Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KORUPSI DALAM FILM

“KITA VS KORUPSI”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Disusun Oleh :
Tingkat 3A
Ayu Ulfah Zakiyah
34403516023

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR


AKADEMI KEPERAWATAN SURYAKANCANA
Jl. PasirGede Raya No.19 Tlp.(0263)267206 Fax.270953 Cianjur 43216
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirahiim

Puji syukur kita panjatkan kehaditat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
perlindungan-Nya makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi, yang berjudul “Analisis Korupsi dalam
Film “Kita vs Korupsi”.

Terima kasih saya ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu


kami dalam menyelesaikan penulisa tugas ini, diantaranya:
1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kami kesehatan sehingga bisa
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
2. Orang tua yang sangat saya cintai yang telah memberikan doa dan
motivasi kepada saya.
3. Bapak Obar, Ns., M. Kep selaku dosen mata kuliah Pendidikan Budaya
Anti Korupsi.
4. Teman-teman yang saya banggakan yang telah member semangat dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Disamping itu saya selaku penyusun menyadari bahwa dalam membuat
tugas masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mengharapkan saran dan
kritik untuk membangun pola pikir saya menjadi lebih baik. Harapan saya
semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan penyusun pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Cianjur, November 2018

Penyusun
ANALISIS KORUPSI DALAM FILM
“KITA VS KORUPSI”

A. Film “Kita Versus Korupsi”

Pada 2012, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) bekerjasama


dengan Transparency International Indonesia (TII), United State Agency
International Development (USAID), Cangkir Kopi, Management System
International (MSI) dan sinemas perfilman Indonesia, KPK membuat
sebuah film berjudul “Kita Versus Korupsi”. Film tersebut dibuat dalam
rangka kampanye menumbuhkan budaya anti korupsi dan sudah diputar di
tujuh belas kota di Indonesia.
Hal lain yang menarik dalam “Kita Versus Korupsi” adalah kasus
korupsi yang ditampilkan tidak sebesar kasus yang biasa ditangani KPK,
yaitu kasus korupsi dalam lingkungan pemerintahan atau kelembagaan
yang kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat narasi
korupsi yang dibuat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui
film “Kita Versus Korupsi” (KVK) sebagai media kampanye
antikorupsinya.
Film berjudul “Kita Versus Korupsi” merupakan film omnibus,
kata omnibus berasal dari bahasa latin “omnibus” yang artinya untuk
semuanya. Omnibus dapat diartikan sebagai kumpulan beberapa film
pendek yang tergabung menjadi satu film panjang karena membicarakan
hal yang sama. Dalam film berjudul “Kita Versus Korupsi” berdurasi 1
jam 10 menit 52 detik itu terdapat empat film pendek di dalamnya yang
merupakan karya sutradara Emil Heradi, Lasja F. Susatyo, Ine Febriyanti,
dan Chairun Nissa yang tergabung menjadi satu film panjang dengan tema
yang sama yang mencerminkan realitas sosial yang ada di dalam
kehidupan masyarakat di negeri ini.

B. Sinopsis & Tanggapan Film “Kita Versus Korupsi”


Film korupsi yang saya analisa adalah film yang berjudul “Kita Versus
Korupsi”, merupakan film yang terdiri dari kumpulan cerita pendek
mengisahkan tentang korupsi yang sering terjadi disekitar kita. Berikut
review dari beberapa cerita pendek tersebut dalam film “Kita Vs Korupsi”:
1. Part I “Rumah Perkara”
Sutradara : Emil Heradi

Gambar 1.1 Rumah Perkara

Film ini mengangkat sebuah cerita tentang seorang kepala desa/


lurah yang tidak menepati semua janjinya untuk mensejahterakan,
melindungi dan menjaga rakyat dan daerahnya dengan disertai sumpah
“Demi Allah”. Tetapi setelah terpilihnya dia sebagai kepala desa, dia
menyetujui suatu program, dimana sebagian tanah didesanya tersebut
akan dijadikan tempat wisata. Karena mendapatkan kucuran dana yang
tidak sedikit dari para investor dan para jajaran proyektor itu, kepala
desa secepatnya mengambil hak tanah milik warga. Banyak warga
disana yang pergi dari desanya tersebut dikarenakan sudah tidak
memiliki hak atas tanahnya yang sudah diambil pengusaha pemilik
proyek pembangunan tempat wisata tersebut. Namun terjadi sebuah
konflik, dimana kepala desa tersebut memiliki simpanan yang tidak
mau pindah dari rumah itu, karena rumah adalah rumah satu-satunya
yang dia miliki. Dan singkatnya setelah kepala desa tersebut telah
berhasil mendapatkan surat tanah dari wanita simpanannya itu. Saat
para proyektor sudah habis kesabaran karena wanita itu tidak mau
meninggalkan rumahnya, lalu mereka membakar rumah wanita
tersebut dan wanita tersebut masih ada didalamnya, dan dengan
menyesal kepala desa tersebut datang terlambat ke rumah itu dan
mendapati rumah itu telah terbakar habis.
Tanggapan Film 1 (Rumah Perkara) :
Pada film berjudul ”Rumah Perkara” menekankan kita ketika kita
menjadi pemimpin jangan memberikan janji yang belum tentu kita bisa
lakukan apalagi jika bersangkutpaut dengan adanya uang dari pihak
lainnya. Sehingga ketika kita berjanji banyak hal dan terpilih suatu hari
nanti maka sangat sulit melakukan hal yang benar saat sudah
berhadapan dengan uang yang ada di depan mata. Maka dari itu,
pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal janji dan
perlindungan, bukan untuk masalah kepentingan diri sendiri ataupun
uang yang mereka dapatkan dari pihak lainnya
2. Part II “Aku Padamu”
Sutradara : Lasja Fauzia Susatyo

Gambar 1.2 Aku Padamu

Seorang gadis yang mempunyai pendirian untuk tidak menyogok


siapapun demi melancarkan apa yang dia mau. Dia diajak pacarnya
untuk menikah tanpa sepengetahuan orang tuanya. Kantor KUA yang
mengurusnya meminta pasangan ini untuk menyerahkan Kartu
Keluarga sebagai salah satu syaratnya, tapi karena mereka tidak ingin
orang tuanya tahu tentang pernikahan ini sang pria ingin mencoba
menyogok pegawai KUA untuk memperlancar pernikahanya tanpa
Kartu Keluarga itu. Tapi si wanita tidak setuju untuk memberikan uang
kepada pegawai KUA tersebut, karena si wanita mempunyai pendirian
untuk tidak menyogok siapapun untuk memperlancar pernikahannya.
Sewaktu kecil wanita itu mempunyai guru yang tidak mau menyogok
untuk menjadi seorang PNS akhirnya guru itu pun dipecat dari
sekolahnya karena tidak memberikan uang kepada bagian pengurus
kepegawaian, tapi guru itu tetap berusaha untuk mengajar muridnya
walau bukan sebagai guru disekolahnya. Guru itu tetap bertahan
dengan keadaan yang seadanya, guru itu pun akhirnya meeninggal
karena sakit. Karena hal itulah wanita itu pun mempunyai pendirian
untuk tidak menyogok.
Tanggapan Film 2 (Aku Padamu):
Pada film berjudul ”Aku Padamu” ini menekankan kalau kita tidak
boleh mengalah dan menyerah untuk menjalani hidup dengan jujur
apalagi segala sesuatu di dalam kehidupan ini berawal dari yang kecil
hingga akhirnya menjadi besar. Sekali tidak jujur maka akan terbiasa
menjadi tidak jujur. Bahkan menggampangkan semua hal yang salah
karena orang melakukannya. Padahal kita tahu yang orang lakukan
salah. Itulah masalahnya. Hal yang besar berawal dari sesuatu yang
kecil jadi kalau kita sudah melakukan kebohongan di rumah, maka
akan berdampak kepada hal-hal lainnya. Sehingga pada akhir
kesimpulan cerita terdapat kutipan jika kita ingin sesuatu yang benar
maka lakukanlah cara yang benar pula.

3. Part III “Selamat Siang Risa”


Sutradara : Ine Febriyant

Gambar 1.3 Selamat Siang Risa

Hidup sebuah keluarga yang sangat sederhana seorang ayah yang


bekerja di gudang beras dan ibu yang menjadi penjahit untuk
membantu ekonomi keluarga. Suatu ketika anak yang paling kecil
sakit mereka tidak punya biaya untuk berobat bahkan untuk makan
juga tidak ada. Saat susah itu datang seorang juragan beras yang ingin
menyewa gudang beras itu untuk menaruh bers selundupan di gudang
tersebut dengan bayaran yang cukup banyak sangat cukup untuk
mengobati anaknya dan mkan. Tapi dengan keteguhannya dan
tanggung jawabnya sebagai pegawai gudang itu sang yah menolak
untuk menerima sogokan itu sekalipun sedang dalam keadaan susah.
Setelah dewasa anaknya yang paling besar bernama Risa menjadi
kepala bagian perijinan disuatu perusahaan dia diminta untuk
melancarkan sebuah proyek agar ijinnya bisa cepat dikeluarkan dengan
bayaran yang cukup besar, tapi dia menolak karena ingat apa yang
diajarkan ayahnya untuk tidak menerima sogokan. Dan Risa
mempunyai pendirian bahwa “kebaikan itu lahir dari kebaikan
sebelumnya”.
Tanggapan Film 3 (Selamat Siang, Risa):
Film ketiga yang berjudul “Selamat Siang, Risa” ini
menggambarkan seorang anak yang dibesarkan dengan kejujuran
orang tuanya terhadap hidup dan masalah penyalahgunaan wewenang
meskipun kecil mempengaruhi kehidupan dia selanjutnya. Dia belajar
banyak dari kejujuran orang tuanya. Dengan jujur semua pada
akhirnya akan baik-baik saja. Bayangkan kalau ayahnya menerima
uang sogokan. Di masa akan datang anaknya pasti akan merasa biasa
saja untuk menerima uang tambahan yang diberikan pihak lain.Ssemua
kembali dari mana kita berasal. Kalau kita dibesarkan dengan
menjunjung tinggi kejujuran, kita akan menjadi orang yang jujur.

4. Part IV “Pssstttt…... Jangan Bilang Siapa-siapa”


Sutradara : Chairun Nissa

Gambar 1.4 Pssstttt…... Jangan Bilang Siapa-siapa


Judul keempat film kita vs korupsi ini adalah Pssst jangan bilang
siapa-siapa. Film ini menceritakan perilaku anak remaja sekarang yang
sering melakukan tindakan berbohong dan mencoba untuk melakukan
korupsi di usia dini. Dalam kehidupan sehari-harilah yang
mengajarkan anak usia dini semacam ini melakukan tindakan korupsi,
dari ayah yang sering berkorupsi di kantor, ibunya yang sering
berbohong dan meminta uang belanja lebih, anak yang berbohong
meminta uang untuk keperluan sekolah lebih, seorang guru yang
memakai uang untuk member nilai, mungkin di zaman seakarang
kejujuran sangatlah susah. Tetapi beda dengan pemain yang bernama
gita difilm ini, gita berbeda pendapat dengan teman-temannya yang
selalu bangga dengan hal itu, gita memiliki caranya sendiri untuk
memperjuangkan keinginannya seperti membeli kamera hasil
menabungnya, dan dia rela mendapatkan nilai kecil karena dia tidak
membeli buku di gurunya karena dia membeli buku itu diluar namun
bagi dia semua kembali pada diri kita semua.
Tanggapan Film 4 (Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa):
Pada film ”Pssst... Jangan Bilang Siapa Siapa” sangat mudah untuk
diambil amanahnya karena menyangkut dalam kehidupan sehari-hari
seorang remaja di sekolah. Dengan teknik pengambilan gambar video-
cam dari mata seorang murid SMA yang sedang membuat film
dokumenter, kita melihat anak-anak SMA masa kini yang dengan
enteng menilep duit di sana-sini. Satu murid ditugaskan gurunya untuk
menjual buku pelajaran dengan harga yang lebih mahal daripada harga
buku di toko. Keuntungannya akan dikantongi sang guru dan sang
murid. Korupsi ini terus berantai dari satu orang ke orang lain, dimulai
dari usia dini hingga dewasa dan berlangsung dari lini terbawah hingga
atas, vertikal dan horizontal.
C. Analisis Film “Kita Versus Korupsi”
1. Part I “Rumah Perkara”
a. Perkembangan watak kepala desa : kepala desa sangatlah
mementingkan diri sendiri dalam film ini, karena tidak
mempertimbangkan nasib rakyatnya.
b. Korupsi yang ditampilkan : kepala desa melakukan korupsi yaitu
dengan menyetujui suatu program yang tidak mempertimbangkan
nasib rakyatnya karena dia akan mendapatkan kucuran dana yang
sangat besar.
c. Akibat yang timbul : kepala desa menyesal yang sangat terdalam
dia terima karena dia tidak bias menjalankan amanahnya.
d. Undang-Undang yang dilanggar :
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
1) BAB II Pasal 2 Ayat 1:
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
2) BAB II Pasal 3 :
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”
UU No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 h dan i :
h. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang
diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perudang-undangan; atau
i. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau pengawasan yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya

2. Part II “Aku Padamu”


a. Perkembangan watak laras (seorang gadis) : gadis ini memiliki
pendirian untuk tidak menyogok karena pengalaman yang didapat
pada masa kecilnya dulu.
b. Korupsi yang ditampilkan :
1) Korupsi untuk mengangkat seorang guru untuk menjadi PNS
2) Calo untuk mempermudah proses menikah di KUA
c. Akibat yang timbul : hingga akhir hidupnya dia (Laras) tidak
pernah menyesal karena dia melakukan hal yang benar dan jujur.
d. Undang-Undang yang dilanggar :
UU No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 B
1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggaran
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut
a) yang nilainya Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau
lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b) yang nilainya kurang dari Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dilakukan oleh penuntut umum.
2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggaran negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

3. Part III “Selamat Siang Risa”


a. Perkembangan watak seorang ayah : ayahnya sangat berpendirian
agar tidak melakukan korupsi meskipun hidupnya sangat jauh dari
kata cukup.
b. Korupsi yang ditampilkan :
1) Menyogok seorang ayah tersebut untuk membantu menyimpan
beras digudangnya dan mendapat bayaran yang sangat besar.
2) Menyogok risa (kepala bagian perijinan disuatu perusahaan)
agar dapat memperlancar bisnis orang tersebut.
c. Akibat yang timbul : seorang ayah tersebut berhasil mendidik
anaknya dan memberi contoh agar tidak melakukan korupsi.
d. Undang-Undang yang dilanggar :
UU No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 B
1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggaran
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut.
a) yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau
lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan
merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b) yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dilakukan oleh penuntut umum.
2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggaran negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

4. Part IV “Psssstttt….JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA”


a. Perkembangan watak Ola dan Eci : sering melakukan korupsi
dalam keluarganya, termasuk ayah dan ibunya.
b. Perkembangan watak Gita : sangat berpendirian, tidak mudah
terpengaruh oleh teman-temannya yang suka korupsi.
c. Korupsi yang ditampilkan :
1) Ibu Ola selalu meminta uang belanja lebih.
2) Ayah Ola melakukan korupsi dengan atasannya.
3) Ola melakukan korupsi dengan meminta uang lebih untuk
membeli perlengkapan sekolah.
4) Gurunya melakukan korupsi dengan memberi nilai dengan
memakai uang melalui penjualan buku paket untuk memberi
nilai.
d. Akibat yang timbul : Dalam lingkungan Gita sudah jarang
ditemukan orang-orang jujur dan yang tidak melakukan korupsi.
e. Undang-Undang yang dilanggar : Peraturan Pemerintah no. 17
tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) no. 2
tahun 2008 tentang buku.

D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai representasi pelaku korupsi di
Indonesia dalam film Kita Versus Korupsi, peneliti memiliki beberapa
saran, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
a. Perlu adanya peraturan yang lebih ketat lagi bagi seluruh pegawai
perusahaan serta pengawasan keuangan perusahaan agar tidak
adanya penyimpangan dan penyelewengan dana.
b. Pegawai di perusahaan sebaiknya diberi gaji yang tinggi/gaji
dinaikan agar tidak terjadi korupsi dan penggelapan dana
perusahaan.
c. Adanya sanksi yang berat bagi pegawai perusahaan yang
melakukan korupsi.
2. Bagi Instansi
a. Perlu adanya kerjasama antar instansi untuk memerangi korupsi
terutama di bidang penindakan, pencegahan, peningkatan kapasitas
sumber daya manusia, pertukaran informasi dan teknologi, dan
bantuan penegakan hukum.
b. Pemberhentian, pemecatan dan tidak diberikannya gaji bagi
seluruh PNS yang melakukan korupsi.
c. Memasukan pendidikan formal budaya anti korupsi dalam
kurikulum seluruh perguruan tinggi. Mengingat perguruan tinggi
dapat membantu menanamkan paham antikorupsi di usia dewasa
awal pada generasi penerus bangsa.
3. Bagi Umum
a. Masyarakat perlu memperluas pemahaman mengenai bentuk
tindak korupsi. sehingga dalam mengidentifikasi pelaku korupsi
tidak lagi hanya terpaku pada sosok tertentu. Dengan demikian
juga dapat memberikan idei-ide baru untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi.
b. Masyarakat dapat menjadikan media massa sebagai referensi,
namun, tetap mengandalkan referensi dari sumber lainnya.
Masyarakat dapat mengkritisi serta memilih isi media massa yang
tidak sesuai dengan segmentasi atau fakta, terutama yang barkaitan
dengan pelaku korupsi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai