Anda di halaman 1dari 122

109

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Atan, Handju, dan Armillah Widawati. Pengetahuan Seni Ukir Indonesia. Jakarta:
Mutiara,1981.

Bahesti. Kepemilikan dalam Seni Ukir, terjemahan Lukman Hakim dan Ahsin M,
Cet. 1.Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992.

Dharmawan, NK Supasti. ”Perlindungan Hukum Atas Karya-Karya Intelektual Di


Bidang Hak Cipta Dan Desain Industri.” Denpasar Bali : Makalah Seminar
HKI, 2003.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia bekerjasama dengan Japan International
Coorporation Agency, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, 2006.

Djumhana, M dan R. Djubaidillah. Hak Milik Intelektual (Sejarah Teori dan


Prakteknya di Indonesi) Bandung: PT. Citrra Aditya Bakti, 2004.

Gambiro, Ita. Desain Produk Indonesia. Jakarta: CV Gramada Offset, 1992.

Hart, H.L.A. The Concept of Law. London: London University Press, 1972.

Heskett, Jhon. Desain Industri. terjemahan Chandra Johan. Jakarta: Rajawali,


1968.

Juwana, Hikmahanto. Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia dalam


gagasan dan pemikiran Tentang Pembaharuan Hukum Nasional Vol.II.
Jakarta:Tim Pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
RI, 2003.

Lindsey, Tim, dkk. Hak Kekayaan Intelektual:Suatu Pengantar. Bandung:


Alumni, 2000.

Margono, Sayud dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek


Hukum Bisnis. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.

Maulana, Insan Budi. Pelangi HAKI dan Anti Monopoli. PSH FH UII,
Yogyakarta: 2000.

Muhammad, Abdulkadir. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual.


Bandung: PT.Citra Aditya, 2001.

Universitas Sumatera Utara


110

Purba, A.Zen Umar. Trips,UU Hak Cipta dan Penegakan Hukum,dalam Gagasan
dan Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum Nasional Vol II. Jakarta:Tim
pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003

Rasjid, Lili dan Wyasa Putra. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya,1993.

Riswandi, Budi Agus dan M.Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya
Hukum. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004.

Saidin, Ok. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Cetakan Ketiga, Jakarta
:Raja Grafindo Persada, 2003.

Saleh, Ismail. Masalah Perlindungan Milik Intelektual Hukum dan Ekonomi.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990

Sinungan, Ansor. Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam


praktiknya di Indonesia. Bandung: PT.Alumni, 2011.

S. P, Soedarso. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Indonesia. Yogyakarta: Saku


Dayar Sana, 1990.

Simanjuntak. “Peran Industri di Indonesia.” Makalah Seminar Kerjasama FH


UNUD,Klinik Haki Jakarta JICA, Denpasar:2000.

Surya, Bonny. Peran desain bagi ekspor Indonesia. Bandung:1999.

Suwarna. Modul Sejarah Seni Rupa Indonesia. Yogyakarta: Program Semique


Dirjen Dikti, FBS, UNY, 2003.

Usman, Rachmadi. Hukum Hak Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi


Hukumnya di Indonesia. Bandung: Alumni, 2003.

Warassih, Esmi. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis.


Semarang:PT.Suryandaru Utama, 2005.

Wolfhard, Eric, Internasional Trade in Intellectual property:The emerging GATT


Regime, University of Toronto Faculty of Law Review, 1991.

Universitas Sumatera Utara


111

Tesis

Wirawan, I ketut. ”Budaya Hukum dan Disfungsi UUHC kasus masyarakat


Seniman Bali.” Tesis Program Pascasarjana Ilmu Hukum Undip,Semarang:
2000.

Sri Hadiningrum, “Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap


Pentingnya Perlindungan Desain Industri”, (Tesis, Ilmu Hukum,
Pascasarjana, USU, 2008).

Skripsi

Rahayu, Sri. “ Kriteria Syarat Subjektif Pendaftaran Desain Industri.” Skripsi,


Program Sarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta:
2004.

Koto, Desy Rizki. ”Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Penyelesaian Sengketa
Desain Industri.” Skripsi, Program Sarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2006.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia. Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional Tahun 2005-2025

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain


Industri.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Hak Cipta.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

WEBSITE

Akang kasep, “Pembajakan Hambatan Industri Kreatif di Indonesia.”


http://batampos.co.id/Opini/opini/Bangkit_dari_Krisis_dengan_industri_kreat
if.html/, (diakses tanggal 10 Mei 2013.)

Perlindungan Hukum terhadap Desain Industri http://tataxcupu88.wordpress.com


2010/05/12/perlindungan-hukum-terhadap-desain-industri-masih-kurang/
,(diakses tanggal 23 Mei 2013.)

Universitas Sumatera Utara


112

Arie Abimanyu, “Desain Industri.” http://arieabimanyu.blogspot.com


/2010/06/desain-industri.html , (diakses tanggal 23 mei 2013 )

Bisnis UKM, http://bisnisukm.com/pentingnya-hki-bagi-ukm.html, (diakses


tanggal 24 mei 2013 )
Chairunnisa, “Pentingnya HKI dalam UKM”, http://belajarhukumbisnis.
blogspot.com /2012/05/pentingnya-hki-bagi-ukm.html,(diakses pada tanggal
24 Mei 2013.)

Institut teknologi bandung, “Desain Industri” http://ipr.itb.ac.id/?page_id=181


(diakses tanggal 23 mei 2013.)

Electronic book , DJHKI, http://119.252.174.20/media-hki/?book=tampil-


menarik-pengantar-desain-industri-bagi-ukm (diakses tanggal 24 Mei 2013.)

Media HKI, “Buletin Informasi dan Keragaman Hak Kekayaan Intelektual”


http://mediahki.wordpress.com/vol-viino-01februari-2010/kolom-hki-2-2/ ,
(diakses tanggal 23 mei 2013.)

http://maindakon.blogspot.com/2010/03/tugas-seni-22-feb-2010-tentang-
seni.html (diakses 15Mei 2013.)

Hasiholan, Yan, “Hak Kekayaan intelektual”, http://yanhasiholan.wordpress


.com /2012/05/10/hak-kekayaan-intelektual/ . (diakses tanggal 09 juli
2013.)

Universitas islam Indonesia, “Relevansi hak kekayaan intelektual dengan usaha


kecil menengah”, http://pusathki.uii.ac.id/artikel/artikel/relevansi-hak-
kekayaan-intelektual-untuk-usaha-kecil-menengah-ukm.html (diakses
tanggal 05 juni 2013).

Wikipedia, “kekayaan intelektual”, http://id.wikipedia.org/wiki/


Kekayaan_intelektual (diakses tanggal 05 juli 2013).

Wirajaya, Asep Yudha, “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Untuk Seni


dan Budaya Tradisional”, http://asepyudha.staff.uns.ac.id/2012/02/20/
perlindungan-hak-kekayaan intelektual-untuk-seni-dan-budaya-
tradisional/. (diakses pada tanggal 09 juli 2013.)

Yohast, Debora Putri, “ Perkembangan Hukum Desain Industri di


Indonesia”,http://d-yohast.blogspot.com/2013/04/perkembangan-hukum-
industri-di- Indonesia.html (diakses pada tanggal 10 juli 2013.)

Hukum Online, http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol8770/walau


didiskon-pendaftaran disain-industri-oleh-ukm-masih-minim
(diaksestanggal 16 juli 2013.)

Universitas Sumatera Utara


113

Kerajinan Tangan, http://indonesiacraftproduct.blogspot.com/, diakses pada


tanggal 17 juli 2013.

Lidya Fitrian, “INACRAFT”, http://emak2blogger.web.id/2012/04/19/inacraft


pameran-kerajinan-tahunan-terbesar-indonesia/ diakses pada tanggal 17
juli 2013.

Universitas Sumatera Utara


53

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM INDUSTRI KERAJINAN TANGAN


PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

A. Ruang Lingkup Kerajinan Tangan

Seni mencakup pengertian yang sangat luas, masing-masing definisi memiliki

tolak ukur yang berbeda. Definisi yang dikemukakan cenderung menitikberatkan

pada sisi teoritis (berdasarkan teori) dan filosofis (berdasarkan pengetahuan). Banyak

sekali pengertian/ definisi mengenai seni. Beberapa pendapat menyatakan bahwa seni

berasal dari “SANI” yang artinya“Jiwa Yang Luhur/Ketulusan jiwa”. Dan menurut

kajian ilmu di Eropa mengatakan bahwa seni merupakan “ART” (artivisial) yang

artinya barang atau karya dari sebuah kegiatan. 62

Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang

menyenangkan, dalam artian bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan

perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu

kesatuan dari bentuk yang disajikan. 63

Cabang kesenian kerajinan tangan ini pada dasarnya memprioritaskan

kepada keterampilan tangan dalam bentuk benda hasil kerajinan. Hal kerajinan

tangan mencakup unsur-unsur bordir, renda, seni lipat,seni dekoratif, serta seni

yang menekankan keterampilan tangan. Kerajinan tangan adalah hal yang

62
Soedarso, S.P, Sejarah Perkembangan Seni Rupa Indonesia (Yogyakarta: Saku Dayar
Sana, 1990), hlm. 3.
63
Suwarna, Modul Sejarah Seni Rupa Indonesia (Yogyakarta: Program Semique Dirjend
Dikti, FBS, UNY, 2003), hlm. 6.

Universitas Sumatera Utara


54

berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang

dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat

biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau

benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara

tradisional dalam membuat barang-barang.Kerajinan tangan bisa terbuat dari

barang - barang bekas seperti botol bekas, kardus, dan plastik makanan. Arti yang

lain ialah usaha yang berterusan penuh semangat ketekunan, kecekalan,

kegigihan, dedikasi dan berdaya maju dalam melakukan sesuatu perkara.

Kerajinan tangan bisa disebut juga suatu kegiatan dalam menciptakan

suatu bentuk produk yang dominan menggunakan tangan manusia, yang sangat

minim dalam penggunaan mesin atau alat otomatis. Hal yang lumrah dalam

pembuatan kerajinan tangan adalah mengangkat suatu nilai dari bahan atau barang

yang tidak layak pakai (barang bekas), sehingga memiliki fungsi untuk kehidupan

dan tentunya bernilai ekonomis. Dalam kerajinan tangan, kapasitas produksi

terukur dari jumlah orang yang terlibat didalamnya. Selain itu adanya pengaruh

ketersedaan bahan baku utama dan pendukung, karena bahan bekas

ketersediannya tidak bisa diprediksi, kecuali dalam pembuatan kerajinan tangan

tersebut menggunakan lebih banyak bahan baru. 64

Produk kerajinan tangan pelaku UKM ditampilkan dalam pameran, antara

lain pameran yang cukup kredible adalah INACRAFT yang diadakan setiap

tahunnya untuk mengenalkan produk-produk Indonesia. Pameran INACRAFT

inilah ajang yang tepat untuk mendapatkan produk kerajinan tangan dari seluruh

64
Kerajinan Tangan, http://indonesiacraftproduct.blogspot.com/, diakses pada tanggal 17
juli 2013.

Universitas Sumatera Utara


55

pelosok negeri Indonesia, karena di pameran ini banyak disuguhkan produk

kerajinan tangan yang menarik dan unik. Inacraft adalah pameran kerajinan

terbesar Indonesia yang diadakan setahun sekali di JCC Jakarta tiap bulan April. 65

Presiden secara khusus membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif untuk mengelola potensi bangsa yang diharapkan ikut mendorong

pertumbuhan ekonomi negara. Salah satu sektor terpenting dari ekonomi kreatif

adalah kerajinan. Dewan kerajinan nasional (DEKRANAS) mengatakan bahwa

dalam pameran tersebut banyak pelaku UKM yang mengikuti kegiatan tersebut untuk

menjual produk kerajinan tanganya dan memperkenalkan kekhasan kerajinan tangan

di Indonesia. Dimana Inacraft sudah menjadi ikon pemasaran produk-produk

kerajinan tangan yang kreatif . Dalam website DEKRANAS membahas mengenai

produk- produk kerajinan tangan yang dihasilkan oleh pelaku UKM. Dalam

websitenya juga terdapat konsultasi yang diberikan oleh pihak DEKRANAS

terhadap pelaku UKM yang berkaitan dengan pemasaran produk kerajinan tangan

produk UKM tersebut. DEKRANAS memberikan tanggapan atas pertanyaan yang

muncul dari para pelaku UKM.

HKI adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari

hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang

menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial (benda tidak berwujud).66

Suatu karya intelektual agar mendapat perlindungan hukum desain industri

ciri-cirinya adalah harus berupa kreasi tentang bentuk, berbentuk tiga dimensi atau

65
Lidya Fitrian, “INACRAFT”, http://emak2blogger.web.id/2012/04/19/inacraft-
pameran-kerajinan-tahunan-terbesar-indonesia/ diakses pada tanggal 17 juli 2013.
66
Saidin, Op. Cit, hal. 9 .

Universitas Sumatera Utara


56

dua dimensi, mempunyai nilai estetis, dan dapat diwujudkan dalam pola tiga

dimensi dan mampu menghasilkan produk atau komoditas industri atau kerajinan

tangan. Selain itu karya desain industri tersebut harus baru dan desain industri

tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

Perlindungan desain industri diperoleh melalui sistem pendaftaran, dalam hal ini

berarti pendesain yaitu seorang atau beberapa orang yang menghasilkan karya

desain industri baru akan memperoleh perlindungan hukum atas karyanya atau

akan memperoleh hak desain industri bila pihaknya telah mendaftarkan karya

desainnya tersebut pada Direktorat Jenderal HKI.

Obyek / lingkup desain industri adalah hasil karya intelektual yang berupa

kreasi tentang bentuk, berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi, mempunyai nilai

estetis, dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi dan mampu menghasilkan

produk atau komoditas industri atau kerajinan tangan. Sedangkan subyek dari

desain industri adalah pendesain atau pihak lain yang menerima hak desain dari

pendesain. 67

Elemen desain industri juga sering bersinggungan dengan elemen dalam

karya hak cipta , terutama dengan lingkup hak cipta dalam Pasal 12 huruf f yaitu

obyek hak cipta yang berupa seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis,

gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.

Elemen seni ukir, seni pahat dan seni patung dalam hak cipta sering

bersinggungan dengan elemen desain industri terutama dalam karya desain

industri yang berupa kerajinan tangan.

67
Simanjuntak, “Peran Industri di Indonesia” (Makalah Seminar Kerjasama FH UNUD,
Klinik Haki Jakarta JICA, Denpasar, 2000), hlm.5

Universitas Sumatera Utara


57

Meskipun elemen-elemen antara karya desain industri mungkin saja

bersinggungan dengan elemen-elemen karya hak cipta, namun sebagaimana telah

dikemukakan tetap dapat dibedakan antara keduanya. Hak cipta obyek

perlindungannya lebih pada karya tentang seni, sedangkan desain industri

penekanannya pada karya tentang bentuk (appearance) yang mempunyai nilai

estetika dan dibuat untuk menghasilkan komoditas industri/mass production. 68

Kerajinan Tangan yang mengalami perkembangan pada saat ini juga sudah

diproduksi masa dalam bentuk tiga dimensi dan dua dimensi, memiliki nilai

estetika dan dapat diwujudkan dalam bentuk tiga dimensi dan mampu diproduksi

secara massal seperti yang terdapat pada souverni-souvernir. Maka lebih cocok

jika desain industri yang melindungi kerajinan tangan, seperti yang diketahui

desain industri mengandung system first to file yang memberi perlindungan

eksklusif berkaitan dengan hak moral dan ekonomi pada pendaftar pertama.

Menurut WIPO (World Intellectual Property Organization) produk

kerajinan tangan termasuk didalamnya variasi barang yang terbuat dari

bermacam-macam bahan. Keragaman bahan ini membuat agak sulit memberi

definisi yang memuaskan dari bahan, teknik produksi, dan fungsi produk

kerajinan tangan. Enam bahan utama produk kerajinan tangan dapat berupa serat

tumbuhan, kulit, besi, tanah liat, kain, dan kayu. Bahan lainnya adalah variasi

hewan, bahan tumbuhan atau mineral. Selain itu, bahan-bahan dapat meliputi pula

batu, kaca, gading, tulang, tanduk, cangkang, kerang, atau mutiara. Para pembuat

68
NK Supasti Dharmawan, Perlindungan Hukum Atas Karya-Karya Intelektual Di
Bidang Hak Cipta Dan Desain Industri (Denpasar Bali : Makalah Seminar HKI, 2003), hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara


58

kerajinan tangan yang biasanya disebut pengrajin, menganggap diri mereka

sebagai orang bisnis, sehingga mereka tentu saja berproduksi dengan motif

ekonomi. Di lain pihak, konsumen ekspor dan pengekspor biasanya memandang

para pengrajin ini sebagai sumber produksi biaya rendah.

Ada banyak macam perlindungan hukum terhadap kreasi pengerajin pada

dunia industri, perlindungan hukum bisa masuk didalam kategori perlindungan

HKI dalam berbagai macam maupun ruang lingkup. Bahkan satu produk bisa

dilindungi oleh berbagai hak yang tercakup dalam HKI. Cakupan HKI yang cocok

melindungi karya seni dalam kerajinan tangan adalah desain industri karena para

pelaku UKM memproduksi kerajinan tangan secara massal.

Hak desain industri merupakan hak khusus yang diberikan oleh negara

kepada pendesain atau pemegang hak desain industri atas hasil kreasinya untuk

selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri kreasi tersebut atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Dengan

memperhatikan hal di atas, berarti hak desain industri tidak muncul seketika

sesaat desain itu selesai dikerjakan dan prinsip itu tidak sama dengan “hak cipta”

yang memberikan hak kepada penciptanya sesaat suatu ciptaan “selesai

diwujudkan atau dilahirkan”. Dan pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak

untuk memperbanyak atau mengumumkan hasil karyanya yang khas dan bersifat

orisinal. 69

Jika hak cipta “muncul atau “lahir” seketika ciptaan itu selesai dibuat,

diwujudkan, diperdengarkan, atau diumumkan pertama kali, dalam sistem desain

69
Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997, Pasal 1 dan
Pasal 2.

Universitas Sumatera Utara


59

industri, karena hak desain industri diberikan oleh Negara, maka terjadinya hak

desain industri baru diperoleh setelah desain industri itu didaftarakan

permintaannya kepada negara melalui Ditjen HKI, dan telah memenuhi

persyaratan perundang-udangan yang berlaku, serta diterima pendaftarannya.

B. Keberadaan Desain Industri dalam Usaha Kecil Menegah (UKM)

Pemberdayaan terhadap UKM dapat dilihat dalam Pasal 5 UU UMKM,

bertujuan:

1. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan;

2. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UKM menjadi usaha

yang tangguh dan mandiri; dan

3. meningkatkan peran UKM dalam pembangunan daerah, penciptaan

lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan

pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 UU UMKM tersebut, terlihat betapa

pentingnya harapan yang diberikan pembuat undang-undang dalam rangka

memberdayakan UKM guna memperkukuh struktur perekonomian nasional. 70

Kriteria terhadap UKM dapat dilihat dalam Pasal 6 UU UKM yaitu :

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

70
Republik Indonesia, Undang-Undang No.20 Tahun 2008, Pasal 5.

Universitas Sumatera Utara


60

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah). 71

Sudah sejak dahulu UKM mengambil peranan aktif dalam perekonomian

di Indonesia. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia sekitar tahun 1997,

UKM tetap bertahan bahkan peranannya semakin meningkat dan terlihat sangat

jelas dalam perekonomian Indonesia. Pada saat itu bentuk usaha inilah yang

paling cepat pulih dari krisis ekonomi dibandingkan dengan usaha-usaha skala

besar yang banyak terpuruk pada saat itu. 72 Dari sekian banyak UKM yang

berkembang di Indonesia dan tidak hanya terbatas pada bidang-bidang usaha yang

telah disebutkan sebelumnya tersebut, keberadaan UKM tidak terlepas dari

keterkaitannya dengan HKI.

Di Indonesia dengan adanya tradisi hukum adat, sebenarnya kurang atau

bahkan tidak begitu mengenal perangkat hukum yang mengatur perlindungan

71
Republik Indonesia, Undang-Undang No.20 Tahun 2008, Pasal 6.
72
Chairunnisa, “Pentingnya HKI dalam UKM”,
http://belajarhukumbisnis.blogspot.com/2012/05/pentingnya-hki-bagi-ukm.html.(diakses pada
tanggal 24 Mei 2013).

Universitas Sumatera Utara


61

HKI. Hal demikian karena akar hukum Indonesia bersifat komunal, gotong-

royong dan hak mengenal perlindungan karya intelektual yang mengedepankan

sifat individual. Hal ini terlihat dari beberapa pandangan dari pada pencipta

desainer yang tidak begitu memperdulikan bila karyanya ditiru orang lain dan

tidak merasa dirugikan, bahkan orang tersebut merasa bangga bila karyanya

mendapat perhatian berpendapat bahwa karya ciptaannya sebagai karya batiniah

yang universal dan dapat dinikmati siapapun dan kapanpun.

Setiap produk industri sesederhana apa pun selalu diproduksi melalui

suatu proses perencanaan termasuk pembuatan desainya. Pembuatan sebuah

desain dari suatu produk bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. curahan akal,

imajinasi, biaya, inspirasi, waktu dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu

produk hingga menjadi sukses pada saat pemasaran, perlu mendapatkan

perlindungan hukum. Di Indonesia, UKM merupakan salah satu kelompok usaha

yang telah menjadi tulang punggung perekonomian bangsa. Alasan lain mengapa

produk-produk UKM menjadi target perlindungan desain industri, karena UKM

merupakan kelompok usaha yang jumlahnya mencapai lebih dari 90% dari pelaku

bisnis di Indonesia. Keberhasilan perlindungan desain industri terhadap produk

UKM ini sangat berpengaruh terhadap pemerataan pendapat sehingga mengurangi

angka kemiskinan. 73

Undang-Undang Desain Industri disusun dengan maksud untuk salah

satunya, memberdayakan UKM. Secara umum struktur dan materi dari Undang-

Undang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan

73
Ansori Sinungan,Op., Cit,. hlm.270.

Universitas Sumatera Utara


62

pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha,

pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi

administratif dan ketentuan pidana. Dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang

Desain Industri tersebut, dapat disimak gambaran yang jelas bahwa terdapat

hubungan-hubungan yang erat antara UKM dengan sistem perlindungan desain

industri dalam upaya pemerintah meningkatkan pengembangan desain industri di

Indonesia. Hal ini untuk kemudian dijadikan alur berpikir yang menjiwai norma-

norma perlindungan hukum khususnya desain industri yang pada akhirnya

memberikan pandangan yang menyeluruh dan terintergrasi terhadap identifikasi

permasalahan efektivitas perlindungan desain industri dan sekaligus memberikan

solusi terhadap permasalahan yang ditemukan. 74

Dalam pembahasan tentang korelasi tujuan hukum Undang-Undang

Desain Industri dengan peran UKM, hubungan antar HKI dan UKM merupakan

dimensi lain yang telah menjadi pembicaraan baik di tingkat nasional maupun

internasional. Dimana kesadaran UKM tentang HKI merupakan isu penting,

sehingga UKM telah memiliki posisi yang semakin penting dalam penentuan

strategi dan kebijakan terkait HKI. 75

Berbicara mengenai potensi UKM, pembahasan mendasar terhadap

keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif merupakan elemen

fundamental terhadap eksistensi UKM itu sendiri. Sebenarnya UKM di Indonesia

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan tersebut sudah

sepantasnya mendapatkan perhatian dan perlindungan khusus dalam rangka


74
Ibid., hlm.275.
75
A.Zen Umar Purba, “Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan Sistem Haki Nasional”,
Jurnal Hukum Bisnis,2001.

Universitas Sumatera Utara


63

bersaing di gelanggang perdagangan global yang sangat keras saat ini.

Keikutsertaan pemerintah pun sangat besar untuk melakukan pembinaan terhadap

UKM. Namun patut disayangkan bahwa pelaku UKM di Indonesia belum

sepenuhnya memanfaatkan perlindungan desain industri terhadap produk-produk

yang mereka pasarkan baik di dalam maupun diluar negeri.untuk memperkuat

perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global, upaya

produktivitas nasional melalui inovasi, penguasaan penelitian, pengembangan,

dan penerapan iptek menuju ekonomi berbasis pengetahuan serta kemandirian dan

ketahanan bangsa harus dilaksanakan secara berkelanjutan. 76

Melihat betapa pentingnya masalah UKM dalam meningkatkan

perekonomian bangsa-bangsa, World Intellectual Property Organization (WIPO)

telah mengupayakan kegiatan-kegiatan guna membantu negara-negara anggotanya

untuk dapat berkompetisi baik dalam tingkat nasional maupun internasional agar

bisa mengakses kebutuhan-kebutuhan UKM selain itu, penyebaran informasi

untuk kegunaan praktis serta mempertemukan dengan para mitra bisnis maupun

institusi-institusi yang tepat dalam bentuk kerjasama guna meningkatkan dan

memperkuat komponen-komponen HKI merupakan kunci keberhasilan dari

program WIPO di bidang UKM. 77

Dengan uraian tersebut,terlihat peranan HKI termasuk desain industri

adalah sangat besar dalam memajukan perusahaan baik dalam rangka melakukan

diferensiasi produk, pemasaran, citra produk, target khusus dari konsumen,

memiliki eksklusivitas atas produk-produk yang dihasilkan dan lain-lain yang

76
Ansori Sinungan,Op., Cit., hlm.278-280.
77
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


64

dapat meningkatkan kemajuan perusahaan. 78 Menciptakan desain industri yang

dapat memberikan daya tarik bagi konsumen, tampilan bentuk dari suatu produk,

bagi UKM harus memperhatikan bahwa desain industri didalamnya mempunyai

kekuatan nilai komersial sehingga dapat meningkatkan pemasaran. Disini bahwa

peranan sistem HKI bagi

Keberadaan desain industri dalam UKM adalah sebagai salah satu bentuk

perlindungan hukum terhadap pelaku UKM dalam industri UKM, terkait adanya

hak eksklusif yang diberikan oleh negara berupa hak ekonomi selain juga

merupakan sarana pengembangan produk bermanfaat bagi UKM, karena desain

industri merupakan aset, untuk meningkatkan keuntungan, produk UKM mudah

dikenal oleh pelanggan baik dalam negeri maupun luar negeri, selanjutnya desain

industri juga sebagai alat monopoli serta desain industri merupakan sumber

pemasukan/devisa negara atau sebagai aset penting dalam ekonomi modern yang

mengandalkan pengetahuan.

Namun di Indonesia, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ternyata

perlindungan desain industri berdasarkan Undang-Undang Desain Industri, belum

dimanfaatkan secara maksimal oleh kelompok UKM. Pelaku UKM kurang

menganggap penting desain industri dimana desain industri merupakan

perlindungan terhadap produk mereka sehingga akan timbul masalah. Padahal,

seandainya kelompok UKM memahami dan memiliki kesadaran tinggi tentang

pentingnya perlindungan desain industri dengan mendaftarakan produk mereka

78
Ibid,hlm.281.

Universitas Sumatera Utara


65

melalui pendaftaran desain industri, kelompok UKM tersebut akan mendapatkan

manfaat ekonomi yang lebih besar.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pengrajin sebelum

mereka memasarkan produk kerajinan tangan tersebut. Pertama, mereka harus

sadar bahwa merekalah pemilik HKI atas produk kerajinan tangan yang mereka

produksi. Terkadang hal tersebut agak sulit didefinisikan karena terkadang desain

atas produk kerajinan tangan yang mereka buat atau produksi biasanya merupakan

desain komunal dan bukan kreasi pribadi. Walaupun tentu banyak juga para

pengrajin ini yang menciptakan desain sendiri. Apabila desain tersebut adalah

desain komunal atau turun-temurun, tentu saja pemilik HKI atas desain tersebut

adalah masyarakat daerah tersebut. 79

Menurut Dirjen HKI dari hampir 8000 pemohon yang masuk, ternyata

hanya 49 pemohon saja yang berasal dari UKM, sebenarnya angka 8000 pemohon

itu sangat menggembirakan, jika saja diikuti jumlah pemohon dari UKM yang

meningkat pula. Mengingat, proses pendaftaran tersebut baru saja dibuka sejak

dua tahun lalu, tepatnya 16 Juni 2003 dan rata-rata per hari terdapat 30

permohonan yang masuk. 80 Pendaftaran disain industri merupakan salah satu

pelaksanaan dari Undang-Undang Desain Industri dan diadakannya Undang-

Undang Desain Industri salah satunya untuk merangsang pertumbuhan

perekonomian negara untuk melindungi karya-karya desain industri yang

dihasilkan oleh UKM.

79
Desain untuk dunia Industri, http://industrydesign.blogspot.com/2010/11/perlindungan-
hak-untuk-produk-kerajinan.html diakses pada tanggal 6 juli 2013.
80
Hukum Online, http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol8770/walau-didiskon-
pendaftaran-disain-industri-oleh-ukm-masih-minim diakses tanggal 16 juli 2013.

Universitas Sumatera Utara


66

C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Desain Industri Dalam Industri

Kerajinan Tangan Produksi Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Desain Industri dikatakan bahwa desain

industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau

warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga

dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan

dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan

suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Dimana dalam

hal ini kerajinan tangan termasuk kategori yang disebutkan dalam Pasal 1

Undang-Undang Desain Industri.

Kerajinan tangan diatur dalam kekayaan intelektual, karena itu kerajinan

tangan produksi UKM wajib dihormati. Desain industri tidak boleh digunakan

oleh orang lain (orang yang tidak berhak) tanpa izin pemiliknya, kecuali apabila

ditentukan lain oleh undang-undang. Perlindungan hukum berlaku bagi UKM

yang sudah terdaftar dalam desain industri dan dibuktikan dengan sertifikat

pendaftaran dengan perlindungan hukum berlangsung selama jangka waktu yang

ditentukan menurut bidang dan klasifikasinya. Penggunaan desain industri orang

lain tanpa izin pemiliknya, atau pemalsuan, peniruan desain industri orang lain

merupakan suatu pelanggaran hukum.

Suatu produk yang dilindungi HKI hanya dapat diproduksi oleh si pemilik

atau pemegang hak atas produk tersebut (eksklusif). Apabila ada pihak lain yang

Universitas Sumatera Utara


67

ingin memproduksinya tentunya harus dengan seijin pemegang hak-nya, disinilah

letak nilai ekonomi dari produk yang telah dilindungi HKI. 81

Perlindungan hukum desain industri merupakan upaya yang telah diatur

oleh undang-undang guna mencegah terjadinya pelanggaran oleh orang yang

tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses

secara hukum dan bila terbukti melakukan pelanggaran maka dia akan dijatuhi

hukuman sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Desain Industri yang

dilanggar itu. Undang-Undang Desain Industri mengatur jenis perbuatan

pelanggaran serta ancaman hukumannya, baik secara perdata maupun secara

pidana.

Dengan mengingat hal diatas dan kaitanya dengan perlindungan hukum

tentang desain industri yaitu untuk menjamin perlindungan hak-hak pendesain dan

menetapkan hak dan kewajibannya serta menjaga agar pihak yang tidak berhak

tidak menyalahgunakan hak desain industri tersebut. Yang menjadi landasan bagi

perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk kecurangan terhadap Produk

UKM yang dalam skripsi ini adalah produk kerajinan tangan yang sudah diberi

hak desain industri yang telah dikenal secara luas.

Agar desain industri, dalam hal ini kerajinan tangan dapat dilindungi

hukum adalah dengan cara pendaftaran. Pendaftaran desain industri (desain tekstil

untuk desain motif batik) menimbulkan hak eksklusif, yaitu hak khusus yang

hanya diberikan oleh negara untuk jangka waktu tertentu kepada Pemegang Hak

desain industri untuk melaksanakan sendiri hak desain industri yang dimilikinya,

81
“Bisnis UKM”, http://bisnisukm.com/pentingnya-hki-bagi-ukm.html (diakses tanggal
24 Mei 2013).

Universitas Sumatera Utara


68

atau memberikan persetujuan /izin kepada pihak lain untuk melaksanakan haknya

atas desain tersebut. Dengan demikian orang lain yang tidak berhak dilarang

menggunakan/membuat/memakai/menjual desain industri tersebut tanpa

persetujuan dari pemegang hak desain industri. 82 Pemegang hak desain industri

memberikan persetujuan (izin) kepada pihak lain untuk melaksanakan

(menggunakan) haknya atas desain tersebut dapat melalui pewarisan, hibah,

wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh Undang-

undang 83.

Perlindungan hukum di bidang HKI tersebut tidak terlepas dari adanya

keinginan negara-negara maju untuk memperbaiki situasi dan kondisi karena

semakin banyakya perusahaan-perusahaan terutama di negara-negara berkembang

yang melakukan tindakan peniruan barang-barang yang mengakibatkan kerugian

dan terganggunya kepentingan pembuat maupun pemakai produk.

Negara-negara anggota WTO memberikan perlindungan terhadap desain

industri yang mandiri dan kreatif dengan persyaratan bahwa hak desain industri

yang diberikan perlindungan adalah baru. Negara anggota dapat menolah bahwa

desain tersebut tidak baru atau orisinal jika desain yang dimaksud tidak memiliki

perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan dengan desain atau kombinasi

dari beberapa desain yang telah ada. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa negara

anggota dapat memperluas perlindungan terhadap desain industri. 84

Untuk Indonesia, sistem perlindungan desain industri yang diterapkan

dalam Undang-Undang Desain Industri secara eksplisit hanya mensyaratkan


82
Republik Indonesia, UU No. 31 Tahun 2001 tentang Desain Industri,Pasal 9 Ayat (1).
83
Republik Indonesia, UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 31.
84
Ibid.,hlm.113.

Universitas Sumatera Utara


69

kebaruan saja tanpa persyaratan keaslian atau originality seperti yang tercantum

dalam Pasal 2 Undang-Undang Desain Industri.

Walaupun secara tidak jelas Undang-Undang Desain Industri hanya

mensyaratkan kebaruan untuk diberi hak desain industri, dalam praktiknya secara

tak langsung ternyata Indonesia telah menggunakan juga persyaratan orisinalitas.

Hal ini terlihat dari adanya pemberian hak desain industri tanpa melalui

mekanisme proses pemeriksaan substantif apabila tidak ada keberatan dari pihak

lain. 85

Pada tataran hubungan perdagangan internasional, komoditi kerajinan

tangan yang dihasilkan sangat rawan dijiplak oleh para pesaing yang berasal dari

luar negeri. Kondisi demikian sangat mungkin terjadi akibat tidak adanya

kepemilikan individual hak cipta terhadap produk kerajinan tangan yang

diperdagangkan tersebut. Secara lebih dalam bisa dilihat bahwa tidak adanya

kepemilikan hak cipta ini sangat wajar karena produk tersebut dihasilkan dengan

menggunakan dasar pengetahuan tradisional yang sudah dimiliki masyarakat

secara turun temurun dan bersifat terbuka. Hal ini berarti tidak ada seorangpun

yang bisa secara sepihak mengaku bahwa hak cipta produk tersebut adalah milik

individu tertentu.

Dalam kondisi yang demikian, seharusnya negara dalam hal ini

pemerintah, mengambil porsi yang lebih banyak untuk berperan sebagai

pelindung pengusaha kerajinan tersebut dari serbuan orang-orang asing yang

secara sadar dan sengaja melakukan pelanggaran hukum tentang hak cipta.

85
Ibid.,hlm.114-115.

Universitas Sumatera Utara


70

Dengan demikian, meskipun karya atau produk yang dihasilkan oleh pengusaha

kerajinan tersebut tidak bisa dimiliki hak ciptanya secara individu tetapi produk

tersebut tidak dapat diambil alih oleh orang asing karena negara sudah mengambil

alih hak cipta produk tersebut. Bila terjadi penjiplakan yang dilakukan oleh negara

lain, pemerintah Indonesia bisa mengajukan tuntutan hukum kepada yang

melakukan pelanggaran tersebut. Pada prakteknya, negara atau pemerintah belum

melakukan tugas seperti yang telah diamanatkan. 86

Adanya 2 mMacam perlindungan hukum dalam kaitanya dengan desain

industri:

1. Perlindungan hukum preventif

Dalam perlindungan hukum preventif dalam kaitanya dengan desain

industri adalah dengan melakukan proses pendaftaran untuk mendapatkan

perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang didapat adalah hak desain

industri yang diterima oleh pelaku UKM. Syarat untuk mendapatkan hak desain

industri adalah dengan melakukan pendaftaran desain industri. Pendaftaran

merupakan syarat mutlak bagi pelaku UKM untuk melindungi produknya karena

hak desain industri melekat pada pendaftaran desain industri. Pelaku UKM

mendapatkan perlindungan dari desain industri berupa perlindungan dari

penyimpangan yang dilakukan terhadap kerajinan tangan produksi UKM. Hak

desain industri yang diperoleh pelaku UKM dapat juga melarang orang lain yang

tanpa persetujuanya menggunakan hak desain industri tersebut.

86
Anastasia Resti Muliani, “Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Bagi Usaha
Kecil Di Bidang Industri Kerajinan Di Wilayah Kabupaten Bantul”, (Tesis,universitas
diponogero,2007).

Universitas Sumatera Utara


71

2. Perlindungan hukum represif

Perlindungan hukum represif dalam kaitanya dengan desain industri

adalah dengan penyelesaian sengketa dalam desain industri apabila timbul

sengketa, Kemudian diatur juga mengenai ketentuan pidana, pembatalan desain

industri, dan pengalihan. Dalam Pasal 46 diatur bahwa pemegang hak desain

industri atau penerima lisensi dapat menggugat siapa pun yang dengan sengaja

dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,

berupa :

a. gugatan ganti rugi; dan/atau

b. penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Dan apabila timbul penyimpangan terhadap produk UKM maka

perlindungan yang didapat adalah ketentuan pidana terhadap pelaku

penyimpangan tersebut yang diatur dalam Pasal 54, berupa :

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8, Pasal 23 atau Pasal 32 dipidana dengan pidana penjara paling lama

1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima

juta rupiah).

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) merupakan

delik aduan.

Universitas Sumatera Utara


72

Jadi perlindungan terhadap produk tersebut terutama terdapat dalam

pendaftaran yang memberikan hak eksklusif berupa hak desain industri yang

didapat oleh pelaku UKM dan apabila ditemukan penyimpangan para pelaku

penyimpangan akan mendapatkan perlakuan tegas berupa ketentuan pidana,

D. Dampak Perlindungan Hukum Dalam Industri Kerajinan Tangan

Produksi Usaha Kecil Menegah (UKM)

Perlindungan hukum tentang desain industri yaitu untuk menjamin

perlindungan hak-hak pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya serta

menjaga agar pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan hak desain industri

tersebut. Yang menjadi landasan bagi perlindungan yang efektif terhadap berbagai

bentuk kecurangan dengan cara membuat, memakai, menjual, mengimpor,

mengekspor, dan/atau mengedarkan barang itu yang sudah diberi hak desain

industri yang telah dikenal secara luas. Adapun prinsip pengaturannya adalah

pengakuan kepemilikan atas karya intelektual yang memberikan kesan estetis dan

dapat diproduksi secara berulang-ulang serta dapat menghasilkan suatu barang

dalam bentuk tertentu yaitu berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan

demikian desain industri dalam dunia industri dan perdagangan mempunyai

peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan disinilah desain

industri harus lebih dipacu dan lebih ditingkatkan agar dapat menghadapi

persaingan yang ada dalam dunia industri dan perdagangan. 87

87
Arie Abimanyu, “Desain Industri”,http://arieabimanyu.blogspot.com/2010/06/desain-
industri.html (diakses tanggal 23 Mei 2013).

Universitas Sumatera Utara


73

Dengan adanya perlindungan desain industri para pelaku UKM mendapat

hak eksklusif berupa hak desain industri sehingga melindungi produk yang

dihasilkan dan timbulnya hak ekonomi bagi pelaku UKM karena desain industri

menambah nilai bagi produksi UKM tersebut.

Dampak pendaftaran desain industri tebagi dalam 3 kelompok antara lain :

1. Pelaku UKM

Sebaiknya setiap pelaku UKM menyadari pentingnya desain industri

terhadap produk kerajinan tangan itu sendiri sehingga memperoleh nilai ekonomi

yang jauh lebih tinggi. Desain industri menentukan nilai sebuah produk, oleh

karena itu dengan kesadaran pelaku UKM terhadap pendaftaran desain industri

terhadap kerajinan tangan yang dihasilkan akan mendapat banyak keuntungan

salah satunya adalah hak ekonomi yang didapat oleh pelaku UKM. Desain

industri memberikan hak pada pelaku UKM untuk menjual, mengekspor, dan

mengedarkan barang karena pelaku UKM yang mendaftarkan produknya maka

pelaku UKM akan mendapatkan hak atas desain industri tersebut. Desain industri

dapat mendorong rasa kebanggaan terhadap diri seseorang atau suatu masyarakat,

bahkan bangsa, yang akan mendorong semangat untuk meningkatkan kualitas dari

ciptaan yang mereka hasilkan. Sebagai contoh, Indonesia tentu merasa bangga

sebagai bangsa Indonesia jika misalnya kain Ulos digunakan di berbagai negara,

walaupun Indonesia sendiri bukan bagian dari suku Batak.

2. Industri

Adapun prinsip pengaturannya adalah pengakuan kepemilikan atas karya

intelektual yang memberikan kesan estetis dan dapat diproduksi secara berulang-

Universitas Sumatera Utara


74

ulang serta dapat menghasilkan suatu barang dalam bentuk tertentu yaitu

berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan demikian desain industri dalam

dunia industri dan perdagangan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Dan disinilah desain industri harus lebih dipacu dan lebih

ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan yang ada dalam dunia industri

dan perdagangan.

Desain industri terhadap kerajinan tangan yang dihasilkan UKM berperan

menentukan nilai dari produk UKM yang dipasarkan itu sendiri. Sedemikian

pentingnya nilai sebuah desain produk, sehingga tidak jarang konsumen

melupakan kualitas, merek dan harga produk yang dipasarkan. Dampak dari suatu

perlindungan desain industri akan memberi keuntungan bagi produk UKM,

dimana produk yang dibahas adalah kerajinan tangan. Kerajinan tangan UKM

bernilai ekonomi dan karena pelaku UKM kadang tidak mengetahui pentingnya

desain industri, sehingga setiap produk yang berupa kerajinan tangan yang

dihasilkan UKM tersebut rentan terhadap peniruan, banyaknya produk UKM

yang berdaya saing namun karena modal yang kurang dan tidak mengetahui akan

pentingnya desain industri sehingga produk UKM kadang kalah saing dengan

industri besar. Dengan adanya perlindungan hukum desain industri makan akan

tercipta industri yang kreatif dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi dunia

perdagangan.

3. Pemerintah

Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri

dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing tersebut

Universitas Sumatera Utara


75

adalah dengan memenfaatkan peranan desain industri yang merupakan HKI.

Keanekaragaman budaya yang dipadukan dengan upaya untuk ikut serta dalam

globalisasi. 88

Tanpa disadari, produk-produk yang diproduksi oleh UKM-UKM di

Indonesia banyak yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki keunikan terutama

apabila sudah masuk dalam pasar luar negeri. Karena UKM kurang peka dan

tidak memberikan perlindungan terhadap produk yang dimiliki, pada akhirnya

banyak dari produk-produk Indonesia khususnya produk-produk yang memiliki

nilai tradisional yang ide dan desainnya ‘dicuri’ oleh pihak luar. Pemerintah

kurang menyadari bahwa perlindungan desain industri membawa nilai ekonomi

yang tinggi apabila sudah masuk dalam dunia perdagangan. Dampak perlindungan

desain industri bagi pemerintah adalah menciptakan iklim bisnis yang baik dalam

dunia industri dan memacu pelaku UKM agar semakin kreatif.

88
Ismail Saleh, Masalah Perlindungan Milik Intelektual Hukum dan Ekonomi (Jakarta
:Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm.4.

Universitas Sumatera Utara


76

BAB IV

PERAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DALAM INDUSTRI


KERAJINAN TANGAN PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

A. Peran Pendaftaran Desain Industri Dalam Industri Kerajinan Tangan


Produksi Usaha Kecil Menegah (UKM)

Desain industri memberi nilai tambah pada suatu produk. Desain industri

akan membuat suatu produk menjadi lebih menarik dan memikat bagi konsumen

dan hal itu merupakan nilai jual yang unik. Jadi, melindungi desain industri perlu

dipertimbangkan sebagai bagian penting dari strategi usaha/bisnis dari suatu

UKM. Pendaftaran desain industri di Ditjen HKI oleh UKM membuat UKM

tersebut mempunyai hak eksklusif yang dapat mencegah pihak lain untuk

memalsu dan menirunya.

Di samping itu, pendaftaran desain industri dapat meningkatkan dan

menambah pemasukan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Posisi jual pemilik desain menjadi lebih kuat karena dapat mencegah pesaing

memproduksi barang dengan desain serupa.

2. Produk dengan desain yang terdaftar yang sukses akan meningkatkan nilai

perusahaan.

3. Desain yang sudah dilindungi juga dapat dilisensikan (dijual) kepada pihak

lain melalui pelisensian kepada pihak lain yang dapat menjangkau pasar yang

semula tidak dapat dijangkau atau tidak dapat dimasuki.

Universitas Sumatera Utara


77

Pendaftaran desain industri mendorong berlangsungnya praktek

persaingan sehat dan perdagangan yang jujur yang selanjutnya akan mendorong

diproduksinya beragam produk yang secara estetika lebih menarik. 89

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Desain Industri

ditegaskan bahwa hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak desain industri

mencakup pada, pertama, hak untuk melaksanakan hak desain industri yang

dimilikinya; dan kedua, hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya

membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan

barang yang diberi hak desain industri. Hal yang harus diketahui meskipun

pemegang hak desain industri mempunyai hak eksklusif bukanlah berarti tidak

ada pembatasan. Sesungguhnya ada pembatasan yang diberikan oleh Undang-

Undang Desain Industri. Pembatasan itu terletak pada desain industri yang telah

terdaftar tersebut dipakai untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri. 90

Desain industri berperanan penting dalam perkembangan sektor industri,

karena melalui desain industri dapat dihasilkan penemuan baru, teknologi

canggih, kualitas tinggi, maupun standar mutu. Semakin tinggi tingkat

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentunya akan makin

maju perkembangan desain industri dan makin cepat perkembangan sektor

industri. Disamping itu juga desain industri merupakan basis perdagangan karena

menjadi dasar perkembangan perdagangan yang menggunakan merek terkenal

89
Media HKI ,”Buletin Informasi dan Keragaman Hak Kekayaan Intelektual”,
http://mediahki.wordpress.com/vol-viino-01februari-2010/kolom-hki-2-2/ diakses tanggal 23 mei
2013
90
Republik Indoneisa, UU No 31 Tahun 2000 tentang desain industri, Pasal 9.

Universitas Sumatera Utara


78

sebagai goodwill, lambang kualitas dan standar mutu, sarana menembus pasar,

baik domestik maupun internasional.

Begitu pentingnya UKM dalam pembangunan sektor industri, sudah

seharusnya desain industri perlu dilindungi oleh hukum. Dasar

pertimbangan Desain perlu dilindungi oleh hukum adalah karena:

Alasan yang bersifat non-ekonomis. Perlindungan hukum akan memacu

mereka yang menghasilkan karya-karya intelektual tersebut untuk terus

melakukan kreatifitas intelektual. Hal ini akan meningkatkan self

actualization pada diri manusia. Bagi masyarakat hal ini akan berguna untuk

meningkatkan perkembangan hidup mereka. Alasan yang bersifat ekonomis.

Untuk melindungi mereka yang melahirkan karya intelektual tersebut berarti yang

melahirkan karya tersebut mendapat keuntungan materiil dari karya karyanya. Di

pihak lain melindungi pelaku UKM dari adanya peniruan, pembajakan,

penjiplakan mampu perbuatan curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain atas

karya-karya mereka yang berhak.

Hampir di setiap negara, suatu desain industri harus didaftarkan agar dapat

dilindungi oleh Undang-Undang Desain Industri. Peraturan umum agar dapat

didaftarkan adalah desain harus baru dan asli. Biasanya, kata baru diartikan

sebagai tidak ada desain yang identik atau mirip yang pernah ada sebelumnya.

Begitu desain sudah didaftarkan, sertifikat pendaftaran akan dikeluarkan oleh

Kantor Direktorat Jenderal HKI dengan jangka waktu perlindungan 10 tahun.

Suatu desain industri dapat juga dilindungi sebagai suatu pengerjaan seni

yang dilindungi juga oleh hak Cipta. Di Indonesia dan beberapa negara,

Universitas Sumatera Utara


79

perlindungan desain industri dan hak cipta dapat muncul bersamaan. Di negara-

negara lain, ada yang menerapkan secara mutually exclusive: bila pemilik desain

sudah memilih satu jenis perlindungan, maka dia tidak dapat lagi menggunakan

perlindungan yang lain. 91

Pendaftaran desain industri sangat diwajibkan atas seorang pendesain.

Menurut Jumhana alasan diwajibkannya pihak yang mendapatkan pengalihan

desain/hak untuk mendaftarkan pengalihan tersebut, disebabkan : “ Sifat dari hak

desain itu sendiri yang pemanfaatnya di batasi dengan jangka waktu tertentu serta

sangat berkaitan dengan instansi Negara yang mengelola hak administrasi di

bidang hak atas kekayaan intelektual termaksud”.

Ketentuan mengenai desain industri tercantum dalam Part II, Section 4

TRIPS Agreement yaitu: tentang Standards Concerning The Avability, Scope And

Use The Intelektual Property Right yang terdiri atas Pasal 25 dan Pasal 26. kedua

Pasal itu pada pokoknya mencantumkan tentang: 92

1. Desain industri yang dapat dilindungi adalah desain industri yang baru (New)

atas original (orginal);

2. Hak desain industri yang mencakup membuat, menjual atau mengimpor dan

termasuk juga mencegah pihak lain yang melakukan hal itu tanpa izin

pemegang hak, dan

3. Jangka waktu perlindungan minimal 10 (sepuluh) tahun

91
Institut teknologi bandung, “Desain Industri” http://ipr.itb.ac.id/?page_id=181 ,diakses
tanggal 23 mei 2013 .
92
Ita Gambiro, Desain Produk Indonesia ( Jakarta: CV Gramada Offset,1992), Hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara


80

Meski begitu, perlindungan atas HKI ini tidak muncul begitu saja. Agar

suatu karya memperoleh perlindungan hukum harus didaftarkan terlebih dahulu.

Pendaftaran, pemohon dianggap sebagai pemegang hak yang memiliki

kewenangan untuk mengeksploitasi atau mengambil nilai ekonomis dari

karya yang bersangkutan. 93

Jika pelaku usaha tersebut telah mendaftarkan desain industrinya tersebut.

Sebagai pemegang hak, mereka memiliki kewenangan sepenuhnya atas desain

industrinya bersangkutan, jika terjadi pembajakan pihaknya juga dapat

menempuh jalur hukum dengan melakukan penuntutan ke Pengadilan Niaga

setempat. 94 Pada HKI terdapat adanya dua hak khusus, yaitu hak ekonomi

(economic right) dan hak moral (moral right), disamping adanya fungsi sosial 95.

Hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan atas kekayaan

intelektual. Hak ini berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena

penggunaan sendiri HKI, atau karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan

lisensi. Hal ini dikarenakan hak kekayaan intelektual dapat menjadi objek

perdagangan dalam dunia usaha. Hak ekonomi dapat dialihkan. Sedangkan hak

moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi (reputasi) pencipta atau

penemu. Hak ini melekat pada pribadi pencipta atau penemu yang bersifat pribadi,

menunjukkan ciri khas yang berkaitan dengan nama baik, kemampuan, dan

integritas yang hanya dimiliki oleh pencipta atau penemu serta bersifat kekal

artinya melekat pada pencipta atau penemu selama hidup bahkan setelah

93
Republik Indonesia,Undang- Undang No.31 Tahun 2000 tentang desain industri, Pasal
9 Ayat 1.
94
Ranti Fauzi Mayana,Op.,Cit..hlm.17.
95
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual (Bandung
: PT Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 120.

Universitas Sumatera Utara


81

meninggal dunia. Maksud fungsi sosial dalam hal ini adalah bahwa disamping hak

atas kekayaan intelektual untuk kepentingan pribadi pemiliknya, juga untuk

kepentingan umum.

Berkaitan dengan desain industri dan merek dagang pada kerajinan tangan

produk UKM, maka hak ekonomi pada merek dagang, yaitu hak memperoleh

keuntungan ekonomi dari hak penggunaan sendiri maupun penggunaan melalui

lisensi merek dagang tersebut 96. Hal yang sama juga berlaku pada desain

industri 97. Hak ekonomi ini dapat dialihkan melalui lisensi. Hak moral, yaitu hak

untuk menghormati karya kerajinan tangan dan pencantuman nama desain dalam

Daftar Umum Desain Industri dan Berita Resmi Desain Industri 98. Hak moral

hanya terdapat pada desain industri, selain juga hak cipta, dan tidak pada merek

dagang. Berbeda dengan hak ekonomi, untuk hak moral tidak dapat dialihkan

karena hak moral merupakan hak yang melekat pada pendesain. Sedangkan fungsi

sosial maksudnya adalah bahwa pada penggunaan merek dagang dan desain

industri tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, moralitas agama, atau

kesusilaan serta penggunaannya tidak saja untuk kesejahteraan pemiliknya tapi

juga untuk kesejahteraan masyarakat umumnya. Khusus untuk desain, salah satu

mekanisme yang dapat dijadikan perwujudan fungsi sosial, yaitu “compulsory

licensing”. 99 Melalui “compulsory licensing” sekiranya negara melihat suatu

desain sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat (kepentingan nasional),

maka negara mewajibkan pemilik desain memberikan izin (lisensi) kepada pihak

96
Republik Indonesia, UU No. 15 Tahun 2001, Pasal 3.
97
Republik Indonesia, UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 9 ayat (1).
98
Republik Indonesia , UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,
Penjelasan Pasal 8.
99
Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm. 50.

Universitas Sumatera Utara


82

lain. Ini berarti kepentingan umum dapat membatasi hak individu, sehingga

terwujud keseimbangan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat,

dimana ada kesempatan bagi masyarakat dalam batas dan syarat tertentu untuk

ikut serta memanfaatkan desain terdaftar.

Hak desain industri tercipta karena pendaftaran dan hak eksklusif atas

suatu desain akan diperoleh karena pendaftaran. Pendaftaran adalah mutlak untuk

terjadinya suatu hak desain industri. Tanpa pendaftaran, tidak akan ada hak atas

desain industri, juga tidak akan ada perlindungan hukum.

Perlindungan yang diberikan oleh desain industri yang sudah didaftar lebih

kuat karena perlindungan tersebut mencakup pelanggaran yang tidak disengaja

dan memberikan sertifikat pendaftaran yang merupakan bukti penting jika terjadi

pelanggaran, hal tersebut memang membutuhkan usaha lebih (finansial dan

administrasi) karena adanya pendaftaran dan jangka waktu perlindungannya juga

tidak terlalu lama.

Perlindungan HKI dilakukan pada dasarnya didasarkan pada beberapa

alasan pembenar. Alasan pembenar ini didasarkan pada suatu pendekatan teoritik.

Beberapa alasan pembenar terhadap perlunya perlindungan HKI diantaranya. 100

Dalam beberapa kasus, khususnya jika desain tersebut tidak didaftarkan,

biasanya sangat dianjurkan untuk membuat dokumen atau catatan yang baik

mengenai setiap tahap perkembangan desain. Menandatangani dan memberi

tanggal pada setiap sketsa, dan menyimpan arsip/dokumen dari desain tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendaftaran desain industri sangat penting artinya

100
Ahmad M Ramli,HAKI Hak Atas Kepemilikan Intelektual Teori Dasar Perlindungan Rahasia
Dagang, Mandar Maju, 2000,halaman 25-28.

Universitas Sumatera Utara


83

bagi kehidupan masyarakat dan kepentingan nasional maka Negara dapat

mewajibkan pemilik desain/ hak desain tersebut didaftarkan. 101

Hal pertama yang dapat dilakukan apabila para pengrajin menemukan

pelanggaran atau pemalsuan atas produk kerajinan tangan mereka, maka para

pengrajin tersebut selaku pemilik HKI dapat mengajukan surat peringatan kepada

pelaku pelanggaran atau pemalsuan bahwa mereka telah melakukan pelanggaran

atas produk kerajinan tangan dan diharapkan agar pelaku pelanggaran atau

pemalsuan tersebut menghentikan perbuatan itu. Langkah kedua adalah para

pengrajin pemilik HKI dapat meminta pengadilan menerbitkan surat perintah

kepada pelaku pelanggaran atau pemalsuan untuk menghentikan perbuatan

mereka. Langkah ini terkadang lebih membuat takut para pelaku pelanggaran atau

pemalsuan. Langkah ketiga yang dapat dilakukan oleh para pengrajin yaitu

dengan mengajukan kepada pengadilan. Membawa pelanggaran atau pemalsuan

kepada pengadilan dapat disarankan apabila para pelaku pengrajin memiliki bukti

yang kuat bahwa merekalah pemilik sah HKI atas produk kerajinan tangan yang

dipalsukan tersebut. Selain itu, para pengrajin tersebut dapat membuktikan bahwa

merekalah pemilik HKI yang sah.

Hasil akhir yang diharapkan atas dilindunginya produk kerajinan tangan

Indonesia adalah semakin memperkenalkan produk kerajinan tangan Indonesia

sebagai buatan para pengrajin Indonesia serta meningkatkan kemakmuran para

pengrajinnya dan meningkatkan komoditi ekspor. Diharapkan tidak terjadi lagi

101
“Electronic book DJHKI”, http://119.252.174.20/media-hki/?book=tampil-menarik-
pengantar-desain-industri-bagi-ukm (diakses tanggal 24 Mei 2013).

Universitas Sumatera Utara


84

produk kerajinan tangan asli Indonesia, tetapi dipasarkan oleh para pemalsu atau

pembajak.

Pedaftaran merupakan syarat mutlak bagi pelaku UKM untuk

mendaftarkan produk yang dalam skripsi ini dibahas mengenai kerajinan tangan

untuk mendapatkan perlindungan hukum. Dengan mendaftarkan desain industri

maka pelaku mendapat keuntungan berupa hak desain industri. Dengan hak desain

industri pelaku UKM dapat menjual atau mengalihkan hak tersebut kepada orang

lain. Dapat dilihat bahwa hak desain indsustri tersebut merupakan hak eksklusif

yang diperoleh pelaku UKM. Hak eksklusif adalah hak yang semata-mata

diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh

memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Dalam pengertian

“mengumumkan atau memperbanyak”, termasuk kegiatan menerjemahkan,

mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan,

meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik,

menyiarkan, merekam, dan mengomunikasikan Ciptaan kepada publik melalui

sarana apa pun. Hak eksklusif yang didapat pelaku UKM salah satunya dalam

bidang ekonomi. Hak ekonomi yang didapat pelaku UKM dalam hal mengusai

produk untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Diharapkan para pelaku UKM

menyadari pentingnya pendaftaran desain industri bagi produk mereka.

Universitas Sumatera Utara


85

B. Hambatan Dalam Pendaftaran Desain Industri terhadap Kerajinan


Tangan Produksi Usaha Kecil Menegah(UKM)

Pendaftaran desain industri merupakan hal yang penting dalam mendapat

perlindungan. Pelaku UKM membutuhkan pendaftaran untuk melindungi produk

kerajinan tangan yang dihasilkan UKM dari segala penyimpangan. UKM sebagai

mayoritas pelaku ekonomi di Indonesia, sebenarnya merupakan kelompok yang

sangat potensial untuk memanfaatkan sistem perlindungan HKI khususnya

perlindungan di bidang desain industri. Pada kelompok UKM inilah terletak

kekuatan ekonomi bangsa. UKM sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif atas produk-

produk mereka sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri terutama

untuk produk kerajinan maupun hasil kerajinan budaya lainya. Namun Dalam

pendaftaran desain industri banyak hambatan-hambatan yang dialami oleh banyak

pihak. Hambatan yang dialami para pihak antara lain :

1. Pelaku UKM

Dalam faktanya di lapangan menunjukkan bahwa pelaku UKM di

Indonesia belum memanfaatkan sepenuhnya perlindungan HKI dalam Undang-

Undang Desain Industri. 102 Hal ini didukung dengan pendapat Ansori Sinungan

dalam riset yang dilakukanya dan tercantum dalam bukunya yang berjudul “

Perlindungan Desain Industri Tantangan Dan Hambatan dalam Praktiknya di

Indonesia” bahwa UKM sebagai mayoritas pelaku ekonomi masih kurang peduli

tentang pentingnya perlindungan HKI.

102
Ansori Sinunga,Op.,Cit.,hlm.453.

Universitas Sumatera Utara


86

Pelaku UKM belum tersentuh secara utuh akan informasi dan sosialisasi

tentang perlindungan HKI. Pelaku UKM masih menganggap bahwa pendaftaran

desain industri bukanlah merupakan pemberian hak, akan tetapi dianggap sebagai

suatu tambahan beban yang dianggap memberatkan, memakan waktu lama dan

biaya yang mahal. Kelompok UKM berpendapat bahwa tanpa pendaftaran desain

industri, mereka masih tetap dapat menjalankan usahanya. Justru yang banyak

memanfaatkan pendaftaran desain industri tersebut adalah mereka yang berasal

dari kelompok usaha menengah dan besar karena mereka sudah memahami akan

pentingnya perlindungan HKI termasuk desain industri dalam dunia bisnis. 103

Dengan desain yang semakin menarik maka nilai sebuah produk ikut

terdongkrak. Namun, ironisnya desain yang di daftar masih sangat sedikit

dibandingkan begitu banyak jumlah produk yang dikeluarkan dalam industri.

Industri maupun masyarakat, harus berjaga-jaga dengan pembajakan

desain. Terlebih, banyaknya industri terutama UKM yang tidak peduli dengan hak

ini. Karena itu, pendesain kerap tidak mempunyai hak atas kerativitas yang

dihasilkannya.

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh UKM, antara lain

meliputi:

a. Faktor Internal

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurangnya mengetahui

mengenai pentingnya pendaftaran desain indsutri bagi pelaku UKM 104.

103
Perlindungan Hukum terhadap Desain Industri,http://tataxcupu88.wordpress.com
/2010/05/12/perlindungan-hukum-terhadap-desain-industri-masih-kurang/,diakses tanggal 23 Mei
2013.
104
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


87

1) Mentalitas Pengusaha UKM

2) Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan

mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM

itu sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus

berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin

mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari

UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Para

pelaku UKM kurang menyadari pentingnya pendaftaran desain industri.

b. Faktor Eksternal

Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Upaya pemberdayaan UKM dari

tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal

kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB),

penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta

keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal

tetap brutto (investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu

dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta

menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah

dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

1) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang

mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung

kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, tak jarang

Universitas Sumatera Utara


88

UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya

yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada

kurang strategis.

2) Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik

sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang

pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM

Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.

3) Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar dalam mendistribusikan produk kerajinan tangan

akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara

kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

4) Terbatasnya Akses Informasi

Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses

terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM,

sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk

ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas.

Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil

dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat

pula produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar

internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar

tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik 105

105
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


89

Hambatan yang paling berpengaruh adalah ekonomi, dimana UKM

memiliki modal yang tidak begitu besar sedangkan pendaftaran tersebut

membutuhkan biaya yang banyak, yang mana hambatan ini kemudian ditambah

dengan adanya hambatan dari pemerintah yang kurang memberikan informasi

yang jelas bagi pelaku ukm. Sehingga banyak produk ukm yang masih belum

didaftarkan.

Bagi UKM, mendaftarkan HKI manjadi beban tersendiri karena mereka

harus mengeluarkan sejumlah uang. Ketidakpahaman mengenai manfaat HKI itu

disebabkan oleh kurangnya sosialisasi. Apabila saja kelompok usaha UKM

paham akan manfaat pendaftaran terhadap HKI, mereka pasti berbondong-

bondong untuk mendaftarkan. Mereka baru sadar setelah desain industri mereka

dibajak oleh orang.

Hal ini didukung dengan Pendapat Sri Hadiningrum, bahwa ditemukan

alasan yang menyebabkan rendahnya minat pendesain / pengerajin untuk

mendaftarkan desain Industri atas produk kerajinan tangan yang dihasilkan. 106

1. Ketidaktahuan mereka akan pentingnya pendaftaran atas desain industri dan

jugk ketidaktahuan kemana dan bagaimana proses penelaahan pendaftaran

diajukan.

2. Wesel pendaftaran desain relatif mahal.

3. Keengganan para pengusaha furniture berurusan dengan birokrasi pemerintah

serta prosedur berbelit-belit yang membutuhkan waktu yang cukup

panjang/lama.

106
Sri Hadiningrum, “Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya
Perlindungan Desain Industri”, (Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana, USU, 2008).

Universitas Sumatera Utara


90

4. Kebanyakan desain yang mereka buat adalah tiruan dari mereka lihat di

majalah atau berdasarkan pesanan konsumen.

5. Adanya rasa sungkan terhadap sesama pengerajin untuk melarang peniruan

desainnya.

Perlindungan hukum yang memadai terhadap desain industri dimaksudkan

untuk merangsang aktifitas kreatif dari pendesain / pengusaha untuk menciptakan

desain baru negara. Namun disayangkan bahwa, kenyataannya masih banyak

pendesain Indonesia yang belum mengerti pentingnya melindungi karya mereka

dari pemalsuan sampai /atau penjiplakan yang jelas-jelas merugikan hak ekonomi

mereka.

Menurut BT Naibaho, persoalan ketidakperdulian terhadap 'masyarakat

HKI adalah karena masalah pentingnya HKI belum tenar dikalangan masyarakat.

Jangankan masyarakat umum, dikalangan pejabat dan intelektual masih banyak

yang belum mengerti. 107

Adanya sektor komunal yang menganggap hak pribadi sebagai hak

bersama turut pula mendorong maraknya penjiplakan. Masih banyak pula

pendesain Indonesia yang tidak berkeberatan adanya pemalsuan bahkan tidak

berniat untuk menuntut pelakunya, justru mereka merasa bangga bahwa mereka

beranggapan bahwa desain tersebut merupakan desain yang amat bagus. Hal ini

merefleksikan tingkat pemahaman terhadap perlindungan desain yang tidak begitu

memadai di satu sisi dan pola sektor kepemilikan bersama, akan tetapi ada juga

sebagian pendesain yang ingin menuntut, tetapi tidak mengetahui caranya, selain

107
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


91

itu adanya prosedur yang berbelit-belit memakan waktu dan yang terlalu lama dan

wesel yang tidak sedikit.

2. Industri

Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar UKM yang

pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang

sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi

produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang

kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan

yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau

internasional dan promosi yang baik.

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak

dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap

informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak

memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit

usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah

pelaku UKM tidak mengetahui secara jelas manfaat dari pendaftaran desain

industri. 108

3. Pemerintah

a. Peningkatan sosialisasi secara menyeluruh kepada setiap pelaku UKM

karena dengan semakin banyaknya informasi tentang pentingnya

perlindungan HKI,sehingga semakin mudah untuk melakukan peubahan


108
Perlindungan Hukum terhadap Desain
Industri,http://tataxcupu88.wordpress.com/2010/05/12/perlindungan-hukum-terhadap-desain-
industri-masih-kurang/,diakses tanggal 23 Mei 2013.

Universitas Sumatera Utara


92

pola pikir pelaku UKM, dimana mereka akan lebih sadar akan perlunya

perlindungan desain industri terhadap hasil produk yang dihasilkan

sehingga memberikan mafaat ekonomi yang lebih besar kepada mereka.

Perhatian pemerintah lebih pada mendorong lahirnya kreativitas.

Kretaivitas ini diharapkan akan meningkatkan nilai jual sehingga

semakin kompetitif. Akan tetapi tanpa dorongan dari pemerintah hal ini

mustahil. Di negara maju, kesadaran perlunya mendaftarkan hak desain

industri sangat luar biasa berbanding terbalik dengan Indonesia. Dengan

adanya sosialisasi yang menyeluruh dari pemerintah dan instansi yang

terkait terhadap pelaku UKM maka akan memberikan indikasi bahwa

semakin lama,semakin timbul kesadaran kelompok UKM untuk

memanfaatkan pendaftaran guna mendapatkan perlindungan hukum. Hal

ini merupakan sesuatu yang positif karena dengan adanya keinginan

pelaku UKM untuk mendapatkan perlindungan hukum.

b. Kurangnya Transparansi, kurangnya transparansi antara generasi awal

pembangun UKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak

informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan

kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal

ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan

usahanya. 109

Salah satu kendala dalam, melakukan pembangunan ekonomi di Indonesia

adalah faktor penegakan hukum yang masih perlu dikembangkan dan ditegakkan

109
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


93

guna mengimbangi kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Penegakan hukum di

kepemilikan HKI, khusunya desain Industri, kendala terbesarnya justru berada

pada masyarakat Indonesia sendiri yang masih menganggap HKI bukan sebagai

suatu hak privat yang membutuhkan perlindungan. Dalam website DEKRANAS

tidak ada sama sekali menjelaskan pentingnya perlindungan desain industri yang

didapat dari pendaftaran desain industri. Dimana DEKRANAS sebagai lembaga

yang mengurus mengenai kerajinan tangan produksi UKM seharusnya peduli

terhadap perlindungan produk tersebut, namun tindakan tersebut tidak dilakukan

sehingga lembaga ini menambah daftar panjang dalam memberi hambatan bagi

pelaku UKM dalam mendapatkan perlindungan. Pada pameran INACRAFT tidak

ada dilakukan sosialisasi baik dari pemerintah maupun dari lembaga DEKRANAS

sebagai pihak yang berperan dalam mengenalkan produk UKM, selain itu Dirjen

HKI pun tidak melakukan sosialisasi kepada pelaku UKM dalam melindungi

produknya.

4.Undang-Undang Desain Industri

Perlindungan hukum terhadap desain industri seolah tenggelam dalam

hingar bingar kampanye anti pembajakan. Bagi kebanyakan orang istilah desain

industri masih asing. Terbitnya undang-undang mengenai desain industri memang

tergolong baru (Undang-Undang Desain Industri berlaku sejak 20 Desember

2000). Pendaftarannya sendiri baru dimulai pada 16 Juni 2001. Tak heran, bila

desain industri kalah beken dibandingkan hak cipta, paten atau merek.

Apabila dicermati secara lebih rinci muatan materi yang ada pada Undang-

Undang Desain Industri ini tampaknya masih menyimpan sejumlah kelemahan.

Universitas Sumatera Utara


94

Oleh karena itu, dapat dipastikan kelemahan yang muncul dalam muatan materi

akan berpengaruh terhadap optimalisasi perlindungan hukum terhadap desain

industri dan adanya hambatan dalam proses pendaftaran.

Ada beberapa alasan yang dapat dijadikanya dasar sehingga kelemahan

dalam muatan materi Undang-Undang Desain Industri itu muncul. pertama

barangkali dalam penyususan Undang-Undang Desain Industri itu sendiri banyak

sekali kepentingan yang berkembang, sehingga dalam situasi dan kondisi

demikian perumusan Undang-Undang Desain Industri menjadi syarat dengan

kepentingan yang berkembang. Kedua, boleh jadi ketika perumusan muatan

materi dari Undang-Undang Desain Industri terjadi kekurangcermatan dari para

pembentuk undang-undang. Berdasarkan kepada hal demikian itu,maka di sini

akan diuraikan beberapa kelemahan hukum dalam Undang-Undang Desain

Industri. Fokus kajian akan diorientasikan pada muatan materi Undang-Undang

Desain Industri.

Hambatan pendaftaran desain industri ini terletak pada; pertama,

ketentuan Pasal 1 yang menjelaskan bahwa unsur desain industri itu harus

mengandung kesan estetika; kedua, adanya ketidakadilan hukum antara ketentuan

Pasal 26 dan Pasal 29 Undang-Undang Desain Industri. 110 Seperti dinyatakan di

atas salah satu unsur yang dapat melengkapi suatu kreasi itu dikatakan desain

industri jika terkandung kesan estetis dalam kreasi tersebut namun, seandainya

ditelusuri dalam ketentuan Undang-Undang Desain Industri batasan objektif atas

suatu kreasi yang mempunyai kesan estetis tidak dijelaskan dalam undang-

110
Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin,Op.,Cit.,hlm.50.

Universitas Sumatera Utara


95

undang. Di sini dapat dinyatakan untuk mengatakan suatu kreasi mempunyai

kesan estetis sangat subjektif. Pada kenyataanya pernyataan ini dapat dibenarkan,

apalagi undang-undang juga tidak memberikan penegasan siapa yang mempunyai

hak untuk menentukan suatu kreasi mempunyai kesan estetis atau tidak adalah

dilakukan oleh pihak Direktorat Jendral HKI.

Keadaan ini kalau diperhatikan lebih jauh sungguh sangat

mengkhawatirkan bagi efektifnya penegakan hukum Undang-Undang Desain

Industri. Perlu diketahui, tanpa disadari dengan rumusan norma seperti ini

sebenarnya telah memberikan peluang terjadinya praktik korupsi,kolusi dan

nepotisme (KKN)

Dalam hubunganya dengan pendaftraran desain industri dalam Undang-

Undang Desain Industri kurangnya kejelaskan maksud dari unsur kebaharuan.

Sedangkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Desain Industri bahwa hak

desain industri diberikan untuk desain industri yang baru. Pelaku UKM akan

merasa bingung dengan pendaftaran desain industri sehingga menyulitkan proses

pendaftaran trsebut.

Dalam bidang desain Industri, ada kesenjangan antara aturan yuridis dan

kebutuhan praktis di masyarakat, sehingga aturan tentang desain industri belum

efektif dalam mendukung perkembangan usaha industri kreatif di Indonesia.

Undang-undang tentang desain industri telah mengatur bahwa untuk legalitas

suatu desain industri wajib didaftarkan, sementara itu industri kreatif dalam

menghasilkan kerajinan tangan sangat terkait dengan trend pasar yang sangat

cepat atau mudah berubah sesuai keinginan konsumen (pasar). Dalam praktek,

Universitas Sumatera Utara


96

proses penyelesaian pendaftaran desain industri membutuhkan waktu cukup lama

yaitu antara 1 sampai dengan 1,5 tahun, sementara itu trend pasar hanya dalam

hitungan bulan (6 – 12 bulan). Kondisi tersebut menyebabkan fungsi perlindungan

hak atas desain industri menjadi tidak efektif karena pada saat proses didaftarkan

sudah rentan pembajakan, sementara itu setelah sertifikat keluar, desain tersebut

sudah tidak up to date lagi sehingga sudah tidak mempunyai nilai ekonomis untuk

diproduksi. Hal seperti inilah yang menyebabkan para desainer malas untuk

mendaftarkan desainnya. Dimana terdapat kelemahan dalam peraturan itu sendiri

maka akan menyebabkan hambatan dalam pendaftaran bagi pelaku UKM yang

ingin mendaftarakan produknya untuk mendapatkan perlindungan atas produknya.

C. Pembangunan Budaya Hukum Untuk Mengatasi Hambatan Dalam


Pendaftaran Desain Industri

Pada saat ini, manusia mengalami perpindahan era dan peradaban yang

baru. Dulu kita bergeser dari era pertanian lalu era industrilisasi. Perkembangan

teknologi dan informasi dan komunikasi (infokom) serta globalisasi ekonomi

telah mendorong perkembangan manusia yang dituntut untuk berkembang secara

kreatif. Perkembangan industri telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan

pola distribusi yang murah dan efisien. Perkembangan teknologi telah membuat

manusia jadi semakin produktif.

Industri merupakan proses penciptaan barang dan jasa yang mempunyai

nilai tambah (value added). Sedangkan kreatif berarti create yaitu proses

menciptakan sesuatu. Industri Kreatif berfokus pada penciptaan barang dan jasa

dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan

Universitas Sumatera Utara


97

intelektual. industri kreatif adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ekonomi

kreatif. Pada saat ini memang industri kreatif sangat diperlukan. Apalagi industri

kreatif merupakan industri dengan sumber yang terbarukan karena berfokus pada

penciptaan daya kreasi. Menurut departemen perdagangan republik Indonesia

pengertian industri kreatif didefinisikan sebagai “Industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan

kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya

kreasi dan daya cipta individu tersebut.”

Permasalahan perlindungan hukum terhadap desain industri dalam praktek

bisnis di bidang kerajinan menjadi masalah tersendiri. Kondisi demikian

disebabkan oleh banyak faktor yang ada di masyarakat, diantaranya faktor yuridis

dan ekonomis. Secara yuridis dapat dikatakan bahwa terdapat banyak desain yang

dimiliki oleh pendesain sekaligus pelaku usaha yang tidak didaftarkan, sehingga

mengakibatkan perlindungan hukum tidak optimal. Sebagai contoh adalah

masyarakat dari pelaku UKM belum sepenuhnya memahami tentang pentingnya

perlindungan hukum desain industri yang dihasilkan oleh UKM. Sementara itu

secara ekonomi ada kendala dari segi finansial pemilik desain untuk membiayai

pendaftaran desain mereka. Sebagai contoh adalah UKM menganggap bahwa

pendaftaran desain industri memerlukan biaya yang mahal, proses pendaftarannya

tidak mudah dan memakan waktu yang lama. 111

Budaya hukum mengacu kepada bagian-bagian dari budaya pada

umumnya yang berupa kebiasaan, pendapat, cara-cara berperilaku dan berpikir

111
Budi Agus Riswandi, “Melindungi Desain Yang Tidak Terdaftar”, Majalah
Handicraft Indonesia, edisi 40 Tahun VI/Mei 2007.

Universitas Sumatera Utara


98

yang mendukung atau menghindari hukum. Atau dengan kata lain, budaya hukum

merupakan sikap dan nilai-nilai dari individu-individu dan kelompok-kelompok

masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan (interest) yang kemudian

diproses menjadi tuntutan-untutan (demands) berkaitan dengan hukum.

Kepentingan dan tuntutan tersebut merupakan kekuatan sosial yang sangat

menentukan berjalan atau tidaknya sistem hukum. Pendapat Lawrence M.

Friedman bahwa peraturanperaturan hukum bisa tegak tergantung pada budaya

hukum dan budaya masyarakat tergantung pada budaya masyarakat anggota-

anggotanya, yang dipengaruhi oleh tradisi, latar belakang pendidikan, lingkungan

budaya, posisi atau kedudukan dan kepentingan ekonomi. Budaya masyarakat

disini adalah keseluruhan dari sikap-sikap warga masyarakat yang bersifat umum

dan nilai yang ada dalam masyarakat akan menentukan bagaimana hukum itu

berlaku dalam masyarakat dan hukum yang diterima dan diperlukan oleh

masyarakat ataupun oleh komunitas tertentu. 112

Menurut Lawrence M. Friedman budaya hukum dibedakan menjadi dua

macam. Pertama internal legal culture, yakni kultur hukumnya para lawyer’s dan

judged’s dan external legal culture, yakni kultur hukum masyarakat pada

umumnya. Semua kekuatan sosial akan mempengaruhi bekerjanya hukum dalam

masyarakat. Sikap masyarakat, salah satunya tidak melaksanakan produk hukum

karena masyarakat mempunyai budaya hukum sendiri. Hukum sebagai sistem

112
Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin,Op.,Cit., Hlm. 153.

Universitas Sumatera Utara


99

nilai dalam masyarakat kadang dipatuhi kadang tidak dipatuhi. Dalam suatu

komunitas hukum kadang-kadang tidak selalu dipatuhi. 113

Menerima hukum atau justru sebaliknya (menolak). Oleh karena itu suatu

peraturan hukum akan diterima menjadi hukum apabila benar-benar diterima dan

digunakan untuk masyarakat, dipengaruhi oleh budaya hukum masyarakat yang

bersangkutan. Jadi budaya hukum masyarakat akan mempengaruhi efektifitas

hukum dalam masyarakat. 114

Budaya hukum merupakan alat pemantau tradisi hukum sebagai

pengaturan kehidupan suatu masyarakat hukum. Dalam hukum yang sederhana,

kehidupan masyarakat terikat ketat oleh solidaritas mekanis, persamaan

kepentingan dan kesadaran sehingga masyarakat lebih menyerupai suatu keluarga

besar,dan memilih aturan yang cenderung berbentuk tidak tertulis. Dalam

bentuknya sebagai kebiasaan, hukum dianggap selalu tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat. Hukum dibentuk dan diberlakukan oleh masyarakat di dalam

suatu masyarakat. Pendapat Lili dan Wyasa terhadap karakter khas dari budaya

hukum ini adalah: 115

1. Hukumnya tidak tertulis

2. Senantiasa mempertimbangkan dan memperhatikan kondisi psikologis

anggota masyarakat hukum setempat

113
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis (Semarang: Suryandaru
Utama, 2005), hlm. 113.
114
H.L.A Hart, The Concept of Law, London, London University Press, 1972. Lihat
dalam Esmi Warassih, Pranata Hukum Telaah Sosiologis, 2005 , Hlm. 86.
115
Lili Rasjid dan Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem (Bandung: Remaja
Rosdakarya,1993). hlm.431.

Universitas Sumatera Utara


100

3. senantiasa mempertimbangkan perasaan hukum,rasa keadilan,dan rasa butuh

hukum masyarakat

4. Dibentuk dan diberlakukan oleh masyarakat tempat hukum itu hendak

diberlakukan,dan

5. Pembentukan itu lebih merupakan proses kebiasaan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, pengembangan UKM

diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang berbasis iptek dan berdaya saing

dengan produk impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan

masyarakat hingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam

perubahan struktural dan memperkuat perekonomian domestik. Untuk itu,

pengembangan UKM dilakukan melalui peningkatan kompetensi kewirausahaan

dan peningkatan produktivitas guna mendukung upaya peningkatan adaptasi

terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi, serta penerapan teknologi,

dalam iklim usaha yang sehat. 116

Unsur ketiga dari sistem hukum adalah budaya hukum (Legal culture).

Menurut Friedman, budaya hukum merupakan unsur yang sangat menentukan.

Dikatakan sangat menentukan karena apakah suatu sistem hukum akan berjalan

atau tidak adalah sangat bergantung kepada budaya hukum yang menyangkut

presepsi masyarakat terhadap hukum itu sendiri dan bagaimana pandangan

masyarakat terhadap peranan hukum, untuk mengetahui apakah hukum tersebut

tidak hanya sekedar perintah atau hak-hak dari individu-individu harus ditegakkan

116
Republik Indonesia, UU Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 ,Butir 17.

Universitas Sumatera Utara


101

dalam masyarakat. Presepsi masyarakat terhadap hukum di negara maju bila

dibandingkan dengan presepsi masyarakat tentang hukum di Indonesia jauh lebih

baik. 117

Budaya hukum dalam hal ini adalah pendaftaran desain industri.

Pendaftaran desain industri memberikan hak desain industri. Oleh karena itu,

perlu adanya budaya hukum untuk merubah pandangan masyarakat dalam

pembangunan budaya hukum di Indonesia oleh pelaku UKM.

Salah satu penghambat dalam implementasi Undang-Undang Desain

Industri adalah menyangkut budaya hukum masyarakat komunal di Indonesia.

UKM merasa tidak keberatan kalau karyanya ditiru oleh pihak lain. Dengan ini

UKM mencerminkan masih kentalnya kekerabatan diantara para pelaku UKM

yang telah mengesampingkan faktor nilai ekonomi untuk menjaga hubungan baik

antara sesama warga pengusaha. Adanya Pendapat dari pelaku ekonomi bahwa

produk tersebut sudah merupakan produk umum yang dibuat kalangan UKM,

perbuatan saling meniru merupakan hal biasa yang dilakukan dari generasi ke

generasi. Apalagi masalah untuk menjaga hubungan sesama pengusaha/pendesain

merupakan hal penting dikalangan UKM. 118

Berdasarkan hal-hal tersebut dapat dilihat bahwa UKM yang sebagian

besar berada di daerah masih belum menerima konsep kepemilikan individual.

Oleh sebab itu, budaya hukum komunal dari kelompok UKM tersebut dapat

menjadi salah satu faktor penghambat dari implementasi perlindungan HKI

117
Ansori Sinungan,Op.,cit.,hlm. 483-484.
118
Ibid.,hlm.473-475.

Universitas Sumatera Utara


102

termasuk perlindungan terhadap desain industri di Indonesia. 119Inti dan arti dari

penegakan hukum terletak pada kegiatan meyerasikan hubungan nilai-nilai yang

terjabarkan di dalam kaidah-kaidah secara mantap dengan sikap tindak. Dimana

apabila terjadi gangguan terhadap penegakan hukum maka telah terjadi

ketidakserasian peraturan dengan pola perilaku yang menyebabkan terganggunya

penegakan hukum.

Upaya mencapai titik kesadaran masyarakat terhadap aturan yang lazim

berlaku dalam kegiatan ekonomi di era globalisasi, akan sangat tergantung sejauh

mana keutuhan hubungan dan fungsi hukum dalam masyarakat dalam

memberikan mafaat bagi masyarakat yang akan terkena oleh aturan tersebut.

Semakin tinggi pengakuan dan penerimaan masyarakat terhadap aturan tersebut

semakin efektif implementasi dari aturan tersebut.

Berbicara masalah strategi sosialisasi demi terciptanya pemahaman yang

baik oleh masyarakat terhadap perlindungan desain industri, beberapa yang perlu

mendapatkan perhatian adalah aspek perundang-undangan, sumber daya manusia

aparatur negera, sarana prasarana dan kesadaran masyarakat. Undang-Undang

yang terkait untuk disosialisasikan adalah Undang-Undang Desain Industri.

Secara substansial, Undang-Undang Desain Industri, masih dirasakan memiliki

kelemahan-kelemahan dalam implementasinya sehingga dapat mempengaruhi

efektivitas dan pemahaman dari masyarakat yang terkait dengan undang-undang,

119
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


103

sumber daya manusia aparatur negara, sarana prasarana dan kesadaran

masyarakat. 120

Khusus UKM sebagai target utama sosialisasi Undang-Undang Desain

Industri, kerjasama antara Ditjen HKI dengan Instansi terkait, masalah strategi

sosialisasi Undang-Undang Desain Industri perlu ditingkatkan dengan mengubah

paradigma hukum masyarakat dengan memperhatikan kondisi budaya hukum

masyarakat yang menjadi target sosialisasi Undang-Undang Desain Industri, yaitu

dengan cara melakukan penyempurnaan baik dari aspek perundang-undangan,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana baik dari aspek perundang-undangan,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan kesadaran masyarakat. 121

Budaya Hukum pelaku UKM harus diubah supaya dapat melindungi

kerajinan tangan produksinya tersebut. Selama ini pelaku UKM kurang sadar akan

perlindungan pada produknya, sebenarnya perlindungan desain industri sudah

diperkenalkan namun pemerintah belum mengadakan pengenalan akan desain

industri secara menyeluruh. Pelaku UKM belum sepenuhnya menaruh

kepercayaan terhadap Undang-Undang Desain Industri tersebut karena kurangnya

sosialisasi, pelaku UKM harus menyadari bahwa produk kerajinan tangan tersebut

memiliki kualitas yang baik sehingga rentan terhadap peniruan oleh industri besar

yang memiliki modal lebih besar, apabila kesadaran akan budaya hukum pelaku

UKM tidak dirubah makan pelaku UKM akan mengalami kerugian atau dampak

terhadap produk kerajinan tangan tersebut. Setiap pelaku UKM yang sadar akan

pentingnya produk kerajinan tangan bagi pelaku UKM berati harus merubah cara

120
Ansori Sinungan,Op.,Cit., hlm.509.
121
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


104

berpikir dan memikirkan perlindungan terhadap kerajinan tangan tersebut

sehingga memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dan adanya perlindungan

yang mengatur tentang produk UKM tersebut.

Pembangunan budaya hukum bagi pelaku UKM harus didorong dengan

tindakan pemerintah yang memberikan informasi yang menyeluruh terhadap

pelaku UKM. karena pelaku UKM berperan penting dalam perekonomian

Indonesia, sehingga pemerintah diharapkan membantu pembangunan budaya

hukum untuk melindungi kerajinan tangan yang merupakan produksi UKM.

Perlunya pembangunan hukum terhadap pelaku UKM untuk merubah

pandangan pelaku UKM. Bahwa dengan budaya hukum para pelaku mengerti

peran penting pendaftaran desain industri. Pelaku UKM harus merubah cara

pandang mengenai desain industri untuk mendapatkan keuntungan dari produk

kerajinan tangan tersebut. Karena selama ini pelaku UKM kurang menggangap

penting pendaftaran desain industri yang mana dapat dilihat dari jumlah

pendaftaran desain industri. Pemerintah membangun budaya hukum dengan

menyadarkan para pelaku UKM melalui sosialisasi yang meluas terhadap setiap

pelaku UKM. Peran pemerintah diharapkan memberi warna baru dalam desain

industri. Pemerintah menyadarkan pelaku UKM mengingat betapa pentingnya

pendaftaran desain industri. Jika pelaku UKM mulai sadar maka pemerintah telah

berhasil mengembangkan pemahaman budaya hukum terhadap pelaku UKM

yang berupa pemahaman terhadap pendaftaran desain industri.

Indonesia merupakan negara yang beragam suku serta bangsa, dimana di

dalamnya terdapat hukum yang mengikat semua yang tinggal di dalamnya.

Universitas Sumatera Utara


105

Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, maka perindustrian juga

berkembang dengan pesatnya di negara ini. Perkembangan tersebut

mengakibatkan banyaknya industri yang tumbuh di berbagai daerah di tanah air.

Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan adanya hukum yang mengatur

perindustrian. Hukum yang dimaksud dikenal sebagai hukum industri. Undang-

Undang Desain Industri dimana peraturan ini dapat dibilang baru dapat membantu

dalam memecahkan masalah yang ada mengenai industri di Indonesia.

Pembaharuan-pembaharuan terhadap undang-undang yang telah ada sangatlah

membantu bagi para pelaku industri. Sangat disayangkan memang jika peraturan

yang telah ada dibiarkan begitu saja tanpa ada kajian lebih dalam lagi. Diharapkan

peraturan mengenai hukum industri terus untuk dikembangkan, sehingga nantinya

lahir hukum-hukum mengenai perindustrian yang lebih dapat memecahkan

masalah di negara ini. 122

Dengan perkembangan yang dialami oleh desain industri diharapkan dapat

meningkatkan dan membangun budaya hukum dalam pola pikir masyarakat

khususnya pelaku UKM. Undang-Undang Desain Industri yang berlaku dalam

masyarakat memberikan pandangan positif bagi perkembangan desain industri. 123

122
Debora Putri Yohast, “ Perkembangan Hukum Desain Industri di Indonesia”, http://d-
yohast.blogspot.com/2013/04/perkembangan-hukum-industri-di-indonesia.html diakses pada
tanggal 10 juli 2013.
123

Universitas Sumatera Utara


106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Desain industri merupakan salah satu bangunan dari HKI dan produk

kerajinan tangan yang dihasilkan UKM termasuk produk yang dilindungi

dalam HKI. Pengaturan desain industri terhadap kerajinan tangan sama halnya

dengan pengaturan desain industri pada umumnya yang tercantum dalam

Undang-Undang No 31 Tahun 2000 tentang desain industri, antara lain

pengaturan tentang pemberian perlindungan untuk desain industri yang baru

sebagaimana dalam Pasal 2, selanjutnya dalam Pasal 6 diatur bahwa yang

berhak mendapatkan hak desain industri adalah pendesain atau yang

menerima hak tersebut dari pendesain. Dalam Undang-Undang Desain

Industri juga diatur jangka waktu perlindungan akan suatu produk yang telah

didaftarkan adalah selama 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan. Cara

untuk mendapatkan hak desain industri adalah dengan cara pendaftaran desain

industri karena hak tersebut melekat secara langsung terhadap pendaftaran.

2. Perlindungan hukum desain industri dalam industri kerajinan tangan produksi

UKM selama ini masih belum dirasakan oleh pelaku UKM. Para pelaku UKM

kurang mengetahui informasi tentang desain industri karena kurangnya

sosialisasi yang menyeluruh terhadap pelaku UKM sehingga sampai saat ini

mereka belum menaruh kepercayaan dan menyadari pentingnya pendaftaran

106
Universitas Sumatera Utara
107

bagi produk mereka. Meskipun demikian perlindungan hukum yang terdapat

dalam desain industri tetap dapat dinikmati jika pelaku UKM mendaftarkan

produknya dalam desain industri dan perlindungan hukum tersebut dapat

diberikan baik berupa perlindungan hukum preventif berupa pendaftaran

desain industri karena setiap pendaftaran desain industri akan mendapat

perlindungan berupa hak eksklusif dari pemerintah, maupun perlindungan

represif seperti penyelesaian sengketa dalam desain industri, kemudian diatur

juga mengenai ketentuan pidana, pengalihan, dan pembatalan pendaftaran.

3. Peran penting pendaftaran desain industri dalam industri kerajinan tangan

dalam mengatasi hambatan yang dialami oleh UKM adalah sebagai salah satu

cara untuk hak eksklusif berupa hak ekonomi dan hak moral sehingga

diharapkan hambatan tersebut dapat diatasi. Pendaftaran desain industri

adalah syarat mutlak bagi pelaku UKM dalam mendapatkan hak desain

industri berupa hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia

kepada pendesain (pengrajin) atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain

untuk melaksanakan hak tersebut dan hak eksklusif yang didapat dengan

mendaftarkan adalah hak moral dan hak ekonomi yang jelas akan memberikan

keuntungan kepada para pelaku UKM.

Universitas Sumatera Utara


108

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah:

1. Perlunya perubahan sistem dalam Undang-Undang Desain Industri yang

kurang dapat menjamin kepastian hukum. Guna menjamin kepastian hukum,

penerapan sistem pemeriksaan substantif adalah wajib dan mutlak dilakukan

sebelum diberikan sertifikat hak desain industri.

2. Hendaknya ada peningkatan etos kerja dan penguatan lembaga kepada

lembaga-lembaga yang terkait agar dapat lebih produktif dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip good governance.

3. Sebaiknya pembangunan budaya hukum dalam masyarakat, meskipun

merupakan perkara yang sulit, harus tetap dilakukan sehingga kita dapat

menjadi menjadi bangsa yang lebih inovatif dan kreatif agar dapat bersaing

dengan bangsa-bangsa lainya.

Universitas Sumatera Utara


19

BAB II

PENGATURAN DESAIN INDUSTRI MENURUT UU NO. 31 TAHUN 2000

A. Ruang Lingkup Desain Industri

Desain industri adalah bagian dari HKI. Perlindungan atas desain industri

didasarkan pada konsep pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas

dari kemampuan kreatifitas cipta, rasa dan karsa yang dimimliki oleh manusia.

Desain industri merupakan produk intelektual manusia, produk peradaban

manusia. Jika desain industri semula diwujudkan dalam bentuk lukisan, karikatur

atau gambar/grafik, satu dimensi yang akan diklaim sebagai hak cipta maka, pada

tahapan berikutnya ia disusun dalam bentuk dua atau tiga dimensi dan dapat

diwujudkan dalams satu pola yang melahirkan produk material dapat diterapkan

dalam aktivitas industri. Dalam wujud itulah kemudian ia dirumuskan sebagai

desain industri. 26

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Desain Industri disusun pengertian

desain industri yakni suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi

garis warna, atau garis dan warna, atau garis dan warna, atau gabungan

daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan

kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi

serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri,

atau kerajinan tangan.

26
H.OK.Saidin, Loc.Cit.

19
Universitas Sumatera Utara
20

Merujuk pada definisi di atas maka, karakteristik desain industri itu dapat

dirumuskan sebagai berikut: 27

1. Satu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau

garis dan warna atau gabungan keduanya.

2. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga

dimensi.

3. Bentuk tersebut harus pula memberi kesan estetis.

4. Butir 1, 2 dan 3 di atas harus dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,

berupa barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Pengaturan Desain Industri dengan undang-undang juga dimaksudkan

untuk memberikan landasan perlindungan hukum yang efektif guna mencegah

berbagai bentuk pelanggran berupa penjiplak, pembajakan atau peniruan atas

desain industri terkenal. Prinsip pengaturanya adalah pengakuan kepemilikan atas

suatu pola sebagai karya intelektual yang mengandung nilai estetis, dan dapat

diproduksi secara berulang-ulang, serta menghasilkan suatu barang dalam bentuk

2 (dua) atau 3 (tiga) dimensi. Desain industri adalah karya intelektual seorang

pendesain,maka perlu mendapat perlindungan hukum. 28

Tidak semua desain industri yang dihasilkan oleh pendesain dapat

dilindungi sebagai hak atas desain industri. Hanya desain industri yang baru,yang

diberikan kepada pendesain. Batasan tentang desain industri yang baru itu oleh

Undang-Undang Desain Industri disebutkan bahwa desain industri yang

mendapatkan perlindungan diberikan untuk desain industri yang baru. Desain


27
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.
28
Sayud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum
Bisnis (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 183.

Universitas Sumatera Utara


21

industri dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut

tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

Pengungkapan sebelumnya, adalah pengungkapan desain industri yang

sebelum:

1. Tanggal penerimaan; atau

2. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas; Telah

diumumkan atau digunkan di Indonesia atau di luar Indonesia.

Suatu desain industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam

jangka waktu paling lama 6 bulan sebelum tanggal penerimaanya, desain industri

tersebut;

1. Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional di

Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau

2. Telah digunakan tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan.

Di samping itu, di negara-negara yang menjunjung tinggi moral, religious

serta hukum, batasan tentang apa yang boleh didesain dan apa yang tidak boleh

dilakukan haruslah merujuk pada ukuran moral, religious, dan hukum tersebut.

Misalnya desain industri tidak diberikan terhadap karya desain yang bersifat

pornografi, yang di dalamnya terdapat unsur penghinaan atau desain terhadap

wajah nabi atau rasul yang dalam keyakinan agama tertentu termasuk pada

perbuatan yang dilarang. 29

Guna lebih memahami ruang lingkup desain industri ini ada pandangan

suatu ahli yang sangat baik sehingga dapat lebih mampu melihat ruang lingkup

29
OK. Saidin, Op.Cit,hlm.472.

Universitas Sumatera Utara


22

desain industri ini, yaitu pandangan Misha Black yang termuat dalam laporannya

kepada United Nations Industrial Development Organization yang menyebutkan

beberapa aspek dari perencanaan sebuah produk industri, terdiri dari: 30

1. Aspek kegunaan, mengacu kepada interaksi langsung antara manusia dan

produk dengan dilandasi pertimbangan-pertimbangan seperti kenyamanan,

kepraktisan, keselamatan, kemudahan, perawatan, perbaikan, termasuk juga

faktor-faktor ergonomi dan anthropometri.

2. Aspek fungsi, mengacu pada prinsip fisik dan teknik dari desain dan dilandasi

oleh pertimbangan permesinan, persediaan bahan baku, tata cara kerja,

perakitan, tingkat keterampilan tenaga kerja, efisiensi, penghematan biaya,

toleransi, kelayakan, standarnisasi dan lain-lain.

3. Aspek pemasaran, berorientasi pada kebutuhan konsumen yang dilandasi

pertimbangan akan kebutuhan dan keinginan, kebijakan produk, diversifikasi

produks, skala prioritas harga, jaringan distribusi, dan lain-lain.

4. Aspek nilai estetis dan penampilan suatu produk, mengacu pada nilai visual

dan psikologis dari desain yang dilandasi oleh pertimbangan seperti bentuk

keseluruhan, unsur penampilan, pembuatan detil, proporsi, tekstur, warna,

grafis dan penyelesaian akhir.

30
Jhon Heskett, Desain Industri, terjemahan Chandra Johan (Jakarta: Rajawali, 1968),
hlm. 5.

Universitas Sumatera Utara


23

Pembagian bidang desain industri adalah sebagai berikut:

1. Obyek desain industri

Selain adanya pembagian dari bidang desain industri, perlu diperhatikan

juga mengenai hal-hal mana saja yang dapat menjadi obyek desain industri. Tidak

semua desain industri yang mendapat perlindungan hukum, hanya desain industri

yang memenuhi persyaratan Undang-Undang Desain Industri, yang mendapat

perlindungan hukum desain industri. Menurut Undang- Undang Desain Industri,

yang menjadi obyek perlindungan hukum desain industri adalah desain industri

yang baru (novelty) dan telah terdaftar. 31

Pada dasarnya desain industri yang mendapat perlindungan antara lain: 32

a. Prinsip kebaruan;

Ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Desain Industri menyatakan

hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru. Hal ini berarti

bahwa hanya desain industri yang mempunyai unsur kebaruan saja yang dapat

diberikan perlindungan hukum dan dengan sendirinya dapat didaftar. Pendaftaran

merupakan syarat mutlak agar desain industri yang mempunyai kebaruan tadi

diberikan perlindungan hukum dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) dihubungkan dengan Pasal 1 angka 9

Undang-Undang Desain Industri, suatu desain industri dianggap baru apabila pada

tanggal penerimaan permohonan pendaftaran desain industri yang telah memenuhi

31
Rachmadi Usman, Hukum Hak Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 418.
32
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia bekerjasama dengan Japan International Coorporation Agency, Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual, 2006, hlm. 39.

Universitas Sumatera Utara


24

persyaratan administratif, desain industri tersebut tidak sama dengan

pengungkapan yang telah ada sebelumnya.

b. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

ketertiban umum, agama atau kesusilaan.

Ternyata tidak semua desain industri yang baru dapat diberikan hak desain

industri. Pasal 3 Undang-Undang Desain Industri mengatur desain industri yang

tidak mendapat perlindungan, yakni desain industri yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau

kesusilaan.

2. Subyek desain industri

Yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain industri antara

lain: 33

a. Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain;

b. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak

desain industri diberikan kepada mereka secara bersama kecuali jika

diperjanjikan lain;

c. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya, atau yang dibuat orang lain berdasarkan

pesanan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk dan/atau

dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain

antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila

penggunaan desain itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas;

33
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum dan Hak Azasi
Indonesia, bekerjasama dengan Japan International Corporation Agency, Loc.Cit.

Universitas Sumatera Utara


25

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 berlaku pula bagi desain

industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam

hubungan dinas;

4. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan

pesanan, orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain

dan pemegang hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua

pihak.

Ketentuan sebagaimana dimaksud tidak menghapus hak pendesain untuk

tetap dicantumkan namanya dalam sertifikat desain industri, daftar umum desain

industri dan berita resmi desain industri. 34

Elemen desain industri juga sering bersinggungan dengan elemen dalam

karya hak cipta , terutama dengan lingkup hak cipta dalam Pasal 12 huruf f yaitu

obyek hak cipta yang berupa seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis,

gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.

Elemen seni ukir, seni pahat dan seni patung dalam hak cipta sering

bersinggungan dengan elemen desain industri terutama dalam karya desain

industri yang berupa kerajinan tangan.

Meskipun elemen-elemen antara karya desain industri mungkin saja

bersinggungan dengan elemen-elemen karya hak cipta, namun sebagaimana telah

dikemukakan tetap dapat dibedakan antara keduanya. Hak cipta obyek

perlindungannya lebih pada karya tentang seni, sedangkan desain industri

34
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 473.

Universitas Sumatera Utara


26

penekanannya pada karya tentang bentuk (appearance) yang mempunyai nilai

estetika dan dibuat untuk menghasilkan komoditas industri/mass production. 35

Jika kreasi itu hanya dibuat untuk satu buah produk dengan penekanan

pada unsur seninya maka tidak dapat dikatagorikan sebagai desain industri. Jika

sebuah kerajinan tangan dibuat hanya satu buah yang diukir oleh penciptanya,

dengan segenap ekspresi seni yang sangat mendalam ini termasuk dalam hak

cipta.

Selain perbedaan diatas, perbedaan prinsip antara hak cipta dan desain

industri juga terlihat dari asas hukum yang mendasari kedua instrumen hukum

tersebut sebagaimana diuraikan dalam bagian penjelasan Undang-Undang Desain

Industri yaitu dalam hak cipta terdapat asas orisinal, yaitu sesuatu yang langsung

berasal dari asal orang yang membuat atau yang menciptakan atau sesuatu yang

langsung dikemukakan oleh orang yang dapat membuktikan sumber aslinya.

Sedangkan dalam desain industri terdapat asas kebaruan, artinya seseorang berhak

ditetapkan sebagai pemilik hak atas desain industri saat pertama kali

mendaftarkan haknya tersebut di Direktorat Desain Industri. 36

Dalam desain industri proses untuk memperoleh hak desain industri

dengan mengajukan permohonan pada Ditjen HKI. Sedangkan dalam hak cipta

hak itu didapat secara otomatis dan tidak ada kewajiban mendaftarkan (Pasal 2

ayat(1) jo.Pasal 36 Undang-Undang Hak Cipta) Dan pendaftaran hak cipta bukan

merupakan pengesahan, melainkan hanya anggapan adanya hak.

35
NK Supasti Dharmawan, Perlindungan Hukum Atas Karya-Karya Intelektual Di
Bidang Hak Cipta Dan Desain Industri (Denpasar Bali : Makalah Seminar HKI, 2003), hlm. 5.
36
Insan Budi Maulana, A-B-C Desain Industri Teori dan Praktek di Indonesia
(Bandung:PT.Citra Aditya Bakti,2000), hlm.98.

Universitas Sumatera Utara


27

Dalam sistem perlindungan desain industri terdapat perlindungan

berdasarkan pendekatan hak cipta (copyright approach). Perlindungan desain

industri berdasarkan pendekatan hak cipta di indonesia secara hukum telah ada

sejak diberlakukanya Auteurswet 1912 sesuai dengan asas konkordansi. Sistem

perlindungan desain industri ini merupakan perlindungan yang bersifat tambahan

atas perlindungan yang bersifat tambahan atas perlindungan hak cipta terhadap

karya-karya di bidang seni, walaupun dalam prakteknya sangat sulit untuk

diharmoniskan antara perlindungan produk-produk desain industri dan

perlindungan terhadap ciptaan di bidang seni.

B. Prinsip-Prinsip Perlindungan Desain Industri

Permasalahan HKI tidak dapat lagi dilepaskan dari konteks ke ekonomi

yang semakin erat melekat dalam segi-segi kegiatan ekonomi dan perdagangan

internasional saat ini. Namun, satu hal yang masih menjadi dilema, yaitu

bagaimana memberikan keseimbangan antara hak individual dan hak

masyarakat/komunla, sebagaiman dinyarakan dalam pendapat Cooter dan Ulen di

bawah ini:

Setelah memahami konsep-konsep yang mendasari perlakuan HKI ke

dalam suatu sistem hukum seperti diuraikan dalam paragraf di atas, selanjutnya

pada sub bab berikut ini akan diuraikan pembahasan dengan focus yang lebih

tajam terhadap keberlakuan HKI pada aspek desain industri. Sebagai acuan

pembahasan, dapat disimak konteks yang terdapat dalam defines lengkap desain

industri sebagai tertuang dalam Black’s Law Dictionary berikut :

Universitas Sumatera Utara


28

In patent law, the drawing or depiction of an original plan or conception


for a novel pattern, model, shape, or configuration, to be used in the
manufacturing ir tetile arts or the fine arts, and chiefly of a decorative or
ornamental character. “Design patents” are contrasted with “utility
patents”, but equally involve the exercise of the inventive or originative
faculty. Design, in the view of the patent law, is that characteristic of a
physical substance which, by means of lines, images, configuration, and
the like, taken as a whole, makes an impression, thorught the eye, upon the
mind of the observer. The essence of a design resides not in the elements
individually, nor in their method of arrangement, but in the total
ensemble-in that indefinable whole that aakens some be complex or
simple. But whatever the impression, there is attached in the ming of the
observer, a sense o uniqueness and charater 37.

Secara garis besar, defnisi di atas memuat beberapa bagian pening bagi

pengauran atas desain industri, antara lain adanya: (i) perwujudan bentuk-bentuk,

konsep-konsep, serta (ii) sifat-sifat kebaruan dan keunikan bila dilihat dari setiap

perspsi orang yang melihat desain tersebut.

Apabila hal tentang desain industri dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari,

Lionel Bently dan Brad Sherman berpendapat bahwa desain industri memegang

peran yang sangat penting, tetapi seringkali menjadi bagian yang terabaikan

dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, sebgaimana penampilan pakaian yang kita

gunaka saat ini, bentuk kursi yang kita duduki, maupun papan selancar yang

digunakan, desain juga memberikan pengarauh kepada keputusan-keputusan yang

kita buat dalam melakukan kegiatan konsumsi, seperti mengapa kita memilih satu

sikat gigi daripada sikat gigi yang lain, desain apa yang digunakan sebgai halaman

muka, perencanaan kota, desain gaya hidup, desain grafis, desain panggung

sampai dengan desain pakain desain produk, dan desain kemasan. Sebagaimana

refleksi atas keanekaragaman tersebut, peran desain telah meluas dan kuat.

37
Ansor Sinungan, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam
praktiknya di Indonesia (Bandung:PT.Alumni,2011), hlm. 86.

Universitas Sumatera Utara


29

Draft konvensi yang mengatur tentang perlindungan hak kekayaan industri

akhirnya diadopsi oleh peserta yang sampai saat ini konvensi tersebut kita kenal

dengan nama Paris Convention for the Protection of Industrial Property. Lebih

lanjut di bawah ini dikemukan prinsip-prinsip atau pedoman pokok yang

diberlakukan secara internasional dengan uraian sebagai berikut:

1. Sistem perlindungan hukum desain industri berdasarkan Paris Convention for

the Protection of Industrial Property tahun 1883 (Paris Convention)

Pada tahun 1883, sebuah kongres diplomatik yang baru telah diadakan lagi

di Paris yang diakhiri oleh 11 negara yaoutu: Belgia, Brazil, El Salvador,

Perancis, Guatemala, Italia, Belanda, Portugis, Spanyol, Serbia, dan Swiss. Pada

saat Paris Convention berlaku secara efektif pada tanggal 7 Juli 1884, Inggris,

Tunisia, dan Equador, ikut menandatangi sehingga jumlah anggota konvensi

bertambah menjadi 14 negara. Setelah berakhirnya perang dunia II, jumlah

keanggotannya telah meningkat secara sangat signifikan.

Setelah Paris Convention untuk pertama kalinya didirikan pada tahun

1883, kemudian secara berturut-turut konvensi tersebut direvisi pada tanggal 14

Desember 1900 di Brusel, tanggal 12 Juni 1911 di Washington, tanggal 6

November 1925 di Hague, tanggal 2 Juni 1934 di London, tanggal 31 Oktober

1958 di Lisbon, dan tanggal 14 Juli 1967 di Stockholm, serta diamandemenkan

kembali tanggal 28 September 1979 di Stockholm. 38

Tujuan Paris Convention ini adalah memfasilitasi hubungan dangan antara

sesama negara anggotanya guna mempromosikan perlindungan hukum secara

38
Ibid,hlm. 90.

Universitas Sumatera Utara


30

internasional terhadap hak kekayaan industri (industrial proseprty rights).

Berdasarkan Paris Convention, bagi negara-negara anggotanya, semua peraturan

perundang-undangan tentang hak kekayaan industri harus sejalan, independen,

serta isinya tidak boleh bertentan dengan prinsip-prinsip dasar Paris Convention.

Konvensi ini merupakan salah satu konvensi di bidang HKI yang cukup tua.

Indonesia menjadi anggota Paris Convention pada tahun 1997 melalui Keputusan

Presiden No.15 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

No.32).

Paris Convention memuat beberapa pasal yang merupakan prinsip-prinsip

utama yang harus diterapkan oleh negara anggotaya antara lain sebagai berikut.

a. Prinsip National Treatment dan kaitannya dengan Prinsip National Interest

Article 2 (1) Paris Convention tentang National Treatment berbunyi sebagai


berikut:
National of any country of the Union shall, as regards the protection of
industril property enjoy in all the other countries of the Union the
advantages that their repective laws now grant, or may hereater grant, to
nationals; all without prejudice to the rights specially provided for by this
Convention. Consequenty, they shall have the same protection as the
latter, and the same legal remedy against any infringement of their rights,
provided that the condition and formalities imposed upon nationals are
complied with.

Maksud prinsip ini bahwa setiap negara anggota Paris Convention harus

memberikan perlindungan yang sama kepada warga negara anggota konvensi

lainnya. 39

Pada bagian lain, maksud prinsip national interest bahwa pada setiap

negara anggota yarus ada peraturan perundang-undangan yang bersifat substantive

39
Ibid., hlm. 91.

Universitas Sumatera Utara


31

yang mengatur tentan hak dan kewajiban baik bagi perorangan maupun badan

hukum berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam Paris Convention sejauh

tidak bertebntangan dengan konvensi. Tiap-tiap negara anggota Paris Convention

dapat membuat undang-undang HKI masing-masing termasuk udang-undang di

bidang desain industri sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Mengingat

ketentuan-ketentuan standar yang ada dalam Paris Convention sudah diadopsi

juga pada TRIPS, sehingga secara otomatis negara-neraga anggota WTO, dalam

pembuatan undang-undang HKI-nya akan berpedoman dan tidak boleh

bertentangan dengan TRIPs. 40

Harmonisasi perundang-undangan di bidang HKI penting untuk dilakukan.

Penyerangaman melalui harmonisasi undang-undang dapat mempermudah dalam

implementasi undang-undang tersebut terutama dalam praktik baik di bidang

administrasi maupun penegakan hukum.

Berkaitan dengan masalah harmonisasi perundang-undangan, Hikmahanto

Juwana menyatakan berikut :

Dari perspektif negara maju, harmonisasi hukum di negara berkembang

merupakan suatu hal pentin untuk dicapai. Harmonisasi kembang merupakan

suatu hal penting untuk dicapai. Harmonisasi yang menjurus pada kesergamana di

bidang infrastruktur hukum akan berdampak pada kenyamanan untuk berinvestasi

dari pelaku usaha negara maju dinegara berkembang. Ini penting di era dunia yang

tidak mengenal batas (bordless world) dan transaksi lintas batas yang memerlukan

pengaturan hukum.

40
Ibid., hlm.92.

Universitas Sumatera Utara


32

Selanjutnya ditambahkan oleh Hikmahanto Juwana sebagai berikut: 41

Dalam memengaruhi pembentuk undang-undang untuk menjuju


harmonisasi hukum Indonesia, kesan bahwa terjadi westernisasi hukum
Indonesia tidak dapat dihindari. Memang harmonisasi akan mengarah pada
westernisasi. Meskipun demikian, westernisasi hukum bukanlah hal baru
mengingat westernisasi hukum sudah pernah dilakukan. Ini terjadi pada
saat Eropa melakukan kolonialisme dan inperlialisme terhadap negara-
negara Benua Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Sebagai akibat, saat ini
hampir tidak ada negara di dunia yang memiliki hukum tanpa pengaruh di
Eropa.

Dilain pihak, negara-negara maju yang mempunyai kepentingan ekonomi dari

aspek perdagangan internasionalnya, juga melakukan evaluasi terhadap undang-

undang HKI yang dibuat oleh negara-negara anggota WTO terutama terhadap

negara-negara berkembang.

b. Prinsip hak prioritas (Priority Rights)

Yang dimaksudkan dengan priority rights atau hak prioritas adalah hak

untuk mendapatkan tanggal pendaftaran (filing date) atas hak kekayaan industri

(industrial property rights) di negara tempat permohonan tersebut yang juga akan

mendapat pengakuan yang sama apabila permohonan pendaftaran tersebut

dilakukan di sesama negara anggota konvensi. Article 3 Paris Convention yang

sudah beberapa kali diubah dalam huruf A (1) berbunyi sebagai berikut: 42

Any person who has duly field application for patent, or for the

registration of utility model, or of an industrial design, or of trademark, in

one of the countries of Inion, or his successor in title, shall enjoy, for the

41
Hikmahanto Juwana,Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia dalam gagasan
dan pemikiran Tentang Pembaharuan Hukum Nasional,Vol.II, (Jakarta:Tim Pakar Hukum
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003), hlm.24.
42
Ibid., hlm.95.

Universitas Sumatera Utara


33

purpose of filing in the other countries, a right of priority during the

pariods hereinafter fixed..

Untuk negara anggota konvensi yang pendaftaran desain industrinya

didaftarkan berdasarkan pendaftaran utility models, periode untuk hak prioritasnya

sama denga hak prioritas pada desain industri sebgaimana disebutkan dalam

Article 3 huruf E (1) Paris Convention sebagai berikut:

Where an industrial design is field in a country by virtue of a right or

priority based on the filing of a utility model, the period of priority shall be

the same as that fixed for industrial design.

Pengaturan desain industri dalam Paris Convention

Article 1 Paris Convention sebagai berikut: 43

The protection of industrial Property has as its object patents, utility

models, industrial designs, trade marks, service marks, trade names,

indications source or appelations or origin, and the repression of unfair

competition.

Berdasarkan bunyi Article 1 tersebut jelas terlihat bahwa desain industri

merupakan salah satu objek perlindungan HKI yang secara internasional sejak

tahun 1883 sudah dilaksanakan oleh negara-negara anggota Paris Convention

untuk diberikan perlindungan hukum disamping bidang-bidang HKI lainnya.

Masalahnya hak prioritas, dalam Undang-Undang Desain Industri sudah

diadopsi berdasarkan Pasal 2 Ayat (3) Huruf b Paris Convention yang berbunyi

43
Ibid., hlm.96.

Universitas Sumatera Utara


34

sebagai berikut yaitu tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan Hak

Prioritas telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.

2. Prinsip- prinsip perlindungan hukum desain industri berdasarkan Bern

Convention for the Protection of Literary and Artistic Works tahun 1886

Bern Convention merupakan salah satu perjanjian atau konvensi yang

diadakan pada tanggal 9 september 1886 dan telah diubah pada tanggal 24 Juli

1971 di Paris dan terakhir telah diubah kembali pada tahun 1979. Bern

Convention tidak hanya mengatur maslah perlindugan hak cipta di bidang ilmu

pengetahuan, seni dan sastra, tetapi juga memberikan perlindungan bagi desain

industri apabila negara tersebut belum memiliki Undang-Undang Desain Industri

secara khusus sebagaimana Article 2 (7) Bern Convention sebagai berikut: 44

Subject to the provision of Article 7 (4) of this Conetion, it shall determine


the extent of the application of their laws to works of applied art and
industrial designs and models, as well as the protect. Works protect in the
country of origin solely as designs and models shall be entitled in another
country of the Union only tos such special protection as is granted in tha
country to desogns and models; however, if no such special protection is
granted in that country, such works shall be protected as artistic works.

Pada tahun 1950, Indonesia sebenarnya sudah menjadi anggota Bern

Convention, tetapi kemudian keluar dari keanggotaan konvension tersebut dengan

maksud untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat agar

dapat memanfaatkan atau mengakses ilmu pengetahuan dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Achmad Zen Umar Purba, dalam hal Indonesia

keluar dari Bern Convention menyatakan sebagai berikut:

44
Ibid., hlm.98.

Universitas Sumatera Utara


35

Indonesia keluar dari konvensi ini dengan alasan yang strategis: dengan
harapan agar kita akan dapat melakukan berbagai kegiatan untuk
memindahkan ilmu pengetahuan dari luar negeri masuk ke dalam negeri
dengan misalnya menerjemahkan, meniru, menyalin ciptaan-ciptaan para
pencipta luar negeri. Sebgai negara yang baru merdeka, waktu itu kita
perlu memperkuat diri dengan ilmu dari luar negeri tanpa harus
mengeluarkan biaya. Akan tetapi, ternyata maksud baik ini tidak pernah
terealisasi. 45

Di lain pihak, pada saat Indonesia keluar dari Bern Convention Indonesia

tidak memanfaatkan sama sekali kesempatan tersebut dengan baik sebagaimana

yang dilakukan Jepang, sampai akhirnya karena Indonesia telah menjadi anggoat

WTO pada tahun 1994, Indonesia harus meratifikasi kembali Bern Convention

dengan Keputusan Presiden No.18 Tahun 1997 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 113). 46

Dalam Bern Convention, negara-negara anggotanya sepakat untuk

melakukan upaya perlindungan bagi hak-hak pencipta atas karya-karyanya di

bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dengan cara atau system yang sama dan

seefektif mungkin. Berbeda dengan system perlindungan di bidang hak kekayaan

industri (industrial property rights) untuk mendapatkan hak dan perlindungan

hukum atas karya-karya intelektualnya, seseorang harus mengajukan permohonan

kepada kantor pemerintah yang berwenang atau melalui lembaga internasional,

seperti halnya yang dipraktikkan dalam sistem Patent Cooperation Treaty (PCT)

yang diadministrasikan oleh Biro Internasional WIPO (Word Intellectual Property

45
A.Zen Umar Purba, Trips,UU Hak Cipta dan Penegakan Hukum,dalam Gagasan dan
Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum Nasional,Vol II (Jakarta:Tim pakar Hukum Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003), hlm.173.
46
Ansori Sinungan,Op.Cit., hlm.98.

Universitas Sumatera Utara


36

Organization) di Jenewa. Adapun prinsip-prinsip dasar yang perlu diuraikan

dalam Bern Convention adalah sebagai berikut:

a. Prinsip National Treatment

Berdasarkan Article 5 (1) dinyatakan bahwa cipttan yang berasal dari salah

satu negara lian peserta pernajian harus mendapat perlindungan hukum yang sama

denga perlindungan yang diperoleh hasil karya ciptaan seorang pencipta di dalam

negeri peserta sebgaimana dinyatakan sebagai berikut :

Authors shall enjoy, in respect of works for which they are protected under

ghis convention, in countries of the Union other than the country of origin,

the rights which their respective laws do now or may here after grant to

their nasionals, as well as the rights specially granted by this convention

b. Prinsip Automatic Protection 47

Berdasarkan sistem yang dianut oleh Bern Convention, untuk

mendapatkan perlindungan hukum atas karya-karya ciptaannya, pencipta atau

pemegang hak cipta tidak perlu mengajukan permohonan pendaftaran kepada

kantor pemerintah yang berwenang. Artinya, apabila suatu ciptaan sudah

dijelmakan atau difiksasikan dalam bentuk nyata (fixation), hak cipytanya secara

otomatis langsung melekat pada si pencipta (automatic protection) sebagaimana

disebutkan dalam Atricle 5 (2) Bern Convention yang berbunyi sebagai berikut:

The enjoyment and the exercise of these rights shall not be subject to any
formality; such enjoyment and such exercise shall be independent of the
existence of protection in the country of orgin of the work. Consequently,
apart form the provision of this Convention, the extent of protection, as
well s the means of redress afforded to the author to prortect his rights,

47
Ibid., hlm.99.

Universitas Sumatera Utara


37

shall be governed exclusively by the laws of the country where protection


is claimed.

c. Prinsip Independence Protection

Prinsip Independence Protection ini, menurut Ken-ichi Kumagai

mengandung arti bahwa perlindungan yang diberikan sebgaimana dimaksudkan

dalam Article 5 (2) Bern Convention adalah bersifat independen sesuai dengan

perlindungan yang berlaku di negara asal pencipta atau negara tempat suatu karya

cipta dilahirkan untuk pertama kalinya. Dengan demikian, terlepas dari adanya

ketentuan dari Article 5(2) Bern Convention ini, hak cipta dari pencipta adalah

tetap dilindungi secara independen oleh undang-undang yang berlaku di negara

yang bersangkutan. 48

3.Prinsip-prinsip perlindungan hukum desain industri dalam Undang-Undang

Desain Industri

Menurut Undang-Undang Desain Industri bahwa perlindungan desain

industri dalam industri kerajinan tangan produksi UKM muncul seiring dengan

pendaftaran desain industri yang dibuat oleh pelaku UKM, dengan adanya

pendaftaran desain industri maka setiap produk UKM telah mendapatkan

perlindungan dari setiap perbuatan peniruan yang dilakukan terhadap produk

tersebut. selain itu pemerintah memberikan hak eksklusif yang berupa hak desain

industri. Dalam Pasal 9 Undang-Undang Desain Industri memiliki hak eksklusif

unruk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya dan untuk melarang

orang lain yang tanpa persetujuanya membuat, memakai, menjual, mengimpor,

48
Ibid., hlm.100.

Universitas Sumatera Utara


38

mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberikan hak desain industri.

Selanjutnya pada Pasal 1 ayat 5 disebutkan hak desain industri adalah hak

eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas

hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau

memeberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut

yang selanjutnya diatur dalam Undang-Undang Desain Industri dijelaskan bahwa

yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang

menerima hak tersebut dari pendesain. 49

Pada Pasal 12 Undang-Undang Desain Industri dikatakan bahwa pihak

yang untuk pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang

hak desain industri, kecuali terbukti sebaliknya. Oleh karena itu, pihak pendesain

yang dapat juga dikatakan dengan pelaku UKM harus mendaftarkan produk

kerajinan tangannya untuk menghindari adanya pihak lain yang meniru hasil

produk tersebut dan melakukan pendaftaran desain industri. Dengan melihat Pasal

tersebut dapat dilihat betapa pentingnya perlindungan hukum bagi pelaku UKM

untuk mendapatkan hak atas desain industri tersebut. Dimana pendaftran atas

kerajinan tangan yang merupakan produk dari UKM merupakan syarat mutlak

yang harus diperhatikan oleh pelaku UKM.

Prinsip perlindungan bagi desain industri mensyaratkan adanya

pendaftaran, sehingga di sini berbeda dengan hak cipta. Melalui permintaan

pendaftaran selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan formal dan substantif atas

seluruh persyaratan yang telah ditetapkan. Adanya persyaratan mengenai nilai

49
Republik Indonesia, Undang-Undang Desain Industri Nomor 30 Tahun 2000, Pasal 6.

Universitas Sumatera Utara


39

kebaruan (novelty), yakni suatu fakta hukum yang membuktikan bahwa pada saat

pertamakali permintaan pendaftaran diajukan, tidak ada pihak lain yang dapat

membantah status kreasi desain tersebut tidak baru atau telah ada pengungkapan

sebelumnya.

Norma hukum ini pada dasarnya lebih merupakan kualifikasi teknis. Yang

berarti, apabila secara teknis tidak ada yang dapat membuktikan adanya desain

serupa yang lebih dahulu didaftarkan atau diungkapkan kepada publik, maka

desain yang diajukan itu dianggap sebagai baru. Persyaratan lainnya merujuk pada

siapa yang pertamakali mengajukan permintaan pendaftaran. Sesuai hukum, orang

itu yang berhak mendapatkan perlindungan meski ada orang lain yang mengaku

lebih dahulu membuat desain. Prinsip ini lazim disebut first to file system. Adapun

jangka waktu perlindungannya berlaku selama 10 tahun terhitung sejak tanggal

penerimaan permintaan pendaftaran desain yang telah memenuhi persyaratan. 50

Prinsip-prinsip HKI :

1. Prinsip Ekonomi.

Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu

kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang

akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.

2. Prinsip keadilan.

Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang

yang bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu

50
Asep Yudha Wirajaya, “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Untuk Seni dan
Budaya Tradisional”, http://asepyudha.staff.uns.ac.id/2012/02/20/perlindungan-hak-kekayaan-
intelektual-untuk-seni-dan-budaya-tradisional/. diakses pada tanggal 09 juli 2013.

Universitas Sumatera Utara


40

pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam

pemiliknya.

3. Prinsip kebudayaan.

Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan

seni untuk meningkatkan kehidupan manusia.

4. Prinsip sosial.

Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara ),

artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu

merupakan satu kesatuan sehingga perlindungan diberikan bedasarkan

keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat. 51

Dengan melihat prinsip hak kekayaan intelektual dapat dikatakan bahwa

prinsip yang ada dalam kekayaan intelektual berkaitan dengan desain industri.

Dimana dikatakan bahwa desain industri juga merupakan salah satu perlindungan

terhadap kekayaan intelektual. Dalam desain industri dikatakan bahwa adanya

pemberian hak eksklusif dalam kaitanya dengan prinsip diatas,dalam desain

industri juga terdapat prinsip ekonomi, bahwa dikatakan dalam Pasal 9 Undang-

Undang Desain Industri seorang yang mendapat hak desain industri dapat

membuat, memakai, menjual, atau mengedarkan barang yang diberi hak desain

industri yang dimana dalam Pasal ini terkandung prinsip ekonomi.

Desain Industri pun juga menganut prinsip first to file. Pendaftaran pertama

dalam desain industri ( First to file ) berarti bahwa orang yang pertama

mengajukan permohonan atas desain industri yang akan mendapat perlindungan


51
Yan Hasiholan, “Hak Kekayaan intelektual”,
http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/05/10/hak-kekayaan-intelektual/ . diakses tanggal 09 juli
2013.

Universitas Sumatera Utara


41

hukum dan bukan orang yang mendesain pertama kali. Sebagaimana dikatakan

sebelumnya dalam prinsip first to file yang dapat diartikan sebagai prinsip

pendafataran suatu temuan yang didasari atas siapa yang pertama kali

mendaftarkan temuan tersebut baik pribadi atau badan hukum baik berupa

perusahaan industri. Adalah suatu sistem pemberian hak eksklusif yang menganut

mekanisme bahwa seseorang yang pertamakali mengajukan permohonan

dianggap sebagai pemegang desain industri, bila semua persyaratannya dipenuhi.

C. Permohonan Pendaftaran Desain Industri

Hak desain industri merupaka hak khusus yang diberikan oleh Negara

kepada pendesain atau pemegang hak desain industri atas hasil kreasinya untuk

selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri kreasi tersebut atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. 52

52
Insan Budi Maulana, Op.Cit, hlm.26.

Universitas Sumatera Utara


42

53

Dengan memperhatikan skema proses pendaftaran desain industri sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang Desain Industri maka proses pendaftaran desain

industri adalah sebagai berikut :

1. Pendesain atau kuasa hukumnya mengajukan permohonan pendaftaran

desain industri secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Ditjen HKI

53
Ibid, hlm.27.

Universitas Sumatera Utara


43

dengan membayar biaya yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan dan biasanya diatur dalam peraturan Pemerintah Pendapatan

Negara Bukan Pajak (PP PNBP) yang pada saat ini diatur dalama

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009. Disayangkan, sistem

pendaftaran yang selama ini diterapkan di Indonesia terhadap permintaan

pendaftaran, baik paten, merek, hak cipta, maupun desain industri belum

dapat dilakukan secara per pos sebagaimana diterapkan di Australia atau

Negara-negara maju yang lainnya dan juga tidak bias mengajukan

pedaftaran secara paperless system atau dilakukan secara electronic filing

sebagaimana dilakukan oleh Kantor Paten Jepang, Korea Selatan, atau

Thailand. Sistem pendaftaran desain industri di Indonesia masih dilakukan

secara manual dan konvesional, yaitu dengan mengajukan permohonan

dan harus datang ke Ditjen HKI yang berada di Tangerang, Provinsi

Banten, atau melalui Kantor Perwakilan Ditjen HKI yang berada di ibu

kota provinsi misal, Kanwil Menkumham Jawa Timur yang berada di

Surabaya, Jawa Timur, atau Kanwil Menkumham Jawa Barat, Semarang,

dan sebagainya. Dan untuk mengajukan permintaan pendaftaran desain

industri dilakukan dengan cara melakukan pengisian formulir permohonan

dan harus ditandatangani pemohon atau konsultan HKI selaku kuasanya.

Faktanya, permohonan pendaftaran desain industri melalui kanwil tetap

belum bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif karena masalah sumber

daya manusia, sarana dan anggaran. Karenanya masih sedikit para

pengusaha atau konsultan HKI menggunakan kanwil untuk memproses

Universitas Sumatera Utara


44

permohonan pendaftaran desai industri. Akibatnya, biaya yang harus

dianggarkan para usahawan kecil dan menengah cukup besar.

1. Pengisian formulir permohonan pendaftaran desain industri harus memuat :

a. Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;

b. Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain;

c. Nama, alamat lengkap, dan kewaraganegaraan permohon;

d. Nama, alamat lengkap konsultan selaku kuasa apabila permohonan

diajukan melalui kuasa; dan

e. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali,

dalam hal permohonan untuk diajukan dengan hak prioritas.

Selain hal tersebut di atas, permohonan dilampiri pula dengan:

a. Contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri yang

dimohonkan pendaftarannya;

b. Surat kuasa khusus dalam hal permohonan diajukan melalui Konsultan

selaku kuasa;

c. Surat pernyataan bahwa desain industri yang dimohonkan pendaftarannya

adalah miliknya.

2. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu

pemohon, permohonan tersebut harus ditandatangani oleh salah satu pemohon

dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon lain.

3. Kemudian, dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain,

permohonan harus disertai pernyaaan yang dilengkapi dengan bukti cukup

bahwa pemohon berhak atas desain industri yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


45

4. Undang-undang juga menyatakan bahwa satu permohonan hanya dapat

diajukan untuk satu kesatuan atau kelas yang sama dari desain industri yang

diajukan tersebut.

5. Persyaratan lain yang harus diikuti oleh pemohon yang bertempat tinggal di

luar wilayah Negara Republik Indonesia, yaitu permohonan itu harus diajukan

melalui konsultan HKI selaku kuasanya dan pemohon harus menyarakan dan

memilih domisili hukumnya di Indonesia.

6. Seandainya pemohon dalam permohonan desain industri itu menggunakan hak

prioritas, permohonan itu harus diajukan dalam waktu paling lama enam bulan

terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali diterima di

negara lain yang merupakan anggota Konvensi Paris (Paris Convention) atau

anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organizatition).

Permohonan dengan hak prioritas wajib dilengkapi dengan dokumen prioritas

yang disahkan oleh kantor yang menyelenggarakan pendaftaran desain

industri disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia dalam waktu paling

lama tiga bulan terhitung sejak batas akhir pengajuan permohonan dengan hak

prioritas. Apabila syarat sebagaimana dimaksudkan di atas tidak dipenuhi,

permohonan tersebut dianggap diajukan tanpa menggunakan hak prioritas.

7. Selain salinan surat permohonan sebagaimana, dimaksudkan di atas, Ditjen

HKI pun dapat meminta agar permohonan dengan menggunakan hak prioritas

dilengkapi dengan:

a. Salinan lengkap hak desain industri yang telah diberikan sehubungan

dengan pendaftaran yang pertama kali diajukan di luar negeri; dan

Universitas Sumatera Utara


46

b. Salinan sah dokumen lain yang diperlukan untuk mempermudah penilaian

bahwa Desain Industri tersebut adalah baru.

Di bawah ini merupakan cara dan tahapan pendaftaran desain industri

yang tahapannya dilakukan sebagai berikut:

1. Permohonan pendaftaran desain industri yang telah memenuhi persyaratan

administratif sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 4 dan Pasal 11

diumumkan oleh Ditjen HKI dengan cara menempatkannya pada sarana

yang khusus untuk itu yang dapat dengan mudah serta jelas dilihat oleh

masyarakat. Pengumuman itu dilakukan paling lama tiga bulan terthitung

sejak tanggal penerimaan permohonan.

2. Pengumuman sebagaimana dimaksudkan di atas memuat:

a. Nama dan alamat lengkap pemohon;

b. Nama dan alamat lengkap konsultan dalam hal permohonan

diajukan melalui konsultan;

c. Tanggal dan nomor penerimaan permohonan;

d. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama

kali apabila permohonan diajukan dengan menggunakan hak

prioritas; dan

e. Judul desain industri; dan

f. Gambar atau foto

3. Dalam hal permohonan ditolak berdasarkan Pasal 4 atau dianggap ditarik

kembali karena tidak memenuhi Pasal 11, tetapi kemudian didaftar atas

perintah dan putusan peradilan, maka pengumuman sebagaimana

Universitas Sumatera Utara


47

dimaksudkan di atas akan dilakukan setelah Ditjen HKI menerima salinan

putusan tersebut.

3. Pada saat pengajuan permohonan, pemohon dapat meminta secara tertulis agar

pengumuman permohonan ditunda.

4. Penundaah pengumuman sebagaimana dimaksudkan dalam nomor 4 tidak

boleh melebihi waktu dua belas bulan terhitung sejak tanggal penerimaan

permohonan atau terhitung sejak tanggal prioritas.

5. Sejak tanggal dimulainya pengumuman sebagaimana dimaksudkan dalam

Pasa 28 ayat 1, setiap pihak dapat mengajukan keberatan yang mencakup hal-

hal bersifat substantif secara tertulis kepada Ditjen HKI dengan membayar

biaya.

6. Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksudkan di atas harus diterima oleh

pihak direktorat jenderal paling lama tiga bulan terhitung sejak tanggal

dimulainya pengumuman. Untuk selanjutnya keberatan tersebut disampaikan

kepada pemohon. Pemohon dapat menyampaikan sanggahan atas keberatan

sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 28 ayat 2 paling lama tiga bulan

terhitung sejak tanggal pengiriman pemberitahuan oleh Ditjen HKI. Dalam hal

adanya keberatan, pemeriksaaan substantif dilaksanakan oleh pemeriksa.

7. Direktorat Jenderal HKI menggunakan keberatan dan sanggahan yang

diajukan sebagai bahan pertimabangan dalam pemeriksaan untuk

memtutuskan diterima atau ditolaknya permohonan.

Universitas Sumatera Utara


48

8. Direktorat Jenderal HKI berkewajiban memberikan keputusan untuk

menyetujui atau menolak keberatan dalam waktu paling lama enam bulan

terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman.

9. Keputusan Ditjen HKI diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau

konsultan selaku kuasanya paling lama tiga puluh hari terhitung sejak tanggal

keputusan tersebut. 54 Pada prinsipnya, permohonan hak desain industri

diajukan oleh pendesain dengan membayar biaya permohonan yang telah

ditentukan oleh Pemerintah kepada Ditjen HKI. Dalam hal permohonan

diajukan oleh bukan pendesainya, menurut Pasal 11 ayat 6 Undang-Undang

Desain Industri permohonan harus disertai dengan pernyataan yang dilengkapi

dengan bukti yang cukup bahwa pemohon harus disertai dengan pernyataan

yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak atas desain

industri yang bersangkutan. Ketentuan ini bermaksud melindungi kepentingan

Pendesain dari hal-hal yang dapat merugikannya. Pemohon yang bukan

pendesain ini adalah pihak lain yang menerima pengalihan desain industri dari

pendesain. Bukti yang cukup adalah bukti yang sah, benar, serta memadai

yang menunjukkan bahwa pemohon berhak mengajukan permohonan. 55

Berdasarkan Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Desain Industri,

permohonan pendaftaran desain industri selain diajukan sendiri oleh

pendesainnya, juga dapat diajukan oleh kuasanya. Menurut Pasal 1 angka 10

Undang-Undang Desain Industri menyatakan konsultan Hak Kekayaan Intelektual

dan secara khusus memberikan jasa di bidang pengajuan dan pengurusan

54
Insan Budi Maulana,Op., Cit., hlm. 28.
55
Rachmadi Usman,Loc.,Cit.

Universitas Sumatera Utara


49

permohonan Paten, Merek, Desain Industri serta bidang-bidang Hak Kekayaan

Intelektual lainnya dan terdaftar sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual di

Direktorat Jenderal. 56

Dengan demikian, jelaslah bahwa kuasa di sini bukan orang lain

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 6 Undang-Undang Desain Industri,

melainkan kuasa di sini haruslah seorang konsultan HKI. Ini berarti selain

Konsultan HKI tidak dapat menjadi kuasa Pendesain untuk mengajukan

permohonan pendaftaran desain industri. Padahal Pasal 11 ayat 6 Undang-Undang

Desain Industri memberikan kemungkinan pihak lain bukan Pendesain untuk

mengajukan permohonan pendaftaran desain industri. 57

Hak atas desain industri diberikan oleh negara. Tentu negara tidak akan

memberikan begitu saja, tanpa ada pihak yang meminta. Secara normatif,

disyaratkan untuk lahirnya hak tersebut harus dilakukan dengan cara dan prosedur

tertentu. 58

D. Pengalihan Hak dan Lisensi

Sejalan dengan asas-asas hukum benda, maka sebagai hak kebendaan hak

atas desain industri juga dapat berakhir atau dialihkan degan cara:

a. pewarisan;

b. hibah;

c. wasit;
56
Ibid.
57
Ibid., hlm .437.
58
OK Saidin, Op.Cit, hlm. 473.

Universitas Sumatera Utara


50

d. perjanjian tertulis; atau

e. sebab-sebab lain yang dibernarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pengalihan hak desain industri disertai dengan dokumen tentang

pengalihan hak. Segala bentuk pengalihan hak desain indstri wajib dicatat dalam

Daftar Umum Desain Industri pada Ditjen HKI dengan membayar biaya. Namun

demikian pengalihan hak desain industri yang tidak dicatatkan dalam Daftar

Umum Desain Industri tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.

Pengalihan hak desain industri diumumkan dalam berita Resmi Desain

Industri Pengalihan hak desain industri tidak menghilangkan hak pendesain untuk

tetap dicantumkan nama dan identitasnya, baik dalam Sertifikat Desain Industri,

Berita Resmi Desain Industri, maupun dalam Daftar Umum Desain Industri, inilah

yang disebutkan dengan hak moral. 59 Di samping pengalihan atas dasar yang

disebut di atas, hak desain industri dapat juga dialihkan berdasarkan ketentuan

hukum perikatan, antara lain melalui lisensi.

Pemegang hak desain industri berhak memberikan lisensi kepada pihak

lain berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan semua perbuatan yang

melekat pada hak tersebut, kecuali jika diperjajian lain. Dengan tidak mengurangi

hak pemegang lisensi, pemegang hak desain industri tetap dapat melaksanakn

sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan

perbuatan yang melekat pada hak tersebut, kecuali jika diperjanjikan lain.

Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Industri

pada Ditjen HKI dengan dikenal biaya. Perjanjian lisensi yang tidak dicatatkan

59
Ok.Saidi,Op.,Cit., hlm.481.

Universitas Sumatera Utara


51

dalm Daftar Umum Desain Industri tidak berlaku terhadap pihak ketiga.

Perjanjian lisensi sebagaimana dimaksudkan diumumkan dalam Berita Resmi

Desain Industri. Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat

menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian persaingan usaha tidak sehat

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangn yang berlaku, jika hal itu

terjadi maka, Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian lisensi

tersebut. 60

Walaupun hak atas desain industri telah dialihkan atau beralih kepada

pihak lain, hak moralnya tetap melekat pada pendesainnya. Pasal 32 Undang-

Undang Desain Industri menyatakan bahwa pengalihan hak desain industri tidak

menghilangkan hak pendesain untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya,

baik dalam Sertifikat Desain Industri, Berita Resmi Desain Industri maupun

dalam Daftar Umum Desain Industri. Hak desain industri juga dapat diberikan

kepada orang lain melalui apa yang dinamakan dengan perjanjian lisensi.

Pengaturannya dapat dijumpai dalam Pasal 33 sampai Pasal 36 Undang-Undang

Desain Industri.

Sebelumnya, dalam Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Desain Industri

disusun pengertian lisensi, yaitu izin yang diberikan oleh pemegang hak desain

industri kepada pihak lain melalui suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian

hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu desain

Industri yang diberi perlindungan dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.

60
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


52

Dengan adanya perjanjian lisensi hak desain industri, penerimanya

diizinkan untuk menikmati manfaat ekonomis yang ditimbulkan dari satu desain

industri yang dilisensikan tersebut. Tentu saja izin dimaksudkan hanya diberikan

untuk desain industri yang telah mendapatkan perlindungan. Pemberiannya pun

untuk waktu tertentu dan persyaratan terntentu pula. 61

Demikian pula dipersyaratkan kalau perjanjian lisensi hak atas desain

industri juga wajib dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Industri dan

diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri pada Direktorat Jenderal HKI.

Pemegang Hak Desain Industri dapat memberikan lisensi kepada pihak lain

berdasarkan perjanjian lisensi dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu

untuk melaksanakan hak desain industri dan untuk melarang orang lain yang

tanpa persetujuannya menggunakan hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan

lain.

61
Rachmadi Usman, Op., Cit., hlm.448.

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia saat ini merupakan salah satu bangsa yang secara

normatif memiliki undang-undang yang cukup lengkap dalam bidang Hak

Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) keadaan ini hendaknya mampu

mendorong kepada upaya perbaikan dalam masalah perlindungan hukum di

bidang kekayaan Intelektual. Perlindungan hukum yang diberikan dalam desain

industri dimaksudkan untuk merangsang aktifitas kreatif dari pendesain untuk

terus-menerus menciptakan desain baru. 1

Perlindungan hukum terhadap desain industri sebagai salah satu karya

intelektual sangat diperlukan, bukan saja karena untuk kepentingan pendesain

semata akan tetapi dimaksudkan juga untuk merangsang kreatifitas pendesain

untuk terus menerus menciptakan desain baru. Tidak semua desain industri yang

baru dapat diberikan hak atas desain industri dan perlindungan hukum. Pasal 4

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri (selanjutnya

disebut Undang-Undang Desain Industri) mengatur tentang desain industri yang

tidak mendapat perlindungan, yakni desain industri yang bertentangan dengan

1
Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 51.

1
Universitas Sumatera Utara
2

peraturan perundang-undangan yang berlaku,ketertiban umum, agama, dan

kesusilaan. 2

Permasalahan mengenai HKI akan menyentuh berbagai aspek lainnya,

seperti aspek teknologi, industri, sosial, budaya dan berbagai aspek lainnya.

Namun aspek yang terpenting jika dihubungkan dengan perlindungan bagi karya

intelektual adalah aspek hukum. Hukum diharapkan mampu mengatasi berbagai

permasalahan yang timbul berkaitan dengan HKI tersebut. Hukum harus dapat

memberikan perlindungan bagi karya intelektual, sehingga mampu

mengembangkan daya kreasi masyarakat yang pada akhirnya bermuara pada

tujuan berhasilnya perlindungan HKI. 3

Undang-Undang Desain Industri merupakan instrumen yang tidak dapat

dilepaskan dalam mendorong perlindungan hukum yang secara komprehensif.

Perlindungan hukum yang diberikan terhadap hak desain industri dimaksudkan

untuk merangsang aktivitas kreatif dari pendesain untuk terus menciptakan desain

baru. Dalam rangka perwujudan iklim yang mampu mendorong terciptanya

desain-desain baru dan sekaligus memberikan perlindungan hukum itulah

ketentuan desain industri disusun dalam undang-undang. 4

Kemajuan dunia perdagangan juga tidak dapat dilepaskan dari

pembangunan di bidang ekonomi yang pelaksanaanya dititiberatkan pada sektor

industri. Salah satu kendala dalam melakukan pembangunan di Indonesia

khususnya di bidang ekonomi, adalah faktor perangkat hukum yang masih perlu

2 Sri Rahayu, “Kriteria Syarat Subjektif Pendaftaran Desain Industri” (Skripsi, Ilmu
Hukum, Program Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2004), hlm.24-25.
3
I ketut Wirawan, “Budaya Hukum dan Disfungsi UUHC Kasus Masyarakat Seniman
Bali” ( Tesis, Ilmu Hukum, Program Pascasarjana UNDIP, Semarang, 2000),hlm.
4
Ibid., hlm. 52.

Universitas Sumatera Utara


3

dikembangkan dan ditegakkan guna mengimbangi kebutuhan kemajuan

masyarakat. Kemajuan dunia perdagangan berikut perangkatnya melesat

meninggalkan perjalanan hukum nasional. Oleh karena itu, dalam era globalisasi

perdagangan, pembangunan hukum di Indonesia diharapkan mampu

mengantisipasi kemajuan di setiap sektor kehidupan masyarakat. Sebagai negara

berkembang Indonesia harus memandang sisi perdagangan internasional yang

menimbulkan adanya persaingan tersebut sebagai suatu hal yang mempunyai arti

yang sangat penting. 5

Salah satu produk yang dihasilkan oleh kemampuan intelektual manusia

adalah desain industri. Dalam perkembanganya desain industri memegang

peranan penting bagi keberhasilan perindustrian dan perdagangan suatu negara.

Desain industri merupakan sarana untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi yang

tinggi dalam suatu industri. Memasuki era perdagangan bebas, usaha-usaha

industri kecil yang mana dalam skripsi ini yaitu produksi kerajinan tangan UKM

perlu ditingkatkan dan dikembangkan agar dapat menghasilkan produk yang

mampu bersaing dalam hal mutu, harga dan sistem manajemen terpadu agar dapat

menembus pasar dalam negeri ataupun internasional. Disinilah peran desain atas

suatu produk industri akan terlihat, bukan hanya pada usaha industri besar

melainkan juga pada usaha industri kecil. Desain tersebut harus menimbulkan

minat beli dan layak secara keamanan, kesehatan, dan lingkungan hidup. 6

Suatu produk industri yang didesain dengan memenuhi aspek-aspek

estetika akan menimbulkan adanya daya jual yang tinggi sehingga dengan
5
Eric Wolfhard, Internasional Trade in Intellectual property:The emerging GATT
Regime, University of Toronto Faculty of Law Review,Vol.49,1991, hlm 107.
6
Bonny Surya, Peran Desain Bagi Ekspor Indonesia (Bandung), hlm.1.

Universitas Sumatera Utara


4

demikian terdapat nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu hak desain industri.

seorang pendesain dalam hal ini adalah pelaku usaha kecil menegah (UKM)

memiliki hak ekonomi dalam setiap desain yang dihasilkanya yaitu kerajinan

tangan. Hak ekonomi tersebut dapat berupa hak untuk menjual, hak untuk

melisensikan dan segala hak yang dapat mendatangkan keuntungan ekonomis

bagi usaha kecil menegah (UKM). 7

Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu memajukan sektor industri

dengan meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu adanya daya saing

tersebut adalah dengan memanfaatkan peranan desain industri yang merupakan

bagian dari hak kekayaan intelektual, keanekaragaman budaya yang dipadukan

dengan upaya untuk ikut serta dalam globalisasi perdagangan dengan memberikan

pula perlindungan hukum terhadap desain industri nasional. Diberikannya suatu

perlindungan hukum yang layak atas desain industri untuk dapat menjamin

kelanjutan perkembangannya dan akan meningkatkan kreatifitas dalam

menciptakan produk yang beragam disektor manufaktur dan kerajianan,serta

untuk menghindari kompetisi yang tidak sehat unfair competition walau dengan

perlindungan ini diberikan suatu hak monopoli tertentu. 8

Di Indonesia hak desain industri diberikan atas dasar permohonan.

Permohonan untuk pendaftaran tersebut ditujukan kepada Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual, diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

Permohonan pendaftaran hanya dapat diajukan untuk 1 (satu) desain industri atau

7
Abdulkadir Muhammad I, Hukum Harta Kekayaan ( Bandung: Citra Aditya Bakti,
1994), hlm.115.
8
Abdulkadir Muhammad II, Kajian Hukum Ekonomi HKI ( Bandung: Citra Aditya,
,2001), hlm. 26.

Universitas Sumatera Utara


5

beberapa desain industri yang merupakan satu kesatuan desain industri atau

memiliki kelas yang sama. Adapun yang dimaksud dengan satu desain industri

adalah satu satuan lepas desain industri, sedangkan yang dimaksud dengan kelas

adalah kelas sebagaimana diatur dalam klasifikasi internasional tentang desain

industri bagaimana dimaksud dalam Locarno Agreement. 9

Seperti juga bidang hak kekayaan intelektual yang lain, desain industri

adalah karya intelektual yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Desain industri adalah satu konsep yang sudah tua. Indonesia sendiri sudah

mengenal konsep ini di dalam Undang-Undang Desain Industri. Desain industri

dalam undang-undang ini merujuk pada suatu karya intelektual tentang bentuk,

konfigurasi garis atau warna, atau garis dan warna yang memberikan kesan

estetis. Karya tersebut diwujudkan dalam pola tiga atau dua dimensi serta bisa

dipakai untuk menghasilkan suatu barang, komoditi industri atau kerajinan

tangan. 10

Produksi kerajinan tangan UKM dalam hal ini memerlukan perlindungan

desain industri. Namun dalam kenyataanya tidaklah mudah karena adanya

tantangan yang timbul. Salah satu tantangan tersebut adalah kurangnya kesadaran

hukum dan pemahaman masyarakat akan penting dan berharganya hasil karya

tersebut sehingga menimbulkan pelanggaran terhadap aturan desain industri,

9
M. Djumhana dan R. Djubaidillah, Hak Milik Intelektual Sejarah Teori dan Prakteknya
di Indonesi (Bandung: Citrra Aditya Bakti , 2004), hlm. 233.
10
Ibid, hlm.16.

Universitas Sumatera Utara


6

mulai dari pembajakan, pemalsuan, meniru, bahkan menjiplak secara keseluruhan

dari suatu desain dari karya orang lain. 11

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis mencoba memberikan

gambaran umum tentang perlindungan desain industri, dengan harapan kiranya

pelaku UKM mempunyai pemahaman yang baik tentang desain industri.

Selanjutnya, penulis juga berharap agar pelaku UKM dapat mengetahui dan

memahami pengaturan desain industri dan perlindungan hukum desain industri

menurut UU No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan dan penelaahan penulis terhadap berbagai

literatur dan perundang-undangan,maka penulis mengemukankan permasalahan

yang berhubungan dengan judul skripsi ini yaitu:

1. Bagaimanakah pengaturan desain dalam industri kerajinan tangan usaha kecil

menengah (UKM) ?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum desain industri dalam industri kerajinan

tangan usaha kecil menengah(UKM)?

3. Bagaimanakah peran pendaftaran desain industri dalam industri kerajinan

tangan dalam mengatasi hambatan yang dialami oleh usaha kecil menengah

(UKM) ?

11
Akang kasep, “Pembajakan Hambatan Industri Kreatif di Indonesia”,
http://batampos.co.id/Opini/opini/Bangkit_dari_Krisis_dengan_industri_kreatif.html (diakses
tanggal 10 Mei 2013).

Universitas Sumatera Utara


7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan identifikasi permasalahn tersebut,maka dapat disimpulkan bahwa

yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui peraturan mengenai desain industri dalam industri

kerajinan tangan usaha kecil menengah (UKM).

b. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan desain industri dalam industri

kerajinan tangan usaha kecil menengah (UKM).

c. Untuk mengetahui bagaimana peran pendaftaran desain industri kerajinan

perak dalam mengatasi hambatan yang dialami oleh usaha kecil menengah

(UKM).

2. Manfaat penulisan

a. Manfaat praktis

1) Skripsi ini bermanfaat untuk pelaku usaha kecil menengah dalam

mendaftarkan desain rancanganya.

2) Dan bermanfaat juga untuk pelaku usaha kecil menengah bahwa

diperlukan perlindungan hukum dalam menjamin kepastian hukum

dalam rancanganya.

b. Manfaat teoritis

1) Skripsi ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk pengembangan

wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui dan

memperdalam tentang masalah perlindungan desain industri.

Universitas Sumatera Utara


8

2) Skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syaratnya untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap

mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

D. Keaslian Penelitian

Ide dan usaha penulisan skripsi ini adalah berasal dari penulis sendiri.

Sepanjang pengamatan penulis, tidak ditemukan tulisan lain, baik skripsi maupun

karangan ilmiah lain yang memiliki kesamaan materi dengan skripsi ini. Baik

judul yang sama , isi, tata redaksi, format penulisan atau dengan kata lain “Tulisan

yang persis sama dengan tulisan” meskipun beberapa karangan ilmiah membahas

masalah perlindungan hukum dalam desain industri, akan tetapi terdapat

perbedaan yang jelas dengan skripsi ini. Proses pembuatan skripsi ini penulis

memulainya dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan

perlindungan hukum dalam industri kerajinan tangan usaha kecil menengah

(UKM) kemudian penulis merangkainya sendiri, menjadi suatu karya tulis ilmiah

yang disebut dengan skripsi. Oleh karena itu penulis dapat menyatakan bahwa

skripsi ini adalah karya asli penulis.

E. Tinjauan Pustaka

Desain industri merupakan salah satu bangunan dari hak atas kekayaan

intelektual. Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil

Universitas Sumatera Utara


9

produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra,

gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia.

Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena

kemampuan intelektual manusia Sistem HKI merupakan hak privat (private

rights). Seseorang bebas untuk mengajukan permohonan atau mendaftarkan karya

intelektualnya atau tidak. 12 Hak eklusif yang diberikan negara kepada individu

pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) tiada lain

dimaksudkan sebagai penghargaan atas hasil karya (kreativitas) nya dan agar

orang lain terangsang untuk dapat lebih lanjut mengembangkannya lagi, sehingga

dengan sistem HKI tersebut kepentingan masyarakat ditentukan melalui

mekanisme pasar. Disamping itu sistem HKI menunjang diadakannya sistem

dokumentasi yang baik atas segala bentuk kreativitas manusia sehingga

kemungkinan dihasilkannya teknologi atau karya lainnya yang sama dapat

dihindari atau dicegah. Dengan dukungan dokumentasi yang baik tersebut,

diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan maksimal untuk

keperluan hidupnya atau mengembangkannya lebih lanjut untuk memberikan nilai

tambah yang lebih tinggi lagi

Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep pemikiran

bahwa lahirnya desain industri tidak lepas dari kemampuan kreativitas cipta, rasa,

dan karsa yang dimiliki oleh manusia. Desain industri merupakan produk

intelektual manusia, produk peradaban manusia. 13 Jika desain industri itu semula

12
Wikipedia, “kekayaan intelektual”, http://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual
(diakses tanggal 05 juli 2013).
13
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Jakarta :Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm.467.

Universitas Sumatera Utara


10

diwujudkan dalam bentuk lukisan, karikatur atau gambar (grafik), satu dimensi

yang dapat diklaim sebagai hak cipta, maka pada tahapan berikutnya ia disusun

dalam bentuk dua atau tiga dimensi dan dapat diwujudkan dalam suatu pola yang

melahirkan produk material dan dapat diterapkan dalam aktivitas industri, dalam

wujud itulah kemudian dirumuskan sebagai desain industri. 14

Undang-Undang Desain Industri adalah undang-undang tentang desain

industri yang pertama yang dimiliki di Indonesia. Undang-undang ini disahkan

pemerintah pada tanggal 20 Desember 2000. Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-

Undang Desain Industri, desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,

konfigurasi atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungan

dari padanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan

pesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi

serata dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas


15
industri, atau kerajinan tangan.

Begitu pentingnya unsur seni atau estetis dalam desain industri ini. Seni

dalam kerajinan tangan UKM mengandung unsur keindahan atau estetika itu

adalah hasil kreasi atau aktifitas manusia, karenanya ia merupakan karya

intelektualitas manusia yang seharusnya dilindungi sebagai property rights. Disisi

lain jika karya intelektualitas itu dapat diterapkan dan menghasilkan suatu produk

14
Ibid.
15
Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual:Suatu Pengantar (Bandung: Alumni,
2000), hlm. 220.

Universitas Sumatera Utara


11

berupa barang atau komoditas industri, maka gabungan keduanya (antara nilai

estetika dan nilai produk ) dirumuskan sebagai desain industri 16

Perlindungan terhadap HKI khususnya desain industri mempunyai

korelasi yang erat dengan pembangunan ekonomi Indonesia, antara lain dengan

masuknya investasi asing dan eksistensi desain industri itu sendiri. Dalam

perkembanganya, desain industri merupakan suatu aset bagi pemiliknya yang

memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Namun untuk tetap bertahan di pasar

nasional dan dapat menembus pasar internasional,eksistensi desain industri

Indonesia harus selalu dijaga, dipertahankan, dan ditingkatkan, demikian pula

harus terdapat aturan main yang fair dan persaingan usaha yang sehat di antara

para pendesain.

Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah (selanjutnya disebut UU UMKM) bertujuan

menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.17

Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu

memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas

kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan

pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro, kecil, dan menengah

adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh

kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya

16
OK. Saidin, Op.,Cit.,hlm.468.
17
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

Universitas Sumatera Utara


12

sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat,

tanpa mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik negara. Dalam hal

ini pelaku usaha kecil menengah sangat memerlukan perlindungan desain industri

terhadap produk yang dihasilkanya, khususnya dalam penulisan ini produksi

UKM tersebut adalah kerajinan tangan yang memiliki desain yang perlu

dilindungi. 18

Pada dasarnya, relevansi HKI bagi UKM dapat digunakan sebagai sarana

untuk melakukan inovasi terhadap suatu produk. Hal ini dikarenakan syarat untuk

mendapatkan perlindungan atas kekayaan intelektual yang diformat dalam bentuk

pemberian HKI salah satunya adalah harus adanya unsur kebaruan. Dengan

adanya syarat seperti ini bagi UKM akan terdorong untuk mampu menghasilkan

produk yang lebih inovatif dan kreatif. Semisal; desain industri sebagai suatu

bentuk rancangan produk yang dapat berupa bentuk, konfigurasi dan komposisi

dapat dilindungi apabila mempunyai unsur kebaruan, estetika dan terdaftar.

Dengan kondisi demikian, desain industri tersebut jelas akan mampu

menghasilkan inovasi terhadap produk, mengingat rancangan desain produknya

diharuskan selalu mempunyai unsur kebaruan jika ingin dilindungi.

Relevansi lain dari HKI bagi penguatan UKM adalah HKI memiliki arti

yang sangat strategis untuk UKM. Dengan adanya HKI, UKM dapat melakukan

keberlanjutannya. Bahkan dengan HKI, UKM juga dapat melakukan ekspansi

pasar. Salah satu keberlanjutan UKM dapat dilakukan melalui pengembangan

18
Desy Rizki Koto, “Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Penyelesaian Sengketa Desain
Industri,” ( Skripsi, Ilmu Hukum, Program Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006),
hlm.11

Universitas Sumatera Utara


13

HKI, terutama bagi industri-industri yang mengandalkan kreatifitas dan inovasi

yang berasal dari suatu proses penuangan ide dan gagasan.

Sementara itu, melalui HKI pula suatu UKM dapat melakukan ekspansi

pasar tanpa harus mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Fenomena ini dapat

terjadi, jika HKI dapat dikomersialisasikan ke pasar dengan model lisensi

(licences) atau pengalihan hak (assignments). Artinya, dengan komersialisasi

HKI oleh UKM menjadikan UKM tidak harus bersusah payah menyiapkan

tempat, tenaga kerja untuk memasarkan produknya. 19

Jika dilihat dari pengertian yang diberikan oleh Pasal 1 Undang-Undang

Desain Industri tidak berarti secara otomatis desain industri yang dimaksud akan

mendapatkan perlindungan hukum. Hal ini mengingat konsep perlindungan desain

industri yang dianut dalam Undang-Undang Desain Industri di Indonesia

mengedepankan prinsip first to file principle, siapa yang mendaftarkan pertama

maka ia yang berhak atas suatu desain apabila mengacu kepada Undang-Undang

Desain Industri tampak terlihat dibedakan anatar desain yang dapat diberikan

perlindungan hukum dengan desain yang tidak diberikan perlindungan. Bagi


20
desain yang industri yang mendapat perlindungan harus memenuhi syarat:

1. Desain industri yang baru. Desain industri dianggap “ baru “ jika pada tanggal

penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang

telah ada sebelumnya. Jadi, jika ada pendaftaran dan juga tidak ada

19
Ibid.
20
Insan Budi Maulana, Pelangi HAKI dan Anti Monopol (Yogyakarta: PSH FH UII, ,
2000), hlm. 171 .

Universitas Sumatera Utara


14

pengungkapan lain mengenai desain industri yang sama yaitu melalui media

cetak maupun elektronik atau pameran yang dilakukan secara umum.

2. Desain industri tidak sama pengungkapan dengan desain industri sebelumnya.

Pengungkapan sebelumnya adalah pengungkapan desain industri yang

sebelum tanggal penerimaan atau sebelum tanggal prioritas apabila

permohonan diajukan dengan hak prioritas telah diumumkan atau digunakan

di Indonesia atau diluar Indonesia (Pasal 12 Undang-Undang Desain Industri).

Pengungkapan yang dimaksud disini adalah pengungkapan melalui media

cetak ataupun elektronik, termasuk juga keikutsertaan dalam pameran.

Perlindungan desain memberikan hak monopoli kepada pemilih desain

atas bentuk, konfigurasi, pola atau ornamentasi tertentu dari sebuah desain.

Dengan demikian, hukum desain hanya melindungi penampilan bentuk terluar

(apperance) dari suatu produk. Undang-Undang Desain Industri tidak melindungi

aspek fungsional dari sebuah desain, seperti cara pembuatan produk, cara

kerja,atau aspek keselamatannya. Pembuatan, pengoperasiaan dan ciri-ciri barang

tertentu dilindungi oleh hukum paten. 21

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang

digunakan antara lain:

21
Tim Lindsey, dkk, Op.Cit. hlm.221.

Universitas Sumatera Utara


15

1. Sifat dan jenis penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, digunakan metode penelitian hukum yuridis

normatif. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian dengan mengolah

dan mengumpulkan data- data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer,

yaitu bahan- bahan hukum yang bersifat mengikat, misalnya: peraturan dasar,

peraturan perundang- undangan, dan peraturan lain yang berkaitan. Bahan hukum

sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, misalnya: hasil penelitian hukum dan hasil karya ilmiah dari

kalangan hukum, dan bahkan bahan hukum tertier yang memberi petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

misalnya: kamus- kamus hukum dan ensiklopedia. 22

2. Bahan penelitian

Untuk melengkapi materi skripsi, maka penulis mencari dan mengambil

bahan penelitian melalui data sekunder. Adapun data-data sekunder yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan-peraturan yang mengikat dan

diterapkan oleh pihak yang berwenang. 23 Dalam tulisan ini diantaranya

adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah.

22
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, ( Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 141.
23
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


16

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil

penelitian hukum, dan hasil karya ilmiah dari kalangan hukum. 24

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

misalnya: kamus- kamus hukum dan ensiklopedia. 25

3. Teknik pengumpulan data

Data-data dikumpulkan dengan alat-alat penelitian kepustakaan (library

research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

yang disebut dengan data sekunder berupa: peraturan perundang-undangan, karya

ilmiah para ahli hukum, buku-buku ilmiah, artikel-artikel baik dari surat kabar,

majalah, maupun media elektronik yang semua dimaksudkan untuk memperoleh

data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai

dasar penelitian skripsi ini.

4. Analisis data

Data-data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan disusun secara

sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan metode

deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan,

dan membandingkan. Sedangkan metode induktif dilakukan dengan

menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi

ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan penelitian yang

dirumuskan.

24
Ibid, hlm. 142.
25
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


17

G.Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang

berjudul “Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha

Kecil menengah Menurut UU No 31 Tahun 2000” dirasa perlu untuk

menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai gambaran singkat

skripsi, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, penulis terlebih dahulu menguraikan

tentang gambaran umum atas keseluruhan skripsi ataupun konsepsi

umum dari skripsi, baik berupa : latar belakang skripsi, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penelitian,

tinjauan kepustakaan, metode penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II PENGATURAN DESAIN INDUSTRI MENURUT UU NO 31

TAHUN 2000

Pada bab ini menguraikan antara lain ruang lingkup desain industri,

prinsip-prinsip perlindungan desain industri, permohonan

pendaftaran desain industri, serta pengalihan hak dan lisensi.

Universitas Sumatera Utara


18

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM DALAM INDUSTRI KERAJINAN

TANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

Bab ini menjelaskan kerajinan tangan sebagai salah satu kekayaan

intelektual, keberadaan desain industri dalam UKM dan bentuk-

bentuk perlindungan hukum desain industri dalam industri

kerajinan tangan serta dampak perlindungan hukum dalam industri

kerajinan tangan produksi usaha kecil menengah.

BAB IV PERAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DALAM

INDUSTRI KERAJINAN TANGAN USAHA KECIL

MENENGAH (UKM)

Bab ini menjelaskan peran penting pendaftaran desain industri

terhadap kerajinan tangan produksi UKM dan hambatan-hambatan

dalam pendaftaran desain industri dalam industri kerajinan tangan

UKM serta pembangunan budaya hukum untuk mengatasi

hambatan dalam pendaftaran desain industri.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan penulisan

skipsi ini, serta menuliskan saran yang disampaikan penulis

mengenai hasil skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


8

ABSTRAKSI

Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha Kecil


Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000

Roma Victoria*)
Ramli Siregar **)
Windha***)

Perlindungan desain industri memiliki banyak manfaat bagi pelaku Usaha


Kecil Menengah (UKM). Namun, pelaksanaan pendaftaran hak atas desain
industri tidak sepenuhnya menggapai masyarakat luas, khususnya masyarakat
dari industri kecil. Hal ini sangat kontradiksi dengan mengingat bahwa
perlindungan hak desain industri ini merupakan bagian yang penting dalam
sistem perdagangan.
Permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan
desain industri, perlindungan terhadap kerajinan tangan produksi usaha kecil
menengah (UKM), dan peran penting desain industri dalam mengatasi hambatan
yang dialami usaha kecil menengah(UKM).
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif, yaitu penelitian kepustakaan (Library Research) dengan
mengumpulkan bahan - bahan dari buku, majalah, artikel, internet, peraturan
perundang-undangan danhasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan
maksud tujuan dari pada penyusunan karya ilmiah ini.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Perlindungan Desain
Industri sangat diperlukan untuk melindungi produksi kerajinan tangan usaha
kecil menengah (UKM) dari kerugian yang ditimbulkan oleh peniru-nya dan
Perlindungan hukum yang akan didapatkan oleh pelaku Usaha Kecil Menengah
bila melakukan pendaftaran terhadap karyanya adalah hak eksklusif atas kerajinan
tangan yang berkaitan dengan hak moral dan hak ekonomi yang diberikan kepada
pendaftar sebagai pengakuan terhadap karya intelektual seorang pelaku usaha
kecil menengah. Perlindungan Desain Industri untuk kerajinan tangan akan
memiliki banyak keuntungan bagi pelaku usaha kecil menegah(UKM). Pertama,
Pelaku usaha kecil menengah dapat mengupayakan pencegahan peniru-nya dari
membuat dan menjual salinan dari yang asli. Kedua, pelaku usaha kecil menengah
dapat memulihkan kerusakan, keuntungan baik aktual atau hukum. Perlindungan
hukum akan berada pada pihak yang melakukan pendaftaran atas karya tersebut
dan memiliki bukti sertifikat pendaftaran.

Kata Kunci : Desain Industri, Kerajinan Tangan dan Usaha Kecil Menengah

*)Mahasiswa
**)Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II

vi
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan

Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROMA VICTORIA
NIM.090200227

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


2

Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan

Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROMA VICTORIA
090200227
HUKUM EKONOMI

Disetujui oleh:
Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha,SH.M.Hum
NIP:197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen PembimbingII

Ramli Siregar ,SH.M.Hum Windha,SH.M.Hum


NIP. 195303121983031002 NIP:197501122005012002

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


3

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas Rahmat dan Kasih-Nya

sehingga memampukan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha

Kecil Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000 ” sebagai

persyaratan dalam menyelesaikan studi S1 di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi

penulis dalam penyelesaian studi di Fakultas Hukum USU Medan untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan

ini masih jauh dari sempurna serta tidak luput dari kekurangan, baik dari materi,

tulisan maupun dari tekhnik penulisannya. Oleh karenanya, dengan segala

kerendahan hati penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan bahagia penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini maupun kepada semua pihak telah memberikan

bimbingan, bantuan dan dorongan berbagai pihak berupa bantuan moril maupun

materil yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, penulis menghaturkan

ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

i
Universitas Sumatera Utara
4

1. Bapak Prof.Dr.Runtung,SH.,M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof.Dr.Budiman Ginting,SH.,M.Hum Selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syarifuddin,SH.,MH,DFM,selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Muhamad Husni,SH,M.Hum,Selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu Windha,SH.M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dan juga sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu

untuk memberi saran dan petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini,

6. Bapak Ramli Siregar,SH.M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dan juga

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang senantiasa meluangkan

waktu dan pikirannya yang sangat berharga untuk membimbing,

mengarahkan dan memberikan motifasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dan banyak

memberi masukan, koreksi serta arahan yang menjadikan skripsi ini lebih

baik lagi.

8. Secara khusus penghargaan, rasa hormat dan terima kasih yang tak

terhingga kupersembahkan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Ronald

ii
Universitas Sumatera Utara
5

Baker dan Ibu Rita Zuraida yang telah membesarkan, mendidik dan

mendoakan dengan segala kasih sayang, perhatian, dukungan, dan doa

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

9. Sahabat terbaik Penulis Agnes W.Samosir,S.H, Jessica, Budi praptio dan

teman-teman ‘09 semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

terimakasih buat waktu, dorongan, segala bantuan, semangat, dan

motivasinya selama ini.

10. Serta Romy Tok yang selalu setia mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan skripsi dengan cepat dan baik,serta memberikan dorongan

dan motivasinya yang begitu banyak kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat serta dapat menjadi salah satu

bahan informasi pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Medan, 28 Mei2013

Penulis

Roma Victoria

iii
Universitas Sumatera Utara
6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi........................................................................................................... iv

Abstrak ............................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 7

D. Keaslian Penulisan .............................................................................. 8

E. Tinjauan Kepustakaan .......................................................................... 8

F. Metode Penelitian................................................................................. 14

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17

BAB II PENGATURAN DESAIN INDUSTRI MENURUT UU NO 31 TAHUN

2000

A. Ruang Lingkup Desain Industri .......................................................... 19

B. Prinsip-Prinsip Perlindungan Desain Industri ...................................... 27

C. Permohonan Pendaftaran Desain Industri ............................................ 41

D. Pengalihan Hak dan lisensi .................................................................. 49

iv
Universitas Sumatera Utara
7

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KERAJINAN TANGAN

USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

A. Ruang Lingkup Kerajinan Tangan ..................................................... 53

B. Keberadaan Desain Industri dalam Usaha Kecil Menegah(UKM) ..... 59

C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Desain Industri terhadap Kerajinan

Tangan ................................................................................................. 66

D. Dampak Perlindungan Hukum terhadap Kerajinan Tangan Produksi Usaha

Kecil Menegah (UKM) ....................................................................... 72

BAB IV PERAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI TERHADAP

KERAJINAN TANGAN PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH

(UKM)

A. Peran Pendaftaran Desain Industri terhadap Kerajinan Tangan Produksi

Usaha Kecil Menegah(UKM) ............................................................. 76

B. Hambatan Dalam Pendaftaran Desain Industri terhadap Kerajinan Tangan

Produksi Usaha Kecil Menegah(UKM) .............................................. 85

C. Pembangunan Budaya Hukum Untuk Mengatasi Hambatan dalam

Pendaftaran Desain Industri ................................................................. 96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 106

B. Saran ...................................................................................................... 108

DAFTAR PUSTAKA

v
Universitas Sumatera Utara
8

ABSTRAKSI

Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha Kecil


Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000

Roma Victoria*)
Ramli Siregar **)
Windha***)

Perlindungan desain industri memiliki banyak manfaat bagi pelaku Usaha


Kecil Menengah (UKM). Namun, pelaksanaan pendaftaran hak atas desain
industri tidak sepenuhnya menggapai masyarakat luas, khususnya masyarakat
dari industri kecil. Hal ini sangat kontradiksi dengan mengingat bahwa
perlindungan hak desain industri ini merupakan bagian yang penting dalam
sistem perdagangan.
Permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan
desain industri, perlindungan terhadap kerajinan tangan produksi usaha kecil
menengah (UKM), dan peran penting desain industri dalam mengatasi hambatan
yang dialami usaha kecil menengah(UKM).
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif, yaitu penelitian kepustakaan (Library Research) dengan
mengumpulkan bahan - bahan dari buku, majalah, artikel, internet, peraturan
perundang-undangan danhasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan
maksud tujuan dari pada penyusunan karya ilmiah ini.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Perlindungan Desain
Industri sangat diperlukan untuk melindungi produksi kerajinan tangan usaha
kecil menengah (UKM) dari kerugian yang ditimbulkan oleh peniru-nya dan
Perlindungan hukum yang akan didapatkan oleh pelaku Usaha Kecil Menengah
bila melakukan pendaftaran terhadap karyanya adalah hak eksklusif atas kerajinan
tangan yang berkaitan dengan hak moral dan hak ekonomi yang diberikan kepada
pendaftar sebagai pengakuan terhadap karya intelektual seorang pelaku usaha
kecil menengah. Perlindungan Desain Industri untuk kerajinan tangan akan
memiliki banyak keuntungan bagi pelaku usaha kecil menegah(UKM). Pertama,
Pelaku usaha kecil menengah dapat mengupayakan pencegahan peniru-nya dari
membuat dan menjual salinan dari yang asli. Kedua, pelaku usaha kecil menengah
dapat memulihkan kerusakan, keuntungan baik aktual atau hukum. Perlindungan
hukum akan berada pada pihak yang melakukan pendaftaran atas karya tersebut
dan memiliki bukti sertifikat pendaftaran.

Kata Kunci : Desain Industri, Kerajinan Tangan dan Usaha Kecil Menengah

*)Mahasiswa
**)Dosen Pembimbing I
**) Dosen Pembimbing II

vi
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai