Anda di halaman 1dari 9

Tugas : Resensi Film

Mata Kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi


Nama Anggota :
(Kelompok 4)

1. Annisa Mutiara (20008)


2. Aqwama Fauziah M.N (20010)
3. Deni Wiranto (20013)
4. Elvin Nur Aldi (20015)
5. Fanny Anggraeni (20017)
6. Samsul Widha Natakusuma (20034)
7. Zainal Arifin (20037)

Judul Film : Selamat Siang Risa

Tokoh dan Peran :

1. Tora Sudiro (pak Woko)


2. Dominique Diyose (istri pak Woko)
3. Medina Kamil (Risa dewasa)
4. Verdi Solaiman (Koh Abeng)

Alur Cerita :

Selamat siang risa adalah film yang mengisahkan satu keluarga kecil yang sederhana
tapi bahagia, yang mana didalam satu keluarga ini diajarkan arti hidup sederhana, jujur, dan
bertanggung jawab walaupun bisa dibilang hidup mereka sangat jauh dari kata cukup.
Seorang ayah yang hanya bekerja sebgaai staf penjaga gudang beras yang tidak pernah naik
pangkat karena dia adalah orang yang jujur dalam hal apa saja dan istrinya yang hanya
bekerja sebagai penjahit rumahan yang memiliki satu putri cantik dan satu putra yang
tampan, walaupun keluarga itu mengalami kesulitan uang yang sangat menyusahkan mereka
namun mereka tetap pada pendirian mereka, ketika anak laki-lakinya sakit dan keluarga itu
ada dalam masa dimana mereka tidak mempunyai uang sama sekali, ,mereka mencoba untuk
meminta tolong pada tetangganya tetapi tidak ada satupun tetangganya yang dapat menolong
mereka, dimalam itu juga datang seorang juragan beras kerumah mereka dia meminta tolong
untuk menimbun beras, dan dia akan memberi upah uang yang sangat banyak, tetapi seorang
ayah yang jujur tersebut menolak permintaan juragan beras tersebut karena juragan beras
tersebut bermaksud untuk menyelundupkan beras didalam gudang tersebut.
Beberapa tahun kemudian pun gadis kecil yang cantik tumbuh menjadi perempuan
yang menjabat sebagai kepala bagian perijinan disuatu perusahaan, dia diminta untuk
melancarkan sebuah proyek agar ijinnya bias cepat dikeluarkan dengan bayaran yang cukup
besar, tapi dia menolak karena ingat apa yang diajarkan ayahnya untuk tidak menerima
sogokan. Dan risa mempunyai pendirian bahwa “ kebaikan itu lahir dari kebaikan
sebelumnya”.

Kesimpulan :

“Selamat Siang, Risa” ini menggambarkan seorang anak yang dibesarkan dengan
kejujuran orang tuanya terhadap hidup dan masalah penyalahgunaan wewenang meskipun
kecil mempengaruhi kehidupan dia selanjutnya. Dia belajar banyak dari kejujuran orang
tuanya. Dengan jujur semua pada akhirnya akan baik-baik saja. Bayangkan kalau ayahnya
menerima uang sogokan. Di masa akan datang anaknya pasti akan merasa biasa saja untuk
menerima uang tambahan yang diberikan pihak lain. Semua kembali dari mana kita berasal.
Kalau kita dibesarkan dengan menjunjung tinggi kejujuran, kita akan menjadi orang yang
jujur.

Pesan Moral :

Mau bagaimanapun keadaan sulit kita, namun jangan pernah melakukan kecurangan
untuk mendapatkan keuntungan. Karena hidup jujur akan selalu membawa kebaikan yang
akan terus tumbuh menjadi kebaikan-kebaikan selanjutnya.
Judul Film : Rumah Perkara

Tokoh dan Peran :

1. Teuku Rifku Wikana (pak Yatno)


2. Icang S Tisnamiharja (pak Jaya)
3. Ranggani Puspandya ( bu Ella)

Alur Cerita :

Film ini bercerita tentang seorang lurah bernama Yatno yang mendapatkan bantuan
dari seorang pejabat untuk mendapatkan jabatannya. Diceritakan dalam film bahwa Yatno
berkampanye menjanjikan kesejahteraan ketika dan mengutamakan kepentingan rakyat,
ketika sudah terpilih justru melupakan janjinya dan berpihak kepada pengembang. Janda desa
jadi korbannya. Karena menolak pindah dari rumahnya, janda itu sekaligus rumahnya
dibakar. Ironisnya, anak kandung lurah justru tak sengaja ikut jadi korban kebakaran.

Kesimpulan :

Rumah Perkara menampilkan tokoh utama sebuah lurah yang haus akibat dari
perilaku korupsi sebelumnya. Untuk mendapatkan jabatannya, lurah tersebut dibantu oleh
pengusaha yang memiliki kepentingan pribadi terhadap wilayah di bawah jabatannya.
Karena dukungan tersebut, akhirnya lurah terpilih memenuhi keinginan pendukungnnya
untuk mengambil alih semua tanah di desa untuk dijadikan lapangan golf dan perumahan elit.

Sisi psikologis lurah menjadi sorotan utama film Rumah Perkara. Sebagai lurah ia
mengungkapkan pada kenyataan bahwa keputusan yang diambilnya berdampak negatif pada
masyarakat. Hal ini bertentangan dengan janji-janji yang dia gunakan pada saat kampanye
pemilihan lurah. Konflik dalam diri lurah tersebut semakin berat ketika ia harus mengambil
alih secara paksa milik seorang janda yang tidak mau meninggalkan desa tersebut. Dalam
cerita anak lurah tersebut ikut menjadi korban pembakaran rumah si janda karena tidak
meninggalkan rumahnya. Akhir film tersebut menunjukkan penyesalan pada diri si lurah atas
tindakannya, namun demikian semua terlambat karena rumah janda tersebut sudah dibakar
oleh orang pengusaha yang menginginkan tanah tersebut.
Pesan Moral :

Film tersebut, menggambarkan korupsi sejatinya berkaitan dengan moral manusia.


Pertama, moral manusia terhadap Tuhan, berupa mengimani (mempercayai) penuh bahwa
Tuhan akan melihat segala bentuk ketidakjujuran, kecurangan yang dilakukan walaupun tidak
ada orang yang melihat. Orang yang merasa senantiasa diperhatikan Tuhan, maka akan lebih
berhati-hati dalam bersikap, terutama yang menyangkut ketidakjujuran dan kecurangan, yang
menjadi asal muasal tumbuh suburnya korupsi. Rasa syukur akan banyaknya nikmat yang
dianugerahkan Tuhan akan terlihat dari kerendahan hati dan sikap qonaah. Namun, ketika
manusia tidak sadar bahwa setiap gerak-geriknya diperhatikan Tuhan, maka sikap kekufuran
terhadap nikmat akan mendominasi hati dan pikirannya.
Judul Film : Aku Padamu

Tokoh dan Peran :

1. Revalina S.Temat (Laras)


2. Nicholas Saputra (pacar Laras)

Alur Cerita :

Film ini berkisahkan dari seorang gadis yang akan pergi untuk kawin lari dengan
kekasihnya karena dia sudah muak akan ayah nya yang sering melakukan korupsi dan
kecurangan. Dia tidak ingin sosok ayahnya datang dipernikahannya, namun persyaratan
pernikahan itu harus memakai kartu keluarga, tetapi satu sama lain tak ada yang membawa
kartu keluarga dan kekasih gadis tersebut berkata padanya untuk memakai bantuan orang
dalam agar prosesnya lebih cepat, seketika gadis tersebut menolak karena dia mengingat akan
masa lalunya, dimana masa lalu yang mengajarkan dia untuk memulai sesuatu yang kecil pun
harus dengan kejujuran karena “DIRIMU YANG SEKARANG ADALAH CERMINAN
KEHIDUPAN MU NANTI”
Pada masa kecilnya, dia memiliki guru yang tidak mau menyogok ayahnya untuk
menjadi seorang PNS , dan akhirnya guru itu pun dipecat dari sekolahnya karena tidak
memberikan uang kepada bagisan pengurus kepegawaian, tapi guru itu tetap berusaha untuk
mengajar muridnya walau bukan sebagai guru disekolahnya. Guru itu tetap bertahan dengan
keadaan yang seadanya, guru itu pun akhirnya meninggal karena sakit. Karena pengalaman
masa kecilnya tersebutlah yang membuat seorang gadis ini memiliki pendirian untuk tidak
menyogok.

Kesimpulan :

Film ini menampilkan sisi moral yang diperankan oleh pelaku utama yang mana ia tak
mau berlaku curang seperti yang ayahnya selalu lakukan hanya demi memperlancar urusan
pernikahannya.

Pesan Moral :

Pada film berjudul ”Aku Padamu” ini menekankan kalau kita tidak boleh mengalah
dan menyerah untuk menjalani hidup dengan jujur apalagi segala sesuatu di dalam kehidupan
ini berawal dari yang kecil hingga akhirnya menjadi besar. Sekali tidak jujur maka akan
terbiasa menjadi tidak jujur. Bahkan menggampangkan semua hal yang salah karena orang
melakukannya. Padahal kita tahu yang orang lakukan salah. Itulah masalahnya. Hal yang
besar berawal dari sesuatu yang kecil jadi kalau kita sudah melakukan kebohongan di rumah,
maka akan berdampak kepada hal-hal lainnya. Sehingga pada akhir kesimpulan cerita
terdapat kutipan jika kita ingin sesuatu yang benar maka lakukanlah cara yang benar pula.
Judul Film : Unbaedah

Tokoh dan Peran :

1. Siti Fauziah (Baedah)


2. Devina Aureel (Mira)
3. Isma Imung (Mardiyah)
4. Bandel Iyas (Sigit)

Alur Cerita :

Film ini menceritakan tentang seorang ibu bernama Baedah yang selalu mengambil
jatah nasi berkat tetangganya secara diam-diam. Hal itu terus ia lakukan sampai semua
tetangganya sudah tau dan memang sudah menjadi rahasia umum.

Sampai suatu ketika ia menyuruh anaknya yang bernama Bagas untuk mencari
bapaknya karena lampu rumahnya mati dan perlu dibetulkan. Ketika ibu Baedah sendiri di
rumah terror pun terjadi sampai sebuah keranda masuk ke rumahnya lewat jendela. Ia
berteriak histeris dan terus memanggil anaknya. Sampai akhirnya bu Baedah mengembalikan
berkat yang telah ia ambil dan ia taruh di depan rumahnya.

Film diakhiri dengan penampakan ibu-ibu tetangga lain yang ternyata mereka lah
yang membuat terror di rumah bu Baedah. Lalu bu Baedah pun tau dan ia marah-marah
dengen ekspresi lucunya.

Kesimpulan :

Unbaedah mengisahkan tentang seorang ibu yang suka mengambil jatah nasi berkat
tetangganya. Meski kelakuannya sudah jadi rahasia umum, Baedah tak malu. Kebiasaan
Baedah terus berlanjut hingga akhirnya terjadilah teror kepada keluarganya. Sebuah keranda
masuk ke rumahnya lewat jendela.

Pikiran Baedah kacau. Dia percaya itu seperti karma, sebab nasi berkat terakhir yang
diambilnya berasal dari acara tahlilan tetangganya yang baru saja meninggal.
Pesan Moral :

Kisah Baedah mungkin receh, cuma menambah jatah nasi berkat. Akan tetapi, sekecil
apapun itu, saat ada hak orang yang kita ambil, maka kita sudah melakukan korupsi. Kita
sering tidak menyadari, tapi mungkin pernah melakukannya.
Judul Film : Kurang 2 ons

Tokoh dan Peran :

1. Dimas

2. Bapak

3. Ibu-ibu pembeli

Alur Cerita :

Menceritakan tentang anak kecil baru berumur 6 tahun yang sering membantu
ayahnya berjualan sayur di pasar tradisional, bernama Dimas. Saat Dimas disuruh
menimbang sayur pesanan orang, dia menirukan apa yang sering dilakukan ayahnya, yaitu
mengurangi sedikit jumlah timbangannya. Himgga pada suatu ketika, Dimas bertemu dengan
seorang ibu yang cerewet dan teliti, yang mendapati bahwa sayuran pesanannya tidak sesuai
dengan timbangan. Dimas akhirnya belajar bahwa tindakannya itu tidak benar.

Kesimpulan :

‘Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’. Mungkin pepatah itu yang cocok untuk
menggambarkan karakter Dimas. Dia belajar untuk berbuat curang dengan mengurangi
timbangan setiap pembeli datang berbelanja, tanpa tahu bahwa yang ia lakukan merupakan
hal yang tidak benar. Sampai suatu ketika salah satu pembeli yang mendapati perbuatan
Dimas yang mengurangi timbangan dan Dimas mendapat teguran. Sejak saat itu ia menyadari
bahwa tindakannya selama ini salah.

Pesan Moral :

Pesan moral yang disampaikan pada film tersebut mengajarkan kita untuk selalu jujur
dalam berbuat apapun. Karena kebohongan dan kecurangan yang kita lakukan akan
berdampak merugikan orang lain.

Selain itu film ini juga menyiratkan bahwa apa pun yang dilakukan orang tua pasti lah
akan ditiru sang anak. Jadi sebagai orang tua kita harus selalu mencontohkan berbuat baik
yang kemudian akan anak kita kelak tiru.

Anda mungkin juga menyukai