Deskripsi Singkat
Sub pokok ini memberikan sebuah gambaran sekilas mengenai metode dan teknik yang
digunakan saat ini dalam arsitektur enterprise. Deskripsi ini hanya berupa gambaran, karena
ranah arsitektur enterprise berkembang sangat cepat. Gambaran ini setidaknya memberikan
kilasan mengenai metode dan teknik yang dapat memberikan kesan kemajuan didalam ranah
arsitektur enterprise. Pertama, arsitektur enterprise diposisikan berhubungan dengan sejumlah
standar dan best practice didalam manajemen TI dan manajemen secara umum. Kedua, akan
diberikan ikhtisar mengenai framework dan metode yang paling penting untuk arsitektur
enterprise yang saat ini digunakan. Selanjutnya akan didiskusikan mengenai orientasi layanan,
paradigma arsitektural yang paling penting yang muncul beberapa tahun terakhir. Dan terakhir
akan dideskripsikan sejumlah bahasa yang relevan untuk pemodelan organisasi, proses bisnis,
aplikasi, dan teknologi.
Capaian Pembelajaran
a. Hubungan antara arsitektur enterprise dengan berbagai instrumen tata kelola organisasi.
b. Pendahuluan mengenai metode dan framework arsitektur enterprise.
c. Berbagai bahasa deskripsi yang dapat digunakan untuk menggambarkan proses
organisasi.
d. Pendahuluan mengenai arsitektur berorientasi layanan.
Pada bagian ini akan dideskripsikan bagaimana arsitektur enterprise diposisikan didalam
konteks tata kelola korporat dan tata kelola TI dengan menghubungkannya ke sejumlah best
practice dan standar yang telah dikenal didalam manajemen umum dan manajemen TI, seperti
digambarkan pada Gambar 2.1. Pada bagian selanjutnya, akan dikemukakan secara singkat
hubungan arsitektur enterprise dengan praktek manajemen terkenal dalam tiap area ini, dimana
ditunjukkan posisi dan peran arsitektur enterprise didalam konteks manajemen, yaitu:
Balanced Scorecard (BSC) dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992) sebagai sebuah
sistem manajemen yang membantu enterprise untuk mengklarifikasi dan
mengimplementasikan visi dan strateginya. Pada era tradisional, fokus manajemen secara kuat
berada pada aspek financial. Kaplan dan Norton membantah bahwa ukuran financial sendiri
tidak cukup untuk membantu pengembangan sebuah organisasi pada masa depan, dan bahwa
organisasi harus disuplemen dengan ukuran terkait dengan kepuasan pelanggan, proses internal
dan kemampuan berinovasi.
BSC dengan demikian menyarankan memandang sebuah enterprise dari empat perspektif.
Perspektif Customer menanyakan bagaimana enterprise seharusnya tampak terhadap
pelanggannya, dengan ukuran seperti kepuasan pelanggan. Perspektif Financial berfokus pada
nilai bisnis yang diciptakan oleh enterprise, melibatkan ukuran seperti nilai shareholder.
Perspektif Internal Business Process melihat pada efektifitas dan efisiensi dari operasi internal
perusahaan, khususnya pada proses utama yang berorientasi misi perusahaan. Terakhir,
perspektif Learning and Growth menujukan kemampuan korporat dan individu untuk berubah
dan bertambah baik, merupakan hal kritis pada setiap organisasi yang berkonsentrasi pada
pengetahuan. Untuk tiap keempat perspektif, BSC mengajukan empat lapis struktur, yaitu:
• Objective
• Measure
• Target
• Inisiative
Jika dilihat pada peran arsitektur enterprise sebagai sebuah instrument manajemen, hal ini akan
berguna khususnya didalam perspektif Internal Business Process dari BSC. Banyak matriks
operasional dapat dilekatkan pada arsitektur enterprise yang didefinisikan dengan baik dan
berbagai analisis kinerja dapat dilakukan. Lebih lanjut, arsitektur enterprise memiliki kegunaan
yang lebih luas. Dalam perspektif Learning dan Growth, kemampuan sebuah perusahaan untuk
berkembang, mengantisipasi dan merespon perubahan lingkungan merupakan hal yang vital.
Untuk menentukan kelincahan organisasi, sangat penting untuk menilai apa saja dampak dan
kemungkinan dari perubahan pada masa depan. Analisis dampak dari sebuah arsitektur
enterprise dapat membantu penilaian tersebut.
Pendekatan manajemen penting lainnya adalah EFQM (European Foundation for Quality
Management) Excellence Model (EFQM 2003). Model ini pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1992 sebagai framework untuk menilai aplikasi pada The European Quality Award,
diinspirasi oleh Model Malcolm Baldrigde (USA) dan Deming Prize (Japan).
Model EFQM memiliki batasan yang lebih luas dari ISO 9001, tidak hanya berfokus pada
manajemen kualitas, tetapi memberikan seluruh kerangka kerja manajemen untuk kesuksesan
kinerja seluruh organisasi. Model EFQM terdiri atas sembilan kriteria untuk excellence, lima
adalah ‘enabler’, mencakup apa yang dilakukan organisasi, dan empat adalah ‘result’,
mencakup apa yang dicapai organisasi. Kriteria ini dan hubungan saling membutuhkan
ditunjukkan dalam bentuk diagram pada Gambar 2.2. Leadership dan Policy & Strategy
menentukan arah dan fokus dari enterprise, berdasarkan pada hal ini, People, Partnership &
Resource dari Enterprise beserta prosesnya membuat ketiga hal tersebut terjadi. Stakeholder
dari hasil yang dicapai adalah Customer dari organisasi, People didalam organisasi, dan Society
secara umum, dan hasil stakeholder ini berkonstribusi pada Key Performance Results dari
enterprise, yang terdiri atas aspek financial dan non financial. Model EFQM memberikan
prinsip, ukuran, dan indicator untuk menilai kinerja sebuah enterprise didalam seluruh aspek
ini, dan pengukuran ini merupakan dasar dari pembelajaran terus menerus, inovasi, dan
perbaikan.
Keseluruhan ini juga membedakan secara utama model EFQM dari BSC, dimana BSC
berfokus pada pengembangan manajemen strategis yang efektif, sedangkan EFQM
berkonsentrasi pada pengukuran dan perbandingan kinerja sebuah organisasi dengan
menimbang pada sejumlah best practice. Keduanya saling melengkapi, BSC membantu untuk
membuat pilihan strategi, dan model EFQM membantu perbaikan terus menerus yang
diperlukan untuk melaksanakan strategi ini.
Gambar 2.2. EFQM excellence model (2003).
Memposisikan arsitektur enterprise terkait pada model EFQM, maka hal tersebut dipandang
secara khusus sebagai instrument penting untuk aspek Policy & Strategy serta Processes.
Berdasarkan pada misi dan visinya, sebuah organisasi akan menentukan kebijakan dan strategi
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan yang akan datang serta ekspektasi
dari stakeholdernya. Sebuah arsitektur MN jHgfeddgenterprise merupakan instrument yang
berharga didalam mengoperasionalkan dan mengimplementasi kebijakan dan strategi ini.
Pertama, arsitektur enterprise memberikan wawasan kedalam struktur dan operasi enterprise
keseluruhan dengan menciptakan pandangan pada struktur, proses bisnis, sistem informasi dan
infrastruktur organisasi.
Pandangan tersebut sangat penting ketika memformulasikan strategi yang koheren. Lebih
lanjut, sebuah arsitektur enterprise membantu dalam mengembangkan, mengelola dan
mengkomunikasikan standar operasi perusahaan, diperlukan untuk memastikan bahwa
kebijakan perusahaan diimplementasikan secara benar. Terakhir, enterprise arsitektur
memberikan pemahaman yang lebih baik dari dampak perubahan, hal ini merupakan bantuan
bernilai dalam menciptakan roadmap untuk masa depan, diperlukan untuk menilai dan
mengeksekusi strategi enterprise jangka panjang.
Standar ISO 9001:2000 (ISO 2000) dari International Organisation for Standardisastion (ISO)
mengemukakan kriteria untuk quality management system (QMS) yang baik. Berdasarkan
pada kebijakan kualitas dan sasaran kualitas, sebuah perusahaan merancang dan
mendokumentasikan sebuah QMS untuk mengendalikan bagaimana proses dilakukan.
Prasyarat dari standar mencakup apapun dari bagaimana sebuah perusahaan merencanakan
proses bisnisnya, pada bagaimana hal tersebut dilakukan, diukur dan diperbaiki.
Memulai dari yang umum, seluruh prasyarat, standar menyatakan tanggungjawab dari
manajemen untuk QMS. Hal ini kemudian memberikan prasyarat untuk sumberdaya, termasuk
personel, pelatihan, fasilitas, dan lingkungan kerja. Permintaan pada apa yang disebut ‘realisasi
produk’, yaitu proses bisnis yang merealisasikan produk atau servis adalah inti dari standar.
Proses kunci, misal proses yang mempengaruhi kualitas produk atau servis, harus diidentifikasi
dan didokumentasikan. Hal ini termasuk perencanaan, proses terkait pelanggan, perancangan,
pembayaran dan pengendalian proses. Terakhir, prasyarat diukur, dianalis dan perbaikan dari
proses bisnis tersebut. Setelah sistem kualitas dipasang, sebuah perusahaan dapat meminta
audit oleh sebuah Resistrar. Jika hal tersebut mematuhi seluruh kriteria, perusahaan akan
teregistrasi dengan ISO 9001.
Dalam perspektif manajemen kualitas secara umum dan ISO 9001 secara khusus, arsitektur
enterprise memiliki kontribusi utama dalam desain, manajemen dan dokumentasi terintegrasi
dari proses bisnis, dan sistem TI pendukung. Arsitektur enterprise yang dirancang dan
didokumentasikan dengan baik membantu sebuah organisasi untuk mematuhi prasyarat ISO
9001 pada identifikasi dan dokumentasi proses.
Keterbalikannya, kebutuhan untuk QMS akan mengarahkan fokus pada inisiatif sebuah
arsitektur enterprise, dengan menempatkan penekanan pada proses dan sumberdaya yang
merupakan hal penting untuk kualitas dan produk perusahaan. Dalam cara ini, manajemen
kualitas dan arsitektur enterprise membentuk sebuah kombinasi alami, manajemen kualitas
terkait pada apa kebutuhan yang perlu dirancang, didokumentasikan, dikendalikan, diukur dan
diperbaiki, sedangkan arsitektur enterprise menentukan bagaimana proses dan sumber daya
kualitas tinggi ini diorganisir dan direalisasikan.
COBIT (Control Objective for Information and related Technology) merupakan standar untuk
tata kelola TI yang dikeluarkan pada tahun 1996 oleh Information Systems Audit and Control
Association (ISACA). Saat ini COBIT telah menjadi standar internasional sebagai kerangka
kerja control TI yang memberikan organisasi ‘good practice’ yang membantu dalam
mengimplementasikan sebuah struktur tata kelola TI diseluruh enterprise. Hal tersebut
bertujuan untuk menjembatani celah antara resiko bisnis, kebutuhan kendali, dan isu teknikal.
Premis dasar dari COBIT adalah dalam rangka memberikan informasi yang dibutuhkan
organisasi untuk mencapai tujuannya, sumberdaya TI perlu dikelola oleh sekumpulan proses
yang dikelompokkan secara natural.
Inti dari framework COBIT adalah control objective dan management guideline untuk 34
proses TI, yang dikelompokkan kedalam empat domain, yaitu planning and organization,
acquisition and implementation, delivery and support, and monitoring. Disini, ‘control’
didefinisikan oleh COBIT sebagai kebijakan, prosedur, praktek, dan struktur organisasi yang
dirancang untuk memberikan kepastian bahwa tujuan bisnis akan dicapai dan bahwa peristiwa
yang tidak diinginkan akan dicegah atau dideteksi dan diperbaiki. Control objective dapat
membantu mendukung tata kelola TI didalam sebuah enterprise. Contoh, control objective
dapat membantu dan memberikan saran proses pelanggan TI yang terdiri atas membangun
sebuah help desk, registrasi dari pencarian pelanggan, eskalasi pencarian pelanggan, memantau
keterbukaan, dan analisis dan pelaporan tren.
COBIT memberikan critical success factor untuk mencapai kendali optimal pada seluruh
proses TI, indicator sasaran kunci, yang menilai apakah sebuah proses TI memenuhi prasyarat
bisnis dan KPI nya, yang mendefenisikan seberapa baik proses TI dilakukan menuju
pencapaian sasarannya.
Berdasarkan pada COBIT, sebuah arsitektur yang didefinisikan dengan baik merupakan basis
dasar untuk pengendalian lingkungan internal yang baik. Pada banyak enterprise, organisasi TI
akan bertanggungjawab untuk membangun dan memelihara arsitektur enterprise. Dimana
COBIT berfokus pada bagaimana seseorang harus mengorganisir fungsi TI dari sebuah
organisasi, arsitektur enterprise berkonsentrasi secara utama pada struktur bisnis dan struktur
TI, proses, informasi dan teknologi dari enterprise. Dengan demikian, arsitektur enterprise
melengkapi COBIT.
Terkait pada level kematangan COBIT, arsitektur enterprise akan relevan pada level paling
atas. Pada level berulang, kesadaran pertama akan nilai arsitektur akan muncul, tetapi tidak ada
praktek arsitektur yang dibangun pada level enterprise. Hanya dari level terdefinisi, arsitektur
enterprise dikenal dan digunakan sebagai instrument penting dalam merancang dan mengelola
pengembangan TI dalam koordinasi dengan kebutuhan bisnis.
ITIL (IT Infrastructure Library) merupakan sekumpulan best practice didalam domain
penyampaian servis TI. Dikembangkan pertama kali oleh UK Office of Government
Commerce (OCG), untuk memperbaiki manajemen servis TI di pemerintah pusat UK. Tujuan
OCG pada satu sisi adalah menciptakan sekumpulan best practice untuk kualitas manajemen
servis TI yang komprehensif dan konsisten, dan pada satu sisi lainnya adalah untuk mendorong
sector privat untuk mengembangkan pelatihan, konsultasi, dan peralatan yang mendukung
ITIL. Saat ini ITIL merupakan standar de facto untuk manajemen layanan TI. Kelompok
pengguna ITIL, IT Service Management Forum (itSMF), secara aktif mendorong pertukaran
informasi dan pengalaman untuk membantu penyedia layanan TI mengelola penyampaian
servis.
ITIL terdiri atas serangkaian dokumen yang memberikan panduan pada pemberian layanan TI
yang baik, dan pada fasilitas yang diperlukan untuk mendukung TI. ITIL memiliki pendekatan
berorientasi proses untuk manajemen layanan. ITIL memberikan kode praktek yang membantu
organisasi membangun manajemen berkualitas mengenai layanan dan infrastruktur TInya,
Dimana ‘kualitas’ didefinisikan sebagai ‘sesuai terhadap kebutuhan bisnis dan kebutuhan
pengguna sebagaimana hal tersebuh berubah.’ ITIL melakukan hal ini dengan memberikan
pedoman pada desain dan implementasi dari berbagai proses didalam organisasi TI. Inti ITIL
terdiri atas dua kelompok proses besar, yaitu:
• Service Delivery, terdiri atas manajemen level layanan, manajemen ketersediaan,
manajemen keuangan untuk layanan TI, manajemen kontingensi layanan TI, dan
manajemen kapasitas.
• Service Support, melingkupi manajemen masalah, manajemen insiden, service desk,
manajemen perubahan, manajemen release, dan manajemen konfigurasi.
ITIL merupakan pelengkap COBIT. Level atas control objective dari COBIT dapat
diimplementasikan melalui penggunaan ITIL. Contohnya, modul help desk ITIL, melengkapi
dan memberikan rincian pada proses help desk termasuk perencanaan, implementasi, post
implementasi, keuntungan dan biaya, serta peralatan. Sehingga, control objective COBIT
memberitau apa yang dilakukan dan ITIL menjelaskan bagaimana melakukan hal tersebut,
proses best practice adalah untuk merealisasikan tujuan ini.
Manajemen asset TI dari sebuah organisasi merupakan hal sentral bagi ITIL, arsitektur
enterprise yang dikembangkan dengan baik akan sangat berguna bagi hal tersebut. Hal ini
memberikan manajer TI pemahaman yang jelas mengenai aplikasi dan infrastruktur TI, proses
bisnis terkait, dan beragam kebergantungan diantara domain ini.
Capability Maturity Model untuk Software (Paulk dkk. 1993), dikenal juga sebagai CMM dan
SW – CMM, merupakan sebuah model untuk menilai kematangan dari proses rekayasa
software organisasi, dan memberikan organisasi praktek-praktek kunci yang diperlukan untuk
membantu meningkatkan kematangan dari proses ini. Pada tahun 2000, SW-CMM diubah
menjadi CMMI (Capibility Maturity Model Integrated), yang mengalamatkan integrasi
pengembangan perangkat lunak dengan aktifitas rekayasa dan lainnya dan memperluas batasan
untuk membentuk keseluruhan siklus hidup produk, termasuk rekayasa sistem, pengembangan
produk dan proses terintegrasi, dan sourcing pensuplai. Pada model kematangan CMMI,
terdapat lima level kematangan, setiap lapisan didalam dasar untuk perbaikan proses berlanjut
ditandai dengan nomor 1 – 5:
a. Initial: proses biasanya ad hoc dan kacau. Organisasi tidak memberikan lingkungan
yang stabil. Kesuksesan didalam organisasi ini bergantung pada kompetensi dan
kepahlawanan orang-orang didalam organsasi dan tidak pada penggunaan proses yang
terbukti.
b. Managed: proyek dari organisasi telah memastikan bahwa kebutuhan dikelola dan
proses direncanakan, dilakukan, diukur, dan dikendalikan. Lebih lanjut, proses sedikit
berbeda didalam setiap contoh khusus, misal pada proyek tertentu.
c. Defined: proses telah dikarakteristikkan dan dipahami dengan baik, dan dideskripsikan
dalam standar, prosedur, peralatan dan metode. Standar ini digunakan untuk
membangun konsistensi diseluruh organisasi. Proses membangun proses terdefinisinya
dengan menggabungkan sekumpulan standar proses organisasi berdasarkan pada
pedoman penggabungan.
d. Quantitavely managed: tujuan kuantitatif untuk kualitas dan proses dari kinerja
dibangun dan digunakan sebagai kriteria dalam mengelola proses. Tujuan kuantitatif
didasarkan pada kebutuhan pelanggan, pengguna akhir, organsasi, dan
pengimplementasi proses.
e. Optimizing: kinerja proses secara terus menerus diperbaiki melalui perbaikan teknologi
incremental dan inovatif. Tujuan perbaikan proses kuantitatif untuk organisasi
dibangun, secara terus menerus diperbaiki untuk merefleksikan perubahan kebutuhan
bisnis, dan digunakan sebagai kriteria dalam mengelola perbaikan proses.
CMMI memberikan banyak pedoman untuk menilai kematangan dari sebuah organisasi dan
perbaikan yang diperlukan didalam berbagai area proses untuk berangkat dari satu level ke
level berikutnya.
Pada setiap proyek rekayasa perangkat lunak dengan ukuran yang substansial, arsitektur
enterprise memerankan peran penting. Konteks arsitektur software ini diberikan oleh arsitektur
enterprise, yang memberikan batasan dan pedoman untuk proyek software individual.
Arsitektur enterprise merupakan sesuatu yang sangat penting dan berguna pada CMMI Level
3 dan atasnya, dimana proyek harus patuh terhadap standar dan pedoman organisasi.
Kebanyakan framework arsitektur sangat jelas dalam mengembangkan elemen apa yang harus
menjadi bagian dari sebuah arsitektur enterprise. Lebih lanjut, untuk memastikan kualitas dari
arsitektur enterprise selama siklus hidupnya, adopsi sebuah framework tertentu tidaklah cukup.
Hubungan antara berbagai tipe domain, view, atau layer yang berbeda dari arsitektur harus
tetap jelas, dan setiap perubahan harus dilakukan pada keseluruhan hal secara metodik. Untuk
tujuan ini, sejumlah metode tersedia, yang membantu arsitek melalui seluruh tahap siklus hidup
dari arsitektur.
Sebuah metode arsitektur merupakan sekumpulan teknik dan tahap proses terstruktur untuk
menciptakan dan memelihara sebuah arsitektur enterprise. Metode utamanya
menspesifikasikan berbagai tahap dari siklus hidup arsitektur, hasil apa yang harus diproduksi
pada setiap tahapan bagaimana hasil tersebut di verifikasi dan diuji. Metode berikut ini adalah
untuk pengembangan arsitektur enterprise, yaitu:
• Rational Unified Process (RUP) (Jacobson dkk. 1999). Mendefinisikan sebuah proses
iterative, merupakan keterbalikan dari proses waterfall klasik, metode ini
merealisasikan software dengan menambahkan fungsionalitas terhadap arsitektur pada
tiap inkremen. Perluasan metode ini untuk arsitektur TI enterprise dikembangkan oleh
McGivern dkk. (2004) dalam bentuk Enterprise Unified Process.
• UN/CEFACT Modelling Methodology (UMM) merupakan metodologi konstruksi
proses bisnis dan model informasi incremental. Batasannya secara khusus dibatasi pada
operasi bisnis, mengabaikan aspek teknologi secara khusus. Business Collaboration
Framework (BCF) merupakan sebuah spesialisasi dari UMM yang bertujuan pada
pendefinisian pertukaran informasi eksternal enterprise dan aktifitas bisnis yang
mendasarinya.
• TOGAF Architecture Development Method (ADM) dikembangkan oleh The Open
Group, memberikan sebuah tahapan pengembangan arsitektur TI yang dideskripsikan
dengan baik. TOGAF juga memberikan sebuah kerangka kerja dan metode
pengembangan untuk membangun arsitektur enterprise.
• Dewan Chief Information Officer telah menciptakan The Federal Enterprise
Architecture Framework (FEAF) dilengkapi dengan sebuah manual praktikal dan
berguna untuk mengembangkan arsitektur enterprise untuk organisasi pemerintahan
(CIO Council 2004). Inisiatif lainnya untuk arsitektur organisasi pemerintahan adalah
Federal Enterprise Architecture (FEA) dari Federal Enterprise Architecture Program
Management Office (FEAPMO 2004) dan Treasury Architecture Development Process
oleh Department of Treasury (US Treasury 2004).
Berikut adalah beberapa framework arsitektur enterprise yang paling banyak diadopsi, yaitu:
Terdapat juga beberapa framework arsitektur enterprise lainnya yang dikembangkan untuk
bidang tertentu. Misalnya, dalam bidang pertahanan dikembangkan sebuah framework yang
bernama DoDAF (Department of Defense Architecture Framework), dalam bidang sistem
terdistribusi terdapat framework yaitu RMODP (Reference Model for Open Distributed
Processing). Dalam bidang rekayasa enterprise dan proyek integrasi terdapat kerangka kerja
yang dikembangkan khusus yaitu GERAM (Generic Enterprise Reference Architecture and
Methodology).
2.3.1 IDEF
IDEF merupakan bahasa yang digunakan untuk melakukan pemodelan dan analisis enterprise.
IDEF (Integrated Computer-Aided Manufacturing DEFinition) merupakan kelompok metode
yang memiliki latar belakang militer.
Terdapat 16 metode IDEF, dari serangkaian metode ini, IDEF0, IDEF3, dan IDEF1x
merupakan metode yang paling banyak digunakan. Berikut merupakan cakupan dari metode
tersebut:
Terdapat lima elemen dari IDEF0 model fungsional, yaitu activity (atau process), input, output,
constraint atau control pada aktifitas, dan mechanism yang melakukan aktifitas. Tanda panah
input, control, output dan mechanism juga diacu sebagai ICOM. Setiap aktifitas dan ICOM
dapat diuraikan menjadi level analisis yang lebih rinci. Mekanisme dekomposisi diindikasikan
sebagai sebuah teknik pemodel untuk unit perilaku dalam IDEF3.
2.3.2 BPMN
BPMN dibatasi pada pemodelan proses, sedangkan aplikasi dan infrastruktur tidak tercakup
dalam bahasa ini. Tujuan utama BPMN adalah memberikan notasi seragam untuk pemodelan
proses bisnis dalam istilah aktifitas dan hubungannya (Gambar 2.3).
BPMN hanya mendefinisikan sebuah sintaks konkret, contoh notasi seragam dalam bentuk
grafis untuk konsep pemodelan proses bisnis. Lebih lanjut, Business Process Definition
Metamodel (BPDM) telah didefinisikan untuk memberikan dukungan formal untuk BPMN.
2.3.3 Testbed
Testbed merupakan bahasa dan metode pemodelan bisnis yang awalnya dikembangkan oleh
Telematica Institute bersama dengan sebuah konsorsium perusahaan. Testbed ditujukan untuk
pemodelan bisnis proses dan organisasi dan memiliki target pengguna yaitu konsultan bisnis,
akibatnya bahasa tersebut kurang memiliki perspektif arsitektur sistem informasi dan konsep
terkait hal ini. Testbed saat ini digunakan oleh sejumlah besar perusahaan dan institusi
pemerintah di Belanda.
Testbed memiliki tiga domain aspek:
Sebuah model lengkap selalu mengandung representasi dari seluruh domain diatas.
Representasi ini tidak terisolasi dari satu sama lain dan berkomunikasi melalui beberapa
mekanisme. Testbed merupakan bahasa grafikal. Gambar 2.5 menunjukkan sebuah contoh
model behavior yang memiliki deskripsi formal dari meta model nya. Tujuan dari metamodel
ini adalah untuk memberikan representasi abstrak untuk sintaks bahasa. Selain itu, model
proses juga memberikan sejumlah semantic operasional yang memiliki tujuan berbeda, seperti
simulasi bertahap, pemeriksaan model, dan analisis kuantitatif.
Tambahan dari Testbed adalah Networked Enterprise Modelling Language (NEML), yang
berfokus pada proses e-business inter organisasional didalam jaringan organisasi. Sebagai
tambahan dalam domain Testbed, NEML mendukung domain fungsi dan peran dan
mendefinisikan sejumlah konsep pendukung (dan notasi grafis yang berhubungan) seperti flow
dan transfer.
2.3.4 ARIS
Untuk memodelkan proses bisnis didalam sebuah model enterprise, ARIS memberikan bahasa
pemodelan yang dikenal sebagai event-driven process chain (EPC). EPC merupakah sebuah
grafik teratur dari peristiwa dan fungsi, memberikan berbagai konektor yang memungkinkan
eksekusi proses alternative dan parallel. Gambar 2.6 menunjukkan sebuah contoh model proses
bisnis yang dibuat menggunakan ARIS dan juga memperlihatkan notasi grafis yang digunakan
dalam model ini. Konsep utama yang didefinisikan dalam ARIS adalah: event, function, output
flow, environmental data, output, human output, message, goal, machine, computer hardware,
application software.
Toolset ARIS memiliki beragam editor yang dapat digunakan untuk merancang dan mengedit
beberapat tipe diagram. Yang paling penting adalah value-added chain diagram, organizational
chart, interaction diagram, function tree, dan EPC.
Notasi grafikal dari ARIS sangat ekstensif, dengan sedikit kurva pembelajaran. ARIS
memungkinkan berbagai perspektif pada enterprise (data view, control view, process/function
view, dan organization view), tetapi integrasi dari aspek-aspek ini sanat kurang. Dengan
demikian, ARIS tidak menjamin integritas keseluruhan dari model yang terhubung.
Kemampuan penyesuaian ARIS terbatas pada pemodelan bisnis, dan lebih lengkap untuk
pemodelan organisasi, fungsional, dan proses.
Meskipun berorientasi objek, UML mencakup seluruh domain pemodelan yang dimungkinkan.
Dari titik pandang UML, dunia terdiri atas komponen yang disebut object, bersama dengan
koneksi yang disebut link. Contoh dari objek adalah orang, unit organisasi, produk, proyek,
arsip dan mesin. Objek terdiri atas bagian statis dan bagian dinamis. Bagian dinamis merupakan
deskripsi bagaimana objek tersebut melakukan sesuatu yang harus dilakukannya.
Link merefleksikan setiap koneksi atau relasi diantara objek, bervariasi dari konkret hingga
abstrak. Dalam cara ini link dapat menekspresikan relasi, koneksi, kebergantungan, relevan
terhadap karakter fisik, logic, temporal, structural, behavioral, similar, dan komplementer.
UML merupakan kombinasi dari 13 sub diagram, yang mana setiap sub memiliki batasan dari
batasan UML utuh, dan setiap sub memiliki diagram sendiri untuk memodelkan aspek khusus
dari sebuah sistem. 13 diagram tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori:
Setiap tipe diagram mendeskripsikan sebuah sistem atau bagian sistem dari titik pandang
tertentu, dan memiliki simbolnya sendiri. Untuk memperluas perbendaharaan pemodelan atau
memberikan tanda visual khusus untuk jenis abstraksi tertentu yang seringkali muncul, UML
memberikan tiga jenis mekanisme, yaitu:
Profile secara khusus relevan untuk arsitektur enterprise adalah profile untuk Enterprise
Distributed Object Computing (EDOC). Sasarannya adalah untuk memberikan arsitektur dan
mendukung pemodelan untuk collaborative computing atau internet computing, dengan
dukungan teknologi seperti Web service, Enterprise Java Beans, dan komponen Corba. Profile
EDOC memberikan pengembangan sistem enterprise model-driven berdasarkan pada Model-
Driven Architecture. Profil EDOC memberikan arsitektur kolaborasi bisnis, arsitektur
komponen bisnis independen teknologi, dan konsep pemodelan untuk mendeskripsikan proses
bisnis, aplikasi, dan infrastruktur.
ADL memiliki aplikasi yang umum, dengan demikian terdapat ADL untuk area yang lebih
khusus, misalnya MetaH untuk pedoman, navigasi, dan domain kendali. Secara prinsip, konsep
ADL cukup fleksibel untuk menciptakan model pada beberapa domain. ADL secara utama
diaplikasikan pada domain aplikasi misal arsitektur software. Terdapat ADL khusus seperti
Acme yang diklaim sesuai sebagai deskripsi arsitektur umum dan interchange language.
Berikut adalah konsep inti dari ADL:
• Component;
• Connector;
• System (konfigurasi dari komponen dan konektor);
• Port (sebuah titik interaksi dengan sebuah komponen);
• Role (sebuah titik interaksi dengan sebuah konektor);
• Representation (digunakan untuk moder hirarkial komposisi);
• Rep-map (yang memetakan sebuah komponen komposit atau konektor internal
arsitektur ke elemen dari antarmuka eksternalnya).
Konsep ADL pada Acme telah dimasukkan kedalam UML. Dengan cara ini, konsep menjadi
tersedia secara luas dan didukung oleh serangkaian software. Saat ini UML telah menjadi
pendekatan pemodelan utama didalam ICT, dan penggunaannya diperluas kedalam area
lainnya. Hal ini membuat UML sebagai bahasa penting yang tidak hanya untuk pemodelan
sistem software, tetapi juga untuk proses bisnis dan untuk arsitektur bisnis umum.
• Relasi diantara domain (view) sangat kurang didefinisikan, dan model diciptakan dalam
berbagai view yang berbeda yang tidak diintegrasi lebih lanjut.
• Kebanyakan bahasa memiliki basis formal yang lemah dan kurang secara jelas
mendefinisikan semantic.
• Kebanyakan bahasa tidak memiliki visi arsitektural keseluruhan dan terbatas pada sub
domain bisnis atau aplikasi dan teknologi.
Keterbalikan pada pemodelan proses organisasi dan bisnis, dimana tidak ada satu bahasa
tunggal yang dominan, didalam pemodelan aplikasi dan teknologi UML telah menjadi standar
dunia. UML merupakan pendekatan pemodelan utama didalam ICT, dan penggunannya sangat
luas. Hal ini membuat UML tidak hanya sebagai bahasa penting bagi pemodelan sistem
software, tetapi juga proses bisnis dan untuk arsitektur bisnis secara umum. Tetapi UML tidak
begitu mudah digunakan dan dimengerti oleh para manajer dan konsultan bisnis, dengan
demikian diperlukan sebuah visualisasi dan view khusus dari model UML.
Ide dari sistem (aplikasi atau komponen) memberikan layanan pada sistem lain dan
penggunanya telah dipakai didalam rekayasa perangkat lunak. Pada ekonomi servis, enterprise
tidak lagi mengubah bahan mentah menjadi barang jadi, tetapi menyampaikan layanan kepada
pelanggannya dengan mengkombinasikan dan menambah nilai pada layanan yang dibeli.
Konsekuensinya, literature manajemen dan pemasaran berfokus pada desain servis,
manajemen servis, dan inovasi servis.
Area lainnya dimana konsep layanan memerankan peran penting adalah IT service
management. Disiplin ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan TI dan sinkronisasi
layanan ini dengan kebutuhan pengguna. Salah satu contoh dari disiplin ini adalah pendekatan
ITIL, yang berfokus pada servis dan service-level agreement.
Konsep servis merupakan hasil dari pemisahan perilaku ‘eksternal’ dan ‘internal’ sebuah
sistem. Seperti servis harus mandiri dan memiliki tujuan yang jelas dari perspektif
lingkungannya. Perilaku internal, pada sisi lainnya merepresentasikan apa yang diperlukan
untuk merealisasikan layanan ini. Untuk ‘pelanggan’ sebagai sebuah servis, perilaku internal
dari sebuah sistem atau organisasi biasanya tidak relevan, pelanggan hanya tertarik dalam hal
fungsionalitas dan kualitas yang akan diberikan.