Makalah Seni Tari B Ati
Makalah Seni Tari B Ati
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas B Taman Kanak-
Kanak Bhayangkari 11 ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
kelenturan tubuh yang berkenaan dengan kemampuan menari yaitu : 1. Anak
belum mampu bergerak dengan keseimbangan tubuh dalam menari. 2. Anak
belum mampu menselaraskan gerak langkah kaki dengan musik.
Dalam teori tentang Seni Tari (keterampilan gerak) menari sebenarnya
bisa diatasi jika guru dapat memahami kemampuan menari yang dimiliki setiap
anak dan setiap anak mendapatkan latihan menari sejak dini. Dengan dilatihnya
anak dalam kemampuan menari tentunya perkembangan kelenturan otot tubuh
anak akan meningkat.
Berdasarkan permasalah tersebut, maka penulis ingin meningkatkan
kualitas pembelajaran dalam Seni Tari untuk meningkatkan kelenturan tubuh anak
di kelas B Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Bhayangkari 11. Oleh karena itu
penulis merasa perlu melakukan kajian lebih mendalam dengan “Meningkatkan
Kelenturan Tubuh Anak Melalui Seni Tari Tradisional di Kelas B Taman Kanak-
Kanak Bhayangkari 11”. Selain meningkatkan kelenturan tubuh anak juga dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan, yaitu intelektual, bahasa, emosi,
fisik-motorik dan keterampilan anak sehingga proses belajar mengajar anak
berlangsung tidak membosankan dan menarik bagi anak.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari pembahasan masalah di atas, yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah : ”Apakah seni tari tradisonal dapat meningkatkan
kelenturan tubuh anak di kelompok B Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 11
Kabupaten Purwakarta?”.
C. Tujuan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penelitian ini merupakan
pengamatan pada anak TK Bhayangkari 11 dalam meningkatkan kelenturan tubuh
melalui seni tari tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara menciptakan kelenturan tubuh anak melalui seni tari tradisional
dengan latihan menari sehingga tubuh anak dapat menari dengan baik dan benar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Anak mengikuti langkah kaki yang dicontohkan.
2. Anak melentikkan jari.
3. Anak menggerakkan kaki ke depan dan ke samping.
4. Anak menggoyangkan pinggul.
5. Anak bergerak sesuai dengan gerak yang diberikan oleh guru secara
keseluruhan.
4
anak belajar tentang berbakai bentuk gerak yang akan ditampilkan dalam tarian
tersebut.
Keterampilan menari diberikan kepada anak yang mempunyai bakat
ataupun tidak yang penting mereka memiliki minat dan motivasi untuk menari.
Adapun tujuan pendidikan tari antara lain sebagai berikut : 1. Pendidikan di dalam
mengajar keterampilan menari, guru pandai memilih gerakan yang sesuai dengan
kemampuan anak. 2. Melatih perasaan, dengan menari diharapkan anak dapat
menjiwai tarian tersebut, misalnya gerakan yang gembira ekspresi wajah akan
terlihat ceria. 3. Melatih ingatan, untuk dapat membawakan suatu tarian anak
perlu hapal gerakan-gerakannya, dengan menghafal suatu tarian daya ingat akan
terlatih. 4. Mengembangkan potensi, bagi anak yang mempunyai bakat dalam seni
tari, dengan mengikuti pelajaran-pelajaran menari secara kontinyu bakat yang
dimiliki anak akan berkembang.
c. Tahapan Kegiatan Kelenturan Tubuh
1. Kegiatan Kelenturan Tubuh
Tujuan dari pengajaran menari adalah keterampilan yaitu mampu bergerak
dengan keseimbangan untuk menjaga kekompakan dalam bentuk tarian. Langkah
yang harus dilakukan pertama-tama anak harus dapat menari dengan kelenturan
otot yang seluas-luasnya. Oleh karena itu, pengajaran menari pada tahap awal
dapat difokuskan pada cara latihan melenturkan otot dengan benar. Penguasaan
gerak merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan secara berkelanjutan,
misalnya dalam bentuk latihan tari, proses belajar pada praktek tari memerlukan
suatu latihan yang rutin sehingga dapat melatih kemampuan menyerap pelajaran
dan menguasai materi, dalam hubungan itu Saadjaah Edja (1995 : 35)
mengungkapkan “Learning is the process by which an activity originate or is
change though training to produres” (Belajar adalah proses yang melahirkan atau
mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan).
2. Jenis-jenis kesulitan menari
beberapa jenis kesulitan yang dialami dalam latihan menari awal : a. Salah
melangkahkan gerak kaki b. Gerakan terlalu sulit c. Tidak dapat menselaraskan
gerak dengan musik d. Gerakan masih kaku, belum elastis e. Keseimbangan gerak
5
tidak kompak f. Tidak memiliki kekuatan gerak g. Gerak terlalau cepat Para pakar
menyarankan agar anak dapat diberi latihan untuk menari dengan cara diurutkan
berdasarkan proses perkembangan kemampuan menari dengan melatih olah tubuh
dan kelenturan otot tubuh.
6
membantu meningkatkan keterampilan fisik anak dalam hal memperkenalkan dan
melatih gerakan motorik kasar dan halus dan meningkatkan kemampuan
mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan tubuh
dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang jasmani yang kuat, sehat dan
terampil. Fungsi pengenalan keterampilan kelenturan tubuh adalah untuk
mendukung aspek pengembangan lainnya, yaitu aspek kognitif dan aspek sosial
serta aspek seni yang pada hakekatnya setiap pengembangan tidak terpisah satu
sama lain. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan gerakan yang dihasilkan
dari kemampuan mengontrol otot-otot besar. Kegiatan motorik kasar adalah :
berjalan, berlari, melompat, memanjat, menari dan sebagainya.
c. Perkembangan Kelenturan Tubuh
Dalam pengembangan kelenturan tubuh anak usia 4-6 tahun adalah
sebagai berikut : 1. Mampu mengembangkan keterampilan kelenturan tubuh yang
berhubungan dengan keterampilan gerak tubuh. 2. Mampu mengerakkan anggota
tubuh seperti kesiapan menari. 3. Mampu mengkoordinasikan gerak dan ekspresi.
4. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas kelenturan tubuh. 5. Dapat
menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kelenturan otot, dan
terjadinya koordinasi gerak dan ekspresi sebagai persiapan menari (Hibanas, 2002
: 38).
d. Tujuan Perkembangan Kelenturan Tubuh
Aktivitas pengembangan keterampilan kelenturan tubuh anak usia Taman
Kanak-kanak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi gerak anak.
Koordinasi antara gerak kaki dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan
permainan stimulasi misalnya permainan jalan rupa-rupa dan sebagainya.
e. Kegiatan Kelenturan Tubuh
Perkembangan gerak kelenturan tubuh anak berdasarkan usia
perkembangan anak 4-6 tahun menurut Edi Sedyawati (1979 : 31) dapat
dikembangkan sebagai berikut : 1. Peregangan otot/pemanasan 2. Melatih otot
leher 3. Meliukkan badan ke kanan dan ke kiri 4. Berdiri dengan satu kaki dengan
sikap kapal terbang 5. Split 6. Melentingkan tubuh ke belakang 7. Berdiri dengan
kedua tangan di pinggang, memiringkan pinggang ke kiri dan ke kanan 8.
7
Meluruskan kedua tangan dengan jari-jari yang saling dikaitkan. 9. Melompat-
lompat dengan keseimbangan 10. Berdiri dengan kuda-kuda 11. Berdiri tekuk
salah satu lutut kedepan 12. Kedua kaki diinjit 13. Berdiri, tekuk salah satu lutut
ke belakang 14. Senam dengan gerakan kreativitas sendiri.
8
dua hal yang sangat berhubungan bagai dua mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan demikian pembinaan seni tari di sekolah sesungguhnya
memiliki fungsi yang sangat strategis dalam upaya pengembangan karakter siswa
yang berperan sebagai penerus bangsa.
Bila pembinaan seni tari dianggap penting, maka diperlukan satu konsep
yang matang dalam pelaksanaannya. Banyak lembaga apakah pemerintah, swasta,
masyarakat yang mencoba menyelenggarakan pembinaan terhadap kesenian dan
hasilnya -dianggap gagal tidak-, namun belum dapat dirasa perolehan yang
diharapkan. Demikian pula pembinaan seni tari di sekolah, banyak sekolah telah
mencoba menyelenggarakan pembinaan seni tari terhadap siswanya, namun
hasilnya masih dirasa belum maksimal. Bila banyak siswa sekolah yang
berprestasi sebetulnya hal tersebut bukan merupakan hasil dari pembinaan yang
dilakukan oleh sekolah, namun merupakan hasil pembinaan sanggar-sanggar yang
diikuti oleh siswa tersebut. Dalam tulisan ini tidak menyajikan konsep ideal untuk
pembinaan seni tari di sekolah, namun lebih memberikan umpan untuk dapat
didiskusikan lebih jauh pemasalah yang telah digambarkan di atas.
Bila kita hendak menyelenggarakan kegiatan pembinaan seni tari di
sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian:
1. Jenis Pembinaan
Pada dasarnya kegiatan yang terkait dengan lembaga pendidikan atau yang
disebut dengan sekolah biasanya ada dua jenis kegiatan pokok yakni: 1) kegiatan
yang terkait langsung dengan kurikulum, dan 2) kegiatan di luar kurikulum atau
yang sering disebut dengan ekstrakurikuler. Untuk menyelenggarakan pembinaan
seni tari di sekolah sebaiknya disesuaikan dengan karakter tersebut, karena setiap
jenis kegiatan memiliki spesifikasi arah dan sasaran yang berbeda.
a. Intrakurikler
Jenis pembinaan ini adalah jenis pembinaan yang masih lekat terkait dengan
pembelajaran dalam kurikulum sekolah. Sifatnya lebih pada pendalaman atau
pengkayaan materi yang disampaikan di kelas, misalnya mengajak siswa untuk
menyaksikan pertunjukan dengan tujuan memberi materi apresiasi anak terhadap
pertunjukan yang dimaksud, kemudian terlibat langsung pada proses kreatif di
9
sebuah sanggar seni tari, berdiskusi tentang sebuah karya seni tari, dan lain
sebagainya. Kegiatan ini dapat diikuti oleh semua siswa tanpa terkecuali, dan pada
intinya arah kegiatan ini ditekankan untuk pengembangan ranah kognisi dan
afeksi anak.
b. Ekstrakurikuler
Jenis pembinaan ini adalah jenis pembinaan yang bertujuan untuk mengembangan
talenta para siswa di sekolah. Pembinaan jenis ini lebih mengutamakan materi
yang tidak atau belum terjangkau dalam kurikulum sekolah. Oleh karenanya
kegiatan pembinaan, lebih menekankan pada pengkayaan materi seni tari,
ketrampilan teknik, penguasaan ekspresi atau mengungkap, serta kesadaran
estetik. Siswa lebih dipersiapkan secara optimal sebagai pelaku seni tari yang
kreatif dan berprestasi. Dalam pembinaan jenis ini, tidak harus semua siswa
dipaksakan mengikutinya. Pada intinya arah kegiatan ini lebih ditekankan untuk
pengembangan ranah psikomotor dan afeksi.
2. Berbagai Kebutuhan Dalam Pembinaan Seni Tari di Sekolah
Agar pembinaan seni tari di sekolah lebih tepat sasaran dan tepat guna, maka
sebaiknya dirancang dengan memperhatikan berbagai kebutuhan yang diperlukan
dalam pembinanan:
a. Menyediakan infrastruktur terkait dengan karakter pembinaan
Idealnya pembinaan seni tari disekolah diawali dengan menyediakan berbagai
kebutuhan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan, misalnya menyediakan
infrastruktur seperti gedung atau ruang berlatih, berapresiasi, atau berekprsi,
berbagai media yang digunakan dalam kegiatan, serta peralatan elektronik lainya.
Hal ini sangat tergantung dari asing-masing karakter lingkungannya.
b. Memilih materi yang tepat
Memilih materi serta instruktur yang tepat akan mempermudah proses komunikasi
serta capaian yang tepat dalam sasaran. Materi yang kurang tepat akan
menyebabkan pengaruh terhadap psikologi dan kesulitan menangkap persoalan.
Demikian pula bila instruktur kurang paham terhadap dunia anak akan
menyebabkan kurang lancarnya proses komunikasi dalam pembinaan.
10
Membedakan materi antara jenis pembinaan di bidang intrakurikuler dan
ekstrakurikuler penting dilakukan agar arah capaian pembinaan dapat diketahui
dan dievaluasi
c. Memilih metode pembinaan
Metode pembinaan sebaiknya juga didesain sedemikian rupa agar proses
penyampaian materi dapat berjalan secara efektif, efisien sesuai dengan
perkembangan psikologi anak.
d. Membuat sistem kelas berdasar tingkat kualitas
Sebaiknya pembinaan seni di sekolah dibuat dalam kelas atau kelompok belajar
berdasar tingkat kualitas yang setara. Hal ini supaya pertumbuhan atau
perkembanganan peserta dalam pembinaan dapat berkembang bersama-sama
tanpa ada yang tertinggal.
e. Memilih materi disesuaikan dengan karakter siswa
Pemilihan materi sebaiknya disesuaikan dengan perkembagan psikologi anak
dalam bentuk yang menyenangkan.
f. Medesain kegiatan dalam pembinaan seni atas dasar kaidah-kaidah
manajemen yang baik, misalnya dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
kontrol, dan sebagainya
3. Pola Pembinaan Seni di Sekolah
Tampaknya hal ini agak berlebihan bila dalam pembinaan seni di sekolah
harus dibangun dalam atau melalui bentuk visi dan misi. Namun apapun
alasannya konsep pembinaan seni di sekolah juga harus bermuatan paling tidak
tujuan yang ingin digapai. Masing-masing lingkungan akan menentukan tujuan
yang relatif tidak dapat disamakan dengan lingkungan lainnya. Hal ini sangat
bergantung pada tingkat problematiknya sendiri-sendiri, dan hal ini juga akan
melahirkan bentuk pembinaannya sendiri-sendiri.
Setelah menentukan tujuan, maka perlu kita tentukan konsep untuk
mencapai tujuan yang hendak diraih. Konsep tentang pola pelaksanaan terpadu
untuk membangun keberhasilan pembinaan sangat diperlukan keberadaanya,
misal: pola pembinaan yang strategis, Sinergis, terarah, terkendali, dan terukur.
Bila pola terpadu semacam ini diakukan secara seirus tampaknya akan semakin
11
memberikan peluang terhadap keberhasilan pembinaan seni di sekolah. Pola
strategis akan memberikan dampak terhadap kesadaran tepat sasaran dan tetap
guna sehingga efektivitas dan efisiensi akan tercipta.
Pola sinergis adalah pola yang melibatkan semua komponen terkait dalam
pembinaan seni disekolah, sehingga dapat meberikan kekuatan atas kelemahan-
kelemahan yang terjadi. Pola yang terarah, berarti seluruh kegiatan dilakukan
dengan konsep yang jelas berkait dengan arah tujuan yang hendak dicapai. Pola
terkendali, adalah pola yang terkait dengan pengendalian terhadap kelemahan atau
hal-hal yang jauh dari harapan pembinaan; sedangkan pola terukur, adalah pola
penentuan kegiatan yang dapat diukur melalui capaian-capaian dari sebuah
program.
Tidak semua sekolah di sekitar kita sudah memiliki atau bahkan
menjalankan konsep pembinaan seni tari yang ideal untuk para siswanya. Hal ini
sangat bergantung pada pemahaman pengambil kebijakan (Kepala Sekolah, Guru,
atau pemuka masyarakat dan lingkungan) terhadap kemanfaatan seni tari bagi
siswanya. Akibat sistem pendidikan yang memberlakukan Ujian Nasional sebagai
standar kelulusan, maka hampir seluruh sekolah mengkonsentrasikan kegiatannya
hanya untuk memenuhi target kelulusan siswanya. Sebab bila ada sekolah yang
siswanya banyak tidak lulus dalam ujian tersebut, maka kondite pengelola atau
bahkan lembaganya beresiko mendapat cemo’ohan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat sendiri. Hal inilah yang kemudian tidak sedikit sekolah-sekolah
melakukan atau bahkan menghalalkan perilaku curang untuk menyikapi persoalan
tersebut, dan parahnya seni tari pun dianggap sebagai hal yang tidak punya peran
penting dalam upaya membangun kecerdasan anak didiknya.
Bila kita cermati, maka sesungguhnya pendidikan seni tari sangatlah
dibutuhkan dalam upaya membentuk perilaku atau karakter siswa yang lebih
cerdas dan beradab. Kecerdasan spiritual misalnya, dapat dilakukan melalui
kajian-kajian makna serta filosofis dari sebuah produk seni tari; kecerdasan
intelektual bisa kita bangun melalui kajian-kajian kesejarahan, pengetahuan,
komposisi, dalam sebuah karya seni tari; kecerdasan emosional dapat diberikan
pada siswa melalui proses kreatif, apresiasi, kerja produksi, dan sebagainya;
12
adapun kecerdasan kinestetik tentunya dapat dilihat ketika siswa melakukan
aktivitas berkesenian.
Selain dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai kecerdasan tersebut,
pembinaan seni tari di sekolah dapat memberikan andil kepada pembentukan
karakter, pelestarian serta pengembangan budaya, menciptakan ruang berekspresi
yang pada akhirnya akan memeperkokoh tumbuhkembangnya kualitas
kebudayaan kita.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. dkk. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Einon, D. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak Usia 2-6 tahun. Jakarta:
Erlangga.
Megawangi, R., Dona, R., dkk. (2005). Pendidikan yang Patut dan
Menyenangkan: Penerapan Teori Developmentally Appropriate Practices
(DAP). Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R.I. No. 58 Tahun 2009. (2009). Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasiona-
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar & Menengah-Direktorat
Pembinaan TK dan SD.
15