Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PEMECAHAN BEBAN JARINGAN TEGANGAN

MENENGAH PADA PENYULANG KURASH DENGAN


METODE LOAD FLOW ANALYS DI PT. PLN (Persero) DI
UNIT INDUK PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIAN
SELATAN

Proposal

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Kurikulum Guna Mendapatkan Gelar


Sarjana Teknik Strata Satu (S1),Pada Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Tridinanti

Oleh :

Zulyanto

NPM.1802230502

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRIDINANTI

2023

1
PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PEMECAHAN BEBAN JARINGAN TEGANGAN


MENENGAH PADA PENYULANG KURASH DENGAN
METODE LOAD FLOW ANALYS DI PT. PLN (Persero) DI
UNIT INDUK PEMBANGKITAN SUMATERA BAGIAN
SELATAN

Mata Kuliah : Sistem Distribusi, Pembangkit Energi Listrik

1. Latar Belakang

Meningkatkan kehandalan sistem dan meningkatkan kepuasan pelanggan

untuk khususnya Penyulang adalah membuat sistem yang baik dengan

memperpendek panjang penyulang sehingga drop tegangan tidak terlalu tinggi

dan membuat pemecahan beban agar meminimalisir energi yang hilang atau yang

tidak tersalur akhibat gangguan atau pemeliharaan.

PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan

Transformator 1 memiliki 10 penyulang yaitu penyulang gulat, penyulang boxing,

penyulang karate, penyulang kurash penyulang sambo, penyulang wushu,

penyulang taekwondo, penyulang silat, penyulang judo, dan penyulang jujitsu.

Alasaan dipilihnya penyulang Kurash di PT. PLN (Persero) Unit Induk

Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan karena salah satu penyulang yang

panjang dan berbeban besar adalah penyulang Kurash, dengan panjang penyulang

172.9 kms dan beban 630 A, dengan tegangan ujung 20 kV berbeda dengan

penyulang gulat yang memiliki panjang penyulang 170.3 kms dan penyulang

1
2

jujitsu yang memiliki panjang penyulang 171.8 kms . Dengan penyulang panjang

dan berbeban besar tersebut maka menjadi acuan untuk meningkatkan keandalan

dan meminimalisir kerugian. Dengan menganalisa pemecahan beban penyulang

Kurash di PT. PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan

yang akan di dapat dalam analisa ini adalah sistem penyulang saluran udara

tegangan menengah menjadi lebih pendek dan beban yang disalurkan dalam

saluran udara tegangan menengah akan semakin kecil sehingga manfaat dari

kegiatan ini adalah meminimalisir energi yang hilang atau yang tidak tersalur

akibat gangguan atau pemeliharaan sehingga pelanggan yang mengalami padam

listrik akan sedikit dan kepuasan pelanggan menjadi lebih baik.

Berdasarkan dari kondisi tersebut, perlu dilakukan analisa perencanaan

Pemecahan Beban Penyulang Kurash dikarenakan penyulang tersebut telah

memiliki pembebanan yang hampir mendekati beban nominal. Transformator

dikatakan overload jika kapasitas pembebanannya lebih dari 80% (SPLN

50 :1997). Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, isolasi pada

transformator mengalami kerusakan karena panas yang berlebihan yang berujung

pada rusaknya transformator. Selain hal tersebut, overload pada transformator

distribusi juga 2 dapat menyebabkan terjadinya dropvoltage (jatuh tegangan).

Disamping itu juga akan dilakukan analisa rugi daya (Losses) pada jaringan yang

mengakibatkan energi hilang dari sebelum dan setelah dilakukan pemecahan

beban penyulang Kurash Terdapat beberapa teknik untuk dilakukan analisa

tersebut, yaitu dengan metode rekonfigurasi jaringan dengan menggunakan

bantuan Software ETAP (Electrical Transient Analysis Program) dimana akan


3

dilakukan simulasi pemindahan beberapa beban ke penyulang lain dengan

menggunakan metode Load Flow Analysis dan perhitungan manual untuk

memastikan bahwa hasil simulasi dan perhitungan memiliki hasil yang sama agar

data yang didapat valid. Dari uraian masalah di atas penulis berkeinginan untuk

melakukan penelitian berjudul : “Analisis Pemecahan Beban Jaringan

Tegangan Menengah Pada Penyulang Kurash Dengan Metode Load Flow

Analys DI PT. PLN (Persero) Di Unit Induk Pembangkitan Sumatera

Bagian Selatan”

2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan dan memahami lebih lanjut latar belakang yang

dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan Pemecahan beban penyulang dapat mengurangi drop

tegangan pada Penyulang Kurash?

2. Apa saja yang mempengaruhi drop tegangan pada penyulang Kurash?

3. Bagaimana cara mengatasi drop tegangan pada penyulang Kurash dengan

menggunakan simulasi aplikasi ETAP?

3. Batasan Masalah

Agar dalam penulisan proposal ini dapat sesuai sasaran dan tujuan yang

diharapkan, maka diadakan pembatasan masalah. Adapun batasan-batasan

masalah tersebut diantaranya :

1. Studi analisis pembebanan penyulang dilakukan pada unit PT. PLN

(Persero) Di Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan


4

2. Faktor penyebab drop tegangan pada jaringan tegangan menegah

Penyulang Kurash

3. Rekonfigurasi beban jaringan dilakukan untuk mengatasi penyulang

Kurash yang terjadi drop tegangan di ujung jaringan.

4. Program simulasi yang digunakan adalah ETAP.

4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui faktor penyebab drop tegangan pada Jaringan tegangan

menengah Penyulang Kurash

2. Untuk membandingkan dampak pemecahan beban penyulang terhadap

drop tegangan dan rugi daya penyulang saat sebelum dan setelah

pemecahan beban

3. Untuk melakukan simulasi pemecahan beban penyulang sebagai upaya

untuk memperbaiki drop tegangan pada Penyulang Kurash dengan ETAP

5 Metodologi Penelitian

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memperoleh data dengan melakukan

beberapa macam metode yaitu :

1. Metode Studi Pustaka

Penulis mencari dan mengumpulkan data-data dari berbagai referensi buku

dan jurnal yang berhubungan dengan penulisan tugas akhir ini.

2. Metode Studi Lapangan

Penulis mengambil data dengan melakukan pengujian secara langsung

terhadap kondisi dilapangan.


5

Tabel 1. Data Transformator Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan

Spesiikasi Transformator 1 Transformator 2


Merk UNINDO CG PAUWEL
Daya 60 MVA 60 MVA
Tegangan 150/20 kV 150/20 kV
Impedansi 12, 063 % 12, 063 %
Tahanan 40 Ohm 40 Ohm
Hubung Belitan
Ynyn0 Ynyn0
Frekuensi 50 Hz 50 Hz
Penyulang Gulat, Penyulang Penyulang Spare,
Boxing, Penyulang Karate, Penyulang Spare,
Penyulang Kurash Penyulang Penyulang Spare,
Menyuplai pada
Sambo, Penyulang Wushu, Penyulang Spare,
Penyulang
Penyulang Taekwondo, Penyulang Spare,
Penyulang Silat, Penyulang Penyulang Spare,
Judo, Dan Penyulang Jujitsu

Sumber : Gardu Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, 2023

Tabel 2 Data Trafo Daya 60 MVA 1

NO DATA – DATA TRAFO


1 NO GARDU GCB SF6
2 DAYA / kVA 3150 A/40 KA
3 NAMA GARDU ISABELLA
4 MEREK UNINDO
5 TIPE PORTAL
6 DAYA TR -
7 PHASE 3 PHASE
8 VOLT PRIMER 20000 V
9 VOLT SEKUNDER 400 V
10 AMPERE PRIMER 2.88 A
11 AMPERE SEKUNDER 142.34 A
12 FREQUENCY 50 Hz
13 VEKTOR GROUP Ynyn0
14 MADE IN INDONESIA
15 BERAT 890 kg
16 IMPEDANSI 4%
17 BIL -
18 JENIS PENDINGIN ONAN
19 VOLUME OIL 280 kg
20 STANDAR SPLN D3.002-1:2007
21 CASISOLASI -
6

22 INPUT -
24 TAHUN 2015
25 TANGGAL OPERASI
27 STATUS -
28 ID TRAFO -
29 NO SERI 15 C 073
Sumber : Gardu Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, 2023

6. Tinjauan Pustaka

a. Jaringan Sistem Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan suatu sistem tenaga listrik yang dapat

menyalurkan tenaga listrik dari gardu transmisi ke gardu distribusi. Untuk

tegangan menengah atau tegangan jaringan primer. Biasanya terdiri dari sistem

tiga fasa. Jaringan distribusi primer berfungsi menyalurkan daya listrik,

menjelajahi daerah asuhan ke gardu / transformator distribusi. Jaringan distribusi

primer dilayani oleh gardu hubung atau langsung dari gardu induk atau dari pusat

pembangkit.

Berdasarkan konfigurasi jaringan, maka sistem jaringan distribusi ini dapat

dikelompokan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu sistem jaringan distribusi radial,

loop dan spindel. (Badruddin. 2013)

1. Sistem Jaringan Distribusi Radial.

Bentuk jaringan ini merupakan bentuk yang paling sederhana, banyak

digunakan dan murah. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara

radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu dan

dicabang-cabangkan ke titik-titik beban yang dilayani, seperti terlihat pada

gambar 1.
7

Gambar 1 Sistem Jaringan Distribusi Radial


Sumber : Badruddin. 2013

2. Sistem Jaringan Distribusi Loop.

Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan ring.

Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti terlihat pada gambar 2

yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah saluran, sehingga

kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas dayanya menjadi lebih

baik, karena drop tegangan dan rugi daya saluran menjadi lebih kecil.

Gambar 2 Sistem Jaringan Distribusi Loop


Sumber : Badruddin. 2013

Bentuk sistem jaringan distribusi loop ini ada 2 macam yaitu :

1. Bentuk open loop, bila dilengkapi dengan normally open switch yang

terletak pada salah satu bagian gardu distribusi, dalam keadaan normal
8

rangkaian selalu terbuka.

2. Bentuk close loop, bila dilengkapi dengan normally close switch yang

terletak pada salah satu bagian diantara gardu distribusi, dalam

keadaan normal rangkaian selalu tertutup.

3. Sistem Jaringan Distribusi Spindel

Jaringan distribusi spindel (seperti gambar 2.4) merupakan saluran kabel

tanah tegangan menengah (SKTM) yang penerapannya sangat cocok di kota-

kota besar. Sistem jaringan distribusi spindel sangat cocok untuk memenuhi

kebutuhan -kebutuhan antara lain:

1. Peningkatan keandalan atau kontinuitas pelayanan sistem.

2. Menurunkan atau menekan rugi-rugi akibat gangguan.

3. Sangat baik untuk menyuplai daerah beban yang memiliki kerapatan

beban yang cukup tinggi, serta perluasan jaringan mudah dilakukan.

Gambar 3 Sistem Jaringan Distribusi Spindel


Sumber : Badruddin. 2013

b. Gardu Distribusi

Yang dimaksud dengan Gardu Distribusi adalah suatu tempat/bangunan

instalasi listrik yang di dalamnya terdapat alat-alat: Pemutus, penghubung,

pengaman dan transformator distribusi untuk mendistribusikan tenaga listrik


9

sesuai dengan kebutuhan tegangan konsumen.

Peralatan-peralatan ini adalah untuk menunjang mencapai pendistribusian

tenaga listrik secara baik yang mencakup kontinuitas pelayanan yang terjamin,

mutu yang tinggi dan menjamin keselamatan bagi manusia.

Fungsi Gardu Distribusi adalah sebagai berikut :

1. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen

tegangan rendah;

2. Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah selanjutnya

disalurkan ke konsumen tegangan rendah;

3. Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu

distribusi lainnya dan ke gardu hubung.

Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan

hubung bagi yaitu PHB tegangan menengah dan PHB tegangan rendah. Masing-

masing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenis-

jenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan

penggunaannya sesuai dengan peraturan Pemda setempat, yaitu:

1. Gardu Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton);

2. Gardu Distribusi konstruksi metal clad (Gardu besi);

3. Gardu Distribusi tipe tiang portal, dan Distribusi tipe tiang cantol (Gardu

Tiang);

4. Gardu Distribusi mobil tipe kios, dan Gardu Distribusi mobil tipe trailer

(Gardu Mobil).
10

Spesifikasi mengikuti kapasitas transformator distribusi yang dipakai.

Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara kubikel ke

transformator minimal 125% arus beban nominal transformator. Pada beban

konstruksi memakai kubikel TM single core Cu: 3 x 1 x 25 mm2 atau

3x1x35mm2. Antara transformator dengan rak TR memakai kabel daya dengan

KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa instalasi memakai kabel inti tunggal

masing-masing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2 + 1 x 240 mm2

Gambar 4 Contoh Gambar Monogram Gardu Distribusi


Sumber : Suhadi,dkk. 2008

c. Definisi Transformator

Transformator distribusi merupakan alat yang memegang peran penting dalam

sistem distribusi. Transformator distribusi mengubah tegangan menengah menjadi

tegangan rendah. Transformator distribusi yang umum digunakan adalah

transformator step-down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan

tegangan rendah adalah 380V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak

tegangan rendah dibuat di atas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak

lebih kecil dari 380V (Suswanto. 2009)


11

Untuk mengurangi panas akibat pembebanan pada transformator, maka

diperlukan pendinginan. Menurut jenis pendinginannya, transformator distribusi

dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

1. Transformator konvensional

2. Transformator lengkap dengan pengaman sendiri

3. Transformator lengkap dengan pengaman pada sisi sekunder

Transformator konvensional, peralatan sistem pengamanannya terdapat diluar

transformator, sedangkan transformator dengan pengaman sendiri terdapat di

dalam transformator itu sehingga dikenal juga dengan Transformator

Berpengaman Sendiri (BPS). Untuk maksud penyesuaian dengan tegangan beban,

pada belitan sisi tegangan tinggi sering diberi sadapan (tapping), sehingga dapat

dipilih sampai 5% diatas atau 10% dibawah tegangan nominalnya.

d. Pembebanan Transfomator

Pembebanan transformator didapatkan dari hasil prakiraan beban dibagi

dengan kapasitas transformator, kapasitas transformator tergantung pada

transformator yang dipakai Klasifikasi pembebanan dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Beban Kecil

Pada kondisi beban kecil transformator terjadi ketika beban transformator

kurang dari 60%. Pada kondisi ini, arus yang mengalir pada transformator

kecil sehingga hanya mempengaruhi rugi tembaga dan tidak akan

mempengaruhi rugi inti besi (rugi inti besi tetap), sehingga transformator

bekerja tidak efisien.


12

2. Beban Optimal

Pada kondisi beban optimal transformator terjadi ketika beban

transformator diantara 60% sampai dengan 80%. Pada kondisi ini, kerja

transformator optimal.

3. Beban Berat

Pada kondisi beban berat transformator terjadi ketika beban transformator

diatas 80% sampai dengan 100%. Pada kondisi ini, kerja transformator

berat sehingga menyebabkan panas yang berlebih pada transformator.

4. Overload

Pada kondisi beban Overload transformator terjadi ketika beban

transformator diatas 100%. Pada kondisi ini, kerja transformator sangat

berat sehingga menyebabkan transformator sangat panas bahkan

mempunyai resiko terbakarnya transformator.

Yx
% Pembebanan= × 100 %.......................................................(1)
Kt

Keterangan :

Yx = Pembebanan pada tahun x (MVA)

Kt = Kapasitas Transformator (MVA)

e. Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator

Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat

dirumuskan sebagai berikut :

S = √3.VL-L . I L-L…………………………………………………. (2)

Dimana:
13

S = daya transformator (kVA)

VL-L = tegangan sisi primer transformator (kV)

IL-L = jala-jala arus (A)

Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat

menggunakan rumus:

IFL = S / (√3 . VL-L)…………………………………………(3)

Dimana:

IFL = arus beban penuh (A)

S = daya transformator (kVA)

VL-L = tegangan sisi sekunder transformator (V)

f. Daya Listrik

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit

listrik (William D. 1994). Dalam sistem listrik AC atau arus bolak-balik ada tiga

jenis daya yang dikenal, yaitu:

1. Daya semu

Daya semu merupakan daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi

atau distribusi. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus

yang melalui penghantar.

Untuk 1 fasa : S = VL-L x IL……………………………………………...(4)

Untuk 3 fasa : S = √3 x VL-L x IL………………………………………...(5)

Dimana :

S = Daya semu (VA)


14

VL-L = Tegangan antar saluran (Volt)

IL = Arus saluran (Amper)

2. Daya Aktif

Daya aktif (daya nyata) merupakan daya listrik yang digunakan untuk

keperluan menggerakkan mesin-mesin listrik atau peralatan lainnya. Daya aktif ini

merupakan pembentukan dari besar tegangan yang kemudian dikalikan dengan

besaran arus dan faktor dayanya.

Untuk 1 fasa : P = V x I x Cos Ø……………………………………. (6)

Untuk 3 fasa : P = √3 x VL x IL x Cos Ø……………………..………(7)

Dimana :

P = Daya Nyata (Watt)

V = Tegangan antar saluran (Volt)

I = Arus saluran (Amper)

Cos Ø = Faktor Daya (standar PLN 0,85)

3. Daya Reaktif

Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk pada penghantar

dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini terpakai untuk

daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara besarnya arus

dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya.

Untuk 1 fasa : Q = V x I x Sin Ø………………………………………(8)

Untuk 3 fasa : Q = √3 x VL x IL x Sin Ø………………………….…..(9)

Dimana :

Q = Daya reaktif (VAR)


15

V = Tegangan antar saluran (Volt)

I = Arus saluran (Amper)

Sin Ø = Faktor Daya (tergantung nilai Ø)

4. Faktor Daya

Faktor daya atau faktor kerja adalah perbandingan antara daya aktif (watt)

dengan daya semu/daya total (VA), atau cosinus sudut antara daya aktif dan daya

semu/daya total. Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan

sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih

kecil atau sama dengan satu (Ralph J., 1990).

Secara teoritis, jika seluruh beban daya yang dipasok oleh perusahaan listrik

memiliki faktor daya satu, maka daya maksimum yang ditransfer setara dengan

kapasitas sistem pendistribusian. Sehingga, dengan beban yang terinduksi dan jika

faktor daya berkisar dari 0,2 hingga 0,5, maka kapasitas jaringan distribusi listrik

menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk

keluaran kW yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya total (VA).

Faktor Daya/Faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya

semu. Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban

tinggi. Perbaikan faktor daya ini menggunakan kapasitor. Dalam sistem tenaga

listrik dikenal 3 jenis faktor daya yaitu faktor daya unity, faktor daya terbelakang

(lagging) dan faktor daya terdahulu (leading) yang ditentukan oleh jenis beban

yang ada pada sistem.

5. Resistansi Penghantar

Resistansi adalah tahanan suatu penghantar baik itu pada saluran transmisi
16

maupun distribusi yang menyebabkan kerugian daya (Hutahuruk. 1996) maka

besarnya resistansi pada jaringan listrik dapat dicari dengan rumus persamaan

berikut:

I
R=ρ ………………………………………………………………..(10)
A

Dimana :

R : Resistansi (Ω),

L : Panjang kawat penghantar (m)

A : Luas penampang kawat (m2),

ρ : Tahanan jenis (Ωm).

Tahanan penghantar mempunyai suhu maksimum yang telah distandarkan oleh

pabrik pembuatnya (maksimum 30°C untuk Indonesia), perubahan suhu sebesar

1°C dapat menaikkan tahanan penghantar. Perubahan tahanan nilai tahanan ini

disebut koefisien temperatur dari tahanan yang diberi simbol α, nilai α dapat

dilihat pada tabel di bawah ini. Perubahan nilai tahanan terhadap suhu, dapat

dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

Rt2 = Rt1 [1 + αtlt2 –t1)] ………………………………………....(11)

Dimana T0 = Temperatur pada penghantar aluminium ( oC )

¿+t 2
Rt 2 Rtl = ……………………………………...………………..(12)
¿+t 1

Dimana:

Rt2 = resistan pada suhu t2 ( Ω / km)

Rt1 = resistan pada suhu t1 ( Ω / km)

αt1 = koefisien temperature dari tahanan pada suhu


17

0,03931 untuk Cu pada suhu 12345ºC

0,03931 untuk Al pada suhu 12345ºC

t1 = suhu normal penghantar ( °C ) t2 = suhu yang ditentukan ( °C )

To = konstanta untuk penghantar tertentu :

234,5 untuk tembaga 100% Cu

241,0 untuk tembaga 97% Cu

228 untuk aluminium 61 % Al

6. Model Saluran Distribusi

Saluran distribusi digambarkan melalui suatu model ekivalen dengan

mengambil parameter rangkaian pada suatu basis per fasa. Tegangan terminal

digambarkan dari saluran ke netral, arus dari satu fasa saluran sehingga sistem

distribusi tiga fasa berkurang menjadi ekivalen sistem distribusi fasa tunggal.

Model saluran distribusi digunakan untuk menghitung tegangan, arus dan aliran

daya daya yang dipengaruhi oleh panjang saluran. Model saluran distribusi

diperoleh dengan mengalikan impedansi saluran persatuan panjang dengan

panjang saluran.

Z = (r + jωL) l………………………………………………….(13)

Z = R + jX…………………………………………………......(14)

Dimana R dan X merupakan resistansi dan induktansi perfasa per satuan

panjang, dan l merupakan panjang saluran. Model saluran distribusi pada suatu

basis per fasa ditunjukkan pada gambar 2.6.


18

Gambar 5 Rangkaian ekivalen saluran distribusi


Sumber : Theraja, B.L. 1983.
7. Tegangan Jatuh
Tegangan jatuh atau drop tegangan (drop voltage) atau juga rugi tegangan

adalah perbedaan tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya impedansi

pada penghantar (Theraja, B.L. 1983)

Adapun penyebab jatuh tegangan (drop tegangan) adalah :

1. Panjang jaringan, jauhnya jaringan dari trafo

2. Rendahnya tegangan yang diberikan dari trafo distribusi

3. Jenis penghantar yang digunakan

4. Sambungan penghantar atau konektor yang tidak baik

5. Arus yang dihasilkan terlalu besar

Selain pemilihan penghantar yang digunakan harus dibatasi besar arus beban

yang mengalir sesuai dengan KHA (Kemampuan Hantar Arus) dari jenis

penghantar agar batas drop tegangan yang diijinkan dapat tercapai. Jenis

penghantar untuk JTR ada dua macam menurut kontruksinya yaitu Open Wire

(telanjang) dan yang berisolasi (Insulated) sedang ditinjau dari bahan yang

digunakan ada dua jenis yang umum digunakan yaitu dari bahan Tembaga (CU)

dan dari bahan Aluminium (Al).

Untuk keandalan dan keamanan dalam penyaluran tenaga listrik penghantar

JTR yang paling banyak digunakan saat ini dari jenis Insulated dibandingkan

dengan kabel telanjang. Jenis bahan penghantar berisolasi yang banyak digunakan

adalah dari bahan aluminium (Al) karena lebih ringan namun daya hantarnya lebih
19

rendah dibandingkan dengan dari bahan Tembaga (Cu). Jenis, Luas dan panjang

penghantar yang digunakan untuk JTR akan mempengaruhi besarnya Impedansi

(Z) dari JTR, perkalian impedansi Z dengan arus yang mengalir akan didapatkan

besarnya Drop tegangan pada JTR Berdasarkan rangkaian ekivalen saluran pada

gambar 6 dapat digambarkan diagram fasor arus dan tegangan seperti pada

gambar berikut :

Gambar 6 Diagram fasor saluran distribusi


Sumber : Theraja, B.L. 1983.
Besarnya drop tegangan yang terjadi pada saluran tersebut dapat dirumuskan :

ΔV = | Vs | - | Vr |……………………………………………(15)

Untuk mendapatkan susut tegangan seperti diagram fasor diatas dengan

mengasumsikan bahwa Vs dan Vr berhimpitan. Pada gambar 2.7 dapat

diperhatikan bahwa persamaan tegangan yang mendasari diagram vektor tersebut

adalah :

Vs = VR + I (R cos θ + X sin θ)…………………………….(16)

Karena faktor I (R cos θ + X sin θ) sama dengan Iz, maka persamaan menjadi :

Vs = VR + Iz atau Vs - Vr = Iz……………………………..(17)

Sehingga ΔV = Iz

ΔV = I (R cos θ + X sin θ)…………………………………..(18)

Maka untuk saluran distribusi pada saluran distribusi 3 phasa adalah :


20

ΔV = √ . I . L . (R cos θ + X sin θ)…………………………(19)

Dimana :

Cos θ = 0,85 (standar PLN)

Sin θ = Arc cos θ = 0,53

Tegangan pada sisi penerima

VR = Vs – ΔV…………………………………………..…..(20)

Drop tegangan dalam persentase :

ΔV
% V rugi= x 100 %………………………..……………...……………..(21)
Vs

Keterangan :

ΔV = drop tegangan (V) I = Arus saluran (A)

Vs = Tegangan awal (V) IR = Komponen arus aktif

Vr = Tegangan akhir (V) IX = Komponen arus reaktif

R = Resistansi saluran (Ω) PF = power factor

X = Reaktansi saluran (Ω) L = Panjang Penghantar

Salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam mendesain Jaringan

Tegangan Rendah adalah drop tegangan, berdasarkan SPLN No. 01 : 1995 batas

drop tegangan yang diizinkan untuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

maksimum 5 % dari tegangan kerja. Untuk Cos φ dan Sin φ dapat dihitung

dengan mengguakan persamaan berikut :

R
cos φ= x 100 %………………………..…………...…………..(22)
√ R 2+ X 2
Sin φ = Sin (Arc Cos φ)…………………………………………………..(23)

Keterangan :
21

R = Resistansi saluran

X = Reaktansi saluran

8. Rugi daya

Berdasarkan gambar 2.9 rugi daya saluran timbul karena adanya komponen

resistansi dan reaktansi saluran dalam bentuk rugi daya aktif dan reaktif. Rugi

daya aktif yang timbul pada komponen resistansi saluran distribusi akan

terdisipasi dalam bentuk energi. Sedangkan rugi daya reaktif akan dikembalikan

ke sistem dalam bentuk medan magnet atau medan listrik.

Rugi daya yang dapat dicari menggunakan rumus :

ΔP = 3 x I2 x R…………………………………..…………..(24)

ΔP = I12 x R1 x L + ... + In2 x Rn x L…………..……………(25)

Dimana :

P = Rugi daya (kw)

I = Arus yang mengalir (Ampere)

R = Resistansi saluran (ohm)

9. ETAP (Electric Transient and Analysis Program)

Perangkat lunak ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan

suatu perangkat lunak yang mendukung sistem tenaga listrik dengan tujuan untuk

memperoleh perhitungan dan analisa sistem tenaga listrik pada sistem yang besar

di komputer (Widodo. 2017). Perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan offline

untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time atau

digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat di


22

dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan untuk

menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem

distribusi tenaga listrik. Analisa tenaga listrik yang dapat dilakukan ETAP antara

lain:

1. Analisa aliran daya (Load Flow Analysis)

2. Analisa hubung singkat

3. Arc Flash Analysis

4. Analisa kestabilan transien, dll.

Dalam menganalisa tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal (single line

diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem tenaga

listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang terpisah,

digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini memudahkan dalam pembacaan diagram

maupun dalam analisa rangkaian. Elemen elektrik seperti misalnya pemutus

rangkaian, transformator, kapasitor, bus bar maupun konduktor lain dapat

ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah di standardisasi untuk

diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak mewakili ukuran fisik atau

lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan konvensi umum untuk mengatur

diagram dengan urutan kiri-ke-kanan yang sama, atas-ke-bawah, sebagai saklar

atau peralatan lainnya diwakili.


23

7. Kerangka Berpikir

Mulai

Data Penyulang kurash

Proses membuat single line diagram eksisting


dan rekonfigurasi

Jalankan Simulasi ETAP

Drop Tegangan -+5% dari Tidak


standar

Ya

Pemecahaan beban
Penyulang

Hasil Summary ETAP


dan Perhitungan

Selesai
24

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir

DAFTAR PUSTAKA

[1] Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1.


Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
[2] Ir. Badruddin. 2013. Modul II Sistem Distribusi. Bengkulu: Pusat
Pengembangan Bahan Ajar UMB
[3] Daman Suswanto. 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik untuk
Mahasiswa Teknik Elektro. Padang : Universitas Negeri Padang.
[4] Stevenson, William D. 1994. Analisis Sistem Tenaga Listrik.
Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
[5] Smith, Ralph J., 1990. Rangkaian Piranti dan Sistem. Jakarta:
Erlangga

[6] T.S., Hutahuruk. 1996. Transmisi Daya Listrik. Jakarta: Erlangga

[7] Theraja, B.L. 1983. Worked examples in Electrical Technology.


New Delhi: S.Chand Limited.
[8] SPLN No. 01 : 1995 Standar Tegangan Jaringan Distribusi

[9] Albaroka, Guton. dan Gatot Widodo. 2017. Analisis Rugi Daya
Jaringan Distribusi Penyulang Barata Jaya Area Surabaya Selatan
Menggunakan Software ETAP 12.6: Universitas Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai