Anda di halaman 1dari 9

TAFSIR IJMALI

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas
pada Mata Kuliah Ilmu Matan Hadis

Oleh:
Izzal Afifir Rahman
11150340000149

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
DAFTAR ISI
BABSYARAH IJMALI
A. Pendahuluan
B. Pengertian Tafsir Ijmali
C. Kitab Tafsir Ijmali
D. Contoh Tafsir Ijmali Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani
E. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Ijmali
F. Kesimpulan
Daftar Pustaka

A. Pendahuluan

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai kitab hidayah atau
kitab petunjuk kehidupan umat manusia.1Di samping itu, kitab suci AL-Qur’an juga
berfungsi sebagai kitab kemukjizatan yang memperlihatkan bahwa Al-Qur’an bukan
1
Ahsin Sakho Muhammad, Kata Pengantar Buku Diskursus Munasabah Al-Qur’an: Kajian atas Tafsir al-Misbah,
dalam Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah AL-Qur’an, (Jakarta: Puspita Press, 2011), hlm. vii.
ucapan Nabi Muhammad, bukan pula ucapan Malaikat Jibril dan bukan pula ucapannya
lainnya. Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan citra diri Allah, karena kalam
adalah merupakan salah satu sifat-Nya di antara sifat-sifat-Nya yang lain. Studi terhadap
Al-Qur’an dan Hadis telah berjalan dalam sejarahyang cukup panjang. Al-Qur’an adalah
wahyu Ilahi yang berisi nilai-nilai universal kemanusiaan. Ia di turunkan untuk dijadikan
petunjuk, bukan hanya untuk sekelompok manusia ketika ia diturunkan, tetapi juga untuk
seluruh manusia hingga akhir zaman.
Namun demikian, Al-Qur’an bukanlah kitab ensiklopedi yang memuat segala hal. Al-
Qur’an tidak boleh ditonjolkan sebagai kitab antik yang harus dimitoskan,2 karena hal
tersebut bisa menciptakan jarak antara AL-Qur’an dan realita sosial. Al-Qur’an di satu
pihak diideliasisasi sebagai sistem nilai sakral dan transendental; sementara di pihak lain
realitas sosial yang harus dibimbingnya begitu pragmatis, rasional, dan materialistis.
Seolah-olah nilai-nilai Al-Qur’an yang dialamatkan untuk manusia. Karena itu perlu
adanya tafsir untuk mengungkap, menjelaskan, memahami, dan mengetahui prinsip-
prinsip kandungan Al-Qur’an tersebut.3 Al-Qur’an dalam tradisi keilmuan Islam, telah
melahirkan sederet teks turunan yang demikian mengagungkan. Teks-teks turunan itu
merupakan karya-karya spektakuler yang lahir dari tangan-tangan ulama dengan beragam
model dan metode.4

B. Pembahasan

Ijmali secara bahasa artinya ringkas, global dan penjumlahan. Dengan demikian arti
metode ijmali ialah metode penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
mengemukakan makna umum (global). Dengan metode ini mufassir menjelaskan makna
ayat-ayat Al-Qur’an secara garis besar. Sistematikanya mengikuti urutan surah-surah Al-
Qur’an sehingga makna-maknanya dapat saling berhubungan. Dalam menyajikan
2
Kajian Al-Qur’an sebagai kitab mitos, pernah dikaji pada karya disertasi dengan judul al-Funn al-Qashashi fi al-
Qura;an al-Karim ini merupakan ijtihad akademik Muhammad Ahmad Khalafullah yang dipertahankan dalam
sidang munaqasyah di Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Dalam versi Indonesia karya Khalafullah, diterjemahkan
Al-Qur’an Bukan “Kitab Sejarah Seni, Sastra dan Moralitas Dalam Kisah-Kisan Al-Qur’an,” oleh Zuhairi Misrawi
dan Anis Maftuhin, diterbitkan Paramidana tahun 2002. Lihat, Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al-Qashashi
fi al-Qur’an al-Karim, syarah wa al-ta;liq oleh Khalil Abd al-Karim, (Beirut, Kairo, Sina li al-Nasyr wa al-Intisyar
al-Araby, 1999).
3
M. Yunan Yusuf, Karakteristik Tafsir Al-Qur’an di Indonesia Abad 20, Jurnal Ulumul Qur’an, vol. III, no. 4, 1992,
hlm 50.
4
Hasani Ahmad Said, Studi Islam I KAJIAN ISLAM KONTEMPORER, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet 1,
2016), hlm. 157-159.
makna-makna ini, mufassir menggunakan ungkapan-ungkapan yang diambil dari Al-
Qur’an dengan menambahkan kata-kata atau kalimat penghubung sehingga memudahkan
pembaca untuk memahaminya, Dengan metode ini mufassir juga meneliti asbab al-nuzul,
peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat, atau hadis-hadis yang berhubungan
dengannya.5

Pembahasannya hanya melipui beberapa aspek dalam bahasa yang singkat yang hanya
meengedepankan arti kata-kata (al-mufradat), sabab nuzul dan penjelasan singkat (al-
ma’na) yang sistematikanya sering diubah-ubah. Maksudnya adakalanya mengedepankan
mufradat kemudian sabab al-nuzul dan al-ma’na, tetapi sering pula mendahulukan al-
ma’na dan sabab al-nuzul.6Mengetahui sebab-sebab turunya Al-Qur’an merupakan salah
satu perangkat terpenting. Ibnu Daqiq Al-Id berkata, “Menjelaskan asbabun-nuzul
merupakan cara yang kuat untuk memahami arti-arti Al-Qur’an.”
Ibnu Tamiyah berkata “Mengetahui sababun-nuzul (sebab turunnya ayat) akan
membantu memahami ayat, karena mengetahui sebab akan menyebabkan mengetahui
efek (akibat).” 7
Para sahabat adalah manusia paling dekat masanya dengan turunnya Al-Qur’an, dan
Ibnu Mas’ud merupakan salah seorang sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah.
Karna itulah pantas sekali bila ia mengatakkan “Demi Allah tidak ada Tuhan selain Dia,
tidak satu surah pun dari kitab Allah yang ditirunkan kecuali aku mengetahui dimana ia
diturunkan, dan tidak satu ayat pun dari kitab Allah yang diturunkan kecuali aku
mengetahui untuk apa ia diturunkan (sebab diturunkannya).” 8
Kisah Aqib dan Sayyid (dua orang Najran) yang menawarkan kepada Nabi agar
kedua belah pihak saling mengutuk. Maka turunlah firman Allah:
‫َفَم ْنَح اَّجَك ِفيِهِم ْنَبْع ِد َم اَج اَء َك ِم َناْلِع ْلِم َفُقْلَتَع اَلْو اَنْدُع َأْبَناَء َناَو َأْبَناَء ُك ْم َو ِنَس اَء َناَو ِنَس اَء ُك ْم َو َأْنُفَس َناَو َأْنُفَس ُك ْم ُثَّم َنْبَتِه ْلَفَنْج َع ْلَلْعَنَةالَّلِهَع َلىاْلَك اِذ ِبيَن‬
“ Siapa yang membantahmu tentang kisah 'Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan
kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan
anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu;
kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la 'nat Allah
ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (Qs. Ali Imran (3): 61), Salah seorang dari
keduannya berkata, jangan mengutuknya, demi Allah seandainya ia benar-benar seorang
Nabi lalu kita dikutuknya, maka kita dan anak cucu kita tidak akan beruntung untuk
selamanya.9
Ketika Khamer diharamkan, orang-orang Yahudi berkata “Bukanlah saudara-saudara
kalian yang telah mati suka meminumnya?” Maka Allah menurunkan ayat:
‫َلْيَسَع َلىاَّلِذ يَنآَم ُنواَو َع ِم ُلواالَّصاِلَح اِتُجَناٌح ِفيَم اَطِع ُم واِإَذ اَم ااَّتَقْو اَو آَم ُنواَو َع ِم ُلواالَّصاِلَح اِتُثَّم اَّتَقْو اَو آَم ُنواُثَّم اَّتَقْو اَو َأْح َس ُنواَو الَّلُهُيِح ُّباْلُم‬
‫ْح ِسِنيَن‬
5
Abdul Hayy Al-Farmawi, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’I, (Kairo: Dirasah Manhajiyyah Maudhu’ iyyah,
1997), hlm. 23.
6
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2013), hlm. 381-382.
7
Muqaddimah Fi Ushul Al-Tafsir: 13
8
Sahih Al Bukhari 6: 187 dan Muslim 4: 1913
9
Tafsir Ibnu Mas’ud, Penyusun dan Pentahqiq, Muhammad Ahmad Isawi; Penerjemah, Ali Murtadho Syahudi,
(Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2009), hlm. 74.
“ Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh
karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa
serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap
bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan
Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (Qs. Al Maidah 53): 93)
.
Setelah perang Badar selesai, Rasulullah saw meminta pendapat kepada para sahabat
tentang tawawnan perang, Abu Bakar berpendapat agar membiarkan mereka, sementara
Umar bin Abdullah bin Rawahah menghendaki agar mereka dibunuh. Lalu Nabi meminta
tebusan kepada mereka.
Ibnu Mas’ud berkata: Maka Allah menurunkan ayat:
‫َم اَكاَنِلَنِبٍّيَأْنَيُك وَنَلُهَأْس َر ىَح َّتىُيْثِخ َنِفياألْر ِض ُتِريُدوَنَعَرَض الُّد ْنَياَو الَّلُهُيِر يُداآلِخ َر َةَو الَّلُهَع ِز يٌز َحِكيٌم‬
“Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan
musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah
menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.” (Qs. Al Anfaal (8): 67)10

C. Kitab Tafsir al-Ijmali

a. Al-Tafsir al-Farid li Al-Qur’an al-Majid (tafsir yang Tiada Taranya untuk Al-Qur’an
yang Agung), 8 jilid dengan jumlah lebih kurang 3377 halaman.

b. Marah Labid Tafsir al-Nawawi/al-Tafsir al-munir li Ma’alim al-Tanzil (Kegembiraan


yang Melekat Tafsir al-Nawawi/ Tafsir yang Bercahaya sebagai Petunjuk Jalan Menuju
Al-Qur’an), dua jilid, karangan al-Allamah al-Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-
Bantani (1230-1314 H/1813-1879 M).

c. Kitab al-Tashil li ‘Ulum al-Tanzil (Buku Mudah untuk Ilmu-ilmu Al-Qur’an), dua jilid
dan empat juz, masing-masing terdiri sekitar 195 halaman hingga 228 halaman, susunan
Muhammad bin Ahmad bin Juzzay al-Kalbi al-Gharnathi al-Andalusi (741-792 H/1340-
1389 M).

d. Al-Tafsir al-Wadhih (Tafsir yang Jelas), buah pena Dr. Muhammad Mahmud Hijazi, tiga
jilid dengan jumlah halaman hampir 3000.

e. Tafsir Al-Qur’an al-Karim (Tafsir al-Qur’an yang Mulia), karangan Mahmud


Muhammad Hadan ‘Ulwan dan Muhammad Ahmad Barmiq, 6 jilid dengan jumlah
halaman kuranng lebih 3744.

10
Tafsir Ibnu Mas’ud, Penyusun dan Pentahqiq, Muhammad Ahmad Isawi; Penerjemah, Ali Murtadho Syahudi,
(Jakarta: PUSTAKA AZZAM, 2009), hlm. 74-75.
f. Al-Munir al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-Aziz (Komentar Singkat dalam Menafsirkan al-
Kitab yang Mulia), Karya Abi Muhammad Abd al-Haqq Athiyyah al-Gharnathi (481-541
H/1088-1146 M).

g. Fath Al-Bayan fi Maqashid Al-Qur’an (Menggali Penjelasan Tujuan-tujuan Al-Qur’an),


karangan Imam al-Mujtahis, Shiddiq Hasan Khan, jumlah halaman sekitar 4800.11

Kitab ini oleh Abd Muhyi Ali Mahfuzh dinyatakan sebagai salah satu kitab yang pantas
dijuluki sebagai salah satu mutiara yang jarang bandingannya karena isinya terlepas kisah-
kisah israilliyat, perdebatan mazhab fikih dan perbantahan kalam (teologi).Pengarangnya
berkosentrasi kepada seluruh ayat dengan menerangkan makna-maknanya dalam ungkapan
yang muda dipahami.12

D. Contoh Tafsir Ijmali Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani13

Beliau dilahirkan di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M (1230 M) dari seorang
ayah yang bernama K.H. Umar, ulama yang memimpin masjid dan pendidikan Islam dai
Tanara dan seorang ibu yang bernama Jubaidah.14 Pada tanggal 25 Syawwal 1314 H
(1897 M), beliau menghembuskan nafas terakhir pada usia 84 tahun. Ia kemudian
dimakamkan di Ma’la, dekat dengan makam Khadijah, istri Nabi. 15 Pada bulan itu pula di
Tanara, Banten hampir setiap tahun diadakan acara haul untuk memperingati wafatnya
Imam Nawawi Banten.

Dalam tafsir Nawawi surah Yusuf: Makkiyah, 111 ayat, 1976 kalimat, dan 7176
huruf. Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya orang-orang Yahudi mengajukan pertanyaan
kepada Rasulullah. Mereka berkata , “Ceritakan suatu kepada kami tentang Nabi Ya’kub
dan anaknya, juga tentang Nabi Yusuf”. Karna itu. Turunlah surah ini.

]2[ ‫]ِإَّناَأْنَز ْلَناُهُقْر آًناَع َر ِبًّياَلَع َّلُك ْم َتْع ِقُلوَن‬1[ ‫الرِتْلَك آَياُتاْلِكَتاِباْلُم ِبيِن‬
Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar
kamu memahaminya. (QS. Yusuf (12): 1-2)

Maksudnya, ayat-ayat yang diturunkan padamu dalam di dalam surah ini yang diberi alif
lam dan ra’ yaitu ayat-ayat Kitab yang jelas, yaitu Alquran yang menjelaskan antara
petunjuk dan kisah-kisah orang terdahulu.
11
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2013), hlm. 382.
12
Shiddiq Ahmad Khan, Fath al-Bayan fi Maqashid Al-Qur;an, jil. 1, al-Qahirah, (t.p), 1965, hlm. 3.
13
Hasani Ahmad Said, Studi Islam I KAJIAN ISLAM KONTEMPORER, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2016),
hlm. 178-183.
14
Mamat Salamat Burhanuddin, “Hermeneutika Al-Qur’an di Indonesia: Suatu Kajian Terhadap Kitab Tafsir Al-Munir
karya K.H. Nawawi Banten”, disertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, hlm. 25.
15
Chaidar, Sejarah Pujangga Islam: Syaikh Nawawi Al-Bantani, (Jakarta: Utama, 1979), hlm. 51.
]3[ ‫َنْح ُنَنُقُّص َع َلْيَك َأْح َس َناْلَقَصِص ِبَم اَأْو َح ْيَناِإَلْيَك َهَذ ااْلُقْر آَنَوِإْنُكْنَتِم ْنَقْبِلِهَلِم َناْلَغاِفِليَن‬

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk
orang-orang yang belum mengetahui. (QS. Yusuf (12): 3

Maksudnya, kitab tersebut didalamnya terdapat kisah Yusuf supaya kamu memahami
makna-maknanya dalam perkara agama. Dengan begitu, kamu mengetahui kisah-kisah
tersebut yang dipeloreh dari orang yang tidak mempelajari masalah kisah tersebut
merupakan mukjizat yang hanya dapat digambarkan melalui wahyu.16

Gaya penafsiran Nawawi hampir sama dengan Tafsir Jalalain, yaitu singkat dan padat.
Sebelum masuk ke panafsiran. Ia menyebutkan nama surah, kategori surah, jumlah ayat,
jumlah kalimat, dan jumlah huruf, kemudian menguraikan asbab al-nuzul.
Melihat sekilas model penafsiran Nawawi, ia menggunakan pendekatan bi al-ma’tsur,
sedangkan metode tafsirnya lebih banyak menggunakan metode ijmali, tetapi tetap tidak
mengecualikan tahlili. Selanjutnya teknik penafsirannya dimulai dengan menyebutkan
nama surah, kategori surah, jumlah ayat, jumlah kalimat, dan jumlah huruf, kemudian
menguraikan asbab al-nuzul
Pada sisi ini. Hampir tidak dijumpai aspek munasabah dalam tafsirnya. Sementara itu,
mengenai lawn ia mempunyai kecenderungan sufistik. Di samping itu, ada juga yang
menyebutkan sebagai penganut Ahlus Sunnah wa Al-Jamaah dalam bidang teologi dan
Syafi’iyah dalam bidang Fiqh.17

E. Kelebihan dan Kelemahan

Menafsirkan AL-Qur’an dengan metode ijmali (global) tampak sederhana, mudah,


praktis, dan cepat. Juga kelihatannya ialah pesan-pesan Al-Qur’an itu mudah ditangkap,
inilah tampaknya kelebihan yang sesungguhnya lebih dapat dikatakan sebagai
kesederhanaan tafsir ijmali disbandingkan tafsir metode yang lain. Adapun kelemahan
dari tafsir ijmali adalah terletak pada simplatisnya yang mengakibatkan jenis tafsir ini
terllalu dangkal, berwawasan sempit dan parsial (tidak komprehensif). Jadi jauh dari
karakter dasar dankhas Al-Qur’an yang demikian komprehensif.18

F. Kesmpulan

16
Al-Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, Marah Labid-Tafsir Al-Nawawi, hlm. 399.
17
Lihat Karya Asnawi Ahmad, “Pemahaman Shaykh Nawawi tentang Ayat Qadar dan Jabbar dalam Kitab Tafsirnya
Marah Labid”, disertasi IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1989).
18
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2013), hlm. 383
Daftar Pustaka

Muhammad, Ahsin Sakho, Kata Pengantar Buku Diskursus Munasabah Al-Qur’an: Kajian atas
Tafsir al-Misbah, dalam Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah AL-Qur’an, Jakarta: Puspita
Press, 2011.

Khalafullah, Muhammad Ahmad, al-Fann al-Qashashi fi al-Qur’an al-Karim, syarah wa al-


ta;liq oleh Khalil Abd al-Karim, Beirut, Kairo, Sina li al-Nasyr wa al-Intisyar al-Araby, 1999.
Yusuf , M. Yunan, Karakteristik Tafsir Al-Qur’an di Indonesia Abad 20, Jurnal Ulumul Qur’an,
vol. III, no. 4, 1992.

Farmawi, Abdul Hayy, Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’I, (Kairo: Dirasah Manhajiyyah


Maudhu’ iyyah, 1997.
Suma, Muhammad Amin, Ulumul Qur’an,Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2013.

Khan, Shiddiq Ahmad Khan, Fath al-Bayan fi Maqashid Al-Qur;an, jil. 1, al-Qahirah, (t.p),
1965.

Burhanuddin, Mamat Salam, “Hermeneutika Al-Qur’an di Indonesia: Suatu Kajian Terhadap


Kitab Tafsir Al-Munir karya K.H. Nawawi Banten”, disertasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2003.
.
Chaidar, Sejarah Pujangga Islam: Syaikh Nawawi Al-Bantani, Jakarta: Utama, 1979.

Ahmad, Karya Asnawi, “Pemahaman Shaykh Nawawi tentang Ayat Qadar dan Jabbar dalam
Kitab Tafsirnya Marah Labid”, disertasi IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1989).

Said, Hasani Ahmad, STUDI ISLAM I KAJIAN ISLAM KONTEMPORER, (Jakarta:


RajaGrafindo Persada, Cet 1, 2016).

Muhammad Ahmad Isawi, Ali Murtadho Syahudi, Tafsir Ibnu Mas’ud,Jakarta:PUSTAKA


AZZAM, 2009.

Anda mungkin juga menyukai