Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

PERMASALAHAN HUKUM PENGADAAN DAN HUKUM


KONTRAK PROYEK KONSTRUKSI
Taimur Ahmad Yuda
6012231115
KASUS CENTRAL PARK
Pada pelaksanaan kontrak kerjasama proyek Central Park ditemui permasalahan dalam hal
serah terima bangunan. Di dalam kontrak kerjasama, serah terima bangunan dilakukan oleh
PT. Total Bangun Persada selaku perusahaan kontraktor kepada PT. Agung Podomoro Land.
Namun, pada praktiknya di lapangan sebelum dilakukan serah terima bangunan tahap
pertama, PT. Agung Podomoro Land harus meminta persetujuan dari Building Management
yang bukan merupakan bagian dari PT. Agung Podomoro Land tetapi memang masih anak
perusahaan Agung Podomoro Group. Padahal di dalam kontrak tidak disebutkan sama
sekali mengenai keterlibatan atau keharusan adanya persetujuan dari pihak Building
Management dalam hal serah terima bangunan yang sejatinya kewenangan pihak Building
Management ini hanya sebagai pengelola operasional bangunan untuk berhubungan
dengan para tenant. Persetujuan pihak Building Management didasarkan pada check list
bangunan yang dilakukan oleh pihak dari Building Management. Hal ini tentu menyebabkan
prosesnya menjadi lebih panjang dan rumit serta serah terima bangunan tahap pertama ini
menjadi mundur, yang berarti juga berpengaruh pada mundurnya serah terima bangunan
tahap dua. Mundurnya serah terima bangunan seakan-akan memang merugikan pihak
developer, tetapi nyatanya hal ini malah menyebabkan kerugian pada pihak kontraktor
karena kontraktor harus tetap mendanai proyek yang masih tetap berjalan akibat
keterlambatan tersebut
KASUS PT MUSTIKA PRINCESS HOTEL DAN
PT CITRAKATON DWIDAYALESTARI
Kasus sengketa Konstruksi yang sampai ke pengadilan adalah antara PT Citrakaton
Dwidayalestari (PTCD) dan PT Mustika PrincessHotel dkk (PTMPH )yang sampai pada tingkat
kasasi dan memperoleh putusan pada 16 November 2007. Ringkasnya, PTCD selaku
kontraktor atau penyedia jasa mengklaim pembayaran atas jasa yang diberikannya kepada
PTMPH selaku penggunajasa konstruksi PTCD. PTMPH kemudian melawan gugatan dengan
alasan pekerjaan yang dilakukan PTCD tidak sesuai standar serta tidak sempurna
menyebabkan kerugian pada PTMPH. Pada Putusan tingkat Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi, majelis hakim menolak gugatan PTCD dan mengabulkan gugatan
rekonvensi PTMPH yang memutuskan PTCD malah harus memberikan ganti rugi kepada
PTMPH. Pada tingkat kasasi, hakim mengabulkan gugatan PTCD dan menghukum PTMPH
untuk membayar hutang Kontrak Konstruksi keduanya.
KASUS PT PETROKIMIA GRESIK DAN PT
HUTAMA KARYA
Pada kasus ini terjadi perubahan desain konstruksi bangunan yang diajukan
oleh PT Petrokimia Gresik selaku penyedia jasa terhadap PT Hutama Karya
(Persero). Pada saat pelaksanaan kontrak konstruksi proyek Engineering
Procurement Construction (EPC) pengembangan pelabuhan. Perubahan
desain konstruksi tersebut dilakukan karena desain yang dituangkan dalam
pembangunan secara riil tidak sesuai dengan kehendak pihak PT Petrokimia
Gresik. Perubahan desain konstruksi bangunan tersebut mengakibatkan PT
Hutama Karya mengajukan klaim penambahan biaya dan waktu kepada PT
Petrokimia Gresik. Akan tetapi PT Petrokimia Gresik menolak klaim tersebut
karena perubahan desain konstruksi bangunan tersebut adalah resiko PT
Hutama Karya yang tidak seharusnya mendapatkan tambahan biaya dan
waktu.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai