Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan
tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun secara menyeluruh, yang
mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi
perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, daya pikir,
emosional dan sosial yang tepat dan benar agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam UU NO. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa ”Pendidikan
Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Pada lembaga ini anak yang masuk PAUD/TK diperkenalkan pada
berbagai aktivitas sehingga mereka memiliki kompetensi belajar yang telah
ditetapkan, salah satu kompetensi yang diharapkan adalah kemampuan kelenturan
tubuh anak dalam Seni Tari Tradisional melalui latihan menari. Pada anak usia
TK, perkembangan kemampuan fisik anak mengalami perkembangan secara pesat
dan cepat, proses kemampuan fisik kelenturan tubuh anak berkembang secara
pesat dan cepat pada usia TK. Tumbuh kembang kemampuan fisik kelenturan
tubuh anak tentunya berhubungan dengan proses perkembangan gerak anak.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini menyangkut
pengembangan fisik kelenturan tubuh (flexibility) anak yang berkenaan dengan
Latihan Menari untuk anak usia Taman Kanak-Kanak khususnya Tari Tradisional.
Pada dasarnya anak-anak menyukai menari, maka itu untuk mengasah
kemampuan fisiknya dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk menari
bersama karena menari menuntut keseimbangan keselarasan gerak tubuh,
kekuatan dan kelenturan otot tubuh.

1
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas B Taman Kanak-
Kanak Bhayangkari 11 ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
kelenturan tubuh yang berkenaan dengan kemampuan menari yaitu : 1. Anak
belum mampu bergerak dengan keseimbangan tubuh dalam menari. 2. Anak
belum mampu menselaraskan gerak langkah kaki dengan musik.
Dalam teori tentang Seni Tari (keterampilan gerak) menari sebenarnya
bisa diatasi jika guru dapat memahami kemampuan menari yang dimiliki setiap
anak dan setiap anak mendapatkan latihan menari sejak dini. Dengan dilatihnya
anak dalam kemampuan menari tentunya perkembangan kelenturan otot tubuh
anak akan meningkat.
Berdasarkan permasalah tersebut, maka penulis ingin meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam Seni Tari untuk meningkatkan kelenturan tubuh anak
di kelas B Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Bhayangkari 11. Oleh karena itu
penulis merasa perlu melakukan kajian lebih mendalam dengan “Meningkatkan
Kelenturan Tubuh Anak Melalui Seni Tari Tradisional di Kelas B Taman Kanak-
Kanak Bhayangkari 11”. Selain meningkatkan kelenturan tubuh anak juga dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan, yaitu intelektual, bahasa, emosi,
fisik-motorik dan keterampilan anak sehingga proses belajar mengajar anak
berlangsung tidak membosankan dan menarik bagi anak.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari pembahasan masalah di atas, yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah : ”Apakah seni tari tradisonal dapat meningkatkan
kelenturan tubuh anak di kelompok B Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 11
Kabupaten Purwakarta?”.
C. Tujuan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini merupakan
pengamatan pada anak TK Bhayangkari 11 dalam meningkatkan kelenturan tubuh
melalui seni tari tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara menciptakan kelenturan tubuh anak melalui seni tari tradisional
dengan latihan menari sehingga tubuh anak dapat menari dengan baik dan benar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Seni Tari Tradisional


a. Pengertian Seni Tari Tradisional
Seni Tari Tradisional dapat diartikan sebagai : salah satu budaya yang
sangat lama dan tidak peka oleh zaman yang hidup dan berkembang pada
masyarakat tertentu sejak zaman dahulu sampai sekarang merupakan satu wujud
ekspresi manusia terhadap lingkungan dan kehidupan. Nilai-nilai kehidupan yang
ada dalam tradisi masyarakat dapat di tuangkan dalam keindahan tarian.
(Soeryodiningrat, 1986 : 2).
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi
bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan
sebagai ungkapan (Haukins, 1990 : 2).
b. Tujuan dan Fungsi
Adapun tujuan dan fungsi dari seni tari adalah mengembangkan kelenturan
tubuh anak dalam menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan
kelenturan otot, dan terjadinya koordinasi tangan dan kaki sebagai persiapan
untuk menari (Campbell dan Dickinson, 2002 : 77-96). Sejalan dengan itu di
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bidang pengembangan
kemampuan dasar yaitu fisik dapat dilihat dari hasil belajar anak yaitu : dapat
menggerakkan kelenturan tangan dan kakinya serta pinggang dan punggungnya
untuk kelenturan otot tubuhnya.
c. Langkah-Langkah Latihan Menari Seni Tari Tradisional
Adapun langkah-langkah latihan seni tari tradisional dalam latihan menari
yaitu: a. Menyiapkan media pembelajaran atau bahan ajar yang akan disampaikan
atau dilatih. b. Mengatur pembagian kelompok. c. Memberikan materi atau contoh
gerak untuk menari. d. Demonstrasi. e. Melaksanakan evaluasi. d. Kegiatan yang
dilakukan anak saat belajar menari

3
1. Anak mengikuti langkah kaki yang dicontohkan.
2. Anak melentikkan jari.
3. Anak menggerakkan kaki ke depan dan ke samping.
4. Anak menggoyangkan pinggul.
5. Anak bergerak sesuai dengan gerak yang diberikan oleh guru secara
keseluruhan.

B. Meningkatkan Kelenturan Tubuh Anak Melalui Latihan Menari Tari


Tradisional
a. Pengertian Menari
Menari adalah suatu kegiatan menggerakkan badan dengan berirama yang
diiringi dengan bunyi-bunyian atau musik (Enoch Atmadibrata, 1979 : 8).
Kemampuan menari yang dimiliki oleh seorang dipengaruhi oleh bakat dan
pengalaman, keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat
ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari.
Dengan demikian menari bukanlah sekedar menggerakkan badan melainkan
merupakan upaya untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri
individu. Kegiatan menari di TK harus memperhatikan kesiapan dan kematangan
anak, karena kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan kelenturan
tubuh anak telah matang dimana dapat terlihat dari kemampuan anak dalam
menari.
Ada dua kemampuan yang diperlukan anak dalam menari yaitu
kemampuan dalam menirukan gerak dan kemampuan anak dalam
mengekspresikan gerak. Berdasarkan pengertian menari di atas dalam penelitian
ini menari yang dimaksud adalah bergerak dengan irama dengan kelenturan tubuh
yang maksimal dengan tingkatan usia anak sebagai subjek penelitian.
b. Tahapan Kemampuan Menari
Ada 2 tahapan dalam kemampuan menari (Soedarsono, 1978) sebagai
berikut : 1. Olah tubuh dasar, yaitu tahapan untuk kelenturan otot tubuh anak, agar
terbentuk otot yang elasfisitas, sehingga memudahkan anak bergerak dalam
menari. 2. Pengenalan gerak tari, yaitu tahapan melatih gerak tari pada tahap ini

4
anak belajar tentang berbakai bentuk gerak yang akan ditampilkan dalam tarian
tersebut.
Keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat
ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari.
Adapun tujuan pendidikan tari antara lain sebagai berikut : 1. Pendidikan di dalam
mengajar keterampilan menari, guru pandai memilih gerakan yang sesuai dengan
kemampuan anak. 2. Melatih perasaan, dengan menari diharapkan anak dapat
menjiwai tarian tersebut, misalnya gerakan yang gembira ekspresi wajah akan
terlihat ceria. 3. Melatih ingatan, untuk dapat membawakan suatu tarian anak
perlu hapal gerakan-gerakannya, dengan menghafal suatu tarian daya ingat akan
terlatih. 4. Mengembangkan potensi, bagi anak yang mempunyai bakat dalam seni
tari, dengan mengikuti pelajaran-pelajaran menari secara kontinyu bakat yang
dimiliki anak akan berkembang.
c. Tahapan Kegiatan Kelenturan Tubuh
1. Kegiatan Kelenturan Tubuh
Tujuan dari pengajaran menari adalah keterampilan yaitu mampu bergerak
dengan keseimbangan untuk menjaga kekompakan dalam bentuk tarian. Langkah
yang harus dilakukan pertama-tama anak harus dapat menari dengan kelenturan
otot yang seluas-luasnya. Oleh karena itu, pengajaran menari pada tahap awal
dapat difokuskan pada cara latihan melenturkan otot dengan benar. Penguasaan
gerak merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan secara berkelanjutan,
misalnya dalam bentuk latihan tari, proses belajar pada praktek tari memerlukan
suatu latihan yang rutin sehingga dapat melatih kemampuan menyerap pelajaran
dan menguasai materi, dalam hubungan itu Saadjaah Edja (1995 : 35)
mengungkapkan “Learning is the process by which an activity originate or is
change though training to produres” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan).
2. Jenis-jenis kesulitan menari
beberapa jenis kesulitan yang dialami dalam latihan menari awal : a. Salah
melangkahkan gerak kaki b. Gerakan terlalu sulit c. Tidak dapat menselaraskan
gerak dengan musik d. Gerakan masih kaku, belum elastis e. Keseimbangan gerak

5
tidak kompak f. Tidak memiliki kekuatan gerak g. Gerak terlalau cepat Para pakar
menyarankan agar anak dapat diberi latihan untuk menari dengan cara diurutkan
berdasarkan proses perkembangan kemampuan menari dengan melatih olah tubuh
dan kelenturan otot tubuh.

3. Perkembangan Keterampilan Kelenturan Tubuh


a. Pengertian Kelenturan Tubuh
Perkembangan kelenturan tubuh (Flexibility Development) adalah
perubahan secara progresif pada otot dan kemampuan untuk melakukan gerak
yang elastis yang diperoleh melalui interaksi antar faktor kematangan
(Maturation) dan latihan (Experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat
melalui perubahan/ pergerakan yang dilakukan (Santoso, 1986 : 1). Kemampuan
bergerak dengan keseimbangan tubuh. 2) Kemampuan menselaraskan gerak
langkah kaki dengan musik. 3) Kemampuan dalam memiliki kekuatan gerak
dalam gerak sebenarnya. 4) Kemampuan mengembangkan kelenturan otot tubuh
(menurut Edi Sedyawati, 1979 : 20).
Kelenturan tubuh adalah kemampuan persendian untuk melakukan
gerakan yang seluas-luasnya (Harsono, 1988). Kelenturan pada tubuh penari
sangat diperlukan saat melakukan kegiatan menari. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelenturan meliputi antar lain : (a) sifat elastis dari otot, (b)
temperatur dingin kelenturan kurang, (c) sesudah melakukan pemanasan,
temperatur panas, kelenturan baik dan (d) unsur psikologis takut bosan dan kurang
semangat menyebebkan kelenturan berkurang. Pengembangan kelenturan dapat
dilakukan dengan latihan secara dinamis, statis atau kombinasi dari keduanya.
b. Fungsi dan Tujuan Perkembangan Kelenturan Tubuh
Dalam standar kompetensi kurikulum Taman Kanak-kanak (TK)
tercantum bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu
mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahwa, fisik/motorik, serta seni
untuk memasuki pendidikan dasar. Untuk pengembangan kemampuan dasar anak
dilihat dari kemampuan fisik/motorik, maka para guru Taman Kanak-kanak akan

6
membantu meningkatkan keterampilan fisik anak dalam hal memperkenalkan dan
melatih gerakan motorik kasar dan halus dan meningkatkan kemampuan
mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan tubuh
dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang jasmani yang kuat, sehat dan
terampil. Fungsi pengenalan keterampilan kelenturan tubuh adalah untuk
mendukung aspek pengembangan lainnya, yaitu aspek kognitif dan aspek sosial
serta aspek seni yang pada hakekatnya setiap pengembangan tidak terpisah satu
sama lain. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan gerakan yang dihasilkan
dari kemampuan mengontrol otot-otot besar. Kegiatan motorik kasar adalah :
berjalan, berlari, melompat, memanjat, menari dan sebagainya.
c. Perkembangan Kelenturan Tubuh
Dalam pengembangan kelenturan tubuh anak usia 4-6 tahun adalah
sebagai berikut : 1. Mampu mengembangkan keterampilan kelenturan tubuh yang
berhubungan dengan keterampilan gerak tubuh. 2. Mampu mengerakkan anggota
tubuh seperti kesiapan menari. 3. Mampu mengkoordinasikan gerak dan ekspresi.
4. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas kelenturan tubuh. 5. Dapat
menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot, dan
terjadinya koordinasi gerak dan ekspresi sebagai persiapan menari (Hibanas, 2002
: 38).
d. Tujuan Perkembangan Kelenturan Tubuh
Aktivitas pengembangan keterampilan kelenturan tubuh anak usia Taman
Kanak-kanak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi gerak anak.
Koordinasi antara gerak kaki dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan
permainan stimulasi misalnya permainan jalan rupa-rupa dan sebagainya.
e. Kegiatan Kelenturan Tubuh
Perkembangan gerak kelenturan tubuh anak berdasarkan usia
perkembangan anak 4-6 tahun menurut Edi Sedyawati (1979 : 31) dapat
dikembangkan sebagai berikut : 1. Peregangan otot/pemanasan 2. Melatih otot
leher 3. Meliukkan badan ke kanan dan ke kiri 4. Berdiri dengan satu kaki dengan
sikap kapal terbang 5. Split 6. Melentingkan tubuh ke belakang 7. Berdiri dengan
kedua tangan di pinggang, memiringkan pinggang ke kiri dan ke kanan 8.

7
Meluruskan kedua tangan dengan jari-jari yang saling dikaitkan. 9. Melompat-
lompat dengan keseimbangan 10. Berdiri dengan kuda-kuda 11. Berdiri tekuk
salah satu lutut kedepan 12. Kedua kaki diinjit 13. Berdiri, tekuk salah satu lutut
ke belakang 14. Senam dengan gerakan kreativitas sendiri.

C. Pembinaan Seni Tari di Sekolah


Mencermati perkembangan seni tari kita saat ini, semakin lama terasa
semakin kering dan mengalami proses ‘pendangkalan’ makna atau nilai. Banyak
pendapat yang mengatakan bahwa indikasi positif yang mempengaruhi hal ini,
adalah mulai hilangnya batas-batas budaya yang ditandai atau sering disebut
dengan globalisasi. Dalam posisi seperti ini kadang kita berada pada ambang yang
membingungkan. Ingin meninggalkan budaya yang telah diwariskan oleh nenek
moyang untuk mencari identitas budaya baru yang belum jelas akarnya, dan
hasilnya justru kita kehilangan identitas budaya sendiri. Tidak sedikit contoh yang
dapat kita saksikan dalam pertunjukan anak-anak generasi penerus kita. Mereka
senantiasa memiliki kecenderungan mengadopsi begitu saja kesenian yang
tumbuh dan berkembang dari luar lingkungannya, dengan tanpa memberikan
sentuhan kreatif baik nilai maupun wujudnya; pada akhirnya seni tari tidak
memiliki bobot serta identas yang jelas. Bila seni tari sudah mengalami
pertumbuhan semacam ini kemudian pertanyaannya dapatkah seni tari kita
memberikan kontribusi terdahap pertumbuhan kebudayaan atau bahkan peradaban
manusia
Menangkap fenomena tersebut, seharusnya Lembaga yang berwenang
terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak boleh menganggap remeh dan bahkan
acuh-tak-acuh. Bila ini dibiarkan berkembang terus, maka tak khayal bila pada
satu saat nanti generasi penerus kita akan tergilas dengan era yang bernama
globalisasi dan mereka akan kehilangan identitas. Untuk itu diperlukan upaya
pembinaan kesenian sejak dini melalui jalur Lembaga Pendidikan atau yang
disebut dengan Sekolah. Selain untuk menangkal pengaruh globalisasi, pembinaan
seni tari di sekolah tentunya sangat relevan dengan konsep pendidikan yang
sekarang dikembangkan yakni pendidikan karakter. Seni tari dan karakter adalah

8
dua hal yang sangat berhubungan bagai dua mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan demikian pembinaan seni tari di sekolah sesungguhnya
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam upaya pengembangan karakter siswa
yang berperan sebagai penerus bangsa.
Bila pembinaan seni tari dianggap penting, maka diperlukan satu konsep
yang matang dalam pelaksanaannya. Banyak lembaga apakah pemerintah, swasta,
masyarakat yang mencoba menyelenggarakan pembinaan terhadap kesenian dan
hasilnya -dianggap gagal tidak-, namun belum dapat dirasa perolehan yang
diharapkan. Demikian pula pembinaan seni tari di sekolah, banyak sekolah telah
mencoba menyelenggarakan pembinaan seni tari terhadap siswanya, namun
hasilnya masih dirasa belum maksimal. Bila banyak siswa sekolah yang
berprestasi sebetulnya hal tersebut bukan merupakan hasil dari pembinaan yang
dilakukan oleh sekolah, namun merupakan hasil pembinaan sanggar-sanggar yang
diikuti oleh siswa tersebut. Dalam tulisan ini tidak menyajikan konsep ideal untuk
pembinaan seni tari di sekolah, namun lebih memberikan umpan untuk dapat
didiskusikan lebih jauh pemasalah yang telah digambarkan di atas.
Bila kita hendak menyelenggarakan kegiatan pembinaan seni tari di
sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian:
1. Jenis Pembinaan
Pada dasarnya kegiatan yang terkait dengan lembaga pendidikan atau yang
disebut dengan sekolah biasanya ada dua jenis kegiatan pokok yakni: 1) kegiatan
yang terkait langsung dengan kurikulum, dan 2) kegiatan di luar kurikulum atau
yang sering disebut dengan ekstrakurikuler. Untuk menyelenggarakan pembinaan
seni tari di sekolah sebaiknya disesuaikan dengan karakter tersebut, karena setiap
jenis kegiatan memiliki spesifikasi arah dan sasaran yang berbeda.
a. Intrakurikler
Jenis pembinaan ini adalah jenis pembinaan yang masih lekat terkait dengan
pembelajaran dalam kurikulum sekolah. Sifatnya lebih pada pendalaman atau
pengkayaan materi yang disampaikan di kelas, misalnya mengajak siswa untuk
menyaksikan pertunjukan dengan tujuan memberi materi apresiasi anak terhadap
pertunjukan yang dimaksud, kemudian terlibat langsung pada proses kreatif di

9
sebuah sanggar seni tari, berdiskusi tentang sebuah karya seni tari, dan lain
sebagainya. Kegiatan ini dapat diikuti oleh semua siswa tanpa terkecuali, dan pada
intinya arah kegiatan ini ditekankan untuk pengembangan ranah kognisi dan
afeksi anak.
b. Ekstrakurikuler
Jenis pembinaan ini adalah jenis pembinaan yang bertujuan untuk mengembangan
talenta para siswa di sekolah. Pembinaan jenis ini lebih mengutamakan materi
yang tidak atau belum terjangkau dalam kurikulum sekolah. Oleh karenanya
kegiatan pembinaan, lebih menekankan pada pengkayaan materi seni tari,
ketrampilan teknik, penguasaan ekspresi atau mengungkap, serta kesadaran
estetik. Siswa lebih dipersiapkan secara optimal sebagai pelaku seni tari yang
kreatif dan berprestasi. Dalam pembinaan jenis ini, tidak harus semua siswa
dipaksakan mengikutinya. Pada intinya arah kegiatan ini lebih ditekankan untuk
pengembangan ranah psikomotor dan afeksi.
2. Berbagai Kebutuhan Dalam Pembinaan Seni Tari di Sekolah
Agar pembinaan seni tari di sekolah lebih tepat sasaran dan tepat guna, maka
sebaiknya dirancang dengan memperhatikan berbagai kebutuhan yang diperlukan
dalam pembinanan:
a. Menyediakan infrastruktur terkait dengan karakter pembinaan
Idealnya pembinaan seni tari disekolah diawali dengan menyediakan berbagai
kebutuhan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan, misalnya menyediakan
infrastruktur seperti gedung atau ruang berlatih, berapresiasi, atau berekprsi,
berbagai media yang digunakan dalam kegiatan, serta peralatan elektronik lainya.
Hal ini sangat tergantung dari asing-masing karakter lingkungannya.
b. Memilih materi yang tepat
Memilih materi serta instruktur yang tepat akan mempermudah proses komunikasi
serta capaian yang tepat dalam sasaran. Materi yang kurang tepat akan
menyebabkan pengaruh terhadap psikologi dan kesulitan menangkap persoalan.
Demikian pula bila instruktur kurang paham terhadap dunia anak akan
menyebabkan kurang lancarnya proses komunikasi dalam pembinaan.

10
Membedakan materi antara jenis pembinaan di bidang intrakurikuler dan
ekstrakurikuler penting dilakukan agar arah capaian pembinaan dapat diketahui
dan dievaluasi
c. Memilih metode pembinaan
Metode pembinaan sebaiknya juga didesain sedemikian rupa agar proses
penyampaian materi dapat berjalan secara efektif, efisien sesuai dengan
perkembangan psikologi anak.
d. Membuat sistem kelas berdasar tingkat kualitas
Sebaiknya pembinaan seni di sekolah dibuat dalam kelas atau kelompok belajar
berdasar tingkat kualitas yang setara. Hal ini supaya pertumbuhan atau
perkembanganan peserta dalam pembinaan dapat berkembang bersama-sama
tanpa ada yang tertinggal.
e. Memilih materi disesuaikan dengan karakter siswa
Pemilihan materi sebaiknya disesuaikan dengan perkembagan psikologi anak
dalam bentuk yang menyenangkan.
f. Medesain kegiatan dalam pembinaan seni atas dasar kaidah-kaidah
manajemen yang baik, misalnya dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
kontrol, dan sebagainya
3. Pola Pembinaan Seni di Sekolah
Tampaknya hal ini agak berlebihan bila dalam pembinaan seni di sekolah
harus dibangun dalam atau melalui bentuk visi dan misi. Namun apapun
alasannya konsep pembinaan seni di sekolah juga harus bermuatan paling tidak
tujuan yang ingin digapai. Masing-masing lingkungan akan menentukan tujuan
yang relatif tidak dapat disamakan dengan lingkungan lainnya. Hal ini sangat
bergantung pada tingkat problematiknya sendiri-sendiri, dan hal ini juga akan
melahirkan bentuk pembinaannya sendiri-sendiri.
Setelah menentukan tujuan, maka perlu kita tentukan konsep untuk
mencapai tujuan yang hendak diraih. Konsep tentang pola pelaksanaan terpadu
untuk membangun keberhasilan pembinaan sangat diperlukan keberadaanya,
misal: pola pembinaan yang strategis, Sinergis, terarah, terkendali, dan terukur.
Bila pola terpadu semacam ini diakukan secara seirus tampaknya akan semakin

11
memberikan peluang terhadap keberhasilan pembinaan seni di sekolah. Pola
strategis akan memberikan dampak terhadap kesadaran tepat sasaran dan tetap
guna sehingga efektivitas dan efisiensi akan tercipta.
Pola sinergis adalah pola yang melibatkan semua komponen terkait dalam
pembinaan seni disekolah, sehingga dapat meberikan kekuatan atas kelemahan-
kelemahan yang terjadi. Pola yang terarah, berarti seluruh kegiatan dilakukan
dengan konsep yang jelas berkait dengan arah tujuan yang hendak dicapai. Pola
terkendali, adalah pola yang terkait dengan pengendalian terhadap kelemahan atau
hal-hal yang jauh dari harapan pembinaan; sedangkan pola terukur, adalah pola
penentuan kegiatan yang dapat diukur melalui capaian-capaian dari sebuah
program.
Tidak semua sekolah di sekitar kita sudah memiliki atau bahkan
menjalankan konsep pembinaan seni tari yang ideal untuk para siswanya. Hal ini
sangat bergantung pada pemahaman pengambil kebijakan (Kepala Sekolah, Guru,
atau pemuka masyarakat dan lingkungan) terhadap kemanfaatan seni tari bagi
siswanya. Akibat sistem pendidikan yang memberlakukan Ujian Nasional sebagai
standar kelulusan, maka hampir seluruh sekolah mengkonsentrasikan kegiatannya
hanya untuk memenuhi target kelulusan siswanya. Sebab bila ada sekolah yang
siswanya banyak tidak lulus dalam ujian tersebut, maka kondite pengelola atau
bahkan lembaganya beresiko mendapat cemo’ohan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat sendiri. Hal inilah yang kemudian tidak sedikit sekolah-sekolah
melakukan atau bahkan menghalalkan perilaku curang untuk menyikapi persoalan
tersebut, dan parahnya seni tari pun dianggap sebagai hal yang tidak punya peran
penting dalam upaya membangun kecerdasan anak didiknya.
Bila kita cermati, maka sesungguhnya pendidikan seni tari sangatlah
dibutuhkan dalam upaya membentuk perilaku atau karakter siswa yang lebih
cerdas dan beradab. Kecerdasan spiritual misalnya, dapat dilakukan melalui
kajian-kajian makna serta filosofis dari sebuah produk seni tari; kecerdasan
intelektual bisa kita bangun melalui kajian-kajian kesejarahan, pengetahuan,
komposisi, dalam sebuah karya seni tari; kecerdasan emosional dapat diberikan
pada siswa melalui proses kreatif, apresiasi, kerja produksi, dan sebagainya;

12
adapun kecerdasan kinestetik tentunya dapat dilihat ketika siswa melakukan
aktivitas berkesenian.
Selain dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai kecerdasan tersebut,
pembinaan seni tari di sekolah dapat memberikan andil kepada pembentukan
karakter, pelestarian serta pengembangan budaya, menciptakan ruang berekspresi
yang pada akhirnya akan memeperkokoh tumbuhkembangnya kualitas
kebudayaan kita.

13
BAB III
KESIMPULAN

Pembinaan seni bukanlah pembinaan yang sifatnya instan, yang secara


langsung dapat dinikamati hasilnya. Kegiatan ini lebih merupakan kegiatan yang
bernuansa investasi jangka panjang. Tidak sedikit orang atau bahkan kepala
sekolah yang paham tentang hal ini, seolah mereka selalu segera ingin tahu atau
bahkan menuntut hasil dari pembinaan seni yang dilakukan. Bagaimana mungkin
baru empat tahun memberi kesempatan kegiatan pembinaan sudah menuntut hasil
yang dapat dirasakan.
Sisi lain yang menjadi konsekuensi logis bila kita akan mengadakan
kegiatan pembinaan adalah masalah finansial. Selain itu aspek material lain yang
terkait dengan sistem atau pola pembinaan juga menjadi beban bagi
penyelenggaraanya, misalnya sarana prasarana, pembina yang potensial, materi
yang relevan, dan sebagainya. Banyak pula sekolah yang berkenhedak untuk
menyelenggarakan pembinaan seni tari di sekolah namun terkendali dengan
keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki seperti hal tes ebut.
Sikap, kepedulian, atau suporting merupakan sisi lain yang juga menjadi
konsekuensi logis dalam menyelenggarakan pembinaan seni tari di sekolah.
Tentunya dibutuhkan pembina-pembina yang memiliki dedikasi serta loyalitas
tinggi. Sikap peduli atau suporting ini harus dimiliki oleh semua kalangan atau
unsur yang merupakan elemen terkait dari sekolah tersebut.
Akhirnya pembinaan seni tari di sekolah perlu dilakukan dalam rangka
turut membangun berbagai kecerdasan para siswa yang berkarakter. Selain itu
pembinaan seni tari diperlukan juga untuk membangun identitas siswa sebagai
generasi penerus bangsa yang berkarakter. Langkah-langkah strategis, sinergis,
terarah, terkendali, dan terukur adalah pola pembinaan yang akan membantu
keberhasilan optimal dalam pembinaan seni tari di sekolah. Walaupun demikian
ada berbagai konsekuensi logis yang harus kita tanggung dalam melaksanakan
pembinaan seni tari di sekolah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Einon, D. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak Usia 2-6 tahun. Jakarta:
Erlangga.

Hurlock, E. B. (1991). Perkembangan Anak Jilid 1 (Alih Bahasa: Meitasari


Tjandrasa dan Muslichach Zarkasih). Jakarta : Erlangga

Kurniawati. (2010). Main Yuk! 30 Permainan Tradisional Jawa Barat. Bandung:


PG PAUD UPI.

Megawangi, R., Dona, R., dkk. (2005). Pendidikan yang Patut dan
Menyenangkan: Penerapan Teori Developmentally Appropriate Practices
(DAP). Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:


Rineka Cipta

Musfiroh, T. (2008). Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan, Jakarta:


Depdiknas

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R.I. No. 58 Tahun 2009. (2009). Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasiona-
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar & Menengah-Direktorat
Pembinaan TK dan SD.

Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Suyanto, S. (2005). Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:


Hikayat.

Tedjasaputra. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan untuk Pendidikan Usia


Dini. Jakarta: PT Grasindo

Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:Remaja


Rosdakarya

15

Anda mungkin juga menyukai