Anda di halaman 1dari 20

Kekuatan Pengampunan:

(Belajar dari para Martir di Jepang)

P. John Laba, SDB


Keadaan Gereja Katolik di
Jepang
Masuknya Gereja Katolik
di Jepang
• Agama Kristen diperkenalkan ke Jepang oleh para Yesuit, seperti
Santo Fransiskus Xaverius dari Spanyol dan Alessandro
Valignano dari Italia. Umat Katolik Portugis mendirikan pelabuhan
Nagasaki, yang dianggap sebagai pusat Kristen yang penting di
Timur Jauh, meskipun perbedaan ini sekarang sudah tidak berlaku
lagi. Dalam waktu yang singkat terdapat 1000 orang bertobat
menjadi Katolik
• .Dalam waktu enam tahun setelah para pedagang Portugis
pertama tiba, dan selama satu abad berikutnya, mereka telah
mengubah ratusan ribu orang Jepang - mungkin setengah juta
orang - menjadi Katolik
• Tantangan besar adalah Kaisar Ogimachi mengeluarkan dekrit
untuk melarang penyebaran agama Katolik di Jepang (1565-
1568).
• Tahun 1562 terjadi pertobatan Omura Sumitada, dan memulai
kampanye untuk menghancurkan kuil-kuil Budha
• Toyotomi Hideyoshi mengijinkan kehadiran Agama Katolik
karena dia berpikir iman Katolik itu masalah individu. Hal
mengherankan adalah kuil-kuil Budha dihancurkan pasukan
Katolik. Tanggal 24 Juli 1587 Nagasaki dikuasainya untuk
mengendalikan para pedagang Portugis.
• Pada tahun 1587 muncul larangan dari Toyotomi Hideyoshi
terhadap para misionaris Yesuit, agama Katolik mulai ditindas
karena mengancam persatuan nasional.
• Tahun 1620: Keshogun Tokugawa melarang penyebaran agama
Katolik. Gereja tidak menyebar secara terbuka. Banyak orang
Katolik bersembunyi secara diam-diam… ‘di bawah tanah’ dan
ada yang meninggal dunia.
• Tokugawa Ieyasu melarang agama Kristen karena ia khawatir
agama ini akan digunakan untuk membuat rakyat Jepang
melawan para penguasa. Tokugawa Ieyasu, seperti banyak
pemimpin Jepang pada masa itu, sangat xenofobia: mereka
berpikir bahwa orang asing, terutama orang Eropa berkulit
putih, ingin mengeksploitasi atau bahkan menaklukkan Jepang.
• Keshogunan Tokugawa akhirnya
memutuskan untuk melarang
agama Katolik pada tahun 1614,
dan pada pertengahan abad ke-17
menuntut pengusiran semua
misionaris Eropa dan eksekusi
mati terhadap semua orang yang
pindah agama. Hal ini menandai
berakhirnya kekristenan secara
terbuka di Jepang.
• Setelah Restorasi Meiji, agama
Katolik kembali berkembang di
Jepang (1868).
Keadaan Gereja
Katolik Jepang
• Pada tahun 2021, ada sekitar 431
ribu umat Katolik di Jepang (0,34%
dari total populasi),
• Ada 6.200 klerus, religius, dan
seminaris.
Darah para
Martir mengalir
di Jepang
• Martir pertama yang diakui
secara resmi di Jepang adalah
Dua Puluh Enam Martir
Nagasaki, yang disalibkan pada
tahun 1597 dan dibeatifikasi
pada tahun 1627.
Para Martir disalibkan
Santo Paul Miki: sang
Pengampun
• Martir pertama dari Jepang adalah St. Paulus
Miki (1546-1597). Dia menjadi seorang Yesuit
pertama dari Jepang, dibunuh bersama Katekis
Soan Yohanes de Goto dan Frater James Kisai.
• Miki berasal dari keluarga kaya di Osaka, seluruh
keluarga masuk Katolik.
• Pada usia 22 tahun masuk Yesuit.
• Penangkapan terjadi pada tanggal 9 Desember
1596.Mereka dibawa ke Miyako (sekarang
Kiyoto)
• Sepanjang perjalanan mereka semua
dihina namun Miki dan seorang imam
Fransiskan tetap berkotbah.
• Pastor Pasio membawa Paul Miki, John de
Goto dan James Kisai untuk mengikrarkan
kaul pertama sebagai Yesuit
• Paul bersama 25 orang lainnya - Yesuit,
Fransiskan, dan orang awam - dihukum
mati.
• Mereka secara paksa digiring sejauh 600
mil ke seluruh Jepang untuk menjadi
contoh bagi orang lain. Penduduk desa
melecehkan mereka ketika mereka lewat,
tetapi orang-orang Kristen menyanyikan Te
Deum, sebuah nyanyian pujian Kristen
awal.
Para Martir Jepang
• Fransiskus, tukang kayu yang ditangkap
ketika menyaksikan eksekusi dan
kemudian disalibka
• Gabriel (19) pekerja komunitas Fransiskan
• Leo Kinuya (28), tukang kayu dari Miyako;
• Diego Kisai (atau Kizayemon)
• Joachim Sakakibara, Tukang masak
Fransiskan dari Osaka
• Petrus Sukejiro,
• Cosmas Takeya dari Owari
• Ventura dari Miyako, yang telah dibaptis
oleh para Yesuit
Kesaksian…
• Pada saat 26 orang Martir ini memasuki
Kyoto, telinga mereka dipotong dan darah
mengalir di leher mereka.
• Pemandangan orang-orang Katolik yang
menderita ini mengilhami kesedihan dan
belas kasihan di antara para saksi mata,
banyak di antara mereka yang tergerak untuk
menjadi orang Katolik.
• Orang-orang Katolik kemudian dibawa ke
sebuah bukit di dekat Nagasaki dan diikat di
kayu salib. Algojo membunuh para martir
dengan menikam perut mereka dengan
pedang.
• Selama 250 tahun berikutnya, ratusan ribu orang
Kristen menjadi martir dan banyak lainnya disiksa
tanpa ampun sampai mereka secara terbuka
meninggalkan iman mereka. Meskipun demikian,
masih ada kantong-kantong umat Katolik yang tetap
tinggal dan secara diam-diam mempraktikkan iman
mereka.
• Pada tahun 1854, perbatasan Jepang dibuka ke
arah Barat, dan banyak misionaris kembali untuk
memberi makan iman orang-orang Kristen yang
tersembunyi ini.
• Pada tahun 1871, toleransi beragama kembali,
sehingga memungkinkan adanya ibadah publik. Hari
ini, sebuah monumen nasional menandai tempat
eksekusi di Nagasaki.
Perkataan St. Paul Miki
• "Satu-satunya alasan saya dibunuh adalah karena
saya telah mengajarkan ajaran Kristus. Saya
bersyukur kepada Tuhan karena alasan inilah saya
mati. Saya percaya bahwa saya mengatakan
kebenaran sebelum saya mati. Saya tahu Anda
mempercayai saya dan saya ingin mengatakan
kepada Anda semua sekali lagi: Mintalah kepada
Kristus untuk menolong Anda menjadi bahagia.
Saya menaati Kristus. Mengikuti teladan Kristus,
saya mengampuni para penganiaya saya. Saya
tidak membenci mereka. Saya memohon kepada
Allah untuk mengasihani semua orang, dan saya
berharap darah saya akan jatuh ke atas sesama
saya sebagai hujan yang subur."
• "Saya berharap darah saya akan jatuh ke sesama
saya seperti hujan yang bermanfaat".
Demikianlah kasih-Nya kepada kita yang
memotivasi pengorbanan-Nya. Ketika kita
merenungkan kesaksiannya hari ini, marilah kita
melakukannya dengan kerendahan hati dan hati
yang terbuka, terbuka terhadap Kebenaran yang
ia cintai dan beritakan.
• "Seperti Tuanku, aku akan
mati di kayu salib. Seperti
Dia, tombak akan menembus
jantungku, sehingga darahku
dan cintaku, dapat mengalir
ke atas tanah dan
menguduskannya bagi nama-
Nya."
Foto kenangan di Tempat Paul Miki
• Pulau Goto
Kita belajar dari
Gereja Katolik
Jepang
• Darah para Martir adalah benih yang
subur untuk pertumbuhan iman
Kristiani
• Pengampunan tanpa batas adalah
sebuah kemartiran
• Iman adalah anugerah, kita
menumbuhkan ditengah minoritas
kita.

Anda mungkin juga menyukai