Anda di halaman 1dari 20

A

ANNA
ALLIISSA
A SSTTU
UDDY
Y SSIISSTTEEM
MPPLLA
AMMB
BIIN
NGGP
PAAD
DAAK
KAAN
NTTO
ORR
U
UNNIIV
VEER
RSSIITTA
ASS 1177 A
AGGU
USSTTU
USS 11994455 B
BAAN
NYYU
UWWA
ANNG
GII

O
Olleehh :: H
HAAR
RYY PPR
RIIY
YAAN
NTTO
O,, SSTT..
N
NDDPP // N
NIID
DNN :: 117700554400557788 // 00772200009977990011
A
Assaall LLeem
mbbaaggaa :: FFA
AKKU
ULLTTA
ASS TTEEK
KNNIIK
KUUN
NIIV
VEER
RSSIITTA
ASS 1177 A
AGGU
USSTTU
USS 11994455
B
BAAN
NYYU
UWWA
ANNG
GII

ABSTRAK
Pada negara-negara berkembang maupun negara-negara maju, hampir tidak ada
perkantoran yang tidak menggunakan sistem plumbing. Bukan tanpa alasan, tetapi karena
plumbing adalah bagian yang tidak terpisahkan dari suatu bangunan, baik yang kemudian
difungsikan dalam rangka penyediaan air bersih, maupun yang difungsikan sebagai aliran
pembuangan air limbah. Apabila jumlah air limbah yang dibuang berlebihan, melebihi dari
kemampuan alam untuk menerimanya maka terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan rusak
akan menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal dilingkungannya.
Air adalah bagian kebutuhan primer yang tidak bisa dipisahkan pada kehidupan manusia.
Oleh karena itu, masalah penyediaan air bersih maupun pada persoalan saluran pembuangan air
kotor menjadi perhatian khusus bagi pemerhati / praktisi bangunan.

Kata Kunci : Plumbing, kebutuhan bangunan.

ABSTRACT
In developing or modern countries, almost all offices use plumbing system. They use the
system because it cannot be separated from a building, either for clean water supply or for
waste banishment. If the quality of the waste banishment is more then the ability of nature to
absorb it, it can cause the destruction of environment. The damaged environment can cause the
decreasing of public health that live in it.
Water is primary necessity which cannot be separated from human being. That’s why, the
observers pay more attention to the problem of clean water supply or waste banishment.

Keywords : Plumbing, the building necessity.

1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralatan untuk
menyedikan air bersih ke tempat yang dikehendaki baik dalam hal kualitas,
kuantitas dan kontinuitas yang memenuhi syarat dan membuang air bekas (kotor)
dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya untuk
mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.
Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
pembangunan gedung. Oleh karena itu perencanaan sistem plambing haruslah
dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu
sendiri. Dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta
kontinuitas maupun penyaluran air bekas pakai (air kotor) dari peralatan saniter ke
tempat yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian penting dalam gedung
atau lingkungannya.
Perencanaan sistem plambing dalam gedung untuk memenuhi kebutuhan air
bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air kotor secara efesien dan efektif,
sehingga tidak lagi terjadi kerancuan yang senantiasa terjadi ketika saluran
mengalami gangguan atau keminiman dalam deras air.

1.2. Identifikasi Masalah


Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi
negara-negara maju maupun negara-negara sedang berkembang. Salah satu masalah
pokok yang dihadapi adalah kurang tersedianya air bersih baik dari segi kuantitas,
kualitas dan kontinuitas. Dengan keterbatasan air bersih ini maka perlu penggunaan
air bersih disesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan air bersih dalam gedung
kantor tergantung dari jumlah penghuni yang menempati gedung tersebut. Bertitik
tolak dari hal tersebut di atas, maka dalam rangka penyediaan air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan perlu direncanakan dengan baik.

1.3. Maksud dan Tujuan


Perencanaan Sistem Plambing dalam gedung dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan sistem pembuangan air limbah (kotor). Tujuan
perencanaan sistem plambing pada kantor Universitas 17 Agustus 1945
Banyuwangi ini adalah untuk merencanakan penyediaan air bersih dan

2
pembuangaan air kotor secara efektif, efesien dengan memperhatikan kondisi
lingkungannya.

1.4. Lingkup Bahasan


Adapun yang perlu dibahas antara lain :
a. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih
b. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
c. Pengelolaan Air Limbah
d. Perhitungan Air Limbah
e. Perhitungan Tangki Septik

II. LANDASAN TEORI


2.1. Sistem Plambing
Plambing didefinisikan sebagai seni dan ilmu pemasangan pipa dan peralatan
saniter atau disebut instalasi plambing. Fungsi dari instalasi plambing adalah :
1. untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan
tekanan yang cukup.
2. untuk menyalurkan air kotor (air bekas pakai) dari peralatan saniter ke tempat
yang ditentukan agar tidak mencemari bagian-bagian gedung atau
lingkungannya.
( Sergius Simangunsong, Daryanto, 2003, Teknologi Plambing, halaman 2, Bayumedia
Publishing, Malang )

Konsep rancangan sistem plambing yang perlu diperhatikan adalah :


1. Jenis dan penggunaan gedung
2. Denah bangunan
3. Jumlah bangunan
( Soufyan Moh. Noerbambang, Takeo Morimura, 2000, Perancangan Dan Pemeliharaan Sistem
Plambing, halaman 5, PT. Pradnya Paramita, Jakarta )

2.2. Sistem Penyediaan Air bersih


2.2.1. Karakteristik Air Bersih
Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air
minum, dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas
air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis dan radiologis, sehingga apabila
dikosumsi tidak menimbulkan efek samping.

3
Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih
adalah :
1. Persyaratan kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih,
persyaratan ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990.
a. Syarat-syarat fisik
Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa (tawar).
b. Syarat-syarat kimia
Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang
melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia tersebut adalah pH,
zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif, kesadahan,
kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl),
nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).
c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit
seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gatroenteritis.
d. Syarat-syarat radiologis
Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan yang
mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
2. Persyaratan kuantitatif
Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan sesuai
jumlah penghuni yang menempati gedung.
3. Persyaratan kontinuitas
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat
hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air
bersih tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
(Anonim, 1997, Rekayasa Lingkungan, halaman 28-31 Universitas Gunadarma, Jakarta)

2.2.2. Penyediaan Air Bersih


Menurut Soufyan Moh. Noerbambang, Takeo Morimura, pada Perancangan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing Sistem penyediaan air bersih dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
4
a. Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung
langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (PAM). Karena
terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang
dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah.

Gambar : Sistem Sambungan Langsung

b. Sistem tangki atap / atas


Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak
dapat diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem
tangki atap. Sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah
(dipasang pada lantai terendah atau di bawah muka tanah), kemudian
dipompakan kesuatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau
di atas lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke
seluruh bangunan. Sistem tangki atap ini seringkali digunakan dengan
pertimbangan :
(1) Selama airnya digunakan perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah
akibat perubahan muka dalam tangki atap.
(2) Sistem pompa yang menaikkan air ketangki atap bekerja secara
otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil
kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan
dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap.

5
(3) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan
misalnya tangki tekan.

Gambar : Sistem Tangki Atas

c. Sistem tangki tekan


Prinsip kerja dari sistem ini adalah sebagai berikut, air yang telah
ditampung dalam tangki bawah dipompa dalam suatu tangki tertutup
sehingga udara didalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut
dialirkan ke dalam distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis
yang diatur suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar
motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan
tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan.
Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan adalah lebih
menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok
dibandingkan dengan tangki atap ; mudah perawatannya karena dapat
dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya ; dan harga
awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di
atas menara. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah kekurangannya,
diantaranya : daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 sangat besar
besar dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada
fluktuasinya ; dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka
setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara dengan kompresor

6
atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan ; Sistem
tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpan air
seperti tangki atap ; dan karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam
tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini
akan menyebabkan keausan pada saklar.

Gambar : Sistem Tangki Tekan

d. Sistem tanpa tangki


Sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah,
tangki tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama.
Ciri-ciri sistem tanpa tangki adalah Mengurangi kemungkinan
pencemaran air minum karena menghilangkan tangki bawah maupun
tangki atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air
dengan udara relatif singkat, kalau cara ini diterapkan pada bangunan
pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan, untuk
kompleks perumahan perumahan dapat menggantikan menara air,
penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian
daya besar dibandingkan dengan tangki atap, dan harga awal tinggi
karena harga sistem pengaturannya.

2.2.3. Kebutuhan Air Bersih


Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan,
kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju

7
aliran air yang harus disediakan bangunan tersebut. Untuk memperkirakan
laju aliran air dapat digunakan beberapa metode antara lain :
a. Berdasarkan jumlah pemakai
b. Berdasarkan jenis dan alat plambing

2.2.3.1 Kebutuhan Air Berdasarkan Jumlah Pemakai/Penghuni


Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari
setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian
jumlah pemakaian air sehari dapat diperkirakan. Untuk menghitung
kebutuhan pemakaian air bersih dalam gedung :

Qd
Qh =
T
Pemakaian air jam puncak dinyatakan sebagai berikut :

Q h − max = C1 . Q h
Sedangkan pemakaian air pada menit puncak dapat dinyatakan
sebagai berikut :

Qh
Qm − max
= C 2.
60
dimana :
Qh : Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd : Pemakaian air rata-rata sehari (m3)
T : Jangka waktu pemakaian (jam)
C1 : konstanta antara 1,50 sampai 2,0
C2 : konstanta antara 3,0 sampai 4,0
(Soufyan Moh. Noerbambang, Takeo Morimura, 2000, Perancangan Dan
Pemeliharaan Sistem Plambing, halaman 67-71, PT. Pradnya Paramita,
Jakarta)

2.2.3.2 Kebutuhan Air Berdasarkan Jenis dan Alat Plambing


Kebutuhan air dalam gedung berdasarkan jenis dan alat
plambing, dihitung sesuai dengan jenis dan jumlah alat plambing
yang digunakan.

2.3. Sistem Pengolahan Air Limbah


2.3.1. Pengertian Air Limbah

8
Air limbah merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai
hasil dari adanya berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Air limbah tersebut
biasanya dibuang ke alam yaitu tanah dan badan air.
2.3.2. Karakteristik Air Limbah
2.3.2.1. Jenis dan Macam Air Limbah
Jenis dan macam air limbah dikelompokkan berdasarkan
sumber penghasil atau penyebab air limbah yang secara umum
terdiri :
a. Air Domestik
b. Air limbah industri
c. Air limbah limpasan dan rembesan air hujan
2.3.2.2. Kuantitas Air Limbah
Untuk menentukan kuantitas air limbah secara pasti sangat
sulit dilakukan karena banyak faktor yang mempengaruhi antara
lain :

1. Jumlah air yang dibutuhkan per kapita akan mempengaruhi


jumlah air limbah yang dibuang, besarnya air limbah
ditentukan 60 – 70 % dari banyaknya air bersih yang
dibutuhkan.
2. Keadaan masyarakat dan lingkungan suatu daerah akan
mempengaruhi besarnya air limbah yang dibuang, hal tersebut
dapat dibedakan berdasarkan :
- Tingkat perkembangan suatu daerah, jumlah air limbah
diperkotaan lebih besar daripada jumalah air limbah
dipedesaan.
- Pola hidup masyarakat
2.3.2.3. Kualitas Air Limbah
Kualitas Air Limbah, menurut sifatnya dibagi menjadi :
a. Sifat fisik
b. Sifat kimia
c. Sifat biologis
2.3.2.4. Dekomposisi Air Limbah
Air limbah yang dibuang kedalam alam akan mengalami
deskomposisi secara alami yang dilakukan oleh mikroorganisme.

9
2.3.3. Pengelolaan Air Limbah
Proses Pembuangan Air Limbah dengan cara :
1. Pengolahan Individual : Pengolahan air limbah yang dilakukan secara
sendiri-sendiri pada masing-masing rumah terhadap limbah domistik.
2. Pengolahan Individu pada Lingkungan Terbatas : Pengolahan air limbah
domistic secara individu pada lingkungan terbatas. Seperti : hotel, rumah
sakit, bandara, pelabuhan dan fasilitas umum.
3. Pengolahan Komunal : Pengolahan air limbah komunal adalah
pengolahan air limbah yang dilakukan pada suatu kawasan pemukiman,
industri dan perdagangan seperti di kota-kota besar.

2.3.4. Pengelolaan Air Limbah Dengan Tangki Septik (Septic Tank)


Tangki septik adalah wadah atau tangki yang digunakan untuk
mengumpulkan kotoran organis yang berasal dari limbah gedung kantor.
Selain itu tangki septik dimaksudkan juga sebagai alat untuk membusukkan
elemen-elemen yang dikandung air kotor melalui gabungan dua macam
proses.

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Penghuni
Salah satu cara untuk menentukan jumlah kebutuhan air pada suatu bangunan
berdasarkan jumlah penghuni gedung. Jumlah penghuni dalam kantor Universitas
17 Agustus 1945 Banyuwangi direncanakan ± 400 orang. Jika jumlah penghuni
yang akan menempati bangunan tidak diketahui dapat diperkirakan berdasarkan
luas lantai efektif, serta menetapkan kepadatan hunian. Kepadatan hunian
diperkirakan 5 m2 sampai 10 m2 per orang. Dengan memilih standar pemakaian air
berdasarkan jenis penggunaan gedung perkantoran, pemakaian air 200
liter/orang/hari , maka jumlah kebutuhan air per hari dalam gedung dapat dihitung.
Total luas bangunan lantai 1 dan 2 = 966,96 + 966,96

= 1933,92 m2

luas bangunan
Jumlah penghuni dalam gedung =
kepada tan hunian

1933,92
= 5 = 387 orang ≅ 400 orang

10
Karena kantor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merupakan bagian arus
komunikasi publik (masyarakat) maka untuk kebutuhan air perlu tambahan sebesar
100 % untuk tamu, mengatasi kebocoran, pancuran air, penyiraman tanaman dan
lain-lain. Kebutuhan air bersih untuk gedung perkantoran menurut tabel 1 sebesar
100 – 200 liter/hari/orang. Sehingga dalam perencanaan diambil nilai maksimum =
200 liter/hari/orang

Tabel 1 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari


Jangka waktu Perbandingan
No Jenis Gedung Pemakaian air rata- pemakaian air luas lantai Keterangan
rata sehari (liter) rata-rata sehari efektif/total
(jam) (%)
1 Perumahan mewah 250 8 – 10 42 – 45 Setiap penghuni
2 Rumah biasa 160 – 250 8 – 10 50 – 53 Setiap penghuni
3 Apartement 200 – 250 8 – 10 45 – 50 Mewah 250 liter
Menengah 180 liter
Bujangan 120 liter
4 Asrama 120 8 Bujangan
5 Rumah sakit Mewah > 1000 Setiap tempat tidur pasien
Menengah>500-1000 8 – 10 45 – 48 Pasien luar : 8 liter
Umum 350-500 Staf/pegawai : 120liter
Keluarga pasien : 160 liter
6 Sekolah dasar 40 5 58 – 60 Guru : 100 liter
7 SLTP 50 6 58 – 60 Guru : 100 liter
8 SLTA dan PT 80 6 Guru/dosen : 100 liter
9 Rumah toko 100 – 200 8 Penghuninya : 160 liter
10 Gedung kantor 100 8 60 – 70 Setiap pegawai
11 Toserba 7 55 – 60 Pemakaian air hanya untuk WC,
belum termasuk untuk
Buruh pria : 60 restorannya.
12 Pabrik/industri Buruh wanita : 100 8 Per orang setiap giliran
3
13 Stasiun/terminal 30 15 Setiap penumpang
14 Restoran 15 5 Untuk penghuni : 160 liter
15 Restoran umum 7 Untuk penghuni : 160 liter
30 Pelayan : 100 liter
16 Gedung pertunjukan 5 53 – 35 70% dari jumlah tamu perlu 15
10 liter/orang
17 Gedung bioskop 40 3 Idem
18 Toko Pengecer 250 – 300 6 Pedagang besar : 30 ltr/tamu
19 Hotel/penginapan 10 10 120 – 150 liter per tamu
20 Gedung peribadatan 25 2 Didasarkan jumlah jamaah
21 Perpustakaan 6 Untuk setiap pembaca yang
30 tinggal
22 Bar 30 6 Setiap tamu
23 Perkumpulan sosial 120 – 350 Setiap tamu
24 Klub malam 150 – 200 Setiap tempat duduk
25 Gedung perkumpulan 100 - 200 Setiap tamu
26 Laboratorium 8 Setiap staf

Sumber : Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Palmbing, Soufyan Moh.


Noerbambang, Takeo Morimura, 1993 halaman 48

Pemakaian air per hari = jumlah penghuni x kebutuhan per hari/orang


= 400 x 200
= 80.000 liter = 80 m3

11
Karena kantor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merupakan bagian arus
komunikasi publik (masyarakat) maka untuk kebutuhan air perlu tambahan sebesar
100 % untuk tamu, mengatasi kebocoran, pancuran air, penyiraman tanaman dan
lain-lain, sehingga pemakaian air perhari :
Qd = 80 x 2
= 160 m3/hari
Kalau pememakaian air per hari selama T = 8 jam, maka
Qh = Qd / T
= 160 / 8
= 20 m3/jam = 20.000 liter/jam
Dengan mengambil nilai konstanta :
c1 = 2
c2 = 3
Pemakaian air pada jam puncak
Qh-max = c1 . Qh
= 2 . 20
= 40 m3/jam
Pemakaian air pada menit puncak
c2 . Qh
Qh-max =
60
3 . 20
=
60
= 1,0 m3/menit = 1000 liter/menit

3.2. Penyediaan Air Bersih Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Jenis dan jumlah peralatan plambing yang digunakan dalam kantor
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi merupakan bagian arus komunikasi
publik (masyarakat) Banyuwangi ini antara lain :
Jenis dan jumlah alat plambing lantai 1 dan 2
- Kloset = 14 bh
- Bak mandi = 14 bh
- Wastafel / cuci tangan = 6 bh
- Bak cuci dapur = 2 bh
Kebutuhan air masing-masing jenis alat plambing sebagai berikut :
- Kloset = 13 liter
- Bak mandi = 125 liter
12
- Wastafel / cuci tangan = 10 liter
- Bak cuci dapur = 15 liter
Beban masing-masing jenis alat plambing sebagai berikut :
- Kloset = 5 kali/jam
- Bak mandi = 3 kali/jam
- Wastafel / cuci tangan = 2 kali/jam
- Bak cuci dapur = 4 kali/jam
Kebutuhan air berdasarkan jenis dan alat plambing :
- Kloset = 13 x 14 x 5 kali/jam = 910 liter/jam
- Bak mandi = 125 x 14 x 3 kali/jam = 5250 liter/jam
- Wastafel / cuci tangan = 10 x 6 x 2 kali/jam = 120 liter/j
- Bak cuci dapur = 15 x 2 x 4 kali/jam = 120 liter/jam
- Jumlah kebutuhan air = 6400 liter/jam
Kebutuhan air = 6,4 m3/jam

3.3. Kapasitas Tangki Atas (tangki atap)


Tangki atas dimaksudkan untuk menampung kebutuhan puncak, dan biasanya
disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak tersebut
yaitu sekitar 30 menit.
Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa kebutuhan puncak dimulai pada
saat muka air terendah dalam tangki atas, sehingga perlu diperhitungkan jumlah air
yang dapat dimasukkan dalam waktu 10 sampai 15 menit oleh pompa angkat.
Kapasitas tangki atas dinyatakan dengan rumus :

VE = ( Qp – Qmax ) Tp + Qpu x Tpu


Dimana :
VE = kapasitas efektif tangki atas (liter)
Qp = kebutuhan puncak (liter/menit)
Qmax = kebutuhan jam puncak(liter/menit)
Tp = jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit)
Tpu = jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)

Ditentukan pompa pengisi dengan kapasitas Qpu = Qmax = 800 liter/menit


Kebutuhan puncak Qp = 1,0 m3/menit = 1000 liter/menit

13
Jangka waktu kebutuhan puncak Tp = 30 menit
Jangka waktu kerja pompa pengisi Tpu = 10 menit
Kapasitas tangki atas
VE = ( Qp – Qmax ) Tp + Qpu x Tpu
VE = ( 1000 – 800 ) 30 + 800 x 10
= 14.000 liter
Digunakan 2 tangki atas/atap jenis Fiberglass Reinforced Plastic dengan kapasitas
VE = 7000 liter/tangki

3.4. Perhitungan Pipa Air Bersih


3.4.1. Perhitungan Diameter Pipa Berdasarkan Laju Aliran
Untuk menghitung diameter pipa air bersih yang akan digunakan tergantung
dari laju aliran air maksimum.
Pemakainan air pada menit puncak Qh-max =1000 liter/menit
Digunakan pipa penyalur air bersih 5 buah, masing-masing :
Bangunan Depan = 1 buah
Bangunan Sebelah kiri = 2 buah
Bangunan Sebelah kanan = 2 buah
Jumlah = 5 buah
Q h − mak
Laju aliran dalam pipa =
5
1000
=
5
= 200 liter/menit
Dari tabel 2 dengan daya salur 200 liter/menit didapat diameter pipa 1 ½ “ (381
mm).
Dipakai pipa penyalur air bersih ∅ 1 ½ “ sebanyak 5 buah

Tabel 2 Pipa Penyalur Air Bersih

Diameter Pipa Daya Salur


No ( inch ) ( mm ) ( liter/menit )

1 3/8 96 5
2 ½ 127 12,5
3 ¾ 190 30
4 1 254 65
5 1¼ 318 130
6 1½ 381 200

14
7 2 508 425
8 3 762 1500
9 4 1016 2000
KRAN
10 ½ 127 20
11 ¾ 190 40
12 1 254 70
13 1¼ 318 110
Sumber : Hartono Poerbo, 2002, Utilitas Bangunan halaman 23

3.4.2. Perhitungan Diameter Pipa Metode Ekivalensi Tekanan Pipa


Metode ini didasarkan pada konsep sirkit tertutup pipa-pipa cabang
yang bermula dari suatu pipa pengumpul (header) dan kembali lagi, yang
berarti kerugian gesek dalam masing-masing pipa cabang tersebut sama.
Sistem pipa penyediaan air dalam gedung biasanya tidak merupakan sirkit
tertutup kembali lagi ke pipa pengumpul. Metode ini sangat praktis
digunakan untuk menghitung ukuran pipa yang melayani sejumlah alat
plambing.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN


4.1. Perhitungan Air Limbah
Keserempakan pembuangan air limbah tidak sama antara sumber yang satu, dengan
lainnya setiap harinya.
Perhitungan jumlah air kotor dalam gedung
• Kloset = 14 x 120 = 1680 liter/menit

• Bak mandi = 14 x 90 = 1260 liter/menit

• Wastafel / cuci tangan = 6 x 60 = 360 liter/menit


• Bak cuci dapur = 90 x 2 = 180 liter/menit

Jumlah air kotor = 3480 liter/menit

Direncanakan menggunakan 3 buah pipa pembuang

Jumlah air kotor


Daya buang untuk masing-masing pipa =
Jumlah pipa penyalur

3480
=
3

15
= 1160 liter/menit
Dengan pembuangan air 1160 liter/menit didapatkan diameter pipa pembuang 2½
inch.
Digunakan 3 pipa pembuangan ∅ 2 ½ inch

4.2. Instalasi Pipa Penyalur Air Hujan


Air hujan yang jatuh ke atap bangunan supaya dapat disalurkan dengan baik
maka besarnya diameter pipa air hujan harus direncanakan dengan baik. Kesalahan
dalam menentukan diameter pipa dapat mengakibatkan terjadinya peluapan air
hujan, terutama pada saat hujan lebat turun. Penentuan besarnya diameter pipa air
hujan pada hakekatnya tergantung dari beberapa faktor yaitu :
1) Keadaan curah hujan di daerah dimana bangunan tersebut berdiri
2) Koefisien pengaliran air ( α ) atap, yang besarnya dutentukan oleh bentuk atap
dan bahan atap yang dipakai
3) Luas atap yang air buangannya akan ditampung oleh pipa air hujan
Luas bidang atap dapat dihitung sesuai kondisi bangunan, selanjutnya setelah luas
biadang atap diketahui maka besarnya beban air hujan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
V=A.α.r
Dimana :
V = beban air hujan yang dihasilkan atap ( liter/detik )
A = luas proyeksi horizontal atap atap ( m2 )
α = koefisien pengaliran air atap
r = keadaan curah hujan ( liter/detik.m2 )
Luas total atap bangunan = 260,10 + 388,62 + 388,62
= 1037,34 m2
Curah hujan rata-rata di Indonesia antara r = 300 – 500 mm/m2/detik atau 5 – 8
liter/menit
Atap miring dengan penutup atap genting beton (semen) dari tabel 3 didapat
koefisien pengaliran air atap ( α ) : 1,0

Tabel 3 Daya Buang Rata-rata Perlengkapan Plambing


No Jenis Alat Plambing Daya Buang ( liter/menit )
1 Closet 120
2 Bak mandi 90
3 Wastawel 60
4 Urinoir 120
16
5 Bidet 90
6 Bak cuci dapur 90
7 Shower 60
8 Bak cuci pakaian 60
Sumber : Hartono Poerbo, 2002, Utilitas Bangunan halaman 27

Beban air hujan yang dihasilkan atap


V = A.α.r
= 1037,34 x 1 x 8
= 8297,72 liter/menit
= 138,312 liter/detik
Dengan asumsi pipa air hujan yang akan digunakan ∅ 100 mm dari tabel 4 didapat
beban air = 8,9 liter/detik

Tabel 4 Daya Buang Pipa Tegak


Diameter Pipa Daya Salur
No ( inch ) ( mm ) ( liter/menit )

1 1¼ 318 60
2 1½ 381 240
3 2 508 720
4 2½ 635 1260
5 3 762 1800
6 4 1016 1500
Sumber : Hartono Poerbo, 2002, Utilitas Bangunan halaman 27

138,312
Jumlah pipa pembuangan air hujan =
8,9

= 15,54
≈ 16 buah
Digunakan pipa pembuangan air hujan ∅ 100 mm ( 4 ‘’ ) sebanyak 16 buah dengan
rincian sebagai berikut :
Bangunan depan = 4 buah
Bangunan samping kiri = 6 buah
Bangunan samping kanan = 6 buah
Jumlah pipa air hujan = 16 buah

4.3. Pengolahan Air Limbah dengan Tangki Septik (Septic Tank)


Bangunan pengolahan air limbah domestik yang dilakukan secara individu
terdiri dari Tangki Septik (Septic Tank) dan bangunan peresapan. Tangki Septik
(Septic Tank) merupakan suatu bangunan yang berfungsi sebagai penampung air
17
kotor/tinja (merupakan bahan organik) langsung dari WC dan urinoir, didalam
tangki septik tersebut air limbah akan mengalami proses
pembusukan/perombakan/penguraian oleh mikro organisme selama 3 hari. Proses
pembusukan/perombakan/penguraian terjadi secara :
• Aerobic (mikro organisme memerlukan O2)
• Anarobic (mikro organisme tidak memerlukan O2)

Ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan Tangki Septic :


• Diemensi Tangki Septik ditentukan oleh jumlah pemakai yang akan
membebani Tangki Septik
• Jumlah air kotor perkapita = 25 lt/hari/orang
• Waktu tinggal di dalam tangki septik = 3 hari
• Dimensi Tangki Septik
• Dalam h = 1,50 m
• Panjang minimum l = 1,00 m
• Lebar minimum b = 0,75 m
• Perbandingan panjang (l): lebar (b) = 3 : 2
Jumlah penghuni direncanakan sebanyak 800 orang
Volume tangki septik = 800 x 0,10 = 80 m3
Dari tabel 5 kapasitas tangki septik dengan volume 20 m3 dengan 2,2 x 5,4 x 2
meter
Jumlah tangki septik = 80 / 20 = 4 tangki septik
Digunakan 4 tangki septik dengan vulume @ 20 m3 dengan ukuran 2,2 x 5,4 x 2
meter.

Tabel 5 Koefisien Pengaliran ( α ) dari berbagai konstruksi atap


No Bentuk Atap Koefisien
Pengaliran (α)
1. Atap miring dengan penutup atap dari :
• Asbes semen, batu alam
• Seng, aluminium, fiberglass
• Genteng (tanah liat, semen) 1,0
2. Atap datar dengan penutup atap dari :
• Pelat seng, pelat tembaga
• Plastik tanpa tutup pelindung
3. Atap datar dengan penutup atap dari plastik atau aspal dengan
pelindung dari :
• Kerikil 0,8
• Ubin
4. Balkon dan jalan dengan ubun keras
18
5. Atap datar dengan penutup atap dari aspal dengan pelindung
dari :
• Pasir 0,6
• Kerikil
Sumber : Sergius Simangunsong, 2003, Teknologi Plambing, halaman 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1) Sistem plambing dalam gedung perkantoran bertujuan untuk penyediaan air bersih
yang cukup berdasarkan jumlah penghuni maupun jumlah alat plambing dan
penyaluran air kotor untuk menjaga lingkungan yang sehat.
2) Kebutuhan air bersih untuk gedung kantor ini direncanakan untuk jumlah penghuni
dan tamu ± 800 orang, dengan kebutuhan air bersih 150 liter per orang perhari. Hasil
perhitungan kebutuhan air bersih berdasarkan jumlah penghuni sebesar Qd= 160
m3/hari, dengan pemakaian 8 jam per hari Qh = 20.000 liter/jam sedangkan
kebutuhan air pada jam puncak Qh-max =1000 liter/menit.
3) Sistem penyediaan air bersih berdasarkan sistim tangki atas, digunakan 2 buah
tangki atas jenis Fiberglass Reinforced Plastic dengan kapasitas tangki masing-
masing VE = 7000 liter
4) Penentuan pipa distribusi air bersih dengan metode laju aliran dan ekivalen tekanan
pipa, diameter pipa cabang 40 mm sedangkan pipa penyalur diamater 65 mm.
5) Beban air hujan yang dihasilkan atap sebesar V = 138,312 liter/detik, digunakan pipa
PVC diameter 100 mm (4”) dengan daya salur = 8,9 liter/detik
6) Sistem penyaluran air kotor dengan Tangki Septik, ukuran 2,2 x 5,4 x 2 meter
sebanyak 4 buah tangki septik.

5.2. Saran-saran
1) Dalam penyediaan air bersih untuk perkantoran disesuaikan dengan jumlah
penghuni, agar kebutuhan air bersih terpenuhi baik dari segi kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas.
2) Penempatan pipa penyaluran air kotor yang berasal dari kamar mandi dan bak
mandi sebaiknya terpisah dengan pipa penyaluran air hujan, hal ini untuk menjaga
agar penyaluran air kotor tetap lancar.
3) Untuk menjamin kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan perlu
dilakukan pengujian air bersih secara berkala.
19
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1997, Rekayasa Lingkungan, Universitas Gunadarma, Jakarta.


2. Dwi Tangoro, 2004, Utilitas Bangunan, Penerbit Universitas Indonesia, Cetakan ke 2,
Jakarta.
3. Hartono Poerbo, 2002, Utilitas Bangunan, Cetakan 4, Djambatan, Jakarta
4. Sergius Simangunsong, Daryanto, 2003, Teknologi Plambing, Cetakan 1, Bayumedia
Publishing, Malang
5. Soufyan Moh. Noerbambang, Takeo Morimura, 2000, Perancangan Dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, Cetakan ke 8, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai