Analisa Study Sistem Plambing
Analisa Study Sistem Plambing
ANNA
ALLIISSA
A SSTTU
UDDY
Y SSIISSTTEEM
MPPLLA
AMMB
BIIN
NGGP
PAAD
DAAK
KAAN
NTTO
ORR
U
UNNIIV
VEER
RSSIITTA
ASS 1177 A
AGGU
USSTTU
USS 11994455 B
BAAN
NYYU
UWWA
ANNG
GII
O
Olleehh :: H
HAAR
RYY PPR
RIIY
YAAN
NTTO
O,, SSTT..
N
NDDPP // N
NIID
DNN :: 117700554400557788 // 00772200009977990011
A
Assaall LLeem
mbbaaggaa :: FFA
AKKU
ULLTTA
ASS TTEEK
KNNIIK
KUUN
NIIV
VEER
RSSIITTA
ASS 1177 A
AGGU
USSTTU
USS 11994455
B
BAAN
NYYU
UWWA
ANNG
GII
ABSTRAK
Pada negara-negara berkembang maupun negara-negara maju, hampir tidak ada
perkantoran yang tidak menggunakan sistem plumbing. Bukan tanpa alasan, tetapi karena
plumbing adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu bangunan, baik yang kemudian
difungsikan dalam rangka penyediaan air bersih, maupun yang difungsikan sebagai aliran
pembuangan air limbah. Apabila jumlah air limbah yang dibuang berlebihan, melebihi dari
kemampuan alam untuk menerimanya maka terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan rusak
akan menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal dilingkungannya.
Air adalah bagian kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan pada kehidupan manusia.
Oleh karena itu, masalah penyediaan air bersih maupun pada persoalan saluran pembuangan air
kotor menjadi perhatian khusus bagi pemerhati / praktisi bangunan.
ABSTRACT
In developing or modern countries, almost all offices use plumbing system. They use the
system because it cannot be separated from a building, either for clean water supply or for
waste banishment. If the quality of the waste banishment is more then the ability of nature to
absorb it, it can cause the destruction of environment. The damaged environment can cause the
decreasing of public health that live in it.
Water is primary necessity which cannot be separated from human being. That’s why, the
observers pay more attention to the problem of clean water supply or waste banishment.
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk
menyedikan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas,
kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor)
dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya untuk
mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah
dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu
sendiri. Dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta
kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai (air kotor) dari peralatan saniter ke
tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian penting dalam gedung
atau lingkungannya.
Perencanaan sistem plambing dalam gedung untuk memenuhi kebutuhan air
bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efesien dan efektif,
sehingga tidak lagi terjadi kerancuan yang senantiasa terjadi ketika saluran
mengalami gangguan atau keminiman dalam deras air.
2
pembuangaan air kotor secara efektif, efesien dengan memperhatikan kondisi
lingkungannya.
3
Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah :
1. Persyaratan kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih,
persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990.
a. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa (tawar).
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang
melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia tersebut adalah pH,
zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif, kesadahan,
kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl),
nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).
c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit
seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gatroenteritis.
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan sesuai
jumlah penghuni yang menempati gedung.
3. Persyaratan kontinuitas
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat
hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air
bersih tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
(Anonim, 1997, Rekayasa Lingkungan, halaman 28-31 Universitas Gunadarma, Jakarta)
5
(3) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan
misalnya tangki tekan.
6
atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan ; Sistem
tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpan air
seperti tangki atap ; dan karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam
tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini
akan menyebabkan keausan pada saklar.
7
aliran air yang harus disediakan bangunan tersebut. Untuk memperkirakan
laju aliran air dapat digunakan beberapa metode antara lain :
a. Berdasarkan jumlah pemakai
b. Berdasarkan jenis dan alat plambing
Qd
Qh =
T
Pemakaian air jam puncak dinyatakan sebagai berikut :
Q h − max = C1 . Q h
Sedangkan pemakaian air pada menit puncak dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Qh
Qm − max
= C 2.
60
dimana :
Qh : Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd : Pemakaian air rata-rata sehari (m3)
T : Jangka waktu pemakaian (jam)
C1 : konstanta antara 1,50 sampai 2,0
C2 : konstanta antara 3,0 sampai 4,0
(Soufyan Moh. Noerbambang, Takeo Morimura, 2000, Perancangan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, halaman 67-71, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta)
8
Air limbah merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai
hasil dari adanya berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Air limbah tersebut
biasanya dibuang ke alam yaitu tanah dan badan air.
2.3.2. Karakteristik Air Limbah
2.3.2.1. Jenis dan Macam Air Limbah
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan
sumber penghasil atau penyebab air limbah yang secara umum
terdiri :
a. Air Domestik
b. Air limbah industri
c. Air limbah limpasan dan rembesan air hujan
2.3.2.2. Kuantitas Air Limbah
Untuk menentukan kuantitas air limbah secara pasti sangat
sulit dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhi antara
lain :
9
2.3.3. Pengelolaan Air Limbah
Proses Pembuangan Air Limbah dengan cara :
1. Pengolahan Individual : Pengolahan air limbah yang dilakukan secara
sendiri-sendiri pada masing-masing rumah terhadap limbah domistik.
2. Pengolahan Individu pada Lingkungan Terbatas : Pengolahan air limbah
domistic secara individu pada lingkungan terbatas. Seperti : hotel, rumah
sakit, bandara, pelabuhan dan fasilitas umum.
3. Pengolahan Komunal : Pengolahan air limbah komunal adalah
pengolahan air limbah yang dilakukan pada suatu kawasan pemukiman,
industri dan perdagangan seperti di kota-kota besar.
= 1933,92 m2
luas bangunan
Jumlah penghuni dalam gedung =
kepada tan hunian
1933,92
= 5 = 387 orang ≅ 400 orang
10
Karena kantor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merupakan bagian arus
komunikasi publik (masyarakat) maka untuk kebutuhan air perlu tambahan sebesar
100 % untuk tamu, mengatasi kebocoran, pancuran air, penyiraman tanaman dan
lain-lain. Kebutuhan air bersih untuk gedung perkantoran menurut tabel 1 sebesar
100 – 200 liter/hari/orang. Sehingga dalam perencanaan diambil nilai maksimum =
200 liter/hari/orang
11
Karena kantor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merupakan bagian arus
komunikasi publik (masyarakat) maka untuk kebutuhan air perlu tambahan sebesar
100 % untuk tamu, mengatasi kebocoran, pancuran air, penyiraman tanaman dan
lain-lain, sehingga pemakaian air perhari :
Qd = 80 x 2
= 160 m3/hari
Kalau pememakaian air per hari selama T = 8 jam, maka
Qh = Qd / T
= 160 / 8
= 20 m3/jam = 20.000 liter/jam
Dengan mengambil nilai konstanta :
c1 = 2
c2 = 3
Pemakaian air pada jam puncak
Qh-max = c1 . Qh
= 2 . 20
= 40 m3/jam
Pemakaian air pada menit puncak
c2 . Qh
Qh-max =
60
3 . 20
=
60
= 1,0 m3/menit = 1000 liter/menit
3.2. Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Jenis dan jumlah peralatan plambing yang digunakan dalam kantor
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merupakan bagian arus komunikasi
publik (masyarakat) Banyuwangi ini antara lain :
Jenis dan jumlah alat plambing lantai 1 dan 2
- Kloset = 14 bh
- Bak mandi = 14 bh
- Wastafel / cuci tangan = 6 bh
- Bak cuci dapur = 2 bh
Kebutuhan air masing-masing jenis alat plambing sebagai berikut :
- Kloset = 13 liter
- Bak mandi = 125 liter
12
- Wastafel / cuci tangan = 10 liter
- Bak cuci dapur = 15 liter
Beban masing-masing jenis alat plambing sebagai berikut :
- Kloset = 5 kali/jam
- Bak mandi = 3 kali/jam
- Wastafel / cuci tangan = 2 kali/jam
- Bak cuci dapur = 4 kali/jam
Kebutuhan air berdasarkan jenis dan alat plambing :
- Kloset = 13 x 14 x 5 kali/jam = 910 liter/jam
- Bak mandi = 125 x 14 x 3 kali/jam = 5250 liter/jam
- Wastafel / cuci tangan = 10 x 6 x 2 kali/jam = 120 liter/j
- Bak cuci dapur = 15 x 2 x 4 kali/jam = 120 liter/jam
- Jumlah kebutuhan air = 6400 liter/jam
Kebutuhan air = 6,4 m3/jam
13
Jangka waktu kebutuhan puncak Tp = 30 menit
Jangka waktu kerja pompa pengisi Tpu = 10 menit
Kapasitas tangki atas
VE = ( Qp – Qmax ) Tp + Qpu x Tpu
VE = ( 1000 – 800 ) 30 + 800 x 10
= 14.000 liter
Digunakan 2 tangki atas/atap jenis Fiberglass Reinforced Plastic dengan kapasitas
VE = 7000 liter/tangki
1 3/8 96 5
2 ½ 127 12,5
3 ¾ 190 30
4 1 254 65
5 1¼ 318 130
6 1½ 381 200
14
7 2 508 425
8 3 762 1500
9 4 1016 2000
KRAN
10 ½ 127 20
11 ¾ 190 40
12 1 254 70
13 1¼ 318 110
Sumber : Hartono Poerbo, 2002, Utilitas Bangunan halaman 23
3480
=
3
15
= 1160 liter/menit
Dengan pembuangan air 1160 liter/menit didapatkan diameter pipa pembuang 2½
inch.
Digunakan 3 pipa pembuangan ∅ 2 ½ inch
1 1¼ 318 60
2 1½ 381 240
3 2 508 720
4 2½ 635 1260
5 3 762 1800
6 4 1016 1500
Sumber : Hartono Poerbo, 2002, Utilitas Bangunan halaman 27
138,312
Jumlah pipa pembuangan air hujan =
8,9
= 15,54
≈ 16 buah
Digunakan pipa pembuangan air hujan ∅ 100 mm ( 4 ‘’ ) sebanyak 16 buah dengan
rincian sebagai berikut :
Bangunan depan = 4 buah
Bangunan samping kiri = 6 buah
Bangunan samping kanan = 6 buah
Jumlah pipa air hujan = 16 buah
5.2. Saran-saran
1) Dalam penyediaan air bersih untuk perkantoran disesuaikan dengan jumlah
penghuni, agar kebutuhan air bersih terpenuhi baik dari segi kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas.
2) Penempatan pipa penyaluran air kotor yang berasal dari kamar mandi dan bak
mandi sebaiknya terpisah dengan pipa penyaluran air hujan, hal ini untuk menjaga
agar penyaluran air kotor tetap lancar.
3) Untuk menjamin kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan perlu
dilakukan pengujian air bersih secara berkala.
19
DAFTAR PUSTAKA
20