Anda di halaman 1dari 10

Sub Pokok Bahasan 1

Pendahuluan Enterprise Architecture

Capaian Pembelajaran

Pada akhir perkuliahan, mahasiswa akan memahami:

a. Definisi arsitektur dan berbagai istilah didalamnya.


b. Definisi arsitektur enterprise.
c. Langkah-langkah didalam proses arsitektur
d. Pendorong internal dan eksternal arsitektur enterprise.

1. Pendahuluan

Dalam praktek bisnis saat ini, sebuah pendekatan terintegrasi terhadap bisnis dan TI sangat
diperlukan. Sebagai contoh nyata, pemerintah Belanda, saat melakukan desain ulang secara
masif terhadap seluruh rantai organisasi yang terlibat didalam sistem jaminan sosial. Didalam
konteks ini, kumpulan iuran jaminan sosial dikirim dari organisasi pusat jaminan sosial ke
administrasi pajak. Hal ini terdengar masuk akal, karena mengumpulkan pajak secara
sederhana mirip dengan mengumpulkan iuran jaminan sosial. Tetapi, hal ini memerlukan
perubahan utama sebuah desain ulang dari struktur organisasi, proses bisnis, aplikasi TI dan
infrastruktur teknis. Aliran data yang besar perlu diarahkan ulang didalam dan diantara
organisasi yang berbeda. Lebih dari 600.000 SPT gaji diisi tiap bulan, sejumlah besar biasanya
diisi dalam beberapa hari pada periode puncak. Mengendalikan perubahan tersebut tidak dapat
dilakukan hanya dengan membiarkannya, tetapi bagaimana manusia dapat mengendalikan dan
memahami kekompleksan dunia.

Sebuah arsitektur bagi Enterprise digunakan untuk menggambarkan keseluruhan komponen-


komponen bisnis maupun TI yang ada didalamnya. AE menciptakan sebuah pendahuluan
terhadap struktur sebuah organisasi, proses bisnisnya, dukungan aplikasi dan infrastruktur
teknik, mengemukakan aspek dan domain yang berbeda serta hubungannya satu sama lain
(Lankhorst, 2009). Tujuan dari AE adalah mengoptimalisasi seluruh enterprise yang seringkali
terpisah-pisah prosesnya, baik manual maupun yang terotomasi kedalam sebuah lingkungan
terintegrasi yang responsive terhadap perubahan dan mendukung tercapainya strategi bisnis
(The Open Group, 2018). AE juga mendefinisikan keadaan saat ini dan keadaan masa depan
yang diinginkan organisasi terkait proses, kemampuan, sistem aplikasi, data, dan infrastruktur
TI organisasi dan memberikan sebuah roadmap untuk mencapai target tersebut dari keadaan
saat ini (Shanks et al., 2018). AE mengacu pada sebuah disiplin yang berusaha untuk
mengintegrasikan, mengelola, dan menganalisa elemen-elemen enterprise berupa artifak-
artifak dari bisnis dan TI sehingga penyelarasan antar elemen dapat menciptakan sinergi
didalam mencapai tujuan enterprise (Rajabi, Minaei and Seyyedi, 2013). Artifak AE
merupakan dokumen deskriptif yang memberikan pandangan khusus terhadap sebuah
organisasi dari perspektif bisnis dan TI (Kotusev, 2019). Organisasi menggunakan AE untuk
berbagai tujuan seperti transformasi strategis perusahaan, mendorong inovasi bisnis, akuisisi
perusahaan, interoperabilitas teknologi, pengukuran kepatuhan, penyelarasan bisnis dan TI,
serta manajemen standar teknologi (Shanks et al., 2018).

1.1 Arsitektur

Seringkali dikatakan bahwa untuk mengelola kompleksitas dari tiap organisasi atau sistem
besar diperlukan arsitektur. Tetapi apa sebenarnya makna ‘arsitektur’? pada umumnya istilah
arsitektur dikenal dalam bangunan dan konstruksi. Ketika membangun sebuah rumah, seorang
arsitek akan dikontrak untuk melakukan desain rumah. Pemilik rumah mendiskusikan
bagaimana bagian-bagian dari sebuah rumah seperti ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi,
pintu, jendela, atap akan dibentuk dan disatukan menjadi sebuah rumah yang utuh. Pemilik
rumah akan menyetujui sebuah master plan, pada dasar dimana arsitek akan menghasilkan
spesifikasi yang lebih rinci, utntuk digunakan oleh insinyur sipil dan pekerja bangunan.

Bagaimana pemilik rumah dan arsitek dapat mengkomunikasikan mengenai master plan secara
efisien? Karena keduanya mengetahui kerangka referensi umum dari bagian-bagian rumah,
seperti apa itu sebuah ‘kamar’, ‘balkon’, ‘anak tangga’, dsb. Kedua pihak mengetahui fungsi
dan hubungan diantara bagian-bagian tersebut. Contohnya, sebuah ruang bertindak sebagai
tempat bernaung dan dihubungkan dengan ruang lainnya melalui sebuah pintu. Kedua pihak
menggunakan sebuah model arsitektur dari sebuah rumah. Model ini mendefinisikan fungsi
utama dan bagaimana fungsi tersebut distrukturkan. Model memberikan sebuah rancangan
abstrak dengan mengenyampingkan banyak rincian. Rincian ini, seperti jumlah kamar,
dimensi, material yang digunakan dan warna akan diisi kemudian.

Kerangka referensi yang sama dibutuhkan dalam merancang sebuah enterprise. Untuk
menciptakan sebuah pendahuluan terhadap struktur sebuah organisasi, proses bisnisnya,
dukungan aplikasi dan infrastruktur teknik, maka perlu untuk mengemukakan aspek dan
domain yang berbeda serta hubungannya satu sama lain.

Tetapi kembali lagi, apa yang sebenarnya dimaksud dengan arsitektur? Bahkan didalam
bangunan dan konstruksi, terdapat ambiguitas dalam istilah arsitektur. Hal ini dapat
menunjukkan seni dan ilmu dari merancang lingkungan bangunan, atau produk dari desain
tersebut. Dengan demikian, istilah arsitektur dapat terdiri baik blueprint sebuah bangunan dan
prinsip-prinsip umum yang mendasari seperti gaya arsitektur.

Terdapat banyak aliran pemikiran yang berbeda mengenai definisi arsitektur. Beberapa
menyatakan serapan istilah ‘arsitektur’ didalam konteks TI semata-mata untuk prinsip dan
batasan pada ruang desain. Pada modul ini, definisi arsitektur akan merujuk pada IEEE 1471-
2000 / ISO/IEC 42010:2007 (IEEE Computer Society 2000), yaitu:

Arsitektur adalah organisasi fundamental dari sebuah sistem diwujudkan dalam


komponennya, hubungannya satu sama lain, dan terhadap lingkungan, serta terhadap prinsip
pedoman dalam merancang dan evolusinya.
Definisi ini mengakomodasi baik blueprint maupun prinsip-prinsip umum. Lebih lanjut,
arsitektur dapat didefinisikan sebagai ‘struktur dengan sebuah visi’. Sebuah arsitektur
memberikan pandangan terintegrasi terhadap sistem yang dirancang atau dipelajari.

Sebagaimana definisi arsitektur, maka digunakan pula dua istilah penting yang terdapat dalam
standar IEEE. Istilah pertama adalah ‘stakeholder’, didefinisikan sebagai:

Stakeholder adalah seorang individu, tim atau organisasi (atau sejenis kelas dari hal tersebut)
yang berkepentingan atau berhubungan terhadap sebuah sistem.

Kebanyakan stakeholder dari sebuah sistem kemungkinan tidak tertarik dengan arsitektur
sistem, tetapi hanya tertarik pada dampaknya. Seorang arsitek harus mewaspadai ketertarikan
ini dan mendiskusikannya dengan stakeholder, dan demikian harus dapat menjelaskan
arsitektur kepada seluruh stakeholder yang terlibat, yang seringkali memiliki latar belakang
yang sama sekali berbeda.

1.2 Arsitektur Enterprise

Lebih jauh, istilah arsitektur diaplikasikan dengan batasan yang lebih luas dari domain teknikal
dan TI. Disiplin enterprise engineering yang muncul, memandang enterprise secara
keseluruhan sebagai sistem yang sengaja dirancang yang dapat beradaptasi dan dirancang ulang
dalam cara sistematis dan terkendali. Sebuah ‘enterprise’ dalam konteks ini menurut The Open
Group (2009) dapat didefinisikan sebagai:

Enterprise adalah setiap kumpulan organisasi yang memiliki sekumpulan sasaran yang sama
atau inti tunggal yang sama.

Arsitektur pada level dari seluruh organisasi umumnya diacu sebagai ‘enterprise architecture’.
Hal ini mengarahkan pada definisi enterprise architecture, yaitu:

Enterprise architecture adalah sebuah keseluruhan prinsip, metode, dan model yang koheren,
yang digunakan dalam merancang dan mewujudkan struktur organisasi, proses bisnis, sistem
informasi dan infrastruktur enterprise.

Enterprise architecture menangkap esensi dari bisnis, TI dan evolusinya. Idenya adalah bahwa
esensi lebih stabil daripada solusi khusus yang ditemukan untuk masalah saat ini. Arsitektur
dengan demikian membantu mempertahankan esensi dari bisnis, dengan tetap
memperbolehkan fleksibilitas dan adaptivitas maksimal. Tanpa arsitektur yang baik sangat
susah untuk mencapai kesuksesan bisnis.

Karakteristik penting dari sebuah enterprise architecture adalah ia memberikan sebuah


pandangan menyeluruh terhadap enterprise. Didalam domain individu, optimisasi local akan
terjadi dan dari titik pandang reduksionis, arsitektur didalam domain ini mungkin optimal.
Bagaimanapun, kebutuhan ini tidak mengarah pada situasi yang diinginkan perusahaan sebagai
sebuah keseluruhan. Contohnya, infrastruktur teknik yang dioptimasi dengan tinggi
menawarkan kinerja baik dengan biaya rendah dapat menjadi terlalu kaku dan tidak fleksibel
jika hal tersebut diperlukan untuk mendukung proses bisnis yang sangat lincah dan berubah
secara cepat. Sebuah arsitektur enterprise yang baik memberikan wawasan yang dibutuhkan
untuk menyeimbangkan kebutuhan ini dan memfasilitasi perubahan dari strategi perusahaan
ke operasi sehari-hari.

Untuk mencapai kualitas ini didalam arsitektur enterprise, menyatukan informasi dari domain
yang tidak berhubungan sebelumnya memerlukan sebuah pendekatan yang dipahami oleh
seluruh pihak yang terlibat dari domain yang berbeda ini. Keterbalikannya dengan arsitektur
bangunan, kerangka referensi yang sama masih kurang didalam bisnis dan TI. Pada praktek
saat ini, deskripsi arsitektur sangat beragam, tiap domain memiliki teknik deskripsi masing-
masing, baik tekstual atau grafikal, informal atau dengan makna yang tepat. Setiap ranah
berbicara dengan bahasanya sendiri, mengembangkan model sendiri dan menggunakan teknik
dan alat yang beragam. Komunikasi dan pembuatan keputusan diseluruh domain ini secara
serius sangatlah buruk.

Apa yang merupakan bagian dari arsitektur enterprise, dan apa yang hanya sebuah
implementasi didalam arsitektur tersebut, merupakan sesuatu yang bisnis definisikan menjadi
arsitektur, dan apa yang tidak. Arsitektur menandai pembagian antara apa yang tidak harus
dicampuri dan apa yang harus dilengkapi secara bebas. Hal ini menempatkan kebutuhan akan
kualitas yang baik pada arsitektur. Kualitas bermakna bahwa arsitektur membantu dalam
mencapai inti tujuan bisnis. Didalam membangun dan memelihara sebuah arsitektur, pilihan
harus terkait pada tujuan bisnis dan harus rasional.

Meskipun arsitektur menangkap bagian bisnis dan teknologi yang relative stabil, tiap arsitektur
perlu untuk mengakomodasi dan memfasilitasi perubahan, produk arsitektur dengan demikian
memiliki status sementara. Perubahan arsitektur karena perubahan lingkungan dan peluang
teknologi baru muncul, dan karena pandangan baru mengenai apa yang penting bagi bisnis.
Untuk memastikan hal penting ini didiskusikan, sebuah arsitektur yang baik secara jelas
menunjukkan hubungan dari keputusan arsitektural terhadap tujuan bisnis dari enterprise.

Instrument diperlukan untuk menciptakan dan menggunakan arsitektur enterprise masih tetap
bertumbuh. Untuk menciptakan sebuah perspektif terintegrasi dari sebuah enterprise,
diperlukan teknik untuk menjelaskan arsitektur dalam cara yang koheren dan
mengkomunikasikan hal ini kepada stakeholder yang relevan. Lebih lanjut, arsitektur
merupakan subjek perubahan, dan metode untuk menganalisa dampak perubahan perlu
direncanakan dalam pengambangan masa yang akan datang. Seringkali, seorang arsitek
enterprise hanya bergantung pada metode dan teknik yang ada dari domain yang berbeda, tanpa
mampu menciptakan ‘big picture’ yang menempatkan bersama seluruh domain. Hal ini
memerlukan serangkan metode dan teknik terintegrasi untuk spesifikasi, analisis dan
komunikasi dari arsitektur enterprise yang memenuhi kebutuhan tipe stakeholder yang
berbeda-beda. Untuk itu dalam studi arsitektur enterprise ini, akan diperkenalkan pendekatan
tersebut. Model, view, presentasi dan analisis arsitektur, keseluruhan hal tersebut membantu
untuk menjembatani celah komunikasi antara arsitek dan stakeholder (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Komunikasi mengenai arsitektur.

1.3 Proses Arsitektur

Arsitektur merupakan sebuah proses sebagaimana sebuah produk. Produk memberikan


pedoman bagi manajer dalam merancang proses bisnis dan pengembang sistem dalam
membangun aplikasi dalam cara yang selaras dengan tujuan dan kebijakan bisnis. Dampak dari
proses mencapai lebih dari sekedar terciptanya produk arsitektur, akan munculnya kesadaran
stakeholder yang memperhatikan tujuan bisnis dan aliran informasi. Juga, setelah arsitektur
diciptakan maka perlu dipelihara. Bisnis dan TI secara terus menerus berubah. Evolusi konstan
ini, idealnya sebuah proses rasional. Perubahan harus diinisiasi ketika orang yang berkuasa
melihat sebuah peluang untuk memperkuat tujuan bisnis.

Proses arsitektur terdiri atas langkah-langkah yang mengambil sebuah ide awal melalui tahap
desain dan implementasi pada sebuah sistem operasional, dan akhirnya mengubah atau
menggantikan sistem ini, mengakhir putaran. Dalam seluruh tahap proses arsitektur,
komunikasi yang jelas dengan dan antara stakeholder sangat diperlukan. Deskripsi arsitektur
melalui sebuah siklus hidup yang berhubungan dengan proses desain (Gambar 1.2). Produk
arsitektur yang berbeda didalam siklus hidup ini didiskusikan dengan stakeholder, disetujui,
direvisi, dll, dan memainkan sebuah peran penting didalam membangun kerangka referensi
umum untuk seluruh pihak yang terlibat.
Gambar 1.2 Deskripsi siklus hidup arsitektur.

1.4 Pendorong Arsitektur Enterprise

Tidak perlu ditekankan bahwa tiap organisasi memiliki keuntungan ketika memiliki
pemahaman yang jelas akan struktur, produk, operasi, teknologi dari organisasi dan hubungan
relasi yang mengikat bersama hal tersebut dan menghubungkan organisasi dengan
sekelilingnya. Selain hal tersebut, terdapat penekan eksternal yang harus dihitung, baik dari
pelanggan, pensuplai dan rekanan bisnis lainnya dan dari badan regulasi. Terutama jika sebuah
perusahaan menjadi lebih besar dan lebih kompleks, praktek arsitektur yang baik menjadi
sangat diperlukan. Untuk itu akan dibahas secara singkat mengenai pendorong internal dan
eksternal yang paling penting dan secara umum dikenal untuk membangun sebuah arsitektur
enterprise.

1.4.1 Pendorong Internal

Penyelarasan Bisnis – TI biasanya dikenal sebagai instrument penting untuk merealisasikan


efektifitas organisasi. Efektifitas tersebut tidak diperoleh oleh optimasi lokal, tetapi
direalisasikan dengan interaksi dari komponen arsitektur yang diatur secara baik. Efektifitas
didorong oleh hubungan antara komponen daripada oleh spesifikasi rinci dari tiap komponen
individual.

Model penyelarasan strategic yang terkenal adalah model Henderson dan Venkatraman (1993),
membedakan antara aspek-aspek dari strategi bisnis dan infrastruktur organisasi pada satu sisi,
dan strategi TI dan infrastruktur TI pada sisi lainnya (Gambar 1.3). Model memberikan empat
perspektif dominan yang digunakan untuk menangani penyelarasan antara aspek-aspek ini.
Seseorang dapat mengambil strategi bisnis sebagai titik mulai, dan memperoleh infrastruktur
TI baik melalui strategi TI atau melalui infrastruktur organisasi. Kebalikannya, seseorang dapat
berfokus pada IT sebagai enabler dan memulai dari strategi TI, memperoleh infrastruktur
organisasi melalui strategi bisnis atau berdasarkan pada infrastruktur TI. Didalam setiap
perspektif ini, sebuah arsitektur enterprise dapat menjadi sangat berharga membantu eksekusi
strategi bisnis atau strategi TI.

Gambar 1.3 Model penyelarasan strategi (Henderson dan Venkatraman, 1993).

Nedler dkk. (1992) mengidentifikasi empat komponen penyelarasan yang relevan: work,
people, formal organization dan informal organization. Labovitz dan Rosansky (1997)
menekankan penyelarasan dimensi horizontal dan vertical dari sebuah organisasi. Penyelarasan
vertical mendeskripsikan hubungan diantara strategi tingkat atas dan orang pada tingkat bawah,
dimana penyelarasan horizontal mendeskripsikan hubungan antara proses internal dan
pelanggan eksternal. Tentu saja, dunia penyelarasan bisnis – TI sangat beragam dan rumit.
Dalam mengatasi kompleksitas ini, arsitektur enterprise merupakan bantuan yang bernilai.

Dalam Gambar 1.4, arsitektur enterprise diposisikan didalam konteks pengelolaan enterprise.
Pada bagian atas piramida, akan dilihat misi enterprise: mengapa enterprise tersebut hadir? Visi
menyatakan ‘gambaran masa depan’ dan nilai yang dipegang oleh enterprise. Berikutnya
adalah strategi, yang menyatakan rute yang akan diambil enterprise dalam mencapai visi dan
misi. Hal ini ditranslasikan menjadi sasaran konkrit yang memberikan arahan dan memberikan
tonggak didalam mengeksekusi strategi. Mentranslasi sasaran ini menjadi perubahan konkret
untuk operasi perusahaan sehari-hari adalah peran arsitektur enterprise. Arsitektur enterprise
menawarkan sebuah perspektif menyeluruh dari operasi saat ini dan masa depan, dan pada
tindakan yang harus diambil untuk mencapai sasaran perusahaan.

Selanjutnya pada arsitektur, yang dapat dipandang sebagai bagian ‘hard’ dari perusahaan,
bagian ‘soft’ yaitu budaya perusahaan dibentuk oleh orang dan kepemimpinan didalam
perusahaan, dan merupakan hal yang sama penting untuk mencapai sasaran enterprise. Pada
bagian terakhir dapat dilihat operasi enterprise sehari-hari.
Gambar 1.4 Arsitektur enterprise sebagai sebuah instrument manajemen.

Beberapa orang melihat bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang statis, mengekang segala
sesuatu didalam aturan dan batasannya, dan menghambat inovasi. Hal ini merupakan sebuah
kesalahan pemahaman. Sebuah arsitektur yang didefinisikan dengan baik, merupakan sebuah
asset penting didalam memposisikan pengembangan baru dalam konteks dari proses, sistem TI
dan asset lain yang ada dari sebuah organisasi, dan membantu dalam mengidentifikasi
perubahan yang diperlukan. Dengan demikian, praktek arsitektural yang baik membantu
sebuah perusahan berinovasi dan berubah dengan menyediakan stabilitas dan fleksibilitas.
Pemahaman diberikan oleh sebuah arsitektur enterprise diperlukan, pada satu sisi dalam
menentukan kebutuhan dan prioritas untuk perubahan dari sebuah perspektif bisnis, dan pada
sisi lainnya didalam menilai bagaimana perusahaan memperoleh keuntungan dari inovasi
teknologi dan bisnis.

Lebih lanjut, arsitektur merupakan sebuah instrument strategis dalam mengarahkan sebuah
organisasi melalui sebuah kursus pengembangan yang terencana. Ross dkk. (2006)
menunjukkan bahwa enterprise yang sukses menggunakan sebuah ‘model operasi’ dengan
pilihan yang jelas pada level integrasi dan standarisasi proses bisnis diseluruh perusahaan
(Gambar 1.5). model operasi ini harus sesuai baik pada area bisnis maupun tahap
perkembangannya.
Gambar 1.5 Model operasi (Ross dkk., 2006).

Ross dkk. Menjelaskan peran arsitektur enterprise sebagai sebuah logika pengorganisasian
untuk proses bisnis dan infrastruktur TI, yang harus merefleksikan kebutuhan integrasi dan
standarisasi dari model operasional.

Akhirnya, dalam meningkatkan dunia yang saling terhubung, tidak ada enterprise yang dapat
berfokus hanya pada operasinya. Untuk menggenggam interkoneksi dengan jumlah besar
dengan pelanggan, pensuplai dan partner lainnya, sebuah arsitektur enterprise merupakan asset
yang bernilai. Sebuah contoh yang terlihat dari hal ini adalah bagian sourcing dari proses bisnis
dan atau operasi TI perusahaan. Agar proyek sourcing sukses, sangat penting untuk memiliki
wawasan yang jelas secara tepat aktifitas dan tanggungjawab seluruh rekanan yang terlibat,
dan apa layanan dan antarmuka diantara rekanan tersebut.

1.4.2 Pendorong Eksternal

Untuk mengeksekusi strategi organisasi secara efektif dan mengoptimasi operasinya maka juga
terdapat tekanan eksternal yang mendorong organisasi menuju pengadopsian praktek arsitektur
enterprise. Meningkatnya permintaan dari kerangka kebijakan bahwa perusahaan dan institusi
pemerintah harus dapat membutiktikan bahwa keduanya memiliki wawasan yang jelas akan
operasinya dan dapat memenuhi hukum yang ditetapkan.

Di Amerika Seritkat, Clinger-Cohen Act pada 1996, yang juga dikenal sebagai Information
Technology Management Reform Act, meminta bahwa setiap badan pemerintahan harus
memiliki sebuah arsitektur TI, yang didefinisikan sebagai: ‘sebuah kerangka kerja terintegrasi
untuk perkembangan atau pemeliharaan teknologi informasi yang ada dan memperoleh
teknologi informasi baru untuk mencapai sasaran strategis badan dan sumberdaya informasi
sasaran manajemen.’ Bagian 5125 (b) dari Act menugaskan tanggungjawab Chief Information
Officer dari badan, yakni ‘mengembangkan, memilihara dan memfasilitasi implementasi saran
dan arsitektur teknologi informasi yang terintegrasi.’ Departemen Pertahanan Amerika Serikat
bahwa memerintahkan seluruh TI patuh pada hukum ini, termasuk didalam persenjataan dan
program sistem persenjataan.

Hukum Clinger-Cohen telah menjadi stimulus penting didalam pengembangan arsitektur


enterprise sebagai sebuah disiplin, tidak hanya didalam konteks pemerintahan, tetapi juga
secara umum.

Kerangka kerja adequacy pusat yang dikenal sebagai Basel II, dikeluarkan pada 2004 oleh
gubernur bank sentral dan kepada bank pada Negara G10, menempatkan prasyarat pada
organisasi perbankan terkait pada manajemen resiko keuangannya, untuk mendorong stabilitas
didalam dunia perbankan. Kerangka kerja Basel II memaksakan aturan ketat pada bank didalam
manajemen dan pengukuran resikonya, dengan implikasi yang sangat luas baik pada
organisasinya dan sistem TI bank. Kerangka kerja memberikan tambahan eksplisit dalam
bentuk prasyarat capital tingkat bawah bagi bank untuk mengadopsi pengukuran resiko yang
lebih komprehensif dan akurat sebagaimana proses yang lebih efektif untuk mengendalikan
paparan terhadap resiko. Hal ini terdiri baik resiko kredit dan resiko operasional. Resiko
operasional didefinisikan sebagai resiko kehilangan yang dihasilkan dari proses internal yang
tidak handal dan gagal, atau orang dan sistem atau dari peristiwa eksternal. Berdasarkan
batasan yang luas dan prasyarat pada manajemen resiko yang rinci, untuk memenuhi Basel II
akan sangat susah tanpa sebuah pendekatan arsitekturan.

Hukum lainnya di Amerika Serikat yaitu Hukum Sarbanes-Oxley pada 2002, memiliki dampak
utama. Hukum ini, yang secara formal diketahui sebagai hukum Reformasi Akuntansi
Perusahaan Publik dan Perlindungan Investor, dikeluarkan setelah peristiwa skandal Enron,
untuk memaksa perusahaan mengadopsi praktek tatakelola korporasi yang baik untuk membuat
eksekutif perusahaan secara personal bertanggungjawab. Aturan akuntabilitas ini sangat
penting untuk untuk sebuah perusahaan, yang menjelaskan secara jelas apa tanggungjawab
yang dimiliki oleh tiap karyawan. Sistem TI harus memberikan informasi akuntansi yang dapat
melakukan audit yang diperlukan oleh Hukum, dan harus memaksa penggunanya untuk
memiliki otorisasi yang sesuai. Arsitektur enterprise dapat menjadi bantuan dalam memberikan
wawasan yang diperlukan, dan banyak perusahaan memperbaiki praktek arsitekturnya untuk
mematuhi aturan ini. Dan karena Hukum ini diaplikasikan pada seluruh perusahaan yang
memiliki saham pada bursa saham Amerika Serikat maka hal ini memiliki dampak global.

Anda mungkin juga menyukai