Kelompok 3-Laporan Hasil Diskusi-Teori Perkembangan Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL DISKUSI

TEORI PERKEMBANGAN ANAK

KELOMPOK 3

Anggota Kelompok :

1. Lisanul Ulya Fatri


2. Zaldi Anggar Septra
3. Khamisatul Husna
4. Dwi Zella Putri
5. Dian Novita
6. Olvy Dwi Andari

Pembagian Teori:

1. Lisanul Ulya Fatri (Teori Psikoanalitik-Oleh Sigmund Freud)


2. Zaldi Anggar Septra ( Teori Psikososial-Oleh Erik Erikson)
3. Khamisatul Husna (Teori Perkembangan Perilaku/Teori Behavioral)
4. Dwi Zella Putri (Teori Kognitif-Oleh Jean Piaget)
5. Dian Novita (Teori Pembelajaran Sosial-Oleh Albert Bandura)
6. Olvy Dwi Andari (Teori Sosiokultural-Oleh Lev Vygotsky)

 Kajian Perkembangan Anak Dalam Perspektif Islam


Anak Adalah Amanah, Dalam surat At-Taghabun ayat 15, disebutkan bahwa:

Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar.”
Menurut NU Online, ayat ini bermaksud bahwa anak adalah amanah atau titipan yang
harus dijaga dengan baik. Memang betul ungkapan ini sudah sangat umum kita dengar.
Akan tetapi, ternyata, kalimat sederhana yang menyatakan bahwa anak merupakan amanah
ternyata tidak berarti sesederhana itu. Dengan berpedoman pada firman Allah ini,
maknanya ada 3, yaitu:
1. Orang tua bertanggung jawab, tetapi tidak memiliki kontrol penuh
Karena anak merupakan amanah dari Allah Swt, orang tua tentu harus merawat dengan
penuh tanggung jawab dan upaya yang sebaik-baiknya. Akan tetapi, hasil dari pengasuhan
tidak ada dalam kendali kita. Serahkan hasilnya kepada Allah. Sebagai orang tua, kita
hanya bisa berfokus mengasuh anak-anak sesuai dengan aturan-aturan agama. Inilah salah
satu kunci paling penting dalam parenting menurut Islam yang tak boleh kita lupakan.
2. Allah tempat bergantung sepenuhnya dalam pengasuha. Sebagai orang beriman, kita harus
ingat bahwa hati manusia pada sejatinya milik Allah, oleh karena itu tips parenting
menurut Islam yang harus diingat adalah patuh dan menyerahkan segalanya kepada Allah.
Dengan mematuhi Allah, maka yang menjadi tanggung jawab kita, yaitu anak, insyaallah
juga akan patuh.
Untuk hal ini, kita dapat berkaca pada kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS yang
tertuang dalam Al-Kahfi ayat 60-82. Ketika Nabi Khidir membunuh seorang anak, Nabi
Musa bertanya mengapa hal itu beliau lakukan. Nabi Khidir lalu menjawab bahwa anak ini
jika dibiarkan akan membuat orang tuanya kufur, padahal kedua orang tuanya adalah orang
mukmin. Pada kisah ini, orang tuanya tidak salah, baik, dan mengajarkan anak-anaknya
nilai-nilai keimanan. Akan tetapi, anaknya tetap menjadi kufur. Ini karena Allahlah yang
memegang hati dan memiliki kehendak, sehingga orang tua tidak punya kuasa apa pun
terhadap hal itu.

A. Teori Psikoanalitik-Oleh Sigmund Freud


Perkembangan anak terjadi dalam serangkaian tahap yang berfokus pada area kesenangan
tubuh yang berbeda. Selama setiap tahap anak menghadapi konflik yang memainkan peran
penting dalam perkembangannya. Psikonalisa merupakan suatu pandangan baru tentang
manusia pada abad 20-an, dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Pandangan ini
mempunyai relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam mengobati pasien-pasien
mengalami gangguan-gangguan psikis.
Secara skematis Sigmund Freud menggambarkan jiwa sebagai Gunung Es dimana bagian
yang muncul di permukaan air merupakan bagian terkecil yaitu puncak dari Gunung Es itu
yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conciousnes), agak di bawah permukaan
adalah bagian pra kesadaran (sub conciousness) dan bagian terbesar terletak di dasar air yang
dalam hal kejiwaan merupakan alam ketidaksadaran (unconciousness).
Sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan mausia dikuasai oleh alam ketidaksadaran dan
berbagai kelainan tingkat laku dapat disebabkan karenafaktor-faktor yang terpendam dalam
alam ketidaksadaran. Maka dari itu untuk mempelajari seseorang kita harus menganalisa jiwa
orang tersebut sampai kita dapat melihat keadaan dalam alam ketidaksadarannya, yang selama
ini tertutup oleh alam sadar.
Freued membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase perkembangan yakni:
 Fase Oral
Yaitu pada usia 0 sampai dengan 18 bulan. Pada fase ini, mulut merupakan central
pokok keaktifan yang dinamis.
 Fase Anal
Yaitu pada usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun. Pada fase ini, dorongan dan tahanan
berpusat pada alat pembuangan kotoran rektum.
 Fase Falis (phalik) Yaitu pada usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun. Pada fase ini, alat-
alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa, seperti jatuh cinta pada orang tua
dengan jenis kelamin berbeda.
 Fase Latensi (Latent)
Yaitu pada usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Pada fase ini, impuls-impuls
cenderung berdada pada kondisi tertekan, lebih pada perkembangan moral dan
intelektual.
 Fase Pubertas
Yaitu pada usia 11 tahun sampai dengan 20 tahun. Pada fase ini, impuls-impuls kembali
menonjol. Kegiatan ini jika dapat disublimasikan maka seorang anak akan sampai pada
fase kematangan.
 Fase Genital 6
Yaitu pada usia lebih dari 20 tahun. Pada fase ini, seseorang telah sampai pada fase
dewasaSeperti membangun hubungan dengan lawan jenis.
B. Teori Psikososial-Oleh Erik Erikson
Teori ini menekankan pada pentingnya mengatasi konflik pada setiap tahap perkembangan
untuk mencapai keseimbangan dan kesejahteraan psikososial. Setiap tahap memiliki dampak
pada perkembangan selanjutnya dan penyelesaian konflik pada setiap tahap menjadi dasar
bagi perkembangan yang sehat.

C. Teori Perkembangan Perilaku/Teori Behavioral


Dikemukakan oleh John B. Watson, B.F. Skinner, serta Ivan Pavlov yang berfokus pada
pengalaman individu sepanjang hidupnya dalam pembentukan sifatnya hingga dewasa. Pada
perspektif teori ini, segala perilaku seseorang dapat dijelaskan melalui pada pengaruh
lingkungan. Teori behavioral juga memiliki fokus pada interaksi lingkungan yang memiliki
pengaruh terhadap karakter seseorang. Dan yang membedakan teori ini dengan teori lainnya
adalah teori behavioral ini mengabaikan beberapa aspek seperti halnya perasaan maupun
pikiran seseorang.
Anak usia SD (6-12 tahun) dikenal dengan childhood, dimana ciri-ciri perilakunya antara
lain:
1. Anak mulai ingin mengetahui hal-hal baru
2. Anak-anak mudah untuk dididik
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya
4. Ingin bebas
5. Suka membandingkan dengan orang lain
6. Cenderung memuji diri sendiri

D. Teori Kognitif-Oleh Jean Piaget


Teori ini menunjukkan bahwa kecerdasan berubah seiring dengan pertumbuhan anak.
Perkembangan kognitif seorang anak bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan, anak
juga harus mengembangkan atau membangun mental.

E. Teori Pembelajaran Sosial-Oleh Albert Bandura


Teori belajar sosial menurut Albert Bandura adalah teori belajar sosial atau kognitif sosial
yang menunjukakan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi
orang lain. Teori ini menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif perilaku dan lingkungan. Sebagai contoh,
orang tua adalah model nagi anak-anaknya, pengajar model bagi peserta didik, pemimpin
panutan bawahannya, dan tokoh masyarakat adalah panutan bagi masyarakatnya. Hal ini
berarti bahwa perilaku yang terbentuk dalam diri anak-anak, peserta didik, dan masyarakat
selalu identik dengan perilaku yang ditampilkan oleh tokoh tersebut.
Dalam teori sosial kognitif Albert Bandura, pembelajaran pada hakikatnya berlangsung
melalui proses peniruan (modeling), dimana anak belajar dan mendapatkan pengetahuan
melalui proses mengamati dan meniru perilaku seseorang. Pada proses pembelajaran
khususnya di pendidikan anak usia dini yang sangat kuat berperan sebagai model adalah guru.
Dalam beberapa kasus, ucapan guru bahkan lebih dipercaya daripada ucapan orangtuanya.
Manusia dapat belajar dari meniru maupun dari pengalaman yang terjadi di lingkungan
sosialnya.
Teori Belajar Sosial Albert Bandura percaya bahwa seseorang belajar dengan mengamati
dan meniru orang lain. Proses mengamati dan meniru Albert Bandura disebut dengan
modelling atau pembelajaran observasional. Keberadaan Pendidikan Islam sangat penting dan
dibutuhkan dalam rangka untuk menanamkan nilai- nilai agama. Hal tersebut agar seseorang
tidak mengalami beberapa krisis moral, spiritual, dan keteladanan yang didapat pada
lingkungan sosialnya. Salah satu konsep yang terdapat pada Pendidikan Islam adalah
keteladanan atau uswatun hasanah. Keteladanan dapat dilakukan dengan menampilkan
perilaku yang baik di depan orang lain. Oleh karena itu, orangtua dituntut untuk berhati-hati
dalam berkata, bertingkah laku agar dapat memberikan dasar-dasar pendidikan yang benar
untuk anak.

F. Teori Sosiokultural-Oleh Lev Vygotsky


Sosiokultural adalah teori, pendekatan, atau perspektif yang menganggap sumber utama
dari perilaku sosial bukan berasal dari dalam diri individu, melainkan dari kelompok sosial,
lingkungan dan budaya yang menyelubunginya. Teori belajar sosiokultural berangkat dari
penyadaran tentang betapa pentingnya sebuah pendidikan yang melihat proses kebudayaan
dan pendidikan yang tidak bisa.
Gagasan Vygotsky mengenai rekonstruksi pengetahuan melalui interaksi sosial bila
diterapkan dalam konteks pembelajaran Bahasa, maka guru perlu memperhatikan hal-hal
berikut.
1. Pada setiap perencanaan dan imple mentasi pembelajaran, perhatian guru harus dipusatkan
kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah belajar sendiri, yaitu
mereka yang hanya dapat menyelesai kan masalah dengan bantuan. Contoh, guru perlu
menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak agar
mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
2. Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman yang lebih kompeten dan sangat
efektif untuk meningkatkan produktivitas belajar. Bimbingan oleh orang dewasa atau oleh
teman sebaya yang lebih kompeten bermanfaat untuk memahami konsep-konsep.
3. Kelompok anak yang masih mengalami kesulitan meskipun telah diberikan berbagai
bantuan, mungkin karena soalnya terlalu sulit, perlu diberikan soal yang bisa ia kerjakan
dengan bantuan / tuntunan orang lain.
4. Cooperative Learning juga merupakan aplikasi konsep Vygotsky. Hal ini disebabkan
karena pelajar mengkonstruksi pengetahuannya melalui berinteraksi dengan temannya.
Misalnya, dalam kelas bisa menggunakan teknik jigsaw dimana pelajar saling
ketergantungan secara positif dengan temannya untuk memahami sebuah pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai