FILM PENDEK
KEPEDIHAN DARI WARGA PRIBUMI
Disusun Oleh :
1. Adinda Dwi Zalkia
2. Agustinus Rizky K
3. Annisa Putri
4. Alvi Septia Anggraeni
5. Dhia Salsa Qutrunazda
6. Djanuar Anzar
7. Fridha Putri Nabila
8. Kamaludin
9. Rossy Fuzy Lestari
10. Sri Daryanti
11. Syifa Intania Putri
12. Viqi Permadi Kusuma
13. Yuli Chyntia
SMAN SITURAJA
2023/2024
SINOPSIS
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji dan Syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini tentang film
pendek yang berjudul “KEPEDIHAN DARI WARGA PRIBUMI”.
Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan proposal ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan proposal ini
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan,kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menirima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
proposal ini
Akhir kata kami berharap semoga proposal tentang film yang kami buat ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Film pendek saat ini semakin banyak diproduksi dan dinikmati para pencinta
film terutama di kalangan pelajar. Film pendek itu adalah film yang lebih terlihat
simple namun memiliki pesan atau amanat moral yang dalam, serta mampu membius
para pencinta film di kalangan khususnya dan tidak kalak menarik dari film yang
berdurasi Panjang,lebih mendidik pada dunia nyata
Latar belakang kami membuat film ini yaitu untuk memenuhi tugas praktek di
mata Pelajaran seni budaya. Ide yang diangkat pada film ini merupakan
penggabungan ide antara anggota kelompok yang dibuat untuk menarik penonton
untuk memahami bagaimana kejam nya Belanda yang memperkerjakan pribumi
dengan sadisnya, sehingga banyak sekali korban jiwa atas pekerjaan paksa ini.
B. IDE GARAP/GAGASAN
C. KONSEP GARAP
Pada proses penggarapan film “KEPEDIHAN DARI WARGA PRIBUMI”,
sumber ide awal dalam pembuatan film ini adalah bermula dari ide pribadi yaitu ide
tesis Adinda Dwi Zalkia yang mengangkat tentang apa yang terjadi pada saat Zaman
Penjajahan, kemudian berkembang pada karakter Sukma selaku pemeran utama. Jika
dilihat dari awal produksi film “KEPEDIHAN DARI WARGA PRIBUMI”
berdasarkan gaya dan bentuk bertuturnya film ini termasuk film fiksi. Isi film ini
merupakan representasi kisah seorang wanita yang ingin membalaskan dendam
kepada Belanda yang telah mempekerjakan mereka dengan paksa dan membalas
dendam karena ayah nya dibunuh oleh Belanda. Dilihat dari bentuk tuturannya film
ini adalah berupa bentuk tuturan kritik yang ditujukan kepada penjajah Belanda.
Dalam film ditunjukan bagaimana konflik antara penjajah Belanda dengan pemeran
utama yaitu Sukma yang berjuang unttuk membalaskan dendamnya
Maksud dan tujuan kami membuat film pendek adalah untuk melengkapi tugas
praktek Seni Budaya,selain itu juga kami mempunyai tujuan untuk memproduksi film
pendek yang menceritakan tentang kekejaman Belanda terhadap pribumi dan ingin
menyimpan sebuah momen bersama teman – teman yang lain sebelum kami lulus
BAB 2
ISI GARAPAN
Properti : 1.Golok
2. Pistol
3. Bakul
4. Yanci
5. Pacul
6. Kored
Memang benar adanya, jika luka maka harus dibayar dengan luka, darah dibayar dengan
darah, dan nyawa dibayar dengan nyawa. Namun bagaimana caranya kita untuk
memberontak dengan keadaan diperbudak? Apakah kita harus berteriak dengan berderai air
mata? Terlalu habis waktu kita hanya untuk melakukan hal tersebut. Luka dan nyawa telah di
rampas dengan tidak manusiawi. Maka, ini adalah kisah kami. Memberontak dengan luka
dan duka yang mendalam.
Bagian 1.
Ecah : “Emak, apakah emak akan kembali bekerja dengan Tuan-Tuan yang jahat itu? Saya
sangat lapar menunggu Emak yang selalu bilang bahwa kita akan mendapatkan
makan dengan baik.” Dengan raut sedih, Ecah menunduk dan menggigit bibir bawah
nya.
Ratikah : “Maafkan Emak Ecah, Emak masih harus bekerja dengan baik lagi, sabar ya? nanti
Abah akan berikan makanan untuk kamu.” Emak memberikan usapan lembut pada
Ecah untuk menenangkan anak nya yang lapar dan ingin diberikan makanan seperti
apa yang dia inginkan.
Tak lama kemudian terdengar suara ribut diluar rumah. Ecah tersentak begitu pun dengan
Ratikah dan Soekarta. Ada apa?.
Ratikah : “Ecah cepat sembunyi dan diam dibalik lemari itu!! Jangan keluar jika semua belum
tenang. Percaya pada Emak.” Ecah segera berlari dan bersembunyi.
Ratikah : “Abah, cepat kita harus segera sembunyi. Ada Tuan Aldert sedang menyeret warga
diluar. Bagaimana jika menyeret kita juga? Saya tidak sanggup harus diperlakukan
seperti hewan oleh mereka”
Soekarta : “Tak apa Emak, kita hadapi semua sama-sama” Tepat saat pembicaraan itu
berhenti, Aldert masuk kedalam rumah mereka dan menyeret mereka keluar pergi
meninggalkan rumah dengan suara teriakan Ratikah yang memohon untuk
dilepaskan.
Ecah keluar rumah dengan keadaan wajah yang panik dan badan bergetar hebat. Emak dan
Abah nya, apakah mereka dibawa oleh Tuan yang jahat itu? Pikir Ecah. Ecah
menangis dan memanggil nama Ratikah berharap Emak akan kembali pulang dan
memakan makanan yang sempat Abah berikan.
Bagian 2.
Terdengar banyak sekali teriakan orang-orang Pribumi meminta untuk dilepaskan. Teriakan
mereka sangat terdengar menyakitkan dan begitu pilu. Lihat, bagaimana mereka
menyeret anak laki-laki dengan begitu brutal. Menyebabkan luka akibat gesekan
serbuk coklat yang menjadi saksi bisu atas rasa pilu mereka selama ini.
Aldert : “DIAM LAH MANUSIA BODOH!! Kalian disini hanya saya butuhkan untuk
menanam dan memanen semua rempah yang saya butuhkan. Kalian tidak pantas
untuk mendapatkan ini karena kalian adalah manusia bodoh yang pantas
diperbudak!” Dengan teriakan yang begitu keras, ia menahan rakyat dengan tali.
Mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas lutut rakyat yang tersungkur.
Prajurit 1 : “Maaf Tuan, setelah ini mereka akan dibawa kemana? Saya akan menyeret mereka
semua.”
Prajurit 2 : “Benar Tuan.”
Aldert : “Bawa mereka ke tanah kosong, dan biarkan mereka untuk menanam semua
rempah-rempah yang ada. Jangan biarkan mereka untuk berdiam diri, jangan berikan
mereka makan atau minum!” Kemudian ia pergi dan menghilang, membiarkan
mereka menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Prajurit 2 : “CEPAT!! LAMA SEKALI!!” Mereka menyeret rakyat dan memukulnya dengan
kencang. Membiarkan mereka berjalan dan menanam semua rempah-rempah yang
ada.
Aldert memperhatikan dari jauh bagaimana rakyat bekerja dengan begitu keras. Tunggu,
apakah ia salah lihat? Wah, rupanya ada wanita cantik disana. Ia tersenyum dengan
senang.
Aldert : “Apakah ini menjadi bagian saya? Tak sia-sia menjadikan mereka semua pekerja
tanam paksa. Dasar rakyat-rakyat yang dapat diperbudak. Wilayah ini milik saya,
maka siapapun yang berada disini adalah hak saya.” Ia bergumam sendiri dan pergi
untuk menemui sang Istri.
Bagian 3.
Louisha : “Raut mu sangat bahagia, ada apa dengan mu? Ingin cerita pada ku?” Aldert
disambut dengan baik oleh sang Istri yang menunggunya dirumah dengan baik.
Wanita itu merupakan wanita yang baik dan tak tega dengan orang lain.
Aldert : “Tak apa, hanya saja saya merasa senang atas apa yang telah saya lakukan hari ini.
Apakah kau akan merasa senang jika ku ceritakan?” Ia tersenyum dan dibalas
anggukan. Kemudian ia menceritakan hal apa yang terjadi.
Louisha yang nyatanya tak pernah merasa tega untuk semua rasa sakit rakyat pribumi, ia
pun hanya bisa tersenyum simpul. Hatinya tak tega melihat apa yang sang suami
lakukan, keji. Namun apadaya, ia hanya dapat menuruti untuk tetap bertahan hidup.
Lantas, ia pergi meninggalkan sang suami yang tertidur karena lelah.
Bagian 4.
Para rakyat dipekerjakan dengan begitu kejam, dipukul, dicambuk, diberikan ancaman untuk
membuat mereka tetap bekerja dengan baik. Hingga suatu Ketika.
Apandi : “Saya lelah, kenapa mereka mempekerjakan kami seperti ini. Bahkan tak ada yang
memberi minum atau makan sedikit pun, saya lapar. Ini sungguh sangat menyiksa”
Dengan cangkul yang berada di tangan nya, ia menyangkul dengan sekuat tenaga,
memanen hasil demi hasil yang mereka sempat tanam.
Mirah : “Benar, tapi tak apa. Biarkan saja seperti ini, kami sebagai rakyat yang hanya
mampu dijadikan budak, tak dapat melawan untuk apapun.” Seraya dengan
cangkulan yang tak pernah berhenti.
Sukti : “Ketidak mampuan kami tak cukup untuk melawan Tuan yang sering kali membuat
orang-orang kehabisan nyawa untuk melawan.” Sukti, mengumpulkan berbagai
macam rempah untuk diberikan pada yang lain. Ia menyimpan pada bakul yang
kosong.
Itah : “Hatiku sangat sakit karena terus menerut meratapi nasib seperti ini, tangan ku
sudah lelah, badan ku pun sudah tak sanggup untuk melakukan apapun lagi. Tolong,
rasanya sangat sesak.” Ia mencangkul tanah dengan keadaan lemas. Itah tergeletak
dengan keadaan pucat, badan nya dingin, membuat siapapun yang berada disana
merinding karena shock.
Beberapa orang berteriak meminta tolong untuk Itah, namun tak ada yang merespon
karena tahu seberapa kejam Tuan Aldert untuk itu. Hingga sang prajurit membawa
Itah kesebuah lahan kosong dan menguburnya begitu saja.
Sejak saat itu, mereka benar-benar kehilangan atas segala rasa semangat mereka untuk bisa
lepas dari kerja paksa Tuan Aldert terhadap pribumi. Melupakan semua harapan,
bahkan anak yang sempat mereka tinggal untuk tetap bertahan, mereka tak tahu
bagaimana keadaan mereka saat ini.
Bagian 5.
Membawa hasil panen dengan bakul, dua wanita itu terus berbincang, Encim yang membawa
bakul dengan langkah kecil karena sudah tua kemudian Ratikah yang membawa bakul
dengan isi yang sangat penuh. Ia memilikirkan bagaimana keadaan Ecah saat ini, ia sangat
merindukan Ecah.
Encim : “Mengapa kamu terlihat sangat murung Ratikah?” Ia berjalan dengan hati-hati
untuk melewati Sungai untuk membawa hasil panen tersebut kesebuah gubuk kecil
tempat menyimpan makanan.
Ratikah : “Tidak, hanya saja saya merindukan anak saya. Anak yang paling saya cintai,
anak satu-satunya.”
Encim : “Apakah anak mu masih ada?”
Ratikah : “Entah, saya merindukan nya”
Tiba-tiba saja Soerakarta dan Dibjo berada dihadapan nya dengan memanggul
sebuah pacul di Pundak nya. Ia melihat raut sang istri yang kian mengerut dimakan waktu.
Soekarta : “Maaf, aku tak dapat membawamu untuk pulang dan bertemu dengan nya.”
Tak lama kemudian Tuan Aldert melihat mereka dan menyeret semua orang yang berada
disana untuk berkumpul. Semua pekerja paksa dibiarkan berbaris. Tanpa apun ia
memberikan cambuk juga pukulan untuk seluruh pekerja.
Rujana : “Ampun Tuan, saya mohon lepaskan saya. Tubuh saya sakit Tuan, Ampun..”
Dengan kepala menunduk ia meminta ampun, punggung nya terinjak dengan sepatu
berat milik sang Tuan.
Nyatanya tak sampai disitu, Aldert menyiksa rakyat lain dengan kejam. Lalu meninggalkan
mereka dengan tawa yang sangat rendah. Tanpa ia sadari ada orang dibalik sebuah
pohon melihat bagaimana adegan itu terjadi. Sukma nama nya, wanita cantik yang
sempat Aldert kagumi dengan rasa penasaran atas rakyat pribumi.
Bagian 6.
Aldert menyeret paksa Sukma dengan keadaan histeris, memaksanya untuk memenuhi
nafsunya dan meledakkan amarah nya.
FLASHBACK.
Pada saat itu. Aldert mempercayai seorang pribumi dengan keadaan yang serba tak ada.Ia
mempercayai nya untuk menjadi tangan kanan nya. Menemaninya bagaimana ketika
ia akan memeras warga pribumi untuk menyerahkan hasil tanaman mereka. Namun
ternyata pribumi itu berkhianat dan membuat keluarga dari Aldert meninggal
karena tembakan yang dituju oleh pribumi tersebut. Lantas ia marah, dan merasa
kecewa, bertahun-tahun ia mencari pribumi tersebut namun nihil, hingga akhirnya
ia bertemu dengan Sukma, anak pribumi yang bodoh itu. Ia merasa dendam dan
kemudian menjadikan nya pekerja paksa untuk membuatnya merasa tersiksa dengan
apa yang telah Bapak nya lakukan. Namun dendam nya tak sampai situ saja, ia pun
melakukan hal yang tak terduga untuk membuatnya semakin tersiksa. Dasar
Pribumi bodoh. Sialan.
FLASHBACK OFF.
Disinilah Sukma, dengan keadaan yang buruk. Ia menangis sejadi-jadinya dan menunduk
merasakan sakit hati yang teramat dalam. Dirinya kotor, Belanda yang brengsek
dan tak tahu diri.
Bagian 7.
Sejak saat itu, Aldert semakin kejam dan di temani sang Istri saat ia dengan tega menyiksa
pribumi hingga mati. Luka dan ketakutan atas apa yang mereka alami begitu kuat.
Seperti sekarang, para pribumi tengah dipaksa untuk bekerja dengan lebih keras,
mencambuk orang-orang yang bekerja dengan begitu lambat.
Ecah terjatuh dan kemudian ia melihat ke aras atas, bagaimana tangan nya di injak oleh
Tuan dari Belanda yang sangat kejam. Ia menangis, emarasakan sakit. Kemudian
rambutnya dijambak dan di Tarik, membantingnya kearah samping dan
membuatnya tak sadarkan diri.
Soekarta : “BAJINGAN!! ANAK SAYA!!” Ia berjalan maju, namun ia gagal karena tusukan
mengenai tubuh kurus nya. Dan semua orang yang melihat itupun marah, dengan
tenaga yang mereka punya, mereka melawan sekuat tenaga. Membawa bambu dan
benda-benda lain untuk menyerang Aldert begitu pun dengan prajurit.
Perlawanan itu semakin sakit jika dilihat, Ratikah dan Sukti yang menghampiri Ecah. Anak
itu terlihat pilu, luka di sekujur tubuh dengan kondisi tangan yang remuk. Kepala
nya tergesek dengan tanah yang banyak sekali batu. Tak lama, nyawa nya terrenggut
atas kekejaman yang tak pernah ia pahami adanya. Maaf Emak, Ecah gugur untuk
membawa mu kembali kerumah yang sederhana berharap Bahagia.
Darah yang mengalir banyak, diman-mana dan teriakan yang begitu memilukan.
Bahkan tumpahan air mata yang tak pernah kering.
Tak lama, Sukma hadir dengan Louisha. Dengan Sukma yang datang membawa Kriss
kemudian tertuju pada Aldert.
Sukma : “Saya memang bukanlah wanita bodoh seperti apa yang kau katakana. Saya ingin
melihat seberapa kejam jin yang ada pada dirimu, namun nyatanya kau tak pernah
puas dengan apa yang telah mereka berikan padamu!” Todongan kriss itu tepat pada
dagu Aldert, dan tepat di belakang Sukma ada Louisha, Sang Istri.
Aldert : “Apa yang kau bicarakan? Wanita sialan!! Menjauh dari sini! Kau ha-“ Tepat pada
kalimat itu, Sukma menusuk nya dengan sangat dalam. Lalu ia menendang nya dan
pergi kearah Ratikah yang menangis dengan sendu.
Louisha yang melihat itu pun berteriak menanggil nama Aldert. Bersimpuh dan melihat
bagaimana Aldert yang mengeluarkan banyak sekali darah.
Louisha : “Saya meminta maaf. Terlalu muak untuk sebuah nyawa dibalas dengan nyawa,
saya mengadu pada Ecah anak si pribumi karena amarah saya tak yang pernah usai
denga napa yang kau lakukan! Hiks..Saya mohon, biarkan saya hidup dengan
keadaan yang lebih baik, saya pun sama serti mereka yang hanya diperbudak oleh
sebuah ancaman mu.”
Aldert : “Ayah mu tak mampu membayar banyak hutang, dan kau penggantinya. Wanita
yang tak tahu diri!” Ujar nya dengan suara melemah.
Ia melihat sekeliling dan lihatlah, pribumi yang tersiksa dan tangisan atas duka yang
mendalam. Hatinya begitu sakit. Lantas ia mengambil kriss lalu menusuk tepat pada
jantung nya.
Louisha : “ Maafkan atas segala rasa sakitmu wahai pribumi, ambil lah nyawa ku sebagai
tebusan atas pilu yang tak kunjung melepas biru”
Kemudian sejak saat itu, pribumi kembali dengan keadaan yang jauh lebih baik. Segala rasa
pilu dengan duka yang kian mendalam, semua nya terkubur dalam-dalam. Maaf untuk
segala kesalahan nya.
SELESAI
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
DOKUMENTASI