OLEH :
RESKY BUDIANTY
NIM : 70400112014
JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2015
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini benar adalah hasil karya
penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat,
tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya maka Karya
Tulis Ilmiah (KTI) dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Penyusun
RESKY BUDIANTY
NIM : 70400112014
ii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
Nim : 70400112014
Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
diajukan pada Seminar Hasil tanggal 04 november 2015 Program Studi DIII
Alauddin Makassar.
Pembimbing
FIRDAYANTY
Nip : 19850228 201101 2 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
DEWAN PENGUJI
Sekretaris : (……………………….)
Mengetahui :
Dekan Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
iv
KATA PENGANTAR
حم ِن ال هرِح ِيم ِبِس ِم ه
َٰ ْ اَّلل ال هر ْ
Demi nama Allah yang Maha Besar dan Maha Mengasihi, dan dengan segala
ni’mat serta keridhoan yang Allah berikan, penulis memanjatkan rasa syukur yang
sebesar-besarnya serta pujian yang tiada terhingga karena hanya dengan petunjuk,
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
dengan baik meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dan dengan
kesesatan, memberikan contoh yang baik untuk semua hamba Allah sehingga
semua hamba dapat bertaqarrub dengan-Nya, penulis haturkan shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Gambaran Peran
Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sejumlah tantangan
tersebut dapat teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
1. Kedua orangtua tercinta, Ayah H. Abd. Rahim dan Ibunda Hj. Hamsinah
baik lahiriah maupun batiniah serta kekhusu’an do’a yang selalu terucap
v
dalam tiap sujud beliau untuk penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan
2. Bapak Prof. Dr. Musafir Pababbari, MAg selaku rektor UIN Alauddin
Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III dan seluruh staf administrasi yang
4. Ibu Hj. Sitti Saleha, S.SiT.,SKM.,M.Keb, selaku ketua prodi kebidanan yang
vi
khususnya dalam bidang keagamaan sehingga penulis dapat menyelesaikan
8. Para dosen dan seluruh staf UIN Alauddin terkhusus pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah berjasa mengajar dan mendidik
9. Ibu bidan Margaretha S, S.ST selaku kepala ruangan ANC yang telah
10. Para bidan beserta kader Puskesmas Samata yang telah memberikan izin
angkatan 2012 yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang juga
vii
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini. Oleh karena itu
dengan rendah hati penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
Ilmiah ini.
bantuan yang telah diberikan kepada penulis mempunyai nilai ibadah disisi Allah
SWT. Dan semoga Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sederhana ini dapat
RESKY BUDIANTY
NIM: 70400112014
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………. xi
ix
F. Alur penelitian……………………………………………………….. 43
G. Metode Pengumpulan Data ………………………………………… 44
H. Pengolaan Data Analisa data………………………………………... 45
A. Hasil Penelitian………………………………………………………… 47
B. Pembahasan…………………………………………………………… 53
A. Kesimpulan …………………………………………………………. 84
B. Saran ………………………………………………………………… 85
x
ABSTRAK
Nama Penyusun : Resky Budianty
NIM : 70400112014
Pembimbing : Firdayanti
Judul : GAMBARAN PERAN SUAMI DALAM
MENGATUR JARAK KEHAMILAN DI
PUSKESMAS GOWA TAHUN 2015
Kehamilan merupakan saat yang paling tepat untuk saling berbagi dan
merencanakan apa yang akan dilakukan sebagai calon orangtua. Upaya
perencanaan dalam keluarga yakni menentukan jumlah anak dan jarak
kehamilannya merupakan hal yang umum dilakukan. Kesadaran akan pentingnya
perencanaan keluarga ini biasanya dikaitkan dengan konsep perencanaan
keluarga, spiritual maupun finansial dalam menata masa depan anak-anak mereka.
Peran suami dalam memantapkan dan melaksanakan program KB sangat penting,
karena suami merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya program itu sendiri,
karena program KB bertujuan untuk keluarga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran suami dalam
mengatur jarak kehamilan istri. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Samata Kabupaten Gowa pada bulan Maret
sampai Mei 2015. Jumlah sampel sebanyak 54 suami yang memiliki istri hamil
dengan GII yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas Samata. Pengambilan
sampel yang digunakan yaitu dengan tekhnik purposive sampling. Pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan
analisis deskriptif univariat..
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
peranan yang mendukung dalam mengatur jarak kehamilan istri yaitu sebanyak 42
orang (77,8%), Berdasarkan pekerjaan, mayoritas responden yang bekerja sebagai
wiraswasta (57,4%) dan PNS (20,4%) mendukung dalam mengatur jarak
kehamilan istri. Berdasarkan pendidikan, mayoritas responden yang memiliki
pendidikan terakhir dalam kategori tinggi (75,9%) mendukung dalam mengatur
jarak kehamilan istri. Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden yang
memiliki jumlah anak ≤ 2 orang (51,9%) mendukung dalam mengatur jarak
kehamilan istri.
Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan khusunya bidan agar dapat
meningkatkan pendidikan kesehatan dan motivasi tentang pengaturan jarak
kehamilan yang aman agar pasangan suami istri dapat mengatur jarak kehamilan
yang ideal guna mencapai keluarga yang sejahtera.
xi
ABSTRAC
Author : Resky Budianty
NIM : 70400112014
Supervisor : Firdayanti
Title : DESCRIPTION OF HUSBAND'S ROLE IN
MANAGING OF PREGNANCY SPACING IN
PUSKESMAS GOWA 2015
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jarak kehamilan yang dianjurkan pada ibu hamil yang ideal dihitung
dari sejak persalinan ibu hingga akan memasuki masa hamil selanjutnya yaitu 2-
berpengaruh pada ibu dan anak. Apalagi bagi anda yang mengalami operasi
menyebutkan bahwa anak-anak yang dilahirkan 2-5 tahun setelah kelahiran anak
sebelumnya, memiliki kemungkinan hidup sehat 2,5 kali lebih tinggi dari pada
yang berjarak kelahiran kurang dari 2 tahun, maka jarak kehamilan yang aman
pertama yang rendah lebih dominan pada wanita berpendidikan rendah, wanita
tidak efektif dan wanita yang tidak aktif dalam pasar kerja. Berdasarkan hasil
waktu kerja dan menghambat peningkatan karier. Pada kondisi ini,wanita yang
pegasuhan anak. Seorang istri yang aktif dalam pekerjaan akan kehilangan
leisure time apabila mempunyai anak, yakni kehilangan waktu yang bebas
bahwa peningkatan pendidikan dan status wanita justru mengubah tata nilai dan
dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat. (Masyhuri, 2007: 123)
3
dunia terjadi lebih dari 100x sanggama setiap harinya dan terjadi 1 juta
kelahiran baru per hari dimana 50% diantaranya tidak direncanakan dan 25 %
tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus provokatus yang terjadi per hari,
50.000 di ataranya abortus illegal dan lebih dari 500 perempuan meninggal
untuk ibu dan anak, adalah antara 20-30 tahun sedangkan persalinan pertama
dan kedua paling rendah resikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2-4
tahun.
penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa dan merupakan
Amerika serikat. Ini berarti bahwa setiap tahun selama periode 2000-2010,
jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika dianalogika ke bulan, maka
Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan
Dokumen dari yunani kuno penduduk sejak zaman dulu kala. Salah satu
contoh rakyat cina yang terkenal dengan kebijakannya ‘ satu anak cukup’.
2011: 1)
beban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah
ekonomi dan hayat hidup. b). Aspek pemenuhan gizi, kemampuan ekonomi
yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan yang dibutuhkan
baik jumlah makanan (kuantatif) sehingga dampak lebih lanjut adalah adanya
rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya nanti bila kekurangan
gizi terutama pada usia muda (0-5 tahun) akan mengganggu perkembangan
otak bahkan dapat terbelakang mental (mental retardation). Ini berarti akan
mengurangi mutu SDM di masa yang akan datang. c). Aspek pendidikan,
5
luas. Hal ini merupakan bom waktu pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila
tidak dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak lebih buruk
Kesehatan suatu negara atau daerah diukur dengan skala a). Maternal
mortality rate atau angka kematian ibu akibat langsung dari kehamilan,
tuanya kehamilan. b). Infant Mortality Rate atau angka kematian bayi dibawah
usia satu tahun. c). Umur harapan hidup adalah suatu perkiraan rata-rata
akan semakin rendah derajat kesehatan suatu negara. Angka kematian ibu
berkisar antara 307 per 100.000 kelahiran hidup, yang tertinggi di NTB dan
problem dan keprihatinan semua negara karena dampak yang timbul akan
telah disepakati upaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi dengan
upaya “ safe mother hood “ yaitu program untuk menjaga dan menjamin
usia produktif. Untuk mencegah kematian ibu dan menjaga kesehatan dan
kehamilan yang tidak diinginkan dan kematian akibat hamil,bersalin dan nifas.
b). Antenatal care yaitu dengan pemeriksaan dan perawatan kehamilan yang
baik maka kelainan dan komplikasi kehamilan dapat dideteksi secara dini dan
dapat segera diatasi sehingga terhindar dari kematian ibu. c.) Persalinan bersih
dan aman, merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh penolong persalinan
untuk mencegah terjadinya infeksi intra partum maupun post partum yang
berkualitas baik dari segi fasilitas, sumber daya manusia (SDM) dan jenis
kasus gawatdarurat di puskesmas dan rumah sakit. Safe motherhood pada pilar
satu yaitu keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang tepat dan
kehamilan.
reproduksi belum kembali ke kondisi semula. Selain kondisi energi ibu juga
yang belum prima ini membuat gizi janinnya juga sedikit, sehingga
bisa terjadi pada kehamilan jarak dekat, terutama bila kondisi ibu belum
begitu bagus.
Kehamilan dengan jarak diatas 24 bulan sangat baik buat ibu karena
jika jarak kehamilan terjadi di bawah dua tahun. Maka risiko kematian ibu dan
tahun yaitu pada tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
tahun 2012 yaitu sebesar 8,32 per 100.000 kelahiran hidup (AKI :
8,32/100.000 KH). Tahun 2011 sebesar 11,48 per 100.000 kelahiran hidup,
Gowa. Angka kematian ibu bersalin di Kabupaten Gowa pada tahun 2010
adalah 57 per 100.000 kelahiran hidup (57/100.000 KH), tahun 2011 sebesar
61 per 100.000 kelahiran hidup (61/100.000 KH), tahun 2012 sejumlah 149
per 100.000 kelahiran hidup (149/100.000 KH), dan pada tahun 2013
lebih dalam lagi tentang permasalahan mengatur jarak kehamilan., maka hal
mengatur kelahiran anak, mengatur jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
tingginya angka kriminalitas, maka dari itu penulis melakukan penelitian dan
dituangkan dalam suatu tulisan ilmiah yang berjudul “Gambaran Peran Suami
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
b. Berdasarkan pendidikan
c. Berdasarkan pekerjaan
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
kehamilan
2. Untuk Pelayanan
3. Bagi Pendidikan
kehamilan
4. Bagi Bidan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Peran
a. Pengertian
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun
yang standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi
maternal).
11
peran formal.
dipenuhi.
2. Pendidikan
a. Pengertian
3. Pekerjaan
a. Pengertian
Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja
yang menghasilkan sebuah imbalan dalam bentuk uang yang berguna bagi
seseorang.
4. Suami
a. Pengertian
pria yang berikrar, berucap janji untuk memperistri wanitanya. Seorang pria
seorang istri. Dalam berbagai agama biasanya seorang pria hanya boleh
menikah denga satu wanita. Dalam budaya tertentu pernikahan seorang wanita
Suami merupakan ketua keluarga dan pemimpi bagi istri dan anak-
anaknya. Firman allah dalam surah al-nisa’ ayat 34: maksudnya: “ kaum lelaki
itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggung jawab terhadap kaum
13
Terjemahannya:
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi
baik akibatnya.
persetujuan kedua pihak, Karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.
b. Kewajiban suami
14
34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena
sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak
Maha besar.
harta suaminya.
dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara pertama Telah
berbuat sewenang-wenang.
c. Kewajiban istri
1) Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh
keluarga.
2012: 91)
16
5. Kehamilan
b. Pengertian
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
2009: 213)
a. Pengertian
dengan kelahiran anak pertama, antara anak pertama dengan anak kedua, dan
seterusya. Penundaan kehadiran anak saat ini telah menjadi fenomena lazim di
mempunyai anak atau tidak. Ada pasangan yang telah cukup dengan hanya
memiliki anak lebih dari dua dengan jarak kelahiran yang telah diatur masing-
pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan
pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk
dengan anak kedua, antara anak kedua dengan anak ketiga, dan seterusnya.
Semakin lama jarak antar kelahiran berarti semakin lama pasangan melakukan
tren penundaan kelahiran anak pertama. Data utama yang digunakan adalah
data sekunder dan hasil survey demografi dan kesehatan (SDKI) tahun 2007
didalamnya memuat tentang usia saat menikah pertama kali dan waktu
meghitung selisih antara waktu lahir anak pertama dengan waktu pada saat ibu
menikah. Pada tahap ini juga akan ditinjau pengaruh adanya fenomena
akan dilakukan analisis yang sama untuk selang kelahiran anak kedua dan
18
pada tahap pertama sebagai faktor prediktor. (Sukiran, dkk, 2010: 138)
c. Manfaat menjaga jarak kehamilan yang ideal bagi ibu dan anak yaitu :
anak lahir dengan berat badan yang rendah dan juga menghindari kelainan
pada janin. Selain itu dua tahun memungkinkan untuk mempersiapkan air
susu ibu. Dengan persiapan Asi maka akan berpengaruh positif bagi
kehamilan terlalu dekat maka akan berdampak pada kurangnya nutrisi dari
kekuragan zat besi. Hal ini akan membantu anda dalam mengurangi resiko
anemia akut (severa anemia) yang akan terjadi pada kehamilan dan
meningkatkan resiko stress pada saat hamil, bahkan hal ini akan berisiko
terlalu cepat belum pulih dari kondisi sebelumnya sehingga belum dapat
sendirinya.
jarak kehamilan yang ideal adalah faktor psikologi anak dan orang tua.
adalah faktor psikologi anak dan orang tua. Secara umum apabila
pasangan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi kematangan
Oleh karena itu faktor usia, di Indonesia wanita diatas usia 30 tahun
banyak yang memilih jarak pendek untuk melahirkan anak sebelum mereka
menginginkan 2 orang aak maka tidak bisa hamil degan jaarak umur tiga
tahun atara yang satu dengan yang lain, bila usia dibawah 30 tahun dan tidak
Aspek ekonomi juga faktor yang tak kalah penting, jika tidak
Salah satu keuntungan dalam mengatur penentuan jarak kehamilan adalah dari
secara menyeluruh.
b) Plasenta previa
c) Anemia
g) Kehamilan dengan jarak yang terlalu jauh juga dapat meimbulkan resiko
Pada fase ini, pasangan dapat memilih metode kontrasepsi antara lain:
22
memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang
oleh orang tuanya terutama si ibu agar nantinya tidak merasa tersisih, yaitu
a) Mejelaskan padanya secara natural bahwa kehadiran adiknya nanti tidak akan
semakin sayang.
b) Semakin besar usia anak maka akan semakin mudah bagi orang tua untuk
akan terjadi dengan tubuh ibu dan apa yang ada dalam perut ibu nantinya.
c) Berjanji pada si kakak bahwa kelak ia akan dilibatkan saat orang tua akan
memilih nama untuk si adik juga akan membelikan perlengkapan untuk si adik
adalah:
Rahim wanita setalah melahirkan, beratnya menjadi 2 kali lipat dari sebelum
3 bulan, itu pun dengan kelahiran normal. Untuk kelahiran degan cara caecar
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat wanita siap lagi untuk
c) Bagi wanita dengan riwayat melahirkan secara caecar, bayi lahir cacat,
Karena mereka memiliki resiko lebih besar dari pada wanita dengan riwayat
kelahiran normal.
d) supaya bayi yang sudah lahir mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya.
kelahiran tidak terlepas dari penilaian orang tua terhadap anak. Kehadiran
anak dalam rumah tangga mempunyai dua penilaian: pertama, anak adalah
pendukung rumah tangga dan kedua, anak sebagai beban rumah tangga.
memosisikan anak sebagai aspek produksi dan jaminan untuk hari tua.
130)
Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan
terakhir. a) Metode suhu badan basal = metode termal, peninggian suhu badan
basal 0.2-0.5ᵒC pada waktu ovulasi. b) Metode lendir serviks, perubahan siklis
dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. c) Metode
Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: menyusui secara penuh, belum
haid, umur bayi kurang dari 6 bulan. Adapun ayat yang membahas tentang
pemberian ASI
Terjemahannya:
Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang Telah mereka kerjakan.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua
orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat
kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang
berserah diri".
(a) Pil KB
Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi
(b) Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem) dan suntik KB 3
bulan (DMPA).
(c) Implant
lengan atas.
27
yang di lilit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) da nada
(a) Tubektomi
mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi (pembawa sel telur
ke Rahim)
(b) Vasektomi
keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat seanggama. (Padila,
2014: 203)
b. Metode pria
yang tersedia bagi wanita. Sebagian besar penelitian telah ditujukan pada klien
wanita karena wanitalah yang akan hamil dan karena lebih mudah
banyak pria sangat tertarik terhadap bidang ini, seperti terlihat dari jumlah pria
(HIV), namun pengaruhnya masih terbatas, masih ada kepercayaan bahwa “itu
tidak akan terjadi pada saya”, dan selama kepercayaan ini masih ada,
interuptus jarang digunakan oleh pria dan wanita. Istilah ini biasanya
disebut penarikan, meskipun ada kata lain yang lebih halus, seperti
(2) Kondom
Kondom terbuat dari banyak bahan yang tidak lazim pada awalnya lebih
vas deferens dilakukan pada awal tahun 1830 oleh Sir Astley Cooper, dan
Macam-macam kontrasepsi
Kontrasepsi teknik
keluar.
pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum)
akurat.
Tapi begitu ibu hanya meyusui < 6 jam/ hari, kemungkinan terjadi
Kontrasepsi mekanik
(a) Kondom
Efektif 75-80%. Terbuat dari lateks, ada kondom untuk pria maupun
(b) Spermatisida
sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah
senggama.
(d) IUD
diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira
antaranya
(1) Untuk ibu, dengan jalan mengatur jumlah anak dan jarak kelahiran anak
maka manfaatnya:
(a) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali
(b) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya
waktu yang cukup untuk mangasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu
(a) Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam
keadaan sehat.
(a) Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik
karena setiap anak memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang
yang lebih baik banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap
anak.
(b) Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta
Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu berlaku ketika janin
terjemahanya
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.
B. Kerangka Teori
Sebelum mengetahui tentang jarak kehamilan yang ideal bagi ibu dan
35
Kehamilan
Jarpengaturan jarak
Jarak kehamilan kehamilan
Peran suami
C. Kerangka konsep
Pengaturan jarak
Suami
kehamilan
Pendidikan
Jarak kehamilan
Ket:
: Variabel indipenden
: Variabel dependen
37
D. Defenisi Operasional
1. Peran
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal
maupun informal.
Kriteria objektif
untuk mengatur jarak kehamilan di beri ≤ 50% dari skor dari skor
penilaian.
2. Pekerjaan
Kriteria objektif
3. Jarak kehamilan
Kriteria objektif :
kehamilan, maka jarak yang didapatkan < 2 tahun dari jarak kehamila
sebelumnya.
Kriteria objektif:
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan GII berdasarka
jumlah populasi.
40
2. Sampel
puskesmas samata
kehamilan GII.
januari-februari 2015 tercatat 206 ibu hamil yang tercatat sebagai kehamilan ≥
GII sebanyak 146 ibu hamil, dan kehamilan GII sebanyak 62, n = 62. Dengan
n= N
41
1+N(d²)
n= 62
1+62(0,0025)
n= 62
1+0,155
n= 62
1,155
n = 53,6796
Keterangan :
N : Besar sampel
d : Tingkat Kepercayaan
n : Besar Sampel
d : 0,05(d²= 0,0025)
samata didapatkan n= 54, ibu hamil dengan GII, maka diambil sampel
purposive sampling.
D. Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan
penelitian
2. Tahap pelaksanaan
c. Pengambilan sampel dari jumlah populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan
ekslusi.
3. Tahap akhir
E. Alur Penelitian
Analisis data
Persetujuan responden
Pengisian kuisioner
Analisis Data
44
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder dan primer
a. Data sekunder adalah dari catatan rekan medik meliputi nama,jenis kelamin,
b. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diukur
secara langsung pada responden. Dalam penelitian ini digunakan data primer
dari hasil pengisian kuisioner yang berisi tentang peran suami dalam mengatur
jarak kehamilan.
(Notoatmodjo, 2005)
a) Nama responden
b) Umur responden
c) Pendidikan responden
d) Pekerjaan responden
f) Alamat responden
45
2) Unsur daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 pertanyaan tentang peran suami
1. Pengolahan data
a. Editing
b. Koding
c. Tabulasi
d. Entering
dalam komputer.
46
2. Analisa data
a. Analisa univariat
P= x 100%
Keterangan :
P : presentase
DAFTAR PUSTAKA
Anshor, Maria Ulfah & Ghalib, Abdullah. PARENTING WITH LOVE Panduan
Islam Mendidik Anak Penuh Cinta Dan Kasih Sayang. Bandung : Penerbit
Mizania, 2010
BKKBN & UNFPA Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012
: Modul Pria. Jakarta : BKKBN & UNFPA Indonesia. 2014.
Setiyaningrum erna & Zulfa binti aziz. Pelayanan Keluarga Berencana &
Kesehatan Reproduksi. CV. Trans Info Media,2014.
Sidabutar, Rasmina Anggi Permata Sari. Peran Suami Menurut Istri dalam
Pemakaian Alat Kontrasepsi di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun
2010. Program DIV Bidak Pendidik Univesitas Sumater Utara, 2008.
Siregar, Yanti Rahmi. Faktor Yang Mendasari Penetuan Jarak Kehamilan Pada
Usia Subur (PUS) Di RB. Mahdarina, Padang Bulan Tahun 2008. Karya
Tulis Ilmiah (KTI). Program DIV Bidak Pendidik Univesitas Sumater
Utara, 2008.
Sulastri, Sri & Nirmasari, Chichik. Hubungan Dukungan Suami Dengan Minat
Ibu Dalam Pemakaian Kontrasepsi IUD Di Bergas. Jurnal Unimus, 2014.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
anak.
a. Pendidikan
Tabel 4.1
Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Puskesmas Samata pada
Tingkat jumlah
pendidikan (f) persentase (%)
Rendah 8 14.81
Tinggi 46 85.19
Total 54 100.00
n = 54
rendah dimulai dari SD sampai SMP dan kategori tinggi dimulai dari SMA
47
48
b. Pekerjaan
Tabel 4.2
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Puskesmas samata pada
jumlah
Jenis pendidikan (f) persentase(%)
Buruh 5 9.26
PNS 11 20.37
Wiraswasta 38 70.37
Total 54 100.00
n= 54
orang (20,37%), buruh sebanyak 5 orang (9,26%) dan tidak ada responden
c. Jumlah Anak
Tabel 4.3
Distribusi responden berdasarkan jumlah anak di Puskesmas samata pada
n=54
2. Analisi Univariat
a. Peran Suami
Jarak kehamilan dideskripsikan menggunakan nilai skoring dan
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi peran suami dalam mengatur jarak kehamilan istri
berdasarkan pekerjaan di puskesmas samata pada
April 2015
Jumlah
Peran suami (f) persentase (%)
Mendukung 42 77.78
Tidak
mendukung 12 22.22
Total 54 100.00
(n=54)
Sumber : Data Primer, 2015
dapat ditarik kesimpulan bahwa peran suami dalam mengatur jarak kehamilan
responden.
Tabel 4.5
Distribusi frekuensi peran suami dalam mengatur jarak kehamilan istri
berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Samata pada
April 2015 (n=54)
Peran suami
Tidak
Mendukung mendukung Total
Jenis pekerjaan N % n % n %
Buruh 0 0 5 9.26 5 9.26
PNs 11 20.37 0 0 11 20.37
Wiraswasta 31 57.41 7 12.96 38 70.37
Total 42 77.78 12 22.22 54 100.00
(n=54)
Sumber : Data Primer, 2015
orang (13%) yang tidak mendukung dalam mengatur jarak kehamilan istri.
istrinya.
Tabel 4.7
Distribusi frekuensi peran suami dalam mengatur jarak kehamilan
berdasarkan pendidikan di Puskesmas Samata pada
April 2015
Peran Suami
Tingkat Mendukung tidak mendukung
pendidikan N % n % n %
Rendah 1 1.85 7 12.96 8 9.26
Tinggi 41 75.93 5 9.26 46 20.37
Total 42 77.78 12 22.22 54 100.00
n= 54
orang (1,85%) yang memiliki peran yang mendukung dalam mengatur jarak
kehamilan istri dan sebanyak 7 orang (12,96%) yang tidak mendukung dalam
kehamilan istri dan sebanyak 5 orang (9,26%) yang tidak mendukung dalam
kehamilan istrinya.
Tabel 4.8
Distribusi frekuensi peran suami dalam mengatur jarak kehamilan
berdasarkan jumlah anak di Puskesmas Samata pada
April 2015
Peran suami
Tidak
Mendukung mendukung Total
Jumlah anak n % n % n %
≤ 2 orang 28 51.85 6 11.11 34 62.96
≥ 2 orang 14 7.56 6 11.11 20 37.04
Total 42 77.78 12 22.22 54 100
(n=54)
Sumber : Data Primer, 2015
yang memiliki peran yang mendukung dalam mengatur jarak kehamilan istri
kehamilan istri.
53
B. Pembahasan
mendukung dalam mengatur jarak kehamilan istri. Jumlah tersebut 3 kali lebih
dimana sebanyak 55% dari total responden yang memiliki dukungan yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
sangat penting, karena biasanya suami yang paling lebih dominan dalam
istrinya boleh KB atau tidak. Tidak dilibatkannya pada suami sebagai salah
reproduksi wanita.. Oleh karena itu peran suami dalam KB sangat dibutuhkan
(BKKBN, 2014 dalam Mudrikatun, 2015).
jawab mengambil keputusan dalam keluarga. Dari satu segi, hak asasi
saat bersamaan akar patriakhi semakin kuat melekat pada masyarakat. Umar
Dalam hal ini masyarakat Kecamatan Samata yang didominasi agama Islam
baranggapan bahwa sebagai istri yang baik keputusan suami yang harus
Pengambilan keputusan itu bisa berupa peraturan yang ada dalam rumah
55
seharusnya dengan musyawarah suami dan istri secara setara untuk persoalan-
persoalan penting dan skala besar bagi ukuran sebuah keluarga (Sunaryo dan
Zuriah, 2004).
pasal 31 (3) menetapkan bahwa peran suami adalah sebagai kepala keluarga
dan istri sebagai ibu rumah tangga. Suami wajib melindungi istrinya, dan
terjadinya istri melakukan aborsi karena diminta oleh suami. Hal ini
suami (Muchlis, 2004 dalam Marpaung, 2015). Hal ini sesuai dengan yang
56
KB.
menjadi pemimpin. Dalil yang mereka kemukakan adalah Surat An-Nisa’ ayat
34 :
Terjemahnya :
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah
yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-
cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.”(QS. An-Nisa/4:34
Dalam ayat di atas dinyatakan secara eksplisit bahwa laki-laki adalah
Suami adalah kepala rumah tangga. Karena itu, tuntutan kepada istri
perkara yang berada dalam batasan rel agama. Akan tetapi, jika suami
maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah
musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan
beresiko bagi salah satu pihak (Baity, 2015). Dalam hal ini Allah SWT
berfirman:
Terjemahnya :
““...Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan
itu...(QS:Ali Imran/3:159)
Demikian pula dalam Surat At-Taubah ayat 71 :
58
Terjemahnya :
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma´ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. At-
Taubah/9:71).
Dalam ayat di atas jelasalah bahwa muyawarah bukan hanya menjadi
dasar hubungan antara seorang pemimpin dan rakyat yang dipimpin saja,
tetapi hal itu merupakan juga nilai dasar bagi setiap bagian masyarakat,
termasuk antara suami dan istrinya dalam pengelolaan rumah tangga mereka
(Bagir, 2008).
Terjemahnya :
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya” (QS. Al-Baqarah/2: 233)
saat mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah rumah tangga dan
Oleh karena itu perlu adanya perubahan perilaku dan motivasi dari
paling ideal adalah bahwa istri dan suami harus bersama-sama memilih
metode kontrasepsi terbaik, saling kerja sama dalam pemakaian kontrasepsi,
ada 31,6% yang memberikan dukungan kepada istri dalam pemilihan alat
kontrasepsi (Isti, 2007). Dukungan dan perhatian suami terhadap istri yang
keluarga kecil yang berkualitas, karena dalam hal ini suami sebagai kepala
kepada istri dalam mengikuti program KB (Isti, 2007). Dampak negatif bila
yaitu bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan antara peran wanita dan pria
60
melainkan menjadi tanggung jawab bersama antara pria dan wanita dalam
Peran aktif pria dalam ber-KB bisa berupa peran aktif secara langsung
dan peran aktif secara tidak langsung. Peran aktif secara langsung yaitu
Saat ini perlunya peran aktif pria/suami secara tidak langsung harus
lebih ditekankan lagi, yaitu dengan cara suami mendukung istri yang sedang
mengikuti Program KB, karena peran aktif dan perhatian suami kepada istri
usia.
62
sangat berpengaruh bagi istri. Peran suami sebagai edukator meliputi ikut
pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat
mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat
kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi istri saat akan atau telah
memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantu istri
dan hal ini akan menyadarkan suami bahwa masalah kesehatan bukan hanya
urusan wanita (istri) saja (Cholil, 2007)
yang baik bagi istri alam program keluarga berencana. Selain itu, pemikiran
Penelitian oleh Avila (2000) tentang when fate and huband prevail :
program keluarga berencana tidak hanya dilakukan oleh istri, namun suami
juga memberikan fasilitas serta membantu sang istri membuat keputusan alam
berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni istri maupun suami. Namun
kenyataannya saat ini hanya perempuan saja yang dituntut untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini dapat dilihat dari data akseptor KB di
perilaku pria atau suami tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Salah satu cara meningkatkan peran pria untuk mendukung istri dalam
perilaku dalam berbagai isu kesetaraan gender yang terjadi saat ini mengenai
keluarga secara matang, baik mengenai jumlah anak yang diinginkan maupun
64
jarak antara anak yang satu dengan lainnya, sesuai dengan kondisi kita, baik
dikehendaki orang tuanya sering kali menjadi beban yang sangat berat, baik
secara fisik maupun psikis. Bahkan, tidak jarang mereka mendapat perlakuan
yang tidak sehat dan tidak manusiawi, baik saat kehamilan maupun setelah
kelahirannya (Anshor & Ghalib, 2010).
Terjemahanya :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar” (QS. An- Nisa’/3:9)
Ini artinya, kalau suami istri belum siap mempunyai anak dan
dulu kehamilannya. Sebab, biaya perawatan ibu hamil dan bayi tidaklah
sedikit. Apalagi jika suami istri sebagai orangtua dalam kondisi secara
istri. Suami dan istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode
terhadap kesehatan. Selain karena faktor sosial budaya, peran suami sebagai
bagi istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan
atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat
istri hanya berbincang tentang ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah
anak, tetapi tidak detail hingga menyentuh masalah kesiapan istri untuk
Oleh karena itu perlu adanya perubahan perilaku dan motivasi dari
paling ideal adalah bahwa istri dan suami harus bersama-sama memilih
ada 31,6% yang memberikan dukungan kepada istri dalam pemilihan alat
kontrasepsi (Isti, 2007). Dukungan dan perhatian suami terhadap istri yang
keluarga kecil yang berkualitas, karena dalam hal ini suami sebagai kepala
yaitu bisa menyebabkan terjadinya ketimpangan antara peran wanita dan pria
melainkan menjadi tanggung jawab bersama antara pria dan wanita dalam
Pekerjaan
yang bekerja sebagai wiraswasta dan PNS yang memiliki peran yang
dengan fungsi suami sebagai fasilitator yang baik untuk pemakaian alat
kontrasepsi bagi istri, dengan bekerja maka suami mampu membiayai istri
itu, maka akan mendapat penghasilan atau pendapatan sehingga akan dapat
mendapatkan informasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariana Desa Suruh
dan pengetahuan suami terhadap dampak dan manfaat dari pengaturan jarak
responden. Dengan berkerja maka akan terjadi interaksi dengan teman sesama
teman pekerja sehingga memudahkan untuk saling bertukar informasi dari
dan pengetahuan suami terhadap dampak dan manfaat dari pengaturan jarak
kehamilan. Hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan sebagian
responden. Dengan berkerja maka akan terjadi interaksi dengan teman sesama
teman pekerja sehingga memudahkan untuk saling bertukar informasi dari
pekerjaan diluar rumah lebih cepat dan mudah mendapat informasi kesehatan
(BKKBN, 2007).
akan lebih mudah mengatur antara pemasukan dengan biaya pengeluaran. Hal
ini juga nantinya berhubungan dengan biaya untuk pemilihan dan pemakaian
dapat berperan dalam mengatur jarak kehamilan istri baik mendukung istri
dalam penggunaan KB maupun menjadi akseptor kontrasepsi itu sendiri.
suami mengatur jarak kehamilan istri ditandai jika suami memiliki pekerjaan
tersebut lebih memilih metode kontrasepsi dengan harga yang murah bahkan
salah satu usaha agar pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki
anak. Perencanaan pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal
tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu
sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang
dan bayi. Jarak maksimal yang baik antara masa kehamilan sebaikanya tidak
kurang dari 18 bulan hingga tiga tahun, sehingga risiko bayi prematur atau
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat dihindari (Baity, 2015). Dalam Al-
pemberian ASI hingga usia bayi dua tahun. Allah SWT berfirman :
Terjemahnya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu”(QS. Luqman/ 31:14)
Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui
anaknya secara baik dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun,
Terjemahnya :
“Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi
yang ingin menyusui secara sempurna……….(QS. Al-Baqarah/2:233)
Menurut Syaltut, melalui ayat tersebut sebenarnya syariat Islam
dimana masa itu memungkinkan bagi sang ibu menyusui anaknya secara
sempurna dan bersih (Syaltut, 1966 dalam Arifin, 2014).Jika seorang wanita
memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia tidak hamil
Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses
kehamilan itu sendiri membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang
ideal bagi seorang ibu untuk mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9
yang murni. Masa inilah yang merupakan esensi dari pengaturan keturunan.
yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam
hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga
memperbaiki kualitas hubungan psikologis keluarga (Sugiri, 2007 dalam
Siregar, 2008).
Salah satu perencanaan kehamilan antara lain dengan mengikuti
tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, berapa jumlahnya, jarak antar anak
yang satu dengan yang lain, dan kapan sebaiknya berhenti mempunyai anak
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharyani &
BKKBN dan UNFPA Indonesia tahun 2012 yang menunujukkan bahwa pria
yang berpendidikan lebih tinggi. Menurut data tersebut, secara umum, dapat
dikatakan bahwa sikap pria tentang KB sebagian besar pria beranggapan “KB
program KB hanya dilakukan oleh para wanita, terlihat dari persentase wanita
pria ini menunjukkan kurangnya dukungan ataupun peran serta aktif pria
Berencana lebih banyak pada mereka yang mempunyai standar hidup yang
pria yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SMA dan Perguruan
daripada laki-laki atau pria yang tidak memiliki atau tingkat pendidikan dasar.
menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan
juga oleh pengetahuan sikap PUS tentang penggunaan alat kontrasepsi karena
Seorang yang memiliki pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki sikap
juga ikut berperan dalam menentukan apakah seseorang pria bersedia menjadi
peserta KB atau mengijinkan pasangannya untuk menggunakan salah satu
alat/cara KB. Pada umumnya sikap yang positif terhadap program KB akan
lebih memudahkan mereka untuk dapat menerima program KB. Penerimaan
seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarganya. Bentuk
memiliki sikap yang lebih positif dan membuat keputusan yag lebih baik
2000).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama pria dan
dan kesehatan reproduksi bukan hanya urusan pria atau wanita saja (BKKBN,
2000).
tidak hanya sebagai peserta KB saja tetapi juga mendukung istri dalam
79
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya, sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dan
positif terhadap jumlah ideal anak, semakin tinggi pendidikan semakin rendah
rata-rata ideal anaknya, suami yang tidak sekolah dan tidak tamat SD rata-
ratanya idealnya anak 3,4 dan 3,2. Sedangkan yang pendidikannya tinggi kecil
80
nilai rata-ratanya 2,8 bagi yang tidak tamat SMTA dan 2,7 untuk jenjang
yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah
menerima ide dan tata cara kehidupan baru (Wulandari, dkk, 2013).
dalam kategori mendukung memiliki pendidikan SMA dan S1, hal ini
Anak
Variabel jumlah anak yang dimiliki dalam penelitian ini adalah jumlah
suami yang mendukung dalam mengatur jarak kehamilan yang memiliki anak
> 2 orang sebesar 25,9%. Hal yang sama diungkapkan dalam penelitian yang
23,8% sedangkan prevalensi peserta KB yang memiliki anak > 2 anak sebesar
23,2%.
Hal ini tidak sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Betrand
anak lebih banyak (>2 orang) akan lebih memutuskan untuk menjadi peserta
Hal ini diperkuat oleh Utami (2010) dalam penelitiannya bahwa tidak
sebagai akseptor KB. Salah satu bagian dari peran suami dalam mengatur
anak lebih dari dua, 31,25% memiliki dua orang anak dan 28,13% memiliki
anak kurang dari dua. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
reponden yang menggunakan alat kontrasepsi pria telah memiliki jumlah anak
kehamilan istri, masih merasa mampu memiliki anak lagi. Nilai dan keinginan
dengan masalah ekonomi, penambahan keuntungan bagi orang tua dan biaya
status wanita, struktur keluarga, tanggung jawab orang tua dan agama yang
dianut merupakan contoh dari faktor penentu yang dapat mempengaruhi nilai
83
yang menjadi pedoman dari pola pikir, sikap, maupun perilaku dari orang tua
tersebut. Dengan demikian setiap anak yang dimiliki oleh pasangan, suami
istri akan memberi pertimbangan tentang apakah mereka ingin memiliki anak
ingin mendapatkan anak dan berapa jumlah anak. Bila memutuskan untuk
menunggu untuk mendapatkan keturunan, maka bisa memilih beberapa cara
dalam program KB itu sendiri jumlah anak merupakan salah satu tujuan dalam
Hal ini dikarenakan jumlah anak yang dimiliki keluarga sebagian besar
pendidikan dan masa depan anak – anaknya khususnya untuk jumlah anak 2
Pandangan orang tua mengenai nilai anak dan jumlah anak dalam
daerah pedesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat
Philipina, Thailand mempunyai anak yang banyak dengan alasan bahwa anak
ekonomi dan kegunaan praktis (termasuk tunjangan hari tua) dari anak-anak,
pedesaan beban ekonomi biasanya jauh lebih rendah bila anak tidak sekolah.
Pada usia yang sangat dini anak mulai dapat menyokong penghasilan keluarga
ekonomi, mungkin dengan bekerja disawah milik orang tua (Siregar, 2003).
Cadwell (1979 dalam Siregar, 2003) mengatakan hal ini dengan cara
lain yaitu di negara maju, kekayaan mengalir dari orang tua ke anak,
85
orang tua. Jika anak merupakan sumber utama jaminan ekonomi maka
orang anak. Motivasi untuk mempunyai jumlah anak yang sedikit dan nilai-
dinyatakan dengan jumlah anak ideal yang diputuskan oleh pasangan untuk
ekonomi, penambahan keuntungan orang tua dan biaya serta manfaat dari
menggunakan KB hal iini disebabkan adanya resiko tinggi pada ibu yang
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
responden yang jumlah anak > 2 orang (7.56%) yang mendukung dalam
86
87
B. Saran
1. Peneliti selanjutnya
belum ada pada penelitian ini, sehingga gambaran peran suami dalam
2. Pelayanan Kesehatan
3. Pendidikan
istir masih ada yang rendah dan berbeda berdasarkan tiap karakteristik suami.
yang sejahtera.
4. Bidan
Bidan diharapkan dapat memberikan masukan pada suami dan istri untuk
DAFTAR PUSTAKA
Agus, dkk. Promosi Kesehatan “Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Pendidikan”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Aman, dkk. Pengetahuan Dan Sikap Suami Istri Mengenai Masalah Kesehatan
Reproduksi Perempuan Hubungannya Dengan Partisipasi Pria Dalam
Keluarga Berencana. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Program Studi Sarjana UGM, 2004.
Anshor, Maria Ulfah & Ghalib, Abdullah. PARENTING WITH LOVE Panduan Islam
Mendidik Anak Penuh Cinta Dan Kasih Sayang. Bandung : Penerbit Mizania,
2010
BKKBN & UNFPA Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 :
Modul Pria. Jakarta : BKKBN & UNFPA Indonesia. 2014.
Dwijayanti. Jarak Kehamilan yang Aman bagi Ibu. Jakarta. Pustaka Setia, 2005.
Fridalni, Nova & Kurniawan, Arif. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan
Dukungan Suami Tentang KB Dengan Keikutsertaan KB Oleh Pasangan Usia
Subur (PUS) Di RW III Kelurahan Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas
Kuranji Padang Tahun 2012. STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, 2012.
Maharyani, Hesti Wahyu & Handayani, Sri. Hubungan Karakteristik Suami Dengan
Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Desa
Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Jurnal Kesmas UAD Vol. 4 No.1 September 2010
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi.
Jakarta : Salemba Medika, 2011
Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta,
2007.
86
Setiyaningrum Erna & Zulfa Binti Aziz. Pelayanan Keluarga Berencana & Kesehatan
Reproduksi, CV. Trans Info Media,2014.
Sidabutar, Rasmina Anggi Permata Sari. Peran Suami Menurut Istri dalam
Pemakaian Alat Kontrasepsi di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun
2010. Program DIV Bidak Pendidik Univesitas Sumater Utara, 2008.
Siregar, Fazidah A. Pengaruh Nilai Dan Jumlah Anak P Ada Keluarga Terhadap
Norma Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera (NKKBS). Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 2003.
Siregar, Rahmi Yanti. Faktor yang mendasari penentuan jarak kehamilan pada
Pasangan Usia Subur di RB. Mahdarina, Padang Bulan. Program DIV Bidan
Pendidik Universitas Sumatera Utara, 2008.
Sulastri, Sri & Nirmasari, Chichik. Hubungan Dukungan Suami Dengan Minat Ibu
Dalam Pemakaian Kontrasepsi IUD Di Bergas. Jurnal Unimus, 2014.
Sunaryo dan Zuriah, Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga Wanita Karier di
kota Malang. Laporan Penelitian. Pusat Studi Wanita dan Kemasyarakatan
Lembaga Penelitian. Universitas Muhamadiyah Malang, 2004.
Dengan hormat,
Kesehatan UIN Alauddin Makassar sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Gambaran
Peran Suami Dalam Mengatur Jarak Kehamilan Di Puskesmas Samata-Gowa Tahun 2015”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran suami dalam mengatur jarak kehamilan.
Saya mengharapkan keikutsertaan dan kerja sama dari saudara untuk memberikan
jawaban yang sebenar-benarnya dalam penelitian ini. Jawaban yang saudara berikan hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan informasi yang saudara berikan akan dijaga
kerahasiannya.
Partisipasi saudara dalam keikut sertaan dalam penelitian ini dan informasi yang saudara
Demikian penjelasan ini saya sampaikan atas partisipasinya dan perhatian saudara, saya
Samata, 2015
Resky Budianty
LAMPIRAN 2
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
No. Hp :
penelitian,
Judul penelitian : Gambaran Peran Suami Dalam Mengatur Jarak Kehamilan di Puskesmas
Samata-Gowa
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan
tanpa paksaan.
Samata, 2015
( )
LEMBARAN KUISIONER
GAMBARA PERAN SUAMI DALAM MENGATUR JARAK
KEHAMILAN DI PUSKESMAS SAMATA TAHUN
C. Dukungan terhadap KB
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya sangat mendukung jika istri saya KB
2. Saya merasa sagat setuju jika jarak kahamilan istri saya teratur
3. Saya akan mengatar istri saya untuk pergi ke KB
4. Saya merasa sangat setuju karena jika istri saya KB memiliki banyak
waktu untuk anak-anaknya
5. Saya merasa sangat setuju jika istri saya KB Karena tidak khawatir
lagi akan jarak kehamilan yang terlalu dekat
6. Saya merasa bahwa memiliki 2 anak itu sudah cukup
7. Saya merasa merasa setuju dengan KB kerena perencanaan dapat
diatur dan kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan.
8. Saya setuju dengan KB kerena dapat mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera
9. Saya setuju dengan KB karena dapat mengatur jumlah anak sesuai
keinginan
10. Saya setuju dengan KB karena dapat memberi kesempatan untuk
kesehatan reproduksi
D. Kerelaan suami untuk KB
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya setuju jika harus ikut serta dalam penggunaan KB
2. Saya setuju bahwa menggunakan KB alami tidak memerlukan biaya
yang banyak
3. Saya setuju ikut KB karena ingin megatur jumlah anak
4. Saya setuju ikut serta dalam KB karena agama tidak melarangnya
5. Saya bersedia melakukan hubungan seksual dengan cara seagama
terputus
6. Saya besedia melakukan hubungan seksual dengan cara sistem
kalender
7. Saya bersedia melakukan hubungan seksual dengan memakai
kondom
8. Saya setuju ikut serta dalam KB karena ingin mengatur jarak
kehamilan istri saya
9. Saya setuju jika saya ikut KB karena tidak membutuhkan waktu yang
lama
10. Saya setuju ikut serta dalam KB karena tidak mengganggu hubungan
seksual
MASTER TABEL
GAMBARAN PERAN SUAMI DALAM MENGATUR JARAK KEHAMILAN DI PUSKESMAS SAMATA GOWA TAHUN 2015