Abstrak
T
ujuan dari makalah ini adalah untuk menyajikan konsep, prinsip-
prinsip, dan nilai tambah dari pendekatan pembangunan berbasis
hak asasi manusia (HRBA). HRBA adalah suatu kerangka kerja
konseptual untuk proses pembangunan manusia yang secara
normatif didasarkan pada standar HAM internasional dan secara operasional
diarahkan untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia. Dari perspektif
ini, tujuan akhir dari pembangunan adalah untuk menjamin hak asasi manusia
bagi semua orang. Artinya, hak asasi manusia merupakan sasaran, tujuan akhir,
fokus utama pembangunan, dan mekanisme dalam perencanaan, kebijakan,
dan proses pembangunan.
Oleh karena itu, HRBA akan meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pembangunan manusia karena menempatkan kesejahteraan manusia sebagai
subyek pembangunan. Kesejahteraan manusia akan lebih terjamin karena
difokuskan pada rasa hormat terhadap martabat dan kebebasan manusia. HRBA
menekankan pentingnya penguatan pemangku kewajiban untuk memenuhi
kewajiban mereka dan memberdayakan pemegang hak untuk mengklaim hak-
hak mereka. Hal ini akan mengurangi kerentanan pada masyarakat yang paling
terpinggirkan dan termarjinalkan. Dalam situasi seperti itu, HRBA dapat membantu
mencegah banyak konflik akibat kemiskinan, diskriminasi dan pengucilan (sosial,
ekonomi dan politik) yang akan menurunkan derajat kualitas pembangunan
itu sendiri. Akhirnya, upaya-upaya pembangunan akan menghasilkan kualitas
pembangunan yang lebih baik secara berkelanjutan dengan fokus pada keadilan
sosial dan pembangunan manusia yang berkelanjutan.
Abstract
The aim of this paper is to present the concept, guiding principles, and value
added of the human rights – based approach (HRBA) to development. HRBA is a
conceptual framework for the process of human development that is normatively
based on international human rights standards and operationally directed to
promoting and protecting human rights. From this perspective, the ultimate
goal of development is to guarantee all human rights for everyone. It means that
human rights can be the means, the ends, the central focus of development, and
the mechanism of planning, policies, and processes of development.
Therefore, HRBA will ultimately enhance and improve the quality of human
development because it puts human well-being as the subject of development.
Human well-being will be more secure because it is focused on respect for human
dignity and freedom. HRBA emphasizes the importance of strengthening duty -
bearers to fulfil their obligations and empowering rights - holders to invoke their
rights. This will be reduced vulnerabilities on the most marginalized and excluded
society. Under this circumstance, HRBA can help prevent the many conflicts
based on poverty, discrimination and exclusion (social, economic and political)
that will destroy development quality. Finally, it will lead to better sustained
results of development efforts by focusing on social justice and sustainable
human development.
D
dilihat sebagai proses yang mekanis
iskursus dan praktik dan simplistis tanpa perlu melihat
peng-arusutamaan HAM aspek penghormatan, perlindungan,
dalam ruang sosial- dan pemenuhan HAM. Padahal,
ekonomi pembangunan HAM merupakan tanggung jawab
selama ini masih dianggap tema pertama (first state responsibility of
yang kontroversial dan sekunder Government) sebagaimana dinyatakan
bagi pegiat HAM maupun praktisi dalam Konferensi Dunia tentang Hak
pembangunan. Pegiat HAM dan Asasi Manusia di Wina Bagian I butir 1
praktisi pembangunan telah pada tahun 1993.
terjebak dan terisolasi dalam wilayah “…human rights and fundamental
kerja masing-masing. Akibatnya, freedoms are the birthright of all human
beings; their protection and promotion is
perdebatan seputar HAM didominasi
the first responsibility of Governments.”
oleh pakar hukum dan pengacara. Pandangan ini kemudian
Sebaliknya, kebijakan pembangunan dipertegas lagi pada konferensi PBB
menjadi domain para ekonom. tentang Populasi dan Pembangunan
Dalam perspektif ekonomi neo- (Kairo 1994), Perempuan (Beijing
klasik, kebijakan ekonomi yang terbaik 1995), dan pada KTT Dunia tentang
adalah kebijakan yang memaksimal- Pembangunan Sosial (Kopenhagen
kan keuntungan dan meminimalkan 1995).
gat dari hak-hak ini. Kedua, hak atas dari interpretasi resmi dari kewajiban
pembangunan dapat memperbaiki tersebut (Marks, 2003: 16).
keadaan pembangunan dan HAM
hanya ketika setidaknya satu hak
diperbaiki dan tidak ada hak yang D. Peran HAM dalam Pembangunan
dilanggar. Karena semua komponen Menurut OHCHR (2006: 16), ada dua
hak (sipil, politik, ekonomi, sosial dan alasan utama pentingnya pendekatan
budaya) saling berkaitan (Sengupta et berbasis HAM: (a) alasan intrinsik,
al., 2003: 3-6). yaitu mengakui bahwa pendekatan
Dalam pendekatan berbasis hak berbasis HAM adalah hal yang
untuk pembangunan, pembangunan benar untuk dilakukan, secara moral
itu sendiri dianggap sebagai HAM. atau secara hukum, dan (b) alasan
Pendekatan berbasis HAM untuk instrumental, yaitu mengakui bahwa
pendekatan berbasis HAM mengarah
pembangunan merupakan bagian
ke hasil pembangunan manusia yang
dari hak atas pembangunan, tetapi
lebih baik dan berkelanjutan. Dalam
juga mungkin melibatkan maupun praktiknya, alasan untuk mengejar
mengisolasi isu tertentu, seperti pendekatan berbasis HAM biasanya
kesehatan, dan hal ini memerlukan didasarkan pada campuran dari dua
pemahaman yang jelas tentang alasan ini.
kewajiban negara menurut instrumen- Demikian pula dengan Landkford
instrumen HAM internasional yang & Sano (2010) yang membagi
relevan dan wawasan mengenai peran HAM dalam pembangunan
pelaksanaan proyek yang berasal ke dalam dua peran, yakni peran
intrinsik (intrinsic role) dan peran keunggulan HAM, yang terdapat dalam
instrumental (instrumental role). kerangka demokrasi partisipatif,
Menurut Lankford dan Sano (2010), di mana suara masyarakat miskin
nilai intrinsik HAM merujuk pada didengar dan dihormati (Kapoor,
argumen bahwa hak asasi manusia 2010: 2).
telah menetapkan seperangkat Penguatan kebebasan melalui
nilai-nilai, prinsip, dan hak-hak yang pemenuhan hak yang mensyaratkan
diterima secara universal kecuali adanya saluran khusus untuk
hak-hak yang memang dinegasikan melakukan klaim dan advokasi,
secara eksplisit. Peran intrinsik HAM memungkinkan penegakan aspek
ini ditujukan untuk menjelaskan akuntabilitas dari sisi permintaan
dan menafsirkan martabat manusia (Lankford & Sano 2010). Karenanya,
menurut seperangkat norma, prinsip, korupsi hanya sedikit yang terjadi
dan standar serta untuk menentukan apabila penghormatan terhadap HAM
secara formal dan universal tentang dijalankan. HAM juga menawarkan
batasan minimal martabat manusia sebuah mekanisme perlindungan
yang dimaknai terancam atau karena HAM mensyaratkan adanya
dilanggar (Lankford & Sano 2010). penguatan individu dan kelompok
Sementara itu, dari sisi peran dalam hal integritas, kebebasan,
instrumental, HAM mengandung perlakuan yang adil, dan kehadiran
dimensi pemberdayaan, konstruktif, sebuah jaring pengaman sosial
perlindungan, dan kontribusi (Lankford & Sano 2010). Implikasinya,
terhadap akuntabilitas serta HAM bisa memainkan peran
penguatan kapasitas kelembagaan. konstruktif sebagaimana yang di-
Kerangka kerja HAM memfasilitasi tekankan oleh Amartya Sen yang
kemandirian dan kapasitas untuk melihat pembangunan sebagai
membuat klaim secara perorangan kebebasan dan kebebasan sebagai
maupun berkelompok oleh mereka fondasi utama menuju pembangunan
yang terpinggirkan dan tidak yang berkelanjutan.
berdaya (Lankford & Sano 2010).
HAM memberdayakan individu dan
masyarakat dengan memberikan E. Prinsip-prinsip Pembangunan
mereka hak yang menimbulkan Berbasis HAM
kewajiban hukum pada pihak 1. Rule of law
lain. Pemberdayaan individu dan HAM tidak saja sekadar kewajiban
masyarakat dalam pendekatan moral atau politik, tapi juga merupakan
berbasis HAM merupakan salah kewajiban hukum. Artinya, hukum
satu faktor penentu yang penting harus mengikat dan melindungi
dalam pembangunan. Pemahaman HAM untuk mencapai standar dan
pembangunan ini menunjukkan prinsip-prinsip sebagai-mana yang
New Guide for Practitioners, 2nd ed. Sarah Emily, Hunter. 2012. Beyond
New Delhi: Sage Publications. Charity: The Rights-Based Approach
Marks, Stephen P. 2003. The in Theory and Practice. Senior Thesis.
Human Rights Framework for Boston: Boston University.
Development: Seven Approaches. Sengupta, Arjun et. al. 2003.
Boston: the François-Xavier Bagnoud The Right to Development and
Center for Health and Human Rights. Human Rights in Development: A
Moore, Olive. 2013. From Background Paper, Prepared for the
Right to Development to Rights Nobel Symposium organized in Oslo
in Development: Human Rights from 13-15 October 2003¨ (Nobel
Based Approaches to Development, Symposium 125)
diakses di www.nuigalway.ie/dern/ Sengupta, Arjun. 2002. “On the
documents/54_olive_moore.pdf Theory and Practice of the Right to
Mukhopadhyay, Maitrayee. Development,” in Human Rights
2004. Rights BasedApproaches in Quarterly Vol.24, No.4, p. 837-889.
Development: Issue Paper, diakses di Sengupta, Arjun. 2000. “Realizing
http://www.equalinrights. the Right to Development,” in
org/uploads/tx_wizzresources/ Development and Change Vol. 31.
Mukhopadhyay_nodate_RBA_ Oxford: Blackwell, p. 553-578.
Development_IssuePaper.pdf Tsikata. Dzodzi. 2004. The Rights-
Narayan, D. (2002). Empowerment Based Approach to Development:
And Poverty Reduction: A Sourcebook. Potential for Change or More of
Washington, DC: Wolrd Bank. the Same?, in IDS Bulletin Volume
Nowosad, Orest. 2013. A 35, Issue 4, pages 130–133, October
Human Rights Based Approach 2004
to Development: Strategies and Uvin, Peter. 2004. Human Rights
Challenges. New York: UN-Office of the and Development. Kumarian Press.
High Commissioner for Human Rights, Bloomfiel USA.
at http://nhri.ohchr.org/EN/Regional/ Seers, D. (1969). The Meaning of
Africa/4thConferenceDocuments/ Development. IDS Communication
Novosad%20Development.pdf Series No. 44 .
OHCHR. 2006. Frequently Asked Sen, A. (2000). Development As
Questions on A Human Rights- Freedom. New York: Alfred A. Knoph,
Based Approach to Development Inc.
Cooperation. New York and Geneva: Ul Haq, M. (1995). Reflections on
United Nations. Human Development. New York:
OHCHR. (1993). Vienna Declaration Oxford University Press.
And Programme Of Action. World UNDP. (2003). Poverty Reduction
Conference On Human Rights. Vienna. and Human Rights – Practice Note.
Riwayat Hidup
Cherry Augusta lahir di Matang Suri, Kalimantan Barat, pada 10 Agustus 1984.
Ia dibesarkan di lingkungan tradisi Melayu di Kalimantan Barat. Menyelesaikan
studi S1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran,
Bandung dan studi master di bidang Ilmu Politik dengan konsentrasi Studi
Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan
University of Oslo, Norwegia. Pernah terlibat sebagai peneliti di Komnas HAM
seperti penelitian hak-hak pekerja, pasar tradisional, dan master plan percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI), dan sistem jaminan
sosial nasional (SJSN). Kini, sedang melanjutkan studi doktoralnya di King’s
College London, Inggris.