PEMBAHASAN
Jiyeong) adalah film dengan genre drama yang diadaptasi dari novel yang
berjudul sama yang ditulis oleh Cho Nam-joo, penulis asal Korea Selatan. Film
ini rilis pada 23 Oktober 2019 (Korea Selatan) dan 20 November 2019 di
Indonesia. Kim Ji-Young, Born 1982 disutradai oleh Kim Do-young dan
dibintangi oleh Aktor dan Aktris kondang Korea Selatan yakni Gong Yoo sebagai
(Jung Dae-Hyun), Jung Yu-mi sebagai (Kim Ji-Young), Park Sung-yoon sebagai
(Kim Eun-Sil), Kim Mi-kyung sebagai (Mi Sook yakni ibu Ji-Young),
34
35
Gong Min-jung sebagai (Kim Eun-Young), Lee Bong-ryun sebagai (Hye Soo) dan
Film yang sejak hari pertama penanyangannya sudah menuai kecaman ini,
sudah menikah dan memiliki anak di negeri yang budaya patriarkinya masih kental
yaitu di Korea Selatan. Bahkan komunitas anti feminisme Korea Selatan terus
mengecam dan menyerang pemain Kim Ji-Young yakni Jung Yu-Mi melalui akun
Instagramnya dengan komentar jahat karena sudah menerima peran sebagai Kim
Ji-Young.
Dilansir dari The Korea Herald, dalam rangka mendukung buku Kim Ji-
young dan mengecam para pelempar kritikan negative terhadap sederet idol dan
#MeToo untuk sampaikan aspirasi mereka. Sementara di sisi lain, pihak yang
kontra terhadap buku tersebut membuat protes dan mencari crowdfunding buku
“Kim Ji-Young born 1982” yang menampilkan tokoh protagonis pria yang lahir
pada tahun 1990 dan menunjukkan pembalikan diskriminasi yang dihadapi para
pria di Korea Selatan. Terkait kontroversi yang terjadi, Kim Do Young selaku
sutradara film Kim Ji-Young Born 1982 menegaskan bahwa kisah dalam novel itu
harus di ceritakan.
Film Kim Ji-young, Born 1982 menceritakan kisah Kim Ji-Young (Jung
Yu-mi) seorang perempuan biasa yang mulanya bekerja di agensi kehumasan. Kim
Ji-Young kemudian menikah dan memiliki seorang anak. Saat diketahui sedang
hamil, Kim Ji-Young dipaksa berhenti dari pekerjaan yang selama ini ia gandrungi
35
36
dan harus menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Sebagai perempuan Korea biasa di
usia 30-an, Kim Ji-young seringkali merasa berat menjalani keseharian sebagai
seorang ibu rumah tangga. Meski kini menikah dengan pria yang dicintai, dia harus
kekhawatirannya akan mengalami apa yang dialami atasannya yang menikah dan
sangatlah mudah, ia bisa menyeduh kopi dan bersantai di taman dengan gaji yang
menunggunya. Rutinitas yang sama ia jalani setiap hari dengan pola yang sama.
juga harus siap untuk menyiapkan makan malam ketika sang suami pulang,
membebani Ji-young lebih dari yang dia sadari. Dae-hyun sangat mencintai istri
dan anaknya, tetapi budaya patriarki yang kental di Korea Selatan seakan membuat
seorang mertua selalu mendewakan anak laki-lakinya. Tak terkecuali ibu Dae-
36
37
hyun. Ibu Dae-hyun selalu meminta Ji-young terus melakukan pekerjaan rumah
meskipun ia adalah tamu dirumahnya saat Dae-hyun dan Ji-Young berkunjung kala
itu, perjalanan jauh tidak membuatnya mengerti bahwa Ji-young sedang kelelahan,
tangga meski itu bukan rumahnya. Ji-young yang kelelahan dan kesal melihat
berbicara dengan cara yang sangat mirip seperti ibunya, lalu seperti seorang sahabat
lama yang telah meninggal saat melahirkan, juga mendiang neneknya. Ji-Young
mulai menunjukan sikap aneh, seolah kehilangan jati diri. Ji-Young enggan
hidupnya yang melelahkan, Ji-Young bertemu dengan kepala Kang, mantan atasan
bekerja. Kepala Kang kini sudah membuka kantor miliknya sendiri dan mengajak
melarang karena berpikir pekerjaan rumah saja sudah begitu berat, Dae-hyun belum
mengerti bahwa yang diinginkan Ji-Young saat ini adalah kembali bekerja. Ia
kehilangan dirinya sendiri karena rutinitas membuat dirinya kehilangan jati diri. Ji-
37
38
ingin diwujudkan, cita-cita itu bahkan kembali di patahkan oleh ibu Dae-hyun
bahwa kewajiban seorang perempuan adalah mengurus rumah, anak dan suami.
perempuan ketika sudah menikah dan memiliki seorang anak. Bahkan perempuan
yang sudah menikah dan memiliki anak sulit sekali mendapatkan promosi karena
mereka berpikir perempuan tidak akan bisa produktif kembali ketika sudah
yang tayang di bioskop Indonesia mulai 7 November 2019. Kim Ji-Young Born
1982 diadaptasi dari novel karya Jo Nam Joo dengan judul yang sama. Disutradarai
Kim Do Young, film ini diproduseri oleh Mo Il Young, Jwak Hee Jin, dan Park Ji-
Young. Dalam film produksi Lotte Cultureworks ini, Jung Yu Mi beradu peran
dengan Gong Yoo. Bahkan sang penulis novel pun ikut bergabung dalam tim
produksi sebagai co-sutradara serta Yoo Young-ah sebagai penulis skenario film.
Film ini mempunyai durasi 118 menit yang di rilis di Korea Selatan dan \meraih
box office dengan menjual lebih dari 3,6 juta tiket sejak diputar pada 23 Oktober
2019. %, selama penayangan di seluruh dunia film ini berhasil meraup keuntungan
$27,696,393 atau setara dengan Rp. 396.563.879,07. Dan film Kim Ji-Young Born
bergengsi.
38
39
Film Kim Ji-Young ini menawarkan sebuah film yang tidak biasa yang
bisa kita lihat dari segi ceritanya, semua kisah yang terdapat pada film ini di kemas
dan dibalut dengan nilai – nilai budaya, kekeluargaan dan moral. Alur ceritanya
berpusat pada seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga dan mengalami
depresi karena tekanan sosial di Korea. Film Kim Ji-Young Born 1982
39
40
Jung Yu-mi yang lahir pada 18 Januari 1983 di Korea Selatan ini adalah
pemeran utama dalam film Kim Ji-Young born 1982 sebagai Ji-Young. Perempuan
pekerja keras penyayang keluarga yang kehilangan jati diri dan cita – citanya karena
40
41
Gong Yoo merupakan aktor kondang asal Korea Selatan yang lahir pada 10
Juli 1979 ini memerankan Jung Dae-hyun yakni suami dari Kim Ji-young yang baik
dan bertanggung jawab serta menyayangi keluarganya. Perannya yang family man
jelas ditunjukan dalam film ini seperti ia sangat luwes saat berakting memandikan
anaknya.
Gambar 4 4. Mi Sook
yang lahir pada 14 Oktober 1963 ini sukses menjadi sosok ibu yang ideal di negara
yang budaya patriarkinya masih sangat kental. Sosok Mi-sook sebagai ibu Ji-young
membuat film ini terasa dramatis, Mi-sook merupakan sosok ibu yang menyayangi
mengizinkan putri pertamanya yakni kakak Ji-young untuk berkarir dan tidak
memikirkan pernikahan.
41
42
Aktris senior pendukung yang lahir di tahun 1965 ini bernama Cha Mi
Kyung yang berperan sebagai ibu Dae-hyun. Sifat dan karakter yang ia bawakan
sangat pas dengan isu budaya patriarki yang masih kental di Korea Selatan. Ia
adalah sosok ibu yang membanggakan anak laki-lakinya dan melarang menantunya
untuk bekerja karena tugas seorang istri adalah mengurus suami, anak dan rumah
saja.
42
43
berbagai aspek kegiatan manusia. Laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama
bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat,
baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi, bahkan termasuk di dalamnya
diskriminasi.
sebagai pencari nafkah di ruang publik yang dianggap bertanggung jawab penuh
status sebagai bapak di dalam keluarga, yang tak jarang ditempatkan sebagai
penguasa di dalam keluarga. Budaya patriarki seperti ini tidak hanya berhenti di
dalam keluarga atau rumah, namun juga menjadi budaya masyarakat dan bernegara.
43
44
dalam ragam bentuk. Ada soal struktural yang kentara macam ketimpangan gaji.
Namun, itu bukanlah satu-satunya masalah.seperti salah satu contoh kasus pekerja
perempuan di Asia sulit atau tidak dapat mencapai posisi tinggi seperti yang bisa
perempuan tidak mendapatkan hak yang sama dengan pekerja laki-laki. Baik laki-
laki maupun perempuan yang seharusnya memperoleh hak yang sama tanpa
memandang gender sebagai tolak ukur. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
yang di alami oleh kaum perempuan kini perlahan kian memudar. Dengan adanya
lagu, sebuah cerita dan yang lain. Perempuan kini mulai menghirup udara
yang di miliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji pada penelitian
ini yaitu film Kim Ji-Young Born 1982. Sebagai pendukung penelitian penliti telah
44
45
mengambil beberapa sempel potongan adegan atau scene yang terdapat dalam film
Kim Ji-Young Born 1982. Dimana pada potongan- potongan adegan tau scene
John Fiske membagi beberapa level kode suatu tayangan media menjadi
tiga, yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Level realitas itu
tubuh atau gerakan, ekspresi,keadaan dan bahasa tubuh. Didalam level representasi
ditunjukan melalui kode – kode seperti kode musik dialog, kamera, pemilihan
pemain dan karakter. Dan sedangan dalam level ideologi semua elemen yang di
kelompokan dalam kode – kode ideologi seperti kelas, ras, patriaki, matrialisme
Gambar 4 7. Scene 1
45
46
Dalam Scene ini tokoh utama Kim Ji-Young sedang bersama sang anak
yang berada di kereta dorong, terlihat Ji-young sedang menyeduh sebuah kopi
panas disebuah taman disela-sela kesibukannya. Terlihat juga tiga orang pekerja
kantoran dibalakag Ji-young, salah satu pria dengan sinis memandangi Ji-Young
1. Level Realitas
Pada level realitas ini terdapat scene yang akan diulas, diteliti, dan
(ekspresi) Pada potongan adegan atau scene tersebut, level realitas yang
sembari mengatakan hal yang tidak pantas kepada orang yang tidak dikenal.
Mendengar hal itu, ekspresi Ji-young berubah menjadi sedih mendengar dirinya
dipandang sebelah mata karena tidak bekerja dan hanya bisa menghabiskan gaji
sang suami dengan duduk bersantai di taman dan menyeduh sebuah kopi. Tapi ia
46
47
2. Level Representasi
Pada level representasi ini terdapat scene yang akan diulas, diteliti,
konvensional yang membentuk naratif, konflik, karakter, aksi, dialog, setting, dan
casting.
Level representasi yang terdapat dalam scene ini adalah suara dan dialog.
Suara atau backsound dalam film merujuk pada segala sesuatu yang dapat didengar
oleh penonton atau pendengar seperti sound effect, kata –kata dan musik. Fungsi
pada film, menghubungkan antar adegan, menarik perhatian dan lain lain.
“Nyaman sekali hidupnya,nyaman sekali.. iri sekali melihatnya, aku harap aku bisa
bersantai sambil minum kopi dari gaji suami”. Perempuan di depannya pun
menjawab “haruskah aku menikah dan berhenti bekerja” scene ini jelas
memperlihatkan budaya patriarki yang begitu kental yaitu perempuan yang sudah
menikah dan memiliki anak dipandang sebelah mata bahwa hidupnya selalu
b. Level Ideologi
47
48
sesuai dan dilakukan secara terus menerus terhadap kelompok minoritas. Pada
cuplikan adegan diatas, jelas sekali sosok laki – laki merasa memiki posisi yang
lebih tinggi karena sibuk bekerja dibandingkan seorang ibu rumah tangga yang
dinilainya menjalani hidup santai dengan gaji yang dihasilkan sang suami. Sosok
laki – laki diatas menampilkan tindakan yang kurang sesuai kepada orang yang baru
saja ia temui.
Gambar 4 8. Scene 2
Pada scene ini terlihat keluarga Ji-young sedang melakukan makan malam
di ruang keluarga dan membicarakan rencana di hari wisuda Ji-Young, tetapi Ji-
48
49
pekerjaan, mendengar hal itu ayah Ji-Young marah karena Ji-Young harusnya
1. Level Realitas
Level realitas pada scene ini ditunjukan melalui ekspresi, raut wajah,
gesture tubuh dan riasan wajah. Dalam scene kali ini alur diputar dimasa Ji-Young
belum menikah, riasan Ji-Young natural dengan rambut panjang dan seragam
sekolah. Ayah dan ibu Ji-Young pun dirias dengan riasan yang lebih muda.
Keadaan yang menjunkan representasi budaya patriarki terlihat pada ekspresi dan
keinginannya bekerja. Ekspresi dan nada bicaranya berubah menjadi marah dan
penuh energi. Ekspresi Ji-Young mendengar ucapan sang ayah berubah menjadi
2. Level Representasi
jelas melalui dialog ayah Ji-Young yang meninggi ketia ia berkata “Hentikan semua
itu ! diam saja dirumah sampai kau menikah!” hingga semuanya terdiam dan
suasana menjadi hening, namun ditengah keheningan, ibu Ji-Young yakni Mi-Sook
membanting alat makannya di meja dan berkata “mengapa kau melakukan hal kuno
itu pada puterimu ! Ji-young lakukan apapun yang ingin kamu lakukan”
49
50
3. Level Ideologi
Pada scene diatas terlihat bagaimana pola pikir ayah Ji-Young yang
masih kuno, ia melarang Ji-Young untuk bekerja dan memintanya diam dirumah
hingga menikah. Dalam hal ini, Adegan tersebut menegaskan bahwa pola pikir dan
tindakan yang dilakukan ayah Ji-Young merupakan contoh nyata budaya patriarki,
dimana status laki-laki lebih dominan dari pada perempuan. Perempuan seolah
dilarang untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri dan menitih karir.
Gambar 4 9. Scene 3
Dalam scene ini terlihat bahwa rutinitas yang Ji-Young lalui begitu berat,
bahkan hingga malam tiba ia masih melakukan pekerjaan yang sedari pagi belum
usai. Ia merasa jenuh akan hal itu ia berharap dapat kembali bekerja seperti masa
50
51
mudanya yang telah lalu. Tetapi sang suami khawatir akan kesehatan Ji-Young
karena mengurus anak dirumah saja sudah cukup melelahkan. Padahal, yang
sebenarnya terjadi ialah Ji-Young terlalu jauh dari dirinya sendiri yang masih
1. Level Realitas
membawa tumpukan baju, matanya sayu, bajunya juga lusuh dan kebesaran.
Berbeda dengan baju Dae-hyun yang rapih dan terlihat lebih keren.
tak perlu berpakaian mewah karena hanya dirumah saja, realitas yang menunjukan
wajah dan gesture tubuhnya yang marah ketika sang istri mengutarakan
keinginannya untuk bekerja, Mendengar hal itu Ji-Young yang berekspresi senang
2. Level Representasi
51
52
Level representasi yang terdapat dalam scene ini adalah suara dan
dialog. Di dalam scene ini Dae-hyun jelas mengatakan “Jangan bekerja, jika.. tidak.
Jangan bekerja. Mengurus Ah-young saja sudah sulit” dengan nada kesal. Ji-Young
mendengar hal itu menjawab “terimakasih sudah mengerti kalau keadaan memang
sedang sulit. Tidak ada backsound pada scene ini, keadaan hening dan hanya ada
3. Level Ideologi
bekerja dan merawat anaknya saja dirumah. Tentu saja ini merupakah patriarki
dalam rumah tangga yang berupa penugasan penuh bagi perempuan dalam
mengasuh anak dan mengerjakan tugas rumah tangga dan menempatkan posisi laki-
52
53
Pada scene diatas, setelah Ji-Young mendapatkan ijin sang suami untuk
kembali bekerja, Ji-Young bersemangat untuk memberi tahu ibu mertuanya bahwa
ia akan kembali bekerja, ia menelfon dengan nada yang bersemangat dan wajah
yang bahagia, tapi siapa sangka ibu Dae-Hyun terkejut dan marah besar pada Ji-
Young, karena ia berfikir tidak seharusnya perempuan yang sudah menikah dan
memiliki seorang anak malah sibuk bekerja dan tidak mengurus rumah tangga. Ibu
mertua Ji-Young juga berfikir bahwa Ji-Young akan menghancurkan karir putranya
1. Level Realitas
• Ekspresi
Realitas budaya patriarki pada scene ini terlihat jelas dari ekspresi
ibu mertua Ji-Young yang marah besar, nada suaranya meninggi, matanya
membelalak dan berkata jika ia akan menghancurkan karir Dae-Hyun jika ji-Young
2. Level Representasi
dialog, suara dan teknik kamera. Teknik kamera yang digunakan ialah teknik
medium close up, dimana teknik yang bertujuan untuk bisa menunjukan ekspresi
dari objek atau tokoh dalam film tersebut namun juga mampu memperlihatkan gaya
53
54
bahasa tubuh atau gestur yang di tangkap oleh kamera karena menyorot bagian
yang di sorot dekat kamera, wajah ibu Dae-Hyung marah yang ditandai dengan alis
mata yang mengkerut, otot leher yang terlihat tegang hingga volume suara yang
kencang. Dalam scene ini budaya patriarki di representasikan jelas melalui dialog
yang diucapkan ibu Dae-Hyung yang berbunyi “Apa maksudmu ? kamu meminta
Dae-Hyung bekerja ? kenapa kamu melakukan ini padanya?” dengan nada marah,
ingin mendengar ini lagi” lalu ibu Dae-Hyung menutup telefonnya dengan kesal.
3. Level Ideologi
dimana posisi laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Pada scene ini terlihat
jelas bagaimana ibu Dae-Hyung adalah orang dengan paham patriarki yang tinggi,
ia adalah seorang ibu yang selalu menjunjung tinggi kehormatan laki – laki dan
bahwa tanggung jawab memimpin dan mengatur rumah tangga adalah tanggung
jawab dan hanya bisa dilakukan oleh laki-laki, karena tugas utama perempuan
54
55
Pada adegan kali ini menunjukan adegan dimana Ji-Young dan para
pimpinan perusahaan dan staf yang lain, termasuk Ji-Young dan kepala Kang yakni
menyinggung ketua Kang yang meninggalkan anaknya dirumah dan sibuk bekerja.
Bahkan pimpinan tersebut berkata bahwa anak yang ditinggalkan ibu akan
1. Level Realitas
digambarkan melalui ekspresi, gesture tubuh, kostum dan riasan. Dalam scene ini
terlihat ekspresi dan gesture tubuh pimpinan menunjukan seolah ia tau bahwa
55
56
posisinya lebih tinggi dari semua orang di dalam ruangan, ia dapat duduk santai
disaat semua orang sudah siap mengikuti rapat, eskpresi wajahnya pun mendukung
menyungging. Berbeda dengan kepala Kang yang mengenakan baju rapih dan siap
mengikuti rapat.
2. Level Representasi
• Dialog
telah menempatkan perempuan di posisi tidak berdaya dan dipandang sebelah mata
di tempat kerja. Dialog yang terjadi antara pimpinan perusahaan dan kepala
akan berjalan tidak benar nantinya. Siapa yang perduli kau sukses jika kau gagal
56
57
3. Level Ideologi
scene ini, pimpinan bahkan tidak melihat kinerja yang bagus dari seorang
perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak tetapi tetap bekerja, pimpinan
perusahaan memandang rendah masa depan anaknya jika sang ibu sukses meniti
berkala di mana kaum laki-laki mempunyai posisi dominan dan dengan posisinya
itu mereka melakukan tindakan yang mana itu merendahkan posisi perempuan yang
ada dibawahnya. Tak perduli ia berbakat atau tidak dilingkungan kerja, karena
orang yang masih menganut paham patriarki hanya menilai perempuan yang sudah
menikah dan memiliki anak lebih pantas dirumah mengasuh dan mengurus
pekerjaan rumah. Perempuan yang berkarir akan dinilai sebagai perempuan yang
mementingkan diri sendiri dan dianggap tidak memerdulikan keluarga. Posisi laki-
laki selalu dinomor satukan sebagai pemimpin, pencari nafkah dan perempuan
57
58
Pada scene ini, Ji-Young bertemu dengan rekan kerjanya yang lama, ia
bahwa kepala Kang akan berhenti bekerja, karena kepala Kang tahu, sebaik apapun
usahanya di tempat kerja, kepala Kang tidak akan mendapat promosi yang lebih
tinggi dari jabatannya saat ini karena ia adalah perempuan yang sudah menikah dan
memiliki anak. Kepala Kang pun keluar dan berniat mendirikan perusahaannya
sendiri, tetapi rekan Ji-Young tetap berada diperusaan itu karena ia baru saja
58
59
promosi dari tahun sebelumnya. Scene ini lagi – lagi memperlihatkan kita
lingkungan kerja. Entah perempuan itu sudah menikah, atau belum menikah.
1. Level Realitas
ditunjukan melalui riasan dan raut wajah. Meskipun Ji-Young menjadi ibu rumah
tangga saja, ia tidak malu bertemu teman kantornya dulu, ia terlihat lesu dengan
pakaian longgar yang biasa ia kenakan dirumah, berbeda saat Ji-Yong bekerja dulu,
segar dan ceria. Rekan Ji-Young pun mengenakan riasan yang tebal dengan lipstik
merah merona.
2. Level Representasi
• Dialog
patriarki menempatkan posisi perempuan yang bekerja ssecara tidak adil. Seberapa
didapatkan oleh kaum pria. Dialog yang terjadi antara Ji-Young dan rekannya
sebagai berikut :
59
60
Ji-Young: “ mengapa?”
Rekan Ji-Young: “Siapa yang perduli jika dia hebat ? dia tidak bisa naik
Rekan Ji-Young : “Tidak, baru- baru ini aku mendapatkan promosi. Tapi
3. Level Ideologi
sekarang sudah lebih modern, tetapi diskriminasi terhadap gender masih sering
dijumpai dimanapun. Terutama pada tempat kerja. Banyak sekali orang yang tidak
promosi dan sedikit sekali kesempatan bagi perempuan untuk pergi ke jabatan yang
60
61
Pada scene kali ini, menampilkan Ji-Young dan kepala Kang yakni orang
yang Ji-Young kagumi. Karena kepala Kang adalah sosok ideal bagi Ji-Young, ia
selalu ingin seperti kepala kang, menjadi ibu dan menjadi perempuan karir. Dalam
scene ini menampilkan kepala Kang memuji kinerja Ji-Young yang bagus, tetapi
Ji-Young merasa heran jika kinerjanya bagus, dia tetap tidak dapat bergabung
dalam tim perencanaan, kepala Kang pun menjawab bahwa sulit untuk perempuan
yang sudah menikah untuk meningkatkan diri di perusahaan. Meskipun kinerja Ji-
Young bagus, ia tetap saja tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan
pekerja pria.
1. Level Realitas
61
62
riasan dan keadaan. Kode penampilan yang menggambarkan Ji-Young dan kepala
Kang sebagai dua sosok perempuan yang cerdas dan pintar, gesture tubuh keduanya
sangat luwes dan sopan. Riasan antara Ji-Young dan kepala Kang dibuat dengan
pas, Ji-Young yang natural dan kepala Kang yang sedikit berani dengan warna
kepala Kang menyampaikan bahwa sulit bagi Ji-Young bergabung dengan tim
2. Level Representasi
• Dialog
Dalam scene ini terdapat dialog yang menunjukan bahwa budaya patriarki
menempatkan posisi perempuan yang bekerja ssecara tidak adil. Perempuan yang
pintar sekalipun sulit mendapatkan kesempatan yang sama dengan pekerja pria.
62
63
Kepala Kang: “Sulit bagi pekerja perempuan yang sudah menikah. Aku
3. Level Ideologi
menginginkan pekerja yang memiliki waktu luang dalam waktu lima tahun, yang
mana itu akan sulit dilakukan oleh perempuan yang sudah menikah karena setelah
itu perempuan akan hamil dan mengurus anak. Pada scene kali ini lagi dan lagi
patriarki menempatkan perempuan pada sebuah pilihan antara harus menjadi ibu
atau tetap berkarir, meskipun sebenarnya perempuan dapat menjalankan dua posisi
tersebut sekaligus.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada temuan
Kim Ji-Young Born 1982 ini menggunakan semiotika John Fiske dimana setiap
adegan atau scene terdapat sebuah tanda dan makna. Hasil dari penelitian ini di
peroleh dari beberapa poses analisis adegan atau scene sebagai sempel film Kim Ji-
Young Born 1982. Dengan menggunakan teori dari John Fiske ini, peneliti dapat
mengetahui makna yang terkandung pada film tersebut. Dan dengan menggunkan
teori milik John Fiske ini, peneliti dapat menemukan pemikiran yang terbentuk dari
beberapa susunan kerangka berfikir, yaitu representasi budaya patriarki pada film
63
64
Representasi itu sendiri ialah pemaknaan dari suatu benda atau objek,
representasi bisa melalui penangkapan indera seseorang lalu masuk ke akal manusia
untuk di proses dan menghasilkan sebuah ide atau konsep yang di ungkapkan atau
mempunyai makna berbeda bagi setiap orang yang melihatnya, tak hanya itu saja,
ketika seseorang memiliki wawasan yang luas juga bisa mempengaruhi bagaimana
Ji-Young Born 1982 merupakan gambaran nyata bagaimana sebuah budaya dapat
memiliki dampak yang besar pada perempuan. Budaya yang berakar, turun temurun
dilingkungan dengan budaya patriarki yang masih kental. Film yang menciptakan
representasi perempuan dari sudut pandang patriarki ini dapat menjadi acuan
Dalam level realitas Dari film Kim Ji-Young Born 1982 ini, berbagai kode
wajah, kostum dan eskpresi dari tokoh – tokoh didalamnya, seperti ketika Dae-
Hyun, ibu mertua Ji-Young yang menampakan ekspresi marah pada saat Ji-Young
64
65
sampai raut sinis pekerja kantoran dan pemimpin perusahaan terlihat begitu jelas
dalam film ini. Terlebih riasan wajah Ji-Young yang dibuat lesu dan lelah membuat
film ini begitu nyata, kostum yang digunakan pun menunjukan bahwa budaya
patriarki begitu kental. Pakaian Ji-Young selalu lusuh dan kebesaran, berbeda
tokoh perempuan, dimana tokoh perempuan merasa sangat sedih dan meratapi
hidupnya. Dialog, suara, dan sudut pengambilan gambar menjadi poin yang sangat
penting dalam pemaknaan setiap scene dalam film ini. Salah satu dialog yang
menunjukan budaya patriarki yang begitu kental pada film ini terdapat dalam scene
dimana Ji-Young menelfon sang mertua untuk pergi bekerja tetapi yang Ji-Young
dapatkan adalah amarah dari sang mertua yang berkata ia akan menghancurkan
karir putranya.
menonjolkan kategori patriarki dalam film Kim Ji-Young Born 1982 ini. Semua
adegan memiliki kesamaan dalam penafsiran masalah, yakni tokoh laki – laki
untuk berkarir ketika sudah memiliki suami dan anak, tidak adanya kesempatan
yang sudah di analisis terlihat jelas bagaimana patriarki memposisikan pria sebagai
kaum yang dominan dalam kehidupan. Laki – laki di posisikan sebagai pencari
65
66
nafkah dan kepala rumah tangga, sebagai pemimpin di dalam keluarga, dan
dengan film bertema patriarki yang lain, Film Kim Ji-Young Born 1982 ini
keseluruhan cerita. Hal ini akhirnya mengakibatkan perempuan lebih sering tidak
justru menjadi faktor yang berkaitan dengan ukuran fisik. Seiring berjalannya
pembangunan dan mendapatkan akses yang sama atas persamaan hak dalam hal
pendidikan, dunia kerja, lingkungan rumah tangga, masyarakat dan negara dan
pula tokoh yang memberikan budaya baru pada film ini. Budaya baru tersebut yakni
66
67
perempuan harus mampu keluar dari keterpurukan dirinya dan kesedihan dirinya
Digambarkan tokoh perempuan yang kuat dan berani pada sosok kepala Kang. Hal
kehilangan dirinya sendiri menjadi contoh nyata bahwa dominasi dilakukan oleh
tokoh laki-laki dan menyebabkan kerugian yang dirasakan oleh tokoh perempuan.
Hal tersebut jika dikaitkan dalam realitas masyarakat akan sangat mengena dan film
Kim Ji Young Born 1982 ini benar-benar menampilkan kode sosial yang
perempuan ini menjadi salah satu hambatan struktural yang menyebabkan individu
dalam masyarakat tidak memiliki akses yang sama. Makna diskriminasi gender
dalam film ini adalah apapun peran yang dipilih perempuan, selalu ada tindak
67
68
kesempatan emasnya. Hal ini menyebabkan wanita sangat mudah menjadi sasaran
diskriminasi dari masyarakat (baik kaum laki-laki maupun dari kaum perempuan
itu sendiri).
Dalam film Kim Ji Young Born 1982 menampilkan pula tanda yang dapat
menegaskan bahwa perempuan harus berani dan lebih mencintai dirinya sendiri.
Menikah dan memiliki seorang anak bukanlah hambatan untuk seorang perempuan
yang ingin terus maju dan berkembang didalam hidupnya. Penggambaran ini sesuai
dengan pesan yang ingin disampaikan sang penulis Novel Kim Ji Young Born 1982
tentang “Kisah yang harus di sampaikan”. Sehingga budaya patriarki tidak semata-
mata hanya mengekang dan tidak mampu membuat perempuan bangkit dari
68