2
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Laba Sebelum Pajak Pendapatan Bunga Bersih
(Rp miliar) (Rp miliar)
5.464 5.337
5.125 Walaupun
penurunan suku
3.400
3.158 3.140 bunga masih terus
berlanjut selama
2.299 tahun 2003, BCA
1.604
berhasil
mempertahankan
234 laba usahanya.
99
99 00 01 02 03 00 01 02 03
- 4.213
3,36% 3,18%
5,65% 5,77%
2,60% 4,93%
1,61%
2,58%
BCA melakukan
0,28%
99 reposisi komponen
99 00 01 02 03 00 01 02 03 aktiva produktif
untuk
- 6,60%
meningkatkan
keuntungan dan
terus
mempertahankan
komposisi dana
Aktiva Produktif Dana Pihak Ketiga
(Rp miliar) (Rp miliar) optimal yang
118.014 didominasi oleh
119.980
dana berbiaya
104.520 103.716
bunga rendah
90.676 85.577 85.979 90.348 69,21%
84.463 83.264 sambil mengelola
64,85%
70,28% pertumbuhan dana
72,08% 71,56% 64,19% 65,82%
pihak ketiga.
45,64% 50,74%
31,09%
9,81% 24,35%
4,86% 20,46%
16,18%
99 00 01 02 03 99 00 01 02 03
Persentase Obligasi Pemerintah Terhadap Aktiva Produktif Persentase Dana Murah (Tabungan dan Giro) Terhadap Total Dana
3
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Kredit (Rp miliar) dan Kredit yang Kredit Bermasalah terhadap
Diberikan terhadap Dana Pihak Ketiga (%) Kredit yang Diberikan (%)
Pertumbuhan 29.218
kredit BCA
meningkat tajam 8,86%
21.389
bersamaan dengan
meningkatnya 14.673
peluang dunia
4,19%
usaha, namun 8.165 3,15% 3,47%
24,62%
kualitas kredit tetap 20,44% 2,34%
4.101
16,06%
menjadi prioritas 4,74% 9,28%
BCA.
99 00 01 02 03 99 00 01 02 03
Kredit (Rp miliar)
LDR (%)
99 00 01 02 03 99 00 01 02 03
Jumlah ATM
...dan berupaya
12.625
untuk 11.508 529
memaksimalkan
9.773
426 395
nilai kepada 7.005 306
pemegang saham 5.121
157
BCA.
99 00 01 02 03 99 00 01 02 03
4
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
I khtisar Saham
3.900
3.500
3.100
2.700
2.300
1.900
1.500
0
Jan Apr Jul Oct
Sumber: Bloomberg
Riwayat Dividen
Jumlah Dividen
Diumumkan Cum-Dividen Pencatatan Pembayaran
per Saham
2002 Final Rp 225 7 Nov 03 Pasar Regular dan Negosiasi 3 Des 03 8 Des 03 19 Des 03
Pasar Tunai 8 Des 03
2001 Final Rp 140 10 Okt 02 Pasar Regular dan Negosiasi 29 Okt 02 1 Nov 02 15 Nov 02
Pasar Tunai 1 Nov 02
2001 Interim Rp 85 29 Okt 01 Pasar Regular dan Negosiasi 14 Nov 01 20 Nov 01 4 Des 01
Pasar Tunai 20 Nov 01
5
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
S ambutan Presiden Komisaris
Atas nama Dewan Komisaris, kami merasa berbesar hati dapat menyampaikan laporan
kinerja BCA selama tahun 2003.
Selama tahun 2003, fundamental ekonomi dan politik yang pada umumnya stabil dan
membaik telah meningkatkan keyakinan akan berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.
Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh sebesar 4,1% dibandingkan 3,7% di tahun 2002,
terutama dipacu oleh sektor pembelanjaan konsumer. Namun, sektor investasi masih
merupakan tantangan dengan nilai hanya 20% dari PDB atau sekitar 10% di bawah tingkat
pra krisis. Hampir 80% investasi adalah di bidang properti dan sumber daya mineral,
sementara investasi di mesin dan peralatan kurang dari 20% dari total investasi.
6
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Nilai ekspor mencapai US$61 miliar atau naik 6,8% dari tahun sebelumnya, sedangkan
impor mencapai US$32,4 miliar. Neraca pembayaran kembali membaik dengan surplus
transaksi tahun berjalan mencapai US$5,6 miliar dan saldo perdagangan surplus sebesar
US$28,6 miliar. Kebijakan fiskal yang berhati-hati mampu menahan defisit anggaran tahun
2003 hanya sebesar 1,9% dari PDB, sementara inflasi terus menurun menjadi 5,06%, dari
10,03% pada tahun sebelumnya.
Stabilitas politik yang berkelanjutan mendukung perbaikan iklim bisnis dan menciptakan
semangat optimisme menghadapi tantangan kampanye pemilu 2004. Tindakan yang cepat
dan tegas dari pihak berwenang terhadap pelaku pemboman Hotel Marriott di Jakarta
pada bulan Agustus 2003, mampu meredakan keresahan dan kecemasan dan mengembalikan
situasi menjadi normal dalam waktu singkat.
Pasar merespon peningkatan kondisi makro ekonomi tersebut secara positif. Rupiah menguat
5,86% di akhir tahun 2003 pada posisi Rp 8.425 terhadap dolar Amerika dibandingkan
dengan Rp 8.950 dua belas bulan sebelumnya. Indeks Harga Saham Gabungan di akhir
tahun 2003 meningkat 76,7% terhadap posisi tiga tahun tertinggi, yaitu 693,0, yang merupakan
kinerja terbaik kedua di Asia Tenggara setelah Thailand. Pada bulan September 2003, lembaga
pemeringkat internasional Moody’s menaikkan peringkat Indonesia dari B3 ke B2; Standard
and Poor’s juga menaikkan peringkatnya dari B- menjadi B. Walaupun perbaikan ini
menggembirakan, perlu dicatat bahwa pemeringkatan tersebut masih setara dengan posisi
di awal tahun 1998 dan berada lima poin di bawah investment grade.
Kinerja BCA
Di tahun 2003, BCA dapat menjaga kinerja keuangannya dan pada saat yang sama
membangun landasan yang kuat untuk menunjang pertumbuhan yang prudent dan
berkesinambungan. Pencapaian ini patut dicatat, khususnya dampak yang kuat dari cepatnya
penurunan suku bunga atas pendapatan bunga. Pada bulan Desember 2003, suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) turun ke tingkat paling rendah dalam sejarah, yaitu 8,31%
atau penurunan sebanyak 462 basis poin selama tahun tersebut.
Pada Laporan Tahunan tahun lalu, ditekankan pentingnya intermediasi keuangan dalam
mendukung strategi kami. BCA telah menunjukkan perbaikan signifikan dalam implementasi
7
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
sistem administrasi kredit dan dalam pertumbuhan kredit secara prudent. Di tahun 2003,
total kredit naik sebesar Rp 7,8 triliun menjadi Rp 29,3 triliun dari Rp 21,5 triliun di akhir
tahun 2002. Kami memperkirakan bahwa penyaluran kredit baru oleh bank-bank swasta
tahun lalu sekitar Rp 38 triliun, dengan demikian kontribusi BCA sebesar 20% dari total
tersebut cukup mengesankan. Namun demikian, masih banyak hal yang perlu dilakukan,
mengingat LDR BCA masih relatif rendah, yaitu 24,62%.
Penerapan sistem penilaian kredit dan pemeringkatan risiko yang baru untuk kredit korporasi,
komersial, dan UKM telah mendorong ekspansi kredit BCA. Partisipasi Deutsche Bank
sebagai konsultan risk management merupakan kontribusi penting terhadap upaya BCA
dalam mengelola pertumbuhan kredit.
Strategi BCA dalam pertumbuhan aset bertumpu pada aspek pengelolaan pasiva. Sepanjang
tahun 2003, BCA mencatat peningkatan yang signifikan dalam meningkatkan kemudahan
bagi para deposan dan penabung sebagai tulang punggung usaha kami. BCA secara terus
menerus meningkatkan delivery channel, misalnya dengan melakukan renovasi dan ekspansi
banking hall, serta perluasan jaringan ATM. Selain itu, layanan internet banking dan phone
banking telah semakin diterima oleh para nasabah BCA.
1. menentukan sistem insentif yang berbasis pada kinerja sebagai kompensasi jangka panjang
untuk para direktur;
2. memberikan rekomendasi perubahan pada kompensasi direktur;
3. mengevaluasi kinerja dan pencapaian target dalam merekomendasikan kompensasi
direktur; dan
4. mencalonkan direktur baru.
Komite ini bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan telah mengadakan satu kali
pertemuan di tahun 2003.
8
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Laporan Komite Audit disampaikan di bagian terpisah dalam Laporan Tahunan ini.
Kesimpulan
Pencapaian Bank selama 2003 membentuk sebuah platform yang kokoh untuk menghadapi
segenap tantangan menjelang pemilu tahun 2004 dan seterusnya. Kami akan terus
mempersiapkan diri untuk memenuhi ketentuan BIS dan mengkaji peluang dari Pedoman
Arsitektur Perbankan Indonesia oleh Bank Indonesia. Kami telah memulai rencana untuk
melaksanakan analisis rentabilitas dan pelaporan untuk masing-masing lini bisnis, sehingga
kami dapat menerapkan standar praktek internasional terbaik di setiap lini bisnis Perseroan.
BCA memiliki bisnis yang sangat kuat, dengan neraca keuangan yang sehat serta jaringan
pelayanan maupun organisasi yang sulit ditandingi dalam hal jangkauan, kemudahan dan
kompetensi. Kami yakin, BCA berada dalam posisi yang mantap untuk mencapai sukses di
tahun mendatang.
9
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
S ambutan Presiden Direktur
D. E . S e t i j o s o PRESIDEN DIREKTUR
Tema Laporan Tahunan ini – Mengembangkan Lingkup Usaha – sepenuhnya menggambarkan fokus
kegiatan BCA di tahun 2003 dan arah yang dituju di tahun 2004.
Bank Central Asia telah lama menjadi bank pilihan untuk jasa perbankan transaksi di Indonesia.
Jaringan kantor cabang BCA yang luas dan terpadu, ATM maupun sarana perbankan elektronik
termasuk sistem pembayaran elektronis dan jasa internet banking yang paling banyak digunakan di
Indonesia dewasa ini, mendukung sekitar 2 juta transaksi per hari. Sistem ini yang membedakan BCA
dari para pesaing, serta memungkinkan kami melayani lebih dari 6 juta nasabah dengan jasa perbankan
transaksi bermutu tinggi.
10
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Pada tahun 2003, BCA terus meningkatkan kompetensi utamanya serta kenyamanan nasabah dengan
terus memperluas jaringan pelayanan melalui kantor cabang maupun jaringan elektronis,
mengembangkan fitur produk dan fasilitas pelayanan. Hasilnya, BCA mampu meningkatkan volume
tabungan sebesar 23,39% menjadi Rp 56,39 triliun selama tahun 2003 sementara rekening giro
tumbuh 17,26% menjadi Rp 25,28 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan rasio komposisi dana murah,
atau CASA, terhadap total simpanan meningkat 13,79% menjadi Rp 118 triliun per akhir tahun
2003. Dengan struktur pendanaan lebih baik, BCA mampu mempertahankan pendapatan bunga
bersih yang sehat walaupun menghadapi dampak negatif penurunan suku bunga SBI.
Dengan mengembangkan lingkup usaha, strategi BCA adalah mengembangkan kompetensi yang
lain di bidang kredit guna menggalang pertumbuhan yang berkesinambungan sekaligus menjalankan
fungsinya sebagai penyedia jasa intermediasi keuangan. Pada tahun 2003, BCA mengerahkan segenap
daya dan upaya guna menyiapkan landasan bagi pengembangan kegiatan perkreditan. BCA
memfokuskan pada penumbuhan budaya kredit di kalangan personilnya dengan membangun kerangka
yang diperlukan dalam hal sistem, prosedur kerja, organisasi maupun personil; sistem pengawasan
dan pengendalian risiko; serta memetakan strategi pertumbuhan baru berdasarkan kegiatan
perkreditan yang lebih aktif namun tetap berhati-hati.
Berbagai inisiatif tersebut membawa hasil positif bagi BCA di tahun 2003, dengan pertumbuhan
portofolio kredit yang meningkat di semua segmen bisnis. Sebagai ringkasan, dan dibanding tahun
sebelumnya, kredit korporasi tumbuh 28,74%, sementara kredit non korporasi termasuk kredit
komersial, ritel dan konsumer naik 42,86%. Pendapatan bunga atas aktiva kredit mencapai Rp 3,29
triliun pada tahun 2003 dibanding Rp 2,64 triliun di tahun 2002. Hingga akhir tahun 2003, kredit
korporasi, kredit komersial dan ritel (UKM), serta kredit konsumer mencapai masing-masing 43%,
46%, dan 11% dari total kredit BCA, mencerminkan pertumbuhan yang merata di semua sektor.
Walaupun mencapai pertumbuhan kredit yang signifikan di tahun 2003, perbandingan jumlah aktiva
kredit terhadap jumlah aktiva keseluruhan serta rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) yang baru
mencapai 24,62%, sekalipun meningkat dari 20,44% di tahun 2002, masih memberi peluang yang
luas bagi pertumbuhan kredit. Sebagaimana disebutkan di atas, BCA terus menambah penyaluran
kredit ke sektor UKM dan konsumer, dua segmen pasar yang tumbuh paling pesat di Indonesia
dewasa ini.
11
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Sementara BCA terus melangkah maju untuk menjadikan bisnis kredit sebagai salah satu kompetensi
unggulan, kami pun bersyukur atas kemajuan yang dicatat oleh Divisi Tresuri maupun Pembiayaan
Perdagangan. Divisi tersebut menyumbangkan hasil yang signifikan di tahun 2003, dimana Tresuri
mampu bertahan menghadapi perolehan dari obligasi pemerintah serta instrumen SBI yang cenderung
menurun. Divisi Tresuri bersikap proaktif di tahun 2003 dengan berpartisipasi aktif di pasar obligasi
korporasi di Indonesia, dan bahkan tampil sebagai salah satu penentu harga (“market maker”) di
pasar tersebut. Hal ini turut berdampak pada penurunan portofolio obligasi pemerintah yang dimiliki
BCA sebesar 21,80%, menjadi sebesar 31,09% dari total aktiva produktif di akhir tahun 2003,
dibandingkan dengan 45,64% di tahun 2002. Hasil dari penjualan obligasi pemerintah ini digunakan
untuk mendukung kegiatan kredit maupun investasi surat berharga guna mengupayakan aktiva
produktif yang menghasilkan perolehan lebih tinggi.
Sekalipun masih banyak yang perlu dibenahi, kami berkeyakinan bahwa BCA telah membangun
landasan yang kokoh guna menunjang pertumbuhan di masa mendatang, sebagaimana terlihat pada
beberapa perkembangan berikut:
• Walaupun suku bunga SBI turun signifikan dari 18% menjadi 8%, BCA mampu memperoleh laba
bersih sebesar Rp2,39 triliun di tahun 2003.
• BCA berhasil mempertahankan margin bunga bersih di atas 4,93% dengan menurunkan suku
bunga deposito maupun pinjaman, mengoptimalkan komposisi dana pihak ketiga, serta menerapkan
pengelolaan aktiva yang proaktif, sekalipun pendapatan bunga bersih turun 2,2% dari Rp 5,46
triliun di tahun 2002 menjadi Rp 5,34 triliun di tahun 2003.
• BCA juga menitikberatkan upaya pengurangan biaya operasional diseluruh lingkup operasional
dalam mengantisipasi turunnya pendapatan Perseroan. Dengan demikian kami mampu
mempertahankan cost efficiency ratio (overhead cost dibandingkan net interest income dan other
operating income) sekitar 51% di tahun 2003.
• Sementara itu penyaluran kredit terus tumbuh pesat, meningkatkan pendapatan bunga serta
mengurangi ketergantungan terhadap obligasi pemerintah sebagai aktiva produktif.
Sebelum tahun 2003, dan sejalan dengan international best risk management practices BCA sudah
melakukan pemisahan fungsi pemasaran dan fungsi penyaluran kredit melalui penerapan “prinsip
empat mata” dalam rangka mempertahankan kualitas portofolio kredit. BCA juga mengembangkan
12
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
sistem penilaian kredit yang berperan sebagai acuan yang baku bagi proses evaluasi kredit Bank, dan
mengembangkan Regional Credit Center (RCC) sebagai perpanjangan tangan dari Divisi Kredit di
Kantor Pusat. Pada tahun 2003, berbagai sistem ini disempurnakan lebih lanjut. Sistem penilaian
kredit kini mencakup semua segmen kredit yang terdiri dari kredit korporasi, komersial dan UKM.
Sementara itu RCC, yang sukses dalam uji coba di kantor wilayah Semarang, telah diperluas hingga
mencakup jaringan BCA yang cukup luas, sehingga memungkinkan BCA melakukan desentralisasi
proses kredit sekaligus mempercepat proses kredit tanpa mengorbankan kontrol kredit. Berkat ini
semua, BCA kini berada dalam posisi yang jauh lebih menguntungkan guna melaksanakan
pengembangan bisnis kredit.
Tak lama lagi BCA akan memiliki platform bisnis kredit yang setara dengan, dan sekaligus melengkapi,
platform yang telah dimiliki BCA di bidang perbankan transaksi. Platform bisnis kredit BCA tersebut
akan berlandaskan pada standar praktek internasional terbaik, termasuk prinsip kehati-hatian yang
telah teruji, strategi pertumbuhan yang cermat dan terarah, sumber daya manusia yang terlatih dan
terampil, infrastruktur pengelolaan risiko yang ketat, serta implementasi praktek tata kelola perusahaan
yang baik. Kesemuanya ini, dipadukan dengan kekuatan BCA berupa jaringan kantor layanan yang
luas, jalur layanan distribusi yang unggul, produk yang beragam, layanan yang andal, serta citra
perusahaan yang telah kokoh, akan mampu mendukung pertumbuhan di masa mendatang dan
menciptakan nilai secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi seluruh pihak yang
berkepentingan, termasuk untuk komunitas BCA – yakni berbagai kelompok yang saling terkait dari
jutaan nasabah individu maupun bisnis, yang memanfaatkan berbagai platform perbankan BCA dalam
skala dan ukuran tak tertandingi di industri perbankan Indonesia.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, keberhasilan BCA adalah berkat dedikasi dan profesionalisme
seluruh karyawan, serta dukungan para pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Atas nama Direksi, saya mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan dukungan tersebut. Kami berharap
bahwa hubungan dan kerja sama ini akan dapat lebih erat lagi seiring langkah BCA mengembangkan
usahanya lebih lanjut di masa mendatang.
D. E . S etijoso
PRESIDEN DIREKTUR
13
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
T ata Kelola Perusahaan
Berbagai kemajuan dalam aspek perusahaan lebih mudah dicapai apabila didukung dengan pelaksanaan
tata kelola perusahaan yang baik. Untuk itu, BCA secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawab yang telah dipercayakan para
pemegang saham dan nasabah pada umumnya.
Berbagai upaya untuk meningkatkan dan memperkuat tata kelola perusahaan ditujukan untuk
menciptakan keseimbangan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban semua stakeholder, yang berfokus
pada:
• Perlindungan hak seluruh stakeholder
• Perlakuan yang sama terhadap stakeholder termasuk penyediaan produk dan jasa-jasa yang memiliki
nilai kepada nasabah dan pemberian imbalan yang layak kepada karyawan
• Keterbukaan informasi dan transparansi
• Kewajiban-kewajiban spesifik dari masing-masing anggota Dewan
Untuk itu, BCA telah menyusun pedoman berupa Manual Tata Kelola Perusahaan yang mengacu
pada prinsip-prinsip “best practice” tata kelola perusahaan, Anggaran Dasar Perusahaan serta ketentuan
dan peraturan perundangan yang berlaku.
14
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
DEWAN KOMISARIS
Sebagaimana tertuang dalam Manual Tata Kelola Perusahaan dan Anggaran Dasar BCA, tanggung
jawab utama Dewan Komisaris melakukan fungsi pengawasan dan memberikan pengarahan kepada
Direksi dalam proses penyusunan dan pencapaian visi, misi dan strategi perusahaan. Disamping itu,
Dewan Komisaris dibantu Komite Audit serta Komite Remunerasi & Nominasi dalam memastikan
pelaksanaan tata kelola perusahaan.
Seiring perkembangan Perusahaan, Dewan Komisaris lebih aktif dalam melaksanakan fungsi penyeliaan,
mencakup menominasikan dan merekomendasikan remunerasi yang layak bagi Direksi; pengawasan
atas keputusan manajemen; memantau pengelolaan risiko; memeriksa hasil audit eksternal maupun
internal; menindaklanjuti hasil temuan audit; memantau dan mendorong implementasi tata kelola
perusahaan; dan melakukan evaluasi kinerja Direksi.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham pada 25 Juni 2003, susunan Dewan Komisaris mengalami
perubahan. Tiga dari lima anggota Dewan Komisaris mengalami pergantian. Saat ini, jumlah anggota
Dewan Komisaris tetap lima orang, dua anggota merupakan Komisaris Independen, dengan
kompentensi dan pengalaman multi nasional di berbagai bidang. Diharapkan hal tersebut dapat
memberikan nilai tambah pada proses pengambilan keputusan.
Profil anggota Dewan Komisaris dapat dilihat pada bagian data perusahaan di Laporan Tahunan ini.
DIREKSI
Delapan Direktur BCA bertanggung jawab atas kelangsungan perusahaan melalui pengelolaan risiko
dan pelaksanaan tata kelola perusahaan. Tanggung jawab lebih khusus Direksi BCA mencakup pula,
penciptaan struktur pengendalian internal; memastikan pelaksanaan fungsi audit internal; mengambil
tindakan berdasarkan temuan-temuan audit internal sejalan dengan kebijakan dan arahan Dewan
Komisaris.
Salah satu Direksi menjabat sebagai Direktur Kepatuhan yang bertugas mengawasi pelaksanaan tata
kelola perusahaan serta memastikan perusahaan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
15
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Direksi bertanggung jawab pula dalam pengelolaan kegiatan bisnis; penyusunan strategi bisnis termasuk
rencana kerja dan anggaran; berkonsultasi dengan Dewan Komisaris; pelaksanaan praktik akuntansi
dan pembukuan sesuai ketentuan perusahaan publik; serta dapat membentuk dan menugaskan
Komite Eksekutif untuk membantu Direksi dalam menangani tugas-tugas tertentu. Sampai akhir
2003, BCA memiliki tujuh Komite Eksekutif.
Profil anggota Direksi dapat dilihat pada bagian data perusahaan Laporan Tahunan ini.
Rapat Komite Audit dilaksanakan minimal satu kali setiap bulan dan setiap tiga bulan sekali diadakan
rapat bersama Dewan Komisaris. Adapun rapat Komite Remunerasi dan Nominasi diadakan sedikitnya
satu kali setahun.
16
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Tabel frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Direksi dan Komite Audit selama tahun 2003:
NAMA
KOMISARIS/DIREKTUR
JADWAL HADIR JADWAL HADIR JADWAL HADIR JADWAL HADIR
KOMISARIS
EUGENE KEITH GALBRAITH 54 52 14 14 3 1
EDWIN GERUNGAN ** 32 30 6 5 2 2
ALFRED H. ROHIMONE 54 36 14 5 3 1
SUYONO SUDIRUN *** 32 31 6 6 12 12
WINARTO ** 32 27 6 6 2 1
TONNY KUSNADI * 32 25 8 7 1 -
RENALDO HECTOR BARROS * 32 31 8 8 1 -
CYRILLUS HARINOWO **** 32 27 8 7 8 8
DIREKTUR
D.E. SETIJOSO 41 38 14 14
ASWIN WIRJADI 41 36 14 10
JAHJA SETIAATMADJA 41 37 14 11
ANTHONY BRENT ELAM 41 35 14 12
SUWIGNYO BUDIMAN 41 37 14 13
M.M. DICK NOORDEEN 41 39 14 13
SUBUR TAN 41 39 14 12
DHALIA M. ARIOTEDJO 41 34 14 10
Catatan :
* Bergabung dan menjabat sebagai Komisaris sejak 25 Juni 2003
** Berakhir masa jabatannya sejak 25 Juni 2003
*** Berakhir masa jabatannya sebagai Komisaris dan juga sebagai Ketua Komite Audit sejak 25 Juni 2003
**** Mulai bergabung sejak 25 Juni 2003 dan mulai efektif sebagai Ketua Komite Audit sejak 4 September 2003
KOMITE AUDIT
Tugas Komite Audit antara lain merekomendasikan revisi dan perbaikan Manual Tata Kelola Perusahaan;
memberikan pendapat profesional dan independen berkenaan dengan laporan Direksi ke Dewan
Komisaris; memastikan laporan keuangan perusahaan disusun sesuai peraturan; dan memastikan
sistem pengendalian internal, proses pelaporan keuangan dan tata kelola perusahaan
diimplementasikan dengan baik. Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan
independen terhadap manajemen bank.
17
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Kewenangan lain Komite Audit adalah mengakses laporan-laporan dari audit internal dan laporan-
laporan lain yang diperlukan; berkomunikasi langsung dengan auditor internal maupun eksternal;
mendiskusikan masalah-masalah pengambilan keputusan secara transparan dengan Direksi atau
pejabat-pejabat kunci lain dengan sepengetahuan Direksi; dan mengundang sumber-sumber internal
maupun eksternal untuk mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
Komite Audit mengadakan rapat rutin satu bulan sekali dan rapat bersama Dewan Komisaris dilakukan
tiga bulan sekali.
18
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
KOMITE-KOMITE EKSEKUTIF
Direksi dibantu tujuh komite eksekutif, yaitu Komite Manajemen Risiko; Komite Aset Liabilitas; Komite
Kebijakan Perkreditan; Komite Pemutus Kredit; Komite Sumber Daya Manusia; Komite Teknologi
Informasi; dan Komite Penyelesaian Kasus Kepegawaian. Komite-komite eksekutif dibentuk guna
memberikan pendapat profesional kepada Direksi dan membantu menjalankan tugas dan efektivitas
pelaksanaan strategi dan pengelolaan risiko secara sistematis. Anggota-anggota Komite Eksekutif
ditunjuk Direksi, dengan memperhatikan keseimbangan proporsi antara Direksi dan eksekutif senior
sesuai bidang keahliannya.
Komite Manajemen Risiko. Komite dibentuk untuk memastikan bahwa kerangka kerja manajemen
risiko telah memberikan perlindungan yang memadai terhadap seluruh risiko Bank. Komite
ber tanggung jawab dalam menyusun kebijakan, strategi dan pedoman manajemen risiko;
menyempurnakan pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaaan proses
dan sistem manajemen risiko yang efektif; dan menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan
bisnis yang menyimpang dari prosedur.
Komite Aset Liabilitas. Komite bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan dan strategi
pengelolaan likuiditas, posisi devisa netto, harga (pricing) produk, penataan portofolio investasi dan
penataan struktur neraca melalui antisipasi perubahan suku bunga, sehingga dapat dicapai tingkat
profitabilitas yang optimum.
Komite Kebijakan Perkreditan. Tugas pokok Komite untuk mengarahkan pemberian kredit melalui
perumusan kebijakan perkreditan dalam pencapaian target perkreditan yang prudent. Fungsi komite
mencakup, antara lain memantau penerapan kebijakan perkreditan agar dapat dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen ser ta membantu Direksi merumuskan pemecahan atas kendala
penerapannya; melakukan kajian terhadap Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) BCA; memantau dan
mengevaluasi hal-hal yang berkaitan dengan aspek perkreditan serta memberikan saran dan langkah
perbaikan.
Komite Pemutus Kredit. Komite dibentuk untuk memberikan keputusan kredit yang ditetapkan
berdasarkan wewenang Direksi dengan memperhatikan pengembangan bisnis tanpa meninggalkan
prinsip kehati-hatian. Fungsi pokok Komite yaitu memberikan pengarahan dalam analisis kredit yang
lebih mendalam dan komprehensif; memutuskan kredit berdasarkan kemahiran profesional sesuai
dengan batas wewenang/jenis kredit yang ditetapkan Direksi; melakukan koordinasi dengan Komite
Aset Liabilitas dalam hal aspek pendanaan kredit.
19
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Komite Sumber Daya Manusia . Tujuan pembentukan Komite ini adalah untuk memastikan penerapan
kebijakan sumber daya manusia dilaksanakan secara optimal serta sesuai dengan arah dan strategi
perusahaan. Fungsi yang diemban oleh Komite ini yaitu membantu Direksi dalam menyusun kebijakan
dan strategi sumber daya manusia; memantau dan memastikan penerapan kebijakan dan strategi
sumber daya manusia dilaksanakan secara konsisten; memastikan bahwa Direksi mengetahui
sepenuhnya perkembangan penerapan kebijakan sumber daya manusia; mengkaji dan memutuskan
permasalahan yang timbul dalam penerapan kebijakan sumber daya manusia secara kasus per
kasus.
Komite Teknologi Informasi. Komite ini dibentuk untuk memastikan keunggulan bersaing melalui
pemanfaatan teknologi informasi yang selaras dengan tujuan perusahaan. Fungsi Komite, antara lain
menetapkan arah dan kebijakan pengembangan teknologi informasi jangka menengah dan jangka
panjang; merekomendasikan dan memutuskan investasi teknologi informasi yang berdampak signifikan
pada perusahaan; memastikan pengembangan dan penerapan teknologi informasi yang selaras
dengan tujuan perusahaan; serta memantau dan mengevaluasi pemanfaatan teknologi informasi
pada seluruh kegiatan yang berdampak besar bagi perusahaan.
Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian. Dibentuk dengan tujuan untuk memberikan usulan
penyelesaian kasus kepada Direksi, melalui penelaahan kasus pelanggaran dan/atau kejahatan yang
dilakukan karyawan sehingga keputusan yang dibuat sesuai prinsip perlakuan adil. Komite mempunyai
tugas, antara lain memberikan pertimbangan-pertimbangan seperti pengenaan sanksi, pembenahan
sistem dan prosedur operasional, tindak lanjut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran dan/atau
kejahatan tersebut; evaluasi secara berkala atas laporan penyelesaian kasus pelanggaran dan/atau
kejahatan yang diputuskan oleh Pemimpin Cabang Utama dan Pemimpin Wilayah; memberikan
saran dan pengarahan (jika diperlukan) kepada Cabang/Wilayah dalam menangani kasus-kasus
pelanggaran dan/atau kejahatan.
Secara rutin Komite Eksekutif melakukan rapat pembahasan dan mengusulkan arahan yang sesuai
dengan fokus bidang masing-masing. Frekuensi rapat diatur secara baku, dan dapat disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan setiap Komite.
20
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Tabel rapat Komite Eksekutif periode 2003, dimana Direksi terlibat di dalamnya selaku anggota
masing-masing Komite:
Catatan :
H = kehadiran dalam rapat
J = jumlah rapat
*)
= bukan anggota
**)
= sebagai ketua pada komite termaksud
Divisi Audit Internal bertanggung jawab dalam melakukan pemeriksaan terhadap seluruh unit kerja
dan anak perusahaan Bank dan menyampaikan laporan hasil audit kepada Direksi dan Dewan
Komisaris. Unit kerja yang diaudit harus menindaklanjuti temuan tim pemeriksa dalam waktu satu
bulan. Perusahaan menyampaikan laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit kepada Bank
Indonesia setiap enam bulan.
21
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
BCA menerapkan pendekatan audit berdasarkan risiko. Sehingga perencanaan dan proses audit
dilakukan berdasarkan penilaian risiko bisnis dalam tingkat makro maupun mikro. Rencana audit
tahunan disusun berdasarkan evaluasi penilaian risiko secara makro terhadap unit kerja atau kegiatan
yang mempengaruhi pencapaian rencana kerja atau sasaran BCA. Kemudian setiap unit kerja atau
kegiatan yang masuk dalam cakupan audit tahunan akan diperiksa melalui penilaian risiko mikro
untuk mengalokasikan kegiatan audit secara proporsional sesuai dengan perbandingannya.
SEKRETARIS PERUSAHAAN
Perusahaan memiliki seorang Sekretaris Perusahaan guna mendukung terlaksananya tata kelola
perusahaan. Sekretaris Perusahaan mewakili Direksi dalam berkomunikasi dengan pihak luar, khususnya
investor, masyarakat pasar modal dan para pemegang saham; dan memantau kepatuhan perusahaan
terhadap ketentuan dan peraturan pasar modal.
Dalam upaya menjalin komunikasi yang lebih baik dengan publik dan keterbukaan informasi, BCA
secara rutin mengadakan pertemuan analis dan pertemuan investor; berpartisipasi dalam sejumlah
konferensi investor ; mempublikasikan Laporan Keuangan Triwulanan melalui media massa;
mengirimkan siaran pers ke media massa; memberikan Laporan Keuangan yang telah di audit kepada
pihak-pihak yang berkepentingan; serta menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai
ketentuan yang berlaku. Berbagai informasi tentang BCA dapat diakses masyarakat melalui website:
www.klikbca.com.
22
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
KODE ETIK BANKIR BCA
Kepercayaan merupakan modal utama dalam bisnis perbankan. Untuk itu, BCA mengembangkan
dan mensosialisasikan standar nilai dan etika karyawan. Dengan pemahaman dan penerapan etika
bankir, diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme segenap jajaran karyawan BCA.
Secara umum, inti butir Kode Etik Bankir BCA, antara lain:
1. Kepatuhan. Ketaatan pada undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan sistem dan prosedur
yang telah ditetapkan Bank.
2. Integritas. Tidak menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya untuk kepentingan pribadi maupun
keluarga; menjaga nama baik, keamanan harta kekayaan Bank, kerahasiaan data nasabah dan
Bank; menjaga perilaku agar kepentingan pribadi tidak bertentangan dengan kepentingan Bank
ataupun nasabah.
3. Etika. Tidak melakukan perbuatan tercela/tindakan spekulatif.
4. Harmonisasi lingkungan kerja. Menjaga dan membina keharmonisan lingkungan kerja dan
persaingan yang sehat.
5. Kompetensi. Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan wawasan, dengan mengikuti
perkembangan industri perbankan khususnya dan dunia usaha pada umumnya.
Selain itu, BCA telah menginformasikan ketentuan Bapepam tentang larangan transaksi efek oleh
orang dalam (insider trading) kepada segenap anggota Dewan Komisaris, Direksi serta jajaran
manajemen dan karyawan.
23
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
L aporan Komite Audit
Komite Audit mengalami pergantian personalia sebagai kelanjutan dari penggantian anggota Dewan
Komisaris yang terjadi saat Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 25 Juni 2003.Tugas Ketua Komite
Audit sebelumnya yaitu Suyono Sudirun, diteruskan oleh Komisaris Independen yang baru yaitu
Cyrillus Harinowo. Dengan perubahan tersebut, maka susunan anggota Komite Audit yang baru
adalah:
Sejak terbentuknya Komite Audit yang baru tersebut, maka kami telah mengkaji kegiatan-kegiatan
operasional PT Bank Central Asia Tbk tahun 2003. Sebagaimana dipersyaratkan dalam pelaksanaan
tata kelola usaha yang baik (good corporate governance), kajian atas kegiatan operasi terutama
terdiri dari penerapan prosedur analitik dan permintaan keterangan kepada pihak yang bertanggung
jawab untuk masalah-masalah keuangan, akuntansi dan operasional.
Kegiatan Internal
1. Memberikan komentar dan saran atas Laporan Hasil Audit dari Divisi Audit Internal atas hasil
pemeriksaan kantor cabang, kantor wilayah dan unit kerja di Kantor Pusat untuk pemeriksaan
2003. Berdasarkan review atas laporan tersebut jika dirasa perlu ditindaklanjuti dengan pertemuan
Komite Audit dengan Divisi Audit Internal bahkan dilakukan kunjungan ke unit kerja yang
bersangkutan.
2. Memahami copy laporan periodik tentang pemantauan kepatuhan terhadap ketentuan kehati-
hatian serta laporan lainnya selama tahun 2003.
3. Menelaah Laporan Keuangan bulanan dan triwulanan selama tahun 2003.
24
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
4. Melakukan review terhadap copy Notulen Rapat Komite Remunerasi dan Nominasi perusahaan.
5. Menyampaikan laporan kepada Dewan Komisaris setiap 3 bulan sekali mengenai kegiatan Komite
Audit selama periode tersebut.
Berdasarkan review yang telah dilakukan di atas, Komite Audit menyimpulkan tidak diketemukan
hal-hal yang cukup signifikan untuk dilaporkan dalam Laporan Tahunan 2003 PT Bank Central Asia
Tbk.
Komite Audit
PT Bank Central Asia Tbk
Cyrillus Harinowo
KOMISARIS INDEPENDEN DAN KETUA
Djoko Sutardjo
A N G G OTA
Retno D. Mertonegoro
A N G G OTA
25
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
P engelolaan Risiko
Aktivitas pengelolaan risiko di BCA didasarkan pada pemahaman dan pengukuran berbagai faktor
risiko, termasuk risiko kredit, pasar dan operasional, yang dihadapi oleh Perseroan sebagai bank
transaksi dan lembaga intermediasi keuangan. Tujuan dari fungsi pengelolaan risiko adalah untuk
memberikan kerangka kerja bagi pengambilan risiko yang telah diperhitungkan sebagai bagian dari
aktivitas usaha Perseroan, sekaligus meminimalkan potensi kerugian yang tak terduga ataupun tak
terkendali dari pelaksanaan aktivitas usaha tersebut.
Pada tahun 2003, Satuan Kerja Pengelolaan Risiko BCA bersama dengan Deutsche Bank sebagai
konsultan manajemen risiko berupaya memperkuat infrastruktur pengendalian risiko di lingkungan
Perseroan, serta mendukung implementasi standar praktek internasional terbaik di bidang panduan,
kebijakan dan prosedur manajemen risiko. Secara khusus, Perseroan telah mengambil langkah-langkah
untuk lebih memastikan independensi fungsi-fungsi manajemen risiko, perbaikan struktur manajemen
risiko, penetapan batasan dan panduan risiko, serta mempersiapkan kesesuaian dengan peraturan
Bank Indonesia maupun rekomendasi Kesepakatan Basel II.
Pada bulan Mei 2003, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan No. 5/8/PBI/2003 mengenai Penerapan
Pengelolaan Risiko untuk Bank Umum di Indonesia. Peraturan tersebut kemudian dijabarkan lebih
lanjut melalui Surat Edaran BI tertanggal 29 September 2003. BCA tengah menyelesaikan prosedur
diagnosa dan analisa kesenjangan dalam rangka memenuhi ketentuan Peraturan No. 5/8/PBI/2003
tersebut sebelum akhir tahun 2004.
Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai langkah-langkah di bidang pengelolaan risiko kredit,
risiko pasar dan risiko operasional yang dilakukan BCA pada tahun 2003.
26
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Risiko Kredit
Pada tahun 2003, prinsip empat mata atau pemisahan fungsi-fungsi pemasaran dan kredit di seluruh
portofolio kredit, telah diterapkan untuk kredit komersial dan ritel di seluruh Jakarta dan pulau Jawa,
menyusul keberhasilan penerapan prinsip empat mata untuk kredit korporasi sebelum tahun 2003.
Prinsip empat mata diperkenalkan bersamaan dengan pembentukan Sentra Kredit Wilayah di dua
Kantor Wilayah di pulau Jawa, yang merupakan perpanjangan tangan dan melapor pada divisi Analisa
Kredit Kantor Pusat. Uji coba konsep Sentra Kredit Wilayah dilakukan di Semarang sebelum tahun
2003, guna memudahkan dan mendukung penyaluran kredit komersial dan ritel/UKM, serta
mendelegasikan proses pengambilan keputusan kredit dengan tetap mempertahankan standar kualitas
dan independensi fungsi analisa kredit. Implementasi Sentra Kredit Wilayah ke seluruh Indonesia
diperkirakan akan selesai dilakukan pertengahan tahun 2004.
Bersama dengan prinsip empat mata, BCA memperkenalkan sistem credit risk scoring yang otomatis
dan komprehensif untuk kredit komersial dan ritel/UKM di dua wilayah yang dilengkapi dengan
Sentra Kredit Wilayah. Sistem tersebut dirancang untuk standarisasi dan mempermudah proses
persetujuan kredit serta memastikan kesesuaian dengan kebijakan dan arahan pengendalian risiko
kredit. Pada pertengahan tahun 2004, BCA sudah akan menerapkan sistem tersebut di seluruh
wilayah Indonesia, sementara sistem yang sama bagi kredit konsumer dan perumahan akan mulai
diterapkan di pulau Jawa pada tahun 2004.
Risiko Pasar
Untuk memastikan independensi fungsi pengelolaan risiko pasar, BCA telah membentuk Satuan
Kerja Manajemen Risiko Pasar (SKMRP) yang semula merupakan sub-divisi dari Divisi Tresuri menjadi
unit kerja independen yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Manajemen Risiko, dan
bertanggung jawab atas pengelolaan risiko likuiditas, risiko suku bunga dan risiko kurs valuta asing.
Pada tahun 2003, SKMRP telah mengembangkan kerangka pengelolaan risiko pasar dan likuiditas
berdasarkan analisa Value at Risk (VaR), volatilitas dan kesenjangan (gap) likuiditas. Berdasarkan
kerangka tersebut, SKMRP menyusun kebijakan dan prosedur untuk pengukuran risiko pasar dan
likuiditas, penetapan limit risiko, kebijakan stop-loss, serta skenario dan prosedur back and stress
testing. BCA tengah mengembangkan dan menerapkan berbagai aplikasi sistem informasi baru untuk
meningkatkan kemampuan dan prosedur pemeriksaan, pemantauan dan pelaporan di bidang
pengelolaan risiko pasar dan likuiditas. Sebelum akhir tahun 2004, Perseroan akan telah memenuhi
ketentuan-ketentuan baru dari Bank Indonesia menyangkut pengelolaan risiko pasar dan likuiditas.
27
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Sebagai salah satu dari beberapa bank yang dipilih oleh Bank Indonesia untuk program Simulasi
Perhitungan Risiko Pasar dalam Permodalan sebagai antisipasi atas dimasukkannya faktor risiko pasar
dalam perhitungan penentuan modal minimum bank, BCA telah menerapkan simulasi perhitungan
risiko pasar pada laporan keuangan bulan Desember 2003, yang berdampak pada penurunan tingkat
kecukupan modal (CAR) sebesar kurang dari 1% saja.
Risiko Operasional
Satuan Kerja Manajemen Risiko Operasional yang independen dibentuk pada tahun 2002, melapor
langsung pada Direktur Pengelolaan Risiko. Pada tahun 2003, BCA menambah jumlah staf di unit
tersebut, dan melakukan penyempurnaan dan otomatisasi sistem Risk Self Assessment (RSA) yang
telah digunakan sejak tahun 2002. Sistem RSA yang baru tersebut berdampak pada peningkatan
kemampuan melakukan penilaian, pengukuran, pengendalian dan mitigasi dampak faktor-faktor risiko
signifikan yang ada di masing-masing unit dan wilayah. Pemetaan risiko oleh kantor wilayah dan
kantor cabang tersebut dilakukan terhadap faktor-faktor risiko yang ditentukan oleh RSA dan Satuan
Kerja Manajemen Risiko Operasional, dimana jumlah faktor risiko yang dinilai telah ditambah dari
169 pada tahun 2002 menjadi 689 pada tahun 2003. Cakupan pengendalian risiko yang lebih luas
tersebut memungkinkan BCA untuk lebih proaktif dalam mempersiapkan langkah pengendalian
bagi kemungkinan timbulnya risiko operasional.
Pada tahun 2004, BCA merencanakan penyempurnaan lebih lanjut pada sistem RSA, dan
memberlakukan pelatihan risiko operasional secara lebih terstruktur. Perseroan juga akan mulai
menerapkan Incident Reporting System (IRS) otomatis yang saat ini sedang diuji coba di beberapa
kantor wilayah. Sistem IRS diharapkan akan beroperasi sepenuhnya di cabang-cabang utama menjelang
akhir tahun 2004.
28
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
S ekilas Bank Central Asia
BCA Didirikan pada tahun 1957 dengan nama Bank Central Asia NV.
Bank Central Asia merupakan bank swasta terbesar di Indonesia yang
melayani nasabah perorangan, badan usaha maupun institusi melalui
jaringan kantor cabang berskala nasional yang menjangkau hampir
seluruh kota besar di Indonesia, dan jaringan pelayanan terpadu yang
menghadirkan layanan direct banking 24 jam melalui ATM, internet,
telepon sambungan tetap maupun telepon selular.
S ekilas Bank Central Asia
Didukung oleh kepemimpinan serta penerapan tata kelola perusahaan yang andal, BCA berperan
aktif dalam pembangunan nasional dengan menyediakan aneka ragam produk maupun jasa perbankan
bermutu tinggi melalui jaringan perbankan terbesar di Indonesia.
BCA mengelompokkan kegiatan perbankannya ke dalam tiga kelompok besar yaitu Bisnis Perbankan
Konsumer, Bisnis Kredit, serta Bisnis Tresuri dan Internasional. Ketiga bisnis tersebut didukung oleh
unit-unit Pengendali Risiko serta Pendukung Korporasi.
Bisnis Kredit
Bisnis kredit merupakan core competence lainnya yang sedang dikembangkan oleh BCA, dengan
mengandalkan jangkauan jaringan kantor cabang yang luas, kemampuan distribusi lintas jaringan
maupun kegiatan pemasaran dan penjualan yang unggul. Bisnis ini menyalurkan kredit korporasi
kepada perusahaan dan institusi terkemuka di berbagai sektor industri; kredit komersial maupun
ritel bagi sektor usaha kecil dan menengah (UKM); serta kredit pemilikan rumah dan kendaraan
bermotor bagi nasabah perorangan. Untuk mempersiapkan core competence dalam bidang kredit,
beberapa tahun terakhir, BCA telah memusatkan perhatiannya pada pengembangan prasarana
perkreditan yang memadai, sehingga mengarah kepada pembakuan sistem skoring kredit secara
komprehensif untuk segmen kredit ritel, komersial maupun korporasi pada tahun 2003. Secara
bertahap, sistem ini terus dikembangkan agar dapat memenuhi Ketentuan Basel Accord II dalam hal
pengendalian risiko kredit perbankan, serta memperkokoh landasan perkreditan BCA secara efektif
guna mengembangkan lingkup usaha.
30
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
pemerintah dengan memberikan berbagai solusi perbankan dan keuangan termasuk layanan tresuri,
pembiayaan perdagangan, valuta asing, pengelolaan kas serta wali amanat. Selain itu, bisnis ini juga
melakukan pengendalian likuiditas serta pemantauan risiko pasar untuk seluruh kegiatan perbankan
BCA, jasa penasehatan keuangan sebagai dukungan atas kegiatan perbankan prioritas, serta memelihara
hubungan baik dengan bank-bank koresponden internasional sehubungan dengan transaksi lintas
negara. Sejak 2003, lini bisnis ini memiliki peran yang semakin aktif dalam kegiatan investasi dan
perdagangan di pasar uang, antara lain menempatkan BCA sebagai salah satu pelaku yang semakin
diperhitungkan di perdagangan bursa obligasi korporasi maupun pemerintah.
Strategi Bisnis
Pertumbuhan bisnis BCA akan terus berkembang dan tumbuh dari landasan serta prasarana
perbankan yang telah menjadikannya sebagai penyedia jasa perbankan transaksi terkemuka di negeri
ini. Oleh karenanya, strategi BCA bertumpu pada peningkatan core competence ini, diantaranya
dengan senantiasa meningkatkan mutu layanan dan produk, terus mengembangkan jalur distribusi
alternatif guna menambah akses dan kemudahan pelayanan, serta memanfaatkan jaringan layanan
BCA yang luas guna menciptakan pertumbuhan usaha yang berkesinambungan melalui basis nasabah
yang besar. Selain itu BCA juga mengembangkan basis kompetensi lainnya di bidang kredit guna
meningkatkan pendapatan bunga bersih; antara lain dengan membangun budaya kredit maupun
pengendalian risiko yang lebih mapan di lingkungan kerja BCA serta mengubah paradigma pemasaran
yang dianut selama ini dari pendanaan ke penyaluran kredit. Secara bersamaan, BCA juga terus
mengembangkan bisnis tresuri, serta meningkatkan kegiatannya di sektor pembiayaan perdagangan
dan investasi pasar modal guna memperoleh peluang pendapatan dari pertumbuhan perekonomian
Indonesia yang semakin pulih. Pada tahun 2003, BCA meraih kemajuan yang signifikan dalam berbagai
pengembangan strategis tersebut, guna menempatkan BCA pada posisi yang semakin kokoh untuk
terus berperan sehingga memperkuat peran serta BCA dalam pemulihan dan pertumbuhan ekonomi
nasional di masa mendatang.
31
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
B asis Perbankan yang Sangat Beragam
Upaya BCA dalam peningkatan dan peragaman delivery channel dilakukan seutuhnya sehingga
mencakup pula pengembangan serta peningkatan pelayanan pada jaringan kantor cabang, sekalipun
berbagai pengembangan yang diupayakan pada jaringan distribusi alternatif akan menggantikan atau
mengurangi manfaat dari beberapa jasa yang tersedia melalui jaringan pelayanan konvensional. Semua
ini diupayakan oleh BCA karena menyadari adanya kebutuhan yang berbeda antara satu nasabah
dengan lainnya, yaitu mulai dari pelayanan yang dirancang khusus sesuai keinginan nasabah hingga
pelayanan yang cepat dan mudah yang dapat dilakukan dengan sentuhan jari pada keyboard komputer,
layar sentuh maupun perangkat telepon.
Pada tahun 2003, BCA merenovasi 47 kantor cabang dengan tujuan meningkatkan profitabilitasnya.
Upaya ini membuahkan hasil yang menggembirakan. Sekalipun nampak adanya pergeseran ke arah
pemanfaatan jaringan maya seperti internet banking maupun mobile banking, kantor cabang dan ATM
masih menjadi satu-satunya pilihan bagi nasabah untuk melakukan setoran tunai atau kliring cek.
Selama tahun yang dilaporkan, jaringan dan fasilitas kantor cabang BCA berperan besar dalam
menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp 118.014 miliar per akhir tahun 2003, meningkat
sebesar13,79% dari Rp 103.716 miliar di tahun 2002.
33
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Transaksi Debit BCA
9,9
7,5
25,3
22,3
02 03
Selain meningkatkan fasilitas pelayanannya, BCA juga mengembangkan jasa transaksi pembayaran,
menambah manfaat penggunaan kartu Paspor BCA yang menggabungkan fungsi kartu ATM, kartu
debit dan kartu tunai dalam sebuah kartu. BCA juga meningkatkan hubungan dengan para merchant
penerima Paspor BCA, melalui penawaran program insentif maupun promosi khusus yang dikaitkan
dengan transaksi pembelanjaan kartu Paspor BCA tersebut. Langkah ini berhasil meningkatkan volume
transaksi Paspor BCA. Tahun 2003 juga mencatat pertumbuhan penggunaan kartu debit maupun
penarikan tunai melalui merchant mencapai Rp 1.018 miliar, meningkat tajam dari Rp 777 miliar di
tahun 2002. Hingga akhir tahun 2003, pemegang kartu Paspor BCA berjumlah 5.623.187 nasabah.
Paspor BCA tetap merupakan produk unggulan BCA dengan basis nasabah beragam, mulai dari
pelajar, ibu rumah tangga hingga kalangan profesional dan pemilik usaha.
Contoh lain inovasi peningkatan layanan perbankan BCA di tahun 2003 adalah penambahan jumlah
layanan BCA Bizz – singkatan dari BCA Bisnis – mencakup delapan kantor cabang di berbagai pusat
bisnis Jakarta. Sasaran BCA Bizz adalah pemilik usaha atau wirausahawan yang memerlukan layanan
perbankan khusus, seperti layanan antar jemput kas serta layanan perbankan lainnya yang dapat
menghemat waktu sehingga nasabah dapat lebih mencurahkan perhatiannya untuk menjalankan
usahanya. Inisiatif semacam ini tidak hanya membentuk rasa percaya di kalangan nasabah, namun
juga memberi peluang bagi BCA menjalin hubungan kerja dengan pengusaha di tingkat dasar (grassroot)
dengan potensi pengembangan yang menjanjikan dalam jangka panjang.
34
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
channel yaitu mencakup jaringan perbankan elektronik serta jaringan perbankan konvensional atau
fisik. Kelompok layanan perbankan elektronik terdiri dari ATM BCA, Debit BCA, Tunai BCA, Klik
BCA (jasa internet banking bagi nasabah perorangan), Klik BCA Bisnis (jasa internet banking bagi
nasabah berbadan hukum), m-BCA (jasa mobile banking), SMS Top Up BCA, BCA by Phone dan
Halo BCA. Sedangkan jaringan perbankan konvensional mencakup BCA Bizz, Kantor Cabang, dan
BCA Prioritas untuk jasa perbankan prioritas.
ATM BCA mencatat jumlah transaksi hampir mencapai 385 juta transaksi sepanjang tahun 2003,
dengan nilai transaksi sedikit di bawah Rp 260 triliun, merupakan transaksi ATM terbesar di Indonesia.
Untuk Debit BCA, terdapat lebih dari 10.000 merchant, 18.000 outlet dan 23.000 EDC hingga akhir
tahun 2003, menjadikan Debit BCA sebagai kartu debit dengan pangsa pasar terbesar. Pada tahun
tersebut kartu Debit BCA dipakai lebih dari 25 juta kali dengan nilai transaksi sekitar Rp10 triliun.
Dengan jaringan layanan perbankan elektronik yang luas dan beragam, para nasabah semakin
menikmati kemudahan dalam melakukan transaksi perbankannya dengan BCA. Sementara itu, BCA
35
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
B asis Perbankan yang Sangat Beragam
sekitar 13 juta hit, dimana lebih dari 9 juta diantaranya merupakan transaksi perbankan non finansial. 10,25
13,35
Fakta ini mendukung strategi kunci BCA dalam mendayagunakan jaringan pelayanan perbankan
elektronik. Dapat dibayangkan, jika kesembilan juta transaksi non tunai tersebut harus dilayani melalui 4,56
02 03
kantor cabang atau ATM, tentu akan menyita lebih banyak waktu, tenaga dan upaya di pihak BCA.
Jumlah Transaksi (juta)
Untuk jaringan pelayanan fisik, BCA memfokuskan pada upaya pengemasan pelayanan khusus seperti
halnya BCA Bizz untuk bisnis ritel dan BCA Prioritas untuk melayani nasabah individu pilihan.
Di tahun 2003, BCA meresmikan 8 kantor cabang BCA Bizz di sejumlah pusat perdagangan Jakarta
dan satu cabang di Semarang menjelang akhir tahun. Berkat respon nasabah yang positif, BCA telah
membuka tiga kantor cabang BCA Bizz di Bandung, Surabaya dan Medan di awal tahun 2004.
36
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Di tahun 2003, BCA juga mengambil langkah-langkah peningkatan layanan di kantor-kantor cabang.
Kantor cabang yang mendapat prioritas adalah cabang-cabang dengan perputaran transaksi nasabah
yang tinggi, atau lebih dikenal dengan BCA Cabang Sibuk. Sampai dengan akhir tahun 2003 langkah
tersebut telah dilaksanakan di 47 kantor cabang di seluruh Indonesia.
BCA Prioritas terus memenuhi kebutuhan jasa perbankan dan penasehatan keuangan yang dikemas
khusus bagi nasabah individu pilihan. Per akhir tahun 2003, BCA memiliki lebih dari 58.500 nasabah
prioritas yang dilayani di 122 lokasi BCA Prioritas. Selain terus mengupayakan peningkatan fasilitas,
BCA menyelenggarakan berbagai acara pertemuan khusus dengan para nasabah BCA Prioritas,
menggunakan kesempatan itu untuk lebih mengembangkan jaringan komunitas BCA melalui hubungan
yang terbina baik dengan kelompok nasabah pilihan tersebut.
Secara umum, bisnis kartu kredit BCA berhasil melampaui sasarannya dengan peningkatan pendapatan
sebesar 29% menjadi sekitar Rp 238 miliar per 31 Desember 2003. Bisnis ini juga mencatat hasil
menggembirakan dengan peningkatan jumlah merchant dari 21.800 di tahun 2002 menjadi hampir
26.000 di tahun 2003, dengan jumlah transaksi yang mencapai Rp 7,1 triliun di tahun 2003 dibandingkan
Rp 6,6 triliun tahun sebelumnya.
Pada tahun 2003, BCA memperkenalkan Cicilan BCA. Cicilan BCA adalah fasilitas untuk
mengkonversikan transaksi pembelian melalui BCA Card menjadi pinjaman cicilan tetap selama 3, 6
atau 12 bulan dengan bunga yang ringan.
37
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
B asis Perbankan yang Sangat Beragam
Meskipun telah mencatat prestasi yang gemilang, BCA masih memiliki kemampuan untuk
mengembangkan potensinya. BCA akan menggalang lebih banyak sumber daya serta upaya dalam
memasarkan kartu kredit yang diterbitkannya, memadukan kampanye periklanan dengan program
pemasaran langsung melalui telemarketing, event-marketing dengan stan penjualan yang mudah
dipindahkan dari mal ke mal, cabang ke cabang, serta program hadiah untuk para pemegang kartu.
Program insentif bagi partisipasi para merchant akan diperluas ke berbagai wilayah potensial di luar
Jakarta seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan Medan. Pada saat yang sama, BCA
juga akan terus mengembangkan dan menambah fitur kartu kreditnya.
38
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Dalam kerangka ini, BCA senantiasa berupaya mengembangkan jenis dan ragam produk maupun
fasilitas perbankannya, menciptakan fitur produk baru serta memperkuat yang sudah ada. Selain
jaringan layanan yang luas, dan fokus terhadap penyaluran kredit konsumer mencakup fasilitas KPR
dan Kredit Kendaraan Bermotor, BCA juga menawarkan beragam produk pendanaan yang merupakan
salah satu kunci jalinan relasi dengan nasabah. Saat ini BCA memiliki beberapa produk tabungan dan
produk deposito termasuk produk unggulan - Tabungan Tahapan - dengan lebih dari 6 juta nasabah
per akhir tahun 2003. Produk pendanaan lainnya adalah Tapres, BCA Dollar, BCA Extra Rupiah dan
BCA Extra Forex, serta Deposito Berjangka dan Giro yang masing-masing menawarkan pilihan
mata uang Rupiah atau valuta asing.
Di tahun 2003, jumlah relasi yang terjalin dari beberapa produk pendanaan ini mencapai lebih dari
6,7 juta nasabah, dengan menghimpun dana pihak ketiga sebesar lebih dari Rp 118 triliun hingga
akhir tahun.
39
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
M engukuhkan Budaya Kredit
02 03
Prioritas tinggi diberikan pada pengembangan peluang cross selling kredit antara segmen korporasi
Korporasi
dan segmen komersial. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menggali potensi keterkaitan bisnis
Non Korporasi
(linkages) – baik ke depan maupun ke belakang – yang umumnya berlaku antara perusahaan dengan
pemasok atau pelanggannya, atau antara dua perusahaan dalam kelompok industri yang sama; dan
melayani kebutuhan keuangan sehubungan dengan keterkaitan ini sebagai satu solusi yang terpadu.
Implementasi dari skema semacam ini lebih mudah secara teori daripada praktek - hal mana telah
mendorong tim perbankan korporasi dan komersial untuk bekerja ekstra keras di tahun 2003 dalam
merumuskan strategi yang tepat untuk tujuan ini. Sebagai keunggulan komparatif yang dimiliki BCA,
laporan ini tidak akan mengulas banyak mengenai langkah-langkah yang telah diambil. Namun secara
garis besar, BCA telah mengidentifikasikan beberapa kelompok industri yang akan menjadi fokus
pengembangan konsep keterkaitan ini. Apabila BCA berhasil merealisasikan konsep linkages ini, akan
terbuka peluang bagi penyaluran kredit ke segmen korporasi, diikuti oleh pengembangan peluang
lainnya dengan mengikuti jalur bisnis yang terkait ke segmen komersial bahkan ke segmen ritel dan
konsumer sekalipun.
Pada tahun 2003, kredit korporasi dan non korporasi tumbuh masing-masing sebesar 28,74% dan
42,86%. Kredit korporasi pada akhir tahun 2003 tercatat sebesar Rp 12,59 triliun, dibandingkan Rp
9,78 triliun setahun sebelumnya, sementara kredit non korporasi tumbuh dari
Rp 11,72 triliun menjadi Rp 16,74 triliun pada periode yang sama.
Di segmen kredit ritel, BCA berfokus pada kredit usaha kecil dan menengah dengan menyediakan
pinjaman modal awal atau modal kerja kepada para wirausahawan dalam upaya mewujudkan
kebutuhan mereka. Umumnya, nilai kredit tersebut tidak melebihi Rp 5 miliar per debitur dan sering
dikaitkan dengan Program Kredit dari Pemerintah, yakni kredit yang dijamin oleh lembaga penjamin
kredit pemerintah. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2003, BCA bekerja sama dengan
beberapa Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank-bank pembangunan daerah yang mengkhususkan
diri pada fasilitas kredit mikro. Per akhir tahun 2003, BCA bekerja sama dengan 92 BPR guna
41
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
M engukuhkan Budaya Kredit
menyalurkan kredit ke sektor mikro senilai Rp 38,36 miliar. Selain itu, BCA tetap berperanserta Kredit Kendaraan Bermotor
(Rp miliar)
dalam penyaluran Program Ketahanan Pangan dengan menyalurkan pinjaman sebesar Rp 15,48
miliar di tahun 2003. 1.581,6
900,6
Di tahun 2003, divisi kredit ritel BCA memprioritaskan penguatan infrastruktur kredit ritel seperti
originasi, penyaluran serta pemantauan kredit. Salah satu langkah kunci yang diambil adalah penunjukan
Account Officer yang langsung bertanggung jawab atas rekening pinjaman yang bersangkutan, berbeda
dengan tugas Marketing Officer sebelumnya yang lebih umum. Selain itu, sejak tahun 2003 proses 02 03
originasi kredit telah diotomatisasi dengan sistem penilaian risiko kredit. Sehingga penilaian risiko
dapat dilakukan secara lebih cepat dan akurat terhadap setiap aplikasi kredit. Dalam 6 bulan terakhir
sistem tersebut menunjukkan peningkatan produktivitas yang nyata.
Hingga akhir tahun 2003, saldo kredit ritel BCA adalah sebesar Rp 7,50 triliun, naik 29,09% dari
Rp 5,81 triliun di tahun 2002. Secara keseluruhan, portofolio kredit ritel dan kredit konsumer mencapai
porsi 36,75% dari total kredit per akhir tahun 2003.
42
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Kredit Pemilikan Rumah
(Rp miliar)
Pertumbuhan Pesat
Kredit konsumer BCA membantu semakin banyak nasabah mewujudkan kebutuhan mereka untuk
memiliki rumah atau mobil. Hal ini terbukti dengan peningkatan jumlah debitur kredit pemilikan
1.003
rumah dan kredit pemilikan kendaraan bermotor menjadi 122.676 per akhir tahun 2003, dibandingkan
dengan 18.207 di tahun sebelumnya. Saldo kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan kendaraan
467
bermotor berjumlah masing-masing Rp1,0 triliun dan Rp1,58 triliun di tahun 2003, dengan
pertumbuhan agregat sebesar 89,9% dari tahun sebelumnya. Produk kredit pemilikan kendaraan 02 03
bermotor merupakan salah satu andalan dalam portofolio kredit BCA dengan total debitur lebih
dari 117.000 nasabah per akhir tahun 2003. PT Central Sari Finance, anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki Perseroan dan bergerak di bidang pembiayaan khusus otomotif, terus memacu pertumbuhan
portofolio kredit pemilikan kendaraan bermotor BCA.
Salah satu faktor kunci di belakang pertumbuhan pesat tersebut adalah keputusan BCA untuk
melakukan desentralisasi originasi dan pemrosesan kredit konsumer, dengan memindahkan otoritas
pemberian kredit dari Consumer Credit Center di kantor pusat ke kantor-kantor cabang yang berlokasi
di berbagai daerah potensial seperti Bandung, Surabaya dan lima kota besar lainnya di luar wilayah
Jabotabek. Kontribusi kota-kota tersebut kini mencapai lebih dari 80% dari total pasar kredit konsumer
Indonesia.
43
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
M embangun Bisnis Tresuri dan
Perbankan Internasional
Pada tahun 2003, BCA juga berhasil mengembangkan pangsa pasarnya untuk jasa dan produk tresuri.
Salah satu pencapaian utama adalah produk valuta asing BCA yang mencapai rekor transaksi sepanjang
tahun. Volume perdagangan valas tumbuh signifikan di tahun 2003. Inilah hasil langsung dari upaya
terpadu membangun portofolio perdagangan valas dengan berbagai aplikasi inovatif seperti
penyediaan kurs valas secara elektronik di kantor-kantor cabang dari Divisi Tresuri di Kantor Pusat.
45
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
M embangun Bisnis Tresuri dan Perbankan Internasional
Di tahun 2003, nilai pembiayaan perdagangan BCA terus meningkat, melampaui nilai yang dicapai di
tahun sebelumnya sebesar 18,52%. Namun yang lebih penting, hal ini menjadi basis yang solid untuk
membangun portofolio perbankan internasional lebih lanjut mulai dari pembiayaan perdagangan itu
sendiri hingga transaksi valas dan jasa transfer uang internasional.
BCA melihat bisnis transfer uang internasional sebagai bidang yang sangat prospektif dan berkembang
pesat. Di tahun 2003, BCA berhasil memposisikan dirinya sebagai salah satu bank dengan pangsa
pasar terbesar dalam jasa pengiriman dan penerimaan uang internasional.
Dengan lebih dari 1.600 bank koresponden internasional di 96 negara, BCA memiliki jaringan ke
seluruh dunia sehingga mampu memberikan jasa layanan tercepat, andal dan efisien dalam kegiatan
pembiayaan perdagangan, pengiriman uang internasional dan jasa perbankan internasional terkait
lainnya.
46
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
M enyatukan dan Memadukan Sumber Daya
BCA didukung oleh komitmen dari seluruh jajaran karyawan dalam mencapai tujuan-tujuan usaha
Perseroan secara cermat dan konsisten.
BCA menggunakan salah satu sistem teknologi perbankan terpadu yang paling canggih dan
komprehensif, dengan kemampuan penambahan modul dan aplikasi baru seiring dengan pertumbuhan
usahanya.
BCA memperoleh sinergi dari jaringan kantor cabang konvensional, mesin perbankan otomatis dan
jaringan layanan perbankan elektronik yang tak tertandingi di pasar sehingga mampu mewujudkan
tumbuhnya komunitas nasabah BCA yang khas.
BCA memiliki ragam jasa dan produk perbankan yang sangat komprehensif sehingga mampu
mengupayakan peluang pertumbuhan serta arus pendapatan yang berkesinambungan melalui jasa
perbankan, layanan perbankan transaksi maupun peluang cross-selling.
Kesemua sumber daya tersebut telah turut membentuk keunggulan kompetitif BCA di berbagai lini
usahanya; namun terlebih penting lagi, BCA didukung oleh kepercayaan jutaan nasabahnya; platform
pelayanan yang sangat andal; dan terutama sekali, sumber daya manusia profesional yang berdedikasi
tinggi.
Di tahun 2003, BCA memiliki lebih dari 21.300 karyawan, yang melayani lebih dari 6 (enam) juta
nasabah dari 780 kantor cabang di seluruh penjuru Nusantara, didukung oleh teknologi perbankan
terpadu yang menghadirkan beragam jasa dan produk perbankan. Kunci keberhasilan BCA selama
ini dan di masa mendatang terletak di kemampuannya dalam menyatukan serta memadukan sumber
dayanya yang luar biasa, menggalang momentum critical mass yang terbentuk dari penyatuan berbagai
sumber daya tersebut menjadi organisasi yang bersatu padu. Namun, sekalipun telah mencapai titik
critical mass, BCA tetap menjalankan usahanya secara hati-hati, mengupayakan pertumbuhan yang
berkesinambungan secara bertahap dan terkendali melalui penerapan manajemen risiko dan tata
kelola perusahaan yang bertangung jawab.
48
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
secara jelas dalam pedoman tersebut dan dikomunikasikan secara luas ke semua personil. Secara
operasional hal tersebut juga dijabarkan lebih lanjut sebagai arah, tujuan dan strategi usaha BCA,
yang dikomunikasikan ke semua jajaran.
Dengan rincian langkah-langkah yang komprehensif tersebut, personil BCA memahami benar apa
yang diharapkan dari setiap karyawan. Misalnya, berkenaan dengan kebijakan BCA dalam mencapai
visi dan misi, para karyawan diingatkan bahwa pertumbuhan Bank didasarkan pada prinsip kehati-
hatian; bahwa semua kegiatan Bank harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan, terutama
peraturan Bank Indonesia yang dijalankan secara efisien; bahwa BCA mengandalkan penggunaan
teknologi mutakhir secara optimal; dan bahwa pengelolaan sumber daya manusia didasarkan pada
prinsip-prinsip transparansi dan kesetaraan peluang, apresiasi terhadap perilaku profesional yang
memiliki motivasi tinggi serta berdedikasi tinggi dalam upaya mencapai keunggulan dalam pelayanan,
baik internal maupun eksternal.
Sarana navigasi tersebut berlanjut dengan perumusan langkah strategis dan rencana bisnis BCA, dari
tingkat Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Cabang hingga ke tiap-tiap unit bisnis. Pada akhirnya,
rincian langkah-langkah tersebut mencakup kebijakan dan arahan di tingkat operasional, Prosedur
Operasi Standar bagi karyawan BCA mencakup berbagai macam aktivitas, dari penilaian kredit
hingga pengelolaan risiko, pemasaran, pelayanan nasabah, sistem informasi manajemen dan audit
internal maupun berbagai aktivitas perbankan lainnya.
Semua ini mengarah kepada kelengkapan sistem dan prosedur operasional yang tertata baik di
BCA, yang dirancang untuk memenuhi standar praktek perbankan internasional terbaik, dengan
penerapan penuh sistem pengendalian internal dan pengelolaan risiko yang memadai demi menjamin
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan selain kepatuhan terhadap kebijakan dan
prosedur kerja internal.
49
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
M enyatukan dan Memadukan Sumber Daya
di tahun 2002. Adapun indikasi peningkatan moril kerja tercermin dari rendahnya tingkat pergantian
personil, yaitu kurang dari 1,0% sepanjang tahun 2003 sebagai salah satu yang terendah di sektor
perbankan.
BCA memberikan prioritas tinggi pada pelatihan dan pengembangan karyawan. Sebanyak 1.263 kali
pelatihan dan kursus pengembangan dilakukan sepanjang tahun 2003, termasuk pelatihan
kepemimpinan, pemasaran dan kredit, serta pengendalian manajemen dan operasional. Berbagai
Program pelatihan kepemimpinan dirancang untuk posisi Manajer Cabang dan Kepala Unit, yang
mencakup topik seperti “Ketrampilan Inti untuk Membangun Komitmen”, “Pendelegasian untuk
Pertumbuhan Produktivitas”, “Menjadi Pemimpin adalah Peran Setiap Orang”, dan “Membina
Pengembangan Orang Lain”. Di bidang kredit dan marketing, para eksekutif lapangan menerima
pelatihan “Ketrampilan Menjual Bagi Bankir”, “Strategi Mencari Nasabah”, “Manajemen Penjualan
bagi Bankir” dan “Layanan yang Menjual”.
Pada tahun 2003, dengan bantuan sebuah institusi pembelajaran internasional dan salah satu bank
komersial terbesar di dunia yang memiliki reputasi di bidang manajemen risiko, BCA mengembangkan
berbagai program pelatihan kunci yang terkait dengan peningkatan manajemen risiko kredit. Salah
satu program tersebut melibatkan 15 credit officer BCA terpilih untuk mengikuti pelatihan langsung
di tempat kerja selama delapan bulan yang meliputi semua segmen pasar, untuk meningkatkan
kemampuan penilaian dan pemantauan risiko kredit.
Karyawan BCA Menurut
Jenjang Pendidikan (%)
43,58
33,28
16,95
1,73 4,46
S2 / S3
S1
SMU
SMP / SD
50
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
BCA juga melakukan perbaikan sistem kompensasi kerja sebagai bagian dari strategi BCA untuk
menarik dan mempertahankan profesional perbankan terbaik di bidangnya. Survei gaji dan tunjangan
yang dilakukan BCA di tahun 2003 menunjukkan bahwa tingkat penggajian karyawan Perseroan
berada di kisaran skala gaji bank-bank terkemuka di Indonesia.
Remunerasi kompetitif dan lingkungan kerja yang menantang selanjutnya menciptakan hubungan
yang lebih selaras antara Bank dengan pekerja. Serikat pekerja BCA menjadi bagian dari stakeholder
inti, yang menyadari visi dan misi Bank, dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran bisnis bersama.
Hal ini mendorong pembaruan Perjanjian Kerja Bersama yang ditandatangani pada bulan November
2003, berlaku hingga November 2005.
Sejak tahun 2002, BCA memindahkan fasilitas DRC ke Singapura sebagai upaya menjamin
keberlangsungan operasional bila terjadi krisis. Keberadaan sebuah sistem cadangan penuh (redundant
back-up) yang secara geografis terpisah dari sistem utama merupakan hal penting dalam mengamankan
jutaan transaksi BCA setiap harinya. Dengan dukungan infrastruktur teknologi yang mapan, Singapura
merupakan lokasi ideal untuk DRC BCA. Dalam rangka menjamin keandalan sistem back-up data,
pada November 2003, BCA mempercayakan IBM Singapura untuk mengoperasikan DRC dengan
kontrak operasional penuh.
Di tahun 2003, BCA juga mengambil langkah-langkah penting lainnya di bidang teknologi informasi
dengan tujuan meningkatkan cakupan dan keandalan sistem layanan Bank.
Peluncuran Internet Banking bagi usaha kecil dan menengah (UKM) pada Februari 2003. Bersamaan
dengan peluncuran tersebut, pada jaringan elektronik internet banking bisnis tersedia layanan yang
secara khusus ditujukan kepada kalangan UKM. Selama periode tahun 2003, berbagai fitur-fitur yang
51
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
ada, seperti transfer pembayaran dan pengiriman uang serta pengecekan saldo dan transaksi
dikembangkan terus menerus. Beberapa fitur tambahan yang sedang dikembangkan seperti sistem
penggajian, pengiriman valuta asing, dan fasilitas debit-credit otomatis antar rekening yang diharapkan
siap digunakan di tahun 2004.
Untuk mendukung proses kredit, pada bulan Januari 2003 disediakan Sistem Pembukaan Kredit.
Sebagai bagian dari upaya BCA untuk pembakuan proses dan persetujuan kredit, Divisi TI
mengembangkan sistem penilaian kredit komprehensif yang berfungsi sebagai basis manajemen
risiko kredit serta proses administrasi kredit. Sistem tersebut melakukan secara otomatis pencatatan,
evaluasi, persetujuan dan penyaluran kredit, sehingga keseluruhan proses kredit dapat dihitung dan
dijalankan secara cepat dan akurat. Sejak diluncurkan, sistem tersebut telah diterapkan untuk aplikasi
kartu kredit dan kredit konsumer, dan akan diperluas dalam proses kredit komersial dan korporasi.
Program SAP Human Resources sepenuhnya on-line di tahun 2003. Sejak Agustus 2003, BCA
mengembangkan implementasi aplikasi modul SAP HR di semua kantor cabang melalui jaringan
komunikasi intranet. Sistem ini sangat menunjang kelancaran dan efektivitas manajemen dan
administrasi SDM. Dengan Sistem Swalayan Karyawan, para karyawan dapat memperbarui (up-
date) data pribadi, menangani permasalahan administratif termasuk permohonan cuti dan lembur,
pembayaran kesehatan dan biaya perjalanan serta pelaporan yang terkait dengan personalia lainnya.
Pada bulan Agustus 2003, BCA meningkatkan Mobile Banking, dengan koneksi host-to-host antara
platform teknologi informasi BCA dengan platform Satelindo. Sehingga nasabah BCA dapat
melaksanakan transaksi mobile banking BCA melalui jaringan operator Excelcomindo dan Satelindo.
52
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
K epedulian Sosial
Pembinaan hubungan dan kemitraan dengan komunitas menuntut perilaku yang bertanggung jawab
dan memberikan kontribusi solusi bagi masalah kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan di masyarakat.
Sebagai bank yang tumbuh berkat dukungan para stakeholder, termasuk komunitas, Perseroan
memperlakukan masyarakat sebagai benteng dari pertumbuhan masa mendatang. Dari masyarakat,
Perseroan memperoleh personil yang cakap dan berbakat, inspirasi bagi pengembangan produk dan
jasa, serta kekuatan untuk terus membangun masa depan yang lebih baik.
Program Pendidikan Akuntansi (PPA) merupakan salah satu aktivitas sosial BCA di bidang pendidikan. PPA
adalah program pendidikan akuntansi non gelar bagi lulusan sekolah menengah yang berbakat namun
tidak mampu secara finansial untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Para siswa yang diseleksi dari
seluruh pelosok Indonesia tersebut memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan akuntansi selama dua
setengah tahun tanpa dipungut biaya. Sejak tahun 1996, lebih dari 200 orang telah lulus dari program PPA.
Pada tahun 2003, tercatat sebanyak 153 siswa PPA, sementara peserta yang lulus pada tahun tersebut
berjumlah 63 orang. Seringkali, para lulusan terbaik dari PPA kemudian direkrut oleh BCA untuk mengisi
posisi staf akuntansi yunior.
54
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Sejak tahun 1999, Bakti BCA memberikan beasiswa bagi mahasiswa di universitas-universitas nasional
terkemuka. Selain itu, mulai tahun 2002, BCA memberikan kesempatan bagi pelajar sekolah menengah
terpilih yang tidak mampu melanjutkan pendidikan untuk mengikuti program magang sebagai teller bank.
BCA memberikan beasiswa pendidikan bagi peserta magang yang berprestasi untuk dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sementara itu, pada tahun 2003 BCA mendirikan Yayasan Bakti BCA, yang antara lain berfungsi untuk
menyalurkan bantuan dana pendidikan bagi pelajar berprestasi yang merupakan anak dari karyawan
Perseroan pada jenjang kepangkatan tertentu.
Menyusul proyek percontohan yang sukses di Gunung Kidul, di tahun 2003, aktivitas Bakti BCA berlanjut
di Gadingrejo, Lampung. Bantuan pendidikan melalui Bakti BCA diberikan sesuai dengan kemampuan
finansial Perseroan serta dengan memperhatikan kebutuhan dari penerima bantuan, seperti membantu
renovasi gedung sekolah, penyediaan buku-buku perpustakaan, laboratorium komputer, dan bahkan
perangkat komunikasi seperti V-SAT. Bantuan juga diberikan dalam bentuk fasilitas pelatihan bagi tenaga
pengajar, terutama tenaga teknis di laboratorium komputer.
Aktivitas sosial Bakti BCA di bidang kesehatan antara lain adalah penyelenggaraan donor darah sejak
tahun 1991. Selain itu BCA bekerja sama dengan PP Perdami menyelenggarakan layanan umum operasi
katarak di Sukabumi pada tahun 2003. Bakti BCA juga aktif berperan dalam program bantuan bencana
alam seperti banjir, gempa bumi dan tanah longsor.
55
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
T injauan Keuangan
P embahasan Kinerja Keuangan
AKTIVA
Total aktiva pada akhir tahun 2003 mencapai Rp 133,26 triliun, meningkat sebesar Rp 15,96 triliun
atau 13,60% dari akhir tahun 2002. Pertumbuhan total aktiva tersebut secara signifikan meningkat
khususnya sejak semester II tahun 2003, sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang sepanjang
tahun 2003 meningkat sebesar Rp 14,30 triliun (13,79%) menjadi Rp 118,01 triliun.
Aktiva Produktif
Total aktiva produktif per akhir tahun 2003 berjumlah Rp 119,98 triliun, meningkat Rp 15,46 triliun
(14,79%) dibandingkan dengan akhir tahun 2002.
Peningkatan ini juga disertai dengan perbaikan komposisi aktiva produktif yang dilakukan BCA secara
terus menerus yaitu khususnya peningkatan pada kredit yang diberikan sebesar Rp 7,83 triliun atau
36,60% menjadi Rp 29,22 triliun dan peningkatan surat berharga korporasi sebesar Rp 2,64 triliun
atau 324,29% menjadi Rp 3,46 triliun serta mengurangi ketergantungan terhadap obligasi pemerintah
dimana selama tahun 2003 BCA berhasil mengurangi obligasi pemerintah investasinya dari Rp 47,70
triliun pada akhir tahun 2002 menjadi Rp 37,30 triliun pada akhir 2003, sedangkan lainnya disalurkan
dalam bentuk SBI yang meningkat Rp 14,86 triliun atau 67,54% menjadi Rp 36,85 triliun sehingga
memperkuat posisi aktiva likuid BCA.
Kecenderungan penurunan suku bunga SBI selama tahun 2003 masih terus berlanjut yaitu dari
15,12% di tahun 2002 menjadi 10,11% di tahun 2003#) atau turun sebesar 5,01% sepanjang tahun
2003. Hal tersebut turut mempengaruhi perolehan earning yield aktiva produktif BCA selama tahun
2003 yang juga turun sebesar 3,55% (dari 14,61% di tahun 2002 menjadi 11,06% di tahun 2003).
Lebih lambatnya penurunan earning yield aktiva produktif dibandingkan dengan penurunan suku
bunga SBI tersebut mengindikasikan bahwa manajemen BCA secara konsisten berupaya untuk
meningkatkan kualitas dengan mengalokasikan aktiva produktifnya ke dalam komponen yang dapat
memberikan hasil yang maksimal dengan risiko yang dapat diterima (acceptable risk).
Keberhasilan mereposisi aktiva produktif selama tahun 2003 mengakibatkan kontribusi aktiva pada
akhir 2003 mengalami cukup banyak perubahan dibandingkan pada akhir tahun 2002. Kontribusi
obligasi pemerintah - rekapitalisasi Bank (dimiliki hingga jatuh tempo) terhadap total aktiva turun
menjadi 27,99% pada akhir tahun 2003 dari sebelumnya 40,67% pada akhir 2002. Kontribusi kredit
yang diberikan terhadap total aktiva naik menjadi 21,93% pada akhir tahun 2003 dari sebelumnya
18,23% pada akhir tahun 2002, dan kontribusi surat berharga korporasi terhadap total aktiva juga
meningkat menjadi 2,59% dari sebelumnya 0,69% pada akhir tahun 2002.
57
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Komposisi Aktiva Produktif Tahun 2003 dan 2002
(Rp triliun)
Obligasi Pemerintah - Rekapitalisasi Bank 47,70
(dimiliki hingga jatuh tempo) 37,30
21,99
Sertifikat Bank Indonesia
36,85
21,39
Kredit yang Diberikan
29,22
0,82
Surat Berharga Korporasi
3,46
2002
2003
Aktiva Konsolidasi
1)
Termasuk surat-surat berharga yang dibeli kembali dengan janji dijual kembali
2)
Aktiva likuid terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank-bank lain, penempatan pada bank-bank lain, surat berharga dan tagihan lainnya (termasuk SBI).
58
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Aktiva Likuid
Aktiva likuid naik sebesar Rp 18,76 triliun (42,61%) menjadi Rp 62,77 triliun pada akhir Desember
2003, yang terutama disebabkan oleh kenaikan SBI yaitu sebesar Rp 14,86 triliun dan kenaikan surat
berharga yaitu sebesar Rp 5,70 triliun. Hal ini sejalan dengan kebijakan manajemen dalam usaha
pengoptimalan hasil aktiva produktif dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas perusahaan.
Kebijakan yang ditempuh tersebut telah berhasil memperbaiki struktur aktiva produktif dimana
obligasi pemerintah tidak lagi mendominasi aktiva produktif dengan komposisi tahun jatuh tempo
obligasi pemerintah per akhir tahun 2003 sebagai berikut :
59
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Kredit yang Diberikan
Untuk mewujudkan komitmen BCA dalam membantu memulihkan sektor riil perekonomian
Indonesia, BCA secara giat terus berupaya menjalankan fungsi intermediasinya dengan tetap berpegang
pada prinsip kehati-hatian. BCA juga telah mengimplementasikan infrastruktur pengelolaan risiko
sesuai standar internasional, yang mencakup pengelolaan risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional
serta menerapkan prinsip “four eyes” (empat mata) dalam memproses kredit.
Jumlah kredit (konsolidasi) yang disalurkan per 31 Desember 2003 meningkat sebesar 36,60%
(Rp 7,83 triliun) menjadi Rp 29,22 triliun dari tahun 2002 dengan rincian 88,22% merupakan kredit
dalam mata uang rupiah dan 11,78% kredit dalam mata uang asing. Sejalan dengan peningkatan
jumlah kredit tersebut, rasio kredit terhadap total dana (loan to deposit ratio) juga meningkat menjadi
24,62% pada tahun 2003, dari sebelumnya 20,44% pada tahun 2002.
Strategi ke depan BCA yang lebih memfokuskan pertumbuhan kredit non korporasi (terdiri dari
kredit komersial, kredit ritel dan konsumer) terlihat pada tingginya jumlah pertumbuhan kredit non
korporasi selama tahun 2003 (tidak konsolidasi) yang tumbuh sebesar 42,86% (Rp 5,02 triliun)
menjadi Rp 16,74 triliun, sementara kredit korporasi hanya meningkat sebesar 28,74% (Rp 2,81
triliun) menjadi Rp 12,59 triliun.
Adapun kredit berdasarkan jenis debiturnya tahun 2003 dan 2002 sebagai berikut :
16.744
42,68%
12.585 11.720
9.776 28,74%
2002
2003
Korporasi Non Korporasi
Kolektibilitas Kredit
Sejalan dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang BCA terapkan dalam pengelolaan risiko sesuai
standard internasional, maka rasio kredit bermasalah BCA per akhir tahun 2003 turun cukup signifikan
menjadi 2,34% dari akhir tahun 2002 yang berjumlah 3,47% (tidak konsolidasi).
Dalam melakukan pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP), BCA tetap mempertahankan
prinsip konservatisme, hal ini terlihat dari peningkatan jumlah penyisihan penghapusan kredit yang
dibentuk pada akhir tahun 2003 yang mencapai Rp 888,46 miliar (konsolidasi) atau meliputi 130,77%
dari total kredit bermasalah, meningkat 19,21% dibandingkan akhir tahun 2002.
60
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
KEWAJIBAN
Keberhasilan peningkatan dana di atas khususnya meningkatnya dana murah BCA di tengah
menurunnya suku bunga simpanan menunjukkan semakin bertambahnya kepercayaan nasabah pada
BCA. Hal ini tidak terlepas dari berbagai upaya BCA dalam melakukan peningkatan layanan kepada
nasabah secara berkesinambungan, antara lain pada tahun 2003 BCA telah melakukan pengembangan
electronic delivery channel yang telah ada seperti internet banking Klik BCA dan mobile banking
M-BCA serta meluncurkan delivery channel baru BCA Bizz. Keberhasilan ini terlihat juga tercermin
dari berhasilnya BCA dalam mempertahankan low cost of fund selama tahun 2003 yang hanya
sebesar 6,20%, turun 2,63% dari cost of fund tahun 2002.
Giro
Rekening giro pada akhir tahun 2003 sebesar Rp 25,28 triliun, naik Rp 3,72 triliun (17,26%) dari
posisi akhir tahun 2002 sebesar Rp 21,56 triliun. Komposisi pada akhir tahun 2003 terdiri dari
77,71% merupakan giro dalam mata uang rupiah dan 22,29% dalam mata uang valas.
Tabungan
Kemampuan BCA dalam menggalang dana masyarakat selama tahun 2003 melalui produk tabungan
mencatat prestasi yang menggembirakan dimana Tahapan sebagai produk unggulan tabungan naik
Rp 9,99 triliun (24,08%) menjadi Rp 51,48 triliun pada akhir tahun 2003 (selama tahun 2002 naik
7,00%), meskipun pricingnya terus menurun sejalan dengan kecenderungan menurunnya suku bunga
SBI. Komposisi tahapan pada total tabungan pada akhir Desember 2003 adalah sebesar 91,29%.
Deposito
Total deposito berjangka dan sertifikat deposito pada akhir tahun 2003 mencapai Rp 36,34 triliun,
turun Rp 0,11 triliun (0,31%) dari akhir tahun 2002 yang sebesar Rp 36,45 triliun dengan komposisi
87,52% dalam Rupiah dan 12,48% dalam valuta asing.
61
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Ekuitas
Total ekuitas pada akhir 2003 sebesar Rp 12,63 triliun, meningkat sebesar 9,71% dari Rp 11,51
triliun pada akhir tahun 2002. Peningkatan ini terutama berasal dari saldo laba dan tambahan modal
disetor dari eksekusi opsi saham karyawan BCA dalam Management Stock Option Plan selama tahun
2003 sebanyak 113,61 juta lembar saham.
Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 25 Juni 2003 dan diperolehnya
persetujuan pembagian dividen tunai dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melalui
surat No. PB-1772/BPPN/1103 tanggal 5 November 2003 maka pada tanggal 19 Desember 2003,
BCA telah melakukan pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2002 sebesar Rp 225 per lembar
saham dengan total sebesar Rp 1,38 triliun.
LABA RUGI
62
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Biaya 2003 2002 Naik (Turun)
Rp miliar Rp miliar Rp miliar %
Beban Umum & Administrasi 1.585 1.521 64 4,19%
Beban Karyawan 1.696 1.511 185 12,29%
Lainnya 251 93 158 169,89%
Total 3.532 3.125 407 13,02%
• Biaya umum dan administrasi meningkat Rp 0,06 triliun (4,19%) menjadi Rp 1,59 triliun pada
tahun 2003 antara lain disebabkan karena dilakukannya cost effectiveness program di berbagai
sektor biaya, namun beban promosi tetap dipertahankan guna mendukung keberhasilan pemasaran
berbagai produk BCA.
• Beban karyawan meningkat sebesar Rp 0,19 triliun (12,29%) menjadi Rp 1,70 triliun pada tahun
2003, selaras dengan adanya penyesuaian gaji pada tahun 2003.
• Beban lainnya meningkat sebesar Rp 0,16 triliun (169,89%) menjadi Rp 0,25 triliun disebabkan
antara lain adanya peningkatan beban kompensasi sehubungan adanya Management Stock Option
Plan selama tahun 2003.
Laba
Laba sebelum pajak tahun 2003 mencapai Rp 3,14 triliun apabila dibandingkan tahun 2002 turun
Rp 0,26 triliun (7,66%) yang terutama disebabkan karena penurunan pendapatan bunga bersih
sejalan dengan penurunan bunga SBI sepanjang tahun 2003 disamping itu pada tahun 2003 juga
terdapat kenaikan beban operasional lainnya sebagaimana diuraikan diatas.
Laba bersih tahun 2003 sebesar Rp 2,39 triliun, turun sebesar Rp 0,15 triliun atau 5,91% dibandingkan
dengan laba bersih tahun 2002 yang berjumlah Rp 2,54 triliun.
Sebagaimana diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi tahun 2003, selama tahun 2003,
BCA telah menerima hasil pemeriksaan pajak tahun 1999 dan atas hasil ini BCA telah mengajukan
keberatan kepada Dirjen Pajak , sedangkan untuk keberatan pajak tahun 1998, BCA telah menerima
hasilnya dan meneruskan penolakan hasil tersebut pada pengadilan pajak. Karena keadaan ini, maka
atas sebagian laba tahun 2003 terkena pajak penghasilan sebesar Rp 0,79 triliun. Dalam tahun 2003,
BCA telah membayar pajak penghasilan pasal 25 sebesar Rp 0,47 triliun, yang dicatat pada aktiva
lain-lain sampai adanya keputusan keberatan dan banding atas hasil pemeriksaan pajak tahun 1998
dan 1999. Dalam hal ini manajemen berkeyakinan bahwa seharusnya tidak ada laba kena pajak
untuk tahun 2003.
63
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
laba per lembar saham dihitung dari laba bersih atau dengan memperhitungkan pajak penghasilan
ditangguhkan dan taksiran pajak penghasilan (anak perusahaan) maka laba per lembar saham tahun
2003 menjadi sebesar Rp 395 per saham turun sebesar Rp 31 per saham dari tahun 2002.
RASIO KEUANGAN
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) BCA tahun 2003 setelah memperhitungkan
risiko pasar adalah sebesar 27,95%. Angka ini jauh melampaui batas minimum yang ditentukan oleh
Bank Indonesia sebesar 8% sebagaimana disebutkan di atas. Sedangkan rasio kewajiban penyediaan
modal minimum (CAR) BCA tahun 2003 jika tanpa memperhitungkan risiko pasar adalah sebesar
28,65% .
Rasio Profitabilitas
Berdasarkan pencapaian tingkat profitabilitas di tahun 2003, semua rasio profitabilitas bank tetap
memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Rasio Kepatuhan
BCA telah mematuhi semua persyaratan yang diwajibkan dan sama sekali tidak terdapat penyimpangan
sepanjang tahun 2003.
64
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Tidak Konsolidasi
No. RASIO KEUANGAN (%) Diaudit Diaudit
31 Des 2003 31 Des 2002
I. Permodalan
1. CAR 1) 27,95% 32,19%
2. Aktiva Tetap terhadap Modal 2) 16,86% 23,13%
II. Aktiva Produktif
1. Aktiva Produktif Bermasalah 0,58% 0,73%
2. NPL - gross 2,34% 3,47%
3. NPL - netto 1,33% 2,36%
4. PPAP terhadap Aktiva Produktif 0,84% 0,90%
5. Pemenuhan PPAP 165,36% 131,78%
III. Rentabilitas
1. ROA 2,60% 3,18%
2. ROE 23,85% 33,50%
3. NIM 4,93% 5,77%
4. BOPO 3) 77,01% 77,69%
IV. LDR 24,62% 20,44%
V. Kepatuhan (Compliance)
1. a. Persentase Pelanggaran BMPK
• Pihak Terkait 0,00% 0,00%
• Pihak Tidak Terkait 0,00% 0,00%
b. Persentase Pelampauan BMPK
• Pihak Terkait 0,00% 0,00%
• Pihak Tidak Terkait 0,00% 0,00%
2. GWM Rupiah 5,15% 5,11%
3. PDN 0,41% 3,04%
Catatan :
1) CAR periode 31 Desember 2003 dengan memperhitungkan risiko pasar & bila tanpa memperhitungkan
risiko pasar CAR menjadi 28,65%.
2) Perhitungan aktiva tetap adalah setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
3) BOPO = biaya operasional termasuk biaya bunga dan beban PPAP dibagi pendapatan operasional termasuk pendapatan
bunga.
65
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
T anggung Jawab Pelaporan Tahunan
Laporan Tahunan ini, beserta laporan keuangan dan informasi lain yang terkait, merupakan tanggung
jawab Manajemen PT Bank Central Asia Tbk dan telah disetujui oleh anggota Dewan Komisaris dan
Direksi dengan membubuhkan tanda tangannya masing-masing di bawah ini.
DEWAN KOMISARIS
DIREKSI
66
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Siddharta Siddharta & Widjaja
Registered Public Accountants
Laporan keuangan konsolidasi terlampir tidak dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas konsolidasi sesuai dengan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di
negara dan wilayah hukum selain Indonesia. Standar, prosedur dan praktek untuk mengaudit laporan
keuangan konsolidasi tersebut adalah yang berlaku umum dan diterapkan di Indonesia.
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
KEWAJIBAN
Kewajiban segera 690.405 523.394
Simpanan dari nasabah 13
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2c,3 29.863) 18.073
Pihak ketiga 117.984.239) 103.698.156
Simpanan dari bank-bank lain 13
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 2c,3 138) 43.412
Pihak ketiga 236.771) 143.320
Kewajiban derivatif 2h 8.769) 2.074
Kewajiban akseptasi 2p,14 569.271) 193.735
Surat-surat berharga yang diterbitkan 252.202) 112.883
Hutang pajak 15 106.583) 196.677
Beban masih harus dibayar 89.243 167.744
Pinjaman yang diterima 16 219.652) 385.854
Kewajiban lain-lain 432.336 302.786
Taksiran kerugian atas transaksi rekening
administratif 2q,17 14.394) 7.925
JUMLAH KEWAJIBAN 120.633.866 105.796.033
EKUITAS
Modal saham dengan nilai nominal Rp 250 per
saham: 18
Modal dasar: 22.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor: 6.131.134.500
saham pada akhir tahun 2003 dan 6.017.523.000
saham pada akhir tahun 2002 1.532.784) 1.504.381
Tambahan modal disetor 19 3.846.181) 3.708.894
Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan 2e 179.913) 193.254
Rugi belum direalisasi atas surat-surat berharga yang
tersedia untuk dijual 2l,8 (41.637) -
Selisih penilaian kembali aktiva tetap 2s,20 1.059.907) 1.059.907
Opsi saham 2w,21 28.959) 2.147
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 29 257.772) 232.357
Belum ditentukan penggunaannya (setelah
eliminasi saldo rugi sebesar Rp 25.853.162
juta melalui kuasi reorganisasi pada tanggal
31)Oktober 2000) 2x 5.761.566) 4.806.970
JUMLAH EKUITAS 12.625.445 11.507.910
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
PENDAPATAN NON-OPERASIONAL:
Laba penjualan aktiva tetap 2s 5.565) 17.384
Pendapatan sewa 6.180) 5.546
Lain-lain, bersih 7.855) 13.072
19.600) 36.002
Laba bersih
Dasar 395) 426
Dilusian 391) 420
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
Rugi
belum
direalisasi
atas
surat-surat
Selisih berharga Selisih
kurs atas yang penilaian Saldo laba
Tambahan penjabaran tersedia kembali Telah Belum
Modal modal laporan untuk aktiva Opsi ditentukan ditentukan Jumlah
saham disetor keuangan dijual tetap saham penggunaannya penggunaannya ekuitas
Saldo,
31 Desember 2001 1.486.499 3.648.826 240.158) -) 1.059.907 177 76.398 3.261.277) 9.773.242)
Opsi saham
(Catatan 21) 17.882 60.068 -) -) - 1.970 - -) 79.920)
Dividen kas
(Catatan 29) - - -) -) - - - (839.900) (839.900)
Saldo,
31 Desember 2002 1.504.381 3.708.894 193.254) -) 1.059.907 2.147 232.357 4.806.970) 11.507.910)
Opsi saham
(Catatan 21) 28.403 137.287 -) -) - 26.812 - -) 192.502)
Dividen kas
(Catatan 29) - - -) -) - - - (1.379.087) (1.379.087)
Saldo,
31 Desember 2003 1.532.784 3.846.181 179.913) (41.637) 1.059.907 28.959 257.772 5.761.566) 12.625.445
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
2003 2002
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
2003 2002
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan konsolidasi.
1. Umum
a. PT Bank Central Asia Tbk (“Bank”) didirikan di negara Republik Indonesia dengan akte notaris
Raden Mas Soeprapto tanggal 10 Agustus 1955 No. 38 dengan nama “N.V. Perseroan Dagang
Dan Industrie Semarang Knitting Factory”. Akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan
No. J.A.5/89/19 tanggal 10 Oktober 1955 dan diumumkan dalam Tambahan No. 595 pada Berita
Negara No. 62 tanggal 3 Agustus 1956. Nama Bank telah diubah beberapa kali; berdasarkan
akte Wargio Suhardjo, SH, pengganti notaris Ridwan Suselo, tanggal 21)Mei 1974 No. 144,
nama Bank diubah menjadi PT Bank Central Asia.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan yang
dilakukan sehubungan dengan Penawaran Umum Perdana saham Bank pada bulan Mei 2000,
yang antara lain, mengubah status Bank menjadi perusahaan terbuka dan nama Bank menjadi
PTiBank Central Asia Tbk. Perubahan ini dilakukan dengan akte notaris Hendra Karyadi, SH,
tanggal 29 Desember 1999 No.)62, yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No.)C-21020
HT.01.04.TH.99 tanggal 31 Desember 1999 dan diumumkan dalam Tambahan No. 1871 pada
Berita Negara No. 30 tanggal 14 April 2000.
Perubahan terakhir sehubungan dengan penerbitan saham baru dalam rangka Program
Kompensasi Manajemen Berbasis Saham (Catatan 21), dimana eksekusi opsi telah dilakukan
hingga 31 Desember 2003, dilakukan dengan akte Hendra Karyadi, SH, tanggal 8 Januari 2004
No. 4. Akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-01121
HT.01.04.TH.2004 tanggal 15 Januari 2004.
Bank mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Sesuai dengan pasal
3 Anggaran Dasarnya, Bank beroperasi sebagai bank umum. Bank bergerak di bidang perbankan
dan jasa keuangan lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Bank memperoleh
ijin untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan
No. 42855/U.M.II tanggal 14 Maret 1957. Bank memperoleh ijin untuk melakukan kegiatan
usaha devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 9/110/Kep/Dir/UD
tanggal 28 Maret 1977.
Bank berkedudukan di Jakarta dengan kantor pusat di Jalan Jenderal Sudirman kav. 22-23. Pada
tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, Bank memiliki sejumlah cabang dan kantor perwakilan
sebagai berikut:
2003 2002
Cabang-cabang dalam negeri berlokasi di berbagai pusat bisnis utama yang tersebar di seluruh
Indonesia. Cabang-cabang luar negeri berlokasi di New York (AS) dan Nassau (Kepulauan
Bahama), dimana pada tahun 2003 cabang di New York ditutup. Kantor-kantor perwakilan luar
negeri berlokasi di Hong Kong dan Singapura.
1. Umum (Lanjutan)
Cabang New York memiliki international banking facility (IBF) yang dibentuk sesuai dengan
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Federal Reserve Board dan negara bagian New York.
Peraturan-peraturan tersebut, antara lain, memberikan keringanan atas kewajiban pembentukan
cadangan tertentu, kebebasan dalam menentukan suku bunga dan pembebasan pajak penghasilan
negara bagian New York dan kota New York. IBF bukan merupakan satuan entitas yang
terpisah; namun mensyaratkan adanya pemisahan pembukuan dan pencatatan akun-akun aktiva
dan pasiva tertentu dari cabang New York. Akun-akun IBF dikonsolidasikan dengan cabang
New York untuk tujuan pelaporan keuangan. Cabang ini melaksanakan kegiatan operasinya
berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan dengan No. S-135/MK.11/1984 tanggal 7 April
1984. Dengan surat No. 4/753/DPIP/Prz tanggal 30 Desember 2002, Bank Indonesia menyetujui
rencana Bank untuk menutup cabang ini, dan berdasarkan surat Bank Indonesia
No.)5/76/DSM/SMon tanggal 3 Juli 2003, nomor sandi cabang New York telah ditutup.
Cabang Nassau terdaftar sebagai entitas asing menurut hukum Kepulauan Bahama. Sesuai
dengan hukum Kepulauan Bahama, cabang Nassau dibebaskan dari semua jenis pajak. Namun
demikian, laba bersih cabang Nassau dikonsolidasikan dengan hasil operasi Bank dan dikenakan
tarif pajak yang berlaku di Republik Indonesia. Cabang ini melaksanakan kegiatan operasinya
berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan No. S-052/MK.11/1986 tanggal 11 Pebruari 1986.
b. Berdasarkan surat keputusan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
No.)19/BPPN/1998 tanggal 28 Mei 1998, BPPN mengambil alih operasi dan manajemen Bank.
Sesuai dengan keputusan tersebut, status Bank diubah menjadi Bank Taken Over (BTO). Bank
ditetapkan untuk ikut serta dalam program rekapitalisasi bank berdasarkan keputusan bersama
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia No.1117/KMK.017/1999 dan
No..31/15/KEP/GBI tanggal 26 Maret 1999 mengenai pelaksanaan program rekapitalisasi bank
untuk Bank Taken Over.
Sehubungan dengan program rekapitalisasi, pada tanggal 28 Mei 1999 Bank menerima
pembayaran sebesar Rp 60.877 milyar dari Pemerintah Republik Indonesia. Jumlah ini terdiri
dari (i) nilai pokok kredit yang diberikan kepada perusahaan afiliasi yang telah diserahkan
kepada BPPN (terdiri dari Rp 47.751 milyar yang dialihkan secara efektif pada tanggal
21)September 1998 dan Rp 4.975 milyar yang dialihkan secara efektif pada tanggal 26 April
1999), dan (ii) bunga yang masih harus diterima atas kredit yang diberikan kepada perusahaan
afiliasi terhitung sejak tanggal efektif pengalihan sampai dengan tanggal 30 April 1999,
sejumlah Rp)8.771 milyar, dikurangi dengan (iii) kelebihan saldo Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (termasuk bunga) sejumlah Rp 29.100 milyar atas pembayaran rekapitalisasi dari
Pemerintah melalui BPPN sejumlah Rp 28.480 milyar. Pada tanggal yang sama, Bank
menggunakan penerimaan tersebut untuk membeli Obligasi Pemerintah yang baru diterbitkan
sejumlah Rp 60.877 milyar melalui Bank Indonesia.
Berdasarkan surat keputusan Ketua BPPN No. SK-501/BPPN/0400 tanggal 25 April 2000,
BPPN mengembalikan Bank kepada Bank Indonesia yang berlaku efektif pada tanggal tersebut.
Untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam peraturan Bank Indonesia
No.)2/11/PBI/2000 tanggal 31 Maret 2000, Bank Indonesia mengumumkan melalui Peng.
No.)2/4/Bgub tanggal 28 April 2000, bahwa program pemulihan termasuk restrukturisasi Bank
telah selesai dan Bank telah dikembalikan ke dalam pengawasan Bank Indonesia.
1. Umum (Lanjutan)
c. Berdasarkan surat Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. S-1037/PM/2000 tanggal 11 Mei
2000, Bank menawarkan 662.400.000 saham melalui Penawaran Umum Perdana dengan jumlah
nilai nominal Rp 331.200 juta (harga penawaran Rp 1.400, dalam rupiah penuh, per saham),
yang merupakan 22% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari
divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh BPPN. Penawaran umum ini
dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 12 April 2001 (notulen rapat dibuat oleh
notaris Hendra Karyadi, SH, dengan akte No. 25) menetapkan untuk dilakukannya pemecahan
nilai nominal saham (“stock split”) dari Rp 500, dalam rupiah penuh, per saham menjadi
Rp)250, dalam rupiah penuh, per saham dan meningkatkan jumlah saham ditempatkan sebanyak
147.199.300 saham (atau sejumlah 294.398.600 saham setelah stock split) melalui Program
Kompensasi Manajemen Berbasis Saham (“MSOP”). Stock split dilakukan dengan akte notaris
Hendra Karyadi, SH tanggal 12 April 2001 No. 30, yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia pada tanggal 18 April 2001.
Berdasarkan surat Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. S-1611/PM/2001 tanggal 29)Juni
2001, Bank menawarkan lagi 588.800.000 saham dengan jumlah nilai nominal Rp 147.200 juta
(harga penawaran Rp 900, dalam rupiah penuh, per saham), yang merupakan 10% dari modal
saham ditempatkan dan disetor saat itu, sebagai bagian dari divestasi pemilikan saham Republik
Indonesia yang diwakili oleh BPPN. Penawaran umum ini dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 10 Juli 2001.
d. Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, Bank memiliki penyertaan pada anak perusahaan
sebagai berikut :
PT Central Sari Finance
PT Central Sari Finance (“CSF”), sebuah perusahaan yang berdomisili di Indonesia dan
berlokasi di Wisma Milenia Lantai 1, Jalan MT Haryono 16, Jakarta, bergerak di bidang sewa
guna usaha (multifinance) dan beroperasi sejak tahun 1995. Persentase pemilikan Bank di CSF
pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebesar 99,58%. Jumlah aktiva CSF pada
tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 masing-masing berjumlah Rp 506.353 juta dan Rp 280.406
juta.
Berdasarkan akte notaris F.X. Budi Santoso Isbandi, SH tanggal 28 Desember 2001 No. 50,
PT)Central Sari Finance Corporation diubah namanya menjadi PT Central Sari Finance.)Akte
tersebut disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan No.)C-
02561.HT.01.04.TH.2002 tanggal 14 Pebruari 2002.
1. Umum (Lanjutan)
* Komisaris Independen
** Direktur Kepatuhan
f. Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, Bank mempekerjakan masing-masing 21.358 dan
21.599 karyawan tetap.
Dalam pembukuan dan pelaporan keuangannya, Bank dan anak perusahaan (“Perseroan”) menganut
kebijakan akuntansi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Kebijakan-
kebijakan akuntansi yang penting, yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan
keuangan konsolidasi tahun berakhir 31 Desember 2003 dan 2002, adalah sebagai berikut :
Seluruh transaksi dan saldo antar perusahaan yang signifikan telah dieliminasi dalam laporan
keuangan konsolidasi, sehingga laporan keuangan konsolidasi hanya mencakup transaksi dan
saldo dengan pihak lain.
Kurs valuta asing utama pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
Laba (rugi) kurs, yang telah maupun yang belum direalisasi, dikreditkan (dibebankan) dalam
laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
e. Penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing
Neraca cabang dan anak perusahaan Bank yang berdomisili di luar Indonesia yang disajikan
dalam valuta asing, dijabarkan ke dalam rupiah dengan kurs tengah Reuters pukul 16:00 WIB,
kecuali untuk akun-akun ekuitas yang dijabarkan dengan kurs historis. Laporan laba rugi dalam
valuta asing merupakan akumulasi dari laporan laba rugi bulanan selama tahun berjalan yang
dijabarkan ke dalam rupiah dengan rata-rata kurs tengah Reuters untuk bulan yang
bersangkutan.
Selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing disajikan terpisah di neraca
konsolidasi sebagai Selisih Kurs atas Penjabaran Laporan Keuangan pada bagian ekuitas.
f. Pendapatan dan beban bunga
Pendapatan dan beban bunga diakui dengan menggunakan metode akrual. Diskonto dan premi
diamortisasi dengan metode garis lurus dan dicatat sebagai penyesuaian atas bunga.
Pengakuan pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainnya dihentikan pada saat kredit
dan aktiva produktif lainnya tersebut diklasifikasikan sebagai non-performing (kurang lancar,
diragukan dan macet). Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainnya yang
diklasifikasikan sebagai non-performing dilaporkan sebagai tagihan kontinjensi dan diakui
sebagai pendapatan pada saat pendapatan tersebut diterima (cash basis).
Kredit yang pembayaran angsuran pokok atau bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah
jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu diragukan, secara umum
diklasifikasikan sebagai kredit non-performing. Kredit non-performing terdiri dari kredit yang
digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan dan macet. Bunga yang telah diakui tetapi
belum tertagih akan dibatalkan pada saat kredit diklasifikasikan sebagai non-performing.
Seluruh penerimaan kas yang berhubungan dengan kredit non-performing yang digolongkan
sebagai diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit. Kelebihan
penerimaan kas di atas pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga dalam laporan laba rugi
konsolidasi tahun yang bersangkutan.
Pendapatan bunga dari kredit yang dibeli dari BPPN diakui pada saat pendapatan tersebut
diterima (cash basis).
g. Pendapatan provisi dan komisi
Pendapatan provisi dan komisi yang berhubungan langsung dengan kegiatan pemberian kredit
dan/atau mempunyai jangka waktu tertentu diakui sebagai pendapatan ditangguhkan dan
diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama jangka waktu kredit. Saldo
pendapatan provisi dan komisi yang ditangguhkan dari kredit yang diselesaikan sebelum jatuh
tempo, diakui sebagai pendapatan pada saat penyelesaian kredit. Pendapatan provisi dan komisi
yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan pemberian kredit dan/atau mempunyai
jangka waktu tertentu diakui pada saat terjadinya transaksi.
h. Instrumen derivatif
Seluruh instrumen derivatif (termasuk derivatif tertentu yang melekat pada kontrak-kontrak lain)
dicatat sebagai aktiva atau kewajiban di neraca dan dicatat sebesar nilai wajarnya. Perubahan
nilai wajar dari instrumen derivatif diakui sebagai laba (rugi) tahun berjalan atau pendapatan
komprehensif lain (other comprehensive income) tergantung pada tujuan dari instrumen derivatif
yang bersangkutan dan apakah memenuhi kriteria untuk diklasifikasikan sebagai akuntansi
lindung nilai. Akuntansi untuk laba atau rugi yang berkaitan dengan perubahan nilai wajar atas
instrumen derivatif dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan konsolidasi tergantung dari
tujuan lindung nilai dan apakah lindung nilai tersebut menunjukkan efektifitas yang tinggi
(highly effective) dalam pencapaian saling hapus (offsetting) antara selisih nilai wajar arus kas
dari aktiva atau kewajiban yang dilindungi nilainya.
i. Akuntansi untuk transaksi sewa guna usaha
Kontrak sewa guna usaha yang dilakukan anak perusahaan dikategorikan sebagai direct
financing lease apabila memenuhi semua kriteria sebagai berikut:
(i) Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang disewagunausahakan
pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat
dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
(ii) Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah dengan
nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunausaha
serta bunganya, sebagai pendapatan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease).
(iii) Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun .
1. Penyisihan umum sekurang-kurangnya 1% dari saldo aktiva produktif dan transaksi rekening
administratif yang digolongkan lancar.
2. Penyisihan khusus untuk aktiva produktif dan transaksi rekening administratif:
Penyisihan khusus untuk aktiva produktif dan transaksi rekening administratif yang
digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet dihitung atas jumlah pokok pinjaman
setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperkenankan.
Untuk kredit yang telah direstrukturisasi, evaluasi manajemen Bank atas kolektibilitas kredit
dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal
12 Nopember 1998 dan perubahannya, Peraturan Bank Indonesia No. 2/15/PBI/2000 tanggal
12)Juni 2000.
Untuk kredit yang dibeli dari BPPN, evaluasi manajemen Bank atas kolektibilitas kredit
dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 4/7/PBI/2002 tanggal 27 September 2002.
Berdasarkan peraturan ini, kredit yang dibeli dari BPPN digolongkan lancar dalam jangka waktu
satu tahun sejak tanggal pembelian dan dilakukan penyisihan umum sekurang-kurangnya 1%
dari nilai tercatat (saldo nilai pokok pinjaman dikurangi pendapatan bunga yang ditangguhkan).
Beban pemeliharaan normal dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan,
sedangkan perbaikan, penambahan, renovasi, dan perluasan yang jumlahnya material dan
memperpanjang masa manfaat dikapitalisasi. Aktiva tetap yang tidak digunakan lagi atau dijual,
dikeluarkan dari kelompok akun aktiva tetap yang bersangkutan, dan laba atau ruginya disajikan
dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
t. Pajak penghasilan
Perseroan menerapkan metode aktiva dan kewajiban dalam menghitung beban pajaknya.
Dengan metode ini, aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui pada setiap tanggal pelaporan
sebesar perbedaan temporer aktiva dan kewajiban untuk tujuan akuntansi dan tujuan pajak.
Metode ini mengharuskan pengakuan manfaat pajak di masa akan datang, seperti kompensasi
rugi fiskal, jika kemungkinan realisasi manfaat tersebut di masa mendatang cukup besar
(probable).
u. Laba per saham
Laba per saham dasar dihitung berdasarkan laba operasional bersih atau laba bersih dibagi
dengan jumlah rata-rata tertimbang saham beredar pada tahun yang bersangkutan. Saham yang
diterbitkan untuk dijual secara kas diperhitungkan dalam jumlah rata-rata tertimbang saham
beredar apabila kas telah diterima.
Laba per saham dilusian dihitung dengan menggunakan metode yang sama, kecuali bahwa ke
dalam perhitungannya dimasukkan dampak dilutif dari opsi saham (Catatan 2w).
v. Kewajiban manfaat pensiun
Kewajiban Bank atas manfaat pensiun dihitung sebesar nilai kini dari estimasi jumlah kewajiban
manfaat pensiun di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada
masa kini dan masa lalu, dikurangi dengan nilai wajar aktiva bersih dana pensiun. Perhitungan
dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit.
Manfaat pensiun yang diperoleh karyawan dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi
dengan metode garis lurus (straight-line method) selama estimasi sisa masa kerja rata-rata
karyawan hingga manfaat pensiun menjadi hak karyawan (vested). Manfat pensiun yang telah
menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban pada saat terjadinya.
z. Penggunaan taksiran
Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
menyebabkan manajemen perlu membuat taksiran-taksiran dan asumsi-asumsi yang
mempengaruhi jumlah aktiva dan kewajiban yang dilaporkan serta pengungkapan aktiva dan
kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan dan jumlah pendapatan dan beban yang
dilaporkan selama periode pelaporan. Hasil aktual dapat berbeda dari taksiran-taksiran tersebut.
Perseroan melakukan transaksi keuangan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang
dilakukan sesuai dengan syarat dan kondisi yang serupa seperti yang dilakukan dengan pihak ketiga.
Perincian saldo dan transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
yang tidak dikonsolidasikan pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, serta tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut adalah sebagai berikut:
2003 2002
Persentase Persentase
Jumlah dari jumlah Jumlah dari jumlah
4. Kas
2003 2002
Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, kas di mesin ATM masing-masing berjumlah
Rp 1.160.868 juta dan Rp 738.928 juta.
Merupakan giro wajib minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia (5% dari kewajiban pihak
ketiga bukan bank dalam rupiah dan 3% dari kewajiban pihak ketiga, termasuk bank, dalam valuta
asing), tanpa bunga:
2003 2002
Pihak ketiga:
Rupiah 6.836 3.309
Valuta asing 307.718 238.676
Jumlah giro pada bank-bank lain, sebelum penyisihan
penghapusan aktiva produktif 314.554 241.985
Manajemen yakin bahwa saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk cukup
untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya giro pada bank-bank lain.
Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, seluruh saldo giro pada bank-bank lain diklasifikasikan
sebagai “lancar”, kecuali untuk giro pada Bank Multicor sejumlah Rp 156 juta, yang diklasifikasikan
sebagai “macet” pada tanggal 31 Desember 2002.
Pihak ketiga:
Call money:
Rupiah Hingga 1 bulan 1.565.000 1.865.000)
Lebih dari 1 bulan hingga 3 bulan 539.000 25.000)
Valuta asing Hingga 1 bulan 571.751 5.218.505)
Lebih dari 1 bulan hingga 3 bulan 2.243.118 189.943)
4.918.869 7.298.448)
Deposito:
Rupiah Lebih dari 12 bulan 60.000 -
Valuta asing Hingga 1 bulan 16.612 244.811)
Lebih dari 1 bulan hingga 3 bulan - 32.220)
Lebih dari 3 bulan hingga 6 bulan 14.323 -)
Lebih dari 6 bulan hingga 12 bulan - 11.471)
Lebih dari 12 bulan 10.859 23.830)
101.794 312.332)
Mutasi penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk tahun berakhir 31.Desember 2003 dan 2002
adalah sebagai berikut:
2003:
Saldo awal tahun (3.400) (52.235) (55.635)
(Penambahan) pemulihan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (5.413) 22.268 16.855
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta asing - 2.466 2.466
Saldo akhir tahun (8.813) (27.501) (36.314)
Deposito:
Rupiah 11,52 -
Valuta asing 0,70 1,20
Manajemen yakin bahwa saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk cukup
untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya penempatan pada bank-bank
lain.
Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, seluruh saldo penempatan pada bank-bank lain
diklasifikasikan sebagai “lancar”.
8. Surat-surat berharga
Akun ini terdiri dari surat-surat berharga untuk tujuan diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan
dimiliki hingga jatuh tempo, sebagai berikut:
2003
Harga
perolehan Penyesuaian
(setelah nilai wajar Laba (rugi)
amortisasi akibat kuasi belum
premi/diskonto) reorganisasi direalisasi Nilai wajar
a. Surat-surat berharga untuk
diperdagangkan:
Rupiah:
Sertifikat Bank Indonesia 36.849.471 - - 36.849.471
Obligasi pemerintah –
rekapitalisasi bank 2.922.440 - 48.956 2.971.396
Obligasi korporasi 142.877 - 4.054 146.931
Unit penyertaan di reksa dana 100.000 - 9.008 109.008
40.014.788 - 62.018 40.076.806
2003
Harga
perolehan Penyesuaian Penyisihan
(setelah nilai wajar penurunan
amortisasi akibat kuasi nilai
premi/diskonto) reorganisasi permanen Nilai buku
c. Surat-surat berharga untuk dimiliki
hingga jatuh tempo:
Rupiah:
Obligasi pemerintah – lainnya 1.257.847 - - 1.257.847
Obligasi korporasi 1.022.261 (5.484) - 1.016.777
Surat berharga pasar uang 108.371 - - 108.371
Medium Term Notes 19.043 - - 19.043
Wesel tagih 4.239 - - 4.239
2.411.761 (5.484) - 2.406.277
Valuta asing:
Obligasi pemerintah – lainnya 470.075 - - 470.075
Obligasi korporasi 10.858 - - 10.858
Surat berharga pasar uang 991.106 - - 991.106
Floating Rate Notes, Medium
Term Notes, Long Term Notes 1.455.111 - (2.805) 1.452.306
Exchange Offer 437.014 - - 437.014
Wesel tagih 203.000 - - 203.000
3.567.164 - (2.805) 3.564.359
2002
Harga
perolehan Penyesuaian
(setelah nilai wajar Laba (rugi)
amortisasi akibat kuasi belum
premi/diskonto) reorganisasi direalisasi Nilai wajar
a. Surat-surat berharga untuk
diperdagangkan:
Rupiah:
Sertifikat Bank Indonesia 21.994.239 - -) 21.994.239
Obligasi pemerintah –
rekapitalisasi bank 3.055.510 - (761) 3.054.749
Obligasi pemerintah – lainnya 64.301 - 507 64.808
25.114.050 - (254) 25.113.796
Valuta asing:
Unit penyertaan di reksa dana 17.900 - (510) 17.390
2002
Harga
perolehan Penyesuaian Penyisihan
(setelah nilai wajar penurunan
amortisasi akibat kuasi nilai
premi/diskonto) reorganisasi permanen Nilai buku
b. Surat-surat berharga untuk dimiliki
hingga jatuh tempo:
Rupiah:
Obligasi korporasi 315.973 (8.039) -) 307.934
Surat berharga pasar uang 323.280 -) -) 323.280
Wesel tagih 498 -) -) 498
639.751 (8.039) -) 631.712
Valuta asing:
Obligasi korporasi 29.376 (2.551) -) 26.825
Surat berharga pasar uang 538.119 -) -) 538.119
Floating Rate Notes, Medium
Term Notes, Long Term Notes 480.191 -) (2.979) 477.212
Exchange Offer 321.068 - - 321.068
Wesel tagih 146.010 -) -) 146.010
1.514.764 (2.551) (2.979) 1.509.234
2003
Reklasifikasi surat-surat berharga dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok
diperdagangkan dan tersedia untuk dijual dilakukan oleh Bank untuk menyesuaikan dengan peraturan
resiko pasar yang diimplementasikan Bank pada tahun 2003.
Surat-surat berharga berdasarkan klasifikasi menurut BI:
2003 2002
Rupiah:
Lancar:
Harga perolehan (setelah amortisasi premi/diskonto) 43.786.036 25.753.301)
Laba (rugi) belum direalisasi dari perubahan nilai wajar
surat-surat berharga untuk diperdagangkan dan yang 20.381 (254)
tersedia untuk dijual
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi (5.484) (8.027)
43.800.933 25.745.020)
Macet:
Harga perolehan (setelah amortisasi premi/diskonto) - 500)
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi - (12)
- 488)
Valuta asing:
Lancar:
Harga perolehan (setelah amortisasi premi/diskonto) 3.992.620 1.501.655)
Laba (rugi) belum direalisasi dari perubahan nilai wajar
surat-surat berharga untuk diperdagangkan 24.409 (510)
Penyisihan penurunan nilai permanen surat-surat
berharga (2.805) (2.979)
4.014.224 1.498.166)
Macet:
Harga perolehan (setelah amortisasi premi/diskonto) 12.310 31.009)
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi - (2.551)
12.310 28.458)
Jumlah surat-surat berharga, sebelum penyisihan penghapusan
aktiva produktif 47.827.467 27.272.132)
Rincian obligasi pemerintah untuk tujuan diperdagangkan, tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga
jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
2003 2002
Valuta asing:
Republic of Indonesia 2006, jatuh tempo 1 Agustus 2006 470.075 -
Rincian surat-surat berharga yang tersedia untuk dijual dan untuk dimiliki hingga jatuh tempo
berdasarkan periode jatuh tempo:
2003 2002
Valuta asing:
Obligasi korporasi 3,01 1,26
Obligasi pemerintah – lainnya 4,33 -
Surat berharga pasar uang 5,19 3,05
Floating Rate Notes, Medium Term Notes, Long Term Notes 8,01 5,41
Exchange Offer 4,43 5,56
Wesel tagih 3,83 4,25
Mutasi penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk tahun berakhir 31.Desember 2003 dan 2002
adalah sebagai berikut:
Rupiah Valuta asing Jumlah
2003:
Saldo awal tahun (18.617) (42.755) (61.372)
Pemulihan (penambahan) penyisihan penghapusan
aktiva produktif 1.462 (6.621) (5.159)
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta asing - 2.172 2.172
Saldo akhir tahun (17.155) (47.204) (64.359)
2002:
Saldo awal tahun (14.794) (24.273) (39.067)
Penambahan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (3.823) (21.452) (25.275)
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta asing -) 2.970) 2.970)
Saldo akhir tahun (18.617) (42.755) (61.372)
Manajemen yakin bahwa saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk cukup
untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya surat-surat berharga.
9. Obligasi pemerintah
Obligasi pemerintah terdiri dari obligasi dengan tingkat bunga tetap dan variabel yang diterima dalam
rangka rekapitalisasi Bank masing-masing sejumlah Rp 2.752.316 juta dan Rp 58.124.684 juta
(Catatan 1b).
Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/18/DPM tanggal 31 Juli 2001 memperbolehkan seluruh obligasi
pemerintah yang diterima dalam rangka rekapitalisasi bank untuk diperdagangkan di pasar sekunder.
Obligasi pemerintah pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi (Catatan 2x) (24.469) (26.126)
2003 2002
Reklasifikasi obligasi pemerintah dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok
diperdagangkan dilakukan sehubungan dengan maksud Bank untuk mengurangi obligasi pemerintah
yang dimiliki, sesuai dengan persetujuan Bank Indonesia.
Merupakan tagihan kepada pihak ketiga atas pembelian surat-surat berharga dengan janji dijual
kembali. Surat-surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai transaksi kredit dengan jaminan
sebagai berikut:
Pendapatan
bunga yang
Jangka Tanggal Harga jual belum
Jenis surat berharga waktu jatuh tempo kembali dihasilkan Nilai bersih
2003:
Obligasi pemerintah, rupiah
FR0010 1-3 bulan 26-Jan-04 303.986 (1.978) 302.008
2002:
Obligasi pemerintah, rupiah
FR0005 1-3 bulan 26-Peb-03 311.788 (6.668) 305.120
2003 2002
Rupiah:
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa:
Modal kerja 483.425 -
Investasi 1.050 246
Konsumen 988 -
485.463 246
Pihak ketiga:
Modal kerja 17.261.548 13.782.317
Investasi 3.848.168 2.160.919
Konsumen 2.838.088 1.374.377
Pinjaman karyawan 991.063 843.344
Kartu kredit 383.390 433.093
25.322.257 18.594.050
Valuta asing:
Pihak ketiga:
Modal kerja 1.911.407 1.867.786
Investasi 1.628.115 1.118.045
Konsumen 12.363 24.515
Pinjaman karyawan 10.531 -
3.562.416 3.010.346
Dikurangi:
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi (4.714) (6.320)
Penyesuaian nilai wajar akibat restrukturisasi kredit (30.143) (31.045)
Pendapatan yang ditangguhkan atas kredit yang dibeli
dari BPPN (117.482) (178.678)
2003
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Perdagangan, restoran
dan hotel 7.534.365 354.073 36.360 8.400 17.532 7.950.730
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (76.066) (17.704) (5.454) (4.200) (17.532) (120.956)
7.458.299 336.369 30.906 4.200 - 7.829.774
Pengangkutan,
pergudangan dan
komunikasi 1.675.717 10.023 100 363 747 1.686.950
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (25.613) (501) (15) (181) (747) (27.057)
1.650.104 9.522 85 182 - 1.659.893
2003
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Jasa sosial/pelayanan
masyarakat 130.534 35.264 - 62 592 166.452
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (1.311) (1.764) - (31) (592) (3.698)
129.223 33.500 - 31 - 162.754
Valuta asing:
Manufaktur 1.330.589 130.602 250.613 6.272 47.562 1.765.638
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (97.877) (44.421) (121.420) (5.478) (42.847) (312.043)
1.232.712 86.181 129.193 794 4.715 1.453.595
Perdagangan, restoran
dan hotel 162.618 3.951 - - 41.985 208.554
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (1.626) (198) - - (25.192) (27.016)
160.992 3.753 - - 16.793 181.538
2003
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Pengangkutan,
pergudangan dan
komunikasi 681.773 - - - - 681.773
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (6.818) - - - - (6.818)
674.955 - - - - 674.955
Jumlah valuta
asing, bersih 2.873.221 106.901 129.193 794 21.508 3.131.617
2003
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Jumlah kredit yang diberikan 27.322.816 1.271.572 530.811 49.649 120.451 29.295.299
Jumlah penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (416.453) (143.213) (198.077) (27.168) (98.943) (883.854)
Penyesuaian nilai wajar akibat
kuasi reorganisasi - - - - (4.714) (4.714)
Penyesuaian nilai wajar akibat
restrukturisasi kredit (28.782) (1.361) - - - (30.143)
Pendapatan yang
ditangguhkan atas kredit
(100.688) - - - (16.794) (117.482)
yang dibeli dari BPPN
Jumlah kredit yang diberikan,
bersih 26.776.893 1.126.998 332.734 22.481 - 28.259.106
2002
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Rupiah:
Manufaktur 6.872.426 12.457 58.455 13.821 55.362 7.012.521
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (68.254) (719) (617) (1.265) (53.320) (124.175)
6.804.172 11.738 57.838 12.556 2.042 6.888.346
2002
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Perdagangan, restoran
dan hotel 5.361.492 16.867 41.774 19.878 2.784 5.442.795
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (53.546) (847) (429) (6.084) (503) (61.409)
5.307.946 16.020 41.345 13.794 2.281 5.381.386
Pengangkutan,
pergudangan dan
komunikasi 471.639 930 53.349 - 774 526.692
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
(4.702) (46) (533) - - (5.281)
466.937 884 52.816 - 774 521.411)
Jasa sosial/pelayanan
masyarakat 108.932 573 - - 400 109.905
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (1.094) (30) - - (114) (1.238)
107.838 543 - - 286 108.667
2002
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Valuta asing:
Manufaktur 1.205.432 123.910 23.670 245.388 260.507 1.858.907
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (157.212) (5.432) (3.063) (195.702) (141.396) (502.805)
1.048.220 118.478 20.607 49.686 119.111 1.356.102
Perdagangan, restoran
dan hotel 179.238 44.603 7.855 - - 231.696
Penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (2.998) (13.250) (3.928) - - (20.176)
176.240 31.353 3.927 - - 211.520
2002
Dalam
perhatian
Lancar khusus Kurang lancar Diragukan Macet Jumlah
Pengangkutan, pergudangan
dan komunikasi 746.560 - - - - 746.560
Penyisihan penghapusan
aktiva produktif (7.459) - - - - (7.459)
739.101 - - - - 739.101
Jumlah valuta asing, bersih 2.055.514 152.138 24.534 49.686 119.111 2.400.983
Jumlah kredit yang diberikan 20.419.105 253.384 236.013 291.378 328.255 21.528.135
Jumlah penyisihan
penghapusan aktiva
produktif (350.549) (23.282) (29.245) (208.845) (202.221) (814.142)
Penyesuaian nilai wajar
akibat kuasi reorganisasi (556) - - (5.008) (756) (6.320)
Penyesuaian nilai wajar
akibat restrukturisasi kredit (27.703) - (2.429) (913) - (31.045)
Pendapatan yang
ditangguhkan atas kredit
yang dibeli dari BPPN (9.577) (57.122) - - (111.979) (178.678)
Jumlah kredit yang diberikan,
bersih 20.030.720 172.980 204.339 76.612 13.299 20.497.950
Kredit yang diberikan menurut periode jatuh tempo berdasarkan perjanjian kredit:
2003 2002
Rupiah:
Hingga 1 tahun 14.032.226 11.798.737
Lebih dari 1 tahun hingga 5 tahun 8.495.159 4.075.013
Lebih dari 5 tahun 3.280.335 2.720.546
25.807.720 18.594.296
Valuta asing:
Hingga 1 tahun 1.050.535 928.016
Lebih dari 1 tahun hingga 5 tahun 1.498.643 1.036.594
Lebih dari 5 tahun 1.013.238 1.045.736
3.562.416 3.010.346
29.370.136 21.604.642
Dikurangi:
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi (4.714) (6.320)
Penyesuaian nilai wajar akibat restrukturisasi kredit (30.143) (31.045)
Pendapatan yang ditangguhkan atas kredit yang dibeli dari BPPN (117.482) (178.678)
Jumlah kredit yang diberikan, sebelum penyisihan penghapusan
aktiva produktif 29.217.797 21.388.599
Kredit yang diberikan menurut periode yang tersisa sampai dengan tanggal jatuh tempo:
2003 2002
Rupiah:
Hingga 1 tahun 15.401.928 12.619.573
Lebih dari 1 tahun hingga 5 tahun 9.207.961 5.241.126
Lebih dari 5 tahun 1.197.831 733.597
25.807.720 18.594.296
Valuta asing:
Hingga 1 tahun 1.046.826 1.398.239
Lebih dari 1 tahun hingga 5 tahun 2.017.747 1.454.127
Lebih dari 5 tahun 497.843 157.980
3.562.416 3.010.346
29.370.136 21.604.642
Dikurangi:
Penyesuaian nilai wajar akibat kuasi reorganisasi (4.714) (6.320)
Penyesuaian nilai wajar akibat restrukturisasi kredit (30.143) (31.045)
Pendapatan yang ditangguhkan atas kredit yang dibeli dari BPPN (117.482) (178.678)
Jumlah kredit yang diberikan, sebelum penyisihan penghapusan
aktiva produktif 29.217.797 21.388.599
Kredit yang diberikan tersebut di atas merupakan kredit yang diberikan dalam rupiah dan valuta asing
dengan berbagai bentuk jaminan termasuk real estate, bangunan, aktiva berwujud lainnya, jaminan
perusahaan dan pribadi.
Giro, tabungan dan deposito berjangka yang dijaminkan untuk kredit yang diberikan masing-masing
sebesar Rp 1.710.815 juta dan Rp 1.345.672 juta pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 (Catatan
13).
Tingkat bunga rata-rata setahun:
2003 2002
% %
Rupiah 15,05 17,62
Valuta asing 7,42 7,09
Kredit yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilakukan dengan
persyaratan dan kondisi yang sama seperti yang diberikan kepada pihak ketiga. Kredit yang diberikan
kepada karyawan Bank terdiri dari kredit untuk pembelian kendaraan, rumah dan keperluan lainnya
dengan berbagai jangka waktu dan dibayar kembali melalui pemotongan gaji setiap bulan.
Kredit yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa (tidak termasuk entitas milik
negara) pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
PT Djarum 479.785 -
PT Supravisi Rama 3.500 -
PT Polyvisi Rama Optik 1.050 -
Lain-lain 1.128 246
485.463 246
Dalam laporannya kepada Bank Indonesia, Bank menyatakan bahwa Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 telah memenuhi ketentuan BMPK, baik
untuk pihak yang mempunyai hubungan istimewa maupun pihak ketiga.
Kredit sindikasi dengan pembagian resiko secara proporsional terhadap jumlah pendanaan Bank
adalah sebagai berikut:
2003 2002
Sebagai partisipan, partisipasi Bank berkisar antara 1% - 62,5%
dan 4% - 63% masing-masing pada tahun 2003 dan 2002,
saldo pada akhir tahun 2003 USD 121.968.711 dan
Rp.1.290.823 juta, 2002 USD 65.867.756 dan Rp 244.832
juta 2.318.410 834.349
Kredit non-performing Bank (diklasifikasikan sebagai kurang lancar, diragukan dan macet) pada
tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, setelah dikurangi penyesuaian nilai wajar akibat kuasi
reorganisasi dan restrukturisasi kredit, dan pendapatan yang ditangguhkan atas kredit yang dibeli dari
BPPN, masing-masing sejumlah ekuivalen Rp 679.403 juta dan Rp 734.561 juta (2,33% dan 3,43%
dari jumlah kredit yang diberikan Perseroan), dengan pendapatan bunga atas kredit non-performing
masing-masing sejumlah ekuivalen Rp 12.283 juta dan Rp 39.113 juta; yang mana dari jumlah
tersebut masing-masing sejumlah ekuivalen Rp 602.430 juta dan Rp 475.374 juta (2,06% dan 2,22%
dari jumlah kredit yang diberikan Perseroan) merupakan kredit bermasalah dalam proses
restrukturisasi.
Selama tahun berakhir 31 Desember 2003 dan 2002, kredit Bank yang telah direstrukturisasi masing-
masing sejumlah Rp 848.978 juta dan Rp 213.962 juta, dengan penyisihan penghapusan aktiva
produktif masing-masing sejumlah Rp 158.299 juta dan Rp 155.115 juta. Atas kredit yang telah
direstrukturisasi tersebut, Bank tidak mempunyai komitmen untuk memberikan tambahan kredit.
Mutasi penyisihan penghapusan kredit yang diberikan untuk tahun berakhir 31 Desember 2003 dan
2002 adalah sebagai berikut:
Rupiah Valuta asing Jumlah
2003:
Saldo awal tahun (281.286) (538.172) (819.458)
(Penambahan) pemulihan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (259.655) 148.298) (111.357)
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta
asing -) 17.058) 17.058)
Penghapusan kredit 13.380) 13.247) 26.627)
Penerimaan kembali kredit yang telah
dihapuskan (331) (995) (1.326)
Saldo akhir tahun (527.892) (360.564) (888.456)
2002:
Saldo awal tahun (286.211) (635.828) (922.039)
Penambahan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (8.449) (141.797) (150.246)
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta
asing -) 48.439) 48.439
Penghapusan kredit 13.638) 192.547) 206.185)
Penerimaan kembali kredit yang telah
dihapuskan (264) (1.533) (1.797)
Saldo akhir tahun (281.286) (538.172) (819.458)
Atas seluruh kredit yang dibeli dari BPPN selama tahun 2003 dan 2002, Bank membuat perjanjian
baru dengan debitur.
Jumlah penambahan kredit yang diberikan kepada debitur atas kredit yang dibeli dari BPPN dalam
tahun 2003 dan 2002 masing-masing adalah Rp 54.404 juta dan Rp 47.904 juta.
Mutasi kredit yang dibeli dari BPPN selama tahun 2003 dan 2002, sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia No. 4/7/PBI/2002 tanggal 27 September 2002, adalah sebagai berikut:
2002:
Saldo awal tahun -) -) -)
Kredit yang dibeli selama tahun berjalan 18.451) 63.788) 82.239)
Penerimaan pembayaran kredit (50) -) (50)
Selisih kurs yang timbul dari kredit yang dibeli
dari BPPN dalam valuta asing -) 471) 471)
Saldo akhir tahun 18.401) 64.259) 82.660)
Mutasi pendapatan yang ditangguhkan atas kredit yang dibeli dari BPPN selama tahun 2003 dan 2002
adalah sebagai berikut:
2003:
Saldo awal tahun -) 2.349) 2.349)
Selisih kurs yang timbul dari pendapatan
yang ditangguhkan dalam valuta asing -) (138) (138)
Saldo akhir tahun -) 2.211) 2.211)
2002:
Saldo awal tahun -) -) -)
Penambahan pendapatan yang ditangguhkan -) 2.331) 2.331)
Selisih kurs yang timbul dari pendapatan
yang ditangguhkan dalam valuta asing -) 18) 18)
Saldo akhir tahun -) 2.349) 2.349)
Selama tahun berakhir 31 Desember 2003 dan 2002, jumlah pendapatan bunga dan pendapatan lainnya
yang diterima dari kredit yang dibeli dari BPPN masing-masing berjumlah Rp 12.925 juta dan Rp
2.663 juta.
Manajemen yakin bahwa saldo penyisihan penghapusan aktiva produktif yang telah dibentuk cukup
untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya kredit yang diberikan.
2003 2002
Bukan bank, pihak ketiga:
Rupiah
Lancar 10.449) -)
Valuta asing
Lancar 490.634) 173.022)
Dalam perhatian khusus 6.293) -)
Diragukan 10.293) -)
507.220) 173.022)
Valuta asing
Lancar 23.440) 18.474)
Macet 720) -)
24.160) 18.474)
Tagihan akseptasi menurut periode yang tersisa sampai dengan tanggal jatuh tempo:
2003 2002
Valuta Valuta
Rupiah asing Jumlah Rupiah asing Jumlah
Mutasi penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk tahun berakhir 31 Desember 2003 dan 2002
adalah sebagai berikut:
2003:
Saldo awal tahun (22) (1.922) (1.944)
Penambahan penyisihan penghapusan aktiva produktif (85) (9.528) (9.613)
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta asing -) 126) 126)
Saldo akhir tahun (107) (11.324) (11.431)
2002:
Saldo awal tahun (14) (1.202) (1.216)
Penambahan penyisihan penghapusan aktiva produktif (8) (967) (975)
Selisih kurs yang timbul dari penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam valuta asing -) 247) 247)
Saldo akhir tahun (22) (1.922) (1.944)
Manajemen yakin bahwa saldo penyisihan penghapusan tagihan akseptasi yang telah dibentuk cukup
untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya tagihan akseptasi.
Tabungan:
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Rupiah 24.427 11.741
Pihak ketiga
Rupiah
- Tahapan 51.481.398 41.490.801
- Tapres 4.842.115 4.096.492
- Tabungan Ekstra 45.613 105.331
- Tabungan BCA 36 209
- Tabanas Umum 20 43
56.369.182 45.692.876
Deposito berjangka:
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Rupiah 333 651
Valuta asing 4.179 3.777
4.512 4.428
Pihak ketiga
Rupiah 31.785.352 32.343.772
Valuta asing 4.531.426 4.090.808
36.316.778 36.434.580
2003 2002
Sertifikat deposito:
Pihak ketiga
Rupiah 21.007 12.722
Valuta asing - 2.717
21.007 15.439
Pendapatan bunga yang ditangguhkan (4) (11)
Jumlah sertifikat deposito dari nasabah 21.003 15.428
Giro:
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Valuta asing 138 -)
Pihak ketiga
Rupiah 154.730 128.947)
Valuta asing 26.179 11.977)
180.909 140.924)
Deposito berjangka:
Pihak ketiga
Rupiah 13.737 2.396
Deposito berjangka menurut periode yang tersisa sampai dengan tanggal jatuh tempo:
2003 2002
Rupiah Valuta asing Jumlah Rupiah Valuta asing Jumlah
Bank-bank lain:
Giro 2,05 0,43 2,42 0,71
Deposito berjangka 10,01 - 13,04 -
Interbank call money 7,20 1,27 12,42 5,65
Simpanan yang dijaminkan untuk kredit yang diberikan Perseroan pada tanggal 31 Desember 2003
dan 2002 (Catatan 11) adalah sebagai berikut:
2003 2002
Interbank call money terdiri dari interbank call money dalam valuta asing dengan jangka waktu kurang
dari 1 bulan.
2003 2002
Bank, pihak ketiga:
Valuta asing 544.872 173.022
Kewajiban akseptasi menurut periode yang tersisa sampai dengan tanggal jatuh tempo:
2003 2002
Valuta Valuta
Rupiah asing Jumlah Rupiah asing Jumlah
Pajak kini:
PT Bank Central Asia Tbk -) -
Anak perusahaan 11.244) 8.329
11.244) 8.329
Pajak tangguhan:
PT Bank Central Asia Tbk 735.096) 850.740
Anak perusahaan 2.383) (634)
737.479) 850.106
c. Pajak penghasilan badan dihitung untuk setiap perusahaan sebagai suatu badan hukum yang
terpisah (laporan keuangan konsolidasi tidak dapat diterapkan dalam perhitungan pajak
penghasilan badan).
Rekonsiliasi dari laba akuntansi konsolidasi sebelum pajak ke laba fiskal Bank adalah sebagai
berikut:
2003 2002
Beda permanen:
Kesejahteraan karyawan 13.767) 13.326
Beban kompensasi 91.671) 16.440
Beban pajak 44.117) 26.260
Pendapatan sewa yang dikenakan pajak final (5.571) (4.999)
Rugi dari cabang-cabang luar negeri 8.989) 7.242
Pendapatan/beban lain yang tidak dapat ditambahkan/
dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak, bersih
(3.603) 10.066
149.370) 68.335
2003 2002
Beda temporer:
Kewajiban manfaat pensiun 80.313) 41.069
Bagian rugi (laba) perusahaan asosiasi 3.556) (38.170)
Beban penyisihan penghapusan aktiva produktif 185.687) (558.009)
Laba dari surat-surat berharga untuk tujuan
diperdagangkan (77.787) (98.150)
Pendapatan/beban lain yang tidak dapat ditambahkan/
dikurangkan untuk tujuan perhitungan pajak,
bersih (16.517) (18.315)
175.252) (671.575)
Rugi fiskal Bank berasal dari rugi fiskal tahun 1998. Sesuai peraturan perpajakan, saldo rugi
fiskal dari tahun 1998 dapat digunakan sampai dengan tahun 2003. Saldo rugi fiskal pada
tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah masing-masing sebesar Rp nil dan Rp 7.277.440
juta.
d. Rekonsiliasi antara laba akuntansi konsolidasi sebelum pajak dikali tarif pajak maksimum yang
berlaku dengan beban pajak adalah sebagai berikut:
2003 2002
2003 2002
2003 2002
Pajak kini:
PT Bank Central Asia Tbk -) -
Anak perusahaan 11.244) 8.329
11.244) 8.329
Hutang pajak:
PT Bank Central Asia Tbk -) -
Anak perusahaan 3.840) 4.027
3.840) 4.027
f. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang signifikan pada tanggal 31 Desember 2003 dan
2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
2003 2002
g. Jumlah laba fiskal tahun 2002 dan saldo rugi fiskal pada tanggal 31 Desember 2002 masing-
masing sebesar Rp 2.789.052 juta dan Rp 7.277.440 juta telah sesuai dengan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan Bank tahun 2002. Untuk tahun 2003, jumlah
laba fiskal sebesar Rp 3.450.573 juta telah sesuai dengan perhitungan pajak sementara, dengan
perhitungan laba kena pajak sebagai berikut:
Rp juta
Laba kena pajak di atas berbeda dengan Catatan 16c karena, seperti dijelaskan dalam Catatan
16i, Bank sedang dalam proses keberatan atas hasil pemeriksaan pajak tahun 1999 dan Bank
berkeyakinan bahwa seharusnya tidak ada laba kena pajak untuk tahun 2003 seperti diuraikan
dalam Catatan 16c.
Dalam tahun 2003 Bank telah melakukan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan pasal 25
yang seluruhnya berjumlah Rp 475.381 juta dan dicatat sebagai bagian dari aktiva lain-lain di
neraca konsolidasi. Selisih antara perhitungan pajak sementara sebesar Rp.792.036 juta dan
angsuran Pajak Penghasilan pasal 25 sebesar Rp 475.381 juta rencananya akan dibayarkan pada
bulan Maret 2004.
h. Sesuai dengan peraturan perpajakan di Indonesia, Bank dan anak perusahaannya di Indonesia
melaporkan/menyetorkan pajak untuk setiap perusahaan sebagai suatu badan hukum yang
terpisah (pelaporan pajak penghasilan konsolidasi tidak diperbolehkan) berdasarkan sistem self
assessment. Fiskus dapat menetapkan/mengubah pajak-pajak tersebut dalam waktu sepuluh
tahun sejak saat terhutangnya pajak.
i. Pajak penghasilan badan Bank tahun 1998 telah diperiksa oleh fiskus, dimana saldo rugi fiskal
Bank dikoreksi oleh fiskus dari Rp 28.836.685 juta menjadi Rp 17.148.998 juta. Atas keberatan
yang diajukan oleh Bank, saldo rugi fiskal Bank dikoreksi oleh fiskus menjadi Rp 17.402.480
juta. Bank telah mengajukan banding atas hasil keberatan ini.
j. Pajak penghasilan badan Bank tahun 1999 telah diperiksa oleh fiskus, dimana laba fiskal Bank
tahun 1999 dikoreksi oleh fiskus sebesar Rp 6.605.313 juta. Bank telah mengajukan keberatan
atas hasil pemeriksaan pajak ini dan berkeyakinan bahwa laba fiskal yang seharusnya dikoreksi
hanya sebesar Rp 3.314.268 juta.
k. Pajak penghasilan badan Bank tahun 2001 telah diperiksa oleh fiskus, dimana laba fiskal Bank
tahun 2001 dikoreksi oleh fiskus sebesar Rp 115.215 juta. Bank sedang dalam proses pengajuan
keberatan atas hasil pemeriksaan pajak ini.
l. Pajak Pertambahan Nilai Bank tahun 2000 telah diperiksa oleh fiskus, yang menghasilkan
tambahan pembayaran pajak sejumlah Rp 421 juta. Dari jumlah tersebut, atas tambahan
pembayaran pajak sejumlah Rp 157 juta, Bank telah mengajukan permohonan banding ke
pengadilan pajak setelah keberatan yang diajukan kepada fiskus ditolak. Pada tanggal
19.Agustus 2003, dengan surat keputusan No. Put-D1663/PP/M.II/16/2003, Majelis II
Pengadilan Pajak telah memenangkan Bank dalam permohonan banding tersebut.
Tingkat bunga
rata-rata setahun
2003 2002 2003 2002
% %
Rupiah:
(1) Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia:
Kredit Pemilikan Rumah
(KPR/KPRS/KPRSS),
jatuh tempo antara 30 Juni 2007
sampai 1 Januari 2013 5,21 5,32 3.777 4.398
Kredit Koperasi (KKPA), jatuh
tempo antara 15 April 2006
sampai 30 April 2008 9,21 8,76 1.423 1.875
Kredit Usaha Tani (KUT), jatuh
tempo 30 September 2000,
perpanjangan perjanjian masih
dalam proses - - 583 583
5.783 6.856
Valuta Asing:
(4) Pinjaman Exchange Offer 4,88 5,00 65.778 138.949
(5) Lain-lain - - 13.834 69.049
79.612 207.998
219.652 385.854
(3) Pinjaman dua tahap (two-step loans) merupakan pinjaman yang pada awalnya diberikan kepada
Pemerintah Indonesia, yang kemudian disalurkan kepada debitur yang memenuhi persyaratan
melalui bank-bank di Indonesia.
Fasilitas-fasilitas yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Dari Overseas Economic Cooperation Fund (OECF-AJDF) (sekarang Japan Bank for
International Cooperation):
§ SSI Program, yang bertujuan untuk membiayai industri berskala kecil.
§ PAE Program, yang bertujuan untuk membiayai perusahaan-perusahaan yang
bermaksud untuk membeli peralatan pencegah polusi.
Proyek-proyek yang terlibat di dalam refinancing, bidang umum dan administrasi, pajak
dan cukai, kompensasi, dan pembelian tanah tidak diperkenankan untuk mendapatkan
kredit dari program-program tersebut di atas.
b. Dari Export-Import Bank of Japan (sekarang Japan Bank for International Cooperation):
§ EBJ II dan EBJ III
Fasilitas ini bertujuan untuk membiayai proyek-proyek umum dan swasta yang
disetujui oleh Pemerintah dan sesuai dengan prioritas Pemerintah.
§ EBJ IV, EBJ V dan AJDF
Fasilitas ini bertujuan untuk membiayai proyek-proyek yang memberikan kontribusi
positif dalam mengembangkan investasi, terutama untuk industri berskala kecil.
Dalam menyalurkan fasilitas pinjaman dua tahap (two-step loans) kepada debitur, Bank
diharuskan untuk melakukan pengawasan bahwa proyek yang dibiayai tersebut:
§ memperhatikan kepentingan umum dan nasional;
§ menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Fasilitas-fasilitas pinjaman akan jatuh tempo dalam jangka waktu 15 tahun (kecuali untuk
OECF-AJDF: 20 tahun, EBJ V: 11 tahun dan AFP: 12 tahun) dengan tenggang waktu
maksimum 3 tahun (kecuali untuk OECF-AJDF: 5 tahun dan EBJ V: 2 tahun), terhitung sejak
tanggal penarikan pertama pinjaman, dan dibayar dalam 24 kali angsuran setengah-tahunan
(kecuali untuk OECF-AJDF: 30 angsuran setengah-tahunan; EBJ V dan AFP: 18 angsuran
setengah-tahunan) terhitung sejak tanggal jatuh tempo angsuran pertama.
Walaupun jumlah fasilitas pinjaman dinyatakan dalam valuta asing, berdasarkan perjanjian
pinjaman, saldo hutang Bank kepada Bank Indonesia/Pemerintah Republik Indonesia untuk
fasilitas-fasilitas pinjaman ini akan dibayar dalam rupiah (sejumlah ekuivalen rupiah dari jumlah
penarikan fasilitas pinjaman menggunakan dengan kurs pada tanggal penarikan pinjaman),
kecuali untuk fasilitas DFL.
Tingkat bunga fasilitas tersebut di atas dihitung berdasarkan suku bunga rata-rata SBI tiga-
bulanan selama enam bulan terakhir dengan penyesuaian tertentu, kecuali untuk:
§ EBJ II: tingkat bunga rata-rata tertimbang setahun dari suku bunga deposito bank-bank
partisipan, yang ditentukan oleh Bank Indonesia setiap enam-bulanan, dikurangi 1%.
§ DFL: tingkat bunga rata-rata tertimbang dari suku bunga deposito bank dalam valuta asing
di Indonesia selama periode enam bulan terakhir, yang tidak boleh lebih rendah dari suku
bunga pinjaman yang diterima Bank ditambah 1,75%.
(4) Pinjaman tetap melalui Program Exchange Offer merupakan pinjaman dari kreditur luar negeri
yang dikonversi menjadi pinjaman tetap melalui Program Exchange Offer II tanggal 25 Mei
1999.
Pada tanggal 25 Mei 1999, Bank Indonesia, sebagai wakil dari bank-bank komersial milik
pemerintah dan swasta (para debitur) dan sebagai penjamin bank-bank tersebut, menawarkan
pertukaran pinjaman yang ditenderkan kepada bank-bank di luar negeri (Program Exchange
Offer). Pinjaman-pinjaman yang memenuhi syarat program tersebut terdiri dari saldo-saldo
hutang dengan denominasi valuta selain rupiah, sebagai berikut:
§ Simpanan antar bank dan pinjaman jangka pendek yang jatuh tempo sebelum 1.Januari 2002.
§ Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang yang jatuh tempo sebelum 1 Januari 2002.
Pinjaman Bank sejumlah USD 139.000.000 ditukar dengan pinjaman baru yang dibagi dalam 3
bagian pembayaran dengan persyaratan sebagai berikut:
Merupakan taksiran kerugian atas L/C, garansi bank yang diterbitkan dan transaksi rekening
administratif lainnya. Mutasi taksiran kerugian atas transaksi rekening administratif untuk tahun
berakhir 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
Manajemen yakin bahwa taksiran kerugian atas transaksi rekening administratif yang telah dibentuk
cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari transaksi rekening administratif.
Modal saham pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
Jumlah saham Nilai nominal Jumlah saham Nilai nominal
Komposisi pemegang saham pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003
Jumlah Nilai
saham nominal %
Rp juta
Direksi:
Djohan Emir Setijoso 6.300.000 1.575 0,10
Aswin Wirjadi 2.190.000 548 0,04
Jahja Setiaatmadja 1.625.000 406 0,03
Dhalia Mansor Ariotedjo 833.000 208 0,01
Anthony Brent Elam 2.733.000 683 0,05
Mohamad Mossadeq Dick Noordeen 1.500.000 375 0,02
Suwignyo Budiman 1.250.000 313 0,02
* Seperti tercatat di Bank Indonesia sesuai surat No. 5/31/DPIP/Prz/Rahasia tanggal 9 Juni 2003.
2002
Jumlah Nilai
saham nominal %
Rp juta
Komisaris:
Eugene Keith Galbraith 275.000 69 0,00
Suyono Sudirun 600.000 150 0,01
Direksi:
Djohan Emir Setijoso 5.000.000 1.250 0,08
Aswin Wirjadi 2.340.000 585 0,04
Pemegang saham lainnya terdiri dari pemegang saham yang memiliki kurang dari 5% jumlah saham
beredar.
Efektif tanggal 5 April 2002, Negara Repulik Indonesia qq Badan Penyehatan Perbankan Nasional
menjual 3.153.005.000 saham Bank kepada Farindo Invesments (Mauritius) Ltd., dengan harga
Rp.5.596.584 juta (Rp 1.775, dalam rupiah penuh, per saham). Saham ini merupakan 51% pemilikan
atas dasar dilusi penuh, yaitu setelah memperhitungkan efek berpotensi saham biasa dari opsi saham
(Catatan 21).
* Seperti tercatat di Bank Indonesia sesuai surat No. 5/31/DPIP/Prz/Rahasia tanggal 9 Juni 2003.
Tambahan modal disetor pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 terdiri dari:
2003 2002
Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan No. 384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus 1998, Bank
telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap tertentu pada tanggal 31 Desember 1998. Penilaian
kembali aktiva tetap tersebut berdasarkan laporan penilaian PT Ujatek Baru tanggal 24 Maret 1999
yang menggunakan pendekatan data pasar, dan menghasilkan selisih penilaian kembali aktiva tetap
sebagai berikut :
Selisih penilaian kembali aktiva tetap, basis pajak, di atas telah disetujui oleh Kantor Pelayanan Pajak
Jakarta Tamansari dengan surat No. KEP-2111/WPJ.05/KP.09/1999 tanggal 3 Oktober 1999.
Pada tanggal 31 Oktober 2000, Bank melakukan penilaian kembali aktiva tetap tertentu sehubungan
dengan kuasi reorganisasi (Catatan 2x). Penilaian kembali aktiva tetap tersebut berdasarkan laporan
penilai PT Ujatek Baru tanggal 20 Desember 2000 yang menggunakan pendekatan data pasar, dan
menghasilkan selisih penilaian kembali aktiva tetap sebagai berikut :
Selisih penilaian kembali aktiva tetap di atas telah disetujui oleh Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan
Masuk Bursa dengan surat No. KEP-04/WPJ.06/KP.0404/2001 tanggal 15 Juni 2001.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 12 April 2001 (notulen dibuat oleh notaris
Hendra Karyadi, SH, dalam akte No. 25) memutuskan untuk meningkatkan modal ditempatkan
melalui penerbitan 147.199.300 saham melalui program kompensasi manajemen berbasis saham.
Opsi saham tersebut diberikan kepada Dewan Direksi dan manajemen Bank. Setiap opsi saham
memberikan hak kepada pemegang opsi untuk membeli satu saham baru Bank dengan harga eksekusi
Rp 1.775, dalam rupiah penuh, per saham. Efek dari stock split (Catatan 1c) pada hak opsi saham
yang diberikan adalah meningkatnya jumlah hak opsi saham menjadi 294.398.600 dengan harga
eksekusi Rp 887,50, dalam rupiah penuh, per saham. Harga eksekusi tersebut ditetapkan berdasarkan
rata-rata harga penutupan harian saham Bank di pasar selama 25 hari sebelum pengumuman Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang disebutkan di atas. Opsi tersebut akan memperoleh hak
kompensasi (vest) selama tiga tahun dimana satu-per-tiga bagian opsi tersebut akan memperoleh hak
kompensasi setiap tahunnya dimulai pada tanggal 10 Nopember 2001, dan akan habis masa
berlakunya pada tanggal 9 Nopember 2006. Opsi tersebut tidak boleh dipindahtangankan dan dijual.
Ikhtisar dari program kompensasi berbasis saham dan mutasinya sepanjang tahun adalah sebagai
berikut:
2003 2002
Jumlah opsi Jumlah opsi
Nilai wajar tertimbang dari opsi saham yang diberikan selama tahun 2003 dan 2002 masing-masing
adalah Rp 2.831,52, dalam rupiah penuh, per saham dan Rp 967,89, dalam rupiah penuh, per saham.
Nilai wajar dari opsi yang diberikan diestimasikan dengan menggunakan model penentuan harga opsi
Binomial (Binomial options pricing model), dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :
2003 2002
Beban kompensasi yang dibebankan pada beban operasional untuk tahun berakhir 31.Desember 2003
dan 2002 masing-masing sebesar Rp 91.671 juta dan Rp 16.440 juta.
Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, komitmen dan kontinjensi Perseroan adalah sebagai
berikut:
Jumlah dalam valuta asing
Jenis valuta 2003 2002 2003 2002
Komitmen
Kewajiban komitmen:
10.604.240 7.613.381
Kontinjensi
Tagihan kontinjensi:
Kewajiban kontinjensi:
701.564 524.632
Perseroan menghadapi beberapa tuntutan hukum, pengurusan administrasi dan klaim yang belum
terselesaikan, yang berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan. Adalah tidak mungkin untuk
memastikan apakah Perseroan akan memenangkan masalah atau tuntutan hukum tersebut, atau
dampaknya jika Perseroan kalah. Namun demikian, manajemen Perseroan yakin bahwa hasil
keputusan masalah atau tuntutan hukum tersebut tidak akan membawa dampak yang signifikan pada
hasil usaha, posisi keuangan atau likuiditas Perseroan.
Kontrak pembelian dan penjualan tunai valuta asing yang belum diselesaikan pada tanggal
31.Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
Jenis Jumlah dalam Jumlah dalam
valuta valuta asing Rp juta valuta asing Rp juta
2003 2002
2003 2002
Kompensasi direksi dan komisaris Bank yang termasuk di dalam beban karyawan pada tahun 2003
dan 2002 adalah masing-masing sebesar Rp 27.001 juta dan Rp 56.365 juta.
2003 2002
Laba per saham dasar dan dilusian dihitung berdasarkan jumlah rata-rata tertimbang saham yang
beredar pada tahun yang bersangkutan, sebagai berikut:
Jumlah saham
beredar Rp
2003:
Laba operasional bersih (dalam jutaan rupiah) 3.119.246
Laba bersih (dalam jutaan rupiah) 2.390.855
Laba bersih
Laba per saham dasar (dalam rupiah penuh) 395
Laba per saham dilusian (dalam rupiah penuh) 391
Jumlah saham
beredar Rp
2002:
Laba operasional bersih (dalam jutaan rupiah) 3.363.715
Laba bersih (dalam jutaan rupiah) 2.541.552
Laba bersih
Laba per saham dasar (dalam rupiah penuh) 426
Laba per saham dilusian (dalam rupiah penuh) 420
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bank pada tanggal 25 Juni 2003 (notulen dibuat oleh notaris
Hendra Karyadi, SH, dengan akte No. 37) memutuskan penggunaan laba bersih 2002 sebagai berikut:
a. Menyisihkan laba bersih 2002 sejumlah Rp 25.415 juta sebagai cadangan umum.
b. Membagi dividen kas sejumlah Rp 1.366.046 juta (Rp 225, dalam rupiah penuh, per saham),
dengan perkiraan jumlah saham yang dikeluarkan Bank maksimal 6.071.317.000 saham, apabila
disetujui oleh BPPN. Persetujuan BPPN untuk pembagian dividen diperoleh tanggal 5 Nopember
2003 dengan surat No. PB-1772/BPPN/1103. Jumlah aktual dividen kas yang dibayarkan sebesar
Rp 1.379.087 juta.
c. Menetapkan tantieme anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang menjabat dalam tahun buku
2002 sebesar maksimal 1,25% dari laba bersih tahun 2002. Tantieme yang dibayarkan selama
2003 berjumlah Rp 31.757 juta.
d. Menetapkan sisa laba bersih yang tidak ditentukan penggunaannya sebagai laba ditahan.
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Bank pada tanggal 20 Mei 2002 (notulen dibuat oleh notaris
Hendra Karyadi, SH, dengan akte No. 31) memutuskan penggunaan laba bersih 2001 sebagai berikut:
a. Menyisihkan laba bersih 2001 sejumlah Rp 155.959 juta sebagai cadangan umum.
b. Membagi dividen kas sejumlah Rp 839.900 juta (Rp 140, dalam rupiah penuh, per saham).
Persetujuan BPPN untuk pembagian dividen diperoleh tanggal 8 Oktober 2002 dengan surat
No. PB-1951/BPPN/1002.
c. Menetapkan sisa laba bersih yang tidak ditentukan penggunaannya sebagai laba ditahan.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, Bank wajib
memberikan manfaat pensiun kepada karyawannya pada saat pemutusan hubungan kerja atau pada saat
karyawan pensiun. Manfaat pensiun ini diberikan berdasarkan masa kerja dan kompensasi karyawan
pada saat pemutusan hubungan kerja atau pensiun.
Bank membayar iuran pensiun kepada Dana Pensiun PT Bank Central Asia Tbk, yang dimaksudkan
sebagai wadah untuk mengelola aktiva, memberikan penghasilan investasi dan membayar manfaat
pensiun kepada karyawan. Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan, akumulasi iuran Bank kepada
dana pensiun tersebut dapat diperhitungkan sebagai pengurang dari kewajiban manfaat pensiun.
Tabel berikut menyajikan kewajiban manfaat pensiun yang tercatat di neraca konsolidasi, mutasi
kewajiban manfaat pensiun, dan beban yang diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berakhir
31 Desember 2003 dan 2002:
2003 2002
2003 2002
2003 2002
Asumsi utama yang digunakan oleh aktuaris independen pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002
adalah sebagai berikut:
Biro Jasa Kustodian Bank memperoleh izin untuk menyediakan jasa kustodian dari Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) berdasarkan Surat Keputusan No. KEP-148/PM/1991 tanggal 13 Nopember
1991.
Jasa-jasa yang diberikan oleh Biro Jasa Kustodian meliputi jasa penyimpanan, penyelesaian dan
penanganan transaksi, penagihan pendapatan, proxy, corporate action, pengelolaan kas, pencatatan/
pelaporan investasi, dan tax reclamation.
Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, aktiva yang diadministrasikan oleh Biro Jasa Kustodian
terdiri dari saham, obligasi, deposito berjangka, sertifikat deposito, surat berharga pasar modal dan
pasar uang lainnya, masing-masing sejumlah Rp 2.783.972 juta dan Rp 1.771.516 juta.
2002
Indonesia Operasi
Sumatera Jawa Kalimantan bagian timur luar negeri Jumlah
Berdasarkan produk:
2003
Kredit Tresuri Lain-lain Jumlah
2002
Kredit Tresuri Lain-lain Jumlah
Jatuh tempo aktiva dan kewajiban pada tanggal 31 Desember 2003 adalah sebagai berikut:
Hingga >3 bulan - Lebih dari 5
1 bulan >1 - 3 bulan 1 tahun > 1 - 5 tahun tahun Tanpa bunga Jumlah
Aktiva:
Kas - - - - - 3.492.449 3.492.449
Giro pada Bank
Indonesia - - - - - 5.815.532 5.815.532
Giro pada bank-bank lain,
bersih 311.364 - - - - - 311.364
Penempatan pada bank-
bank lain, bersih 4.324.173 600.551 56.153 - - - 4.980.877
Surat-surat berharga,
bersih 25.082.755 12.652.159 1.736.419 5.432.039 2.859.736 - 47.763.108
Obligasi pemerintah - - 344.692 28.469.217 8.487.015 - 37.300.924
Surat-surat berharga yang
dibeli dengan janji
dijual kembali 302.008 - - - - - 302.008
Kredit yang diberikan 3.023.974 1.984.179 11.423.196 11.117.112 1.669.336 - 29.217.797
Penyisihan penghapusan
aktiva produktif - - - - - (888.456) (888.456)
Investasi dalam sewa
guna usaha, bersih 25 43 32.762 29.651 - - 62.481
Piutang pembiayaan
konsumen, bersih 6.786 3.386 317.077 84.973 - - 412.222
Tagihan akseptasi, bersih 82.873 229.212 218.552 - - - 530.637
Penyertaan, bersih - - - - - 127.539 127.539
Aktiva tetap, bersih - - - - - 1.888.511 1.888.511
Aktiva pajak tangguhan,
bersih - - - - - 234.337 234.337
Aktiva lain-lain, bersih - - - - - 1.708.757 1.708.757
33.133.958 15.469.530 14.128.851 45.132.992 13.016.087 12.378.669 133.260.087
Kewajiban:
Kewajiban segera - - - - - 690.405 690.405
Simpanan dari nasabah 115.409.849 1.817.225 787.028 - - - 118.014.102
Simpanan dari bank-bank
lain 194.784 42.125 - - - - 236.909
Kewajiban derivatif - - - - - 8.769 8.769
Kewajiban akseptasi 84.241 223.890 261.140 - - - 569.271
Surat-surat berharga yang
diterbitkan - - - - - 252.202 252.202
Hutang pajak - - - - - 106.583 106.583
Beban masih harus
dibayar - - - - - 89.243 89.243
Pinjaman yang diterima 14.031 - 69.841 52.688 83.092 - 219.652
Kewajiban lain-lain - - - - - 432.336 432.336
Taksiran kerugian atas
transaksi rekening
administratif - - - - - 14.394 14.394
115.702.905 2.083.240 1.118.009 52.688 83.092 1.593.932 120.633.866
Berdasarkan pedoman Bank Indonesia, posisi devisa neto (“PDN”) merupakan nilai absolut dari
penjumlahan atas (i) selisih bersih aktiva dan kewajiban untuk setiap mata uang asing dan (ii) selisih
bersih tagihan dan kewajiban, berupa komitmen dan kontinjensi di rekening administratif (transaksi
rekening administratif), untuk setiap mata uang yang semuanya dinyatakan dalam rupiah.
Pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, Bank diwajibkan untuk mempertahankan posisi devisa
netonya (termasuk semua kantor cabang dalam dan luar negeri) setinggi-tingginya 20% dari modal.
Posisi devisa neto Bank pada tanggal 31 Desember 2003 dihitung berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia No. 5/13/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003, yang menggantikan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/178/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998, dan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 5/23/DPNP tanggal 29 September 2003.
Posisi devisa neto Bank pada tanggal 31 Desember 2002 dihitung berdasarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 31/178/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1998.
Posisi devisa neto Bank pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002 adalah sebagai berikut:
2003 2002
Posisi devisa Posisi devisa
neto dari neto dari
Posisi devisa transaksi Jumlah posisi Posisi devisa transaksi Jumlah posisi
neto dari akun rekening devisa neto neto dari akun rekening devisa neto
neraca administratif (nilai absolut) neraca administratif (nilai absolut)
Jumlah modal
(Catatan 35) 10.960.054 8.765.823
Persentase PDN
terhadap modal 0,455% 3,043%
Perhitungan rasio kewajiban penyediaan modal minimum dilakukan sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 dan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 5/23/DPNP tanggal 29 September 2003.
Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 mewajibkan bank-bank untuk
memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Peraturan Bank Indonesia
No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi
tertentu untuk memperhitungkan resiko pasar (market risk) dalam perhitungan rasio kewajiban
penyediaan modal minimum dan wajib memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum
sebesar 8% dengan memperhitungkan resiko pasar, berlaku 18 bulan setelah peraturan ini ditetapkan.
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum Bank pada tanggal 31 Desember 2003, dihitung
berdasarkan peraturan Bank Indonesia dengan memperhitungkan resiko pasar, adalah sebagai berikut:
2003
Komponen modal:
A. Modal inti:
Modal disetor 1.532.784
Cadangan tambahan modal 8.100.838
9.633.622
B. Modal pelengkap:
Cadangan revaluasi aktiva tetap 1.059.907
Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif 478.254
1.538.161
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum Bank pada tanggal 31 Desember 2003 tanpa
memperhitungkan resiko pasar adalah 28,65%.
Rasio kewajiban penyediaan modal minimum Bank pada tanggal 31 Desember 2002 adalah 32,19%.
Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001, rasio
kewajiban penyediaan modal minimum harus dihitung tanpa memperhitungkan dampak dari pajak
tangguhan.
Bank menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatannya, selalu terdapat resiko bawaan dalam setiap
kegiatan Bank, antara lain dalam bentuk resiko kredit, resiko likuiditas, resiko nilai tukar valuta asing,
resiko tingkat suku bunga dan resiko operasional.
Untuk itu Bank telah mengimplementasikan suatu Risk Management Framework terpadu, yang
merupakan sarana untuk penentuan strategi, organisasi, kebijakan dan pedoman, untuk memastikan
bahwa semua resiko yang dihadapi Bank dapat dikenali, diukur, diatasi dan dilaporkan dengan baik.
Bank memiliki Komite Manajemen Resiko untuk menentukan kebijakan dan membahas permasalahan
resiko yang dihadapi Bank secara keseluruhan.
Selain komite tersebut, terdapat beberapa komite lain yang bertugas untuk menangani resiko-resiko
secara lebih spesifik yaitu antara lain: Komite Kebijakan Perkreditan, Komite Pemutus Kredit dan
Komite Aktiva dan Pasiva (Asset and Liability Committee - ALCO).
Selain itu untuk mengenali dan mengendalikan resiko atas suatu produk/layanan baru, pada bulan
November 2002 Bank telah mengeluarkan ketentuan product sign-off procedures, yaitu suatu prosedur
persetujuan dari unit-unit kerja terkait untuk suatu produk/layanan baru yang akan diluncurkan ke
pasar. Dengan demikian resiko yang mungkin timbul dari produk/layanan baru tersebut dapat
diantisipasi lebih awal.
Banyak negara di wilayah Asia Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami dampak memburuknya
keadaan ekonomi, yang antara lain meliputi ketidakstabilan harga dan penurunan kegiatan usaha secara
signifikan. Kegiatan usaha Perseroan di masa yang akan datang mungkin akan terpengaruh oleh
keadaan ekonomi tersebut; namun, dampaknya, jika ada, tidak dapat ditentukan pada saat ini.
Pada tanggal 19 dan 20 Pebruari 2004 telah berlangsung penjualan saham Bank yang dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia qq Badan Penyehatan Perbankan Nasional sejumlah 88.253.438 lembar,
sehingga kepemilikan Negara Republik Indonesia qq Badan Penyehatan Perbankan Nasional turun
menjadi 309.118.100 lembar.
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
P emegang Saham
Per 31 Desember 2003
* Per 31 Desember 2003, Ultimate shareholders FarIndo Investments (Mauritius) Ltd. adalah Farallon Capital Management LLC, Sdr. Bambang
** Berdasarkan Surat Menteri Keuangan No. S-81/MK.01/2004 tertanggal 24 Maret 2004, jo Keppres No. 15 tahun 2004 tentang pengakhiran
tugas dan pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional, maka kepemilikan saham Perseroan yang semula atas nama BPPN akan
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
R apat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun 2003
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ("RUPST") PT Bank Central Asia Tbk (“Perseroan”) yang diadakan
pada hari Rabu, tanggal 25 Juni 2003 di Ballroom Ruang C, Hotel Shangri-La, Kota BNI, Jalan Jenderal
Sudirman, Kavling 1, Jakarta 10220, telah mengambil keputusan pada pokoknya sebagai berikut:
2. Mengesahkan Neraca dan Perhitungan Laba Rugi Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2002 yang telah diperiksa/diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta Siddharta
& Widjaja (terafiliasi dengan KPMG) di Jakarta;
3. Memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab (acquit et decharge) kepada anggota Direksi
dan Dewan Komisaris Perseroan atas tindakan pengurusan dan pengawasan yang dilakukan masing-
masing selama tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2002, sepanjang tindakan tersebut
tercatat dalam buku dan catatan Perseroan, antara lain dalam Neraca dan Perhitungan Laba Rugi
untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2002.
1. Mengingat bahwa saldo dana cadangan Perseroan telah mencapai Rp. 225.537.000.000, sehingga
telah melebihi 20% dari modal yang ditempatkan Perseroan, sebagaimana ditentukan oleh Pasal 61
Undang-undang nomor I tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan ayat 1 Pasal 25 anggaran dasar
Perseroan, maka 1% dari Laba Bersih 2002 atau sebesar Rp. 25.415.520.000 disisihkan untuk dana
cadangan;
2. Dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen untuk tahun buku 2002, sebesar Rp. 225
per saham, atau (berdasarkan perkiraan bahwa jumlah saham yang dikeluarkan Perseroan maksimal
adalah 6.071.317.000 saham) seluruhnya sebesar Rp. 1.366.046.000.000, yang merupakan 53,75%
dari Laba Bersih 2002, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
2.1 - Dividen untuk tahun buku 2002 tersebut akan dibayarkan oleh Perseroan kepada setiap
pemegang saham yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan (recording date) pada
tanggal pencatatan yang akan ditetapkan oleh Direksi Perseroan;
2.2 - Keputusan pembayaran dividen baru berlaku jika telah memperoleh persetujuan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional selaku instansi Pemerintah yang ditunjuk untuk melaksanakan
Program Penjaminan yang dimaksud dalam peraturan perundangan mengenai Jaminan Pemerintah
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum;
2.3 - Atas dividen tahun buku 2002, Perseroan akan memotong pajak dividen sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku terhadap pemegang saham yang memperoleh pembayaran dividen;
2.4 - Direksi diberi kuasa dan wewenang untuk menetapkan hal-hal lain yang mengenai atau berkaitan
dengan pelaksanaan pembayaran dividen tahun buku 2002.
3. Menetapkan tantieme untuk Dewan Komisaris dan Direksi untuk tahun buku 2002 sebagai berikut:
3.1 - sebesar maksimal 1,25% dari Laba Bersih 2002 dibagikan sebagai tantieme kepada para anggota
Dewan Komisaris dan Direksi yang menjabat dalam tahun buku 2002;
3.2 - memberi kuasa dan wewenang kepada FarIndo Investments (Mauritius) Limited, selaku pemilik
3.153.005.000 saham dalam Perseroan dan pada saat ini merupakan pemegang saham terbesar
dalam Perseroan, untuk menetapkan pembagian tantieme di antara para anggota Direksi dan
Dewan Komisaris yang menjabat dalam tahun buku 2002, termasuk segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembayaran tantieme tersebut, dengan ketentuan mengenai besarnya
tantieme yang akan dibayar kepada Direksi dan Dewan Komisaris akan dilaporkan dalam Laporan
Tahunan Direksi untuk tahun buku 2003.
4. Sisa dari Laba Bersih 2002 yang tidak ditentukan penggunaannya ditetapkan sebagai laba ditahan.
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
-2- Memberhentikan dengan hormat Bapak Edwin Gerungan selaku Komisaris Perseroan, terhitung
sejak saat RUPS tahunan ditutup, dengan mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa yang telah diberikan
kepada Perseroan selama menjabat jabatan Komisaris Perseroan;
-3- Mengangkat Bapak Cyrillus Harinowo dan Bapak Renaldo Hector Barros masing-masing selaku
Komisaris Independen serta Bapak Tonny Kusnadi selaku Komisaris, jika dan pada saat Bank Indonesia
memberi persetujuan terhadap setiap pengangkatan tersebut.
II. Menetapkan bahwa terhitung sejak saat RUPS tahunan ditutup anggota Dewan Komisaris dan Direksi
Perseroan sebagai berikut:
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
(D) Acara ke-lima:
1. Menetapkan bahwa paket remunerasi yang akan diberikan kepada para anggota Dewan Komisaris
dan Direksi terdiri dari gaji dan tunjangan yang akan dibayar oleh Perseroan kepada para anggota
Dewan Komisaris dan Direksi untuk tahun buku 2003 dan opsi saham yang dialokasikan kepada
Direksi yang menjabat dalam masa jabatan 2002-2003 dalam rangka program Management Stock
Option Plan (MSOP) yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tertanggal 12
April 2001.
2. (a) Memberi kuasa dan wewenang penuh kepada FarIndo Investments (Mauritius) Limited untuk
menetapkan besarnya gaji dan tunjangan yang akan dibayar oleh Perseroan kepada para anggota
Dewan Komisaris untuk dan selama tahun buku 2003, dengan ketentuan bahwa dalam menentukan
besarnya gaji dan tunjangan untuk para anggota Dewan Komisaris tersebut FarIndo Investments
(Mauritius) Limited wajib berkonsultasi lebih dahulu dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional.
(b) Memberi kuasa dan wewenang penuh kepada Dewan Komisaris untuk menentukan besarnya gaji
dan tunjangan yang akan dibayar oleh Perseroan kepada para anggota Direksi untuk dan selama
tahun buku 2003.
(c) Mengacu kepada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 12 April 2001
mengenai program Management Stock Option Plan (MSOP), menetapkan opsi saham yang
dialokasikan kepada Direksi yang menjabat dalam masa jabatan 2002-2005 seluruhnya meliputi
29.500.000 saham;
(d) Memberi kuasa dan wewenang penuh kepada FarIndo Investments (Mauritius) Limited untuk
menentukan rincian opsi saham dalam rangka program Management Stock Option Plan (MSOP),
yang akan dialokasikan kepada para anggota Direksi yang menjabat dalam masa jabatan 2002-2005,
dengan ketentuan bahwa jumlah saham yang akan dialokasikan kepada para anggota Direksi tersebut
seluruhnya tidak melebihi jumlah yang ditetapkan dalam butir (c) ayat 2 keputusan ini;
(e) Pemberian kuasa dan wewenang kepada FarIndo Investments (Mauritius) Limited dan Dewan
Komisaris yang termuat dalam ayat 2 keputusan ini berlaku terhitung sejak saat usul yang diajukan
dalam acara ini disetujui oleh RUPS tahunan dan tidak dapat ditarik atau dicabut kembali;
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
(f) Mengenai besarnya gaji dan tunjangan yang akan dibayar oleh Perseroan kepada para anggota
Dewan Komisaris dan Direksi untuk tahun buku 2003 serta rincian opsi saham dalam rangka
Management Stock Option Plan (MSOP) yang akan dialokasikan kepada anggota Direksi untuk masa
jabatan 2002-2005, akan dilaporkan dalam laporan tahunan Direksi untuk tahun buku 2003.
2. Memberi kuasa kepada Dewan Komisaris untuk menetapkan besarnya honorarium dan syarat lainnya
tentang pengangkatan Akuntan Publik tersebut.
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
D ewan Komisaris
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Renaldo Hector Barros, Komisaris (Independen)
Renaldo Hector Barros menjabat sebagai Komisaris Independen BCA sejak 25 Juni
2003. Beliau berprofesi sebagai Independent Consultant dengan spesialisasi di bidang
sistem operasional perbankan dan teknologi informatika. Beliau pernah menangani
proyek konsultasi sistem perbankan di BCA selama beberapa periode (1991-1997,
2000-2003). Proyek-proyek konsultasi lainnya adalah di Lighthouse Management
Consulting (2000) dan di Bank of the Orient, San Francisco (1991). Beliau pernah
memangku berbagai posisi manajerial di beberapa bank di San Francisco, antara
lain sebagai Senior Vice President /Chief Operations Officer di United Savings Bank
(1987-1990), Vice President di Bank of America Systems Engineering (Base) (1984-
1987), Regional Vice President di Bank of California (1967-1984). Beliau memulai
karir di Crocker National Bank, San Francisco setelah lulus program training Bank
Officer (1963-1966). Setelah lulus dari San Jose State University tahun 1963, beliau
meneruskan pendidikannya di berbagai institusi keuangan dan perbankan, terakhir
di Pacific Coast Banking School, Seattle, WA, Amerika Serikat (1973).
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
D ireksi
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Mohamad Mossadeq Dick Noordeen, Direktur
M. Mossadeq Dick Noordeen menjabat sebagai Direktur BCA sejak 20 Mei 2002.
Sebelum bergabung dengan BCA, beliau menjabat sebagai Advisor PT Peak
Securities dan sebelumnya menjabat sebagai Chief Representative dari WestLB (1997-
2001). Beliau juga pernah memangku berbagai jabatan di Citibank (1982-1997)
dengan posisi terakhir sebagai Forex Head,Treasury dan sebagai Money Market Dealer
di Indover Bank (1979-1981). Beliau meraih gelar sarjana di bidang Ekonomi Umum
pada Erasmus University, Rotterdam, negeri Belanda.
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
Subur Tan, Direktur
Subur Tan menjabat sebagai Direktur BCA sejak 20 Mei 2002. Sejak bergabung
dengan BCA di tahun 1986, beliau telah memangku beberapa jabatan manajerial
termasuk sebagai Kepala Bidang Kredit Kantor Pusat Operasional (1991-1995),
Kepala Biro Hukum (1995-1999) dan Wakil Kepala Divisi Hukum (1999-2000)
dengan posisi terakhir sebagai Kepala Satuan Kerja Hukum. Beliau menyelesaikan
pendidikan terakhirnya dalam program spesialisasi Notariat Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia.
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
K omite Audit
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
P ejabat Eksekutif
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
S truktur Organisasi
DEWAN KOMISARIS
KOMITE REMUNERASI
DAN NOMINASI KOMITE AUDIT
DIREKSI
KOMITE KEBIJAKAN
PERKREDITAN
ALCO
PRESIDEN DIREKTUR
TEKNOLOGI BISNIS BISNIS KECIL TRESURI KREDIT KEUANGAN SUMBER DAYA AUDIT
INFORMASI KORPORASI DAN DAN MANUSIA INTERNAL
MENENGAH AKUNTANSI
PENGEMBANGAN CORPORATE PERBANKAN MANAJEMEN PELATIHAN DAN
OPERASI FINANCE KREDIT INTERNASIONAL RISIKO LOGISTIK PENGEMBANGAN SEKRETARIAT
KONSUMER PERUSAHAAN
PAYMENT PERENCANAAN
PERBANKAN HUKUM DAN
PRODUCTS MANAJEMEN DAN KEPATUHAN
KONSUMER KARTU KREDIT CENTER RISIKO PASAR PEMBINAAN
WILAYAH
OPERASI WILAYAH KANTOR
DAN PERWAKILAN PENYELAMATAN
CABANG LUAR NEGERI KREDIT
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
P restasi Tahun 2003
Indonesian Best Brand Award 2003 “The Most Valuable Brand in Bank Category”
(Swa Sembada-MARS)
Indonesian Best Brand Award 2003 “The Best Corporate Brand in Financial Industry”
(Swa Sembada-MARS)
Banking Service Excellence Award 2003 “Best Overall Performance Ranked 10th” (MRI-InfoBank)
Kapital Banking Award “The Most Excellent Local Bank - Web Solutions” (Kapital-Exis)
The Best in Building Corporate Image (IMAC 2003), Frontier-Business Week edisi Indonesia
Infobank Award 2003 “Kinerja Keuangan Tahun 2003: dengan predikat Sangat Bagus” (InfoBank)
The Value Creator Award 2003 “The Best Public for Banks year 2002 Based on Eva concept” (Swa
Sembada, Markplus&co, FEUI)
SSX’s Most Active, OTP - FIS Participants in Corporate Bond Trading category Banks (Bursa Efek Surabaya)
SSX’s Most Active, OTP - FIS Participants in Government Bond Trading category Banks (Bursa Efek Surabaya)
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
P roduk dan Layanan
KARTU KREDIT • BCA Card, BCA MasterCard, BCA VISA, BCA JCB
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
K antor-kantor Cabang
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
KANTOR WILAYAH VII KANTOR WILAYAH X NON KANTOR WILAYAH
11 Kantor Cabang Utama dan 6 Kantor Cabang Utama dan 1 Kantor Cabang Utama.
44 Kantor Cabang Pembantu. 71 Kantor Cabang Pembantu.
Jakarta
Malang Lawang Jakarta
Lumajang Banyuwangi
Nganjuk Batu CABANG
Pare Blitar KANTOR WILAYAH XI LUAR NEGERI
Pasuruan Bondowoso 5 Kantor Cabang Utama dan
Probolinggo Jember 6 Kantor Cabang Pembantu. Nassau
Situbondo Kediri
Trenggalek Kertosono Balikpapan Samarinda
Tulung Agung Madiun Banjarmasin Singkawang KANTOR PERWAKILAN
Ponorogo Pontianak
Singapura Hong Kong
KANTOR WILAYAH VIII
7 Kantor Cabang Utama dan KANTOR WILAYAH XII
70 Kantor Cabang Pembantu. 8 Kantor Cabang Utama dan
108 Kantor Cabang Pembantu.
Jakarta Depok
Bekasi Cibinong Jakarta Serang
Ciputat Tangerang Cilegon Tangerang
Sawangan Rangkasbitung Pandeglang
KANTOR WILAYAH IX
9 Kantor Cabang Utama dan
89 Kantor Cabang Pembantu.
Jakarta Cibinong
Bekasi Karawang
Bogor Pondok Gede
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003
A nak Perusahaan
Catatan:
*) Bank Beku Kegiatan Usaha
**) Dalam Proses Likuidasi
L A P O R A N TA H U N A N BCA 2003