Anda di halaman 1dari 18

1

MODUL PERKULIAHAN

Biopsikologi

Definisi dan Ruang Lingkup


Biopsikologi

Abstrak CPMK 1

Biopsikologi adalah studi ilmiah Sub-CPMK 1


tentang biologi perilaku (lihat Mahasiswa Mampu menjelaskan Definisi
Dewsbury, 1991). dan ruang lingkup Biopsikologi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM


Psikologi Psikologi
01
Apa Itu Biopsikologi ?
A. Mendefinisikan Biopsikologi
Biopsikologi adalah studi ilmiah tentang biologi perilaku (lihat Dewsbury,
1991). Beberapa mengacu pada bidang ini sebagai psikobiologi, biologi perilaku, atau
neurosains perilaku; tetapi kami lebih suka istilah biopsikologi karena itu
menunjukkan pendekatan biologis dalam studi psikologi daripada pendekatan
psikologis dalam studi biologi: Psikologi mendominasi panggung utama dalam teks
ini. Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku - studi ilmiah tentang semua
aktivitas terbuka dari organisme serta semua proses internal yang diyakini berada di
bawahnya (misalnya, pembelajaran, ingatan, motivasi, persepsi, emosi).

B. Apa Asal-usul Biopsikologi?


Studi tentang biologi perilaku memiliki sejarah panjang, tetapi biopsikologi
tidak menjadi disiplin neurosains utama hingga abad ke-20. Meskipun tidak mungkin
menentukan tanggal pasti kelahiran biopsikologi, publikasi The Organization of
Behavior pada tahun 1949 oleh Donald Hebb memainkan peran kunci dalam
kemunculannya (lihat Brown & Milner, 2003). Dalam bukunya, Hebb
mengembangkan teori komprehensif pertama tentang bagaimana fenomena
psikologis kompleks, seperti persepsi, emosi, pemikiran, dan ingatan, mungkin
dihasilkan oleh aktivitas otak. Teori Hebb banyak membantu untuk mendiskreditkan
pandangan bahwa fungsi psikologis terlalu kompleks untuk memiliki akarnya dalam
fisiologi dan kimia otak. Hebb membangun teorinya berdasarkan eksperimen yang
melibatkan manusia dan hewan nonmanusia, studi kasus klinis, dan argumen logis
yang dikembangkan dari pengamatannya sendiri tentang kehidupan sehari-hari.
Pendekatan eklektik ini telah menjadi ciri khas penyelidikan biopsikologi.

C. Bagaimana Biopsikologi Berkaitan dengan Disiplin Neurosains Lainnya?


Neurosains adalah upaya tim, dan biopsikolog adalah anggota penting dalam
tim tersebut (lihat Albright, Kandel, & Posner, 2000; Kandel & Squire, 2000).
Biopsikologi dapat lebih dikarakterisasi oleh hubungannya dengan disiplin neurosains
lainnya.
Biopsikolog adalah ahli neurosains yang membawa pengetahuan tentang
perilaku dan metode penelitian perilaku ke dalam penelitian mereka. Orientasi
perilaku dan keahlian mereka yang membuat kontribusi mereka dalam neurosains
menjadi unik (lihat Cacioppo & Decety, 2009). Anda akan dapat lebih menghargai

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


2 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
pentingnya kontribusi ini jika Anda mempertimbangkan bahwa tujuan utama sistem
saraf adalah menghasilkan dan mengendalikan perilaku (lihat Grillner & Dickinson,
2002). Pikirkanlah itu.
Biopsikologi adalah disiplin yang integratif. Biopsikolog menggabungkan
pengetahuan dari disiplin neurosains lainnya dan mengaplikasikannya dalam studi
perilaku. Berikut adalah beberapa disiplin neurosains yang khususnya relevan
dengan biopsikologi:
 Neuroanatomi.
Studi struktur sistem saraf
 Neurokimia.
Studi dasar-dasar kimia aktivitas saraf
 Neuroendokrinologi.
Studi interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin
 Neuropatologi.
Studi disfungsi sistem saraf (lihat Bab 10 dan 18).
 Neurofarmakologi.
Studi efek obat-obatan pada aktivitas saraf
 Neurofisiologi.
Studi fungsi dan aktivitas sistem saraf

D. Pendekatan dan Ciri Penelitian Biopsikologi


Ada tiga pendekatan dan ciri penelitian biopsikologi, yaitu penelitian yang
melibatkan subjek manusia dan nonmanusia, penelitian yang berbentuk eksperimen
formal dan non eksperimen, serta penelitian murni dan terapan. Penelitian yang
melibatkan subyek manusia memiliki beberapa keunggulan. Pertama, mereka dapat
mengikuti intruksi dengan mudah.Kedua, manusia dapat melaporkan pengalaman
subyektifnya dan terakhir, biayanya lebih murah, karena tidak memerlukan biaya
perawatan laboraturium dan biaya pemeliharaan hewan.
Sedangkan penelitian yang melibatkan nonmanusia atau hewan memiliki tiga
keuntungan. Pertama, otak dan perilaku hewan lebih sederhana dibanding manusia,
sehingga lebih memungkinkan untuk menemukan interaksi yang mendasar antara
otak dan perilaku. Keuntungan kedua adalah insight sering muncul dari pendekatan
komparatif, yaitu dengan membandingkan proses biologis pada spesies-spesies yang
berbeda. Misalnya, misalnya membandingkan perilaku spesies yang tidak memiliki
serebral korteks dengan perilaku spesies yang memilikinya, dapat memebrikan
petunjuk yang berharga tentang fungsi-fungsi otak. Keuntungan yang ketiga adalah,

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
secara etika banyak sekali penelitian-penelitian yang tidak dapat langsung dilakukan
kepada manusia, namun bisa dilakukan kepada hewan. Misalnya, studi tentang
fungsi otak bisa dilakukan dengan memotong sebagian otak hewan untuk melihat
efeknya pada perilaku hewan tersebut. Kemudian hasilnya bisa dijadikan dugaan
terhadap fungsi otak dibagian tersebut pada manusia.
Pada tipe penelitian eksperimen formal, peneliti mencoba untuk mencari
jawaban “apa menyebabkan apa”. Untuk melaksanakan sebuah eksperimen yang
melibatkan mahluk hidup sebagai subjeknya, pertama-tama harus dirancang dua
kondisi atau lebih sebagai alat tes yang akan dilaksanakan kepada subjek tersebut.
Pada eksperimen “between subject design” ada beberapa subject yang dites
dalam kondisi yang berbeda-beda. Misalnya pada penelitian tentang motivasi dalam
mengerjaan tes matematika pada siswa SD, dipilih dua subjek yang berbeda yaitu
subjek A dan subjek B. Pada subjek A, sebelum diberikan tes matematika, diputarkan
film dan lagu yang dapat membangkitkan semangat siswa. Sedangkan pada subjek
B, langsung diberikan tesmatematika. Setelah itu dilihat apakah ada perbedaan hasil
dari kedua subjek tersebut.
Pada eksperimen “within subject design”, peneliti menempatkan satu subjek
ke berbagai kondisi, menerapkan perlakuan yang berbeda dan mengukur hasilnya
sehingga hanya ada satu kondisi yang relevan di antara kondisi-kondisi yang
dibandingkan. Misalnya, pada penelitian motivasi dalam mengerjakan tes matematika
pada siswa SD di atas, subjek yang sama akan mengalami dua perlakuan yang
berbeda. Pertama mereka akan datang ke ruang eksperimen dan langsung
mendapatkan tes matematika. Setelah itu mereka akan diberikan film dan lagu yang
menggugah semangat, lalu diberikan tes matematika yang berbeda tapi dengan
tingkat kesulitan yang sama. Setelah itu dibandingkan hasil di antara kedua tes
tersebut.
Perbedaan di antara berbagai kondisi itu disebut “variable independent”,
dalam contoh di atas adalah hasil/efek dari pemberian lagu dan film yang
membangkitkan semangat. Sedangkan “variable dependent” nya adalah kesamaan
ciri-ciri subjek (dalam hal ini murid SD) dan alat penelitian yang dipakai (tes
matematika yang berbeda namun dengan tingkat kesulitan yang sama). Pada
penelitian ini perlu diperhatikan adanya “confounded variable”, yaitu variable-variabel
yang bukan termasuk independent variable, yang bisa ikut mempengaruhi hasil
penelitian. Misalnya, bila pada contoh eksperimen di atas adalah hasil latihan dalam
mengerjakan tes matematika, bisa menjadi confounded variable yang menentukan
meningkatnya hasil tes pada eksperimen within subject design.

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada penelitian noneksperimen atau kuasi eksperiman, dilakukan kepada
masalah- masalah yang tidak dapat dilakukan dalam ruangan eksperimen. Misalnya,
eksperimen tentang penyebab-penyebab kerusakan otak pada para pecandu alcohol
tidak mungkin dapat dilakukan, Karena tidak etis untuk menempatkan seorang subjek
pada sebuah kondisi yang melibatkan konsumsi alkohol selama bertahun-tahun.
Untuk penelitian semacam ini dilakukan pada subjek yang sudah terpapari kondisi
yang ingin diteliti dalam dunia nyata.
Untuk contoh penelitian tentang kerusakan otak pada pecandu alcohol ini,
dipilih 100 orang pria pecandu alcohol yang sudah didetoksifikasi dari unit perlakuan
alkoholisme dan 50 pria non peminum yang diambil dari berbagai sumber. Para
peminum alcohol sebagai kelompok menunjukkan performa yang lebih buruk pada
berbagai tes kemampuan perseptual, motoric, kognitif, dan hasil pemindaian otak
mereka menemukan kerusakan otak yang ekstensif.
Penelitian non eksperimen lainnya adalah studi kasus. Studi kasus ini adalah
penelitian yang difokuskan pada satu kasus atau subjek saja. Studi kasus sering
memberikan gambaran yang lebih mendalam disbanding yang diberikan oleh
eksperimen atau studi kuasi eksperimental.
Jenis penelitian lainnya adalah penelitian murni. Penelitian ini terutama
dimotivasi oleh keinginan peneliti untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan
penelitian terapan adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mewujudkan manfaat
langsung tertentu bagi umat manusia.

E. Enam Divisi Biopsikologi


Dari berbagai jenis penelitian di atas, biopsikolog melakukan penelitian
mereka dengan beragam cara yang berbeda secara fundamental satu sama lain.
Beberapa pendekatan khusus biopsikologi tumbuh dengan subur dan mendapat
pengakuan luas sebagai divisi- divisi penelitian biopsikologi. Divisi-divisi tersebut
adalah:
1. Psikologi fisiologi
Psikologi fisiologi adalah divisi biopsikologi yang mengkaji mekanisme neural
perilaku melalui manipulasi otak secara langsung dalam eksperimen-
eksperimen terkontrol. Metode yang paling lazim digunakan adalah metode
bedah dan metode elektrik.Subjek penelitian yang digunakan hampir selalu
binatang yang dilakukan dalam laboraturium. Penelitian ini juga lebih pada
penelitian murni yang berkontribusi pada pengembangan teori tentang kontrol
otak terhadap perilaku.

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Psikofarmakologi.
Divisi ini mirip dengan psikologi fisiologis, namun ia difokuskan pada manipulasi
aktivitas neural dan perilaku dengan obat-obatan. Para psikofarmakolog
mengkaji efek obat- obatan pada berbagai spesies laboraturium dan juga pada
manusia, bila memungkinkan secara etis. Misalnya psikofarmakolog telah
mencoba memperbaiki ingatan para pasien Alzheimer dengan menerapkan
obat-obatan yang meningkatkan kadar neurotransmitter asetilkolin.
3. Neuropsikologi
Neuropsikologi adalah kajian tentang efek-efek kerusakan otak pada pasien
manusia. Neuropsikologi nyaris secara eksklusif menangani studi kasus dan
studi kuasi ekperimental terhadap pasien-pasien dengan kerusakan otak akibat
penyakit, kecelakaan dan bedah syaraf. Lapisan serebral korteks adalah yang
paling mungkin rusak akibat kecelakaan atau pembedahan.
4. Psikofisiologis
Psikofisiologis adalah divisi biopsikologi yang mengkaji aktifitas fisiologis dan
proses- proses psikologis pada subjek manusia.Prosedur perekaman
fisiopsikologis biasanya dari permukaan tubuh. Alat yang lazim digunakan
adalah electroencephalogram (EEG). Ukuran-ukuran psikofisiologis lain yang
lazim digunakan adalah ketegangan otot, gerakan otot, detak jantung, tekanan
darah, dilasi pupil dan konduktansi elektrik kulit. Kebanyakan penelitian
bertema tentang atensi, emosi dan pemrosesan informasi serta sejumlah
masalah klinis.
5. Neurosains kognitif
Neurosains kognitif mengkaji dasar-dasar neural kognisi, yaitu proses-proses
intelektual dengan tingkat yang lebih tinggi, seperti pikiran, ingatan, atensi dan
proses-proses persepsi yang kompleks. Metode utamanya adalah fuctional
brain imaging (merekam gambar-gambar otak manusia hidup) selama
subjeknya terlibat dalam aktivitas otak tertentu. Kebanyakan penelitian dalam
divisi ini bersifat kolaboratif, misalnya melibatkan biopsikolog yang dilatih
secara konvensional, para psikolog kognitif, pakar komputasi dan matematika
serta para ahli lainnya.
6. Psikologi komparatif
Divisi ini menangani biologi perilaku secara umum. Psikologi komparatif
membandingkan perilaku bebragai macam spesies untuk memahami evolusi,
genetika dan adaptasi perilaku. Sebagian psikolog komparatif mengkaji perilaku
di laboraturium, sebagian lagi terlibat penelitian etologis- kajian perilaku hewan

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
di lingkungan alamiahnya. Pada divisi ini terdapat psikologi evolusioner yang
berusaha memahami perilaku dengan mempertimbangkan asal muasal
evolusionernya. Lalu ada juga genetika perilaku yaitu kajian pengaruh genetic
terhadap perilaku.

Berpikir tentang Biologi Perilaku: Dari


Dichotomies ke Interaksi
Kita cenderung mengabaikan hal-hal halus, ketidaksesuaian, dan kompleksitas
keberadaan kita dan berpikir dalam istilah dichotomy sederhana yang saling eksklusif:
benar-salah, baik-buruk, menarik-tidak menarik, dan sebagainya. Daya tarik dari cara
berpikir ini adalah kesederhanaannya.

A. Asal-usul Berpikir Dichotomous


Kecenderungan untuk berpikir tentang perilaku dalam istilah dichotomy
terilustrasi oleh dua jenis pertanyaan yang umumnya diajukan tentang perilaku: (1)
Apakah itu fisiologis atau psikologis? (2) Apakah itu diwariskan, atau dipelajari?
Kedua pertanyaan tersebut terbukti keliru, namun mereka termasuk jenis pertanyaan
yang paling umum diajukan dalam kelas biopsikologi. Itulah mengapa kita
membahasnya di sini.

1. APAKAH ITU FISIOLOGIS, ATAU PSIKOLOGIS? (IS IT PHYSIOLOGICAL, OR


IS IT PSYCHOLOGICAL)
Pemikiran bahwa proses manusia tergolong dalam salah satu dari dua
kategori, fisiologis atau psikologis, memiliki sejarah panjang dalam banyak
budaya. Untuk sebagian besar sejarah budaya Barat, kebenaran adalah apa pun
yang Gereja tetapkan sebagai benar. Kemudian, sekitar tahun 1400, hal-hal mulai
berubah. Kelaparan, wabah, dan pasukan marauding yang berulang kali melanda
Eropa selama Abad Pertengahan mereda, dan minat beralih ke seni,
perdagangan, dan ilmu pengetahuan - ini adalah periode Renaisans, atau
kebangkitan (1400–1700). Beberapa sarjana Renaisans tidak puas hanya
mengikuti perintah Gereja; sebaliknya, mereka mulai mempelajari hal-hal secara
langsung dengan mengamati mereka—dan begitulah ilmu pengetahuan modern
lahir.

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sebagian besar pengetahuan ilmiah yang terakumulasi selama Renaisans
bertentangan dengan perintah Gereja. Namun, konflik ini diselesaikan oleh filsuf
terkenal Prancis René Descartes (dibaca "day-CART"). Descartes (1596–1650)
mempromosikan filosofi yang, dalam satu arti, memberikan satu bagian dari alam
semesta kepada ilmu pengetahuan dan bagian lainnya kepada Gereja. Dia
berargumen bahwa alam semesta terdiri dari dua elemen: (1) materi fisik, yang
berperilaku sesuai dengan hukum alam dan oleh karena itu merupakan objek yang
cocok untuk penyelidikan ilmiah—tubuh manusia, termasuk otak, diasumsikan
sepenuhnya fisik, begitu juga hewan nonmanusia; dan (2) pikiran manusia (jiwa,
diri, atau roh), yang tidak memiliki substansi fisik, mengendalikan perilaku
manusia, tidak mematuhi hukum alam, dan oleh karena itu merupakan wewenang
yang tepat dari Gereja.
Dualisme Cartesian, seperti filosofi Descartes menjadi dikenal, mendapat
persetujuan dari Gereja Roma, dan dengan demikian gagasan bahwa otak
manusia dan pikiran adalah entitas yang terpisah menjadi lebih luas diterima. Hal
ini bertahan hingga saat ini, meskipun telah berabad-abad kemajuan ilmiah.
Sebagian besar orang sekarang memahami bahwa perilaku manusia memiliki
dasar fisiologis, tetapi banyak yang masih berpegang pada asumsi dualistik bahwa
ada kategori aktivitas manusia yang somehow melampaui otak manusia.

2. APAKAH ITU DIWARISKAN, ATAU DIPEROLEH?


Kecenderungan untuk berpikir dalam istilah dichotomy juga berlaku dalam
cara orang berpikir tentang perkembangan kapasitas perilaku. Selama berabad-
abad, para sarjana telah memperdebatkan apakah manusia dan hewan lain
mewarisi kapasitas perilaku mereka atau memperolehnya melalui pembelajaran.
Debat ini biasa disebut sebagai isu Nature – nurture.
Sebagian besar psikolog eksperimental awal Amerika Utara sepenuhnya
mendukung sisi alam-besarkan (pembelajaran) dari isu alam-besarkan. Tingkat
komitmen ini terilustrasikan oleh kata-kata yang sering dikutip oleh John B.
Watson, bapak behaviorisme:

We have no real evidence of the inheritance of [behavioral]


traits. I would feel perfectly confident in the ultimately
favorable outcome of careful upbringing of a healthy,
well-formed baby born of a long line of crooks, murderers
and thieves, and prostitutes. Who has any evidence to the

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
contrary?
. . . Give me a dozen healthy infants, well-formed,
and my own specified world to bring them up in and
I’ll guarantee to take any one at random and train him
to become any type of specialist I might select—doctor,
lawyer, artist, merchant-chief and, yes even beggar-man
and thief. (Watson, 1930, pp. 103–104

Pada saat yang sama, psikologi eksperimental sedang tumbuh di Amerika


Utara, etologi (kajian perilaku hewan di alam liar) menjadi pendekatan dominan
dalam studi perilaku di Eropa. Etologi Eropa, berbeda dengan psikologi
eksperimental Amerika Utara, fokus pada studi perilaku insting (perilaku yang
terjadi pada semua anggota spesies, bahkan ketika tidak ada kesempatan untuk
mempelajarinya), dan menekankan peran alam atau faktor yang diwariskan dalam
perkembangan perilaku. Karena perilaku insting tidak dipelajari, para etolog awal
menganggap mereka sepenuhnya diwariskan. Mereka salah, tetapi begitu juga
dengan psikolog eksperimental awal.

B. Masalah dalam Berpikir tentang Biologi Perilaku dalam Istilah Dichotomy


Tradisional
Debat fisiologis-atau-psikologis (physiological-or-psychological) dan debat
alam-besarkan-atau-pendidikan (nature-or-nurture) didasarkan pada cara berpikir
yang salah tentang biologi perilaku, dan generasi baru pertanyaan mengarahkan
penelitian biopsikologi saat ini (lihat Churchland, 2002). Apa yang salah dengan cara
berpikir lama ini tentang biologi perilaku, dan apa yang menjadi cara baru?

1. BERPIKIR FISIOLOGIS-ATAU-PSIKOLOGIS MENEMUI KESULITAN.


Tidak lama setelah dualisme pikiran-otak Descartes secara resmi disahkan
oleh Gereja Roma, ia mulai mendapat serangan publik.
Pada tahun 1747, Julien Offray de la Mettrie secara anonim menerbitkan
pamflet yang mengejutkan Eropa. ... La Mettrie melarikan diri ke Berlin, di mana
dia dipaksa hidup dalam pengasingan sepanjang sisa hidupnya. Kejahatan apa
yang dia lakukan? Dia berpendapat bahwa pikiran dihasilkan oleh otak—serangan
yang berbahaya, menurut pandangan rekan-rekannya. (Corsi, 1991, sampul)

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Ada dua garis bukti melawan berpikir fisiologis-atau-psikologis (asumsi
bahwa beberapa aspek fungsi psikologis manusia begitu kompleks sehingga tidak
mungkin menjadi produk dari otak fisik). Garis pertama terdiri dari banyak
demonstrasi bahwa bahkan perubahan psikologis yang paling kompleks
(misalnya, perubahan dalam kesadaran diri, ingatan, atau emosi) dapat dihasilkan
oleh kerusakan atau stimulasi bagian otak (lihat Farah & Murphy, 2009). Garis
bukti kedua terdiri dari demonstrasi bahwa beberapa spesies nonmanusia,
terutama spesies primata, memiliki beberapa kemampuan (misalnya, pemecahan
masalah kompleks) yang dulunya diasumsikan sebagai murni psikologis dan oleh
karena itu murni manusia (lihat Bartal, Decety, & Mason, 2011). Dua kasus berikut
mengilustrasikan dua jenis bukti ini. Kedua kasus ini berhubungan dengan
kesadaran diri, yang secara luas dianggap sebagai salah satu ciri khas pikiran
manusia (lihat Apps & Tsakiris, 2014).
Kasus pertama adalah akun Oliver Sacks (1985) tentang "pria yang jatuh
dari tempat tidur." Pasien ini menderita asomatognosia, kekurangan dalam
kesadaran terhadap bagian tubuhnya sendiri. Asomatognosia biasanya melibatkan
sisi kiri tubuh dan biasanya disebabkan oleh kerusakan pada lobus frontal dan
parietal kanan (lihat Feinberg et al., 2010; Gambar 2.1). Yang penting di sini
adalah bahwa perubahan dalam kesadaran diri yang ditunjukkan oleh pasien
sangat kompleks, tetapi jelas merupakan hasil dari kerusakan otak: Bahkan,
berbagai pengalaman manusia dapat dihasilkan oleh manipulasi otak.

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kasus kedua menggambarkan penelitian G. G. Gallup tentang kesadaran
diri pada simpanse (lihat Gallup, 1983; Parker, Mitchell, & Boccia, 1994). Tujuan
dari kasus ini adalah bahwa bahkan nonmanusia, yang oleh beberapa orang
diasumsikan tidak memiliki pikiran, mampu memiliki kompleksitas psikologis yang
cukup—dalam hal ini, kesadaran diri. Meskipun otak mereka kurang kompleks
daripada otak manusia, beberapa spesies mampu mencapai tingkat kompleksitas
psikologis yang tinggi (lihat Gomez-Marin & Mainen, 2016).

Sejak demonstrasi Gallup, banyak spesies lain telah lulus uji pengenalan
diri cermin yang sekarang dikenal. Ini termasuk gajah Asia, orangutan, dan gagak
Eropa, untuk beberapa contoh. Manusia melewati uji pengenalan diri cermin
hanya setelah mencapai usia 15 hingga 24 bulan.

2. BERPIKIR ALAM-BESARKAN-ATAU-PENDIDIKAN MENEMUI KESULITAN.


Sejarah berpikir alam-besarkan-atau-pendidikan dapat dirangkum dengan
merujuk kepada Mark Twain: "Laporan tentang kematiannya telah sangat dibesar-
besarkan." Setiap kali hal ini telah dinilai tidak layak, ia muncul kembali dalam
bentuk yang sedikit dimodifikasi. Pertama, faktor selain genetika dan
pembelajaran telah terbukti memengaruhi perkembangan perilaku; faktor seperti
lingkungan janin, nutrisi, stres, dan stimulasi sensori semuanya terbukti
berpengaruh. Hal ini menyebabkan pelebaran konsep pendidikan untuk mencakup
berbagai faktor pengalaman selain pembelajaran. Ini pada dasarnya mengubah
dichotomy alam-besarkan dari "faktor genetika atau pembelajaran" menjadi "faktor
genetika atau pengalaman."

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Selanjutnya, secara meyakinkan diberikan argumen bahwa perilaku selalu
berkembang di bawah kendali gabungan antara alam dan pendidikan (lihat
Johnston, 1987; Rutter, 1997), bukan di bawah kendali salah satu dari keduanya.
Menghadapi poin ini, banyak orang hanya mengganti satu jenis berpikir alam-
besarkan dengan yang lain. Mereka berhenti bertanya, "Apakah itu genetik, atau
apakah itu hasil dari pengalaman?" dan mulai bertanya, "Berapa banyak dari itu
yang bersifat genetik, dan berapa banyak yang hasil dari pengalaman?"
Seperti versi sebelumnya dari pertanyaan alam-besarkan-atau-
pendidikan, versi berapa-banyak-dari-itu-yang-genetik-dan-berapa-banyak-dari-itu-
yang-hasil-dari-pengalaman ini pada dasarnya cacat. Masalahnya adalah bahwa
ia didasarkan pada premis bahwa faktor genetika dan faktor pengalaman
menggabungkan dalam cara aditif—bahwa kapasitas perilaku, seperti kecerdasan,
diciptakan dengan menggabungkan sejumlah genetika dengan sejumlah
pengalaman. Poin dari metafora ini, jika Anda lupa, adalah untuk mengilustrasikan
mengapa tidak pantas untuk mencoba memahami interaksi antara dua faktor
dengan bertanya seberapa besar sumbangan masing-masing faktor. Kita tidak
akan bertanya seberapa besar seorang musisi dan seberapa besar alat musiknya
memberikan kontribusi dalam memproduksi musik; kita tidak akan bertanya
seberapa besar air dan seberapa besar suhu memberikan kontribusi terhadap
penguapan; dan kita tidak akan bertanya seberapa besar laki-laki dan seberapa
besar perempuan memberikan kontribusi terhadap reproduksi. Demikian pula, kita
tidak seharusnya bertanya seberapa besar faktor genetika dan seberapa besar
faktor pengalaman memberikan kontribusi terhadap perkembangan perilaku.
Jawaban untuk semua pertanyaan ini terletak pada pemahaman tentang sifat
interaksi (lihat Sung et al., 2014; Uher, 2014). Pentingnya berpikir tentang
perkembangan dalam hal interaksi akan menjadi lebih jelas nanti dalam bab ini.

3. MODEL BIOLOGI PERILAKU.


Sejauh ini dalam modul ini, Anda telah belajar mengapa orang cenderung
berpikir tentang biologi perilaku dalam istilah dichotomy, dan Anda telah belajar
beberapa alasan mengapa cara berpikir ini tidak pantas. Sekarang, mari kita lihat
cara berpikir tentang biologi perilaku yang telah diadopsi oleh sebagian besar
biopsikolog. Ini diilustrasikan dalam Gambar 2.3. Seperti ide-ide kuat lainnya, itu
sederhana dan logis. Model ini disederhanakan menjadi premis tunggal bahwa
semua perilaku adalah produk dari interaksi antara tiga faktor: (1) warisan genetik
organisme, yang merupakan produk dari evolusinya; (2) pengalamannya; dan (3)

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


12 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
persepsinya terhadap situasi saat ini. Harap periksa modelnya dengan cermat dan
pertimbangkan implikasinya.

Evolusi Manusia
A. Teori Evolusi Darwin
Biologi modern dimulai pada tahun 1859 dengan publikasi buku Charles
Darwin berjudul "On the Origin of Species". Dalam karya monumental ini, Darwin
menjelaskan teorinya tentang evolusi—teori yang paling berpengaruh dalam ilmu
biologi. Darwin bukanlah yang pertama kali mengusulkan bahwa spesies berevolusi
(mengalami perubahan sistematis) dari spesies yang sudah ada sebelumnya, tetapi
dia adalah orang pertama yang mengumpulkan sejumlah besar bukti pendukung dan
yang pertama kali mengusulkan bagaimana evolusi terjadi (lihat Bowler, 2009).
Darwin menyajikan tiga jenis bukti untuk mendukung pernyataannya bahwa
spesies mengalami evolusi: (1) Dia mendokumentasikan evolusi catatan fosil melalui
lapisan geologi yang semakin muda. (2) Dia menggambarkan kemiripan struktural
yang mencolok antara spesies yang masih hidup (misalnya, tangan manusia, sayap
burung, dan kaki kucing), yang menunjukkan bahwa mereka berevolusi dari nenek

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


13 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
moyang yang sama. (3) Dia menunjukkan perubahan besar yang telah terjadi pada
tumbuhan dan hewan domestik melalui program pembiakan selektif. (4) Namun, bukti
paling meyakinkan tentang evolusi berasal dari pengamatan langsung tentang evolusi
yang cepat sedang berlangsung (lihat Barrick & Lenski, 2013). Sebagai contoh, Grant
(1991) mengamati evolusi burung finch di Kepulauan Galapagos—populasi yang juga
diteliti oleh Darwin sendiri (lihat Lamichhaney et al., 2015)—setelah hanya satu
musim kekeringan. Gambar 2.4 mengilustrasikan empat jenis bukti ini.

Darwin berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alamiah (lihat


Pritchard, 2010). Dia menunjukkan bahwa anggota setiap spesies sangat bervariasi
dalam struktur, fisiologi, dan perilaku mereka, dan bahwa sifat-sifat yang dapat
diwariskan yang berkaitan dengan tingkat kelangsungan hidup dan reproduksi yang
tinggi adalah yang paling mungkin akan diteruskan ke generasi berikutnya (lihat
Kingsley, 2009). Dia berpendapat bahwa seleksi alamiah, ketika diulang untuk

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


14 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
berbagai generasi, mengarah pada evolusi spesies yang lebih baik beradaptasi untuk
bertahan hidup dan berkembang biak di lingkungan khusus mereka. Darwin
menyebut proses ini seleksi alamiah untuk menekankan kesamaannya dengan
praktik pembiakan selektif buatan yang digunakan oleh pembiak hewan domestik.
Sama seperti pembiak kuda menciptakan kuda yang lebih cepat dengan memilih-pilih
pembiakan hewan tercepat dari stok yang ada, alam menciptakan hewan yang lebih
cocok dengan "memilih-pilih" yang paling cocok. Kebugaran, dalam pengertian
Darwinian, adalah kemampuan organisme untuk bertahan hidup dan memberikan
gen-gennya ke generasi berikutnya.
Teori evolusi Darwin awalnya bertentangan dengan berbagai pandangan
dogmatis yang tertanam dalam zaman abad ke-19, sehingga awalnya dihadapi
dengan perlawanan. Meskipun perlawanan masih ada, hampir tidak ada yang berasal
dari orang-orang yang memahami buktinya (lihat Short & Hawley, 2015).

Evolution is both a beautiful concept and an important


one, more crucial nowadays to human welfare, to medical
science, and to our understanding of the world than ever
before [see Mindell, 2009]. It’s also deeply persuasive—a
theory you can take to the bank...the supporting evidence
is abundant, various, ever increasing, and easily available
in museums, popular books, textbooks, and a mountainous accumulation of
scientific studies. No one needs to, and no one should, accept evolution
merely as a matter of faith. (Quammen, 2004, p. 8)

Beberapa perilaku memainkan peran yang jelas dalam evolusi, misalnya


kemampuan menemukan makanan, menghindari pemangsa dan melindungi anak-
anak. Dua perilaku yang penting untuk Evolusi adalah dominansi sosial dan
percumbuan. Yang dimaksud dengan dominansi social adalah hemwan-hewan jantan
di banyak spesies membangun sebuah hierarki dominansi social yang stabil melalui
pertarungan dengan hewan-hewan jantan lainnya. Hewan jantan yang dominan
biasanya memenangkan pertarungan dengan hewan jantan lain di kawanannya.
Pemenang kedua biasanya memenangkan pertarungan dengan hewan jantan lain di
kawanannya kecuali yang pertama. Begitu seterusnya. Dominansi soial ini penting
karena hewan jantan yang dominan lebih banyak berkopulasi dari pada hewan-
hewan jantan yang kurang dominan, sehingga juga lebih efektif untuk meneruskan
ciri-ciri ke generasi selanjutnya. Sedangkan percumbuan dapat menyebabkan

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


15 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
terjadinya evolusi bila ada organism yang yang secara reproduktif terpisah dari
organism kawanannya. Mislanya karena alasan geografis. Contohnya, beberapa jenis
burung terbang secara bersama-sama ke sebuah pulau terpencil yang banyak
generasi keturunannya kawin dengan dan berevolusi menjadi sebuah spesies
tersendiri.

B. Genetika Mendel
Ada empat ide yang ditawarkan dalam teori Mendel; Pertama, Mendel
mengatakan bahwa ada dua macam factor yang diturunkan untuk setiap sifat
dikotomis (sifat yang muncul dengan salah satu di antara dua bentuk, tidak pernah
kombinasi). Sebagai contoh, factor biji coklat dan factor biji putih mengontrol warna
biji. Kedua factor yang diturunkan ini disebut gene (gen). Kedua, Mendel mengatakan
bahwa setiap organisme memiliki dua gen untuk setiap sifat dikotomisnya. Sebagai
contoh, setiap kacang polong memiliki dua gen biji coklat dan dua gen biji putih.Dua
gen yang mengontrol sifat yang sama di sebut Alleles (Alel). Organisme yang
memiliki dua gen berbeda untuk sebuah sifat disebut heterozigot. Organisme yang
memiliki dua gen identik untuk sebuah sifat di sebut homozigot. Ketiga, pada
organism heterozigot, salah satu di antara kedua macam gen untuk setiap dikotomis
mendominasi yang lain. Contohnya, kacang polong yang memiliki gen biji putih dan
biji coklat selalu berbiji coklat karena gen biji coklat mendominasi yang putih.
Keempat, untuk setiap sifat, setiap organism secara random mewarisi salah satu di
antara dua factor ayah”dan salah satu di antara dua factor “ï bu”.

C. Meiosis dan Reproduksi Seksual


Meiosis adalah proses pembelahan sel yang menghasilkan gamet (sel telur
dan sel sperma). Dalam proses meiosis kromosom terbelah dan salah satu
kromosom dari tiap pasang menuju ke masing-masing gamet yang dihasilkan dari
pembelahan tersebut. Akibatnya, masing-masing gamet hanya memiliki separuh
jumlah lazim kromosom (23) pada manusia. Bila sebuah sel sperma dan sel telur
bergabung, maka sebuah zygote (sel telur yang sudah dibuahi) dengan komplemen
kromosom yang utuh pun dihasikan.
Kecuali pembentukan meiotic gamet, semua pembelahan sel di dalam tubuh
terjadi melalui proses mitosis. Tepat sebelum pembelaham mitosis, jumlah kromosom
menjadi dua kali lipat lebih banyak, sehingga ketika pembelahan terjadi, kedua sel
anak perempuan memiliki komponen kromosom yang utuh.

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


16 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Meiosis bertanggung jawab atas banyaknya kesamaan genetic dalam setiap
spesies. Setiap pembelahan meiotic menghasilkan dua gamet. Masing-masing gamet
berisi satu kromosom dari 23 pasangan yang terdapat dalam setiap sel tubuh. Oleh
karena setiap 23 pasangan itu disortir secara acak menjadi gamet dengan jumlah 223
(8.388.608) kombinasi kromosom yang berbeda.
Gen-gen yang diwariskan dari generasi ke generasi melalui kromosom
ternyata tidak persis sama dengan kromosom asalnya. Hal ini dapat terjadi karena
adanya rekombinasi genetic melalui proses crossing over. Fenomena crossing over
ini penting untuk dua alasan, pertama, rekomebinasi setiap gamet meningkatkan
keragaman spesies yang bersangkutan, dalam pengertian tertentu, crossing over
mengacak mangacak materi genetic sebelum kromosom-kromosom itu diteruskan
secara acak ke generasi berikutnya. Kedua, studi tentang cross over adalah cara
pertama yang digunakan oleh pakar genetika untuk menyusun peta gen.
Replikasi kromosom tidak selalu berjalan sesuai rencana; ada kemungkinan
kesalahan. Adang-kadang kesalahan ini merupakan kesalahan besar. Sebagai
contoh, pada kasus sindroma down, ada kromosom ekstra di tiap sel. Akan tetapi,
yang lebih sering terjadi, kesalahan dalam duplikasi itu dalam bentuk utasi-alterasi
(perubahan) aksidental pada gen-gen individual. Pada kebanyakan kasus, mutasi
menghilang dari pool gen selama beberapa generasi Karena organisme-organisme
yang mewarisinya kurang fit. Akan tetapi, pada beberapa kasus yang jarang, mutasi
justeru meningkatkan fitness dan bila hal itu terjadi, ia akan memberikan kontribusi
pada terjadinya evolusi yang cepat.

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


17 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Kalat, James W., 2013 Biological Psychology, 11th Ed, Wadsworth Cengage Learning

Pinel, John P.J., Barnes, Steven J., 2022, Biopsychology, 11th Edition (Global Edition),
Person Education, Inc,

2023 Biopsikologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


18 Pandu Kharisma Sari Sugiyanto, S.Psi, MM http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai