Anda di halaman 1dari 5

TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS

Apabila hendak membagikan harta waris, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :

1. Menginventarisir semua peninggalan pewaris, menurut madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali
peninggalan ini meliputi semua harta dan hak yang ditinggalkan oleh pewaris, baik hak harta benda
maupun hak bukan harta benda. Hanya Imam Malik saja yang memasukkan hak-hak si pewaris, baik
hak yang tidak dapat dibagi, seperti hak menjadi wali nikah.

2. Melaksanakan hak-hak yang berkaitan dengan harta waris, yaitu biaya perawatan, membayar utang,
melaksanakan wasiat. Sisa dari pemenuhan hak-hak tersebut kemudian dibagikan kepada ahli waris.

3. Menginventarisir ahli waris

4. Menginventarisir dan menentukan bagian semua ahli waris dari si pewaris, baik ahli waris ashabul
furudl atau ‘ashobah.
Contoh : Ahli waris terdiri dari : Suami, Anak laki-laki, Ibu, Saudara perempuan sekandung, Nenek,
Bapak, dan Paman sekandung

5. Menseleksi semua ahli waris yang ada, siapa ahli waris yang menjadi ashabul furudl, ‘ashobah dan
yang terhijab, serta menentukan fardl (bagian) masing-masing ahli waris.
Dari contoh diatas apabila diseleksi, maka akan menjadi sebagai berikut :

Ahli Waris Fardl/ Alasan


bagian
Suami 1/4 Karena ada anak lk.
Anak laki-laki ‘ashobah Ahli waris ‘ashobah binnafsi
Ibu 1/6 Karena ada anak lk.
Saudara perempuan sekandung - Terhijab oleh anak laki-laki dan bapak
Nenek - Terhijab oleh ibu
Bapak 1/6 Karena ada anak lk.
Paman sekandung - Terhijab oleh anak laki-laki dan bapak

6. Setelah diketahui fardl masing-masing, kemudian menentukan asal masalah yang selanjutnya fardl
dikalikan dengan asal masalah yang telah dipilih dan hasilnya adalah bagian masing-masing
(saham) yang akan diterima ahli waris.
Dari contoh diatas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Asal Masalah (AM) : 12


Asal Masalah (AM) Bagian/saham (fardl X AM)
Ahli waris fardl
suami 1/4 12 3
Ibu 1/6 12 2
Bapak 1/6 12 2
Anak laki-laki ‘ashobah 12 5
Jumlah 12
7. Setelah diketahui bagian masing-masing, kemudian bagian tersebut dikalikan dengan harta waris
Dari contoh diatas, apabila harta warisnya sebesar Rp. 240.000,- maka bagian masing-masing
adalah :
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian (fardl X Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
AM)
Suami ¼ 12 3 3/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ibu 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Bapak 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Anak laki- ‘ash 12 5 5/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 100.000,-
laki
Jumlah 12 Rp. 240.000,
I. CARA MENENTUKAN ASAL MASALAH ______________

Asal masalah (ashl al-masalah) adalah suatu angka terkecil (kelipatan persekutuan terkecil) yang
dapat dibagi oleh masing-masing angka penyebut (maqam) dari fardl-fardl ahli waris tanpa ada
bilangan pecahan. Besarnya asal masalah itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan fardl ahli
waris yang ada. Besarnya angka asal masalah terdiri dari angka : 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24.
Misalnya apabila fardl ahli waris terdiri dari ½ dan 1/3, maka asal masalahnya adalah 6 (enam),
karena angka enam adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh angka penyebut (maqam) 2 dan
3. Apabila fardl ahli waris terdiri dari 1/3, 1/6 dan 1/4, maka asal masalahnya adalah 12, karena
angka 12 adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh angka penyebut (maqam) 3, 6 dan 4.

Apabila menghitung pembagian harta waris dengan asal masalah, maka akan terjadi (3) tiga
macam hasil perhitungan, yaitu : ‘Adilah, ‘Ailah dan qhosirah/Naqishah.

1. ‘Adilah, yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris dengan asal masalah sama. Sehingga
semua ahli waris mengambil bagiannya secara utuh tanpa ada pengurangan atau penambahan.

Contoh :
Ahli waris terdiri dari Suami, Ibu, Bapak dan Anak laki-laki
Jumlah harta waris Rp. 240.000,-
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Suami ¼ 12 3 3/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ibu 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Bapak 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Anak laki-laki ‘ash 12 5 5/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 100.000,-
Jumlah 12 Rp. 240.000,
Dari contoh diatas dapat dilihat, bahwa besar jumlah bagian/saham dengan asal masalah sama, yaitu
12

2. ‘Ailah, yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris lebih besar dari asal masalah, sehingga
terjadilah kekurangan untuk bagian para ahli waris. Untuk menyelesaikan masalah ini dalam
perhitungan pembagian waris disebut ‘Aul.
Contoh :
Ahli waris terdiri dari Suami, 2 sdr. Pr. Sekandung dan Nenek
Jumlah harta waris Rp. 480.000,-
Asal Masalah (AM) : 6
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Suami ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 320.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 8 Rp. 640.000,-
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham (8) lebih besar dari asal masalah (6),
sehingga terjadi kekurangan harta waris sebesar Rp. 160.000,-

3. Qashirah atau Naqishah, Yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris lebih kecil dari
asal masalah, sehingga terjadilah kelebihan harta waris dan tidak ada ‘ashobah yang mengambil
sisanya. Untuk menyelesaikan masalah ini dalam perhitungan pembagian waris disebut Radd.

Contoh :
- Ahli waris terdiri dari Anak Perempuan dan Nenek
- Jumlah harta waris Rp. 480.000,-
Asal Masalah (AM) : 6
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl A
(fardl X
M
AM)
Anak Pr. ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 4 Rp. 320.000,-
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham (4) lebih kecil dari asal masalah (6),
sehingga terjadi kelebihan/sisa harta waris sebesar Rp. 160.000,-

I. ‘AUL DAN RADD ________________________________

1. ‘AUL
‘Aul adalah terjadi karena adanya kelebihan dalam bagian/saham ahli waris dibandingkan
dengan besarnya asal masalah dan adanya pengurangan dalam kadar penerimaan ahli waris,
karena besarnya asal masalah tidak cukup untuk memenuhi bagian-bagian(saham) dari ahli
waris. Atau jumlah bagian/saham ahli waris lebih besar dari asal masalah.
Cara penyelesaian masalah ‘aul adalah dengan cara merubah asal masalah dengan
meningkatkan besarnya asal masalah sesuai dengan besarnya jumlah bagian/saham ahli
waris.
Contoh masalah ‘aul dan penyelesaiannya.
Ahli waris terdiri dari :
- Suami,
- 2 saudara perempuan sekandung
- Nenek.
Harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-
a. Perhitungan sebelum terjadi ‘Aul
Asal Masalah (AM) : 6
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl A
(fardl X
M
AM)
Suami ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 320.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 8 Rp. 640.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 8 (delapan) lebih besar dari asal
masalah yaitu 6 (enam), sehingga terjadi kekurangan harta waris sebesar Rp. 160.000,-, yaitu
jumlah penerimaan masing-masing Rp. 640.000,-, sedangkan jumlah harta warisnya sebesar Rp.
480.000,-

b. Perhitungan Penyelesaian dengan menggunakan ‘Aul


Cara penyelesaiannya adalah merubah Asal Masalah (AM) yang semula ditetapkan 6, diubah
dengan cara ditingkatkan menjadi 8 sesuai dengan jumlah bagian/saham ahli waris.

Asal Masalah (AM) : 6, di-’aul-kan menjadi : 8


Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl A (fardl X Setelah terjadi ‘aul
M AM)
Suami ½ 6 3 3/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 180.000,-
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 60.000,-
Jumlah 8 Rp. 480.000,-

2. RADD
Radd adalah pengembalian bagian yang tersisa dari bagian ahli waris kepada mereka sesuai dengan
besar kecilnya bagian masing-masing, apabila tidak ada lagi yang berhak menerimanya, dengan
demikian radd adalah kebalikan dari ‘aul. Radd terjadi karena dalam pembagian harta waris jumlah
bagian/saham ahli waris lebih kecil dari asal masalah, sehingga apabila dibagikan langsung akan
terdapat kelebihan harta waris, kelebihan tersebut harus dibagikan kembali kepada ahli

waris secara seimbang sesuai dengan bagian masing-masing. Radd juga terjadi karena tidak ada
ahli waris yang menerima ‘ashobah/sisa harta.
Menurut jumhur ulama, radd bisa dilaksanakan hanya terbatas kepada ahli waris nasabiyah saja,
sehingga ahli waris sababiyah tidak dapat menerima radd. Ahli waris sababiyah yang tidak
menerima radd adalah suami dan isteri.
Cara penyelesaian masalah radd adalah dengan cara mengurangi asal masalah, sehingga sama
besarnya dengan jumlah bagian yang diterima oleh ahli waris, atau jumlah bagian (saham) ahli
waris dijadikan asal masalah baru.

 Contoh penyelesaian masalah radd yang ahli warisnya terdiri dari ahli waris
nasabiyah saja.
- Ahli waris terdiri dari : Anak perempuan dan Nenek
- Harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-

a. Perhitungan sebelum terjadi Radd

Asal Masalah (AM) : 6


Ahli Bagian Penerimaan masing-masing
fardl AM
waris (fardl X
AM)
Anak Pr. ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 4 Rp. 320.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 4 (empat) lebih kecil dari asal
masalah yang ditetapkan yaitu 6 (enam), sehingga terjadi kelebihan harta waris sebesar Rp. 160.000,-,
yaitu jumlah penerimaan masing-masing Rp. 320.000,-, sedangkan jumlah harta warisnya sebesar Rp.
480.000,-

b. Perhitungan Penyelesaian dengan menggunakan Radd


Cara penyelesaiannya adalah merubah Asal Masalah (AM) yang semula ditetapkan 6, diubah
menjadi 4 sesuai dengan jumlah bagian/saham ahli waris.
Asal Masalah (AM) : 6, dirubah menjadi : 4
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl A
(fardl X
M
AM)
Anak Pr. ½ 6 3 3/4 x Rp. 480.000,- = Rp. 360.000,-
Nenek 1/6 6 1 1/4 x Rp. 480.000,- = Rp. 120.000,-
Jumlah 4 Rp. 480.000,-

 Contoh penyelesaian masalah radd yang ahli warisnya terdiri dari ahli waris nasabiyah
dan ahli waris sababiyah
- Ahli waris terdiri dari : Isteri, Ibu dan Saudara seibu
- Harta warisnya sebesar Rp. 240.000,-

a. Perhitungan sebelum terjadi Radd


Asal Masalah (AM) : 12
Bagian Penerimaanmasing-masing
Ahli Fardl A
(Fardl x AM)
Waris M
Isteri ¼ 12 3 3/12 X Rp. 240.000,- = 60.000,-
Ibu 1/3 12 4 4/12 X Rp. 240.000,- = 80.000,-
Saudara 1/6 12 2 2/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 60.000,-
seibu
Jumlah 9 Rp. 240.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 9 (sembilan) lebih kecil dari asal
masalah yang ditetapkan yaitu 12 (dua belas), sehingga terjadi kelebihan harta waris sebesar Rp.
60.000,-, yaitu jumlah penerimaan masing-masing Rp. 180.000,-, sedangkan jumlah harta warisnya
sebesar Rp. 240.000,-
b. Perhitungan penyelesaian dengan menggunakan Radd
Cara penyelesaiannya yaitu ahli waris sababiyah (isteri) diberikan bagian terlebih dahulu (karena
tidak menerima radd) sebelum terjadi radd, kemudian sisa harta diberikan kepada ahli waris
nababiyah dengan menggunakan radd.
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian/Saham Penerimaanmasing-masing
Ahli Fardl A
(Fardl x AM)
Waris M
Isteri ¼ 12 3 3/12 X Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Sisa harta waris : Rp. 240.000,- dikurangi Rp. 60.000,- = Rp. 180.000,-
Asal masalah untuk ibu dan saudara seibu adalah : 6
Ibu 1/3 12 4 4/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 120.000,-
Saudara 1/6 12 2 2/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 60.000,-
seibu
Jumlah Rp. 240.000,-

Anda mungkin juga menyukai