Anda di halaman 1dari 67

MODUL AJAR

BAB 1 : PANCASILA

INFORMASI UMUM

A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : PPKn
Unit 1 : Peta Pemikiran Pendiri Bangsa Tentang Pancasila
Prediksi Alokasi Waktu : 4 JP
Tahun Penyusunan : 20 .....

B.KOMPETENSI AWAL
Pada unit ini, kita akan mengkaji dan menafsirkan cara pandang beberapa pendiri bangsa
tentang dasar negara. Mereka adalah Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Selain itu,
juga akan dibahas pendapat tokoh-tokoh tentang hubungan agama dan negara sebagai
salah satu yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan dasar negara, seperti yang
disampaikan oleh Moh. Hatta.
Setelah sidang pertama BPUPK, dibentuklah Panitia Kecil. Hasil dari Panitia Kecil ini
adalah dicapainya kesepakatan antara, yang oleh Soekarno disebut sebagai, “kelompok
Islam” dan “kelompok kebangsaan”, sebagaimana yang tertulis dalam Preambule atau
Mukaddimah. Perbincangan tentang dasar negara kembali mengemuka pada saat sidang
PPKI yang berlangsung sehari setelah kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945. Fokus
pembicaraan pada saat itu adalah soal “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pada kenyataanya, meskipun para pendiri bangsa memiliki pendapat masing-masing
tentang dasar negara, para anggota BPUPK — serta para pendiri bangsa lainnya yang
tidak tergabung ke dalam BPUPK— memiliki cita-cita yang sama, yakni kemerdekaan,
persatuan, dan kejayaan Indonesia.
Karena itu, pada unit ini, peserta didik diajak untuk memetakan pemikiran yang muncul
dari para pendiri bangsa tentang dasar negara serta bagaimana persamaan dan perbedaan
pemikiran para pendiri bangsa tentang hubungan agama dan negara. Kemampuan peserta
didik memetakan pemikiran para pendiri bangsa ini merupakan hal penting sebagai
bagian dari kemampuan berpikir kritis, sebagaimana yang dirumuskan dalam Profil
Pelajar Pancasila.

C.PROFIL PELAJAR PANCASILA


Beriman, bertakwa kepada Tuhan yag maha Esa, bergotong royong, bernalar kritis,
kreatif, inovatif, mandiri, berkebhinekaan global

D.SARANA DAN PRASARANA


 Spidol/kapur tulis
 Kertas A4 sebanyak 5 lembar/kertas untuk peserta didik mencatat hasil diskusi
 Kertas poster

E.TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami
materi ajar.

F.MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based
Learning (PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional
Learning (SEL).
KOMPONEN INTI

A.TUJUAN PEMBELAJARAN
 Peserta didik akan belajar memetakan pemikiran para pendiri bangsa tentang rumusan
dasar negara dan isi Pancasila, termasuk di dalamnya memetakan pemikiran pendiri
bangsa tentang hubungan agama dan negara.

B.PEMAHAMAN BERMAKNA
Rumusan dasar negara dan isi Pancasila, termasuk di dalamnya memetakan pemikiran
pendiri bangsa tentang hubungan agama dan negara.

C.PERTANYAAN PEMANTIK
 Jika diklasifikasi, bagaimana peta pemikiran serta argumentasi pendiri bangsa tentang
dasar negara? Apa persamaan dan perbedaan pemikirannya?
 Bagaimana peta pemikiran beserta argumentasi pendiri bangsa tentang hubungan
agama dan negara?

D.KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Peta Pemikiran Pendiri Bangsa tentang Pancasila
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru mengajak peserta didik untuk berefleksi materi pada Kelas X dengan menjawab
pertanyaan berikut:
 Pokok-pokok pemikiran apa saja yang disampaikan oleh Moh. Yamin dalam
sidang BPUPK?
 Pokok-pokok pemikiran apa saja yang disampaikan oleh Soepomo dalam sidang
BPUPK?
 Pokok-pokok pemikiran apa saja yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang
BPUPK?
 Hasil diskusi dapat dipresentasikan dengan teknik 2 Stay 3 Stray. 2 Stay 3 Stray
 2 orang dari kelompok akan tetap berada di kelompoknya dan bertugas
menjelaskan hasil diskusi kepada para pengunjung dari kelompok lain.
 3 orang lainnya berkunjung dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk
mendengarkan dan memberi tanggapan presentasi kelompok yang dikunjungi.
 Guru membatasi waktu kunjungan di setiap kelompok, 7-10 menit untuk setiap
putaran.

Kegiatan Inti (90 Menit)


 Guru meminta peserta didik membaca materi yang berjudul Peta Pemikiran Dasar
Negara.
 Kemudian peserta didik membuat peta pikiran dengan mengisi lembar kerja yang
disediakan.

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 Guru memeriksa pemahaman peserta didik dengan meminta mereka untuk
menuliskan 3 hal yang mereka pelajari: 2 hal yang yang ingin ditanyakan dan 1
pendapat mereka terkait materi ini.
 Dapat juga meminta peserta didik melakukan refleksi terhadap diri sendiri dengan
menjawab pertanyaan yang dapat membantu mereka untuk berefleksi, seperti:
 Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
 Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
 Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan
seharihari ...
Tanggal :
Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

PERTEMUAN KE-2
Dinamika Perumusan Pancasila
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru mengajak peserta didik mengingat kembali topik pembahasan pada pertemuan
sebelumnya dengan mengulang kembali pertanyaan kunci pada unit ini. “Apa
persamaan pandangan yang dimiliki para pendiri bangsa? Apa saja perbedaan
pendapat yang dimiliki para pendiri bangsa terkait dasar negara?“

Kegiatan Inti (90 Menit)


 Guru meminta peserta didik membaca materi yang berjudul “Dinamika Perumusan
Pancasila”.
 Pada tahap ini, guru meminta peserta didik mencatat informasi penting terkait topik
bacaan. Beberapa pertanyaan kunci yang diberikan kepada peserta didik adalah:
 Bagaimana pandangan pendiri bangsa terkait hubungan agama dan negara?
 Bagaimana cara pendiri bangsa menyikapi perbedaan pendapat di antara mereka?
 Setelah peserta didik selesai mencari informasi, dilanjutkan dengan kegiatan bermain
peran untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik. Berikut langkah-
langkahnya:
 Peserta didik bersama anggota kelompok mengambil peran yang sama.
 Situasi yang dimainkan adalah saat rapat sidang BPUPK.
 Peserta didik membuat pemaparan, yaitu berupa ide dan rumusan isi Pancasila dari
tokoh yang diwakili.
 Pada akhir pemaparan, peserta didik diminta untuk menambahkan ide dan
rumusan isi Pancasila menurut mereka sendiri (dapat juga pernyataan yang
menunjukkan setuju dengan pendapat tokoh yang diwakili).

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran;
 guru dan peserta didik melakukan refleksi;
 guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.
 Contoh refleksi yang dapat dilakukan peserta didik, seperti mengisi Tabel Refleksi 3-
2-1.
3 fakta baru yang 2 hal yang ingin 1 pendapat saya terkait materi
didapat ditanyakan ini

E. ASESMEN / PENILAIAN
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:
a. Membuat peta pemikiran pendiri bangsa.
b. Memainkan peran sebagai pendiri bangsa dan melakonkannya dalam sidang BPUPK.
c. Menjawab pertanyaan terbuka yang ada pada Buku Siswa.

UJI PEMAHAMAN
1. Apakah yang menjadi persamaan pemikiran para pendiri bangsa mengenai dasar negara
Indonesia?
2. Apakah yang menjadi perbedaan cara pandang para pendiri bangsa mengenai dasar
negara Indonesia?
3. Bagaimana kaitan antara agama dan negara dalam penentuan dasar negara Indonesia?
4. Bagaimana argumentasi para pendiri bangsa untuk menempatkan ajaran syariat Islam
sebagai bagian dari dasar negara?
5. Apa yang menjadi alasan kuat untuk tidak menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara
Indonesia?
6. Pesan moral apa yang dapat kita gali dari perdebatan panjang para pendiri bangsa,
sampai akhirnya menuju pada satu kesepakatan Pancasila yang kita kenal sampai saat
ini?

Aspek Penilaian
Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan
 Partisipasi diskusi  Observasi guru  Menyampaikan
 Peta pikiran  Penilaian diri sendiri pendapat
 Bermain Peran  Penilaian teman
 Pemahaman materi sebaya
(esai)

Observasi Guru
Guru melakukan observasi untuk menilai sikap peserta didiknya. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan kelompok.
2) Dapat menyimak dengan seksama penjelasan guru dan temannya saat berbicara.
3) Menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran.
4) Berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional dan
sistematis, serta disampaikan secara santun.
5) Menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat, ras,
suku, agama/kepercayaan, dan lain sebagainya.
6) Menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas atau peran yang harus dilakukan.
Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting lainnya terkait hal-
hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembangkannya sesuai
dengan kebutuhan guru.
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif Sikap yang Harus Ditingkatkan
1
2
3
Dst
Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya
Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian Capaian Pembelajaran, misalnya menggunakan skala 1-
10. Sementara jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-
hal yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang hal-
hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan kunci
yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri ataupun
teman sebaya, di antaranya:
1) Apakah kalian atau rekan kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
2) Jika iya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
3) Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1) Pengayaan: kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang dapat
diberikan oleh guru adalah:
a) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari oleh
peserta didik, kemudian disampaikan oleh peserta didik yang bersangkutan pada sesi
pertemuan berikutnya.
b) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capaian pembelajaran, sehingga
sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian pembelajaran.

2) Remedial: kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam
mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk kegiatan
remedial adalah, di antaranya:
a) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan peserta
didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan motivasi
belajarnya, dan memberikan umpan balik kepadanya.
b) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan secara
mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan dengan gaya
belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan belajarnya.

G. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
 Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
 Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran?
 Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
 Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
 Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
 Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan hasil
pembelajaran?
 Dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
 Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
 Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
 Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
 Pada momen apa murid menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir mereka?
 Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
 Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

LAMPIRAN- LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Lembar Kerja 1 Peta Pikiran

Lembar Kerja 2 Kolom Refleksi1


3 fakta baru yang didapat2 hal yang ingin ditanyakan1 pendapat saya terkait materi ini

Lembar Kerja 3 Kolom Refleksi 2


Tanggal :
Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan yang
dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui lebih
dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan seharihari ...

Lembar Kerja 4 Daftar Istilah Penting


Istilah Arti Ilustrasi
Ketuhanan
Internasionalisme
Musyawarah
Integralistik
Gotong royong
Kekeluargaan
Philosophische grondslag atau weltanschauung
Kemanusiaan

LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Peta Pemikiran Pendiri Bangsa tentang Pancasila
Sebagaimana diulas dalam buku PPKn Kelas X, ada banyak anggota BPUPK yang turut
menyampaikan pidato pada sidang pertama yang membahas tentang dasar negara Indonesia
merdeka. Tidak hanya Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno, melainkan juga ada Hatta, H.
Agus Salim, Ki Bagoes Hadikoesoemo, dan lain-lain. Diskusi dan saling menanggapi, bahkan
saling sanggah, terjadi selama persidangan.
Hal tersebut tentu sebuah kewajaran, bahkan keharusan. Disebut kewajaran karena setiap
orang niscaya memiliki pemikiran yang berbeda-beda akibat perbedaan latar belakang, sudut
pandang, cita-cita, dan lain sebagainya. Bahkan, disebut keharusan karena yang menjadi
subjek pembicaraan adalah negara besar, tidak hanya dari aspek geografis dan jumlah
populasi, melainkan juga kaya akan sumber daya alam dan tradisi.
Pada titik ini, diskusi, saling menanggapi bahkan saling sanggah dalam persidangan adalah
wujud demokrasi. Namun demikian, para anggota BPUPK—serta para pendiri bangsa lainnya
yang tidak tergabung dalam BPUPK— memiliki cita-cita yang sama, yakni kemerdekaan,
persatuan, dan kejayaan Indonesia.
Kontribusi pemikiran sejumlah tokoh lainnya juga tidaklah sedikit. Usulan Soepomo,
misalnya, terkait bentuk negara integralistik serta struktur sosial bangsa Indonesia menjadi
kerangka penting dalam merumuskan negara merdeka. Begitu juga dengan anggota BPUPK
lainnya.
Tak hanya pada sidang pertama BPUPK, perbincangan tentang dasar negara terus
dimatangkan baik dalam Panitia Kecil maupun pada saat sidang kedua BPUPK. Hasil dari
Panitia Kecil yang dibentuk setelah sidang pertama BPUPK, dicapainya kesepakatan antara,
yang oleh Soekarno disebut sebagai, “kelompok Islam” dan “kelompok kebangsaan”,
sebagaimana yang tertulis dalam Preambule, atau Mukaddimah. Hasil kesepakatan ini
dibacakan oleh Soekarno sebagai ketua Panitia Kecil dihadapan sidang BPUPK yang kedua.
Pada sidang kedua ini, anggota BPUPK banyak mendiskusikan soal bentuk negara,
ketimbang soal dasar negara.
Perbincangan tentang dasar negara kembali mengemuka pada saat sidang PPKI yang
berlangsung sehari setelah kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945. Fokus pembicaraan
pada saat itu adalah soal “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”.
Soekarno mengusulkan lima dasar bagi Indonesia merdeka. Dia pula yang mengusulkan—
atas saran rekannya yang ahli bahasa—penamaan Pancasila terhadap kelima dasar tersebut,
yakni 1) Kebangsaan Indonesia, 2) Internasionalisme atau perikemanusiaan, 3) Mufakat atau
demokrasi, 4) Kesejahteraan sosial, dan 5) Ketuhanan. Namun, selain dari kelima dasar
tersebut, Soekarno juga menyiapkan kumpulan dasar negara lainnya, apabila kelima dasar
sebelumnya tidak dapat diterima. Ia menyarankan (trisila): Sosio-Nasiolisme, Sosio-
Demokratik, dan Ketuhanan. Jika pun ketiga dasar ini dirasa kurang cocok, Soekarno
mengusulkan satu dasar (ekasila), yang diperas dari ketiga dasar tersebut, yaitu Gotong
Royong.
Moh. Yamin sebagai pendiri bangsa, juga turut andil dalam memberikan ide terhadap
rancangan dasar negara, yang juga terdiri dari 5 dasar, yaitu: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat.
Sebagai pakar hukum, Soepomo mengawali rancangan ide dasar negara dengan menjabarkan
syarat-syarat berdirinya negara, yaitu daerah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat
berdasarkan hukum internasional. Untuk dasar negara sendiri, Soepomo mengusulkan 5 dasar
bagi negara, yaitu persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir batin, musyawarah, dan
keadilan rakyat.
Selain kedua tokoh tersebut, ada juga Moh. Hatta yang menyampaikan bahwa Pancasila
sebenarnya tersusun atas dua dasar. Pertama, berkaitan dengan moral, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa. Kedua, berkaitan dengan aspek politik, yaitu kemanusiaan, persatuan Indonesia,
demokrasi kerakyatan, dan keadilan sosial. Hatta menyetujui dibentuknya Indonesia sebagai
negara kesatuan yang bersendi demokrasi dan dibatasi oleh konstitusi.
Hatta lebih setuju dengan negara kesatuan yang bersendi demokrasi dan dibatasi oleh
konstitusi. Dengan bersendi demokrasi, dalam negara kesatuan, kekuatan terbesar ada pada
rakyat, sehingga rakyat mendapatkan haknya untuk menyuarakan pendapatnya melalui
lembaga-lembaga demokrasi.
Cita-cita demokrasi Indonesia adalah demokrasi sosial yang meliputi seluruh lingkungan
hidup yang menentukan nasib manusia. Cita-cita keadilan sosial dijadikan program untuk
dilaksanakan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dinamika Perumusan Pancasila


Perdebatan mengenai hubungan antara agama dan negara turut mewarnai sidang BPUPK kala
itu. Para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia berbeda pendapat soal ini. Sebagian
menghendaki Islam menjadi dasar negara, sebagian lainnya berpandangan bahwa negara
Indonesia tidak perlu menjadikan agama sebagai dasar negara. Soekarno dan Hatta, misalnya,
adalah tokoh yang berpandangan bahwa negara Indonesia tidak dapat didasarkan kepada
Islam. Sementara itu, Moh. Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, dan KH. Wahid Hasyim
memandang bahwa Islam harus menjadi dasar negara.
Untuk mengatasi perbedaan pendapat tersebut, sebagai bagian dari demokrasi serta untuk
menghindari perpecahan, maka dicarikan titik temu dalam Panitia Sembilan yang dibentuk
setelah sidang pertama BPUPK. Setelah melewati diskusi panjang, akhirnya Panitia Sembilan
menyepakati preambule yang disampaikan oleh Soekarno, selaku ketua Panitia Sembilan,
dalam sidang BPUPK kedua pada 10 Juli 1945. Preambule ini merupakan persetujuan
bersama antarkalangan yang semula berbeda pendapat. Ini adalah potret sebuah proses
demokrasi yang indah. Perdebatan dan perbedaan pendapat bukanlah suatu permusuhan,
melainkan bagian dari ihktiar bersama untuk mencari rumusan dasar negara Indonesia yang
tepat.

LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
 Batas Wilayah: Garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang
didasarkan atas hukum internasional.
 Big Data: Dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Mahadata. Kata ini merujuk pada
kumpulan data yang sangat besar yang dapat dianalisis secara komputasi untuk
mengungkapkan pola, tren, dan asosiasi, terutama yang berkaitan dengan perilaku dan
interaksi manusia.
 Blok Ambalat: Suatu wilayah perairan di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia,
tepatnya di di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur. Wilayah ini memiliki
luas 15.235 kilometer persegi dan kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak.
Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan bawah
laut, khususnya dalam bidang pertambangan minyak.
 Climate Change: Istilah lainnya adalah Perubahan Iklim yakni perubahan yang
disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga
mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda
waktu yang dapat diperbandingkan.
 Debirokratisasi: Penghapusan atau pengurangan hambatan yang terdapat dalam sistem
birokrasi
 Deklarasi Djuanda: Deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI. Deklarasi ini dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh
Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.
 Deregulasi: Proses pencabutan atau pengurangan regulasi negara.
 Diskriminasi: Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya)
 Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai: Dalam Bahasa Indonesia disebut Badan Penyelidik
Usahausaha Kemerdekaan (BPUPK). Sebuah badan yang dibentuk oleh Pemerintah
Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Badan ini dibuat sebagai upaya memperoleh dukungan dari bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di
kemudian hari.
 Ekstremisme: Keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan
pandangan agama, politik, dan sebagainya.
 Gender: Istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan
laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender merupakan pembedaan
peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang
dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
 Globalisasi: Proses mendunianya suatu hal (ideologi, pandangan hidup dan lainnya)
sehingga batas antara negara menjadi hilang.
 Hierarki: Suatu susunan hal di mana hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berada di
“atas,” “bawah,” atau “pada tingkat yang sama” dengan yang lainnya. Secara abstrak,
sebuah hierarki adalah sebuah kumpulan yang disusun.
 Hoaks: Berita atau informasi yang tidak benar/ bohong/tidak sesuai fakta.
 Ideologi: Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan cara pandang membentuk
karakter berpikir dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup.
 Integralistik: Salah satu istilah yang dikemukakan oleh Soepomo dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). teori integralistik menjelaskan tentang
hubungan antara masyarakat dengan penguasa negara, sehingga membentuk satu kesatuan
utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta kebersamaan.
 Internasionalisme: Salah satu istilah yang diperkenalkan oleh Soekarno pada sidang
BPUPK ketika mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara. Internasionalisme mengacu
pada gagasan bahwa kerjasama antar negara berbeda dan bermanfaat bagi semua orang.
Pemerintah yang menganut doktrin internasionalisme bekerjasama dengan pemerintah
lain untuk menghindari konflik dan bekerjasama secara ekonomi.
 Intoleransi: Ketidakmauan untuk menerima ide, pandangan atau perilaku yang
berbeda dengan apa yang dimilikinya sendiri.
 Kearifan lokal: kebijaksanaan atau kecendekiaan yang berasal dari nilai-nilai sebuah
masyarakat yang spesifik.
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): Peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia.
 Kolaborasi: Kerja sama untuk membuat sesuatu
 Konstitusi: Istilah konstitusi dalam banyak bahasa berbeda-beda, seperti dalam bahasa
Inggris ”constitution”, dalam bahasa Belanda ”constitutie”, dalam bahasa Jerman
”konstitution”, dan dalam bahasa Latin ”constitutio” yang berarti undang-undang dasar
atau hukum dasar. Jadi, konstitusi merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara. Dalam ungkapan lain, konstitusi adalah kerangka
kerja (framework) dari sebuah negara yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan
dan mengorganisir jalannya pemerintahan. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945.
 Konsumerisme: Paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang sebagai
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Konsumerisme juga dapat bermakna
gaya hidup yang tidak hemat.
 Korupsi: Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi
atau orang lain.
 Ligitan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Pulau yang terletak 21 mil
dari pantai daratan Sabah dan 57,6 mil dari pantai Pulau Sebatik di ujung timur laut pulau
Kalimantan/Borneo ini luasnya 7,9 Ha.
 Magna Charta Libertatum: Sering juga disebut Magna Charta, adalah piagam yang
dikeluarkan di Inggris pada tanggal 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, sejak
masa Raja John, dari kekuasaan absolut.
 Mahkamah Internasional: Sebuah badan kehakiman utama Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Fungsi utama Mahkamah ini adalah untuk mengadili dan menyelesaikan
sengketa antarnegara-negara anggota dan memberikan pendapat-pendapat bersifat nasihat
kepada organ-organ resmi dan badan khusus PBB.
 Modal Sosial: Serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara
para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.
 Multikultural: Keragaman budaya, adat, etnis atau tradisi.
 Nilai dasar: Suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh
perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri
khasnya
 Nilai instrumental : nilai yang bersifat kontekstual. Dalam konteks PPKn, nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu.
 Nilai praksis: adalah nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Dalam konteks PPKn, nilai
praksis adalah wujud dari penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik dilakukan oleh lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif )
maupun oleh organisasi masyarakat, bahkan warga negara secara perseorangan.
 Norma: Sebuah kesepakatan yang dibangun oleh masyarakat. Norma dibuat sebagai
aturan bersama, sebagai cara hidup bersama, dan sekaligus menjadi pemandu untuk
mencapai tujuan bersama.
 Philosophische grondslag: Istilah yang muncul dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). Apa Philosophische grondslag dari Indonesia
merdeka? Kata Radjiman Wedyodiningrat. Philosophische Grondslag berasal dari bahasa
Belanda yang berarti norma (lag), dasar (grands), dan yang bersifat filsafat
(philosophische).
 Post Truth: Istilah yang berhubungan dengan atau mewakili situasi dimana emosi atau
keyakinan personal lebih berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat
dibandingkan fakta atau kenyataan.
 Prasangka: Pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum
mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri.
 Preambule: Nama lain dari pembukaan Undang Undang Dasar 1045 yang tidak boleh
diamandemen.
 Radikalisme: Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya. Berasal dari kata “radix”
yang berarti akar.
 Ratifikasi: Proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen yang
bersifat nasional lainnya melalui persetujuan dari tiap entitas kecil di dalam bagiannya.
 Regulasi: Seperangkat peraturan yang bertujuan untuk mengendalikan. Regulasi
merupakan konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks sesuai dengan seperangkat
aturan dan tren. Regulasi ada di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
 Revolutiegrondwet: Bahwa UUD 1945 mengandung gagasan revolusi yang berwatak
nasional dan sosial. Tujuannya adalah dekolonisasi dan perubahan sosial ke arah
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sipadan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Letaknya tak jauh dari
pulau Kalimantan/Borneo. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang dipersengketakan
antara Indonesia dan Malaysia.
 Terorisme: Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan.
 The Bill of Rights: Disebut juga sebagai English Bill of Rights, adalah sebuah
Undang- Undang Parlemen Inggris yang menetapkan hak sipil dasar tertentu dan
menjelaskan siapa orang berikutnya yang dapat mewarisi Takhta. Undang-undang
tersebut meraih Royal Assent pada 16 Desember 1689.
 The Habies Corps Act : Sebuah statuta yang digalakan pada tahun 1679 dalam masa
pemerintahan Raja Charles II. Statuta tersebut diterima dan diamandemenkan dalam
parlemen yang mengizinkan, dalam kasus tertentu, seseorang untuk mempertahankan
kedudukannya, ketika akan dihukum penjara, di dalam sebuah sidang yang mewajibkan
orang tersebut untuk hadir dalam keadaan seutuhnya dalam waktu yang telah ditentukan
dan tentu dengan sebab penahanan yang jelas agar keputusan dapat diangkat dan diambil.
 UNCLOS : Singkatan dari United Nations Convention on The Law of the Sea, yang
sering disebut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia sudah meratifikasi
Konvensi ini melalui UU No. 17 Tahun 1985. Sejak saat itu Indonesia mengikuti hukum
UNCLOS 1982.
 Weltanschauung : Berasal dari bahasa Jerman, berasal dari akar kata Welt (‘dunia’)
dan Anschauung (‘pandangan’), sehingga jika digabung menjadi Weltanschauung
bermakna pandangan hidup.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE): Zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar
pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas
kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan
bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.

LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Adams, Cindy. 1996. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Gunung Agung
Adiwijoyo, Suwarno. 2005. Konsolidasi Wawasan Maritim Indonesia. Jakarta: Pakar Pusat Kajian
Reformasi
Ady, Kellie. 2019. The Student-Centered Learning Cycle. https://www.schoology.com/blog/student-
centered-learning-cycle
Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R., et al (Eds.) (2000) A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives . Allyn & Bacon.
Boston, MA (Pearson Education Group)
Asshidiqie, Jimly. Tanpa Tahun. “Gagasan Dasar Tentang Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi”,
makalah.
Budiyono. 2014. Hubungan Negara Dan Agama Dalam Negara Pancasila, Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 8 No. 3, Juli-september
Danusaputro, Munadjat. 1976. Tata Lautan Nusantara dalam Hukum dan Sejarahnya. Jakarta:
Binacipta
Dewantara, Ki Hadjar. 2013. Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dick-Read, Robert. 2008. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, Bandung:
Mizan
Djoub, Zineb. 2018. 3 Key Characteristics of Project-Based Learning.
https://edulearn2change.com/article-3-key-characteristics-of-project-based-learning/
Duch B.J.,Groh S.E., Allen D.E. 2001. Why problem-based learning? A case study of institutional
change in undergraduate education. In B. Duch, S. Groh, & D. Allen (Eds.). The power of
problem-based learning (pp.3-11). Sterling, VA:Stylus
Duchacek, Ivo D. 1987. “Constitution and Constitutionalism” dalam Bogdanor, Vernon (ed),
Blackwell’s Encyclopaedia of Political Science, Oxford: Blackwell,
Eddy, I Wayan Tagel. 2018. Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara,
Dharma Smrti, Nomor 18 Vol. I Mei
Fadilah, Nurul. 2019. Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Journal Of Digital Education, Communication, And Arts, Vol. 2, No. 2,
September 2019
Goodman, B., & Stivers, J. 2010. Project-based learning. Educational psychology, 2010, 1-8. Diunduh
dari http://www.fsmilitary.org/pdf/Project_Based_Learning.pdf.
Grant, M. M. 2002. Getting a grip on project-based learning: Theory, cases and recommendations.
Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal, 5, 1-17.
Hadiwidjoyjo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser
Hardinanto, Aris. Autentisitas Sumber Sejarah Pancasila Dalam Masa Sidang Pertama Badan Untuk
Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Volume 3•
Nomor 1.
https://www.researchgate.net/publication/317377196_autentisitas_sumber_sejarah_pancasila
_dalam_masa_sidang_pertama_badan_untuk_menyelidiki_usaha-
usaha_persiapan_kemerdekaan_tanggal_29_mei-1_juni_1945
Hasan, Hamsah. 2015. Hubungan Islam Dan Negara: Merespons Wacana Politik Islam Kontemporer
Di Indonesia, Al-ahkam, Volume 25, Nomor 1, April
Hatta, Mohammad. 1978. Pengertian Pancasila, Jakarta: Inti Idayu Press
Hisyam, Muhamad. 2011. Ki Bagus Hadikusumo Dan Problem Relasi Agama-negara, Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 13 No. 2 Tahun 2011
Hutagalung, Daniel. 2005. Menapaki Jejak-jejak Pemikiran Soepomo Mengenai Negara Indonesia,
Jurnal Hukum Jentera Vol. 3 (10) (Oktober)
Ilyas. 2020. Islam Dan Kebangsaan: Pergumulan Dalam BPUPKI, PPKI, Dan Piagam Jakarta, Buletin
Al-turas Vol. 26 No. 1 January
Indra, Mexsasai. 2013. “Urgensi Pengelolaan Wilayah Perbatasan dalam Kaitannya dengan
Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Selat, Oktober, Vol. 1, No. 1,
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=525895&val=10756&title=Urgensi%20Pengelolaan%20Wilayah%20Perbatasan
%20Dalam%20Kaitannya%20Dengan%20Kedaulatan%20Negara%20Kesatuan%20Republik
%20Indonesia
Iqbal, Muhammad. 2014. Mohammad Hatta Dan Partai Demokrasi Islam Indonesia: Dinamika
Pemikiran Hubungan Agama Dan Politik, Madania Vol. Xviii, No. 2, Desember
Jailani, Imam Amrusi. 2014. Pergolakan Politik Antara Tokoh Muslim Dan Nasionalis Dalam
Penentuan Dasar Negara Republik Indonesia, Karsa, Vol. 22 No. 2, Desember
Kamdi. (2007). Model Pembelajaran Problem Based Learning (online) tersedia:
http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-ba sed.html?m-1
Kholiludin, Tedi. Kuasa Negara atas Agama: Politik Pengakuan, Diskursus Agama Resmi dan
Diskriminasi Hak Sipil. Semarang: Rasail-eLSA Press, 2009
Koers, Albert W. Konvensi Peserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1994
Latif, Yudi. 2017. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan. Panitia
Peringatan Hari Lahir Pancasila, 2017. Kisah Pancasila. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945: https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/speech/?
box=detail&id=39&from_box=list_245&hlm=1&search_tag=&search_keyword=&activation
_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno
Polamolo, Susanto. 2018. Gelap-terang Pancasila: Otokritik Atas Teks Sejarah Yang Melenceng,
Jurnal Konstitusi, Volume 15, Nomor 2, Juni
Sadiawati, Diani, dkk., 2019. Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan dan
Strategi Penanganannya, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) dan Bappenas,
Saifiidin, 2002. Lahirnya UUD 1945: Suatu Tinjauan Historis Penyusunan Dan Penetapan UUD 1945.
Unisia No. 49
Salamah, Lilik. 2017. Analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT): Peluang
Dan Tantangan Association of Southeast Asian Nations (Asean) Dalam Mewujudkan
Integrasi Asia Tenggara. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik Vol. 30, No. 3, Tahun
2017, Hal. 300-309
Samekto, Adjie. 2003. Negara dalam Dimensi Hukum Internasional. Bandung: Bakti
Schaefer, Richard T (ed)., 2008. Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society, Singapore: SAGE
Publication
Sholahudin, Umar. 2019. Globalisasi: Antara Peluang Dan Ancaman Bagi Masyarakat Multikultural
Indonesia, Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 4, No 2, Desember
Soeprapto, Sri. 2013. Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam Perspektif
Etika Pancasila. Jurnal Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus
Soraya, May Rosa Zulfatus. 2014. Kontestasi Pemikiran Dasar Negara Dalam Perwujudan Hukum Di
Indonesia
Suryani, W. 2013. Komunikasi Budaya yang Efektif. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni
Suganda, Her. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisi. Bandung: Kiblat
Titaley, John A., Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Transformasi
Agamaagama, Salatiga: Satya Wacana Press, 2013
Ubaedillah, A, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah- Kencana
Prenada Media
Verdiansyah, Chris. (ed), Jalan Panjang Menjadi WNI: Catatan Pengalaman dan Tinjauan Kritis.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007
Wilson, Leslie Owen. Tanpa Tahun. Three Domains of Learning – Cognitive, Affective,
Psychomotor, https://thesecondprinciple.com/instructional-design/threedomainsoflearning/
Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta:
Flex Media Komputindo
Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945. Jilid 1, Jakarta: Yayasan Prapantja
Zaini, H., dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff
Development UIN Sunan Kalijaga.

Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik- Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan.
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Conventions on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).
 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

Website
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/21/193000369/wilayah-nkri?page=all,
diakses 21 Maret 2020.
 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/17/11572701/mendagri-ungkap-sejumlah-
sengketa-perbatasan-indonesia-dengan-negara?page=all, diakses 20 September 2020.
 https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-malaysia-akan-sepakati-perbatasan-
negara-di-dua-titik-/5169340.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.dream.co.id/news/pentingnya-nasionalisme-sikap-mencintai-bangsa-dan-
negara-200806s.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 7 Janauari 2021.
 https://tirto.id/komposisi-etnis-dan-agama-para-perumus-pancasila-cpMq, diakses 7
Januari 2021.
 https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html,
diakses 20 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.duniadosen.com/student-centered-learning-b3/, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.umy.ac.id/yudi-latif-pancasila-jembatan-kemajemukan-indonesia.html,
diakses 23 Januari 2021.
 https://kemlu.go.id/singapore/id/news/2377/dialog-kebangsaan-6-oktober-2019-
merajutkebersamaan-dengan-pancasila-bersama-prof-yudi-latif-di-kbri-singapura, diakses
23 Januari 2021.
 http://psikindonesia.org/normalitas-pancasila/, diakses 25 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=13296&menu=2, diakses 1 Februari
2021.
 https://kbbi.kemdikbud.go.id, 28 Januari 2021.
 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4012/hierarki-peraturan-
perundang-undangan-di-indonesia, diakses 1 Februari 2021.
 https://media.neliti.com/media/publications/292568-analisis-undang-undang-desa-
408693b2.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://bphn.go.id/data/documents/ae_sisdiknas.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/09/20434641/agenda-bbj-kolaborasi-
budayadalam-pameran-seni-rupa-integrasi?page=all, diakses 1 Februari 2021.
 https://www.youtube.com/watch?v=aZkyJSiY1_0
 https://www.youtube.com/watch?v=AdtlkdkpT5U
 https://www.youtube.com/watch?v=w7_janNIO14
 https://www.youtube.com/watch?v=HZmttWM0a3w

Daftar Sumber Gambar


 https://unsplash.com/photos/RYyr-k3Ysqg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/kRNZiGKtz48, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/szrJ3wjzOMg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/30/191752865/kisah-pengambilan-jasad-
7-pahlawan-revolusi-di-sumur-lubang-buaya, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/bird-s-eye-view-of-landfill-selama-siang-hari-
3174349/, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://data.alinea.id/negara-penghasil-sampah-plastik-terbesar-b1ZQe9y39c,
Diunduh 19 Februari 2021.
 https://www.legalroom.co.id/bentuk-bentuk-tipikor-yang-wajib-kalian-tahu/, Diunduh
26 Februari 2021.
 https://pixabay.com/id/photos/batik-kerajinan-budaya-tradisional-5697482/, Diunduh
27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-di-jembatan-jubilee-1561806/,
Diunduh 24 Februari 2021.
 https://metro.tempo.co/read/606401/tak-berizin-tempat-kos-di-kota-tua-dirobohkan/
full&view=ok, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Reog_tanpa_mistis.jpg, Diunduh 5 Februari
2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Exclusive_Keris_from_Bali_with_Gold-
plated_Kinatah_Image_of_the_Hindu-Buddhist_Deity_Kala_Rao_
%2B_Antique_Mendak_Keris_Ring_inlaid_with_Rubies_(15222956254).jpg, Diunduh 5
Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Single_note_angklung_(%27G%27),_2015-
05-21.jpg, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wayang_Kulit,_Central_Java.jpg, Diunduh
5 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/vUc03gxjEY4, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://regional.kompas.com/read/2017/08/14/20163481/berita-foto--megahnya-
tarisaman-kolosal-di-gayo-lues, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://www.liputan6.com/regional/read/4235975/mengenal-agama-keluarga-di-kota-
palafakfak, Diunduh 7 Februari 2021.
 https://jakartagreater.com/205529/tni-al-bangga-kibarkan-bendera-merah-putih-di-
perairan-ambalat/, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/BTAAcbO9Gco, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/mj2NwYH3wBA, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/bGdiuIyN3Rs, Diunduh 27 Februari 2021.
MODUL AJAR
BAB 1 : PANCASILA

INFORMASI UMUM

A. IDENTITAS MODUL
usun : .....................................................................................
didikan : SMA
: XI (Sebelas) - F
ran : PPKn
: Penerapan Pancasila Dalam Konteks Berbangsa Dan Bernegara
okasi Waktu : 4 JP
usunan : 20 .....

B. KOMPETENSI AWAL
Pada unit ini, peserta didik mengkaji bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa hari ini. Melalui unit ini, guru mengajak peserta
didik untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk praktik bernegara, merefleksikan bagaimana
praktik bernegara yang ideal menurut nilai-nilai Pancasila, serta kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa seperti apa yang dapat disebut telah menerapkan nilainilai
Pancasila? Karena itulah, pada unit ini, setiap guru melakukan refleksi dan kajian
terhadap peristiwa atau fenomena yang terjadi di sekitarnya, agar unit ini menjadi lebih
relevan dan kontekstual dengan kehidupan peserta didik.

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


Beriman, bertakwa kepada Tuhan yag maha Esa, bergotong royong, bernalar kritis,
kreatif, inovatif, mandiri, berkebhinekaan global
D. SARANA DAN PRASARANA
 Berita terkait tantangan implementasi Pancasila.
 Contoh kasus yang menjadi tantangan implementasi dan bukan implementasi
Pancasila.

E. TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami
materi ajar.

F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based
Learning (PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional
Learning (SEL).
KOMPONEN INTI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Peserta didik diharapkan mampu menelaah bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila,
sehingga secara reflektif mereka dapat melihat praktik bernegara yang ideal ataupun
yang belum ideal menurut nilai-nilai Pancasila.

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Penerapan nilai-nilai Pancasila, sehingga secara reflektif mereka dapat melihat praktik
bernegara yang ideal ataupun yang belum ideal menurut nilai-nilai Pancasila.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
Bagaimana wujud penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru memberikan pertanyaan pemantik kepada peserta didik yang kemudian
didiskusikan dalam kelompok besar. “Bagaimana cara kalian mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?”

Kegiatan Inti (90 Menit)


 Guru meminta peserta didik membaca topik bahasan Unit 2 dan/atau membaca berita
yang menunjukan tantangan berpancasila untuk dikaji setelahnya.
 Setelah memahami makna nilai dasar, nilai instrumen, dan nilai praksis, peserta didik
diminta melakukan wawancara kepada anggota masyarakat yang ada di sekitar
(lingkungan sekolah maupun rumah) mengenai contoh penerapan Pancasila yang
dilakukan sehari-hari. Setelah itu, peserta didik akan menganalisis tataran nilai yang
ada pada contoh yang disebutkan.
2 Stay 3 Stray
 2 orang dari kelompok akan tetap berada di kelompok dan bertugas menjelaskan hasil
diskusi kepada para pengunjung dari kelompok lain.
 3 orang lainnya berkunjung dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk
mendengarkan dan memberi tanggapan atas presentasi kelompok yang dikunjungi.
 Guru membatasi waktu kunjungan di setiap kelompok, 7-10 menit untuk setiap
putaran.
Gallery Walk
 Setelah selesai membuat poster, peserta didik menempel poster pada tempat yang
diinginkan.
 Lalu, setiap kelompok bergiliran mengunjungi poster dari kelompok lainnya.
 Setiap mengunjungi poster, para pengunjung memberi tanggapan dengan menuliskan
apa yang disetujui dan apa yang ingin dipertanyakan.
 Setelah selesai mengunjungi poster-poster dari kelompok lain, setiap anggota
kelompok kembali ke poster masing-masing dan membahas pernyataan dan
pertanyaan yang diberikan.
 Setelah peserta didik melakukan 2 Stay 3 Stray/Gallery Walk, guru mengajak peserta
didik berpikir dan membagikan pemikiran tentang apa saja yang menjadi tantangan
sehingga Pancasila tidak diimplementasikan.

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran;
 guru dan peserta didik melakukan refleksi;
 guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.
 Contoh refleksi yang dapat dilakukan peserta didik, seperti mengisi Tabel Refleksi 3-
2-1.
3 fakta baru yang 2 hal yang ingin 1 pendapat saya terkait materi
didapat ditanyakan ini

PERTEMUAN KE-2
Studi Kasus: Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru memberikan potongan kertas yang berisi contoh yang merepresentasikan “nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis”.
 Masing-masing peserta didik diminta untuk mengelompokkan contoh tersebut
berdasarkan jenis nilainya.

Kegiatan Inti (90 Menit)


 Guru menyiapkan beberapa berita dan artikel.
 Peserta didik melakukan analisis terhadap kasus-kasus yang ada.
 Hasil dari diskusi peserta didik akan dijadikan infografis untuk kemudian
dipresentasikan kepada teman sekelas.
Kegiatan Penutup (10 Menit)
 Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran.
 Guru dan peserta didik melakukan refleksi.
 Guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.
 Peserta didik dapat menuliskan refleksi hasil belajar hari ini pada kolom refleksi
(Buku Siswa).
Tanggal :
Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan
yang dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan seharihari ...

E. ASESMEN / PENILAIAN
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:
Uji Pemahaman
Sebutkan wujud penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
ada di sekitar kalian dan pelaksanaannya sudah sesuai dengan nilai instrumental dan nilai
praksis.
Sila pertama :
...............................................................................................................
Sila kedua :
...............................................................................................................
Sila ketiga :
...............................................................................................................
Sila keempat :
...............................................................................................................
Sila kelima :
...............................................................................................................
Menjawab pertanyaan terbuka yang ada pada Buku Siswa.

Aspek Penilaian
Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan
 Analisis hasil  Observasi guru  Menyampaikan
wawancara  Penilaian diri sendiri pendapat
 Analisis studi kasus  Penilaian teman
 Partisipasi diskusi sebaya
 Pemahaman materi
(esai)

Observasi Guru
Guru melakukan observasi untuk menilai sikap peserta didiknya. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan kelompok.
2) Dapat menyimak dengan seksama penjelasan guru dan temannya saat berbicara.
3) Menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran.
4) Berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional dan
sistematis, serta disampaikan secara santun.
5) Menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat, ras,
suku, agama/kepercayaan, dan lain sebagainya.
6) Menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas atau peran yang harus dilakukan.
Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting lainnya terkait hal-
hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembangkannya sesuai
dengan kebutuhan guru.
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif Sikap yang Harus Ditingkatkan
1
2
3
Dst
Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya
Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian Capaian Pembelajaran, misalnya menggunakan skala 1-
10. Sementara jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-
hal yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang hal-
hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan kunci
yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri ataupun
teman sebaya, di antaranya:
1) Apakah kalian atau rekan kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
2) Jika iya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
3) Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1) Pengayaan: kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang dapat
diberikan oleh guru adalah:
a) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari oleh
peserta didik, kemudian disampaikan oleh peserta didik yang bersangkutan pada sesi
pertemuan berikutnya.
b) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capaian pembelajaran, sehingga
sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian pembelajaran.

2) Remedial: kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam
mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk kegiatan
remedial adalah, di antaranya:
a) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan peserta
didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan motivasi
belajarnya, dan memberikan umpan balik kepadanya.
b) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan secara
mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan dengan gaya
belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan belajarnya.

G. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
 Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
 Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran?
 Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
 Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
 Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
 Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan hasil
pembelajaran?
 Dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
 Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
 Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
 Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
 Pada momen apa murid menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir mereka?
 Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
 Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

LAMPIRAN- LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Lembar Kerja 1 Wawancara
Peserta didik diminta untuk mewawancarai orang-orang yang ada di sekitar lingkungan
rumah mengenai contoh penerapan Pancasila serta menganalisis nilai-nilai yang terkandung.
Nama
Pekerjaan
Penerapan Pancasila
Analisis Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praksis

Lembar Kerja 2 Kolom Berefleksi


Tanggal :
Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan yang
dapat digunakan, seperti:
1) Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
2) Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui lebih
dalam tentang ...
3) Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan seharihari ...

Lembar Kerja 3 Kolom Refleksi


3 fakta baru yang didapat2 hal yang ingin ditanyakan1 pendapat saya terkait materi ini
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Sebagai dasar negara, Pancasila tentu tidak cukup hanya tertera dalam sejumlah dokumen
negara, tidak juga diperingati melalui upacara dan kegiatan lainnya. Untuk menelaah
bagaimana penerapan Pancasila dalam praktik bernegara, perlu diketahui bahwa dalam
ideologi Pancasila, menurut Moerdiono, terdapat tiga tataran nilai.
1. Nilai Dasar, suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh perubahan
ruang dan waktu. Nilai dasar mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri khasnya.
Nilai dasar itu berbunyi lima sila dalam Pancasila. Nilai-nilai dasar dari Pancasila tersebut
meliputi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai
persatuan Indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat serta nilai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
a. Nilai Instrumental, nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental merupakan
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk kurun waktu tertentu
dan untuk kondisi tertentu. Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan
kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan proyek-proyek
yang menindaklanjuti nilai dasar. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai
instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.
b. Nilai Praksis, adalah nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik dalam
konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Nilai praksis adalah wujud dari
penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik dilakukan
oleh lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) maupun oleh organisasi
masyarakat, bahkan warga negara secara perseorangan.
Pada praktiknya, nilai instrumental dan nilai praksis harus mengacu dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dasar. Nilai praksis tidak boleh bertentangan dengan nilai
instrumental. Wujud dari nilai instrumental tersebut berupa Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah.

LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
 Batas Wilayah: Garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang
didasarkan atas hukum internasional.
 Big Data: Dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Mahadata. Kata ini merujuk pada
kumpulan data yang sangat besar yang dapat dianalisis secara komputasi untuk
mengungkapkan pola, tren, dan asosiasi, terutama yang berkaitan dengan perilaku dan
interaksi manusia.
 Blok Ambalat: Suatu wilayah perairan di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia,
tepatnya di di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur. Wilayah ini memiliki
luas 15.235 kilometer persegi dan kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak.
Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan bawah
laut, khususnya dalam bidang pertambangan minyak.
 Climate Change: Istilah lainnya adalah Perubahan Iklim yakni perubahan yang
disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga
mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda
waktu yang dapat diperbandingkan.
 Debirokratisasi: Penghapusan atau pengurangan hambatan yang terdapat dalam sistem
birokrasi
 Deklarasi Djuanda: Deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI. Deklarasi ini dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh
Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.
 Deregulasi: Proses pencabutan atau pengurangan regulasi negara.
 Diskriminasi: Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya)
 Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai: Dalam Bahasa Indonesia disebut Badan Penyelidik
Usahausaha Kemerdekaan (BPUPK). Sebuah badan yang dibentuk oleh Pemerintah
Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Badan ini dibuat sebagai upaya memperoleh dukungan dari bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di
kemudian hari.
 Ekstremisme: Keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan
pandangan agama, politik, dan sebagainya.
 Gender: Istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan
laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender merupakan pembedaan
peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang
dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
 Globalisasi: Proses mendunianya suatu hal (ideologi, pandangan hidup dan lainnya)
sehingga batas antara negara menjadi hilang.
 Hierarki: Suatu susunan hal di mana hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berada di
“atas,” “bawah,” atau “pada tingkat yang sama” dengan yang lainnya. Secara abstrak,
sebuah hierarki adalah sebuah kumpulan yang disusun.
 Hoaks: Berita atau informasi yang tidak benar/ bohong/tidak sesuai fakta.
 Ideologi: Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan cara pandang membentuk
karakter berpikir dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup.
 Integralistik: Salah satu istilah yang dikemukakan oleh Soepomo dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). teori integralistik menjelaskan tentang
hubungan antara masyarakat dengan penguasa negara, sehingga membentuk satu kesatuan
utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta kebersamaan.
 Internasionalisme: Salah satu istilah yang diperkenalkan oleh Soekarno pada sidang
BPUPK ketika mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara. Internasionalisme mengacu
pada gagasan bahwa kerjasama antar negara berbeda dan bermanfaat bagi semua orang.
Pemerintah yang menganut doktrin internasionalisme bekerjasama dengan pemerintah
lain untuk menghindari konflik dan bekerjasama secara ekonomi.
 Intoleransi: Ketidakmauan untuk menerima ide, pandangan atau perilaku yang
berbeda dengan apa yang dimilikinya sendiri.
 Kearifan lokal: kebijaksanaan atau kecendekiaan yang berasal dari nilai-nilai sebuah
masyarakat yang spesifik.
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): Peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia.
 Kolaborasi: Kerja sama untuk membuat sesuatu
 Konstitusi: Istilah konstitusi dalam banyak bahasa berbeda-beda, seperti dalam bahasa
Inggris ”constitution”, dalam bahasa Belanda ”constitutie”, dalam bahasa Jerman
”konstitution”, dan dalam bahasa Latin ”constitutio” yang berarti undang-undang dasar
atau hukum dasar. Jadi, konstitusi merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara. Dalam ungkapan lain, konstitusi adalah kerangka
kerja (framework) dari sebuah negara yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan
dan mengorganisir jalannya pemerintahan. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945.
 Konsumerisme: Paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang sebagai
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Konsumerisme juga dapat bermakna
gaya hidup yang tidak hemat.
 Korupsi: Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi
atau orang lain.
 Ligitan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Pulau yang terletak 21 mil
dari pantai daratan Sabah dan 57,6 mil dari pantai Pulau Sebatik di ujung timur laut pulau
Kalimantan/Borneo ini luasnya 7,9 Ha.
 Magna Charta Libertatum: Sering juga disebut Magna Charta, adalah piagam yang
dikeluarkan di Inggris pada tanggal 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, sejak
masa Raja John, dari kekuasaan absolut.
 Mahkamah Internasional: Sebuah badan kehakiman utama Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Fungsi utama Mahkamah ini adalah untuk mengadili dan menyelesaikan
sengketa antarnegara-negara anggota dan memberikan pendapat-pendapat bersifat nasihat
kepada organ-organ resmi dan badan khusus PBB.
 Modal Sosial: Serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara
para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.
 Multikultural: Keragaman budaya, adat, etnis atau tradisi.
 Nilai dasar: Suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh
perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri
khasnya
 Nilai instrumental : nilai yang bersifat kontekstual. Dalam konteks PPKn, nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu.
 Nilai praksis: adalah nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Dalam konteks PPKn, nilai
praksis adalah wujud dari penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik dilakukan oleh lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif )
maupun oleh organisasi masyarakat, bahkan warga negara secara perseorangan.
 Norma: Sebuah kesepakatan yang dibangun oleh masyarakat. Norma dibuat sebagai
aturan bersama, sebagai cara hidup bersama, dan sekaligus menjadi pemandu untuk
mencapai tujuan bersama.
 Philosophische grondslag: Istilah yang muncul dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). Apa Philosophische grondslag dari Indonesia
merdeka? Kata Radjiman Wedyodiningrat. Philosophische Grondslag berasal dari bahasa
Belanda yang berarti norma (lag), dasar (grands), dan yang bersifat filsafat
(philosophische).
 Post Truth: Istilah yang berhubungan dengan atau mewakili situasi dimana emosi atau
keyakinan personal lebih berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat
dibandingkan fakta atau kenyataan.
 Prasangka: Pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum
mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri.
 Preambule: Nama lain dari pembukaan Undang Undang Dasar 1045 yang tidak boleh
diamandemen.
 Radikalisme: Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya. Berasal dari kata “radix”
yang berarti akar.
 Ratifikasi: Proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen yang
bersifat nasional lainnya melalui persetujuan dari tiap entitas kecil di dalam bagiannya.
 Regulasi: Seperangkat peraturan yang bertujuan untuk mengendalikan. Regulasi
merupakan konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks sesuai dengan seperangkat
aturan dan tren. Regulasi ada di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
 Revolutiegrondwet: Bahwa UUD 1945 mengandung gagasan revolusi yang berwatak
nasional dan sosial. Tujuannya adalah dekolonisasi dan perubahan sosial ke arah
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sipadan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Letaknya tak jauh dari
pulau Kalimantan/Borneo. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang dipersengketakan
antara Indonesia dan Malaysia.
 Terorisme: Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan.
 The Bill of Rights: Disebut juga sebagai English Bill of Rights, adalah sebuah
Undang- Undang Parlemen Inggris yang menetapkan hak sipil dasar tertentu dan
menjelaskan siapa orang berikutnya yang dapat mewarisi Takhta. Undang-undang
tersebut meraih Royal Assent pada 16 Desember 1689.
 The Habies Corps Act : Sebuah statuta yang digalakan pada tahun 1679 dalam masa
pemerintahan Raja Charles II. Statuta tersebut diterima dan diamandemenkan dalam
parlemen yang mengizinkan, dalam kasus tertentu, seseorang untuk mempertahankan
kedudukannya, ketika akan dihukum penjara, di dalam sebuah sidang yang mewajibkan
orang tersebut untuk hadir dalam keadaan seutuhnya dalam waktu yang telah ditentukan
dan tentu dengan sebab penahanan yang jelas agar keputusan dapat diangkat dan diambil.
 UNCLOS : Singkatan dari United Nations Convention on The Law of the Sea, yang
sering disebut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia sudah meratifikasi
Konvensi ini melalui UU No. 17 Tahun 1985. Sejak saat itu Indonesia mengikuti hukum
UNCLOS 1982.
 Weltanschauung : Berasal dari bahasa Jerman, berasal dari akar kata Welt (‘dunia’)
dan Anschauung (‘pandangan’), sehingga jika digabung menjadi Weltanschauung
bermakna pandangan hidup.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE): Zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar
pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas
kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan
bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.

LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Adams, Cindy. 1996. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Gunung Agung
Adiwijoyo, Suwarno. 2005. Konsolidasi Wawasan Maritim Indonesia. Jakarta: Pakar Pusat Kajian
Reformasi
Ady, Kellie. 2019. The Student-Centered Learning Cycle. https://www.schoology.com/blog/student-
centered-learning-cycle
Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R., et al (Eds.) (2000) A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives . Allyn & Bacon.
Boston, MA (Pearson Education Group)
Asshidiqie, Jimly. Tanpa Tahun. “Gagasan Dasar Tentang Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi”,
makalah.
Budiyono. 2014. Hubungan Negara Dan Agama Dalam Negara Pancasila, Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 8 No. 3, Juli-september
Danusaputro, Munadjat. 1976. Tata Lautan Nusantara dalam Hukum dan Sejarahnya. Jakarta:
Binacipta
Dewantara, Ki Hadjar. 2013. Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dick-Read, Robert. 2008. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, Bandung:
Mizan
Djoub, Zineb. 2018. 3 Key Characteristics of Project-Based Learning.
https://edulearn2change.com/article-3-key-characteristics-of-project-based-learning/
Duch B.J.,Groh S.E., Allen D.E. 2001. Why problem-based learning? A case study of institutional
change in undergraduate education. In B. Duch, S. Groh, & D. Allen (Eds.). The power of
problem-based learning (pp.3-11). Sterling, VA:Stylus
Duchacek, Ivo D. 1987. “Constitution and Constitutionalism” dalam Bogdanor, Vernon (ed),
Blackwell’s Encyclopaedia of Political Science, Oxford: Blackwell,
Eddy, I Wayan Tagel. 2018. Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara,
Dharma Smrti, Nomor 18 Vol. I Mei
Fadilah, Nurul. 2019. Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Journal Of Digital Education, Communication, And Arts, Vol. 2, No. 2,
September 2019
Goodman, B., & Stivers, J. 2010. Project-based learning. Educational psychology, 2010, 1-8. Diunduh
dari http://www.fsmilitary.org/pdf/Project_Based_Learning.pdf.
Grant, M. M. 2002. Getting a grip on project-based learning: Theory, cases and recommendations.
Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal, 5, 1-17.
Hadiwidjoyjo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser
Hardinanto, Aris. Autentisitas Sumber Sejarah Pancasila Dalam Masa Sidang Pertama Badan Untuk
Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Volume 3•
Nomor 1.
https://www.researchgate.net/publication/317377196_autentisitas_sumber_sejarah_pancasila
_dalam_masa_sidang_pertama_badan_untuk_menyelidiki_usaha-
usaha_persiapan_kemerdekaan_tanggal_29_mei-1_juni_1945
Hasan, Hamsah. 2015. Hubungan Islam Dan Negara: Merespons Wacana Politik Islam Kontemporer
Di Indonesia, Al-ahkam, Volume 25, Nomor 1, April
Hatta, Mohammad. 1978. Pengertian Pancasila, Jakarta: Inti Idayu Press
Hisyam, Muhamad. 2011. Ki Bagus Hadikusumo Dan Problem Relasi Agama-negara, Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 13 No. 2 Tahun 2011
Hutagalung, Daniel. 2005. Menapaki Jejak-jejak Pemikiran Soepomo Mengenai Negara Indonesia,
Jurnal Hukum Jentera Vol. 3 (10) (Oktober)
Ilyas. 2020. Islam Dan Kebangsaan: Pergumulan Dalam BPUPKI, PPKI, Dan Piagam Jakarta, Buletin
Al-turas Vol. 26 No. 1 January
Indra, Mexsasai. 2013. “Urgensi Pengelolaan Wilayah Perbatasan dalam Kaitannya dengan
Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Selat, Oktober, Vol. 1, No. 1,
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=525895&val=10756&title=Urgensi%20Pengelolaan%20Wilayah%20Perbatasan
%20Dalam%20Kaitannya%20Dengan%20Kedaulatan%20Negara%20Kesatuan%20Republik
%20Indonesia
Iqbal, Muhammad. 2014. Mohammad Hatta Dan Partai Demokrasi Islam Indonesia: Dinamika
Pemikiran Hubungan Agama Dan Politik, Madania Vol. Xviii, No. 2, Desember
Jailani, Imam Amrusi. 2014. Pergolakan Politik Antara Tokoh Muslim Dan Nasionalis Dalam
Penentuan Dasar Negara Republik Indonesia, Karsa, Vol. 22 No. 2, Desember
Kamdi. (2007). Model Pembelajaran Problem Based Learning (online) tersedia:
http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-ba sed.html?m-1
Kholiludin, Tedi. Kuasa Negara atas Agama: Politik Pengakuan, Diskursus Agama Resmi dan
Diskriminasi Hak Sipil. Semarang: Rasail-eLSA Press, 2009
Koers, Albert W. Konvensi Peserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1994
Latif, Yudi. 2017. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan. Panitia
Peringatan Hari Lahir Pancasila, 2017. Kisah Pancasila. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945: https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/speech/?
box=detail&id=39&from_box=list_245&hlm=1&search_tag=&search_keyword=&activation
_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno
Polamolo, Susanto. 2018. Gelap-terang Pancasila: Otokritik Atas Teks Sejarah Yang Melenceng,
Jurnal Konstitusi, Volume 15, Nomor 2, Juni
Sadiawati, Diani, dkk., 2019. Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan dan
Strategi Penanganannya, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) dan Bappenas,
Saifiidin, 2002. Lahirnya UUD 1945: Suatu Tinjauan Historis Penyusunan Dan Penetapan UUD 1945.
Unisia No. 49
Salamah, Lilik. 2017. Analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT): Peluang
Dan Tantangan Association of Southeast Asian Nations (Asean) Dalam Mewujudkan
Integrasi Asia Tenggara. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik Vol. 30, No. 3, Tahun
2017, Hal. 300-309
Samekto, Adjie. 2003. Negara dalam Dimensi Hukum Internasional. Bandung: Bakti
Schaefer, Richard T (ed)., 2008. Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society, Singapore: SAGE
Publication
Sholahudin, Umar. 2019. Globalisasi: Antara Peluang Dan Ancaman Bagi Masyarakat Multikultural
Indonesia, Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 4, No 2, Desember
Soeprapto, Sri. 2013. Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam Perspektif
Etika Pancasila. Jurnal Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus
Soraya, May Rosa Zulfatus. 2014. Kontestasi Pemikiran Dasar Negara Dalam Perwujudan Hukum Di
Indonesia
Suryani, W. 2013. Komunikasi Budaya yang Efektif. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni
Suganda, Her. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisi. Bandung: Kiblat
Titaley, John A., Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Transformasi
Agamaagama, Salatiga: Satya Wacana Press, 2013
Ubaedillah, A, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah- Kencana
Prenada Media
Verdiansyah, Chris. (ed), Jalan Panjang Menjadi WNI: Catatan Pengalaman dan Tinjauan Kritis.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007
Wilson, Leslie Owen. Tanpa Tahun. Three Domains of Learning – Cognitive, Affective,
Psychomotor, https://thesecondprinciple.com/instructional-design/threedomainsoflearning/
Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta:
Flex Media Komputindo
Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945. Jilid 1, Jakarta: Yayasan Prapantja
Zaini, H., dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff
Development UIN Sunan Kalijaga.

Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik- Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan.
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Conventions on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).
 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

Website
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/21/193000369/wilayah-nkri?page=all,
diakses 21 Maret 2020.
 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/17/11572701/mendagri-ungkap-sejumlah-
sengketa-perbatasan-indonesia-dengan-negara?page=all, diakses 20 September 2020.
 https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-malaysia-akan-sepakati-perbatasan-
negara-di-dua-titik-/5169340.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.dream.co.id/news/pentingnya-nasionalisme-sikap-mencintai-bangsa-dan-
negara-200806s.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 7 Janauari 2021.
 https://tirto.id/komposisi-etnis-dan-agama-para-perumus-pancasila-cpMq, diakses 7
Januari 2021.
 https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html,
diakses 20 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.duniadosen.com/student-centered-learning-b3/, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.umy.ac.id/yudi-latif-pancasila-jembatan-kemajemukan-indonesia.html,
diakses 23 Januari 2021.
 https://kemlu.go.id/singapore/id/news/2377/dialog-kebangsaan-6-oktober-2019-
merajutkebersamaan-dengan-pancasila-bersama-prof-yudi-latif-di-kbri-singapura, diakses
23 Januari 2021.
 http://psikindonesia.org/normalitas-pancasila/, diakses 25 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=13296&menu=2, diakses 1 Februari
2021.
 https://kbbi.kemdikbud.go.id, 28 Januari 2021.
 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4012/hierarki-peraturan-
perundang-undangan-di-indonesia, diakses 1 Februari 2021.
 https://media.neliti.com/media/publications/292568-analisis-undang-undang-desa-
408693b2.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://bphn.go.id/data/documents/ae_sisdiknas.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/09/20434641/agenda-bbj-kolaborasi-
budayadalam-pameran-seni-rupa-integrasi?page=all, diakses 1 Februari 2021.
 https://www.youtube.com/watch?v=aZkyJSiY1_0
 https://www.youtube.com/watch?v=AdtlkdkpT5U
 https://www.youtube.com/watch?v=w7_janNIO14
 https://www.youtube.com/watch?v=HZmttWM0a3w

Daftar Sumber Gambar


 https://unsplash.com/photos/RYyr-k3Ysqg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/kRNZiGKtz48, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/szrJ3wjzOMg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/30/191752865/kisah-pengambilan-jasad-
7-pahlawan-revolusi-di-sumur-lubang-buaya, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/bird-s-eye-view-of-landfill-selama-siang-hari-
3174349/, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://data.alinea.id/negara-penghasil-sampah-plastik-terbesar-b1ZQe9y39c,
Diunduh 19 Februari 2021.
 https://www.legalroom.co.id/bentuk-bentuk-tipikor-yang-wajib-kalian-tahu/, Diunduh
26 Februari 2021.
 https://pixabay.com/id/photos/batik-kerajinan-budaya-tradisional-5697482/, Diunduh
27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-di-jembatan-jubilee-1561806/,
Diunduh 24 Februari 2021.
 https://metro.tempo.co/read/606401/tak-berizin-tempat-kos-di-kota-tua-dirobohkan/
full&view=ok, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Reog_tanpa_mistis.jpg, Diunduh 5 Februari
2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Exclusive_Keris_from_Bali_with_Gold-
plated_Kinatah_Image_of_the_Hindu-Buddhist_Deity_Kala_Rao_
%2B_Antique_Mendak_Keris_Ring_inlaid_with_Rubies_(15222956254).jpg, Diunduh 5
Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Single_note_angklung_(%27G%27),_2015-
05-21.jpg, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wayang_Kulit,_Central_Java.jpg, Diunduh
5 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/vUc03gxjEY4, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://regional.kompas.com/read/2017/08/14/20163481/berita-foto--megahnya-
tarisaman-kolosal-di-gayo-lues, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://www.liputan6.com/regional/read/4235975/mengenal-agama-keluarga-di-kota-
palafakfak, Diunduh 7 Februari 2021.
 https://jakartagreater.com/205529/tni-al-bangga-kibarkan-bendera-merah-putih-di-
perairan-ambalat/, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/BTAAcbO9Gco, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/mj2NwYH3wBA, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/bGdiuIyN3Rs, Diunduh 27 Februari 2021.

MODUL AJAR
BAB 1 : PANCASILA

INFORMASI UMUM

A. IDENTITAS MODUL
usun : .....................................................................................
didikan : SMA
: XI (Sebelas) - F
ran : PPKn
: Peluang Dan Tantangan Penerapan Pancasila Dalam Kehidupan Global
okasi Waktu : 4 JP
usunan : 20 .....

B. KOMPETENSI AWAL
Pada unit ini, peserta didik akan melakukan pemetaan peluang dan tantangan penerapan
Pancasila dalam kehidupan global. Karena itu, peserta didik diajak untuk mendalami
ragam pemikiran para pendiri bangsa tentang dasar negara, mengidentifikasi ideide yang
muncul, serta persamaan dan perbedaan pemikiran para pendiri bangsa tentang negara
merdeka dan dasar negara, termasuk di dalamnya soal relasi agama dan negara.
Kemampuan peserta didik mengidentifikasi pemikiran para pendiri bangsa ini
merupakan hal penting sebagai bagian dari kemampuan berpikir kritis, sebagaimana
yang dirumuskan dalam Profil Pelajar Pancasila.

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


Beriman, bertakwa kepada Tuhan yag maha Esa, bergotong royong, bernalar kritis,
kreatif, inovatif, mandiri, berkebhinekaan global

D. SARANA DAN PRASARANA


 Artikel terkait hoaks/ Post-truth
 Kertas poster
 Alat tulis
 Contoh video kampanye/ajakan

E. TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami
materi ajar.

F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based
Learning (PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional
Learning (SEL).
KOMPONEN INTI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Peserta didik diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan konteks peserta didik.
 Selain itu, peserta didik mampu mempresentasikan peluang dan tantangan penerapan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global.

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kesehariannya sesuai dengan perkembangan dan
konteks peserta didik.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
 Jika dipetakan, peluang apa saja yang ada, serta bagaimana cara meningkatkan atau
memperbesar peluang penerapan Pancasila dalam kehidupan global?
 Jika dipetakan, tantangan apa saja yang dihadapi dalam penerapan Pancasila di
kehidupan global, serta bagaimana menghadapi tantangan tersebut?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Tantangan Ber-Pancasila dalam Kehidupan Global
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru membuka diskusi kelas dengan memberikan pertanyaan “Apa arti global
menurut kalian?”.

Kegiatan Inti (90 Menit)


 Setelah peserta didik membaca topik “Tantangan Ber-Pancasila dalam Kehidupan
Global” guru meminta mereka memaparkan poin penting yang mereka dapat dalam
diskusi kelas.
 Setelah mendengar pemaparan peserta didik, guru meminta mereka melakukan
analisis SWOT mengenai kaitan antara tantangan Ber-Pancasila dalam kehidupan
global.
 Peserta didik diperbolehkan mencari informasi tambahan melalui web browser.
 Hasil pencarian dan analisis akan ditulis pada lembar kerja yang tersedia.

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 Sebelum kelas berakhir, guru meminta peserta didik melakukan refleksi atas hasil
diskusi dan analisis SWOT terkait tantangan penerapan Pancasila di kehidupan
global.
 Peserta didik dapat menuliskan di kolom refleksi (Buku Siswa) atau
menyampaikannya secara lisan menggunakan pertanyaan pemantik berikut:
 Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
 Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin
mengetahui lebih dalam tentang ...
 Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan
seharihari ...

PERTEMUAN KE-2
Peluang Ber-Pancasila dalam Kehidupan Global
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
 Guru bertanya kepada peserta didik, “Di kehidupan global saat ini, apa yang
menjadi tantangan terbesar penerapan Pancasila, khususnya bagi para pelajar
seperti kalian?
 Peserta didik menjawab dan guru menanggapi.
Kegiatan Inti (90 Menit)
 Untuk membantu peserta didik lebih memahami makna ber-Pancasila dalam
kehidupan global, guru meminta pesarta didik untuk melakukan refleksi diri dengan
menjawab beberapa pertanyaan berikut:
 Nilai (value), karakter, kompetensi, keterampilan apa yang kalian miliki saat ini
sebagai kekuatan untuk ber-Pancasila dalam kehidupan global?
 Nilai, karakter, kompetensi, dan keterampilan apa yang belum kalian miliki dan
perlu kalian miliki di masa mendatang agar dapat menerapkan Pancasila dalam
kehidupan global?
 Kalian perlu menggali kekuatan atau kekayaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia, yang dapat digunakan untuk berkontribusi dalam kehidupan global.
 Menurut kalian, apa saja yang menjadi kekuatan atau kekayaan tersebut?
 Peserta didik mencatat jawaban pada lembar kerja yang disediakan.
 Guru meminta peserta didik secara sukarela untuk membacakan tanggapan atas
pertanyaan yang diberikan.
 Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan peserta didik membaca bahan bacaan yang
tersedia pada unit ini.
 Sebagai tugas akhir, peserta didik membuat video bertema “Seberapa Pancasila
Aku?” Kisi-kisi video:
 Menjelaskan apa saja tantangan dalam menerapkan Pancasila di Indonesia.
 Menunjukkan strategi menghadapi tantangan.
 Melakukan hal-hal yang menunjukkan penerapan Pancasila.
 Video yang sudah selesai dan dinilai, dapat diunggah ke media sosial. Guru kemudian
meminta peserta didik untuk berkompetisi mendapatkan sebanyakbanyaknya
penonton (viewer) sebagai upaya penyebarluasan ide dan praktik baik yang
disampaikan melalui video.

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 guru dan peserta didik menyimpulkan materi pelajaran;
 guru dan peserta didik melakukan refleksi;
 guru dapat memberikan penugasan dan informasi lain sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran.
 Contoh refleksi yang dapat dilakukan peserta didik, seperti mengisi Tabel Refleksi 3-
2-1.
3 fakta baru yang 2 hal yang ingin 1 pendapat saya terkait materi
didapat ditanyakan ini

E. ASESMEN / PENILAIAN
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara:
a. Guru meminta peserta didik membuat media kampanye (video) yang berisi “Peluang
implementasi Pancasila dalam berbagai konteks”.
b. Peserta didik menjawab pertanyaan terbuka yang ada pada Buku Siswa.

Aspek Penilaian
Penilaian Pengetahuan Penilaian Sikap Penilaian Keterampilan
 Menanggapi topik  Observasi guru  Efektivitas penyajian video
diskusi  Penilaian diri  Penyampaian opini dan
 Analisis SWOT sendiri argumentasi
 Video kampanye  Penilaian teman
 Pemahaman materi sebaya
(esai)
 Partisipasi diskusi

Observasi Guru
Guru melakukan observasi untuk menilai sikap peserta didiknya. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan kelompok.
2) Dapat menyimak dengan seksama penjelasan guru dan temannya saat berbicara.
3) Menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran.
4) Berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional dan
sistematis, serta disampaikan secara santun.
5) Menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat, ras,
suku, agama/kepercayaan, dan lain sebagainya.
6) Menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas atau peran yang harus dilakukan.
Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting lainnya terkait hal-
hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembangkannya sesuai
dengan kebutuhan guru.
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif Sikap yang Harus Ditingkatkan
1
2
3
Dst

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian Capaian Pembelajaran, misalnya menggunakan skala 1-
10. Sementara jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-
hal yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang hal-
hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan kunci
yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri ataupun
teman sebaya, di antaranya:
1) Apakah kalian atau rekan kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
2) Jika iya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
3) Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1) Pengayaan: kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang dapat
diberikan oleh guru adalah:
a) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari oleh
peserta didik, kemudian disampaikan oleh peserta didik yang bersangkutan pada sesi
pertemuan berikutnya.
b) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capaian pembelajaran, sehingga
sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian pembelajaran.

2) Remedial: kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam
mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk kegiatan
remedial adalah, di antaranya:
a) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan peserta
didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan motivasi
belajarnya, dan memberikan umpan balik kepadanya.
b) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan secara
mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan dengan gaya
belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan belajarnya.

G. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
 Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
 Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran?
 Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
 Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
 Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
 Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan hasil
pembelajaran?
 Dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
 Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
 Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
 Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
 Pada momen apa murid menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir mereka?
 Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
 Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

LAMPIRAN- LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Lembar Kerja 1 Tabel Analisis SWOT
Perkembangan Teknologi dan Penerapan Pancasila
Guru meminta peserta didik untuk menyebutkan hasil pengalamannya tentang teknologi
sebagai:
Strength (Kekuatan) Weakness
(Kelemahan)
Opportunity (Kesempatan) Threats (Tantangan)

Lembar Kerja 2 Lembar Kerja Peserta didik: Mari Berefleksi


a. Secara jujur, kalian perlu bertanya pada diri sendiri:
1) Nilai (value), karakter, kompetensi, keterampilan apa yang kalian miliki saat ini sebagai
kekuatan untuk ber-Pancasila dalam kehidupan global?
2) Nilai, karakter, kompetensi, dan keterampilan apa yang belum kalian miliki dan perlu
kalian miliki di masa mendatang agar dapat menerapkan Pancasila dalam kehidupan
global?
Tuliskan jawaban pada lembar kerja di bawah ini:
b. Kalian perlu menggali kekuatan atau kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, yang
dapat digunakan untuk berkontribusi dalam kehidupan global.

Lembar Kerja 3 Kolom Refleksi


Tanggal :
Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah

Pertanyaan pemantik dapat disesuaikan oleh guru kelas. Beberapa contoh pertanyaan yang
dapat digunakan, seperti:
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya ingin mengetahui lebih
dalam tentang ...
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam kehidupan seharihari ...

LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Kita sedang berada pada abad ke-21. Abad ini ditandai dengan kemajuan teknologi yang
sangat pesat. Pertukaran informasi, penggunaan internet, pemanfaatan data besar (big data),
dan teknologi otomatisasi adalah fenomena yang mewarnai kehidupan saat ini, terutama di
perkotaan. Fenomena ini tentu menjadi tantangan yang perlu dipecahkan. Misalnya soal
pekerjaan. Ada banyak pekerjaan yang pada abad ke-20 masih dibutuhkan tetapi pada abad
ke-21 ini mulai ditinggalkan, tak lagi dibutuhkan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pernah melaporkan bahwa sampai pada tahun 2030 akan
ada 2 miliar pegawai di seluruh dunia yang kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh
teknologi. Di sisi lain, ada banyak jenis pekerjaan baru yang tidak ada pada abad ke-20. Itu
salah satu tantangan yang mesti kita hadapi.
Pancasila adalah ideologi negara yang harus dipatuhi dan menjadi pemersatu bangsa. Namun,
tidak dapat dipungkiri bahwa ada kemungkinan bagi masuknya ideologi lain yang dapat
memengaruhi masyarakat Indonesia. Beberapa ideologi yang mulai masuk ke dalam sendi-
sendi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
Semua ideologi tersebut tentu bertentangan dengan Pancasila.
Pesatnya laju teknologi informasi juga mengakibatkan banjirnya informasi. Lalu, apa dampak
yang ditimbulkan oleh banjirnya informasi? Pertama, ruang kehidupan kita sesak oleh warna-
warni informasi. Kita disuguhi bermacam-macam informasi, baik yang penting ataupun yang
tidak penting, baik yang valid kebenarannya ataupun yang tidak. Karena itulah, banyak kita
jumpai beredarnya hoaks atau informasi palsu di media sosial kita.
Kedua, dampak lanjutan dari beredarnya hoaks tersebut, membawa kita pada suatu kondisi
yang disebut dengan post-truth (pasca-kebenaran). Post-truth adalah kondisi di mana fakta
objektif tidak lagi memberikan pengaruh besar dalam membentuk opini publik, tetapi
ditentukan oleh sentimen dan kepercayaan.
Ketiga, dampak yang lebih jauh adalah masyarakat mudah diprovokasi, diadu domba,
dihasut, dan ditanamkan benih kebencian melalui informasi-informasi palsu yang terus-
menerus disampaikan sehingga dianggap sebagai kebenaran.
Selain sebagai warga negara Indonesia, kita juga menjadi warga negara dunia. Indonesia
sebagai negara dan bangsa tidak dapat mengisolasi diri, atau tidak bergaul dengan bangsa-
bangsa lain dari negara lain. Bahkan, dengan bantuan teknologi informasi, sekat-sekat batas
negara itu menjadi tipis. Ketika kita dapat menggunakan bahasa internasional, seperti bahasa
Inggris, kita dapat berinteraksi dengan bangsabangsa lain yang menggunakan bahasa yang
sama.
Tak hanya berkomunikasi, pada saat bersamaan, kita juga bersaing dengan bangsa-bangsa
lain. Persaingan terjadi dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam hal pekerjaan.
Akibatnya, kita harus memiliki kompetensi dan keterampilan yang setara dengan bangsa-
bangsa lain sehingga dapat bersaing pada abad ke-21 ini, seperti kecakapan: literasi,
kompetensi, dan karakter.
Tak hanya terkait dengan kompetensi dunia hari ini menghadapi sejumlah tantangan global
yang tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri. Krisis lingkungan, pemanasan global, pandemi,
kekerasan, dan perang global, adalah beberapa contoh tantangan global yang tidak bisa
ditangani sendiri, melainkan membutuhkan kerja sama dan kolaborasi lintas negara dengan
melibatkan semua pihak.

LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
 Batas Wilayah: Garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang
didasarkan atas hukum internasional.
 Big Data: Dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Mahadata. Kata ini merujuk pada
kumpulan data yang sangat besar yang dapat dianalisis secara komputasi untuk
mengungkapkan pola, tren, dan asosiasi, terutama yang berkaitan dengan perilaku dan
interaksi manusia.
 Blok Ambalat: Suatu wilayah perairan di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia,
tepatnya di di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur. Wilayah ini memiliki
luas 15.235 kilometer persegi dan kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak.
Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan bawah
laut, khususnya dalam bidang pertambangan minyak.
 Climate Change: Istilah lainnya adalah Perubahan Iklim yakni perubahan yang
disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga
mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda
waktu yang dapat diperbandingkan.
 Debirokratisasi: Penghapusan atau pengurangan hambatan yang terdapat dalam sistem
birokrasi
 Deklarasi Djuanda: Deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI. Deklarasi ini dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh
Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.
 Deregulasi: Proses pencabutan atau pengurangan regulasi negara.
 Diskriminasi: Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya)
 Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai: Dalam Bahasa Indonesia disebut Badan Penyelidik
Usahausaha Kemerdekaan (BPUPK). Sebuah badan yang dibentuk oleh Pemerintah
Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Badan ini dibuat sebagai upaya memperoleh dukungan dari bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di
kemudian hari.
 Ekstremisme: Keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan
pandangan agama, politik, dan sebagainya.
 Gender: Istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan
laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender merupakan pembedaan
peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang
dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
 Globalisasi: Proses mendunianya suatu hal (ideologi, pandangan hidup dan lainnya)
sehingga batas antara negara menjadi hilang.
 Hierarki: Suatu susunan hal di mana hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berada di
“atas,” “bawah,” atau “pada tingkat yang sama” dengan yang lainnya. Secara abstrak,
sebuah hierarki adalah sebuah kumpulan yang disusun.
 Hoaks: Berita atau informasi yang tidak benar/ bohong/tidak sesuai fakta.
 Ideologi: Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan cara pandang membentuk
karakter berpikir dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup.
 Integralistik: Salah satu istilah yang dikemukakan oleh Soepomo dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). teori integralistik menjelaskan tentang
hubungan antara masyarakat dengan penguasa negara, sehingga membentuk satu kesatuan
utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta kebersamaan.
 Internasionalisme: Salah satu istilah yang diperkenalkan oleh Soekarno pada sidang
BPUPK ketika mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara. Internasionalisme mengacu
pada gagasan bahwa kerjasama antar negara berbeda dan bermanfaat bagi semua orang.
Pemerintah yang menganut doktrin internasionalisme bekerjasama dengan pemerintah
lain untuk menghindari konflik dan bekerjasama secara ekonomi.
 Intoleransi: Ketidakmauan untuk menerima ide, pandangan atau perilaku yang
berbeda dengan apa yang dimilikinya sendiri.
 Kearifan lokal: kebijaksanaan atau kecendekiaan yang berasal dari nilai-nilai sebuah
masyarakat yang spesifik.
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): Peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia.
 Kolaborasi: Kerja sama untuk membuat sesuatu
 Konstitusi: Istilah konstitusi dalam banyak bahasa berbeda-beda, seperti dalam bahasa
Inggris ”constitution”, dalam bahasa Belanda ”constitutie”, dalam bahasa Jerman
”konstitution”, dan dalam bahasa Latin ”constitutio” yang berarti undang-undang dasar
atau hukum dasar. Jadi, konstitusi merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara. Dalam ungkapan lain, konstitusi adalah kerangka
kerja (framework) dari sebuah negara yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan
dan mengorganisir jalannya pemerintahan. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945.
 Konsumerisme: Paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang sebagai
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Konsumerisme juga dapat bermakna
gaya hidup yang tidak hemat.
 Korupsi: Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi
atau orang lain.
 Ligitan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Pulau yang terletak 21 mil
dari pantai daratan Sabah dan 57,6 mil dari pantai Pulau Sebatik di ujung timur laut pulau
Kalimantan/Borneo ini luasnya 7,9 Ha.
 Magna Charta Libertatum: Sering juga disebut Magna Charta, adalah piagam yang
dikeluarkan di Inggris pada tanggal 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, sejak
masa Raja John, dari kekuasaan absolut.
 Mahkamah Internasional: Sebuah badan kehakiman utama Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Fungsi utama Mahkamah ini adalah untuk mengadili dan menyelesaikan
sengketa antarnegara-negara anggota dan memberikan pendapat-pendapat bersifat nasihat
kepada organ-organ resmi dan badan khusus PBB.
 Modal Sosial: Serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara
para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.
 Multikultural: Keragaman budaya, adat, etnis atau tradisi.
 Nilai dasar: Suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh
perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri
khasnya
 Nilai instrumental : nilai yang bersifat kontekstual. Dalam konteks PPKn, nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu.
 Nilai praksis: adalah nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Dalam konteks PPKn, nilai
praksis adalah wujud dari penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik dilakukan oleh lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif )
maupun oleh organisasi masyarakat, bahkan warga negara secara perseorangan.
 Norma: Sebuah kesepakatan yang dibangun oleh masyarakat. Norma dibuat sebagai
aturan bersama, sebagai cara hidup bersama, dan sekaligus menjadi pemandu untuk
mencapai tujuan bersama.
 Philosophische grondslag: Istilah yang muncul dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). Apa Philosophische grondslag dari Indonesia
merdeka? Kata Radjiman Wedyodiningrat. Philosophische Grondslag berasal dari bahasa
Belanda yang berarti norma (lag), dasar (grands), dan yang bersifat filsafat
(philosophische).
 Post Truth: Istilah yang berhubungan dengan atau mewakili situasi dimana emosi atau
keyakinan personal lebih berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat
dibandingkan fakta atau kenyataan.
 Prasangka: Pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum
mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri.
 Preambule: Nama lain dari pembukaan Undang Undang Dasar 1045 yang tidak boleh
diamandemen.
 Radikalisme: Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya. Berasal dari kata “radix”
yang berarti akar.
 Ratifikasi: Proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen yang
bersifat nasional lainnya melalui persetujuan dari tiap entitas kecil di dalam bagiannya.
 Regulasi: Seperangkat peraturan yang bertujuan untuk mengendalikan. Regulasi
merupakan konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks sesuai dengan seperangkat
aturan dan tren. Regulasi ada di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
 Revolutiegrondwet: Bahwa UUD 1945 mengandung gagasan revolusi yang berwatak
nasional dan sosial. Tujuannya adalah dekolonisasi dan perubahan sosial ke arah
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sipadan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Letaknya tak jauh dari
pulau Kalimantan/Borneo. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang dipersengketakan
antara Indonesia dan Malaysia.
 Terorisme: Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan.
 The Bill of Rights: Disebut juga sebagai English Bill of Rights, adalah sebuah
Undang- Undang Parlemen Inggris yang menetapkan hak sipil dasar tertentu dan
menjelaskan siapa orang berikutnya yang dapat mewarisi Takhta. Undang-undang
tersebut meraih Royal Assent pada 16 Desember 1689.
 The Habies Corps Act : Sebuah statuta yang digalakan pada tahun 1679 dalam masa
pemerintahan Raja Charles II. Statuta tersebut diterima dan diamandemenkan dalam
parlemen yang mengizinkan, dalam kasus tertentu, seseorang untuk mempertahankan
kedudukannya, ketika akan dihukum penjara, di dalam sebuah sidang yang mewajibkan
orang tersebut untuk hadir dalam keadaan seutuhnya dalam waktu yang telah ditentukan
dan tentu dengan sebab penahanan yang jelas agar keputusan dapat diangkat dan diambil.
 UNCLOS : Singkatan dari United Nations Convention on The Law of the Sea, yang
sering disebut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia sudah meratifikasi
Konvensi ini melalui UU No. 17 Tahun 1985. Sejak saat itu Indonesia mengikuti hukum
UNCLOS 1982.
 Weltanschauung : Berasal dari bahasa Jerman, berasal dari akar kata Welt (‘dunia’)
dan Anschauung (‘pandangan’), sehingga jika digabung menjadi Weltanschauung
bermakna pandangan hidup.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE): Zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar
pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas
kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan
bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.

LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Adams, Cindy. 1996. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Gunung Agung
Adiwijoyo, Suwarno. 2005. Konsolidasi Wawasan Maritim Indonesia. Jakarta: Pakar Pusat Kajian
Reformasi
Ady, Kellie. 2019. The Student-Centered Learning Cycle. https://www.schoology.com/blog/student-
centered-learning-cycle
Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R., et al (Eds.) (2000) A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives . Allyn & Bacon.
Boston, MA (Pearson Education Group)
Asshidiqie, Jimly. Tanpa Tahun. “Gagasan Dasar Tentang Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi”,
makalah.
Budiyono. 2014. Hubungan Negara Dan Agama Dalam Negara Pancasila, Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 8 No. 3, Juli-september
Danusaputro, Munadjat. 1976. Tata Lautan Nusantara dalam Hukum dan Sejarahnya. Jakarta:
Binacipta
Dewantara, Ki Hadjar. 2013. Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dick-Read, Robert. 2008. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, Bandung:
Mizan
Djoub, Zineb. 2018. 3 Key Characteristics of Project-Based Learning.
https://edulearn2change.com/article-3-key-characteristics-of-project-based-learning/
Duch B.J.,Groh S.E., Allen D.E. 2001. Why problem-based learning? A case study of institutional
change in undergraduate education. In B. Duch, S. Groh, & D. Allen (Eds.). The power of
problem-based learning (pp.3-11). Sterling, VA:Stylus
Duchacek, Ivo D. 1987. “Constitution and Constitutionalism” dalam Bogdanor, Vernon (ed),
Blackwell’s Encyclopaedia of Political Science, Oxford: Blackwell,
Eddy, I Wayan Tagel. 2018. Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara,
Dharma Smrti, Nomor 18 Vol. I Mei
Fadilah, Nurul. 2019. Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Journal Of Digital Education, Communication, And Arts, Vol. 2, No. 2,
September 2019
Goodman, B., & Stivers, J. 2010. Project-based learning. Educational psychology, 2010, 1-8. Diunduh
dari http://www.fsmilitary.org/pdf/Project_Based_Learning.pdf.
Grant, M. M. 2002. Getting a grip on project-based learning: Theory, cases and recommendations.
Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal, 5, 1-17.
Hadiwidjoyjo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser
Hardinanto, Aris. Autentisitas Sumber Sejarah Pancasila Dalam Masa Sidang Pertama Badan Untuk
Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Volume 3•
Nomor 1.
https://www.researchgate.net/publication/317377196_autentisitas_sumber_sejarah_pancasila
_dalam_masa_sidang_pertama_badan_untuk_menyelidiki_usaha-
usaha_persiapan_kemerdekaan_tanggal_29_mei-1_juni_1945
Hasan, Hamsah. 2015. Hubungan Islam Dan Negara: Merespons Wacana Politik Islam Kontemporer
Di Indonesia, Al-ahkam, Volume 25, Nomor 1, April
Hatta, Mohammad. 1978. Pengertian Pancasila, Jakarta: Inti Idayu Press
Hisyam, Muhamad. 2011. Ki Bagus Hadikusumo Dan Problem Relasi Agama-negara, Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 13 No. 2 Tahun 2011
Hutagalung, Daniel. 2005. Menapaki Jejak-jejak Pemikiran Soepomo Mengenai Negara Indonesia,
Jurnal Hukum Jentera Vol. 3 (10) (Oktober)
Ilyas. 2020. Islam Dan Kebangsaan: Pergumulan Dalam BPUPKI, PPKI, Dan Piagam Jakarta, Buletin
Al-turas Vol. 26 No. 1 January
Indra, Mexsasai. 2013. “Urgensi Pengelolaan Wilayah Perbatasan dalam Kaitannya dengan
Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Selat, Oktober, Vol. 1, No. 1,
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=525895&val=10756&title=Urgensi%20Pengelolaan%20Wilayah%20Perbatasan
%20Dalam%20Kaitannya%20Dengan%20Kedaulatan%20Negara%20Kesatuan%20Republik
%20Indonesia
Iqbal, Muhammad. 2014. Mohammad Hatta Dan Partai Demokrasi Islam Indonesia: Dinamika
Pemikiran Hubungan Agama Dan Politik, Madania Vol. Xviii, No. 2, Desember
Jailani, Imam Amrusi. 2014. Pergolakan Politik Antara Tokoh Muslim Dan Nasionalis Dalam
Penentuan Dasar Negara Republik Indonesia, Karsa, Vol. 22 No. 2, Desember
Kamdi. (2007). Model Pembelajaran Problem Based Learning (online) tersedia:
http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-ba sed.html?m-1
Kholiludin, Tedi. Kuasa Negara atas Agama: Politik Pengakuan, Diskursus Agama Resmi dan
Diskriminasi Hak Sipil. Semarang: Rasail-eLSA Press, 2009
Koers, Albert W. Konvensi Peserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1994
Latif, Yudi. 2017. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan. Panitia
Peringatan Hari Lahir Pancasila, 2017. Kisah Pancasila. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945: https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/speech/?
box=detail&id=39&from_box=list_245&hlm=1&search_tag=&search_keyword=&activation
_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno
Polamolo, Susanto. 2018. Gelap-terang Pancasila: Otokritik Atas Teks Sejarah Yang Melenceng,
Jurnal Konstitusi, Volume 15, Nomor 2, Juni
Sadiawati, Diani, dkk., 2019. Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan dan
Strategi Penanganannya, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) dan Bappenas,
Saifiidin, 2002. Lahirnya UUD 1945: Suatu Tinjauan Historis Penyusunan Dan Penetapan UUD 1945.
Unisia No. 49
Salamah, Lilik. 2017. Analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT): Peluang
Dan Tantangan Association of Southeast Asian Nations (Asean) Dalam Mewujudkan
Integrasi Asia Tenggara. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik Vol. 30, No. 3, Tahun
2017, Hal. 300-309
Samekto, Adjie. 2003. Negara dalam Dimensi Hukum Internasional. Bandung: Bakti
Schaefer, Richard T (ed)., 2008. Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society, Singapore: SAGE
Publication
Sholahudin, Umar. 2019. Globalisasi: Antara Peluang Dan Ancaman Bagi Masyarakat Multikultural
Indonesia, Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 4, No 2, Desember
Soeprapto, Sri. 2013. Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam Perspektif
Etika Pancasila. Jurnal Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus
Soraya, May Rosa Zulfatus. 2014. Kontestasi Pemikiran Dasar Negara Dalam Perwujudan Hukum Di
Indonesia
Suryani, W. 2013. Komunikasi Budaya yang Efektif. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni
Suganda, Her. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisi. Bandung: Kiblat
Titaley, John A., Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Transformasi
Agamaagama, Salatiga: Satya Wacana Press, 2013
Ubaedillah, A, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah- Kencana
Prenada Media
Verdiansyah, Chris. (ed), Jalan Panjang Menjadi WNI: Catatan Pengalaman dan Tinjauan Kritis.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007
Wilson, Leslie Owen. Tanpa Tahun. Three Domains of Learning – Cognitive, Affective,
Psychomotor, https://thesecondprinciple.com/instructional-design/threedomainsoflearning/
Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta:
Flex Media Komputindo
Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945. Jilid 1, Jakarta: Yayasan Prapantja
Zaini, H., dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff
Development UIN Sunan Kalijaga.

Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik- Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan.
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Conventions on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).
 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

Website
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/21/193000369/wilayah-nkri?page=all,
diakses 21 Maret 2020.
 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/17/11572701/mendagri-ungkap-sejumlah-
sengketa-perbatasan-indonesia-dengan-negara?page=all, diakses 20 September 2020.
 https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-malaysia-akan-sepakati-perbatasan-
negara-di-dua-titik-/5169340.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.dream.co.id/news/pentingnya-nasionalisme-sikap-mencintai-bangsa-dan-
negara-200806s.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 7 Janauari 2021.
 https://tirto.id/komposisi-etnis-dan-agama-para-perumus-pancasila-cpMq, diakses 7
Januari 2021.
 https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html,
diakses 20 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.duniadosen.com/student-centered-learning-b3/, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.umy.ac.id/yudi-latif-pancasila-jembatan-kemajemukan-indonesia.html,
diakses 23 Januari 2021.
 https://kemlu.go.id/singapore/id/news/2377/dialog-kebangsaan-6-oktober-2019-
merajutkebersamaan-dengan-pancasila-bersama-prof-yudi-latif-di-kbri-singapura, diakses
23 Januari 2021.
 http://psikindonesia.org/normalitas-pancasila/, diakses 25 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=13296&menu=2, diakses 1 Februari
2021.
 https://kbbi.kemdikbud.go.id, 28 Januari 2021.
 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4012/hierarki-peraturan-
perundang-undangan-di-indonesia, diakses 1 Februari 2021.
 https://media.neliti.com/media/publications/292568-analisis-undang-undang-desa-
408693b2.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://bphn.go.id/data/documents/ae_sisdiknas.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/09/20434641/agenda-bbj-kolaborasi-
budayadalam-pameran-seni-rupa-integrasi?page=all, diakses 1 Februari 2021.
 https://www.youtube.com/watch?v=aZkyJSiY1_0
 https://www.youtube.com/watch?v=AdtlkdkpT5U
 https://www.youtube.com/watch?v=w7_janNIO14
 https://www.youtube.com/watch?v=HZmttWM0a3w

Daftar Sumber Gambar


 https://unsplash.com/photos/RYyr-k3Ysqg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/kRNZiGKtz48, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/szrJ3wjzOMg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/30/191752865/kisah-pengambilan-jasad-
7-pahlawan-revolusi-di-sumur-lubang-buaya, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/bird-s-eye-view-of-landfill-selama-siang-hari-
3174349/, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://data.alinea.id/negara-penghasil-sampah-plastik-terbesar-b1ZQe9y39c,
Diunduh 19 Februari 2021.
 https://www.legalroom.co.id/bentuk-bentuk-tipikor-yang-wajib-kalian-tahu/, Diunduh
26 Februari 2021.
 https://pixabay.com/id/photos/batik-kerajinan-budaya-tradisional-5697482/, Diunduh
27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-di-jembatan-jubilee-1561806/,
Diunduh 24 Februari 2021.
 https://metro.tempo.co/read/606401/tak-berizin-tempat-kos-di-kota-tua-dirobohkan/
full&view=ok, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Reog_tanpa_mistis.jpg, Diunduh 5 Februari
2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Exclusive_Keris_from_Bali_with_Gold-
plated_Kinatah_Image_of_the_Hindu-Buddhist_Deity_Kala_Rao_
%2B_Antique_Mendak_Keris_Ring_inlaid_with_Rubies_(15222956254).jpg, Diunduh 5
Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Single_note_angklung_(%27G%27),_2015-
05-21.jpg, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wayang_Kulit,_Central_Java.jpg, Diunduh
5 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/vUc03gxjEY4, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://regional.kompas.com/read/2017/08/14/20163481/berita-foto--megahnya-
tarisaman-kolosal-di-gayo-lues, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://www.liputan6.com/regional/read/4235975/mengenal-agama-keluarga-di-kota-
palafakfak, Diunduh 7 Februari 2021.
 https://jakartagreater.com/205529/tni-al-bangga-kibarkan-bendera-merah-putih-di-
perairan-ambalat/, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/BTAAcbO9Gco, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/mj2NwYH3wBA, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/bGdiuIyN3Rs, Diunduh 27 Februari 2021.

MODUL AJAR
BAB 1 : PANCASILA

INFORMASI UMUM

A. IDENTITAS MODUL
usun : .....................................................................................
didikan : SMA
: XI (Sebelas) - F
ran : PPKn
: Proyek Gotong Royong Kewarganegaraan
okasi Waktu : 4 JP
usunan : 20 .....

B. KOMPETENSI AWAL
Pada unit ini, peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan bersama yang disebut
dengan proyek gotong royong kewarganegaraan. Proyek gotong royong
kewarganegaraan merupakan manifestasi dari implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Dinamakan proyek gotong royong kewarganegaraan karena
gotong royong merupakan budaya khas masyarakat Indonesia yang telah mengakar
dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Selain itu, gotong royong merupakan
manifestasi dari Pancasila itu sendiri.
Gotong royong yang dimaksud di sini tidak hanya sebatas pada kegiatan bersama yang
bersifat fisik, tetapi lebih dari itu. Gotong royong dapat dimaknai sebagai kerja bersama
(collaborative work) yang dilakukan untuk mencari solusi bersama atas sebuah
persoalan, memberikan gagasan/ide, memberikan bantuan, dan menginisiasi kegiatan
bersama yang memiliki arti penting dan berharga bagi masyarakat, bangsa, negara,
bahkan dunia.

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


Beriman, bertakwa kepada Tuhan yag maha Esa, bergotong royong, bernalar kritis,
kreatif, inovatif, mandiri, berkebhinekaan global

D. SARANA DAN PRASARANA


 Drum bekas/ember bekas/bamboo/kayu, Cat, Kuas, Meja/lapak
 Kertas HVS, Alat tulis
 Kaleng bekas/stoples bekas. Makanan/minuman ringan

E. TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik reguler/tipikal: umum, tidak ada kesulitan dalam mencerna dan memahami
materi ajar.

F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based
Learning (PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional
Learning (SEL).
KOMPONEN INTI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Peserta didik mampu membangun tim dan mengelola kerja sama untuk mencapai
tujuan bersama sesuai dengan target yang sudah ditentukan, serta menyinkronkan
kelompok agar para anggota kelompok dapat saling membantu satu sama lain
memenuhi kebutuhan mereka, baik secara individual maupun kolektif, mampu
mengupayakan memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta masyarakat yang lebih luas (regional
dan global).
 Pada unit ini, peserta didik diajak untuk melaksanakan proyek gotong royong
keawaraganegaraan yaitu (1) Bersahabat dengan sampah dan (2) Kantin kejujuran..

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Proyek gotong royong keawaraganegaraan yaitu (1) Bersahabat dengan sampah dan (2)
Kantin kejujuran.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
 Bagaimana cara membangun sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan
target yang telah ditentukan?
 Bagaimana cara membangun kerja sama tim yang solid?
 Kegiatan penting dan berharga seperti apa yang dapat dilakukan untuk masyarakat
luas?

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Bersahabat dengan Sampah
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
1) Identifikasi Masalah
 Guru mengajak peserta didik mengamati sebuah foto yang menggambarkan
realitas kondisi sampah yang semakin hari semakin parah di Indonesia.

 Guru menjelaskan dan menyajikan data-data tentang fakta empiris mengenai


kondisi sampah yang ada di Indonesia.
 Guru mengajak peserta didik melakukan kegiatan bersama yang memiliki arti
penting dan berharga untuk mengatasi masalah sampah di Indonesia, yaitu proyek
gotong royong kewarganegaraan yang diberi nama “Bersahabat dengan Sampah”.
 Guru menjelaskan bahwa proyek gotong royong kewarganegaraan yang bertajuk
“Bersahabat dengan Sampah” adalah sebuah kegiatan yang dilakukan secara
berkelompok untuk membuat tong sampah dengan 3 warna, yaitu tong sampah
organik (warna hijau), tong sampah non-organik (warna kuning), dan tong
sampah non-organik berbahan kertas (warna biru).

Kegiatan Inti (90 Menit)


2) Membuat Rancangan Proyek
 Guru membagi peserta didik ke dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 8-10 orang.

 Guru menjelaskan proyek gotong royong kewarganegaraan bertajuk “Bersahabat


dengan Sampah” yang akan dilaksanakan oleh masing-masing kelompok.
 Guru menjelaskan bahwa masing-masing kelompok memiliki tugas yang berbeda-
beda. Kelompok 1 membuat tong sampah organik (warna hijau), Kelompok 2
membuat tong sampah non-organik (warna kuning), Kelompok 3 membuat
sampah non-organik berbahan kertas (warna biru).
 Guru menjelaskan tong sampah yang berwarna hijau berfungsi untuk menampung
sampah-sampah organik seperti daun, sayuran, sisa makanan, kulit buah-buahan,
dan sejenisnya.
 Guru menjelaskan tong sampah berwarna kuning berfungsi untuk menampung
sampah non-organik seperti, botol minuman bekas, plastik, kaleng bekas, dan
sejenisnya yang dapat didaur ulang.
 Guru menjelaskan tong sampah berwarna biru berfungsi untuk menampung
sampah-sampah non-organik berbahan kertas seperti kardus bekas, kertas bekas,
dan sejenisnya yang dapat di daur ulang.
 Guru meminta peserta didik berkumpul dengan teman satu kelompoknya dan
memilih salah satu orang menjadi ketua.
 Guru meminta setiap ketua kelompok membagi tugas (job description) kepada
anggotanya untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan dalam pelaksaan
proyek.
 Guru meminta setiap kelompok membawa bahan baku pembuatan tong sampah
beserta tutupnya dari barang bekas, seperti drum bekas, ember bekas, bambu,
kayu, dan barang lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk membuat tong sampah.
 Guru meminta setiap kelompok membawa cat sesuai dengan pembagian
kelompoknya. Warna hijau untuk sampah organik (Kelompok 1), warna kuning
untuk sampah non-organik (Kelompok 2), dan warna biru untuk non-organik
berbahan kertas (Kelompok 3).
 Guru meminta setiap kelompok membawa kuas untuk mewarnai tong sampah dan
memberi nama sesuai dengan jenis sampahnya.
 Guru meminta setiap kelompok membawa alat yang diperlukan dalam pembuatan
tong sampah, seperti paku, palu, gunting, dan sebagainya.
3) Menyusun Jadwal Pelaksanaan proyek
 Membuat perencanaan proyek: 1 kali pertemuan.
 Mempersiapkan alat dan bahan: 3 hari.
 Pelaksanaan proyek: 1 kali pertemuan.
4) Pelaksanaan Proyek
 Guru meminta peserta didik berkumpul dengan teman-teman satu kelompok.
 Guru meminta peserta didik mengeluarkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
membuat tong sampah.
 Guru meminta peserta didik memulai membuat tong sampah dengan barangbarang
bekas.
 Guru meminta peserta didik memulai membuat tutup tong sampah tersebut.
 Guru meminta peserta didik memberi nama pada tong sampah tersebut.
 Guru meminta peserta didik meletakkan 3 tong sampah dengan tiga warna di
depan ruang kelas.
 Guru meminta peserta didik mulai membuang sampah sesuai fungsinya masing-
masing.
5) Monitoring
 Guru membuat chek list untuk memeriksa tahapan-tahapan proyek yang dilakukan
oleh peserta didik.
 Guru mendampingi peserta didik untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan
pihak sekolah.
 Guru mendampingi peserta didik berkomunikasi dan berkoordinasi dengan pihak
rumah sakit (RS) atau Palang Meerah Indonesia (PMI).

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 Guru menggali informasi secara lisan tentang nilai-nilai apa saja yang dapat dipetik
dari proyek yang telah dilakukan.
 Guru menggali informasi dari peserta didik tentang soliditas masing-masing anggota
kelompok dengan mengisi kolom refleksi proyek gotong royong kewarganegaraan.

PERTEMUAN KE-2
Kantin Kejujuran
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
I. Identifikasi Masalah
 Guru mengajak peserta didik mengamati fenomena korupsi di Indonesia yang
masih memprihatinkan.
 Guru menyajikan fakta empiris berupa data statistik yang menunjukkan bahwa
Indonesia masih menduduki peringkat atas dalam hal korupsi.
 Guru mengajak peserta didik berfikir dan mencari solusi untuk menangani
masalah tersebut.
 Guru mengajak peserta didik membuat kegiatan bersama yang memiliki arti
penting dan berharga untuk mengatasi masalah korupsi dan ketidakjujuran di
Indonesia, dengan mengadakan proyek gotong royong kewarganegaraan yang
bertajuk “Kantin Kejujuran”.
 Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa Kantin Kejujuran berfungsi untuk
memfasilitasi kebutuhan peserta didik seperti alat tulis, makanan ringan, dan
minuman ringan. Kantin ini dibentuk tidak semata untuk mencari keuntungan
belaka. Namun, Kantin Kejujuran berdiri untuk membangun karakter dan budi
pekerti yang luhur, seperti bertanggungjawab, disiplin, dan jujur.

Kegiatan Inti (90 Menit)


2. Rancangan Proyek
 Guru membagi peserta didik menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 8-10 orang.
 Guru meminta masing-masing kelompok menghimpun dana untuk modal
pembelian barang.
 Guru meminta masing-masing kelompok membeli barang-barang yang akan
diperjual belikan. Kelompok 1 membeli alat-alat tulis, Kelompok 2 membeli
makanan ringan, dan Kelompok 3 membeli minuman ringan.
 Guru meminta masing-masing kelompok menyiapkan tempat untuk memajang
barang dagangannya.
 Guru meminta setiap kelompok menyiapkan tempat untuk menaruh uang.
 Guru meminta setiap kelompok menyiapkan uang kembalian (recehan).
3. Jadwal pelaksanaan proyek
 Penghimpunan dana untuk modal usaha: 4 hari.
 Belanja barang-barang yang akan dijual: 2 hari.
 Menyiapkan tempat untuk memajang barang dagangan, tempat untuk menaruh
uang, dan menyiapkan uang kembalian (recehan): 1 hari (pada saat jam mata
pelajaran Pancasila dan kewarganegaraan).
 Proyek kewarganegaraan bertema “Kantin Kejujuran” berjalan selama satu tahun
(2 semester).
4. Pelaksanaan proyek
 Setiap ketua kelompok membagi tugas dan jadwal kepada anggotanya untuk:
 Menyiapkan tempat untuk menaruh barang-barang dagangan.
 Membereskan barang-barang dagangan.
 Menghitung uang hasil penjualan.
 Mengecek barang apa saja yang habis terjual dan perlu belanja lagi.
 Setiap kelompok membuat daftar harga barang-barang yang dijual.
5. Monitoring
 Guru membuat chek list untuk memeriksa tahapan-tahapan proyek yang dilakukan
oleh peserta didik.
 Guru mengamati proses berjalannya Kantin Kejujuran.
 Guru menanyakan kendala apa saja yang dialami selama Kantin Kejujuran
dijalankan.
 Guru membimbing, mendampingi, dan mencari solusi atas kendala yang dialami
oleh peserta didik dalam proses berjalannya Kantin Kejujuran.

Kegiatan Penutup (10 Menit)


 Guru menggali informasi secara lisan tentang apa yang telah peserta didik dapatkan
dari proyek yang telah dilakukan.
 Guru menggali informasi dari peserta didik tentang soliditas masing-masing anggota
kelompok dengan mengisi kolom refleksi proyek gotong royong kewarganegaraan.

E. ASESMEN / PENILAIAN
Di akhir unit, guru memberikan asesmen kepada peserta didik untuk menguji
kemampuan mereka, dengan cara menjawab beberapa pertanyaan berikut:
a. Bagaimana cara membangun sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan
target yang telah ditentukan?
b. Bagaimana cara membangun kerja sama tim yang solid?
c. Kegiatan penting dan berharga seperti apa yang dapat dilakukan untuk masyarakat luas?

Aspek Penilaian
Penilaian Penilaian Sikap Penilaian
Pengetahuan Keterampilan
 Respon peserta  Observasi guru  Pembuatan
didik terhadap  Penilaian diri sendiri Tong Sampah
instruksi guru Pengelolaan
 Penilaian teman sebaya tentang 
kerja sama, kedisiplinan, komunikasi, Kantin Kejujuran
motivasi, koordinasi, dan rasa
kepedulian.

Observasi Guru
Guru melakukan observasi untuk menilai sikap peserta didiknya. Observasi dilakukan
dengan mencatat hal-hal yang tampak dan terlihat dari aktivitas peserta didik di kelas.
Observasi dapat meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Kemampuan kolaborasi, bekerja sama, atau membantu teman dalam kegiatan kelompok.
2) Dapat menyimak dengan seksama penjelasan guru dan temannya saat berbicara.
3) Menunjukkan antusiasme dalam pembelajaran.
4) Berani menyampaikan pendapat disertai dengan argumentasi yang jelas, rasional dan
sistematis, serta disampaikan secara santun.
5) Menunjukkan penghargaan terhadap teman yang berbeda, baik perbedaan pendapat, ras,
suku, agama/kepercayaan, dan lain sebagainya.
6) Menunjukkan sikap tanggung jawab ketika diberi tugas atau peran yang harus dilakukan.
Catatan Observasi: Guru dapat mengembangkan komponen penting lainnya terkait hal-
hal yang perlu diobservasi.
Guru dapat menggunakan tabel observasi berikut, atau mengembangkannya sesuai
dengan kebutuhan guru.
No. Nama Peserta Didik Sikap Positif Sikap yang Harus Ditingkatkan
1
2
3
Dst

Penilaian Diri Sendiri dan Teman Sebaya


Guru juga dapat meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri sendiri terkait
dengan ketercapaian capaian pembelajaran, ataupun meminta teman sebayanya untuk
melakukan penilaian tersebut. Penilaian diri sendiri dapat berupa kualitatif ataupun
kuantitatif. Jika dilakukan secara kuantiatif, guru meminta peserta didik untuk
memberikan angka ketercapaian Capaian Pembelajaran, misalnya menggunakan skala 1-
10. Sementara jika dilakukan secara kualitatif, guru meminta peserta didik mencatat hal-
hal yang telah dicapai dan yang belum dicapai.
Dengan melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap dirinya tentang hal-
hal yang sudah dan belum dicapai terkait pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan kunci
yang dapat diberikan kepada peserta didik dalam melakukan penilaian diri ataupun
teman sebaya, di antaranya:
1) Apakah kalian atau rekan kalian telah mencapai capaian pembelajaran?
2) Jika iya, hal apa yang membuat kalian atau teman kalian mencapainya?
3) Jika tidak, apa yang bisa kalian atau teman kalian lakukan untuk mencapainya?

F. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1) Pengayaan: kegiatan pembelajaran pengayaan dapat diberikan kepada peserta didik
yang menurut guru telah mencapai capaian pembelajaran. Bentuk pengayaan yang dapat
diberikan oleh guru adalah:
a) Memberikan sumber bacaan lanjutan yang sesuai dengan topik untuk dipelajari oleh
peserta didik, kemudian disampaikan oleh peserta didik yang bersangkutan pada sesi
pertemuan berikutnya.
b) Membantu peserta didik lain yang belum mencapai capaian pembelajaran, sehingga
sesama peserta didik dapat saling membantu untuk mencapai capaian pembelajaran.

2) Remedial: kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai
capaian pembelajaran. Remedial ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam
mencapai capaian pembelajaran. Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk kegiatan
remedial adalah, di antaranya:
a) Guru dapat melakukan pertemuan satu per satu (one on one meeting) dengan peserta
didik tersebut untuk menanyakan hambatan belajarnya, meningkatkan motivasi
belajarnya, dan memberikan umpan balik kepadanya.
b) Memberikan aktivitas belajar tambahan di luar jam pelajaran, baik dilakukan secara
mandiri maupun bersama temannya, dengan catatan: 1) menyesuaikan dengan gaya
belajar peserta didik dan 2) membantu menyelesaikan hambatan belajarnya.

G. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK


Guru melakukan refleksi mengenai apa yang telah berjalan dengan baik dan apa yang
masih kurang sehingga perlu ditingkatkan, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut ini.
 Hal menarik apakah yang saya temui selama pembelajaran?
 Apa pertanyaan yang muncul selama pembelajaran?
 Jika ada, apa yang ingin saya ubah dari cara mengajar pada kegiatan ini?
 Apa yang saya sukai dan tidak sukai dari kegiatan pembelajaran kali ini?
 Pelajaran apa yang saya dapatkan selama proses pembelajaran?
 Apa yang ingin saya ubah untuk meningkatkan/memperbaiki pelaksanaan dan hasil
pembelajaran?
 Dua hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut setelah kegiatan ini?
 Dengan pengetahuan yang saya miliki sekarang, apa yang akan saya lakukan jika
harus mengajar kegiatan yang sama di kemudian hari?
 Bagian manakah dari pembelajaran yang paling berkesan bagi saya? Mengapa?
 Pada bagian manakah peserta didik paling banyak belajar?
 Pada momen apa murid menemui kesulitan saat mengerjakan tugas akhir mereka?
 Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut dan apa peran saya pada saat itu?
 Kapan atau pada bagian mana saya merasa kreatif ketika mengajar? Mengapa?

LAMPIRAN- LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kolom Refleksi Proyek Gotong Royong Kewarganegaraan.
Indikator Tim yang Solid
No. Nama
Kerja sama Disiplin Komunikasi Motivasi Koodinasi Kepedulian
1
2
3
Dst
Keterangan:
(+) untuk menilai indakor tim yang solid
(-) untuk menilai indikator tim yang kurang/tidak solid

LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK

Gambar 1.2 Pemandangan tempat pembuangan akhir (TPA) pada siang hari.
Sumbe: Pexels.com/Tom Fisk (2019)

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup di Indonesia. Bahkan menurut hasil
penelitian Jenna Jambeck dari University of Georgia (2017), Indonesia tercatat sebagai
penyumbang sampah plastik terbesar di dunia setelah China. Jika tidak tertangani dengan
baik, sampah dapat menimbulkan banyak masalah, seperti masalah kesehatan, lingkungan,
sosial, dan ekonomi.

Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar

Gambar 1.3 Negara penghasil sampah plastik terbesar


Sumbe: Alinea.id/Jenna R. Jambeck, dkk., University of Georgia (2017)

Oleh karena itu, marilah kita mengadakan kegiatan/proyek yang penting dan bermanfaat
untuk menjaga lingkungan hidup kita.

LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
 Batas Wilayah: Garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara yang
didasarkan atas hukum internasional.
 Big Data: Dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Mahadata. Kata ini merujuk pada
kumpulan data yang sangat besar yang dapat dianalisis secara komputasi untuk
mengungkapkan pola, tren, dan asosiasi, terutama yang berkaitan dengan perilaku dan
interaksi manusia.
 Blok Ambalat: Suatu wilayah perairan di perbatasan antara Indonesia dan Malaysia,
tepatnya di di Laut Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah, Malaysia, dan Kalimantan Timur. Wilayah ini memiliki
luas 15.235 kilometer persegi dan kaya akan sumber daya alam, khususnya minyak.
Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan eksplorasi kekayaan laut dan bawah
laut, khususnya dalam bidang pertambangan minyak.
 Climate Change: Istilah lainnya adalah Perubahan Iklim yakni perubahan yang
disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga
mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada perioda
waktu yang dapat diperbandingkan.
 Debirokratisasi: Penghapusan atau pengurangan hambatan yang terdapat dalam sistem
birokrasi
 Deklarasi Djuanda: Deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia
adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI. Deklarasi ini dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh
Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.
 Deregulasi: Proses pencabutan atau pengurangan regulasi negara.
 Diskriminasi: Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan
warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya)
 Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai: Dalam Bahasa Indonesia disebut Badan Penyelidik
Usahausaha Kemerdekaan (BPUPK). Sebuah badan yang dibentuk oleh Pemerintah
Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Badan ini dibuat sebagai upaya memperoleh dukungan dari bangsa Indonesia dengan
menjanjikan bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di
kemudian hari.
 Ekstremisme: Keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan
pandangan agama, politik, dan sebagainya.
 Gender: Istilah yang digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan
laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender merupakan pembedaan
peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara lakilaki dan perempuan
yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang
dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.
 Globalisasi: Proses mendunianya suatu hal (ideologi, pandangan hidup dan lainnya)
sehingga batas antara negara menjadi hilang.
 Hierarki: Suatu susunan hal di mana hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berada di
“atas,” “bawah,” atau “pada tingkat yang sama” dengan yang lainnya. Secara abstrak,
sebuah hierarki adalah sebuah kumpulan yang disusun.
 Hoaks: Berita atau informasi yang tidak benar/ bohong/tidak sesuai fakta.
 Ideologi: Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan dan
kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideologi merupakan cara pandang membentuk
karakter berpikir dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang
dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
hidup.
 Integralistik: Salah satu istilah yang dikemukakan oleh Soepomo dalam sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). teori integralistik menjelaskan tentang
hubungan antara masyarakat dengan penguasa negara, sehingga membentuk satu kesatuan
utuh yang didukung oleh rasa kekeluargaan serta kebersamaan.
 Internasionalisme: Salah satu istilah yang diperkenalkan oleh Soekarno pada sidang
BPUPK ketika mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara. Internasionalisme mengacu
pada gagasan bahwa kerjasama antar negara berbeda dan bermanfaat bagi semua orang.
Pemerintah yang menganut doktrin internasionalisme bekerjasama dengan pemerintah
lain untuk menghindari konflik dan bekerjasama secara ekonomi.
 Intoleransi: Ketidakmauan untuk menerima ide, pandangan atau perilaku yang
berbeda dengan apa yang dimilikinya sendiri.
 Kearifan lokal: kebijaksanaan atau kecendekiaan yang berasal dari nilai-nilai sebuah
masyarakat yang spesifik.
 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP): Peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia.
 Kolaborasi: Kerja sama untuk membuat sesuatu
 Konstitusi: Istilah konstitusi dalam banyak bahasa berbeda-beda, seperti dalam bahasa
Inggris ”constitution”, dalam bahasa Belanda ”constitutie”, dalam bahasa Jerman
”konstitution”, dan dalam bahasa Latin ”constitutio” yang berarti undang-undang dasar
atau hukum dasar. Jadi, konstitusi merupakan hukum dasar tertinggi yang memuat hal-hal
mengenai penyelenggaraan negara. Dalam ungkapan lain, konstitusi adalah kerangka
kerja (framework) dari sebuah negara yang menjelaskan tentang bagaimana menjalankan
dan mengorganisir jalannya pemerintahan. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945.
 Konsumerisme: Paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang sebagai
ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Konsumerisme juga dapat bermakna
gaya hidup yang tidak hemat.
 Korupsi: Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi
atau orang lain.
 Ligitan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Pulau yang terletak 21 mil
dari pantai daratan Sabah dan 57,6 mil dari pantai Pulau Sebatik di ujung timur laut pulau
Kalimantan/Borneo ini luasnya 7,9 Ha.
 Magna Charta Libertatum: Sering juga disebut Magna Charta, adalah piagam yang
dikeluarkan di Inggris pada tanggal 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggris, sejak
masa Raja John, dari kekuasaan absolut.
 Mahkamah Internasional: Sebuah badan kehakiman utama Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Fungsi utama Mahkamah ini adalah untuk mengadili dan menyelesaikan
sengketa antarnegara-negara anggota dan memberikan pendapat-pendapat bersifat nasihat
kepada organ-organ resmi dan badan khusus PBB.
 Modal Sosial: Serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara
para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama.
 Multikultural: Keragaman budaya, adat, etnis atau tradisi.
 Nilai dasar: Suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, terlepas dari pengaruh
perubahan ruang dan waktu. Nilai dasar mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar, dan ciri
khasnya
 Nilai instrumental : nilai yang bersifat kontekstual. Dalam konteks PPKn, nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila, berupa arahan kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu.
 Nilai praksis: adalah nilai yang terdapat dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
dalam konteks kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Dalam konteks PPKn, nilai
praksis adalah wujud dari penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun
tidak tertulis, baik dilakukan oleh lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif )
maupun oleh organisasi masyarakat, bahkan warga negara secara perseorangan.
 Norma: Sebuah kesepakatan yang dibangun oleh masyarakat. Norma dibuat sebagai
aturan bersama, sebagai cara hidup bersama, dan sekaligus menjadi pemandu untuk
mencapai tujuan bersama.
 Philosophische grondslag: Istilah yang muncul dalam sidang Badan Penyelidik
Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK). Apa Philosophische grondslag dari Indonesia
merdeka? Kata Radjiman Wedyodiningrat. Philosophische Grondslag berasal dari bahasa
Belanda yang berarti norma (lag), dasar (grands), dan yang bersifat filsafat
(philosophische).
 Post Truth: Istilah yang berhubungan dengan atau mewakili situasi dimana emosi atau
keyakinan personal lebih berpengaruh terhadap pembentukan opini masyarakat
dibandingkan fakta atau kenyataan.
 Prasangka: Pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum
mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri.
 Preambule: Nama lain dari pembukaan Undang Undang Dasar 1045 yang tidak boleh
diamandemen.
 Radikalisme: Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan
sosial dan politik secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya. Berasal dari kata “radix”
yang berarti akar.
 Ratifikasi: Proses adopsi perjanjian internasional, atau konstitusi atau dokumen yang
bersifat nasional lainnya melalui persetujuan dari tiap entitas kecil di dalam bagiannya.
 Regulasi: Seperangkat peraturan yang bertujuan untuk mengendalikan. Regulasi
merupakan konsep abstrak pengelolaan sistem yang kompleks sesuai dengan seperangkat
aturan dan tren. Regulasi ada di berbagai bidang kehidupan masyarakat.
 Revolutiegrondwet: Bahwa UUD 1945 mengandung gagasan revolusi yang berwatak
nasional dan sosial. Tujuannya adalah dekolonisasi dan perubahan sosial ke arah
terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sipadan: Sebuah pulau di negara bagian Sabah, Malaysia. Letaknya tak jauh dari
pulau Kalimantan/Borneo. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang dipersengketakan
antara Indonesia dan Malaysia.
 Terorisme: Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan.
 The Bill of Rights: Disebut juga sebagai English Bill of Rights, adalah sebuah
Undang- Undang Parlemen Inggris yang menetapkan hak sipil dasar tertentu dan
menjelaskan siapa orang berikutnya yang dapat mewarisi Takhta. Undang-undang
tersebut meraih Royal Assent pada 16 Desember 1689.
 The Habies Corps Act : Sebuah statuta yang digalakan pada tahun 1679 dalam masa
pemerintahan Raja Charles II. Statuta tersebut diterima dan diamandemenkan dalam
parlemen yang mengizinkan, dalam kasus tertentu, seseorang untuk mempertahankan
kedudukannya, ketika akan dihukum penjara, di dalam sebuah sidang yang mewajibkan
orang tersebut untuk hadir dalam keadaan seutuhnya dalam waktu yang telah ditentukan
dan tentu dengan sebab penahanan yang jelas agar keputusan dapat diangkat dan diambil.
 UNCLOS : Singkatan dari United Nations Convention on The Law of the Sea, yang
sering disebut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia sudah meratifikasi
Konvensi ini melalui UU No. 17 Tahun 1985. Sejak saat itu Indonesia mengikuti hukum
UNCLOS 1982.
 Weltanschauung : Berasal dari bahasa Jerman, berasal dari akar kata Welt (‘dunia’)
dan Anschauung (‘pandangan’), sehingga jika digabung menjadi Weltanschauung
bermakna pandangan hidup.
 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE): Zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar
pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas
kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan
bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa.

LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Adams, Cindy. 1996. Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Gunung Agung
Adiwijoyo, Suwarno. 2005. Konsolidasi Wawasan Maritim Indonesia. Jakarta: Pakar Pusat Kajian
Reformasi
Ady, Kellie. 2019. The Student-Centered Learning Cycle. https://www.schoology.com/blog/student-
centered-learning-cycle
Anderson, L. W. and Krathwohl, D. R., et al (Eds.) (2000) A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives . Allyn & Bacon.
Boston, MA (Pearson Education Group)
Asshidiqie, Jimly. Tanpa Tahun. “Gagasan Dasar Tentang Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi”,
makalah.
Budiyono. 2014. Hubungan Negara Dan Agama Dalam Negara Pancasila, Fiat Justisia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 8 No. 3, Juli-september
Danusaputro, Munadjat. 1976. Tata Lautan Nusantara dalam Hukum dan Sejarahnya. Jakarta:
Binacipta
Dewantara, Ki Hadjar. 2013. Ki Hadjar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap
Merdeka. Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Dick-Read, Robert. 2008. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika, Bandung:
Mizan
Djoub, Zineb. 2018. 3 Key Characteristics of Project-Based Learning.
https://edulearn2change.com/article-3-key-characteristics-of-project-based-learning/
Duch B.J.,Groh S.E., Allen D.E. 2001. Why problem-based learning? A case study of institutional
change in undergraduate education. In B. Duch, S. Groh, & D. Allen (Eds.). The power of
problem-based learning (pp.3-11). Sterling, VA:Stylus
Duchacek, Ivo D. 1987. “Constitution and Constitutionalism” dalam Bogdanor, Vernon (ed),
Blackwell’s Encyclopaedia of Political Science, Oxford: Blackwell,
Eddy, I Wayan Tagel. 2018. Aktualisasi Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara,
Dharma Smrti, Nomor 18 Vol. I Mei
Fadilah, Nurul. 2019. Tantangan Dan Penguatan Ideologi Pancasila Dalam Menghadapi Era Revolusi
Industri 4.0. Journal Of Digital Education, Communication, And Arts, Vol. 2, No. 2,
September 2019
Goodman, B., & Stivers, J. 2010. Project-based learning. Educational psychology, 2010, 1-8. Diunduh
dari http://www.fsmilitary.org/pdf/Project_Based_Learning.pdf.
Grant, M. M. 2002. Getting a grip on project-based learning: Theory, cases and recommendations.
Meridian: A Middle School Computer Technologies Journal, 5, 1-17.
Hadiwidjoyjo, Suryo Sakti. 2011. Perbatasan Negara dalam Dimensi Hukum Internasional.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Hamidi, Jazim. 2009. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser
Hardinanto, Aris. Autentisitas Sumber Sejarah Pancasila Dalam Masa Sidang Pertama Badan Untuk
Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Tanggal 29 Mei-1 Juni 1945. Volume 3•
Nomor 1.
https://www.researchgate.net/publication/317377196_autentisitas_sumber_sejarah_pancasila
_dalam_masa_sidang_pertama_badan_untuk_menyelidiki_usaha-
usaha_persiapan_kemerdekaan_tanggal_29_mei-1_juni_1945
Hasan, Hamsah. 2015. Hubungan Islam Dan Negara: Merespons Wacana Politik Islam Kontemporer
Di Indonesia, Al-ahkam, Volume 25, Nomor 1, April
Hatta, Mohammad. 1978. Pengertian Pancasila, Jakarta: Inti Idayu Press
Hisyam, Muhamad. 2011. Ki Bagus Hadikusumo Dan Problem Relasi Agama-negara, Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 13 No. 2 Tahun 2011
Hutagalung, Daniel. 2005. Menapaki Jejak-jejak Pemikiran Soepomo Mengenai Negara Indonesia,
Jurnal Hukum Jentera Vol. 3 (10) (Oktober)
Ilyas. 2020. Islam Dan Kebangsaan: Pergumulan Dalam BPUPKI, PPKI, Dan Piagam Jakarta, Buletin
Al-turas Vol. 26 No. 1 January
Indra, Mexsasai. 2013. “Urgensi Pengelolaan Wilayah Perbatasan dalam Kaitannya dengan
Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Selat, Oktober, Vol. 1, No. 1,
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=525895&val=10756&title=Urgensi%20Pengelolaan%20Wilayah%20Perbatasan
%20Dalam%20Kaitannya%20Dengan%20Kedaulatan%20Negara%20Kesatuan%20Republik
%20Indonesia
Iqbal, Muhammad. 2014. Mohammad Hatta Dan Partai Demokrasi Islam Indonesia: Dinamika
Pemikiran Hubungan Agama Dan Politik, Madania Vol. Xviii, No. 2, Desember
Jailani, Imam Amrusi. 2014. Pergolakan Politik Antara Tokoh Muslim Dan Nasionalis Dalam
Penentuan Dasar Negara Republik Indonesia, Karsa, Vol. 22 No. 2, Desember
Kamdi. (2007). Model Pembelajaran Problem Based Learning (online) tersedia:
http://www.sekolahdasar.net/2011/10/model-pembelajaran-problem-ba sed.html?m-1
Kholiludin, Tedi. Kuasa Negara atas Agama: Politik Pengakuan, Diskursus Agama Resmi dan
Diskriminasi Hak Sipil. Semarang: Rasail-eLSA Press, 2009
Koers, Albert W. Konvensi Peserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 1994
Latif, Yudi. 2017. Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan. Bandung: Mizan. Panitia
Peringatan Hari Lahir Pancasila, 2017. Kisah Pancasila. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Pidato Soekarno, 1 Juni 1945: https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/speech/?
box=detail&id=39&from_box=list_245&hlm=1&search_tag=&search_keyword=&activation
_status=&presiden_id=1&presiden=sukarno
Polamolo, Susanto. 2018. Gelap-terang Pancasila: Otokritik Atas Teks Sejarah Yang Melenceng,
Jurnal Konstitusi, Volume 15, Nomor 2, Juni
Sadiawati, Diani, dkk., 2019. Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan dan
Strategi Penanganannya, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) dan Bappenas,
Saifiidin, 2002. Lahirnya UUD 1945: Suatu Tinjauan Historis Penyusunan Dan Penetapan UUD 1945.
Unisia No. 49
Salamah, Lilik. 2017. Analisa Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT): Peluang
Dan Tantangan Association of Southeast Asian Nations (Asean) Dalam Mewujudkan
Integrasi Asia Tenggara. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik Vol. 30, No. 3, Tahun
2017, Hal. 300-309
Samekto, Adjie. 2003. Negara dalam Dimensi Hukum Internasional. Bandung: Bakti
Schaefer, Richard T (ed)., 2008. Encyclopedia of Race, Ethnicity, and Society, Singapore: SAGE
Publication
Sholahudin, Umar. 2019. Globalisasi: Antara Peluang Dan Ancaman Bagi Masyarakat Multikultural
Indonesia, Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 4, No 2, Desember
Soeprapto, Sri. 2013. Konsep Muhammad Hatta Tentang Implementasi Pancasila Dalam Perspektif
Etika Pancasila. Jurnal Filsafat Vol. 23, Nomor 2, Agustus
Soraya, May Rosa Zulfatus. 2014. Kontestasi Pemikiran Dasar Negara Dalam Perwujudan Hukum Di
Indonesia
Suryani, W. 2013. Komunikasi Budaya yang Efektif. Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 14, No. 1, Juni
Suganda, Her. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisi. Bandung: Kiblat
Titaley, John A., Religiositas di Alinea Tiga: Pluralisme, Nasionalisme dan Transformasi
Agamaagama, Salatiga: Satya Wacana Press, 2013
Ubaedillah, A, dkk. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi
Manusia, dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah- Kencana
Prenada Media
Verdiansyah, Chris. (ed), Jalan Panjang Menjadi WNI: Catatan Pengalaman dan Tinjauan Kritis.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2007
Wilson, Leslie Owen. Tanpa Tahun. Three Domains of Learning – Cognitive, Affective,
Psychomotor, https://thesecondprinciple.com/instructional-design/threedomainsoflearning/
Winastwan, Gora dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta:
Flex Media Komputindo
Yamin, M. 1959. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945. Jilid 1, Jakarta: Yayasan Prapantja
Zaini, H., dkk. 2013. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff
Development UIN Sunan Kalijaga.

Undang-Undang
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis
Titik- Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.
 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangundangan.
 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations
Conventions on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut).
 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.

Website
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/21/193000369/wilayah-nkri?page=all,
diakses 21 Maret 2020.
 https://nasional.kompas.com/read/2020/09/17/11572701/mendagri-ungkap-sejumlah-
sengketa-perbatasan-indonesia-dengan-negara?page=all, diakses 20 September 2020.
 https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-malaysia-akan-sepakati-perbatasan-
negara-di-dua-titik-/5169340.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.dream.co.id/news/pentingnya-nasionalisme-sikap-mencintai-bangsa-dan-
negara-200806s.html, diakses 22 Desember 2020.
 https://www.merdeka.com/peristiwa/wilayah-indonesia-ini-jadi-rebutan-negara-
lain.html, diakses 7 Janauari 2021.
 https://tirto.id/komposisi-etnis-dan-agama-para-perumus-pancasila-cpMq, diakses 7
Januari 2021.
 https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-indonesia.html,
diakses 20 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11776, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.duniadosen.com/student-centered-learning-b3/, diakses 22 Januari 2021.
 https://www.umy.ac.id/yudi-latif-pancasila-jembatan-kemajemukan-indonesia.html,
diakses 23 Januari 2021.
 https://kemlu.go.id/singapore/id/news/2377/dialog-kebangsaan-6-oktober-2019-
merajutkebersamaan-dengan-pancasila-bersama-prof-yudi-latif-di-kbri-singapura, diakses
23 Januari 2021.
 http://psikindonesia.org/normalitas-pancasila/, diakses 25 Januari 2021.
 https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=13296&menu=2, diakses 1 Februari
2021.
 https://kbbi.kemdikbud.go.id, 28 Januari 2021.
 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl4012/hierarki-peraturan-
perundang-undangan-di-indonesia, diakses 1 Februari 2021.
 https://media.neliti.com/media/publications/292568-analisis-undang-undang-desa-
408693b2.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://bphn.go.id/data/documents/ae_sisdiknas.pdf, diakses 1 Februari 2021.
 https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/09/20434641/agenda-bbj-kolaborasi-
budayadalam-pameran-seni-rupa-integrasi?page=all, diakses 1 Februari 2021.
 https://www.youtube.com/watch?v=aZkyJSiY1_0
 https://www.youtube.com/watch?v=AdtlkdkpT5U
 https://www.youtube.com/watch?v=w7_janNIO14
 https://www.youtube.com/watch?v=HZmttWM0a3w

Daftar Sumber Gambar


 https://unsplash.com/photos/RYyr-k3Ysqg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/kRNZiGKtz48, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/szrJ3wjzOMg, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/30/191752865/kisah-pengambilan-jasad-
7-pahlawan-revolusi-di-sumur-lubang-buaya, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/bird-s-eye-view-of-landfill-selama-siang-hari-
3174349/, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://data.alinea.id/negara-penghasil-sampah-plastik-terbesar-b1ZQe9y39c,
Diunduh 19 Februari 2021.
 https://www.legalroom.co.id/bentuk-bentuk-tipikor-yang-wajib-kalian-tahu/, Diunduh
26 Februari 2021.
 https://pixabay.com/id/photos/batik-kerajinan-budaya-tradisional-5697482/, Diunduh
27 Februari 2021.
 https://www.pexels.com/id-id/foto/sekelompok-orang-di-jembatan-jubilee-1561806/,
Diunduh 24 Februari 2021.
 https://metro.tempo.co/read/606401/tak-berizin-tempat-kos-di-kota-tua-dirobohkan/
full&view=ok, Diunduh 24 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Reog_tanpa_mistis.jpg, Diunduh 5 Februari
2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Exclusive_Keris_from_Bali_with_Gold-
plated_Kinatah_Image_of_the_Hindu-Buddhist_Deity_Kala_Rao_
%2B_Antique_Mendak_Keris_Ring_inlaid_with_Rubies_(15222956254).jpg, Diunduh 5
Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Single_note_angklung_(%27G%27),_2015-
05-21.jpg, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wayang_Kulit,_Central_Java.jpg, Diunduh
5 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/vUc03gxjEY4, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://regional.kompas.com/read/2017/08/14/20163481/berita-foto--megahnya-
tarisaman-kolosal-di-gayo-lues, Diunduh 5 Februari 2021.
 https://www.liputan6.com/regional/read/4235975/mengenal-agama-keluarga-di-kota-
palafakfak, Diunduh 7 Februari 2021.
 https://jakartagreater.com/205529/tni-al-bangga-kibarkan-bendera-merah-putih-di-
perairan-ambalat/, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/BTAAcbO9Gco, Diunduh 26 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/mj2NwYH3wBA, Diunduh 27 Februari 2021.
 https://unsplash.com/photos/bGdiuIyN3Rs, Diunduh 27 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai