dalam
menjaga kelestarian lingkungan.
Mengembangkan Program Kreatif dan Seni: Siswa dapat menggunakan
musholla sebagai tempat untuk mengembangkan kreativitas dan bakat seni
mereka yang berbasis nilai-nilai agama. Mereka dapat mengadakan pentas
seni religius, seperti pentas musik Islami, teater dakwah, atau pameran seni
20
bertema agama. Ini akan menjadi sarana yang baik untuk menyebarkan pesan-
pesan positif dan inspiratif kepada seluruh komunitas sekolah.
Membangun Komunitas Berbasis Musholla: Siswa dapat membangun
komunitas atau klub yang berbasis di sekitar musholla, seperti klub baca Al-
Qur’an, klub keagamaan, atau klub sosial kemanusiaan. Komunitas ini akan
menjadi tempat bagi siswa untuk berinteraksi, berbagi pengalaman, dan saling
memberi dukungan dalam perjalanan spiritual dan sosial mereka.
Menyelenggarakan Program Pembinaan Karakter: Siswa dapat bekerja
sama dengan guru dan pembimbing untuk menyelenggarakan program
pembinaan karakter di musholla. Program ini dapat mencakup pelatihan
kepemimpinan, pengembangan kejujuran, toleransi, dan nilai-nilai moral
lainnya yang sesuai dengan ajaran agama. Dengan demikian, musholla dapat
menjadi pusat pembentukan karakter yang positif bagi seluruh siswa.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dikemukakan di atas terdapat
beberapa saran yang peneliti ajukan terkait dengan permasalahan
penelitian tersebut. Diantaranya yaitu:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Mushola sebagai
sarana dalam peningkatan sikap keagamaan siswa-siswi menghasilkan
dampak positif, dengan partisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan
serta peningkatan pemahaman dan ketaatan beribadah. Implikasi dari
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan program
pendidikan keagamaan di lingkungan sekolah untuk memperkuat
nilai-nilai spiritual siswa.
2. Para siswa sebaiknya lebih aktif dalam mengikuti kegiataan
keagamaan yang diselanggarakan oleh sekolah dan menjadikanya
sebagai kegiatan yang dilakukan dengan kesadaran dan penuh
tanggung jawab yang nantinya membentuk kepribadian para siswa.
Serta menjadikan aktifitas keagamaan yang dilaksanakan di sekolah
sebagai bekal ketika terjun di masyarakat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Aini, D. R. (2021). Manajemen Mushola Sekolah sebagai Laboratorium
Pendidikan Karakter Religius Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Bondowoso
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq
Jember).
Fikriyah, A. (2017). Peranan Kegiatan Remaja Mushola Dalam
Mengembangkan Perilaku Keagamaan Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri
1 Kencong Tahun Pelajaran 2016/2017 (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember).
Parno, B. (2022). PEMANFAATAN MUSALLA AL-BAROKAH
SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA. Al-
Qalam: Jurnal Imiah Pendidikan Agama Islam, 1(1), 23-32.
Pratiwi, S., & Daulay, M. Y. (2023). Analisis Penggunaan Fasilitas Masjid
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MAS Nahdhatul Islam Mancang
Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Jurnal Manajemen Akuntansi (JUMSI),
3(4), 2534-2547.
Susilowati, D. (2022). FUNGSI MASJID SEBAGAI LABORATORIUM
AGAMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI DI
SMA ISLAM TUNAS BANGSA DEMAK (Doctoral dissertation, UIN SUNAN
KALIJAGA YOGYAKARTA).
24