Anda di halaman 1dari 4

Analisa kasus korupsi H.

Annas Maamun

1. Pengertian Korupsi berdasarkan kasus

Hendry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with an intent
to give some advantage inconsistent with official duty and the rigths of
others”, (terjemahan bebasnya: suatu perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan
kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain). Menurut black adalah
perbuatan seseorang pejabat yang secara melanggar hukum menggunakan
jabatannya untuk mendapatkan suatu keuntungan yang berlawanan dengan
kewajibannya.
Menurut Barley, pekataan “korupsi” dikaitkan dengan perbuatan yang
berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang atas kekuasaan sebagai
akibat adanya pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi
keuntungan pribadi.
Menurut analisa penulis dari kasus korupsi H. Annas Maamun, bahwa kasus
korupsi suatu perbuatan yang berhubungan dengan penyalahgunaan
jabatan demi kepentingan pribadi maupun korporasi, bagi mereka yang
memegang jabatan atau kekuasaan senatiasa menyalahgunakan
kekuasaaan mereka itu. Tindakan korupsi oleh H. Annas Maamun ini
merupakan tindakan yang berdampak bukan hanya pada lingkungan, tetapi
memicu persoalan sosial (konflik), bencana lingkungan menahun,
pemiskinan dan lain-lain.

2. Jenis-jenis perbuatan korupsi berdasarkan kasus

Against the rule corruption, artinya korupsi yang dilakukan sepenuhnya


bertentangan dengan hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan
jabatan untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi. Dan
korupsi ini termasuk jenis korupsi dibidang materiil dimana korupsi yang
menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi
dibidang ekonomi dan menyangkut bidang kepentingan umum. Menurut
analisa penulis tindakan korupsi oleh H. Annas Maamun ini termasuk
tindakan yang sepenuhnya melanggar hukum dan berhubungan dengan
materi atau keuangan.

3. Bentuk dan tipe korupsi berdasarkan kasus

Menurut analisa penulis pada kasus korupsi H. Annas Maamun, kasus ini
merupakan tingkatan teratas yang disebut dengan Material benefit
(mendapatkan keuntungan material yang bukan haknya melalui
kekuasaaan), mengapa? Karna H. Annas Maamun melakukan
penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan material baik
bagi dirinyas sendiri maupun orang lain. Kasus korupsi pada tingkat ini
sangat membahayakan dikarenakan melibatkan kekuasaan dan keuntungan
material.
Sedangkan tipe korupsi yang menyangkut korupsi H. Annas Maamun ini
adalah Mercenery corruption yakni, jenis tindak pidana korupsi yang
bermaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan
wewenang dan kekuasaan.

4. Faktor-faktor penyebab terjadinya kasus korupsi ini

 Faktor organisasi

Menurut analisa penulis faktor organisasi termasuk kedalam faktor


penyebab terjadinya tindak pidana korupsi karena H. Annas Maamun
termasuk politisi partai Golkar (golongan karya) yang dimana ia juga
merupakan gubernur RIAU ditambah lagi dengan kewewenang yang begitu
besar tanpa adanya pertanggungjawaban sehingga para pelaku korupsi ini
senantiasa melakukan korupsi dengan mengandalkan partai ataupun
jabatannya diorganisasi.

 Faktor ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor terpenting dalam tindak pidana korupsi ini,
penulis menganalisa bahwa tindak pidana korupsi ini sangat jelas kaitannya
dengan faktor ekonomi dimana pelaku merasa bahwa keiinganannya yang
begitu besar dan juga gaji yang tidak mencukupi kebutuhan mendorong
terjadinya korupsi ini. Selain rendahnya gaji dan keinginan, banyak aspek
yang ekonomi lainnya yang menjadi penyebab terjadinya korupsi,
diantaranya adalah kekuasaan pemerintahan yang dibarengi dengan faktor
kesempatan untuk memenuhi kekayaan pelaku.

 Faktor hukum

Lemahnya penegakkan hukum merupakan faktor terjadinya korupsi. Sanksi


yang tidak tepat dengan perbuatan yang dilarang sehingga terasa begitu
ringan atau tidak fungsional membuat para pelaku menganggap bahwa
hukum itu tidak ada apa-apanya.
Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor intenal (NIAT) dan faktor
eksternal (KESEMPATAN). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang
meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dianut, sedangkan kesempatan terkait
dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai
dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada semua individu.
Setidaknya ada 9 nilai anti korupsi yang penting untuk ditanamkan pada
semua individu, yaitu: kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,
tanggung jawab, kerja keras, sederhana, kebernian, dan keadilan[[10]].

5. Dampak masif berdasarkan kasus

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahawa kasus korupsi yang melibatkan
Gubernur Riau H. Annas Maamun ini sangat berdampak pada birokrasi
pemerintahannya, terlebih lagi bapak H. Annas Maamun ini merupakan
gubernur terpilih, setelah dilakukan penangkapan posisi gubernur untuk
sementara waktu kosong dan pada 25 mei 2016 plt gubernur yaitu
Arsyadjuliandi Rachman dilantik secara resmi menjadi gubernur setelah 20
bulan menjabat menjadi plt. Kasus korupsi ini juga berdampak pada
lingkungan fisik yakni penyimpangan terhadap anggaran pembangunan dan
pelaksanaan infrastruktur dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi
dan berdampak pada kemiskinan rakyat.

6. Kasus H. Annas Maamun menurut perspektif

 Dalam perspektif budaya

Kasus korupsi dalam perspektif budaya sudah menjadi sesautu yang


dianggap biasa karena telah dilakukan baik secara sadar maupun tidak
sadar.

 Dalam perspektif agama

Agama menentang korupsi karna agama mengajarkan penganutnya untuk


hidup jujur, lurus, dan benar. Iman yang lemah juga menjadi pendorong
terjadinya korupsi.

 Dalam perspektif hukum

Dalam hukum tindak pidana korupsi dipandang sebagai kejahatan luar


biasa, dan ada beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah yang
erat kaitannya untuk mencegah dan memberantas korupsi, yaitu:

 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab Undang-undang


Hukum acara pidana.
 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan
Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan Nepotisme.
 Undang-undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan tindak
pidana korupsi.

Dinegara kita persoalan pembinaan hukum nasional bertambah kompleks


karena sistim hukum yang berlaku di indonesia paling tidak dibidang perdata
bersifat pluralistis yaitu mengenal golongan dan penduduk, yang masing-
masing tunduk pada hukum yang berlainan[[11]].

Anda mungkin juga menyukai