Anda di halaman 1dari 25

IEH2K2 – Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Peramalan Permintaan (1)

Prodi S1 Teknik Industri


Fakultas Rekayasa Industri

1
PLO & CLO

PLO 5
Menguasai prinsip dan teknik CLO 1
perancangan sistem terintegrasi Mampu mengidentifikasi
dengan pendekatan sistem permintaan dan menghitung
peramalan permintaan untuk
PLO-10 keperluan perencanaan produksi
Mampu memilih sumberdaya CLO 5
dan memanfaatkan perangkat
Mampu menguasai sistem
perancangan dan analisis spreadsheet (Excel) untuk
rekayasa berbasis teknologi membantu merencanakan dan
informasi dan komputasi yang mengendalikan sistem produksi
sesuai untuk melakukan menjadi lebih efektif dan efisien
aktivitas rekayasa.

2
Metode Peramalan

Moving Simple Double Weighted


Average Moving Moving Moving
Method Average Average Average

Exponential Simple Double


Exponential Exponential
Smoothing Smoothing Smoothing

Seasonal
Regresi Konstan Linier Kuadratis
Index

3
Metoda Peramalan

Smoothing
• Moving average method
• Simple moving average
• Double moving average
• Weighted moving average

• Exponential smoothing
• Simple exponential smoothing
• Double exponential smoothing
Regresi
• Konstan
• Linier
• Kuadratis
• Seasonal
SMOOTHING
Simple Moving Average
Hasil peramalan Ft adalah rata- rata dari n observasi sebelumnya
atau demand aktual Dt :
1
Ft +1 = ( D t + D t −1 +  + D t +1− n )
n
1 t
Ft +1 =  Di
n i = t +1− n
Note :n observasi masa lalu mempunya bobot yang sama.

4
Simple Moving Average

• Termasuk n observasi yang sekarang


• Bobot sama
• Mengabaikan observasi yang lampau

weight

1/n

n ... 2 1
3
Hari ini
5
6

CONTOH SIMPLE MOVING AVERAGE (SMA)

• Diberikan data histori permintaan TV sebagai


berikut:

Berapa perkiraan jumlah permintaan TV dengan SMA (4) dan


SMA (5)?
Perhitungan SMA

SMA (4)
F5= ¼ (D4+ D4-1 + D4-2 + D4+1-4 ) = ¼ (D4+D3+D2+D1)
= ¼ (157+136+159 + 140) = 148

F7= ¼ (D6+ D6-1 + D6-2 + D6+1-4 ) = ¼ (D6+D5+D4+D3)


= ¼ (131+173+157 + 136) = 149,25

Hasil peramalan permintaan dengan SMA(4)


Hasil perhitungan SMA (4) dan SMA (5)

8
Double Moving Average
❑ DMA melakukan moving average secara double
❑ Notasi yang diberikan DMA (MxN), artinya M periode moving average
yang pertama dan N periode moving average yang ke-dua.
❑ Formula:
S't = 1/N (Xt+ Xt-1+ Xt-2 +….+ Xt-N+1)
S" t= 1/N (S't+ S't-1+ S't-2 +….+ S't-N+1)

at = S't+ (S't- S" t) = 2 S't – S" t


bt = 2 (S't – S" t)
(N-1)
Ft+m = at + bt . m
t adalah jumlah periode
Contoh DMA (3x3)
t Dt S’(t)=DMA(3) S“(t) a(t) b(t) F(t)
1 140
2 159
3 136 145.00
4 157 150.67
5 173 155.33 150.33 160.33 5.00
6 131 153.67 153.22 154.11 0.44 165.33
7 177 160.33 156.44 164.22 3.89 154.56
8 188 165.33 159.78 170.89 5.56 168.11
9 154 173.00 166.22 179.78 6.78 176.44
10 179 173.67 170.67 176.67 3.00 186.56
11 179.67
F12=F10+2=a10+b10 . 2 = 176,67+(3 . 2) = 182,67
F13=F10+3 =a10+b10 . 3 = 176,67+(3 . 3) = 185,67
F15=F10+5=a10+b10 . 5 = 176,67+(3 . 5) = 191,67
Weighted Moving Average

➢ SMA dan DMA berasumsi bahwa semua data


memiliki bobot (pengaruh) yang sama terhadap
besarnya data di masa depan.

➢ WMA berasumsi setiap data akan memberi


pengaruh berbeda terhadap besarnya data yang akan
datang

➢ Dengan demikian tiap data diberi bobot yang


berbeda.
Weighted Moving Average

Data pada (t-1) memiliki pengaruh yang lebih besar daripada (t-
2), maka diberi bobot yang lebih besar.

Ft =W1.At-1+W2.At-2+……..+Wn.At-n
Wt=bobot diberikan pada perioda waktu
kejadian t
Jumlah total bobot harus = 1
At =data aktual
Contoh WMA
Terdapat data permintaan selama 3 minggu, berikut bobot data.
Tentukan perkiraan besarnya permintaan pada minggu ke-4
dengan WMA.

Minggu 1 2 3
Permintaan 550 650 750
Bobot 0,4 0,5 0,1

F4 = 0,4 (550) + 0,5 (650) + 0,1 (750)


= 620
Exponential Smoothing I

Termasuk semua data observasi masa lalu


Bobot observasi yang sekarang lebih besar dibanding
observasi yang lampau
bobot
Decreasing weight given
to older observations

Hari ini
14
Exponential Smoothing

F t =  D t +  (1 −  ) D t −1 +  (1 −  ) 2 D t − 2 + 
F t =  D t + (1 −  )  D t −1 +  (1 −  ) D t − 2 +  

F t = D t + (1 − ) F t −1

15
Exponential Smoothing

F t =  D t + (1 −  ) F t −1
Peramalan yang baru adalah jumlah dari peramalan masa lalu dan
demand aktual
Catatan :
Hanya 2 nilai (Dt and Ft-1 ) yang dibutuhkan, bandingkan dengan n untuk
moving average
Parameter  didefinisikan secara empiris
Rule of thumb:  < 0.5
Umumnya,  = 0.2 atau  = 0.3 akan memberikan hasil peramalan yang
baik
Peramalan untuk k periode masa datang adalah : Ft + k = Ft
16
Simple Exponential Smoothing

Ft = Ft-1 + α (Dt-1 – Ft-1)

α adalah smoothing Constant


Contoh SES:
Tentukan peramalan dengan SES untuk α =0,2 dan α =0,4 pada
data demand lalu sebagai berikut:
Solusi SES
Week 1 2 3 4 5
demand 850 725 670 685
(aktual)
forecast 850 850 825 794 772,2
α =0,2
forecast 850 850 800 748 722,8
α =0,4
Asumsi: Hasil peramalan Hasil peramalan
F1=A1 Demand t=5 Demand t=5
α =0,4 α =0,2
F1=850
F2=850+0,2(850-850)=850
F3=850+0,2(725-850)= 825
Double Exponential Smoothing
➢ Satu parameter (Metode Linier Brown)
➢ Hampir sama dengan double moving average
➢Disesuaikan dengan penambahan satu parameter
S't= α . Dt +(1- α). S't-1
S" t= α . S’t +(1- α). S" t-1
Ft+m=at + bt . m

at= 2 S't – S" t ; bt= (S't – S" t)


(1- α)
S't= single exponential smoothing
S" t= double exponential smoothing
m = jumlah periode yang akan diramal
Tentukan DES dengan 1 parameter untuk alpha=0,3
Ukuran Kinerja Peramalan

Mean Square Error (MSE)


2
n
 (dt −D't )
MSE = t =1
n
dengan:
dt = data aktual pada periode t
Dt‘ = nilai ramalan pada periode t
n = banyaknya periode

21
Ukuran Kinerja Peramalan

Standard error of estimate (SEE)

(dt −D't )
2
n
SEE =  (n − f )
t=1
dengan:
f = derajat kebebasan
1 : untuk data konstan
2 : untuk data linier
3 : untuk data kuadratis

22
Ukuran Kinerja Peramalan

• Persentase Kesalahan

d −
t D't
PEt = ( )x100%
dt
• Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
n
 PEt
MAPE = t =1
n

23

Anda mungkin juga menyukai