“KITA VS KORUPSI”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi
Disusun Oleh :
Tingkat 3A
Ayu Ulfah Zakiyah
34403516023
Bismillahirrohmaanirahiim
Puji syukur kita panjatkan kehaditat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
perlindungan-Nya makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi, yang berjudul “Analisis Korupsi dalam
Film “Kita vs Korupsi”.
Penyusun
ANALISIS KORUPSI DALAM FILM
“KITA VS KORUPSI”
D. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai representasi pelaku korupsi di
Indonesia dalam film Kita Versus Korupsi, peneliti memiliki beberapa
saran, antara lain:
1. Bagi Perusahaan
a. Perlu adanya peraturan yang lebih ketat lagi bagi seluruh pegawai
perusahaan serta pengawasan keuangan perusahaan agar tidak
adanya penyimpangan dan penyelewengan dana.
b. Pegawai di perusahaan sebaiknya diberi gaji yang tinggi/gaji
dinaikan agar tidak terjadi korupsi dan penggelapan dana
perusahaan.
c. Adanya sanksi yang berat bagi pegawai perusahaan yang
melakukan korupsi.
2. Bagi Instansi
a. Perlu adanya kerjasama antar instansi untuk memerangi korupsi
terutama di bidang penindakan, pencegahan, peningkatan kapasitas
sumber daya manusia, pertukaran informasi dan teknologi, dan
bantuan penegakan hukum.
b. Pemberhentian, pemecatan dan tidak diberikannya gaji bagi
seluruh PNS yang melakukan korupsi.
c. Memasukan pendidikan formal budaya anti korupsi dalam
kurikulum seluruh perguruan tinggi. Mengingat perguruan tinggi
dapat membantu menanamkan paham antikorupsi di usia dewasa
awal pada generasi penerus bangsa.
3. Bagi Umum
a. Masyarakat perlu memperluas pemahaman mengenai bentuk
tindak korupsi. sehingga dalam mengidentifikasi pelaku korupsi
tidak lagi hanya terpaku pada sosok tertentu. Dengan demikian
juga dapat memberikan idei-ide baru untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi.
b. Masyarakat dapat menjadikan media massa sebagai referensi,
namun, tetap mengandalkan referensi dari sumber lainnya.
Masyarakat dapat mengkritisi serta memilih isi media massa yang
tidak sesuai dengan segmentasi atau fakta, terutama yang barkaitan
dengan pelaku korupsi di Indonesia.